text
stringlengths 56
1M
| title
stringlengths 4
148
|
---|---|
Nouf Zahrah Anastasia
Jacqueline E
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Film untuk Lala
Penulis
: Nouf Zahra Anastasia
Ilustrator : Jacqueline Emanuella
Penyunting : Endah Nur Fatimah
Diterbitkan pada tahun 2022 oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV
Rawamangun
Jakarta Timur
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang
diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari
penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan
artikel atau karangan ilmiah.
PB
398.209 598
ANA
f
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Anastasia, Nouf Zahrah
Film untuk Lala/ Nouf Zahrah Anastasia; Penyunting: Endah Nur
Fatimah. Bogor: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 2021.
iv, 28 hlm.; 29,7 cm.
ISBN 978-623-307-175-8
1. CERITA ANAK-INDONESIA
2. LITERASI-BAHAN BACAAN
KATA PENGANTAR
MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
BUKU LITERASI BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA
Literasi tidak dapat dipisahkan dari sejarah kelahiran serta perkembangan bangsa dan negara Indonesia.
Perjuangan dalam menyusun teks Proklamasi Kemerdekaan sampai akhimya dibacakan oleh Bung
Kamo merupakan bukti bahwa negara ini terlahir dari kata-kata.
Bergerak menuju abad ke-21 saat ini, literasi menjadi kecakapan hidup yang harus dimiliki semua orang.
Literasi bukan hanya kemampuan membaca dan menulis, melainkan juga kemampuan mengakses,
memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas. Sebagaimana kemampuan literasi telah menjadi
faktor penentu kualitas hidup manusia dan pertumbuhan negara, upaya untuk meningkatkan kemampuan
literasi masyarakat Indonesia harus terus digencarkan.
Berkenaan dengan hal tersebut, pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menginisiasi sebuah gerakan yang ditujukan
untuk meningkatkan budaya literasi di Indonesia, yakni Gerakan Literasi Nasional. Gerakan tersebut
hadir untuk mendorong masyarakat Indonesia terus aktif meningkatkan kemampuan literasi guna
mewujudkan cita-cita Merdeka Belajar, yakni terciptanya pendidikan yang memerdekakan dan
mencerdaskan.
Sebagai salah satu unit utama di lingkungan Kemendikbudristek, Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa berperan aktif dalam upaya peningkatan kemampuan literasi dengan menyediakan bahan bacaan
yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembaca. Bahan bacaan ini merupakan sumber pustaka
pengayaan kegiatan literasi yang diharapkan akan menjadi daya tarik bagi masyarakat Indonesia untuk
terus melatih dan mengembangkan keterampilan literasi.
Mengingat pentingnya kehadiran buku ini, ucapan terima kasih dan apresiasi saya sampaikan kepada
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa serta para penulis bahan bacaan literasi ini. Saya berharap
buku ini akan memberikan manfaat bagi anak-anak Indonesia, para penggerak literasi, pelaku perbukuan,
serta masyarakat luas.
Mari, bergotong royong mencerdaskan bangsa Indonesia dengan meningkatkan kemampuan literasi
serta bergerak serentak mewujudkan Merdeka Belajar.
Sekapur Sirih
Halo, Adik-Adik. Semoga kalian selalu sehat dan gembira, ya!
Memiliki teman adalah hal yang menyenangkan. Namun, bagaimana jika kita
memiliki teman baru yang tidak bisa melihat? Apakah kita tetap bisa
berteman, bermain, dan bergembira bersama?
Buku ini bercerita tentang pertemanan antara Regina dan Lala. Regina yang
sedang berlibur di desa nelayan berkenalan dengan Lala yang menyandang
disabilitas netra. Regina yang awalnya sempat ragu, akhirnya kagum
terhadap Lala. Walau Lala tidak bisa melihat, ia sangat percaya diri dan
mampu melakukan banyak hal secara mandiri. Disabilitas yang disandang
Lala ternyata tidak menghalangi Regina dan Lala untuk bermain dan
bergembira bersama. Mereka bahkan melakukan kegiatan menonton film
bersama.
Semoga cerita Film untuk Lala membuat kalian semua makin menghargai
dan menyayangi teman-teman kalian, tak terkecuali teman dengan kondisi
khusus.
Selamat membaca!
Sawangan, Juli 2021
Nouf Zahrah Anastasia
Halaman 1 (Wajib Single)
Liburan sekolah telah tiba.
Ayah mengajak Regina dan Ibu ke desa nelayan.
1
Pagi itu cuaca cerah di desa nelayan,
saat yang tepat untuk Regina berjalan-jalan.
2
3
Regina tiba di persimpangan jalan.
Ia bingung memilih jalan terdekat menuju pantai.
Regina melihat sekelilingnya. Ada seorang anak perempuan di
teras sebuah rumah. Regina berpikir untuk bertanya kepadanya.
Ia pasti tahu jalan terdekat menuju pantai.
4
5
“Halo, aku mau ke pantai. Lewat mana, ya?” tanya Regina.
Anak perempuan itu seperti terkejut mendengar sapaan Regina.
“Oh, hai. Maaf, aku tidak tahu ada orang datang.”
6
“Aku tidak bisa melihat,” kata anak perempuan itu. Ia seperti
bisa menebak pikiran Regina.
“Aku tadi sedang asyik main harmonika.
Jadi, aku tidak mendengar langkah kakimu,” jelas anak itu.
Regina terdiam dan berpikir.
Ia heran kenapa anak itu tidak
melihatnya datang.
Padahal, Regina berdiri
di depannya.
7
“Aku Lala,” ia memperkenalkan diri dengan suara
riang dan ramah.
Regina langsung menyukai Lala. “Aku Regina.”
8
“Yuk, aku antar ke pantai,” Lala menawarkan.
Regina merasa tidak yakin. Lala tidak bisa melihat.
Bagaimana ia bisa tahu jalan ke pantai?
“Pantai tidak jauh. Aku hafal jalan ke sana. Aku juga punya ini.”
Lala mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi.
9
10
“Kita sudah sampai,” kata Lala.
Regina memandang Lala kagum. Lala tahu bahwa mereka sudah
berada di pantai. Kata Lala, bau air laut sudah tercium. Debur
ombak juga terdengar jelas. Jalanan sudah berpasir.
Itu semua petunjuk baginya bahwa pantai sudah dekat.
11
Regina dan Lala cepat menjadi akrab.
Mereka mencari ide kegiatan bersama.
“Bagaimana kalau kita piknik?” usul Lala.
“Boleh,” jawab Regina. “Nanti aku buatkan roti isi selai, ya?”
“Aku bisa buat sendiri, Regina.”
“Jangan lupa bawa harmonikamu, ya,” kata Regina. “Aku bisa
bernyanyi dan kamu bermain harmonika.”
12
Regina dan Lala berpiknik dengan riang.
Regina membawa minuman untuk dinikmati bersama.
Lala membuatkan roti isi selai untuk Regina.
13
Lala meraba titik-titik timbul di botol selai.
Titik-titik timbul membantu Lala memilih botol selai.
“Roti isi selai untukmu,” kata Lala.
14
15
15
Sepulang berpiknik, Regina dan Lala
duduk-duduk di teras rumah.
“Main apa lagi, ya?” tanya Regina.
“Aku ingin nonton film. Bagaimana kalau kita
nonton film?” usul Lala.
16
“Bagaimana caranya?” tanya Regina.
“Aku bisa dengar orang bicara di film,” Lala menjelaskan. “Saat
tidak ada percakapan, ceritakan yang kamu lihat.”
17
Regina bercerita kepada Ayah tentang ide menonton film.
Ayah merasa ide itu bagus sekali.
“Ayo, kita pilih film untuk Lala,” kata Ayah.
18
Regina dan Ayah memilih film tentang kehidupan taman laut.
Regina berharap, Lala suka dengan pilihannya.
“Aku tidak sabar. Ayo, kita mulai filmnya,”
kata Lala bersemangat.
19
“Wah, anemon bergoyang-goyang mengikuti arus air laut.
Goyangannya seperti tangan yang sedang menari. Banyak ikan
kecil berenang di dekat anemon.” Regina menggambarkan taman
laut saat narasi di film berhenti.
20
Tersebar banyak taman laut di perairan Indonesia.
Taman laut Indonesia sungguh indah.
Taman laut adalah rumah bagi hewan dan tumbuhan laut.
21
“Wah, ada penyu hijau muncul dari balik terumbu karang!”
seru Regina.
22
Di taman laut ada banyak bentuk terumbu karang.
Ada yang seperti tanduk rusa.
Sebagian lagi seperti meja bundar, bunga kol, atau kipas.
Mereka tumbuh subur di perairan Indonesia.
23
“Ada pari manta! Besar dan lebar sekali ikan ini.
Lebarnya lebih dari rentangan tangan ayah kita!”
Regina menjelaskannya dengan penuh semangat.
24
Ikan pari manta tinggal di dekat terumbu karang.
Pari manta memiliki bentuk pipih melebar.
Film selesai diputar.
“Seru sekali tadi,” kata Lala.
Regina senang karena Lala menyukai film pilihannya.
Regina tak sabar untuk memilihkan film lainnya untuk
Lala.
25
26
Catatan
persimpangan
: tempat yang berbelok atau bercabang
harmonika
: sebuah alat musik tiup
selai
: bubur buah-buahan yang dimasak dengan
gula (biasa dioleskan pada roti)
taman laut
: area di dalam laut yang penuh dengan
bunga karang dan beraneka ragam ikan
perairan
: area laut dalam suatu negara
anemon
: jenis hewan laut yang berbentuk seperti
bunga
terumbu karang : sekumpulan hewan karang yang hidup di
taman laut
27
Biodata Penulis
Biodata Ilustrator
Nouf Zahrah Anastasia (Tasya) adalah seorang pendidik untuk anak berkebutuhan
khusus. Pada waktu luangnya, Tasya gemar menulis. Sejumlah artikel seputar pendidikan
dan adopsi karyanya dimuat di berbagai media cetak. Dua naskah ceritanya berjudul
“Ketika Ben Berbeda” dan “Ketika Aku Diadopsi” telah diterbitkan oleh Erlangga for
Kids (2018). Cerita lainnya, “Syal-syal Mama” diterbitkan oleh Penerbit Gorga (2021).
Tasya juga menjadi salah satu penulis buku Profesi Psikologi itu Seru, yang diterbitkan
oleh penerbit Gramedia (2018). Selain itu, bersama GuruBumi (sekumpulan praktisi
dan penggiat pendidikan) Tasya membuat buku cerita berlevel untuk membantu
pembaca dini belajar membaca. Tasya bisa dihubungi melalui IG @bundanouf.
Jacqueline
Emanuella
adalah
seorang
desainer
dan
illustrator
lepas.
Ia
merupakan
alumni
dari
Institut
Teknologi
Harapan
Bangsa,
Bandung
jurusan Desain Komunikasi Visual. Saat ini ia masih belajar lebih banyak untuk
menjadi
illustrator
buku
anak
yang
lebih
baik.
Ia
dapat
dihubungi
langsung
melalui
pos-el
[email protected]
atau
IG
@bolaubi.
Foto
Foto
Biodata
Biodata Penyunting
Endah Nur Fatimah bekerja sebagai penyunting dan penyuluh bahasa di Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Ia merupakan alumni dari Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia dapat dihubungi melalui IG @
endahnurfa27 atau melalui pos-el [email protected].
28 | ENF_Film_untuk_Lala_Edit_Muti_Pani |
Yang Ini Tidak Berbahaya
Ina Inong
Norma Aisyah
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
ii
Yang Ini Tidak Berbahaya
Penulis
: Grace Marina Sophia A. (Ina Inong)
Ilustrator
: Norma Aisyah
Penyunting : Endah Nur Fatimah
Diterbitkan pada tahun 2022 oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV
Rawamangun
Jakarta Timur
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang
diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari
penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan
artikel atau karangan ilmiah.
29
PB
398.209 598
SOP
y
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Sophia A., Grace Maria
Yang Ini Tidak Berbahaya/Grace Maria Sophia A.; Penyunting:
Bogor: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 2021.
iv, 28 hlm.; 29,7 cm.
ISBN 978-623-307-163-5
1. CERITA ANAK –INDONESIA
2. LITERASI- BAHAN BACAAN
iii
iv
Sekapur Sirih
Halo, Nanda.
Senang sekali bertemu lagi dengan Nanda semua.
Kali ini, Bunda Ina menulis cerita berjudul “Yang Ini Tidak Berbahaya”.
Cerita ini tentang dua orang anak bernama Arvin dan Devan. Arvin
menyadari ada yang berbeda dalam diri Devan. Akan tetapi, ia berusaha
mengatasi perbedaan itu, supaya ia tetap bisa bersahabat dengan Devan.
Bagaimana caranya? Ikuti ceritanya di buku ini, ya.
Bunda Ina berharap, setelah Nanda membaca buku ini, Nanda bisa
mencontoh sikap Arvin kepada Devan. Nanda bersedia bukan?
Tak lupa, Bunda Ina juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
Nanda semua yang telah membaca cerita ini. Semoga suka dengan
ceritanya, ya. Lain waktu Bunda Ina akan menulis cerita yang lebih seru
lagi. Janji!
Sampai bertemu lagi. Tetap rajin membaca ya, Nanda.
Serang, Juli 2021
Ina Inong
Arvin punya tetangga baru.
Ia ingin berkenalan dengannya.
Arvin juga ingin membawa kue
untuknya.
1
Hobi Arvin membuat
kue.
Banyak yang bilang,
kue buatan Arvin
rasanya enak.
2
Ia sudah terampil
membuat kue sendiri.
“Wah, pagi-pagi begini sudah bikin kue, Vin,” kata Mama.
“Ini untuk teman baru di rumah sebelah, Ma.”
“Oh, tapi jangan sampai terlambat sekolah, ya.”
“Beres, Ma. Sebentar lagi juga selesai.”
3
Kue Arvin sudah matang.
Hmm, aromanya pasti harum sekali.
Warnanya juga sangat mengundang selera.
4
Arvin akan mengantar kuenya
sebelum pergi ke sekolah.
Teman baru Arvin pasti
senang.
5
Teman baru Arvin bernama Devan.
Arvin memberi tahu Devan bahwa ia sendiri yang mem
buat kue itu. Akan tetapi, sikap Devan tampak aneh.
Kenapa, ya?
6
7
Arvin melihat Devan dan ibunya ketika
berangkat ke sekolah.
8
“Eh, kenapa mereka mengembalikan kue itu? Apakah
rasanya enggak enak?” gumam Arvin.
9
Setelah pelajaran
pertama usai,
seorang murid baru
masuk ke kelas Arvin.
Murid baru itu adalah
Devan.
10
Arvin teringat lagi kejadian tadi pagi.
Apakah dia hanya suka kue buatan toko?
Atau takut kue buatanku kurang bersih?
Haruskah aku bertanya kepadanya?
Arvin sibuk dengan pikirannya.
11
Pada hari itu ada yang berulang tahun di kelas.
Semua anak bergembira, kecuali Devan.
Arvin memperhatikan sikap aneh
Devan. Ia makin penasaran.
12
13
“Eh, Van, kamu enggak suka kue, ya?” tanya Arvin.
“Aku enggak boleh makan makanan yang terlalu manis,
Vin.”
“Memangnya kenapa?”
“Aku sakit diabetes.”
14
“Ha? Jadi, selamanya kamu enggak boleh makan kue?”
Arvin mengira seperti itu.
“Boleh, asal bahan-bahannya enggak berbahaya untuk
tubuhku.”
Sekarang Arvin mengerti keadaan Devan.
15
Sepulang sekolah, Arvin langsung
sibuk mencari resep baru.
16
Ia ingin membuat kue lagi untuk Devan.
Kali ini ia akan membuat kue yang berbeda.
17
18
“Ini tepungnya, Ma!” seru Arvin saat menemukan
tepung yang cocok dengan resep barunya.
19
Akan tetapi, ketika akan membuat kue, Arvin merasa
gugup. Ia hampir tidak bisa membaca resep dengan
baik.
20
Bahan-bahan:
185 gr tepung
mocaf
185 gr gula aren
185 gr mentega
6 merah telur
5 putih telur
5 sdm susu cair
Arvin berusaha tenang.
Ia tak ingin kejutannya untuk Devan gagal.
Berhasilkah Arvin?
21
“Hmm, enak.” Arvin bergumam dengan mulut penuh.
Ia berhasil!
Arvin tak sabar memberikan kue-kue itu kepada Devan.
22
23
“Hai, Van. Mau coba kue ini? Aku
membuatnya dengan bahan-bahan
khusus, lo. Aman buat kamu.”
“Wah, mau, Vin. Asyik.”
24
25
“Terima kasih kuenya, Vin.
Rasanya enak sekali.
Kapan-kapan bikin lagi ya.
Ha ha ha.”
“Boleh, tapi nanti bikin kuenya
bersama-sama, ya.”
Arvin senang karena sekarang
Devan bisa menikmati kue
buatannya.
26
diabetes: penyakit yang disebabkan oleh kadar gula
darah yang tinggi dalam darah, akibat dari pankreas
berhenti membuat hormon insulin yang bertugas untuk
mengolah gula darah tersebut
gula aren: bahan pemanis yang terbuat dari nira (cai
ran) yang berasal dari pohon enau
gumam/bergumam: berbicara dengan suara yang
hanya terdengar oleh diri sendiri
resep: 1 catatan yang berisi keterangan bahan dan
cara membuat masakan/kue; 2 catatan yang ditulis
dokter tentang obat serta takarannya
tepung mocaf: tepung yang terbuat dari ubi kayu
atau ketela; tepung mocaf rendah kadar gulanya jadi
aman untuk dikonsumsi orang yang memiliki pantangan
makanan berkadar gula tinggi
usai kondisi di mana suatu peristiwa sudah selesai
atau berakhir.
Catatan
27
ii
Biodata
Penulis
Penulis yang dikenal dengan nama Ina Inong ini telah menekuni dunia
literasi anak sejak tahun 2009. Dalam waktu kurang lebih 11 tahun
berkarya, Ina Inong telah menulis ratusan naskah cerita anak yang
diterbitkan dalam bentuk buku atau kolom cerpen di berbagai media.
Sekarang Ina Inong tinggal di Serang, Banten. Ina Inong juga aktif
di berbagai media sosial, seperti Facebook: Ina Inong, Instagram:
@inongina, dan Twitter: @inongina. Silakan kontak akun-akun media
sosial tersebut untuk berkenalan.
Ilustrator
Norma Aisyah menekuni dunia ilustrasi sejak duduk di bangku sekolah.
Buku pertamanya adalah Seri Kukuruyuk: Tidak Mau Terbang
terbitan DAR Mizan pada tahun 2000. Ia telah membuat 50 lebih judul
buku ilustrasi serta komik untuk anak dan remaja, baik terbitan dalam
maupun luar negeri. Selain itu, ia aktif berkarya membuat berbagai
sampul buku lintas genre untuk penerbit lokal, baik arus utama maupun
indie. Silakan kontak akun Instagram @norma.aisyah atau pos-el
[email protected] untuk berkenalan.
Penyunting
Endah Nur Fatimah bekerja sebagai penyunting dan penyuluh bahasa
di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Ia merupakan
alumni dari Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.
Ia dapat dihubungi melalui IG @endahnurfa27 atau melalui pos-el
[email protected].
28 | ENF_FINAL_Lay_Out_Yang_Ini_Tidak_Berbahaya_Edit_Muti |
3
Level
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Penulis : Bulbul Sharma
Ilustrator: Ade Prihatna
Penulis
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Ilustrator
:
Penerjemah : Invani Lela Herliana
:
Bulbul Sharma
:
: Ade Prihatna
Burung Kecil di Pegunungan Besar
Penulis
: Bulbul Sharma
Ilustrator : Ade Prihatna
Penerjemah : Invani Lela Herliana
Penelaah : 1. Sonya Sandakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku
Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab : Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana
: Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun
tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan
artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak
mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan
bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak
yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan
dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang
keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis,
menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi
hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas
nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun
2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-
bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan
untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang
gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan
melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan
dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk
anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya
lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua
dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di
sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada
di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang
dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan
telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan
budaya Indonesia.
2
3
Meera tinggal di sebuah desa kecil di
Pegunungan Himachal, Pradesh. Dari jendela
dapurnya, dia bisa melihat pegunungan tinggi
yang berselimut salju. Burung elang besar
dengan sayap emasnya seringkali terlihat
terbang di atas rumahnya.
Suatu hari nanti, ketika dia tumbuh dewasa
dan tinggi badannya bertambah, Meera ingin
mendaki puncak tertinggi dan melihat ke
bawah, ke sisi lain pegunungan.
4
5
Hari ini, Meera dan adik laki-lakinya, Rajesh,
serta Ibunya berjalan menuruni bukit. Mereka
hendak pergi ke pasar untuk membeli sepatu
baru. Untuk ke kota, mereka harus menempuh
perjalanan jauh, tetapi Meera tidak keberatan.
Setiap harinya, dia harus berjalan selama satu
jam untuk berangkat sekolah.
Mereka berangkat saat fajar dan harus berjalan
kaki selama dua jam untuk mencapai jalan
utama. Lalu, dilanjutkan dengan naik bus.
6
7
Kadang-kadang, tak ada lagi jalan setapak
sehingga mereka harus melewati bebatuan.
“Yuhuuu!” sorak Meera dan Rajesh sambil
melompati bebatuan.
Kresek kresek, begitu suara ranting dan
dedaunan kering yang terdengar saat kaki
mereka melangkah. “Cuit, cuit, cuit!” terdengar
cuitan burung takur kecil berwarna hijau
dari balik semak-semak. Sekelompok lutung
mengawasi mereka dengan tenang dari atas
pohon pinus.
8
9
Meera berhenti sejenak untuk minum di
sebuah mata air yang tersembunyi di balik
bebatuan dan pakis. Tiba-tiba, dia melihat
seekor burung kecil yang terbaring di atas
daun-daun pakis.
“Aduh kasihan, sayapnya terluka,” kata Ibu.
Ibu mengambil burung itu dengan hati-hati.
“Apa sebaiknya kita bawa saja burungnya,
Bu?” tanya Meera.
Burung itu adalah burung ekor garpu
berbintik. Burung kecil itu mengawasi
mereka dengan mata kecilnya. Ia tampak
ketakutan. “Jangan khawatir, burung kecil,”
kata Meera dengan lembut.
“Pertama, kita harus obati dulu sayapnya,”
kata Ibu.
10
11
Mereka menempelkan tanah basah ke atas
sayapnya yang terluka, lalu membungkus
burung itu dengan selembar daun yang
lebar. Meera kemudian memasukkan burung
itu ke dalam tas kainnya.
12
13
Saat mereka sampai di jalan utama, bus
baru saja datang. Di dalam bus, Meera
bisa merasakan burung itu bergerak-gerak.
“Mungkin ia lapar,” kata Ibu.
“Aku juga lapar,” kata Rajesh.
Mereka lalu makan kacang arab panggang.
Meera memecah beberapa kacangnya dan
memberikannya kepada burung itu.
Bus tua itu kembali melaju dengan suara
mesinnya yang bergemuruh di atas jalan
pegunungan yang berkelok-kelok.
14
15
Hari itu, kota terlihat bising dan ramai.
“Jangan jauh-jauh dari Ibu ya!” seru Ibu.
Mereka bergandengan tangan erat.
Sesampainya di pasar, mereka membeli
sepatu untuk Meera. Ibu juga membeli
jalebi di toko kue.
Meera memberikan potongan kecil
jalebi1 untuk si Burung, tetapi burung itu
tidak menyukainya. Ia malah mencoba
mematuk-matuk tas kain Meera.
1.
jalebi camilan manis yang populer di India
16
17
Tak lama kemudian, mereka naik bus
untuk pulang. Saat bus bergoyang ke kiri
dan ke kanan, Meera dapat mendengar
kicau burung kecil di dalam tasnya.
“Musim semi akan segera tiba,” bisik
Meera pada burung itu. Ketika mereka
mencapai mata air, Meera mengeluarkan
burung itu dari dalam tasnya. Burung
itu melompat sedikit, minum air, dan
kemudian duduk di kaki Meera. Burung itu
juga menyukai sepatu baru Meera!
Hari sudah hampir gelap ketika mereka
tiba di rumah. Meera membuat sarang
empuk dari jerami. Burung itu pun tidur di
tempat tidur barunya.
18
19
Meera dan burung itu akhirnya
berteman baik. Dia memberi makan
burung itu sedikit nasi dan chana2.
Seminggu kemudian, burung itu tiba-
tiba terbang menghilang.
2.
chana makanan khas India bagian utara yang dibuat dari kacang arab)
20
21
Sekarang, setiap Meera berjalan menuruni
bukit, dia selalu melihat seekor burung
hitam-putih berekor panjang.
Burung itu selalu mengangguk dan berkicau
kepada Meera. Apakah burung itu adalah
burung yang pernah ditolong Meera?
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Cerita
The Little Bird in the Big Mountains
ditulis oleh Bulbul Sharma,
© Pratham Books, 2018. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan
perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0.
Kredit Lainnya:
The Little Bird in the Big Mountains
dipublikasikan pertama kali di
StoryWeaver
oleh
Pratham
Books.
Penyunting Tamu: Sudhesna Shome
Ghosh.
Para Pembuat Cerita
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Burung Kecil di Pegunungan Besar
Meera pergi ke pasar untuk membeli sepatu
baru. Dalam perjalanan, Meera dan adik laki-
lakinya serta Ibu mereka menyelamatkan seekor
burung yang terluka. Kisah ini menghidupkan
kembali pemandangan pegunungan yang indah
dan suara-suara alam yang harmonis. | 099_Burung_Kecil_di_Pegunungan_Besar |
AKU PUNYA IMPIAN
AKU PUNYA IMPIANCerita Anak dari Lampung
Ayu Rizki Susilowati
Kantor Bahasa Provinsi Lampung
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2022
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN (Terjemahan Bahasa Lampung—Bahasa Indonesia)(Terjemahan Bahasa Lampung—Bahasa Indonesia) (Terjemahan Bahasa Lampung—Bahasa Indonesia)
Aku Punya Impian
Cerita Anak dari Lampung
(Terjemahan Bahasa Lampung—Bahasa Indonesia)
Buku Sumber
: Sikam Wat Impian
Penanggung Jawab
: Desi Ari Pressanti
Ketua Pelaksana
: Ramlan Andi
Penulis
: Ayu Rizki Susilowati
Penyunting
Bahasa Lampung
: Zainudin Hasan
Penyunting
Bahasa Indonesia
: Dina Ardian
Desain Sampul
: Didin Jahidin
Penata Letak
: Ari Oktavian
Diterbitkan oleh Kantor Bahasa Provinsi Lampung,
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Tahun 2022
ISBN 978-623-5682-17-4
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang
diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari
penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan
penulisan artikel atau karangan ilmiah.
KATA PENGANTAR
Penerbitan cerita anak dari Provinsi Lampung dalam
bentuk digital ini dimaksudkan sebagai bahan bacaan bagi
siswa SD dan untuk menambah pengayaan bahan literasi.
Melalui buku cerita digital, anak-anak diajak untuk mengasah
keterampilan berpikir, berimajinasi, dan mengembangkan
kreativitas dengan cara menyenangkan.
Buku ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama adalah
teks cerita dalam bahasa asli, bahasa Lampung, dan bagian
kedua adalah terjemahan dalam bahasa Indonesia. Buku ini
merupakan hasil sayembara penulisan dan penerjemahan yang
diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Provinsi Lampung dengan
beberapa proses tahapan, antara lain: penjaringan naskah,
penilaian, penyusunan, penyuntingan bahasa Lampung dan
bahasa Indonesia, serta pengilustrasian.
Kantor Bahasa Provinsi Lampung mengucapkan terima
kasih kepada penulis, penyunting, dan pengilustrasi buku cerita
anak dari Provinsi Lampung ini. Semoga bacaan ini bermanfaat
bagi khalayak, khususnya siswa SD. Selamat membaca dan
berliterasi.
Bandarlampung, September 2022
Desi Ari Pressanti
Kepala Kantor Bahasa Provinsi Lampung
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
IV
V
Cerita Berbahasa Lampung
1. Video Keragaman ala ABCD
1
2. Impian Nuttun di Bioskop
10
3. Bayu Si Penjual Juwadah
18
Cerita Berbahasa Indonesia
1. Video Keragaman ala ABCD
29
2. Impian Nonton di Bioskop
41
3. Bayu Si Penjual Kue
50
Glosarium
Biodata Penulis
Biodata Penyunting Bahasa Lampung
Biodata Penyunting Bahasa Indonesia
Biodata Ilustrator
Cerita Berbahasa Lampung Cerita Berbahasa Lampung
1
Video Keragaman ala ABCD
rvin, Bagas, Citra rik Devika kak ngejalin
persahabatan anjak kelas sai sekula dasar.
Walau tiyan ngemik latar belakang suku rik
agama sai bido, tiyan tetep kompak.
Arvin sai besuku Lappung, iling nawai jamo-jamo
no tentang kosa kata bahasa Lappung, penulisan
aksara Lappung rik tradisi budaya Lappung. Bagas
sai besuku Jawo munih iling ngajarei jamo-jamo no
cawo bahasa Jawo. Gegeh ino munih jamo Citra sai
besuku Sunda. Citra iling ngajarei jamo-jamo no cawo
bahasa Sunda jamo ngenalko cuakkan di lem keluarga
no makai bahasa Sunda. Devika sai besuku Bali munih
pepira kali nawai tiyan nari Bali.
Sai dawah, tiyan ngebaca poster sai ngisei
informasi lomba guwai sanak sekula dasar, yakni
Lomba Video Keragaman di Indonesia Tahun 2022.
Tiyan ngerasa haga nutukkei lomba ino.
***
Mulang sekula, tiyan kumpul di nuwo no Arvin
guwai ngebahas informasi lomba sai tiyan masso jeno
dawah.
―Wah, lagi nyawoko nyow, sih?‖ cawo Kiyay Sita,
wari no Arvin.
A
Bagas, Citra rik Devika pun geluk minjak lajeu
salim jamo Kiyay Sita.
―Ijo, Kiyay. Gham haga nutuk lomba video,‖ cawo
Devika.
―Video nyow? Lajeu, nyow gawoh persyaratan
no?‖ cawo Kiyay Sita, haga pandai.
―Video tentang Keragaman di Indonesia, Kiyay.
Lamun anjak keterangan di poster, peserta no dapok
perorangan atau keloppok, durasi video no maksimal
pitu menit, rik video harus dikurukko di akun
Youtube ram. Anyin, ram mak pandai harus mulai
anjak kedou,‖ keluh Devika.
―Kedengeianno seru! Dak jo Kiyay tulung. Anyin,
selawwakno
Kiyay
haga
ngelulih
jamo
metei.
Keragaman ino nyow, sih? rik nyow gawoh cottoh
keragaman sai wat di Indonesia?‖ cawo Kiyay Sita
mancing kepandaian berpikir kritis tiyan.
―Keragaman iyulah perbedaan-perbedaan sai wat
di masyarakat. Contoh no ras sai mak gegeh, agama,
suku jamo unyinno.‖ Cawo Citra laccar.
―Wah, wawai temen jawabanmu, Citra! Iyu
temen sai dicawoko jamo Citra bahwa keragaman
iyulah perbedaan-perbedaan di lom masyarakat.
Indonesia ngemik nayah bentuk keragaman sai
ngeguwai Negara gham kayo jamo budayo no jamo
negara sai kuat akan persatuan no!‖ cawo Kiyay Sita.
―Arteino pertemanan ram ijo kuruk di lom salah
sai cottoh kekayaan Indonesia ya, Kiyay? ram kan
berasal anjak suku rik agama sai bido-bido,‖ cawo
Devika.
―Kak temen ino, Devika! Nah, anjak hasil diskusi
ijo radu terpikir lawwak konsep video gegeh nyow sai
haga metei guwai?‖
Arvin, Bagas, Citra rik Devika suwa bepikir.
Tetiba, tiyan nyawoko pendapat sai gegeh.
―Persahabatan ram!‖ cawo tiyan jamo-jamo.
―Iyu! Metei dapok ngeguwai video tentang
keragaman
Indonesia
di
lom
cerita
tentang
persahabatan metei,‖ cawo Kiyay Sita.
―Wah, temen munih!‖ cawo Citra, antusias.
―Oke. Lamun gegeh ino, tano ram tettuko
skenario video no haga gegeh nyow jamo alat-alat rik
bahan sai dibutuhko guwai ram shooting!‖ cawo Arvin.
Arvin, Bagas, Citra rik Devika pun ngediskusiko
kupek skenario anjak video sai haga tiyan guwai. Wo
jam anjak ino, pudak tiyan sai awalno serius berubah
cerah ulah berhasil ngedapokko ide tentang video sai
haga tiyan guwai.
―Oke.
Jadei,
konsep
video
sikam
iyulah
keragaman sai tercermin anjak persahabatan gham.
Mulai jemeh gham siapko peralatan no gegeh kamera,
kawai tradisional Lappung, Jawo Tengah, Jawo Barat
ghik Bali. Gegeh nyow jamo-jamo?‖ cawo Arvin.
―Setuju! Lamun tentang kamera, sikam dapok
kilui Teteh Kirana. Kebetulan yo kerja di studio foto,‖
cawo Citra.
―Lamun
kawai
tradisional,
konsepno
kan
disesuaiko jamo suku ram sayan-sayan. Mungkin,
ram unyen dapok kilui bantuan indui ram guwai
nyesakko di nuwo.‖ Cawo Devika sai disepakatei tigo
jamono.
―Lajeu, gegeh nyow jamo pek no? Gham haga
ngakuk latar di kedow?‖ lulih Bagas.
―Gegeh nyow lamun sikam ngakuk video di wo
pek, yakni Bendungan Way Sekampung rik pelataran
nuwo. Bendungan Way Sekampung kan iyulah salah
sai
tando
anjak
Kabupaten
Pringsewu
sebagai
bendungan sai paling balak di Provinsi Lappung. Jadi,
video sikam haga kenahan tambah unik ulah ngakkat
daerah
sayan
jamo
ngepromosiko
Kabupaten
Pringsewu! Gegeh nyow?‖ cawo Devika.
―Sikam setuju!‖ cawo Arvin, Bagas rik Citra.
***
Rani Minggeu sekaligus rani sai ditunggeu-
tunggeu ulah haga ngeguwai video pun kak tigeh.
Arvin, Bagas, Citra, Devika, Kiyay Sita rik Teteh
Kirana kak lapah ke Bendungan Way Sekampung
pukul 06.30 WIB. Tiyan ngebo perlengkapan sai
dibutuhko di lom proses ngeguwai video. Selamo
proses shooting, tiyan ditulung Teteh Kirana sebagai
pengakuk gambar, jamo Kiyay Sita sebagai penata
kawai ghik dandanan.
***
Limo panas anjak ino, video kak radeu diedit
jamo Bagas. Tiyan puas jamo hasil karyano. Cawo
tiyan hasilno wawai temen. Bagas pagun berbakat
temen di bidang gegeh ino.
―Oh ya, jamo-jamo, sikam ngemik usul. Gegeh
nyow lamun video ijo ram kenei namo Video
Keragaman ala ABCD? Anjak ino, channel Youtube
ram, ram kenei namo ABCD Channel?‖ cawo Bagas.
―Nyow ino ABCD?‖ lulih Devika.
―Arvin, Bagas, Citra rik Devika. Temen kedei,
Gas?‖
―Temen , Vin!‖
Tiyan pak mahho rik iling atei jamo singkatan
bareu ino. Lajeu, tiyan mutusko guwai ngunggah video
ino ke Youtube rik ngebageiko tautanno adok sosial
media sayan-sayan.
***
Waleu rani kak haga pengumuman, jumlah
penuttun di Youtube tiyan cakak law sekitar 1.200
penuttun, 900 penyuko, 700 pengikut, jamo 1.000
komentar sai unyen-unyenno ngemik sifat positif rik
ngebangun. Arvin, Bagas, Citra rikDevika iling atei
temen radeu pandai hal ino. Anyin, di watteu sai ino
munih tiyan ngerasa cemas ulah wat peserta barih
anjak channel Youtube bergelar Anak Emas, sai
ngunggah video jamo kualitas wawai temen anjak sisi
materi rik kreativitasno. Jumlah penuttun, penyuko,
pengikut rik komentar tiyan si kedauno pun jaweh di
unggak ABCD. Malah, wat sai ngejuk komentar munih
bahwa video anjak ABCD iyulah saingan temen jamo
Anak Emas.
***
Tigo hari anjak ino, jamo rasa gugup rik jantung
sai berdebar, tiyan ngebuka e-mail sai dikirim anjak
penyelenggara. Anjak ratusan peserta, video tiyan
kuruk adok 20 besar finalis sai haga ngelaju ke babak
final di Jakarta. Suasana haru rik miwang munih
langsung pecoh.
***
Sai panas selawwak final, tiyan kak tigeh di hotel
sai ditentuko penyelenggara di Jakarta dijamoke Om
Danu rik Tante Ira sebagai ulun tuho Bagas. Pas
tiyan registrasi peserta di ruang lobi, tiyan ngenah
finalis barih sai selamo ijo ngeguwai tiyan lunik atei,
iyulah Anak Emas. Anak Emas iyulah cuakkan wo
sanak ragah bergelar Andre rik Edward. Tiyan
peserta anjak DKI Jakarta. Anjak penampilan no,
tiyan keliyakkan percaya direi temen. Arvin, Bagas,
Citra rik Devika tambah lunik atei diguwaino. Anyin,
Om Danu rik Minan Ira lassung ngebalakko atei jamo
ngejuk tiyan rasa percaya direi.
―Tano, metei fokus gawoh guwai acara jemeh, ya.
Om dan minan kilui mahap ulah mak dapok nutuk
nginep di hotel ijo ulah ram haga nginep di nuwo
sekelikno Bagas. Anyin, om dan minan janjei jemeh
ram megegh lassung di jo guwai ngedukung metei,‖
cawo Om Danu.
***
rani pengumuman pemenang pun tigeh. Para
peserta kak radu siap di kursei sayan-sayan guwai
ngepresentaseiko karya video no di depan dewan juri
rik penuttun sai tigeh. Numur undian guwai urutan
peserta kak radu dikocok, tim ABCD ngedapokko
urutan ke limo pas seradeu tim Anak Emas.
Tepuk pungeu penuttun bergemuruh pas Anak
Emas radeu ngepresentaseiko karya no wawai temen.
Tano, giliran tim ABCD sai cakak ngepresentaseiko
karya no. Arvin, Bagas, Citra rik Devika cakak jamo
raso gugup.
―Ijo ABCD, ya?‖ lulih salah sai juri.
―Iyu, bu,‖ cawo tiyan.
―Lamun dapok ngelulih, ABCD ino nyow, ya?‖
―ABCD iyulah singkatan anjak nama gham, bu.
Arvin, Bagas, Citra rik Devika,‖ cawo Bagas.
―Payeu lamun gegeh ino, metei dapok mulai
presentasino, yu. Semangat ABCD!‖ cawo juri.
Arvin sai ditunjuk guwai juru cawo di tim tiyan
ulah yo dinilai ngemik kepandaian becawoan sai paling
wawai akhirno mulai ngejelasko video tiyan. Arvin kak
radeu melajarei materi sai radeu disusun Citra anjak
wo panas sai likut guwai dipresentaseiko dawah ijo.
―Video
ijo
nyeritako
tentang
keragaman
Indonesia sai kenahan anjak persahabatan ram.
iyulah pak sahabat sai berasal anjak suku rik agama
sai mak gegeh. Sikam Arvin besukeu Lappung rik
beragama Islam, Bagas besukeu Jawo rik beragama
Islam, Citra besukeu Sunda rik beragama Islam, jamo
Devika besukeu Bali rik beragama Hindu. Anyin,
bido-bido ino mak jadei penghalang jamo ram guwai
jadi sai rik ngejaga tali persaudaraan. ram saling
ngerakkul, ngehargai rik melajarei kebudayaan ram.
Inolah, sai ngeguwai ram bersyukur kak lahher
sebagai warga negara Indonesia sai kayo jamo
perbedaan, kayo jamo keragaman. Terimo kasih.‖
Cawo Arvin lajeu sedakepan jamo jamo-jamo no.
Unyen juri rik penuttun lajeu tepuk pungeu
ngedengeino.
***
―Payeulah, hadirin sai berbahagia. Sikam haga
ngumumko pemenang anjak Lomba Video Keragaman
di Indonesia Tahun 2022 ijo,‖ lanjutno. Lappeu
ruangan diredupkan rik suasana tambah tegang.
―Juara tigo diraih oleh Liben anjak Papua!‖ cawo
no. Peserta ragah bergelar Liben majeu adok depan
panggung rik lalang sumringah sai terukir di
pudakno. Tersisa wo peserta, yaitu tim ABCD jamo
tim Anak Emas. Arvin rik jamo-jamo no pagun gugup
rik saling ngegandeng pungeu nguatko tiyan.
―Juara ke wo anjak Lomba Video Keragaman di
Indonesia Tahun 2022 diraih oleh… Tim Anak Emas
anjak DKI Jakarta!‖ seru pembawa acara.
―Selamat kepada Tim ABCD anjak Lappung sai
berhasil
jadei
pemenang
anjak
Lomba
Video
Keragaman di Indonesia Tahun 2022!‖
Miwang haru nyelimutei Arvin, Bagas, Citra,
Devika, Om Danu jamo Minan Ira. Keluarga Arvin,
Citra rik Devika sai nuttun siaran langsung anjak
Youtube munih nutuk miwang terharu, bersyukur
suwa bangga jamo pencapaian sanak-sanak tiyan.
―Selamat ya, adik-adik. Persahabatan metei jadei
buat
ram
tentang
wawaino
perbedaan
rik
keragaman.‖ Cawo pembawa acara.
Arvin, Bagas, Citra rik Devika bersyukur jamo
anugerah sai diterima guwai persahabatan tiyan.
***
2
Impian Nuttun di Bioskop
embagian rapor semester genap kak radeu
dilaksanako. Tano ijo watteuno libur sekula
selamo wo minggeu. Kiki ngerasa wawai atei
temen. Selamo wo minggeu yo mak harus mikirko
tugas jamo pelajaran di sekula. Sumang ino, di liburan
tano Atu Nitya janjei haga ngajak yo mider-mider adok
Bandar Lappung guwai nuttun film di Bioskop.
―Jemeh ram jadei adok bioskop, Atu Nit?‖ lulih
Kiki, mengonfirmasei. Atu Nitya menganggguk.
―Horeee!!! Akhirno sikam nuttun di bioskop!
Akhirno sikam nuttun di bioskop!‖ cawo Kiki, iling atei
sembari ngelattunko nada adok cawoanno.
Ayah rik Bunda mahho ngenah sikap Kiki.
―Kak radeu jam pira ijo, Ki? Lapah pedom pai.
Jemeh minjak tukuk, lajeu bersih-bersih nuwo, adeu
ino dapok lapah,‖ cawo Bunda.
―Ah, Bunda. Kan libur…‖ protes Kiki.
―Ulah nyow lamun libur?‖ lulih Bunda.
―Haga minjak dawah…‖ cawo Kiki.
P
―Dih, payeu niku minjak dawah. Atu tinggal.
Jadei, pas niku minjak, atu video call lagi asik nuttun
di bioskop,‖ cawo Atu Nitya.
―Arghhh… Payeu kidah, Kiki pedom!‖
Ayah, Bunda rik Atu Nitya mahho.
***
Kiki
mak
dapok
pedom.
Berkalei-kalei
yo
ngebolak-balikko posisi pedomno, namun mato no
pagun mak haga dikilui kerja sama. Yo pagun ngerasa
iling atei, semangat rik mak sabar haga tigehno rani
jemmeh. Bayang-bayang kursi bioskop rik layarno sai
balak temen ino pagun ngeganggeu pikiranno. Alun-
alun, yo turun anjak ngan pedem rik lapah adok
kamar Atu Nitya. Yo ngebuka pintu kamar Atu Nitya
alun-alun rik ninuk kondisi di lom no.Uppo no, Atu
Nitya pun lawwak pedom. Yo lagei sibuk jamo tugas di
laptopno. Kiki lapah balik adok kamarno ulah mak ago
ngegeghai Atu Nitya.
Appai yo balik anjak kamar Atu Nitya, Kiki
pagun mak dapok pedom. Yo ngakuk ponselno rik
ngetik Bioskop Mall Boemi Kedaton di Google. Yo
ngenah gambar-gambar bioskop sai wat di san. Yo
mahho wawai di puppikno. Mak munei anjak ino, yo
kak pedom.
***
Jemmehno, Kiki minjak kedawahan. Yo ngenah
jam dinding anjak selimutno. Tekanjatlah yo ngenah
angka di jam ino nunjukko pukul 09.00 WIB. Yo lajeu
nyibak selimutno rik lapah luwah kamar.
―Ayah, Bunda, Atu Nitya ulah nyow mak
minjakko Kiki, sih?‖ cawo Kiki.
―Ayah, Bunda rik Atu kak radeu ngayun niku
minjak anjak subuh. Niku gawoh sai susah minjak!‖
jelas Atu Nitya.
―Yah… Anyin, Kiki mak dengei. Eh, Tu ram
haga lapah jam pira?‖ lulih Kiki, semangat.
Ayah, Bunda rik Atu Nitya seenahan.
―Kiki, tukuk ijo dang nuttun pai, ya?‖ cawo Ayah.
―Lho, ulah nyow?‖
―Motor Atu Nitya cadang. Ayah haga ngebo ijo
adok bengkel, tapi ijo harei Minggeu rik bengkelno
tutup,‖ cawo Ayah.
―Payeu cakak mubil gawoh,‖
―Atu kan lak dapok ngebo mubil, sayang…‖ cawo
Bunda.
―Diattak Ayah, dong. Lamun perlu, ram
sekeluarga lapah adok bioskop jejamo!‖ rayu Kiki.
―Mak dapok, sayang. Ayah rik Bunda dawah ijo
haga lapah ngejenguk Minan Lina sai appai mulang
anjak rumah sakit,‖ jelas Ayah. Pudak Kiki berubah.
Jeno no ceria rik bersemangat jadi sebik rik mak
cerah. Harapanno guwai dapok nuttun film di bioskop
dawah ijo harus narat.
Kiki kenahhan mak bersemangat ngejalanei
harei. Pudakno gegeh ditekuk. Cemberut gawoh.
Makko mahhoan rik keceriaan sai kenahhan. Unyen-
unyen bujuk rayeu dijuk Ayah, Bunda rik Atu Nitya,
pagun mak berhasil. Haga ninuk udara segar, Kiki
pamit haga mider makai sepidano sappai debei.
***
Kiki mulang adok nuwo mak bersemangat. Yo
parkirko sepidano rik geluk lapah adok lom nuwo.
Nuwo no sepei temeo. Yo ngenah unyen ruangan di
lom nuwo, pagun makko sai jimo pun. Perasaanno
mulai mak bangik.
Anjak ino, yo ngingek bahwa anjak lapah jeno yo
mak ngebo ponsel. Yo pun geluk cekelang adok kamar
rik meriksa ponselno. Wat limo panggilan mak
terjawab anjak Atu Nitya. Mak nunggeu munei, Kiki
pun geluk nelpon kupek.
―Halo, Tu. Adok kedo, sih? Cawono mak jadei
nuttun adok bioskop, anyin metei lapah unyen…‖ cawo
Kiki, kesal.
―Atu, Ayah rik Bunda lagei di rumah sakit, Ki…‖
cawo Atu Nitya di ujung telepon.
―Lho, cawono Minan Lina radeu mulang anjak
rumah sakit? lajeu, ulah nyow pagun di san?‖ lulih
Kiki, bingung.
―Layin Minan Lina sai kuruk rumah sakit, Ki.
Anyin, bunda…‖ cawo Atu Nitya, sebik.
―Nyow? Ulah nyow bunda wat di rumah sakit?
Bunda jenguk sapa, tu? Sapa sai maring?‖
―Bunda rik Ayah jeno kecelakaan pas mulang
anjak nuwo Minan Lina. Kondisi Ayah mak nyow-
nyow, anyin Bunda ngemik kattan lumayan parah rik
tano lagei dirawat di IGD…‖ cawo Atu Nitya suwa
miwang. Kiki lajeu tekanjat. Yo mejeng lemos.
Pungeuno gemetar, way matono turun mak dapok
ditahan.
―Kiki lapah dak san, Tu…‖ cawono.
―Dang, Ki. Niku tunggeu di nuwo gawoh. Sanak
usia di deh 12 tahun mak dikeneiko adok rumah
sakit,‖ jelas Atu Nitya. Hal ino tetteu ngeguwai Kiki
lajeu sebik. raso bersalah pagun nyelimutei yo. Yo
pagun dapok berdoa semoga bunda wawai-wawai
gawoh.
***
Wo panas kak liwat, Bunda radeu dikeneiko
dokter mulang rik syarat mak dikenei ngelakuko
aktivitas sai berat selamo di nuwo. Kiki nyambut
Bunda suko atei temen. Yo kak nyiapko kamar Bunda
tigeh rapi rik wangi sehingga ngeguwai Bunda
nyaman.
Kiki berubah temen. Selamo Bunda maring, yo
mak pernah minjak kemawasan. Yo pun nulung Ayah
rik Atu Nitya masak atau ngebersihko nuwo rik
semangat. Mak jarang, yo munih nulung Bunda
ngebersihko diri rik nyiapko kanikan Bunda.
―Ki…‖ cuak Bunda anjak tempat pedomno.
―Iya, Bun!‖ cawo Kiki sai lagei ngepel lantai.
― radeu ngepelno?‖
―Lawwak, Bunda. Cutik kupek. Bunda haga
diakukko sesuatu?‖
―Mawwak. Bunda haga ngobrol gawoh jamo Kiki.
Kak munei kan ram mak ngobrol ram wo?‖
Kiki
pun
geluk-geluk
nyelesaiko
aktivitas
ngepelno agar dapok geluk mengobrol jamo Bunda.
Kiki cakak adok kasur rik ngedakok Bunda.
―Kiki sayang…‖
―Ya, Bunda,‖
―Terimo kasih, ya…‖
―Terimo kasih ulah nyow, Bunda?
―Terimo kasih unggak segalo sikap Kiki sai haga
menyayangei unyen anggota keluarga, nurut jamo
kedua ulun tuho rik ngerawat Bunda pas yo maring,‖
―Ino kan kak kewajiban Kiki sebagai anak,
Bunda. Padahal, selawwak ulangan berebei radeu
dibahas materi tentang hak rik kewajiban sanak di
nuwo, Bun. Eh… Makko sai neduh, saat liburan Kiki
nerapko temen. Wat gunano munih sekula, hehehe…‖
―Bunda kilui mahap ya, Nak, kejadian watteu
niku batal lapah nuttun jamo Atu Nitya. Eh, Ayah rik
Bunda layin ngabulko kiluan mu, malah lapah,‖
―Mak nyow-nyow, Bunda. Bunda kan munih
lapahno guwai hal wawai, ninuk Minan Lina. Cawo
guru Kiki, ngejenguk ulun maring iyulah kewajiban
ram munih sebagai masyarakat,‖
―Anyin, Kiki saat ino pasti keciwa temen jamo
sama Ayah, Bunda rik Atu Nitya. Iyu, kan?‖
―Iyu sih, Bun. Anyin, Kiki salah munih. Kiki
egois temen ulah mentingko keilingan diri sayan.
Mahapko Kiki yu, Bun…‖
Bunda nyium kedak putri busseuno ino.
―Kiki pagun haga nuttun film di bioskop,
mawwak?‖
―Haga, sih. Anyin, mak tano deh, Bun. Lain
watteu gawoh, sai petting ngerawat Bunda tigeh waras
temen pai!‖
―Yakin mak ageu tano?‖
Kiki ngangguk mantap.
―Lamun Bunda ngemik ijo, gegeh nyow?‖
Bunda ninukko wo lembar tiket bioskop sai anjak
jeno dijamukko di deh bantal adok Kiki. Mato Kiki
tekanjat. Wat perasaan iling atei sai kuruk di relung
ateino.
―Bunda ngemik wo tiket guwai niku rik Atu
Nitya. Jemmeh metei nuttun, ya. Bunda radeu
ngebaca ulasanno. Cawo ulun, filmno wawai munih,
lho.‖ ―Bunda serius? Anyin, sai ngejaga Bunda di nuwo
sapa lamun Kiki rik Atu Nit lapah?‖
―Tenang, Ki. Kan pagun wat Ayah. Ayah sai
dapok ngejaga Bunda selamo metei lapah ,‖ cawo
Ayah.
Kiki iling atei bukan main. Akhirno, yo dapok
ngerasako seru nuttun film di bioskop. Kiki mak sabar
nunggeu hari jemmeh. Kiki berterimo kasih temen
jamo Ayah rik Bunda.
***
3
Bayu Si Penjual Juwadah
ayu
ngenah
dagangan
juwadahno
mak
bersemangat. Juwadah sai yo titipko di kantin
Pak Hamdun pagun nyisa nayah. Pagun
beberapa gorengan, donat kentang jamo keripik kikim
balado sai berkurang mak liwat anjak limo bijei.
Bayu tigeh di depan nuwo saksai kayeu rik
anyaman buluh. Yo mejeng rik ngepikko termos
juwadahno di unggak kursei tijang sai wat di depan
nuwo.
―Assalamu’alaikum…‖ cawo Bayu lajeu mencium
pungeu ibu nie.
―Wa’alaikumsalam…” Bu Minarsih, ibu Bayu
iyulah ulun tuho tunggal sai harus mengurus rik
menghidupei
ketigo
sanakno
radeu
suamino
meninggal dunia setahun sai likut ulah kecelakaan.
Ulah sebab ino, guwai ngebantu ibu nie, Bayu nutuk
ngejual juwadah-juwadah tradisional guwaian ibu
adok sekula.
―Gegeh nyow sekulamu panas ijo??‖ lulih Bu
Minarsih.
―Laccar, Bu. Jeno, Bu Ida ngebageiko hasil
ulangan harian Matematika sai berebei,‖
― laju, gegeh nyow hasilno?‖
B
―Bayu masso nilai 100 lagi, Bu,‖ cawo Bayu, iling
atei. Bu Minarsih ngedakep sanak sulungno ino jamo
rasa bangga.
―Anyin …‖
―Anyin ulah nyow?‖
―Dagangan Bayu panas ijo mak laris temen, Bu,‖
sebik Bayu.
―Mak nyow-nyow. Namono munih rezeki, wajar
lamun kalo-kalo nayah, kalo-kalo cutik. Sai petting
pagun semangat,‖ cawo Bu Minarsih ngebalakei atei
Bayu.
***
Juwadah sai pagun wat anjak sekula Bayu
dagangko kupek di depan nuwono. Suwa nunggeu sai
hageu beli, yo sempatko guwai ngerjako PR sai dijuk
Bu Ida jeno tukuk.
Bu Minarsih ngepaghokei Bayu rik mejeng
ngelajar yo.
―Wat PR?‖
―Iyeu, Bu.‖
―Kalo-kalo, mak leraso loh di Ibu lamun niku
kak kelas enam. Bayu haga ngelajeu di SMP kedou?‖
lulih Bu Minarsih.
―Lawwak tepikir jama Bayu haga ngelajeu adok
SMP atau mawwak, Bu…‖ cawo Bayu.
―Loh, ulah nyow gegeh ino?‖
―Bayu hageu kerjeu gaweh nulung Ibu nyessak
duwit. Na’an lamun kak 17 tahun ke unggak, Bayu
izin ngerantau adok Jakarta ya, Bu. Cawo ulun, di san
lebih mudah masso pekerjaan sai gajino balak!‖ cawo
Bayu sai ngeguwai Bu Minarsih tekanjat.
―Niku cawo nyow wah. Ibu mak setuju niku kerja
di usia sai pagun lagei mudo gegeh ijo. Setemenno,
niku ngejual juwadah di sekula munih ibu mak setuju.
Ibu haga Bayu sekula rik ngakuk cita-cita. Kalau
Bayu sukses, ibu, adik-adik rik almarhum bapakmu
munih kan bangga, Nak…‖ kehagoan Bu Minarsih
lajeu ngedakep anak mengiyan no.
***
Jimmeh harei di sekula, lonceng tando pelajaran
pertamo kak diurikko. Unyen siswa geluk kuruk
kelas masing-masing suwa rapi, Bayu kuruk munih.
Pelajaran tukuk ijo iyulah Tematik di lom materi
Tema 5 yaitu Wirausaha. Bu Ida ngejelasko makna
wirausaha,
cara
berwirausaha
jamo
sikap
sai
sewawaino dimilikei oleh ulun wirausahawan. Bayu
ngedengeiko penjelasan Bu Ida dengan seksama.
Seradue pelajaran, Bayu izin cawo jamo dengan
Bu Ida ulah wat hal sai haga yo lulih.
―Bayu haga ngelulih, Bu. Nyo usaha sai Bayu
lakonei tano sebagai penjual juwadah dapok dicuak
sebagai wirausaha?‖
―Tentu gaweh. Anyin, tano Bayu pagun di lom
tahap belajar ulah Bayu lawwak sepenuhno ngegelikko
watteu di bidang ino,‖ cawo Bu Ida.
―Bayu jadei bercita-cita jadei ulun wirausahawan
guwai nulung ibu rik adik-adik di nuwo, Bu. Apakah
ibu wat saran sai harus Bayu lakonei guwai ngeraih
cita-cita ino?‖ lulih Bayu. Bu Ida mahho wawai
ngedengei lulihan Bayu.
―Bayu, cita-citamu sai haga nulung ibu rik adik-
adik iyulah cita-cita sai mulia temen. Jadei nyow
gaweh Bayu na’an no, insya Allah pasti kan diridhoi
Allah SWT lamun pagun tetap berusaha di jalan sai
wawai. Lamun Bayu haga jadei ulun wirausahawan
sai sukses Bayu harus selalu ngejunjung unggak
kejujuran. Jamo, sikap pattang menyerah rik kreatif
jugo. Dang lunik atei lamun di lom berwirausaha,
dagangan ram mak ramik sai beli. Malah, ram mesti
dapok nyessak masalahno di kedo sih kok dapok mak
lakeu? Nah, anjak san dapok diteduh solusi sai kreatif
guwai dagangan ran agar dapok narik atei sai beli,‖
cawo Bu Ida.
―Wah, terimo kasih nayah atas saran rik
nasehatno, Bu, Bayu haga nyoba belajar nayah
tentang berwirausaha.‖
***
Jujur, pattang menyerah rik kreatif iyulah kata-
kata sai terngiang di utak Bayu setijang rang layo
mulang sekula. Temen ino cawo Bu Ida, yo mak boleh
sebik rik ngeluh lamun dagangannya mak ramik sai
beli. Malah, yo harus nyessak cara sai kreatif guwai
dapok narik minat sai beli.
Setigehno di nuwo, Bayu nyusun juwadah-
juwadah sisa daganganno di sekula sai pagun nayah.
Yo susun juwadah-juwadah ino sesuai jenisno di
unggak tappah. Yo ngenah juwadah-juwadah ino
serius, lalu nyicip sai sai.
Bayu nulis hasil pengamatanno ino di lom bukeu.
Munei yo mikirko solusino tigeh yo mak dengei Bu
Minarsih sai nyuak yo anjak jeno.
―Bayu…‖ cuak Bu Minarsih, kali ijo jamo nepuk
baheu sanak mengiyan no ino.
―Eh, iyu Bu?‖
―Niku lagei mikir nyow, sih? Ibu nyuak anjak
jeno mak dengei,‖ cawo Bu Minarsih.
―Bayu lagei mikir gegeh nyow agar dagangan
ram laris, Bu. Ibu tinuk gawoh, penampilan juwadah-
juwadah ram lamun kak dawah gegeh ijo. Bayu munih
mak haga mengan ino,‖
―Mmm… Ibu ngemik ide!‖
―Nyow, Bu?‖ lulih Bayu, semangat.
―Jemmeh kan hari Minggeu. Bayu lapah gawoh
adok Pasar Nggruput sai di Pemda ino. Di san kan
lamun tukuk nayah jajanan pasar jamo rasa rik
tappilan sai menarik. Makko sai neduh lamun Bayu
ngemik ide semulang anjak san. Bayu pandai kan
tempatno?‖
―Iya, Bu, pandai. Payeu, lamun gegeh ino jemmeh
Bayu lapah adok san, Bu!‖ cawono, penuh semangat.
***
Tukuk Minggeu, Bayu lapah jamo Bintang makai
sepida butut peninggalan bapak adok Pasar Nggruput
Pringsewu sai rajin digelar tiap tukuk Minggu pagi. Di
san nayah jajanan pasar rik juwadah tradisional sai
dijual. rik duit hasil bukkar celengan, Bayu ngebelei
sai sai jajanan ino lajeu ngebo yo mulang. Yo ngebelei
agar-agar, juwadah puttei, juwadah risoles, keripik
kikim balado, donat kentang rik tetteu gawoh,
gorengan. Bu Minarsih tekanjat ngenah tikkah anak
mengiyan no sai ngebelei nayah kanikan ino. Bayu
nyoba melajarei kewawaian anjak kanikan-kanikan
ino sai dapok yo terapko adok daganganno.
***
Sisa uang celengan sai Bayu kedau, yo ngebelei
bahan-bahan
juwadah.
Jamo
Bu
Minarsih,
yo
ngeguwai jajanan agar-agar sai dikurukko di lom cup.
Selain ino, yo ngebelei babbak luppia, tepung panir
jamo pira jenis sayuran guwai ngeguwai juwadah
risoles bermodalko selembar resep sai yo masso anjak
internet.
Bu Minarsih iling atei temen ngenah semangat
rik kegigihan Bayu. Yo malah haga ngeracik ghik
ngolah bahan-bahanno sayan ulah Bu Minarsih harus
ngejaga Bara dan Bintang.
***
Bayu lapah adok sekula jamo rasa optimis rik
iling atei. Yo yakin, juwadah-juwadah sai yo guwai
dapok diilingei jamo-jamo no rik para gureu.
Setigehno di sekula, yo nitipko juwadah daganganno
ino adok Pak Hamdun.
Sai setengah jam anjak ino kedengei bagho
locceng diurikko tando jam pelajaran kak radeu.
Sanak-sanak lapah adok pitteu kelas, segabor haga
luwah.
Tiyan lajeu adok kantin rik ngebelei juwadah
guwaian Bayu sai bareu. Bayu iling atei ngenah jamo-
jamo no ngebelei juwadah-juwadah guwaianno. Yo
penasaran gegeh nyow tanggapan tiyan jamo juwadah-
juwadah ino.
Yo ngehenning ngenah jamo-jamo no mak ngejuk
pandai tiyan bahwa juwadah sai haga tiyan kan iyulah
guwaianno. Yo haga masso penilaian sai jujur anjak
jamo-jamono.
―Hueekkk… Nyow, ijo!‖ cawo Anggi pas mengan
agar-agar guwaian Bayu.
―Ulah nyow, Nggi?‖
―Agar-agar ni pahhik. Padahhal, Anggi iling
temen agar-agar. Anyin, ijo mak bangik. Pahhik!‖ cawo
Anggi. Selain Anggi, siswa sai barih sai nganik agar-
agar munih ngeluh hal sai gegeh.
―Hueekkk… Risolesno munih mak bangik. Asin
temen. Nyesel sikam belei,‖ keluh jamo no sai barih.
***
Bayu tigeh di nuwo kak palai. Segaris mahho
wawai pun mak kenahhan di pudakno. Termos
juwadah sai yo kating, dipikko gegeh ino gawoh di
luwah nuwo.
Bu Minarsih bingung ulah mak gegeh biasono
sanak mengiyan no ino lajeu kuruk kamar anjak
mulang sekula. Bu Minarsih ngenah termos juwadah
sai dipakai oleh Bayu guwai dagang dipikko gegeh ino
gaweh di luwah. Yo ngebuka isei no, pagun nayah.
Mungkin ijo sai nyebabko Bayu kenahhan mak
bersemangat gegeh jeno, pikir Bu Minarsih.
―Bayu…‖
―Bayu mak haga jualan kupek, Bu,‖ sebik Bayu
rik baro sai biyak.
―Ulah nyow, Nak? Pah cawo pai jamo ibu,‖
Bayu minjak anjak pedomno rik ngusap wai
mato no sai tehilie.
―Juwadah guwaian Bayu berebei mak bangik,
Bu. Jamo-jamo unyen keciwa. Bayu sebik. Bayu pagun
layin bapak, Bu, sai pittar berdagang. Watteu bapak
pagun urik, jualan rujakno laris jugo. Langgananno
bapak munih nayah. Anyin, pas Bayu nyoba berjualan
munih selalu cutik, ‖ cawo Bayu, sebik.
―Bayu… Dak jo, Nak…‖
Bu Minarsih megong badan Bayu rik ngedakep
yo.
―… Bayu dapok sebik rik keciwa. Anyin, Bayu
pandai mawwak, lamun selawwak bapak jualan
rujakno laris rik nayah pelanggan, bapak munih
gegoh Bayu. Selalu cutik. Anyin, bapak mak nyerah.
Bapak nyoba unyen resep rujak sai pas rik bangik
menurut ulun-ulun. Appai tigeh akhirno, gegeh sai
Bayu
cawoko
jeno,
bapak
kak
ngemik
nayah
pelanggan,‖
―Lamun gegeh ino, Bayu mesti nutuk semangat
bapak, Bu. Bayu haga nyoba kupek berhasil rik
ngedapokko nayah pelanggan gegeh bapak.‖ Tekad
Bayu.
***
Bingei no, Bayu berjibaku kupek jamo adonan
juwadahno. Namun, tano ijo Bayu mak ngeguwai
adonan sai nayah gegeh berebei. Hanya setengahno
gawoh. Ulah, rencanano yo hageu ngeguwai jamo-
jamo sekelasno. Jemmeh, yo haga ngebageiko gawoh
guwai kiluyan mahap rik penguji rasa adok
juwadahno.
***
Ketika jam istirahat di sekula, Bayu ngebagei
agar-agar rik juwadah risoles adok 15 ulun jamo
sekelasno. Selawwakno, yo kilui mahap jamo tiyan
ulah ngeguwai juwadah sai mak bangik berebei. Selain
adok jamo no, yo munih ngejukko sampel juwadah ino
adok dewan gureu rik Pak Hamdun.
Jamo-jamo no pagun ngerasa rabai nganik agar-
agar rik juwadah risoles guwaian Bayu. Tiyan gegeh
trauma jamo raso no. Anyin, pas wat sanak sai cawo,
―Bangik!‖ tiyan lajeu nganik kebangikkan.
Bayu iling atei ngenahno. raso hareu nyelimutei
ateino rik watteu ino munih, yo bejanjei adok diri no
sayan guwai selalu belajar anjak kesalahan rik
berusaha jadei lebih wawai.
***
Cerita Berbahasa Indonesia Cerita Berbahasa Indonesia
1
Video Keragaman ala ABCD
rvin, Bagas, Citra, dan Devika telah menjalin
persahabatan sejak kelas satu sekolah dasar.
Meskipun memiliki latar belakang suku dan
agama yang berbeda, mereka tetap kompak.
Arvin yang bersuku Lampung sering mengajari
teman-temannya tentang kosakata bahasa Lampung,
penulisan aksara Lampung, serta tradisi budaya
Lampung. Bagas yang bersuku Jawa pun kerap
mengajari teman-temanya berbicara bahasa Jawa.
Begitu pula dengan Citra yang bersuku Sunda, ia
sering mengajari teman-temannya berbicara bahasa
Sunda
serta
mengenalkan
panggilan
dalam
keluarganya dengan menggunakan bahasa Sunda.
Devika yang bersuku Bali pun beberapa kali mengajari
mereka tari Bali.
Suatu hari, mereka membaca sebuah poster yang
berisi tentang informasi lomba bagi siswa sekolah
dasar, yaitu Lomba Video Keragaman di Indonesia
Tahun 2022. Mereka merasa tertarik untuk mengikuti
lomba tersebut.
***
Sepulang sekolah, mereka berkumpul di rumah
Arvin
untuk
membahas
informasi
lomba
yang
diperoleh pagi tadi.
A
―Wah, kalian sedang membicarakan apa, sih?‖
tanya Kiyay Sita, kakak Arvin.
Bagas, Citra, dan Devika pun segera berdiri dan
menyalami Kiyay Sita.
―Ini, Kiyay. Rencananya kami akan mengikuti
lomba membuat video,‖ jawab Devika.
―Video apa? Lalu, apa saja persyaratannya?‖
tanya Kiyay Sita, ingin tahu.
―Video tentang Keragaman di Indonesia, Kiyay.
Kalau dari keterangan di poster,sih, pesertanya boleh
perorangan atau kelompok, durasi video maksimal
tujuh menit, dan video harus diunggah di akun
YouTube masing-masing. Namun, kami bingung harus
mulai dari mana,‖ keluh Devika.
―Kedengarannya seru. Coba, sini Kiyay bantu!
Tapi, sebelumnya Kiyay mau bertanya pada kalian.
Keragaman itu apa, sih? Lalu apa saja contoh
keragaman yang ada di Indonesia?‖ tanya Kiyay Sita
memancing kemampuan berpikir kritis mereka.
―Keragaman adalah perbedaan-perbedaan yang
ada di masyarakat. Contohnya adalah perbedaan ras,
agama, suku, dan lainnya.‖ jawab Citra dengan lancar.
―Wah, bagus sekali jawabannya Citra! Jadi,
benar
apa
yang
dikatakan
oleh
Citra
bahwa
keragaman adalah perbedaan-perbedaan dalam suatu
masyarakat.
Indonesia
memiliki
banyak
bentuk
keragaman yang membuat negara kita menjadi kaya
akan budayanya serta negara yang kuat akan
persatuannya!‖ jelas Kiyay Sita.
―Berarti pertemanan kita ini termasuk salah satu
contoh kekayaan Indonesia dong, Kiyay? Bukankah
kami berasal dari suku dan agama yang berbeda-
beda?‖ tanya Devika.
―Tepat sekali, Devika! Nah, dari hasil diskusi ini
sudah terpikirkan belum konsep video seperti apa
yang akan kalian buat?‖ tanya Kiyay.
Arvin, Bagas, Citra, dan Devika sedang berpikir.
Tiba-tiba, mereka menyuarakan pendapat yang sama.
―Persahabatan kita!‖ jawab mereka serentak.
Kalian bisa membuat video tentang keragaman
Indonesia melalui cerita tentang persahabatan kalian,‖
ujar Kiyay Sita.
―Wah, benar juga!‖ ujar Citra, antusias.
―Baiklah kalau begitu sekarang kita tentukan
skenario videonya seperti apa serta berbagai alat dan
bahan yang dibutuhkan agar kita bisa segera
shooting!‖ ujar Arvin.
Arvin, Bagas, Citra, dan Devika pun kembali
mendiskusikan skenario dari video yang akan mereka
buat. Dua jam kemudian, wajah mereka yang semula
sangat
serius
berubah
ceria
karena
berhasil
mendapatkan ide tentang video yang akan mereka
buat.
―Baiklah.
Jadi,
konsep
video
kita
adalah
keragaman yang tecermin dari persahabatan kita.
Mulai besok, kita siapkan peralatannya seperti
kamera, pakaian tradisional Lampung, Jawa Tengah,
Jawa Barat, dan Bali. Bagaimana teman-teman?‖
tanya Arvin.
―Setuju! Kalau urusan kamera, aku bisa minta
tolong Teteh Kirana. Kebetulan dia bekerja di studio
foto,‖ ujar Citra.
―Untuk pakaian tradisional, konsepnya dapat
disesuaikan
dengan
suku
kita
masing-masing.
Mungkin, kita bisa meminta bantuan ibu untuk
mencarikannya di rumah,‖ Ujar Devika yang disetujui
ketiga temannya.
―Lalu, bagaimana dengan tempatnya? Kita mau
ambil latar di mana?‖ tanya Bagas.
―Bagaimana jika kita mengambil video di dua
tempat, yaitu Bendungan Way Sekampung dan
pelataran
rumah?
Bendungan
Way
Sekampung
merupakan salah satu ciri khas dari Kabupaten
Pringsewu sebagai bendungan terbesar di Provinsi
Lampung. Jadi, video kita akan terlihat semakin unik
karena
mengangkat
kekayaan
daerah
sendiri
sekaligus
mempromosikan
Kabupaten
Pringsewu!
Bagaimana?‖ usul Devika. ―Aku setuju!‖ ujar Arvin,
Bagas, dan Citra.
***
ILUSTRASI HALAMAN bendungan
Hari Minggu sebagai hari yang dinanti-nanti
untuk membuat video pun telah tiba. Arvin, Bagas,
Citra, Devika, Kiyay Sita, dan Teteh Kirana sudah
berangkat ke Bendungan Way Sekampung pukul
06.30.
Mereka
membawa
perlengkapan
yang
dibutuhkan dalam proses pembuatan video tersebut.
Selama proses shooting, mereka dibantu oleh Teteh
Kirana sebagai pengambil gambar serta Kiyay Sita
sebagai penata busana dan rias.
***
Lima hari kemudian, video telah selesai diedit
oleh Bagas. Mereka puas dengan hasilnya. Menurut
mereka hasilnya sangat bagus.
―Oh
ya,
teman-teman,
aku
punya
usul.
Bagaimana kalau video ini kita beri nama ―Video
Keragaman ala ABCD‖? Lalu, kanalYouTube kita,
diberi nama ABCDChannel?‖ usul Bagas.
―Apa itu ABCD?‖ tanya Devika.
―Arvin, Bagas, Citra, dan Devika. Benar, tidak,
Gas?‖
―Benar sekali, Vin!‖
Mereka berempat tertawa dan senang dengan
singkatan baru itu. Kemudian, mereka memutuskan
untuk mengunggah video tersebut ke YouTube dan
membagikan tautannya ke sosial media masing-
masing.
***
Delapan hari menjelang pengumuman, jumlah
pengunjung
akundi
YouTube
mereka
meningkat
sangat pesat sekitar 1.200 pengunjung akun, 900
penyuka, 700 pengikut, serta 1.000 komentar yang
semuanya bersifat positif dan membangun. Arvin,
Bagas,
Citra,
dan
Devika
sangat
senang
mengetahuinya. Namun, di saat yang bersamaan
mereka pun merasa cemas karena ada peserta lain
dengan saluranYouTube bernama Anak Emas, yang
mengunggah video dengan kualitas sangat bagus,baik
dari sisi materi maupun kreativitasnya. Jumlah
pengunjung, penyuka, pengikut,dan komentar yang
dimilikinya pun jauh melampaui Tim ABCD. Bahkan,
ada yang berkomentar juga bahwa video karya Tim
ABCD merupakan saingan ketat Tim Anak Emas.
***
Tiga hari kemudian, dengan rasa gugup dan
jantung yang berdebar, mereka membuka e-mail yang
dikirim oleh penyelenggara. Dari ratusan peserta,
video mereka terpilih dalam 20 besar finalis yang akan
melaju ke babak final di Jakarta. Suasana haru dan
tangis mereka pecah begitu saja.
***
Satu hari menjelang final, mereka telah tiba
Jakarta di hotel yang ditentukan penyelenggara
dengan didampingi oleh Om Danu dan Tante Ira yang
merupakan orang tua Bagas. Saat sedang registrasi
peserta di ruang lobi, mereka bertemu dengan finalis
lain yang selama ini membuat mereka berkecil hati,
yaitu Tim Anak Emas. Anak Emas adalah sebutan
untuk dua anak laki-laki bernama Andre dan Edward.
Mereka merupakan peserta dari DKI Jakarta. Dari
penampilannya, mereka terlihat sangat percaya diri.
Arvin, Bagas, Citra, dan Devika semakin berkecil hati
dibuatnya. Namun, Om Danu dan Tante Ira langsung
membesarkan hati dan mengembalikan rasa percaya
diri mereka.
―Sekarang, kalian fokus saja untuk acara besok,
ya! Om dan tante minta maaf karena tidak bisa ikut
menginap di hotel ini karena kami akan menginap di
rumah sepupunya Bagas. Namun, om dan tante
berjanji kalaubesok akan hadir langsung di sini untuk
mendukung kalian,‖ sambung Om Danu.
***
Hari pengumuman pemenang pun tiba. Para
peserta sudah bersiap di kursi masing-masing untuk
mempresentasikan karya videonya di depan dewan
juri dan penonton yang hadir. Nomor undian untuk
urutan
peserta
sudah
dikocok.Tim
ABCD
mendapatkan urutan kelima tepat setelah Tim Anak
Emas.
Tepuk tangan penonton bergemuruh ketika Tim
Anak Emas selesai mempresentasikan karyanya
dengan sangat baik. Kini, giliran Tim ABCD yang
maju untuk mempresentasikan karyanya. Arvin,
Bagas, Citra, dan Devika maju dengan gugup.
―Ini Tim ABCD, ya?‖ tanya salah satu juri.
―Iya, Bu,‖ jawab mereka.
―Kalau boleh tahu, ABCD itu apa, ya?‖
―ABCD adalah singkatan dari nama kami, Bu,
yaitu Arvin, Bagas, Citra, dan Devika,‖ jawab Bagas.
―Oh,
begitu.
Baik,
kalian
bisa
memulai
presentasinya,
ya.
Semangat,
ABCD!‖
ujar
juri
tersebut.
Arvin ditunjuk sebagai pembicara di tim mereka
karena dinilai memiliki kemampuan berbicara yang
paling baik. Sejak dua hari yang lalu, ia sudah
mempelajari materi yang telah disusun Citra untuk
dipresentasikan hari ini.
―Video ini menceritakan keragaman Indonesia
yang tecermin dari persahabatan kami. Kami adalah
empat sahabat yang berasal dari suku dan agama yang
berbeda. Saya, Arvin, bersuku Lampung, Bagas
bersuku Jawa, Citra bersuku Sunda, dan Devika
bersuku Bali. Saya, Bagas, dan Citra beragama Islam,
sedangkan
Devika
beragama
Hindu.
Namun,
perbedaan-perbedaan tersebut tidak pernah menjadi
penghalang bagi kami untuk menyatu dan menjaga
tali persaudaraan.
Kami
saling
merangkul,
menghargai,
dan
mempelajari kebudayaan masing-masing. Itulah, yang
membuat kami bersyukur terlahir sebagai warga
negara Indonesia yang kaya akan perbedaan, kaya
akan keragaman, terima kasih,‖ Jelas Arvin sembari
berpelukan dengan ketiga temannya. Para juri dan
penonton sontak bertepuk tangan mendengarnya.
***
―Baiklah, para hadirin yang berbahagia. Saya
akan umumkan pemenang Lomba Video Keragaman
di Indonesia Tahun 2022 ini‖ ucap pewara. Lampu
ruangan diredupkan dan suasana berubah menjadi
semakin tegang.
―Juara tiga diraih oleh Liben dari Papua!‖ ujar
pewara. Peserta laki-laki bernama Liben pun maju
naik ke panggung dengan senyum sumringah yang
terukir di wajahnya. Tersisa dua peserta, yaitu Tim
ABCD dan Tim Anak Emas. Arvin dan teman-teman
semakin gugup. Mereka bergandengan tangan untuk
menguatkan diri satu sama lain.
―Juara kedua dari Lomba Video Keragaman di
Indonesia Tahun 2022 diraih oleh… Tim Anak Emas
dari DKI Jakarta!‖ seru pembawa acara yang sontak
membuat Tim ABCD menjadi juara satu atau
pemenang dari lomba ini.
―Selamat kepada Tim ABCD dari Lampung yang
berhasil
menjadi
pemenang
dari
Lomba
Video
Keragaman di Indonesia Tahun 2022!‖
Tangis haru menyelimuti Arvin, Bagas, Citra,
Devika, Om Danu, serta Tante Ira. Keluarga Arvin,
Citra, dan Devika yang menyaksikan siaran langsung
dari YouTube pun ikut menangis terharu, bersyukur,
dan bangga dengan pencapaian anak-anak mereka.
―Selamat ya, adik-adik! Persahabatan kalian
menjadi inspirasi bagi kami semua tentang indahnya
perbedaan dan keragaman.‖ ujar pembawa acara.
Arvin, Bagas, Citra, dan Devika bersyukur atas
anugerah yang diterima untuk persahabatan mereka.
***
ILUSTRASI HALAMAN panggung
2
Impian Nonton di Bioskop
embagian
rapor
semester
genap
telah
dilaksanakan. Sekarang waktunya para siswa
libur sekolah selama dua minggu. Kiki merasa
senang sekali karena selama dua minggu dia tidak
harus memikirkan tugas dan pelajaran di sekolah.
Selain itu, di momen liburan kali ini Kak Nitya
berjanji
akan
mengajaknya
jalan-jalan
ke
Bandarlampung untuk menonton film di bioskop.
―Besok kita jadi ke bioskop, Kak Nit?‖ tanya Kiki.
Kak Nitya menganggguk.
―Horeee! Akhirnya aku nonton di bioskop,
akhirnya aku nonton di bioskop!‖ ujar Kiki, senang
sembari melantunkan nada pada ujarannya tersebut.
Ayah dan Bunda tertawa melihat sikap Kiki.
―Sudah jam berapa ini, Ki? Sana, tidur dulu.
Besok bangun pagi, terus bersih-bersih rumah, setelah
itu baru boleh pergi,‖ ujar Bunda.
―Ah, Bunda. Kan libur…‖ protes Kiki.
―Terus, kenapa kalau libur?‖ tanya Bunda.
―Ingin bangun siang…‖ jawab Kiki.
P
―Yaudah, sana bangun siang. Kakak tinggal.
Jadi, saat kamu bangun, kakak akan video callkamu
dan cerita kalau kakaklagi asyik nonton di bioskop,‖
sahut Kak Nitya.
―Arghhh… iya, iya, Kiki tidur!‖
Ayah, Bunda, dan Kak Nitya tertawa.
***
Kiki
tidak
bisa
tidur.
Berulang
kali
dia
membolak-balikkan posisi tidurnya, tetapi matanya
tetap tak mau diajak bekerja sama. Ia merasa senang,
semangat, dan tak sabar akan datangnya hari esok.
Bayang-bayang kursi bioskop dan layarnya yang super
besar itu terus mengganggu pikirannya. Perlahan, ia
turun dari tempat tidur dan pergi ke kamar Kak
Nitya. Ia membuka pintu kamar itu dan mengintip ke
dalam. Ternyata, Kak Nitya pun belum tidur. Ia masih
sibuk dengan tugas di laptopnya. Kiki pun kembali ke
kamar karena tak ingin mengganggu kakaknya.
Beberapa saat setelah kembali dari kamar Kak
Nitya, Kiki masih belum bisa tidur. Ia lalu mengambil
ponselnya
dan
mengetik
Bioskop
Mall
Boemi
Kedatondi Google. Ia melihat gambar-gambar bioskop
yang tertera di sana. Senyum merekah terpancar dari
bibirnya. Tak lama kemudian, ia pun terlelap tidur.
***
Keesokan harinya, Kiki benar-benar bangun
kesiangan.
Ia
melirik
jam
dinding
dari
balik
selimutnya. Ia terkejut ketika melihat angka di jam
tersebut menunjukkan pukul 09.00 WIB. Ia segera
menyibakan selimutnya dan bergegas keluar kamar.
―Ayah,
Bunda,
Kak
Nitya,
kenapa
tidak
bangunin Kiki, sih?‖ protes Kiki.
―Ayah, Bunda, dan Kakak sudah membangunkan
kamu dari subuh. Kamu saja yang susah dibangunin!‖
tukas Kak Nitya.
―Yah… tapi Kiki tidak dengar. Kak, kita mau
berangkat jam berapa?‖ tanya Kiki, semangat.
Ayah,
Bunda,
dan
Kak
Nitya
saling
berpandangan.
―Kiki, hari ini tidak usah nonton dulu, ya!‖ ujar
Ayah.
―Lho, kenapa?‖
―Motor
Kak
Nitya
rusak.
Ayah
mau
membawanya ke bengkel, tapi ini hari Minggu dan
bengkelnya tutup,‖ jawab Ayah.
―Ya, sudah naik mobil saja,‖
―Kakak kan belum bisa bawa mobil, sayang…‖
jawab Bunda.
―Diantar
Ayah,
dong.
Kalau
perlu,
kita
sekeluarga pergi ke bioskop bareng!‖ rayu Kiki.
―Tidak bisa, sayang. Ayah dan Bunda hari ini
mau menjenguk Tante Lina yang baru pulang dari
rumah sakit,‖ tukas Ayah. Raut wajah Kiki berubah.
Seketika wajah cerianya berubah menjadi sedih.
Harapannya untuk dapat menonton film di bioskop
hari ini kandas.
Kiki tampak tak bersemangat menjalani hari.
Seharian ini, ia cemberut saja. Tidak ada tawa dan
keceriaan yang terpancar dari wajahnya. Ayah, bunda,
dan Kak Nintya sudah berusaha membujuknya, tetapi
tidak berhasil. Kiki berniat mencari udara segar. Ia
pun pamit main menggunakan sepedanya sampai sore
hari.
***
Kiki pulang ke rumah dengan tak bersemangat.
Ia memarkirkan sepedanya kemudian segera bergegas
ke dalam. Suasana di rumah terlihat sepi. Ia
memeriksa seluruh ruangan di dalam rumah, tetapi
tidak ada orang satu pun. Perasaannya mulai tidak
enak.
Tiba-tiba, ia teringat bahwa sejak pergi tadi ia
tidak membawa ponsel. Ia pun segera berlari ke kamar
dan memeriksa ponselnya. Ada lima panggilan tak
terjawab dari Kak Nitya. Kiki pun segera menelepon
Kak Nintya.
―Halo, Kak. Pada ke mana, sih? Katanya
―Nggak jadi nonton ke bioskop, tapi pada pergi
semua…‖ protes Kiki dengan kesal.
―Kakak, Ayah, dan Bunda lagi di rumah sakit,
Ki…‖ jawab Kak Nitya di ujung telepon.
―Lho, katanya Tante Lina sudah pulang dari
rumah sakit? Terus, kenapa masih di sana?‖ tanya
Kiki, bingung.
―Bukan Tante Lina yang masuk rumah sakit, Ki,
tapi Bunda…‖ jawab Kak Nitya, sedih.
―Apa? Kenapa Bunda ada di rumah sakit? Bunda
lagi jenguk siapa, Kak? Siapa yang sakit?‖
―Bunda sama Ayah tadi kecelakaan saat pulang
dari rumah Tante Lina. Kondisi Ayah tidak apa-apa,
tapi Bunda mengalami luka lumayan parah dan
sekarang sedang dirawat di IGD,‖ jawab Kak Nitya
sambil menangis. Kiki terkejut. Ia terduduk lemas,
tangannya
gemetar,
air
matanya
turun
tak
terbendung.
―Kiki segera ke sana, Kak…‖ ujarnya.
―Jangan, Ki. Kamu tunggu di rumah saja.
Anakyang berusia di bawah 12 tahun tidak boleh
masukke ruangan ini,‖ tukas Kak Nitya. Hal itu tentu
membuat Kiki semakin sedih. Rasa bersalah terus
menyelimutinya. Ia hanya bisa berdoa semoga bunda
baik-baik saja.
***
Dua hari berlalu, bunda sudah diperbolehkan
pulang. Dokter mengingatkan bunda untuk tidak boleh
melakukan aktivitas yang berat selama di rumah.
Sakit pink
Kiki menyambut bunda dengan sangat gembira. Ia
sudah merapikan kamar bunda agar bunda merasa
nyaman.
Kiki benar-benar berubah. Selama bunda sakit,
ia tidak pernah bangun kesiangan. Ia pun membantu
ayah dan Kak Nitya memasak atau membersihkan
rumah
dengan
semangat.
Tak
jarang,
ia
pun
membantu Bunda ketika membersihkan diri dan
menyiapkan makanan Bunda.
―Ki…‖ panggil bunda dari tempat tidurnya.
―Iya, Bun!‖ jawab Kiki yang sedang mengepel
lantai.
―Sudah mengepelnya?‖
―Belum,
Bunda.
Sedikit
lagi.
Bunda
mau
diambilkan sesuatu?‖
―Nggak. Bunda hanya mau ngobrol berdua sama
Kiki. Sudah lama kan kita nggak ngobrol berdua?‖
Kiki pun dengan sigap menyelesaikan aktivitas
mengepelnya agar bisa segera mengobrol dengan
Bunda. Kiki naik ke kasur dan memeluk Bunda.
―Kiki sayang…‖
―Ya, Bunda,‖
―Terima kasih, ya…‖
―Terima kasih untuk apa, Bunda?
―Terima
kasih
karena
Kiki
sudah
mau
menyayangi seluruh anggota keluarga, mematuhi
kedua orang tua, dan merawat Bunda saat sedang
sakit,‖
―Itu kan memang sudah kewajiban Kiki sebagai
anak, Bunda. Sebelum ulangan kemarin, di kelas,
sempat dibahas materi tentang hak dan kewajiban
anak di rumah, Bun. Eh… ternyata, saat liburan, Kiki
benar-benar menerapkannya‖ ucap Kiki.
―Bunda minta maaf ya, Nak, karena kamu batal
pergi nonton sama Kak Nitya. Ayah dan Bunda lebih
memilih pergi menjenguk Tante Lina daripada
mengantar Kiki ke bioskop,‖kata bunda.
―Nggak
apa-apa,
Bunda.
Bunda
kan
juga
perginya tujuannya baik, yaitu menjenguk Tante Lina.
Kata guru Kiki, menjenguk orang yang sedang sakit
adalah kewajiban kita sebagai masyarakat‖
―Tapi, Kiki saat itu pasti kecewa sekali sama
Ayah, Bunda, dan Kak Nitya. Iya, kan?‖tanya bunda.
―Iya sih, Bun. Tapi, Kiki juga salah. Kiki terlalu
egois karena mementingkan kesenangan diri sendiri.
Maafkan Kiki ya, Bun!‖
Bunda mencium kening putri bungsunya itu.
―Kiki masih mau nonton film di bioskop, tidak?‖
―Mau, sih. Tapi, tidak sekarang, Bun. Lain kali
saja. Kiki ingin merawat Bunda sampai sembuh dulu!‖
―Yakin, tidak mau sekarang?‖ tanya bunda.
Kiki mengangguk mantap.
―Kalau Bunda punya ini, bagaimana?‖
Bunda menunjukkan kepada Kiki dua lembar tiket
bioskop yang sejak tadi disembunyikannya di bawah
bantal. Mata Kiki terbelalak kaget. Ada perasaan
senang yang menyusup di hatinya.
―Bunda punya dua tiket untuk kamu dan Kak
Nitya. Besok kalian nonton, ya! Bunda sudah baca
ulasannya. Kata orang, filmnya bagus, lho!‖
―Bunda serius? Lalu, yang menjaga Bunda di
rumah siapa kalau Kiki dan Kak Nit pergi?‖
―Tenang, Ki. Kan masih ada Ayah. Ayah yang
akan menjaga Bunda selama kalian pergi,‖ sahut
Ayah.
Kiki senang bukan main. Akhirnya, ia bisa
merasakan serunya menonton film di bioskop. Kiki tak
sabar menunggu hari esok tiba. Kiki sangat berterima
kasih pada Ayah dan Bunda.
***
3
Bayu Si Penjual Kue
ayu memandangi dagangannya dengan tak
bersemangat. Kue yang ia titipkan di kantin
Pak Hamdun masih tersisa banyak. Hanya
tinggal beberapa gorengan, donat kentang, serta
keripik singkong balado yang berkurang dan itu pun
tak lebih dari lima buah.
Bayu tiba di depan sebuah rumah berdinding
kayu
dan
beranyaman
bambu.
Ia
duduk
dan
meletakkan dagangannya di atas kursi panjang yang
tergeletak di depan rumah.
―Assalamu’alaikum…‖
ucap
Bayu
seraya
mencium tangan ibunya.
―Wa’alaikumsalam…” jawab ibu dari dalam
rumah. Ibu Minarsih merupakan orang tua tunggal
yang harus mengurus dan menghidupi ketiga anaknya
setelah suaminya meninggal dunia satu tahun yang
lalu karena kecelakaan. Oleh sebab itu, untuk
membantu ibunya itu, Bayu ikut menjual kue-kue
tradisional buatan ibu di kantin sekolah.
―Bagaimana sekolahmu hari ini?‖ tanya Bu
Minarsih.
―Lancar, Bu. Tadi, Bu Ida membagikan hasil
ulangan harian Matematika yang kemarin,‖
B
geribik
―Lalu, bagaimana hasilnya?‖
―Bayu dapat nilai 100 lagi, Bu,‖ ujar Bayu,
senang. Bu Minarsih memeluk putra sulungnya itu
dengan rasa bangga.
―Tapi…‖
―Tapi kenapa?‖ tanya ibu.
―Dagangan Bayu hari ini kurang laris, Bu,‖ keluh
Bayu.
―Tidak apa-apa. Namanya rezeki. Wajar kalau
kadang ramai atau kadang sepi. Yang penting tetap
semangat,‖ jawab Bu Minarsih membesarkan hati
Bayu.
***
Kue yang masih tersisa dari sekolah dijajakan
kembali oleh Bayu di depan rumahnya. Sembari
menunggu pembeli, ia menyempatkan diri untuk
mengerjakan PR yang diberikan gurunya tadi pagi.
Bu Minarsih menghampiri Bayu dan duduk di
sampingnya.
―Ada PR?‖ tanya ibu.
―Iya, Bu.‖ jawab Bayu.
―Tidak terasa,ya,waktu berlalu. Kamu sekarang
sudah kelas enam. Bayu ingin melanjutkan ke SMP
mana?‖ tanya Bu Minarsih.
―Belum terpikir oleh Bayu ingin lanjut SMP atau
tidak, Bu,‖ jawab Bayu.
―Loh, kok begitu?‖
―Bayu ingin bekerja saja, bantu Ibu cari uang.
Nanti kalau sudah 17 tahun, Bayu izin merantau ke
Jakarta ya, Bu. Kata orang, di sana lebih mudah dapat
pekerjaan yang gajinya besar‖ jawab Bayu dan sontak
membuat Bu Minarsih terkejut.
―Kamu bicara apa sih! Ibu tidak setuju kamu
kerja di usia yang masih sangat muda seperti saat ini.
Ibu ingin Bayu sekolah dan raih cita-cita. Kalau Bayu
sukses, Ibu, adik-adik, dan almarhum bapakmu juga
akan bangga, Nak,‖ ucap Bu Minarsih sembari
memeluk putranya itu.
***
Keesokan harinya, di sekolah, lonceng tanda
pelajaran pertama dibunyikan. Bayu beserta seluruh
siswa yang lain berangsur masuk kelas masing-masing
dengan rapi. Pelajaran hari ini adalah tematik dengan
tema Wirausaha. Bu Ida menjelaskan hal tentang
wirausaha. Selain itu, ia juga bercerita tentang cara
berwirausaha serta sikap yang seharusnya dimiliki
oleh wirausahawan. Bayu mendengarkan penjelasan
Bu Ida dengan saksama.
Seusai pelajaran, Bayu berbicara dengan Bu Ida
karena ada hal yang ingin ia tanyakan.
―Bayu ingin bertanya, Bu. Apakah usaha yang
Bayu lakukan sekarang sebagai penjual kue bisa
disebut sebagai wirausaha?‖
―Tentu saja, tetapi saat ini Bayu masih dalam
tahap
belajar
karena
kamu
belum
sepenuhnya
memfokuskan waktumu untuk itu,‖ jawab Bu Ida.
―Bayu bercita-cita menjadi wirausahawan untuk
membantu ibu dan adik-adik di rumah, Bu. Apa yang
harus Bayu lakukan, Bu?‖ tanya Bayu. Bu Ida
tersenyum mendengar pertanyaan Bayu.
―Bayu, cita-citamu yang ingin membantu ibu
serta adik-adik adalah cita-cita yang sangat mulia.
Jadi, apapun usaha Bayu nanti, insya Allah pasti akan
diridai Allah Swt. jika tetap berusaha di jalan yang
benar. Jika ingin menjadi wirausahawan yang sukses,
Bayu harus selalu menujunjung tinggi kejujuran,
pantang menyerah, dan selalu kreatif. Jangan berkecil
hati jika ketika kamu berdagang, sepi pembeli. Justru,
kita harus bisa mengetahuipenyebabnya. Nah, dari
situ bisa dicari solusi kreatif agar dapat menarik
konsumen,‖ jawab Bu Ida.
―Wah, terima kasih atas saranIbu! Bayu akan
mencoba belajar banyak tentang cara berwirausaha.‖
***
Jujur, pantang menyerah, dan kreatif adalah
kata-kata yang terngiang di pikiran Bayu sepanjang
perjalanan pulang dari sekolah. Benar kata Bu Ida. Ia
tidak
boleh
bersedih
dan
berkeluh
kesah
jika
dagangannya sepi pembeli. Justru, ia harus mencari
cara yang kreatif agar dapat menarik minat pembeli.
Sesampainya di rumah, Bayu menata kue-kue
sisa dagangannya di sekolah yang masih banyak. Ia
susun kue-kue itu sesuai jenisnya di atas tampah. Ia
memperhatikan kue-kue tersebut dengan saksama
kemudian mencicipinya satu per satu.
Bayu mencatat hasil pengamatannya itu ke
dalam sebuah buku. Lama ia memikirkan solusinya
hingga
ia
tak
mendengar
Bu
Minarsih
yang
memanggilnya dari tadi.
―Bayu…‖ panggil Bu Minarsih sambil menepuk
bahu anaknya itu.
―Eh, iya, Bu?‖
―Kamu lagi memikirkan apa, sih? Ibu panggil
dari tadi tidak dengar,‖ keluh Bu Minarsih.
―Bayu sedangmemikirkan bagaimana caranya
agar dagangan kita laris, Bu. Coba, Ibu lihat
penampilan kue-kue kita kalau sudah siang begini!
Bayu saja tidak mau memakannya,‖ ucap Bayu.
―Mmm… Ibu punya ide!‖
―Apa, Bu?‖ tanya Bayu dengan semangat.
―Besok kan hari Minggu. Bayu pergi saja ke
Pasar Nggruput yang di Pemda itu. Di sana kalau pagi
banyak jajanan pasar dengan rasa dan tampilan yang
menarik. Siapa tahu Bayu dapat ide sepulang dari
sana. Bayu tahu kan tempatnya?‖
―Iya, Bu, tahu. Baiklah, kalau begitu, besok Bayu
akan ke sana, Bu!‖ ujarnya, penuh semangat.
***
Keesokan hari, Bayu pergi dengan Bintang
menggunakan sepeda butut peninggalan bapak ke
Pasar Nggruput, Pringsewu yang selalu digelar setiap
Minggu pagi. Di sana banyak jajanan pasar dan kue
tradisional yang dijajakan. Dengan menggunakan
uang hasil membongkar celengan, Bayu membeli satu
per satu jajanan tersebut dan membawanya pulang. Ia
membeli agar-agar, kue pisang, kue risoles, keripik
singkong balado, donat kentang, dan gorengan. Bu
Minarsih sampai heran melihat tingkah anaknya yang
membeli banyak makanan itu. Bayu mencoba untuk
mempelajari kelebihan dari makanan-makanan itu
yang
mungkin
saja
bisa
ia
terapkan
pada
dagangannya.
***
Sisa uang celengan yang ia milikidibelikan
bahan-bahan kue. Bersama Bu Minarsih, ia membuat
agar-agar yang dikemas di dalam tempat berbahan
plastik. Selain itu, ia membeli kulit lumpia, tepung
panir, serta beberapa jenis sayuran untuk membuat
kue risoles dengan bermodalkan selembar resep yang
ia dapatkan dari internet.
Bu Minarsih sangat senang melihat semangat
dan kegigihan Bayu. Bahkan ia meracik dan mengolah
bahan-bahan itu sendiri karena Bu Minarsih harus
menjaga Bara dan Bintang.
***
Bayu berjalan menuju sekolah dengan rasa
optimis. Ia yakin, kue-kue buatannya akan disukai
teman-teman dan para guru. Sesampainya di sekolah,
ia titipkan kue dagangannya itu kepada Pak Hamdun.
Satu setengah jam kemudian terdengar bunyi
lonceng
dibunyikan
tanda
jam
pelajaran
telah
berakhir.
Anak-anak
menyerbu
pintu
kelas.
Merekaberebut ingin keluar.
Mereka langsung menuju kantin dan membeli
kue buatan Bayu. Bayu sangat senang melihatnya. Ia
jadi penasaran bagaimana tanggapan mereka tentang
kue-kue tersebut.
Ia diam memperhatikan teman-temannya tanpa
memberitahu mereka bahwa kue-kue itu adalah
buatannya. Ia ingin mendapat penilaian yang jujur
dari teman-temannya.
―Hueekkk… Apaan, nih!‖ keluh Anggi ketika
mencicipi agar-agar buatan Bayu.
―Kenapa, Nggi?‖
―Agar-agarnya pahit. Padahal, Anggi suka sekali
dengan agar-agar, tetapi ini tidak enak, pahit!‖ jawab
Anggi. Selain Anggi, siswa lain yang memakan agar-
agar pun mengeluhkan hal yang sama.
―Hueekkk… Risolesnya juga nggak enak. Asin
banget. Nyesel aku beli!‖ keluh temannya yang lain.
***
Bayu tiba di rumah dengan lemas. Segaris
senyum pun tak tampak di wajahnya. Termos kue
yang ia pegang diletakkan begitu saja di luar rumah.
Bu Minarsih bingung karena tidak biasanya
putra sulungnya itu langsung masuk kamar setelah
pulang sekolah. Bu Minarsih melihat termos kue yang
digunakan Bayu untuk berdagang tergeletak begitu
saja di luar. Ia buka isinya dan ternyata masih
banyak. ―Mungkin ini penyebab Bayu terlihat tak
bersemangat seperti waktu berangkat sekolah‖ pikir
Bu Minarsih.
―Bayu tidak mau jualan lagi, Bu,‖ keluh Bayu
dengan suara berat.
―Ada apa, Nak? Coba cerita sini sama ibu!‖
Bayu bangun dari tidur dan mengusap air
matanya yang mengalir.
―Kue buatan Bayu nggak enak, Bu. Teman-teman
semua kecewa. Bayu sedih. Bayu memang bukan
bapak, Bu, yang pintar berdagang. Waktu bapak
masih
hidup,
jualan
rujaknya
selalu
laris.
Pelanggannya juga banyak, tetapi saat Bayu berjualan
selalu sepi, ‖ keluh Bayu, sedih.
―Bayu… sini, Nak!‖
Bu
Minarsih
meraih
tubuh
Bayu
dan
memeluknya.
―Ibu tahu Bayu sedih dan kecewa. Tahukah Bayu
bahwa bapak pun pernah mengalami hal yang sama
seperti kamu saat ini, yaitu sepi pembeli, tetapi bapak
tidak pernah menyerah. Bapak mencoba berbagai
resep rujak yang pas dan enak rasanya menurut orang
banyak. Sampai pada akhirnya, bapak berhasil
mendapatkan banyak pelanggan,‖ Ibu menjelaskan
sambil membelai-belai kepala Bayu.
―Kalau begitu, Bayu akan meniru semangat
bapak, Bu. Bayu akan coba lagi agar berhasil dan
mendapatkan banyak pelanggan seperti Bapak‖ tekad
Bayu.
***
Malam harinya, Bayu kembali berjibaku dengan
adonan kuenya. Namun, kali ini Bayu tidak membuat
adonan
yang
banyak
seperti
kemarin
karena
rencananya ia hanya akan membuat untuk teman-
teman sekelasnya. Besok, ia akan membagikan kue-
kue itu secara gratis sebagai permintaan maaf serta
sebagai penguji rasa bagi kuenya.
***
Ketika jam istirahat di sekolah tiba, Bayu
membagikan agar-agar dan kue risoles kepada lima
belas teman di kelasnya. Sebelumnya, ia meminta
maaf kepada mereka karena kemarin telah membuat
kue yang tidak enak. Selain kepada temannya, ia pun
memberikan sampel kue tersebut kepada para guru
dan Pak Hamdun.
Teman-temannya masih merasa takut mencicipi
agar-agar serta kue risoles buatan Bayu. Mereka
seperti trauma dengan rasanya. Namun, ada satu
anak yang berseru,
―Enak!‖
mereka pun langsung memakannya dengan
lahap.
Bayu
bahagia
melihatnya.
Rasa
haru
menyelimuti hatinya. Sejak saat itu, ia berjanji pada
diri sendiri untuk selalu belajar dari kesalahan dan
berusaha menjadi lebih baik.
***
Glosarium
Kiyay
: sebutan kakak dalam Bahasa Lampung
Nggruput : kegiatan jual beli makanan tradisional
pada pagi hari
Teteh
: sebutan kakak perempuan dalam Bahasa
Sunda
Nama
: Ayu Rizki Susilowati
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 26 Mei 1992
Nomor Ponsel (WA)
: 085267940339
Alamat Posel
: [email protected]
Alamat Kantor
: SDN 1 Pandansurat, Kec. Sukoharjo,
Kab. Pringsewu
Alamat Rumah
: Kelurahan Pringsewu Selatan,
Kec. Pringsewu, Kab. Pringsewu
Pendidikan
: S-2 MKGSD
Universitas Lampung 2022
Riwayat Pekerjaan :
Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Kab.
Pringsewu (2015 – 2019)
Guru di UPT SD Negeri 1 Pandansurat, Kab. Pringsewu
(2019 – sekarang)
Karya :
Cerpen Bintang Buatan-Radar Lampung (2014)
Cerpen Terminal Tua-Radar Lampung (2015)
Sepenggal Kisah Mata Pena (Kumpulan Cerpen) -
Mazaya Publishing House (2018)
Pendidik Cerdas di Era Pandemi (Antologi Opini) - APKS
PGRI Prov. Lampung (2020)
Dalam Genggaman Ramadhan (Antologi Cerpen dan
Puisi) - The Journal Publishing House (2021)
Memperoleh Angka Kredit bagi Jabfung Guru melalui
Pengembangan Keprofesian – Kumparan (2021)
Sudah Siapkah Kita Melaksanakan Sekolah Tatap Muka?
– Kumparan (2021)
Mengemas Asesmen Kompetensi Minimum yang HOTS –
Kumparan (2021)
Biodata Penulis
Nama
: Zainudin Hasan, S.H., M.H.
Tempat, Tanggal Lahir
: Padang Ratu, 26 Juni 1984
Nomor Ponsel
: 081317331084
Alamat Posel
: [email protected]
Alamat Kantor
: Jl. ZA Pagar Alam No.26
Labuhan Ratu BDL
Alamat Rumah
: Jl. Raja Ratu No.82
Labuhan Ratu BDL
Pendidikan
: S-2 Magister Hukum
Riwayat Pekerjaan:
Advokat dan Konsultan Hukum
Dosen Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung
Karya:
Naskah Akademik dan Perda: Pendidikan di Kota Bandar
Lampung
Naskah Akademik dan Perda: Bantuan Hukum di Kota
Bandar Lampung
Monografh: Perkembangan Hukum di Indonesia
Monografh: Lokalitas Lampung Menemukan Jati diri
Kota
Monografh: Pembangunan Hukum dalam Ragam
Persfektif
Buku: Tihang dan Sahabat Petualangan di Hulu Tulung
Buku: Sosiologi Hukum Masyarakat dan Kebudayaan
Buku: Kumpulan Esai Jalan Sastra Lampung
Biodata Penyunting
Bahasa Lampung
Nama
: Dina Ardian, S.Pd.
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 11 Desember 1980
Nomor Ponsel (WA)
: 08121878334
Alamat Posel
: dina.nugraha06@ Gmail.Com
Alamat Kantor
: Kantor Bahasa Provinsi Lampung
Jalan Beringin II, No.40,
Kompleks Gubernuran, Telukbetung,
Bandarlampung
Pendidikan
: S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Universitas Negeri
Jakarta 1999—2005)
Riwayat Pekerjaan
:
Penyuluh dan Penyunting Kebahasaan di Kantor Bahasa
Provinsi Lampung (2010—Sekarang)
Biodata Penyunting
Bahasa Indonesia
Nama
: Didin Jahidin
Nomor Ponsel (WA)
: 085715056676
Alamat Posel
: [email protected]
Pendidikan
: SD 02 Kadugede, 1986
MTsN Kadugede, 1989
SMKN 02 Kuningan 1992
Riwayat Pekerjaan dan Karya:
PT Bintang Jenaka Cartoon Film, 1992—1996
(Dogaman/Inbetweener)
PPFN, 1996—1997
(Key Animator, mengerjakan proyek film animasi layar
lebar Malaysia ―Silat Legenda‖)
Asiana Wang Animation, 1997—2003
(Layout, 1997—2001)
(Key Animator, 2001—2003)
Pustaka Lebah, 2003—2014
(Ilustrator dan Pimpinan Proyek Animasi 2D, dan
Koordinator
Team Visual)
Binar Cahaya Semesta, 2014
(Ilustrator dan Koordinator Team Visual)
Biodata Ilustrator | 1_Aku_Punya_Impian_ISBN3 |
Kok Tidak Ada
Sampah Plastik?
Kok Ora Ana Sampah Plastik?
Penulis: Eka Sugeng Ariadi Penerjemah: Isa Asmaul Khusna
Ilustrator: Sandro
Bahan Bacaan untuk Pembaca Awal | Seri Terjemahan
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Kok Tidak Ada Sampah Plastik?
Kok Ora Ana Sampah Plastik?
© Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang, 2022
Penulis
Eka Sugeng Ariadi
Penerjemah
Isa Asmaul Khusna
Penelaah
Wawan Eko Yulianto
Penyunting
Dalwiningsih
Ilustrator
Sandro
Penata Letak
Alra Ramadhan
Diterbitkan oleh
BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, 61252
Telepon/Faksimile (031) 8051752
Cetakan Pertama, November 2022
ISBN: 978-602-8334-78-5
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
899.222 3
KOK
KOK TIDAK ADA SAMPAH PLASTIK?/Eka Sugeng Ariadi
K
— cet.1 — Sidoarjo: Balai Bahasa Jawa Timur, 2022
iv + 26 hlm; 22 x 28 cm
iii
Kata Pengantar
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Salah satu kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur adalah cerita anak yang mengandung kearifan
lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Kekayaan itu merupakan sebuah aset nasional yang sa-
ngat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional sebagai bagian dari warisan bu-
daya dunia. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur tidak hanya dapat diimplemen-
tasikan oleh masyarakat Jawa Timur, tetapi dapat pula dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia,
bahkan seluruh dunia. Dengan diterjemahkannya karya sastra Jawa Timur ke bahasa Indonesia, pem-
bacanya dapat menikmati cerita, kemudian mengkaji nilai-nilainya, bahkan dapat mengetahui pola
pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-nilai positif sebagai pegangan hidup. Hasil-
nya adalah akan tercipta sebuah pemahaman antarbudaya yang akan memperkaya khazanah dunia
dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Cerita-cerita yang terhimpun dalam terjemahan buku cerita anak untuk pembaca awal ini juga
dapat bermanfaat sebagai salah satu sarana atau media pendidikan karakter. Tema yang diusung
dalam buku ini adalah STEM, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika. Cerita dalam buku ini
diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan
kreativitas.
Melalui penerjemahan cerita anak, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Tek-
nologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi
nasional (GLN). Kami berusaha untuk turut berperan aktif dalam program itu dengan. menyediakan
bahan bacaan bermutu bagi pembaca melalui penerjemahan cerita anak berbahasa daerah ke ba-
hasa Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal. Kegiatan membaca diharapkan akan
tumbuh dan berkembang menjadi keterampilan-keterampilan lanjutan sehingga akhirnya pembaca
dapat mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Inovasi seperti itu perlu didukung agar dapat menumbuhkan budaya literasi dengan tetap ber-
fokus pada upaya untuk menumbuhkan generasi yang memiliki kemampuan berpikir kritis, me-
mecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik.
Kami berharap produk terjemahan ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya
sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, di-
gital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan
apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis karya sastra berbahasa daerah, penerjemah, penelaah,
dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan
karya terjemahan ini.
Semoga buku ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Sidoarjo, 1 Oktober 2022
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
iv
Kata Pengantar
iii
Daftar Isi
v
Kok Ora Ana Sampah Plastik?
Kok Tidak Ada Sampah Plastik?
1
Penulis
25
Penerjemah
25
Ilustrator
25
Daftar Isi
Kok Tidak Ada Sampah Plastik?
Kok Ora Ana Sampah Plastik?
Penulis: Eka Sugeng Ariadi
Penerjemah: Isa Asmaul Khusna
Ilustrator: Sandro
Ciiittt...gedebukkk...
“Ya ampun Booobbb...,” Sakti
mbengok.
“Adhuuhhh..adhuuhhh,” Bobi njerit
karo ngulat-ngulet ngrasakake lara.
Cit... gedebuk...
“Ya ampun, Bob!” teriak Sakti.
“Aduh... aduh,” Bobi menjerit sambil
berjingkat-jingkat kesakitan.
2
CIIIITT... GEDEBUKKK...
3
“Mulane ngati-ngati yen mlaku, ben ora
kepleset terus,” tuture Sakti.
“Adhuuuhhh... sopo seehhh sing mbuwang
plastik panganan sembarangan iki?”
Bobi nggrundel.
“Makanya hati-hati kalau jalan, biar tidak
terpeleset terus,” ujar Sakti.
“Aduh! Siapa sih yang buang sampah plastik
sembarangan seperti ini?” Bobi menggerutu.
“Sak, yen aku ketemu kanca-kanca sing mbuwang sampah plastik
sembarangan, arep tak laporake nang Kepala Sekolah,” ucap Bobi
amarga nesu bolak-balik kepleset plastik.
“Sakti, kalau aku menemukan teman-teman yang buang sampah
plastik sembarangan, mau kulaporkan ke Kepala Sekolah,” kata Bobi
karena kesal berkali-kali terpeleset plastik.
4
Sakti nglamun tur mesaake kancane sing sering kepleset plastik.
Nanging ora dianggep masalah gedhe karo Kepala Sekolah lan
Petugas Kebersihan.
Sakti merenung dan merasa kasihan pada temannya yang sering
terpeleset plastik. Sayangnya, hal itu tidak dianggap sebagai masalah
besar oleh Kepala Sekolah dan Petugas Kebersihan.
5
“Bob, aku kudu nggolek info ing YouTube piye carane
manfaatake sampah plastik” ucape Sakti.
“Sakarepmu, pokoke aku arep nglaporake kanca-kanca sing
buwang sampah sembarangan, TITIK,” ucape Bobi ketus.
“Bob, aku harus cari info di YouTube tentang cara
memanfaatkan sampah plastik,” kata Sakti.
“Terserah kamu saja, pokoknya aku mau melaporkan
teman-teman yang buang sampah sembarangan itu, titik!”
jawab Bobi ketus.
6
Ing wayah sore, Sakti banjur nyekel HP ing kamare lan ngetik
piye carane ngatasi sampah plastik.
“Ahaaa...ide apik iki, ecobrick,” bathine Sakti sorak. “Sesuk,
aku kudu ngajak Bobi nglumpukake sampah plastik sing pating
slebar ing sekolahan,” ucape kanti semangat.
Sore hari, Sakti mengambil HP di kamarnya dan mengetik
bagaimana cara mengatasi sampah plastik.
“Aha! Ide bagus ini, ecobrick,” sorak Sakti dalam hati. “Besok
aku harus ajak Bobi mengumpulkan sampah plastik yang
berserakan di sekolah,” ucapnya bersemangat.
7
8
Wayah jam istirahat pelajaran, Sakti lan Bobi wis dhiskusi
serius. “Oalah Sak.. Sak, aku sing kepleset kok malah diajak
ngumpulake sampah plastik... arep digawe obrak-abrik,”
protes Bobi.
“Husss..ngawur! dudu obrak-abrik nanging ecobrick,” ucape Sakti.
Pada jam istirahat pelajaran, Sakti dan Bobi sudah berdiskusi
serius. “Oalah Sakti-Sakti, aku yang terpeleset kok ya justru
diajak mengumpulkan sampah plastik, mau dibuat obrak-abrik,”
protes Bobi.
“Hus, sembarangan! Bukan obrak-abrik, tapi ecobrick,” bantah
Sakti.
9
“Wes ta, aja kakean pitakon. Saiki, ayo mulai
ngumpulake sampah plastik, terus dititipke
dhisik ing ruangane Petugas
Kebersihan Sekolah,” wangsule Sakti.
“Sudahlah, jangan kebanyakan tanya.
Sekarang, ayo mulai kumpulkan sampah
plastik, lalu kita titipkan dulu di ruangan
Petugas Kebersihan Sekolah,” balas Sakti.
10
11
Sawise bubar jam sekolah, sampah plastik
banjur digawa mulih lan disimpen ing omah.
“Iki oleh rong kresek sampah, siji tak gawa
mulih, sijine gawanen ya Bob?” penjaluke
Sakti.
“Emooohhh, awakmu wae sing nyimpen
kabeh,” sahute Bobi. Bobi ora gelem repot
lan melu-melu nyimpen sampah plastik.
Sepulang sekolah, sampah plastik yang sudah
terkumpul kemudian dibawa pulang dan
disimpan di rumah. “Ini dapat dua kantong
sampah, satu kubawa pulang, satunya lagi
kamu yang bawa ya, Bob?” pinta Sakti.
“Gak mau, kamu saja yang simpan semuanya,”
sahut Bobi. Bobi tidak mau repot ikut
menyimpan sampah plastik.
12
Saben dina, saben wayahe jam istirahat pelajaran, Bobi lan Sakti
njupuki lan ngumpulake sampah plastik, terus diwadahi kresek,
banjur mengko digawa mulih.
Setiap hari pada jam istirahat, Bobi dan Sakti mengambil dan
mengumpulkan sampah plastik, lalu dimasukkan kantong plastik
untuk berikutnya dibawa pulang.
13
Suwi-suwi kanca-kancane padha ngrasani bocah loro iki kaya
pemulung sampah anyaran ing sekolahan. Petugas Kebersihan
uga ngguyoni, “Bob, kowe duwe cita-cita dadi pemulung ta?”
“Wadhuuuhhh, amit-amit nggih Paakkk, kula niki kepingin dadi
pilot lho,” jawabe Bobi sewot. Sakti ing pinggire namung
mesam-mesem. Sing penting sampah plastik ing sekolahane
bisa suda saben dina.
Lama-kelamaan, teman-teman banyak membicarakan kedua
anak ini karena terlihat seperti pemulung baru di sekolah.
Petugas kebersihan pun turut meledek, “Bob, kamu punya
cita-cita jadi pemulung, ya?”
“Duh! Ya tidak lah, Pak! Saya ini ingin jadi pilot, lho,” bantah
Bobi geram. Sakti yang berada di sampingnya hanya bisa
senyum-senyum sendiri. Yang terpenting sampah plastik
di sekolahnya bisa berkurang dari hari ke hari.
14
15
Pas oleh seminggu, sampah plastik wis ana 12 kresek, wayahe
digawe ecobrick. “Piye iki carane nggawe ecobrick?” takone Bobi
penasaran.
Genap seminggu berlalu, sampah plastik sudah terkumpul
12 kantong besar, saatnya dibuat menjadi ecobrick.
“Bagaimana cara membuat ecobrick?” tanya Bobi penasaran.
16
“Rungokno yo, Bob! Sepisan, kabeh plastik iki kudu diumbah
nganti bersih, banjur dipepe nganti garing. Botol-botol sing
digawe wadahe ya diresiki. Yen wis resik kabeh, plastik-plastik
iki dilebokne botol nganti kebak. Carane ben kebak, dilebokne
nganggo alat kayu iki,” Sakti jelaske.
“Dengarkan ya, Bob! Pertama, semua plastik ini harus dicuci
sampai bersih, lalu dijemur sampai kering. Botol-botol yang
dibuat wadahnya juga dibersihkan. Kalau sudah bersih semua,
plastik-plastik ini dimasukkan ke botol sampai penuh. Biar
penuh, memasukkannya pakai alat kayu ini,” jelas Sakti.
17
“Oalah, gampang tibake,” jawabe Bobi.
“Ojo gampang-gampang wae, ayo cepetan dicoba!” ajake Sakti.
“Oalah, mudah ternyata,” jawab Bobi.
“Jangan cuma bilang mudah saja, ayo dicoba!” ajak Sakti.
18
Ora nganti suwe, Bobi mbengok “Yeeee... aku wis oleh
sak botol ecobrick.” Bobi pamer botol ecobrick kelawan
jingkrak-jingkrak seneng.
“Kene tak priksa dhisik!” tuture Sakti.
Tidak lama kemudian, Bobi berteriak, “Hore! Aku sudah
dapat satu botol ecobrick!” Bobi memamerkan botol
ecobrick sambil jingkrak-jingkrak kesenangan.
“Sini, biar aku periksa dulu!” tutur Sakti.
19
Kreekkk... kreeekkk...
“Lhooo... kok ana unine kreeekkk..kreekkk?” pitakone Sakti.
“Ya mesti ta, Sak, jenenge botol yen diremet ya ana unine
kreekkk.. kreekk,” jawabe Bobi ketus.
“Nah, kuwi ecobrick sing salah. Sing bener kuwi ora nganti
muni senajan diremet-remet,” jelase Sakti.
“Oalahhh...angele yaa,” jawabe Bobi karo ngukur-ngukur sirahe.
Krek... krek....
“Lho, kok ada bunyi krek-krek-nya?” tanya sakti.
“Ya, pasti lah, Sakti, namanya juga botol plastik, kalau ditekan
ya ada suaranya krek-krek,” ketus Bobi.
“Nah, itu ecobrick yang masih keliru. Kalau sudah benar itu
tidak berbunyi meskipun ditekan-tekan,” jelas Sakti.
“Oalah... susah ternyata ya,” jawab Bobi sambil menggaruk-garuk
kepalanya.
KREEKKK...
20
Ing dina Minggu iki Sakti lan Bobi namung bisa gawe sak botol
ecobrick sing bener amarga angel olehe ngebaki lan madheti
botole. Bocah loro iki sepakat yen saben dina Minggu gawe sak
botol. Saiki wis oleh sewulan, dadi jumlahe wis oleh 4 botol.
Pada hari Minggu ini Sakti dan Bobi hanya bisa membuat satu
botol ecobrick yang benar karena sulit untuk membuat botol
terisi penuh dan padat. Kedua anak ini pun sepakat jika tiap hari
Minggu akan membuat satu botol saja. Sekarang sudah genap
sebulan, sehingga jumlahnya sudah dapat 4 botol.
KREEKK...
21
Saiki, dina Senin, kaya biasane ing sekolahe Bobi lan Sakti
wayahe upacara bendera. Ing pertengahan pidato, Kepala Sekolah
ngersaake maringi hadiah kanggo Petugas Kebersihan amarga
halaman sekolah tambah dina tambah resik ora katon sampah
plastik.
Sekarang hari Senin, seperti biasa di sekolah Bobi dan Sakti
mengadakan upacara bendera. Di tengah pidato, Kepala Sekolah
ingin memberi hadiah untuk Petugas Kebersihan karena halaman
sekolah semakin hari semakin bersih tanpa adanya sampah plastik.
22
Ora nyana, Petugas Kebersihan ora gelem diparingi lan
jujur matur marang Kepala Sekolah menawi ingkang paling
berjasa mundhuti sampah-sampah plastik menika, Bobi lan
Sakti. “Oh ngaten. Bobi karo Sakti, ayo maju pisan nang
kene,” Kepala Sekolah ngendikan.
Tidak diduga, Petugas Kebersihan menolak diberi hadiah
dan jujur mengatakan pada kepala sekolah bahwa yang
paling berjasa mengambil sampah-sampah plastik itu adalah
Bobi dan Sakti. “Oh begitu. Bobi dan Sakti, ayo maju
sekalian ke sini,” perintah Kepala Sekolah.
23
“Bocah-bocah, ayo padha nyonto tumindake Bobi lan Sakti.
Sakti, coba critakake digawe opo sampah-sampah plastik kuwi?”
prentah Kepala Sekolah. Sakti banjur crita akeh ngenani
keplesete Bobi nganti ide gawe ecobrick sing uga akeh pisan
manfaate.
“Anak-anak, mari kita tiru tindakannya Bobi dan Sakti. Sakti,
coba ceritakan, digunakanan untuk apa sampah-sampah plastik
itu?” perintah Kepala Sekolah. Sakti kemudian banyak bercerita
tentang terpelesetnya Bobi hingga munculnya ide pembuatan
ecobrick yang ternyata banyak pula manfaatnya.
24
Eka Sugeng Ariadi, lahir di Pasuruan, tanggal 12 Agustus
1980. Saat ini berprofesi sebagai guru dan mengabdi di
MAN 1 Pasuruan. Di sela rutinitas mengajar, taklupa me-
manfaatkan waktu luang untuk terus belajar menulis artikel,
opini, cerpen, dan puisi. Saya tentu sangat senang bila
pembaca di mana pun berada berkenan untuk sa-
ling berbagi ilmu khususnya seputar dunia menulis dan
literasi melalui nomor WA 083835110533 atau email:
[email protected].
Penulis
Penerjemah
Ilustrator
Isa Asmaul Khusna, lahir di Kediri 12 Maret 1999. Pernah
menerbitkan kumpulan cerita pendek berjudul Saini
dan Cerita-Cerita Lainnya pada tahun 2019. Saat ini masih
bergiat di FLP Kediri dan menekuni profesi sebagai guru
Bahasa Indonesia di SMP International Islamic School
PSM Kediri. Penerjemah dapat dihubungi melalui surel
[email protected].
Sandro aktif berteater dan kegiatan kreatif lainnya. Ke-
senangannya menggambar digunakan untuk mengobati
stres. Baginya, goresan dapat melepaskan stres. Lahir di
Pacitan, 2 Juni 1993, dan menamatkan pendidikan Sastra
Indonesia di Universitas Negeri Malang, saat ini bercita-
cita mementaskan cerita Na Willa dalam bentuk drama
musikal.
25 | 1_Kok_Tidak_Ada_Sampah_Plastik |
Akkarena Cangkek
Bermain Cangkek
Penulis:
Muhammad Musmulyadi
Penerjemah:
Muhammad Musmulyadi
Ilustrator:
Edy Rahmat
Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
2023
Akkarena Cangkek
Bermain Cangkek
Penulis
: Muhammad Musmulyadi
Penerjemah
: Muhammad Musmulyadi
Ilustrator
: Edy Rahmat
Penyunting
: Rahmatiah
Andi Makkaraja
Diterbitkan pada tahun 2023 oleh
Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan
Jalan Sultan Alauddin Km 7 Tala Salapang, Makassar
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
KATA PENGANTAR
MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
BUKU LITERASI BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA
Literasi tidak dapat dipisahkan dari sejarah kelahiran serta perkembangan bangsa
dan
negara
Indonesia.
Perjuangan
dalam
menyusun
teks
Proklamasi
Kemerdekaan sampai akhirnya dibacakan oleh Bung Karno merupakan bukti
bahwa negara ini terlahir dari kata-kata.
Bergerak menuju abad ke-21 saat ini, literasi menjadi kecakapan hidup yang harus
dimiliki semua orang. Literasi bukan hanya kemampuan membaca dan menulis,
melainkan juga kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan informasi
secara cerdas. Sebagaimana kemampuan literasi telah menjadi faktor penentu
kualitas hidup manusia dan pertumbuhan negara, upaya untuk meningkatkan
kemampuan literasi masyarakat Indonesia harus terus digencarkan.
Berkenaan dengan hal tersebut, pemerintah Republik Indonesia melalui
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
menginisiasi sebuah gerakan yang ditujukan untuk meningkatkan budaya literasi
di Indonesia, yakni Gerakan Literasi Nasional. Gerakan tersebut hadir untuk
mendorong masyarakat Indonesia terus aktif meningkatkan kemampuan literasi
guna mewujudkan cita-cita Merdeka Belajar, yakni terciptanya pendidikan yang
memerdekakan dan mencerdaskan.
Sebagai salah satu unit utama di lingkungan Kemendikbudristek, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa berperan aktif dalam upaya peningkatan
kemampuan literasi dengan menyediakan bahan bacaan yang bermutu dan
relevan dengan kebutuhan pembaca. Bahan bacaan ini merupakan sumber
pustaka pengayaan kegiatan literasi yang diharapkan akan menjadi daya tarik bagi
masyarakat Indonesia untuk terus melatih dan mengembangkan keterampilan
literasi.
Mengingat pentingnya kehadiran buku ini, ucapan terima kasih dan apresiasi saya
sampaikan kepada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa serta para
penulis bahan bacaan literasi ini. Saya berharap buku ini akan memberikan
manfaat bagi anak-anak Indonesia, para penggerak literasi, pelaku perbukuan,
serta masyarakat luas.
Mari, bergotong royong mencerdaskan bangsa Indonesia dengan meningkatkan
kemampuan literasi serta bergerak serentak mewujudkan Merdeka Belajar.
ii
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI SULAWESI SELATAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) melaksanakan program
penerjemahan buku cerita anak untuk mendukung Gerakan Literasi Nasional (GLN). Pada
tahun 2022, Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan (BBP Sulsel) sebagai UPT Badan Bahasa
juga telah menerbitkan sepuluh judul buku cerita anak dari bahasa daerah ke bahasa
Indonesia melalui program penerjemahan buku cerita anak dwibahasa (bahasa daerah-
bahasa Indonesia) untuk mendukung GLN.
Pada tahun 2023, BBP Sulsel menerbitkan 46 judul buku cerita anak dwibahasa yang
diperuntukkan anak usia 4—6 tahun (jenjang B-1, Ɵngkat PAUD/TK) dan anak usia 7—9
tahun (jenjang B-2, Ɵngkat SD awal). Cerita-cerita anak itu memuat tema “Pemajuan
Budaya Lokal” dan bersubstansi STEAM (science, technology, engineering, art, math). Buku
cerita anak berupa buku bergambar (picture book) ini berbicara perihal (1) alam dan
lingkungan, (2) ekonomi kreaƟf, (3) cerita rakyat, (4) matemaƟka, (5) pengembangan diri,
(6) sains, (7) seni dan budaya, serta (8) tokoh.
Buku cerita anak yang diterbitkan BBP Sulsel tentunya telah melalui tahapan kurasi karya,
pembimbingan kepada penulis, dan penilaian karya dari para narasumber yang terdiri atas
sastrawan, guru, dosen, dan akademisi. Kami berharap dengan adanya proses tersebut
buku cerita anak yang kami terbitkan menjadi bahan bacaan bermutu yang layak baca dan
memiliki Ɵngkat keterbacaan yang baik untuk anak-anak. Buku-buku hasil program
penerjemahan buku cerita anak dwibahasa (bahasa daerah—bahasa Indonesia) itu dapat
diakses
bersama
bahan
bacaan
literasi
lainnya
di
laman
hƩps://penerjemahan.kemdikbud.go.id/ dan hƩps://budi.kemdikbud.go.id/.
Penerbitan sebuah buku Ɵdak akan bermakna tanpa apresiasi dan saran yang bijak dari
pembaca. Tak ada gading yang tak retak, begitu kata pepatah. Demikian juga dengan buku
cerita anak yang ada di tangan Anda ini, tentu masih banyak kekurangan. Tegur sapa dan
saran sangat kami harapkan.
Selamat membaca dan salam literasi.
iv
Makassar, Agustus 2023
Ganjar Harimansyah
Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan
SEKAPUR SIRIH
Alhamdulillah atas karunia-Nya sehingga buku cerita anak Akkarena
Cangkek ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam penerbitan buku ini, terutama kepada Balai Bahasa Provinsi
Sulawesi Selatan. Terima kasih juga kepada Bapak dan Ibu pembimbing
terkhusus untuk pembimbing Bahasa Makassar, Bapak Andi Makkaraja
dan Ibu Mira Pasolong. Serta kepada ilustrator, Bapak Edy Rahmat yang
membuat cerita buku ini lebih menarik.
Semoga buku ini dapat bermanfaat untuk semua anak bangsa.
Makassar, Agustus 2023
Muhammad Musmulyadi
v
Daftar Isi
Kata Pengantar Mendikbudristek ..................................................... iii
Kata Pengantar Kepala Balai Bahasa ................................................ iv
Sekapur Sirih ...................................................................................... v
Daftar Isi ........................................................................................... vi
Akkarena Cangkek .............................................................................1
Glosarium........................................................................................ 28
Biodata Penulis dan Penerjemah ................................................... 29
Biodata Ilustrator ............................................................................ 29
vi
Niaki Iccang ri pakrasanganna.
Iccang berada di kampung.
1
Iccang nainrangi talipongna ammakna.
Eroki accinik-cinik pidio.
Iccang meminjam telepon genggam Ibu.
Dia mau menonton video.
2
Mingka kodi siknalka ri kampongna.
Biasai akdakki-dakki videona.
Namun jaringan internet tidak bagus.
Videonya sering berhenti.
3
Akletteki mange ri tampak maraenga.
Tenapa nabajik siknalka.
Kamae bajik aklettek Iccang, dik?
Dia berpindah tempat.
Jaringan belum bagus.
Iccang pindah ke mana lagi, ya?
4
Iccang naciniki I Alam na I Aziz.
Nalangngereki akrekeng, sekre, rua, tallu, appak, lima.
Apa naparek sipakrua, dik?
Iccang melihat Alam dan Aziz.
Mereka berhitung, satu, dua, tiga, empat, lima.
Mereka sedang main apa, ya?
5
Sikalinna, niak kayu cakdi anggulung mae ri rampikna.
Takbangkai I Iccang.
Tiba-tiba, kayu kecil menggelinding ke dekatnya.
Iccang kaget.
6
Rikioki Iccang akkarena siagang I Alam.
Sirik-siriki I Iccang nasabak nampanna seng assibuntuluk.
Alam mengajak Iccang bermain.
Iccang malu karena baru bertemu mereka lagi.
7
Erokji Iccang amminawang akkarena.
Cangkek arengna anne pakkarenannga.
Iccang pun mau ikut bermain.
Permainan ini namanya cangkek.
8
Aziz napacinikangi antekamma batena akkarena.
Aziz mencontohkan cara bermainnya.
Risukbik. Siiuutt!
Mencungkil. Siiuutt!
Peppekna. Tak!
Ketukan pertama. Tak!
Tettekna. Tak! Tak!
Ketukan kedua. Tak! Tak!
9
Nacobai Iccang akkarena.
Naulang-ulangi.
Iccang mencoba bermain.
Mengulang beberapa kali.
Sangkalaki!
Kulleji antu Iccang.
Sulit!
Iccang pasti bisa.
10
Ripakarammulami akkarena.
Punna ammeta, nidenngeki ri pakarena maraennga.
Anjo ammetayya anggappayya jai poing.
Permainan dimulai.
Jika menang, akan digendong oleh pemain lain.
Pemenangnya yang mendapat poin tertinggi.
11
Nasukbikmi I Alam anak cangkeka.
Siiiuutt!
Allayang mange ri Aziz.
Alam mulai mencungkil cangkek pendek.
Siiiuutt!
Melayang ke arah Aziz.
12
Najakkalaki anak cangkeka I Aziz.
Anrasai lima poing.
Aziz berhasil menangkap cangkek pendek.
Dia mendapat lima poin.
13
Wattunami I Aziz.
Nasukbik bannyanngi I Aziz.
Tena nakullei I Iccang na I Alam angjakkalaki.
Giliran Aziz.
Aziz mencungkil kuat.
Iccang dan Alam tidak bisa menangkapnya.
14
Nampa, napasambilai I Iccang anak cangkeka mange ri sokboloka.
Ahhhh!
Nasalai.
Lalu, Iccang melempar cangkek pendek ke arah lubang.
Ahhhh!
Meleset.
15
Peppekna sedeng nagaukang I Aziz.
Napasambilai I Alam anak cangkeka.
Aziz melakukan ketukan pertama.
Alam melempar balik cangkek pendek ke Aziz.
Tak!
Natabai.
Tak!
Kena.
16
Allayangi anak cangkeka.
Sampulo sekre anrong cangkek bellana.
Anrasai I Aziz sampulo sekre poing.
Cangkek pendek melambung.
Berjarak 11 cangkek panjang.
Aziz mendapat 11 poin.
17
Tettekna sedek.
Tak! Tak!
Natabai.
Saatnya ketukan kedua.
Tak! Tak!
Kena.
18
Mingka, lettek bawangji mange ri rampikna sokboloka.
Namun, hanya berpindah ke dekat lubang.
19
Iccang sedeng annyukbik.
Bellai aklayang anak cangkeka.
Kini giliran Iccang mencungkil.
Cangkek pendek melambung jauh.
20
Tena nakullei I Alam na I Aziz angjakkalaki.
Nasalai tong passambilana.
Alam dan Aziz tidak dapat menangkapnya.
Lemparan mereka juga meleset.
21
Peppekna nagaukang I Iccang.
Tak!
Ammammuki anak cangkeka mange ri dallekang.
Poremi Iccang akkarena.
Iccang melakukan ketukan pertama.
Tak!
Cangkek pendek melambung jauh ke depan.
Iccang sudah jago memainkannya.
22
3
Napasambilai I Aziz anak cangkeka mange ri Iccang.
Tena narapiki.
Sisala appak anrong cangkeki battu ri sokboloka.
Lalu Aziz melempar balik cangkek pendek.
Lemparannya tidak sampai.
Berjarak empat cangkek panjang dari lubang.
23
Tettek maka ruana sedeng.
Anne tettekna paling sangkalaknami.
Tap!
Nasalai.
Ketukan kedua.
Ketukan ini yang tersulit.
Tap!
Meleset.
24
Anrasai sampulo sekre poing I Aziz.
Iccang anrasa appak poing.
Punna I Alam tena anggappa poin.
Aziz dapat sebelas poin.
Iccang empat poin.
Alam tidak dapat poin.
Tawwa!
I Aziz ridenngeki siagang I Iccang na I Alam.
Hore!
Aziz digendong oleh Iccang dan Alam.
25
Battalaki!
Ammakkalak ngasengi.
Berat!
Mereka tertawa.
Nasawalaki I Alam nadenngek I Aziz.
Alam berusaha menggendong Aziz.
26
Glosarium
Cangkek
: Permainan tradisional yang menggunakan dua
potong kayu panjang dan pendek.
Pakrasangang : Dalam bahasa Indonesia disebut, Kampung. Atau
dikenal juga sebagai kampong dalam bahasa
Makassar.
28
Muhammad Musmulyadi, lahir di Makassar, 30 Juni
1998. Menulis puisi, esai, dan opini di beberapa
media cetak dan daring, serta di media kerjasama
Kantor/Balai
Bahasa.
Alumnus
UIN
Alauddin
Makassar dan bekerja sebagai pengajar di Kaffah
Priority International Islamic Private Home Schooling.
Mari berteman di Instagram, @achmad_muze.
Edy Rahmat, lahir di Bantaeng, 13 April 1990. Lulusan
dari
Pendidikan
Seni
Rupa
Univeristas
Muhammadiyah Makassar. Mulai menekuni ilustrasi
sejak menimba ilmu di bangku kuliah. Saat ini, ia
bekerja sebagai ilustrator dan desainer grafis lepas
untuk beberapa instansi, personal dan perusahaan.
Instagram @edy_rachmatsudjali.
Biodata Penulis dan Penerjemah
Biodata Ilustrator
29
Niaki Iccang ri pakrasanganna tau toana.
Eroki accinik-cinik video.
Mingka, kodi siknalka.
Aklettek-lettek tampaki Iccang akboya siknal.
Riwattuna aklettek, naciniki I Alam siagang I Aziz ri siringa.
Akkarek-karenai.
Nalangngereki anrekeng, sekre, rua tallu, appak, lima.
Karenang apa anjo, dik?
Iccang berada di kampung.
Dia mau menotnton video.
Namun, jaringan tidak bagus.
Iccang berpindah tempat untuk dapat jaringan bagus.
Saat berpindah, Iccang melihat Alam dan Aziz di kolong rumah panggung.
Mereka memainkan sesuatu.
Mereka terdengar menghitung, 1, 2, 3, 4, 5.
Mereka main apa, ya? | 1_MUH_MUSMULYADI_AKKARENA_CANGKEK |
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.
Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Ladu Pelangi Noni
Ladu Pelangi Noni
Penulis
Diah Erna Triningsih
Penelaah
Arif Subiyanto
Penanggung Jawab
Umi Kulsum
Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto
Ilustrasi & Desain Sampul
Alissa Mumtaz Nameera
Tata Letak
FA Indonesia
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972
Cetakan pertama, Oktober 2023
E-ISBN: 978-623-112-773-0
Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
C
erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak,
khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam
pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan
beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang
mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan
budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan
ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila.
Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga
keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan
bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur,
seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai-
nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk
cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan
mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi
berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah
membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di
dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan
kayanya unsur-unsur lokal.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta
dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah
upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan
memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi
penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif,
mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini
dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi
dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya
dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga
menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi,
penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang
turut andil mewujudkan karya ini.
Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Surabaya, 1 Oktober 2023
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Ladu Pelangi Noni
Ladu Pelangi Noni
Biodata Penulis
Biodata Ilustrator
iii
iv
1
20
20
1
Simbah nggela
r p
es
en
an.
Eh, Non
i n
gu
capnè
salam.
Nenek membuka d
aft
ar
pes
ana
n. Eh, No
ni
me
nguca
pkan salam.
Sedhela ma
ne
h r
iy
aya
n. Waya
hè
g
awe j
ajan.
Sebentar lagi le
ba
ra
n t
iba
. Waktunya
m
em
buat jaj
anan.
Atinè Simbah bungah Noni bisa prèian. Arkan pangling ketemu
Noni. Sakaronè salaman, banjur cerita gayeng tenan.
Hati Nenek senang karena Noni bisa berlibur ke desa. Arkan pangling
bertemu Noni. Keduanya bersalaman lalu bertukar cerita dengan seru.
2
Sakar
onè d
iutus
man
gan
Simb
ah.
W
ah,
la
wuh
se
nen
gan
ku.
Ana l
onton
g say
ur, i
wak
lay
ur,
ug
a kr
upu
k.
Keduan
ya dim
inta u
ntuk
maka
n ole
h N
ene
k.
Wah
, lau
k ke
suk
aank
u.
Ada lo
ntong
sayu
r, ika
n la
yur
, ju
ga
ker
upu
k.
3
4
W
a
d
u
h,
krup
u
k
è
k
e
l
et.
A
d
u
h
,
k
er
upukny
a
l
e
n
g
k
e
t.
5
Arkan
nera
ngak
è m
en
aw
a la
du.
Ladu
sing
kata
n lan
gge
ng
sed
ulu
ran
.
Jajan
an kh
as ri
yaya
nd
ès
a G
unu
ngs
ari.
Arkan
menj
elask
an b
ah
wa i
tu l
adu
.
Kue k
has Le
bara
n dar
i D
esa
Gu
nun
gsar
i.
Ladu
adala
h sing
katan
lan
gge
ng s
edu
lura
n.
6
Rasanè nagihi.
Leginè pas lan kemriyak menawa dicokot.
Tibakè, Arkan bisa nggawè ladu.
Rasanya membuat ketagihan.
Manisnya pas dan renyah ketika digigit.
Ternyata, Arkan bisa membuat ladu.
7
A
h
a
,
a
k
u
duw
è
p
a
n
e
m
u!
A
h
a,
a
ku pun
y
a
i
d
e
!
8
Noni pengin nggawè ladu werna-werni
mesthi apik. Ladu iki panganan dadi
sumbanè alami. Werna sing digunakakè
saka wit-witan.
Noni ingin membuat ladu warna-warni, pasti lebih
menarik hasilnya. Ladu itu makanan sehingga harus
menggunakan pewarna alami. Warna yang digu-
nakan berasal dari tumbuhan.
9
Untungè, simbah nandur toga. Noni methik godhong
suji lan kembang telang. Arkan njupuk kayu secang.
Untunglah, Nenek menanam tanaman obat. Noni memetik daun
suji dan bunga telang. Arkan mengambil kayu secang.
10
Arkan ndeplok godhong suji. Sabanjurè, diperes lan
disaring. Noni ngecom kembang telang uga kayu secang.
Banyunè nganggo banyu panas.
Arkan menumbuk daun suji. Kemudian, diperas dan disaring.
Noni merendam bunga telang juga kayu secang. Dia menggu-
nakan air panas.
11
Ana pawon, uba rampè nggawè
ladu wis cumepak. Ana beras
ketan lan gula pasir. Ya, iki sing
nggarakakè kelèt ning cethak.
Di dapur, alat dan bahan membuat
ladu sudah siap. Ada beras ketan
dan gula pasir. Ya, ini penyebab
ladu lengket di langit-langit mulut.
12
N
o
n
i
m
en
cu
ci
ber
as ke
tan lalu dij
em
u
r.
N
o
n
i
m
us
us
i
be
ras
ket
an, banjur
di
p
è
p
è
.
Arka
n ng
urip
i m
esi
n g
ili
ng.
Bera
s ket
an g
arin
g dis
un
th
ak
sit
hik
-si
thik
.
Arka
n me
nghid
upka
n m
esi
n p
eng
gili
ng.
Beras
keta
n ker
ing d
imas
ukk
an
sed
ikit
de
mi s
edik
i
13
N
a
h
,
i
n
il
a
h
ya
ng
disebut
t
e
p
u
n
g
k
e
tan.
N
a
h
,
i
k
i
l
o
j
en
engè gl
e
p
u
n
g
k
e
tan.
14
Arkan nutu tepung ketan. Banyu
gula lan sumba disuntak sithik-
sithik ning jladren.
Arkan menumbuk tepung ketan. Air gula
dan pewarna dimasukkan sedikit demi
sedikit ke dalam adonan.
15
Jladren liyan
è di
w
èn
èh
i su
mba
ab
a
ng
, ijo,
lan biru.
Adonan
d
ib
ag
i m
enjadi emp
at
b
agia
n.
Adonan
p
er
ta
ma
tid
ak dibe
ri
p
ew
arna.
Adonan yang l
ain
di
be
ri
pe
warna me
ra
h,
hij
au, dan
biru.
Jla
dr
en
an
dib
agi p
ap
at
.
Jladren
ka
pi
sa
n
ora diwèn
èh
i
wern
a.
16
Jladrenan kalis menawa ora kelèt
lan bisa digiling.
Sabanjurè, jladrenan digelar
lan dipèpè.
Adonan disebut kalis kalau tidak
lengket dan bisa digilas.
Lalu, adonan diratakan
dan dijemur.
17
Ora lali, oven wis dipanasi.
Sabanjurè, ditata ning loyang.
Jladrenan dikethok-kethok dadu.
Jangan lupa, oven harus
dipanaskan dulu.
Lalu, ditata di atas loyang.
Adonan dipotong-potong
berbentuk dadu.
18
Sak
wisè
lim
ang
me
nit
, l
ad
u-
la
du
n
ge
mb
ang
.
Selan
g lim
a me
nit,
lad
u-la
du
m
ula
i m
eng
em
ban
g.
Ben
tukè
da
di b
und
er-
bu
nd
er
.
No
ni
ng
gu
mu
n.
Bent
ukn
ya j
adi
bul
at-b
ul
at.
N
on
i ta
kju
b.
19
Ladu pelangi, werna-werni edi peni. Muga ladu
bisa lestari. Wujud seduluran budaya Jawi.
Ladu pelangi berwarna-warni indah sekali. Semoga
ladu bisa lestari. Wujud persaudaraan budaya Jawi.
Penulis
Diah Erna Triningsih lahir 41 tahun lalu di Sukoharjo.
Kesehariannya mendidik anak-anak, baik sebagai guru
atau ibu. Sering menulis buku dan jurnal menantangnya
untuk mengolah kosakata menulis cerita anak. Cernaknya
di Antologi Cerita Anak Nusantara terbit 2022 lalu lolos
juga di cernak dwibahasa BBJT 2022 dengan karya berjudul
Balon Ulang Taun. Beberapa karya yang ditulis, yaitu Ketika
Hati dan Jemari Menari, Bedah Puisi Baru, Kiat Menulis
Karya Ilmiah, Teknik Berbicara, dll. Menulis itu candu,
sedangkan membaca adalah me time terbaik bagi jiwa. Yuk,
cek Instagramku di aherna82 atau kirimkan surel ke pos-el
[email protected].
Ilustrator
Alissa Mumtaz Nameera lahir di Surabaya, 2008. Saat ini
duduk di bangku kelas X SMAIT Al Uswah Surabaya. Bekerja
sebagai ilustrator sejak tahun 2021 dan ikut serta dalam
pengerjaan proyek ilustrasi buku bersama tim Mantox
Studio, Bandung. Karya ilustrasi buku berjudul Jelajah
Daerah bersama Bimbi menjadi karya terpilih terbitan
program Akuisisi Pengetahuan Lokal BRIN pada tahun
2023. Sebagian karya ilustrasinya dapat dilihat di akun
Instagram @sketsalissa dan bisa dihubungi melalui pos-el
[email protected].
BIONARASI
20 | 10_LADU_PELANGI_NONI_1 |
Perawan Tua T i
BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
2021
ii T Perawan Tua
PERAWAN TUA
Penulis:
Ong Khing Han
Penerjemah:
Rita Nuryanti
Penyunting:
Drs. Umar Sidik, S.I.P., M.Pd.
Penerbit:
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224
Telepon: (024) 562070; Faksimile: (0274) 580667
Cetakan Pertama, September 2021
vi + 86 hlm., 14,5 x 21 cm.
ISBN: 978-623-5677-00-2
Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi buku
ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis
dari penerbit.
Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis.
Perawan Tua T iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui warga
dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah RI pun melaksanakan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Daru-
rat di seluruh provinsi di Indonesia dalam rangka untuk menekan
penyebaran virus yang sangat mematikan itu. Kebijakan Peme-
rintah tersebut tentu memiliki dampak yang sangat signifikan di
berbagai sektor. Karena kebahasaan dan kesastraan masuk dalam
sektor nonesensial, praktis kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan kebahasaan dan kesastraan tidak dapat dilaksanakan
sepenuhnya secara langsung, bersemuka. Namun, karena proses
kreatif dan upaya pencerdasan bangsa melalui bahasa dan sastra
harus tetap berlangsung, berbagai kegiatan itu pun dapat dilak-
sanakan secara daring. Meskipun hasilnya—mungkin—tidak
maksimal, berbagai program dan kegiatan yang telah dirancang
oleh Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bisa tetap
dapat memenuhi target-target yang telah ditetapkan, termasuk
target 42 karya sastra Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia.
Penerbitan hasil penerjemahan dari sastra Jawa ini—yang
telah melewati proses panjang—merupakan bukti nyata bahwa
situasi pandemi tidak menghalangi kami dalam memberikan
sumbangsih bagi kemajuan bangsa melalui kebahasaan dan
kesastraan. Penerbitan hasil penerjemahan ini diharapkan dapat
digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dalam program besar
iv T Perawan Tua
Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Pemerintah. Melalui
penerbitan penerjemahan karya sastra Jawa ini pula diharapkan
bisa menghilangkan kendala kebahasaan bagi masyarakat
penutur nonbahasa Jawa untuk bisa menikmati dan mengambil
manfaatnya.
Hadirnya buku penerjemahan ini melibatkan banyak pihak.
Oleh karena itu, dalam Kata Pengantar singkat ini kami me-
nyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada
sastrawan/penulis (asli) dalam bahasa Jawa. Demikian pula kami
mengucapkan terima kasih kepada penerjemah yang telah mener-
jemahkan karya sastra Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Peng-
hargaan juga kami berikan kepada para penyunting yang telah
menyelaraskan hasil terjemahan sesuai dengan kaidah baku
bahasa Indonesia. Tentu saja, kepada panitia/tim terjemahan dan
penerbit kami ucapkan terima kasih yang tiada bertepi.
Semoga buku terjemahan ini bisa menjadi ajang dialog dan
tegur sapa antarbudaya di Indonesia dan menambah kekayaan
khazanah bahan bacaan literasi yang bermutu. Selamat membaca!
Yogyakarta, 10 September 2021
Kepala,
Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum.
NIP 196605201991031004
Perawan Tua T v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ........ iii
DAFTAR ISI ................................................................................v
1.
AKAR CERITA ................................................................... 1
II.
KING HOK JATUH DARI SEPEDA MOTOR ............... 8
III.
SAUDARA SEPUPU ........................................................ 15
IV.
DI KEBUN BINATANG .................................................. 21
V.
SETELAH DARI KEBUN BINATANG ......................... 27
VI.
MALAM, SETELAH BERTEMU
DI KEBUN BINATANG .................................................. 29
VII. KETIKA HATI TAK TERKENDALI .............................. 35
VIII. NIAT HENDAK PERGI .................................................. 40
IX.
PAMIT PERGI................................................................... 47
X.
KIM LIAN BERDUSTA ................................................... 54
XI.
KIM LIAN BERTERUS TERANG .................................. 59
XII. KIM LIAN MENCARI ING NIO ................................... 67
XIII. ING NIO BERTEMU KIM LIAN ................................... 70
XIV. ING NIO SEBAGAI OBAT ............................................. 78
XV. AKHIR CERITA................................................................ 84
vi T Perawan Tua
Perawan Tua T 1
Bagi Nona Kim Lian, sejagad raya ini tiada laki-laki yang
terampil, berbudi mulia, dan gagah perkasa yang melebihi Liem
King Hok. Pemuda tampan sang pujaan yang namanya telah ter-
patri dalam hati. Dunia terasa hampa, membosankan tatkala sehari
saja King Hok tidak terlintas di depan mata. Betapa besar rasa
cinta Kim Lian pada pemuda karyawan ayahnya, Tuan Kwee Liong
Tjwan. Berbagai upaya dilakukan untuk menutupi gejolak jiwa,
tetapi semakin berusaha, candu asmara semakin meracuninya.
Kim Lian rajin menjahit segala sesuatu milik King Hok se-
bagai bentuk perhatian. Mudah saja dilakukan karena mereka
tinggal sepekarangan. King Hok menempati paviliun keluarga Kim
Lian. Ada banyak alasan bagi Kim Lian untuk memberikan sesuatu
sebagai pemikat bagi King Hok yang sejak pertama kali berjumpa
telah menggetarkan dada.
Suatu sore, Kim Lian menjahit kelambu untuk mengganti ke-
lambu King Hok. Menurutnya, kelambu sudah dekil. Nyatanya,
masih putih bersih, baru seminggu yang lalu diganti. Itulah per-
hatian sebagai ungkapan kasih sayang.
Sambil menjahit, bibir Kim Lian selalu bersenandung, meng-
gambarkan hati yang tengah berbunga-bunga. Dia tamatan Mulo,
bibirnya telah terbiasa melantunkan lagu berbahasa Belanda dan
Inggris: merdu, menyentuh perasaan. Kadang pandangan melihat
jam gantung, pertanda tidak fokus, ada yang dipikirkan.
I.
AKAR CERITA
2 T Perawan Tua
“Baru jam empat,” gumamnya. “Sekarang Engkoh King Hok
masih sibuk menulis di depan ayah. Sebentar lagi, jam setengah
lima, kelambu harus sudah kelar. Memasang, sampai jam setengah
enam. Koh King Hok keburu datang.”
Nona Kim Lian tertawa sendirian sambil menyibak rambut-
nya yang tergerai di pipi. Tawa kecil tertahan, malu jika terdengar
orang.
“Cinta! Cinta! Mengapa datang menggoda ketenteraman hati
orang seperti aku ini!” Hasrat hati menyeruak.
Sesaat kemudian terdengar lagu dari jam sebagai tanda se-
perempatan. Jam empat seperempat, empat lima belas menit.
Namun, bagi yang tengah menahan rasa cinta kurang percaya
dengan isarat tersebut. Mendongak, melihat jarum jam.
“Sudah jam empat seperempat. Ayah pasti belum mau me-
nutup toko sebelum jam lima. Memang sangat pelit dalam hal
waktu.”
Kelambu telah selesai.
Spontan, Kim Liang berbicara,”Heran aku! Hm. Apa Koh
King Hok juga tahu, sejujurnya, cintaku padanya tiada tanding
tiada banding.”
“Tidak mungkin tidak! Perlakuanku padanya telah berbicara.
Seantero bumi dan langit hanya dia yang bertahta di relung
jiwa.”
Lagi-lagi Nona Kim Lian tersenyum sendirian.
Sang surya perlahan mulai condong ke barat. Cahayanya me-
nyinari wajah gadis Kim Lian yang tengah mabuk asmara. Anak
perempuan Tuan Kwee Liong Tjwan, hartawan dari Surabaya.
Jika dia gadis cantik tentulah menawan siapa pun yang meman-
dang. Sudah menjadi suratan takdir, dia berwajah yang kurang
jelita. Badan tinggi besar tidak proporsional, kulit putih kusam,
hidung agak-agak pesek. Bibir dan mulut tebal, gigi sana sini tak
beraturan, mana mungkin dapat menyejukkan yang memandang.
Tidak ada kelebihan apa pun, untuk memikat hati laki-laki.
Perawan Tua T 3
Perangainya halus, sopan kepada orang yang dia suka. Namun,
kepada yang dibenci, suka marah, mencaci, dan bengis tak
terkendali. Banyak yang bilang, seisi rumah paling menggelegar
jika sedang marah. Orang tuanya memilih diam, tidak kuasa
mengingatkan.
Kim Lian anak tunggal, pantas saja cinta Tuan Kwee Liong
Tjwan hanya tercurah kepada sang gadis.
“Ning... neng... nung... nong....” Jam gantung berbunyi lagi.
Nona Kim Lian bergumam sambil berdiri. “Ternyata lama-
lama juga setengah lima. Ayah dan Engkoh pasti berkemas mau
pulang.” Dia berdiri sambil mengangkat kelambu, kaki melang-
kah menuju kamar King Hok di paviliun sebelah rumah besar.
Paviliun khusus untuk King Hok.
Terlihat dari mimik wajah, Kim Lian nampak gembira. Sam-
pai di pavilun dengan cekatan dia melepas kelambu lama diganti
dengan yang baru.
Saat memasang, pandangan berkeliaran melihat sekitar. Foto
sang pemuda tampan ditemukan di samping tempat tidur. Berhenti
sejenak, mengukir gagasan. “Hmm..., gagahnya. Aduh..., cekatan
pula. Sayang terlahir miskin. Namun..., jika sudah menjadi me-
nantu ayah, ayah pasti mau memberi modal, sebentar saja sudah
menjadi milyuner. Berdua bisa langgeng berumah tangga, alang-
kah tenteramnya.
Lintasan bayangan ini membuat Kim Lian lupa pada niat
semula. Mata tak berkedip. Foto di depannya seakan hidup; dan
mampu memberi daya magis yang membuatnya tergila-gila.
Setelah agak lama mematung, Kim Liang kembali bergumam.
“Sungguh, dunia ini tidak akan berguna bagiku jika tidak bisa me-
nikah dengan dia. Jika telah menjadi suamiku, tidak ada lagi yang
kuinginkan di dunia ini, kecuali Koh King Hok menjadi suamiku
selamanya.
Tengah asyik merenda mimpi, terdengar suara mobil masuk
gerbang. Itulah mobil yang dinaiki hartawan Kwee Liong Tjwan
4 T Perawan Tua
dan King Hok. Kim Lian yang tengah terpanah asmara terperan-
jat. Kelambu dipegang kembali, melanjutkan memasang.
Tidak berapa lama pintu terbuka. Seorang lelaki muda masuk,
menjinjing tas akta dan membuka topi; semakin nampak gagah
berwibawa, membuat dag dig dug gadis yang sedang mabuk ke-
payang.
Masuk, menaruh tas di meja, topi diletakkan di tempat tidur.
Lembut dia berkata, “Kim Lian, sepertinya baru seminggu kau
ganti kelambu. Mengapa sekarang diganti lagi? Capek kamu!”
Rasa hati Juk Kim Lian dag dig dug tak karuan. Panas dingin
rasanya. Detak jantung tak beraturan, tangan gemetar, kelambu
terlepas dari genggaman. Dengan terbata berkata, “Apa yang
kukerjakan itu demi kamu. Itu kemauanku.”
“O, ya syukurlah kalau begitu. Menurutku, aku tidak pantas
mendapat perlakuan seperti itu. Apalagi dari gadis anak majikan.”
Nona Kim Lian menjawab dengan agak gemas; matanya agak
melotot, “Jangan begitu, Koh! Di rumah ini tidak ada majikan
dan karyawan. Adanya cuma keluarga. Karyawan dan majikan
itu urusan di kantor, bukan di rumah.”
“Pandai sekali kau berdalih, Lian! Jika laki-laki kamu dapat
menjadi advokad yang tak tertandingi.”
Kim Lian tersenyum, berbangga hati. Jawaban King Hok me-
nyentuh perasaan. Jika tidak ada rasa sungkan, tentulah Kim Lian
berterus terang. Cintanya pada King Hok melebihi gunung anakan.
Andai tidak ingat tata susila, gadis yang dilanda asmara itu mesti
telah memeluk erat King Hok.
Asmara dalam dada gadis Lian gemuruh bergejolak di saat
berdekatan dengan King Hok. Tiada kesenangan di dunia dan
seluruh alam semesta yang dapat menandingi kebahagiaannya
bersama King Hok.
Tatkala itu pemasangan kelambu hampir selesai. Kim Lian
berkata, “Engkoh King Hok, makanan di atas meja itu buatanku
semua. Coba rasakan, enak tidak?”
Perawan Tua T 5
Waktu itu King Hok baru akan melepas baju. Untuk melega-
kan, niat diurungkan, mengambil panekuk (kue) terlebih dulu.
Sebenarnya King Hok tidak suka makanan manis, tetapi untuk
mengatakannya tidak enak hati, khawatir mengecewakan yang
telah memberi perhatian.
Perasaan King Hok tersamar dalam jawaban, ”Makanan seenak
ini, aku belum pernah merasakan.” King Hok tersenyum seraya
mengambil kembali. Walau ada keinginan membuang, tetapi ka-
rena Kim Lian melempar pandangan, panekuk kembali dimakan.
“Lezat sekali; menteganya banyak, vanili juga terasa.”
Kim Lian menjawab, ”Ya, itulah yang kusuka. Mana mungkin
aku bosan membuat makanan untukmu!”
Sebentar lagi pemasangan kelambu selesai. Hatinya senang,
lega, dan puas. Lantas, turun dari kursi pancikan saat memasang
kelambu bagian atas. Kelambu yang telah dilepas dihimpit di
pinggang kanan. Sambil keluar sang gadis bertanya,”Engkoh apa
tidak ingin apa-apa lagi?”
“O..., tidak! Tidak, Nona! Tidak terlewat sedikit pun kau me-
mikirkanku; tidak ada yang kurang suatu apa pun.” King Hok
kembali tersenyum.
Kim Lian melenggang keluar, tetapi hampir sampai pintu ada
yang masih mengganjal, lalu bertanya, “Engkoh, apa nanti tidak
pergi?”
“Sepertinya, tidak!”
Kim Lian merasa senang. Kakinya melangkah keluar paviliun
menuju rumah besar. Setelah menaruh kelambu di keranjang
cucian, kemudian mendekati ayahnya yang tengah minum teh
dengan panekuk sebagai makanan ringan.
“Kamu kelihatan gembira sekali, Nak! Gimana ceritanya, kamu
sebahagia itu?” pertanyaan Tuan Liong Tjwan kepada anaknya.
Anaknya menjawab, ”Memang aku tidak pernah bersedih,
Ayah! Apa gunanya bersedih?”
6 T Perawan Tua
“Iya, betul begitu! Manusia hidup di dunia itu harus selalu
senang. Jangan sampai kesenangan rusak karena memikirkan
yang tidak-tidak.”
Nona Kim Lian selalu mendapat perhatian dari ayahnya yang
disebabkan karena sayangnya. Namun, kepada ibunya dia tidak
mau berseloroh, walaupun ibunya tidak pernah marah. Itu semua
karena pembawaan Nyonya Liong Tjwan yang tenang berwibawa.
Ayah dan anak nampak asyik bercengkerama, menghadap
meja berisi minuman dan makanan enak menyegarkan. Perbin-
cangan terlihat menyenangkan. Orang tua yang telah banyak
makan asam garam kehidupan, dalam omong kosong pun bisa
membaca bahwa anaknya ada rasa cinta pada King Hok, karya-
wannya. Walaupun ditutup rapat, meskipun Kim Lian tidak me-
ngatakannya.
Kebetulan Tuan Liong Tjwan sangat suka kepada King Hok
karena pandai bekerja. Dalam hati berharap, alangkah bahagianya
jika King Hok menjadi menantunya.
King Hok itu anak cerdas, tidak mudah dikelabui. Di toko Hwat
Sing Hoo, tempat dia bekerja, memang menjadi karyawan yang
paling brilian. Tuan Liong Tjwan telah merancang jika anaknya
betul-betul menikah dengannya, King Hok akan dikader menjadi
Kuwasa I, bahkan dapat juga diserahi toko, jika waktunya nanti
Tuan Liong Tjwan sudah tua, sudah saatnya beristirahat.
Gagasan ini menjadi salah satu sebab mengapa Tuan Liong
Tjwan pura-pura tidak tahu, walaupun sangat tahu bahwa putrinya
tengah jatuh cinta dan ingin melangkah ke pelaminan.
Ketika majikan dan anak gadisnya larut dalam percakapan,
King Hok tertawa terbahak-bahak sambil melepas celana, dilem-
par di atas tempat tidur, dan berbicara seorang diri.
“Eh, Kim Lian, Kim Lian! Kasihan sekali dirimu. Begitu besar
kebaikanmu padaku, ternyata.... Ah, bagaimana aku bisa meng-
imbangi kasih sayangmu, sementara aku tidak cinta padamu.”
Perawan Tua T 7
King Hok tersenyum sambil melepas kaos. “He eh! Aku harus
bisa bersandiwara. Tingkah lakuku harus seperti orang jatuh cinta.
Jika tidak demikian, dia akan sadis padaku dan tidak dapat per-
hatian seperti ini. Ha..., ha..., ha! Puas rasa hatiku. Kan tetapi,
sedikit demi sedikit harus kuberi tahu bahwa aku tidak dapat
membalas cintanya.”
8 T Perawan Tua
Selain terampil, King Hok juga pemuda yang gemar berolah
raga. Sepak bola, main tenis, dan naik sepeda motor merupakan
kesenangan yang tak terlewatkan setiap harinya. Pernah dia mem-
punyai sepeda motor, tetapi karena ditawar Kim Lian dan ayahnya,
terpaksa dijual. Itu dilakukan karena menghormati majikan se-
bagai bentuk perhatian. Cintanya pada motor belum berakhir,
maka walau harus pinjam kepada teman, setiap minggu masih
terlihat dat-dot, asyik bermotor.
Minggu sore..., hujan tiada henti. Reda setelah mendekati
senja. Jalan masih basah dan licin.
King Hok tidak di rumah. Sejak pagi telah keluar naik motor
bersama pemuda seusia. Bagi King Hok, mudah saja mencari pin-
jaman motor. Dia orang baik; tidak pelit, bertubuh atletis, banyak
yang suka.
Terbiasa, jika sang perjaka tidak di rumah, ni perawan gelisah
tidak karuan. Mulai jam empat, penantiannya sudah mengusik
jiwa. Was-was semakin bergelayut ketika jam lima belum juga
datang. Kekhawatirannya akan memuncak tiada tara; jika tahu
sang pujaan pergi mengendarai sepeda motor.
Sampai jam enam sang perawan seperti lengket pada kursi.
Tidak bergeser dan selalu menunggu di teras. Akhirnya, terdengar
suara sepeda motor dari kejahuan. Jeng..., jeng..., jeng.... Tidak
menduga bahwa itu suara sepeda motor orang yang dicinta. Tidak
berapa lama, berkelebat secepat kilat, sang perjaka datang.
II.
KING HOK JATUH DARI
SEPEDA MOTOR
Perawan Tua T 9
Aduh..., sial! Jatuh. Sepeda motor melaju dengan cepat, tepat
pada belokan yang licin terpeleset. Motor terguling, terpelan-
ting. Tanpa kendali motor melesat, sang perjaka terlempar. Breg,
ngeng! King Hok tertindih sepeda motor. Menyaksikan kejadian
tersebut ni perawan melompat segera berlari menolong yang
tertimpa musibah.
Seketika banyak orang berdatangan. Ada yang sekedar ber-
kerumun melihat, ada pula yang berniat menolong. Ada dua orang
Tionghoa yang tidak peduli pakaiannya kotor; walau kesulitan
berusaha mengangkat motor yang menindih King Hok. Ada pula
yang mencari es untuk mengompres agar tidak banyak keluar
darah.
Kim Lian tidak sungkan, tidak peduli dilihat banyak orang,
pria tambatan hati yang tengah pingsan didekati. Kepala diang-
kat, dipangku. “Eau de cologne! Cepat, carikan eau de cologne!”
Teriaknya, ketika kekasihnya belum sadar juga.
Tidak berapa lama ada yang datang membawa minyak kayu
putih. Kim Lian segera membalurkan seputar leher. Belum juga
ada tanda-tanda King Hok siuman.
Sang perawan semakin kebingungan. Tidak tahu apa yang
harus dilakukan. Tengok kanan kiri, mencari sesuatu yang dapat
untuk menolong. Keringat dingin bercucuran membasahi wajah.
Baju yang semula halus dan bersih menjadi kotor pekat karena
bercampur air hujan.
King Hok dipijat, dicubit, tetap belum siuman. Lantas, ber-
teriak keras, memandang para pengerumun. “Tolong, angkat!
Bawa ke rumah itu!”
Ada dua orang bergegas mengangkat King Hok, diikuti Nona
Kim Lian masuk rumah. Di kamar King Hok sendiri, dibaringkan
di tempat tidur. Sang gadis segera mengambil eau de cologne di-
usapkan di wajah yang tak sadarkan diri sambil berulang-ulang
dipijit agar segera siuman. “King....., King Hok! King...., King
Hok!”
10 T Perawan Tua
Mendengar berisik di luar dan tahu yang kecelakaan me-
rupakan karyawan kesayangan, Encik Liong Tjwan dan nyonya
bergegas menuju kamar calon menantu, menuruti kata batin.
Sampai di tempat tujuan melihat anaknya yang tengah sibuk
mengelus-elus kepala yang tengah pingsan.
“Ada apa, Kim Lian?”
“Ini, Koh King Hok jatuh dari motor!”
“Luka?”
“Entahlah! Namun, belum sadar juga.”
“Ambilkan smelling-salt! Dekatkan hidung, cubit lengannya!
Biar segera siuman!”
Perintah ayah dilaksanakan. Sungguh, tercium bau smelling-
salt dan celekat-celekit dicubit, King Hok dapat membuka mata.
Lihat kanan, tengok kiri seperti orang baru bangun tidur. Ketika
akan bergerak, dia berteriak, mengerang kesakitan. “Aduh...,
kakiku! Pahaku sakit! Aduh, hng-hng, hng...!”
Encik Liong Tjwan tenang karena berpengetahuan luas. Tidak
bingung melihat kejadian seperti itu. Tanpa sepatah katapun ia
segera melangkah, mendekati telepon, memanggil dokter agar
segera datang.
Rrrrr reg! Dokter datang. Babah King Hok diperiksa. Diperban,
baru merasakan mendingan. Karena tertindih sepeda motor, luka
di kaki terhitung parah. Dokter menyarankan jangan banyak gerak
terlebih dahulu. Rebahan di ranjang untuk beberapa hari ke
depan.
&&&
Perhatian sang perawan kepada yang tengah terluka layak-
nya kasih ibu kepada putranya. Berkali-kali King Hok melarang,
tetapi Nona Kim Lian selalu bersanding merawat sebaik mung-
kin. Dengan ketulusan hati, pagi hingga sore selalu menjaga di
dalam kamar.
Perawan Tua T 11
Keesokan hari, pagi-pagi buta Nona Kim Lian sudah datang
di kamar King Hok yang juga sudah bangun. Kim Lian bertanya,
”Bagaimana Koh, apa sudah nyaman?”
“Iya, sudah berkurang. “Baik sekali kamu, Nona. Mau meno-
longku sampai seperti itu. Sekarang memang sudah enakan,
tetapi jika untuk berjalan sepertinya belum bisa.”
“Perintah dokter, kamu memang harus rebahan dulu. Paling
tidak setengah bulan. Saya sudah bilang ayah, kau diberi cuti
dua minggu,” kata Kim Lian sambil duduk di kursi dekat tempat
tidur.
King Hok bingung mengingat kebaikan sang perawan. Dia
merasa banyak berutang budi. Tebersit keinginan untuk mem-
balas yang setimpal dengan apa yang telah dikerjakan Kim Lian.
Selagi merenda angan, keburu sang perawan berkata, ”Ku-
kira kau akan meninggal, Koh. Dulu aku pernah bilang, jangan
sampai lupa, ingat-ingatlah! Sesekali jangan naik sepeda motor
lagi. Mengapa Engkoh menyepelekan perkataanku sama ayah?”
“Nona, aku tidak takut mati. Jika aku mati tidak ada yang
kehilangan.”
“Jelek sekali perkataanmu, Koh! Kamu kan tahu, aku akan
sedih jika kau mati karena itu!”
“Mengapa?”
“Ya karena...., karena....., ya karena...., aku cinta padamu!”
Wajah Nona Kim Lian memerah tatkala berucap itu.
King Hok ketakutan, bingung, seakan kehilangan akal. Men-
dapatkan cinta kasih sebesar itu apakah ditolak? Apakah penolak-
an tidak berarti penghinaan?
Secara halus dan perlahan, iblis merasuki jiwa King Hok yang
masih polos, apa adanya. Ia khilaf, melakukan sesuatu di luar
kesadaran. Tanpa berpikir panjang, Kim Lian dipeluk. Kala itu
Kim Lian tengah duduk di sampingnya. Erat, tanpa mengingat
kehidupan yang akan datang.
12 T Perawan Tua
Aha! Terlaksana nafsu sang perawan setelah sekian lama
terpendam.
Kim Lian merasa mendapat angin segar, ternyata King Hok
mengimbangi perasaannya. Apalagi yang harus dicari?
Iblis pergi. King Hok menyesal. Nasi telah menjadi bubur,
merasa tersesat telah melanggar norma. Tangan perawan yang
tengah mabuk kepayang yang masih menempel di dada seketika
dilepaskan.
“Astaga! Aku telah melakukan kesalahan besar! Tidak seharus-
nya aku melakukannya!”
Kim Lian terperanjat. “Mengapa? Apa maksud kesalahan
besar itu?”
King Hok hendak jujur, bahwa menyentuh perawan merupa-
kan kesalahan besar, terlebih karena sejujurnya tidak mencintai
perawan itu. Untung segera ingat bahwa jujur yang demikian
akan menyakiti hati sang gadis, yang sudah banyak berbuat baik
kepadanya. Akhirnya, King Hok hanya terpana, memandang wajah
nona di sampingnya. Timbul pertanyaan untuk dirinya sendiri.
“Mengapa tidak dapat membalas cinta, apa karena sang gadis
kurang cantik?”
Gadis Kim Lian dipandang beberapa saat. Menata hati, men-
coba menikmati manisnya cinta, tetapi seperti mau mutah, belum
bisa mencintai sang perawan. Tidak hanya wajah dan uang serta
tingkah laku yang dapat membangun cinta, tetapi budi pekerti
juga dapat menjerat seseorang dengan yang lain untuk bersatu
selama hidup.
Ada wanita cantik, menjunjung tata krama, hartawan pula,
tetapi ada juga pria yang tidak suka. Tak hanya kecocokan per-
watakan saja sebagai penyebab cinta. Sehati, itulah kunci ke-
bahagiaan suami istri.
Seharusnya demikian antara Kim Lian dan King Hok. Fakta-
nya bertolak belakang. Tidak satupun sifat Kim Lian yang disukai
King Hok. Kim Lian tebal muka, tanpa sungkan menyatakan
Perawan Tua T 13
cinta pada seorang pria. King Hok, menginginkan seorang gadis
pendiam, halus tutur kata, memegang tinggi harga diri seorang
wanita.
Kim Lian gadis keras kepala, segala keinginannya tak bisa di-
patahkan. Harus! Sementara, King Hok suka pada gadis penurut,
mau menerima nasihat.
Lagi, sang perawan sombong, tidak mau bertegur sapa dengan
orang lain. King Hok suka pada wanita bermuka manis, ramah
pada siapa pun. Dapat dikatakan, sifat Kim Lian tidak ada yang
masuk di hati King Hok.
Sombong, angkuh, lantang jika berbicara. Andai tetap me-
nikah, hanya jadi benih perseteruan, menyakitkan hati.
Jelas sudah mengapa sang perjaka tidak bisa mengimbangi
cinta sang perawan. Namun, kata-kata yang telah bergelantungan
di bibir tidak jua mau keluar. Muncul gagasan lain, hal seperti
itu akan melukai hati sang gadis yang baru saja merasakan nik-
matnya cinta.
Nona Kim Lian tahu, King Hok ragu. “Segera jawab! Apa
maksud kesalahan besar itu?”
King Hok semakin tidak enak hati. “Memang, aku melakukan
kesalahan besar. Berani melanggar kesusilaan. Apa aku tidak salah,
perjaka menyentuh seorang gadis, Lian? Aku ini orang Tionghoa
harus memegang teguh norma susila dibanding yang lain.”
“Ya, jika kamu cinta aku, aku cinta kamu, apa ini melanggar
kesusilaan? Tidak saja!”
King Hok mengangguk, tak mampu mengucap sepatah kata-
pun. Yang demikian membuat Kim Lian puas dan bangga. Kursi
didekatkan. Kepala King Hok dielus, rambut dibelai-belai. Kata-
kata terus nerocos, tanpa ditutup-tutupi mengungkapkan besar-
nya rasa cinta.
Tidak berapa lama juragan Liong Tjwan masuk, menjenguk,
menanyakan keadaan King Hok. Beberapa saat berbincang,
akhirnya sang juragan keluar bersama anaknya.
14 T Perawan Tua
King Hok berbaring sendirian, pikiran kacau. Bukan sakitnya
luka penyebab sedih, tetapi tindakan gegabah tanpa pikir panjang
yang membuat tidak nyenyak tidur. Apalagi yang akan diperbuat
Kim Lian, padahal sesungguhnya dia memang tidak cinta. King
Hok melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Kim Lian tidak
seperti gadis pada umumnya yang hanya bisa menangis di kala
kecewa hatinya. Gadis Kim tega berbuat apa saja karena memang
berwatak keras. Apalagi jika sakit hati bisa seperti singa mengejar
musuh. Siapa yang dianggap mengganggu, pasti dilawan. Jika
sampai terjadi pertumpahan darah, tak masalah. Mengerikan!
“Tak mengapa. Secara perlahan aku akan mengatakan. Se-
jujurnya, aku memang tidak cinta dia.”
Setelah bertekad demikian, barulah King Hok dapat terlelap
tidur.
Perawan Tua T 15
Seminggu telah berlalu.
Atas permintaan Kim Lian, Liong Tjwan sekeluarga beristi-
rahat ke Lawang di pesanggrahan pribadi “Villa Augustina”, agar
dapat menyegarkan badan selama seminggu. King Hok diajak
serta, karena memang bertujuan mencari suasana baru demi pe-
nyembuhan King Hok yang baru saja tertimpa musibah.
King Hok sudah dapat berjalan walau masih perlahan-lahan.
Menurut Kim Lian, sang perjaka harus beristirahat di pergunung-
an yang berhawa segar.
Setiap pagi orang-orang dapat menyaksikan pemandangan
baru, Babah King Hok dan Juk Kim selalu berdua, berjalan ber-
gandengan tangan dari Kali Surak menuju Bangbangan kembali
ke kali Surak, tempat bangunan villa.
King Hok semakin ketakutan diperlakukan seperti itu. Akan
berterus terang jika tidak cinta, terasa berat. Akan berpura-pura
cinta, tentu tidak baik akhirnya.
Pada suatu pagi ketika keduanya berjalan-jalan, King Hok
terpaksa mengatakan isi hatinya. “Nona, kumohon jangan marah
jika nanti kuutarakan sesuatu yang kurang mengenakkan.”
“Apa? Kurang mengenakkan? Aku gak mau mendengarkan
yang kurang mengenakkan. Namun, jika Engkoh memang harus
mengatakan, ya sudah akan kudengarkan.”
King Hok nampak ragu, seperti ada ganjalan untuk berterus
terang.
III.
SAUDARA SEPUPU
16 T Perawan Tua
“Ketahuilah, Nona. Aku hanyalah karyawan, tidak ubahnya
seperti pembantu. Apa lagi aku sudah berbuat lancang, tidak
pantas dilihat. Salah besar jika kau memilih aku, banyak hartawan
yang ingin mendekatimu.”
Kim Lian menjawab sambil tertawa, geli bercampur marah.
“Salah besar! Ha! Kukira kau lelaki cerdas, ternyata berkebalikan.
Ketahuilah, tidak ada yang benar dan lebih menyenangkan ke-
cuali pernikahanku denganmu. Jika kau anggap pendapatku ini
sempit, seperti apa wawasan yang luas? Papi dan mami sangat
merestui perjodohan ini. Apa papi dan mami juga kau anggap
picik seperti aku?”
“Tapi....”
“Tapi apa? Aku tahu, kau merasa risih, tidak semestinya
menjadi suamiku karena tidak kaya. Tidak! Tidak seperti itu!
Engkoh tidak tahu. Menurutku, di dunia ini tidak ada orang kaya,
tidak ada orang pandai, tidak ada orang sopan, kecuali dirimu.
Sekarang Engkoh tahu, rasa minder, miskin, tidak ada apa-apanya
bagiku. Koh King Hok mencintaiku telah mengalahkan segala-
nya. Sudah..., sudah! Jangan membicarakan ini lagi. Aku tidak
sudi mendengarnya!”
King Hok membisu. Harapan untuk mengatakan bahwa diri-
nya tidak cinta, punah sudah. Nona Kim Lian terlanjur menga-
rungi samodra cinta, tidak peduli apa pun. Yang terbersit siang
malam hanyalah kapan menikah dengan King Hok yang tampan.
Terlebih Tuan Liong Tjwan dan istri sangat pandai mengambil
hati King Hok hingga sang perjaka semakin lama merasa semakin
terjerat. Sulit untuk terlepas.
&&&
Sebulan berlalu. Tuan Liong Tjwan telah bekerja seperti biasa-
nya. Kim Liang semakin gemuk karena suka citanya.
Dua hari kemudian sekitar jam sepuluh pagi, ada kereta kuda
berhenti. Terlihat seorang wanita turun berpakaian serba putih
dan membawa bungkusan kecil. Dari wajahnya terlihat sangat
Perawan Tua T 17
sedih. Pakaiannya juga menunjukkan bahwa sang juwita tengah
berduka. Berjalan pelan, bagaikan kehilangan kekuatan. Langsung
ke belakang bertemu Nyonya Liong Tjwan yang tengah asyik men-
jahit kantong, celana orang-orang kuna yang pemakaianya ditekuk,
dimasukkan sabuk.
Terbawa sudah tua, Nyonya Liong Tjwan kurang jelas peng-
lihatan. Lupa-lupa ingat dengan gadis di depannya. Heran, seperti
kurang percaya.
“Elo, kok Ing Nio! O, anakku. Kapan kamu datang, Nak?
Mengapa wajahmu nampak sedih?”
Tjan Ing Nio yang baru saja datang, tidak segera dapat men-
jawab. Tangisnya tidak terbendung. Tersedu-sedu, terasa menye-
sakkan dada. Setelah agak reda, berusaha menjawab, tetapi dengan
terbata-bata.
“ O, alah, Cim! Kedatanganku memang mencari perlindung-
an. Sepeninggal empek, aku diusir ibu tiri.”
“Diusir? Mengapa?”
“Setelah empek meninggal, sebulan kemudian ibu sudah
mulai bosan kepadaku. Aku disuruh memasak, mencuci layak-
nya pembantu. Semua kulakukan dengan sungguh-sungguh. Se-
minggu berlalu, aku terserang diare hebat, hanya mampu tiduran
saja. Ibu marah besar. Setelah sembuh, aku diusir dan mencari
perlindungan ke sini.”
“Dari Jombang bersama siapa? Memang ibu tiri itu kebanyak-
an seperti hewan. Tidak mengingat jika almarhum adik mempu-
nyai banyak warisan. Siapa temanmu, Nak?”
“Sendirian, Cim! Ketika diusir aku tidak punya uang sepeser
pun, juga tidak diberi apa pun. Untung ada cincin peninggalan
almarhum ibu. Kujual untuk ke sini. Jika tidak demikian, mana
mungkin aku ketemu Encim.”
“Keterlaluan! O, Dik..., Dik! Mengapa wanita seperti itu kau
ambil istri? Sudahlah Ing, sekarang kamu di sini saja.”
“Iya, terima kasih, Cim.”
18 T Perawan Tua
“Kamu di sini saja agar kakakmu Kim Lian ada temannya.
Kamu bisa bantu-bantu kakakmu mengurusi pekerjaan rumah
kan?”
Kegembiraan Ing Nio sulit digambarkan setelah mendengar
perkataan sang bibi. Memang hanya bibinya yang dituju. Jika
Nyonya Liong Tjwan tidak menampung, entahlah, apa yang akan
terjadi.
Ing Nio telah mendapatkan kasih sayang dari bibinya dan
diperkenankan masuk rumah. Pucat wajah telah berkurang, telah
nampak bercahaya. Setelah menata barang bawaan, sang juwita
keluar, ingin bertemu kakaknya, Kim Lian.
Kim Kian tengah membaca surat kabar di kamar. Kadang
tersenyum, bahkan tertawa, pertanda suka cita.
Suara pintu diketuk dan Kim Kian melihat siapa yang datang,
lantas menghentikan keasyikan membacanya. Surat kabar diletak-
kan, terkejut seraya bertanya,”Kamu Ing? Dari mana? Kapan da-
tang?”
Gadis yatim piatu itu menceritakan semua yang dialami, apa
adanya. Tidak ada yang dikurangi maupun dilebih-lebihkan, se-
perti apa yang dikatakan pada bibinya. Akhirnya dia bilang, ”Maka-
nya, Cik. Sebagai gadis yang tidak punya apa pun dan siapa pun,
terpaksa aku lari ke sini, memohon belas kasihmu, semoga mau
menampungku. Harapanku, semoga tidak menjadi beban pikiran-
mu.”
“Beban pikiran? Apanya yang beban? Bahkan, kebalikannya,
aku senang karena sekarang punya teman. Kamu tahu, aku anak
tunggal. Tidak punya tacik, engkoh, dan adik. Mulai sekarang,
kau dan aku harus saling membantu. Kamu bantu aku mengurusi
pekerjaan rumah, tetapi jangan merasa seperti pembantu. Aku
tidak menganggap begitu karena kau memang saudaraku.
Sang ratna terharu, matanya berkaca-kaca, diusap dengan
telapak tangan sambil berkata, ”Aku hanya bisa berterima kasih
padamu.”
Perawan Tua T 19
&&&
Kim Lian dan Ing Nio nampak rukun, selalu bersama. Nona
Kim Lian senang hati, kecuali dapat pembantu, juga karena ter-
nyata Ing Nio lemah lembut, halus budi bahasanya. Dapat me-
nempatkan diri, menyadari bahwa hanya numpang hidup. Jangan
sampai Kim Lian kecewa, apalagi menjadi marah. Ing Nio yang
rendah hati mampu melayani Kim Lian yang terkenal keras kepala.
Telah seminggu Ing Nio belum pernah keluar dari rumah
besar. Dari pagi hingga sore dia bekerja tiada henti, ada saja yang
dikerjakan. Semua itu tanpa disuruh, kadang Kim Lian timbul
belas kasihan. Ing Nio dipanggil, pura-pura diajak ngobrol, agar
dapat beristitahat sebentar.
Banyak hal yang diceritakan Kim Lian kepada Ing Nio. Lama-
lama tentang King Hok juga diperbincangkan.
“Siapa sih, Cik, King Hok itu?”
“Calon suamiku.”
“Calon suami Tacik? Tacik sudah punya kekasih?”
“Iya. Tapi, perbincangan belum matang. Walaupun demikian
tetap akan menjadi suamiku.”
Sang jelita mengangguk. “Bagaimana bisa menentukan jika
belum matang?”
Kim Lian menjawab kurang berkenan. “Mengapa tidak? Koh
King Hok cinta padaku, demikian juga aku. Cintaku sangatlah besar.
Apa yang dikhawatirkan? Empek dan sineh merestui. Kurang
apa?”
“Tacik mungkin lupa bahwa halangan itu bisa terjadi kapan
saja. Aku pernah mengalami. Sudah kurencanakan setamat H.C.S.
Malang, lantas akan melanjutkan ke Mulo atau H.B.S. Nilai rapor-
ku juga bagus, biaya tersedia. Coba mau apa? Ternyata tidak sam-
pai di situ. Empat bulan sebelum ujian, ibu meninggal. Hancur
impianku. H.C.S. saja tidak tamat, pupus harapanku. Aku keluar
sebelum mendapat ijazah karena empek pindah ke Jombang. Pindah
20 T Perawan Tua
karena keluarga baru. Itu contoh Cik, bahwa segala sesuatu tidak
boleh dipastikan.”
“Beda! Jalan hidupmu berbeda denganku. Yang bisa meng-
halangi pernikahanku dengan King Hok itu apa coba?”
“Jika Koh King Hok tertarik pada gadis lain?”
Kim Lian melotot. “Berpaling pada wanita lain? Hm..., adik
itu belum tahu karakternya. Jika sampai terjadi....., baru tahu
rasa!”
Nona Ing Nio menyesal. Pelan, menjawab, “Cik, jangan salah
paham. Sedikit pun aku tidak iri. Itu hanya upama.”
“Sudah tahu! Aku juga tidak akan marah padamu, Ing!”
Melihat tingkah Juk Kim demikian, ing Nio takut bercampur
heran. Dalam hati bertanya, King Hok itu orangnya bagaimana
kok dapat membuat taciknya seperti itu.
Nona Nio memang belum pernah bertemu King Hok walau
sudah sementara waktu tinggal dalam satu beteng.
Kim Lian dan Ing Nio terdiam. Kembali Ing Nio bertanya,
”Koh King Hok yang kau ceritakan itu, apakah pria yang tinggal
di paviliun itu?”
“Iya. Kamu pernah lihat?”
“Belum. Aku belum pernah keluar. Pagi-sore selalu di rumah.”
Juk Kim memegang pundak Ing Nio.
“Ing Nio, jika kau bertemu engkohku, jangan sekali pun ber-
pandang-pandangan. Ingat, Koh King Hok itu kekasihku!”
“Ah, Tacik, masa kaya gitu! Tacik begitu baik padaku. Kita
bagaikan lem dan prangko, lengket. Jika aku berbuat demikian,
semoga mendapat hukuman setimpal.”
“Jangan bersumpah, aku tidak minta. Ingat saja, jangan sam-
pai sumpahmu terjadi.”
Perawan Tua T 21
Jam empat sore. Pengunjung kebun binatang Surabaya mulai
berkurang. Pengunjung yang awalnya ratusan sudah banyak yang
pulang. Tinggal beberapa karena belum puas melihat binatang
hutan dan binatang bersayap yang beraneka ragam.
Satu rombongan yang belum pulang, Encik Liong Tjwan
suami istri dan si cantik Ing Nio.
Sudah sering Encik Liong Tjwan ke kebun binatang, dapat
dikatakan sudah bosan. Namun, kali ini terlihat senang agar Ing
Nio bergembira. Ini sebagai hadiah karena pekerjaan Ing Nio selalu
memuaskan.
Ing Nio dari desa, baru pertama kali mengunjungi kebun bina-
tang. Heran melihat binatang begitu banyak. Ular sangat besar,
singa mengaum, membuat kaget dan jantung berdetak kencang.
Di lain tempat melihat burung berwarna-warni; bulunya yang
indah membuat pengunjung berdecak kagum. Ing Nio sampai-
sampai tidak percaya bahwa itu kuasa sang pencipta, yang Maha
Agung. Beberapa kali Ing Nio bertanya kepada pawang. Bulu-bulu
tersebut apakah asli? Tidak dicat? Tentu saja dijawab, tidak! Ing
Nio belum percaya.
Monyet berwarna putih, hitam, merah, seperti diceritakan
dalam pewayangan juga membuat pengunjung keheranan.
Sampai di los panjang Ing Nio melihat ikan beraneka macam,
ada yang hidup di air asin ada pula yang di air tawar. Ada yang
berbentuk seperti jarum, ada yang berwarna seperti zebra
IV.
DI KEBUN BINATANG
22 T Perawan Tua
selang-seling merah putih. Ada yang sangat aneh, bentuk seperti
karang, tetapi dapat bergerak dan mengembang. Ing Nio seakan
tak percaya bahwa itu juga makhluk hidup.
Singkat cerita, semua binatang menimbulkan tanda tanya
di hati sang juwita. Makanya sejak jam dua sampai jam setengah
lima sore rasanya belum ingin pulang. Setiap saat Encik Liong
dan istri tersenyum melihat Ing Nio bengong, tidak tahu. Babah
Liong Tjwan sangat lega karena bisa membahagiakan keponakan,
dengan pemandangan yang belum pernah dilihatnya.
Setiap Babah Liong menatap Ing Nio bertambah pula kasih
sayangnya. Dia memang hartawan yang tidak sombong, baik
dengan semua orang.
Ing Nio berbaju biru. Anggun, serasi, enak dipandang. Ber-
wajah cantik, mata berbinar, alis mata hitam, siapa pun tidak jemu
memandang.
Ing Nio berkulit kuning langsat, tinggi semampai, gigi rapi,
putih indah bagai mutiara. Bibir tipis, merah merona tanpa lipstik
membuat yang memandang ingin berdekatan. Apalagi jika senyum
manis mengembang, jarang orang yang tidak tergetar.
Selain tampilan tubuh yang memesona, perangai Ing Nio juga
tiada cela. Kasih sayang Encik Liong Tjwan bukan semata karena
paras wajah, tetapi kepribadiannya. Sekelas anak desa, mampu
mempertahankan nama baik, menjaga harga diri. Polos, tidak
jelalatan, membuat senang siapa pun yang telah mengenal.
Bagi lelaki yang belum pernah mengetahui keseharian, banyak
yang salah sangka, mengira Ing Nio gadis angkuh, tidak bersahabat.
Karakter seperti itu membuat Babah Liong Tjwan semakin
mencurahkan kasih sayangnya, menganggap seperti anak sendiri.
“Jika menuruti kemauanmu, bisa lumpuh, Ing!” kata sang
majikan sambil tertawa. “Kamu tidak punya rasa capek!”
“Ayo, pulang saja!” Ajak Ing Nio. Dia tidak enak hati, kentara
sekali jika belum pernah melihat.
Perawan Tua T 23
Babah Liong Tjwan beserta istri tertawa suka cita. Meng-
goda demikian sudah biasa, antara orang tua kepada anak muda.
“Tidak! Aku tahu, kau belum puas! Gini aja, aku sama encim-
mu akan pergi ke bufet mencari es quash, muter-muterlah sendiri
agar bebas dan puas.
“Enggak, Om! Aku sudah puas kok!”
“Belum! Kamu belum lihat semua. Itu ada rusa di bukit sana!
Kamu belum ke sana kan?”
“Belum. Tapi gak mau, Om. Tidak perlu. Lagi pula aku takut
tersesat.”
“Ha ha ha...., tersesat? Kata-katamu lucu, seperti anak-anak.
Gadis sebesar itu tersesat di kebun binatang yang hanya seluas
ini. Sudahlah, segera ke sana! Matahari hampir tenggelam, naik-
lah bukit, masuk bale kambang! Kau nanti akan terpesona melihat
pemandangan mengasyikkan.”
Ing Nio menuruti kehendak pamannya. Kakinya segera me-
langkah menuju perbukitan. Pandangan mata ke kanan ke kiri,
betapa indahnya pemandangan. Rumput hijau berbentuk tiruan
benda tiga dimensi terpangkas rapi. Tak terasa sampai pada kaki
bukit, segera naik ke atas.
Rumput hijau juga terhampar luas di taman perbukitan. Aneka
bunga nampak mekar menawan, ada anyelir, mawar, seruni, juga
yang lain. Di tengah taman ada halte sebagai persinggahan. Tiang
penyangga berhiaskan tanaman menjalar nan indah. Ada meja
kursi, kursi panjang sebagai pelepas lelah.
Ing Nio tidak duduk di kursi, melainkan di bebatuan besar
di bawah pohon. Dipetiknya sebuah bunga anyelir putih. Tatapan
mata ke arah barat, terpesona sinar mentari merah melengkung se-
bagai pertanda sang surya akan bersembunyi di balik cakrawala.
Ing Nio larut dalam pesona. Tak terasa di belakangnya ada
sosok pemuda berdiri mematung, tertegun melihat seorang putri
bagaikan bidadari. Tahu-tahu ketika mendengar suara membuat-
nya terkejut.
24 T Perawan Tua
“Wah..., ada gadis cantiknya seperti....”
Ing Nio terperanjat. Menoleh, mencari sumber suara. Sung-
guh sangat berani memuji orang saat berhadapan. Berdiri, sedikit
ke belakang, melampiaskan kekesalan. “Keterlaluan! Manusia
macam apa kau, berani berucap seperti itu?”
Sang pemuda tak kalah kaget. Dalam hati heran bercampur
bingung. Mengapa jawaban sang gadis menyakitkan seperti itu?
“O, maaf! Bukan maksudku merendahkanmu. Aku hanya
mengungkapkan perasaan. Kau memang benar-benar cantik.
Baru kali ini aku menemui.”
“Diam! Jangan bicara!” Sang gadis semakin marah. “Tidak
sepantasnya seorang laki-laki, datang-datang merendahkan wanita
yang tak berdaya sepertiku. Kurang ajar sekali!”
“Jangan marah, cantik. Tadi aku sudah bilang, tidak berniat
merendahkan. Aku memang belum pernah melihat gadis jelita
seperti dirimu itu......!
Plak! Tamparan mendarat. Sang perjaka terdiam seketika. Sang
gadis segera berlalu, mendatangi paman dan bibinya yang masih
melepas lelah di buffet.
Ing Nio berniat untuk mengadu, tetapi setelah di depan Encik
Liong Tjwan, diurungkan. Ada pertimbangan, jangan-jangan akan
menimbulkan permasalahan.
Peristiwa di bukit akan diceritakan di rumah saja, pikirnya.
“Puas belum?” tanya juragan Liong Tjwan saat Ing Nio men-
dekat. “Mengapa cemberut?”
Hampir saja Ing Nio akan mengatakan apa adanya, tentang
pria yang telah berbuat kurang terpuji. Untung ada rasa takut,
jika masalah akan berlanjut. “Tidak! Tidak apa-apa, Om. Monyet
besar biang keroknya. Aku didekati. Kaget, takut bukan kepalang!”
Kalimat ini yang terucap keluar.
“Ha ha ha ha! Lucu kamu itu! Sudahlah, segera minum! Ke-
takutanmu akan berangsur hilang!”
Selesai minum, mereka bertiga segera pulang.
Perawan Tua T 25
Ing Nio masih menyimpan amarah. Keterlaluan sekali sikap
laki-laki yang dijumpai di perbukitan. Anehnya, wajah sang pe-
muda selalu terbayang, bagaikan bergelantungan di depan pelu-
puk mata. Berkali-kali dikibaskan, semakin lekat dalam ingatan.
Jas kuning, sepatu berhak, terlihat semakin gagah. Wajah
tampan, perawakan tinggi besar, nada bicara jelas, mantap, tidak
belepotan, menghilangkan prasangka Ing Nio bahwa pria tersebut
bukan penjahat. Ing Nio percaya bahwa laki-laki yang telah dia
tampar, orang baik-baik, karena berani bertanggung jawab dan
wajahnya begitu lugu. Yang baru terjadi, seperti dalam mimpi.
Ing Nio masih sayup-sayup seperti mendengar,”Wah, ada
gadis cantik seperti....,” dan juga,” Baru sekarang aku bertemu....”
Apa maksud berbicara seperti itu? Apakah kata seperti itu
merendahkan? Sepertinya tidak, terbukti diucapkan berkali-kali
dan mantap suaranya ketika mengucapkan, “Aku tidak berniat
merendahkan.” Mungkin hanya karena terpesona melihat wanita
seperti bidadari, tanpa sadar berucap yang akhirnya menimbul-
kan masalah ini. Jadi, bukan karena sendau gurau yang kelewat-
an. Tidak, tidak demikian.
Ing Nio seperti kesambet. Dalam hati seperti menghafal, baru
kali ini aku melihat. Demikian pula wajah yang telah dia tampar,
tidak hilang dalam bayangan. Jika peristiwa di bukit berupa film,
Ing Nio akan selalu memutar dalam pikiran. Gerak-gerik, kata-
kata yang terucap, akan selalu teringat.
Apakah ini pertanda mabuk cinta?
Betul! Sang gadis telah terbuai angin asmara, jatuh cinta pada
lelaki yang belum dikenal.
Sesampai di rumah, ing Nio langsung masuk kamar. Pintu
dikunci. Bercermin. Paras cantiknya selalu dipandang. Muter-
muter, menilai dan mengagumi tubuhnya sendiri.
Ing Nio memang gadis molek, langsing, indah dipandang,
tidak mengherankan jika membuat lawan jenis kasmaran.
26 T Perawan Tua
Ketika berkaca Ing Nio baru menyadari bahwa dia diberi
kelebihan oleh Sang Maha-pencipta, yang jarang dimiliki gadis
Tionghoa. Dadanya bergemuruh, jantung berdetak kencang, kata-
kata bernada memuji terus mengisi relung hati.
“Iya, dia tidak berniat melecehkanku, hanya karena heran!”
Dia bergumam. “Hanya karena baper, bawa perasaan, melihat
gadis nan rupawan.”
Ing Nio kembali bercermin. Puas dan bangga karena kecan-
tikannya. Kembali bergumam,”Bagaimana pun lelaki tidak dapat
menempatkan diri berarti melanggar tata susila.”
Malam tiba. Ing Nio berangkat tidur. Angan melayang, pikir-
an menerawang, mata tak mampu terpejam. Dipandangnya langit-
langit kamar seakan tengah melihat film, seorang pemuda yang
telah berani menyanjung-nyanjung dirinya.
Ing Nio tidak bisa tidur. Ketika mata akan terpejam, tiba-tiba
kaget, terperanjat karena impian. Seolah ada perjaka di bela-
kangnya ketika tengah asyik menikmati terbenamnya sang surya.
Seketika memeluk lengan, mencium seputar bibir tiada henti.
Sang gadis merasa lega dicium demikian. Kehangatan bibir
bergesekan dengan bibir terasa sampai ke tulang sungsum.
Namun, ketika ingat jika yang demikian melanggar norma susila,
apalagi belum saling mengenal, Ing Nio berusaha menghindar...,
kaget.
Keringat bercucuran, kepala terasa basah. Nikmatnya kecup-
an masih lekat di bibir. Hangatnya ciuman menghias angan, pijitan
tangan perkasa terasa aduh enaknya. Aduh..., Ing Nio menyesal,
mengapa secepat itu terbangun.
Mata dipejamkan, segeralah bisa tidur agar kembali bermim-
pi. Sayang, seperti kebanyakan, apa yang diinginkan biasanya tidak
terlaksana. Sampai fajar menjelang Ing Nio tidak lagi bermimpi,
tetapi beruntung, sang perjaka masih terpatri dalam kalbu.
O..., asmara...!
Perawan Tua T 27
Siapakah pria yang telah berani berbuat tidak senonoh ter-
hadap Ing Nio? Tidak lain adalah King Hok, karyawan Liong
Tjwan yang juga kekasih hati Kim Lian.
Tadi sore, saat King Hok tidak ada pekerjaan, mendapat kabar
dari teman-teman bahwa di kebun binatang baru saja didatang-
kan binatang aneh-aneh. Hal ini mengusik King Hok untuk men-
datangi.
Seperti sudah suratan takdir, kaki King Hok seakan ada yang
menuntun ke mana harus melangkah? Menapaki jalan ke bukit,
yang sebelumnya tidak terniatkan. Waktu itu Ing Nio tengah
duduk di bebatuan besar dan memetik bunga anyelir putih.
King Hok setengah tidak percaya dengan apa yang sedang
dilihat. Di tempat yang sepi, ada wanita duduk seorang diri. Dia
merasa berjumpa bidadari yang baru turun dari kahyangan ber-
cengkerama di taman manusia. Baru kali ini dia menjumpai gadis
Tionghoa yang cantik luar biasa.
Dalam angan timbul berbagai pertanyaan dan tanpa sadar
bibirnya berucap, ”Ada gadis cantik seperti ....”
Bagai tersambar petir, hatinya sangat terkejut ketika sang gadis
meluapkan amarah. Mulut bagiakan terkunci, tak mampu men-
jawab.
King Hok percaya sang gadis juga ras manusia setelah men-
dapat tamparan dan ditinggal sendirian di bukit. Mata digosok-
gosok sebagai bukti bahwa dia tidak sedang mimpi maupun
mabuk berat.
V.
SETELAH DARI KEBUN BINATANG
28 T Perawan Tua
Tamparan gadis secantik bidadari masih celekat-celekit sakit.
Lebih dari satu jam, King Hok sendirian di bukit. Mematung,
tak bergerak sedikit pun. Duduk bertopang dagu bagaikan telah
kehilangan uang berjuta-juta rupiah.
Sedih? Apa yang disedihkan?
Tidak. Memang tidak bersedih. Hanya heran, ada gadis cantik
menampar pipi perjaka. Namun, apakah benar bukan bidadari
turun dari kahyangan atau makhluk jadi-jadian yang berwujud
menyerupai manusia.
King Hok pulang, hatinya gundah gulana tak karuan. Malam-
nya wajah sang gadis berkelebat dan tidak mau keluar kamar.
Sinar wajah dan tatapan mata sang juwita menggoda jiwa mem-
buat tidak bisa tertidur lelap.
“Kesalahanku tidak termaafkan,” katanya sambil rebahan
di tempat tidur. “Mengapa seketika aku tidak meminta maaf, bah-
kan terus saja menyanjung, padahal sudah jelas dia tidak senang
mendengar sanjungan seperti itu.”
King Hok tidak menyangka tidak menduga bahwa gadis yang
membuatnya jatuh cinta, di kamarnya sendiri juga dihantui ba-
yangan kejadian yang baru berlalu, tak jauh dari paviliun. Tidak
mengira bahwa sang jelita tinggal satu beteng dan masih ke-
ponakan sang majikan.
Memang Tuhan Maha Berkehendak atas kejadian yang tak
terduga.
Perawan Tua T 29
Semenjak berjumpa gadis ayu yatim piatu, perilaku King
Hok berubah dari kebiasaan. Dulu suka tawa canda, sekarang
jadi pendiam, berkata pun jarang; seperti gong, tidak berbunyi
jika tidak dipukul.
Baru pertama berjumpa sudah dapat mengubah sedemikian,
apa tidak hebat?
Setelah berjumpa dengan sang ratna, hati sang perjaka tidak
tenang. Segala perbuatan tidak ada yang benar, sering gagal fokus.
Ingin hati bertemu kembali untuk menyampaikan kata maaf, telah
berbuat kurang ajar. Dorongan keinginan ini membuat King Hok
sepulang kerja muter-muter kota, masuk perkampungan Cina,
mencari-cari siapa tahu berjumpa sang ayu.
Tuhan pencipta semesta belum mengizinkan. Semua per-
kampungan Cina didatangi, tetap belum menemukan yang dicari.
Sang gadis juga menjaga diri, jangan sampai mendapat sebutan
perawan murahan. Mematuhi adat Tionghoa, tidak keluar dari
rumah. Melongok pintu saja tidak, jika memang tidak perlu.
Minggu sore, King Hok yang tengah dilanda kesedihan ter-
lihat sangat lesu; lelah keluar masuk kampung Tionghoa seharian.
Duduk di luar, bersandar pilar, angan melayang. Piyama dekil,
wajah kusut masam. Dia baca surat kabar untuk pelarian, tetapi
sang ayu tetap berkelebat di awang-awang.
Tiba-tiba ada taksi berhenti di depan rumah. Pemuda mabuk
cinta tidak begitu percaya jika yang baru saja turun majikannya
VI.
MALAM, SETELAH BERTEMU
DI KEBUN BINATANG
30 T Perawan Tua
sendiri, dikiranya hanya mirip belaka. Prasangka demikian kare-
na turut serta sang juwita yang telah membuatnya makan tak
enak tidur tak nyenyak.
Sebenarnya memang Encik Liong Tjwan bersama istri dan
Ing Nio sang dewi. Mereka pergi hampir seharian karena me-
nengok saudara yang sedang sakit.
Gadis ayu turun paling belakang, membawa bungkusan, oleh-
oleh dari keluarga yang sakit. Sangat terperanjat ketika begitu turun
melihat King Hok memandang tak berkedip. Seketika hatinya
dag dig dug tak karuan. Kaki seperti ada yang menahan, walau-
pun segera ingin melangkah, tetapi tertahan tidak seperti biasanya.
Sedikit lega hati, lirikan mata Ing Nio beradu pandang dengan
pemuda yang tengah kasmaran. Namun, kecewa.... Belum sempat
King Hok mengucapkan sepatah kata pun, gadis bagaikan bida-
dari itu telah hilang dari pandangan. Telah masuk ke dalam rumah.
Lama sang perjaka terbengong. Diam, tak bersuara. Namun,
dalam hati, “Siapa kamu? Dari tingkah laku, seperti orang se-
rumah. Mengapa aku belum pernah bertemu? Aneh!”
Sejak pertama berjumpa gadis pujaan telah membingungkan,
sekarang tambah masalah. Semakin bergejolak. Berulang-ulang
bertanya pada diri sendiri, siapa merah delima yang tinggal ber-
sama sang majikan.
Sampai petang King Hok tidak masuk kamar, tetap bersandar
pada tiang. Berjaga-jaga bila sang gadis keluar, ingin memandang
lagi, sepuasnya. Faktanya, sampai petang beranjak malam, harapan
tak tersampaikan.
Sampai jam delapan malam sang perjaka belum mandi dan
juga belum makan. Padahal, sudah lama hidangan tersaji di meja.
Efek jatuh cinta membuncang.
Pembantu rumah tangga menengok jatah makan untuk King
Hok, masih utuh. Dikiranya King Hok belum tahu, lantas men-
dekat, mengabarkan jika makan malam telah tersedia.
Perawan Tua T 31
King Hok menemukan akal cara mencari tahu gadis yang
telah membuatnya kasmaran. “Hai, aku belum mandi. Malu.
Tadi ada tamu seorang wanita muda, sekarang belum pulang?”
Pembantu yang tidak tahu jika hanya sebagai pancingan men-
jawab, “Tamu siapa? Tidak ada tamu. Laki-laki maupun perem-
puan, tidak ada.
“Kamu itu apa bangun tidur? Jelas tadi ada, datang bersama
nyonya besar.”
“O..., itu bukan tamu. Itu keponakan tuan besar. Di sini sudah
hampir sebulan.”
“Ngaco, kamu! Tuan besar tidak punya keponakan.”
“Ngaco gimana, yang bilang itu Juk Ing sendiri.”
“Siapa? Juk Ing?”
“Iya, nyonya besar jika memanggil hanya Ing begitu saja.”
“Aneh sekali, hampir sebulan serumah kok tidak tahu.”
“Ya, Juk Ing hanya di dalam, keluar jika ada perlu saja.”
“Ya sudah, kau tinggal dulu. Selesai mandi, kumakan.”
King Hok membawa handuk dan sabun, jalan perlahan me-
nuju kamar mandi yang terletak di belakang rumah besar. Jadi,
dari paviliun jika mau mandi pasti melewati samping rumah besar
tersebut.
King Hok berharap dalam hati agar dapat berjumpa gadis cantik
penyebab mabuk cinta. Tuhan belum mengizinkan. Berbagai
upaya telah dilakukan, celingak-celinguk lihat dapur, tengok-
tengok ruang keluarga, tetap tidak menemukan sang pujaan.
“Sungguh aneh, hampir sebulan di sini kok belum lihat;
padahal aku juga sering ke belakang, juga kamar mandi.
King Hok selesai mandi, jalan pelan-pelan. Masih menyim-
pan harapan, gadis bak Dewi Ratih lewat, tetapi tetap tinggal
harapan. Galau semakin mengguncang.
“Sayang sekali aku tidak berjumpa lagi dengannya. Aku
harus minta maaf, terlalu berani, ngomong sembarangan.”
32 T Perawan Tua
Sang perjaka tidak bernafsu makan, hanya mengambil sedikit
yang sekiranya enak. Selesai, memencet bel. Pembantu datang.
“Sudah! Bawa ke belakang!” King Hok mengambil korek
api, menyalakan rokok. Angan kembali mereka-reka, bagaimana
cara kembali memancing pembantu untuk mengorek tentang Ing
Nio.
“Katamu Juk Ing di sini, nyatanya tidak. Tadi sudah pulang
naik taksi.”
Pembantu menjawab sambil tertawa, tidak sadar bila telah
terpancing. “Bah King Hok itu mimpi ya? Pulang, pulang ke mana?
Rumahnya juga sini. Sekarang juga di sini, di kamarnya, meng-
gunting kertas untuk tempat kue sembahyang.”
“Kamu sendiri yang mimpi. Aku melihat dengan mata kepala
sendiri, dia pulang naik taksi.”
“Saya juga melihat dengan mata kepala sendiri, sekarang Juk
Ing masih di kamar. Itu kamarnya di belakang sebelah kanan.”
King Hok lega. Dia memang ingin mengetahui kamar sang
gadis impian. Setelah ada titik terang lantas mengakui kesalahan.
“Apa aku salah lihat ya?” Ngomong sendiri, sambil berdiri, berjalan-
jalan di dalam kamar, kepala menunduk.
Hati galau pikiran bagai mengurai benang kusut, ruwet tak
menemukan jalan keluar. Malam ini ingin masuk kamar sang gadis,
minta maaf, sekaligus ingin melihat paras wajahnya. Setelah dipikir-
pikir, tidak jadi. Diurungkan karena melanggar norma susila.
“Namun bagaimana lagi? Jika terus demikian, aku jadi gila
beneran!”
Tak terasa, jarum jam yang semula menunjukkan angka dela-
pan, telah bergeser pada angka sebelas. King Hok masih berjalan-
jalan di kamar. Pikirannya sudah mulai terganggu. Kadang ngo-
mong sendirian seperti pemain sandiwara tengah menghafalkan
percakapan.
“Jika aku masuk, Ing Nio tahu dan menjerit, aku semakin
merasa bersalah. Ya Tuhan, mengapa aku tidak diberi kekuatan
Perawan Tua T 33
untuk menghilangkan pikiran nakal ini? Mengapa bayangan sang
jelita selalu nampak di pelupuk mata? Ya Tuhan, hamba ingin
melupakan, mengapa tidak bisa?”
Rasanya sudah sangat capek. Berhenti berjalan-jalan, telen-
tang di tempat tidur, ngomong sendirian.
“Aku harus berusaha agar kuat, jangan sampai menemui
masalah yang tidak mengenakkan!”
Berhenti bergumam, berusaha memejamkan mata. Ingin tidur
nyenyak tetapi hanya sebatas mata mengatup. Jika terjaga, angan
kurang ajar berdatangan. Menakutkan! Menutup mata...... paras
sang gadis berkelebat di pelupuk mata, juga ketika dia berdiri
melampiaskan amarah. Gerakan tangan menampar pipi tergam-
bar jelas, seperti benar-benar berada di depannya. Wajahnya yang
lembut berubah memerah karena marah, tidak bisa dilupakan.
Semakin dilupakan semakin menancap dalam ingatan.
“Tidak jantan jika aku tidak berani menemui, mengakui ke-
salahan,” katanya sambil menerawang. “Apa pun yang terjadi,
malam ini aku harus menemuinya, minta maaf.”
Beranjak bangun, melihat jam, sudah jam dua belas. Jam segini
apa dia belum tidur?”
Lama, dia kembali berjalan-jalan di kamar, bagaikan buah
simalakama dalam mengambil keputusan. “Jika belum minta
maaf, aku tak kan dapat tidur nyenyak.”
Dorongan kuat, tanpa pikir panjang segera ambil tindakan.
Memakai baju, celana, jas terbuka tanpa dasi, juga sepatu tenis
.... Membuka pintu, keluar.
Di luar sepi, tak seorang pun lewat. Memang telah larut malam.
Yang ada hanya lampu bersinar terang benderang.
Rumah besar sudah tutupan, hanya beberapa lampu yang
masih dihidupkan.
King Hok berjalan perlahan melewati halaman menuju sam-
ping rumah. Sampai, tengak-tengok di gang menuju kamar Ing
Nio. Cendela terlihat terbuka, tetapi gelap. Pintu gang sudah
34 T Perawan Tua
terkunci. Batinnya, “Tidak apa-apa daripada mencongkel jendela
lebih baik memanjat jeruji pintu gang. Dia jago melompat,
berhasil melompat dengan mulus.
Secepat kilat memanjat seperti kucing, turun, perlahan kaki
melangkah menuju kamar Ing Nio. Berhenti, membaca suasana.
Dalam kegelapan terlihat sosok sang gadis, tidur mendekap
guling.
Tanpa pikir panjang memanjat jendela, sudah berada di dalam
kamar.
Perawan Tua T 35
Turun dari taksi, Ing Nio seakan melihat orang mati hidup
kembali. Tidak menduga bila bertemu pria perkasa nan mena-
wan. Dalam hitungan sekejap, jantung bagai tak berdetak. Heran,
perjaka yang membuatnya tidur tak nyenyak makan tak enak,
tengah duduk bersandar pilar, dalam bangunan sepekarangan.
Seperti ada dorongan, dia masuk dalam kamar. Klik, pintu
dikunci. Tanpa ganti baju, Ing Nio berbaring di ranjang.
“Apa itu King Hok, yang dikatakan Tacik sebagai kekasih-
nya?” Gumam Ing Nio. Pandangan tajam ke langit-langit, seakan
ada yang tengah diperhatikan. “Keliru besar aku! Aku salah telah
memikirkan kamu, King Hok? Aku telah berjanji pada Tacik Kim
Lian, tak kan tertarik pada kekasihnya. Aku tak kan menjilat ludah.
Apa lagi pada pria kurang ajar, berani menggoda gadis yang
belum dikenal.”
Pemikiran demikian dia kira dapat melemahkan gejolak jiwa,
tetapi ternyata tidak. Hati lebih kuat dari pada pikiran. Sekuat
apa pun membuang bayangan, semakin jelas sosok King Hok
tergambar di pelupuk mata.
“Bagaimana jika Tacik mengetahui isi hatiku.... Ah, aku harus
masa bodoh! Siapa King Hok itu? Aku tidak boleh merebut
tunangan Tacik. Kebaikan tacik padaku sangat banyak. Jika aku
bertemu dia, akan berpaling. Biar terlepas darinya.”
Tanpa sadar, Ing Nio menggigit pucuk sapu tangan. Jengkel,
geregetan, lantas berkeluh kesah. “Cinta..., cinta..., mengapa
terjadi misteri yang tak masuk akal?
VII.
KETIKA HATI TAK TERKENDALI
36 T Perawan Tua
&&&
Kembali pada sepak terjang King Hok. Bagaikan penjahat
yang telah lama malang melintang, dengan mudah dia masuk
kamar Ing Nio. Kebetulan juga jendela terbuka dan tidak berjeruji.
Perlahan kaki melangkah, mendekat, tetapi dumbrang...., kaki
tersandung kaleng.
King Hok ketakutan. Ingin menghilang atau bersembunyi,
tetapi keburu Ing Nio bangkit dari ranjang dan menyalakan lampu.
Ing Nio kaget, telah beradu muka dengan sang tampan. Perasaan,
baru berkelana di alam impian. Suaranya bergetar. “Penjahat!
Siapa suruh masuk sini, hai ...?”
King Hok mundur beberapa langkah. Tak kuasa menjawab,
terhenyak melihat wajah Ing Nio bagaikan melihat bulan purnama.
Bersih, bersinar.
Waktu itu Ing Nio berkimono pemberian Encik Liong Tjwan,
rambut tergerai di pundak, nampak anggun. Semakin cantik,
melebihi saat di kebun binatang.
King Hok merasa bagaikan di surga. Lama tak mampu ber-
kata-kata, hanya diam mematung.
Ing Nio marah-marah. “Ayo, keluar! Cepat! jika tidak, aku
akan teriak minta tolong.”
King Hok tidak tahu bagaimana menjawabnya. “Aku tidak
berniat jahat, Nona. Hanya akan mengakui kesalahan dan meminta
maaf. Maafkan kesalahanku ketika di kebun binatang itu.”
“Maaf?! Belum kumaafkan, sekarang berbuat lebih kurang
ajar!”
“Maksudku, aku juga ingin bertemu denganmu di luar, Nona.
Sayang tidak kesampaian sehingga memaksa aku berbuat begini.
Tidak ada cara lain.”
“Perbuatanmu tetap tidak sopan! Kamu harus keluar! Apa
mesti menunggu aku memencet bel sampai orang-orang tahu
bahwa kamu pencuri ulung?” Secara reflek, Ing Nio memencet
bel yang persis di bawah lampu.
Perawan Tua T 37
“Nona, aku tak kan keluar sebelum mendapatkan pintu maaf-
mu.”
Mendapat jawaban seperti itu, Ing Nio tersentak. Sungguh,
King Hok telah terbelenggu cinta, walaupun bukan saat yang
tepat, dia memberanikan diri masuk ke kamarnya, untuk meminta
maaf. Dengan gemetar Ing Ni menjawab, “Apa gunanya kau ingin
maaf dariku?”
King Hok mendekat. “Apa gunanya? Mesti ada. Ketahuilah
gadis cantik...! Sejak kita bertemu, pesonamu selalu menggoda
anganku. Siang kurindukan, malam kuimpikan. Mungkinkah
gelora cintaku ini tidak gayung bersambut? Apakah kau tidak
merasakan, jika di dunia ini ada orang linglung karena kemolekan
paras wajahmu. Linglung tidak selera makan, tidak selera minum,
tidak bisa tidur hanya karena memikirkanmu, Nona. Jika ku-
mengenangmu, teringat kembali perbuatanku yang membuatmu
marah sehingga penyesalanku semakin bertambah. Itulah, Nona.
Mengapa aku lancang menemuimu hanya untuk sekedar meminta
maaf. Tekadku, aku tak kan bergeser dari tempat ini sebelum kau
berikan maafmu.”
Ing Nio tertegun mendengar pengakuan King Hok. Tidak
menduga cinta King Hok rela berbuat seperti pencuri demikian besar
meletup-letup. Seketika hati Ing Nio berbunga-bunga, bangga ber-
padu cinta. Memang, tiada kebahagiaan di dunia melebihi indah-
nya cinta.
Dalam sekejap kebahagiaan itu datang, sekejap pula dia pergi.
Ing Nio ingat telah berjanji pada Kim Lian tidak akan merebut
kekasihnya. King Hok segera disuruh pergi, tetapi tetap tak beran-
jak. Diulang tetap diam, bahkan secara spontan memegang
tangan Ing Nio.
Dengan cepat Ing Nio memencet bel. “Rrriiingngng....,
rrriiingngng..., rrriiingngng!” King Hok mundur beberapa lang-
kah, tangan memegang kening. Kim Lian menduga, tamat sudah
riwayatnya. Dipecat dari pekerjaan, diusir dari paviliun. Namun,
38 T Perawan Tua
mata tidak redup, bicara pun tetap tenang. “Bunyi bel ini akhir
kehidupanku, Nona. Encik Liong Tjwan akan mengetahui hal
ini. Aku akan dipecat, diusir, dan disuruh pergi. Walau begitu
jangan kau kira, kepergianku akan menghilangkan rasa cintaku
padamu. Akhir cintaku padamu bukan pada bunyi bel, tetapi jika
nyawa terlepas dari raga.”
Di halaman terdengar gedebugan langkah kaki seakan ada
kejadian yang mencekam. Ing Nio kehilangan daya nalar. Raga
berdiri, tetapi jiwa setengah mati. Tidak mengira pencetan bel akan
membuat celaka pria yang telah menempati sisi ruang hatinya.
Untung segera dapat akal. Ketika pintu terbuka, didobrak dari
luar, dia berkata pelan. “Segera masuk kolong tempat tidur agar
tidak ketahuan!”
Tanpa berpikir panjang, King Hok menuruti perintah Ing
Nio.
Pintu didobrak tiada henti. Ing Nio membukakan pintu.
Wajah pucat, hati bingung tak karuan. Encik Liong Tjwan beserta
dua orang temannya nampak keheranan. Dengan tergopoh-
gopoh Encik Liong Tjwan bertanya.
“Ada apa, Ing? Ada apa?”
“Seberapa banyak kesalahanku, maaf Om! Maaf kan aku.
Aku sendiri tidak tahu mengapa kulakukan semua ini. Tadi aku
bermimpi ada pencuri masuk kamar. Seperti sedang mengigau
aku lantas memencet bel. Tidak tahu jika akan terjadi begini.”
“Lah, itu! Jendela terbuka!”
“Baru saja kubuka, meyakinkan beneran ada pencuri atau
tidak, ternyata tidak ada.”
Encik Liong Tjwan tampak puas mendengar jawaban seperti
itu. “Besuk lagi jangan diulangi. Mengagetkan orang.” Berkata
seperti itu sambil berlalu. Ing Nio tinggal sendirian sambil me-
mandang orang-orang yang meninggalkan kamar. Suara langkah
kaki sudah tidak terdengar, Ing Nio melangkah menuju tempat
tidur.
Perawan Tua T 39
“Cepat..., keluar! Pergilah dari sini!”
King Hok keluar dari kolong ranjang, memandang Ing Nio.
Mata terbelalak, rasa heran menyeruak. “Mengapa kau tidak me-
ngatakan yang sebenarnya pada Encik agar aku diusir, Nona?”
Hampir saja Ing Nio mengatakan, “Lah, aku cinta padamu.”
Untung saja segera ingat sumpahnya pada Kim Lian. Jawabannya
bahkan menyakitkan. “Aku menolongmu karena aku memang
tidak mau mencelakai orang!”
Mendapat jawaban demikian, King Hok kecewa. Tanpa se-
patah kata berjalan mendekati pintu, keluar menuju kamar.
&&&
Malam ini Ing Nio tidak bisa tidur, bermacam-macam pikiran
berseliweran campur aduk menjadi satu. Kehangatan pegangan
King Hok masih terasa di tangan. Semua perkataan yang terlalu
berani masih terngiang di telinga.
Ing Nio kecewa.
Betapa senangnya bila mampu mengatakan yang sesungguh-
nya bahwa dia juga cinta. Namun, itu sebuah dilema karena ter-
lanjur berjanji, tidak akan merebut kekasih Kim Lian. Utang budi
memang berat, apalagi juga dilandasi kasih sayang. Ada perasaan
berdosa jika mengusiknya dari hati Kim Lian.
Ing Nio berusaha menepis, jangan sampai gelora cintanya
semakin membahana.
Bagaikan kobaran api, jika membesar maka sulit dipadam-
kan. Demikian pula gejolak asmara Ing Nio. Walaupun telah banyak
cara dilakukan untuk membuang angan tentang King Hok, tetapi
bayangan King Hok terus berseliweran; dan semua perkataan-
nya bergema di gendang telinga.
Itulah kekuatan cinta, melebihi kekuatan hati.
40 T Perawan Tua
Orang bilang, suatu kejadian kadang didahului pertanda
dari Yang Mahakuasa, itu nyata. Namun, kebanyakan tidak
memperhatikan, bahkan tidak percaya. Ketika Ing Nio datang
ke rumah Babah Liong Tjwan, Kim Lian mendapat firasat seperti
melihat awan tebal bergerak pelan dan akhirnya gelap, menutup
sinar. Dia tidak menuduh Ing Nio membawa keburukan, tetapi
tahu bahwa awan lambang kegelapan. Seperti memberi kabar
padanya bahwa perjalanan cintanya akan menemui hambatan.
Sungguh nyata. Perawan Kim Lian merasakan perubahan
sikap King Hok, sedikit demi sedikit. Tidak ramah seperti dulu,
meskipun tidak sampai membuang muka. Bagi gadis yang tengah
jatuh cinta, tidak mustahil menangkap sinyal ada ketidakberesan.
Semakin kentara jika dulu sering mengajak berbicara, sekarang
seperti gong, tidak berbunyi jika tidak dipukul. Mau menjawab,
tetapi terlihat terpaksa, tidak memuaskan.
Semakin hari semakin jelas, Kim Lian tahu King Hok semakin
menjauh. Agar tidak berlanjut terlepas, Kim Lian akan meminta
sang tampan untuk segera menikahinya.
Sepuluh hari berlalu sejak kejadian di kamar Ing Nio. Kim Lian
bertandang ke kamar King Hok hendak menyatakan isi hati. Ke-
betulan waktu itu King Hok yang tengah dilanda asmara tengah
bermuram durja karena telah sepuluh hari belum melihat Ing
Nio lagi. Melihat keadaan King Hok, hati Kim Lian semakin tidak
karuan. Dia mendekat, pelan menyapa, tetapi kentara jika hanya
dibuat-buat. “Koh, tidak baik laki-laki sepertimu gelisah, bingung,
VIII.
NIAT HENDAK PERGI
Perawan Tua T 41
seperti itu. Beberapa hari nampak bersedih, katakan padaku, apa
sebabnya?”
King Hok menarik napas, menjawab bagaikan kehilangan
kekuatan. “Nona, bagaimana kau tahu permasalahan laki-laki, kalau
kau perempuan. Kaya miskin, setiap manusia akan mengalami
kesusahan. Saat ini aku termasuk yang tengah dirundung kese-
dihan.”
“Hidupmu susah? Apa gaji kurang mencukupi? Jika itu, ma-
salah kecil. Aku akan meminta ayah untuk menaikkan gajimu,
jangan khawatir.”
King Hok tersenyum hambar. “Menurutmu, permasalahan
hidup hanya karena kurang uang?”
“Jika tidak, apa sebab engkau bersedih?”
“Hanya sepele, aku merasa tidak bisa bertahan lama hidup
di Surabaya, jika selalu menjadi karyawan orang lain seperti ini.”
Kim Lian sangat terkejut, tidak dapat digambarkan dengan
kata-kata. Selama ini baru sekarang King Hok berpikir tentang
masa depan. Padahal, selama ini belum pernah menyinggung
mau berdagang atau wiraswasta lainnya.
“Ingin bekerja apa?”
“Aku akan izin berhenti pada Encik, akan mencoba hidup
di desa, melatih kemampuan, bisa mandiri. Jika tidak demikian,
aku akan selalu di sini, menjadi pembantu orang lain.”
“Itu kan tidak selamanya, Koh. Kamu tidak tahu, kapan aku
menikah denganmu, kamu akan dijadikan Tuwan Kuasa kelas I.
Apa seperti itu kau anggap pembantu?”
“O, jangan salah paham, Nona. Bukan aku tidak cinta pada-
mu. Aku masih punya orang tua yang tidak boleh kutinggalkan
ketika ingin menikah, aku harus mendapat restunya. Jadi, menikah
denganku, belum dapat dipastikan.”
Hati perawan Kim Lian bagaikan tercabik-cabik. Secara halus
King Hok telah menggambarkan kegagalan berumah tangga.
Betulkah King Hok tidak mengimbangi cinta Kim Lian?
42 T Perawan Tua
Terbawa besarnya rasa cinta, Kim Lian tetap belum percaya
dengan yang telah didengar. Dalam hati merasa heran, pria tam-
batan hatinya telah banyak berubah. Padahal, ketika mendapat
musibah tertindih sepeda motor telah mengimbangi rasa cintanya.
“Tidak salah perkataanmu? Kamu harus minta izin dulu pada
orang tua, apa kira-kira orang tuamu tidak akan memberi restu
pernikahan kita?”
King Hok menjawab dengan geram. “Ya betul, seperti itu.
Namun, menikah itu untuk jangka panjang dan tidak sedikit rin-
tangan yang mengganjal. Juga, kurang bagus bagi laki-laki meni-
kah hanya bermodal cinta. Laki-laki yang menikah muda, kurang
bagus masa depannya.”
Secara lahiriah, Kim Lian tetap tenang, tetapi dalam hati
tertumpuk rasa heran melihat sikap King Hok yang telah bertolak
belakang.
Hati King Hok memang telah terpikat gadis lain. Sikap dan
ucapannya kepada Kim Lian semakin tidak masuk akal. Memang
disengaja, agar terlepas dari jerat cinta Kim Lian. Perubahan sikap
ini menggugah Kim Lian untuk memata-matai tingkah polah
King Hok.
&&&
Lima belas hari berlalu.... Kim Lian bagaikan detektif yang
tengah mengintai gerak-gerik King Hok. Sebaliknya, Ing Nio masih
seperti biasanya. Waktunya makan, makan. Waktu tidur, tidur.
Waktu bekerja juga bekerja. Ing Nio menutupi segala gundah
gulana. Hal ini membuat Kim Lian tidak berprasangka. Insting
Kim Lian tidak mampu menembus pertahanan Ing Nio, tidak
tahu bahwa dia juga tengah dilanda asmara.
Bagi Ing Nio, ketika terjaga, sang pemuda tampan menari-
nari di pelupuk mata, ketika tidur terhanyut dalam alam impian.
&&&
Perawan Tua T 43
Suatu hari di atas jam dua belas malam. Seisi rumah Babah
Liong Tjwan telah tidur, bahkan Ing Nio sangat terlelap. Seperti
kerasukan, sang nona mengigau, mengucapkan yang selama ini
disembunyikan.
“Koh King Hok, aku mencintaimu. Cintaku padamu melebihi
cintaku pada diri sendiri. Aku rela mengikutimu di manapun
kau berada.”
Berhenti sebentar, kembali meracau. “Sekarang juga aku mau
mengikutimu. Kemana ya........ O, ya!”
Ing Nio bergegas turun dari tempat tidur, akan mengikuti kata
dalam igauan, “Mau ikut kamu?” Belum sampai kaki melangkah,
Ing Nio geragapan... Mata terbuka karena telapak kaki merasakan
dinginnya lantai, juga sulit melangkah karena kaki terjerat selimut
yang tergerai jatuh.
Ing Nio tengak-tengok, mencari yang terngiang saat mengigau.
Setelah sadar, duduk bertopang dagu di ranjang. Dalam hati ber-
kata, “Beginilah keinginan yang tertahan? Karena kuatnya me-
nahan, tidak ada gerak-gerik dan ucapanku yang menunjukkan
bahwa aku cinta pada Koh King Hok. Seperti ini jika masih terjaga,
nalarku bisa bekerja. Menimbang, memutuskan, akhirnya bisa
mengalahkan gejolak hati. Namun, ketika tidur pikiranku istira-
hat, kekuatannya kalah dengan hasrat jiwa. Berkali-kali aku me-
mimpikan, hanya karena kekuatan hati mampu mengalahkan
kekuatan pikiran di saat aku tidur. Untung tidak berlarut-larut.
Tuhan masih melindungiku. Kalau orang tahu, tentu bertanya
macam-macam. Bagaimana jawabanku? Jika tadi ada yang men-
dengar, tersingkaplah rahasiaku.
Ing Nio melamun, berbicara pada diri sendiri. “Jelas sudah,
apa yang tersimpan di hati tidak akan keluar di saat terjaga,
tetapi akan menari-nari ketika tidur. Mengigau, bahkan terbawa
ketika baru bangun. Ini bukti bahwa Engkoh King Hok telah
menempati ruang hatiku. Apakah aku akan melanggar sumpah?
44 T Perawan Tua
Betapa marahnya Tacikku. Belum tahu yang sebenarnya terjadi
saja sudah sewot, apalagi jika mengetahui.”
Kembali terdiam, tetapi masih berpangku tangan. Kini berse-
dekap sambil bergumam. “Mana mungkin ada api tanpa asap.
Apakah rahasiaku tidak akan terbongkar? Pusing aku! Berhati-
hati bagaimana pun, pasti ada kesalahan. Bagaimana jika aku
terlena dan terkuak rahasiaku? Hancur berkeping-keping harga
diriku. Tanpa bentuk. Lebih baik aku pergi dari sini.”
Niat akan pergi semakin kuat menggelitik hati karena sepu-
luh hari berlalu sikap Kim Lian semakin tidak bersahabat. Sikap
tidak menyenangkan, cemburu belum ada bukti, maka hanya
berpaling muka bila berjumpa. Sudah tiga hari Ing Nio tidak
disapa.
Satu jam sudah Ing Nio melamun. Angan terus berputar akhir-
nya capek, datang rasa kantuk. Kaki melangkah menuju tempat
tidur, berbaring. Aneh, kantuk jadi hilang, guling kanan guling
kiri, gelisah mengganjal pikiran. Jam tiga dini hari hampir saja
tertidur sayup-sayup bermimpi. Ing Nio seakan didatangi King
Hok. Layaknya sepasang kekasih, King Hok memegang tangan
Ing Nio. Mesra, merasuk jiwa. Namun, tiba-tiba datang Kim Lian.
King Hok melepaskan tangan, mundur beberapa langkah, tertun-
duk menahan malu. Ing Nio merasa muka bagaikan tersayat-sayat
sembilu. Kim Lian sangat marah. Gigi gemeretak, mengumpat,
mencela King Hok dan Ing Nio yang tidak tahu balas budi.
“Tidak pantas seperti ucapanmu! Kau akan menjunjung tinggi
tata susila, mana buktinya? Begitulah norma yang kau agungkan?
Masuk kamar gadis lewat tengah malam, itukah peradaban? Me-
nyentuh gadis yang belum kau kenal, itukah etika? Kau tidak men-
jaga nama baik keluarga ini. Kau mengotorinya! Aku tidak terima.
Akan kuadukan pada ayah, pasti kau akan diusir! Di-PHK!”
“Sekarang kamu, Ing Nio! Angkat wajahmu! Siapa yang ber-
sumpah tidak akan merebut dia! Ludah belum kering, kembali
kau jilat sendiri! Tidak tahu malu! Tidak akan terjadi seperti ini
Perawan Tua T 45
jika tidak sama-sama naksir! Jendela tak kan terbuka jika tidak
ada yang membuka!” Berkata demikian, Kim Lian berjalan men-
dekati jendela. “Yang membuka jendela kamu sendiri, tidak ada
bekas congkelan. beginikah balasanmu padaku? Kau kuanggap
saudara, ayah ibu juga menganggap seperti anak sendiri. Ternyata
akhlakmu seperti itu! Mencoreng nama baik ayah! Tidak pantas,
air susu kau balas dengan air tuba! Akan kulaporkan polisi! biar
tahu rasa kamu!”
Ing Nio tak kuasa menahan tangis. Tak bisa berbuat apa-
apa. Terbongkar sudah rahasianya. Ing Nio tersedu-sedu. Tangis
tertahan menghambat jalan napas. Ing Nio terengah-engah.
Akhirnya, tersentak terbangun. Perlahan mendekati kursi,
duduk, bertopang dagu bertumpu meja.
“Gimana, coba?” kata Ing Nio dalam hati. “Jika terus seperti
ini, runyam jadinya. Setiap tidur mesti bermimpi, mengigau, bah-
kan terbawa ketika terjaga. Apa tidak tidur, jerangkong hidup nanti-
nya. Menimbulkan banyak pertanyaan, hancur hidupku. Besuk
saja perlahan-lahan aku akan pamitan, tetapi apa alasannya?”
Ing Nio menghirup napas panjang, membuang keruwetan
pikiran. Batin kembali berbicara. “Sudah sepuluh hari Tacik men-
diamkanku. Bila kudatangi, pergi. Jika bertemu, membuang muka,
jika kutanya tidak menjawab. Selagi mau menjawab, muka garang,
kata sinis menyakitkan. Menurut para pembantu dan juru masak,
jika tidak suka pada seseorang, tega membuatnya celaka. Telah
tiga hari aku didiamkan, jangan-jangan suatu saat nanti, tega men-
celakai. Hmm ....”
Sebelum aku bermimpi seperti ini Tacik pernah menyindir.
Aku dituduh merebut kekasihnya. Lebih menyakitkan lagi,
sumpah itu apa, yang penting tercapai keinginan hati. Aku sudah
tidak punya harga diri. Ucapanku sudah tidak dipercaya. Tacik
telah cemburu dan marah padaku sampai terbawa mimpi. Besuk
aku akan pergi dari sini, menghindari kejadian yang tidak di-
inginkan.
46 T Perawan Tua
Ing Nio tak mau tidur lagi, takut bermimpi atau mengigau.
Banyak yang mengatakan, mimpi itu bunga tidur. Tidak demi-
kian bagi Ing Nio, mimpi itu firasat yang akan menjelma menjadi
kenyataan dan menimbulkan permasalahan.
Perawan Tua T 47
Seperti biasa, selesai persiapan sebelum berangkat kerja,
Babah Liong Tjwan bersama anak istri minum kopi dan kudapan
serba lezat di ruang tengah. Tidak ketinggalan berbincang ringan
penambah keutuhan keluarga. Ada kalanya membicarakan masa-
lah pekerjaan yang perlu dimusyawarahkan di rumah. Kebiasaan
seperti ini sudah mendarah daging, mereka sangat menikmati-
nya.
“Beberapa hari ini, kau terlambat keluar kamar, ada apa, Lian?
Seperti tadi, dipanggil tiga kali baru keluar, padahal jika minum
kopi tanpa kamu, kurang nikmat.”
“Anu, kok......, Yah!”
“Anu, apa? Gadis itu jangan kesiangan, bila perlu paling pagi,
agar dicontoh para pembantu. Aku dan ibumu pun bangga mem-
punyai anak perempuan yang sangat rajin. Lagi pula, besuk kamu
tidak akan canggung bila menjadi ibu rumah tangga. Betul kan,
Bu?”
“Iya, betul. Aku dulu bahkan dimarahi jika Sineh lebih dulu
bangun.”
“Seperti itu Lian, adat leluhur kita.”
“Ah, Ayah. Terlambat satu dua kali saja tak usah dibanding-
kan dengan kebiasaan nenek moyang.”
“Tidak bermaksud membandingkan, tetapi jangan sampai
terulang.”
“Inginku juga tidak kesiangan, tetapi bila terpaksa, bagaimana?”
IX.
PAMIT PERGI
48 T Perawan Tua
Kim Lian tertunduk, takut dikejar pertanyaan. Untung Babah
Liong Tjwan tidak lagi mempermasalahkan sehingga Kim Lian
merasa terselamatkan. Dia tidak tahu ayahnya berbuat demikian
untuk menjaga perasaan. Kata-kata petuah yang akhirnya keluar.
“Begini, Lian. Gadis sepertimu jangan terlalu banyak pikiran,
tidak bagus. Cukup berbakti pada ibumu, tidak perlu memikirkan
hal lain. Kamu masih menjadi tanggung jawab orang tua, jangan
terlalu memikirkan diri pribadimu, Nak!”
Babah Liong Tjwan terdiam, merasakan kata yang telah ter-
ucap, tertunduk beberapa saat. Istri dan anaknya juga terbawa
perasaan, layaknya tengah mengheningkan cipta. Beberapa menit
berlalu, Babah Liong Tjwan melanjutkan perkataan.
“Kau sekarang kelihatan pucat, pasti memikirkan macam-
macam. Jangan! Apa yang kau pikirkan, katakan pada aku dan
ibumu, agar bisa membantu. Anak seumuranmu belum waktu-
nya memikirkan yang berat-berat, sebab belum berkeluarga.”
Perbincangan belum selesai, terlihat Ing Nio keluar kamar
membawa bungkusan. Jalan menunduk, langkah kaki gontai
menunjukkan bahwa dia sangat capek. Babah Liong Tjwan
beserta anak istri terkejut, tidak mengetahui maksudnya. Sampai
mendekat, Ing Nio belum disapa. Demikian pula Ing Nio, mulut
serasa terkunci, sulit mengucapkan sepatah kata. Tanpa terasa
air bening menetes membasahi pipi, semakin membuat bingung
Babah Liong Tjwan sekeluarga. Bungkusan masih dipegang,
berdiri tegak, tak terpikirkan untuk duduk.
Kim Lian yang semula marah jika melihat Ing Nio, hilang
amarahnya, bahkan dia yang pertama kali menyapa.
“Mengapa menangis? Siapa yang akan menyanjung? Siapa
yang akan menolong?”
Nyonya Liong Tjwan tersentak, iba pada keponakannya.
“Huss! Watak galakmu belum hilang juga. Dihibur, ditanya dengan
lembut, tidak kasar begitu. Bagaimanapun, masih adikmu sendiri.
Dengan saudara saja seperti itu, apa lagi dengan orang lain!”
Perawan Tua T 49
Babah Liong Tjwan menyela. “Ini jelas menyimpang. Awal-
nya ngobrol baik-baik, tiba-tiba ada anak mematung membawa
bungkusan, lantas orang tua membentak anak. Diam semua, Nio
biar kutanya! Duduk dulu, bungkusan ditaruh, dan jangan me-
nangis.”
Ing Nio semakin tersedu-sedu, merasa berat meninggalkan
om dan encimnya yang telah dianggap seperti orang tua sendiri.
Perintah untuk duduk dan menaruh bungkusan telah dilaksana-
kan, tetapi untuk berhenti menangis paling sulit.
Babah Liong berbicara pelan. “Bungkusan itu, apa?”
Ing Nio menjawab, tetapi kurang jelas. “Bekalku.... dari....
Jombang.... dulu.”
“Akan kau bawa pergi?”
Ing Nio semakin tersedu. Tangisnya tidak keluar, hanya ter-
sedu tertahan di dada, membuat terharu bagi yang melihat. Semua
diam, tertunduk, penuh iba. Ing Nio melanjutkan bicara. “Aku
mohon pamit, Om..., Tante...., apalagi Tacik...., aku mau melan-
jutkan perjalanan hidup.”
Nyonya Liong Tjwan menggeleng-geleng. Mau bertanya,
tetapi tak kuasa mengeluarkan kata-kata, keburu Babah Liong
berucap, “Aku tidak paham maksudmu. Tanpa sebab, mengapa
seperti itu. Ada apa?”
Ing Nio kembali memohon, belum memberi keterangan.
“Aku mohon pamit..... akan melanjutkan perjalanan.”
Nyonya Liong Tjwan menyela. “Tidak! Kau mau ke mana?
Apa maksudmu itu?”
“Cim...., aku mau melanjutkan perjalanan..... mau pergi ke
mana kaki melangkah.”
“Kamu itu mabuk apa bermimpi? Anak gadis kok mau pergi
tanpa tujuan. Berarti merendahkan aku, orang mengira tidak
mau merawatmu.”
Belum sempat Ing Nio menjawab, Babah Liong menambah-
kan. “Juga, tiba-tiba kau seperti itu, apa sebabnya?”
50 T Perawan Tua
“Anu...., Om. Anu...., Cim. Sebab tidak ada apa-apa. Memang
tidak ada sebabnya.”
Babah Liong Tjwan belum puas, lantas bertanya sedikit marah.
“Bohong! Tidak akan terjadi sesuatu tanpa sebab. Jawabanmu
mengambang, pasti ada yang kau sembunyikan. Tidak, aku tidak
mengizinkan. Encimmu pasti juga tidak membolehkan kau pergi.”
Ing Nio menata hati. Memantapkan ucapan agar tidak kentara
dibuat-buat. “Jujur ya, Om, penyebabnya tidak dari rumah sini,
atau tidak dari pergaulan selama di rumah ini.”
“Ketika ibu masih sehat, ada singseh menemui bapak. Dia
minta kami bertiga berkumpul. Dia meneliti rajah sambil geleng-
geleng kepala, sesekali mendesah seperti ada beban berat. Selesai,
dia membuka primbon. Berbicara kepada bapak, yang intinya
kehidupan kami bertiga akan banyak marabahaya. Ibu akan sakit
tiada obatnya, demikian pula bapak. Sedangkan aku diramal
setelah bapak meninggal akan semakin terlunta-lunta. Ada sedikit
jeda, tetapi hanya sebentar, lantas sengsara kembali. Jika aku
tabah menjalani, akan bahagia di kelak kemudian hari.”
Nyonya Liong Tjwan memotong, “Aku tidak percaya. Ramalan
singseh tidak benar!”
“Jangan memotong! Dengarkan dulu!” kata Babah Liong.
“Nanti dipertimbangkan, seperti ada suatu misteri.”
Ing Nio mampu bersandiwara, bicaranya sangat meyakin-
kan. “Aku berkata sejujurnya, Om. Tidak dibuat-buat, Cim.
Aku, ibu, dan juga bapak tidak percaya ramalan singseh ter-
sebut. Meninggalnya ibu dan bapak, kuanggap memang sudah
takdirnya. Jika kejadiannya sama dengan ramalan, hanya kebetul-
an saja. Ramalan tentang diriku, kucoba melupakan, nyatanya
juga bisa. Namun, beberapa malam berlalu, setiap malam aku
terbangun karena mimpi menakutkan. Perasaanku, almarhum
ibu marah-marah, menyuruhku pergi dari sini, seperti ramalan
singseh. Jika tidak, hidupku akan segera berakhir.”
“Aku bingung, berusaha menghibur diri. Berhasil. Tidak berapa
lama bapak yang masuk kembali dalam mimpi. Tidak hanya marah-
Perawan Tua T 51
marah, bapak juga menjelaskan, setiap orang telah membawa
takdirnya masing-masing. Orang bijak bisa melihat hal itu dan
menyarankan, jalani dengan ikhlas, jangan ada penyesalan.”
Semua terbawa cerita Ing Nio. Diam, memperhatikan dengan
seksama. “Aku hampir percaya, hampir minta pamit, tetapi akal-
ku belum bisa menerima. Anehnya, singseh sendiri yang meng-
hantui mimpi. Aku diberi tahu, keberadaanku di sini hanya se-
kadar istirahat, sekarang saatnya pergi agar kehidupanku yang
telah digariskan Yangkuasa segera terwujud. Hal paling mem-
bahagaiakan pada setiap insan jika hidupnya seperti kehendak
Tuhan. Walaupun terasa berat dan menderita, tetapi itulah yang
diterima Sang Pencipta.”
“Om, Encim, dan Tacik, aku masih belum percaya, belum ingin
pergi dari sini. Tanpa kuduga, ibu, bapak, dan singseh masuk ke
alam mimpiku bersama-sama. Waktu itu aku belum terlelap, masih
dapat berpikir. Aku ingat kata orang tua, jika nyawa orang yang
sudah meninggal sebelum seribu hari masih di dunia manusia,
belum ikhlas meninggalkan alam dunia. Hal itu bisa berupa sayup-
sayup terdengar suaranya, kejadian aneh, atau menjilma dalam
mimpi.”
“Ketakutanku dalam mimpi kuanggap bertemu dengan suk-
ma berkelana, sukma ibu, bapak, dan singseh. Aku yakin itu benar,
maka aku mohon pamit, yang tadi dianggap misteri oleh Om.”
Semua terdiam, ruang tengah semakin terasa sepi. Babah
Liong dan istri adanya hanya kasihan pada Ing Nio. Babah Liong
Tjwan termasuk golongan tua, sangat percaya adanya sukma ber-
kelana. Hatinya terharu. Nyonya Liong berkaca-kaca, merasa-
kan penderitaan keponakannya. “Tragis sekali jalan hidupmu, Ing.
Ke mana tujuanmu?”
“Menurut kaki melangkah, Cim. Maka aku hanya membawa
bekal dari Jombang juga pakaian seadanya agar tidak mendapat
rintangan di jalan.”
52 T Perawan Tua
Nyonya Liong semakin sedih, demikian juga Babah Liong
Tjwan. Kim Lian walau dalam hati bersorak riang, tetapi ber-
lagak iba.
“Ing,” kata Babah Liong Tjwan. “Jika pergi ya pergi saja, tetapi
jangan keluar dari Surabaya. Jika kau sakit, keluargaku dapat
menjenguk. Kamu saya carikan kontrakan atau saya buatkan rumah
sendiri agar ditemani pembantu yang dapat dipercaya.”
“Tidak, Om!”
“Jangan membantah! Perkataanku belum selesai. Tidak ada
orang tua mengarah keburukan. Semua demi kebaikanmu!”
“Tidak, Om. Saya tidak membantah. Terima kasih sekali, Om
sangat baik padaku. Namun, maaf Om, aku tidak bisa. Jika seperti
itu berarti aku tidak melanjutkan perjalanan hidupku, tidak sesuai
dengan kehendak Tuhan, garis kehidupan yang harus kutempuh.”
“E, tidak mengira Ing Nio punya kemauan sekeras itu, tidak
bisa dilunakkan. Tidak bisa dibelokkan.”
Encimnya bertanya, “Bekalmu apa?”
“Sudah ada, Cim. Upah yang saya terima setiap hari kutabung,
sudah cukup untuk bekal hidup.”
“Sebentar, kutambah!” Nyonya Liong Tjwan berdiri, hendak
mengambil uang, tetapi dicegah Ing Nio.
“Cim, ini saja sudah cukup. Pemberian Encim biar di sini saja,
besuk jika terjadi sesuatu, ke mana kuberlindung jika tidak ke sini.
Aku khawatir jika terlalu banyak membawa uang akan timbul
masalah. Bertemu jambret atau aku terlalu bersuka karena banyak
uang.”
“Walau sedikit terimalah Ing, agar Encimmu lega.”
“Tidak, Om. Dalam hidup seperti ini sebaiknya meningkat-
kan kewaspadaan. Aku sudah seperti ini, semakin menderita
jika menemui rintangan di jalan. Biarkan apa adanya agar tidak
mengundang orang lain berbuat jahat. Jika aku terlihat gemerlap
dan banyak uang, apa tidak jadi sasaran penjahat?”
Perawan Tua T 53
Semua diam, merasa kalah berdebat. Segala upaya untuk
menahan Ing Nio tidak berhasil. Dihalangi bagaimana pun, Ing
Nio tetap teguh pendirian. Akhirnya semua mengizinkan.
“Om dan Encim, kebaikanmu tak kan kulupakan. Aku yang
kau anggap seperti anak sendiri, tak mampu membendung air
mata, merasa berat untuk berpisah, walau tidak untuk selamanya.
Aku hanya bisa berdoa pada Tuhan, semoga kebaikan Om dan
Encim mendapat balasan yang berlipat ganda. Demikian pula pada
Tacik, yang tidak kurang kebaikannya, semoga juga mendapat
balasan seperti Om.”
Terbawa perasaan, Ing Nio tidak mampu melanjutkan per-
kataan. Menganggukkan kepala isyarat menghaturkan hormat,
kemudian berjalan keluar sendirian membawa bungkusan.
54 T Perawan Tua
Kim Lian belum puas, Ing Nio hanya pergi. Dia mencari
cara, bagaimana agar King Hok menjadi benci pada Ing Nio
yang dianggapnya sebagai madu.
Jengkel yang terpendam, menghilangkan kesucian hati
nurani. Baik buruk dianggap sama, menyimpang dari kebenaran
tidak masalah, jahat dan hina dianggap baik-baik saja. Kim Lian
tega nian membuat fitnah bagi Ing Nio agar dapat memutus tali
cinta antara Ing Nio dan Kim Hok.
Siang malam Kim Lian memutar otak agar menemukan jalan
untuk mencemarkan nama baik Ing Nio. Sementara itu, King Hok
seperti mendapat firasat sesuatu yang kurang baik terjadi pada
Ing Nio. Mau bertanya, kurang enak hati, takut dituduh yang
bukan-bukan.
Detik demi detik berlalu menuju menit, jam, akhirnya siang
berganti malam. Sehari berlalu, hari berganti hari, seminggu sudah
Ing Nio pergi.
King Hok semakin rindu pada Ing Nio. Dalam pikiran hanya
ada Ing Nio. Berhari-hari hanya melamun, kadang pandangan
tak tentu arah layaknya orang linglung. Ada kalanya duduk kursi,
kaki bertengger di atas meja, suatu saat duduk di lantai bersandar
pilar, mata tidak berkedip seperti fokus melihat sesuatu, tetapi
terlihat jelas pikiran terbang ke mana-mana.
Peristiwa di kamar Ing Nio selalu datang menggoda angan
King Hok, hati pun perih ikut merasakan. Benar, Ing Nio tidak
X.
KIM LIAN BERDUSTA
Perawan Tua T 55
jujur menyatakan tertarik pada King Hok, tetapi tingkah laku
tidak menipu, jelas sebagai cerminan bahwa dia memendam cinta
pada sang perjaka.
Silih berganti pertanyaan bergelayut di hati King Hok yang
tengah menahan kepedihan. “Apa guna dia menyembunyikan
aku ketika Encik Liong Tjwan datang. Jika memang tidak men-
cintaiku, mestinya ikhlas aku diusir, tidak menghalanginya lagi.”
Suatu sore saat King Hok pulang kerja, Kim Lian tengah
membesihkan kamar King Hok yang masih tetap dianggap se-
bagai kekasih.
“Sehat, Lian?” Sapa King Hok dengan nada hampa.
“Sehat, Koh. Engkoh terlihat sedih, ada apa?”
“Tidak apa-apa, hanya lelah saja.”
Sebenarnya King Hok tidak ingin bertanya, tetapi karena
kuatnya dorongan ingin tahu keadaan Ing Nio yang telah lama
tidak keluar, demi sedikit ingin menguak, tetapi jangan sampai
kentara.
“Berkebalikan dengan kamu yang riang terus, terlihat semakin
gemuk.”
Kim Lian yang memperhatikan gerak-gerik King Hok dengan
lirikan, bisa menduga arah pembicaraan. Agar mengetahui lebih
jauh, Kim Lian mengikuti arus kemauan King Hok. “Mesti saja,
aku sekarang punya teman.”
“O, iya. Aku pernah dengar dari Encik, katanya punya ke-
ponakan yang tinggal di sini. Kamu cocok tidak dengan dia?”
“Cocok sih, tetapi tidak dalam segala hal.”
“Upamanya apa, hal yang tidak kau cocoki? Kataya namanya
Ing Nio, benarkah?”
Iya, namanya memang Ing Nio. Dia pandai berbicara, itu yang
kusuka. Akan tetapi, tabiatnya, entahlah, aku tidak suka.”
“Mengapa?’
“Sebagai gadis Tionghoa dia ikut-ikutan cara noni-noni......
bebas berhubungan dengan perjaka Jombang. Tiap hari tanpa
56 T Perawan Tua
putus selalu berkirim surat secara sembunyi-sembunyi. Yang
menjadi kurir pembantu di rumah ini.”
King Hok kaget tiada terkira. Tidak menyangka Kim Lian
menyampaikan berita buruk tentang Ing Nio. Setelah bisa menata
hati, membantah ucapan Kim Lian. “Masa? Siapa yang percaya
gadis seperti dia berani melanggar adat kesopanan?”
Mendengar pembelaan King Hok, hati Kim Lian tersentak.
Fitnahnya belum mengena. Dia lantas tersenyum, tetapi nampak
dipaksakan.
“Apa tujuan menjelek-jelekkan dia, bagaimanapun masih
saudara. Apa gunanya? Sudah sering aku membaca surat dan
jawaban dari Jombang. Aku juga pernah melihat mereka berbin-
cang di belakang rumah. Aku tidak mau mengatakan pada siapa
pun, e...., tahu-tahu dia pergi tanpa pamit.”
“Hai? Ing Nio pergi dari sini? Betulkah dia berperangai se-
perti itu?”
“Kamu tidak percaya? Apa kamu sudah tahu segalanya tentang
Ing Nio? Kamu bisa mengatakan Ing Nio tidak akan berperilaku
seperti itu, logikanya bagaimana? Nyatanya dia sekarang sudah
tidak di sini, tanpa ucapan terima kasih pada ayah ibu, apalagi
aku.”
Memancing malah terpancing. King Hok salah tingkah men-
dapat pertanyaan seperti itu. Memang tidak pada tempatnya jika
King Hok mengelak seperti itu.
“Begini, Nona. Aku tidak percaya, sebab keponakan encik,
mana mungkin berperilaku kurang terpuji.”
Kim Lian memang pandai bersandiwara, bisa menutupi ke-
busukan hati.
“Yang kau kira aneh, itu tidak aneh bagi Ing Nio. Bagiku,
pantangan membuka aib seseorang, tetapi karena kau tertarik
perkataanku, tertarik kisah gadis penghianat, tidak ada jeleknya
aku mengatakan yang lebih terperinci,” katanya sambil tertawa.
Perawan Tua T 57
“Setengah bulan yang lalu aku menemukan surat dilipat kecil
di meja rias Ing Nio. Ingin sekali kumengetahui isinya. Tanpa
perasaan apa-apa, surat kubuka. Intinya, sang perjaka ingin ber-
temu jam satu malam. Jam setengah dua aku ke kamarnya, sudah
tidak ada. Hatiku berdebar, badan gemetar, saudaraku kok ada
yang seperti itu.”
King Hok sudah tidak tahan. Dia yang tengah duduk di kursi
malas dekat tempat tidur hampir terjatuh. Kepala seperti berputar-
putar, kedua tangan segera memegangnya. Ocehan Kim Lian
masih didengarkan, tidak mengira bahwa hanya omong kosong
belaka.
“Walau begitu aku masih senang pada dia. Aku tidak sampai
hati mengatakan perbuatannya yang hina. Jika kau tidak tertarik,
aku tidak akan menceritakan. Lebih jelas lagi, seminggu setelah
itu, aku ke kamarnya, dia tengah menulis surat. Mengetahui
kedatanganku, dia kelabakan, berusaha menyembunyikan. Malam
hari kulihat kamar kosong, perkiraanku di belakang rumah seperti
biasa. Ternyata benar. Dia berpegangan jeruji, lelaki tersebut juga
berpegangan walau dari luar, berhadap-hadapan. Siapa lelaki ter-
sebut, aku tidak tahu, hanya sosok saja yang terlihat. Mereka ber-
bicara sangat mesra. Masalah ini kusimpan sendiri, ayah ibu tidak
ada yang tahu. Tidak ada yang mengira, seminggu kemudian pergi
tanpa pamit.”
Mendengar perkataan Kim Lian, King Hok bagaikan ter-
sambar petir. Hasrat hati ingin menjawab, tetapi takut terbongkar
rahasianya, akhirnya hanya diam saja.
“Mungkin sampai sekarang Ing Nio masih bersenang-senang
dengan lelaki pujaan.”
Kim Lian beranjak keluar karena telah selesai menata tempat
tidur, tetapi segera kembali. “Besok jika sudah terseok-seok,
baru merasakan salah jalan.... Tidak mengira jika gadis desa bisa
melebihi anak perkotaan, pemuja pergaulan bebas.”
58 T Perawan Tua
King Hok masih terdiam. Dalam hati berontak, tidak mem-
pedulikan isi pikiran. Tidak percaya, bagaimana logikanya, Kim
Lian tidak mengetahui perasaannya. Menjelek-jelekkan Ing Nio
di depannya dianggap tanpa pamrih?
Kim Lian berlalu, King Hok bergumam, “Apakah mungkin,
Ing Nio bertingkah senista itu? Aku tidak percaya, tetapi .....?”
Alis mata berkerut, dahi dipukul dengan telapak tangan, layak-
nya mengusir rasa mendongkol. Gigi gemerutuk sambil berbicara
sendiri. “Anak Jombang seperti jantan sendiri. Hmmm...., saya
lupa tanya Kim Lian, siapa anak Jombang yang sok jago itu. Jika
tahu nama dan alamat, oooo...., bukan King Hok; jika aku tidak
bisa menghajar si keparat yang telah berani merusak harga diri
Ing Nio, juga merusak ikatan cintaku.”
Diam. Napasnya terengah-engah walau tidak sedang berlari
atau membawa beban berat. Setelah agak nyaman, kembali ber-
kata, “Siapa dapat mengira jika anak pendiam, halus tutur kata
seperti dia mau berbuat terlaknat? Baru melihat cara berjalan,
nada bicara dan perilaku, tidak masuk akal jika kekasih hatiku
berbuat seperti itu.”
“Tidak! Pasti tidak! Walau ada setan belang sehari tujuh kali
mengatakan kejelekan Ing Nio, aku tetap yakin dia masih suci murni.
Bumi dan langit jadi saksi, jika aku masih punya kulit dan daging,
tidak akan berpaling, walau dia telah berbuat tercela.”
Perawan Tua T 59
Hati King Hok berkecamuk bagaikan diaduk-aduk. Semalaman
gelisah, tidak bisa tidur. Duduk, diam mematung, mata jelalatan,
kadang berbicara sendiri seperti orang kehilangan ingatan. Tidak
aneh jika baru seminggu saja telah banyak perubahan. Semula
nampak kekar, sekarang kelihatan kurus kering. Wajah yang
semula kencang bersinar kini nampak cekung, kempot, membuat
takut anak kecil. Menakutkan lagi jika membelalak, bola mata
terlihat semua. Kim Lian yang sudah sangat terbiasa pun ada
rasa takut dan sangat khawatir.
Dulu selalu rajin, tidak pernah absen bekerja. Sekarang se-
maunya sendiri, sehari masuk sehari tidak, hanya bermalas-
malasan di kamar. Ada kalanya siang sudah pulang dan tidak
kembali. Akhirnya jatuh sakit dan tidak dapat masuk kerja lagi.
Kata orang, King Hok sering sakit mendadak, mendadak
sakit. Mudah pingsan, tidak sadarkan diri.
Hati Kim Lian tidak karu-karuan.
Banyak dokter didatangkan untuk memeriksa dan mengobati
King Hok, tetapi nihil, tidak ada yang berhasil, bahkan penyakit-
nya pun belum ditemukan. Mungkin jenis penyakit langka yang
belum ada di dunia kedokteran. Ada yang mengatakan peredar-
an darah kurang lancar, ada yang bilang karena kecapekan, ada
yang terang-terangan tidak tahu.
King Hok dapat terlelap tidur hanya setelah disuntik. Suntik
berdasar kesepakatan para dokter yang memeriksa.
XI.
KIM LIAN BERTERUS TERANG
60 T Perawan Tua
Suatu hari, wajah King Hok terlihat segar, seperti orang
sehat, duduk, celingukan, seperti ada yang dicari. Saat melihat
Kim Lian dengan rambut acak-acakan menunggui di dekat ran-
jang, King Hok berkata ringan.
“Kim Lian, sudah saatnya aku jujur, menyatakan isi hatiku.
Sebenarnya aku.... tidak cinta.... padamu. Benar aku dulu pernah
menyentuhmu, tetapi itu tidak keluar dari hati, kekuatan iblis yang
merasuki jiwaku. Kebaikanmu merawatku ketika sakit membuat-
ku terlena. Aku kalah melawan iblis hingga melakukan perbuatan
tercela. Jika ingat waktu itu aku menyesal, kau tentu tidak heran
jika sejujurnya...... aku memang tidak mencintaimu. Jadi, harapan-
mu untuk menikah denganku, buang saja. Pasti tidak akan ter-
laksana.”
Kim Lian berdiri, tidak terasa kaki mundur beberapa langkah.
Apa yang didengar bagaikan di alam impian. Jika tidak terjadi di
kamar King Hok, Kim Lian tidak akan percaya. Dalam hati bertanya,
King Hok sudah gila atau hanya mengigau saja?
“O, sepertinya kau tidak percaya? Kau kira aku mengigau?
Meracau? Tidak! Aku tidak mengigau, tidak meracau. Aku me-
ngatakan yang sebenarnya, tanpa ditutup-tutupi. Ketika kucoba
mengingkari nurani, hatiku seperti terpenjara. Ketahuilah, di ba-
wah langit di atas bumi, tiada yang kucintai kecuali seseorang....,
yaitu Ing Nio. Lainnya itu, sama sekali tidak ada ..., Lian! Jadi, aku
sakit karena memendam masalah ini. Tidak kuutarakan karena
takut melukai perasaanmu.”
Untung saja Kim Lian tebal muka. Mendengar ucapan King
Hok yang menghantam telinga, tetap tenang. Tidak pingsan,
tidak gemetar. Sebenarnya telah tahu bahwa King Hok tidak
tertarik padanya. Sekedar basa-basi, tetapi juga tidak mengira
King Hok akan melempar kata-kata setajam itu.
“Seupama... dulu... aku tidak malu mengatakan... rasa hati-
ku yang sesungguhnya... kiranya.... aku tidak terbaring lemah
seperti ini. Sejak kudengar.... Ing Nio pergi dari sini..., ingin
Perawan Tua T 61
mengikuti..., ingin mencari..., tidak bisa ditunda..., tetapi karena
malu dan takut padamu..., keinginan itu kukekang semampu-
ku.... Ternyata... kekanganku... menggugah... ingatanku... pada
dia..., sampai..., siang malam... anganku hanya kepada Ing Nio....
Itu... sebabnya, Lian...! aku jadi menderita..., sakit ragaku...,
seperti ini rasanya.”
“Aku menyesal...., tidak terselesaikan sejak dulu.... Cintaku
telah mantap hanya pada dia..., tidak akan pernah berubah...,
mengapa aku tidak berterus-terang kepadamu...? Betapa bodoh-
nya aku!”
Kim Lian cuek. Bicara panjang lebar seperti itu hanya dijawab,
“Kau itu sakit parah, wajar jika meracau. Dokter bilang, kau harus
istirahat, menenteramkan pikiran.”
“Tidak..., aku tidak mengigau, Lian....! Masih ada kelanjutan-
nya.... Lian..., perkataanku itu..., dan kelanjutannya ini..., juga
sudah lama..., akan kukatakan padamu. Permintaanku..., mulai
hari ini..., kamu jangan..., perhatian padaku seperti yang lalu, dan...
jangan kau anggap calon suamimu, cukup kau anggap aku King
Hok pada umumnya... Keinginanku..., jika sakitku telah sembuh...,
aku akan undur diri dari pekerjaan..., akan mencari Ing Nio...,
kekasih hatiku..., sampai ketemu....”
“Bagaimana bisa, jelas Ing Nio tidak cinta kamu, mengapa
rela berkorban demi dia? Dia pergi dengan selingkuhan, itu artinya
tidak cinta kamu!”
“Tidak....! walau kau mengatakan pergi dengan selingkuh-
an...., walau semua orang juga mengatakan pergi dengan laki-
laki lain..., tetapi aku yakin..., jika sampai hari ini.., dia selalu
menantikan ..., aku. Aku percaya... dia masih murni..., masih suci,
dan juga hanya aku..., yang menjadi tambatan hati.”
“Bagaimana bisa tahu, Ing Nio cinta padamu?”
“Sebab..., sebab jika bertemu dengan..., aku nampak sangat
memperhatikan... perhatian seperti itu..., lebih bermakna dari-
pada indahnya kata-kata.”
62 T Perawan Tua
Siiiiiiirrrrrrr..., hati Kim Lian bagai tersayat sembilu. Gadis
dilanda asmara, mengharapkan percintaan abadi, ternyata di-
penggal di tengah jalan. Jika tidak malu, Kim Lian akan berteriak
histeris. Kim Lian beranjak pergi membawa hati remuk redam
hancur berantakan.
Sepeninggal Kim Lian, tanpa henti King Hok menyalahkan
diri sendiri. Sembari memukul-mukul dada. Menyesal, mengapa
tidak segera pamit dan menyusul Ing Nio.
“Hai..., jadi aku ini..., penakut..., tidak punya keberanian.
Jika tidak mau mati..., seperti ini..., kira-kira..., aku pasti belum...,
berani mengutarakan isi hatiku pada Kim Lian... Jelas..., ke-
beranianku karena takut mati.”
“Sekarang aku sudah lega. Jika aku sudah sembuh..., aku
akan berhenti bekerja..., akan kucari Ing Nio.... Biar aku dikata-
kan gila..., tak masalah.... O, jika memang nyata..., Ing Nio jadi
anak murahan pada laki-laki..., lebih baik..., aku pergi dari tanah
Jawa..., entah ke mana!”
Keesokan hari, sakit King Hok semakin parah. Mata melotot
tak berkedip, selalu melihat ke atas. Sebentar-sebentar tak sadar-
kan diri, membuat ketakutan yang menjaga, terlebih Kim Lian.
Babah Liong Tjwan beserta istri tak kalah susah karena King
Hok sudah dianggap seperti anak sendiri. Berapa pun biaya di-
keluarkan demi kesembuhan King Hok, tetapi sayang belum
menampakkan hasil.
Melihat sakit King Hok semakin mengkhawatirkan, para dokter
kebingungan. Tidak mampu menemukan cara lain untuk me-
nyembuhkan, akhirnya menyerah juga.
Mengetahui para dokter bersikap demikian, pandangan Kim
Lian berkunang-kunang, badan sempoyongan, kesadaran ber-
kurang, ujung-ujungnya pingsan.
Ketika siuman, ternyata sudah di kamar, hanya ayah ibu
yang menemani. “King Hok sudah mati? Apa mau mati? O, Tuhan,
mati karena aku. Jika memang harus mati, lebih baik aku dari-
Perawan Tua T 63
pada dia. Koh King Hok, cintaku padamu tanpa banding. Aku
rela jadi tumbal asal kau selamat. Mengapa kau tidak membalas
cintaku? Ya Tuhan, lindungilah aku.”
Selesai berkata demikian, Kim Lian bangun; meronta, me-
lepaskan tangan ayah ibunya yang berusaha menahan, bergegas
mendekati King Hok yang telah terbujur bagaikan mayat. Pundak
King Hok dipegang, digerak-gerakkan. “Koh! Koh! Koh King
Hok, jangan mati..., jangan mati, Koh! Aku cinta kamu..., tulus
iklas aku jadi korbanmu, asal kau jangan mati! Duhai, kekasih
hatiku...!”
Walau terasa sangat berat, King Hok mampu membuka pe-
lupuk mata. Dengan sangat berat dapat berucap, tetapi terputus-
putus. “I n g N i o ! I n g N i o !”
Kim Lian kecewa, tetapi lega. Lega karena King Hok belum
terlanjur meninggal, kecewa karena King Hok meracau me-
manggil Ing Nio. Kim Lian semakin sadar, karena perbuatannya
orang lain celaka, nyawa nyaris melayang, padahal dia orang yang
diimpikan. Bingung, sedih, putus harapan. Apa harus memper-
tahankan King Hok? Jelas tidak mungkin. King Hok tentu akan
mati jika tidak bertemu Ing Nio. Harus bagaimana?
Ada dua pilihan, mengiklaskan King Hok bersanding dengan
Ing Nio; atau tetap mempertahankan King Hok, sama artinya tega
melihat mayat King Hok. Dilema, bagaikan makan buah simala-
kama. Jika menuruti nafsu, kekasihnya akan menjadi mayat. Jika
tidak, King Hok selamat, tetapi akan bersama wanita lain.
Untung, kesucian jiwa berbisik. Akhirnya Kim Lian menga-
lah, mengiklaskan King Hok menjadi suami orang lain. Sebagai
penghibur, tidak bisa bersanding, tetapi masih bisa memandang,
daripada tidak dapat bersanding dan tidak dapat memandang.
Selesai Kim Lian berinteraksi dengan gagasan sendiri,
terlihat King Hok ingin duduk, memberi isyarat pada Kim Lian
agar membantu menumpuk bantal sebagai sandaran. Kim Lian
64 T Perawan Tua
disuruh mendekat. Dengan terbata-bata dan penuh perjuangan,
King Hok mengutarakan isi hati.
“Kim Lian... kau lihat..., sendiri..., sekarang aku..., hampir
mati.... Apakah kamu masih bisa berbuat baik kepadaku lagi...,
Lian?”
Tangis Kim Lian tidak dapat ditahan, air mata bercucuran
membasahi pipi. Hati bagai tertusuk duri mendengar ucapan,
aku sudah hampir mati. King Hok yang dicintai melebihi cintanya
pada diri sendiri ternyata akan meninggalkan indahnya dunia.
Suara King Hok yang layaknya sebagai wasiat, mencabik-cabik
perasaan.
Sambil mengusap air mata Kim Lian menjawab, “Oh, Koh
King Hok..., tidak ada kesenangan kecuali berbuat baik kepada-
mu, Koh.... Katakan, apa permintaanmu..., nanti kuturuti...,
walau harus sampai pucuk gunung sekalian!”
King Hok menjawab pelan, tetapi bukan seperti kemauan
sendiri. “Syukur Lian..., permintaanku tidak sepele, tetapi sangat
mudah. Aku hampir mati. Kamu juga tahu..., kan, Lian. Jika aku...,
mendekati ajal ...? ketahuilah..., aku belum ikhlas mati... jika
belum mendengar kepastian darimu... tentang kebohonganmu...
telah menceritakan kejelekan Ing Nio.... Coba, Kim Lian... jujurlah
padaku... masalah Ing Nio itu nyata atau tidak?”
Permintaan King Hok bagaikan menampar muka Kim Lian;
tentu tidak dapat menjawab seketika. Dia tidak mengira men-
dapat pertanyaan demikian. Hatinya dalam persimpangan. Tim-
bul gagasan, semua harus selesai. Berterus terang agar yang tengah
menghadapi kematian merasa puas sehingga nyawa terlepas
bagaikan anak panas melesat dari busur.
King Hok memandang tak berkedip. Tangan digerakkan,
memegang tangan Kim Lian. “Kasihanilah..., orang yang akan
meninggal.... Kim Lian; katakan sejujurnya... kamu berbohong....?
katakan... jika sesungguhnya Ing Nio... gadis.... suci. Kim Lian....
aku dapat firasat... jika kepergian Ing Nio... dari sini... hanya
Perawan Tua T 65
karena menyingkir, jadi tidak pergi.... Kamu tahu kan...? Jika
firasat yang diterima.... orang yang akan mati itu... bisa dipasti-
kan benar...; sebaiknya... akuilah... jika perkataanmu... tentang
Ing Nio itu... bohong semua.... Demikian, Lian... jika kau benar
cinta... kepadaku, cinta yang suci... tidak dari hawa nafsu.”
Kim Lian masih belum dapat menjawab. Masih ada perang
batin antara nafsu dan nurani. Nurani selalu mengingatkan, jika
Kim Lian benar cinta pada King Hok, tentu mau merendahkan
diri, atau mau meluruskan kesalahan yang telah ditunjuk King Hok.
Nafsu masih menentang. Jika mengakui kesalahan, nanti tidak
akan menikah dengan King Hok, yang telah lama diimpikan.
Selama ada perang ramai antara nafsu dan nurani di hati Kim
Lian, King Hok terus memandang tanpa berkedip. Melihat Kim
Lian kebingungan, King Hok yakin bahwa firasat yang diterima-
nya itu benar. Jadi, kepergian Ing Nio karena mengalah, tidak
bisa dibantah lagi. Demikian keyakinan King Hok.
Lama tidak mendapatkan jawaban, King Hok berkata, “Jika
memang kau... cinta padaku... Lian..., mengapa kau tak mau...
membuat senang hatiku... padahal kamu tahu... jika aku hampir
mati. Sungguh, Lian... lepasnya nyawaku... tidak bisa... seperti
lepasnya anak panah... jika belum mendapat keterangan... yang
sesungguhnya... tentang kesucian Ing Nio... bersih suci.... bagaikan
kapas.... yang dicuci.... Apa kamu sungkan... o, orang akan
meninggal itu pemaaf. Seberapa besar dosamu padaku.... dan pada
Ing Nio..., telah kumaafkan, Lian!”
Hening. King Hok tidak lagi bersuara. Yang terdengar
hanyalah tangisan Kim Lian dengan tangan masih tergenggam
King Hok.
“Koh, sebesar apa pun salahku..., aku minta maaf!” Kim Lian
memulai percakapan.
“Iya, Lian... telah kumaafkan... Setelah aku memaafkanmu,
terimalah ucapan terima kasihku... Aku merasa berutang budi...
66 T Perawan Tua
padamu. Perhatianmu dari dulu hingga sekarang... aku tidak
akan... dapat membalas..., kecuali Yang Mahakuasa.”
Kamar kembali sepi. Kim Lian kembali berujar setelah mam-
pu menguasai diri. Lancar, tidak terputus-putus.
“Koh King Hok!”
“Apa?”
“Karena sakitmu karena aku, maka aku yang harus berusaha
agar sembuh!”
“Bagaimana... usahamu..., Lian?”
“Ing Nio akan kucari agar menungguimu, semoga menjadi
obat bagimu!”
“Apa... masih... bisa... ketemu..., Lian?”
“Ya harus kutemukan. Aku tidak akan pulang jika tidak ber-
sama Ing Nio. Kamu berusaha kuat ya, Koh!”
King Hok tidak kuasa menjawab, hanya mengangguk, tak
terbentung air mata bercucuran. “Kim Lian... jika kau berkenan...
cintamu padaku... tetap cinta antarsaudara... aku saudaramu laki-
laki... kau saudaraku perempuan... Saudara untuk selamanya...
sampai akhirat.... seperti saudara kandung.... seayah ibu.”
Kim Lian tidak mampu berkata-kata. Tak kuasa berlama-
lama berada di kamar, akhirnya segera melangkah pergi mem-
bawa gundah gulana hati.
Perawan Tua T 67
Keluar dari ruangan King Hok, Kim Lian langsung masuk
kamar. Hati bertekad bulat akan mencari Ing Nio saat ini juga.
Selesai berkemas, mohon izin kepada kedua orang tua.
“Ayah ibu, aku mohon restu. Hari ini aku akan mencari dukun
yang bisa menyembuhkan King Hok. Mohon doanya semoga
segera bertemu.”
Ayah ibunya terkejut bercampur heran mendengar perkataan
Kim Lian. Serasa bukan Kim Lian yang berbicara.
“Dukun? Dari mana kau tahu tentang dukun itu? Apa bisa
menyembuhkan King Hok? Dokter spesialis se-Surabaya saja
sudah menyerah.”
“Tidak hanya se-Surabaya, sedunia pun tidak akan dapat
mengalahkan dukun yang kumaksudkan.”
Ibunya menyela, “Coba beritahu, siapa dukun yang kau
maksud?”
“Tidak lain kecuali Ing Nio.”
“Ing Nio? Kau sedang mengigau tertular King Hok?”
“Tidak! Begini ceritanya. Besar cintaku pada King Hok tak
terhingga, maka aku rela berkorban jiwa raga demi dia. Ternyata
King Hok cinta Ing Nio, bukan aku. Karena cintanya, lebih baik
mati daripada tidak beristrikan Ing Nio. Penyesalanku tidak
dapat ditebus dengan apa pun. Menyesal karena aku telah ber-
dusta menuruti keserakahan. Aku tahu jika King Hok memang
kasmaran pada Ing Nio.
XII.
KIM LIAN MENCARI ING NIO
68 T Perawan Tua
Semenjak Ing Nio di sini, Engkoh seperti orang linglung.
Setiap hari duduk terbengong, beberapa jam bisa mematung. Rasa
dengkiku timbul, benci pada Ing Nio. Aku selalu sinis dan marah,
sampai akhirnya Ing Nio mengalah, pergi dari sini. Kepergian Ing
Nio membuat King Hok jatuh sakit, sampai seperti mayat. Meng-
ingat aku dosa besar, dosa membuat orang pergi, dosa membuat
orang akan mati, apa tidak seharusnya aku menebus dosaku itu?
Aku merasa wajib menebus. Saat ini juga! Aku mohon pamit
mencari Ing Nio sampai ketemu, akan kuserahkan pada King
Hok agar menjadi obat. Memang hanya itu obatnya, pertemuan
Koh dan Nio, selanjutnya menjadi suami istri.”
Tuan Liong Tjwan geleng-geleng kepala. Mau mengatakan
gila, kata-katanya runtut, mau percaya rasanya aneh seperti
dongeng.
“Apa kau tahu di mana Ing Nio sekarang? Kembali ke Jom-
bang ikut ibu tiri, tentu tidak. Saudara hanya kita, mau kau cari
di mana?”
“Entah aku tidak peduli. Aku mau mencari sampai ketemu.”
“Tabu, gadis pergi seorang diri. Menyuruh orang saja, berapa
biayanya, kubayar!”
“Tak kan ada orang yang dapat menemukan, kecuali aku.
Tidak apa-apa, ini penembus dosaku. Jangan kau halang-halangi,
tekadku telah bulat. King Hok akan mati karena perbuatanku,
maka juga harus hidup karena perbuatanku.”
Babah Liong Tjwan suami istri sudah tahu watak Kim Lian.
Dihalangi tetap aku pergi, maka diizinkan juga. Setelah diberi
bekal, Kim Lian pergi seorang diri.
&&&
Jombang, tempat ibu tiri Ing Nio yang pertama kali didatangi,
tetapi tiada hasil. Ibu tiri Ing Nio bahkan tidak tahu kabar setelah
Ing Nio pergi dari rumah. Di Jombang Kim Lian menginap dua
hari sambil mencari keterangan tentang Ing Nio. Berbagai data
telah dipaparkan, tetapi tidak ada yang menemukan.
Perawan Tua T 69
Dari Jombang Kim Lian melanjutkan ke Kediri, Kertasana,
Madiun, tetap belum dapat melacak. Pernah mendapat telegram
dari orang suruhan, di Pare ada orang yang ciri-cirinya persis Ing
Nio. Kim Lian segera mencari kebenaran, ternyata hanya mirip
saja.
Kim Lian lantas mencari di Malang, Jember, juga tempat lain
ternyata belum ketemu juga.
Orang-orang yang dia suruh, tidak peduli apa-apa, tidak malu
mengelabui Kim Lian agar mendapat upah banyak. Aji mum-
pung, memanfaatkan peluang demi keuntungan.
Kim Lian tanpa perhitungan. Berapa pun uang dikeluarkan
demi menemukan Ing Nio. Berulang-ulang tertipu, datang dan tidak
bertemu, tetapi tidak jera. Di mana ada informasi, selalu didatangi.
Kuatnya tekad, beberapa hari, beberapa minggu mencari, tetap
belum ketemu. Hampir semua kota, desa, dan tempat-tempat
terpencil didatangi, serta banyak keluar uang demi orang suruh-
an.
Seandainya kepergian Kim Lian hanya ingin mendapatkan
upah murah, tentu sudah menyerah. Kim Lian tidak demikian.
Dia pergi karena cinta pada King Hok dan untuk menebus dosa,
maka pantang berputus asa. Walau telah banyak mengorbankan
waktu, tenaga, dan biaya, tetap bersemangat, suatu saat nanti
dapat menemukan Ing Nio.
Demikianlah kekuatan cinta. Ada kalanya uang dan kekuasa-
an tidak dapat mengatur orang, tetapi tidak dengan cinta.
70 T Perawan Tua
Kisah Ing Nio. Ing Nio pergi dari rumah Babah Liong Tjwan
memang hendak menyingkir dari keramaian. Menjauh dari King
Hok, sang kekasih, serta dapat melupakan hal yang tidak menge-
nakkan ketika ikut Babah Liong Tjwan.
Ketenteramanlah yang dicari. Sungkan berkumpul dengan
orang kaya yang rata-rata terlena nikmat dunia, tidak memeduli-
kan perbuatan nista, madya atau utama. Menurut Ing Nio hal
demikian akan mendatangkan kesulitan, maka harus dihindari.
Setelah pergi dari rumah Babah Liong Tjwan di Surabaya, Ing
Nio memilih tinggal di pedesaan yang warganya bisa hidup
rukun, tidak ada rasa jahil, iri, dan dengki.
Ing Nio menjadi orang Grati, hidup mengikuti di alam
(tradisi) pedesaan. Uang yang dikumpulkan ketika di Surabaya
dibuka, menyewa rumah kecil untuk membuka warung. Berjual-
an rokok kretek, korek, sabun, gula, kopi, teh, jamu, dan lain
sebagainya yang sekiranya laku di situ, dapat untuk menyam-
bung hidup.
Ing Nio hanya membawa beberapa baju bekal dari Jombang.
Baju pemberian Babah Liong Tjwan yang berupa kimono jempol,
kebaya dan juga sarung yang berharga mahal, tidak dibawa agar
tidak menjadi pembicaraan atau diungkit-ungkit kebaikan yang
telah ditanam.
Walau sekedar bedak atau minyak wangi yang sebenarnya
sayang jika ditinggal, tetap tidak dibawa. Yang dibawa hanya
XIII.
ING NIO BERTEMU KIM LIAN
Perawan Tua T 71
satu, foto King Hok, yang didapat secara sembunyi-sembunyi.
Sesampai di Grati foto tersebut dipotong, disisakan bagian kepala,
kemudian dimasukkan ke dalam kalung perak.
Batinnya, “Tidak mendapatkan orangnya, asal ada fotonya
sebagai pengobat rindu.”
Semenjak Ing Nio membuka warung di Grati, setiap harinya
dapat memperoleh laba paling tidak serupiah sampai dua setengah
rupiah. Sungguh, Tuhan mencukupi kebutuhan hamba-Nya.
Dengan keuntungan tersebut Ing Nio bahagia hidupnya.
Hidup sederhana, tidak mempunyai keinginan muluk-muluk,
kecuali makan dan berpakaian seadanya.
Grati terkenal dengan telaga yang sangat indah. Setiap hari
Minggu banyak warga Tionghoa dan Eropa yang datang berlibur.
Saat itu Ing Nio sering melihat pasangan remaja berduaan, mesra
bergandengan tangan. Ing Nio hancur hatinya, air mata bercucur-
an, merasa bernasib sial.
“Setiap orang dapat merasakan enak hidupnya, kecuali aku
yang diciptakan sengsara seperti ini. Hmmmm!”
“Mengapa demikian roda kehidupan manusia. Yang senang
semakin senang, sebaliknya yang susah kiamat setiap hari, selalu
tambah kesedihan. Seperti aku yang dari kecil ditakdirkan hidup
sengsara, miskin, belum juga mendapat imbalan, masih ada hu-
kuman Tuhan yang harus kujalani. Saat ini aku tengah memper-
oleh teguran karena masalah cinta, cintaku pada si anu.... O,
Tuhan. Koh King Hok, Koh King Hok! Jika aku boleh mengaku
mencintaimu tanpa mengganggu perjalanan cinta Tacik Kim Lian.
“Ooo.., sudah lama aku bersimpuh di depanmu, memeluk
lututmu serta bilang, bagiku di dunia ini hanya ada satu lelaki,
yaitu dirimu.”
“Aku takut melakukan itu, mengingat bagaimana nanti Tacik
yang lebih dahulu bertemu denganmu, lebih dahulu mencintai-
mu, jadi tacik juga yang lebih dulu menikah denganmu. Artinya,
aku tidak mendapat bagian memilikimu.”
72 T Perawan Tua
Jika pemikirannya sampai di situ, Ing Nio lantas sesak napas.
Bisa lega sementara setelah keluar tangisnya.
“Tidak masalah aku sengsara, kujalani sendiri kesedihanku.
Tacik memang lebih terhormat, lebih kaya daripada aku.
Menikah dengan Tacik, berarti Koh King Hok menjadi hartawan,
serba berkecukupan.
Untuk menghibur diri, Ing Nio berbuat kebaikan pada ma-
syarakat sekitar, ramah kepada warga. Karena sikapnya tersebut
Ing Nio menjadi betah, disayang semua orang, dan mengalir kata
sanjungan.
Tidak sedikit anak kecil yang cinta dan sayang pada Ing Nio
karena sifatnya yang keibuan. Ketika Ing Nio menggendong bayi
atau anak kecil yang diajak ke warung, tidak jarang menjadikan-
nya menangis tersedu. Kadang baru memegang, baru memangku,
sudah berkaca-kaca karena merasa mungkin juga terlanjur tidak
mempunyai keturunan.
Pernah Ing Nio berkata kepada orang yang tengah mengasuh
anaknya. “Tampan, lucu, siapa orangnya yang tidak suka. Berun-
tung kau Bibi, punya anak laki-laki seperti ini. Jika sudah besar
membalas budi orang tua, menjunjung nama baik orang tua.
Kamu akan bahagia, badan sehat, karena dirawat anak-anakmu,
Bibi. Anak ini sepertinya sabar dan pengertian pada orang tua.”
Bibi yang tidak tahu latar belakang Ing Nio, asal menjawab.
“Sudah tahu, anak ya seperti itu, mengapa tidak mau menikah?”
“Tidak ada yang mau kok,” jawab Ing Nio merendah.
“Apa iya? Aku dengar percakapan para pemuda yang motor-
an di pinggir telaga, asyik membicarakan dirimu.”
Ing Nio tersenyum hampa. “Apa menikah itu dengan motor,
perhiasan atau harta benda?”
Sampai di situ anak yang diajak menangis, digendong lagi
oleh Ing Nio, disayang-sayang agar diam sambil jalan kian ke-
mari.
Perawan Tua T 73
Demikian kehidupannya di masyarakat, tiada henti menebar
kebaikan, bertutur kata lembut, memegang teguh tata krama.
Banyak orang mengatakan, Nyonyah itu sudah Jawa.
Semakin hari Ing Nio makin betah di Grati. Dia berjualan
sambil menerima jahitan dari orang-orang sekitar. Pengerjaannya
halus, rapi, memuaskan sehingga mendapat imbalan yang layak,
dapat untuk menambah sewa rumah.
Hati senang, badan Ing Nio pun ada perubahan. Makin
gemuk, raut wajah tidak lagi pucat. Bahkan, kuning kemerahan,
bentuk bulat karena padat berisi. Postur tubuh yang tinggi, lincah,
menambah kecantikan Ing Nio. Pipi dan bibir serasi kemerahan.
Kulit halus bagai sutera membuat kesan manis makin berlipat-
lipat, sekalipun tidak terbungkus baju yang bagus dan mahal.
Terlebih ketika pagi hari, Ing Nio menjahit di depan pintu,
rambut tergerai di pundak, orang yang melihat tiada yang tidak
berdecak kagum, memuji kecantikannya.
Di Grati, Ing Nio bekerja tidak untuk mengejar kesenangan,
tidak untuk menumpuk harta; sekadar untuk dapat bertahan
hidup, membuat hati lebih puas dan tenteram.
Ing Nio mencoba menghibur diri agar tidak berkutat me-
mikirkan garis kehidupan. Keperluan makan dimasak sendiri,
kebutuhan rumah tangga dicukupi sendiri. Bahkan, mencari naf-
kah pun sendiri, demi hidup yang sederhana, tidak bermewah-
mewahan.
Bagi Ing Nio yang telah pasrah menerima keadaan, apa yang
dicari? Lelaki pujaan hati telah lepas. Patah hati membuat hidup
tiada berarti. Jika berbusana serba wah, berdandan glamour,
sudah tidak perlu sebab sudah tidak ingin pria lain dan juga
tidak berharap ada pria yang menginginkannya. Menurutnya,
hidupnya bagaikan kertas yang telah dicorat-coret, tidak perlu
dirawat.
Tujuannya hanya agar hidup tenteram, rukun dengan tetang-
ga. Selain itu, dapat berbuat kebaikan dengan ringan tangan
74 T Perawan Tua
menolong tetangga yang membutuhkan serta bertutur kata yang
menyejukkan. Semua itu dilakukan Ing Nio tanpa pamrih.
&&&
Suatu hari saat Ing Nio di depan pintu melihat rerumputan
hijau yang basah oleh embun pagi, terlihat motor lewat di depan
rumah. Penumpang seorang perempuan, tanpa sengaja beradu
pandang. Motor berhenti, sedikit ditarik mundur.
Kaget tak terkira, motor tersebut berhenti tepat di depan Ing
Nio berdiri, dan ternyata Kim Lian yang duduk di atas jok motor.
Ing Nio tertangkap basah, akan menghindar sudah tidak memung-
kinkan. Terpaksa menanggapi walaupun dengan setengah hati.
Kim Lian turun, melompat mendekat. “Ing Nio! Kamu kok
di sini?”
Mustahil Ing Nio bermimpi dicari Kim Lian. Dalam hati ber-
tanya, apa tujuannya? Sekadar singgah? Aneh! Dianggap musuh,
mengapa mesti dicari? Apakah akan melanjutkan permusuhan?
Ing Nio bingung sendiri.
Pertanyaan ini selalu muncul, bingung tak terbendung sebe-
lum mengetahui tujuan Kim Lian. Lama Ing Nio tak mampu
mengucap sepatah kata walaupun tahu Kim Lian datang dengan
wajah gembira, jauh dari kesan marah. Ing Nio dipegang, diajak
bicara. “Nio, aku mencarimu keluar masuk kampung, semua
tempat kudatangi, ternyata kau ada di sini. Tidak kusangka, Nio,
jika kau mencari kesenangan di desa sepi, terpencil seperti ini.”
Ing Nio menjawab perlahan, “Benar, Cik! Tempat ini memang
sepi. Sepi dari keramaian, sepi dari keangkaramurkaan. Tidak
seperti di kota besar penuh iri dengki dan kepalsuan. Maka dari
itu Cik, aku pilih menyingkir ke desa yang warganya rukun,
gotong-royong sebagai sumber hidup tenteram, jauh dari ke-
batilan.”
Mendengar jawaban Ing Nio, Kim Lian seperti tertampar,
tetapi tidak dirasakan. “Anggapanmu seperti orang bertapa, men-
cari tempat yang sepi ya, Ing?”
Perawan Tua T 75
Ing Nio tersenyum lantas menjawab, “Kepergianku ke sini
memang menjauh dari kota yang penuh tantangan, setiap hari
penuh fitnah, menebar kebencian, berjiwa serakah dan tega ber-
buat kejahatan. Aku bosan hidup di lingkungan seperti itu. Aku
senang bersama orang yang tidak banyak mulut, tidak menuruti
hawa nafsu.”
“Hidupku sekarang mencari kebahagiaan yang hakiki ber-
sama orang-orang berhati bersih. Aku bosan dengan orang ber-
perilaku nista.”
“Siksaan hidup kurasakan sejak lahir tidak berkurang, bah-
kan semakin tambah, semakin berat, tambah celaka ketika ibu
meninggal dunia. Perkiraanku, celakaku sudah habis, ternyata
masih tambah lagi ditinggal bapak. Aku sampai beranggapan,
hidup itu siksaan, hidup hanya akan menerima kemarahan Tuhan.
Seperti rasa hatiku ketika dihajar, diinjak seperti cacing, ditendang
bagaikan anak anjing, dan akhirnya aku diusir ibu tiri. Tanpa
dosa maupun masalah, mengapa mendapat laknat seperti itu?
Siapa orangnya yang tidak sedih, tidak patah semangat? Bahkan,
aku harus menderita lagi, tidak ada hujan tidak ada angin, aku
terpuruk dalam penderitaan, karena kau usir dari rumahmu sampai
tempat ini.”
“Dalam hati aku berjanji, jika lupa ingatkanlah, jangan sam-
pai aku hidup bersama orang yang terlena dengan kesenangan
dunia. Menerima keadaan sampai mati, hidup tenteram saling
bahu membahu seperti yang kualami saat ini.”
Hati Kim Lian bagai teriris sembilu, terharu mendengarkan
penderitaan Ing Nio. Merasa berdosa besar karena rasa iri dapat
menyingkirkan Ing Nio dari keramaian. Tidak mengira jika hal
tersebut membuat Ing Nio meninggalkan kesenangan dunia.
“Ing Nio, perkataanmu membuatku gundah gulana, pedih
perih bercampur haru. Kusadari betapa besar salah dan dosaku
padamu. Oleh karena itu, sesegera mungkin aku mencarimu untuk
mengakui kesalahan dan minta maaf. Sebagai tanda maafmu,
76 T Perawan Tua
kau harus mau kuajak ke Surabaya, kembali berkumpul dengan-
ku.”
“Terima kasih banyak, Cik. Masalah maaf cukup sama-sama,
saling memaafkan. Tentang ajakan Tacik untuk ke Surabaya, yang
memang karena keluhuran budi, maaf, aku belum bisa. Tacik
jangan mempermasalahkan keberadaanku, sebab aku sudah puas
dan senang tinggal di sini.”
“Ing Nio, tadi kau bilang, suka tolong-menolong, membantu
sesama ciptaan Tuhan. Jadi, mestinya kau juga tidak mengelak
membantu orang yang hampir menemui ajal. Sebetulnya, ke-
datanganku ini selain membayar kesalahan, saya juga mau minta
tolong agar kau mengobati saudaraku yang sedang sakit keras.
Nio..., hanya kau yang bisa menyembuhkannya.”
Ing Nio setengah tidak percaya. Kim Lian kembali melanjut-
kan perkataan sambil berkaca-kaca. “Sungguh Nio, aku tidak ber-
canda. Ketika aku tertidur saat menjaga saudaraku itu, aku men-
dapat firasat, tidak ada orang yang bisa menyembuhkan kecuali
dirimu.”
Ketidakpercayaan pada Kim Lian hilang, berubah menjadi
rasa heran.
“Sudahlah Ing, jangan khawatir atau tidak enak hati. Ayo
segera ikut aku, terlalu lama dia menunggu, terlalu lama merasa-
kan penderitaan. Kau orang suci, semestinya tidak tega melihat
mayat, jika tahu dia bisa sembuh karenamu.”
“Bagaimana bisa, Cik? Sama sekali aku tidak tahu tentang
pengobatan. Aku hanya tahu cabe puyang untuk jamu pegal linu,
beras kencur bagi yang kedinginan. Coba, apa yang harus kulaku-
kan untuk mengobati orang hampir mati?”
“Jika yang kau ketahui hanya itu, pilih salah satu. Tuhan mem-
beri petunjuk yang mampu menyembuhkan saudaraku hanya
kamu, mana mungkin Tuhan ingkar janji?”
“Sejujurnya, siapa yang sakit?”
Perawan Tua T 77
“Oo, kamu belum tahu? Keponakan ayahku, putranya Om.
Sudahlah, jangan banyak kata, waktu sangat berharga. Segeralah
ganti baju, pakai jaket, berangkat sekarang juga.”
Dengan terpaksa Ing Nio menuruti kehendak Kim Lian. Masuk
kamar, ganti baju, dan mengenakan jaket wol kasar. Tanpa mem-
buang kesempatam, Kim Lian dan Ing Nio segera berboncengan
menuju Surabaya.
Di atas motor, Ing Nio sering menanyakan nama si sakit,
namun Kim Lian tetap tidak mau mengatakan.
“Walau kuberi tahu, tetapi kau belum pernah bertemu, apa
gunanya?” Selalu begitu jawaban Kim Lian.
Hati Ing Nio tidak dapat dikelabui. Ada rasa tidak enak, ragu,
tidak sepenuh hati. Harus mengobati orang yang hampir mati.
Padahal, tidak tahu seluk beluk jamu kecuali cabe puyang dan
beras kencur. Bingung, apa yang harus diberikan dan bagaimana
caranya?
Pikiran semakin kacau, jangan-jangan bertemu King Hok,
jangan-jangan Tuan Liong Tjwan dan istri tidak ramah menang-
gapi. Hal ini membuat empuk pir dan sadel motor terbawa rasa
menjadi tidak nyaman. Silih berganti pertanyaan berkelebat dalam
angan, tetapi tidak menemukan jawaban. Puncak kegalauan,
bagaimana jika nanti bertemu King Hok?
Apakah nanti bisa bertahan jika bertemu pria sumber datang-
nya putus asa, dan hidup mengesampingkan dunia? Jika masih
tahan, apakah mampu mengalahkan godaan?
Motor yang gas pol bagaikan anak panah melesat, sudah
memasuki Surabaya. Hati Ing Nio semakin dag dig dug; jantung
berdetak kencang tatkala memasuki gerbang rumah Babah Liong
Tjwan. Badan bergetar, wajah pucat, berjalan di belakang Kim
Lian nampak lunglai, tak berdaya.
78 T Perawan Tua
Ing Nio melihat Kim Lian tergesa menuju paviliun. Tangan-
nya berpegang erat pada Kim Lian, suara terdengar gemetar.
“Cik, itu kan kamar King Hok! Tidak, aku tidak mau ke situ!
Aku tidak mau! Tidak mau, aku tidak mau!”
Kim Lian tersenyum, dia masih menutupi. “Koh King Hok
sudah tidak di sini, sudah pergi. Sekarang untuk saudaraku yang
sakit tadi, ayo masuk! Kedatanganmu tepat waktu, pasti bisa
menyembuhkan.”
Ing Nio menurut saja sambil tengak-tengok masuk paviliun.
Bertemu dengan Babah Kwee Liong Tjwan, Kim Lian bertanya,
“Bagaimana?”
“Sudah tidak ada harapan,” jawab Liong Tjwan bernada sedih.
“Didoakan saja semoga Tuhan memberi tempat yang indah, abadi
selamanya.”
Tangis Kim Lian tak terbendung, bercucuran, sambil menarik
tangan Ing Nio, seakan hendak mengejar nyawa yang nyaris
melayang.
“O, Tuhan...., Koh..., Koh King Hok, jangan mati dulu Koh!
Ing Nio datang. Koh, jangan mati! Koh...! Ini Ing Nio!”
Ing Nio bingung bercampur heran mendengar teriakan Kim
Lian. Sampai di dalam kamar, tangan Ing Nio dilepas; Kim Lian
segera memeluk tangan yang tengah koma tak berdaya.
Ing Nio bagaikan bermimpi. Berdiri mematung, terbengong
beberapa saat. Seandainya siang malam tidak merindukan, tentu
sudah tidak ingat jika yang tengah berbaring sakit adalah sang
XIV.
ING NIO SEBAGAI OBAT
Perawan Tua T 79
perjaka karena telah berubah total; badan tergerogoti penyakit
berkepanjangan. Tubuh layaknya kerangka berbalut kulit, tatap-
an mata kosong, rambut gimbal dan acak-acakan. Sangat menakut-
kan, berbeda saat bertemu di kebun binatang.
Setelah tangis reda dan nafas telah teratur, Kim Lian meng-
gerak-gerakkan tubuh King Hok sambil berkata. “Koh, Koh! Sadar,
Koh! Ing Nio datang, akan mengobatimu!”
Kekuatan King Hok memang telah terkuras habis. Hanya
terpejam seakan menunggu datangnya waktu nyawa tercabut dari
raga. Jika tidak mendengar teriakan Kim Lian, King Hok tidak
berusaha membuka mata. Sangat sulit upaya membuka pelupuk,
pandangan kabur. “Ing... Nio.... di mana.... Ing.... Nio?” Suaranya
terdengar tersengal-sengal.
Kim Lian menoleh pada Ing Nio yang masih saja mematung,
memberi isyarat agar mendekat. Ing Nio menurut, layaknya orang
terkena hipnotis. Tanpa rasa dan pikiran menyertai.
“Ini Koh, Ing Nio. Ketemu tadi pagi, langsung kuajak ke sini.”
Sang perjaka mulai menggerakkan tubuh, ingin melihat Ing
Nio. “O..., Ing Nio..... Ing..... Nio!” King Hok telah kehilangan
kekuatan, lunglai tak berdaya.
“Cepat, Ing! Tolonglah, cepat, cepat! Tolonglah Koh King
Hok!” teriak Kim Lian.
Dengan penuh kesabaran Ing Nio membalur seluruh tubuh
King Hok dengan minyak kayu putih pemberian Kim Lian. Lima
menit berlalu, King Hok mengusap-usap mata layaknya baru
bangun tidur. Masih setengah sadar, pandangan mengelilingi
sekitar, memastikan tengah bermimpi atau kenyataan. Akhirnya,
tanpa berkedip menyaksikan Ing Nio sedang mengusap leher
sang perjaka dengan minyak hangat. “Ing... Nio... Ing... Nio?”
“Iya, Koh! Kedatanganku ingin mengobatimu.”
Kim Lian menimpali. “Dan, akan terus mengurusmu, walau
kau telah sembuh. Jika kau sehat, Koh, akan terkabul keinginan-
mu, menikah dengan Ing Nio.”
80 T Perawan Tua
King Hok terlihat bahagia. Tangannya menggapai, memegang
tangan Ing Nio yang mulus, halus bagaikan sutera. “Aku tidak
bermimpi kan?”
Sang ayu agak kebingungan. Ragu dengan apa yang dilihat
dan didengar. Mengerlingkan pandangan pada Kim Lian seakan
bertanya, apa arti semua ini?
Kim Lian menangkap maksud Ing Nio. “Aku mencintai Koh
King Hok, kamu tahu itu. Namun, Engkoh tidak membalas cinta-
ku, yang ada di hatinya hanyalah kamu, Ing. Cintanya padamu
melebihi cinta pada diri sendiri. Semenjak kau pergi, dia sangat
sedih; dan akhirnya jatuh sakit seperti yang kau lihat. Tidak ada
dokter yang dapat mengobati. Sebab, niatnya memang bunuh
diri enggan minum obat, nasihat dokter pun diabaikan. Dokter
kebingungan, selanjutnya ambil keputusan, bahwa Engkoh
sudah tidak ada harapan.”
“Cintaku pada Engkoh tiada bandingan, Ing. Memang benar
jika ada yang bilang, di dunia ini tidak ada yang di relung hatiku,
kecuali Koh King Hok. Oleh karena itu, aku harus mengupayakan
kesembuhan, walau harus mengorbankan diriku sebagai tumbal.”
“Engkoh kutanya, mengapa berpikiran sempit, hendak bunuh
diri? Jawabnya, batal bunuh diri dan sehat kembali jika kamu
yang mendampingi. Sebab itu, Ing, tanpa menghiraukan waktu,
tenaga, dan biaya, aku bertekad mencarimu sampai ketemu,
demi saudaraku sendiri. Sudah nasib, aku tidak bisa berumah
tangga dengan Koh King Hok. Aku ikhlas melihat Engkoh me-
nikah denganmu, aku menerima takdir Tuhan....”
Air mata tiada henti membasahi pipi Kim Lian. Tiada henti
pula tangannya mengusap pipi selama dirinya mengutarakan
kata hati. Merelakan kekasih kepada orang lain memang sulit,
jarang yang dapat melakukan seperti Kim Lian. Cinta yang awal-
nya ingin sebagai suami istri berubah menjadi persaudaraan
dengan cara berupaya demi kesembuhan King Hok, sang perjaka.
Tidak peduli jika harus berkorban jiwa dan raga.
Perawan Tua T 81
Sang ayu Ing Nio merasa miris dan terharu mendengar penu-
turan Kim Lian, terlebih setelah mendengar ungkapan penderita-
an batin, tanpa terasa ikut meneteskan air mata. Ing Nio meme-
gang pundak Kim Lian. “Perkiraanku, dalam jiwa manusia hanya
berisi keserakahan, perilaku hina dan bengis, ternyata masih ter-
selip keluhuran budi, bagi orang suci pun kadang sulit menjalan-
kan. Aku tidak tahu bagaimana harus membalas ketulusanmu,
Cik?”
“Cukup rawatlah Koh King Hok, sebab kesembuhan Koh
King Hok berati mengabulkan permintaanku.”
Babah Liong Tjwan yang sejak awal hanya terbengong me-
nyaksikan, andil berpendapat. “Orang-orang berbisik di belakang,
jika hatimu kaku, bicaramu keras seperti Batari Durga, ternyata
punya kesabaran seperti Puntadewa dan kesucian seperti bida-
dari.”
Kim Lian tidak mempedulikan kata ayahnya, lantas meng-
ajaknya keluar. “Sudah, Yah. Biar Koh King Hok ditunggui Ing
Nio seorang diri.”
Kim Lian segera menuju kamar. Babah Liong Tjwan di seram-
bi depan berjalan kian ke mari dengan tangan bersedekap.
Kamar paviliun..... Ing Nio duduk di kursi dekat ranjang.
Perjaka King Hok memandang tanpa berkedip, luapan rindu
yang terbelenggu. Tangan tinggal tulang bak mayat hidup selalu
memegang lengan Ing Nio yang singset, halus, dan lembut.
Keduanya terdiam, belum ada alasan untuk angkat bicara.
Ing Nio masih belum dapat menerima yang telah terjadi, seakan
sedang bermimpi. King Hok juga belum percaya apa yang di-
alami. Ing Nio selalu dipandang, seperti orang yang tengah
menghipnotis. Beberapa waktu kemudian, King Hok dapat
melihat foto yang terpasang pada kalung Ing Nio.
King Hok memegang kalung tersebut sambil berkata, “Ini
fotoku, Ing Nio, cintakah kau padaku?”
82 T Perawan Tua
“Sejak bertemu di kebun binatang, Koh!” jawab Ing Nio
terbata-bata.
King Hok memegang pundak Ing Nio dan menariknya, agar
lebih merendah. Ing Nio menangkap isyarat. Sebentar meman-
dang sekitar, jelas tidak ada orang, maka menurut saja.
Seketika, sang perjaka seperti menyentuh bunga wijaya kusuma.
Badan menjadi hangat, semakin nyaman, wajah berseri, pandang-
an semakin tajam. “O..., Ing Nio bagaikan bidadari. Aku terlalu
memikirkanmu hingga sakit parah begini. Bagaimana jadinya jika
tidak segera bertemu denganmu?”
Pasti mati, Koh! Di akherat kau pasti menungguku. Aku pasti
menyusul jika tahu kau telah menunggu. O, Koh, dalam dunia
nyata aku tidak dapat bertemu denganmu, tetapi dalam dunia
angan selalu bersanding, tak terpisahkan. Syukur, Yang Maha-
kuasa sekarang mengizinkan keinginan kita berdua. Dalam hal
ini aku dan kamu harus berterima kasih pada Tacik yang demi-
kian ikhlas.”
Mengira kamar paviliun telah sepi, Kim Lian datang, ternyata
melihat adegan mesra. King Hok tengah membelai rambut Ing Nio
yang lebat, panjang, dan hitam kemilau. Kim Lian menghentikan
langkah, tubuh menempel di balik pintu. Dalam hati berkata,
“Semoga Tuhan selalu melindungi mereka berdua. Koh King Hok
terlihat semangat, telah bisa merasakan indahnya cinta. Aku sangat
bersyukur mampu menjalankan tugas yang sangat besar, mengen-
dalikan hawa nafsuku sendiri.”
Demikian pula Nyonya Liong Tjwan yang akan menjenguk
juga berhenti, mundur beberapa langkah, melihat sang perjaka
memegang sang ayu sambil berbisik, membicarakan hal-hal yang
indah dan menyenangkan.
“Astaga! Kapan keduanya bertemu, sekarang sudah mesra
seperti itu? Padahal, aku dulu dengan ayah Lian, sampai seminggu
belum apa-apa! Hmmmm........” batinnya.
Perawan Tua T 83
Pergantian siang dan malam sebagai lambang kehidupan
manusia. Duka pada saatnya berganti suka, demikian pula suka
bila tiba waktunya berganti duka.
84 T Perawan Tua
Setengah bulan kemudian, villa Augustina di Lawang kem-
bali ramai, sebab dihuni kembali.
Atas izin Yang Maha-pemurah dan Maha-pengasih, lima
belas hari saja King Hok telah sehat, hanya kekuatan badan
belum pulih benar. Secara kasat mata memang karena perawatan
Ing Nio; dan juga atas saran dokter agar beristirahat di Lawang
untuk memulihkan tenaga agar kuat seperti semula.
Kim Lian tidak berkurang kebahagiaan. Sekarang King Hok
menjadi saudara laki-laki dan Ing Nio bagaikan saudara kandung.
Maka dari itu setiap saat jika ada King Hok tentu ada Kim Lian,
juga Ing Nio. Kadang jika King Hok santai di kursi malas bersan-
ding Ing Nio, Kim Lian mengalah. Menyingkir sambil bergumam,
“Orang bilang, kekayaan sumber kebahagiaan. Jika tahu lika-
liku kehidupan tentu tidak akan berbicara seperti itu. Bukti kaya
seperti aku, miskin seperti Ing Nio. Kebahagiaanku tidak seujung
kuku dibanding kebahagiaan Ing Nio. Hm..., nasib kok seperti
ini.”
Kim Lian menyingkir karena menjaga perasaan King Hok
dan Ing Nio yang tengah berbunga-bunga.
Kebaikan Babah Liong Tjwan juga tanpa banding. Apa pun
yang terjadi cinta dan perhatiannya pada King Hok dan Ing
Nio tidak pernah luntur. Karenanya, Encik Liong Tjwan tidak
keberatan menuruti nasihat dokter demi kesembuhan King Hok,
dengan cara sekeluarga pindah ke Lawang.
XV.
AKHIR CERITA
Perawan Tua T 85
Dua bulan di Lawang, King Hok telah benar-benar sehat.
Semua kembali ke Surabaya, menjalankan kehidupan seperti
sedia kala.
Lima bulan kemudian Encik Liong Tjwan menikahkan sang
keponakan, Tjan Ing Nio alias sang ayu dengan karyawannya
sendiri bernama Liem King Hok juga disebut sang bagus. Waktu
penganten bertemu Embok Rara Kim Lian yang memegang kain
cadar sang ayu.
Waktu terus berlalu, banyak lamaran pada Kim Lian, tetapi
selalu mendapat jawaban, “Aku belum ingin berumah tangga.”
Semua lamaran ditolak, walaupun hartanya sepadan dengan
kekayaan Babah Liong Tjwan. Pernah Encik Liong Tjwan memaksa,
tetapi Kim Lian tegas menjawab, “Aku sudah bilang tidak mau,
tidak ada yang dapat memaksaku. Jika tetap dipaksa, aku akan
menghadap pembesar burgelijke stand, jika aku tidak mau me-
nikah. Pasti batal!”
Mengingat tabiat Kim Lian yang berbeda dengan gadis pada
umunya, kedua orang tuanya mengalah, menyabarkan diri.
Hari berganti hari, bulan bergulir menjadi taun, Embok Rara
tetap pada pendirian, tidak mau hidup berumah tangga. Lama
berlalu, layak saja jika Kim Lian mendapat sebutan perawan tua,
pantas menggendong tiga anak tetap belum mau menikah.
Tekadnya memang tak akan menikah.
Setelah menjadi orang tua, King Hok ingin menempati
rumah sendiri, tetapi atas permintaan Kim Lian, supaya masih
berdekatan dengan rumah Encik Liong Tjwan agar Kim Lian
masih bisa melihat King Hok dan dekat dengan Nyonya King
Hok.
Dalam berumah tangga, King Hok dan Ing Nio telah di-
karuniai dua anak. Anak pertama laki-laki, adiknya perempuan.
Keduanya menawan, ganteng dan cantik. Kepada Kim Lian me-
manggil tante, kepada ayah ibunya, papi mami. Jika ditanya, “Siapa
yang kau sayangi?” Jawabnya, “Papi, mami, dan tante.”
86 T Perawan Tua
Curahan cinta kasih Kim Lian pada dua anak tersebut seperti
anak sendiri. Sebaliknya keduanya juga tidak mau terpisahkan.
Karenanya, tidak mustahil Kim Lian juga merasa senang.
oo00oo | 10_Perawan_Tua |
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.
Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Aḍântè’ Anḍâng
Menanti Pelangi
Penulis
Taufiqurrahman
Penelaah
Adrian Pawitra
Avan Fathurrahman
Penanggung Jawab
Umi Kulsum
Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto
Ilustrasi & Desain Sampul
Ulinniqu
Tata Letak
FA Indonesia
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972
Cetakan pertama, Oktober 2023
E-ISBN: 978-602-259-888-6
Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
C
erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak,
khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam
pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan
beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang
mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan
budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan
ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila.
Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga
keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan
bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur,
seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai-
nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk
cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan
mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi
berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah
membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di
dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan
kayanya unsur-unsur lokal.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta
dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah
upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan
memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi
penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif,
mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini
dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi
dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya
dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga
menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi,
penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang
turut andil mewujudkan karya ini.
Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Surabaya, 1 Oktober 2023
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Aḍântè’ Anḍâng
Menanti Pelangi
Biodata Penulis
Biodata Ilustrator
iii
iv
1
20
20
Arè satèya sakola’an prèi.
Ḍirun jhâghâ dhâlluwân katèmbhâng biyasana.
Ḍirun marèngkes katèḍunganna.
Hari ini sekolah libur.
Dirun bangun lebih pagi dari biasanya.
Dirun merapikan tempat tidur.
2
Saellana pangkèngnga bhersè kabbhi,
Ḍirun ngala’ wudu’ pas abhâjâng sobbhu.
Setelah membersihkan kamar,
Dirun mengambil air wudu lalu bersalat Subuh.
3
Ḍirun èntar ka eppa’na sè bâḍâ è tanèyan.
Eppa’na Ḍirun anyama Pa’ Siro.
Pa’ Siro asè-bhersè ban arabâs paghâr.
Dirun mendatangi bapaknya.
Bapak Dirun bernama Pak Siro.
Pak Siro sedang membersihkan halaman.
4
Ḍirun ngajhâk eppa’na mangkat ka sabâ.
Molaè bâri’ la ngacècot malolo sè noro’a.
Eppa’na nyoro amèt dhâllu ka emma’na.
Dirun mengajak Bapak berangkat ke sawah.
Dari kemarin Dirun merengek mau ikut.
Bapak menyuruhnya berpamitan kepada Ibu.
5
Emma’na Dirun dhâddi ghuru, nyamana Bhu Tini.
Satèya Bhu Tini teppa’ abhetthek è ḍâpor.
Ngella gheḍḍhâng asèlla mogher è tegghâl.
Ibu Dirun seorang guru bernama Bu Tini.
Sekarang Bu Tini sedang memasak di dapur.
Merebus pisang hasil panen di kebun.
6
Dirun
bân
eppa
’na
ma
ng
kat
ka
sa
bâ.
Dirun
dan B
apak
bera
ngk
at k
e sa
wah
.
7
Ḍâpa’
ka sa
bâ, a
rèna
ghi
’ b
hur
u n
gom
bâr
.
Sonar
ra ma
ncor
ong
dhâ
dd
hi s
abâ
râ a
lam
.
Tiba d
i saw
ah, m
ataha
ri m
asih
ba
ru t
erbi
t.
Cahay
anya
meny
inari
pe
nju
ru a
lam
.
8
Ḍirun manjheng è tabunna sabâ sambi lè-tolèyan.
Aḍḍhep ka tèmor, aobâ ka ḍâjâ pas ka bârâ’.
Abâ’na èntar ka sabâ polana terro nangalè anḍâng.
Dirun berdiri di pematang sawah sambil mengedarkan pandangan.
Menghadap ke timur, berubah ke utara, lalu ke barat.
Dia pergi ke sawah karena ingin melihat pelangi.
9
Dirun ongghâ ka toghurân.
È sabâ bânnya’ petoghurân
Petoghurân èkennengngè orèng tanè ajâgâ paḍi.
Dirun naik ke saung.
Di sawah banyak saung.
Saung ditempati petani saat menjaga padi.
10
Arèna sajân tèngghi.
Gheḍḍhâng kellana ella ghemmet
ta’ akarè.
Ḍirun marongo’ polana anḍâng
taḍâ’ ngombâr.
Matahari bertambah tinggi.
Pisang rebus sudah tidak bersisa.
Dirun cemberut karena pelangi tidak
menampakkan diri.
11
Sajân sèyang ambhâlân mano’ sajân rangrang.
Pa’ Siro ngajhâk molè.
Ḍirun ghellem sanajjhân agâruweng.
Bertambah siang gerombolan burung semakin jarang.
Pak Siro mengajak pulang.
Dirun mau walaupun menggerutu.
12
Ḍâpa’ ka romana, Ḍirun langsung toju’ è korsè.
Abâ’na ènga’ se bui, ta’ acaca sakalè.
Sampai di rumah, Dirun langsung duduk di kursi.
Ia membisu, tidak berbicara sama sekali.
13
Bhu Tini nyandher ka seddhi’na.
Ca’na Bhu Tini, Dirun bisa maḍâteng sonar akadhi anḍâng.
Ngèḍing oca’na emma’na, Ḍirun alonca’ ḍâri korsèna.
Bu Tini menghampirinya.
Kata Bu Tini, Dirun bisa mendatangkan cahaya seperti pelangi.
Mendengar perkataan Ibu, Dirun melompat dari kursi.
14
Bhu Tini abherri’ tao carana.
Saellana jârèya, Bhu Tini ondhur mangkat ka pasar.
Bu Tini menjelaskan caranya.
Setelah itu, Bu Tini pergi ke pasar.
15
Dirun ngala’ pakakas ka ḍâlem romana.
Pakakas jârèya èghibhâ ka tanèyan.
Bâḍâ èmbèr sè aèssè aèng bân kaca.
Dirun mengambil peralatan di dalam rumah.
Peralatan itu dibawa ke halaman.
Ada ember yang berisi air dan cermin.
16
Dirun nyabbhurragi kaca ka ḍâlem èmbèr atoro’ oca’na emma’na.
Cèthagghâ adânga ka atas pas ngabâs ka sakalèlèngnga.
Dirun memasukkan cermin ke dalam ember mengikuti
kata Ibu. Kepalanya menengadah ke atas, lalu melihat
sekelilingnya.
17
Dirun posang polana oca’na emma’na ta’ abhuktè.
Dirun atanya ka eppa’na, tapè Pa’ Siro ta’ tao kèya.
Dirun bingung karena ucapan Ibu tidak terbukti.
Dirun bertanya kepada Bapak, tetapi Pak Siro tidak tahu juga.
18
Dirun ngèrèt èmbèrra ka kennengan sè panas.
Kaca sè bâḍâ è ḍâlem èmbèr èter-poter.
Sonara arè sè teppa’ ka kaca è panta’aghi ka tembo’.
Sakalèbhât bâḍâ sonar alâng-belling akadhi anḍâng .
Dirun menyeret embernya ke tempat yang panas.
Cermin dalam ember diputar-putar.
Cahaya matahari yang menerpa cermin dipantulkan ke dinding.
Sekilas ada cahaya berwarna-warni seperti pelangi.
19
Ḍirun athowat ngolok eppa’na.
Pa’ Siro nyandher pas agellâ’ân
polana ngabâs ana’na sè kapèraghân.
Dirun berteriak memanggil Bapak.
Pak Siro menghampiri lalu tertawa
karena melihat anaknya bahagia.
Penulis
Taufiqurrahman adalah seorang guru sekolah dasar yang
biasa menulis artikel opini. Tulisannya dimuat Jawa Pos,
Harian Bhirawa, Radar Madura, Mata Madura, dan beberapa
media cetak lainnya. Kedekatannya dengan dunia anak
membuat dia menulis buku anak. Aḍântè’ Anḍâng adalah
buku perdananya yang berupa karya fiksi.
Ilustrator
Ulinniqu memiliki nama asli Ulin Nihayatil Qudsiyah,
perempuan asal Lamongan yang kini berdomisili di Kediri.
Seorang pengajar yang senang sekali menggambar
sejak kecil. Beberapa kali bekerja sama dengan penulis
maupun penerbit untuk mengilustrasikan naskah
buku anak-anak. Sebagian karyanya bisa dilihat di IG:
Ulinniqu_
BIONARASI
20 | 102_MENANTI_PELANGI_1 |
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.
Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Kenthat è Bâbâna Bâruma
Gelang Karet di Kolong Ranjang
Penulis
Yenicke Bara Nurdyana
Penelaah
Adrian Pawitra
Avan Fathurrahman
Penanggung Jawab
Umi Kulsum
Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto
Ilustrasi & Desain Sampul
Ulinniqu
Tata Letak
FA Indonesia
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972
Cetakan pertama, Oktober 2023
E-ISBN: 978-602-259-886-2
Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
C
erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak,
khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam
pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan
beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang
mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan
budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan
ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila.
Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga
keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan
bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur,
seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai-
nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk
cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan
mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi
berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah
membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di
dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan
kayanya unsur-unsur lokal.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta
dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah
upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan
memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi
penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif,
mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini
dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi
dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya
dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga
menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi,
penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang
turut andil mewujudkan karya ini.
Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Surabaya, 1 Oktober 2023
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Kenthat è Bâbâna Bâruma
Gelang Karet di Kolong Ranjang
Biodata Penulis
Biodata Ilustrator
iii
iv
1
20
20
1
Satèya arè ahad.
Halima bersèè lèncak nyaè.
Samarèna abersèyan lèncak.
Halima takerjhât nemmo bânnya
kenthat.
Hari ini hari Minggu.
Halima membersihkan ranjang Nenek.
Setelah membersihkan ranjang,
Halima terkejut menemukan banyak
karet gelang.
2
Bâdhâ bânnya è bâbâna bâruma.
Bhârângnga ter-bunter padhâna ghellâng.
Ornyat bân acem-macem bernana.
Ada banyak karet di kolong ranjang.
Bentuknya bulat seperti gelang.
Lentur dan banyak warna.
3
Halima mâtao kenthat ka embuna.
Embuna ngoca angghuy Halima bhâi
Halima senneng.
Kenthat è angguy ka lenggenna kabbhi.
Halima menunjukkan karet gelang ke Ibu.
Ibu memberikan gelang karet itu pada Halima.
Halima merasa senang.
Karet gelang dipakai di kedua lengan.
4
Halima ngabes Salam la marè mandhi.
Bhâdânna room bhâu beddhâ.
Obuna èyangghi ngangghuy kenthat bârna mèra.
Salma katon raddhin.
Salma sudah mandi.
Badannya harum aroma bedak bayi.
Rambutnya dikepang dengan karet berwarna merah.
Salma terlihat cantik.
5
Halima èntar ka dhâpor.
Nyaè mènta ghellângnga Halima.
Ghâbây nalè’è bâḍḍhâna ghulâ.
Nyaè senneng ghulâna ta’ è
karobungè bilis.
Halima pergi ke dapur.
Nenek meminta gelang Halima
untuk mengikat bungkus gula.
Nenek senang gula itu tidak
dikerubuti semut.
Halima terro andik èn-maènan.
Sè bisa èkemaèn bhâreng alèna.
Sènyaman ngâbây apa yâ?
Halima ingin punya mainan.
Mainan yang bisa dimainkan bersama adiknya.
Enaknya membuat apa ya?
6
7
A
h
h
a
!
A
h
h
a
!
Halim
a ta
o k
od
h
u
ng
âb
ây
apa.
Dia tah
u har
us
me
m
bu
at
m
ain
an a
pa.
8
Halima terro amaèn ca-loncaan.
Kenthat èkaèaghi ka pol-empol sokona.
Pas èyangghi tong-sèttong dhâlâ lanjhâng.
Thass! kenthatdhâ pegghâ.
Halima ingin bermain lompat tali.
Karet gelang dikaitkan ke jempol kaki.
Kemudian dikaitkan satu persatu sampai panjang.
Thass! Karet gelang putus.
Halima terro nangès.
Tanangnga pelles kenneng peltasa
kenthat. Enèn-maènna rosak,
kenthatdhâ akalarkaran.
Halima ingin menangis.
Tangannya sakit terkena jepretan
karet gelang. Tali rusak, karet gelang.
berhamburan di lantai.
9
10
Halima ka embuna.
Mènta rè-karèna kenthat sè è yangghuy Salma.
Laju mapolong kenthat sè ghi bisa è yangghuy
Halima ngâbây polè talè dhâri adhâ.
Halima menemui Bunda.
Dia meminta sisa karet gelang yang dipakai Salma.
Kemudian dia mengumpulkan gelang yang masih bisa dipakai.
Halima membuat lagi mainan dari awal.
11
Okoran kenthat sè ollè dhâri embuna ta padeh.
Kenthat ta bisa è kaèagi akadhi sabellomma.
Talèna è bhungkar pasang.
Nyarè cara sopajâ bisa asambhung kabbhi.
Ukuran karet gelang yang diberi Bunda berbeda.
Karet gelang tak bisa dikaitkan dengan cara yang sama.
Tali dibongkar dan dipasang berkali-kali.
Halima menemukan cara untuk menyambung semua
karet gelang.
12
Sâtengga arè, Halima ngâbây
èn-maènan. Èn- maènan sè è ka
terro capo dhâddhi keya.
Talè lanjhâng sè ornyat.
Halima membuat mainan sampai
siang. Akhirnya mainan yang
diinginkan Halima jadi. Tali yang
panjang dan lentur.
13
Halima ngajhâggâ Salma amaèn.
Kèng Salma bâktona tèdung.
Halima ingin mengajak Salma bermain,
tetapi sudah waktunya bagi Salma untuk tidur.
14
Halima ngabâs ka èmbong.
Bâdhâ Nina ajâlân.
Halima ngajhâ Nina amaèn ca-loncaan.
Halima memperhatikan jalan raya.
Terlihat Nina sedang bejalan.
Halima mengajaknya bermain bersama.
15
Nina ta bisa amaèn bhâreng.
Polana èntarra ka Sorbâjâ.
Èmbong seppè, kancana tadâ sè lèbet.
Nina tidak bisa ikut bermain
karena akan pergi ke Surabaya.
Jalan raya tampak sepi, tidak ada teman yang lewat.
16
Halima amaèn ca-loncaan kâdhibi.
Talè è talèagi ka pang-pangnga roma.
È tarèk dhâlâ tennyeng.
Talèna korang lanjhâng.
Halima bermain sendirian.
Tali diikat ke tiang rumah.
Ditarik sampai kencang.
Namun, tali Halima kurang panjang.
17
Talè ta depa ka bhungkana pao.
Halima ta kala akkal.
Kodhu bisa amaèn ca-loncaan.
Tali tidak sampai ke pohon mangga.
Halima tidak kehabisan cara.
Dia harus bisa bermain lompat tali.
18
Halima lajhu masok ka roma.
Pas kalowar polè sambi ngèrèt korsè depor.
Korsèna ghâbây ghantèna bhungkana pao.
Halima kemudian masuk rumah.
Dia keluar sambil menarik kursi dapur.
Kursi dipakai sebagai pengganti pohon mangga.
19
Halima senneng bisa amaèn ca-loncaan.
Alonca tengghi sopajâ ta nyeddhing ka talè.
Si Moli nogguwèn Halima amaèn.
Halima asyik bermain lompat tali.
Dia melompat tinggi agar tidak menyentuh tali.
Si Moli menemani Halima bermain.
Penulis
Yenicke Bara adalah seorang guru SD di Bangkalan yang
mulai aktif menulis buku anak pada awal tahun 2022. Menulis
baginya adalah seni mencintai diri sendiri. Belasan karya
tulis sudah terbit di beberapa penerbit. Ingin mengenal lebih
akrab? Silakan berkunjung ke akun Instagram @neyey_
Ilustrator
Ulinniqu memiliki nama asli Ulin Nihayatil Qudsiyah,
perempuan asal Lamongan yang kini berdomisili di Kediri.
Seorang pengajar yang senang sekali menggambar
sejak kecil. Beberapa kali bekerja sama dengan penulis
maupun penerbit untuk mengilustrasikan naskah
buku anak-anak. Sebagian karyanya bisa dilihat di IG:
Ulinniqu_
BIONARASI
20 | 103_GELANG_KARET_DI_KOLONG_RANJANG |
3
Level
Penulis :
Hello English
Ilustrator:
Novian Rivai
Penerbangan Seumur Hidup
Penulis
: Hello English
Ilustrator : Novian Rivai
Penerjemah : Durroh Fuadin Kurniati
Penelaah
: 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat
Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab : Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana
: Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang.
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali
dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika
tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus
menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca
ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang
keterampilan-keterampilan
lainnya,
mulai
keterampilan
mengenali,
memahami,
menganalisis,
menyintesis,
menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan
Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti
yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami
lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya
bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa
asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam
setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah
dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan
bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam Kami,
E. Aminudin Aziz
Kosakata dan Fonik Sebelum Membaca
Terpesona. ter-pe-so-na.
Anak laki-laki itu benar-benar terpesona
pada pesawat terbang.
Profesional. Pro-fe-si-o-nal.
Anak perempuan itu bermimpi menjadi pilot
profesional.
Komersial. Ko-mer-si-al.
Dia ingin menerbangkan pesawat
komersial yang mengangkut
penumpang.
Sipil. Si-pil.
Ada dua jenis pesawat: pesawat
militer dan pesawat sipil untuk
umum.
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi
serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia
2
Ada seorang anak perempuan dengan
impiannya. Dia ingin menjadi pilot
profesional suatu hari nanti. Dia telah
membaca semua tentang Amelia Earhart,
perempuan pertama yang terbang
seorang diri melintasi Samudra Atlantik,
dan anak perempuan itu mengaguminya.
Dia membuat pesawat mainan.
Meskipun pesawat mainannya tidak bisa
terbang, dia tahu suatu hari nanti dia
akan memahami pesawat terbang dan
dapat mengendalikannya.
3
Seorang anak laki-laki sangat bersemangat
untuk terbang. Dia tidak pernah naik pesawat
sebelumnya. Dia tidak pernah merasakan
sensasi lepas landas, terbang, dan mendarat.
Dia memegang pas naiknya (boarding pass)
dan mengantre seperti semua orang yang
hendak masuk ke dalam kabin.
4
Anak perempuan itu suka berpakaian
seperti astronot. Dia membuat baju luar
angkasanya sendiri dengan helm dari helm
sepeda, kantong sampah, cincin plastik,
dan kantong plastik. Dia mempelajari
langit malam dan menghafal rasi bintang.
Dia selalu berlari-lari di luar sambil
membawa pesawat kertas. Pesawat-
pesawat itu terbang dan meluncur
sebentar di udara, tidak ada apa-apanya
dibandingkan dengan jet tempur atau
pesawat terbang komersial sungguhan.
5
Anak laki-laki itu sering bermimpi
mengemudikan pesawat yang
sangat cepat, sejenis pesawat yang
bisa terbang terbalik. Dia berkhayal
menerbangkan jet tempur militer
di atas Menara Eiffel, menyaksikan
sebagian Paris di bawahnya.
6
Seiring bertambahnya usia, si anak perempuan
bercita-cita terbang di angkasa bersama
pesawat jet Boeing atau Airbus yang besar,
mengendalikan pesawat meluncur melintasi
langit dengan kecepatan tinggi.
7
Sementara itu, si anak laki-laki menikmati
penerbangannya saat pesawat melaju.
Ibunya membaca majalah, sedangkan
sang bocah terus memandangi langit dan
daratan, terpikat dan terpesona.
Mereka sudah melewati bagian keamanan
bandara yang memakan waktu lama,
karena bandar udara harus memastikan
bahwa semua orang aman. Anak laki-laki
itu melewati detektor logam dan tasnya
melewati pemindai untuk memastikan
tidak ada benda berbahaya di dalamnya.
8
Si anak perempuan terjaga
sepanjang malam mempelajari
pesawat terbang, mulai dari
teknik, aerodinamika, sistem
kendali, sampai dengan
rancangan dan cara membuat
pesawat terbang. Dia belajar
dengan giat, menghafal sampai
ke bagian-bagian kecil.
9
Si anak laki-laki sudah bangun pagi itu. Dia
mempelajari tulisan-tulisan tentang pesawat
terbang, dan menyadari bahwa dia akan pergi
berlibur. Dia sangat bersemangat karena akan
terbang naik pesawat. Dia mengumpulkan
tiketnya dan siap berangkat ke bandara.
Di sepanjang perjalanan, dia terus melongok
ke luar jendela, menyaksikan bentuk awan
yang luar biasa, pesawat lain yang
melintas di kejauhan, merasakan
turbulensi, dan melihat bangunan
di daratan. Dia takjub pada
ketinggian dia berada sekarang.
Dia tidak percaya sedang
terbang. Rasanya seperti
mimpi.
10
Anak perempuan itu membayangkan Amelia
Earhart sedang melambai padanya dari
pesawat kunonya. Jika Amelia bisa berhasil,
maka dia juga bisa, pikirnya.
Si anak laki-laki dan ibunya mendarat di
tempat tujuan. Mereka berhenti sebentar untuk
menyaksikan pesawat lepas landas dan mendarat
sebelum meninggalkan bandara. Setiap kali menyaksikan
pesawat datang dan pergi, itu adalah pemandangan
yang luar biasa bagi mereka.
Si anak perempuan menyadari mimpinya dan berusaha
mewujudkannya. Tahun-tahun yang sudah digunakan
untuk belajar dan mempersiapkan diri kini terbayar lunas
saat ia duduk di kursi pilot setelah mengikuti ratusan jam
pelatihan. Dia menerbangkan pesawat yang ditumpangi
si anak laki-laki bersama ibunya. Anak perempuan itu
resmi menjadi pilot, dan pesawat itu miliknya.
11
Anak laki-laki itu menyaksikan sang
pilot perempuan lepas landas, dan
wow, sangat bising dan cepat. Dia tidak
sabar untuk terbang lagi. Kali ini dia
akan duduk di bagian depan pesawat,
dan mudah-mudahan dia bisa bertemu
pilot dan kopilot!
12
Pertanyaan Setelah Membaca
Siapa wanita terkenal yang menginspirasi si anak
perempuan untuk menjadi pilot?
Apa yang dipegang si anak laki-laki ketika bersiap
naik pesawat?
Apa yang dibuat oleh si anak perempuan dari
kantong plastik dan barang-barang rumah
tangga?
Anak laki-laki itu menghabiskan sebagian besar
waktunya di pesawat untuk melakukan satu hal.
Apa itu?
Jadi apakah si anak perempuan setelah banyak
belajar dan berlatih?
Jika kamu bisa memilih menjadi apa saja, apa cita-
citamu?
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Cerita The Flight Of A Lifetime ditulis oleh Hello English. © Hello English, 2019. Beberapa hak cipta
dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0.
Para Pembuat Cerita
Seorang Anak perempuan
bermimpi menjadi pilot. Dia terinspirasi
oleh Amelia Earhart, perempuan pertama
yang terbang melintasi Samudra Atlantik
seorang diri. Dia bekerja keras dalam
perjalanannya meraih impian. Kisah ini juga
tentang seorang anak laki-laki yang selalu
ingin terbang naik pesawat besar | 103_Penerbangan_Seumur_Hidup |
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.
Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Panen Jambu Wer
Panen Jambu Air
Penulis
Dian Hendrawan
Penelaah
Arif Subiyanto
Penanggung Jawab
Umi Kulsum
Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto
Ilustrasi & Desain Sampul
Ulinniqu
Tata Letak
FA Indonesia
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972
Cetakan pertama, Oktober 2023
E-ISBN: 978-602-259-946-3
Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
C
erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak,
khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam
pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan
beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang
mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan
budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan
ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila.
Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga
keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan
bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur,
seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai-
nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk
cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan
mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi
berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah
membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di
dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan
kayanya unsur-unsur lokal.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta
dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah
upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan
memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi
penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif,
mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini
dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi
dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya
dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga
menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi,
penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang
turut andil mewujudkan karya ini.
Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Surabaya, 1 Oktober 2023
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Panen Jamu Wer
Panen Jambu Air
Biodata Penulis
Biodata Ilustrator
iii
iv
1
20
20
1
Surya lan Niko dolan ning omahe Ardi.
Bocah-bocah mau seneng bisa dolanan apa wae.
Surya dan Niko bermain di rumah Ardi.
Mereka senang karena bisa bermain sesuka hati.
2
Pelataran mburi omahe Ardi ombo.
Akeh wit-witane. Salah sijine wit jambu wer.
Halaman belakang rumah Ardi luas.
Banyak pepohonan di sana. Salah satunya adalah
pohon jambu air.
3
Nalikane dolanan, bocah-bocah ndelok
wit jambune Ardi dompol-dompol uwoh’e.
Eman’e, angel metik’e.
Ketika bermain, mereka melihat
pohon jambu Ardi berbuah lebat.
Sayang sekali, susah untuk memetiknya.
4
Bocah-bocah mau wiwit golek cara
kanggo ngundhuh jambu wer.
Mereka mulai mencari cara untuk
memetik buah jambu air.
Surya ngusulne kanggo menek
wae. Ardi sarujuk.
Surya mengusulkan agar mereka
memanjat saja. Ardi setuju.
5
Niko ora wani menek. Dhewek’e nunggu wae.
Nanging, woh jambune tetep angel diranggeh.
Niko tak berani memanjat. Dia menunggu saja.
Namun, buah jambu tetap susah diraih.
6
Niko takon apa Ardi duwe singgek.
Ardi mangsuli mung duwe genter, nanging dudu singgek.
Niko bertanya kepada Ardi apakah mempunyai penjolok.
Ardi menjawab hanya mempunyai galah, bukan penjolok.
7
Bocah-bocah mau wiwit nyinggeki woh jambu wer. Ananging akeh
woh sing ceblok tur ajur. Bocah-bocah mau wis nyoba bola-bali
ananging tambah akeh jambu wer sing ceblok ning lemah.
Mereka mulai menggunakan galah. Namun, banyak buah yang tersabet
malah jatuh dan hancur. Beberapa kali mereka berusaha, semakin banyak
buah jambu air yang jatuh di tanah.
8
Jamb
u sing
cebl
ok la
n aj
ur
or
a bi
sa
dip
ang
an.
Jamb
u air
yang
jatu
h da
n ha
ncu
r t
id
ak
bis
a d
ima
kan
.
9
Ardi ngajak Niko lan Surya
nggawe singgek.
Ardi mengajak Niko dan Surya
untuk membuat penjolok sendiri.
10
Surya lan Niko bingung cara nggawene.
Nanging Ardi duwe ide.
Ardi banjur mlebu omah. Ora suwe, dhewek’e njedul.
Surya dan Niko bingung bagaimana cara
membuatnya. Namun, Ardi mempunyai ide.
Ardi kemudian masuk rumah. Tak lama kemudian dia
keluar kembali.
11
Tangane nyekel botol bekas lan piranti liyane.
Tangannya memegang botol bekas dan peralatan lainnya.
12
Ardi lan kanca-kancane banjur nggawe singgek.
Ardi dan teman-temannya lalu membuat penjolok.
13
14
Botol dikethok ¾ bagian.
Botol dipotong ¾ bagian.
Cara nggawe singgek’e:
Cara membuat penjolok:
Lebokne bolongan tutup botol
ning pucuk genter.
Masukkan lubang tutup botol ke
ujung galah.
Taleni kenceng nganggo tali karet
saka ban bekas antarane bolongan
tutup botol karo genter.
Ikat kencang antara lubang tutup botol
dengan ujung galah menggunakan tali karet
dari ban bekas.
Singgek saka botol banyu
mineral bekas wis dadi.
Jadilah penjolok dari botol air
mineral bekas.
1
2
3
4
15
Singgek’e wis dadi. Ardi lan kanca-kancane
mulai nyinggek’i jambu wer.
Penjolok sudah jadi. Mereka pun mulai
menjolok. Berhasil!
16
Sakwise kasil nglumpuk akeh,
jambu wer banjur dipangan bareng.
Setelah terkumpul banyak, jambu air dimakan
bersama-sama.
17
Sakwise dolanan, Surya lan Niko pamit
mulih karo nyangking jambu wer.
Setelah bermain, Surya dan Niko pamit
pulang. Tak lupa mereka membawa jambu air
dari Ardi.
18
Sampah plastik ngracuni lingkungan, saka lemah
nganti sumber banyu.
Sampah plastik meracuni lingkungan, dari tanah
sampai sumber air.
In
fo
g
r
a
f
i
s
:
19
Sampah plastik bisa ajur sakwise 1000 tahun.
Mulane sampah diolah maneh supaya lingkungan ora rusak.
Sampah plastik bisa hancur setelah 1000 tahun.
Oleh karena itu, sampah plastik diolah lagi agar lingkungan tidak rusak.
Penulis
Dian Hendrawan, penulis berdomisili di
Lamongan. Dia adalah lulusan Fakultas
Ekonomi Akuntansi Universitas Gunadarma,
Jakarta dan FKIP Bahasa Inggris, Universitas
Islam Lamongan. IG: @dian_hendrawan8014.
Surel: [email protected].
Ilustrator
Ulinniqu memiliki nama asli Ulin Nihayatil
Qudsiyah, perempuan asal Lamongan yang
kini berdomisili di Kediri. Seorang pengajar
yang senang sekali menggambar sejak kecil.
Beberapa kali bekerja sama dengan penulis
maupun penerbit untuk mengilustrasikan
naskah buku anak-anak. Sebagian karyanya
bisa dilihat di IG: Ulinniqu_
BIONARASI
20 | 104_PANEN_JAMBU_WER |
2
Level
Penulis
: Alfred Esinyen
Ilustrator : Wendi Hendra Saputra
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Penulis: Alfred Esinyen
Ilustrator: Wendi Hendra Saputra
Penerjemah: Era Realita
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Sebuah Berkah atau Sebuah Bencana?
Penulis
: Alfred Esinyen
Ilustrator : Wendi Hendra Saputra
Penerjemah : Era Realita
Penelaah : 1. Sonya Sandakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku
Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab : Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana
: Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun
tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan
artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak
mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan
bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak
yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan
dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang
keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis,
menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi
hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas
nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun
2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-
bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan
untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang
gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan
melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan
dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk
anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya
lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua
dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di
sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada
di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang
dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah
diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
2
Selama berbulan-bulan, musim
kemarau berkepanjangan.
Lomongin, pawang hujan tersohor,
memohon kepada Dewa.
Warga menunggu di luar rumah
dengan penuh pengharapan.
3
Lamongin akhirnya keluar, dia
mengabarkan bahwa Dewa akan
menurunkan hujan.
Akhirnya, mereka dapat
bercocok tanam.
4
Anak-anak bermain di luar sambil
menunggu hujan turun.
Seiring berjalannya hari, warga
melihat gumpalan awan hitam yang
sangat besar dari kejauhan.
Awan itu adalah awan hujan.
5
Warga teringat perkataan pawang hujan.
Ibu memanggil anak-anak untuk pulang.
“Lihat, di sana! Awannya sangat gelap.
Cepat masuk ke rumah!”
6
Hujan turun sangat deras.
Warga telah lama menantikan hujan!
Di awal, warga bersukacita.
Namun, berhari-hari hujan tidak
kunjung reda.
7
Air menggenangi seluruh desa.
Jembatan yang menghubungkan desa
dengan daratan utama hanyut.
Rumah-rumah terbawa arus banjir.
Berkah berubah menjadi bencana
bagi warga desa.
8
Warga telah bersiap untuk musim tanam.
Namun, sekarang mereka tidak bisa bercocok tanam.
Warga di desaku selama ini menantikan hujan, tetapi
sekarang mereka tidak menginginkannya lagi.
Kami tidak punya jembatan untuk menyeberang.
Banyak yang kehilangan rumah.
9
Kami juga punya masalah lain!
Ada beberapa buaya berenang di mana-mana.
Hal itu belum pernah terjadi sebelumnya.
Kami sangat kebingungan
10
Kami tidak bisa berbelanja karena
semua toko ada di seberang sungai.
Anak-anak tidak dapat bersekolah
karena gedung sekolah ada di
seberang sungai.
11
Hujan yang seharusnya menjadi berkah,
kini menjadi sebuah bencana.
Lomongin, si Pawang Hujan, tampak kecewa.
Satu-satunya yang tetap bahagia, adalah Kapuus
dan delapan ekor kucingnya!
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Para Pembuat Cerita
Cerita
A Curse or a Blessing?
ditulis oleh Alfred Asinyen.
©
African Storybook Initiative, 2015.
Buku
ini
dipublikasikan
oleh
laman
Pratham
Books’
StoryWeaver.
Konten
kreatif
di
bawah
lisensi
dapat
diunduh,
diterjemahkan,
dan
dapat
digunakan
untuk
membuat
cerita
baru.
Ini
memungkinkan
Anda
melakukan
kredit
yang
sesuai
dan
mengindikasi
jika
kami
membuat
perubahan. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal ini, dan peraturan
perundang-undangan
dari
penggunaan
dan
atribusi,
silakan
kunjungi
tautan berikut.
Sebuah Berkah
atau Sebuah Bencana?
Apa yang terjadi ketika hujan
turun di tanah gersang setelah
sekian lama?
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id | 104_Sebuah_Berkah_atau_Sebuah_Bencana |
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.
Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Wedang Pokak
Wedang Pokak
Penulis
Durroh Fuadin K.
Penelaah
Arif Subiyanto
Penanggung Jawab
Umi Kulsum
Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto
Ilustrasi Isi & Sampul
Noyuka
Tata Letak
FA Indonesia
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972
Cetakan pertama, Oktober 2023
E-ISBN: 978-623-112-771-6
Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
C
erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak,
khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam
pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan
beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang
mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan
budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan
ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila.
Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga
keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan
bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur,
seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai-
nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk
cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan
mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi
berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah
membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di
dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan
kayanya unsur-unsur lokal.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta
dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah
upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan
memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi
penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif,
mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini
dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi
dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya
dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga
menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi,
penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang
turut andil mewujudkan karya ini.
Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Surabaya, 1 Oktober 2023
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Wedang Pokak
Wedang Pokak
Bionarasi Penulis
Bionarasi Ilustrator
iii
iv
1
20
20
1
Pagi-pagi, Dini dan Adam sudah berada di pekarangan sekolah.
Mereka diminta Bu Guru mencari jahe. Namun, Adam tidak tahu bagaimana
bentuknya. Dia asal saja mencabut tanaman.
Isuk-isuk Dini lan Adam wis ana ing pekarangan sekolah.
Kekarone diutus Bu Guru golek jahe. Nanging Adam ora reti.
Dheweke mbedhol samubarang tanduran.
2
Dini baru tahu ada tanaman berbuah di dalam tanah. Kata Adam
jenisnya bukan buah-buahan. Itu disebut rimpang. Mereka pun
pergi ke ruang guru. Namun …
Dini lagi ngerti ana tanduran nguwoh ing jero lemah.
Kandhane Adam kuwi dudu woh-wohan. Kuwi arane
mpon-mponan. Kekarone banjur menyang kantor. Nanging…
3
Di tengah perjalanan, Dimas menanyakan laos yang dibawa Adam.
Tentu saja Adam terkejut. Ternyata dia salah mencabut tanaman.
Ing tengah dalan Dimas nakokake laos sing digawa Adam.
Ya mesthi Adam kaget. Jebule dheweke salah mbedol tanduran.
4
Menurut Dimas jahe itu berwarna putih. Adam dan Dini pun kembali
ke pekarangan. Mereka mencabut tanaman lainnya. Namun…
Kandhane Dimas, jahe kuwi wernane putih. Adam lan Dini
banjur bali menyang pekarangan. Kekarone mbedol
tanduran liyane. Nanging…
5
Kata Dimas itu bukan jahe. Itu adalah kunyit putih
karena aromanya tidak pedas.
Dimas kandha yen kuwi dudu jahe. Kuwi arane kunir putih
amarga ambune ora pedes.
6
Adam dan Dini tidak menyerah. Mereka kembali ke pekarangan lagi.
Mereka membaui setiap rimpang kemudian menunjukkannya
pada Dimas.
Adam lan Dini ora kapok. Kekarone bali maneh menyang
pekarangan. Saben mpon-mponan diambuni banjur hasile
diduduhake menyang Dimas.
7
Namun rimpang yang dibawa Adam ternyata kencur.
Duh, Dimas gemas pada adik-adik kelasnya. Dia menjelaskan lagi
jika daun jahe itu kecil dan memanjang.
Nanging mpon-mponan sing digawa Adam tibane kencur.
Duh, Dimas gemes karo adhik-adhik kelase. Dheweke njelasake
maneh yen godhong jahe kuwi cilik nglencir.
8
Sekarang Adam dan Dini tidak hanya menciumi
aroma rimpang. Mereka juga mengamati daunnya.
Saiki Adam lan Dini ora mung ngambuni
mpon-mponan. Kekarone uga nliti godhonge.
9
Bu Guru senang karena muridnya berhasil mendapatkan jahe.
Sekarang mereka mendapat tugas baru,
yaitu mencari dedaunan.
Bu Guru seneng amarga muride kasil oleh jahe.
Saiki kekarone oleh tugas anyar, yaiku golek
godhong-godhongan.
10
Tugas Adam mencari serai. Adam tahu bagaimana bentuk serai
karena ada di halaman rumahnya. Kata Bapak, supaya nyamuk
tidak masuk rumah.
Tugase Adam golek sereh. Adam reti rupane sereh
amarga ana ing latar omahe. Dawuhe bapak supaya lamuk
ora melbu omah.
10
11
Tugas Dini memetik daun pandan. Dia sering membantu ibu
merebus teh ditambah daun pandan. Adam suka aroma
daun jeruk purut. Segar!
Tugase Dini methik godhong pandan. Dheweke kerep
mbiyantu ibu nggodhog teh dicampur pandan. Yen Adam
seneng karo ambune godhong jeruk purut. Seger!
11
12
Dini baru menyadari. Daun itu bentuknya macam-macam.
Ada yang seperti pita, ada juga yang seperti jari. Ada yang gandeng,
juga ada yang menyatu.
Dini lagi ngerti. Godhong kuwi wujude werna-werni.
Ana sing kaya pita, uga ana sing kaya driji. Ana sing gandengan,
uga ana sing nyawiji.
13
Adam nge
wa
ng
i B
u G
uru nye
pa
ka
ke b
ahan.
Bu Guru mem
in
ta
Din
i m
encuci da
un
d
an ri
mpang.
Adam mem
ba
nt
u B
u G
uru meny
ia
pk
an b
ahan.
Bu Guru ngutus D
ini
n
gu
mb
ah godhon
g
la
n mpo
n-mponan.
14
Dheweke elin
g k
ar
o s
eg
a kuning
ga
we
yane ib
une.
Adam juga sena
ng
de
ng
an
aroma kayu
m
ani
s dan c
engkeh.
Dia teringat
pa
da
n
asi
kun
ing lez
at
bu
atan
ibunya.
Adam uga sene
ng
k
ar
o
am
bune ke
ni
ng
ar la
n cengkeh.
15
Bahan-bahan itu kemudian direbus sampai mendidih. Jika warnanya
sudah memerah, api dipadamkan. Dini membantu Bu Guru
meniriskan airnya.
Bahan-bahan kuwi digodhog nganthi umup. Yen wernane
wis abang genine dipateni. Dini ngewangi Bu Guru
nyaring banyune.
Kata Bu Guru minuman itu bernama Wedang Pokak.
Minuman asli Probolinggo itu banyak manfaatnya
untuk kesehatan.
Dawuhe Bu Guru kuwi arane wedang pokak. Wedang asli
saka Probolinggo kuwi akeh gunane kanggo kesehatan.
16
Hari itu, sekolah akan kedatangan tamu. Tugas Dini dan Adam
menyuguhkan wedang pokak. Kata Bu Guru, pasti akan ada
yang bertanya minuman apa itu.
Dina iku sekolah arep kedayohan. Tugase Dini lan Adam
yaiku nyuguhake wedang pokak. Dawuhe Bu Guru,
mesti bakal ana sing nakoni wedang apa kuwi.
17
18
Pukul delapan, tamu mulai berdatangan. Dini dan Adam mempersilakan
tamu meminum wedang pokak. Betul kata Bu Guru, tamu-tamu
menanyakan tentang minuman itu.
Jam wolu, dayohe padha rawuh. Dini lan Adam ngaturi
para dayoh ngunjuk wedang pokak. Bener dawuhe Bu Guru,
dayohe padha nakokake wedang kuwi.
19
Dini dan Adam senang sekali. Para tamu menyukai minuman
dan penjelasan mereka.
Dini lan Adam seneng banget. Amarga para dayoh seneng karo
wedange uga karo penjelasane.
20
Penulis
Durroh Fuadin Kurniati adalah penulis yang lahir di
Malang, tetapi kini bermukim di Probolinggo, Jawa Timur.
Guru di SDN Patokan I Kraksaan ini memang suka menulis,
terutama cerita anak. Beberapa karyanya telah terbit dan
dijual di toko buku, seperti Aku Anak Berprestasi, Seri Bijak
Mengenal Sikap, dan Kumpulan Cerita Anak Cerdas. Selain
menulis, lulusan Universitas Islam Malang dan Universitas
Terbuka ini juga gemar menerjemahkan.. Beberapa karya
terjemahannya bisa diunduh gratis melalui laman Badan
Bahasa Kemdikbud. Cukup ketik namanya di mesin pencarian
untuk menemukan karya-karya menarik darinya. Temui
penulis di Instagram @mbakruni untuk berkenalan lebih
dekat.
Ilustrator
Noyuka yang memiliki nama asli Yaniar Riska Novidyah Ayu
Sukma merupakan wanita kelahiran 1989 di Kota Ponorogo
Jawa Timur. Wanita yang pernah bekerja di salah satu bank
BUMN ini memiliki hobi menggambar sejak kecil. Dia mulai
serius menekuni dunia ilustrasi secara otodidak khususnya
buku anak sejak tahun 2022. Sampai hari ini sudah tujuh buku
anak yang berhasil dia ilustrasikan. Yaniar dapat dihubungi
melalui pos-el [email protected] atau Instagram
@niar.noyuka.
BIONARASI | 105_WEDANG_POKAK |
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.
Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Hore! Adat Barikan Wayahe Teka
Hore! Adat Barikan Tiba Waktunya
Penulis
Andi Sep Kurniawan
Penelaah
Antariksawan J.
Penanggung Jawab
Umi Kulsum
Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto
Ilustrasi Isi & Sampul
Noyuka
Tata Letak
FA Indonesia
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972
Cetakan pertama, Oktober 2023
E-ISBN: 978-623-112-848-5
Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
C
erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak,
khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam
pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan
beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang
mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan
budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan
ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila.
Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga
keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan
bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur,
seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai-
nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk
cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan
mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi
berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah
membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di
dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan
kayanya unsur-unsur lokal.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta
dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah
upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan
memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi
penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif,
mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini
dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi
dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya
dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga
menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi,
penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang
turut andil mewujudkan karya ini.
Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Surabaya, 1 Oktober 2023
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Hore! Adat Barikan Wayahe Teka
Hore! Adat Barikan Tiba Waktunya
Bionarasi Penulis
Bionarasi Ilustrator
iii
iv
1
20
20
1
Barikan akan tiba, ibu terlihat sangat sibuk.
Selain ibu, tetanggaku juga sibuk.
Barikan emeh teka, emak katon ebuk.
Sakliyane emak, tangga-tangga uga
padha ebuk.
“Wilih! Kari sing serantan ngenteni Adat Barikan.
Mesthine akeh panganan: lanun, sawud, lupis,
orog-orog, bakale wareg pokoke wis.”
“Wah! Jadi tak sabar menunggu datangnya waktu Adat Barikan.
Pasti ada banyak makanan, seperti: lanun, sawud, lupis, orog-orog,
pasti kenyang nih.”
2
3
4
Dina iki Agus durung kecaruk apake.
“Apak ana ring endi yuh?”
Hari ini Agus belum bertemu bapaknya.
“Bapak ada di mana, ya?”
Agus nggoleti apake, naming sing ketemu. Saksuwine
ngenteni apake, Iyane aju memengan egrang
Agus mencari bapaknya, tetapi tak kunjung bertemu. Sem-
bari menunggu kedatangan bapaknya, Agus memilih untuk
bermain egrang.
5
6
Apak mulih ambi mikul godhong gedhang. Isun paham
apak arep nggawe paran.
Bapak pulang sambil memikul daun pisang. Aku tahu
Bapak akan membuat apa.
7
“Hore! Isun nak milu ajar nggawe ancak.
Adat Barikan wis wayahe teka.”
Ancakan…
Ancakan….
“Hore! Aku ingin belajar membuat ancak. Adat Barikan
sudah tiba waktunya.”
Ancakan...
Ancakan….
8
Kawitane, godhonge diserud, aju papahe
dipilih hang apik.
Pertama, daun pisang diambil lalu dipilih
pelepah yang bagus.
9
Papahe diukur aju diiris sithik,
ditekuk sampek dadi persegi.
Pelepah diukur lalu diiris sedikit,
dilipat hingga berbentuk segi empat.
10
“Alakemas, Apak lali jajange, lik. Tulung juwutena
karine nggawe egrang sorek.”
“Waduh, Bapak lupa bambunya, Nak. Minta tolong
ambilkan sisa pembuatan egrang kemarin.”
11
Apak ngethok jajang dienggo bawat akehe 6 wilah.
Ngethok 4 maning dienggo telikur.
Bapak memotong bambu untuk bawat sebanyak 6 bilah.
Memotong lagi 4 untuk pasak.
12
Telikur dienggo maku papah,
bawat dienggo tatakane ancak.
Pasak bambu untuk merekatkan pelepah,
sedangkan bawat untuk alas ancak.
13
Enem wilah bawat
disundhepaken
mangklang-mangklang
ring papah gedang.
Enam bilah bawat
ditusukkan bersilangan
pada pelepah pisang.
14
“Alhamdulillah, ancake wis mari. Dadi bisa
milu Barikan roh, Pak?” jare Agus.
Apake Agus manthuk-manthuk.
“Alhamdulillah, ancak telah selesai. Jadi bisa
ikut Barikan kan, Pak?” tanya Agus.
Bapak Agus mengangguk-angguk.
15
Agus nggawa ancak hang wis dadi
mara ning Emake.
“Emak, iki ancake wis dadi.”
Agus membawa ancak yang telah jadi
ke Ibu.
“Ibu, ini ancak telah jadi.”
16
“Dhuh, kari lancaran anake Emak iki ya. Liya dina tulungana
Emake maning, ya?”
“Aja mung saiki bain pathenge. Sapa maning kadhung
sing awake dhewek?” jare Emak.
“Oh, pinter sekali anak Ibu. Lain hari Ibu dibantu lagi, ya?”
“Bersemangat jangan hanya sekarang saja. Kalau bukan kita
siapa lagi?” kata Ibu.
17
Agus nggawa ancake ning panggonan
Adat Barikan. Dene emak nggawa
lanun, apak nggawa sawud.
Agus membawa ancak ke tempat
Adat Barikan. Ibu membawa lanun,
Bapak membawa sawud.
18
“Kari seneng taun iki Barikan ramek
yuh, Mak. Tangga padha guyub,” jare Agus.
“Alhamdulillah kadhung Barikan terus
gedigi, Barikan sing kira ilang,” semaure Emak.
“Senang sekali tahun ini Barikan ramai ya, Bu?
Semua tetangga bersemangat,” ucap Agus.
“Alhamdulillah. Jika Barikan terus seperti ini,
Barikan tidak akan punah,” jawab Ibu.
19
Barikan yaiku adat istiadat aseli teka Desa Pondoknongko.
Mesthi dianakaken ana ring bungase taun. Tujuane supaya
diedohaken teka balak.
Barikan adalah adat istiadat asli dari Desa Pondoknongko.
Barikan rutin dilaksanakan di akhir tahun. Barikan rutin meminta
agar dijauhkan dari segala musibah.
20
Penulis
Andi Sep Kurniawan. Ia lahir di kabupaten yang memiliki
julukan Sunrise Of Java, pada 17 September 1997. Ia aktif
menulis cerita pendek berbahasa Using sejak 2015 dan karya-
karyanya dimuat dalam buku ‘Kembang Ronce’. Pria yang
akrab di sapa Andi tersebut mempunyai 2 karya puisi yang
berjudul Terbangun dan Melangkah Menuju Terang serta
buku cerita anak dwibahasa pertamanya yang berjudul, ‘Di
Mana Ibuku?’ diterbitkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa
Timur tahun 2022. Menulis menurutnya merupakan salah
satu cara menyiratkan pengetahuan kepada Sastra, anaknya.
Pria yang yang saat ini bekerja di instansi pemerintahan
tersebut dapat disapa melalui pos-el: ndisepakur.awan@
gmail.com, kanal Instagram @_andisepkurniawan.
Ilustrator
Noyuka memiliki nama asli Yaniar Riska Novidyah Ayu
Sukma merupakan wanita kelahiran 1989 di Kota Ponorogo
Jawa Timur. Wanita yang pernah bekerja di salah satu bank
BUMN ini memiliki hobi menggambar sejak kecil. Dia mulai
serius menekuni dunia ilustrasi secara otodidak, khususnya
buku anak sejak tahun 2022. Sampai hari ini sudah tujuh buku
anak yang berhasil dia ilustrasikan. Yaniar dapat dihubungi
melalui pos-el [email protected] atau Instagram
@niar.noyuka.
BIONARASI | 106_HORE_ADAT_BARIKAN_TELAH_TIBA |
Satya!
Awas,
Penulis : Yamini Vijayan
Ilustrator: Larasputri Setyawati
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2
Level
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 1
26/11/2021 00:13:59
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 2
26/11/2021 00:14:00
Penulis:
Yamini Vijayan
Ilustrator:
Larasputri Setyawati
Penerjemah:
Rizqi Handayani
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 3
26/11/2021 00:14:01
Awas, Satya!
Awa
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 4
26/11/2021 00:14:01
Awas, Satya!
Penulis : Yamini Vijayan
Ilustrator
: Larasputri Setyawati
Pengatak : Poppy Yunita
Penerjemah: Rizqi Handayani
Penelaah : 1. Naifah
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku
Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana
: Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun
tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan
artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak
mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan
bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga,
ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca
ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan
tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan
mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta
karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari
sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional
(GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan
budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai
pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian
tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber
dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui
penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya
terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan
Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik
bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan
membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap
bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh
kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti
luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 5
26/11/2021 00:14:01
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 6
26/11/2021 00:14:01
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 7
26/11/2021 00:14:02
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi
serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
Seorang anak kecil bernama
Satya tidak bisa diam di
tempatnya. Dia berlari,
melompat, berkeliling,
berputar …
lalu jatuh!
“Duduk yang tenang
sebentar,” kata ayah.
“Jika kamu
terluka, jangan
datang padaku
sambil
menangis”,
kata kakak
perempuannya.
2
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 8
26/11/2021 00:14:04
Kakeknya pun
mengingatkan,
“Jangan merusak
apa pun.”
Ibu guru berkata padanya, “Kamu mengganggu
teman-temanmu di kelas.”
Namun, Satya tidak bisa berbuat banyak, tangan dan
kakinya tidak bisa berhenti bergerak.
3
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 9
26/11/2021 00:14:06
10
Hari Minggu adalah hari yang paling disukai Satya,
dia bisa pergi ke sawah tempat ibunya bekerja.
Perjalanan ke sawah adalah perjalanan yang panjang.
Selama perjalanan, mereka melintasi jalan-jalan
yang belum pernah dilewati, naik dan turun, melewati
ladang terbuka dan hutan-hutan yang lebat, serta
anak sungai yang mengalir dengan tenang.
Satya melompat seperti kelinci dan berlari
dengan cepat seperti kijang.
Ibunya melihat dan
berkata, “Awas, Satya,
tanahnya licin!”
4
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 10
26/11/2021 00:14:07
11
Satya merangkak seperti cacing dan merayap seperti
ular. Lagi-lagi ibunya memperingatkan, “Awas, banyak
duri, Satya!”
Ia berayun seperti laba-laba dan melompat seperti
monyet, “Aaauoooo.”
“Gunakan dahan-dahan yang kuat untuk berpegangan,
Monyet Kecil”, kata ibu Satya.
Dia bergerak dalam air seperti itik dan
berenang seperti katak.
“Tetaplah di air
yang dangkal,”
Ibunya
mengingatkannya.
5
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 11
26/11/2021 00:14:07
Dia memanjat seperti
kadal dan melompat
seperti kambing betina.
Ibunya melarang
sambil berkata,
“Jangan meluncur”.
Satya mengepak-ngepakkan
sayap dengan kedua
lengannya seperti sayap dan
mencoba untuk terbang jauh.
Dia membayangkan
dirinya melayang
dan meluncur
seperti elang.
6
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 12
26/11/2021 00:14:09
Di penghujung sore, ketika matahari terbenam
jangkrik mulai bernyanyi, tanda saatnya kembali
ke rumah.
Satya yang kelelahan naik ke punggung ibunya.
Mereka mengambil jalan pintas untuk pulang, naik
dan turun melewati ladang-ladang, serta hutan-hutan
dan sungai-sungai kecil.
7
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 13
26/11/2021 00:14:11
14
Di rumah, ketika
ayah, kakak
perempuan, dan
kakeknya melihat
Satya berlumuran
lumpur dan memar
di sekujur tubuhnya,
tawa mereka meledak.
Kemudian, Kakek
memandikannya.
Ayah menyiapkan makan
malam untuknya.
8
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 14
26/11/2021 00:14:12
15
Kakak perempuannya menceritakan
dongeng favorit menjelang
Satya tidur.
Saat dia terbuai dalam mimpinya,
Satya berlari, melompat, berputar,
berguling, dan terbang jauh.
Bagaimana
mereka bergerak?
Oh, luar biasa
cara Satya bergerak!
9
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 15
26/11/2021 00:14:14
Lumba-lumba
terkenal dengan cara
mereka melompat keluar
dari air. Dapatkah kamu
melompat?
Citah adalah hewan gurun tercepat.
Mereka dapat berlari dengan sangat
cepat dan kencang juga, terutama saat
mereka sedang berburu. Bisakah kamu
berlari kencang?
10
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 16
26/11/2021 00:14:16
Kepiting
bisa berjalan
dua arah.
Bisakah kamu
berjalan ke
dua arah yang
berlawanan?
Belalang dapat
melompat sangat
tinggi, khususnya
saat akan kabur dari
hewan pemangsa
lain. Bisakah kamu
melompat sangat
tinggi?
Siput
merangkak
sangat lambat.
Bisakah kamu
merangkak
perlahan?
11
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 17
26/11/2021 00:14:19
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 18
26/11/2021 00:14:19
Cerita:
diterjemahkan oleh Sami Hidayah. © untuk
terjemahan ini ada pada EAA, 2021. Beberapa hak cipta
dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan
dengan CC menggunakan izin 4.0.
Berdasarkan Cerita Asli: Satya, Watch Out!, oleh Yamini
Vijayan. © Pratham Books, 2017. Beberapa hak cipta dilindungi
dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC
menggunakan izin 4.0.
Para Pembuat Cerita
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 19
26/11/2021 00:14:19
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 20
26/11/2021 00:14:19
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 21
26/11/2021 00:14:19
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 22
26/11/2021 00:14:19
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 23
26/11/2021 00:14:19
Melompat, merayap,
dan memanjat bersama
Satya saat dia pergi bersama
ibunya ke sawah tempat
dia bekerja. Sebuah cerita
tentang beragam cara dan
menyenangkan untuk kita
bergerak.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
FA_13_AWAS, SATYA!.indd 24
26/11/2021 00:14:21
Awas, Satya! | 107_AWAS_SATYA |
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 1
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 1
11/25/21 9:07 PM
11/25/21 9:07 PM
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 2
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 2
11/25/21 9:07 PM
11/25/21 9:07 PM
Penulis:
Reena I. Puri
Ilustrator:
Lilyk Sugiarti
Penerjemah:
Indra Gunawan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 3
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 3
11/25/21 9:07 PM
11/25/21 9:07 PM
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 4
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 4
11/25/21 9:07 PM
11/25/21 9:07 PM
Burung Kecil yang Selalu Cemberut
Penulis
:
Reena I. Puri
Ilustrator
:
Lilyk Sugiarti
Penerjemah:
Indra Gunawan
Penelaah
:
1. Naifah
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak
yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
:
E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab:
Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana
:
Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
:
1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin
tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan
ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak
mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan
bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak
yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan
dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang
keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis,
menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi
hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas
nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun
2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-
bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan
untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang
gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan
melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan
dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk
anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya
lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua
dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di
sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada
di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang
dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 5
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 5
11/25/21 9:07 PM
11/25/21 9:07 PM
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 6
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 6
11/25/21 9:07 PM
11/25/21 9:07 PM
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 1
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 1
11/25/21 9:07 PM
11/25/21 9:07 PM
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan
telah diadaptasi serta
dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
Induk pipit tampak resah
sebab wajah anaknya terus
menerus cemberut. Anaknya
itu tidak mengetahui cara
menampakkan perasaan
senangnya.
2
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 2
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 2
11/25/21 9:07 PM
11/25/21 9:07 PM
Anak burung pun berkata
sambil mengembangkan
bulu-bulunya, “Aku tidak
bisa, Bu! Bibirku menekuk
ke bawah alih-alih ke atas.”
Induk pipit berkata,
“Coba tariklah sedikit
ujung bibirmu, Anakku!”
Akan tetapi, ia malah
tampak seperti sedang
marah.
3
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 3
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 3
11/25/21 9:07 PM
11/25/21 9:07 PM
Tiba-tiba, terbersitlah ide
di benak induk pipit.
Sang induk lalu mengajak
si Cemberut terbang
bersamanya menemui
bapak anjing.
4
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 4
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 4
11/25/21 9:07 PM
11/25/21 9:07 PM
5
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 5
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 5
11/25/21 9:07 PM
11/25/21 9:07 PM
Induk pun bertanya
kepada bapak anjing,
“Hai, Pak Anjing,
bagaimana kamu
menampakkan perasaan
bahagiamu?”
Pak Anjing pun menggonggong dan menjawab,
“Guk! Guk! Aku mengibas-ngibaskan ekorku
dengan kencang seperti ini!”
G
u
k
!
G
u
k
!
6
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 6
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 6
11/25/21 9:07 PM
11/25/21 9:07 PM
Setelah itu, induk pipit pergi
menemui ibu kucing. Ia pun
bertanya kepadanya,
“Hai, Bu Kucing, bagaimana
kamu menunjukkan perasaan
bahagiamu?”
Ibu kucing mengeong lalu
menjawab, “Meong-meong.
Aku mendengkur ketika aku
sedang merasa senang.”
7
R
r
r
.
R
r
r
.
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 7
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 7
11/25/21 9:07 PM
11/25/21 9:07 PM
Kemudian, Induk pipit pun
bergegas menuju bapak babi
dan bertanya kepadanya,
“Hai, Pak Babi, bisakah kau
memperlihatkan kepada
anakku, apa yang kaulakukan
ketika sedang senang?”.
“Khhrr, khrrr,”
gerutu Babi, ia langsung
melompat ke genangan
besar tanah.
“Aku berguling-guling
di lumpur ketika aku
merasa bahagia.”
K
h
h
r
r
.
.
K
h
r
r
r
.
.
8
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 8
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 8
11/25/21 9:07 PM
11/25/21 9:07 PM
Saat itu Ayah
burung pipit tiba.
“Bagaimana
kabar anakku?”
Ia bersiul.
9
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 9
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 9
11/25/21 9:07 PM
11/25/21 9:07 PM
Ayah burung pipit
sangat senang
melihat bayi mereka.
Dia bersiul, menukik,
dan berputar-putar.
Itulah cara
bapak burung
menunjukkan betapa
bahagianya dia.
10
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 10
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 10
11/25/21 9:08 PM
11/25/21 9:08 PM
“Sepertinya aku bisa
melakukan itu. Aku bahagia!”
Si Cemberut pun terharu.
Akhirnya mereka bersiul,
menukik, dan berputar-putar
dengan bahagia.
11
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 11
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 11
11/25/21 9:08 PM
11/25/21 9:08 PM
Badan
Pengembangan
dan
Pembinaan
Bahasa
adalah
unit
di
bawah
Kementerian
Pendidikan,
Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri,
kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah
satu
program
prioritas
nasional
melalui
penerjemahan
cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 12
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 12
11/25/21 9:08 PM
11/25/21 9:08 PM
Profil Lembaga
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 13
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 13
11/25/21 9:08 PM
11/25/21 9:08 PM
Cerita:
ُاﻟْﻌَﺑُوس
ﺻَﻐِﯾرِي
diterjemahkan
oleh
Faten
Ashour,
©
untuk
terjemahan
ini
ada
pada
Pratham
Books,
2018.
Beberapa
hak
cipta
dilindungi
dalam
peraturan
perundang-
undangan.
Diterbitkan
dengan
CC
menggunakan izin 4.0.
Berdasarkan Cerita Asli:
The Grumpus
Rumpus,
oleh
Reena
I.
Puri
© Pratham
Books,
2018.
Beberapa
hak
cipta
dilindungi
dalam
peraturan
perundang-undangan.
Diterbitkan
dengan
CC
menggunakan
izin
4.0.
Para Pembuat Cerita
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 14
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 14
11/25/21 9:08 PM
11/25/21 9:08 PM
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 15
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 15
11/25/21 9:08 PM
11/25/21 9:08 PM
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 16
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 16
11/25/21 9:08 PM
11/25/21 9:08 PM
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 17
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 17
11/25/21 9:08 PM
11/25/21 9:08 PM
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 18
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 18
11/25/21 9:08 PM
11/25/21 9:08 PM
Burung Kecil yang Selalu Cemberut
Induk burung panik karena burung kecil selalu cemberut.
Burung kecil tidak pernah terlihat bahagia.
Bagaimana cara burung kecil itu menemukan kebahagiaan?
Ikuti kisahnya dalam buku ini. | 108_BURUNG_KECIL_YANG_SELALU_CEMBERUT |
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.
Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Omahku kaya Kebun Binatang
Rumahku seperti Kebun Binatang
Penulis
Darwanto
Penelaah
Arif Subiyanto
Penanggung Jawab
Umi Kulsum
Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto
Ilustrasi Isi & Sampul
Alya Lintang F.
Tata Letak
FA Indonesia
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972
Cetakan pertama, Oktober 2023
E-ISBN: 978-623-112-882-9
Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
C
erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak,
khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam
pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan
beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang
mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan
budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan
ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila.
Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga
keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan
bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur,
seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai-
nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk
cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan
mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi
berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah
membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di
dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan
kayanya unsur-unsur lokal.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta
dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah
upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan
memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi
penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif,
mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini
dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi
dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya
dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga
menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi,
penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang
turut andil mewujudkan karya ini.
Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Surabaya, 1 Oktober 2023
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Omahku kaya Kebun Binatang
Rumahku seperti Kebun Binatang
Biodata Penulis
Biodata Ilustrator
iii
iv
1
20
20
4
5
Penulis
Darwanto, penulis kelahiran di Madiun yang kini menetap
di Malang. Kegiatan sehari-harinya adalah belajar dan
mengajar. Suka membaca serta menulis puisi maupun
prosa. Tulisan-tulisannya tersiar di beberapa media lokal
dan nasional, seperti Kompas, Jawa Pos, Koran Tempo,
Media Indonesia, Suara Merdeka, Republika, dan lain-lain.
Telah menulis beberapa buku, terutama fiksi. Salah satu
novelnya, Sawitri dan Tujuh Pohon Kelahiran, Penerbit
Alvabet. Salah satu buku kumpulan cerpennya Lumpur
Tuhan, memenangkan Sayembara Sastra Dewan Kesenian
Jawa Timur Kategori Prosa, 2017. Bisa disapa lewat
facebook ataupun Instagram: Mashdar Zainal.
Ilustrator
Alya Lintang F atau lebih dikenal sebagai Tera adalah
seorang ilustrator asal Madiun. Ia adalah lulusan DKV
ITS dan memulai karir sebagai ilustrator pada awal
tahun 2023. Tera memiliki minat yang tinggi terhadap
dunia literasi dan visual anak. Temukan berbagai karya
Tera di @teradsy di Instagram.
BIONARASI
20 | 11_OMAHKU_KAYA_KEBUN_BINATANG |
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Rindhawara Annisa Puspandari
ii
RUMPUT TEKI
Penulis:
Rindhawara Annisa Puspandari
Penyunting:
Yohanes Adhi Satiyoko
Ilustrator:
Nurro
Penerbit:
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224
Telepon: (024) 562070; Faksimile: (0274) 580667
Cetakan Pertama, November 2021
iv + 8 hlm., 15 x 23 cm.
ISBN: 978-623-5677-22-4
Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi
buku ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin
tertulis dari penerbit.
Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis.
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui warga
dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah RI pun melaksanakan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat
di seluruh provinsi di Indonesia dalam rangka untuk menekan
penyebaran virus yang sangat mematikan itu. Kebijakan Pemerintah
tersebut tentu memiliki dampak yang sangat signifikan di berbagai
sektor. Karena kebahasaan dan kesastraan masuk dalam sektor
nonesensial, praktis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
kebahasaan dan kesastraan tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
secara langsung, bersemuka. Namun, karena proses kreatif dan
upaya pencerdasan bangsa melalui bahasa dan sastra harus tetap
berlangsung, berbagai kegiatan itu pun dapat dilaksanakan secara
daring. Meskipun hasilnya--mungkin--tidak maksimal, berbagai
program dan kegiatan yang telah dirancang oleh Balai Bahasa
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat memenuhi target-
target yang telah ditetapkan, termasuk target 42 karya sastra
Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Penerbitan hasil penerjemahan dari sastra Jawa ini--yang
telah melewati proses panjang--merupakan bukti nyata bahwa
situasi pandemi tidak menghalangi kami dalam memberikan
sumbangsih bagi kemajuan bangsa melalui kebahasaan dan
kesastraan. Penerbitan hasil penerjemahan ini diharapkan dapat
digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dalam program besar
Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Pemerintah. Melalui
penerbitan penerjemahan karya sastra Jawa ini pula diharapkan
bisa menghilangkan kendala kebahasaan bagi masyarakat penutur
nonbahasa Jawa untuk bisa menikmati dan mengambil manfaatnya.
iv
Hadirnya
buku
penerjemahan
ini
melibatkan
banyak
pihak. Oleh karena itu, dalam kata pengantar singkat ini kami
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada
sastrawan/penulis (asli) dalam bahasa Jawa. Demikian pula
kami mengucapkan terima kasih kepada penerjemah yang telah
menerjemahkan karya sastra Jawa ke dalam bahasa Indonesia.
Penghargaan juga kami berikan kepada para penyunting yang telah
menyelaraskan hasil terjemahan sesuai dengan kaidah baku bahasa
Indonesia. Tentu saja, kepada panitia/tim terjemahan dan penerbit
kami ucapkan terima kasih yang tiada bertepi.
Semoga buku terjemahan ini bisa menjadi ajang dialog dan
tegur sapa antarbudaya di Indonesia dan menambah kekayaan
khazanah bahan bacaan literasi yang bermutu. Selamat membaca!
Yogyakarta, 10 September 2021
Kepala,
Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum.
NIP 196605201991031004
1
RUMPUT TEKI
T
amansari adalah sebuah taman baru di perbukitan
pantai selatan Gunungkidul Yogyakarta. Pepohonan dan
aneka bunga baru selesai ditanam. Walaupun masih
kecil-kecil, tumbuhan dan aneka bunga tumbuh dan hidup rukun
berdampingan, seperti kakak dan adik yang saling menyayangi.
Ketika petugas taman sedang menyiram tanaman, semua berebut
agar mendapat percikan air terlebih dahulu. Aneka tumbuhan
tersebut mencondongkan diri mendekati arah percikan air. Kata
mereka, siapa yang bisa mendapat percikan air lebih cepat dan
lebih banyak, akan lebih cepat tumbuh besar juga. Siapapun yang
melihat kejadian ini pasti akan tersenyum.
Sebulan kemudian, semua tanaman telah tumbuh besar.
Pepohonan yang dahulu kecil, sekarang sudah tumbuh tinggi.
Bunga-bunga juga tidak mau kalah dengan menunjukkan pesonanya.
Warna-warni, bunga mekar dengan sempurna. Semua bahagia
karena Tamansari akan segera dibuka untuk wisatawan. Tamansari
akan menjadi tempat yang ramai.
Di sore hari, ketika angin berhembus sepoi-sepoi, matahari
sudah mulai tenggelam, Gogo, pohon mangga besar, memberi
pengumuman. Pepohonan besar di sekitar Tamansari akan
mengadakan perlombaan untuk tanaman baru. Tanaman yang
paling banyak disukai wisatawan, banyak diajak foto bersama, akan
mendapat hadiah.
“Kapan lomba akan dimulai, Pak Gogo?” tanya Nining, bunga
berwarna kuning.
2
3
“Besok hari Minggu, Ning.”
“Kira-kira, apa yang perlu kita siapkan Pak?” Puput, bunga
ungu, ikut bertanya.
“Nah, kalian bisa berdandan, memakai kostum terbaik, atau
begini saja tidak apa-apa. Yang penting, semua tanaman ikut, ya?”
Gogo memperhatikan tanaman baru satu persatu.
“Siap, Pak!” Rere, bunga berwarna merah terlihat paling
semangat.
Malam harinya, semua tanaman baru sibuk membicarakan
perlombaan. Terlihat para bunga paling semangat mengikuti
perlombaan ini. Suasana taman menjadi ramai. Diterangi sinar bulan
dan suara ombak lautan membuat suasana tambah menyenangkan.
Namun, ada tanaman yang diam membisu, namanya Teki. Rumput
kecil di pojok taman. Walaupun berdandan seperti apa pun, ia tetap
akan menjadi rumput kecil.
“Jangan diam saja, ah. Ki, Teki. Aku tahu kalau kamu tidak
mampu bersaing dalam perlombaan ini. Badanmu kecil mungil
seperti itu,. Pasti besok kamu akan didiamkan oleh wisatawan, ha,
ha, ha,” tawa Titi, si bunga putih mengejek.
“Ya, sudah Ki, kamu minggir saja dari sini. Aku hanya takut
kamu nanti diinjak-injak oleh wisatawan,” Rere ikut meledeknya.
Para bunga yang lain pun ikut tertawa. Sebenarnya, Teki ingin
sekali marah, berteriak sekeras-kerasnya. Walaupun tubuhnya
kecil mungil, Teki sudah membuat taman terlihat hijau seperti
permadani, menyegarkan mata. Namun, apalah gunanya ia seperti
itu. Jadi, ia memilih diam saja.
“Hei, besok jelas aku yang menang. Kalian tenang saja, tidak
perlu ribut-ribut berdandan,” kata Puput penuh percaya diri sambil
menari-nari.
“Ih, enak saja, lihatlah teman-teman! Warnaku lebih indah,”
Nining tidak mau kalah.
“Sudahlah, terserah kalian. Aku hanya ingin diam dan
mendengarkan,” batin Teki, pasrah.
Hari yang dinanti pun tiba. Bunga-bunga sudah memperlihatkan
4
5
warna paling indahnya. Tamansari menjadi sangat ramai. Setelah
puas bermain air di pantai, para wisatawan naik ke bukit melihat
Tamansari. Banyak wisatawan yang berswafoto bersama para
bunga. Merah, kuning, ungu, putih, semua warna diajak berfoto.
Ketika sudah bosan berfoto dengan bunga merah, mereka pindah
ke bunga kuning. Begitu juga ketika bosan dengan bunga warna
kuning, mereka pindah ke bunga ungu. Begitu seterusnya.
Ketika semua wisatawan sudah pulang, para tanaman di
Tamansari mengobrol lagi. Mereka membicarakan perlombaan
yang baru saja mereka ikuti.
“Eh, teman-teman, aku mau cerita, nih! Tadi aku diajak foto
oleh gadis-gadis cantik, lo,” Nining mulai pamer.
“Lah, tadi aku diajak foto oleh satu keluarga besar,” Puput
senyum-senyum sendiri.
“Anak kecil berbaju merah muda tadi mendekati aku. Aku
dicium, katanya aku wangi, hihiii,” Rere tidak mau kalah.
“Aku juga begitu, kalau kamu bagaimana, Teki?” Titi melirik
ke arah Teki, seperti mengejek.
Teki hanya diam, tidak bisa bersuara. Ia merasa tidak
memiliki satu pun kelebihan. “Masih bisa hidup saja, aku sudah
sangat bersyukur,” katanya dalam hati.
“Kasihan, deh, kamu,” Nining kembali mengejek Teki.
“Udah deh, kamu pindah saja dari sini, cuma bikin tamannya
kotor,” Rere ikut mengejek.
“Eh, jangan, dong. Kalau di sini tidak ada yang jelek, kan,
kita tidak terlihat cantik! Hahaa…,” Puput tertawa lepas. “Kuatkan
hatimu, Teki!”
Tanpa aba-aba, Nining, Puput, Rere, dan Titi menyanyi lagu
lihat kebunku, tetapi liriknya diubah sesuai dengan keadaan Teki.
Para bunga itu menari seperti penari di televisi sambil bertepuk
tangan.
6
7
Lihatlah Teki
Rumput teki mini
Tak bisa tinggi
Apalagi wangi
Setiap hari
Bikin kita hepi
Di siang hari
Dan di malam hari
Mendengar lagu tersebut hati Teki terasa perih, seperti
terkena api. Mau apapun, ia tidak bisa bertindak apa-apa. Ia hanya
diam dan mengeluh di dalam hati. Semoga saja teman-teman di sini
menjadi baik hati dan tidak lagi mengejeknya.
“Hhhhhrrrruuuuudddd……, kretak, kretak. Bressssss!”
Tak disangka-sangka, tiba-tiba datang angin sangat kencang
beserta hujan lebat. Pepohonan dan para bunga tak berdaya,
mereka roboh dan sebagian tercabut dari tanah, terbang terbawa
angin. Begitu juga dengan Nining, Puput, Rere, dan Titi yang tidak
kuat menahan kekuatan angin. Semua berteriak-teriak, batang
mereka patah, kelopak bunga beterbangan. Daun mangga milik Gogo
yang sudah sangat lebat juga berguguran, hanya tersisa batangnya
saja. Teki? Masih di tempat, ia tidak ikut terkena kekuatan angin.
“Nining?”
“Puput?”
“Rere?”
“Titi?”
“Pak Gogo?”
Teki memanggil satu persatu teman-temannya, tetapi tidak
ada yang menjawab. Semua sudah tergeletak lemas di tanah. Saat
melihat keadaan Nining, Puput, Rere, dan Titi, Teki hanya bisa
meneteskan air mata. Kasihan mereka, tetapi ia juga tidak bisa
menolong. Teki menarik napas panjang. Ia merasakan apa yang
baru saja terjadi. Kita hanya bisa menjalani hidup apa adanya. Oleh
karena itu, janganlah kita membanggakan paras wajah, penampilan,
dan kedudukan hanya untuk meremehkan teman.
8
Rindhawara Annisa Puspandari
Penulis saat ini menempuh pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Rindhawara bertempat
tinggal di Ledoksari, Kepek, Wonosari, Gunungkidul. HP
082325163433, pos-el: [email protected] | 11_RUMPUT_TEKI |
HOREE … AKU BISA NGGAWE DOLANAN DHEWE
HORE ... AKU BISA MEMBUAT MAINAN
Penulis
Redite Kurniawan
Penerjemah
Awaludin Rusiandi
Penelaah
Sugeng Hariyanto
Penyunting
Khoiru Ummatin
Ilustrator
Emmal
Penata Letak
Kreativa Grafis
Diterbitkan pada tahun 2022 oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, 61252
Telepon/Faksimile (031) 8051752
Cetakan pertama, Oktober 2022
ISBN: 978-602-8334-86-0
Katalog dalam Terbitan (KDT)
899.222 3
HOR HORE ... AKU BISA MEMBUAT MAINAN / Redite Kurniawan
h — cet. 1 – Sidoarjo: Balai Bahasa Jawa Provinsi Timur, 2022
iv + 26 hlm; 22 x 28 cm
Kata Pengantar
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
S
alah satu kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur adalah cerita anak yang mengandung
kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Kekayaan itu merupakan sebuah aset
nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional se
bagai bagian dari warisan budaya dunia. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak
Jawa Timur tidak hanya dapat diimplementasikan oleh masyarakat Jawa Timur, tetapi dapat pula
dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan diterjemahkannya kar
ya sastra Jawa Timur ke bahasa Indonesia, pembacanya dapat menikmati cerita, kemudian meng
kaji nilai-nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil
nilai-nilai positif sebagai pegangan hidup. Hasilnya adalah akan tercipta sebuah pemahaman
antarbudaya yang akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perda
maian antarmanusia.
Cerita-cerita yang terhimpun dalam terjemahan buku cerita anak untuk pembaca awal ini juga
dapat bermanfaat sebagai salah satu sarana atau media pendidikan karakter. Tema yang diusung
dalam buku ini adalah STEM, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika. Cerita dalam buku ini
diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan
kreativitas.
Melalui penerjemahan cerita anak, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana
Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gera
kan Literasi nasional (GLN). Kami berusaha untuk turut berperan aktif dalam program itu dengan.
menyediakan bahan bacaan bermutu bagi pembaca melalui penerjemahan cerita anak berbahasa
daerah ke bahasa Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal. Kegiatan membaca
diharapkan akan tumbuh dan berkembang menjadi keterampilan-keterampilan lanjutan sehingga
akhirnya pembaca dapat mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keter
ampilan literasi.
Inovasi seperti itu perlu didukung agar dapat menumbuhkan budaya literasi dengan tetap
berfokus pada upaya untuk menumbuhkan generasi yang memiliki kemampuan berpikir kritis, me
mecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik.
Kami berharap produk terjemahan ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya
sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial,
digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyam
paikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis karya sastra berbahasa daerah, penerjemah,
penelaah, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil
mewujudkan karya terjemahan ini.
Semoga buku ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Sidoarjo, 1 Oktober 2022
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
iii
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Horee … Aku Bisa Nggawe Dolanan Dhewe
Hore ... Aku Bisa Membuat Mainan
Biodata Penulis
Biodata Penerjemah
Biodata Ilustrator
01
iii
iv
25
25
25
1
Dina Minggu, bocah-bocah prei
ning omah.
Iwan arep ngajak dolanan ning
latar.
Pada hari Minggu, anak-anak
libur di rumah.
Iwan mau mengajak teman-
temannya bermain di halaman.
2
“Cah, ayo dolanan ning njaba omah!”.
“Mumpung ora udan,” kandhane Iwan.
“Teman-teman, ayo main di halaman!”.
“Mumpung tidak hujan,” seru Iwan.
3
“Aku isih main game,” jare
Anto.
“Aku masih main game,”
jawab Anto
“Aku isih ndelok YouTube,”
wangsulane Darlan.
“Aku masih lihat
YouTube,” kata Darlan
4
“Kok ora ana sing dolanan ning latar, ya?”
“Aku mosok dolanan dhewe?” Iwan mikir.
“Kok teman-teman tidak ada yang mau main di halaman, ya?”
“Masa iya aku harus main sendiri?” pikir Iwan
5
Iwan banjur mulih.
Ing meja mangan ana jeruk bali.
Kulite sing kandel isih ana ing piring.
Iwan lalu pulang.
Di meja makan ada jeruk bali.
Kulitnya yang tebal masih ada di
piring.
6
Iwan sakjane seneng jeruk bali.
Daginge werna abang lan rasane legi kecut seger.
Nanging saiki Iwan ora kepingin.
Iwan sebetulnya suka dengan jeruk bali.
Daging buahnya berwarna merah dan rasanya
asam manis segar.
Namun, sekarang Iwan sedang tidak ingin makan
jeruk bali.
7
Iwan isih kepingin bisa
dolanan karo kanca-kancane
ning latar.
Nanging piye carane?
Iwan masih ingin bermain
dengan teman-temannya di
halaman.
Namun, bagaimana caranya?
8
Dumadakan Iwan kelingan buku sing nate diwaca.
kulite jeruk bali bisa digawe dolanan.
Tiba-tiba Iwan ingat buku yang pernah dibacanya.
Kulit jeruk bali bisa dipakai sebagai bahan membuat
mainan.
9
Iwan njupuk kulit
jeruk bali. Iwan banjur
golek sunduk sate lan
benang.
Iwan mengambil kulit
jeruk bali yang ada
di piring. Iwan lalu
mencari tusuk sate dan
benang.
10
Hore! Montor-montoran saka kulit jeruk bali wis dadi.
Hore! Mobil-mobilan dari kulit jeruk bali sudah jadi.
11
Iwan menyang omahe Anto
maneh.
Dheweke banjur nyeluk
kanca-kancane.
Iwan pergi ke rumah Anto
lagi.
Dia lalu memanggil teman-
temannya.
12
“Anto, Darlan!
Delengen iki! Aku
duwe dolanan!”
kandhane Iwan.
“Anto, Darlan!
Lihat ini! Aku punya
mainan!” teriak Iwan.
“Kok apik?
Sapa sing
nggawekne?”
Anto takon.
“Wah, kok
bagus? Siapa
yang buat?”
tanya Anto.
13
“Aku bisa nggawe
dhewe, ayo tak bantu
nggawe dolanan iki.”
“Aku bisa membuat
sendiri, ayo kubantu
membuat mainan
seperti ini.”
“Saiki nyang omahku,
ya!” Iwan ngajak
kancane.
“Sekarang ayo ke
rumahku ya!” ajak Iwan
ke teman-temannya.
14
Anto lan Darlan nyelehake HP-ne.
“Aku males mlaku ning omahmu,”
jare Darlan.
Anto dan Darlan menaruh ponsel
mereka.
“Tapi aku malas kalau harus
jalan kaki ke rumahmu,” Darlan
mengeluh.
15
“Aja kuwatir, ayo tak seret
nganggo blarak krambil,” jare
Iwan.
“Jangan kuatir, akan kuseret
kalian dengan pelepah kelapa,”
jawab Iwan.
“Asyik! Kaya
numpak perahu!”
Anto lan Darlan
mbengok.
“Asyik! Seperti
naik perahu, ya!”
seru Anto dan
Darlan.
16
“Gentian nyeret,
ya,” jare Iwan.
“Ayo, yang
menarik
bergantian ya,”
pinta Iwan.
“Aja nganti
ngguling!” Darlan
mbengok.
“Awas, jangan
sampai
terguling!” teriak
Darlan.
17
Bocah-bocah saiki wis teka omahe Iwan.
Iwan dan teman-teman sekarang sudah
sampai di rumah Iwan.
“Tapi kulit jerukku kari
sithik,” jare Iwan.
“Tapi, kulit jerukku tinggal
sedikit,” Iwan mengeluh.
“Wah, terus piye ora sida
dolanan?” Darlan takon.
“Wah, terus bagaimana ini.
Kita tidak jadi bermain?” tanya
Darlan.
18
“Jeruk bali iki saka karangan mburi
omahku,” jare Iwan.
“Jeruk bali ini dari halaman di belakang
rumahku,” kata Iwan.
“Ayo mrana, sapa ngerti isih akeh
buwahe,” kandha Anto.
“Yuk, kita ke sana. Siapa tahu masih ada
banyak,” ajak Anto.
19
Wit jeruk bali tibake gedhe.
Pohon jeruk bali ternyata tinggi dan
besar.
Wohe ana ing dhuwur pange wit.
“Sapa sing arep menek wit dhuwur
kaya ngono kuwi?” Darlan takon.
Buahnya ada di dahan pohon.
“Siapa yang mau memanjat pohon
setinggi itu?” tanya Darlan.
20
“Wis, ayo balapan
menek wit,” jare
Anto.
“Sudah-sudah, ayo
kita balapan naik ke
pohon itu,” ajak Anto.
“Ayo!” jare Darlan.
“Ayo!” jawab Darlan.
“Ati-ati akeh eri,”
Iwan nyahut.
“Hati-hati banyak
durinya,” tambah
Iwan.
21
Bocah-bocah saiki wis
padha nyekel jeruk
Mereka semua
sekarang memegang
jeruk balinya masing-
masing.
Buwah mau dionceki.
Banjur bocah-bocah
kuwi padha semangat
nggawe montor-
montoran.
Buah-buah itu lalu
dikupas.
Mereka sangat
bersemangat membuat
mobil-mobilan.
22
“Apa mung isa
digawe montor-
montoran?” Darlan
takon.
“Apa kulit ini hanya
bisa dibuat mobil-
mobilan?” tanya
Darlan.
“Mesthine isa
digawe sembarang,”
wangsule Iwan.
“Sebetulnya sih,
bisa dipakai untuk
membuat berbagai
macam mainan,”
jawab Iwan.
“Digawe dolanan
apa?” Darlan takon
maneh.
“Dibuat mainan apa
lagi ya?” Darlan
menambahkan.
23
“Wis, penake nggawe
apa sing mbokkarepna!”
Iwan ngongkon.
“Baiklah, buat mainan
apa saja yang kamu
inginkan!” Iwan
menyarankan.
Anto lan Darlan langsung padha
mikir. Sedhiluk wae banjur nggawe
dolanan pesawat, perahu, lan
sepeda.
Anto dan Darlan langsung terdiam
dan berpikir. Tidak lama kemudian,
mereka membuat mainan pesawat,
perahu, dan sepeda.
24
Hore! Saiki Iwan lan kanca-kancane bisa
nggawe dolanan dhewe.
Hore! Sekarang Iwan dan teman-temannya bisa
membuat mainan sendiri.
25
Biodata Penulis
Redite Kurniawan atau Redhite K. berdomisili di Lawang, Malang,
Jawa Timur. Bapak dua anak ini berprofesi sebagai pendidik di
MTs. Terpadu Ar-Roihan di Lawang Malang. Bukunya antara lain:
Amanah Terindah (2018) Indiva Surakarta, Tengah Hari di Spijkenisse
(2018) Alvabet Jakarta, dan Jejak Penunggu Sungai (2019) Indiva
Surakarta, Panggung untuk Palestina (2021) Indiva Surakarta. Penulis
bisa dihubungi di instagram: @redhitekurniawan
Biodata Penerjemah
Awaludin Rusiandi adalah penerjemah di Balai Bahasa Provinsi
Jawa Timur. Dia lulusan S-1 Sastra Inggris di UM dan S-2 Ilmu
Linguistik di UGM Yogyakarta. Selain pendidikan formal, berbagai
diklat yang diselenggarakan Sekretariat Kabinet Republik Indonesia,
Kemdikbudristek, dan lain sebagainya pernah diikutinya.
Pengalaman di bidang penerjemahan dan penjurubahasaan, antara
lain terjemahan takarir (subtitle) di televisi berbayar, terjemahan
cerita anak, terjemahan artikel ilmiah, juru bahasa di kepolisian
serta kejaksaan, dan lain sebagainya.
Biodata Ilustrartor
Ega Akmala El Farid atau yang biasa dipanggil Emmal, lahir di
Malang pada 31 Maret 1994. Telah menyelesaikan studi strata satu
di Universitas Brawijaya Malang Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan
mengambil jurusan Akuntansi. Setelah lulus, kesibukan utamanya
menjalankan usaha yang sudah mulai dirintis sejak kuliah. Di saat
senggang, dia memilih menggunakan waktunya untuk menggambar.
Seiring berjalannya waktu, selain menghilangkan penat, menggambar
juga menjadi bagian dari pekerjaannya hingga saat ini dengan
membuka jasa gambar dan menjadikan hasil karyanya menjadi
barang yang sudah terjual sampai ke luar negeri. Saat ini Emmal
berdomisili di Malang dan bisa disapa melalui akun instagramnya
@emmal.elfarid. | 11_AKU_BISA_MEMBUA_MAINAN_GABUNG |
2
Level
Penulis:
Bhubaneshwar workshop
Bhubaneshwar workshop
for children
for children
Ilustrator:
Adiguna
Adiguna
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 1
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 1
11/26/21 1:25 AM
11/26/21 1:25 AM
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 2
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 2
11/26/21 1:25 AM
11/26/21 1:25 AM
Penulis:
Bhubaneshwar workshop for children
Ilustrator:
Adiguna
Penerjemah:
Durroh Fuadin Kurniati
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 3
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 3
11/26/21 1:25 AM
11/26/21 1:25 AM
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 4
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 4
11/26/21 1:25 AM
11/26/21 1:25 AM
Matahari Ketujuh: Sebuah Kisah Suku dari Odisha
Penulis
:
Bhubaneshwar workshop for children
Ilustrator
:
Adiguna
Pengatak
:
Emi Kurnia Putri
Penerjemah:
Durroh Fuadin Kurniati
Penelaah
:
1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
:
E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab:
Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana
:
Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
:
1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi
buku
ini,
baik
sebagian
maupun
seluruhnya,
dilarang
diperbanyak
dalam
bentuk
apa
pun
tanpa
izin
tertulis
dari
penerbit,
kecuali
dalam
hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak
terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang
ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan
membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis,
menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai
tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai
pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan
bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa
Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber
dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi
fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi
cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti
luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 5
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 5
11/26/21 1:25 AM
11/26/21 1:25 AM
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 6
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 6
11/26/21 1:25 AM
11/26/21 1:25 AM
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 1
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 1
11/26/21 1:25 AM
11/26/21 1:25 AM
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptas
serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
Dahulu kala, ada tujuh matahari di angkasa. Sinarnya
membuat bumi teramat panas sehingga manusia tidak
kuat menahan teriknya.
2
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 2
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 2
11/26/21 1:25 AM
11/26/21 1:25 AM
Oleh sebab itu, tujuh bersaudara
yang berasal dari suku Munda
memutuskan untuk melenyapkan
matahari.
3
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 3
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 3
11/26/21 1:25 AM
11/26/21 1:25 AM
Mereka menembakkan anak
panah pada matahari dan
mampu menghilangkan
enam di antaranya.
Matahari ketujuh
bersembunyi di balik
bukit.
4
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 4
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 4
11/26/21 1:25 AM
11/26/21 1:25 AM
Lalu, karena matahari
menghilang, kegelapan ada
di mana-mana. Rusa tak
dapat melihat harimau, gajah
menabrak pohon, kelinci
melompati singa, dan terjadi
kebingungan di mana-mana.
5
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 5
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 5
11/26/21 1:25 AM
11/26/21 1:25 AM
Untuk menemukan jalan keluar, binatang-binatang
memutuskan untuk bermusyawarah. Seekor kelinci
bercerita, ada satu di antara ketujuh matahari yang
masih hidup dan bersembunyi di balik bukit. Namun,
siapa yang bisa memanggilnya?
6
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 6
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 6
11/26/21 1:25 AM
11/26/21 1:25 AM
“Aku akan memanggil
si matahari,” kata singa,
karena dia adalah raja hutan.
“Matahari, matahari, tolong
jangan lari dari kami.
Ayo kembalilah dan
sinari kami!” aum singa.
Namun, matahari tidak
menghiraukannya.
7
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 7
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 7
11/26/21 1:25 AM
11/26/21 1:25 AM
Sekarang giliran gajah
memanggil. Dia mengangkat
belalainya dan berseru,
“Matahari, Matahari, tolong
kembalilah.” Namun matahari
tidak mendengarkannya.
8
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 8
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 8
11/26/21 1:25 AM
11/26/21 1:25 AM
Si cantik merak menari dan
memohon, “Matahari, Matahari,
tolong kembalilah.” Namun
matahari menolak keluar dari
persembunyiannya. Satu persatu
binatang memanggil matahari,
tetapi matahari tidak mau
mendengarkan siapa pun.
Akhirnya, seekor ayam jantan
menawarkan diri untuk memanggil
matahari. Semua yang ada di situ
tertawa. Namun, singa adalah
pemimpin yang bijaksana. “Ayam
jantan harus diperbolehkan
mencoba,” katanya.
9
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 9
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 9
11/26/21 1:25 AM
11/26/21 1:25 AM
10
Ayam jantan melangkah
ke depan dan berkokok dengan
lembut, “Kukuruyuuuk.”
Matahari mengintip sedikit
dari balik bukit, mengejutkan
semua yang ada di sana.
Ayam jantan berkokok lagi,
kali ini sedikit lebih berani,
“Kukuruyuuuk!” Matahari
naik sedikit lebih tinggi.
Ayam jantan berkokok untuk
ketiga kalinya. Kali ini lebih
nyaring dan lebih berani,
“Kukuruyuuuk!” Matahari
pun terbit semakin tinggi dan
bersinar terang.
10
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 10
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 10
11/26/21 1:26 AM
11/26/21 1:26 AM
Cahaya memancar di mana-mana.
Binatang-binatang bersuka cita dan
manusia merasa lega.
Binatang-binatang meminta manusia untuk
tidak melenyapkan matahari, dan mereka
setuju. Sejak saat itu, ketika ayam jantan
berkokok di pagi hari, matahari terbit dan
bersinar di angkasa.
11
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 11
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 11
11/26/21 1:26 AM
11/26/21 1:26 AM
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami
mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional
melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 12
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 12
11/26/21 1:26 AM
11/26/21 1:26 AM
Para Pembuat Cerita
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 13
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 13
11/26/21 1:26 AM
11/26/21 1:26 AM
Cerita:
The
Seventh
Sun
:
A
Tribal
Tale
From
Odisha.
Diterjemahkan
oleh
Manohar
Notani.
©
pada
terjemahan
ini
berada
pada
Bhubaneshwar
Workshop
for
Children,
2011.
Beberapa
hak
cipta
dilindungi dalam peraturan perundang-undangan.
Diterbitkan dengan CC menggunakanizin
4.0. Berdasarkan
cerita
Asli:
सातवाँ
सूरज
:
एक
ओड़िया
लोककथा
oleh Lokakarya Bhubaneshwar untuk
anak-anak. © Pratham Books, 2011. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan.
Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0.
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 14
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 14
11/26/21 1:26 AM
11/26/21 1:26 AM
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 15
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 15
11/26/21 1:26 AM
11/26/21 1:26 AM
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 16
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 16
11/26/21 1:26 AM
11/26/21 1:26 AM
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 17
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 17
11/26/21 1:26 AM
11/26/21 1:26 AM
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Matahari Ketujuh adalah kisah sederhana dari
sebuah komunitas suku Odisha. Berkisah tentang
suatu waktu ketika ada tujuh matahari di angkasa.
Apakah binatang dan manusia senang dengan begitu
banyaknya matahari? Temukan sendiri jawabannya
dalam kisah yang mengajarkan kita untuk
menghargai alam ini.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 18
FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 18
11/26/21 1:26 AM
11/26/21 1:26 AM | 111_MATAHARI_KETUJUH |
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
1
Level
Penulis:
Mala Kumar, Manisha Chaudhry
Ilustrator:
Lilyk Sugiarti
Penerjemah:
Era Realita
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
Penulis : Mala Kumar, Manisha Chaudhry
Ilustrator : Lilyk Sugiarti
Pengatak : Poppy Yunita
Penerjemah: Era Realita
Penelaah : 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Sebuah Jalan atau Sebuah Kebun Binatang?
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku
Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun
tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan
artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak
mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan
bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga,
ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca
ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan
tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan
mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta
karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari
sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional
(GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan
budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai
pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian
tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber
dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui
penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya
terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan
Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik
bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan
membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap
bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh
kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti
luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah
diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
8
Sonu, Monu, dan
Rina pergi keluar
untuk bermain.
Di jalan mereka
melihat seekor
anak kucing.
2
Anak kucing itu mengincar
seekor tikus besar.
“Eh, lihat!” Kata Sonu.
Rina melihat
seekor semut kecil
menghampiri tikus
besar tadi.
Tiba-tiba, sebuah
bayangan besar
menutupi mereka.
3
10
4
Seekor
burung
elang yang
sangat besar
hinggap di
atas tembok.
11
Seekor semut kecil, seekor anak
kucing, seekor tikus, dan seekor
burung elang yang sangat besar
berada di satu jalan!
5
12
Apa yang akan
dilakukan tiga anak
pandai itu sekarang?
Ketiga anak itu
bertepuk tangan!
Burung elang
ketakutan, lalu
mengepakkan
sayap dan terbang
menjauh.
6
13
Rina membantu
semut memanjat
ke sehelai daun.
Rina menaruh
daun itu di atas
tembok. Semut
melihat sebutir
gula.
Semut
mengambil
gula itu dan
berlari pulang
ke sarangnya.
7
14
Tikus besar mengais sisa
pakoda yang terjatuh dan
masuk kembali ke selokan.
Anak kucing kecil bersuara,
“Meooong,” sambil
menjilati tangannya.
8
15
Monu memberi
anak kucing itu
susu dengan
sebuah cangkir.
9
10
Lalu, ketiga anak itu bermain dengan
anak kucing tadi.
Burung elang besar yang bertengger
di atas pohon mengepakkan sayap
dan terbang pergi.
11
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami
mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu
program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak
dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Cerita: A Street, or a Zoo? Ditulis oleh Manisha Chaudhry,
Mala Kumar, © Pratham Books, 2015. Beberapa hak
cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan.
Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0.
Para Pembuat Cerita
Sonu, Monu dan Rina menemukan
banyak hal di sebuah jalan.
Di buku kedua ini, tiga sahabat
pergi keluar untuk bermain. Mereka
tidak menyangka akan bertemu
banyak binatang. Apakah kamu
mau bertemu dengan binatang-
binatang itu juga?
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id | 113_SEBUAH_JALAN_ATAU_KEBUN_BINATANG |
1
Level
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Penulis:
All Children Reading Cambodia
Ilustrator:
Ruhiat
Penerjemah:
Muhammad Arif Saelan
Nafi dan Bora
Nafi dan Bora
Penulis
: All Children Reading Cambodia
Ilustrator
: Ruhiat
Penerjemah : Muhammad Arif Saelan
Penelaah
: 1. M. A. Rahartati Bambang Haryo
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Ayu Putu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama
tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak
yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui
kegiatan
membaca
akan
tumbuh
dan
berkembang
keterampilan-keterampilan
lainnya,
mulai
keterampilan
mengenali,
memahami,
menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai
tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai
pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan
bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa
Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber
dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi
fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita
yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah
diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
2
Bora dapat menulis.
3
Nafi juga dapat menulis.
Nafi dapat bermain sepak bola.
4
Bora juga dapat bermain sepak bola.
5
Bora dapat menggambar.
6
Nafi juga dapat menggambar.
7
Nafi dapat membaca.
8
Bora juga dapat membaca.
9
Keduanya anak berbakat.
10
11
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Para Pembuat Cerita
Cerita: Navy et Bora ini diterjemahkan oleh Cyrille Largillier, © untuk terjemahan ini ada
pada
Cyrille
Largillier,
2019.
Beberapa
hak
cipta
dilindungi
dalam
peraturan
perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan cerita asli:
Navy and Bora, oleh All Children Reading Cambodia, © The Asia Foundation, 2019. Beberapa
Hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC
menggunakan izin 4.0.
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Nafi dan Bora
Bora dapat melakukan hal yang dapat Nafi lakukan.
Mereka berdua dapat melakukan hal-hal yang sama. | 115_Nafi_dan_Bora |
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Matematika
Ada di Mana-Mana 1
(Tingkat Sedang)
Penulis : Suman Das
llustrator: Ayun Sekar Widowati
4
Level
Penulis: Suman Das
Ilustrator: Ayun Sekar Widowati
Penerjemah: Dessy Listyarini
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Matematika Ada di Mana-Mana 1
(Tingkat Sedang)
Matematika Ada di Mana-Mana 1 (Tingkat Sedang)
Penulis
: Suman Das
Ilustrator
: Ayun Sekar Widowati
Penerjemah : Dessy Listyarini
Penelaah : 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Krenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak
terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut
membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca
akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis,
menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai
tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai
pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan
yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa
Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber
dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi
fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita
yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah
diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
2
Ada banyak pohon kelapa di kebun
Raju. Kelapa itu akan dipetik dari
semua pohon yang ada di kebunnya.
3
Raju harus pergi ke kebun
untuk memanennya.
4
Setibanya di kebun, Raju mulai meng
hitung kelapa-kelapa itu. Ia berdiri di
bawah pohon dan menghitung
1, 2, 3, 4, ….
Raju menyadari ada delapan buah kelapa
di pohon pertama.
5
Raju pergi ke bawah pohon kelapa kedua. Dia
memperhatikan buah kelapa di pohon ini sepertinya
lebih banyak dari yang pertama.
Ada sepuluh buah
kelapa yang menggantung di pohon ini.
6
Raju tiba di pohon kelapa ketiga.
Ternyata, buah kelapa pohon ini paling
sedikit di antara ketiga pohon yang sudah
didatanginya.
Hanya ada enam buah kelapa di pohon
yang ini.
7
Saat itu, Paman yang tinggal di sebelah
rumahnya sedang memanjat pohon kelapa itu
satu per satu. Dia memetik semua kelapa
yang ada di sana.
8
Raju mengumpulkan semua kelapa
yang sudah dipetik itu. Ia menghitung
ada 24 buah kelapa yang terkumpul di
bawah pohon.
9
Sambil menghitung di dalam hati, Raju mengingat-
ingat bahwa ada 8 buah kelapa dari pohon
pertama, 10 buah kelapa dari pohon kedua, dan
6 buah kelapa dari pohon ketiga.
Dia juga menghitung
menggunakan jari-jarinya, ternyata
hasilnya sama. Ada
24 buah kelapa.
10
Sekarang Raju ingin membagi semua
buah kelapa itu sama rata untuk setiap
pohon, kira-kira berapa jumlahnya, ya?
Dia mulai meletakkan buah kelapa
dalam jumlah yang sama di setiap pohonnya.
Lalu, ada berapa buah kelapa yang terkumpul di
bawah setiap pohon?
11
Sudahkah kalian menghitung dan mendapatkan
jawabannya? Benar, ada delapan buah kelapa di bawah
tiap-tiap pohon, kan?
12
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Para Pembuat Cerita
Cerita:
Find
Math
Everywhere1
(Average)
diterjemahkan
oleh
Debadrita
Dey
Bhattachrya.
©
untuk
terjemahan
ini
ada
pada
Debadrita
Dey
Bhattachrya,
2018.
Beberapa
hak
cipta
dilindungi
dalam
peraturan
perundang-undangan.
Diterbitkan
dengan
CC
menggunakanizin
4.0
Berdasarkan
cerita
asli:
Find
Math
Everywhere
1 (Average),
oleh Suman Das, © Suman
Das, 2018.
Beberapa
hak
cipta
dilindungi
dalam
peraturan
perundang-undangan.
Diterbitkan
dengan
CC
menggunakan
izin
4.0.
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Matematika Ada di Mana-Mana 1
(Tingkat Sedang)
Raju belajar menghitung jumlah rata-rata. | 119_matematika_ada_di_mana_mana |
Dari Hina Hingga Mulia T i
BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
2021
ii T Dari Hina Hingga Mulia
DARI HINA HINGGA MULIA
JILID I
Karya:
Mw. Asmawinangoen
Judul Asli:
Saking Papa Doemoegi Moelja, Jilid 1
Penerjemah:
Drs. Soeharto Mangkusudarmo, M.Hum.
Penyunting:
Drs. Sri haryatmo, M.Hum.
Penerbit:
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224
Telepon: (024) 562070; Faksimile: (0274) 580667
Cetakan Pertama, September 2021
vi + 76 hlm., 14,5 x 21 cm.
ISBN:
BALE POESTAKA - WELTEVREDEN 1928
Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi buku
ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis
dari penerbit.
Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis.
Dari Hina Hingga Mulia T iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui warga
dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah RI pun melaksanakan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Daru-
rat di seluruh provinsi di Indonesia dalam rangka untuk menekan
penyebaran virus yang sangat mematikan itu. Kebijakan Peme-
rintah tersebut tentu memiliki dampak yang sangat signifikan di
berbagai sektor. Karena kebahasaan dan kesastraan masuk dalam
sektor nonesensial, praktis kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan kebahasaan dan kesastraan tidak dapat dilaksanakan
sepenuhnya secara langsung, bersemuka. Namun, karena proses
kreatif dan upaya pencerdasan bangsa melalui bahasa dan sastra
harus tetap berlangsung, berbagai kegiatan itu pun dapat dilak-
sanakan secara daring. Meskipun hasilnya—mungkin—tidak
maksimal, berbagai program dan kegiatan yang telah dirancang
oleh Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bisa tetap
dapat memenuhi target-target yang telah ditetapkan, termasuk
target 42 karya sastra Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia.
Penerbitan hasil penerjemahan dari sastra Jawa ini—yang
telah melewati proses panjang—merupakan bukti nyata bahwa
situasi pandemi tidak menghalangi kami dalam memberikan
sumbangsih bagi kemajuan bangsa melalui kebahasaan dan
kesastraan. Penerbitan hasil penerjemahan ini diharapkan dapat
digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dalam program besar
iv T Dari Hina Hingga Mulia
Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Pemerintah. Melalui
penerbitan penerjemahan karya sastra Jawa ini pula diharapkan
bisa menghilangkan kendala kebahasaan bagi masyarakat
penutur nonbahasa Jawa untuk bisa menikmati dan mengambil
manfaatnya.
Hadirnya buku penerjemahan ini melibatkan banyak pihak.
Oleh karena itu, dalam Kata Pengantar singkat ini kami me-
nyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada
sastrawan/penulis (asli) dalam bahasa Jawa. Demikian pula kami
mengucapkan terima kasih kepada penerjemah yang telah mener-
jemahkan karya sastra Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Peng-
hargaan juga kami berikan kepada para penyunting yang telah
menyelaraskan hasil terjemahan sesuai dengan kaidah baku
bahasa Indonesia. Tentu saja, kepada panitia/tim terjemahan dan
penerbit kami ucapkan terima kasih yang tiada bertepi.
Semoga buku terjemahan ini bisa menjadi ajang dialog dan
tegur sapa antarbudaya di Indonesia dan menambah kekayaan
khazanah bahan bacaan literasi yang bermutu. Selamat membaca!
Yogyakarta, 10 September 2021
Kepala,
Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum.
NIP 196605201991031004
Dari Hina Hingga Mulia T v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ........ iii
DAFTAR ISI ................................................................................v
I.
DUA SAHABAT ................................................................. 1
I.
DISAKITI MESKIPUN TIDAK BERSALAH ................ 15
II.
PERGI ................................................................................. 26
III.
MENCARI ......................................................................... 35
IV.
SEMAKIN JAUH .............................................................. 46
V.
MENGAMEN.................................................................... 57
VI.
KABERUNTUNGAN DAN KEBAHAGIAAN............ 66
vi T Dari Hina Hingga Mulia
Dari Hina Hingga Mulia T 1
Di Dusun Wanadadi daerah Karesidenan Madiun ada se-
pasang suami istri, yang lelaki bernama Dipanala, yang perem-
puan bernama Mainem. Kehidupan sepasang suami istri itu cukup,
tidak kaya tidak miskin. Jadi tidak kekurangan sandang-pangan.
Penghasilannya dari hasil bertani. Mereka punya dua rumah besar,
halamannya luas, ditanami pepohonan yang buahnya bermanfaat,
yakni kelapa, pisang, jeruk, rambutan, dan lain-lain. Sawahnya
dua bau, kerbaunya sepasang besar-besar dan gemuk-gemuk
karena dirawat dengan baik.
Dipanala mempunyai pembantu seorang lelaki yang sangat
disayangi karena rajin, taat, dan berbakti pada tuannya. Ia masih
remaja, bernama jupri. Meskipun belum lama ikut Dipanala, sekitar
3 bulan, namun Dipanala tidak curiga dengan kelakuannya, sebab-
nya seperti ini.
Pertama, Dipanala bertempat tinggal satu dusun dengan Jupri,
karena itu Dipanala tahu sifat Jupri sejak kecil, bahwa Jupri tidak
pernah berbuat tidak baik.
Kedua, selama ikut Dipanala, Jupri kerap dicoba dengan ber-
bagai sikap dan dicari-cari kesalahannya tetapi tanpa hasil, karena
Jupri memang anak yang jujur, tidak punya sikap ingin mencuri,
sombong, tidak sok pintar, tidak suka protes, namun rajin bekerja.
Seandainya para pembaca bertanya siapakah Jupri itu. Jupri
berasal dari Dusun Wanadadi. Ayahnya bernama Martajiwa,
I
Dua Sahabat
2 T Dari Hina Hingga Mulia
termasuk golongan orang miskin yang berbudi baik, keluarganya
hidup rukun, rukun juga terhadap tetangganya. Ia tidak gampang
marah. Anaknya hanya satu, yaitu Jupri.
Selama ini Jupri tidak pernah dimanja oleh orang tuanya, ketika
orang tuanya pulang dari kerja, Jupri selalu dididik hal keutamaan
dan sedapat mungkin ia dilatih rajin bekerja dengan kesungguhan
hati. Ketika sore hari sebelum waktu tidur, ia didongengi bermacam-
macam larangan bahkan sering dinasihati seperti ini.
“Nak, aku ini orang miskin, jadi tidak bisa memberi warisan
yang akan membuat enak hidupmu. Oleh karena itu, pendidikan
budi pekerti ini hendaknya diingat, jika kamu selalu memperhati-
kan dan melaksanakannya, kamu tidak akan merasakan keseng-
saraan. Meskipun Engkau ditakdirkan sebagai orang miskin,
namun hatimu akan selalu merasa tenteram dan bahagia. Yang
sangat diperlukan oleh orang hidup itu, tiada lain adalah kejujur-
an. Orang yang berbudi itu tiada tandingannya seperti menyim-
pan harta yang nilainya beribu-ribu rupiah, maka dicintai dan
disayangi oleh sesama. Bersikap jujur itu merupakan kata yang
pendek, tetapi secara menyeluruh mengandung makna keutamaan
dan kebaikan yang luas. Jika dijabarkan ada bermacam-macam
bagian, seperti tersebut ini. Pertama, berbakti dengan sungguh-
sungguh kepada Allah. Siang-malam pasrah lahir-batin kepada
Tuhan. Meskipun dalam keadaan susah atau dalam situasi senang
tidak harus meninggalkan Tuhan. Kedua, hormat kepada dhedhu-
wurane. Apakah yang disebut dhedhuwuran? Yaitu meliputi ayah,
ibu, kakek-nenek, buyut, saudara tua ayah, paman, bibi, dan se-
terusnya. Lurah, carik, dan seterusnya, terlebih-lebih terhadap
orang yang berumur. Jadi yang disebut dhedhuwuran itu dapat
dibedakan menjadi tiga: dhedhuwuran karena hubungan keluarga,
dhedhuwuran karena derajad, dan dhedhuwuran karena umur.
Ketiga, cinta terhadap sesama, maksudnya suka menolong, senang
rukun dan saling menjaga, artinya yang salah diberi tahu, yang
bernasib malang dijadikan beruntung, yang gelap diterangi, yang
Dari Hina Hingga Mulia T 3
bengkok diluruskan. Orang yang tidak suka menolong, yang suka
bertengkar, dan senang menyusahkan orang lain, jelas tidak
memiliki ketulusan hati dan cinta kasih. Orang yang menyayangi
sesama tidak boleh membeda-bedakan orang dan tidak boleh
melihat status ras atau bangsa. Banyak orang yang hanya cinta
pada orang kaya saja, itu perbuatan yang salah. Demikian pula
banyak orang yang hanya cinta pada bangsanya sendiri, hal itu
juga tidak sempurna. Keempat, berperilaku baik terhadap bawah-
an, rendah hati terhadap saudara, rendah hati pada yang sudah
berusia tua, demikian pula rendah hati terhadap yang berderajat
tinggi. Pernah terjadi seorang dhedhuwuran yang tidak menerap-
kan nilai-nilai tersebut, seenaknya sendiri terhadap bawahannya,
itu perbuatan salah. Perilaku seperti itu bukannya membuat dirinya
dihormati, sebaliknya justru dicemooh dan akhirnya dianggap
tidak bijaksana. Kelima, berperilaku baik terhadap semua makhluk,
yaitu: binatang, tumbuh-tumbuhan, dan lain sebagainya. Banyak
anak-anak yang suka menyakiti binatang. Burung gelatik diter-
bangkan tapi kakinya diikat, anak ayam dijadikan mainan, capung
dibutakan matanya, dicabuti bulunya atau diputuskan kakinya,
jangkrik diadu dengan jangkrik. Semua itu perbuatan yang me-
nyiksa, itu perilaku tidak baik. Bagaimanakah jika anak-anak
tersebut diperlakukan seperti itu, pasti akan menangis tak henti-
hentinya dan merengek meminta tolong. Jelas sekali bahwa anak-
anak yang senang menyakiti binatang itu tidak berpikir bagaimana
jika hal itu terjadi pada dirinya. Demikian pula banyak anak yang
senang merusak tanaman yang sebenarnya bermanfaat atau me-
nyenangkan. Itu perbuatan yang salah, sekilas saja dapat dikata-
kan sudah tidak pantas. Keenam, rajin dan bersungguh-sungguh
dalam pekerjaan. Meskipun sebagai kuli, sebagai pejabat, bahkan
menjadi buruh sekalipun, rajin dan kesungguhan haruslah menjadi
patokan dalam bekerja. Kuli yang tidak rajin dan bersungguh-
sungguh ketika bekerja, pasti sawah dan ladangnya kurang subur
dan hasilnya tidak maksimal. Buruh yang tidak rajin dan ber-
4 T Dari Hina Hingga Mulia
sungguh-sungguh sudah pasti tidak akan dipekerjakan orang.
Pejabat yang tidak rajin dan bersungguh-sungguh pasti seringkali
dimarahi atasannya, bisa juga lalu dicopot dari jabatannya. Ke-
tujuh, hemat dan hati-hati dalam mengelola pendapatannya.
Jangan sekali-sekali gaji digunakan untuk menuruti keinginan hati
yang tidak ada manfaatnya, seperti berjudi, menghisap candu,
berbuat maksiat dan sebagainya. Siapa pun yang selalu menuruti
keinginan hati seperti itu pasti hidupnya akan sengsara, dan tidak
akan hidup tenteram. Kedelapan, jangan bersifat yang tidak
pantas, seperti: sok kuat, sok pintar dan merasa paling kaya. Apa-
lagi kamu yang memang dasarnya rendah, bodoh dan miskin,
perilaku seperti tersebut wajib Kausingkirkan, karena seringkali
terjadi yang aslinya rendah mengaku berderajat tinggi, aslinya
bodoh mengaku pintar dan aslinya miskin mengaku kaya, akibat-
nya dianggap gila oleh tetangganya.
Ketulusan hati akan lebih baik lagi jika disertai kepintaran.
Orang yang tulus hatinya dan juga pintar itu adalah orang yang
paling beruntung, pasti hidupnya bahagia. Tapi takdirmu dilahir-
kan dari orang tua miskin yang tidak bisa membiayai anaknya
untuk sekolah tinggi agar memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya.
Kalau keinginanku, kamu akan kudidik sepintar mungkin, ku-
sekolahkan di Belanda, jika sudah lulus kudaftarkan di sekolah
calon pejabat supaya bisa seperti mantri polisi yang terhormat itu.
Tapi keinginanku ya hanyalah keinginan saja, kenyataannya tidak
terjadi, karena tidak ada sarananya. Maka sekarang harapanku kamu
harus pandai, jika kamu tidak pintar, maka jadilah orang jujur saja,
itu sudah cukup. Semua nasihatku tadi ingatlah selalu dan lakukan
dengan sungguh-sungguh.”
Sebenarnya, nasihat Martajiwa yang amat baik tersebut belum
saatnya diajarkan kepada Jupri karena saat itu Jupri masih anak
kecil, belum seharusnya menerima pendidikan karakter yang
terlalu berat. Ibarat tanah yang belum diratakan, sudah disebar
biji padi, pasti akan terbuang sia-sia, tidak bisa tumbuh subur.
Dari Hina Hingga Mulia T 5
Untungnya Jupri anak yang mudah mengingat, meskipun nasihat-
nasihat tersebut tidak semua diterimanya, ada satu dua hal yang
tidak dilupakannya, yakni perihal kerajinan, kesungguhan, dan
perihal menyakiti binatang, serta selanjutnya semua itu diingat-
ingat dan dilaksanakannya. Itu sebabnya ia menjadi orang baik
seperti yang diceritakan tadi.
Di dusun Wanadadi juga ada sepasang orang pandai yang
terkenal sangat kaya, yang lelaki namanya Kartadipa, sawahnya
dua puluh bau, rumahnya besar-besar dan bagus-bagus, kerbaunya
berjumlah lima pasang belum termasuk anak-anaknya. Kartadipa
memiliki tiga anak, dua lelaki dan satu perempuan. Pembantunya
yang laki-laki ada empat, yang perempuan ada dua. Semua ke-
kayaan Kartadipa yang berwujud uang tidak ada yang tahu berapa
jumlahnya, karena dirahasiakan.
Karena kekayaannya, maka Kartadipa menjadi orang yang
terhormat dan disegani. Semua orang di Wanadadi termasuk lurah
dan cariknya tidak ada satu pun yang berani berbuat macam-macam
terhadapnya. Sayangnya ia bersifat kurang baik, yaitu sombong,
pelit, tidak punya belas kasih, dan tidak mau meminjami uang jika
tidak memberi bunga yang cukup tinggi, umumnya dua belas
(persen).
Pembantunya, empat lelaki tersebut ada satu orang yang masih
kecil, namanya Ciptadi, umurnya kira-kira dua belas tahun. Bocah
tersebut sungguh-sungguh rajin bekerja, tetapi Kartadipa kurang
suka perilakunya. Ia diberi sandang dan pangan sesuka hati Karta-
dipa, jika malam disuruh tidur di dapur, di atas tempat tidur yang
sudah kotor sekali. Oleh karana itu, tubuh Ciptadi tidak bisa gemuk
dan bugar, karena memang kurang diperhatikan.
Ciptadi sangat sayang terhadap Jupri, demikian pula Jupri
sangat menyayangi Ciptadi, kecocokannya sudah seperti saudara
sendiri seayah-ibu. Sayangnya kedua pembantu itu tidak satu
tempat kerja, seumpama sama-sama kerja di satu tempat tentu
saja mereka akan senang. Jupri memang sangat marah, karena
6 T Dari Hina Hingga Mulia
Kartadipa memperlakukan semena-mena Ciptadi, sangat kentara
bahwa Kartadipa kurang menyayanginya. Dalam hati Jupri men-
duga, Kartadipa justru senang seandainya Ciptadi mati. Jupri
sudah pernah mengabdi pada Kartadipa, tetapi hanya sebentar
karena tidak betah, begitu pergi dari sana ia langsung mengabdi
pada Dipanala. Sebenarnya saat itu Ciptadi memang punya ke-
inginan ikut mengabdi kepada Dipanala, tapi Jupri sangat meng-
halangi, karena dirasa kurang tepat.
Pada suatu hari, kira-kira jam lima sore, Jupri pergi ke rumah
Kartadipa, tampaknya ada keperluan yang penting. Saat itu Karta-
dipa sedang duduk dengan anak dan istrinya. Ketika tahu bahwa
Jupri datang ia lalu bertanya dengan wajah masam, katanya, “Ada
perlu apa kamu ke sini?”
Jupri tidak pernah heran dengan wajah masam Kartadipa, ka-
rena memang selalu demikian, sebab Kartadipa benci sekali dengan
Jupri, kalau bertemu pasti langsung melengos, kalau tidak terpaksa
tidak mau bicara dengannya, namun demikian Jupri tetap meng-
ajak bicara, sikap Jupri tetap tidak berubah, walaupun kata-kata
Kartadipa terasa menyakitkan hati dan disertai rasa jengkel, te-
tapi ia selalu menjawab dengan ramah dan santun.
“Perkenankanlah Jupri bertanya, saat ini Ciptadi ada di mana?”
Jawab Kartadipa, “Aku tidak tahu, memangnya aku ini peng-
asuh Ciptadi?”
Kata Jupri, “Benar, Paman bukan pengasuh Ciptadi, saya juga
tahu, tapi bukankah Paman sebagai tuannya?”
Jawab Kartadipa, “Aku mengasuh dia bukan dengan paksaan,
kalau dia mau pergi dari sini, terserah dia, aku juga tidak ada niat
menahannya. Kalau mau mencari tuan yang lebih baik seperti
tuanmu ya terserah dia, aku tidak akan menghalangi.”
Jupri mendengar perkataan Kartadipa merasa sakit hati, kata-
nya, “Saya kira, seandainya Ciptadi mati, paman akan senang
sekali, bukankah demikian?”
Dari Hina Hingga Mulia T 7
Mendengar perkataan Jupri itu Kartadipa marah, wajahnya
berubah seketika menjadi merah, akhirnya dengan keras ia berkata,
“Sudah, jangan cerewet! Pergi kamu, goblok! Setiap ke sini hanya
mencari masalah saja. Pergi sana! Kalau tidak mau pergi kutempe-
leng kamu.”
Jupri mendengar perkataan Kartadipa langsung pergi tanpa
pamit, hatinya sedih sekali, karena tahu Ciptadi tidak ada di
rumah. Sebab sejak jam satu tadi hujan deras sekali mengguyur,
disertai angin kencang yang menyebabkan banyak kerusakan,
pepohonan besar banyak yang tumbang, beberapa rumah roboh,
sungai banjir bandang, airnya meluber sampai sawah atau peka-
rangan yang ada di kiri kanannya. Orang-orang yang tinggal di
sana heboh, berlari ke sana kemari mengungsi ke tempat lain,
ladang dan sawah yang diterjang banjir tadi rusak parah.
Jupri melanjutkan perjalanannya, niatnya pergi ke ladang
Kartadipa, karena yakin bahwa Ciptadi menunggu pohon jagung
di sana, bisa juga tidak mau pulang karena takut terhadap banjir
yang deras dan menakutkan tersebut, karena jalan menuju ke
ladang Kartadipa harus menyeberangi sungai. Ketika Jupri sampai
di pinggir sungai berhenti seketika, karena saat itu Jupri tahu
airnya besar dan deras sekali, semua orang yang melihat pasti
ketakutan. Selama berhenti hati Jupri terasa tegang, khawatir
jangan-jangan Ciptadi sudah terbawa banjir tadi. Jupri menengok
ke sana ke mari, tetapi tampak sunyi, tak terlihat seorang pun..
Karena sejak tadi ada suara berisik yang tak kunjung berhenti
dan terdengar sangat jelas, hal ini semakin membingungkan Jupri.
Jika pulang terasa kurang pantas, tetapi jika nekat menyeberang
takut terhanyut karena derasnya air. Jupri diam berdiri di pinggir
sungai dengan pikiran yang kalut, sebentar-sebentar melihat ke
seberang, sesaat memandang aliran air. Tidak lama kemudian
Jupri sangat kaget, karena melihat rumah mengambang terhanyut
aliran air. Dalam benaknya, “Itukah yang menyebabkan suara
berisik tadi, rumah siapakah ini? Ah, kasihan sekali, membuat
8 T Dari Hina Hingga Mulia
rumah dengan susah payah, tetapi hancur hanya karena terjangan
banjir. Apakah yang punya rumah itu tidak ikut terhanyut banjir,
ya?”
Sungai yang banjir itu sungai Kedawung, sebenarnya sungai
kecil, bahkan kalau musim panas airnya sedikit, jadi bisa dibilang
setengah kering, tapi kalau musim penghujan sering banjir, malah
kalau hujan deras sungai itu sangat berbahaya, pasti menjebol
bendungan dan merusak sawah atau ladang karena air mengalir
deras, suara keras sumiyut, seperti dilemparkan. Ketika situasi
seperti itu pasti tidak ada orang yang mau menyeberang.
Tercerita banjir sudah tiga jam lamanya, di sana kelihatan air
menurun, surut, meski demikian ketika itu Jupri belum mau
menyeberang, karena tahu air belum banyak berkurang dan masih
mengkhawatirkan. Ia memilih untuk bersabar sebentar. Ketika
jam sembilan, derasnya air sudah banyak berkurang, kebetulan
bersamaan dengan terangnya sinar bulan. Jadi semua benda dan
wujudnya dapat terlihat dengan jelas. Jupri yang saat ini sudah
merasa lelah menunggu lalu menggulung celana, kemudian
mencebur untuk menyeberang, di tengah-tengah sungai air
setinggi pinggang dan juga masih deras arusnya. Jupri sangat
berhati-hati, jangan sampai jatuh, karena kalau jatuh bisa terhanyut.
Karena sangat hati-hati, Jupri bisa sampai di seberang dengan
selamat, tapi pakaiannya basah kuyup, jadi kedinginan sekali. Jupri
melanjutkan langkahnya menuju ladang Kartadipa. Di sepanjang
jalan ia merasa prihatin, karena melihat banyak sekali tanaman
rusak karena banjir dan angin tadi. Sesampainya di ladang Karta-
dipa, Jupri mendatangi gubug, lalu melongok, Jupri melihat ada
seorang bocah yang meringkuk berselimutkan kain jarik. Jupri
bertanya. “Apakah kamu Ciptadi?”
Bocah tersebut saat itu belum tidur, tapi terpaksa meringkuk
karena ketakutan. Ketika mendengar ada orang datang dan ber-
tanya ia kaget, kemudian bangun dan menjawab, “Ya.”
Jupri: “Kenapa tidak pulang?”
Dari Hina Hingga Mulia T 9
Ciptadi: “Aku tidak berani menyeberang, karena sungainya
banjir bandang.”
Jupri: “Maksudku tadi sebelum banjir datang.”
Ciptadi: “Sebelum banjir waktu masih siang, aku mau pulang
takut kepada bapak (Kartadipa), takut dipukuli. Dulu sudah per-
nah terjadi, waktu itu aku menjaga pohon singkong, saat itu hujan
deras, lalu aku pulang karena takut sungainya banjir, tapi sial se-
kali, sesampainya di rumah aku dipukuli seenaknya, badanku
sakit semua, karena itu aku tidak berani mengulanginya. Apakah
kamu kang Jupri?”
Jupri: “Ya, kalau bukan aku siapa?”
Ciptadi: “Bagaimana bisa ke sini, Kang?”
Jupri: “Ya, menerjang air.”
Ciptadi: “Apa banjirnya sudah surut?”
Jupri: “Sudah, tadi waktu aku menyeberang airnya hanya
sepinggang.”
Ciptadi: “Ah, itu masih besar.”
Jupri: “Ya, memang masih besar. Saat hujan angin tadi apa
kamu tidak takut?”
Ciptadi: “Takut sekali, karena aku tidak ada teman. Gubug
tempatku berteduh berderak-derak seperti mau rubuh, untung
bukan gubug panggung, seandainya gubug panggung sudah pasti
rusah parah, karena gubugnya Kang Kriya dan Kang Bangsa yang
merupakan gubug panggung hancur lebur, kayu-kayunya ber-
serakan tidak karuan. Tadi aku sedikit pun sudah tidak berharap
bisa bertahan hidup lagi. Ya sudahlah, mau bagaimana lagi, kalau
memang sudah menjadi takdir aku harus hidup seperti ini, hidup
sekali dengan menjalani kesengsaraan .”
Jupri: “Ya, pasrah saja, Cip. Siapa tahu besok ada perubahan.
Sudahlah, ayo pulang.”
Ciptadi: “Sudah malam begini mau pulang, Kang? Tidur di
sini sajalah.”
10 T Dari Hina Hingga Mulia
Jupri: “Lihatlah! Bajuku basah kuyup, jadi tidak bisa tidur
di sini, terpaksa aku harus pulang, dan juga kamu belum makan,
bukan?”
Ciptadi: “O, makan dapat nasi dari mana, Kang? Bahkan tadi
siang aku makan sedikit sekali, karena sudah tidak kebagian. Tadi
aku memang lapar sekali, sampai badanku rasanya lemas dan
gemetar sewaktu hujannya sudah berhenti, aku mematahkan dua
jagung yang masih muda bisa dimakan, kemudian perutku terasa
dingin. Pulang ada perlu apa sih, Kang? Kalau pulang pun masa
aku kebagian nasi.”
Jupri: “ Aku harus ganti baju, dan juga aku memang belum
makan, makanya ayo pulang saja, nanti makan di tempatku. Ke-
cuali itu, kamu harus ingat tempat ini tidak jauh dari hutan besar.”
Mendengar perkataan Jupri, Ciptadi tidak sabar, ia melonjak
berdiri sambil berkata, “Ah ya, ayo Kang.”
Jupri dan Ciptadi lalu pergi meninggalkan gubug hendak pu-
lang. Sepanjang perjalanan, Ciptadi tidak henti-hentinya
menceritakan penderitaannya karena cengkeraman Kartadipa.
Salah sedikit saja pasti dimarahi dengan kata-kata kasar atau
dipukul dengan gitik, malah sering juga tidak diberi makan,
tidurnya pun di dapur di kursi bambu lapuk yang kotor sekali.
Sesudah bercerita semua itu Ciptadi punya permintaan ingin ikut
Jupri mengabdi di rumah Dipanala saja. Jupri memang merasa
kasihan sekali dengan Ciptadi, tapi permintaan satu itu terpaksa
tidak didukung karena ia merasa sangat tak enak.
Tidak lama berjalan, kedua orang itu sampai di pinggir sungai
yang banjir tadi, untung sekarang air sudah sedikit dan tidak
deras lagi, kedua bocah tersebut langsung mencebur lalu menye-
berang dan meneruskan perjalanan pulang ke rumah Dipanala.
Saat itu Dipanala belum tidur, ketika melihat Jupri datang ia ber-
tanya, “Kamu dari mana, Nak?”
Jupri: “Dari mencari Ciptadi, Pak, karena baru selesai hujan
deras, sungainya banjir besar, jadi saya khawatir kalau terjadi
apa-apa pada Ciptadi.”
Dari Hina Hingga Mulia T 11
Dipanala: “Ketemu di mana kamu tadi?”
Jupri: “Di ladang, sejak siang tadi dia memang tidak pergi ke
mana-mana menjaga jagung, pulangnya karena saya susul. Tadi,
sebelum hujan mau pulang tetapi ia takut dipukuli dengan gitik,
saat hujan sudah reda ia tidak bisa pulang karena sungai banjir
besar, tidak bisa menyeberang dan ia nekat mau tidur di ladang
saja.”
Mendengar cerita Jupri, Dipanala terus geleng-geleng kepala,
hatinya ikut merasa sedih, karena bagaimana bisa Ciptadi meng-
abdi pada orang kaya tetapi menderita, lalu ia berkata: “Jadi dia
juga belum makan?”
Jupri: “Makan dari mana, Pak? Dia bisa pulang karena saya
susul .”
Dipanala: “Ke sana, ajaklah makan! Tampaknya tadi ibumu
menyisihkan makanan untukmu. Ke sanalah, Cip, ikut makan
dengan kakakmu!”.
Ciptadi: “Ya, Bapak.”
Jupri: “Sebentar, Cip, aku mau ganti baju dulu.”
Jupri lalu masuk ke senthong untuk berganti pakaian, tidak
lama ia keluar lagi sambil berkata, “Ayo, Cip.”
Ciptadi berdiri, lalu mengikuti di belakang Jupri menuju ke
dapur. Jupri menyalakan lampu senthir. Sambil menaruh senthir
di tempatnya, ia berkata pada Ciptadi, “Duduklah di amben sana
dulu.” Ciptadi duduk, Jupri mengeluarkan nasi beserta lauk pauk
dari almari bambu. Setelah semua tersaji mereka mulai makan ber-
sama. Nasinya putih dan pulen, sayurannya lodeh terung dengan
kacang tholo, udangnya cukup banyak, lauknya ikan balur digoreng
kering tanpa tepung. Wah, sungguh nikmat. Ciptadi makannya
lahap sekali.
Sesudah makan, kedua bocah tersebut duduk lagi di depan
rumah. Tidak lama kemudian Mbok Dipanala keluar lalu duduk
di sebelah Ciptadi. Ia berkata, “Apa sudah benar-benar kenyang,
Cip?”
12 T Dari Hina Hingga Mulia
Ciptadi: “Sudah.”
Mbok Dipanala: “Kalau di sana tidak diberi makan, ke sini
saja, ya.”
Ciptadi: “Ya, Mbok.”
Dipanala: “Waktu menyeberang tadi apakah sungai sudah
surut, Pri?”
Jupri: “Saat pulang tadi air sungai sudah surut, tapi saat be-
rangkat masih agak besar.”
Dipanala: “Hem, selama ini baru kali ini aku melihat banjir
sebesar itu.”
Jupri: “Ya, Pak. Tiang rumah saja sampai terhanyut.”
Dipanala: “Apa tadi kamu lihat?”
Jupri: “Lihat.”
Dipanala: “Tampaknya itu rumah orang Karangtalun, katanya
banyak rumah yang roboh.”
Mbok Dipanala: “Berapa rumah yang roboh?”
Dipanala: “Kabarnya ada lima belas, yang lima karena diterpa
angin, yang sepuluh karena diterjang banjir.”
Mbok Dipanala: “Yang terluka ada tidak?”
Dipanala: “Untungnya tidak. Siapkan uang saja, besok pasti
ada yang menarik sumbangan.”
Mbok Dipanala: “Ah, sedikit-sedikit sumbangan, sedikit-
sedikit sumbangan, jengkel aku.”
Dipanala: “Sedikit-sedikit... kapan itu?”
Mbok Dipanala: “Dulu itu, waktu Gunung Kelud meletus.”
Dipanala: “Ya hanya sekali itu.”
Mbok Dipanala: “Juga waktu itu.., waktu sungai Serayu banjir.”
Dipanala: “Ya hanya dua kali.”
Mbok Dipanala: “Waktu itu lagi, waktu desa Bringun atau
Bingin paceklik.”
Dipanala: “Ya hanya tiga kali.”
Mbok Dipanala: “Bahkan kalau sampai seratus, apa ya dikata-
kan hanya seratus kali?”
Dari Hina Hingga Mulia T 13
Dipanala: “Kamu jangan berkata seperti itu, Mbok! Jangan
ogah-ogahan memberi sumbangan. Coba pikirkan baik-baik:
orang yang diberi sumbangan dibanding dengan yang memberi
bukankah lebih beruntung yang memberi, sebab orang yang diberi
sumbangan itu biasanya karena musibah atau orang yang sedang
sengsara, sebaliknya yang memberi sumbangan tidak tertimpa
bencana. Bukankah kamu sering mendengar nasihat, kalau hidup
harus saling mencintai sesama, harus mempunyai belas kasih,
harus mau tolong-menolong?”
Mbok Dipanala: “Tapi selama ini kenapa tidak ada yang mem-
beri sumbangan padaku.”
Dipanala: “Kalau kamu mau seperti orang Karangtalun ke-
marin pasti ada yang menyumbang.”
Mbok Dipanala: “Ah, ya emohlah. Kalau ada tarikan sumbang-
an sebaiknya urun berapa, ya?”
Dipanala: “Orang berderma itu serelanya, memberi banyak
baik, sedikit juga baik, tapi menurutku orang yang memang bisa
memberi banyak masak hanya memberi sedikit, rasanya tidak
pantas. Memang benar berderma itu suka rela, tapi kalau tidak
layak jadi kelihatan orang pelit, kecuali mau hidup sendiri di
dunia.”
Mbok Dipanala: “Biasanya setiap ada tarikan sumbangan aku
memberikan satu tali, besok atau lusa kalau ada tarikan lagi aku
berikan segitu saja, ya?”
Dipanala: “Kalau sebesar itu sepertinya cukup.”
Kira-kira jam setengan sebelas Dipanala tidur. Begitu juga
Jupri, ia masuk ke senthong tidur dengan Ciptadi. Keesokan harinya
kira-kira jam setengah enam mereka bangun. Saat itu juga Ciptadi
segera pulang ke rumah Kartadipa hendak mengerjakan tugasnya,
yaitu menyapu halaman, membersihkan kandang ayam, memberi
makan ayam, lalu menggembala kerbau atau mencari kayu.
14 T Dari Hina Hingga Mulia
Suatu hari, kira-kira jam lima sore, sesudah menunggui para
pembantunya yang bekerja, Kartadipa pulang dari sawah. Sesam-
painya di rumah ia bertemu dengan istri, Kartadipa ditanyai, “Pak,
apakah mengambil uang seringgit yang ada di bawah bantal?”
Kartadipa: “Tidak. Buat apa ambil uang, aku tidak berniat
beli apa-apa.”
Istrinya: “Lho, kok aneh. Uang di bawah bantal saja kok hilang.”
Kartadipa: “Mungkin kamu lupa.”
Istrinya: “Tidak, aku tidak lupa.”
Kartadipa: “Apa kamu sudah bertanya pada anak-anak se-
mua?”
Istrinya: “Sudah, tapi semua mengatakan tidak mengambil
uang, hanya Ciptadi yang belum karena dia belum pulang.”
Kartadipa: “Kalau semua tidak merasa mengambil, pasti
Ciptadi yang mengambil uang. Uang seringgit itu bentuknya apa
saja?”
Istrinya: “rupiahan dua dan tengahannya satu.”
Kartadipa: “Ya sudah, nanti kutanyai sendiri Si Ciptadi.”
Setelah jam enam Ciptadi datang dengan menggiring kerbau.
Sesudah kerbau-kerbau itu dikandangkan ia masuk ke ruang ma-
kan untuk menyimpan cambuk dan sabitnya, lalu duduk di amben.
Tidak lama kemudian Kartadipa mendekat sembari bertanya,
“Cip, apa kamu tidak mengambil uang embokmu yang ada di
bawah bantal?”
I I
Disakiti Meski Tidak Bersalah
Dari Hina Hingga Mulia T 15
Ciptadi: “Tidak, Bapak.”
Kartadipa: “Ah jujur saja, tidak usah pakai bohong.”
Ciptadi: “Sungguh, saya tidak mengambil.”
Kartadipa: “Tidak? Pasti kamu yang mengambil, karena yang
lain tidak merasa mengambil.”
Ciptadi: “Saya pun begitu, saya tidak mengambil uang.”
Kartadipa mengambil tongkat, lalu diayun-ayunkan pada
Ciptadi sambil berkata, “Ayo, mengaku atau tidak, kalau tidak
mengaku hancurlah badanmu nanti.”
Ciptadi: “Sekalipun saya dibunuh Sampeyan, saya tidak akan
mengaku karena saya sungguh-sungguh tidak mengambil.”
Kartadipa tidak sabar, tangan Ciptadi dipegang, dan ditarik
dari amben lalu dipukuli dengan tongkat, suara pukulannya jeblas-
jebles. Awalnya Ciptadi diam saja, tapi ketika tidak bisa menahan
sakitnya, lalu menangis dan meratap, “Aduh, mati aku. Sungguh
Bapak, saya tidak mengambil. Aduh, lebih baik dibunuh saja saya!”
Meskipun mendengar keluhan Ciptadi seperti itu, namun
Kartadipa sedikit pun tidak merasa kasihan, justru sebaliknya ama-
rahnya semakin menjadi-jadi, tongkatnya semakin keras dipukul-
kan kepada Ciptadi sambil berkata, “Apa pun yang kamu ratapkan
aku tak peduli. Ayo, mati atau tidak kamu sekarang! Mencuri uang
saja tidak mau mengaku.”
Ciptadi tidak mampu berpikir lagi, kekuatannya telah hilang,
penglihatannya menjadi gelap, ia menangis terisak-isak tanpa suara,
lalu terduduk di tanah. Punggungnya ada goresan berbentuk
loreng-loreng sebesar jari-jari. Pikirnya, “Aduh Bapak, tega sekali
meninggalkan aku. Seandainya Bapak masih hidup, aku tidak
bakal menderita seperti ini. Aduh Embok, engkau pergi ke mana?
Pergi dengan sembunyi-sembunyi meninggalkan aku. Lihatlah,
Mbok, kesengsaraanku. O, alah! Sungguh celaka badanku, siapa
yang sanggup menahan kesengsaraan seperti ini.”
Saat Kartadipa sudah pergi, tidak lama kemudian datanglah
istri Kartadipa menemui Ciptadi sambil berkata, “Wah, enak ya
16 T Dari Hina Hingga Mulia
rasanya dipukuli? Ya begitulah hasilnya jika suka berbohong. Coba
kalau tadi kamu jujur, tidak akan remuk badanmu.”
Ciptadi tidak menjawab sepatah kata pun selain hanya terisak
tanpa henti, tapi dalam hati Ciptadi berkata, “Hem, tidak benar-
benar mencuri saja, aku dipukuli sampai begini, apalagi jika
mengatakan telah mengambil, bakal seperti apa badanku, bisa-
bisa aku dikubur hidup-hidup. Aduh, celaka sekali diriku, di sini
masih lebih berharga binatang. Kalau selamanya seperti ini,
tampaknya aku tidak akan bisa terus-menerus berada di sini.”
Jam setengah tujuh Kartadipa, istri, dan anaknya makan ber-
sama. Saat sudah selesai, pembantu-pembantunya dipanggil untuk
makan kecuali Ciptadi. Oleh karena itu, Ciptadi pun merasa
semakin terlunta-lunta, lalu keluar pelan-pelan dan pergi ke rumah
Dipanala untuk bertemu Jupri. Kebetulan saat itu Jupri ada di
rumah, ketika melihat Ciptadi datang Jupri bertanya, “Kamu mau
ke mana?”
Ciptadi: “Mau ke sini saja.”
Jupri: “Lho, kamu terlihat seperti habis menangis, ada apa?”
Ciptadi: “Habis dipukuli bapak, aku dikira mencuri uang
seringgit.”
Jupri: “Kamu benar mencurinya tidak?”
Ciptadi: “Jangankan mencuri, tau tempat menyimpannya saja
tidak.”
Jupri: “Mana yang sakit?”
Ciptadi: “Punggungku, rasanya senut-senut dan cekot-cekot.”
Ciptadi bicara seperti itu sambil membuka bajunya sehingga
punggungnya yang loreng-loreng terlihat semua, darahnya ke-
lihatan berbintik-bintik. Saat Jupri melihat itu, saat itu juga hilang
kesabarannya. Ia masuk ke kamar, menghunus keris peninggalan
orang tuanya, dan berniat pergi ke rumah Kartadipa. Untung
saat mau melangkah pergi, Dipanala melihatnya dan segera me-
ngejar lalu diraihnya pundak Jupri seraya bertanya, “Kamu mau
ke mana, Jupri?”
Dari Hina Hingga Mulia T 17
Jupri: “Mau ke rumah Kartadipa.”
Dipanala: “Kamu plenthas-plenthus dan pecical pecicil seperti
kancil, ada perlu apa ke sana? Apa mau mengharapkan taringnya
Bathara Kala?”
Jupri: “Biar yang kuat/beruntung yang menang, saya mau
memberi pelajaran pada Kartadipa supaya kapok, karena orang
itu memukuli bocah ini hingga seperti ini.”
Dipanala: “Menghajar seperti itu tidaklah sepatutnya, itu
perilaku orang yang kerasukan setan, dan juga kamu mau meng-
hajar Kartadipa, memangnya Kartadipa itu adikmu? Ayo balik!
Kalau tidak balik, tusuk aku saja... cusss, agar seluruh Wanadadi
heboh, para polisi datang semua.”
Karena Jupri segan dan sayang kepada Dipanala, maka larang-
annya ia turuti, lalu masuk kamar unuk menyimpan kerisnya.
Kemudian kembali duduk di dekat Ciptadi. Dipanala lalu juga
duduk di kursi, dan berkata, “Besok lagi jangan begitu, Nak,
jangan terburu-buru. Ada masalah apa pun lebih baik dihadapi
degan sabar. Keris bukan untuk dimainkan. Coba seumpama tidak
aku larang, pasti desa Wanadadi heboh, kentongan dibunyikan
bertalu-talu, orang-orang hiruk pikuk ke luar rumah masing-
masing untuk melayat, kamu diikat dan aku juga terseret. Lagipula
orang seperti kamu jangan mau melawan Kartadipa, itu seperti
timun melawan durian.
Jupri diam saja, tidak menjawab satu kata pun. Dipanala
berkata lagi, “Kamu harus ingat, kita harus selalu tulus. Ada
pepatah, orang yang tulus itu dijaga Allah, meskipun kelihatannya
selalu kalah, tapi kelak di saat yang tidak terduga akan ditinggi-
kan. Sebaliknya, orang yang tidak tulus, meskipun sekarang
terlihat unggul kelak akan direndahkan.”
Saat itu Mbok Dipanala keluar dari rumah belakang, duduk
di dekat Ciptadi lalu berkata, “Coba aku lihat lukamu, seperti apa
lukanya hingga menjadi masalah yang serius dan besar.”
18 T Dari Hina Hingga Mulia
Ciptadi mengangkat bajunya lalu dilihat oleh Mbok Dipanala,
saat itu juga Mbok Dipanala berseru, “Tobat, tobat! Bukan layak-
nya orang Kartadipa itu, memukuli anak sesuka hatinya, mentang-
mentang bukan anaknya sendiri. Lihatlah, Pak, lukanya garis-garis
seukuran jari tangan dan mengeluarkan darah!”
Kemudian Dipanala melihatnya, setelah melihat ia tidak henti-
henti menggeleng-gelengkan kepala. Akhirnya Dipanala berkata,
“Gilingkan beras kencur, Mbok, lalu dioleskan supaya reda sakit-
nya.”
Mbok Dipanala segera menggiling beras kencur, sesudah itu
dioleskan di punggung Ciptadi.
Dipanala berkata: “Ciptadi pasti belum makan, ke sanalah.
Pri, ajaklah makan sekalian.”
Jupri: “Ayo, Cip, makan bersama.”
Ciptadi: “Tidak, Kang, aku tidak mau makan. Ke sanalah ma-
kan sendiri!”
Dipanala: “Ke sanalah, Nak, ikulah makan! Pasti kamu belum
makan?”
Ciptadi: “Ya, saya belum makan tetapi saya sedang tidak ingin
makan.”
Dipanala: Kalau tidak mau makan ya ke sanalah, tiduran di
kamar kakakmu supaya lukamu reda sakitnya.
Ciptadi masuk ke kamar untuk tiduran, sedangkan Jupri ke
dapur untuk makan. Sesudah makan Jupri duduk bersama Dipa-
nala serta istrinya, tapi baru saja akan mengobrol, mereka disela
oleh kedatangan Kartadipa. Sesudah dipersilakan duduk, Dipanala
bertanya, “Ada perlu apa, Dik, tumben sore-sore ke sini?”
Kartadipa: “Ya, ada perlu sedikit, mau tanya apakah Ciptadi
ada di sini?”
Dipanala: “Ada, tapi sepertinya sedang tidur. Ada apa?”
Kartadipa: “Apa saja yang diceritakan Ciptadi?”
Dipanala: “Ya, dia bercerita, katanya baru saja digebuki.”
Dari Hina Hingga Mulia T 19
Kartadipa: “Bocah yang suka mengadu tidak usah dipercaya,
Kang! Hanya dipukul pelan saja bilangnya digebuki.”
Mbok Dipanala: “Ah, masa ya, Dik? Lukanya saja sampai se-
ukuran jari begitu masa cerita hanya dipukul pelan.”
Kartadipa: “Sesungguhnya memang saya gebuki, Yu. Siapa
coba yang tidak kesal, uang seringgit di bawah bantal diambil
semua, ditanya tidak mau mengaku.”
Dipanala: “Apa bukan anak lain yang mengambil uang Adik?”
Kartadipa: “Bocah-bocah lain sudah saya tanyai semua, tapi
tidak ada yang merasa mengambil, makanya saya putuskan pasti-
lah Ciptadi yang mengambil.”
Dipanala: “Anu, Dik, jangan jadi pikiran ya, saya mau meng-
ingatkan Adik, pasti Adik masih ingat akan nasihat yang bunyinya
begini: Jangan menuduh keburukan orang. Nasihat itu mengingat-
kan bahwa kita itu harus hati-hati dalam semua hal, jangan terburu-
buru, sembrana. Ungkapan itu sudah jelas, kebat-kliwat terburu-buru
tetapi salah, hasilnya hanya merugikan diri kita sendiri.”
Kartadipa: “Anak-anak saya sendiri saja tidak merasa meng-
ambil, berarti pasti Ciptadi, kalau bukan apa ya setan?”
Dipanala: “Mana ada maling mau mengaku? Sudah ada bukti
saja masih mungkir, tidak mau mengaku.”
Mbok Dipanala: “Begini, Dik! Saya tadi melihat Si Yunus (anak
Kartadipa yang pertama) beli gelatik dua ekor pada Masuji, dua
gelatik dibayar setengah rupiah. Saya juga heran, gelatik dua
dibayar sebesar itu, waktu saya ingatkan dia menjawab tidak apa-
apa, katanya uangnya masih dua rupiah.”
Dipanala: “Nah itu sudah ada tanda-tanda, seharusnya Yunus
itu yang harus ditanya lagi. Coba, sekarang kan sudah jelas bahwa
tuduhan adik terhadap Ciptadi tidak tepat.Kalaupun benar Ciptadi
yang mengambil, gebukan sampai separah itu kan tidak imbang.”
Kartadipa: “Jadi, Ka itu mau membela Ciptadi, ya?”
Dipanala: “Jangan salah paham, Dik! Saya hanya bicara yang
sebenarnya, karena rasa sayangku padamu, Dik. Namanya sayang,
20 T Dari Hina Hingga Mulia
adik sudah paham kan? Yaitu tidak enggan melakukan yang baik,
wujud kebaikan itu tidak hanya memberi yang berbentuk barang
saja, tapi dalam perkataan juga, yaitu meluruskan kalau salah,
mengingatkan orang yang keliru. Jadi orang yang menolak per-
kataan baik itu juga bisa dikatakan menolak kebaikan atau me-
nolak kasih sayang.”
Kartadipa: “Yah, mau bilang apa saja, sesungguhnya Kakang
kan membela Ciptadi. Sebentar, Kang. Kakang membela Ciptadi
itu dapat imbalan apa, sih?”
Dipanala: “Walah, kejatuhan awu anget aku ini. Adik jangan
salah paham. Perkataanku sejak tadi itu benar-benar karena kasih
sayang, jangan dituduh membela.”
Jupri: “Paman yang benar, bapak yang salah. Bapak membela
Ciptadi itu memang salah. Ciptadi sekarang sudah miskin, kok
dibela, masakan bisa mengupahi sarini, tidaklah!.”
Mendengar perkataan Jupri tersebut, Kartadipa merasa sangat
terkejut, pandangannya jadi gelap, amarahnya meluap, giginya
gemeretak, seperti hendak melahap Jupri dengan mudah. Lalu
dengan cepat berdiri mengangkat kursi hendak dilempar ke arah
Jupri. Dipanala sigap penglihatannya, sadar akan tindakan Karta-
dipa, ia segera meloncat menahan tangannya Kartadipa sambil
berkata, “Heh, celaka! Sore-sore mau ada keributan. Ingat, Dik,
ingat! Jangan seperti anak kecil. Bocah kemarin sore saja kok mau
Adik musuhi. Sudahlah, jangan bikin malu!”
Kartadipa kecewa sekali, karena niatnya tidak terlaksana,
dengan suara bergetar dia menjawab: “Sekarang Kakang, lepaskan
aku! Lepaskan aku! Saya pukul iblis laknat itu, supaya kapok,
kalau belum remuk wajahnya, tidak akan sembuh sifatnya yang
seperti Durna.”
Dipanala: “Tidak boleh, Dik! Ini rumah saya, saya tidak mau
ada perkara!”
Mendengar perkataan Dipanala itu kemarahan Kartadipa
menjadi reda, ia menaruh kursi lalu duduk kembali.
Dari Hina Hingga Mulia T 21
Diceritakan Jupri ketika melihat Kartadipa mengangkat kursi,
lalu dengan cepat Jupri bergegas lari ke dapur. Mbok Dipanala
kelihatan sudah mengerti maksud Jupri sehingga langsung meng-
ikutinya. Jupri dipeluk dari belakang sambil berkata, “Heh Jupri!
Jangan bingung! Nanti desa Wanadadi sungguh bisa heboh.”
Jupri mengerti lalu kembali duduk di tempatnya tadi. Begitu
pula Mbok Dipanala langsung duduk di dekat Jupri sambil berkata,
“Bagaimana ini, masih sore enthe-enthe kok akan ada yang mau
membuat gara-gara.”
Kartadipa: “Jupri! Kamu kalau bicara jangan asal bicara.”
Jupri: “Paman, saya berbicara hanya berdasarkan kenyataan
saja.”
Kartadipa: “Aku kan sudah tua, kamu tidak usah berkata
dengan menggunakan pasemon. Kalau kamu tidak terima, gugatlah,
anak ini.”
Dipanala: “Sudah, Dik! Masalahnya bisa menjadi panjang!
Nanti jadi tidak baik! Mengapa kamu tadi ribut dengan Jupri di
dapur?”
Mbok Dipanala: “Tadi aku melihat Jupri mau lari ke arah
lesung tapi kutahan.”
Dipanala: “Mau apa kamu lari ke arah lesung, Pri? Apa mau
ambil alu untuk melawan pamanmu? Jangan begitu, jangan
melawan orang tua! Bukankah kamu mengerti bahwa orang tua
itu biarpun buruk tapi mempunyai daya mencelakakan, ala-ala
malati?”
Jupri: “Tidak, Pak. Tidak sedikit pun saya berniat melawan
paman. Sebenarnya tujuan saya lari ke arah lesung adalah akan
memukul kenthongan.”
Dipanala: “Wah, di luar aturan ini. Seandainya tadi jadi me-
mukul kenthongan pasti sudah ribut, yang tadinya hanya masalah
kecil jadi besar. Kalau didatangi orang bagaimana? Besok lagi
jangan bikin masalah seperti itu lagi, nanti jadi tidak baik dan
bikin malu.”
22 T Dari Hina Hingga Mulia
Kartadipa: “Sekarang Ciptadi ada di mana, Kang? Mau saya
ajak pulang.”
Dipanala: “Sudah tidur, besok saja saya suruh pulang sendiri.”
Kartadipa: “Baik, Kang, saya pamit dulu.”
Dipanala: “Ya, Dik. Kalau saya ada salah, saya minta maaf
ya.”
Kartadipa: “Sama-sama, Kang, mohon dimaafkan ya, Yu.”
Mbok Dipanala: “Ya, Dik, ya.”
Kartadipa lalu pulang, sepanjang perjalanan ia tak henti-henti
memikirkan perkara yang baru saja terjadi. Sejak saat itu rasa
bencinya terhadap Jupri semakin bertambah, sikapnya terhadap
Dipanala juga kelihatan berbeda, buktinya setiap ia bertemu pan-
dang dengan Dipanala pasti langsung dialihkan, kelihatan tidak
suka. Tapi Dipanala tetap mengawali untuk menyapanya, karena
ia tahu kalau Kartadipa tidak lebih dulu disapa bisa jadi semakin
sakit hati, dan akhirnya jadi tidak baik, juga dapat mengkhawatir-
kan karena Kartadipa itu sudah terkenal bersifat buruk, selain
pelit dan gila harta, juga tak berperikemanusiaan. Kalau sudah
benci terhadap seseorang, ia pasti tega untuk mencelakai. Kesalah-
an orang itu ditanganinya dengan menyuruh orang untuk men-
celakai orang tersebut.
Setelah Kartadipa pergi, Jupri masuk ke kamar hendak
mengambil rokok, saat itu ia sangat kaget karena Ciptadi yang
tadi tidur di amben sudah tidak ada. Jupri menengok ke sana kemari
mencari, tidak lama kemudian ia melihat Ciptadi berdiri di pojokan
sedang mengintip. Jupri bertanya, “Kamu sedang apa, Cip?”
Ciptadi tidak tahu kalau Jupri masuk. Ketika ia mendengar
pertanyaan, ia sangat kaget sampai-sampai pagar yang dipakainya
bersandar berbunyi greg, Jupri pun tertawa terbahak-bahak sambil
naik ke atas amben lagi. Ciptadi menjawab: “Tidak apa-apa. Apakah
bapak sudah pulang?”
Jupri keluar lagi lalu duduk di tempatnya tadi. Tidak lama
kemudian Dipanala berkata, “Jupri, kamu jangan lagi mengeluar-
Dari Hina Hingga Mulia T 23
kan kata-kata yang bisa menyakiti hati pamanmu. Kalau seperti
itu, bisa terjadi lagi kejadian seperti tadi. Kamu juga sudah tahu
sendiri watak pamanmu, yaitu adigang, adigung, dan adiguna. Adigang
itu sifatnya kijang, yaitu menyombongkan karena kecepatan
larinya. Itu mengibaratkan seseorang yang mengandalkan kecer-
dikannya dalam masalah apa pun. Sedangkan adigung adalah sifat
gajah yang mengandalkan tubuhnya yang besar. Itu mengibarat-
kan seseorang yang mengandalkan kedudukan tinggi dan kekua-
saannya. Terakhir, adiguna itu sifatnya ular yang mengandalkan
bisanya. Itu mengibaratkan seseorang yang mengandalkan kepin-
taran berkata-kata. Biasanya yang punya tiga watak tersebut
bukanlah orang yang miskin atau bodoh, tapi orang yang kaya,
ya seperti pamanmu itu. Orang yang kaya biasanya cerdik, punya
kuasa dan apa yang dikatakan dituruti tapi semata-mata karena
uangnya saja. Bagaimana dengan pamanmu? Jelas sekali bahwa
dia tidak takut kepada siapa pun.”
Selama Dipanala berkata demikian, Jupri diam saja, ia tidak
mau mengomentari, ia hanya mendengarkan dengan seksama
sambil merokok, tampak ia sangat menikmati rokoknya. Kelanjutan
perkataan Dipanala begini, “Ada nasihat demikian: orang yang
mengutukmu, doakanlah dengan baik. Nasihat itu tidak hanya
ditujukan pada satu-dua orang saja, tapi ditujukan kepada semua
orang. Begini artinya: orang yang dikutuk tidak boleh membalas
mengutuk, tapi wajib mendoakan yang baik, supaya orang yang
mengutuk berhenti berbuat jahat. Singkatnya, seseorang sama
sekali tidak boleh membalas sendiri orang-orang yang berbuat
jahat, karena jika setiap orang diperbolehkan membalas, bukan
mendatangkan kebaikan, tapi justru ia menjadi sombong. Orang
yang senang berbuat jahat pasti akan dibalas oleh Tuhan melalui
para wakil-Nya, yaitu para pangreh praja yang selalu menjaga
ketenteraman negara. Jadi semua orang yang merasa dijahati
seseorang, lapor saja kepada para pangreh praja. Itu tujuan Gusti
Allah mengadakan raja, presiden dan lain-lainya di dunia ini. Nah
24 T Dari Hina Hingga Mulia
karena pamanmu bilang Ciptadi disuruh pulang, besok suruhlah
pulang, kalau tidak nanti amarah pamanmu akan berlanjut terus.”
Jupri: “Menurut saya tampaknya Ciptadi tidak mau pulang.”
Dipanala: “Kalau tidak mau, lantas bagaimana? Kalau ia di
sini terus pasti pamanmu selalu sakit hati kepadaku.”
Jupri sangat bingung mendengar perkataan Dipanala tersebut,
seandainya Ciptadi memang tidak ingin pulang, akan terjadi situasi
seperti apa nanti.
Dari Hina Hingga Mulia T 25
Semalaman hingga pagi hari Jupri tidak bisa tidur, hatinya
bingung karena memikirkan keadaan Ciptadi. Pastilah Ciptadi
tidak mau kembali lagi ke rumah Kartadipa. Sementara itu, dari
ungkapan Dipanala, bahwa ia tidak bersedia menerima jika Ciptadi
tinggal di rumahnya. Hal inilah yang membuat Jupri bingung se-
panjang malam dan tidak bisa tidur.
Pada pagi harinya sesudah Ciptadi bangun, Jupri berkata,
“Ayo kuantar pulang, Cip.”
Ciptadi: “Tidak mau, Kang, aku tidak mau pulang.”
Jupri: “Kalau tidak mau pulang, kamu mau ke mana?”
Ciptadi: “Tidak akan ke mana-mana, aku di sini saja.”
Jupri: “Pak Dipanala tidak mau jika kamu di sini, karena pasti
takut kepada Paman Kartadipa.”
Ciptadi: “Kalau Paman Dipa tidak mau menerimaku karena
takut pada Pak Karta, ya aku ke tempat orang lain.”
Jupri: “Menurutku semua orang di Wanadadi tidak ada yang
tidak takut kepada Paman Kartadipa, jangankan orang biasa, lurah
dan carik pun terpaksa takut kepadanya.”
Ketika Ciptadi menjawab Jupri, tiba-tiba Jupri dipanggil oleh
Dipanala, ditanyai apakah Ciptadi sudah disuruh pulang. Jupri
menjawab sudah tetapi Ciptadi ngambek tidak akan pulang. Akhir-
nya Dipanala mengusulkan agar Ciptadi berkata dengan halus,
jangan sekali-sekali berkata kasar. Kalau Ciptadi tidak mau pulang
I I I
P er gi
26 T Dari Hina Hingga Mulia
sekarang, ya besok pagi, atau bahkan lusa. Jupri menurut lalu
pergi dan tidak menanyakan lagi pada Ciptadi. Tidak lama
kemudian Dipanala menemui Ciptadi sendiri, ia berkata, “Jangan
takut kepada bapakmu lagi, Nak! Sekarang bapakmu sudah tidak
marah kepadamu, karena yang mencuri uangnya (hal. 27) sudah
ketemu, malahan sekarang kamu diharap-harap kembali ke sana
lagi. Kalau kamu tidak mau pulang sekarang, ya besok, sekalian
menunggu kesembuhan punggungmu.”
Ciptadi tidak menjawab sepatah kata pun, tetapi kelihatan
dari raut mukanya bahwa dirinya tidak sependapat dengan per-
kataan Dipanala, serta ia tidak sedikit pun berniat untuk kembali
ke rumahnya Kartadipa. Jam setengah tujuh lebih Dipanala pergi
ke ladang bersama Jupri hendak mencangkul dan membersihkan
di sekitar tanaman jagung. Ciptadi ditinggal di rumah sendirian,
tetapi tidak lama kemudian ia juga pergi, ke mana? Apakah me-
nyusul Jupri? Tidak, karena Jupri pergi ke arah timur, sedangkan
Ciptadi pergi ke barat.
Ciptadi pergi semakin jauh, akhirnya ia keluar dari wilayah
dusun Wanadadi. Ciptadi melanjutkan langkahnya, saat merasa
lelah ia beristirahat di bawah pohon di pinggir jalan sambil memijat-
mijat betisnya. Sudah pasti di sepanjang jalan, hatinya sedih sekali
karena, pertama, ia tidak tahu adakah tempat yang bisa ditinggali-
nya; kedua, ia pergi masih dalam keadaan sakit karena luka-luka
di punggungnya yang terasa senut-senut dan terasa gatal, terlebih-
lebih lagi kalau kena keringat; ketiga, ia pergi tanpa membawa
bekal apa pun, sedangkan celana dan baju yang dipakainya sudah
lusuh dan sobek-sobek, ia tidak membawa ganti, ia persis seperti
pengemis.
Mendekati saat Asar perjalanan Ciptadi sampai di Dusun
Bangsri, saat itu Ciptadi merasa sudah tidak sanggup melanjutkan
perjalanannya lagi, karena tubuhnya sangat lelah dan sangat lemas
karena sepanjang hari belum makan apa pun. Ia pun berhenti di
bawah pohon kenari yang terletak di pinggir jalan, ia berpikir
Dari Hina Hingga Mulia T 27
ingin mencari penginapan. Kebetulan tidak jauh dari sana ada
sebuah warung yang kelihatannya agak besar. Saat Ciptadi melihat
warung tersebut muncul tekad hendak mengemis nasi atau minta
izin untuk menginap di situ. Sungguh Ciptadi langsung berdiri,
lalu berjalan mendatangi warung itu. Sesampainya ia berjongkok
di selasar sambil berkata, “Permisi, Mbok! Saya minta sesuap nasi
saja.”
Wanita yang punya warung tersebut memang terkenal pelit
sekali, saat melihat ada bocah mengemis, ia membentak, “Astaga,
bocah belum bisa buang ingus, sudah belajar malas. Maunya
kenyang tapi tidak mau bekerja, maunya cuma minta-minta saja,
besok saat sudah tua mau jadi apa. Pergi sana, aku tidak mau
memberi!”
Ciptadi merasa malu sekali ketika dikatai begitu. Ia segera
berdiri lalu pergi sambil menangis, hatinya sangat sedih. Belum
terlalu jauh berjalan, ia berhenti lagi di pinggir jalan sambil me-
nangis sesenggukan, pikirnya, “Walah! Sial sekali aku, cuma mau
minta sesuap nasi saja diusir seperti anjing gudikan. Aduh! Kalau
semua orang desa ini seperti wanita itu, sudah pasti tidak akan
ada orang yang sudi menolongku, aku pasti mati kelaparan.”
Ketika Ciptadi duduk di sana ada tiga atau empat bocah yang
melihatnya, mereka anak-anak di dusun itu. Bocah-bocah tersebut
seperti disuruh mendekati Ciptadi hanya untuk melihat saja,
Ciptadi malu sekali. Semakin lama anak-anak yang melihatnya
semakin banyak, mereka berkerumun seperti sedang melihat
pertunjukan sirkus. Semua saling bercerita tentang dugaannya
masing-msing. Ada yang menerka, Ciptadi adalah pengemis, ada
pula yang mengira bahwa Ciptadi adalah bocah gila. Malah di
antara bocah tersebut ada yang berkata begini, “Pengemis kecil
ini tadi sepertinya mau mencuri telur, tapi ketahuan, lalu digebuki,
oleh karenanya dia menangis.” Saking malunya Ciptadi tidak mau
menengadah. Waktu itu juga banyak orang melewati jalan itu,
tapi semua tidak ada yang peduli, malah satu dua orang
28 T Dari Hina Hingga Mulia
mengatakan yang kurang baik, “Halah, pengemis saja dilihat.”
Ada pula yang berkata, “Hus, anak gila jangan dilihat, nanti dia
mengamuk.”
Setelah pukul enam, ada seorang bocah laki-laki yang juga
lewat di sana, kira-kira ia berumur empat belas tahun. Terlihat
dari badannya yang bersih, pakaiannya serta tingkah lakunya
yang baik, kelihatan sekali bahwa ia anak sekolahan. Pastilah
bahwa bocah laki-laki itu memperhatikan semua yang diajarkan
gurunya. Ketika bocah itu melihat anak-anak berkerubung, ia
berhenti lalu mendekat, ingin tahu apa yang sedang dilihat anak-
anak itu. Baru saja melongok ia langsung mengerti apa yang dilihat
anak-anak tersebut, yaitu seorang bocah laki-laki miskin. Hatinya
merasa terenyuh lalu maju mendekati Ciptadi dan bertanya, “Kamu
anak mana?” Ciptadi memandang lalu menjawab, “Aku anak
Wanadadi.”
Bocah: “Ke sini mencari siapa?”
Ciptadi: “Tidak mencari siapa-siapa.”
Bocah : “Kenapa kamu menangis?”
Ciptadi: “Seharian ini aku belum makan, jadi lapar sekali. Tadi
aku mengemis di sebuah warung, tapi bukannya diberi aku malah
dibentak-bentak, dan diusir seperti anjing kudisan.”
Bocah: “Ayo ikut aku, nanti kuberi makan.”
Ciptadi senang sekali bisa bertemu dengan orang yang
dermawan dan berlaku baik itu, ia langsung berdiri lalu mengikuti
di belakang bocah tersebut. Sedangkan bocah-bocah yang banyak
itu juga mengikuti di belakang mereka, bergerombol seperti meng-
antar pengantin, membuat banyak orang heran. Ciptadi disuruh
duduk di tempat makan, ia diberi sepiring nasi dan lauk ikan asin
dan sepotong tempe. Karena sangat kelaparan, Ciptadi makan
dengan lahap, sehingga orang yang melihatnya senang. Makanan
yang sederhana itu jadi kelihatan lezat sekali. Sedangkan bocah
yang berbudi baik tersebut bernama Saleh.
Dari Hina Hingga Mulia T 29
Ketika Saleh mengambilkan nasi untuk Ciptadi tadi, bapak
ibunya melihat. Bapaknya diam saja, tapi ibunya berkata, “Kamu
ini kenapa, Saleh, masih jam segini sudah mau makan.”
Saleh: “Bukan saya yang makan, Mbok, akan saya berikan ke
bocah miskin.”
Ibunya: “Ah, kamu ini setiap ada orang mengemis kamu beri.”
Bapaknya: “Biarkan saja, senang menolong itu kan baik.”
Ibunya: “Namun Saleh itu tidak pilih-pilih saat memberi,
orang yang kuat dan gagah juga diberi, sesungguhnya tidak tepat
karena masih bisa bekerja.”
Bapaknya: “Dia kan masih anak kecil, tentu belum bisa mem-
bedakan hal seperti itu.”
Istrinya mengalah, ketika Ciptadi sedang makan, ia keluar,
saat itu melihat banyak anak mengerubungi, dengan melompat-
lompat ia berkata, “Tobat, tobat! Tidak patut sekali, bocah sedang
makan saja ditonton, seperti nonton jaranan, sana pergi semua!
Bocah-bocah kalau tidak tahu mana yang benar ya seperti itu.”
Bocah-bocah tersebut berpencar pergi.
Saat Ciptadi sudah selesai makan, Saleh bertanya alasan
mengapa dirinya sampai menjadi anak miskin. Ciptadi mencerita-
kan seluruh perjalanannya dari awal sampai akhir, tidak ada yang
dikurangi atau ditambahi, malah luka-luka di punggungnya juga
ditunjukkan. Saleh merasa sangat kasihan setelah mendengar cerita
Ciptadi, lalu Saleh masuk ke rumah menemui ibunya, katanya,
“Mbok, saya akan menolong bocah itu.”
Ibunya: “Menolong bagaimana?”
Saleh: “Mau saya suruh tinggal di sini.”
Ibunya: “Tidak perlu! Mengurus banyak orang buat apa, meng-
urus sanak famili sendiri saja hampir tidak bisa, kok mau nambah.”
Saleh: “Saya diajari ndara mantri seperti itu, Mbok, harus
mengasihi terhadap semua orang, harus berbelas kasih, harus
selalu menolong orang yang sedang kesusahan.”
30 T Dari Hina Hingga Mulia
Ibunya: “Halah, mengasihi bagaimana? Belas kasih yang
bagaimana. Memang mengajari itu mudah, hanya tinggal bicara
ceplas-ceplos, tapi orang yang harus melakukan itu, ya sulit.”
Saleh: “Ya sudahlah, Mbok, jika dia tidak boleh tinggal di
sini, tetapi untuk malam ini saja izinkanlah dia tidur di sini.”
Ibunya: “Kalau dia mau tidur di dapur ya terserah.”
Saleh masuk ke dapur menemui Ciptadi lagi, katanya, “Jangan
marah ya, Cip, sebenarnya aku ingin membantumu, aku ingin
kamu tinggal di sini tapi ibuku tidak mengizinkan, seumpama
kerbau sudah keberatan tanduk. Tapi meski begitu malam ini
kamu boleh tidur di sini.”
Ciptadi: “Tidak apa-apa, Leh. Sudah diberi nasi saja aku sudah
senang sekali. Leh, seandainya aku tinggal di sini rasanya aku
kurang senang, karena masih terlalu dekat dengan desaku. Kalau
dicari Pak Kartadipa masih mudah ditemukan, pasti aku dipaksa
kembali lagi ke sana.”
Saleh: “Jadi besok pagi kamu mau melanjutkan perjalanan-
mu?”
Ciptadi: “Niatku memang begitu.”
Saleh: “Mau pergi ke mana?”
Ciptadi: “Aku sendiri tidak tahu, aku hanya akan mengikuti
keinginan hatiku dan ke manapun kakiku berjalan.”
Saleh: “Apa kamu punya bekal?”
Ciptadi: “Aneh kamu ini, Leh, kalau aku punya bekal pasti
tidak akan menangis karena kelaparan.”
Saleh masuk lagi ke kamarnya, melihat lalu menghitung uang
di celengannya, ada dua rupiah kurang sakelip, uang itu diambil
se-suku, lalu keluar menemui Ciptadi lagi, ia berkata, “Ini uang
satu sen, Cip, lumayan untuk beli air di jalan.”
Ciptadi yang tidak menduga di dusun Bangsri akan mendapat
rejeki sebesar ini, menerima uang pemberian Saleh itu diterima
dengan senang hati sambil berkata, “Terima kasih banyak, Leh,
dengan apa aku akan membalas kebaikanmu yang besar ini. Leh,
Dari Hina Hingga Mulia T 31
karena besok aku akan pergi sampai malam, aku minta doamu,
supaya perjalananku selamat jangan sampai kurang suatu apa pun.”
Saleh: “Ya, Cip. Aku juga begitu, minta doa saja, supaya aku
juga selamat setelah kepergianmu, malah harapanku kita bisa
bertemu lagi dengan selamat.”
Sesudah berkata demikian lalu Saleh masuk ke rumah untuk
belajar, sedangkan Ciptadi ditinggal di dapur. Sebelum tidur
Ciptadi terus memikirkan kebaikan budi Saleh.
Keesokan paginya, kira-kira jam lima Ciptadi bangun lalu
melanjutkan perjalanan. Kalau lelah ia istirahat, ketika malam ia
tidur di gardu atau di pasar. Uang se-suku pemberian Saleh di-
hemat. Banyak dusun dan hutan serta tanah padang yang luas
sudah dilalui Ciptadi, tapi semua tidak kelihatan namanya. Sepan-
jang perjalanan, Ciptadi banyak mengalami berbagai hal. Saat
panas ia kepanasan, saat hujan ia kehujanan. Suatu kali Ciptadi
menginap di gardu jaga di pinggir jalan, saat itu kebetulan ada
polisi dusun yang lewat, kemudian melihat ada bocah meringkuk
di gardu tersebut, lalu polisi dusun mendatanginya mengusir
Ciptadi dengan cara menendang sambil berkata dengan kasar,
“Pergi sana, bangsat, ini bukan penginapan. Kalau tidak mau pergi,
aku jungkirkan sungguhan kamu nanti.”
Saat itu Ciptadi sudah tidur, maka ia sangat kaget diperlaku-
kan seperti itu Ia tergopoh-gopoh, jantungnya berdegup tak ber-
aturan karena kekagetannya. Lalu ia pergi dengan perasaan sedih
mencari tempat lain.
Perjalanan Ciptadi sampai di sebuah kota distrik yang ramai
bernama Walikukun. Ciptadi merasa sangat sedih karena uangnya
sudah habis, padahal ia sudah sangat lapar. Hendak menjual
pakaiannya masak bisa laku, orang yang melihatnya saja langsung
mau muntah karena pakaiannya sudah lusuh. Akhirnya muncul
lagi tekadnya untuk mengemis. Sungguh, Ciptadi lalu berjalan ke
salah satu rumah yang kelihatan bagus dan asri. Kelihatannya
yang menempati adalah orang golongan priayi. Oleh karena itu,
32 T Dari Hina Hingga Mulia
Ciptadi sangat berhati-hati, sebisa-bisa ia menggunakan tata krama
yang baik. Sesampainya di halaman, Ciptadi mengetuk sambil ber-
kata, “Permisi, Ndara! Kalau boleh saya minta sesuap nasi saja.”
Tidak lama ada seorang wanita priayi keluar dan mendekati
Ciptadi sambil bertanya, “Ada apa, Nak?”
Ciptadi: “Kalau boleh, saya minta sesuap nasi saja, Ndara.”
Priayi Wanita: “Kamu anak dari mana asalmu?”
Ciptadi: “Saya anak Wanadadi, Ndara.”
Priayi Wanita: “Namamu siapa?”
Ciptadi: “Ciptadi, Ndara.”
Priayi Wanita: “Wah, bagus namamu. Apa kamu tidak punya
ayah ibu, sampai keluyuran kemari?”
Ciptadi: “Punya, Ndara, tapi ayah dan ibu tiri.”
Priayi Wanita: “Kenapa kamu tidak ikut ayah ibumu itu?”
Ciptadi: “Tadinya saya ikut mereka, tapi karena selalu dianiaya
lama-lama saya tidak betah, akhirnya saya nekat pergi dan sampai
di sini.”
Priayi Wanita: “Bukankah merupakan hal biasa jika seorang
anak dihajar orang tuanya?”
Ciptadi: “Kalau hanya dihajar itu baik, tidak masalah, tetapi
saya dianiaya. Siapa pun orangnya pasti tidak tahan.”
Priayi Wanita: “Wah, kamu pintar ya. Kamu mau ikut aku?”
Ciptadi: “Kalau Bandara menginginkan, saya bersedia.”
Priayi Wanita: “Ya, tapi jadi atau tidaknya keputusan hal ini
menunggu kedatangan Ndara Kakung. Sudahlah, pergilah ke
belakang sana, mandi dulu, nanti kuambilkan nasi.”
Ciptadi menurut, ia dengan senang hati menuju ke belakang
lewat pinggir rumah, lalu mandi hingga bersih. Setelah selesai
mandi ia duduk di lincak di depan dapur dan diberi makan.
Jam setengah empat sore seorang priayi pria datang. Sesudah
bercakap-cakap dengan istrinya lalu ia menemui Ciptadi, diikuti
istrinya. Pria itu bertanya pada Ciptadi, “Kamukah yang mau
ikut aku?”
Dari Hina Hingga Mulia T 33
Ciptadi: “Ya, Ndara, saya disuruh Ndara Putri ikut Ndara.”
Ndara Pria: “Ya, kamu ikutlah aku dan kamu akan lama
bersamaku kalau baik sikapmu. Tapi kalau tidak, kamu pasti akan
kuusir seperti pembantuku yang ikut aku kemarin. Nah, ini baju-
nya, masih tertinggal satu. Sekarang copotlah bajumu dan cucilah,
ganti dengan baju ini. Hal celana mudah, besok bisa cepat dibuat
di pasar.”
Ciptadi senang sekali, setelah mengucapkan terima kasih ia
berganti baju. Bajunya yang lama dibuntal hendak dicuci. Dicerita-
kan ketika Ciptadi melepas pakaiannya, semua luka-lukanya di
punggungnya terlihat dengan jelas sehingga priayi pria dan istri-
nya terkejut. Mereka lalu mendekatinya sambil bertanya, “Pung-
gungmu itu penuh luka karena apa?”
Ciptadi: “Ini yang membuat saya lari dari rumah orang tua
saya.”
Priayi Pria: “Coba sekarang kamu ceritakan dengan jelas, aku
ingin mendengar.”
Ciptadi menurut, kemudian menceritakan dengan jelas semua
yang terjadi. Priayi pria dan istrinya mendengarkan dengan sak-
sama, hati mereka ikut merasa sedih dan memahami betapa besar-
nya penderitaan yang dialami Ciptadi. Sejak saat itu Ciptadi tetap
menjadi pembantu sepasang priayi tersebut. Ciptadi sangat di-
sayangi majikannya karena sifatnya yang baik, rajin bekerja, jujur,
kebiasaan bersih dan tidak mau mencuri. Sudah sering diuji oleh
majikannya dengan uang sedikit maupun banyak ditaruh di atas
kursi atau meja, tapi belum pernah dicuri oleh Ciptadi, yang pasti
uang itu diserahkan kepada majikannya.
34 T Dari Hina Hingga Mulia
Berdasarkan cerita yang sudah saya uraikan di depan, para
pembaca tentunya mengerti bahwa kepergian Ciptadi dari rumah
Dipanala dilakukan secara diam-diam, tidak pamit kepada Dipanala
dan istrinya maupun pada Jupri. Bahkan diceritakan kepergian
Ciptadi pada saat Dipanala dan Jupri masih berada di ladang
untuk mencangkul dan membersihkan sekeliling tanaman jagung.
Tindakan Ciptadi tersebut memang sudah diniatinya, ia sudah
berencana tidak berpamitan kepada Bapak dan Mbok Dipanala
maupun Jupri karena pasti dihalangi.
Diceritakan pada saat kepergian Ciptadi, seperti ada yang
memberitahukan kepada Jupri bahwa Ciptadi sudah pergi. Sehing-
ga selama bekerja hatinya terasa gusar terus dan selalu teringat
pada Ciptadi. Padahal pada waktu-waktu lalu ketika bekerja, pe-
rasaan hati seperti ini belum pernah terjadi.
Pada saat bedug Jupri kembali dari ladang bersama Dipanala,
sesampainya di rumah ia langsung mencari Ciptadi di senthong,
di sumur dan di halaman, tetapi tidak ketemu. Jupri kemudian
berlari ke rumah Kartadipa tapi di sana juga sepi, ia pun bertanya
kepada para tetangga. Bahkan ia bertanya kepada semua orang
di Wanadadi, tetapi tidak ada yang mengetahuinya. Jupri baru
pulang di saat sore, dalam perjalanannya Jupri merasa sedih sekali,
badannya lemas, wajahnya lesu, tidak mau makan, pikirannya
bingung, tidak enak melakukan apa pun, peribahasanya: makan
tidak enak, duduk tidak betah, tidur pun tidak nyenyak.
I V
Mencari
Dari Hina Hingga Mulia T 35
Melihat keadaan Jupri seperti itu, Dipanala dan istrinya me-
rasa sangat kasihan. Mereka pun memanggil Jupri dan berkata,
“Jangan begitu, Pri, hanya perkara yang belum pasti saja jangan
kaubuat sangat sedih. Jangan berlaku seperti itu, nanti tubuhmu
sakit! Kamu kan sudah tahu, sedih bisa menjadikan sakit, orang
sakit bisa mati.”
Jupri: “Perkara yang belum pasti itu bagaimana, Pak?”
Dipanala: “Ciptadi belum tentu benar-benar pergi, menurutku
dia hanya bersembunyi di rumah salah satu tetangga, karena dia
takut kalau didatangi Kartadipa, pamanmu.”
Mbok Dipanala: “Menurutku juga begitu, Pri.”
Jupri: “Tidak, dia pasti sudah pergi, karena saya sudah
mencari di sekeliling desa ini tetapi tidak ketemu.”
Mbok Dipanala: “Seandainya dia pergi, lalu pergi ke mana?”
Jupri: “Itulah yang membuat saya sedih. Kalau saya mencari
ke arah timur ternyata dia pergi ke arah barat, kalau saya mencari
ke barat ternyata dia ke timur.”
Mbok Dipanala: “Ah, aku tidak percaya kalau Ciptadi pergi.
Masak bocah sekecil itu mau nekad pergi.”
Jupri: “Meskipun anak kecil tetapi dia itu anak lelaki, tidak
bisa dipungkiri. Kalau sudah bicara nekad, ya dia sungguh nekad,
meski dihalangi pun akan dia lompati, meski diikat akan diputus,
karena dia punya keinginan jauh ke depan.”
Mbok Dipanala: “Coba besok dipanggilkan dukun, agar
supaya Ciptadi diputar kembali lagi.”
Dipanala: “Halah, kenapa malah jadi melenceng ke mana-
mana. Kan sudah berkali-kali kukatakan kepadamu, buanglah ke-
percayaanmu yang ada pada zaman Majapahit itu. Jaman sekarang
kepercayaan seperti itu sudah tidak berguna, jangan diperlihatkan,
nanti ditertawakan anak-anak. Sekarang maumu bagaimana, Pri?”
Jupri: “Saya berniat mencarinya.”
Dipanala: “Mau dicari ke mana?”
Jupri: “Ke kota. Kalau tidak ketemu ya dicari di tempat lain.”
36 T Dari Hina Hingga Mulia
Dipanala: “Wah, besar betul tekadmu! Kalau tidak ketemu,
lalu bagaimana?”
Jupri: “Singkatnya begini, Pak. Saya tidak akan pulang kalau
belum menemukan Ciptadi. Saya hanya ingin mengetahui kalau
masih hidup, dia tinggal di mana, kalau sudah meninggal di mana
kuburannya.”
Dipanala: “Baiklah, kalau itu maumu, terserah kamu. Aku tiada
lain hanya bisa berdoa supaya selamat perjalananmu, tidak kurang
suatu apa pun. Aku berdoa siang-malam semoga adikmu, Ciptadi
segera ditemukan. Oh, Jupri! Kalau aku memikirkan adikmu hatiku
ikut bersedih. Sudah sana, carilah sampai ketemu, kalau bukan
kamu siapa lagi yang mau mencari. Kamu punya uang tidak?”
Jupri: “Jika saya punya uang, dari mana saya punya uang?”
Dipanala: “Mbok, ada uang tidak?”
Mbok Dipanala: “Ya ada, tapi tidak tahu berapa jumlahnya,
karena belum kuhitung.”
Dipanala: “Cobalah dilihat dulu!”
Mbok Dipanala masuk ke rumah belakang, tidak lama kemu-
dian keluar lagi sambil membawa dompet lalu dikeluarkan isinya
di hadapan suaminya dan dihitung bersama. Semua berjumlah
sepuluh rupiah kurang lima belas sen. Uang tersebut diambil enam
rupiah lalu diberikan pada Jupri. Dipanala berkata, “Ini uang untuk
bekal, hitungannya begini: lima rupiah itu adalah upahmu selama
enam bulan, sedangkan yang satu rupiah lagi adalah bekal dari
embokmu.”
Jupri: “Sangat berterima kasih, Pak.”
Kemudian Dipanala banyak memberi pelajaran kepada Jupri
tentang sikap utama ketika di perantauan, yaitu harus selalu ber-
hemat, jangan berlaku boros. Jangan sampai mengganggu orang,
jangan sampai sombong dan sok berani, dan lain-lain, terlebih
lagi senang mendaku… sikap itu harus dijauhi, karena sikap
mendaku itu merupakan pintu masuk perbuatan bermacam-macam
Dari Hina Hingga Mulia T 37
keburukan... orang bisa menjadi pencuri, bisa menjadi penjudi,
bisa menjadi orang yang suka berfoya-foya, dan lain-lain. Itu se-
mua perbuatan buruk yang merupakan jalan menuju kesengsaraan.
Pagi harinya sebelum terang Jupri berangkat dari Dusun
Wanadadi, ia berjalan terus ke timur sampai Kota Madiun. Sampai
di kota Madiun saat sore hari karena ia mampir-mampir ke dusun-
dusun untuk mencari Ciptadi. Di Madiun Jupri tidak mepunyai
saudara ataupun kenalan, itu sebabnya malam harinya ia meng-
inap di salah satu warung. Tetapi malam itu ia tidak bisa tidur,
karena kecuali pikirannya putus asa dan sedih, juga karena ter-
ganggu oleh orang-orang yang berjudi. Warung itu memang
terkenal sebagai tempat orang jahat, karena tempatnya di daerah
pinggiran. Bahkan saat Jupri sudah hampir tertidur, ada seseorang
yang kelihatan sebagai bajingan besar. Dia berkata kepada Jupri,
begini, “Masih sore begini mau tidur, Dik? Ayo bermain, gonggong
atau domino, kalau tidak ya bermain salikuran.”
Jupri: “Maaf, Kang, saya tidak bisa main.”
Wage (nama orang itu): “Lho, sebaiknya adik belajar.”
Jupri: “Tidak. Sebenarnya saya tidak percaya diri, karena tidak
ada ada yang diandalkan.”
Wage: “Adik keliru. Menjalankan agama itu mudah, saat sudah
tua saja. Sekarang selagi masih muda sebaiknya senang-senang
saja.”
Jupri: “Saya tidak setuju, Kang.”
Wage: “Apa sebabnya?”
Jupri: “Karena begini, seseorang meninggal itu belum tentu
saat sudah tua, terkadang seperti saya ini besok atau lusa juga bisa
meninggal. Oleh karena itu, menjalankan agama jangan ditunggu
saat tua.”
Wage: “Jika meninggal besok atau lusa ya sudah menjadi
takdirnya. Atau bukankah orang beragama pun boleh kan bermain
judi?”
Jupri: “Tentu saja tidak, Kang.”
38 T Dari Hina Hingga Mulia
Wage: “Jika tidak boleh, apa maksudnya di dunia diadakan
mainan kartu?”
Jupri: “Yang mengadakan siapa?”
Wage: “Yang Maha Kuasa.”
Jupri: “Kapan?”
Wage: “Saya tidak tahu, tapi menurut saya begini, seandainya
Yang Maha Kuasa tidak mengizinkan adanya kartu di dunia ini,
pasti di dunia ini tidak ada kartu, yang membuat teriakan-teriakan
dalam perjudian pasti semua dicekik.”
Jupri: “Sekarang masih zaman kesabaran, orang-orang yang
berbuat jahat masih dibiarkan saja.”
Wage: “Halah, karena tidak punya uang, ada-ada saja alasan-
nya.”
Jupri: “Kalau saya dibilang tidak punya uang, jujur saja, me-
mang benar, Kang.”
Wage: “Hahahahaha! Sekarang aku sudah dengar rahasianya.
Lelaki itu meski berkata begitu, Dik. Jika benar laki-laki dan tidak
punya uang lalu mencari di kampung-kampung itu.”
Jupri berhenti, tidak mau menjawab lagi, karena ia tahu orang
itu orang jahat, jadi ia mengalah saja. Menurutnya, kalau bercakap-
cakap dengan orang seperti itu kalau tidak hati-hati bisa buruk
keadaannya. Pikirnya, “Hem, percakapanku dengan orang ini se-
perti peribahasa: melempar intan pada babi. Intan memang barang
mahal, tapi kalau yang kuberikan tidak tahu nilainya, malah nanti
dikira aku mengganggu pekerjaannya. kerugiannya aku bisa di-
seruduk.”
Wage: “Mari teman-teman kita mulai! Domino saja, ya?”
Teman-temannya: “Mari, domino saja. Seperti biasanya saja
atau matadhoran?”
Wage: “Kurang ramai kalau main matadhor, seperti biasa saja.”
Teman-temannya: “½ sen atau 1 sen?”
Wage: “ 1 sen saja, yang menang biarlah cepat menang, yang
kalah biarlah langsung kalah. Gampang ngalaihim kalau sudah
tidak punyai uang.”
Dari Hina Hingga Mulia T 39
Teman-temannya: “Benar, itu.”
Jupri tahu bahwa dirinya disindir oleh Wage, tapi diam saja
karena merasa tidak perlu melawan kata-kata orang yang pikiran-
nya sudah rusak seperti Wage itu.
Kira-kira jam satu Jupri sangat terkejut karena melihat orang-
orang yang bermain berlarian ke sana-kemari seperti gabah diinteri.
Mereka semua terlihat ketakutan, mencari tempat persembunyian
yang aman, ada yang masuk ke kamar, ada yang masuk ke bawah
lincak dan meja. Jupri keluar, ia ingin tahu kenapa orang-orang
yang berjudi tiba-tiba lari bertebaran untuk bersembunyi. Saat itu
baru saja keluar dari kamar, Jupri terkaget-kaget karena tiba-tiba
ia didatangi tiga atau empat polisi, bahkan pemimpin polisi itu
mengacungkan pistolnya pada Jupri sambil bertanya, “Di mana
teman-temanmu?”
Karena takut dan kaget, Jupri tidak bisa menjawab, wajahnya
berubah pucat, badannya sampai gemetaran. Pemimpin polisi itu
bertanya lagi, “Di mana temanmu?” Jupri masih belum bisa men-
jawab, mulutnya terbungkam, matanya tak berkedip seperti orang
kancilen. Pemimpin polisi itu mengulangi pertanyaannya, “Di mana
teman-temanmu? Jujur saja! Kalau tidak jujur awas kamu.”
Jupri masih ketakutan, akhirnya dengan gagap Jupri men-
jawab, “Sa-sa-sa... saya ti-ti-ti tidak pu-pu punya teman, Tuan.”
Pemimpin polisi: “Ayo jujur saja, apa kamu tidak tahu yang
kuacungkan ke perutmu ini apa?”
Jupri semakin ketakutan, perasaannya nyawanya akan me-
layang. Jupri pun menjawab, “Be-be-be benar, Tuan. Sa-sa-sa saya
ti-ti tidak punya te-te-te teman, da-da dan se-se sejak tadi ti-ti-ti
tidur sa-sa saja di-di-di di kamar itu.”
Pemimpin polisi: “Tidak, aku tahu tadi ada beberapa orang
yang bermain judi di sini, mereka semua pergi ke mana?”
Jupri lalu memberi tahu di mana orang-orang sembunyi, tapi
menggunakan isyarat saja, ia tidak dengan kata-kata. Ia takut
suatu ketika kepergok. Pemimpin polisi itu lalu menyuruh para
40 T Dari Hina Hingga Mulia
bawahannya menggerebek kamar-kamar yang dipakai persem-
bunyian orang-orang tersebut. Semuanya dipaksa keluar.
Ketika para polisi sedang mencari orang-orang yang bersem-
bunyi itu, tiba-tiba ada seseorang yang keluar dari bawah meja
hendak kabur, tapi saat ia melangkah ke pintu depan, ia ditahan
oleh para polisi yang menjaga di luar. Orang itu mengandalkan
kekuatannya untuk keluar, tapi tidak berhasil, karena para polisi
melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Meski-
pun usaha orang itu seperti banteng yang terluka, para polisi tidak
sedikit pun tergoyahkan. Akhirnya orang tersebut pasrah meng-
ikuti dan badannya sudah babak belur karena kena tongkat polisi.
Saat itu juga diadakan pemeriksaan, pemilik warung dan
orang-orang yang berjudi dihadapkan ke pengadilan, karena me-
langgar undang-undang negara yaitu berjudi tanpa izin. Orang
yang berusaha kabur tadi saat itu juga diborgol dan dipaksa ikut
polisi lalu dimasukkan ke tahanan. Adapun Jupri, karena bisa
menjelaskan kepribadiannya dan menjelaskan keperluannya ketika
di tempat itu, lalu ia diizinkan pergi.
Siapakah orang yang akan kabur tadi? Tidak lain adalah Wage.
Ia hendak kabur karena merasa menjadi buron negara.
Wage memang bajingan besar, bulan lalu ia menjadi orang
yang memimpin pencurian di rumah seorang haji kaya di Ngawi
bernama Abdul Sukur. Sedangkan Wage sendiri rumahnya di dusun
Bayeman, juga termasuk di lingkungan kota tersebut. Tapi untung-
nya, tidak lama Wage dan teman-temannya tertangkap, lalu semua
ditahan. Tapi tidak lama kemudian Wage kabur, namun polisi di
Ngawi telah mengerti ciri-ciri Wage. Oleh karena itu, ketika Wage
kabur, Polisi Ngawi segera memberitahukan dengan jelas kepada
polisi-polisi di daerah bahwa ciri-cirinya sebagai berikut: di
dahinya ada goresan luka karena senjata berwujud garis agak
panjang, di tangan kirinya di atas pergelangan tangan ada gambar
cumplung dibuat dengan tusukan-tusukan jarum.
Dari Hina Hingga Mulia T 41
Saat polisi Madiun mendapat kabar tersebut, mereka segera
menyiapkan barisan seperti biasanya ketika ada keperluan. Ada
yang menyamar dengan berpakaian seperti orang biasa supaya
tidak diketahui. Polisi ini disebut polisi rahasia.
Pada suatu hari, di sore hari, ada seorang polisi rahasia melihat
orang dengan dua ciri yang mirip seperti yang sudah diceritakan,
polisi tersebut tidak lengah, dengan hati-hati orang tersebut segera
diikuti ke mana pun dia pergi. Akhirnya diketahui dengan jelas
bahwa orang tersebut bertempat di warung yang diceritakan tadi.
Polisi rahasia itu segera melapor pada atasannya, akhirnya terjadi-
lah seperti yang sudah diceritakan di atas. Wage bisa tertangkap
lagi.
Jupri ada di Kota Madiun selama tujuh hari. Ia terus mencari
Ciptadi. Semua kampung dimasukinya sambil melihat keindahan
kota yang tidak ditemukannya di dusun, seperti: gedung-gedung
yang bagus, toko-toko yang besar, pabrik-pabrik dan sekolah-
sekolah. Di antara semua itu, yang paling dikagumi Jupri adalah
bengkel tempat memperbaiki kereta-kereta yang rusak, karena
bengkelnya sangat luas dan yang bekerja pun tidak terhitung
jumlahnya. Karena sangat tertarik pada berbagai keindahan
tersebut, seringkali Jupri melupakan kewajibannya yaitu mencari
Ciptadi. Baru sekali ini Jupri melihat gambar hidup, kebetulan saat
itu malam Minggu. Sungguh lucu, sebelum film dimulai Jupri
mengamati satu per satu lampu listrik yang tergantung di dalam
gedung komidi tersebut dengan rasa amat kagum. Semua itu terasa
berbeda sekali dengan lampu-lampu yang sering dilihatnya di
rumah Dipanala. Orang-orang yang melihat tingkah Jupri tersebut
tertawa dalam hati, semua tahu bahwa Jupri jelas berasal dari
pelosok dusun dan baru pertama kali berada di tempat ramai.
Pada saat Jupri melihat-lihat lampu, tiba-tiba lampu-lampu
yang dikagumi Jupri mati bersamaan sehingga gelap gulita. Jupri
yang terkejut berkata dalam hati, “Dubilah setan, mau ada apa ini
sampai lampu-lampunya mati semua.” Suara sorakan orang-orang
42 T Dari Hina Hingga Mulia
yang menonton membuat Jupri jadi bingung, pikirnya, “Wah,
tidak punya tata krama orang-orang ini, suasana gelap begini
malah bersorak.” Jupri hendak keluar tapi baru saja menoleh, ia
melihat ada cahaya menyorot dari lubang kecil yang tidak jauh
darinya. Jupri mengamati lubang tersebut, pikirnya lubang itu yang
disoraki orang-orang tersebut.
Orang-orang yang menonton berteriak, “Wah kudanya besar-
besar sekali.” Mendengar itu Jupri semakin mengamati lubang tadi,
tapi yang dilihatnya hanya cahaya yang menyorot ke depan saja.
Jupri pun semakin takjub, sebab banyak orang yang menyerukan
kuda sampai dirinya tidak tahu lagi.
Orang-orang yang menonton berseru lagi, “Wah, gajah! Gajah!”
Jupri semakin kewalahan, akhirnya ia bertanya pada seorang bocah
yang duduk di dekatnya, “Di mana ya gajahnya?” Bocah itu men-
jawab sambil menunjuk ke depan, “Itu, itu.” Jupri menoleh ke
depan, sekarang mengerti bagaimana caranya menonton gambar
hidup. Adegan gambar yang disetel sore itu sering membuat Jupri
kaget, seperti orang jatuh dari kapal, orang mencebur ke sungai,
dan lain sebagainya. Setelah film selesai, Jupri kembali ke tempat
penginapannya.
Pada hari ke delapan, Jupri sudah tidak berharap dapat ber-
temu dengan Ciptadi di Madiun. Oleh sebab itu, kemudian Jupri
pergi ke Ponorogo dengan naik trem. Jupri baru kali ini naik trem.
Sepanjang perjalanan berpegangan jendela dengan sangat kuat
karenanya ia jadi tertawaan banyak orang dan setiap kali trem
berangkat dia pasti menyebut Allah. Di Ponorogo selama lima
hari, setiap hari ia berkeliling mencari Ciptadi, tapi tidak ketemu.
Kota Ponorogo juga cukup ramai, serta banyak hal yang membuat
Jupri terkagum-kagum. Kebetulan di Ponorogo Jupri saat hari
Lebaran, jadi bisa melihat bagaimana orang-orang di sana
merayakan hari besar itu. Di jalan-jalan maupun di alun-alun
banyak orang dan tak terhitung jumlahnya. Orang-orang berjalan
berseliweran mengikuti kelompoknya masing-masing, ada yang
Dari Hina Hingga Mulia T 43
ke utara, ada yang ke selatan, semua berjalan dengan langkah
cepat. Selain itu, Jupri juga sering menemui kelompok laki-laki
yang berpakaian serba hitam mengiringi bocah laki-laki yang
pakaiannya bagus. Jupri mengerti kelompok itu adalah para warok.
Adapun lelaki yang diiringi dikenal sebagai gemblakan.
Dari Ponorogo Jupri kembali lagi ke Madiun, dari Madiun ia
ke Nganjuk, tetapi tidak mau ke Magetan atau ke Ngawi karena
dirasa menyimpang dari tujuan yang umum, mustahil kalau Cip-
tadi mau pergi ke dua kota itu. Di Nganjuk juga hanya satu minggu,
dari sana ia ke Kertasana, Jombang, Mojokerto, dan Surabaya.
Jupri hanya berhenti sebentar di tempat-tempat tersebut, paling
lama hanya seminggu.Tetapi Jupri di Surabaya sampai setahun,
karena uang sakunya habis, ia terpaksa mencari uang, maka Jupri
bekerja pada seorang tukang kayu Tionghoa. Sebetulnya Jupri
kurang suka bekerja di tempat orang Tionghoa, karena pekerja-
annya sangat berat. Tapi mau bagaimana lagi, ia sudah ke mana-
mana mencari-cari pekerjaan yang tidak terlalu berat, tapi tidak
didapatkannya. Akhirnya ia pasrah saja, pekerjaannya di tempat
orang Tionghoa itu dilakukannya dengan sungguh-sungguh dan
telaten, sekalian ia belajar pertukangan.
Sesudah bekerja di tempat orang Tionghoa selama satu tahun
Jupri mohon izin untuk keluar kerja, karena sudah mempunyai
uang yang kira-kira cukup untuk melanjutkan perjalanannya. Juga,
ilmu pertukangan yang diterimanya sudah cukup lumayan, ia bisa
menatah, menggergaji, dan mengasah dengan terampil, ia juga
bisa melitur dan menganyam penjalin kursi dengan cekatan.
Sekeluarnya dari tempat kerja orang Tionghwa, Jupri pergi
ke Pare, salah satu kota distrik yang ramai dan asri ,termasuk
wilayah Kediri. Pecinannya luas, orang Belandanya banyak,
stasiunnya besar dan asri. Dari kota Pare ada trem yang ke arah
barat daya menuju ke Kota Kediri, yang ke barat ke Papar, yang
ke tenggara ke Kepung, yang ke timur ke Kandangan, dan yang
ke utara ke Jombang. Jupri berada di Pare cukup lama hingga
44 T Dari Hina Hingga Mulia
uangnya habis. Ia mencoba mencari pekerjaan ke mana-mana
tetapi tidak ada lowongan, akhirnya Jupri nekad menjadi kuli,
yaitu jadi buruh yang membawakan barang-barang orang dari
satu tempat ke tempat lain untuk mendapatkan upah. Hasilnya
untuk makan, dan sisanya disisihkan untuk disimpan.
Dari Hina Hingga Mulia T 45
Para pembaca tentunya sudah ingin tahu bagaimana kelanjutan
perjalanan Ciptadi. Sekarang saatnya saya melanjutkan kisah yang
diceritakan tadi.
Orang terhormat Walikukun yang dihamba oleh Ciptadi itu
pejabat yang seperti apa? Apakah pejabat di kereta api? Bukan,
dia adalah pejabat di pegadaian. Pejabat tersebut sudah berpangkat
penaksir barang. Sepasang suami istri tersebut sifatnya baik,
pembantunya diperlakukan dengan baik, dan pengertian. Itulah
sebabnya mengapa Ciptadi sangat betah. Apalagi Ciptadi diper-
bolehkan melanjutkan sekolah, hatinya semakin senang. Di Wana-
dadi, Ciptadi sudah tamat di sekolah dusun, maka di sekolah
Walikukun ia langsung masuk di kelas tiga. Tahun depannya naik
ke kelas empat. Dalam tiga tahun ia bisa menamatkan sekolahnya
dan mendapat tanda tamat dari sekolahnya. Selama belajar, Ciptadi
selalu dipuji oleh gurunya, karena kepandaiannya dan selalu
menduduki ranking satu. Kewajibannya selalu dilaksanakan dengan
baik. Dengan teman-temannya ia rukun karena Ciptadi bersifat
baik.
Pekerjaan sehari-hari Ciptadi di rumah tempat kerjanya
seperti berikut: bangun pagi lalu membersihkan rumah dan
halaman, pukul tujuh sesudah mandi dan sarapan ia pergi ke
sekolah. Pukul setengah dua kurang seperempat ia pulang. Sesudah
makan ia mencuci sendok dan piring atau mencuci baju majikannya
I V
Semakin Jauh
46 T Dari Hina Hingga Mulia
dan membersihkan rumah lagi sampai pukul empat, kemudian
menyirami bunga serta membersihkan pekarangan sampai pukul
enam. Di sore hari, sebelum dan sesudah makan ia belajar sendi-
rian. Dari sedikit keterangan di atas para pembaca bisa menge-
tahui dan menyaksikan bahwa Ciptadi sebenarnya adalah anak
yang rajin, maka pantas saja ia sangat disayangi oleh kedua
majikannya.
Ketika itu majikan Ciptadi dipindah kerja ke Kendal, wilayah
Semarang. Saat Ciptadi diberi tahu supaya ikut, ia senang sekali,
merasa akan melihat daerah-daerah yang jauh. Mereka berangkat
dari Walikukun jam lima pagi, sampai di Stasiun Sala Balapan
berganti kereta N.I.S. ke Semarang, sampai di Semarang berganti
trem S.C.S. ke Kendal. Ciptadi baru kali itu merasakan naik kereta,
sehingga sepanjang perjalanan kelihatan senang dan kagum. Ia
merasa lebih nyaman daripada menaiki gerobak atau dokar, dan
juga setiap melihat orang, gerobak atau dokar. Perasaan Ciptadi
semua kelihatan berjalan mundur. Pepohonan atau patok-patok
di pinggir jalan semua kelihatan berjalan. Sepanjang perjalanan
kereta, Ciptadi selalu menengok di jendela, leher pegal tak
dirasakannya. Ciptadi lalu diajak bertamasya oleh majikannya ke
Demak dan ke Kudus, sehingga kebahagiaannya tak terkira.
Setelah tinggal di Kendal selama dua tahun, tuannya naik
pangkat dan pindah tempat tinggal ke Purwokerto, daerah Banyu-
mas, Ciptadi ikut. Saat baru pindah, Ciptadi heran sekali karena
banyak laki-laki yang hanya bercelana dalam, sehingga ia menduga
bahwa orang-orang tadi orang-orang hutan. Ciptadi berpikir orang
yang setengah telanjang dan hanya berpakaian dalam itu tidak
berbeda dengan orang Papua atau orang Dayak yang siang malam
hanya memakai cawat saja. Ciptadi bisa tahu tentang orang Papua
dan orang Dayak karena sudah pernah diceritakan gurunya ketika
masih di sekolah.
Tuannya Ciptadi berada di Purwokerto selama empat tahun,
lalu dipindah ke Kuwu, daerah Semarang, kepindahannya karena
Dari Hina Hingga Mulia T 47
naik pangkat mejadi Onder-Behirder. Tetapi Ciptadi tidak mau ikut,
karena Ciptadi kurang senang pergi ke wilayah timur, ia tidak
mau bertemu dengan Kartadipa. Alasan lainnya karena ia merasa
sudah kurang cocok hidup sebagai abdi. Sekarang ia merasa
bahwa dirinya sudah besar, bahkan sudah perjaka. Ia ingin mencari
sandang pangan sendiri sebisanya. Setelah mohon diri untuk
berpisah dengan tuannya lalu Ciptadi menulis surat lamaran kerja
ke pabrik gula. Lamarannya diterima lalu ia diangkat menjadi
mandor dengan gaji f 7,50 sebulan, bahkan kalau pekerjaannya
bagus bisa dinaikkan sampai f 35,--. Ciptadi menerima pekerjaan
itu dengan senang hati. Pekerjaan dilakukannya dengan sungguh-
sungguh dan hati-hati, sikapnya pada para kuli pun juga baik,
tegas tapi dengan kasih dan kesabaran. Tidak sekalipun ia ber-
tindak sewenang-wenang dan para kuli pun semua bersikap
hormat. Ciptadi tidak suka sama sekali dengan sogokan, Ciptadi
tahu wujud sogokan baik berupa makanan, uang maupun barang,
pasti menjadi racun, bisa menyebabkan hal-hal buruk dan men-
datangkan bermacam-macam kecelakaan dan pemberitaan yang
buruk. Ia juga tahu orang yang memberi sogokan itu sudah pasti
punya niat agar disayangi, kalau melakukan kesalahan jangan
sampai dipecat atau dihukum. Oleh karena kejujurannya itu, tidak
heran Ciptadi selalu mempunyai nama baik.
Oleh karena sifatnya yang sangat baik, Ciptadi sangat di-
sayangi oleh atasannya, baru bekerja enam bulan saja gajinya sudah
naik sampai seringgit. Setelah satu tahun, digenapi jadi lima rupiah.
Jadi seluruh gajinya 15 rupiah. Semenjak bekerja, Ciptadi mondok
di rumah salah satu pensiunan tukang besi bernama Kriyabangsa.
Kriyabangsa memiliki tiga anak perempuan, yang paling tua ber-
nama Sumastri, sudah menikah dengan saudagar jarik bernama
Surareja, yang kedua bernama Sukati, juga sudah menikah dengan
pemborong bernama Mulyatama, sedangkan yang ragilnya ber-
nama Setyati, ia masih gadis dan belum ada yang melamar. Ciptadi
memang punya niatan untuk menikahi Setyati. Kebetulan, niatnya
48 T Dari Hina Hingga Mulia
itu terlaksana dengan mudah, mereka bisa menikah tanpa halang-
an. Tidak lama kemudian mereka memiliki rumah sendiri dan
seterusnya hidup rukun dan saling menyayangi. Ciptadi masih
bekerja sebagai mandor, sampai mendapat gaji dua puluh lima
rupiah sebulan.
Selama bekerja di pabrik, tidak sedikit godaan yang datang
hendak merusak keutamaan budi Ciptadi, godaan tersebut banyak
berasal dari teman-temannya sendiri. Ia diajak melakukan hal-
hal yang berdosa, seperti: berjudi, mabuk, bermain perempuan,
dan lain sebagainya, tapi semua itu ditolak oleh Ciptadi. Saat ada
pesta, Ciptadi dipojokkan oleh teman-temannya karena tidak mau
ikut main judi dan menari tayub, ia dikatai bukan laki-laki, dikatai
takut tidak bisa makan dan lain sebagainya, tetapi Ciptadi tetap
tidak mau, semua ejekan tidak dipedulikannya.
D atas telah saya jabarkan bahwa Ciptadi jadi mandor dan
digaji dua puluh lima rupiah sebulan, jadi sudah merupakan gaji
yang cukup tinggi.. Ciptadi sendiri juga sudah merasa beruntung
sekali mendapat gaji sebesar itu. Gaji tersebut kalau dibandingkan
dengan gaji para mandor lain yang setara, gaji Ciptadi lebih banyak,
karena gaji mandor lain jumlahnya paling banyak hanya tujuh
belas setengah rupiah atau dua puluh rupiah. Kalau dibandingkan
dengan ukuran gaji teman, Ciptadi cukup senang, tetapi kalau
dibanding dengan penghasilan kedua saudara iparnya yang men-
jadi saudagar jarik dan pemborong rumah, apakah lebih besar?
Juga apakah lebih senang? Tentu saja tidak, perbedaannya bagai
langit dan bumi, kalau mengingat hal itu hati Ciptadi merasa
bersedih. Apalagi kalau mengingat seringnya ada perkataan mer-
tua atau saudara-saudaranya yang kurang mengenakkan hati, tam-
pak Ciptadi menyesal mengambil Setyati sebagai istri.
Suatu hari Ciptadi dan istrinya pergi ke rumah mertuanya
hanya untuk bermain. Kebetulan hari itu pasangan Surareja dan
Mulyatama juga datang ke sana, sehingga rumah Kriyabangsa
mendadak kelihatan ramai. Semua orang duduk mengelilingi meja
Dari Hina Hingga Mulia T 49
besar, saling bercerita sambil minum minuman hangat. Tidak tahu
apa yang diceritakan. Sesudah bercerita, terdengar Sumastri
memamerkan pada semua orang yang duduk bahwa baru saja ia
membeli gelang seberat delapan puluh gram seharga seratus tujuh
puluh lima rupiah. Tidak lama kemudian, Sukati juga pamer baru
saja membeli cincin emas bermata berlian seharga dua ratus dua
puluh lima rupiah, bahkan cincin itu dilepaskan dari tangannya
dan ditunjukkan kepada yang sedang duduk. Semua orang me-
mandangi cincin itu bergantian, saat sudah selesai dikembalikan
pada Sukati lalu dipakainya lagi. Ayahnya berkata, “Itu murah
sekali, padahal emas tua dan berliannya besar dan sangat hidup.”
Sukati: “Memang sangat murah, Pak, karena yang menjual
sedang butuh uang.”
Ayahnya: “Siapa yang jual?”
Sukati: “Mas Ajeng Kuswara.”
Ayahnya: “Lho, Mas Ajeng Kuswara sampai butuh uang,
sampai jual cicin itu bagaimana ceritanya?”
Sukati: “Saat malam minggu dia bersama istrinya pergi ke pesta
pernikahan di Klampok, saya juga ke sana. Mereka berdua main
judi, lawannya orang-orang yang sudah berpengalaman, tentu saja
diperdaya hingga habis-habisan. Saat sudah jam satu uang mereka
habis, tapi malu kalau mau mundur, buktinya Mas Ajeng Kuswara
menjawil saya mengajak keluar, saya menurut. Saat di luar saya
ditawari supaya membeli cincin itu. Saya tidak berencana membeli-
nya karena harganya agak kemahalan, jadi saya tidak mau. Tapi
dia memaksa, bahkan harganya diturunkan jadi tujuh puluh lima
rupiah, sesudah itu saya setuju dan saya bayar saat itu juga.”
Ayahnya: “Oh, jadi sebenarnya harga cincin ini tiga ratus
rupiah?”
Sukati: “Ya.”
Ayahnya: “Mas Ajeng Kuswara setelah itu menang atau kalah?”
Sukati: “Wah, kasihan sekali, uangnya habis, cincin juga
hilang.”
50 T Dari Hina Hingga Mulia
Ayahnya: “Ya, itulah hasil dari keinginan yang besar, uang
habis cincinnya hilang dicakar kucingnya.”
Sukati: “Ya memang begitu. Ah, kasihan... sesampainya di
rumah mereka bertengkar, bahkan kabarnya mau bercerai.”
Ibunya: “Nah, kalau kamu mau cerita baru saja beli apa, Ti?”
Setyati mendengar pertanyaan ibunya, ia merasa malu dan
sedih sekali. Ia pun menjawab. “Aku ini, Mbok, mau bagaimana
lagi. Boro-boro beli barang semahal itu, beli barang seharga dua
rupiah saja kalau ingin sekali.”
Ciptadi, merasa dirinya sebagai laki-laki dan menantu, men-
dengar pertanyaan mertuanya tersebut serasa dadanya dipukul
palu, lalu berkata pada istrinya, “Jangankan dua rupiah, seharga
se-suku saja kalau ingin sekali.”
Semua orang yang berkumpul mendengar Ciptadi berkata
demikian langsung tertawa, kemudian Sumastri berkata, “Oh, anu,
Ti, kemarin ada penjual yang datang ke rumahku membawa
kalung beserta perangkatnya seharga seratus lima puluh rupiah.
Nah, itu saja yang kamu beli.”
Sukati menambahkan, “Kemarin ada orang yang menawarkan
anting-anting padaku, katanya seharga lima ratus rupiah. Kalau
kamu kurang suka dengan gelangnya, beli itu saja.”
Setyati tidak menjawab, wajahnya menjadi merah menyala
menandakan bahwa ia sangat malu. Bahkan Ciptadi karena sudah
tidak tahan lagi memutuskan untuk keluar pura-pura buang air,
padahal sebenarnya hanya berputar-putar di luar pagar saja.
Ciptadi mengusap keringat yang ada di wajah dan di dadanya.
Saat itu Sumastri berkata kepada Setyati “Kamu sih, Ti, yang dicari
seorang mandor yang gajinya hanya dua puluh lima rupiah saja,
kok seperti rindhik asu digitik, tergesa-gesa hanya karena keinginan.
Dulu aku kan sudah mengingatkan, tetapi kamu nekad, akhirnya
sekarang kamu tidak bisa setara denganku dan Sukati.”
Sukati menambahi, “Gaji dua puluh lima rupiah kan banyak,
Yu, bisa dipakai untuk beli motor”
Dari Hina Hingga Mulia T 51
Perkataan Sumastri dan Sukati tersebut memang benar-benar
menohok hati, apalagi Ciptadi yang saat itu juga mendengar per-
kataan mereka dengan jelas, karena hanya tersekat oleh pagar saja.
Setyati tidak menjawab sekata pun karena sangat malu dan hanya
merunduk saja, dalam hati seperti hendak menangis. Tidak lama
kemudian Ciptadi masuk lagi dengan berwajah ramah, tetapi saat
melihat keadaan Setyati yang seperti itu ia merasa sangat bingung.
Wajahnya berubah merah, hampir saja keluar perkataan yang tidak
baik, untungnya bisa ditahan. Akhirnya ia berkata kepada Setyati,
“Ayo pulang saja, ini sudah siang.”
Setyati tidak menjawab, ia langsung berdiri dan berjalan meng-
ikuti di belakang suaminya. Sesampainya di rumah Setyati lang-
sung masuk ke kamar dan menangis tersedu-sedu. Ciptadi bertanya,
“Kamu kenapa menangis?”
Setyati: “Siapa yang tidak marah, sudah tahu kita bukan orang
kaya, masih diejek juga, dan dipojokkan terus-menerus.”
Ciptadi: “Mau bagaimana lagi? Aku memang setengah mene-
gur diriku sendiri, sebagai seorang miskin tetapi mengambil dirimu
yang keluarganya kaya raya. Sekarang kamu sendiri mau bagai-
mana? Saudara-saudarimu kaya raya, aku dengar sendiri kalau
mereka kurang setuju punya ipar seperti aku, orang yang tidak
mempunya apa-apa”
Setyati: “Aku tidak paham maksud pertanyaanmu.”
Ciptadi: “Oleh karena saudara-saudaramu kurang setuju kamu
menikah dengan aku, hingga muncul perkataan hal yang tidak
mengenakkan itu, maka apakah kamu tidak malu? Apa kamu masih
berniat ikut denganku?”
Setyati: “Kalau kamu masih mau, meskipun menjadi orang
miskin sekalipun pasti aku ikut. Aku kan sudah berkali-kali bilang,
aku tidak menikah denganmu karena harta.”
Ciptadi tidak bertanya apa-apa lagi, ia lalu duduk di kursi,
sesekali melirik ke arah istrinya dan terharu. Pikirnya dalam hati,
“Hmm, kapan aku bisa mencukupi kebutuhan istriku. Kasihan
52 T Dari Hina Hingga Mulia
sekali, saudara-saudaranya kaya raya, hanya dia sendiri yang
miskin. Pantas saja setiap kumpul keluarga ia dipojokkan, tetapi
ya jangan terlalu.”
Suatu kali, masalah yang lebih besar datang pada Ciptadi dan
istrinya. Ciptadi dipecat dari pekerjaannya bukan karena melaku-
kan kesalahan, tapi karena perbuatan jahat temannya sendiri.
Ciptadi sedih sekali, kemudian ia mengerti bahwa tidak hanya
kemiskinan saja yang bisa membuat seseorang dibenci, kesung-
guhan atau kejujuran juga bisa dibenci. Tetapi Ciptadi walaupun
tahu dirinya dijahati tetap diam saja, tidak sekalipun berniat
membalas. Gusti Allah maha adil. Siapa pun yang membuat orang
lain susah akan disusahkan juga. Hal itu tidak berbeda dengan
orang yang menjahati Ciptadi. Karena sudah menyusahkan orang
yang tidak bersalah, tidak lama kemudian orang itu mengalami
kesusahan sendiri, ia juga dipecat dari pekerjaanya. Bahkan ia
dihadapkan di pengadilan karena bersalah membuat bon palsu.
Selama masih punya uang Ciptadi dan istrinya terus tinggal
di rumah mereka sendiri, tapi setelah uang mereka habis, terpaksa
mereka harus tinggal menumpang pada mertuanya. Bahkan, akhir-
nya ia terpaksa menumpang pada Surareja dan membantu ber-
dagang, mereka makan ditanggung oleh Surareja dan setiap bulan
diberi sepuluh rupiah sebagai upah pekerjaannya. Istrinya juga
di sana membantu pekerjaan kakak perempuannya.
Selama bekerja di tempat Surareja, Ciptadi selalu merasa
bahwa hidupnya bisa diperibahasakan ancik-ancik ing pucuk eri,
siang malam selalu merasa tidak tenang, karena sering kali me-
nemui masalah dan sering mendengar kata-kata yang tidak me-
ngenakkan hati. Awalnya ia mencoba bertahan, tapi akhirnya
tidak bisa tahan lagi, sampai muncul ide untuk pergi diam-diam
mencari pekerjaan ke tempat lain. Sungguh, suatu hari Ciptadi
pergi tanpa pamit kepada mertua dan saudara-saudara iparnya,
pada istrinya juga tidak. Ia berangkat jam lima pagi sebelum
istrinya bangun. Sebelum pergi ia menulis pesan di selembar kertas
Dari Hina Hingga Mulia T 53
sambil menangis, lalu diletakkan di atas meja. Seperti apa kepe-
dihan hati yang dirasakan Ciptadi saat itu, para pembaca silakan
mengira-ira sendiri karena waktu itu istrinya masih tidur ber-
selimut.
Sekitar jam setengah enam pagi Setyati bangun, seperti biasa-
nya ia lalu pergi ke dapur merebus air sambil bebersih dengan hati
tenang, tidak terpikir sama sekali bahwa suaminya sudah pergi.
Ia memang sudah melihat suaminya tidak ada di kamar, tapi
dikiranya sedang membuka toko saja, oleh karenanya ia tenang-
tenang saja. Jam enam tepat Surareja datang ke dapur dan bertanya
pada Setyati, “Suamimu ke mana? Sudah jam enam kok belum
buka toko?”
Setyati terkejut mendengar pertanyaan tersebut, ia menjawab,
“Ia bangun sudah dari tadi, saya kira malah sudah di toko.”
Surareja: “Seandainya sudah, aku tidak akan tanya padamu.
Hmm, orang bekerja kok main-main seperti bocah.”
Setyati tidak menjawab. Ia kemudian mencari suaminya di
kamar mandi, tapi tidak ketemu, lalu masuk ke kamar dan di sana
ia melihat ada surat terletak di meja. Surat itu segera diambilnya
dan jantung berdegup, surat dibacanya, isinya seperti berikut.
Adinda Setyati
Pembukaannya, janganlah terkejut, kakanda dengan saran
surat ini memberitahumu, jam lima tadi kakanda sudah pergi dari
sini. Pergi ke mana tidak tahu, kakanda sendiri belum bisa menen-
tukan. Mau bagaimana lagi, itu sudah menjadi keinginanku, jangan
terlewatkan ayo kita saling mendoakan saja. Supaya kakanda dan
Engkau yang sedang berada di jurang kesusahan, yaitu kemiskinan
ini selalu diberikan selamat.
Adapun kepergian kakanda dari tempat ini tidak sedikit pun
bermaksud memutus cinta ... tidak, tapi kakanda perlu mencari
pekerjaan yang sekiranya bisa menyenangkan hati kakanda yaitu
di tempat lain. Oleh karena itu, Engkau jangan salah sangka.
54 T Dari Hina Hingga Mulia
Sangat berlebih sebenarnya kakanda ingin jangan sampai ber-
pisah denganmu, tapi mau bagaimana lagi... takdir tidak meng-
izinkan.
Tidak terlewatkan, Setyati! Kakanda minta kepadamu, semoga
Engkau bisa berbelas kasih dan bersabar terhadapku selama tiga
tahun, kalau dalam tiga tahun kakanda tidak memberi kabar apa
pun padamu, itu tandanya kakanda tidak bisa diharapkan kembali,
dan Engkau tidak ada halangan jika ingin menikah dengan orang
lain. Syukur-syukur kalau kakanda segera mendapat keberuntung-
an, pasti akan segera bertemu denganmu lagi.
Akhirnya, tetaplah sehat, Setyati. Tolong sampaikan baktiku
kepada bapak dan para saudara semua!
Kakanda yang prihatin:
CIPTADI
Sesudah membaca Setyati langsung jatuh ke tempat tidur dan
menangis tersedu-sedu, katanya, “Aduh, Ciptadi, Ciptadi! Tega
sekali kamu meninggalkan aku. Kamu pergi ke mana, Ciptadi? Aku
mau menyusul. Apa memang itu niatmu, membuatku lebih malu?”
Saat Sumastri mendengar tangisan Setyati itu ia segera men-
datanginya, lalu bertanya, “Ada apa? Ada apa?” Tidak lama kemu-
dian Surareja juga datang dan menanyakan itu juga pada Setyati,
tapi Setyati tidak menjawab, ia hanya terus menangis sesenggukan.
Ketika Setyati mendongak hendak mengusap air matanya, Sumastri
melihat bahwa di tangan Setyati tergenggam surat yang sudah
setengah basah terkena air mata. Surat diambil dan dibacanya
bersama suaminya, sesudah membaca suaminya berkata, “Tidak
beradab ini! Seringkali begitu Ciptadi, tidak mau menerima ke-
baikanku, kurang puas mendapat upah dariku. Hem! Ya meng-
herankan sekali, ini namanya orang yang rendah tidak merasa
rendah, orang miskin tidak merasa miskin, terburu-buru pergi
ke mana-mana, apa mau mencari uang gaji 150 rupiah? Heh! Seperti
cebol meraih bintang.”
Dari Hina Hingga Mulia T 55
Mendengar perkataan Surareja seperti itu Setyati semakin
merasa sedih. Tentu saja, saat itu seharusnya ia sangat mengharap-
kan penghiburan, tetapi malah disudutkan. Setelah berhenti me-
nangis, Setyati kembali pulang ke rumah orang tuanya sambil
membawa surat itu. Ketika orang tuanya mengetahui isi surat ter-
sebut sampai lama semua terdiam karena prihatin. Akhirnya
ayahnya bicara, “Setyati! Setelah kupikir-pikir aku tidak mau
menganggap suamimu itu bersalah, aku justru memuji, karena
aku paham bahwa dia pergi bukan karena keombongannya tetapi
karena kelapangan hatinya. Begitulah sifat lelaki sejati, tidak takut
kesusahan untuk memenuhi kebutuhanmu. Pasti dia merasa malu,
karena saudara-saudaranya orang berada sedangkan dirinya sendiri
seperti orang miskin. Cukuplah dirimu mendoakan saja, supaya
terkabul apa yang jadi keinginannya.”
Ciptadi sebenarnya pergi ke mana? Apakah ke Madiun? Tidak,
ternyata ia ke Bandung, mencari pekerjaan di sana. Semakin jelas
bahwa jarak antara Ciptadi dengan Jupri semakin lama semakin
jauh. Anak penggembala memohonkan: rujak beton. Jupri ke timur
Ciptadi ke barat. Jupri ke daerah Kediri, Ciptadi ke Priyangan,
secara nalar sangat tidak mungkin kedua orang itu akan bertemu
lagi.
56 T Dari Hina Hingga Mulia
Diceritakan Jupri berada di Pare. Ia sudah mempunyai uang
tabungan cukup banyak, ia pun berniat melanjutkan perjalanan-
nya. Jupri pergi dengan menaiki trem yang ke arah Kediri.
Memang ia berniat pergi ke kota itu. Selama di Pare Jupri sudah
sering sekali mendengar berita tentang stasiun Kediri yang terkenal
banyak copet yang cerdik-cerdik. Itulah sebabnya banyak sekali
orang yang kehilangan jam tangan dan dompet di stasiun. Selama
di dalam trem, Jupri terus mengingat-ngingat hal tersebut, tapi
sesampainya di tempat yang dituju ia lupa, ia turun dari trem
dengan santai dan tidak hati-hati. Saat mau keluar dari stasiun,
Jupri melihat kertas lebar berwarna merah terpampang di tembok
dengan tulisan besar.
Awas Copet !!!
Saat itu juga Jupri teringat lagi dan langsung merogoh saku-
nya. Hem, Jupri sangat terkejut karena dompet beserta isinya sudah
tidak ada, sudah dicuri orang. Jupri merasa sangat kesal, pikirnya
dalam hati, “Hem, kerja kerasku selama di Pare berbulan-bulan
ini hanya untuk diberikan pada orang lain. Eh! Jahat sekali copet
di sini, tidak ada belas kasihan sama sekali. Uang hasil kerja
kerasku ternyata diambil sedompetnya. Seandainya orang yang
mengambil tadi ketahuan, akan kujadikan bola sepak. Lha...
sekarang aku harus bagaimana, uang hilang dan perutku lapar
sekali. Ya, mau apa lagi.”
V
Mengamen
Dari Hina Hingga Mulia T 57
Jupri lalu pergi mencari pasar sambil memanggul petinya.
Sepanjang jalan ia ditawari oleh kusir, “Mari naik dokar, Mas.”
Tapi Jupri terus menjawab, “Tidak.” Ia menjawab dengan jengkel,
karena sudah kehilangan semua uangnya, sepanjang jalan ditawari
naik dokar.
Sesampainya di pasar, Jupri menuju ke toko barang bekas,
peti serta isinya, semua jas dan jariknya dijual, semua hanya
menghasilkan dua rupiah tujuh puluh lima sen. Dengan tidak sabar
Jupri pergi ke tempat yang menjual makanan dan minuman, ia
makan sampai kenyang. Dari sini ia lalu pergi ke pasar klithikan, ia
membeli dompet seharga 25 sen. Sekarang uangnya tersisa dua
rupiah saja diselipkannya ke dalam dompet lalu dimasukkan da-
lam saku. Kemudian Jupri keluar dari pasar hendak melanjutkan
perjalanan, saat belum jauh Jupri hendak membeli rokok, tetapi...
ah! malang sekali, dompetnya hilang lagi, Jupri geram. Pikirnya,
“Hem! Orang yang mencuri di sini itu iblis atau setan, cerdik sekali,
aku dicopet sampai dua kali tidak terasa. Sekarang aku harus bagai-
mana, uang tidak punya, pakaian tidak punya, apa yang akan ku-
jual? Baju tinggal satu helai ini apa laku, bentuknya saja sudah
lusuh seperti habis dijilati anjing. Kalau aku sampai tidak bisa beli
nasi bagaimana? Apa sebaiknya aku jadi pencopet saja? Ah! tidak,
kalau masih bisa berusaha, jangan sampai aku jadi pencuri. Seka-
rang merasa malu tetapi apa yang dimalukan, sebaiknya aku me-
nyanyi tembang saja.”
Sejak hari itu Jupri menjadi pengamen, setiap warung dan
rumah orang terhormat ia hampiri, mengamen di rumah-rumah
itu, sisa uang yang dipakai untuk makan dikumpulkannya.
Suatu hari Jupri mampir di sebuah warung yang ditinggali
sepasang suami-istri, sambil duduk di pinggiran ia berkata,
“Permisi, Mbok Ajeng.”
Wanita: “Ya, ada apa, Dik?”
Jupri: “Saya mau menyanyi, Mbok.”
Wanita: “Satu babak berapa, Dik?”
58 T Dari Hina Hingga Mulia
Jupri: “Tidak dihitung per babak, Mbok Ajeng! Dihitungnya
per pada saja.”
Wanita: “Satu pada berapa?”
Jupri: “Tidak usah ditawar, setengah sen saja.”
Wanita: “Baik, silakan dimulai! Anggap saja bisa menggun-
dang orang.”
Jupri: “Walah, sungguh celaka! Jadi saya ini dianggap bendhe
lelang saja.”
Wanita: “Kan hanya dianggap saja, apa terkurangi?”
Jupri: “Memang bukan kelelawar bukan kampret, tapi tidak
pantas. Ya sudah mbok, saya mulai. Ehem! Ehem! Tumben suaraku
tidak enak, mau dipakai cari uang malah ngambek. Ehem! Ehem!”
Sesakit-sakitnya orang hidup, lihatlah hidupmu, apa yang
membebani. Ingatlah pada asal-usul, asal-usul hidupku ini. Hidup
itu ada dua hal, satu hal: hidupmu itu tubuh jasmani, tubuh halus
adalah sukma, itu yang kedua. Semua itu rasakanlah!”
Wanita: “Lho, lagunya kok tentang ngelmu.”
Jupri: “Ya, Mbok Ajeng! Ya, ini yang dinamakan ngelmu yang
sejati.”
Wanita: “Walah! Sangat cocok, lagunya tentang ngelmu, dan
yang menyanyikan suaranya empuk, itu cocok namanya.”
Jupri: “Tidak perlu dipuji, Mbok, karena memang seperti itu.
Jika suaranya tidak enak nanti bagaimana? Setiap hari berkumur
masakan tidak ada manfaatnya.
Wanita: “Tobat! Tobat! Setiap hari berkumur. Lalu berkumur
dengan apa, Dik? Berkumur dengan pupus tanjung atau dengan
cabe rawit?”
Jupri: “Tahu kupat dan soto, Mbok Ajeng.”
Wanita: “Tobil, tobil! Berkumur pakai tahu dan soto, enak
betul.”
Jupri: “Yang mudah didapat saja. Ehem! Ehem!”
Sungguh tubuh jasmani tubuh rohani, membutuhkan makan-
an dan pakaian, yang sangat luhur semuanya, yang faedahnya besar,
Dari Hina Hingga Mulia T 59
yang sangat berguna, jangan pangan dan sandang yang berwujud
racun, yang bisa menyebabkan rusaknya tubuh jasmani dan rohani,
yang sudah disebutkan di depan.
Makanan tubuh jasmani yakni: makanan biasa sehari-hari, nasi
dan lauk pauknya, jadah, ketan, dan gethuk, jiwel, gathot, apem,
dan serabi, singkong rebus dan bakar, legendar dan bolu, gandhos,
klepon dan rengginang, sejumput kue putu dan semar mendem
serta wajik, nasi loyang dan basi.
Minuman coklat, teh dan kopi, susu kental dan mentega, apa
lagi wedang jahe, air-blanda dan limun, sirup frambos apa lagi,
sirup asem-aseman, dawet srinthil, cincau dengan air putih, itu semua
berwujud minuman, tapi juga termasuk makanan.
Candu, wisky, arak, ciu, brandy, sungguh bukanlah makanan
yang baik, karena tidak ada manfaatnya, bahkan semua itu adalah
makanan yang merusak, merusak tubuh dan ingatan. Semua raja
brana: rumah, ladang dan sawah; serta raja-kaya yang berupa ker-
bau, sapi, singkirilah.
Adapun yang disebut sandang, yaitu: ikat kepala, baju ber-
potongan Cina, baju dalam, kemeja kerah serta dasinya, stagen serta
kamus, bengkung selendang sabuk benting, tapih bebed dan sruwal,
celana dalam dan sarung, celana pendek dan panjang, kaos selop
sepatu trumpah selop jilinggring, topi sandal gamparan.
Semua orang harus berhati-hati ketika berpakaian karena ada
tata caranya. Jangan hanya asal menempel saja. Sebelum dan se-
sudah berpakaian adat tetap dijaga jangan sampai menjadi bahan
pembicaraan orang-orang lain. Jika dilakukan pembatasan, mema-
kai celana pendek atau celana panjang dengan jas pasti disebut
manusia berubah.
Sedangkan makanan jiwa itu, tiada lain selain nasihat. Ajaran
utama artinya, nasihat yang muncul dari agama yang sejati, agama
yang baik, pemberian Yang Agung, yang kuasa-Nya tak ada yang
menyamai, yang sudah menciptakan laut, bumi, dan langit, beserta
seisinya.
60 T Dari Hina Hingga Mulia
Adapun yang dinamakan sandang adalah kebaikan dan ke-
utamaan, perilakunya utama, welas asih kepada sesama, baik pada
yang tinggi, rendah, kaya, maupun miskin. Jangan merasa besar-
sombong, sok pintar-sok berani, senang menghasut orang lain
dan jahat serta bersikap nista. Siang-malam hanya berbudi luhur
penuh kasihlah yang dilakukan. Inilah mahkota kehidupan.
Mencuri, berfoya-foya, apalagi berjudi, yaitu: domino, ceki, cap
ji kya, gonggong pei dan keplek, dua satu dan dadu, klenthengan dan
permainan kelereng, katak ular gelangan, slentikan botol, tembak-
tembakan undar-undaran, itu semua bukan perbuatan yang utama,
sebaiknya jauhilah!
“Sudah, Mbok Ajeng, sudah.”
Wanita: “Sekarang Pangkur, Dik.”
Jupri: “Baik, Yu, baik. Ini lagu dari buku Wulang Sunu. Ehem!
Ehem!”
Hai anak-anakku, ingatlah nasihatku, simpanlah dalam kalbu,
jangan sampai berceceran, siang malam harus Engkau ingat-ingat,
lakukanlah dengan sungguh-sungguh, supaya kau selamat sejah-
tera.
Seperti batang janur, gelang kecil penghias jari, jalan bermarta-
bat seluruhnya tiada lain adalah keutamaan, manusia itu seperti
kayu yang diukir. Nak, carilah dengan tekun saat siang dan malam.
Samak wulu tutup jogan (babut), bedhil alit mangka panjageng dhiri
(gaman) . Yang disebut keutamaan yaitu, asih kepada teman. Damar
gedhah tumanceb pinggir delanggung (dian), manusia dari Baweyan,
kasih berasal dari semua kebaikan.
Ibarat gunung-gunung menjulang ke angkasa, surat yang
memuat banyak kabar, bahwa sungguh manusia yang tidak diberi
cinta kasih, ia tidak diperhitungkan. Manusia selayaknya sebagai
kekasih Yang Agung. Cinta kasih adalah mahkota kehidupan. Se-
layaknya semua mengusahakannya.
“Sudah, Yu, sudah.”
Wanita: “Berapa totalnya, Dik?”
Dari Hina Hingga Mulia T 61
Jupri: “Yang lain-lainnya dihitung apa tidakkah, Mbok Ajeng?”
Wanita: “Lain-lainnya apa saja?”
Jupri: “Kinanthi, lagu dari Wulang Kenya.”
Wanita: “Itu ke mana arahnya?”
Jupri: “Begini: yang perlu pintar itu bukan laki-laki saja, perem-
puan juga perlu, karena kalau perempuan berumah tangga akan
mendapat jabatan aneka tanggung jawab. Singkatnya ada dua yang
besar, yaitu guru dan patih. Guru, sebagai guru anak-anaknya,
wajib mengajarkan keutamaan dan ketekunan. Patih, menjadi patih
dari suaminya. Kewajibannya mencari cara untuk kebaikan rumah
dan semuanya. Kedua pekerjaan tersebut bukan pekerjaan yang
mudah, tetapi sulit, yang bisa melakukan hanya orang-orang yang
pintar saja. Tetapi karena hal itu sudah menjadi tanggung jawab
semua perempuan, maka semua perempuan haruslah pintar. Agar
pintar mereka harus bersekolah.
Dahulu umumnya perempuan itu dianggap haram jika mere-
ka bersekolah, tetapi zaman sekarang banyak yang sudah mema-
hami bahwa pemikiran seperti itu keliru, dan banyak yang sudah
tahu membedakan antara perempuan yang pintar dan perempuan
yang bodoh, yaitu dari hasil pekerjaannya. Perempuan yang bodoh
kalau mengingat-ingat apa pun. Menghitung beras misalnya, biasa-
nya beras saberuk ditandai satu garis dengan injet di satu tiang,
jika jumlah berasnya banyak garis injetnya juga banyak sampai
memenuhi tiang. Perempuan yang pintar tidak mau melakukan
itu, banyak maupun sedikit mereka pasti menandai dengan pensil,
karena mereka mengerti pengingat dengan menggoreskan injet
itu kurang baik, karena selain memenuhi tiang, juga mudah sekali
keliru dan lagi mengotori tiang, tidak enak dipandang. Coba saya
nyanyikan, ya?”
Wanita: “Tidak usah, Dik, karena sudah paham tujuannya,
kok.”
Jupri: “Walah, celaka! Kemalingan tapi tidak sadar. Ah, ya
sudah.”
62 T Dari Hina Hingga Mulia
Wanita: “Semuanya jadi berapa, Dik?”
Jupri: “Hitungannya berapa pada, Yu?”
Wanita: “Saya tidak menghitung. Ya sudah ini se-kethip saja,
rugi uang satak tetapi beruntung karena tambah saudara.”
Jupri: “Terima kasih! Saya rela, Mbok Ajeng.”
Wanita: “Kamu ini bagaimana, Dik, menyebut orang kadang
“mbok ajeng: kadang kala “yu”, kok berubah-ubah?”
Jupri: “Apa tidak pantaskah? Rela, Mbok Ajeng.”
Wanita: “Ya, Dik, iya.”
Jupri melanjutkan perjalanannya.
Setiap kali Jupri mengamen di warung atau di tempat lain,
pasti kemudian banyak orang yang datang menonton dan men-
dengarkan, semua orang kelihatan senang mendengarkan nyanyi-
an Jupri. Lagunya lembut, tinggi-rendahnya nada luwes, dan
suaranya empuk nan enak, ditambah lagi Jupri memang dasarnya
lucu, tapi tidak saru. Itulah sebabnya semua orang yang menon-
ton dan yang mendengarkan merasa senang hatinya. Selama
mengamen, Jupri tak henti-hentinya mencari Ciptadi, tetapi tanpa
hasil.
Jupri berada di kota Kediri selama dua bulan, dari sini ia
meneruskan ke Tulungagung, tidak dengan naik kereta, tetapi
dengan berjalan kaki saja sambil mengamen di sepanjang perjalan-
an. Tidak semua orang bersimpati pada Jupri, ada satu dua orang
yang tidak suka, anggapan mereka bahwa mengamen itu sangat
tidak pantas untuk orang yang masih kuat dan sehat. Bahkan di
suatu hari pernah terjadi, Jupri mampir ke salah satu rumah besar
dan bagus, niatnya ingin mengamen, tetapi baru saja duduk di
pinggir rumah sang empunya rumah bertanya dengan kasar,
“Kamu orang mana?”
Jupri menjawab dengan hati yang kurang enak: “Saya orang
Wanadadi.”
Yang empunya rumah: “Ke sini mau apa?”
Jupri: “Mau mengamen.”
Dari Hina Hingga Mulia T 63
Yang empunya rumah: “Heh, enak sekali ya, mau kenyang
tidak mau susah.”
Jupri: “Tapi kan tidak semua orang mau menjalani ini.”
Yang punya rumah: “Kalau bukan orang malas ya pasti tidak
mau.”
Jupri: “Bisa juga begitu, tapi menurut saya berbeda sedikit.
Banyak orang malas yang lebih suka mengemis daripada menga-
men, karena mengamen masih agak sulit, sedangkan mengemis
tidak, meskipun kedua jenis pekerjaan itu halangannya sama “.
Yang punya rumah: “Halangannya apa?”
Jupri: “Jika bertemu dengan orang pelit, ia tidak mau mene-
rima pengemis atau pengamen, ditambah lagi mereka diusir-usir
seperti anjing kudisan.”
Yang punya rumah: “Apa kamu tidak punya pekerjaan?”
Jupri: “Saat ini selain mengamen tidak punya.”
Yang punya rumah: “Apa tidak mencari?”
Jupri: “Syukur kalau Anda mau memberi pekerjaan.”
Yang punya rumah: “Di sini bukan tempat untuk mencari
pekerjaan.”
Jupri: “Juga bukan tempat orang mengamen, ya?”
Yang punya rumah: “Pasti.”
Jupri: “Juga bukan tempat meminta tolong orang miskin, ya?”
Yang punya rumah: “Benar.”
Jupri: “Sekarang jelas, bahwa di sini bukan tempatnya orang
yang...”
Yang punya rumah: “Yang... yang apa?
Jupri: “Tidak perlu saya jelaskan, karena menurut saya Anda
sudah bisa memahami sendiri.”
Yang punya rumah: “Aku tidak menduga perkataanmu bisa
pintar seperti pengacara begitu. Sudah pergi sana, aku tidak mau
memberi apa-apa.”
Jupri: “Tidak apa-apa, saya juga tidak mengemis.”
Jupri lalu pergi dari sana.
64 T Dari Hina Hingga Mulia
Jupri memang sejak dulu berpikir bahwa mengamen itu yang
tergolong pekerjaan rendahan, tetapi sekarang ia menjalani karena
terpaksa, jika tidak terpaksa tentu ia tidak mau.
Setelah sampai di Tulungagung Jupri tidak mau melanjutkan
mengamen, ia kembali bekerja pada salah satu empu dan menda-
pat hasil upah setimpal dengan pekerjaannya sebagai buruh . Kyai
Empu kagum sekali pada keterampilan Jupri, apalagi hal meng-
garap kayu, sudah tidak lagi mengajari lagi. Tidak mengherankan
karena Jupri memang terbiasa dengan pekerjaan tersebut, sebab
ia sudah lama belajar di pecinan. Sekarang Jupri sudah merasa
bosan ke mana-mana, bahkan ia merasa kurang senang hidup
sendirian terus. Itu sebabnya ia mengambil istri anak seorang janda
miskin bernama Suminten. Gadis itu memang anaknya janda mis-
kin tapi Jupri senang padanya, karena berbudi baik, tingkah laku-
nya halus dan parasnya juga cantik.
Setelah menikah dengan Suminten, Jupri berumah tangga
sendiri, tapi pekerjaannya tetap dilanjutkan di rumah Kyai Empu
tadi.
Dari Hina Hingga Mulia T 65
Diceritakanlah Ciptadi sesampainya di Bandung langsung
mencari pondokan. Ia dapat tapi hanya di sebuah warung saja.
Keesokannya ia terus berkeliling mencari pekerjaan, sampai saat
dhuhur juga masih belum dapat. Saat itu Ciptadi mampir ke salah
satu warung untuk istirahat dan juga makan. Ketika sedang makan,
pemilik warung bertanya pada Ciptadi, katanya, “Dari mana, Mas?”
Ciptadi: “Saya dari Purwokerto, Kang.”
Yang punya warung: “Dari Purwakarta?”
Ciptadi: “Purwokerto, wilayah Banyumas.”
Yang punya warung: “Jauh, ya. Ke sini ada perlu apa?”
Ciptadi: “Mencari pekerjaan.”
Yang punya warung: “Sudah dapat?”
Ciptadi: “Belum, makanya saya sedih sekali.”
Yang punya warung: “Apakah Adik sudah datang kepada
Tuan Zeeman?”
Ciptadi: “Rumahnya di mana?”
Yang punya warung: “Tepat di timur stasiun.”
Ciptadi: “Belum. Memangnya bagaimana?”
Yang punya warung: “Saya mendengar dari seseorang yang
dapat dipercaya, bahwa tuan itu membutuhkan seorang juru tulis,
coba saja pergi ke sana, Dik.”
Ciptadi: “Lha, pekerjaan orang Belanda itu apa?”
Yang punya warung: “Tentang itu saya tidak bisa menjelaskan.
Kalau tidak salah semacam yang menguasai perihal oerlelalnga.”
V I
Kaberuntungan dan kebahagiaan
66 T Dari Hina Hingga Mulia
Ciptadi: “Apakah Vendumeester?”
Yang punya warung: “Bisa juga.”
Ciptadi: “Baik, nanti sore saja saya pergi ke sana.”
Setelah makan Ciptadi berpamitan dan melanjutkan perjalan-
an untuk melihat-lihat keadaan kota Bandung. Bandung, salah satu
kota yang besar nan ramai, berada di pegunungan, hawanya sejuk
dan enak, banyak gedung yang indah-indah, banyak pemandang-
an yang asri enak dipandang mata. Kira-kira jam empat sore Ciptadi
pergi ke tempat tinggal tuan yang diceritakan oleh pemilik warung
tadi, untungnya bisa langsung bertemu. Singkat cerita Ciptadi di-
terima sebagai juru tulis, dijanjikan gaji f 35,-- sebulan. Ciptadi
senang sekali, pekerjaan dilakukan dengan hati-hati, itu sebabnya
tuannya senang.
Di Bandung, gaji sebesar f 35,-- itu bukanlah gaji yang terhitung
besar, tapi kecil. Bagi orang yang suka jalan-jalan, suka jajan atau
menonton sirkus, upah sebesar itu tidak akan bisa mencukupi.
Ciptadi sendiri juga mengerti dan mengakui bahwa gajinya kecil
sekali, kalau dipakai sewenang-wenang tentu kurang. Itu sebabnya
ia memakai uangnya dengan sangat hati-hati, tidak sekali pun mau
menggunakan uang jika tidak perlu. Pengeluarannya setiap bulan
diperinci seperti berikut: yang f 20,-- untuk biaya makan, yang f
5,-- untuk uang setrykan, yang f 2,50 untuk membeli rokok, f 2,50
lagi untuk keperluan lain-lainnya, sedangkan sisanya ditabung
di postspaarbank.
Ciptadi sebagai juru tulis, sebagian besar pekerjaannya sebagai
juru salin saja, tapi bagi Ciptadi pekerjaan ini terasa sangat berat,
karena semua menggunakan bahasa Belanda padahal Ciptadi tidak
punya sedikit pun pengetahuan tentang bahasa ini. Kalau mau
belajar tidak ada gurunya, bisa juga belajar privat kepada salah
seorang guru, tapi sudah pasti tidak kuat membayar. Ciptadi ber-
harap sekali ada tempat belajar bahasa Belanda swasta yang biaya-
nya agak murah, jika ada niatnya mau nekat memasukinya. Untung-
nya harapannya terwujud, ia mendengar kabar bahwa ada se-
Dari Hina Hingga Mulia T 67
orang guru Belanda yang menyelenggarakan kursus bahasa
Belanda di malam hari, dari jam setengah delapan sampai jam
sembilan, khusus orang dewasa, dan biayanya sebesar lima rupiah
sebulan. Dengan izin dari tuannya, Ciptadi mengikuti kursus.
Semua pelajaran dipelajarinya dengan sungguh-sungguh dan hati-
hati, bahkan di tempat kerja tuannya sendiri tidak mempunyai
waktu untuk membimbing, maka saat bicara juga dipaksa meng-
gunakan bahasa tersebut. Itu sebabnya Ciptadi cepat bisa. Setelah
belajar dua tahun dapat dikatakan ia sudah menguasai bahasa
Belanda, kemudian Ciptadi ketika menempuh ujian K.E ia lulus
tanpa kekurangan apa pun, membuat hatinya senang, tuannya
pun ikut senang. Bahkan tuannya lalu menolongnya dengan
mencarikan pekerjaan yang sesuai dan bisa memakai diplomanya.
Lalu dapat pekerjaan di lingkungan S. S. Ia dijadikn juru tulis di
stasiun Bandung, gajinya besar dan cukup. Sejak saat itu Ciptadi
menyewa rumah sendiri yang cukup bagus, untuk makan masih
ditanggung oleh tuannya yang dipondoki.
Suatu hari Ciptadi menulis surat ditujukan kepada istrinya,
yang sudah dua setengah tahun ditinggalkan di Purwokerto. Saat
sudah selesai surat itu dikirim lewat pos, begini isinya:
Salam dan doa kakanda
kepada adinda Setyati di
Purwokerto.
Pembukaan,
Dengan sarana surat ini kakanda kirim kabar kepada adinda.
Sejak kepergian kakanda dari sini dahulu sampai saat ini kakanda
masih diberi keselamatan, tidak kurang suatu apa pun. Bahkan
di beberapa bulan lalu kakanda mengikuti ujian K.E. dan bisa
lulus tanpa kekurangan apa pun, serta sejak saat itu kakanda
ditunjuk menjadi juru tulis di stasiun Bandung.
Sekarang bagaimana kabar adinda, apakah baik dan diberi
keselamatan? Nanti kakanda punya keinginan ke sini mendatangi
68 T Dari Hina Hingga Mulia
adinda, saat nanti itu semoga tidak ada halangan apa pun. Maka
dari itu, setelah menerima surat ini kakanda harap adinda segera
membalas.
Sampaikan baktiku kepada bapak dan ibu serta semua saudara.
Bandung, .............
Kakanda terkasih:
CIPTADI
Setelah seminggu sejak terkirimnya surat itu, kira-kira jam
tujuh sore Ciptadi menerima balasan dari istrinya, begini isinya:
Surat serta sembah pangabekti saya adinda Setyati,
di Purwokerto, untuk kakanda Mas Ciptadi,
yang bekerja sebagai juru tulis S. S. di Bandung.
Setelah seperti tersebut di atas izinkanlah awal surat ini bahwa
adinda tiada masalah apa pun, hanya adinda memberitahukan
bahwa: pada tanggal .... adinda sudah menerima surat dari sini yang
berasal dari Bandung ke ....., dan isi surat adinda mengerti semua.
O! Kangmas! Surat kakanda itu benar-benar membuat hati
bahagia adinda, bapak, ibu, serta saudara-saudara. Adinda tidak
terpikir sedikit pun kakanda masih ingat pada adinda. Itu sebabnya
adinda selalu merasa sedih. Makanya saat adinda menerima surat
kakanda, kebahagiaan adinda bagai menemukan uang beribu-ribu
rupiah banyaknya.
Perkara kedatangan kakanda di Purwokerto memang adinda
harap-harapkan sekali, maka sejak kedatangan surat ini tolong
kakanda berikan keterangan: hari apa kakanda mau datang, lebih
baik lagi kalau diberi keterangan jamnya sekalian, jadi semakin
jelas.
Akhirnya, hanya itu yang saya sampaikan.
Purwokerto, ..............
Adinda yang sangat mencintai:
SETYATI
Dari Hina Hingga Mulia T 69
Ciptadi merasa senang dan lega sekali saat menerima balasan
surat dari istrinya itu, saking senangnya ia berkali-kali membaca
surat itu. Kemudian ia masuk ke ruang tulis dan menulis surat
lagi untuk dikirimkan kepada Setyati, yang menjelaskan bahwa
besok tanggal lima belas bulan ini Ciptadi benar-benar akan datang
ke Purwokerto. Setelah selesai, surat itu diamplopi dan ditempeli
perangko lalu dimasukkan dalam kotak pos yang tidak terlalu
jauh dari rumahnya.
Kira-kira jam delapan lebih, ketika Ciptadi sedang duduk
membaca surat kabar di pinggir depan rumahnya, ia terkejut men-
dengar ada suara wanita “kula nuwun”. Ciptadi langsung berdiri,
pikirnya, “Ada wanita datang ke sini, siapa itu? Apakah itu Setyati?”
Wanita itu kula nuwun lagi.
Sambil menaruh surat kabar di atas meja, Ciptadi menjawab
lalu mempersilakan masuk wanita yang belum kelihatan wujud-
nya tersebut, katanya, “Silakan masuk!”
Wanita itu lalu masuk. Ciptadi menduga apakah ia Setyatikah?
Bukan. Wanita itu... wanita sudah tua, kelihatan dari rambutnya
yang sudah nyambel wijen (beruban). Tampak sangat rendah hati,
saat masuk lalu ia bersimpuh di lantai. Berkali-kali Ciptadi me-
mintanya untuk duduk di kursi tapi ia bersikeras tidak mau.
Ciptadi bertanya, “Embok dari mana ?”
Wanita : “Saya koki juru tulis, Tuan.”
Ciptadi: “Juru tulis kantor pos?”
Wanita : “Ya.”
Ciptadi: “Malam-malam begini ada perlu apa?”
Wanita : “Mencari pelipur lara. Saya berada di tanah Pasundan
ini bisa dibilang hidup sendirian. Memang benar saya punya banyak
teman di tempat bekerja, tapi semuanya orang Sunda, tidak ada
satu pun yang orang Jawa. Itu sebabnya saya selalu merasa sedih.
Saat ini saya perlu datang ke sini ingin membiasakan dengan Tuan,
itu kalau Tuan bersedia.”
70 T Dari Hina Hingga Mulia
Ciptadi: “Syukurlah, Mbok, syukurlah!! Saya senang kalau
Mbok mau menganggap saya saudara. Hanya saja yang jadi pikiran
saya, saya saat ini kebetulan sedang....
Wanita: “Sedang... apa?”
Ciptadi: “Sedang... menduda.”
Wanita: “Kalau sedang menduda saja tidak apa-apa. Ndara
putri ada di mana?”
Ciptadi: “Masih tinggal di Purwokerto.”
Wanita: “Apakah ndara putri dari Purwokerto?”
Ciptadi: “Ya.”
Wanita: “Lahirnya apa di Purwokerto juga?”
Ciptadi: “Tidak, Mbok. Saya ini dari daerah timur, dari dusun
Wanadadi daerah Madiun.”
Wanita itu berhenti sejenak, lalu bertanya lagi: “Siapa nama
ayahanda?”
Ciptadi: “Kartadipa.”
Wanita: “Apakah masih sehat?”
Ciptadi: “Kalau hal itu saya tidak tahu, karena sudah lama
saya pisah dengan beliau. Kepergian saya memang dengan cara
yang kurang baik, pergi tanpa pamit.”
Wanita: “Apa alasannya?”
Ciptadi: “Karena tidak betah, setiap hari saya disiksa terus,
pekerjaan diberatkan, sandang pangan tidak dicukupi.”
Wanita: “Kok aneh, apakah ayahanda ayah tiri?”
Ciptadi: “ya. Ayah kandung saya sudah meninggal.”
Wanita: “Kalau ibu masih sehat, kan?”
Ciptadi: “Aduh, Mbok! Kalau masih sehat tentu saya tidak
akan sengsara. Memang benar ibu saya belum meninggal, tapi
bisa dibilang sudah tidak ada, karena kabarnya sudah menyebe-
rang ke Deli.”
Wanita: “Siapa namanya?”
Ciptadi: “Sumarah.”
Dari Hina Hingga Mulia T 71
Baru saja Ciptadi selesai mengucapkan nama itu, tiba-tiba
wanita tersebut berdiri dan memeluk Ciptadi sambil menangis,
katanya, “Aduh, Anakku! Beruntung sekali aku diizinkan bisa
bertemu denganmu. Aku ini embokmu, aku Sumarah. Kamu ini
benar Ciptadi kan? O, Ciptadi, Ciptadi! Aku sama sekali tidak
mengira akan bisa bertemu denganmu.”
Saking kagetnya Ciptadi tidak bisa menjawab apa-apa, lama
hanya termangu saja. Emboknya bicara lagi, “Di mana istrimu, Cip?
Kenapa tidak kamu bawa ke sini? Aku ingin tahu. Aku Sumarah,
embokmu, kenapa kamu diam saja? Apa kamu malu mengakuiku
sebagai embokmu?”
Ciptadi: “Jangan begitu, Mbok! Sabar dulu, sabar!! Duduklah
dulu, jangan seperti anak kecil.”
Sumarah lalu duduk, tidak di lantai tapi di kursi, berhadap-
hadapan dengan Ciptadi. Ciptadi bertanya, “Nanti dulu, Embok,
sebenarnya Embok datang kemari itu apakah hanya untuk bertemu
dengan saya?”
Sumarah: “Ya.”
Ciptadi: “Apakah Embok sudah tahu kalau saya ini Ciptadi?”
Sumarah: “Tidak, tapi setiap kali pergi ke pasar hampir dipasti-
kan bertemu denganmu, kalau tidak saat berangkat saat pulang-
nya. Setiap kali aku melihatmu jantungku serasa berhenti, karena
kuperhatikan wajahmu persis sekali dengan wajah ayahmu yang
sudah tidak ada. Akhirnya aku mengira, bisa jadi kamu ini Ciptadi,
itu sebabnya aku mau memastikan. Itu keperluanku datang malam-
malam begini.”
Ciptadi: “Ya, Embok, saya memang merasa sering sekali
bertemu Embok.”
Sumarah: “Kenapa kamu tidak bertanya?”
Ciptadi: “Karena saya lupa wajah embok, saya tidak tahu
bahwa itu adalah Embok.”
Sumarah: “Ya tidak heran, karena kita berpisah sudah lama
sekali, kira-kira sudah ada dua puluh tahunan?”
72 T Dari Hina Hingga Mulia
Ciptadi: “Jika kurang hanya beberapa tahun. Sebentar Embok,
kenapa Embok pergi dari Wanadadi? Apa alasannya?”
Sumarah: “Kamu tahu sendiri, aku orang yang kaya raya di
Wanadadi, setelah ayahmu meninggal dunia aku dinikahi Karta-
dipa, yaitu ayah tirimu, ayah kandungmu namanya Martareja. Sejak
awal aku tidak tahu bahwa Kartadipa menikahiku hanya untuk
mengakali warisan ayahmu saja, buktinya: saat sudah menikahi
aku dan kamu dipaksa menyerahkan semua warisan ayahmu ke
tangannya. Nama Martareja dihilangkan diganti Kartadipa, itu
semua dilakukan dengan mudah karena dibantu oleh lurah dan
carik. Lalu ia mengambil istri lagi yang lebih cantik dan muda
dibanding diriku, dan sejak saat itu aku diabaikan. Ketika itu aku
baru mengerti kelicikan Kartadipa. Aku sangat sedih dan semakin
lama semakin tambah sangat sedih. Akhirnya aku nekad pergi
tanpa pamit, bekerja pada orang Belanda sampai saat ini. Kamu
tidak kubawa karena kurasa kurang baik.”
Ciptadi: “Jadi adanya kabar tentang Embok pergi ke Deli itu
bohong.”
Sumarah: “Sudah pasti kabar itu karangan Kartadipa, supaya
orang yang kasihan padaku jangan sampai mencariku. Aku tahu,
kalau aku terus berada di Wanadadi, Kartadipa tidak suka, kha-
watir kalau aku meminta kembali seluruh harta ayahmu.”
Ciptadi mengangguk-anggukkan kepala, sekarang Ciptadi
sudah mengerti rahasia Kartadipa. Tidak lama kemudian Ciptadi
bertanya lagi, “Apakah sejak pergi dari Wanadadi Embok berada
di Bandung ini?”
Sumarah: “Tidak, aku di sini belum lama. Sebelum ke sini aku
sudah pergi ke mana-mana, Surabaya, Malang, Semarang, Cirebon,
dan Betawi. Nah, sekarang kamu sampai pergi dari Wanadadi
itu bagaimana ceritanya?”
Ciptadi kemudian menceritakan seluruh perjalanannya, dari
awal hingga akhir sampai selesai, Sumarah mendengarkan dengan
saksama. Saat Ciptadi sudah selesai bercerita, Sumarah berkata,
Dari Hina Hingga Mulia T 73
“Sekarang istrimu diperhatikan dulu... segera datangilah, untuk
apa menunggu besok-besok?”
Ciptadi: “Kalau tidak ada halangan besok tanggal lima belas.”
Sumarah: “Syukurlah kalau begitu.”
Karena sudah semakin malam Sumarah pamit pulang, tapi
dihalangi oleh Ciptadi supaya tidur di tempatnya saja. Sumarah
tidak mau karena belum izin pada majikannya. Sejak saat itu, ham-
pir setiap hari Sumarah datang ke rumah Ciptadi, bahkan sering
menginap di sana. Saat Ciptadi mau pergi ke Purwokerto untuk
mendatangi istrinya, ia juga mengantarkan Ciptadi ke stasiun.
Saat kereta mau berangkat, ... memberikan bungkusan sambil
berkata, “Aku titip ini berikan pada istrimu, hati-hati jangan sampai
hilang!” Ciptadi tahu yang ada di dalam bungkusan tersebut
adalah barang berharga, itu sebabnya ibunya mengingatkan untuk
berhati-hati. Ciptadi pun membawanya dengan sangat hati-hati.
Kira-kira jam empat sore Ciptadi sampai di tempat tujuannya,
bertemu dengan istri dan mertuanya dengan senang hati. Hanya
saja saat itu istrinya kelihatan sangat kurus, Ciptadi bertanya apa
sebabnya. Setyati, istrinya, menjawab sebabnya tidak lain karena
sedih ditinggal sendirian tanpa keterangan yang jelas, baru merasa
senang saat sudah menerima surat beberapa saat yang lalu. Men-
dengar cerita Setyati, Ciptadi merasa hatinya pilu. Kemudian bung-
kusan pemberian ibunya diberikan kepada Setyati sambil berkata,
“Ini ada kiriman dari simbok untukmu, entah apa wujudnya aku
tidak tahu.”
Setyati menerima bungkusan itu sambil bertanya, “Embok
siapa, Mas?”
Ciptadi: “Ya embokku.”
Setyati: “Katanya dahulu embok pergi ke Deli?”
Ciptadi: “Kabarnya memang begitu, tapi ternyata tidak pergi-
pergi dari Pulau Jawa. Aku bertemu dengannya belum lama ini,
kira-kira baru dua mingguan.”
Setyati: “Syukurlah kalau begitu.”
74 T Dari Hina Hingga Mulia
Bungkusan itu dibuka, betapa kagetnya Setyati saat itu, ia
tidak menduga bahwa bungkusan itu berisi barang yang bagus-
bagus, yaitu:
(1) dua lembar jarik batik buatan Solo,
(2) dua helai pakaian sutera, yang satu berwarna ungu yang satu
lagi berwarna hijau muda,
(3) satu buah cincin emas bermata berlian,
(4) satu buah susuk konde emas, dan
(5) sepasang anting-anting emas bermata berlian.
Barang berupa jarik dan pakaian itu belinya di Bandung,
sedangkan barang-barang lainnya bawaan dari Wanadadi, suami-
nya yang membelikan, harganya ... sekitar f 400,--.
Setyati senang sekali, ia akan bisa bertemu dengan mertuanya
yang ternyata masih hidup.
Jam tujuh sore saudara-saudara datang menemui Ciptadi,
sehingga rumah Kriyabangsa tiba-tiba ramai, sedikit-sedikit ter-
dengar suara tawa, menandakan semua orang senang. Pada tang-
gal dua puluh lima Ciptadi kembali ke Bandung, Setyati diajak
serta. Sepanjang perjalanan mereka jadi tontonan orang banyak,
karena kelihatan seperti pengantin baru. Sesampainya di rumah,
embok Ciptadi menyambut, Setyati digandeng serta berkata,
“Jangan selalu dipikirkan, Nak! Aku ini mertuamu, maafkanlah
aku sebesar-besarnya karena aku tidak bisa memberi apa-apa pada-
mu.”
Setyati: “Sesungguhnya saya yang harus minta maaf, Bu,
karena saya yang merepotkan Ibu.”
Mereka bertiga kemudian duduk lalu bercakap-cakap sambil
minum wedang. Selama duduk tidak henti-hentinya Sumarah me-
mandangi Setyati, menantunya. Dalam hati ia merasa puas karena
mendapat menantu seperti Setyati, wajahnya tidak mengecewa-
kan, berbudi baik, bakti dan setia kepada suaminya, meskipun
ditinggal dua tahun ia tidak mau ke lain hati, ia tabah dan tak
Dari Hina Hingga Mulia T 75
tergoyahkan hatinya terhadap godaan-godaan yang lain.. Sejak
saat itu Ciptadi merasakan hidup tenteram dan damai. Dalam
berumah tangga mereka ditemani emboknya. Sekarang Ciptadi
dan istrinya memanggil ibu terhadap emboknya. Pengubahan
sebutan itu tidak sedikit pun membuat buruk bagi Ciptadi, justru
sebaliknya ... malah menjadi kebaikannya.
SELANJUTNYA, SILAKAN BACA JILID II.
76 T Dari Hina Hingga Mulia | 12_Dari_Hina_Hingga_Mulia_Jilid_1 |
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.
Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Klepon Werna-Werni
Klepon Warna-Warni
Penulis
Darwanto
Penelaah
Arif Subiyanto
Penanggung Jawab
Umi Kulsum
Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto
Ilustrasi Isi & Sampul
Alya Lintang F.
Tata Letak
FA Indonesia
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972
Cetakan pertama, Oktober 2023
E-ISBN: 978-623-112-940-6
Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
C
erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak,
khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam
pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan
beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang
mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan
budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan
ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila.
Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga
keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan
bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur,
seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai-
nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk
cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan
mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi
berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah
membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di
dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan
kayanya unsur-unsur lokal.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta
dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah
upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan
memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi
penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif,
mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini
dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi
dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya
dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga
menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi,
penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang
turut andil mewujudkan karya ini.
Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Surabaya, 1 Oktober 2023
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Klepon Werna-Werni
Klepon Warna-Warni
Biodata Penulis
Biodata Ilustrator
iii
iv
1
20
20
4
5
Penulis
Darwanto, penulis kelahiran di Madiun yang kini menetap
di Malang. Kegiatan sehari-harinya adalah belajar dan
mengajar. Suka membaca serta menulis puisi maupun
prosa. Tulisan-tulisannya tersiar di beberapa media lokal
dan nasional, seperti Kompas, Jawa Pos, Koran Tempo,
Media Indonesia, Suara Merdeka, Republika, dan lain-lain.
Telah menulis beberapa buku, terutama fiksi. Salah satu
novelnya, Sawitri dan Tujuh Pohon Kelahiran, Penerbit
Alvabet. Salah satu buku kumpulan cerpennya Lumpur
Tuhan, memenangkan Sayembara Sastra Dewan Kesenian
Jawa Timur Kategori Prosa, 2017. Bisa disapa lewat
facebook ataupun Instagram: Mashdar Zainal.
Ilustrator
Alya Lintang F atau lebih dikenal sebagai Tera adalah
seorang ilustrator asal Madiun. Ia adalah lulusan DKV
ITS dan memulai karir sebagai ilustrator pada awal
tahun 2023. Tera memiliki minat yang tinggi terhadap
dunia literasi dan visual anak. Temukan berbagai karya
Tera di @teradsy di Instagram.
BIONARASI | 12_KLEPON_WARNA_WARNI |
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Sri Winarti
ii
SEKATEN
Penulis:
Sri Winarti
Penyunting:
Ratun Untoro
Ilustrator:
Mukti Ali
Penerbit:
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224
Telepon: (024) 562070; Faksimile: (0274) 580667
Cetakan Pertama, November 2021
iv + 8 hlm., 15 x 23 cm.
ISBN: 978-623-5677-35-4
Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi
buku ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin
tertulis dari penerbit.
Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis.
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui warga
dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah RI pun melaksanakan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat
di seluruh provinsi di Indonesia dalam rangka untuk menekan
penyebaran virus yang sangat mematikan itu. Kebijakan Pemerintah
tersebut tentu memiliki dampak yang sangat signifikan di berbagai
sektor. Karena kebahasaan dan kesastraan masuk dalam sektor
nonesensial, praktis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
kebahasaan dan kesastraan tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
secara langsung, bersemuka. Namun, karena proses kreatif dan
upaya pencerdasan bangsa melalui bahasa dan sastra harus tetap
berlangsung, berbagai kegiatan itu pun dapat dilaksanakan secara
daring. Meskipun hasilnya--mungkin--tidak maksimal, berbagai
program dan kegiatan yang telah dirancang oleh Balai Bahasa
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat memenuhi target-
target yang telah ditetapkan, termasuk target 42 karya sastra
Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Penerbitan hasil penerjemahan dari sastra Jawa ini--yang
telah melewati proses panjang--merupakan bukti nyata bahwa
situasi pandemi tidak menghalangi kami dalam memberikan
sumbangsih bagi kemajuan bangsa melalui kebahasaan dan
kesastraan. Penerbitan hasil penerjemahan ini diharapkan dapat
digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dalam program besar
Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Pemerintah. Melalui
penerbitan penerjemahan karya sastra Jawa ini pula diharapkan
bisa menghilangkan kendala kebahasaan bagi masyarakat penutur
nonbahasa Jawa untuk bisa menikmati dan mengambil manfaatnya.
iv
Hadirnya
buku
penerjemahan
ini
melibatkan
banyak
pihak. Oleh karena itu, dalam kata pengantar singkat ini kami
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada
sastrawan/penulis (asli) dalam bahasa Jawa. Demikian pula
kami mengucapkan terima kasih kepada penerjemah yang telah
menerjemahkan karya sastra Jawa ke dalam bahasa Indonesia.
Penghargaan juga kami berikan kepada para penyunting yang telah
menyelaraskan hasil terjemahan sesuai dengan kaidah baku bahasa
Indonesia. Tentu saja, kepada panitia/tim terjemahan dan penerbit
kami ucapkan terima kasih yang tiada bertepi.
Semoga buku terjemahan ini bisa menjadi ajang dialog dan
tegur sapa antarbudaya di Indonesia dan menambah kekayaan
khazanah bahan bacaan literasi yang bermutu. Selamat membaca!
Yogyakarta, 10 September 2021
Kepala,
Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum.
NIP 196605201991031004
1
SEKATEN
S
ore itu Rudi terlihat ceria. Dari dalam kamar mandi terdengar
dia menyanyikan lagu dangdut “Bojoku Galak” yang menjadi
lagu favoritnya. Selesai mandi dia memakai kaos warna biru
dan celana jeans hitam yang paling disukainya. Tumben sore ini dia
mandi lebih cepat, biasanya kalau sudah main bola ia lupa mandi.
Sering kali ibunya kehabisan kata-kata, umtuk menyuruhnya mandi.
Sejak umur tujuh tahun hingga sekarang kelas lima, Rudi masih
mengikuti sekolah sepak bola di desanya.
“Ayo, Kek, aku sudah siap lho…,” ajak Rudi tidak sabar.
“Sebentar… sabar… kakek baru ganti baju.” Jawab kakek dari
dalam kamar.
“Makan dulu supaya kenyang, nanti di sana tidak usah jajan.”
Kata ibu dari dapur. Rudi pura-pura tidak mendengar apa kata
ibunya. Ia membersihkan jok motor dari bekas jejak kucing dengan
kain basah. Tidak lama kemudian kakeknya keluar, kemudian
memakai helm yang sudah tersedia di kursi teras depan rumah.
“Ayo, Rud, helmnya dipakai.” Kakek mengingatkan.
Rudi menunggu kakek di dekat motor sambil berkali-kali
bercermin di spion.
“Siap, Kek…!” Rudi menjawab dengan keras bergaya tentara
hingga ayah dan ibunya tertawa.
Oalah Rudi… bahagia sekali ia diajak kakeknya menonton
Sekaten. Maklum, Rudi jarang jalan-jalan ke kota. Begitu tahu mau
diajak ke kota, dia bahagia sekali.
2
3
Sepanjang perjalanan menuju ke Alun-Alun Keraton, kakek
mengajak bicara Rudi agar tidak mengantuk. Saat itu lalu lintas
sangat ramai. Jalan Monumen Jogja Kembali yang jalur ke arah
selatan ini memang sering macet. Perjalanan ke alun-alun yang
biasanya ditempuh dalam waktu 20 menit, kalau macet seperti ini
bisa sampai 40 menit lebih.
“Sudah sampai mana ini, Kek?”
“Hampir sampai Tugu. Sebentar lagi sampai di Alun-Alun
Keraton.”
Tidak lama kemudian, sampailah mereka di Malioboro.
Kakek Rudi mengendarai sepeda motor pelan-pelan. Selain karena
lalu lintas ramai, juga supaya cucunya dapat menikmati suasana
Malioboro di waktu sore. Rudi tidak berkedip menikmati indahnya
suasana Malioboro. Pasti nanti di rumah Rudi bercerita kepada
ayah dan ibunya. Rudi anaknya suka bercerita, apalagi kalau
melihat sesuatu yang belum pernah dilihatnya.
Sesampainya di pojok utara Alun-Alun Keraton Yogyakarta,
kakek mengurangi kecepatan sepeda motornya. Terlihat dari
kejauhan tukang parkir mengarahkan tempat parkir. Kakek
memarkir sepeda motornya sesuai arahan tukang parkir. Kebetulan
tempat parkirnya berdekatan dengan penjual wedang ronde. Turun
dari sepeda motor, pandangan Rudi tertuju pada wedang ronde.
Sebenarnya ia ingin dibelikan, tetapi tidak berani bilang pada kakek.
Tidak berselang lama, terdengar azan Magrib. Kakek mengajak Rudi
menuju Masjid Gede di sebelah barat alun-alun. Di kompleks masjid
yang luas itu terdapat tiga bangunan utama, yaitu masjid dan dua
bangunan di kanan dan kiri sebelum masjid. Di kedua bangunan itu
terdapat seperangkat gamelan.
“Kek….kok itu ada gamelan di kompleks masjid. Untuk apa,
Kek?”
“Itu namanya Gamelan Kyai Nagawilaga dan Kyai Guntur
Madu milik Keraton Yogyakarta.”
“Mengapa diletakkan di kompleks masjid?” Rudi tanya lagi
“Untuk menandai bahwa Sekaten sudah dimulai. Gamelan itu
akan dibunyikan selama satu minggu.”
4
5
“Kek, apa gamelan itu yang punya hanya Keraton Yogyakarta?”
Rudi makin penasaran.
“Gamelan Kyai Guntur Madu, di Keraton Surakarta juga ada.
Kalau gamelan Kyai Nagawilaga hanya ada di Keraton Yogyakarta.”
“Oh begitu ya, Kek….”
“Iya, yuk masuk alun-alun, supaya nanti pulangnya tidak
terlalu malam.”
“Siap Kek…!” Rudi mengangkat telapak tangan di samping
kening, seperti hormat kepada komandan.
Rudi menggandeng kakeknya menuju alun-alun. Sampai di
alun-alun, Rudi terkagum-kagum. Bahagia sekali. Hampir semua
stand dimasuki. Rudi tidak merasa lelah. Semua dikelilingi. Pakaian,
mainan, makanan, sandal, sepatu, semua dilihatnya. Sebenarnya
ada yang ingin dibeli, tetapi tidak berani meminta pada kakek.
Sementara itu, kakek sudah terlihat lelah. Berkali-kali menunduk
memegangi lutut.
“Kakek sudah lelah, Le…, kamu pilih salah satu apa yang
kamu sukai, mau baju, sandal, atau sepatu terus pulang, ya.”
Kakek rupanya sudah tidak tahan mengikuti Rudi yang masih
asyik melihat-lihat suasana Sekaten.
“Kek, aku dibelikan kaos gambar Bagas Bagus, ya. Biar Rudi
hebat seperti dia,” kata Rudi sambil menunjuk kaos bergambar
pemain sepak bola idolanya.
“Oh ya, segera pilih saja mana yang disukai.”
“Kek, setelah beli kaos, naik yang itu ya.” Rudi menunjuk
wahana bermain bianglala.
“Wah, kakek tidak berani, Le. Pusing kakek kalau naik
bianglala, kamu naik sendiri saja, ya.”
“Nggak mau, Kek…besok saja aku ke sini lagi sama kakak, biar
bisa naik wahana berdua.”
“Ya sudah… sekarang jajan sate terus pulang.”
“Siap, Kek…,” Rudi setuju dengan ajakan kakeknya walaupun
sedikit kecewa.
Mereka berjalan menuju warung sate Cak Yanto di ujung
timur alun-alun. Sampai di warung, kakek memesan dua porsi
sate dan minuman. Selesai makan, kakek mengajak Rudi beli oleh-
6
7
oleh. Mereka membeli bakpia dan klepon kesukaan ibunya. Setelah
membeli oleh-oleh, mereka menuju tempat parkir.
Di sepanjang perjalanan, Rudi masih banyak bertanya kepada
kakeknya. Banyak hal belum diketahuinya.
“Kek, kok diadakan Sekaten itu untuk apa?”
“Oh itu untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad S.A.W.
Nanti, puncak acaranya ada yang namanya Garebeg. Masyarakat
ramai-ramai
menggerebeg
atau
memperebutkan
gunungan,
semacam tumpeng besar terbuat dari susunan berbagai hasil bumi.
Gunungan itu sebagai simbol kemakmuran dan simbol sedekah
keraton kepada rakyatnya. Masyarakat sangat senang hingga
berebut mengambil hasil bumi yang disusun seperti gunung itu.
Makanya disebut Garebeg atau Grebeg.”
“Oh, gitu ya, Kek. Trus tempatnya di mana gunungan itu,
Kek?”
“Gunungan dibawa oleh prajurit dengan prosesi kirab dari
Kori Kemandungan menuju halaman Masjid Gede, tempat kita salat
Magrib tadi. Sampai di halaman Masjid Gede didoakan. Setelah
selesai doa biasanya sontak diperebutkan masyarakat.” Kakek
menjelaskan.
Saking asyiknya ngobrol, tidak terasa sudah sampai rumah.
Ayah dan ibu sudah menunggu di teras. Rudi tidak sabar ingin
bercerita semua pengalamannya di Sekaten.
8
Sri Winarti
Penulis berprofesi sebagai guru SMP di Sleman. Ia tinggal di
Soka, Merdikorejo, Tempel, Sleman. HP 08112776737 | 12_sekaten |
Nong Endi Emakisun?
Di mana Ibuku?
NONG ENDI EMAKISUN?
DI MANA IBUKU?
Penulis
Andi Sep Kurniawan
Penerjemah
Rayhan Rizki Fadhillah
Penelaah
Antariksawan Jusuf
Penyunting
Khoiru Ummatin
Ilustrator
Kreativa Grafis
Penata Letak
Kreativa Grafis
Diterbitkan pada tahun 2022 oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, 61252
Telepon/Faksimile (031) 8051752
Cetakan pertama, Oktober 2022
ISBN: 978-602-8334-87-7
Katalog dalam Terbitan (KDT)
899.222 3
DI DI MANA IBUKU?/ Andi Sep Kurniawan
d — cet. 1 – Sidoarjo: Balai Bahasa Jawa Provinsi Timur, 2022
iv + 26 hlm; 22 x 28 cm
Kata Pengantar
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
S
alah satu kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur adalah cerita anak yang mengan
dung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Kekayaan itu merupakan
sebuah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia inter
nasional sebagai bagian dari warisan budaya dunia. Nilai-nilai yang terkandung dalam
cerita anak Jawa Timur tidak hanya dapat diimplementasikan oleh masyarakat Jawa Timur, tetapi
dapat pula dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan diterje
mahkannya karya sastra Jawa Timur ke bahasa Indonesia, pembacanya dapat menikmati cerita,
kemudian mengkaji nilai-nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur
untuk mengambil nilai-nilai positif sebagai pegangan hidup. Hasilnya adalah akan tercipta sebuah
pemahaman antarbudaya yang akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi
dan perdamaian antarmanusia.
Cerita-cerita yang terhimpun dalam terjemahan buku cerita anak untuk pembaca awal ini juga
dapat bermanfaat sebagai salah satu sarana atau media pendidikan karakter. Tema yang diusung
dalam buku ini adalah STEM, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika. Cerita dalam buku ini
diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan
kreativitas.
Melalui penerjemahan cerita anak, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana
Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan
Literasi nasional (GLN). Kami berusaha untuk turut berperan aktif dalam program itu dengan. me
nyediakan bahan bacaan bermutu bagi pembaca melalui penerjemahan cerita anak berbahasa
daerah ke bahasa Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal. Kegiatan membaca
diharapkan akan tumbuh dan berkembang menjadi keterampilan-keterampilan lanjutan sehingga
akhirnya pembaca dapat mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keteram
pilan literasi.
Inovasi seperti itu perlu didukung agar dapat menumbuhkan budaya literasi dengan tetap
berfokus pada upaya untuk menumbuhkan generasi yang memiliki kemampuan berpikir kritis, me
mecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik.
Kami berharap produk terjemahan ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya
sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial,
digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyam
paikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis karya sastra berbahasa daerah, penerjemah,
penelaah, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil
mewujudkan karya terjemahan ini.
Semoga buku ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Sidoarjo, 1 Oktober 2022
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
iii
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Nong Endi Emakisun?
Di mana Ibuku?
Biodata Penulis
Biodata Penerjemah
Biodata Ilustrator
01
iii
iv
26
26
26
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Biodata Penulis
Nama lengkapnya Andi Sep Kurniawan. Pria kelahiran Banyuwangi, 17
september 1997 tersebut menyukai dunia kepenulisan sejak sekolah dasar.
Ia aktif menulis dalam pelestarian Basa Using sejak 2015 dan karya-
karyanya di muat dalam Buku ‘Kembang Ronce’. Pria yang akrab di sapa
Andi tersebut mempunyai 2 karya antologi puisi yang berjudul Terbangun
dan Melangkah Menuju Terang. Pria lulusan Institut Agama Islam Ibrahimy
Genteng Banyuwangi itu dapat dihubungi melalui kanal Instagram @_
andisepkurniawan.
Biodata Penerjemah
Rayhan Fadhillah, adalah lelaki yang lahir di ujung timur Pulau Jawa
sekitar 19 tahun lalu. Saat ini, ia sedang mengenyam pendidikan di Kampus
Cakrawala, Malang, Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Ia
mempunyai hobi jalan-jalan dan melakukan banyak hal yang menurutnya
menarik. Kalian bisa menyapanya pada akun Instagram @rayhan_fadh1.
Biodata Ilustrator
Kreativa Grafis bergerak dalam bidang ilustrasi, layout buku, disain majalah
maupun cover buku sejak tahun 2020. Saat ini sedang bereksperimen
dalam bidang disain web dan buku digital. Kreativa Grafis dapat dihubungi
melalui No. Hp: 08560788766 atau posel: [email protected]
26 | 12_DI_MANA_IBUKU_NONG_NDI_EMAK_GABUNG |
2
Level
3
Level
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Penulis:
Sudeepta Rao
Ilustrator:
Esti Kurniawati
Penerjemah:
Faiz Akbar Leksananda
Perasaanku
Perasaanku
Penulis
: Sudeepta Rao
Ilustrator
: Esti Kurniawati
Penerjemah : Faiz Akbar Leksananda
Penelaah
: 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Ayu Putu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama
tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak
yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui
kegiatan
membaca
akan
tumbuh
dan
berkembang
keterampilan-keterampilan
lainnya,
mulai
keterampilan
mengenali,
memahami,
menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai
tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai
pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan
bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa
Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber
dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi
fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita
yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah
diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
2
Kadang-kadang aku merasa marah. Aku ingin
berkata kasar dan berteriak kepada semua orang.
Namun, marah tidak ada gunanya. Jika berkata
kasar, aku hanya akan menyakiti hati orang lain
dan tetap merasa kesal pada diriku sendiri.
Sebagai gantinya, aku akan minum beberapa
teguk air dan mulai menghitung dari satu sampai
sepuluh. Aku hanya akan bicara ketika hatiku
sudah merasa lebih tenang.
3
Kadang-kadang aku merasa bangga dengan
diriku sendiri. Aku merasa bangga dengan
apa yang kulakukan sehingga aku berharap
orang lain bertepuk tangan dan bersorak
untukku.
Meskipun bangga pada diri sendiri itu perlu,
sombong itu tidak boleh. Sombong adalah
ketika kamu berpikir bahwa orang lain tidak
dapat melakukan apa yang kaulakukan—hal
itu tidak diperbolehkan.
4
Sebaliknya, aku akan tersenyum dan mengucap terima
kasih kepada siapa pun yang melakukan kebaikan kepada
ku. Yang kupikirkan hanyalah aku ingin membalas kebaikan
yang telah mereka lakukan dengan sesuatu yang lebih baik
di masa yang akan datang.
5
Kadang-kadang, aku merasa sedih. Ada sesuatu yang
mengganjal di tenggorokan dan dadaku terasa berat.
Aku hanya ingin menangis sepanjang hari.
Merasa sedih itu boleh. Semua
orang pasti akan merasakan se
dih sekarang atau nanti. Namun,
merasa sedih terus-menerus itu
tidak baik.
Semakin lama kamu larut dalam kesedihan,
semakin buruk pula yang kaurasakan.
6
Ketika sedih, aku mencoba memikirkan
hal-hal yang menyenangkan. Aku me
mikirkan hal-hal yang kusukai seperti es
krim dan film kartun!
Lalu, hatiku berkata bahwa jika aku sedang
sedih sekarang, esok atau lusa pasti sudah
tidak sedih lagi. Lagi pula, aku tidak akan
merasa sedih selamanya.
7
Kadang-kadang, aku merasa ingin tahu.
Ketika sedang belajar hal baru, aku merasa
takjub dan memiliki banyak pertanyaan.
Aku merasa ragu dan banyak
pertanyaan muncul di pikiranku
seperti halnya gelembung yang
muncul dari minuman bersoda!
Rasa ingin tahu sebenarnya sangat bagus
agar kita bersemangat untuk mempelajari
hal baru. Namun, bagi orang lain, hal itu
bisa berakibat kurang baik. Terlalu banyak
pertanyaan terkadang membuat orang lain
merasa jengkel.
8
Oleh sebab itu, aku mencatat semua pertanyaanku.
Kemudian, aku menanyakan hal tersebut kepada
orang lain ketika mereka sedang ada waktu
Ketika orang tersebut sedang menjawab
pertanyaanku, aku mendengarkan penjela
san mereka dengan seksama. Aku akan
menunggu sampai mereka selesai berbicara
sebelum mengajukan pertanyaan lain.
9
Terkadang, aku menginginkan perhatian dari orang lain.
Oleh karena itu, aku dengan sengaja bertingkah lucu atau
melakukan hal yang menarik perhatian mereka.
Aku ingin menjadi pusat perhatian. Namun,
ternyata bukan begitu caranya. Aku perlu
melihat dan mendengarkan terlebih dahulu, lalu
memberi kesempatan orang lain untuk menjadi
pusat perhatian. Dengan begitu, orang lain juga
akan melihat dan mendengarkan kita di lain
waktu!
Sebagai gantinya, aku menutup mata
sejenak dan berusaha menenangkan diri.
Aku berkata pada diriku sendiri bahwa
aku sebenarnya tidak butuh perhatian
orang lain untuk menjadi terkenal.
10
Terkadang, aku merasa energiku sangat berlebih! Aku merasa ingin berlari-lari,
berteriak-teriak, dan melompat-lompat, semua secara bersamaan!
Perasaan tersebut memang terasa menyenangkan, tetapi
kemudian, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan
energi sebanyak itu. Aku menjadi gugup dan gelisah, lalu
menjadi sulit untuk berkonsentrasi.
Sebagai gantinya, aku akan menarik napas
dalam-dalam. Lalu, di dalam hati, aku
mendaftar semua kegiatan yang dapat kulaku
kan tanpa bantuan orang lain. Aku mengerja
kannya secara bergantian. Adapun aku meyak
inkan diri untuk tidak terlalu panik jika sesuatu
tidak berjalan mulus pada awalnya.
11
Terkadang, aku merasa bahagia. Aku merasa
tubuhku sangat ringan dan dapat terbang tinggi
seperti awan-awan di angkasa!
Sangat penting bagi kita untuk bahagia. Orang
lain akan ikut bahagia ketika kamu bahagia.
Akan tetapi, untuk melakukan kegiatan yang
membuat bahagia, kamu harus memastikan untuk
tidak mencelakai diri sendiri dan orang lain.
Yang terpenting, selalu ingat, perasaanmu sangat
bermakna.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Para Pembuat Cerita
Para Pembuat Cerita:
Cerita My Feelings ditulis oleh Sudeepta Rao. © Sudeepta Rao, 2021. Be
berapa Hak Cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Dit
erbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0.
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
PERASAANKU
Aku memiliki berbagai macam perasaan.
Apakah kamu juga memilikinya? | 120_Perasaanku |
2
Level
Penulis : Jacqui L’Ange
Ilustrator: Esti Kurniawati
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Teman Berbulu
Penulis: Jacqui L’Ange
Ilustrator: Esti Kurniawati
Penerjemah: Iona Stella Lumban Tobing
Teman Berbulu
Penulis
: Jacqui L’Ange
Ilustrator
: Esti Kurniawati
Penerjemah : Iona Stella Lumban Tobing
Penelaah
: 1. M. A. Rahartati Bambang Haryo
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Krenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak
terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut
membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca
akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis,
menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai
tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai
pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan
yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa
Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber
dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi
fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita
yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah
diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
2
Kami penguin raja. Kami tak terpisahkan.
3
Penguin tidak terbang. Kami berenang. Namun, kami
terlalu kecil untuk berenang. Jadi, kami berjalan.
4
Suatu hari,
kami berjalan jauh sekali.
5
Kami berjalan selama berjam-jam hingga melihat
sesuatu yang belum pernah kami lihat.
6
“Oh, benda di atas kepalanya
lucu sekali!”
7
“Kamu berubah!”
8
“Kamu juga!”
9
“Lumayan, ya.”
10
“Udaranya tidak terlalu dingin, ya.”
“Siapa yang mau ajari kami berenang?”
“Aku mau.”
11
12
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Para Pembuat Cerita
Cerita: Amis À Plumes diterjemahkan oleh Sak Untala. © untuk
terjemahan ini ada pada Sak Untala, 2018. Beberapa hak cipta
dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC
menggunakan izin 4.0. Berdasarkan cerita asli: Feathered Friends, oleh
Jacqui L’Ange. © Book Dash, 2017. Beberapa hak cipta dilindungi dalam
peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0.
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
TEMAN BERBULU
Para penguin raja berjalan-jalan dan menemukan
sekumpulan penguin yang berbeda. Mereka berteman dan
berubah total. Tumbuh besar
dan berpetualang! | 121_teman_berbulu |
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Penulis:
Penulis:
Angesom Abadi
Angesom Abadi
Ilustrator:
Ilustrator:
M. Asadullah
M. Asadullah
3
Level
Penulis: Angesom Abadi
Ilustrator: Muhammad Asadullah
Penerjemah: Nurul Pratiwi
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Tiga Kotak Harta Warisan
Tiga Kotak Harta Warisan
Penulis
: Angesom Abadi
Ilustrator
: Muhammad Asadullah
Penerjemah : Nurul Pratiwi
Penelaah
: 1. Dhita Hapsarani
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Krenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak
terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut
membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca
akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis,
menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai
tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai
pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan
yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa
Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber
dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi
fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita
yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah
diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
2
Dahulu kala, hiduplah seorang lelaki tua yang
bernama Hagos. Ia tinggal bersama ketiga
anak laki-lakinya.
Hagos ingin anak-anaknya mewarisi hartanya
ketika ia meninggal nanti. Ia menyiapkan tiga
kotak harta warisan untuk ketiga anaknya.
3
Hagos lalu pergi ke rumah tetangganya, Haile, dan berkata,
“Aku ingin anak-anakku kelak mewarisi hartaku. Aku sudah
menyiapkan tiga kotak ini. Kuharap kamu bisa memberikannya
pada mereka setelah aku meninggal nanti.”
4
Setelah Hagos wafat, Haile memanggil ketiga anak Hagos.
Ia memberitahu mereka, “Ayahmu telah memberiku ketiga kotak ini sebelum
ia meninggal. Setiap kotak sudah ada nama pemiliknya. Ambillah kotak kalian
masing-masing.”
5
Ketiga anak laki-laki itu mengambil
kotaknya, lalu membukanya.
Kotak pertama berisi emas.
Kotak kedua berisi tanah.
Adapun kotak ketiga berisi
kotoran hewan.
6
Anak yang mendapatkan emas tentu
saja sangat bergembira.
Sementara itu, dua saudaranya
yang lain merasa sangat kecewa.
7
Mereka pun berusaha merebut kotak berisi emas
milik saudaranya.
8
“He. Kalian ini
bersaudara. Jangan
bertengkar begini.
Mari, ikuti aku. Aku akan
mengantar kalian pada
kakek tua yang bijak.
Beliau akan memberi
petunjuk pada kalian,”
ujar Haile pada tiga
bersaudara ini.
Haile pun membawa
mereka ke rumah seorang
kakek tua yang bijak.
9
“Selamat pagi, Kakek! Kami ingin meminta petunjuk Anda soal harta
warisan ini,” ucap Haile pada kakek itu.
Haile pun bercerita pada si Kakek Tua tentang tiga kotak harta yang
diwariskan Hagos untuk ketiga anaknya. “Sekarang mereka bertengkar
karena hanya satu orang yang mendapat kotak berisi emas,” jelas Haile.
10
Si Kakek Tua yang bijak menerangkan,
“Ayah kalian punya alasan mengapa ia memberi tiga kotak yang berbeda.”
Ia pun melanjutkan, “Kotak saudara kalian ini berisi emas karena ayah kalian
ingin dia menjadi saudagar. Lalu, kamu. Kotakmu berisi tanah karena ayahmu
ingin kau menjadi petani. Nah, kalau dia ini, kotaknya berisi kotoran hewan.
Itu karena ayah kalian ingin dia menjadi peternak. Jadi, ayah kalian memang
berharap setiap anak bisa punya pekerjaan sendiri,”
kakek tua itu menyimpulkan.
11
Setelah mereka mendengarkan nasihat kakek tua itu, tiga bersaudara itu pun
setuju. Mereka bekerja sesuai bidangnya masing-masing dan hidup
berbahagia selamanya.
12
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Para Pembuat Cerita
Cerita: Three Box of Wealth ditulis oleh Angesom Abadi. Hak cipta ter
jemahan ini ada pada African Storybook Initiative, 2018. Beberapa hak cipta
dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC
menggunakan izin 4.0.
Naskah cerita Three Box of Wealth telah dipublikasikan di StoryWeaver
oleh African Storybook Initiative.
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Seorang ayah meninggalkan harta warisan untuk
ketiga anaknya. Warisan itu disesuaikan dengan
bakat anaknya masing-masing.
Tiga Kotak Harta Warisan | 122_tiga_kotak_harta_warisan |
Penulis:
Parismita
Ilustrator:
Ayu Putri L
1
Level
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Raja yang Gemuk dan
Anjing yang Kurus
Penulis:
Parismita
Ilustrator:
Ayu Putri L
Penerjemah:
Rizqi Handayani
Raja yang Gemuk dan Anjing yang Kurus
Penulis
: Parismita
Ilustrator
: Ayu Putri L
Penerjemah : Rizqi Handayani
Penelaah
: 1. Naifah
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku
Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun
tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan
artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak
mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan
bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga,
ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca
ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan
tumbuh
dan
berkembang
keterampilan-keterampilan
lainnya,
mulai
keterampilan
mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta
karya.
Keterampilan
inilah
yang
menjadi
hakikat
dari
keterampilan
literasi.
Badan
Pengembangan
dan
Pembinaan
Bahasa,
Kementerian
Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari
sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional
(GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan
budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca
menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan
tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari
kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya
terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan
Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik
bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan
membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap
bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh
kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah
diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
2
Dia adalah raja yang gemuk.
Raja yang gemuk itu memiliki seekor anjing
yang kurus.
3
Suatu saat, dia pergi bersama anjingnya
yang kurus untuk bertamasya.
4
Si Anjing melihat seekor burung. Lalu, anjing itu
berlari ke arah burung.
5
Raja mulai berlari
mengejar anjing itu.
6
Mereka berlari dan berlari.
7
8
Mereka berlari dan berlari selama
beberapa hari.
9
Raja berhasil menangkap anjing itu.
10
11
Lalu, Raja menjadi kurus.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Para Pembuat Cerita
Cerita Fat King Thin Dog diterjemahkan oleh Ali
Ayoub, untuk terjemahan ini ada pada Ali Ayoub,
2016. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan
perundang-undangan.
Diterbitkan
dengan
CC
menggunakan izin 4.0. Berdasarkan Cerita Asli:
فيحنلا بلكلاو نيمسلا كلملاoleh Parismita, © Pratham
Books, 2007. Beberapa hak cipta dilindungi dalam
peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan
CC menggunakan izin 4.0.
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id | 123_Raja_yang_Gemuk_dan_Anjing_yang_Kurus |
Ayam Pemarah
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
4
Level
Penulis
: Ursula Nafula
Ilustrator : Rizky Dewi
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Penulis:
Ursula Nafula
Ilustrator:
Rizky Dewi
Penerjemah:
Dafros Leru
Ayam Pemarah
Ayam Pemarah
Penulis
: Winny Asara
Ilustrator
: Rizky Dewi
Penerjemah : Era Realita
Penelaah
: 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama
tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak
yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui
kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami,
menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai
tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai
pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan
bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa
asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam
setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah
dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan
bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana
berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
buruk dalam mengontrol emosinya.
2
Ayam dan Kaki Seribu adalah teman akrab. Keduanya memiliki kemiripan: sama-
sama menyukai olah raga dan sangat kompetitif. Namun, ada yang membedakannya.
Kaki Seribu humoris dan suka membuat teman-temannya tertawa. Kaki Seribu
dapat melakukan banyak hal sekaligus dalam satu waktu dengan kakinya yang
banyak. Ayam cenderung lebih serius. Ayam adalah pelindung yang hebat. Ia
menjaga dan memberikan rasa aman bagi teman-temannya. Namun, Ayam juga
Suatu hari Ayam dan Kaki Seribu bermain sepak bola bersama. Ayam
adalah pelari yang andal dan penggiring bola yang lincah. Ayam juga
punya tendangan yang kuat sehingga bisa mencetak gol dari kejauhan.
Namun, Kaki Seribu punya sesuatu yang tidak dimiliki Ayam—ribuan
kaki! Kaki Seribu berlari memutari Ayam yang lengah, mencetak
gol demi gol. Ayam menjadi marah dan semakin marah. “Tunggu
pembalasanku, Kaki Seribu!”
3
“Ayo, lakukan tendangan penalti,” Pinta Ayam
dengan tujuan agar Kaki Seribu tidak dapat
menggunakan kaki-kakinya untuk menggiring
bola.
“Boleh saja!” kata Kaki Seribu dengan percaya
diri. Kaki Seribu yang pertama mendapat
giliran menjadi kiper. Ayam hanya berhasil
mencetak satu gol. Lalu, tiba giliran Ayam untuk
menghadang bola.
4
Kaki Seribu menendang bola dan mencetak gol. Kaki Seribu
memainkan bola dan mencetak gol. Kaki Seribu menyundul
bola dan mencetak gol. Kaki Seribu menyepak bola dan
mencetak gol. Kemarahan
Ayam semakin memuncak.
“Ini tidak adil,” pikirnya, “Seharusnya Kaki Seribu
hanya boleh menggunakan dua kaki. Dia curang!”
Ketika Ayam sibuk memprotes, diam-diam Kaki
Seribu menggiring bola menuju gawang. Kaki Seribu
berhasil mencetak lima gol!
5
bulat-bulat Kaki Seribu.
“Kamu lihat sendiri, ‘kan?” kata Kaki Seribu. “Sepak bola sesungguhnya hanya tentang
strategi. Kamu harus menggunakan otakmu dan membuat taktik.”
“Apa kamu mau bilang kalau aku tidak punya otak?” Ayam bertambah geram. “Beraninya
kamu!” Belum sempat Kaki Seribu menjawab, Ayam telah membuka paruhnya dan menelan
Ayam sangat marah karena dia kalah. “Aku mau pertandingan ulang,” kata Ayam, “dan
mulai sekarang kamu hanya boleh memakai dua kaki!”
Kaki Seribu terpingkal karena temannya mengada-ada. “Kalah, ya, kalah!” ledek Kaki Seribu.
“Kenapa tadi kamu tidak menggunakan sayapmu untuk memukul bola atau menggunakan
bulu-bulumu untuk meniup bola melewatiku? Terima saja kekalahanmu, Teman!”
6
Dalam perjalanan pulang, Ayam berpapasan dengan ibu Kaki Seribu. Biasanya,
Ayam senang bertemu ibu temannya itu. Ibu Kaki Seribu suka menceritakan kisah
yang menarik dan membuat kue daun yang paling enak. Namun, hari ini Ayam lewat
begitu saja. Ayam berharap bahwa ibu Kaki Seribu tidak melihatnya. “Halo, Nak,”
sapa ibu Kaki Seribu. “Apa kamu melihat anakku?” Ayam diam seribu bahasa. Ibu
Kaki Seribu mulai curiga. “Ayam bersikap sangat aneh!” gumamnya.
7
Lalu, ibu Kaki Seribu mendengar suara lirih. “Tolong aku, Ibu!” katanya. Ibu Kaki Seribu
melihat sekeliling dan mendengarkan lagi dengan saksama.
“Dari mana suara itu berasal?” tanyanya. “Apa kamu menyembunyikan seseorang di dalam
perutmu, Ayam?” Ayam mengalihkan pandangannya. Ayam tidak tahu harus menjawab
apa. “Siapa yang kaumakan?” tanya ibu Kaki Seribu. “Jangan bilang kamu telah memakan
anakku!”
8
Ibu Kaki Seribu berteriak, “Pakai kekuatan ajaibmu, Nak!” Kaki Seribu dapat
mengeluarkan bau busuk dan beracun. Ayam mulai merasa mual.
“Aku merasa tidak enak badan,” keluhnya. “Aku harus segera pulang dan
istirahat.”
9
Ayam berserdawa, tersedak, dan muntah, lalu bersin-
bersin dan batuk. “Kaki Seribu rasanya menjijikkan!”
Sementara itu, ibu Kaki Seribu berdiri menyaksikan
sambil memberi semangat. “Kerja bagus, anakku!”
Soraknya. “Terus gunakan kekuatan ajaib itu! Kamu
akan segera keluar.”
10
Ayam terbatuk-batuk hingga Kaki Seribu akhirnya keluar.
“Horee!” Sorak Kaki Seribu, “Aku bebas! Aku berhasil
keluar!” Ibu Kaki Seribu merasa lega melihat anaknya
selamat. “Cepat, kemari,” bisiknya. ibu Kaki Seribu dan anak
kesayangannya memanjat dan terus memanjat hingga pucuk pohon
yang tinggi untuk bersembunyi. Begitulah awal mula Ayam dan
Kaki Seribu tidak pernah akur.
11
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
偲潦楬⁌敭扡条
Para Pembuat Cerita
Cerita The Chicken who Lost Her Temper diberikan
level
ulang oleh Right To Play. Beberapa hak cipta dilindungi
dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan
CC menggunakan izin 4.0. berdasarkan cerita asli: Chicken
and Millipede, oleh WinnyAsara © African Storybook
Initiative, 2014. Beberapa hak cipta
dilindungi dalam
peraturan
perundang-undangan.
Diterbitkan
dengan
CC
menggunakan izin 4.0.
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Ayam yang Kehilangan Kesabaran
Ini merupakan kisah menghibur tentang
awal mula Ayam dan Kaki Seribu menjadi
bermusuhan. | 124_Ayam_Pemarah |
2
Level
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Penulis : Rukmini Banerji
Ilustrator: Atik Hanifah
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Damaru
Penulis : Rukmini Banerji
Ilustrator : Atik Hanifah
Penerjemah: Durroh Fuadin Kurniati
Damaru
Penulis
: Rukmini Banerji
Ilustrator
: Atik Hanifah
Penerjemah : Durroh Fuadin Kurniati
Penelaah
: 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku
Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun
tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan
artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak
mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan
bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga,
ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca
ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan
tumbuh
dan
berkembang
keterampilan-keterampilan
lainnya,
mulai
keterampilan
mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta
karya.
Keterampilan
inilah
yang
menjadi
hakikat
dari
keterampilan
literasi.
Badan
Pengembangan
dan
Pembinaan
Bahasa,
Kementerian
Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari
sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional
(GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan
budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca
menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan
tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari
kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya
terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan
Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik
bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan
membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap
bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh
kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah
diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
Suatu ketika, ada sebuah desa yang besar. Di desa itu ada
banyak lapangan hijau. Di tengah salah satu lapangan
hijau, ada sekolah kecil yang bercat putih.
2
Di sekolah kecil yang bercat
putih ada taman bermain. Di
taman bermain itu ada banyak
anak. Mereka sedang duduk
bersama dan membentuk
lingkaran.
3
“Bagaimana kalau kita bermain?” tanya Didi.
“Iya!” jawab anak-anak. Lingkaran pun mengecil.
“Bagaimana kalau kita memainkan permainan yang menyenang-
kan?” tanya Didi lagi. “Iya! Iya!” seru anak-anak. Lingkaran
semakin mengecil.
4
“Bagaimana kalau kita memainkan permainan yang sangat
menyenangkan?” tanya Didi.
“Iya! Iya! Iya!” jawab anak-anak. Lingkaran menjadi sangat
kecil sehingga anak-anak hampir berada di pangkuan Didi.
5
“Aku akan menyebutkan sebuah huruf,” kata Didi. “Kalian
menebak kata yang diawali huruf itu. Jadi, jika aku berkata ‘k’
kalian akan menjawab ...?” Anak-anak mulai berpikir.
“K adalah ... kakak!”
“K adalah ... ketimun!”
“K adalah ... karpet!”
Kata-kata mereka berlompatan,
saling bersahutan.
6
Hanya Mimi yang diam. “Ayo, Mimi,” kata Didi. “Ayo,
bermain bersama kami. K adalah ...?” Mimi menatap Didi.
Lalu dia menjawab, …
“Damaru.”
“Bukan, bukan,” seru anak-anak yang lain. “Kamu harus
mengatakan kata yang diawali huruf k.” Namun, Mimi
berkata, “Damaru.”1
___________
1 alat musik khas India
7
Kemudian, mereka beralih ke huruf yang lain.
“T,” kata Didi.
“T adalah tajin!”
“T adalah tinggi!”
“T adalah tali!”
“T adalah tongkat!”
8
Didi melihat Mimi dan berkata, “T adalah ...?”
Mimi menatap Didi. Mimi menatap semua orang.
Lalu, dia berkata, “Damaru.”
9
“P adalah pepaya!”
“P adalah papa!”
“P adalah putih.”
Semua orang menatap Mimi dan berkata,
“Mimi, p adalah ...?”
Mimi menatap semua orang dan semua orang menahan
napasnya. Mimi kemudian berkata,
“Damaru.”
10
Sekarang permainan menjadi semakin menarik. Semua anak
sudah tahu permainan Didi. Semua anak juga sudah paham
permainan Mimi. “Baiklah,” kata Didi. “D adalah ...?”
Semua anak memandang Mimi dan berteriak, “D adalah
Damaruuu!”
Mimi tersenyum lebar seraya berkata,
“D adalah dua rebana!”
11
Buku ini dipersembahkan untuk “Mimi” asli, semua
teman-temannya, dan untuk semua anak yang suka
bermain tebak kata. Cerita ini berdasarkan kejadian
nyata di sebuah sekolah dasar negeri di Distrik
Sitapur di Uttar Pradesh. Pengarang memainkan
permainan ini bersama anak-anak Kelas 1 dan 2 dan
semua orang bersenang-senang hari itu sehingga
kemudian menjadi kisah ini.
KISAH DI BALIK CERITA INI
12
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
偲潦楬⁌敭扡条
Para Pembuat Cerita
Kredit lainnya:
Cerita: Dumroo ditulis oleh Rukmini Banerji. © Pratham Books,
2021. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan
perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin
4.0
Buku ini telah diterbitkan di StoryWeaver oleh Pratham Books.
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Damaru
Suatu ketika ada sebuah desa besar. Di desa
itu ada sebuah sekolah tempat anak-anak
bermain. Semua anak bergabung kecuali
Mimi. Bagaimana cara Didi mengajaknya
ikut bersenang-senang? | 125_Damaru |
Penulis:
Kathy Lo
Ilustrator:
Atik Hanifah
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Level
2
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Hidup saat Virus Merebak
Penulis : Kathy Lo
Ilustrator : Atik Hanifah
Penerjemah: Dwita Rizki Nientyas
Hidup saat Virus Merebak
Penulis
: Kathy Lo
Ilustrator
: Atik Hanifah
Penerjemah : Dwita Rizki Nientyas
Penelaah
: 1. Lovelyta Panggabean
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku
Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun
tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan
artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya
membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi.
Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus
menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan
kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian
dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang
keterampilan-keterampilan
lainnya,
mulai
keterampilan
mengenali,
memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta
karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi
bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan
Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan
utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-
bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang
kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui
penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal,
penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan
1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis,
Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di
dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya
global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan
guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di
rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak
menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya
untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah
diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
Belakangan ini ada yang aneh. Orang tua Lilian tidak
pergi bekerja. Walau tidak bekerja, mereka tidak
bermain dengan Lilian. Lilian jadi agak sedih. Apa
salah Lilian?
2
Suatu malam saat waktu tidur menjelang, Ibu
berbicara kepada Lilian. “Banyak orang yang
tidak bisa keluar karena sakit. Mereka terinfeksi
virus jenis baru.”
3
Satu pekan kemudian, Lilian dilarang bersekolah.
Lilian kesal karena bosan hanya di rumah selama libur
musim semi. Walau tidak bisa bertemu dengan teman-
teman sekelas, pekerjaan rumah dan ujian daring
tetap harus dilakukan.
4
Virus itu tidak terlihat karena ukurannya yang
sangat kecil, tetapi sebenarnya ada di dalam barang-
barang milik Lilian. Lilian belajar banyak tentang
virus itu melalui televisi. Dia merasa agak takut
karena virus itu bisa masuk ke dalam tubuh melalui
mulut, hidung, dan mata.
5
“Apa yang harus kulakukan kalau
sampai virus itu masuk ke tubuh orang
tuaku? Bisakah aku bertemu teman-
temanku lagi?” “Virus itu mudah
menyerang orang-orang yang kurang
tidur dan tidak berolahraga.” Ibu
jadi ingin melakukan sesuatu saat
melihat kesedihan Lilian. Lilian ingin
menggambar karena bosan ia hanya
bisa berdiam diri di rumah setiap hari.
6
Virus itu berasal dari tubuh kelelawar.
Kelelawar bisa melindungi diri dari virus
itu. Para kelelawar itu selalu hidup di gua
yang jauh dari manusia. Namun, ada
orang-orang yang memasak kelelawar
menjadi makanan hingga akhirnya memicu
kejadian buruk.
7
Seandainya manusia tidak memakan
hewan-hewan yang tinggal di hutan,
hewan-hewan itu pasti bisa menjadi
sahabat baik manusia.
8
Para dokter di televisi meminta Lilian untuk
memberitahu orang tua apabila Lilian merasa tidak
enak badan. Para orang tua tahu apa yang harus
dilakukan. Para dokter juga akan datang untuk
membantu. Oleh karena itu, jangan takut.
9
Minggu berikutnya, Lilian bangun pukul sembilan pagi
untuk berolahraga. Dia membantu membersihkan rumah.
Dulu Lilian tidak bisa bahasa Inggris, tetapi sekarang Ibu
mengajarinya.
10
Lilian baik-baik saja di
masa penuh kesulitan
ini. Dia mencuci tangan
beberapa kali dalam
sehari agar tubuhnya
tetap
sehat.
Lilian
berharap virus ini cepat
menghilang agar bisa
berwisata
ke
Korea
Selatan
di
liburan
musim panas kali ini!
11
Tentang Penulis
Namaku Kathy. Aku warga negara Taiwan yang sedang
belajar di Amerika Serikat. Sekarang aku sedang
menghabiskan liburan semester di Taiwan. Aku sangat
suka menari dan mendengarkan musik. Jika ada waktu
luang, aku suka mengobrol dengan teman-teman atau
belajar di kedai kopi.
Aku menulis buku ini untuk mengajarkan apa yang harus
dilakukan ketika menghadapi virus kepada anak-anak.
Selain itu, ini juga merupakan catatan keseharianku yang
diceritakan dari sudut pandang anak-anak.
12
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Para Pembuat Cerita
Cerita:
바이러스
동안
살아
있음
ditulis
oleh
Kathy
Lo,
©
Kathy
Lo,
2020.
Beberapa
Hak
cipta
dilindungi dalam peraturan perundang-undangan.
Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0.
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat
16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Hidup saat Virus Merebak
Buku ini ditulis untuk
mengajarkan apa yang harus
dilakukan untuk menghadapi
virus kepada anak-anak.
Selain itu, ini juga merupakan
catatan keseharian penulis yang
diceritakan dari sudut pandang
anak-anak. | 126_Hidup_saat_Virus_Merebak |
2
Level
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Kisah tentang Hanoi
Penulis: Hieu Tran
Ilustrator: Ega Mildan R
Penerjemah: Dwita Rizki Nientyas
Kisah tentang Hanoi
Penulis
: Hieu Tran
Ilustrator
: Ega Mildan R
Penerjemah : Dwita Rizki Nientyas
Penelaah
: 1. Lovelyta Panggabean
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku
Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun
tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan
artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak
mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan
bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga,
ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca
ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan
tumbuh
dan
berkembang
keterampilan-keterampilan
lainnya,
mulai
keterampilan
mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta
karya.
Keterampilan
inilah
yang
menjadi
hakikat
dari
keterampilan
literasi.
Badan
Pengembangan
dan
Pembinaan
Bahasa,
Kementerian
Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari
sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional
(GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan
budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca
menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan
tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari
kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya
terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan
Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik
bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan
membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap
bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh
kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah
diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
2
Halo! Aku gadis berusia 15 tahun dari Hanoi, Vietnam.
Orang Vietnam suka menggunakan nama hewan lucu
sebagai julukan sehingga mereka memanggilku “Yang” yang
berarti ‘domba’. Kisah ini menceritakan tentang kehidupan
sederhana dan bahagia seorang gadis Hanoi.
Keluargaku terdiri atas orang tua, aku, serta kakak dan adik
perempuan. Kami tinggal di rumah susun biru yang berlantai
empat di sebuah gang sempit di Hanoi.
3
Jalan di Hanoi dipadati oleh gang-gang kecil. Tentunya hal
itu membuat pendatang kesulitan menemukan alamat jika
belum lama tinggal di sana. Sebab, gang-gang tersebut tidak
bisa dicari menggunakan internet.
Rumahku terletak di salah satu gang seperti itu.
4
Selain itu, daerah rumahku dekat dengan tiga universitas
besar sehingga harga barang di sini cukup terjangkau dan
terkenal di kalangan mahasiswa.
Walau padat dan ramai, aku senang tinggal di sini karena
suasana yang mengasyikkan dan penuh semangat.
5
Sepak bola adalah olahraga yang paling disukai di Vietnam.
Seisi gang pasti akan dipenuhi oleh sorai yang berisi
dukungan setiap ada pertandingan sepak bola.
6
Ayah berulang tahun di tanggal 30 April. Ayah sangat bangga
dengan tanggal ulang tahunnya karena bertepatan dengan
hari kemerdekaan Vietnam. Semua rumah di Vietnam wajib
mengibarkan bendera kebangsaan untuk merayakan hari
kemerdekaan. Ayah mengatakan, seluruh bendera yang
berkibar seakan sedang merayakan hari ulang tahunnya.
Oleh karena itu, Ayah tidak menginginkan hadiah dan hanya
berharap agar kami juga mengibarkan bendera di hari itu.
7
Makanan kesukaan ibuku adalah bun cha yang hanya bisa
ditemukan di Hanoi. Saat masih kecil, aku sering memakan
makanan ini di rumah makan bibi kandungku yang terkenal
enak walau sempit dan ramai.
8
Bun cha disajikan dengan saus sedikit asam yang khas.
Hidangan ini terdiri dari selada putih, kacang tanah, daging
babi panggang, dan lumpia goreng khas Vietnam bernam
Cha gio memiliki tekstur renyah dengan isi sayur dan daging
yang melimpah. Daging babi panggangnya juga terasa manis
dan sangat nikmat, terlebih berkat adanya aroma arang.
Cobalah bun cha saat berkunjung ke Hanoi.
9
Di usia 15 tahun, aku mendapat nilai bagus dalam ujian masuk
SMA dan berhasil masuk sekolah favorit. Aku ingin menjadi
seperti nama sekolahku yang berbunyi “Naga yang Terbang
Tinggi”. Oleh karena itu, aku sangat senang bisa masuk SMA
itu.
10
Siswi di sekolahku diwajibkan mengenakan ao dai setiap hari
Minggu. ao dai adalah pakaian tradisional perempuan Vietnam
yang terlihat elegan dan cantik jika difoto. Para siswi biasanya
mengikat ujung belahan di kanan kiri ao dai mereka di pinggang
saat bersepeda dari rumah menuju sekolah.
Aku masih punya banyak kisah menarik tentang Vietnam.
Nantikan kelanjutannya, ya!
11
Tentang Penulis
Apa kabar? Namaku Hieu, mahasiswi tahun kedua
di Universitas Washington. Aku berasal dari Hanoi,
ibu kota Vietnam. Hanoi masih memiliki bangunan-
bangunan kuno yang indah dan megah sehingga dijuluki
sebagai Kota Budaya. Aku menulis “Kisah Hanoi” karena
sangat menyukai dan tertarik dengan budaya
dan sejarah kota itu. Walau sering tidak
bisa pulang kampung karena sedang
belajar di Amerika, aku selalu
merindukannya.
Kalau
ada waktu, cobalah untuk
melihat-lihat foto atau film dari
Hanoi. Seluruh ilustrasi di buku ini
dikumpulkan dan digunakan bukan
untuk tujuan komersial. Kredit ada
pada tiap-tiap pencipta.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Para Pembuat Cerita
Cerita: Kisah tentang 하노이의 이야기 ditulis oleh
Hieu Tran, © Hieu Tran, 2020. Beberapa Hak cipta
dilindungi dalam peraturan perundang-undangan.
Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0.
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Kisah tentang Hanoi
Ini merupakan berbagai kisah pendek tentang
Hanoi. Ini adalah proyek buku untuk Kelas Bahas
Korea 102 di Universitas Washington. | 127_Kisah_tentang_Hanoi |
Penulis:
Kavitha Mandana
Ilustrator:
Rizky Bagas
2
Level
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Matematika
di Taman Hiburan
Penulis: Kavitha Mandana
Ilustrator: Rizky Bagas
Penerjemah: Indra Gunawan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Matematika di Taman Hiburan
Penulis
: Kavitha Mandana
Ilustrator
: Rizky Bagas
Penerjemah : Indra Gunawan
Penelaah
: 1. Naifah
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku
Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun
tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan
artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak
mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan
bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga,
ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca
ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan
tumbuh
dan
berkembang
keterampilan-keterampilan
lainnya,
mulai
keterampilan
mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta
karya.
Keterampilan
inilah
yang
menjadi
hakikat
dari
keterampilan
literasi.
Badan
Pengembangan
dan
Pembinaan
Bahasa,
Kementerian
Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari
sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional
(GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan
budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca
menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan
tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari
kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya
terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan
Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik
bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan
membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap
bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh
kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah
diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
Lilo dan teman-teman kelas
empatnya sedang di taman
hiburan. Semuanya berjumlah
36 orang. Pak Guru pun
bertanya, “Siapa yang
suka menaiki wahana
permainan kereta,
acungkan tangan!”
Semua pun bersorak
menjawab, “Aku,
aku, Pak …!”
2
Pak guru pun mulai menghitung jumlah
siswa yang mengangkat tangan. Sebelum
hitungannya sampai pada 36, ternyata
tempat duduk wahana kereta sudah penuh.
Tak lama, peluit berbunyi dan kereta
pun maju. Akibatnya, mereka
harus
menunggu
giliran
berikutnya.
3
Selanjutnya,
waktunya menaiki
bianglala raksasa.
Tiap-tiap gondola
yang menggantung
di poros bianglala
itu memiliki dua
tempat duduk.
Loli
memperhatikan
bahwa satu karcis
cukup untuk
dua orang.
4
Sebelum Pak guru mulai menghitung mereka satu persatu,
Loli lebih dahulu menghitung teman-temannya secara
berpasang-pasangan (kelipatan dua), “... 2, 4, 6, 8, 10,
12, 14, … 36.” Petugas karcis pun bertanya kepadanya,
“Berapa karcis yang kauperlukan?”
Loli menjawab, “Delapan belas karcis, Pak.”
5
Tiap kuda di wahana komedi putar muat ditumpangi tiga
orang. Kali ini, Beto ingin menunjukkan betapa cerdas
dan jeniusnya ia kepada teman-temannya. Ia pun mulai
menghitung tiga-tiga. Petugas karcis lalu bertanya, “Berapa
kuda yang akan kalian tumpangi?”
Beto menjawab, “Dua belas kuda, Pak.”
6
Tibalah penghujung hari dan semua merasa lelah. Pak
guru ingin memastikan tiap satu dari 36 muridnya telah
kembali dengan selamat ke dalam bus.
7
Kali ini, seorang anak yang bernama Didu ingin menco-
ba untuk menghitung. Ia memperhatikan bahwa tiap jok
ditempati oleh empat orang. Ia pun mulai menghitung em-
pat-empat dengan suara keras.
“... 4, 8, 12, 24, 28, 32, ….” tiba-tiba ia berhenti sebelum
mencapai angka 36. Didu sontak terkejut lalu berkata,
“Pak Guru, dua orang lagi tidak ada!” Pak Wadio, seorang
sopir bus, pun menghitung anak-anak yang sedang tertidur
itu sekali lagi. Siapakah yang tidak ada?
8
Pak Sopir berteriak dari ujung bus, “Ahaaa! Ini dia,
kemari lihatlah! Dia anak yang tidak ada tadi.” Pak
sopir menemukan Monto sedang tertidur pulas sambil
mendengkur di jok bus paling belakang.
9
Akan tetapi, jumlah anak-anak yang
terkumpul barulah 35 orang. Pencarian anak
hilang pun dilakukan sekali lagi. Seketika Didu
berkata, “Pak Guru, kembalilah ke sini, Pak.
Kami sudah menemukannya!”
Pak Sopir bertanya, “Siapa anak yang membuat khawatir
itu?” Didu menunjuk dirinya “Aku, Pak. Aku lupa
menghitung diriku.”
10
Kamu tidak perlu pergi ke taman hiburan hanya untuk
belajar berhitung kelipatan dua, tiga, atau empat. Segala
sesuatu yang ada di sekitar kita adalah kesempatan
untuk belajar berhitung bilangan himpunan. Coba
hitung olehmu berapa jumlah kaki teman-temanmu
menggunakan kelipatan dua.
Berhitung itu Menyenangkan
11
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Para Pembuat Cerita
Cerita:
Maths
au
parc
d’attraction
diterjemahkan
oleh Faten Ashour,
© untuk
terjemahan
ini
ada
pada
EAA,
2021.
Beberapa
hak
cipta
dilindungi
dalam
peraturan
perundang-undangan.
Diterbitkan
dengan
CC
menggunakan
izin
4.0.
Berdasarkan
cerita
asli:
Maths at the
Mela,
oleh
Kavitha
Mandana
© Pratham
Books,
2018.
Beberapa
hak
cipta
dilindungi
dalam
peraturan
perundang-undangan.
Diterbitkan
dengan
CC menggunakan izin 4.0.
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km. 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id | 128_Matematika_di_taman_hiburan |
Pengumpul Data:
Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk.
KKLP Pengembangan Sastra
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Seri Antologi Fabel Nusantara
Kisah-Kisah Monyet
dan Binatang Lainnya
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta
rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/
atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/
atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Penerbit PT Elex Media Komputindo
KKLP Pengembangan Sastra
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Seri Antologi Fabel Nusantara
Kisah-Kisah Monyet
dan Binatang
Lainnya
Pengumpul Data:
Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk.
Kisah-Kisah Monyet dan Binatang Lainnya
Seri Antologi Fabel Nusantara
Kerja sama PT Elex Media Komputindo dan KKLP Pengembangan
Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
: Sastri Sunarti
Leni Mainora
Rosliani
Binarti KusumaningtyasDDHIIMMHMYID DHIEMHUUDEMGIIIDIDDGMEDII
Pengumpul data:
Atisah, desi Nurul Anggraini, helmi Fuad, ibrahim Sembiring,
irawan Syahdi, Leni mainora, muawal Panji handoko, Nurelide
munthe, Nurhaida, Suyadi, Syahril, Riki Fernando, Tri Amanat,
yuli Astuti Asnel, dan Zahriati
ilustrasi dan desain Cover : Kautsar Nadhim Novaldi
Layout
: divia Permatasari
hak Cipta Terjemahan indonesia
©2021 Penerbit PT elex media Komputindo
hak Cipta dilindungi oleh undang-undang
diterbitkan pertama kali oleh:
Penerbit PT elex media Komputindo
Kelompok gramedia-Jakarta
Anggota iKAPi, Jakarta
523006909
iSBN: 978-623-00-3031-4
dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
dicetak oleh Percetakan PT gRAmediA, Jakarta
isi di luar tanggung jawab percetakan
Fahuwusa Bae Fauma Baewa
(Persahabatan Monyet dengan Belut...............................2
Si Baguak dan Si Gadih............................................................10
Cerita Bakhu Tutung (Cerita Sepasang Kera)...............15
Kancil dengan Harimau...........................................................21
2
1 Diceritakan kembali oleh Faozisokhi Laia.
Z
aman dulu Monyet dan Belut sangat akrab.
Apapun pekerjaan, mereka kerjakan ber
sama-sama. Mereka selalu berbagi satu
sama lain. Ada satu meja batu indah, tempat
pertemuan mereka. Selain itu, meja batu itu
juga mereka gunakan sebagai tempat bersantai,
menghangatkan badan mereka berdua. Bahkan
mereka jadikan sebagai tempat pertemuan untuk
berbagi makanan satu sama lain. Contohnya, kalau
Belut menemukan udang tidak pernah dimakan
3
4
sendiri selalu dibagikan untuk Monyet begitu juga
sebaliknya kalau Monyet menemukan pisang juga
selalu dibagikan untuk Belut.
Suatu saat Belut mengalami sakit parah. Monyet
selalu setia menemani Belut. Dia berusaha men
cari obat tetapi usahanya tidak berhasil karena
penyakit Belut tidak sembuh-sembuh. Monyet
terus bertanya-tanya dalam hatinya obat apa yang
bisa menyembuhkan Belut ini sehingga dia mem
beranikan diri menanyakan kepada Belut “Obat
apa yang cocok menyembuhkan penyakitmu itu?”
Belut menjawab, “Obat yang bisa menyembuh
kan penyakit saya ini adalah jantung buaya yang
hidup di sungai.”
5
Mendengarkan itu Monyet sudah ketakutan
hanya saja Monyet tidak memperlihatkannya
di depan Belut. Tetapi di dalam hatinya, “Bagai
mana bisa saya ambil jantung buaya, mendekat
di sampingnya saya sudah dia makan,” sambil
dia memanjat naik di atas pohon kelapa. Dari
atas pohon kelapa dia lihat Buaya sungai sedang
mencari makan.
Monyet terus memutar otak supaya bisa meng
ambil jantung buaya untuk obat Belut. Ketika
Monyet melihat buah kelapa muncul ide dalam
pikirannya, “Saya masuk di dalam buah kelapa
ini.”
Monyet mengikuti kata hatinya. Diambilnya
pisau. Dia lobangi buah kelapa, lalu masuk ke
dalamnya. Setelah dia masuk, dia goyangkan buah
kelapa hingga lepas dan jatuh di tempat buaya
yang sedang mencari makan. Lalu buaya lapar
itu langsung menerkamnya. Monyet di dalam
buah kelapa masuk ke perut buaya. Monyet pun
keluar dari dalam batok kelapa, kemudian dia
ambil jantung buaya dan buaya pun mati. Monyet
memotong perut buaya dengan pisaunya sebagai
jalan keluar dari dalam perut buaya. Setelah itu,
dia langsung pergi membawa jantung buaya
untuk obat Belut.
6
Di atas batu meja pertemuan mereka, Monyet
memanggil Belut. “Hei, Belut ini obatmu,” kata
Monyet.
Belut bangun dari tempat tidurnya dan meng
ambil jantung buaya dari tangan Monyet. Dia
makan dan penyakitnya langsung sembuh.
Persahabatan mereka berlanjut dan makanan
mereka tetap dibagi satu sama lain. Tetapi, suatu
hari Monyet jatuh sakit, Belut pun tetap setia
menemani dan mengurus Monyet. Belut berusaha
mencari obat supaya monyet cepat sembuh. Tetapi
usaha Belut semua sia-sia karena Monyet tidak
7
sembuh-sembuh. Belut mulai menyerah karena
usahanya mencari obat tidak membuahkan hasil
maka Belut menanyakan kepada Monyet, “Apa
obat yang bisa menyembuhkan penyakitmu ini?”
Lalu Monyet menjawab, “Obat yang bisa me
nyembuhkan penyakitku ini hanya telur ayam
yang disimpan di dalam keranjang.”
Mendengarkan itu Belut penuh keraguan bagai
mana bisa mengambil telur yang ada di dalam
keranjang karena tempatnya di air sementara
telur ayam di keranjang ada di rumah orang.
Ketika Belut sedang memikirkan cara mengambil
telur itu dia lihat orang yang mengambil air di
sumur pancuran dengan perian2. Belut tidak habis
akal dengan cepat dia ikut di aliran air pancuran
dan masuk di air yang ditampung di dalam
perian. Akhirnya Belut ikut diangkut dengan
air yang dibawa di rumah. Perian diletakkan di
kamar dapur. Lalu Belut di dalam perian naik ke
atas mulut perian. Ketika keadaan sekitar sudah
hening, dia keluar dari perian dan mengambil
telur di dalam keranjang. Lalu setelah berhasil dia
kembali lagi ke dalam perian yang kosong agar
bisa ikut dibawa orang ke sumur saat mengambil
air di sumur pancuran.
2 Perian: tabung bambu tempat air.
8
Tidak lama setelah itu ada orang yang meng
ambil air di sumur pancuran dan membawa pe
rian kosong yang di dalamnya ada Belut. Setelah
sampai di sumur orang itu menampung air di
pancuran. Lalu Belut keluar lari membawa telur
ayam untuk obat Monyet. Di atas batu meja
pertemuan Belut memanggil Monyet katanya,
“Monyet kamu di mana?”
“Ini saya,” jawab Monyet dari atas pohon.
Monyet turun pelan-pelan menemui Belut di atas
batu. Lalu Belut memberikan telur itu kepada
Monyet. Lalu telur itu dimakan Monyet dan
penyakit Monyet dalam sekejap saja sembuh.
“Terima kasih Belut sudah membantu saya kalau
tidak ada kamu saya mati, “ kata Monyet.
Dari atas pohon, Musang melihat persahabatan
Belut dan Monyet. Musang iri. Dia mencari cara
supaya Monyet dan Belut bermusuhan. Dia per
hatikan kapan Monyet dan Belut pergi mencari
makanan mereka. Setelah dia lihat Monyet
dan Belut pergi turun, Musang dari atas pohon
naik ke atas batu pertemuan Monyet dan Belut.
Kemudian dia menggosok-gosokkan pantatnya
di atas batu itu. Setelah selesai Musang naik di
atas pohon sambil memperhatikan bagaimana
selanjutnya pertemuan Monyet dan Belut setelah
menggosokkan pantatnya di atas batu itu.
9
Tidak lama setelah itu datang Monyet membawa
satu sisir pisang untuk Belut. Monyet naik ke atas
batu dan memanggil Belut. “Belut kamu di mana?
Ini pisangmu, ” kata Monyet.
Dari dalam air keluar Belut juga membawa
udang buat Monyet. Monyet naik ke atas batu
pertemuan mereka. Di saat Belut naik di atas
batu itu, ia mencium bau busuk. Lalu dia ber
tanya, “Monyet apa yang bau itu kamu? ”
“Saya tidak tahu, bau itu tercium setelah kamu
datang,’’ jawab Monyet.
Belut tersinggung. Katanya, “Bau itu tercium
setelah saya naik di atas batu ini. Jangan-jangan
kamu yang bau. Bukan saya yang bau.’’
Mereka bertengkar. Akhirnya mereka berpisah
dan persahabatan mereka berakhir hanya gara-
gara bau busuk gosokan pantat musang di atas
batu pertemuan Monyet dan Belut.
10
3 Diceritakan kembali oleh Salman.
D
ahulu kala, di daerah Kampar hiduplah se
ekor kera besar yang kuat dan pandai ber
kelahi. Karena memiliki gondok, ia disapa
penduduk setempat dengan nama si Baguak. Si
Baguak adalah kera yang suka sekali mengintip
perempuan mandi di sungai. Karena tingkah si
Baguak yang sangat terkenal dengan kegenitannya
maka orang-orang tua di kampung pun melarang
anak-anak gadisnya mandi di sungai pada tengah
hari. Si Baguak sering berada di sekitaran sungai
pada waktu-waktu itu.
Suatu hari, seorang gadis (gadih) yang tidak
patuh terhadap larangan orang tuanya, ternyata
tetap pergi ke sungai pada tengah hari. Ia ingin
mandi di sana. Ia pikir bahwa ia tidak akan
11
bertemu dengan si Baguak siang itu. Namun, ia
salah. Sesampainya di sungai, ia melihat si Baguak
sedang berada di seberang. Si Gadih tiba-tiba
ketakutan dan hendak berbalik pulang, tapi si
Baguak memanggilnya.
“Oi, Dih, apakah kau mau mandi di sungai ini?
Mandilah, aku tidak akan mengganggu,” kata si
Baguak.
Si Gadih hanya diam. Ia ingin pergi, tapi ia butuh
alasan.
“Jika kau malu, aku akan pergi. Jadi, mandilah.
Jangan khawatir,” kata si Baguak lagi. Ia pun pergi.
Tapi, ia tidak benar-benar jauh dari sungai. Ia
hanya beranjak ke tempat yang tersembunyi dan
mengintip si Gadih dari balik belukar.
Karena mendapat kesempatan, si Gadih per
lahan-lahan mulai pergi dari sungai. Ia meman
dang ke seberang untuk memastikan si Baguak
tidak mengetahui kepergiannya. Setelah beberapa
meter, ia pun berlari menuju rumah. Di belakang
nya, si Baguak diam-diam berusaha mengikutinya.
Singkat cerita, si Baguak jatuh cinta pada si
Gadih. Ia pun pergi melamar gadis itu. Tentu
orang tua si Gadih tidak menginginkan si Baguak
jadi menantunya. Sekalipun si Baguak adalah kera
yang kuat dan pandai berkelahi. Semua orang
takut dengannya. Maka, dicarilah siasat untuk
12
menggagalkan lamaran itu. “Oh, Tuan si Baguak,
kenapa matamu sayu?” tanya orang tua si Gadih.
“Ini karena menatap kitab siang dan malam,”
jawabnya.
“Oh, Tuan si Baguak, kenapa punggungmu
bungkuk?”
“Ini karena bekerja siang dan malam. Menjahit
dan menyulam,” jawabnya.
Setiap kali si Baguak ditanya oleh orang tua si
Gadih, ia selalu bisa memberi jawaban dengan
bijaksana. Karena tidak menemukan celah kele
mahan si Baguak, orang tua si Gadih meminta si
Baguak untuk mem
buktikan kepandai
annya membaca ki
tab, menjahit, dan
lainnya. Dengan mu
dah si Baguak ber
hasil melakukannya.
Akhirnya,
lamaran
si Baguak terpaksa
diterima oleh orang
tua si Gadih. Ia pun
disuruh datang se
minggu lagi untuk
membicarakan per
siapan pernikahan.
13
Maka, si Baguak pun pulang dengan hati ber
bunga-bunga.
Dalam waktu seminggu itu, keluarga si Gadih
berusaha mencari cara untuk menggagalkan ke
inginan si Baguak menikahi si Gadih. Berbagai
macam siasat pun dipikirkan. Suatu hari si Gadih
berkata pada ibunya, “Mak, begini saja. Malam
sebelum Tuan si Baguak datang, potonglah
kambing. Nanti bungkus kambing itu dengan
kafan. Bilang pada Tuan si Baguak bahwa saya
sudah mati.”
Si Gadih memang perempuan yang cerdas.
Maka, rencana itu pun diterima. Seekor kambing
dipersiapkan, lalu dipotong pada malam sebelum
hari kedatangan si Baguak. Semua penduduk
kampung pun diajak bekerja sama untuk berpura-
pura mengetahui kabar kematian si Gadih. Begitu
lah, ketika si Baguak datang ke rumah si Gadih
pada hari yang telah direncanakan, ia malah me
nemukan kumpulan orang berwajah duka. Ibu si
Gadih menangis terisak-isak di samping jenazah
yang telah dibungkus kafan.
“Oh, Tuan si Baguak,” seru Ibu si Gadih, “Telah
tiada si Gadih yang Tuan cinta. Begitu tak terduga
takdir Tuhan. Lihatlah, telah berbungkus kafan ia
sekarang.”
14
Si Baguak yang membayangkan kebahagiaan
dalam kedatangannya, tiba-tiba jadi terguncang.
Ia menghampiri jenazah yang terbujur di lantai
dengan kaku. Seketika, air matanya pun berlinang.
“Oh, Dih, cepat sekali kau pergi. Belum lagi
sempat kita menikah, kau sudah tinggalkan saya
seperti ini. Sedih sekali hati saya, Dih. Tidak
berjodoh kita rupanya.”
Lama sekali si Baguak menangis di hadapan
jenazah berbungkus kafan di hadapannya. Ketika
si Baguak hanyut dalam duka lara, ia pun jatuh
pingsan. Penduduk yang tak ingin menyia-nyiakan
kesempatan itu segera menangkapnya. Tubuh si
Baguak diikat berlilit-lilit. Setelah itu, si Baguak
dibawa ke hutan yang sangat jauh dari kampung.
Di sanalah ia kemudian ditinggalkan.
15
4 Diceritakan kembali oleh Erwin Wibowo
M
enurut cerita masyarakat Desa Bakhu,
sekitar beratus-ratus tahun yang lalu
terdapat sebuah desa yang bernama
Desa Bakhu (berate kayu). Warga Bakhu saat
itu terkenal dengan masyarakat yang ramah
dan sangat menjaga silaturahmi dengan sesama
warganya. Pada saat itu, masyarakat Desa Bakhu
sangat tergantung pada alam untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pada saat itu warga Desa
Bakhu pergi ke hutan untuk mencari makan. Apa
saja diambilnya dari hutan, yang penting untuk
16
menyambung hidup. Selain itu, warga Desa Bakhu
juga melestarikan kayu (pohon) besar yang ada di
hutan Bakhu. Setiap hari secara pergantian warga
desa datang dan merawat kayu besar tersebut.
Suatu hari, di saat warga sedang merawat kayu
besar itu, warga dikejutkan dengan kedatangan
dua makhluk aneh. Makhuk itu mirip sekali
dengan kera. Betapa terkejutnya warga yang
sedang berada di sana. Dengan rasa panik, warga
berlarian ke segala penjuru. Pakaian yang dipakai
oleh makhluk tersebut, terbuat dari kulit kayu.
Setelah kemunculan dua makhluk tersebut, warga
Desa Bakhu tidak pernah lagi pergi ke hutan
untuk mencari makan dan merawat kayu besar
itu (pohon besar). Dengan adanya dua makhluk
aneh tersebut, warga sekitar hutan pun mulai
kelaparan, dikarenakan tidak ada yang berani
pergi ke hutan untuk mencari makan.
Suatu ketika, karena kelaparan sudah mencapai
puncaknya, beberapa orang pun memberani
kan pergi ke hutan untuk mencari makan. Salah
satunya pemuda bernama Hamid. Karena desakan
ekonomi, Hamid memberanikan pergi ke hutan
untuk mencari makan. Secara tidak sengaja, saat di
hutan, Hamid melihat dua makhluk tersebut dari
kejauhan. Alangkah terkejutnya Hamid dengan
apa yang dilihatnya. Ia melihat dua makhluk ter
17
sebut sedang mengumpulkan kayu-kayu besar
dan disusun rapi.
Hampir setiap hari Hamid pergi ke hutan untuk
mencari makanan dan kayu bakar, dan hampir
setiap kali pula Hamid mengintip aktivitas yang
dikerjakan dua makhluk tersebut. Ternyata dua
makhluk tersebut berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan, sepasang suami istri. Tidak sengaja
Hamid mendengar percakapan mereka, sang
suami menyuruh istrinya untuk terlebih dulu
mencari makan ke Gunung Pesagi, dan akan di
susul olehnya jika pekerjaan menumpuk kayu
sudah selesai. Permintaan itu dituruti oleh sang
istri.
Setelah selesai menyusun kayu, sang suami
itu pun menyusul istrinya untuk mencari makan
di Gunung Pesagi. Alangkah terkejutnya Hamid
melihat keanehan yang terjadi. Makhluk aneh itu
terbang secepat kilat. Dengan hati yang penasar
an, Hamid menunggu kedua makhluk tersebut
datang kembali. Setelah menunggu lama, kedua
makhluk itu kembali ke hutan dan membawa
banyak makanan yang mereka cari di Gunung
Pesagi.
Ada yang membuat Hamid terheran-heran
kepada kedua makhluk tersebut. Kedua makhluk
tersebut tidak mempunyai rumah dan tidur ber
18
19
alaskan tanah. Rumah mereka hanya tumpukan
kayu-kayu besar yang dibuat berputar, tanpa atap
di atasnya.
Hampir setiap hari jika Hamid pergi ke hutan,
dia menyempatkan untuk melihat aktivitas ke
dua makhluk tersebut dari kejauhan. Lagi-lagi
Hamid terheran-heran dengan tingkah laku kedua
makhluk tersebut. Hamid terheran-heran karena
makanan yang mereka cari dari Gunung Pesagi
hanya ditumpuknya di lubang besar, dan tidak
dimakan oleh mereka.
Keesokan harinya, betapa terkejutnya Hamid
kerena melihat telah berdiri sebuah rumah pohon
yang besar. Hamid pun berujar, “Alangkah sakti
nya kedua makhluk tersebut membuat rumah
yang besar hanya dengan waktu satu hari.”
Pada suatu hari sang Suami marah besar de
ngan Istrinya. Mereka bertengkar dengan sangat
hebatnya sehingga sang Istri tidak mau lagi ting
gal bersama suaminya. Dengan sekejap sang
suami membuatkan satu lagi rumah di atas
pohon yang sangat besar. Sejak pertengkaran
tersebut hutan tempat mereka tinggal, tidak lagi
tidak lagi rapih.
Suatu malam dengan rasa penasaran Hamid
pergi ke hutan untuk melihat aktivitas mereka.
Hamid melihat sang Istri belum tidur, sedangkan
20
sang suami sudah tertidur lelap. Sang Istri pun
sedang sibuk menumpuk kayu di bawah rumah
kayu sang Suami, dan kemudian sang istri mem
bakar tumpukan kayu tersebut hingga membakar
rumah kayu yang ditempati oleh sang Suami,
hingga suami itu pun ikut terbakar.
Tidak lama kemudian sang suami yang badan
nya sudah terbakar, bangkit dan berjalan menuju
sang Istri. Kemudian dengan marah, menarik
sang Istri ke dalam api yang berkobar sehingga
mereka berdua ikut terbakar. Melihat kejadian
itu, Hamid pun langsung lari menuju desa dan me
manggil warga desa. Keesokan harinya Hamid dan
beberapa warga desa Bakhu datang ke tempat
kedua mahkluk tersebut dan melihat apa yang
terjadi di sana. Alangkah terkejutnya mereka me
lihat dua makhluk aneh tersebut sudah menjadi
kayu besar yang berwarna hitam. Sejak itulah
warga Bakhu menyebut peristiwa tersebut dengan
nama Bakhu Tutung.
21
H
arimau terkenal sebagai binatang yang gagah
perkasa. Ditakuti oleh semua jenis binatang
lain-lainnya. Kalau harimau berhasil menjadi
raja, sebenarnya bukan karena dipilih tapi karena
dia sendiri mengangkat dirinya. Sifat-sifat sosial
tak ditemui sama sekali dalam diri raja hutan ini.
Semua jenis binatang penghuni rimba raya takluk
kepadanya, kecuali jenis kancil. Entah dewa mana
yang berbuat sehingga kancil itu tak takut kepada
harimau. Entah dewa mana pula yang berbuat
sehingga kancil sangat cerdik.
Inilah kisahnya,
Suatu hari Kancil terlibat dalam perbincangan
dengan beberapa ekor binatang. Binatang-bina
5 Thabran Kahar, Baharuddin Kasib, dan Nazir Anwar, Cerita
Rakyat Daerah Jambi, Proyek Penelitian Dan Pencatatan
Kebudayaan Daerah Depdikbud,1981
22
tang lain itu asyik memperkatakan kegagahan
Harimau. Kancil sangat kecewa kepada teman-
temannya yang terlalu berlebih-lebihan men
dewa-dewakan Harimau sebagai seekor binatang
yang gagah perkasa.
“Hei Badak! Badanmu besar, tetapi kenapa
engkau takut kepada Harimau?” kata Kancil
kepada Badak. “Aku walaupun kecil tak takut
kepadanya.”
“Aku, Ncil, benar-benar tak sanggup melawan
Harimau itu. Ia sangat ganas,” jawab Badak.
“Sekarang,” kata Kancil pula. “Beritahukan
kepada harimau aku menantangnya mana yang
lebih besar tangkapan dia atau aku.”
Suatu hari Kancil pergi berjalan-jalan. Ber
temulah dengan sarang tabuan yang amat besar,
bentuknya seperti beduk. Kancil pun duduk di
bawahnya sambil beristirahat. Dalam pikiran
kancil, sarang tabuhan itu dapat dipergunakan
nya nanti untuk memperdayakan Harimau yang
telah ditantangnya dulu.
Benar saja, tak lama kemudian Harimau sudah
muncul di tempat Kancil beristirahat.
“Ha, ini hari baru bertemu denganmu Kancil,”
kata Harimau tiba-tiba. “Kau kumakan beserta
tahi-tahimu.”
23
“Tunggu! Berunding kita dahulu, “ jawab Kancil.
“Aku ini apalah, takkan mengenyangkan perutmu.
Coba, kalau engkau benar-benar lapar, tangkaplah
Gajah.”
Harimau termenung mendengar jawaban Kancil
itu. Banyak sedikitnya apa yang dikatakan Kancil
ada juga benarnya.
“Jadi engkau sekarang ini sedang apa?” tanya
Harimau kepada kancil.
“Aku sedang menunggui gong nenek.”
“Bolehkah aku nompang memukul gong
nenekmu itu? Sekali saja pun jadilah!” pinta
Harimau kepada Kancil.
Mula-mula Kancil berpura-pura menolak per
mintaan Harimau itu, padahal dalam hatinya
sudah bersorak kegirangan.
“Apa boleh buat, hendak kutegah tak tertegah,
kehendakmu jua yang berlaku. Tapi tunggulah
aku katakan kepada nenekku dulu!”
Setelah jauh berjalan berserulah Kancil mem
persilahkan Harimau. Harimau dengan sukacita
nya memukul “gong” itu sekuat-kuat tenaganya.
Tentu saja binatang tabuan itu terkejut dengan
sangat marah. Dengan sangat ganas mereka
menyengati seluruh bagian badan Harimau
sehingga bengka-bengkak. Raungnya memenuhi
seantero hutan belantara itu. Tak lupa Harimau
24
mengutuk Kancil yang telah memperdayakannya,
dan dalam hati berjanji kalau bertemu dengan
Kancil akan membunuhnya.
Sedang asyik berjalan Kancil bertemu pula
dengan ular besar sedang berjemur diri dipanas
matahari di atas sebuah dahan kayu. Kancil duduk
pula di bawahnya.
Nanti belitlah pinggang Harimau, ya” kata
Kancil kepada sang Ular.
Harimau akhirnya berhasil juga menjumpai
Kancil di sana. Nampaknya ia sangat galak dan
dendam sangat kepada kancil.
“Ha, rupanya engkau di sini. Engkau kumakan
dengan tahi-tahimu!” kata Harimau sangat marah.
“Kan sudah kukatakan,” jawab Kancil. “Bila
hendak makan tangkaplah Gajah. Aku jangan kau
ganggu. Aku sedang menunggu ikat pinggang ini
kalau dililitkan ke pinggang khasiatnya dapat
menyembuhkan sekalian rasa sakit.”
“Kalau begitgu pinjamkan aku,” pinta Harimau
yang bodoh itu.
Kancil sangat gembira dan dalam hatinya
timbul cemooh dan ingin agar Harimau kali itu
akan mati.
“Oi,” sorak Kancil sayup-sayup, “Lilitkanlah!
Harimau mendengar suara Kancil itu cepat-
cepat melilitkan ikat pinggang itu. Tapi sungguh
25
hebat khasiatnya, Harimau terkencing-kencing
dan terberak-berak dibuatnya. Harimau sekarang
sadar, bahwa kalau berhadapan dengan Kancil
tak ada gunanya ngomong lagi. Begitu bertemu
diterkam dan tamatkan sekali nyawanya.
Lama-kelamaan berjalan dan tanpa disadarinya,
Kancil terjatuh ke dalam sebuah lobang, perang
kap nenek gergasi untuk menjebak binatang-
binatang yang lewat di sana. Dicobanya memanjat
dinding lobang itu tapi setiap dicoba melorot pula
ke dasar lobang tersebut. Tapi Kancil tak berputus
asa, malah ia tersenyum. Baginya persoalan itu
gampang saja. Ia tahu benar binatang-binatang
lain banyak berkeliaran di sekitar tempatnya itu.
Kebetulan waktu itu guntur, perih, dan kilat,
silih berganti. Dunia seperti akan kiamat layaknya.
Buruk benar cuaca waktu itu. Dahan-dahan
kayu meliuk-liuk dihantam badai, daun-daun
berguguran.
“Langit hendak runtuh! Langit hendak runtuh!”
teriak Kancil dari dalam lobang. “Siapa ingin
selamat dan mengharapkan supaya langit jangan
runtuh, terjunlah ke bawah. Di sini kita dapat
mengaji dan berdoa kepada dewa.”
Guntur, petir, dan kilat belum juga reda.
Binatang berlarian ke sana kemari. Kancil dalam
lobang makin keras suara nyanyiannya.
26
“Lang ling kecipung ilang-ilang. Ada orang
maling terjebur lalu himng,” demikian bunyi kajian
Kancil. Kemudian dilanjutkan pula, “Tempurung
bermata tiga orang terkurung hamba tiada”.
Pada saat itu menjongak kepala Rusa. Dan ini
lah binatang pertama yang berhasil diperdayakan
kancil. Kancil setelah rusa masuk lobang melom
pat ke atas punggungnya. Sekarang Kancil tak
perlu cemas. Berturut-turut datang pula Babi,
Menjangan, Gajah, dan banyak lagi binatang
lain. Kemudian tanpa membuang waktu Kancil
melompat dan selamatlah ia.
Kancil setelah lama mengembara, bertemulah
dengan Harimau yang dulu diperdayakannya. Tapi
kali ini ia masih dapat melunakkan hati Harimau.
Bahkan Harimau ditantangnya berlomba besaran
tangkap. Kedua belah pihak setuju mengadakan
perlombaan itu. Ditetapkanlah jangka waktu
seminggu untuk kedua belah pihak menangkap
mangsanya.
Harimau baru saja tiga hari berburu telah
berhasil menangkap Badak. Tangkapannya itu
diberitahukannya kepada Kancil.
“Amboi, besar benar tangkapmu!” kata Kancil
kepada Harimau. “Tapi aku belum juga berhasil
menemukan seekor binatang pun. Tunggulah
beberapa hari lagi. Kan waktu seminggu belum
habis.”
27
Akhirnya Kancil berjumpa dengan seekor
Gajah. Kemana saja Gajah itu selalu diikutinya.
Menjelang malam, dua ekor binatang itu, sampai
di suatu tebing yang datar di atasnya. Atas bujukan
Kancil, akhirnya mereka bermalam di sana.
“Paman Gajah, lihatlah tinggi dan curamnya
tebing ini, “kata Kancil kepada Gajah. “Tapi tempat
di sini datar dan bagus. Baik kita tidur di sini. Aku
biar berbaring di sebelah pinggirnya.”
Malam itu, bermalamlah kedua binatang itu.
Kancil seperti katanya tidur di bagian pinggir.
Tengah malam Kancil segera mengatur siasatnya,
ia berpindah ke bagian tengah.
“Paman, angsur sedikit! Nanti aku terguling,”
katanya kepada Gajah.
Gajah yang sangat lelap tidurnya, mungkin
karena siang tadi sudah sangat capai, tak me
nyadari Kancil sudah berpindah tempat.
Ia beringsut sedikit demi sedikit, sementara
Kancil terus mendesaknya.
Bergeser... sedikit, bergeser... terjatuhlah ia ke
bawah, dan matilah Gajah itu.
Pagi harinya Kancil dengan gembira menuruni
tebing itu, dan sesampai di bawah digigitnya
telinga Gajah itu, akan bukti nanti bila berhadapan
dengan Harimau. Selesai itu ia segera mencari
28
Harimau yang tak lama kemudian bersua juga
akhirnya.
“Apa kabar, Tuanku?” kata Kancil bersopan-
sopan setelah bertemu dengan Harimau.
“Ai, aku memang sedang menunggu kedatang
anmu,” jawab Harimau. “Kemana saja engkau
selama ini? Ingat, kalau engkau kalah, engkau
kubunuh!”
“Amboi, galaknya Tuanku. Kalau mencari mangsa
yang besar badannya, tak apa agak lama sedikit,
Tuanku,” jawab Kancil pula sambil tersenyum.
Kancil pun lalu mengajak Harimau melihat
tangkapannya. Sesampai di sana diperlihatkan
nya bekas gigitannya pada telinga Gajah. Harimau
diam-diam merasa kagum, dan terbayang dalam
pikirannya alangkah berbisanya gigi Kancil itu.
Mulai saat itu Harimau telah berjanji dalam
hatinya untuk tidak lagi membayang-bayangi
Kancil yang bergigi keramat itu. | 12_Kisah_Kisah_Monyet_dan_Binatang_Lainnya_1 |
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.
Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Brambang, Ngilangke Racun
Bawang Merah, Menghilangkan Racun
Penulis
Diah Shanti Utaminingtiyas
Penelaah
Arif Subiyanto
Penanggung Jawab
Umi Kulsum
Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto
Ilustrasi Isi & Sampul
Alya Lintang F.
Tata Letak
FA Indonesia
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972
Cetakan pertama, Oktober 2023
E-ISBN: 978-602-259-884-8
Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
C
erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak,
khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam
pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan
beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang
mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan
budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan
ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila.
Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga
keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan
bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur,
seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai-
nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk
cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan
mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi
berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah
membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di
dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan
kayanya unsur-unsur lokal.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta
dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah
upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan
memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi
penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif,
mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini
dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi
dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya
dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga
menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi,
penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang
turut andil mewujudkan karya ini.
Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Surabaya, 1 Oktober 2023
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Brambang, Ngilangke Racun
Bawang Merah, Menghilangkan Racun
Biodata Penulis
Biodata Ilustrator
iii
iv
1
20
20
4
5
Penulis
Diah Shanti Utaminingtiyas adalah seorang penulis
yang lahir di Nganjuk pada 10 Desember 1989. Dia
tergabung dalam komunitas menulis FLP Wilayah Jatim
dan Paberland (komunitas penulis cerita anak). Saat ini
menjabat sebagai Ketua FLP Cabang Nganjuk 2023. Karya
cerpen yang telah terbit “Bunga Anti Marah”, “Sepatu Baru,
Sang Penyelamat”, “Stoples Cinta Warna-Warni”, “Aghnia
Sahabat Teristimewa”, dan berbagai cerpen lainnya.
Pembaca bisa menyapa melalui blog www. kompasiana.
com/mamaaghnia dan instagram @mamaaghnia.
Ilustrator
Alya Lintang F atau lebih dikenal sebagai Tera adalah
seorang ilustrator asal Madiun. Ia adalah lulusan DKV
ITS dan memulai karir sebagai ilustrator pada awal
tahun 2023. Tera memiliki minat yang tinggi terhadap
dunia literasi dan visual anak. Temukan berbagai karya
Tera di @teradsy di Instagram.
BIONARASI | 13_BRAMBANG_NGELANGKE_RACUUN |
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Usum Layangan
Musim Layang-Layang
Penulis
Urip Limartono Aris
Penerjemah
Nur Holipah
Penelaah
Antariksawan Jusuf
Penyunting
Khoiru Ummatin
Ilustrator
Petik Std.
Penata Isi dan Sampul
Petik Std.
Diterbitkan pada tahun 2022 oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, 61252
Telepon/Faksimile (031) 8051752
Cetakan pertama, November 2022
ISBN 978-602-8334-77-8
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
899.222 3
MUS
MUSIM LAYANG-LAYANG/Urip Limartono Aris
M — cet.1 — Sidoarjo: Balai Bahasa Jawa Timur, 2022
iv + 24 hlm; 22 x 28 cm
Kata Pengantar
Kepala Balai Bahasa
Provinsi Jawa Timur
SALAH SATU kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur adalah cerita anak yang mengandung kearifan lokal
dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Kekayaan itu merupakan sebuah aset nasional yang sangat berharga
sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional sebagai bagian dari warisan budaya dunia. Nilai-nilai
yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur tidak hanya dapat diimplementasikan oleh masyarakat
Jawa Timur, tetapi dapat pula dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan
diterjemahkannya karya sastra Jawa Timur ke bahasa Indonesia, pembacanya dapat menikmati cerita, kemudian
mengkaji nilai-nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Hasilnya adalah akan tercipta sebuah pemahaman antarbudaya yang
akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Cerita-cerita yang terhimpun dalam terjemahan buku cerita anak untuk pembaca awal ini juga dapat
bermanfaat sebagai salah satu sarana atau media pendidikan karakter. Tema yang diusung dalam buku ini
adalah STEM, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika. Cerita dalam buku ini diharapkan mampu
membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas.
Melalui penerjemahan cerita anak, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Kami berusaha untuk turut berperan aktif dalam program itu dengan. menyediakan bahan bacaan bermutu
bagi pembaca melalui penerjemahan cerita anak berbahasa daerah ke bahasa Indonesia yang gagasannya
bersumber dari kearifan lokal. Kegiatan membaca diharapkan akan tumbuh dan berkembang menjadi
keterampilan-keterampilan lanjutan sehingga akhirnya pembaca dapat mencipta karya. Keterampilan inilah
yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Inovasi seperti itu perlu didukung agar dapat menumbuhkan budaya literasi dengan tetap berfokus pada
upaya untuk menumbuhkan generasi yang memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan
kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk terjemahan
ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu
literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi
setinggi-tingginya kepada penulis karya sastra berbahasa daerah, penerjemah, penelaah, dan anggota KKLP
Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya terjemahan ini.
Semoga buku ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Sidoarjo, 1 Oktober 2022
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
[ iii ]
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................................................iii
Usum Layangan...............................................................................................................................1
Musim Layang-Layang...................................................................................................................1
Biodata Penulis................................................................................................................................24
Biodata Penerjemah........................................................................................................................24
Biodata Ilustrator.............................................................................................................................24
Usum-usum usum layangan
Bolak digelas dienggo bendhetan
Aran ganjur dawa-dawaan
Sangkrahe carang wit-witan
Pung lampung nong awang-awang
Pertandha pedhot aran layangan
Ya hang ngadhang sepirang-pirang
Lare-lare padha rebutan
...
Musimnya sedang musim layang-layang
Benang gelasan untuk aduan
Galah-galah yang beradu panjang
Pucuknya dihiasi ranting belukar
Melambai dan mengambang di angkasa
Tanda terputusnya layang-layang
Begitu banyak para penghadang,
siap mengejar
Anak-anak berebut
saling ingin mendapatkan
....
1
“Nip ... isun dadi kepingin weruh sapa hang duwe layangan kop-
kopan sore. Isun kudu bisa ngalahaken layangan iku. Sore isun
kalah merga kalah gedhe layangane,” jare Ahim.
“Nip, aku penasaran siapa kira-kira pemilik layang-layang
kop-kopan kemarin? Aku harus bisa mengalahkan layang-
layang itu. Kemarin aku kalah karena layang-layang itu
terlalu besar,” kata Ahim.
2
“Sira yara bisa nggawe
layangan. Jeh Ahim si
penerbang yak...” jare Anip.
“Kamu kan bisa membuat
layang-layang. Sembarangan
saja, Ahim si penerbang gitu
lhoh...” kata Anip.
“Kadhung padha gedhene, hun yakin
sira bisa menang,” jare Surip.
“Kalau besar layang-
layangnya sama, aku yakin
kamu pasti menang,” ucap
Surip sungguh-sungguh.
3
“Engko jajange hun tugeli setengah
meteran. Nip, sira mecah dadi lonjoran
cilik-cilik. Engko isun hang nyerut
geningena sing kelemesen,” jare Ahim.
“Nanti akan kupotong galahnya
bambunya menjadi setengah meteran.
Nip, kamu bisa membelah bilahnya
menjadi lebih kecil ya. Nanti, aku yang
meraut supaya tidak terlalu lentur,”
perintah Ahim.
4
“Tukuwa kanji ambi kertas
nong warunge Mbok Nah,”
jare Ahim nong Surip.
“Belilah kanji dan kertas
layang-layang di warung Mbok
Nah,” ujar Ahim pada Surip.
5
“Mbok Nah ... tuku kanjine sithik
bain kanggo lem layangan.
Kadhung ana ambi kertas
layangane telu bain,” jare Surip.
“Mbok Nah, beli kanjinya sedikit
saja, sebagai lem layang-
layang. Kalau ada, sekalian
dengan kertas layang-layang,
tiga saja,” ujar Surip.
6
“Guk ... guk ... guk...”
“Guk ... guk ... guk...”
“Alak emas, ana asu yak...”
“Aduh, ada anjing...”
7
“Kadhung nyekel hang
seken Rip, geningena
sing ubah-ubah jajange.
Kadhung ubah-ubah,
engko sing kenceng
gergajiyane,” jare Ahim.
“Saat memegang harus kukuh Rip,
agar tidak bergerak-gerak rangka
bambunya. Kalau bergerak, nanti malah
tidak lurus potongannya,” ujar Ahim.
8
“Wadhuh ...”
“Waduh...”
9
“Kira-kira kandele sepira Him,” takon Anip.
“Kira-kira, seberapa tebal Him?” tanya Anip.
“Sak jenthikan kurang cilik sithik.
Aja cilik seru, engko dhung diserut
tambah lemes,” jare Ahim.
“Seukuran kelingking, agak kecil sedikit lagi lah. Ya, jangan terlalu
kecil, bisa-bisa saat diraut jadi semakin keluk,” jelas Ahim.
10
“Rip ambi Anip ... kadhung nyerut
jajang, pokanghira kudu diuwani
gombal. Geningena pokanghira
sing kebeler jajang,” jare Ahim.
“Rip, Anip, saat menyerut bambunya,
pahamu harus diberi alas kain. Supaya tidak
terluka,” kata Ahim, mengingatkan.
11
“Dhung abot selisih,
layangan sing bisa
muluk. Maning aja
kelemesen ya aja
kekakon. Dhung
ragangan hang ngadek,
mula kudu rada kaku,”
jare Ahim maning.
“Kalau berat sebelah, jelas layang-layang tak akan
bisa naik. Jangan sampai terlalu keluk, jangan
juga terlalu kaku. Kalau rangka yang berdiri, ya
memang harus agak kaku,” jelas Ahim, lagi.
12
“Ya gedigi Nip ... sing
kathikan dijaluk ngerti
dhewek,” jare Surip.
“Nah, gitu dong Nip. Bagus,
tanpa diperintah,” puji Surip.
13
“Aja akeh-akeh Rip ...
tiwas mbuwang engko,”
jare Ahim maning.
“Jangan terlalu banyak Rip,
daripada nanti terbuang
sia-sia,” kata Ahim lagi.
14
“Aja kari seru melengkungaken. Bucune jajang-jajang iki aju ditaleni ring
bucune jajang sijine. Aju sampek dadi ragangan layangan,” jare Ahim.
“Jangan terlalu kuat saat membengkokkan. Tiap sisi serutan bambu ini nanti harus
diikat ke sisi bambu yang lain. Jadi deh, rangka layang-layang,” jelas Ahim.
15
“Bolak ring pinggiran ragangan,
sakliyane kanggo muket jajang,
kanggo ngelem kertas,” jare Ahim.
“Benang di tepian rangka, selain untuk mengikat serutan
bambunya, juga untuk mengelem kertas,” kata Ahim
16
“Kadhung digi yara apik Him
... ndane polosan bain,” jare
Anip ambi mepe layangan.
“Kalau begini kan bagus, masa polosan saja?
Iya kan Him,” ujar Anip sambil menjemur
layang-layangnya yang baru selesai dibuat.
17
“Engko ngulukaken ring
lapangan bain. Dhung ring
dalanan, engko keneng
kabel listrik,” pesene Surip.
“Nanti kita
terbangkan di
lapangan saja.
Kalau di jalan,
jelas akan mudah
tersangkut kabel
listrik,” pesan
Surip.
18
“Him ... iko layangan
kop-kopan sore. Ayo wis
ditabluk bain,” jare Anip.`
“Him, itu kan layang-layang
kop-kopan kemarin. Ayo cepat
kita serang!” perintah Anip.
“Amening Rip. Arep sun
juwut teka ndhuwur
bain wis,” jare Ahim.
“Hati-hati Rip. Aku akan
menyerang dari arah
atasnya,” kata Ahim.
19
“Kapok sira ... sing weruh ta hang
ngulukaken layangan, Ahim si
penerbang,” jare Surip.
“Hahahaha, rasakan! Tidak tahu saja, yang
menyerang ini kan Ahim si Penerbang,” kata Surip.
20
“Lalare ... sing ulih nakalan ...
bolake wis keneng isun yak,”
“Hey teman-teman, tidak boleh curang!
Benangnya sudah aku dapatkan!”
21
“He ... perkara layangan bain
pulet sak kancaan. Iko magih
akeh layangan hang bendhetan.
Engko yara ana hang pedhot
maning,” jare Anip.
“Hm, hanya karena layang-
layang saja jadi berantem.
Toh masih banyak layang-
layang lain yang beradu.
Nanti pasti akan ada yang
terputus lagi,” ucap Anip.
22
...
Pedhote layangan sing dadi paran
Taping aja sampek pedhot seduluran
...
Putusnya layang-layang tak menjadi soal
Asal jangan sampai putus tali persaudaraan.
23
24
URIP LIMARTONO ARIS, lahir di Banyuwangi 5 Maret 1966. Ia alumni Fakultas Sastra
Universitas Jember. Sejak 1992 hingga 2015 aktif menjadi wartawan di beberapa media, baik
lokal maupun nasional. Sejumlah puisinya pernah dimuat di Mingguan Banyuwangi Post,
terangkum dalam Antologi Puisi Cadik (terbitan Kelompok Selasa, Maret 1998), Antologi
Puisi Tiga Bahasa Banyuwangi (terbitan Jawa Pos Press, September 2004). Beberapa puisi
dan cerpen Usingnya dimuat di belambangan.com. Tahun 2021 cerpen Usingnya yang
berjudul “Tobat” berhasil meraih juara pertama kategori umum yang diselenggarakan
oleh Sengker Kuwung Blambangan (SKB). Saat ini mengisi waktu dengan membuka toko
kelontong kecil di depan rumahnya di Jalan Letjen Sutoyo, Gang Parkit No. 16 RT 02 RW 1
Stendo Tukangkayu, sambil terus aktif menulis karya-karya berbahasa Using.
NUR HOLIPAH lahir di Banyuwangi, Desember 1995. Ia alumnus dari Universitas
Negeri Malang. Pengalamannya menulis cerpen berbahasa Indonesia dan Using yang
termuat di Malang Post, Radar Malang, sastra.riaurealita.com, matatimoer.or.id,
Radar Banyuwangi, Tabloid Bisnis Banyuwangi, Majalah Pendidikan Media Jatim,
Majalah Basa Using Lontar dan Tabloid Nova serta belambangan.com. Tahun 2016, ia
menerima penghargaan Penulis Muda di Kabupaten Banyuwangi. Tahun 2021, ia juga
menerjemahkan ‘Markas Ketelon’ dalam Penerjemahan Buku Karya Sastra Berbahasa
Daerah oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur.
PETIK STUDIO merupakan small creative studio yang bergerak sejak 2018 di Malang,
dan kini berbasis di Jakarta Utara. Berfokus pada identitas visual, pemasaran, ilustrasi, dan
publikasi, Petik Std. telah menangani +100 proyek yang tersebar di berbagai kota di Indonesia,
juga Malaysia dan Singapore. Pekerja kami terdiri dari kolektif penggiat-perancang desain
grafis di Jakarta, Makassar, dan Surabaya. Bisa disapa melalui www.behance.net/petikstudio.
PROFIL PENULIS
PROFIL PENERJEMAH
PROFIL ILUSTRATOR | 13_Final_Layout_Musim_Layang_Layang_MNTD |
Penulis:
Adithimanasa TS
Ilustrator:
Ayu Putri L
3
Level
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Penulis: Adithimanasa TS
Ilustrator: Ayu Putri L
Penerjemah: Suryo Waskito
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Selamatkan Pohon Kita!
Selamatkan Pohon Kita!
Penulis
: Adithimanasa TS
Ilustrator
: Ayu Putri L
Penerjemah : Suryo Waskito
Penelaah
: 1. Dhita Hapsarani
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku
Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun
tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan
artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak
mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan
bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga,
ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca
ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan
tumbuh
dan
berkembang
keterampilan-keterampilan
lainnya,
mulai
keterampilan
mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta
karya.
Keterampilan
inilah
yang
menjadi
hakikat
dari
keterampilan
literasi.
Badan
Pengembangan
dan
Pembinaan
Bahasa,
Kementerian
Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari
sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional
(GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan
budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca
menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan
tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari
kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya
terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan
Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik
bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan
membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap
bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh
kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah
diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
Siang itu jam pelajaran di sekolah hampir selesai
dan murid-murid boleh pulang kalau bel sekolah
berbunyi. Namun, Kumuda merasa khawatir. Pohon
kesayangannya akan ditebang karena sekolah mau
membangun taman bermain baru.
2
3
“Kalau pohon ini ditebang, di mana burung-burung
itu akan membangun sarangnya?” pikir Kumuda.
“Di mana binatang-binatang liar akan berlindung
ketika hujan deras?” pikirnya saat berjalan kaki
pulang ke rumah.
Tak lama setelah ibunya pulang bekerja, Kumuda
menceritakan semua hal yang terjadi di sekolahnya.
Ibunya pun ikut prihatin dengan nasib pohon itu.
Kumuda tidak bisa berbuat apa-apa dan mulai menangis
semakin keras.
Ibu Kumuda bertanya,
“Kalau cuma menangis, apa
pohonnya bisa selamat?”
Sambil
menangis
Kumuda
menjawab,
“Tidak”.
“Kalau
begitu,
kenapa
membuang
waktumu dengan menangis? Jangan khawatir,
esok hari pasti kamu tahu harus melakukan apa.”
4
5
Keesokan paginya, saat Kumuda bersiap ke
sekolah, ibunya memberi semangat,
“Berangkatlah.Ceritakan kepada temanmu,
gurumu, dan yakinkan mereka,” kata ibunya.
Kumuda pun tersenyum mendengarnya. Setelah
sarapan pagi, Kumuda berangkat ke sekolah
dengan bersemangat. Dia siap menyelamatkan
pohon kesayangannya.
Dalam perjalanan ke sekolah, Kumuda bertemu
teman-teman
sekelasnya.
Dia
menceritakan
betapa pentingnya pohon itu, bukan hanya untuk
mereka, melainkan juga untuk burung, serangga,
dan binatang lainnya. Teman-
teman Kumuda setuju dan ikut
menjalankan rencananya.
6
Kumuda dan teman-temannya membuat poster.
Mereka menulis pengumuman yang mengajak
murid-murid lainnya untuk bergabung dalam
kampanye untuk menyelamatkan pohon itu. Poster
dan pengumuman itu mereka pasang di papan
pengumuman sekolah.
7
Mereka juga membicarakan
rencana penyelamatan
pohon itu dengan guru
pelajaran IPS mereka.
Untunglah Pak Guru dengan
senang hati membantu. Dia
mendorong murid-muridnya
untuk menyebarluaskan
rencana ini dan berjanji
akan membantu mereka.
Tugas selanjutnya adalah
meyakinkan guru IPA yang
dikenal galak.
Murid-murid merasa
enggan berbicara
dengannya. Namun,
setelah guru ini
tersenyum saat
mendengarkan
permohonan mereka,
murid-murid itu pun
merasa lega. Dia
menyarankan mereka
untuk menyampaikan
rencana penyelamatan
pohon ini kepada kepala
sekolah. Para guru tidak
bisa berbuat apa-apa
tanpa izinnya.
8
Kepala sekolah mendengarkan penjelasan Kumuda dengan
sabar. Dia sangat bangga dengan perhatian Kumuda pada
perlindungan alam. Kemudian, kepala sekolah meyakinkan
Kumuda bahwa dia akan berdiskusi dengan manajemen
sekolah dan memberi tahu Kumuda pada tanggal 26
November.
9
Akhirnya, tanggal 26
November, Kepala
Sekolah mengumumkan
bahwa hari itu adalah
Hari Perlindungan
Lingkungan. Beliau juga
menyampaikan berita
baik untuk Kumuda dan
teman-temannya. “Pohon
itu tidak akan ditebang
dan akan dijadikan bagian
dari taman bermain
yang baru,” kata kepala
sekolah. Semua murid
bersorak-sorai dan kepala
sekolah menepuk pundak
Kumuda dengan bangga.
10
Kumuda
kemudian
mengucapkan terima
kasih kepada teman-
temannya.
Mereka
saling mengucapkan selamat.
Beberapa
temannya
ada
yang
menari dan ada pula yang bernyanyi
riang. Kumuda berdiri di bawah
pohon kesayangannya. Dia melihat
raut muka bahagia teman-teman
yang mendukungnya untuk kebaikan.
Benar-benar
perayaan
“Hari
Perlindungan Lingkungan Dunia”
yang indah! Kumuda tidak akan
melupakan hari ini.
11
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Para Pembuat Cerita
Cerita ini: Save Our Tree! ditulis oleh Adithimanasa
TS © Adithimanasa TS, 2019. Beberapa hak cipta
dilindungi dalam peraturan perundang-undangan.
Diterbitkan menggunakan izin CC BY 4.0.
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Selamatkan Pohon Kita!
Apakah seorang gadis kecil
yang bernama Kumuda dan
kawan-kawannya berhasil
menyelamatkan pohon favorit
mereka yang akan ditebang
untuk membangun taman
bermain baru? | 130_Selamatkan_Pohon_Kita |
Penulis:
Ursula Nafula
Ilustrator:
Ega Mildan R
4
Level
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Tikar Ajaib Milik Akai
Penulis: Ursula Nafula
Ilustrator:
Ega Mildan R
Penerjemah: Dafros Leru
Tikar Ajaib Milik Akai
Penulis
: Ursula Nafula
Ilustrator
: Ega Mildan R
Penerjemah : Dafros Leru
Penelaah
: 1. M. A. Rahartati Bambang zHaryo
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama
tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak
yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui
kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami,
menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai
tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai
pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan
bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa
asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam
setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah
dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan
bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana
berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
2
Ketika Akai masih kecil, oleh ibunya dia ditidurkan di atas sehelai tikar yang indah. Bibi Akai
yang menganyam tikar itu dari daun palem. Warna tikarnya cerah: merah muda, biru, dan
hijau, itu berbeda dari tikar-tikar lain yang pernah disimpan ibunya di pondok mereka.
Tanah di sekitar rumah mereka kering, panas, dan berbatu. Di sana banyak ditemukan
kalajengking dan ular, tetapi Akai selalu terhindar dari gigitan makhluk-makhluk itu.
Ibu Akai berkata, “Tikar ajaib itulah yang melindungimu dari segala bahaya.”
3
1 Manyatta adalah rumah tradisional suku Masai yang berupa pondok dari ranting pohon dan diplester
dengan kotoran sapi. Suku Masai hidup berkelompok dan tidak menetap. Mereka mendiami beberapa
daerah di Kenya dan Tanzania.
Akai seorang gadis cilik yang cerdik. Dia tahu letak sumur dangkal terdekat.
Dia juga tahu jalan ke manyatta1, perkampungan tempat neneknya tinggal. Dia sering
pergi ke sana sekadar untuk minum susu unta bersama neneknya.
4
Suatu hari keberuntungan tidak berpihak padanya. Dia
berangkat menuju manyatta, tapi tak kunjung sampai.
Dia tersesat di pegunungan dan sangat ketakutan.
5
Dia lalu duduk di bawah pohon rindang sambil
berharap seseorang akan menolongnya. Tak
lama kemudian, dia tertidur dan bermimpi.
6
Begini mimpinya. Dia berbaring di atas tikar ajaib miliknya. Lalu, datanglah neneknya
membawa semangkuk susu unta sambil tersenyum. Ketika Akai mengulurkan tangannya
untuk mengambil susu, dia terbangun.
7
Akai perlahan membuka matanya. Saat dia mendongakkan kepalanya, dilihatnya
seekor burung biru yang hinggap di sebuah ranting, tepat di atasnya.
8
Ketika Akai berdiri, burung biru kecil itu mengepakkan sayapnya sebagai isyarat akan
menunjukkan jalan kepadanya. Akai lalu mengikutinya.
9
10
Akhirnya, ketika Akai tiba di persimpangan jalan, burung biru itu menjatuhkan sehelai
tikar yang mirip tikar kesayangannya. Ketika tikar diambil, terlihat jejak langkah kaki
ibunya. Tak lama kemudian, dia melihat sumur tempat keluarganya biasa menimba air.
10
Keluarga Akai bernyanyi dan menari menyambut kedatangannya. Mereka menyembelih
seekor kambing, memanggang dagingnya, dan merayakan kembalinya Akai. Akai
duduk di atas tikar ajaib, lalu menyantap sepotong daging panggang.
11
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Para Pembuat Cerita
Cerita:
La
Natte
Spéciale
D’Akai
diterjemahkan
oleh
Meike
Wernicke,
©
untuk
terjemahan
ini
ada
pada
African
Storybook
Initiative, 2020. Beberapa hak cipta dilindungi dalam
peraturan
perundang-undangan.
Diterbitkan
dengan
CC
menggunakan
izin
4.0.
Berdasarkan
cerita
asli:
Akai’s
Special
Mat,
oleh
Ursula
Nafula.
© African Storybook
Initiative,
2014.
Beberapa
hak
cipta
dilindungi
dalam
peraturan
perundang-undangan.
Diterbitkan
dengan
CC
menggunakan izin 4.0.
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Tikar Ajaib Milik Akai
Akai mendapat sehelai tikar ajaib dari bibinya.
Suatu hari dia tersesat. Apa yang akan terjadi
selanjutnya? | 131_Tikar_Ajaib_Milik_Akai |
1
Level
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Penulis : Daniel Browde
Ilustrator : Fadli Halim Nursaepudin
Singa Selalu
Pemberani
Penulis : Daniel Browde
Ilustrator : Fadli Halim Nursaepudin
Penerjemah: Era Realita
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Singa Selalu Pemberani
Penulis
: Daniel Browde
Ilustrator
: Fadli Halim Nursaepudin
Penerjemah : Era Realita
Penelaah
: 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Ayu Putu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak
terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut
membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca
akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis,
menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah
menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016
dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi
salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya
bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris,
Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya
lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator
kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada
di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia
2
Oh! Halo.
Aku seekor singa.
3
Apa yang kauketahui tentang singa?
Mau kuberitahu? Baiklah, akan aku beritahu.
4
Singa itu kuat.
5
Singa dapat berlari secepat kilat.
6
Singa memiliki tubuh
selentur karet
7
dan, “em, grrr ... grrr ....”
8
… pemberani. Singa selalu pemberani! Singa tidak takut pada …
9
SEMUANYA ...!
10
“AUM!”
11
Catatan
Catatan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Cerita: Lions are Always Brave ditulis oleh Daniel Browde.
© Book Dash, 2018. Beberapa hak cipta dilindungi dalam
peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC
menggunakan izin 4.0.
Kredit Lainnya:
Cerita Lions are Always Brave telah dipublikasikan oleh
Book Dash pada StoryWeaver.
Para Pembuat Cerita
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Singa Selalu Pemberani
Singa kecil ini ingin kamu tahu bahwa singa itu
kuat,
cepat, dan pemberani. Namun, apakah yang
di langit itu
adalah awan badai? Ini merupakan
sebuah cerita tentan
siapakah diri kita dan
bagaimana kita seharusnya
menganggap diri kita. | 132_Singa_Selalu_Pemberani_01 |
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2
Level
Penulis : Amrita Dasgupta, Vittesh Kalambi
Ilustrator: Sugiyanto
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Dari Pilar Hingga Istana
Penulis : Amrita Dasgupta, Vittesh Kalambi
Ilustrator : Sugiyanto
Penerjemah: Era Realita
Dari Pilar Hingga Istana
Penulis : Amrita Dasgupta, Vittesh Kalambi
Ilustrator : Sugiyanto
Penerjemah: Era Realita
Penelaah
: 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Ayu Putu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak
terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut
membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca
akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis,
menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah
menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016
dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi
salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya
bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris,
Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya
lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator
kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada
di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
2
Dheera menyukai seni arsitektur: pilar-pilar yang kokoh,
menara yang menjulang, istana dari kayu, benteng dari tanah
liat, bangunan-bangunan baru, dan bangunan-bangunan kuno.
Dheera ingin mempelajari semuanya. Dheera ingin mengetahui
bagaimana cara membangunnya.
3
Ibu dan Ayah membuat sebuah pesawat kecil untuk Dheera. Yang harus Dheera lakukan
adalah membayangkan bangunan yang ingin dia lihat, membisikkan nama bangunan itu,
dan TADAAA! Pesawat Dheera akan membawanya ke sana.
4
Pertama, Dheera ingin pergi ke …
Iron Pillar di Mehrauli, Delhi.
Dheera melihat sebuah pilar besi yang sangat besar.
Selama 1.600 tahun, pilar besi itu tidak berkarat sama
sekali! Pilar itu dihiasi lengkungan dan lingkaran yang
unik. Dheera ingin memeluk pilar yang besar dan kuat itu.
5
Sekarang Dheera ingin pergi ke …
Golden Fort di Rajasthan. Dheera tiba di tengah padang pasir yang luas.
Di kejauhan terlihat sebuah benteng pasir yang berdiri kokoh di atas bukit.
Ada banyak rumah di balik benteng
itu. Dheera mengerjapkan matanya.
Benteng itu berkilauan seperti emas.
6
Sekarang Dheera ingin pergi ke …
Vittala Temple di Karnataka.
Dheera berlari menuju sebuah
aula luas. Ruangan itu dipenuhi
pilar-pilar batu. Ada 56 pilar
besar dan setiap pilar itu
dikelilingi tujuh pilar-pilar kecil.
Dheera menepuk pilar-pilar itu.
Pilar-pilar itu bersenandung,
“Sa re ga ma pa ….”
7
Sekarang Dheera ingin pergi ke …
Padmanabhapuram Palace di Tamil Nadu. Dheera menginjakkan kaki ke dalam istana kayu.
Pintu, balkon, dan jendela, semuanya terbuat dari kayu. Bahkan, tempat tidur raja terbuat
dari 64 potongan kayu. Dheera seperti seorang ratu di istana ini.
8
Sekarang Dheera ingin pergi ke …
Charminar di Telangana.
Dheera menaiki anak tangga yang panjang dan berkelok. Dheera
sampai di puncak menara yang terbuat dari batu granit. Ada
empat menara di sekelilingnya. Dheera melihat ke bawah,
terdapat halaman luas yang cocok untuk bermain.
9
Sekarang Dheera ingin pergi ke …
Bishnupur Temples di Bengal Barat. Dheera berada di sebuah bangunan yang
berbentuk kerucut. Bangunan itu terbuat dari batu bata merah.
Dinding-dinding candi dihiasi bunga teratai yang berwarna terakota.
10
Dheera bersandar pada sebuah pilar di dekat tempat suci itu.
Dheera sudah kelelahan. Lalu, dia berbisik, “Mari kita pulang.”
11
Aktivitas.
Dheera mengunjungi beberapa bangunan
yang terbuat dari bahan baku yang berbeda.
Dapatkah kamu mencocokkan bangunan
dengan bahan bakunya?
12
Material
Kayu
Batu bergema
Batu pasir
Batu bata
Besi
Granit
Bangunan
Pilar Besi
di Mehrauli, Delhi.Istana
Padmanabhapuram, Tamil Nadu.
Kuil-kuil Bishnupur, Bengal Barat.
Kuil Vittala, Karnataka.
Charminar, Telangana.
Benteng Emas, Rajasthan.
Catatan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Cerita From Pillars to Palaces ditulis oleh Amrita
Dasgupta. © Pratham Books, 2019. Beberapa hak
cipta dilindungi dalam peraturan perundang-
undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan
izin 4.0.
Kredit Lainnya:
From Pillars to Palaces telah diterbitkan oleh
Pratham Books. Pengembangan buku ini di dukung
oleh CISCO. www.prathambooks.org.
Para Pembuat Cerita
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Dari Pilar hingga Istana
Dheera menyukai seni arsitektur. Ketika Ibu
dan Ayah memberikan hadiah sebuah pesawat
kecil,
Dherra
terbang
untuk menjelajahi
dan mempelajari bangunan-
bangunan tersebut terbuat dari apa. | 133_Dari_Pilar_hingga_Istana_01 |
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Hujan
Hujan
Badai
Badai
Penulis : K. R. Vishrutha
Ilustrator: Sugiyanto
4
Level
Hujan Badai
Penulis : K. R. Vishrutha
Ilustrator : Sugiyanto
Penerjemah: Durroh Fuadin Kurniati
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Hujan Badai
Penulis
: K. R. Vishrutha
Ilustrator
: Sugiyanto
Penerjemah : Durroh Fuadin Kurniati
Penelaah
: 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Ayu Putu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia
Angin mulai menggoyang rerumputan
dengan nada menggertak, lalu melemah.
2
Dilemparnya ancaman pada
bentala, juga pada angkasa.
3
Daun memisahkan diri dari
pepohonan berpencaran.
4
Debu meraup diri seperti tangan
dan menabur dirinya di jalanan.
5
Kereta dihela cepat.
6
Guntur datang melawan lambat.
Petir berkilat laksana paruh kuning,
kemudian merupa cakar amarah.
7
Burung-burung
memasang palang di sarang.
8
Ternak berlarian masuk ke kandang.
Datang setetes hujan raksasa.
9
... dan seolah tangan yang menahan
bendungan melepas genggamannya.
Air menghancurkan angkasa.
10
Namun, mengabaikan rumah Bapa
hanya menebang sebatang ara.
11
12
Catatan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Cerita: A Thunderstorm ditulis oleh K.R. Vishruta. ©
K.R. Vishrutha, 2017. Beberapa hak cipta dilindungi
dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan
dengan CC menggunakan izin 4.0.
Para Pembuat Cerita
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Hujan Badai
Berkisah
tentang
kerusakan
alam
yang dapat ditimbulkan oleh alam it
sendiri dan bagaimana cara mencari
perlindungan sebelum badai.
Tentu
saja,
secara
umum,
hal
itu
bisa menjadi metafora kehidupan. | 134_Hujan_Badai_01 |
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Membuat Salad Sayur
Membuat Salad Sayur
Penulis : Anitha Selvanathan
Ilustrator: Studio 16
2
Level
Koki Meena
Koki Meena
Koki Meena
Membuat Salad Sayur
Penulis : Anitha Selvanathan
Ilustrator : Studio 16
Penerjemah: Faiz Akbar Leksananda
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Koki Meena Membuat Salad Sayur
Penulis
: Anitha Selvanathan
Ilustrator
: Studio 16
Penerjemah : Faiz Akbar Leksananda
Penelaah
: 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Ayu Putu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak
terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut
membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca
akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis,
menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah
menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016
dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi
salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya
bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris,
Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya
lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator
kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada
di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia
Koki Meena ingin membuat camilan sehat dan
rendah lemak untuk anak-anaknya.
2
Ia memutuskan untuk membuat salad sayur
yang penuh vitamin dan mineral tanpa minyak.
3
Ia membuka kulkas dan menimbang-nimbang sayur apa yang akan ia ambil untuk
membuat salad.
4
“Hap,” Wolly si Wortel melompat. “Aku kaya vitamin A, bagus untuk mata,” kata Wolly
si Wortel. Koki Meena pun mengambil dua buah wortel dari kulkas.
5
Tak lama kemudian, ia melihat Tomi si Tomat yang menggelinding ke arahnya.
Tomi si Tomat mengedipkan matanya sambil berkata, “Aku penuh vitamin C yang
berguna untuk membuang racun dari dalam tubuh,” Koki Meena tersenyum dan
mengambil dua buah tomat.
6
Kumala si Kubis menari-nari dan melompat ke tangan si Koki. “Aku mengandung
banyak vitamin B-1 untuk membantu menghasilkan energi dari makanan yang
kamu konsumsi.
7
Bambang si Bawang Merah mengintip. Ia berkata, “Aku
mengandung folat yang berfungsi menghasilkan sel
darah merah untuk mencegah anemia.”
8
Brian si Brokoli tertawa dan berkata, “Aku
punya lebih banyak protein dari sayuran
lainnya untuk membantu pertumbuhan dan
menjaga tubuh agar tetap sehat.”
Jago si Jagung ikut meramaikan suasana dan
berkata, “Aku mengandung banyak magnesium
yang berfungsi menjaga kadar gula darah.”
9
Koki Meena pun mengambil bawang merah, kubis, brokoli, dan jagung dari dalam kulkas.
Koki Meena kemudian mengiris dan merajang semua sayuran tersebut. Ia menambahkan
garam, merica, daun ketumbar, dan perasan jeruk nipis, dan menghidangkan salad
tersebut kepada anak-anaknya.
10
Mereka sangat senang dengan salad yang berwarna-warni dan
menyehatkan tersebut. Mereka pun makan dengan lahap.
11
Catatan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Cerita: Chef Meena Makes Vegetable
Salad ditulis oleh Anitha Selvanathan.
©Anitha Selvanathan, 2020. Beberapa
hak cipta dilindungi dalam peraturan
perundang-undangan. Diterbitkan
dengan CC menggunakan izin 4.0.
Para Pembuat Cerita
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Koki Meena Membuat Salad Sayur
Koki Meena ingin membuat salad sayur dan ia membuka kulkas.
Sayur-mayur di dalam kulkas memperkenalkan diri mereka. Sayuran
apa saja yang dipilih Meena? Baca cerita ini untuk mencari tahu!
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id | 135_Koki_Meena_membuat_Salad_sayur_01 |
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Penulis : Anjali Nayar
Ilustrator: Studio 16
M
e
m
asa
k
M
e
m
asa
k
A
p
a
?
A
p
a
?
3
Level
Memasak Apa
Penulis : Anjali Nayar
Ilustrator : Studio 16
Penerjemah: Era Realita
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Memasak Apa?
Penulis: Anjali Nayar
Ilustrator: Studio 16
Penerjemah: Era Realita
Penelaah
: 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Ayu Putu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak
terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut
membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca
akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis,
menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah
menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016
dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi
salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya
bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris,
Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya
lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator
kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada
di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia
Mira sudah tidak sabar. Aroma lezat kheer dari dapur membuatnya sangat lapar.
Kheer adalah makanan kesukaan Mira.
2
3
Ketika sudah hampir matang, Papa baru tahu kalau dia kehabisan kismis untuk
campuran. “Aku harus ke pasar untuk membeli kismis,” kata Papa. “Jangan makan
dulu kheer itu.” “Iya, Papa,” jawab Mira.
4
Namun, ketika Papa pulang ke rumah, dia melihat kuali kheer-nya kosong, bahkan
tidak setetes pun yang tersisa.
“Mira!” panggilnya. “Apa kamu yang makan kheer-nya?”
“Tidak,” jawab Mira, “Aku tidak makan kheer-nya, Papa.” “Lalu, siapa?” tanya
Papa.
5
“Kamu pasti tidak akan percaya apa yang telah terjadi!” kata Mira. “Setelah
Papa pergi, aku melihat Kiku mencoba memakan kheer itu. Jadi, aku mencoba
menyelamatkan kheer itu! Kemudian, Kiku marah.”
6
“Kiku berlari keluar rumah dan ke tengah jalan. Sebuah rickshaw mengerem
mendadak. “Woooiii!” teriak si Sopir. Kemudian, sepeda motor mengerem
mendadak di belakang rickshaw, dan tiba-tiba seorang pesepeda menabraknya,
lalu sebuah truk membunyikan klakson. ‘Wooooii!’ teriak para pengendara
bersamaan.”
7
“Karena ketakutan, Kiku berlari lagi dan aku mengejarnya hingga sampai di pasar
sayur. Awalnya, aku tidak bisa menemukan Kiku.”
“Kemudian, aku melihatnya dengan mulut dipenuhi bayam. ‘Huusss!’ usir penjual
sayur, mengagetkan Kiku”
8
“Kiku, yang ketakutan, berlari dan terus berlari hingga aku kehilangan jejaknya!”
“Kemudian, aku mendengar jeritan seseorang, ‘AAAAHH! Ada seekor kambing
memakan bunga-bungaku!’ dan Kiku berlari secepat kilat ke jalanan karena
ketakutan.”
9
“‘Kiku!’ aku memanggilnya dan dia berlari ke pelukanku. Lalu, aku menggendong
dan membawanya pulang!” Mira menyelesaikan ceritanya.
10
Papa mulai tertawa. “Mira anakku,” kata Papa. “Kenapa kamu mengarang
cerita?” “Ha? Tidak!” bantah Mira. “Jika kamu mencoba melarang Kiku makan
kheer, lalu siapa yang memakannya?” tanya Papa. Hal itu tidak terlintas di benak
Mira! Alisnya dinaikkan. “Aku tidak tahu,” jawab Mira, sambil menggaruk-garuk
kepala.
11
Tidak lama kemudian, mereka melihat sekilas seekor monyet sebelum monyet itu
melompat keluar jendela. Sekarang, alis Papa yang dinaikkan.
“Jadi, bisakah kita masak kheer lagi, Papa?” tanya Mira. Papa tertawa. “Iya,
anakku. Ayo, masak kheer lagi!”
* Kheer adalah sejenis bubur, makanan khas dari India.
* Rickshaw adalah kereta atau kendaraan roda dua yang ditarik manusia.
Catatan
Catatan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Cerita What’s Cooking? ditulis oleh Anjali Nayar. ©
Pratham Book, 2018. Beberapa hak cipta dilindungi
dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan
dengan CC menggunakan izin 4.0.
Kredit Lainnya:
What’s Cooking? telah diterbitkan pada StoryWeaver
oleh Pratham Books. www.prathambooks.org; editor
tamu: Maegan Dobson Sippy; penanggung jawab
seni: Somesh Kumar.
Para Pembuat Cerita
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Memasak Apa?
Ketika ayah Mira pergi ke pasar
untuk membeli kismis, kheer
yang dimasaknya menghilang.
Siapa yang memakan kheer itu
saat dia pergi? | 136_Memasak_Apa_01 |
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Penulis : Meera Tendolkar
Ilustrator: Studio 16
Pergi
Pergi
ke Pasar
ke Pasar
2
Level
Pergi kePasar
Penulis
: Meera Tendolkar
Ilustrator : Studio 16
Penerjemah: Era Realita
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Pergi ke Pasar
Penulis
: Meera Tendolkar
Ilustrator
: Studio 16
Penerjemah : Era Realita
Penelaah
: 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Ayu Putu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak
terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut
membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca
akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis,
menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah
menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016
dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi
salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya
bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris,
Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya
lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator
kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada
di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
1
Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia
Ibu mengajak aku pergi ke pasar. Ada banyak
penjual dan pembeli di pasar. Beberapa
orang asyik berbelanja. Ada juga yang
sekadar melihat-lihat barang yang dijajakkan.
Bagaimana dengan Ibu?
2
Pertama, aku dan Ibu menuju ke toko sembako. Ibu membeli gandum, beras, gula, dan dal.
Aku dan Ibu tidak perlu bersusah payah menenteng tas-tas belanjaan. Penjaga tokolah
yang akan mengirim belanjaan tadi ke rumahku.
3
Selanjutnya, aku dan Ibu sampai di toko sayuran. Lalu, aku
bertanya, “Apakah Ibu akan membeli sayuran?” “Tidak,”
jawab Ibu. Penjual menawarkan dagangannya, “Mari, dibeli.
Sayur-mayurnya masih segar.”
4
Mengapa Ibu berhenti di toko ini? Oh, ini adalah depot minyak. Tempat ini dipenuhi
dengan aroma minyak. Ibu protes pada penjual minyak, “Minyak ini harganya selangit.”
Si penjual tampak kesal.
5
Aku dan Ibu melewati lapak penjual ikan. Beberapa
orang tidak menyukai aroma tempat ini. Namun, aku
suka ikan. Lihat, betapa uniknya pakaian nelayan
perempuan itu. Apakah kamu melihat seekor kucing
yang gemuk? Kucing itu hanya duduk di sana, makan
sisa-sisa ikan, dan jadi gemuk.
6
7
Aku dan Ibu berhenti di toko susu. Ibu membeli
mentega dan keju. Mengapa di toko susu tidak
menjual es krim? Aku suka makan es krim. Apakah
Ibu akan membelikan aku es krim?
7
8
“Ibu akan membeli kuali dan panci?” aku bertanya pada
ibuku. Tidak ada satu pun orang di toko perabotan rumah.
Orang-orang biasanya membeli kuali dan panci ketika ada
sebuah pernikahan atau perayaan.
8
9
“Berhenti! Jangan masuk ke toko ini!” aku berteriak. Ibuku suka ke toko kain.
Ibuku memegang-megang kain yang dijajakan. Penjaga toko kain menawarkan
bermacam-macam saree. Akan tetapi, Ibu tidak jadi membeli satu kain pun.
9
“Ini yang aku tunggu-tunggu!” Toko mainan! Boneka beruang itu sangat BESAR! Aku
memimpikan mengendarai skuter ini. Aku juga belum punya mobil-mobilan truk ini.
10
11
Namun, aku sudah berjanji pada Ibu. “Aku hanya akan melihat dan memegang mainan-
mainan ini.” “Aku tidak akan minta dibelikan mainan hari ini.” Aku akan minta dibelikan
mainan saat ulang tahunku.
11
Catatan
Dal adalah bahan makanan pokok berupa kacang-kacangan kering di India.5 Saree adalah
kain yang biasa dipakai oleh wanita India.
Catatan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Cerita Going to Market diterjemahkan oleh Madhay Chavan. © Terjemahan ini
berada di bawah Pratham Books, 2004. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan
perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. berdasarkan
cerita asli: ‘
’ oleh Meera Tendolkar. © Pratham Books, 2004. Beberapa hak
cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC
menggunakan izin 4.0.
Kredit Lainnya:
Going to Market telah diterbitkan pada StoryWeaver oleh Pratham Books.
Pengembangan buku ini didukung oleh Dubai Creek Round Table, Dubai, U.A.E.
www.prthambooks.org
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Ketika ayah Mira pergi ke pasar untuk
membeli kismis, kheer yang dimasaknya
menghilang. Siapa yang memakan kheer
itu saat dia tinggal pergi? | 137_Pergi_ke_Pasar_01 |
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Penulis : Sarvendra Vikram
Ilustrator: Fadli Halim Nursaepudin
2
Level
Semut & Kacang Hijau
Penulis : Sarvendra Vikram
Ilustrator : Fadli Halim Nursaepudin
Penerjemah: Erawati Heru Wardhani
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Semut dan Kacang Hijau
Penulis
: Sarvendra Vikram
Ilustrator
: Fadli Halim Nursaepudin
Penerjemah : Erawati Heru Wardhani
Penelaah
: 1. M. A. Rahartati Bambang Haryo
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Ayu Putu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak
terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut
membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca
akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis,
menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah
menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016
dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi
salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya
bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris,
Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya
lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator
kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada
di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
1
Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia
2
Alkisah, ada seekor semut yang sedang mencari makanan. Dia menemukan
kecambah kacang hijau di dapur.
3
Akan ketika, dia mencoba mengambilnya, ternyata kacang hijau itu sangat
berat. Kemudian, dia mulai menyeretnya untuk dibawa pulang.
Namun, rumahnya sangat jauh.
4
Dalam perjalanan, ada orang yang membiarkan keran air terbuka. Air mengalir
sangat deras, membuat semut kecil mengira bahwa itu sungai! Meskipun
demikian, dia berhasil menyeberangi ombaknya. Rumahnya masih sangat jauh.
5
Kemudian, semut kecil itu melihat sebuah ember. Dia lalu meninggalkan
kacang hijaunya dan mencoba naik ke atas ember. Meski telah mencoba sekuat
tenaga, usahanya gagal karena ember itu terlalu licin.
6
Sesaat sesudahnya, seekor semut lain bergabung. Setelah berbincang-bincang,
mereka mendekati ember sambil menyeret kacang hijau.
7
Tak jauh dari sana, ada seorang perempuan sedang menyapu lantai. Wuuus!
Semut tersapu ke arah samping, sedangkan kacang hijau ke arah yang lain.
Semut berlari mengejar kacang hijaunya. Rumahnya masih sangat jauh.
8
Kemudian, dia tiba di depan anjing yang sedang tidur. Dengkurannya sangat
keras sehingga membuat kacang hijau menggelinding ke arah moncongnya.
9
9
Dengan hati-hati semut mendekati anjing itu. Ketika anjing membuka sebelah
matanya dan menatapnya, semut buru-buru mengambil kacang hijaunya.
Rumahnya masih sangat jauh.
10
Seekor anak ayam sedang mematuk biji-bijian di dekatnya. Ia melihat kacang
hijau dan mencoba mematuknya. “Oh, kali ini tamatlah riwayat kacang
hijauku!” kata semut dalam hatinya. Pada saat bersamaan, induk ayam yang
tengah berada di pekarangan, di bawah pohon pepaya, memanggil anaknya.
“Kur! Kur! Kur!”
11
Anak ayam meninggalkan kacang hijaunya, lalu bergegas menemui induknya.
Semut mengambil kacang hijaunya lalu melanjutkan perjalanannya.
12
Rumahnya masih sangat .…
Oh, ternyata dia sudah berada di depan rumahnya!
13
Kalian Tahu Kacang Hijau?
Dalam kisah yang baru kalian baca, semut menemukan kecambah kacang
hijau. Kecambah sangat bagus untuk kesehatan. Kita bisa membuat
kecambah dari beberapa kacang polong seperti kacang merah, kacang
buncis, kacang urd dan biji-bijian lainnya.
Permainan dengan Kacang-Kacangan
Coba cari tahu tentang Kacang-kacangan dengan memainkan game
ini bersama teman-temanmu. Mintalah bantuan orang dewasa untuk
menyiapkan beberapa jenis kacang-kacangan, seperti kacang buncis,
kacang merah, kacang polong, kacang kedelai, kacang hijau.
Coba ingat-ingat namanya!
Campur semua kacang-kacangan dalam sebuah wadah. Tutup mata salah
satu peserta. Ia harus mengenali kacang-kacangan dengan meraba, lalu
menyebutkan namanya. Kamu juga bisa meminta semua pemain untuk
menutup mata. Lalu, coba pisahkan berbagai jenis
kacang-kacangan tersebut.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Cerita: La Fourmi et Le Haricot Mungo diterjemahkan oleh
Sak Untala. © untuk terjemahan ini terletak pada Sak Untala,
2018. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-
undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berasal
dari: The Ant and the Green Mung Bean, oleh Aditi Sarawagi. ©
Pratham Books, 2016. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan
perundang-undangan.
Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan cerita Asli:
‘
’, oleh Sarvendra Vikram. © Pratham Books, 2016. Beberapa hak
cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan
dengan CC menggunakan izin 4.0. Cerita ini mungkin memiliki versi
peralihan antara cerita akar dan cerita induk. Untuk melihat semua
versi, silakan kunjungi tautan.
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km. 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Semut Kecil dan Kacang Hijau
Seekor
semut
kecil
menemukan
sebutir kacang hijau besar. Dia ingin
membawanya pulang. Namun dalam
perjalanan ada banyak sekali rintangan!
Apakah akhirnya dia berhasil membawa
pulang? Temukan jawabannya dalam
buku yang menarik ini. | 138_Semut_dan_Kacang_Hijau_01 |
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Penulis : Aruna Keerthi Gamage
Ilustrator: Fadli Halim Nursaepudin
2
Level
Tikus dan Tetikus
Penulis : Aruna Keerthi Gamage
Ilustrator : Fadli Halim Nursaepudin
Penerjemah: Annissa Manystighosa
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Tikus dan Tetikus
Penulis
: Aruna Keerthi Gamage
Ilustrator
: Fadli Halim Nursaepudin
Penerjemah : Annissa Manystighosa
Penelaah
: 1. Farah Rachmat
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Ayu Putu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi.
Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan
kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang
keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya.
Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi
bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan
utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang
kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal,
penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis,
Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun
budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-
anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh
kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia
Suatu hari, seekor tikus kecil naik ke atas
meja untuk mencari makanan.
“Wah, sepertinya ini terlihat enak.”
“Aduh! Aduh! Siapa yang menyakitiku?”
ada suara yang berteriak.
2
“Siapa kau?” tanya Tikus.
“Aku Tetikus,” jawabnya.
“Namun, akulah Tikus.”
“Iya, aku juga Tikus.”
3
Si Tikus tertawa terbahak-bahak.
“Haha! Tikus macam apa kau?
Apa yang bisa kaulakukan?”
4
Si Tikus berlari ke
dapur dan membawa
sepotong kue.
“Ni, lihat! Seekor
tikus seharusnya bisa
melakukan ini. Seekor
tikus sejati bisa
makan kue. Kau kan
tidak bisa.”
5
“Lihat dan perhatikan ini,
tikus kecil,” jawab Tetikus.
Dia lalu menampilkan gambar
kue di layar komputer.
6
Si Tikus tetap tidak percaya.
“Kau tetap tidak bisa
melalukan hal yang
dilakukan tikus sejati.”
Dia mengambil pensil dari meja dan mengunyahnya.
“Lihatlah yang bisa kulakukan pada pensil ini. Tikus
sejati seharusnya bisa melakukan ini!”
7
Tetikus kemudian menampilkan gambar
potongan kayu di layar. “Lihat! Aku bisa
melakukan lebih dari itu.”
8
“Baik, tetapi apa kau bisa
menari sepertiku?” tanya
si Tikus.
9
Tiba-tiba datang seekor kucing
rumah mendesis pada si Tikus.
“OH, TIDAK! Tolong!” tikus
berteriak ketakutan.
10
“Aku harus bagaimana? Aku
harus lari ke mana?” si Tikus
menangis sambil berusaha lari
menjauh dari kucing.
11
Tetikus bertindak cepat dan menampilkan video anjing
menggonggong di layar untuk menakut-nakuti kucing.
“GUK! GUK! GUK!”
12
Tikus pun memeluk tetikus.
“Terima kasih! Kau menyelamatkan
nyawaku. Kau tikus yang baik, sama
sepertiku.”
13
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Cerita: Two Mice diterjemahkan oleh Rose Larsen, © untuk
terjemahan ini ada pada Room to Read, 2016. Beberapa hak
cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan.
Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan
Cerita Asli:
‘
, oleh Aruna Keerthi Gamage,
© Room to Read, 2016. Beberapa hak cipta dilindungi dalam
peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC
menggunakan izin 4.0.
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Tikus dan Tetikus
Suatu hari, seekor tikus bertemu dengan tetikus. Tiba-
tiba, seekor kucing mulai mengejar tikus dan mencoba
menangkapnya. Apa yang terjadi selanjutnya? | 139_Tikus_dan_Tetikus_01 |
KKLP Pengembangan Sastra
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Pengumpul Data:
Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk.
Seri Antologi Fabel Nusantara
Kisah Beruk dan
Hewan Lainnya
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta
rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/
atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/
atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Penerbit PT Elex Media Komputindo
KKLP Pengembangan Sastra
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Seri Antologi Fabel Nusantara
Kisah Beruk dan
Hewan Lainnya
Pengumpul Data:
Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk.
Kisah Beruk dan Hewan Lainnya
Seri Antologi Fabel Nusantara
Kerja sama PT Elex Media Komputindo dan KKLP Pengembangan
Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
: Sastri Sunarti
Leni Mainora
Rosliani
Farah
Pengumpul Data:
Atisah, Desi Nurul Anggraini, Helmi Fuad, Ibrahim Sembiring,
Irawan Syahdi, Leni Mainora, Muawal Panji Handoko, Nurelide
Munthe, Nurhaida, Suyadi, Syahril, Riki Fernando, Tri Amanat,
Yuli Astuti Asnel, dan Zahriati
Ilustrasi dan Desain Cover : Krisna Putra
Layout
: Divia PermatasariHIEMHUUDEMGIIIDIDDGMEDII
hak Cipta Terjemahan indonesia
©2021 Penerbit PT elex media Komputindo
hak Cipta dilindungi oleh undang-undang
diterbitkan pertama kali oleh:
Penerbit PT elex media Komputindo
Kelompok gramedia-Jakarta
Anggota iKAPi, Jakarta
523006910
iSBN: 978-623-00-3030-7
dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
dicetak oleh Percetakan PT gRAmediA, Jakarta
isi di luar tanggung jawab percetakan
Cerita Ratu Bagus Kuning Melawan Siluman Kera.........2
Cerita Beruk Besak Nyamar Jadi Wong Kayangan..........5
Cerita Kura-Kura dan Beruk Monyet.................................10
Cerita Beruk dan Kura-Kura..................................................13
Cerita Kura-Kura dan Beruk Mencuri Jahe Raja...........16
Cerita Si Beruk dan Si Siput Lomba Berlari....................19
Cerita Bencai Koros (Kera Kurus).......................................22
Cerita Asal-Muasal Kukang....................................................25
2
1 Diceritakan kembali oleh Vebri Al Lintani
D
i Palembang ada dua versi cerita terkait
Ratu Bagus Kuning, yaitu versi sejarah dan
dongeng. Ada versi Panglima Bagus Kuning
dan ada Ratu Bagus Kuning. Dalam versi sejarah,
Panglima Bagus Kuning merupakan adik se
pupu Sunan Abdurahman, kesultanan Palembang
Darussalam. Sedangkan dalam versi cerita do
ngeng, yang di mana ini terdapat bekasnya atau
makom bukti keberadaannya.
Konon Bagus Kuning ini adalah utusan dari
Wali Songo untuk menyebarkan agama Islam di
Sumatera Selatan. Ia seorang pendekar perem
puan yang kemudian menelusuri Sungai Batang
3
hari. Nama lain dari Sumatera bagian Selatan,
sebagian Jambi, sebagian Lampung, Bengkulu.
Wilayah Sumsel itu disebut budaya sungai, sampai
ke ujung sungai semua namanya. Setiap nama
sungai itu merupakan nama suku, Suku Lintang,
Lematang, dan perbatasan-perbatasannya juga
nama sungai, serta tempat-tempat juga nama
sungai. Palembang ini Kota Bandar, paling tinggi
Sungai Pasam di Lematang, selebihnya sudah
deras dan arum jeram hingga ke Bengkulu, Sungai
Musi. Nah, si Bagus Kuning dia masuk ke situ
kabarnya menaklukan banyak pendekar.
Dulu banyak orang sakti yang ditaklukan. Sete
lah itu, ia pulang lagi ke Palembang. Di suatu
tempat ia ingin beristirahat mau tidur malam
dengan pengikut-pengikutnya. Nah tempat itulah
yang disebut makomnya Bagus Kuning.
Di malam hari ia diganggu oleh siluman Kera,
“Hai Ratu, ini wilayah kami. Kamu tidak boleh
tidur di sini.”
Ratu lalu melawan dengan mengadu kesaktian.
Dalam perkelahian itu dibuat perjanjian, apabila
Ratu Bagus Kuning kalah, maka ia harus keluar
dari situ, apabila siluman Kera itu kalah, maka
ia harus mengabdi. Setelah berkelahi dengan
mengeluarkan kehebatan masing-masing, akhir
nya kemenangan ada di pihak Ratu Bagus Kuning.
4
Maka si Kera tersebut mengabdi kepada si Ratu
Bagus Kuning.
Sampai Ratu Bagus Kuning pergi hingga me
ninggal di sana, dijagalah oleh kera-kera itu.
Konon katanya kera-kera itu tidak bertambah
ataupun berkurang. Ada satu pemimpin yang di
sebut dengan Beruk Kondor. Selalu ada pengganti
an. Konon padal 10 Muharram kera-kera itu pergi
ke makamnya Sabo Kingking. Ratu Sinuhun itu
adalah tokoh Kerajaan Palembang yang terkenal.
Tokoh istri dari Raja Sinuhun merupakan tokoh
wanita populer. Kalau kita ke Ratu Bagus Kuning
itu, kita tidak boleh menyebut kera, monyet, atau
beruk namun menyebutnya dengan prajurit.
Karena dalam cerita, kera ini merupakan hewan
yang diangkat derajatnya oleh Ratu Bagus Kuning.
5
M
emang ada beberapa tokoh hewan dalam
fabel sebagaimana dalam rumpun Melayu
terdapat kesamaan seperti kancil, cerita
gajah, dan monyet atau beruk. Kalau di Palem
bang lebih banyak cerita beruk, misalnya Bagus
Kuning yang menceritakan tentang pasukan
beruk (monyet) dan ceritanya cukup fenomenal
dan dipercaya sebagai tokoh hewan suci. Di dalam
2 Diceritakan kembali oleh Vebri Al Lintani
6
dataran tinggi/pedalaman yang paling utama
adalah harimau (semam, palawang, rejang, busi).
Orang Palawang menyebut harimau itu sebagai
setuo terkadang puyang atau ninek. Secara ritual
hewan tersebut dianggap bisa menjaga anak
cucunya, dan hutan. Di daerah dataran rendah,
buaya juga diyakini sama seperti harimau.
Begitu sekiranya fabel/hewan yang ada di dalam
dongeng/legenda di Sumatera Selatan.
Dulu ada sebuah keluarga, malam-malam
tengah duduk di dalam rumah, anak gadisnya ber
bicara, “Mah, aku kalau kawin maunya sama Wong
Kayangan, selain itu aku tidak mau. Sedangkan di
kampung banyaknya tukang kayu. Gak mau sama
tukang kayu, gak jadi wong kayangan.”
Jadi di samping rumahnya ada batang (pohon)
kayu besar. Di pucuk pohon ada Beruk Besar yang
tengah mendengar pembicaraan si Gadis dengan
ibunya. Lalu Beruk itu menyamar menjadi Wong
Kayangan dan turun ke bawah menghadap kedua
orang tersebut dan berkata, “Pidem pidem pelito
kulo niki sakit mato” ‘padamkan lampu itu karena
saya sakit mata.’ Akalnya supaya tidak dikenali.
Ibu si gadis dan anaknya memeriksa, “Opo Wong
Kayangan ini?” Namun lampunya langsung ditiup,
gelap. Ibu Gadis itu meraba tubuhnya mulai dari
kepala Wong Kayangan. Dia merasa kenapa Wong
8
kayangan ini berjambul-jambul. Beruk Besak ini
memiliki akal lalu ngomong “Dedenyo jambul
nge bibi topi rajo nge bibi.” ‘Ini bukan jambul tapi
topi raja.’ Setelah itu, Ibu si Gadis melanjutkan
penyelidikan, dia meraba matanya kenapa lekok?
Lalu dijawab lagi oleh Beruk Besak “Dedenyo lekok
nge bibi mato kulo lekok nge bibi puas bejago nge
bibi” maksudnya kenapa matanya lekok itu karena
bergadang. Ibu si Gadis meraba kembali badan
tamunya terasa berbulu-bulu. Lalu dijawab
kembali oleh si Beruk Besar, “Dedenyo bulu nge
bibi baju laken nge bibi” maksudnya, “ini bukan
bulu tapi baju laken (jubah), baju panjang yang
berbulu-bulu.” Selanjutnya, ibu si Gadis meraba
tangan si Tamu, tetapi tangannya terasa lengket-
lengket. Dijawab kembali oleh Beruk Besar
bahwa, “Tangan kulo liket nge bibi nedo ketan nge
bibi nano bebasuh.” Artinya, “tamunya itu habis
makan ketan tidak cuci tangan makanya lengket.”
Selanjutnya, ibu si Gadis meraba tubuh tamunya
teraba ekornya. Langsung dilepas oleh si Gadis.
Dijawab kembali, “Dedenyo buntut nge bibi tungkat
ngajo nge bibi.” ‘Ini bukan ekor tapi tongkat raja.’
Jadi lengkap sudah Wong Kayangan ada topi,
tongkat, dan baju laken. Pendek cerita jadilah calon
mantu dan sementara sudah tidur di situ. Konon,
si Beruk pagi-pagi pergi (maksudnya kerja), balik-
9
balik kalau sudah maghrib. Setiap siang Gadis ini
mengantar nasi di tempat yang sudah ditentu
kan. Beruk itu ada di atas pohon. Kalau malam di
bawah, orang tua si Gadis tidak tahu bagaimana
bentuk asli dari si calon mantu ini.
Suatu saat, dilihat oleh tukang kayu. Dia pena
saran “Gadis ini tiap kali mengantar nasi, untuk
siapa?” Pas dilihat rantang nasinya sudah di dekat
batang kayu saat Gadis pulang si Beruk Besak
turun. Langsung dilempar Beruk itu dengan batu
besar oleh si Tukang Kayu. Batu itu mengenai
kepalanya dan ia langsung lari. Rantangnya di
antarkan kembali oleh Tukang Kayu sore hari ke
rumah si Gadis. Saat dikembalikan, si Gadis dan
ibunya menganggap bahwa si Tukang Kayu adalah
sosok dari Wong Kayangan tersebut.
10
S
uatu hari, Sabai Kuya (kura-kura) mengajak
Sabai Beruk (beruk monyet) memancing.
Sabai atau ‘besan’ adalah panggilan khusus
antara dua tokoh dalam cerita fabel Lampung,
khususnya Tanggamus.
“Hai Sabai Beruk, ayo kita memancing di sungai
itu.” Kata Sabai Kuya.
“Siapa kawan kita?” tanya Sabai Beruk.
“Nanti ada Sabai Balang (belalang) dan Sabai
Kamicang (katak).”
“Baiklah. Saya siapkan dulu pancingannya,” ujar
Sabai Beruk.
Mereka memancing dari atas akik4. Setelah be
berapa saat menunggu pancingan mereka belum
3 Diceritakan kembali oleh Hazizi
4 Rakit yang terbuat dari bambu
11
kunjung mendapatkan ikan. Sabai Kuya yang
memang berwatak usil dan suka menggoda mulai
berpantun.
“Icang-icang kapudang, beghuk mancing beghuk
tuha.”
12
‘jingkrak-jingkrak burung kapudang (seperti
burung puyuh), monyet mancing monyet tua.’
“Diam dulu Sabai Kuya,” kata Sabai Beruk de
ngan lembut.
Setelah beberapa menit kemudian, Sabai Kuya
kembali menggoda.
“Icang-icang kapudang, beghuk mancing beghuk
tuha.”
Keadaan itu berlangsung sampai tiga kali. Hal
ini membuat Sabai Beruk sulit menahan marah.
“Diam dulu Sabai Kuya, atau nanti saya balikkan
rakit ini,” ucap Sabai Beruk kesal.
Ternyata permintaan Sabai Beruk tidak dide
ngarkan oleh Sabai Kuya. Sabai Kuya terus meng
goda sehingga Sabai Beruk kehilangan kesabaran.
“Icang-icang kapudang, beghuk mancing beghuk
tuha.”
“Oh, kurang ajar kamu, ya,” kata Sabai Beruk
marah.
Sabai Beruk sudah kehilangan kesabaran. Dia
sangat marah dan mulai membalikkan rakit. Tetapi
hanya dia sendiri yang kelelop (tenggelam). Dia
lupa kalau semua kawannya di rakit itu bisa selamat
walaupun rakit dibalikkan. Belalang bisa terbang.
Katak bisa melompat. Kura-kura bisa hidup di air.
13
5 Diceritakan kembali oleh Hazizi
6 Wadah dari bambu untuk meletakkan buah-buahan
S
uatu hari, Beruk mengajak Kura-kura men
curi pisang.
“Ayo kita ambil pisang itu,” kata Beruk
yang sudah lama memperhatikan pohon pisang
di sebuah hutan. “Kita bagi tugas. Saya bagian
memetik pisang, kamu bagian mengawasi orang.”
Tambah si Beruk. “Tidak bisa begitu. Saya yang
memetik pisang, kamu yang mengawasi orang.”
kata Kura-kura menawar. “Kamu kan tidak bisa
memanjat,” kata Beruk. “Baiklah. Kalau begitu
kamu cari dulu kecandang6,” jawab Kura-kura.
Kura-kura tidak puas karena tidak diizinkan
memetik pisang. Dia mencari akal agar pisang yang
15
diambil Beruk itu bisa diambil sebelum Beruk
turun. Kura-kura cemas pisang akan dihabiskan
Beruk. Kura-kura melubangi kencandang tempat
pisang. Tidak puas sampai di situ, Kura-kura
memakai suara perut dan menggoda Beruk.
“Tlingkuk Sabai Kuya (ungkapan mengejek),”
kata Kura-kura.
“Siapa yang ngomong ini?” kata Beruk.
“Tlingkup Sabai Kuya,” kata Kura-kura kembali
bersuara.
Suara Kura-kura terdengar seperti persis di
bawah kolong Beruk. Beruk menyangka kelamin
nya sendirilah yang tengah mengejeknya.
“Diam kamu atau nanti kamu saya pecahkan.”
Kata Beruk dengan nada kesal.
Sekali lagi, Kura-kura kembali bersuara. Akhir
nya Beruk terbakar emosi. Dia turun pohon pisang
dan mengambil batu lalu menimpuk selang
kangannya sendiri dengan batu itu. Akhirnya
Beruk itu mati karena ulahnya sendiri.
16
S
uatu siang, Kura-kura mengajak Beruk
mencuri jahe raja.
“Beruk ayo kita mencuri jahe raja. Sepertinya
jahe raja sudah besar-besar dan akan dipanen.”
ajak Kura-kura.
“Ayo. Kapan?” jawab Beruk semangat.
“Nanti malam. Nanti setelah semua prajurit raja
tidur. Setelah tidak ada lagi prajurit yang menjaga
jahe itu,” lanjut Kura-kura.
“Apa yang harus kita siapkan sebelum ke sana?”
Beruk makin semangat.
“Kecandang8. Tetapi ada syaratnya. Jangan ma
kan di tempat dan jangan berteriak atau berbicara
keras-keras,” Kura-kura menjelaskan.
7 Dituturkan oleh Hazizi
8 Wadah dari anyaman bambu
18
Saat malam tiba, Kura-kura dan Beruk mulai
mengawasi gerak-gerik prajurit Raja. Keduanya
mengintip dari balik pohon di belakang kerajaan.
Setelah sekian lama menunggu akhirnya satu
persatu prajurit rajapun tidur. Kura-kura dan
beruk langsung menuju kebun jahe raja. Kedua
nya mulai menggali jahe. Betapa senang hati
keduanya melihat jahe yang besar-besar itu.
Setelah kecandang terisi separohnya, Beruk
sudah tidak tahan. Dia lupa pesan Kura-kura dan
langsung melahap jahe itu. Baru makan sedikit
Beruk langsung berteriak.
“Pedas, Kura-kura.”
“Ssssttt…Jangan berteriak. Nanti kita tertang
kap,” kata Kura-kura.
“Iya, iya, maaf Kura-kura.” Beruk menyadari
kesalahannya.
Kemudian keduanya lanjut menggali. Ternyata
Beruk kembali memakan jahe itu dan berteriak.
“Pedas, Kura-kura.”
Sampai tiga kali akhirnya prajurit raja ter
bangun dan menyergap keduanya. Kura-kura
bisa selamat karena berhasil mengelabui prajurit
itu dengan cangkangnya. Jadi Beruk tertangkap
karena ulahnya sendiri.
19
9 Diceritakan kembali oleh Yusminah Romli (71 tahun), Kelurah
an Bandar Agung, OKU Selatan, Sumatera Selatan
P
ada suatu hari di pinggir Danau Ranau, ada
seekor Beruk sedang melompat-lompat di
antara pepohonan. Si Beruk kemudian berpa
pasan dengan seekor Siput di pinggir danau. Beruk
kemudian bertanya, “Sedang apa sekarang?“.
Siput menjawab, “Saya sedang melihat-lihat
keindahan Danau Ranau dan Gunung Seminung”.
“Dimana rumahmu?” Beruk bertanya lagi. “Di situ
di pingir Danau Ranau,” kata Siput. Kemudian
tiba-tiba Beruk yang sombong meledek Siput,
betapa lambannya jalannya si Siput, betapa tak
bisa cepatnya si Siput berjalan.
Si Beruk bicara kepada si Siput, “Siput, berani
kah kau adu balap lari denganku?” Dia tahu Siput
20
pasti menolak, karena tak mungkin bisa menang
melawannya.
Tetapi di luar dugaan si Beruk, Siput menerima
tantangan itu. Keduanya pun membuat suatu per
janjian dan menentukan hari dimana keduanya
akan lomba balap lari. Si Beruk sangat menantikan
datangnya hari perlombaan. Sebelum hari lomba
lari tiba Siput membuat sebuah strategi, Siput
mengajak teman-teman Siput yang lainnya untuk
berkumpul dan menceritakan tentang tantangan si
Beruk kepada dirinya. Siput dan kawan-kawan siput
yang lainnya sedang berdiskusi untuk bisa menang
dengan cara di sepanjang tepian Danau Ranau siput-
Siput berbaris rapi, dan jika Beruk memanggil, maka
siput yang ada di depan beruk harus menjawab,
“Kut,kut”, begitu terus sampai garis akhir.
Akhirnya hari yang sangat dinantikan si Beruk
pun tiba. Lomba lari diadakan di sepanjang aliran
Danau Ranau. Seluruh penghuni hutan menyak
sikan perlombaan tersebut sampai suasananya
pun sangat ramai. Beruk dan Siput sudah ber
siap-siap di garis awal. “Apa kalian sudah siap?”
Tanya pemimpin adu lari kepada Beruk dan Siput.
Keduanya pun mengangguk.
“Mulai!”
Keduanya langsung lari. Beruk langsung berlari
dengan kecepatan penuh. Dan setelah beberapa
21
jauh, si Beruk mulai merasa lelah, nafasnya mulai
terengah-engah. Si Beruk berhenti sejenak untuk
istirahat sebentar, dia pun memanggil si Siput,
“Put, Siput?” panggil Beruk kepada Siput.
“Kut, kut,” sahut Siput, bergerak dengan lamban
di depan Beruk. Si Beruk kaget karena Siput sudah
berada di depannya, dia tidak jadi istirahat dan
si Beruk pun langsung bergegas berlari kembali
dengan sekuat tenaga. Beruk pun merasa sangat
lelah, mulai kehausan, dan terengah-engah dengan
nafas yang seperti hampir habis, beruk berhenti,
dan kemudian memanggil si Siput kembali. Beruk
mengira Siput berada di belakangnya, tetapi dugaan
si Beruk salah, si Siput tetap menjawab di depan
Kancil, karena itu memang strateginya Siput.
Si Beruk berlari kembali, dan begitu seterusnya,
sampai akhirnya si Beruk kelelahan dan menyerah
kepada Siput. Penghuni-penghuni hutan pun ter
kejut melihat Beruk menyerah balap lari dengan
Siput. Ahirnya berkat strategi yang sukses si Siput
menang dalam lomba larinya.
Cerita ini mengajarkan anak untuk jangan men
jadi orang yang sombong dengan menghina dan
merendahkan makhluk hidup lainnya. Karena
setiap makhluk hidup mempunyai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing, seperti apa yang
dikatakan oleh Siput.
22
10 Diceritakan kembali oleh Yaii Beck
D
ahulu kala di suatu daerah, hiduplah sepa
sang suami istri yang sudah lama menikah
namun belum memiliki keturunan. Hari-hari
susah, sedih, gundah gulana dalam kehidupannya
mereka habiskan di kebun dan sawah. Hidup
mereka terasa sangat sepi karena tidak ada suara
tawa atau tangis anak di rumahnya.
Suatu hari, kedua suami istri ini pergi ke kebun.
Saat sedang asyik mencangkul, menanam buah-
buahan, tanam-tanaman, menanam padi segala
macamnya, mereka melihat seekor kera yang
sangat kurus sedang berjalan. Kondisinya sangat
memprihatinkan. Hanya tulang belulang yang
terlihat saat kera itu berjalan.
23
11 Kera kurus
“Kasihan kera itu ya, Pak. Kera itu kurus sekali
barangkali kekurangan makanan. Coba kita ajak
kera itu bersama kita,” kata istrinya.
Karena kasihan, suami istri tersebut membawa
kera itu pulang. Kera itu dirawat layaknya seorang
anak manusia. Dia diberi makan dan disediakan
tempat tidurnya. Keberadaan kera ini menjadikan
kehidupan suami istri tersebut lebih baik. Rasa
sepi mereka terobati oleh kera itu. Suatu ketika
sang istri berkata.
“Pak, bagaimana kalau kita punya anak seperti
bencai koros11 ini?”
“Mari kita memohon kepada Yang Mahakuasa
agar kita diberikan keturunan yang dapat meng
gairahkan kehidupan kita apapun bentuknya akan
kita terima,” kata sang Suami.
Akhirnya dengan kekuasaan Tuhan, sepasang
suami istri ini memperoleh anak yang sama
persis seperti Bencai Koros tadi. Mereka tetap
memelihara Bencai ini dengan sepenuh hati.
“Anak ini adalah pemberian Tuhan kepada kita.
Kita harus menerimanya dengan lapang dada.
Jangan kita mencaci maki pemberian Tuhan,” ucap
suami kepada istrinya.
24
Suami istri ini merawat Bencai Koros sampai
dia besar. Setelah besar dia belajar perihal agama
dengan ulama-ulama. Akhirnya dengan kekuasa
an Tuhan, si Bencai Koros ini menjadi manusia
yang berguna yang membanggakan hati kedua
orangtuanya. Ternyata si Bencai Koros yang
dilahirkan tadi seorang pangeran yang tampan
yang menjadi suri tauladan bagi lingkungannya
dengan ilmu yang dia punya. Inilah rizki yang
diberikan Tuhan kepada sepasang suami istri
yang tabah dalam mengarungi kehidupan. Mereka
diberi Allah rizki seorang anak yang hebat.
25
12 Diceritakan kembali oleh Hazizi
D
ahulu kala, hiduplah sebuah keluarga yang
terdiri dari bapak, ibu, dan dua orang anak
perempuan. Ibu mereka adalah ibu sambung
atau ibu tiri. Setiap tengah hari, kedua anaknya ini
ditugasi mengantarkan makanan untuk makan
ayah dan ibunya di kebun. Jadi, bapak dan ibunya
di kebun seharian dari pagi sampai sore. Suatu
ketika, ibunya berpesan.
”Anakku, kalian masak beras ini tapi jangan
dimakan. Kita makan sama-sama di kebun.”
Suatu hari di tengah perjalanan mengantar nasi
ke kebun, mereka melihat buah sekala. Buah sekala
mentah itu mereka makan. Sisa-sisa buah sekala
itu lengket di mulut keduanya menyerupai nasi
yang dikunyah. Ketika sampai di kebun, ibunya
26
dongkol. Ibunya menyangka kedua anak ini makan
nasi selama di perjalanan padahal sebenarnya
buah sekala mentah. Keesokan hari, keduanya
kembali mengantarkan nasi untuk orangtua
mereka di kebun. Selama di perjalanan, kembali
keduanya makan buah sekala. Ibunya memendam
rasa jengkel. Sampai hari ketiga, kedua anak ini
masih melakukan hal yang sama. Hal ini membuat
ibunya tidak bisa lagi membendung marah.
“Pergi kalian,” kata Ibunya dengan penuh emosi.
“Bukankah saya sudah berpesan jangan kalian
makan nasi itu sebelum sampai di kebun. Ini
sudah ketiga kalinya kalian makan sebelum kami
makan.”
Setelah diusir Ibunya, kedua anak kecil tersebut
pergi dengan hati sedih. Kemudian, di perjalanan,
keduanya bersenandung, bernyanyi sedih.
“Istirahatlah Ayah dan Ibu. Saya sama adek mau
pergi. Disangkanya ibu nasi, padahal buah sekala
mummi (mentah).”
Nyanyian keduanya terdengar menggema ke
setiap sudut kebun. Mereka berdua terus ber
nyanyi sedih sampai terdengar oleh bapaknya.
Bapaknya yang tidak mengetahui kalau kedua
anak itu telah diusir istrinya langsung memanggil-
manggil dan mencari-cari suara anaknya tersebut.
“Anakku, anakku….”
28
Sang Ayah terus mengejar dan berusaha mene
mukan keberadaan anaknya. Betapa sedihnya
hati si Ayah ini semakin dikejar kedua anaknya
semakin menjauh.
“Ke sini Anakku, ke sini Anakku.”
Sampai mereka berhadap-hadapan, Anaknya
naik ke atas pohon. Anaknya naik ke atas pohon,
sambil terus bernyanyi sedih. Ayahnya sudah
tidak kuasa menahan air mata. Lalu sang Ayah
menebang satu pohon berharap anaknya mau
turun pohon. Ternyata kedua anaknya lompat
ke pohon yang lain. Begitu seterusnya, sampai
akhirnya semua pohon habis ditebang dan kedua
anak tersebut berubah menjadi kukang. Dua
anak itu malu-malu dan terus mengintip-ngintip
ayahnya dari kejauhan. | 13_Kisah_Beruk_dan_Hewan_Lainnya |
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Noviani Lestari
ii
MENYEMAI UANG
Penulis:
Noviani Lestari
Penyunting:
Ratun Untoro
Ilustrator:
Mukti Ali
Penerbit:
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224
Telepon: (024) 562070; Faksimile: (0274) 580667
Cetakan Pertama, November 2021
iv + 8 hlm., 15 x 23 cm.
ISBN: 978-623-5677-23-1
Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi
buku ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin
tertulis dari penerbit.
Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis.
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui warga
dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah RI pun melaksanakan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat
di seluruh provinsi di Indonesia dalam rangka untuk menekan
penyebaran virus yang sangat mematikan itu. Kebijakan Pemerintah
tersebut tentu memiliki dampak yang sangat signifikan di berbagai
sektor. Karena kebahasaan dan kesastraan masuk dalam sektor
nonesensial, praktis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
kebahasaan dan kesastraan tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
secara langsung, bersemuka. Namun, karena proses kreatif dan
upaya pencerdasan bangsa melalui bahasa dan sastra harus tetap
berlangsung, berbagai kegiatan itu pun dapat dilaksanakan secara
daring. Meskipun hasilnya--mungkin--tidak maksimal, berbagai
program dan kegiatan yang telah dirancang oleh Balai Bahasa
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat memenuhi target-
target yang telah ditetapkan, termasuk target 42 karya sastra
Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Penerbitan hasil penerjemahan dari sastra Jawa ini--yang
telah melewati proses panjang--merupakan bukti nyata bahwa
situasi pandemi tidak menghalangi kami dalam memberikan
sumbangsih bagi kemajuan bangsa melalui kebahasaan dan
kesastraan. Penerbitan hasil penerjemahan ini diharapkan dapat
digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dalam program besar
Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Pemerintah. Melalui
penerbitan penerjemahan karya sastra Jawa ini pula diharapkan
bisa menghilangkan kendala kebahasaan bagi masyarakat penutur
nonbahasa Jawa untuk bisa menikmati dan mengambil manfaatnya.
iv
Hadirnya
buku
penerjemahan
ini
melibatkan
banyak
pihak. Oleh karena itu, dalam kata pengantar singkat ini kami
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada
sastrawan/penulis (asli) dalam bahasa Jawa. Demikian pula
kami mengucapkan terima kasih kepada penerjemah yang telah
menerjemahkan karya sastra Jawa ke dalam bahasa Indonesia.
Penghargaan juga kami berikan kepada para penyunting yang telah
menyelaraskan hasil terjemahan sesuai dengan kaidah baku bahasa
Indonesia. Tentu saja, kepada panitia/tim terjemahan dan penerbit
kami ucapkan terima kasih yang tiada bertepi.
Semoga buku terjemahan ini bisa menjadi ajang dialog dan
tegur sapa antarbudaya di Indonesia dan menambah kekayaan
khazanah bahan bacaan literasi yang bermutu. Selamat membaca!
Yogyakarta, 10 September 2021
Kepala,
Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum.
NIP 196605201991031004
1
Menyemai
Uang
T
isa Pambayun, namanya. Usianya kurang lebih lima tahun.
Tisa sedang mulai sekolah di TK kelas A sedang senang-
senangnya belajar. Apa saja yang diajarkan oleh gurunya di
sekolah pasti akan dipraktikkan ulang di rumah. Misalnya, tadi di
sekolah diajari membuat perahu kertas oleh Bu Guru, sesampainya
di rumah, Tisa langsung mencari kertas lipat dan membuat perahu
kertas seperti yang diajarkan Bu Guru. Tidak peduli seragam hijau
kuningnya belum diganti, tidak hirau perutnya keruyuk-keruyuk
minta diisi.
“Mbok ganti baju dan makan dulu ta, Ndhuk.” Mamaknya
mengingatkan.
“Sebentar ta, Mak. Tisa itu mau buat perahu seperti yang
diajarkan Bu Guru di sekolah tadi,” jawab Tisa sambil tangannya
sibuk melipat kertas.
Mamak hanya tersenyum memandang anak sulungnya
itu. Putrinya tumbuh menjadi gadis kecil yang cerdas sesuai
harapannya. Mamak memberinya nama Pambayun, seperti nama
putri sulung Panembahan Senapati dengan harapan agar putrinya
menjadi secerdas dan setangguh Rara Pambayun. Putri sulung
kesayangan Panembahan Senapati itu konon berhasil memenangkan
peperangan dengan Ki Ageng Mangir tanpa pertumpahan darah
dan tanpa ada yang merasa dikalahkan. Sesuai dengan pepatah
Jawa yang berbunyi nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake,
mendatangi musuh tanpa pasukan, menang tanpa mengalahkan.
“Horeee, perahu kertasku jadi. Yes.” Tisa bersorak sambil
mengacungkan perahu kertasnya.
2
3
Gegas dia berdiri dan akan berlari keluar.
“Eh, eh, mau ke mana? Seragam hijau kuningnya besok masih
dipakai loh. Ganti baju dulu.” Mamaknya menghadang di tengah
pintu.
Sambil agak memonyongkan bibir, Tisa berlari menuju kamar
dan mengganti baju seragam hijau kuningnya. Setelah itu, dia
langsung berlari menuju parit di tepi sawah. Perahu kertas hasil
karyanya segera dihanyutkan di parit. Tisa berdiri di tepi parit
sambil melambai-lambaikan tangannya.
“Hati-hati ya, besok kamu akan sampai ke lautan luas,”
demikian seruan Tisa ke perahu kertasnya.
Perlahan perahu kertas melaju mengikuti aliran parit. Tisa
mengikuti perahu kertas itu dengan pandangannya sampai perahu
kertas hilang ditelan kelokan parit.
***
Lain hari, Tisa dan teman sekelasnya belajar tentang
tanaman. Bu Guru mengajak siswa-siswanya menyemai biji-bijian
dalam polybag. Ada biji sawo, rambutan, salak, dan juga jeruk.
“Anak-anak, ada yang tahu ini biji apa?” Bu Guru memberi
pertanyaan sambil menunjukkan biji jeruk.
“Jeruk, Bu Guruuu…,” jawab Tisa sambil tunjuk jari.
“Yak, benar, Mbak Tisa. Ini biji jeruk. Nah, biji jeruk ini jika
disemai akan tumbuh pohon jeruk. Pohon jeruk dirawat, disirami,
dipupuk, kalau sudah besar akan berbuah. Berbuah apa, anak-
anak?”
“Jeruuuk, Bu Guruuu.” Siswa-siwa menjawab kompak.
“Kalau ini biji apa, anak-anak?” Bu Guru kembali menunjukkan
sebuah biji yang asing bagi para siswa. Biji itu terlihat berduri.
Semuanya hening tampak berpikir.
“Kedondong bukan, Bu Guru?” Baga tunjuk jari setelah
beberapa saat berpikir.
“Kalau ini apa?” tanya Bu Guru menunjukkan biji yang terlihat
halus mengkilap.
“Jelas itu salak.” Jawab Fania dengan mantap.
4
5
“Benar sekali, yang kasar ini biji kedondong yang ini salak. Ada
lagunya ya, anak-anak. Ada yang tahu lagu Dhondhong Apa Salak?
Yuk kita nyanyi bareng sambil memilih biji yang akan ditanam.”
Dhondhong apa salak, duku cilik-cilik.
Ngandhong apa mbecak-mlaku thimik-thimik.
“Kalian pilih mana, mau jadi dondong yang luarnya halus tapi
dalamnya kasar, atau jadi salak yang luarnya kasar tapi dalamnya
halus?” tanya Bu Guru sambil membagikan biji-bijian.
“Aku pilih seperti salak saja, Bu Guru. Walaupun di luar
aku tampak galak, tapi sebenarnya hatiku baik,” jawab Yumna
tersenyum menampakkan giginya yang gigis, sambil mengisi polybag
dengan tanah.
“Ngandhong apa mbecak, kok memilih mlaku thimik-thimik, Bu
Guru? Padahal ada pilihan naik andong atau naik becak, kok malah
memilih berjalan pelan-pelan, Bu?” Rizki bertanya penasaran. Dia
sampai menggaruk kepalanya dengan tangan yang kotor penuh
tanah.
“Wah, pertanyaan bagus, Mas Rizki. Tapi ya nggak usah
garuk-garuk kepala gitu dengan tangan kotor.” Bu Guru menyahut
sambil tertawa.
“Mlaku thimik-thimik, berjalan pelan dengan kaki kita sendiri.
Maknanya, kita harus percaya dengan kekuatan kita sendiri. Harus
berusaha sendiri dulu. Seperti saat ini, kalian berusaha mengisi
polybag sendiri. Kalau ada kesulitan, baru minta tolong Bu Guru.”
Bu Guru menjelaskan panjang lebar.
Hari ini, seluruh siswa TK Tunas Pertiwi praktik menyemai
biji. Ada yang menyemai biji jeruk, rambutan, dan salak. Ada juga
yang menyemai biji tanaman bunga seperti pacar air dan bunga
esok sore. Semua polybag hasil semaian para siswa ditata di teras
sekolah.
Tisa tersenyum. Dalam hatinya timbul gagasan menarik.
Nanti sampai rumah dia juga akan menyemai sesuatu, bukan biji
bunga atau buah. Menyemai apa? Menyemai uang. Benar, sampai
rumah, Tisa langsung mencari uang koin lima ratus rupiah dan
segera dia tanam di belakang rumah dekat kandang kambing. Bu
Guru di sekolah tadi juga menjelaskan kalau kotoran kambing juga
6
7
termasuk pupuk yang bisa membuat tanaman subur. Setiap hari,
persemaian uang itu disirami. Jika ada rumput-rumput liar yang
mengganggu, ia cabuti. Tisa mebayangkan, jika uang itu tumbuh,
semakin lama semakin besar pohonnya, pasti akan berbuah uang.
Seperti pohon jeruk di sekolahnya, semakin lama semakin besar dan
berbuah jeruk yang manis.
Sehari, dua hari, tiga hari sampai seminggu. Tisa masih
tekun merawat semaian uangnya. Namun dia curiga, kok tidak
tumbuh-tumbuh ya? Apa coba ganti uang? Akhirnya, Tisa mencoba
menyemai uang yang lain di samping semaian yang kemarin,
koin seribuan. Perawatannya sama, setiap hari disirami, dipupuk
dengan kotoran kambing, dan dibersihkan dari rumput-rumput
pengganggu. Namun, sampai setengah bulan ditunggu, di situ juga
belum tumbuh pohon uang. Agak penasaran, Tisa mengeruk tanah
semaiannya. Lah, ternyata masih utuh berwujud uang, belum keluar
akar atau bagaimana. Tisa termenung. Dia heran. Kok bisa ya?
Tiba-tiba Mamak datang.
“Kamu kenapa kok melamun, Ndhuk?” Mamak bertanya
sambil mendekat.
Tisa lalu menceritakan apa saja yang dia lakukan. Di sekolah
dia belajar menyemai biji buah-buahan, lalu di rumah dia praktik
menyemai uang supaya bisa berbuang uang yang banyak. Namun
Tisa heran, semaian uangnya kok tidak tumbuh. Mamak tersenyum
bijak.
“Ndhuk, uang itu tidak akan bisa tumbuh. Karena apa? Karena
uang itu benda mati, bukan makhluk hidup. Yang bisa tumbuh
itu makhluk hidup, contohnya jeruk seperti yang kalian tanam di
sekolah kemarin.” Mamak menjelaskan dengan bijak.
“Jadi, jika menyemai uang tidak akan bisa tumbuh ya, Mak?
Menyemai batu juga tidak bisa? Karena batu bukan makhluk hidup?”
Tisa membuat simpulan.
Mamak mengangguk sambil tersenyum. Tisa juga ikut
mengangguk-angguk. Sekarang dia paham bahwa menyemai uang
itu tidak akan bisa tumbuh.
***
8
Noviani Lestari
Penulis saat ini bekerja di Dinas Kebuyaan (Kundha Kabudayan)
DIY. Noviani Lestari bertempat tinggal di Jalan Cendana No.
11, Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta. HP 081339803982.
Posel: [email protected] | 14_Menyemai_Uang |
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Amaèn Ka Sabâ
Bermain ke Sawah
Penulis
Baytil Qudsiyah
Penerjemah
Ainur Rahman
Penelaah
Mahwiyanto
Penyunting
Dwi Laily Sukmawati
Ilustrator
Petik Std.
Penata Isi dan Sampul
Petik Std.
Diterbitkan pada tahun 2022 oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, 61252
Telepon/Faksimile (031) 8051752
Cetakan pertama, November 2022
ISBN 978-602-8334-88-4
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
899.223 43
BER
BERMAIN KE SAWAH/Baytil Qudsiyah
B
— cet.1 — Sidoarjo: Balai Bahasa Jawa Timur, 2022
iv + 22 hlm; 22 x 28 cm
Kata Pengantar
Kepala Balai Bahasa
Provinsi Jawa Timur
SALAH SATU kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur adalah cerita anak yang mengandung kearifan lokal
dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Kekayaan itu merupakan sebuah aset nasional yang sangat berharga
sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional sebagai bagian dari warisan budaya dunia. Nilai-nilai
yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur tidak hanya dapat diimplementasikan oleh masyarakat
Jawa Timur, tetapi dapat pula dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan
diterjemahkannya karya sastra Jawa Timur ke bahasa Indonesia, pembacanya dapat menikmati cerita, kemudian
mengkaji nilai-nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Hasilnya adalah akan tercipta sebuah pemahaman antarbudaya yang
akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Cerita-cerita yang terhimpun dalam terjemahan buku cerita anak untuk pembaca awal ini juga dapat
bermanfaat sebagai salah satu sarana atau media pendidikan karakter. Tema yang diusung dalam buku ini
adalah STEM, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika. Cerita dalam buku ini diharapkan mampu
membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas.
Melalui penerjemahan cerita anak, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Kami berusaha untuk turut berperan aktif dalam program itu dengan. menyediakan bahan bacaan bermutu
bagi pembaca melalui penerjemahan cerita anak berbahasa daerah ke bahasa Indonesia yang gagasannya
bersumber dari kearifan lokal. Kegiatan membaca diharapkan akan tumbuh dan berkembang menjadi
keterampilan-keterampilan lanjutan sehingga akhirnya pembaca dapat mencipta karya. Keterampilan inilah
yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Inovasi seperti itu perlu didukung agar dapat menumbuhkan budaya literasi dengan tetap berfokus pada
upaya untuk menumbuhkan generasi yang memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan
kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk terjemahan
ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu
literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi
setinggi-tingginya kepada penulis karya sastra berbahasa daerah, penerjemah, penelaah, dan anggota KKLP
Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya terjemahan ini.
Semoga buku ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Sidoarjo, 1 Oktober 2022
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
[ iii ]
Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................................................................................... iii
Amaèn Ka Sabâ..........................................................................................................................................................1
Bermain ke Sawah......................................................................................................................................................1
Biodata Penulis..........................................................................................................................................................21
Biodata Penerjemah..................................................................................................................................................21
Biodata Ilustrator.......................................................................................................................................................21
1
“Bhusen Dol, amaèn kalowar maju!”
“Kamu bosan tidak Dol, ayo kita bermain di luar!”
“Amaèna dhâ’ dimma Min?”
“Kita mau main ke mana, Min?”
2
“Dâ’râmma mon amaèn ka sabâ?”
“Bagaimana kalau kita main ke sawah?”
“Ongghuwân? iyâ maju pas mangkat”
“Yang bener? Iya ayo kita segera berangkat”
3
“Arowa sabâna, maju pas
ajhâr nyaka’ ka tang eppa’”
“Itu dia sawahnya, Min. Ayo kita
ke sana sambil bermain kita juga
belajar membajak sawah, itu
di sana ada Bapak, kita belajar
membajak sawah ke Bapak.”
4
“Oo.. eppa’na bâ’na nyaka’
ngangghuy sapè yâ Dol?”
“Oh.. berarti Bapak kamu masih
membajak sawah dengan
menggunakan Sapi ya, Dol?”
5
“Adu.. tang soko
nèddhâ’ calatthong.”
“Aduh.. Dol, lihat
kaki ku, menginjak
kotoran Sapi.”
“Hahaha..ollè rajhâkkè bâ’na ”
“Hahaha.. itu
tandanya kamu akan
dapat rezeki, Min..”
6
“Adu kah, mè’ ta’ èbuwâng
bhâi calatthong rèya”
“Aduh.. kenapa sih, Dol, kok tidak dibuang
ke tempat yang jauh saja kotoran sapi
ini, malah ditaruh di sawah begini”
“Abbâ.. arèya bisa
aghuna kaangghuy
malandhu tana.”
“Nah.. begini Min, kotoran sapi ini
berguna sebagai pupuk, jadi fungsinya
bisa membuat tanah menjadi subur,
kalau tanahnya sudah subur, maka
tanaman akan tumbuh dengan baik.”
7
“Dâ’râmma carana
calatthong bisa
malandhu tana?”
“Bagaimana bisa,
kotoran Sapi membuat
tanah menjadi subur?”
“Maju dhuliyân, dâgghi’
latao dbibi’ bâ’na.”
“Ya sudah.. ayo Min, mari kita pergi ke
Bapak, nanti kamu akan tahu sendiri,
bagaimana kotoran sapi itu bisa
membuat tanah menjadi subur.”
8
“Maju addhuwân berka’, addhu jhung dâpa’an ka sabâ.”
“Ayo kita lomba lari Min, siapa yang lebih dulu
sampai ke Bapak di tengah sawah.”
9
“Abdhina nyoba’a nyotok
nangghâlâ pa’”
“Pak, boleh tidak,
saya mencoba
membajak
seperti yang
Bapak lakukan?”
“Iyâ maju. Iya’ tâgghu’ nangghâlâna cong”
“Ini kalau mau mencoba nak, ayo pegang Lukunya”
Luku: alat pembajak yang biasanya ditarik oleh hewan sapi atau kerbau
10
“Oo.. arèya sè nyamana nangghâlâ”
“Oh.. seperti ini yang namanya
membajak sawah tradisional.”
11
Gedebukk..
Bruk.. Tiba-tiba Dolla terjatuh.
“Dolalaaa Dolla.. bârâmma cong?
Hahaha..La Dolla, maju târrossaghi .”
“Aduh.. Gimana nak? Hahaha..
Ayo bangun, lanjutkan lagi membajaknya.”
12
Pajjâr lagghu’ arèna pon nyonara
Bapa’ tani sètèdung pon jhâgâ’â
Ngala’ arèk so landuk tor capènga
Dolla dan Amin membajak sawah sambil bernyanyi lagu
tradisional Madura, Pak Tani “Fajar sudah terbit, matahari
mulai menampakkan sinarnya, Pak Tani pun terjaga dari
tidurnya. Cangkul, arit dan topi caping sudah siap dipakai,
sebagai pertanda akan pergi ke sawah.”
13
“Hahaha..Dolla, bâ’na
padhâ ollè rajhâkkè
nèddhâ calatthong.”
“Hahaha.. Dolla pertanda kamu juga akan mendapatkan
rejeki, itu kakimu menginjak kotoran Sapi, haha..”
14
“Ta’ rapa nèddhâ’ calatthong, ajiya la biasa mon ka engko’”
“Tidak apa-apa Min, aku sudah biasa, kakiku
menginjak kotoran Sapi, apalagi kalau di sawah,
sudah tiap hari kakiku menginjak kotoran Sapi begini.”
15
“Bu, ngendikane ndamel
sekul piramid? La pundi?”
“Ibu tadi bilang akan buat nasi
piramida? Di mana nasinya?”
“Calatthong
arèya èsabâ’
èdinna’ èjhâmmur
ma’lè kârrèng.”
“Kotoran Sapi ini, memang sengaja ditaruh di
pinggiran sawah ini, Min, dijemur, supaya kering.”
16
“Ngene lo, Le!”
“Begini lho, Nak!”
“Èè.. sa’ongghu dhingdhing ma’ èjhâmmur.”
“Oh.. ku kira dengdeng sapi, soalnya
kan sama-sama dijemur, hehe.”
17
“Oo..arapa ma’ è pakârrèng Dol?”
“Oya, Dol, omong-omong kenapa kotoran sapi itu mesti dikeringkan?”
“Arapa yâ? pola ma’le lebbi bhâghus asèlla.”
“Kenapa ya Min? mungkin biar lebih bagus kalau dijadikan pupuk.”
“Iyâ bhender cong.”
“Iya benar, Nak”, Ayah Dolla menyahut
18
“Calatthonga sapè rèya
dâgghi’ `eallè ka bâbâna ata’
sampè’ rakèra dubulân.”
“Kotoran sapi ini, akan dipindahkan ke tempat pembuangan kotoran sapi yang
khusus, didiamkan di tempat itu kira-kira kurang lebih selama dua bulan.”
“oo.. ajiya se ènyamaè
bhutok iyâ Dol ?
Kaangghuy malandhu
tana bân mântamâna
bhâgus hasèlla?”
“Oh.. jadi itu yang
dinamakan pupuk kandang
ya Dol? yang berguna
untuk menyuburkan tanah
dan membuat tanaman
bertumbuh dengan bagus?”
19
“Iyâ bhândhâr Min. Maju mole
yâ, ya’ lamolaè panas.”
“Nah.. betul, Min, itu yang mulai tadi
kita bicarakan, ayok kita pulang, Min,
hari sudah mulai panas nih.”
20
[ 21 ]
BAYTIL QUDSIYAH, S.Pd lahir di Sampang 18 Maret 1983. Ia adalah seorang guru mata
pelajaran Bahasa Inggris di SMPN 1 Torjun, Sampang, Madura. Penulis mulai mengajar sejak
tahun 2005 sampai sekarang. Selain mengajar, penulis sering menulis dan menjadikannya
buku (tunggal dan antologi). Diantara bukunya yaitu: Pelangi sang Guru, Meretas Mimpi
Mengukir Wajah Anak Negeri, Kumpulan Essay Pendidikan. Sebagai seorang guru,
selain gemar mengikuti berbagai kegiatan menulis, ia juga aktif dalam komunitas praktisi
Pendidikan yang ada di daerahnya seperti MGMP, PGRI, dan IGI.
AINUR RAHMAN, M.Pd., tetala; Sumenep, 06 Juli 1992, S1 ditempuh di Universitas
Madura, dan S2 di Universitas Negeri Yogyakarta, beberapa tulisannya muncul di media
lokal salah satunya koran Kabar Madura; Menyiapkan Mental Anak untuk Merdeka
Belajar, Merdeka Belajar Merdeka untuk Pendidikan, selain menulis di media, juga aktif
menulis di beberapa jurnal nasional dan internasional. Saat ini aktif mengajar sebagai
Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Madura.
PETIK STUDIO merupakan small creative studio yang bergerak sejak 2018 di Malang,
dan kini berbasis di Jakarta Utara. Berfokus pada identitas visual, pemasaran, ilustrasi, dan
publikasi, Petik Std. telah menangani +100 proyek yang tersebar di berbagai kota di Indonesia,
juga Malaysia dan Singapore. Pekerja kami terdiri dari kolektif penggiat-perancang desain
grafis di Jakarta, Makassar, dan Surabaya. Bisa disapa melalui www.behance.net/petikstudio.
PROFIL PENULIS
PROFIL PENERJEMAH
PROFIL ILUSTRATOR | 14_Final_Bermain_ke_Sawah_MNTD |
i
UNTUK PEMBACA LANCAR
(10—12 TAHUN)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra
ii
i
Keriting atau Lurus
Semua Istimewa
Penulis: Khulatul Mubarokah
Ilustrator: Dhika Alexander
Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
ii
Keriting atau Lurus Semua Istimewa
Penulis
: Khulatul Mubarokah
Ilustrator
: Dhika Alexander
Penyunting : Setyo Untoro
Penata Letak : Hendriyanto Zaki
Diterbitkan pada tahun 2020 oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta Timur.
Buku ini merupakan bahan bacaan literasi yang bertujuan untuk menambah minat baca bagi
pembaca lancar. Berikut adalah Tim Penyediaan Bahan Bacaan Literasi Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa.
Pelindung
: Nadiem Anwar Makarim
Pengarah 1
: E. Aminudin Aziz
Pengarah 2
: Ovi Soviaty Rivay
Penanggung Jawab : Muh. Abdul Khak
Ketua Pelaksana
: Tengku Syarfina
Wakil Ketua
: Muhamad Sanjaya
Anggota
: 1. Kity Karenisa
2. Wenny Oktavia
3. Dewi Nastiti Lestariningsih
4. Laveta Pamela Rianas
5. Febyasti Davela Ramadini
6. Wena Wiraksih
7. Mutiara
8. Dzulqornain Ramadiansyah
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa
izin tertulis dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, kecuali dalam hal pengutipan
untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
PB
398.209 598
MUB
k
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Mubarokah, Khulatul
Keriting atau Lurus Semua Istimewa/Khulatul Mubarokah; Penyunting: Setyo Untoro.
Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan RI, 2020
vi; 30 hlm.; 29,7 cm.
ISBN 978-623-307-028-7
1. CERITA ANAK-INDONESIA
2. LITERASI- BAHAN BACAAN
iii
iv
Sekapur Sirih
B
erawal dari fenomena anak yang memanggil teman lain memakai ciri-
ciri fisik dengan cemoohan, dari situlah ide buku ini lahir. Anak-anak
yang mestinya tertawa bersama saat bermain bisa menjadi kelompok-
kelompok yang memicu pertengkaran.
Ada yang merasa lebih baik daripada yang lain, padahal masih
banyak persamaan yang bisa menjadikan mereka saling menyayangi,
mendukung, dan menghargai. Dengan demikian, terciptalah toleransi
antara rambut lurus dengan rambut keriting. Tidak perlu berselisih, atau
merasa paling baik. Sebab, fungsi rambut tetap sama.
Semoga cerita dan isi buku ini bisa membangkitkan kesadaran anak-
anak Indonesia tentang betapa perbedaan jenis rambut dan lainnya
bukanlah suatu hal yang memalukan.
Semua istimewa, memiliki kesempatan mewujudkan cita-cita yang
sama. Perbedaan adalah anugerah dari Yang Maha Esa, bukan aib.
Yogyakarta, 30 Juli 2020
Khulatul Mubarokah
v
Daftar Isi
Sambutan................................................................................iii
Sekapur Sirih...........................................................................iv
Daftar Isi................................................................................v
Bab 1
Ingin Rambut Lurus....................................................1
Bab 2
Cerita pada Sahabat...................................................5
Bab 3
Rambut yang Istimewa................................................9
Bab 4
Semua Rambut itu Cantik............................................13
Bab 5
Hadiah untuk Filiyana.................................................16
Bab 6
Bahagianya Bila Percaya Diri.......................................21
Biodata ..................................................................................25
vi
vi
Tanpa adanya kesadaran akan keberagaman,
tanpa adanya sikap saling menghormati dan
menghargai terhadap individu dan kelompok
yang berbeda, konflik antarpribadi dan
antarkelompok akan bermunculan. Masyarakat
akan mudah dipecah belah dengan kebencian
dan prasangka, hanya karena tidak mengenal
dan memahami keberagaman yang dimiliki oleh
bangsanya.
(Literasi Budaya dan Kewargaan,
Kemendikbud, 2017)
1
H
ari ini, aku melihat banyak teman di Tanggaromi meluruskan rambut.
Sebelumnya, mereka sama denganku, memiliki rambut keriting. Orang-
orang pergi ke salon dan mengubah rambut keritingnya menjadi rambut
berbeda. Rebonding, kata mereka, yaitu melakukan pelurusan rambut dengan
alat yang diatur kadar panasnya. Rambut diletakkan di tengah alat, ditarik
dengan pelan hingga rambut lurus sesuai dengan keinginan.
Bab 1
Ingin Rambut Lurus
2
2
Orang-orang rela menunggu. Mereka bahkan mengantre ketika salon
ramai pengunjung. Mereka juga rela mengulanginya di lain waktu, ketika
rambut aslinya mulai tumbuh. Dengan biaya berapa pun, mereka rela demi
rambut lurus.
“Mace, aku mau lurusin rambut. Biar cantik. Biar enggak diledek terus!”
“Mace belum punya uang, Yana,” jawab wanita yang dipanggil mace.
Mace berarti ibu.
Aku seorang anak kelas 5 SD. Karena hal ini, aku menggulung bibir.
Mendung terasa memenuhi wajah. Aku duduk sambil menggoyang-goyangkan
kursi kayu. Ada bunyi duk-duk-duk! dari dua kaki kursi belakang yang
terangkat, ketika diturunkan beradu dengan lantai. Maceku sedang berdiri
sambil memegang piring berisi papeda.
Papeda adalah makanan bubur sagu khas Papua. Biasanya disajikan
dengan ikan tongkol kuah kuning. Warna papeda putih, dengan tekstur lengket
mirip lem. Rasanya tawar. Papeda tinggi serat, rendah kadar kolesterol, dan
bernutrisi.
Untuk membuat papeda memiliki rasa gurih, orang-orang menambahkan
garam, kaldu ayam, dan bawang putih. Bawang putihnya dihaluskan. Semua
dicampur dengan air dan tepung sagu, kemudian diaduk. Air direbus hingga
mendidih. Saat sudah mendidih itulah orang-orang memasukkan cairan tepung
sagu secara perlahan. Kalau sudah meletup-letup, artinya sudah matang.
Biasanya, aku sangat bersemangat jika Ibu membuat papeda. Namun,
hari ini sedang tidak biasa. Aku sedih. Mengapa hanya bilang mau meluruskan
rambut, agar terlihat cantik, Mace belum juga mengiakan. Kata Mace, aku
sudah sangat cantik. Apalagi jika rajin tersenyum.
3
Aku seperti anak-anak Papua lain. Memiliki kulit berwarna cokelat tua.
Kata guru IPA, kulit itu memiliki kadar melanin yang tinggi. Fungsi dari melanin
adalah menangkal radikal bebas dan sinar ultraviolet. Makin banyak kadar
melanin, warna kulit makin gelap.
Walaupun warna kulit berbeda, fungsinya sama. Kulit berfungsi
melindungi tubuh, menyimpan lemak, dan membantu proses sintesis vitamin
D (mengubah kolesterol yang mengandung provitamin D menjadi vitamin D).
Kulit juga menjadi indra perasa.
Menurut guru IPA juga, fungsi rambut keriting tetap sama dengan rambut
lurus. Rambut bisa melindungi dari panas, atau melindungi apabila ada benda
keras jatuh di kepala. Aku juga bisa membuatnya hangat, saat udara dingin.
Aku turun dari kursi, melangkah pelan menghampiri Mace. Kedua tangan
memegang lengan tangan kiri Mace. Aku menggerak-gerakkan lengannya.
Mace baru saja meletakkan papeda hangat di atas meja.
“Bisa, ya, Mace?”
“Sekarang, Mace belum punya uang, Yana.”
“Uh, Mace. Teman-teman sudah pada rebonding semua. Yana saja yang
belum!”
Aku berbicara dengan suara tinggi. Kedua mata juga mulai terasa panas.
Ada air yang menggenang di pelupuk. Aku mengerjap, dan air mata turun di
pipi. Aku sangat sedih mendengar jawaban Mace.
Aku melepaskan lengan Mace. Aku berlari ke luar melalui pintu dapur.
Suara Mace terdengar memanggil, “Yanaaa! Ayo makan dulu!”
4
4
Aku
pura-pura
tak
mendengar. Rambut keritingku
berguncang-guncang.
Ingin
aku berlari kencang. Kaki mulai
terasa berat, napas tersengal-
sengal. Sampai di bawah pohon
matoa, aku duduk memeluk
lutut. Aku sedang tidak senang
melihat Mace.
5
“Y
ana, kenapa sendirian?” tanya Pak Arfail, seorang perawat.
Yana masih diam.
“Filiyana?”
Yana langsung berdiri, ketika Pak Arfail memanggil nama lengkapnya.
“Kamu dapat salam, dari Awui,” kata Pak Arfail yang sekarang sudah
jongkok.
Bab 2
Cerita pada Sahabat
6
6
Mendengar nama Awui, Yana berdiri. Dia melangkah pelan, mendekati
Pak Arfail. Awui adalah keponakan dari Bu Rares, istri Pak Arfail.
“Ayo! Kamu bisa chatting lagi dengannya. Ikutlah denganku!”
Pak Arfail berdiri dan menepuk pundak Yana.
Kedua bola mata Yana yang bulat makin bulat. Dia mengangguk cepat.
Pak Arfail melangkah bersama Yana menuju rumah Pak Arfail. Di belakang
mereka, Mace berdiri. Wajahnya tampak lega karena Yana bersama Pak Arfail.
Mace tahu, Yana sangat patuh pada tetangganya itu.
Mereka pun sampai di rumah Pak Arfail. Bu Rares keluar dari pintu depan.
“Wah, ada Yana. Sepertinya agak lama kamu enggak main, ya?” tanyanya.
Yana hanya tersenyum simpul.
Mata Yana langsung melihat ke ruang di dekat ruang tamu. Di sana
ada dua komputer yang biasa dipakai anak-anak desa untuk belajar memakai
komputer dan media sosial. Yana juga bisa memakai komputer karena belajar
di sini.
“Komputernya sudah on, Yana. Kamu bisa langsung masuk.”
Bu Rares seperti sudah tahu apa yang ada dalam pikiran Yana. Apakah
dia sedikit melupakan keinginannya untuk meluruskan rambut? Semoga
nanti wajahnya makin ceria setelah mengobrol melalui kotak pesan di media
sosialnya, dengan Awui. Eh, sepertinya dia belum lupa. Lihat!
Yana sudah duduk dan terhubung dengan Awui melalui media sosial.
Wajahnya seperti tertutup mendung. Kenapa lagi ya? Coba kita baca apa yang
Yana ketik dan kirimkan ke Awui.
[Aku ingin memiliki rambut lurus sepertimu, Awui.]
Sedih, ya? Mengapa Yana belum juga bisa menerima rambut lebatnya?
7
Mengapa dia mengirim pesan tentang keinginannya juga kepada Awui? Rambut
Awui diciptakan Tuhan. Semua rambut juga ciptaan Tuhan. Rambut Awui ada
di kepalanya, rambut lain ada di kepala anak-anak lain. Coba bayangkan,
apabila selebat rambut kepala ada di telapak kaki Yana. Dia pasti sangat repot
ketika berjalan. Bagaimana caranya, coba, kalau mau pakai sepatu? Terus,
bagaimana membersihkannya?
Misalnya saja, rambut yang lebat dan keriting ini ada di punggung Yana.
Dia pasti akan sulit tidur. Terganggu karena ada yang mengganjal, atau
membuatnya geli. Rambut keriting ini sudah pas ada di kepalanya.
Semua yang Tuhan ciptakan selalu ada manfaat, dan tidak membuat
repot. Namun, Yana sedang membuat repot dirinya sendiri. Apa kalian juga
ada yang seperti Yana? Mau meluruskan rambut, padahal sudah sangat cantik
atau tampan. Bentuk dan model rambut tidak memengaruhi prestasi seseorang.
Kesungguhan dan kegigihan yang mereka butuhkan.
Mengapa tidak mencoba untuk menggali kelebihan? Misalnya, yang suka
olahraga bulu tangkis, ya belajar bulu tangkis. Kan tetap bisa ya rambutnya
lurus atau keriting? Jika menyukai berenang, tekunilah renang bersama pelatih.
Kamu yang senang bela diri, bisa memperdalamnya. Selain menjadi sehat
dan kuat, kamu bisa jadi atlet. Sampai ke luar negeri, dan mengharumkan nama
Indonesia.
Bacalah pesan terbaru Yana pada Awui!
[Aku tidak cantik sepertimu.]
Kalau rambut seperti manusia, mungkin dia akan menangis. Rambut
sedih, karena menurut Yana, dia menjadi penyebab dirinya tidak cantik.
8
8
Rambut selalu menempel di kepala Yana. Kalau Yana kurang
menghargainya, mungkin dia ingin turun dan lari. Dia bisa saja memberi
pelajaran agar Yana merasakan tanpa adanya rambut. Ah, tetapi sepertinya
rambut tidak jahat kepadanya. Dia patuh kepada Tuhan sehingga akan tetap
melindungi kulit kepala Yana dari panas.
9
A
ku sedang duduk menghadap ke laptop. Pikiran ini masih memikirkan
apa yang Yana ucapkan melalui chat, kemarin. Mata ini juga masih bisa
melihat bayangan wajah Yana yang murung, saat kemarin melakukan video
call. Yana seperti bukan sahabat yang kukenal. Dahulu ceria, banyak cerita,
tetapi kemarin seolah-olah hanya ada kesedihan.
Bab 3
Rambut yang Istimewa
1010
Aku menempelkan telunjuk ke dagu dan mengetukkannya berulang-ulang.
Aku sedang mencari ide untuk bisa membantu Yana menerima rambutnya. Aku
langsung mengetik kata kunci di mesin pencarian internet.
***
Inilah hal menarik dan istimewa yang kubaca tentang rambut!
Bayi usia 14 sampai 15 minggu, dalam kandungan ibunya sudah tumbuh
rambut. Pada usia 22 minggu, kepala bayi memiliki kurang lebih lima juta folikel
rambut. Folikel rambut adalah kantong kecil yang ada di badan kita, tempat
untuk tumbuh rambut.
Folikel rambut ada di seluruh tubuh kita, kecuali telapak tangan, telapak
kaki, dan bibir. Bentuk folikel rambut ternyata berbeda-beda. Hal inilah yang
menyebabkan bentuk rambut beragam. Ada rambut lurus, ikal, dan keriting.
Walaupun jenis rambut berbeda, fungsinya tetap sama. Demikian juga dengan
fungsi folikel rambut.
Di dalam folikel rambut terdapat sebasea atau kelenjar minyak. Sebasea
ini menyediakan sebum atau zat minyak yang dapat melumasi rambut serta
kulit kita. Makin banyak rambut, makin banyak juga kelenjar sebasea. Nah,
Filiyana sudah lama tidak keramas. Mungkin di rambutnya sudah banyak
menumpuk sebum, kotor, terus menjadi ketombe. Hiii...h!
Aku perlu menyampaikan ini kepada Filiyana setelah membaca tulisan
di internet tentang rambut. Biasanya Filiyana sangat bersemangat dengan
informasi baru. Kupikir, ini adalah informasi baru yang belum dia tahu. Aku
yakin bisa memberi penjelasan kepada sahabatku, tentang rambut yang sama-
sama cantik. Rambut juga akan sama-sama kotor dan tidak sehat apabila kita
tidak merawatnya.
***
11
11
Hal lainnya yang menarik dari rambut, adalah....
Rambut tumbuh sepanjang kira-kira 15 cm per tahun. Separuh dari
penggaris yang panjangnya 30 cm. Namun, ini bukan ukuran yang sama untuk
semua orang. Semua tergantung dari banyak hal yang memengaruhinya.
Aku mengangguk-angguk. Sekarang, aku paham dengan tulisan di internet
itu. Mamaku juga pernah bilang, kalau mau rambut tumbuh sehat dan bagus,
sebaiknya makan makanan yang sehat. Agar rambut kita bagus dan kuat, kita
bisa mengonsumsi makanan yang mengandung protein, zink, serta zat besi.
Contohnya, daging sapi, ayam, telur, dan ikan laut. Kamu juga suka makanan
ini, kan?
Rambut kita mengalami tiga tahapan, yaitu anagen, katagen, dan
telogen. Wah, apa sih ini?
Aku jadi menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal. Hampir saja badanku
jatuh, karena terdorong ke belakang. Aku memutar kursi setengah lingkaran,
ke kanan-kiri, kemudian memutarnya penuh. Saat sedang begitu, Mama lewat
di depan pintu.
“Hati-hati, Awui!” Mama mengingatkan.
Ups! Aku membekap mulut dengan kedua tangan, kemudian kembali
membaca tulisan di layar datar laptopnya. Aku menarik napas panjang, untuk
membaca penjelasan kata-kata baru tadi.
Anagen adalah istilah untuk masa aktif pertumbuhan rambut, yaitu 2--8
tahun. Katagen berarti waktu rambut berhenti tumbuh selama 4--6 pekan.
Telogen berarti masa rambut istirahat, waktunya 2--3 bulan pada saat rambut
rontok.
1212
Aku
menepuk-nepuk
kedua
pipi,
menggembungkan,
kemudian
mengempiskannya. Kemudian aku menarik napas panjang dari hidung serta
mengeluarkannya perlahan dari mulut. Sekarang, aku jadi tahu istilah baru,
setelah membaca. Aku seharusnya berterima kasih kepada Yana yang sudah
curhat. Gara-gara itu, aku bisa bertambah informasi.
Aku mengernyitkan dahi, dan sedikit mendekatkan wajah ke laptop. Aku
membaca paragraf lain yang memberi tahu bahwa rambut akan tumbuh cepat
pada usia 15--30 tahun. Aku jadi membayangkan jika rambut ini akan cepat
panjang, empat tahun lagi.
Besok, setelah pulang dari gereja, aku akan bercerita kepada Yana
tentang ini! Namun, hal lain apa ya, yang bisa menghiburnya dan membuatnya
tetap percaya diri dengan rambut keritingnya?
13
13
A
ku mulai merasa risih. Rambutku saling tempel, lengket, dan berbau
tidak enak. Mace sudah berulang memintaku untuk mandi dan memakai
sampo. Mace bilang, “Pasti harum dan segar kalau sudah memakai sampo,
Sayang.”
Hari ini, aku mengikuti anjuran Mace, tetapi aku tetap ingin rambut lurus.
Aku baru saja pamit pada Mace. Aku mau menonton film bersama di rumah Pak
Arfail.
Bab 4
Semua Rambut itu Cantik
1414
Kepalaku terasa lebih segar dari kemarin. Kaki melangkah pelan, di sisi kiri
jalan. Aku berjalan sendiri, tidak membarengi teman-teman lain. Aku berada
di urutan paling belakang, saat sampai di halaman rumah Pak Arfail.
Setelah masuk ruang komputer, aku memilih duduk di dekat pintu. Aku
merasa agak sedikit lega, sebab angin bisa mengipasi rambutku yang masih
agak basah.
Anak-anak yang duduk di depan beralaskan karpet kain. Mereka yang
di belakang duduk di kursi, termasuk aku. Angin sepoi membuat mataku agak
terasa berat. Saat mau memejam, tiba-tiba terdengar sebuah suara, “Ayo
dimakan pisangnya!”
Aku menoleh, menerima pisang emas dari Bu Rares. Aku belum tertarik
untuk memakannya. Pisang adalah buah hasil petani di Tanggaromi. Di tempat
lain ada petani padi, jagung, atau gandum. Di sini, di Tanggaromi, ada petani
pisang.
“Ssst! Filmnya mulai!” tegur seorang anak kepada temannya yang berebut
pisang emas.
Aku melihat tingkah teman-teman, tanpa bicara. Aku lebih tertarik
melihat ke layar komputer. Ada tokoh cerita berambut keriting sedang murung.
Mendadak, aku merasa kami bernasib sama. Aku dan tokoh utama dalam cerita
di komputer itu.
Aku yang tadinya mengantuk jadi ingin melihat terus ke layar komputer.
Rambut anak kecil di film itu sama seperti aku dan sebagian besar anak-anak
Tanggaromi. Keriting dan lebat.
15
15
“Wah, ada juga di sini yang pingin seperti diaaa...,” kata anak laki-laki
yang rambutnya seolah menempel semua seperti dilem di kepala. Dia memiliki
rambut sepertiku, keriting, tetapi tidak pernah mempermasalahkannya. Dia
membalikkan badan, dan melihat ke arahku. Aku pura-pura tidak melihatnya.
Kutebak, dia sedang menyindirku.
Anak perempuan berusia delapan tahun yang ada di film itu sangat ingin
rambutnya lurus. Dia sering melihat penyanyi cilik, artis, dan semua anak di
televisi yang banyak berambut lurus. Rambut lurus itu cantik. Sangat cantik,
menurutnya.
Fe, tokoh utama, anak perempuan dalam film itu, memiliki dua orang
sahabat. Mereka selalu menghibur jika Fe sedih. Seperti hari itu, ketika
sahabatnya menginginkan rambut lurus, seperti bintang iklan sampo.
Dua sahabat Fe memakai wig keriting untuk menghibur sahabatnya.
Fe tertawa melihat mereka yang memakai rambut keriting. Aslinya mereka
memiliki rambut ikal dan lurus. Saat Fe tertawa, dua sahabatnya ikut tertawa.
Mereka pun mengatakan kepada Fe agar mau menerima rambutnya yang
sangat cantik.
“Fe sangat cantik. Fe juga pintar menggambar dan mewarnai. Percaya
diri selalu, ya, Fe!” kata sahabatnya.
Benarkah apa yang mereka katakan, bahwa rambutku sangat cantik?
Aku tidak sabar menunggu anak-anak di sini bubar. Aku ingin segera
pulang, mau bercerita kepada Mace tentang film ini. Sepertinya, aku perlu
meminta maaf kepada Mace karena sudah marah-marah, dari kemarin.
1616
“S
ahabat yang baik akan sangat menghargai pemberian kita,” kata
Mama kepadaku.
Hari ini, kami baru pulang dari gereja. Mama memberi usul, agar aku
membuat ikat rambut, untuk Filiyana. Walaupun rambut Filiyana belum panjang,
dia sangat suka mengikat rambutnya. Besok, kami akan mengeposkannya untuk
hadiah Filiyana. Mama berjanji akan membantu. Aku sangat senang dengan
hal ini.
“Kita makan pisang goreng sambal roa dulu, ya, Awui?” ajak Mama.
Asisten rumah tangga di rumahku meletakkan nampan di atas meja
makan.
“Waaah. Aroma sambal roa ini sangat mengundang nafsu makan!”
Aku membiarkan hidungku menikmati aroma khas sambal roa. Sambal roa
adalah sambal khas Manado. Kamu bisa membuatnya di rumah, tanpa harus ke
Manado lho.
Orang-orang membuat sambal roa dari ikan roa, cabai, tomat, gula, dan
garam. Kamu sudah pernah lihat ikan roa? Seperti gambar di bawah inilah ikan
roa.
Bab 5
Hadiah untuk Filiyana
17
17
Aku juga akan membagikan resep sambal roa untukmu, agar bisa
membuatnya bersama ibumu, kapan saja.
Resep Sambal Roa
Bahan-bahan:
3 ekor ikan roa asap, ambil dagingnya saja;
15 buah cabai rawit (bisa kurang atau lebih);
2 buah cabai merah;
2 buah tomat merah;
10 siung bawang merah;
1 sdt garam;
1 sdt gula.
Cara Membuat:
Goreng ikan roa sebentar, kemudian haluskan dengan ulekan.
Haluskan cabai. Iris tipis bawang merah dan tomat.
Goreng bawang merah hingga kecokelatan, masukkan cabai dan
tumis sebentar.
Masukkan tomat, garam, dan gula, masak hingga matang.
Masukkan ikan roa halus dan aduk rata dengan sambal. Bisa
dimasak sampai kering, atau angkat saat masih basah.
1818
“Nah, sekarang sudah siap untuk membuat ikat rambut?” tanya Mama.
“Sudah, Ma. Ini kainnya yang polos hijau halus banget deh.”
“Itu namanya kain satin. Halus dan lembut. Yo, kita potong!” Mama
menjelaskan nama kain yang akan kami pakai. Satu yang berwarna hijau ini
kain satin. Terus yang motif bunga mawar ini kain katun.
“Berapa ukuran kain polos yang akan kita potong ini, Ma?”
“Sekitar 8 cm x 50 cm, Sayang.”
Aku mengambil penggaris, mengukur, dan menandai ukurannya dengan
pensil. Ini sangat mudah. Penggaris sudah ada angkanya. Lebar kainnya 8 cm,
dan panjangnya 50 cm. Aku memakai penggaris berukuran 30 cm. Jadi, untuk
mencapai panjang 50 cm, kamu tahu kan, aku harus menambahkan lagi berapa
sentimeter?
Aku memotong dengan sangat hati-hati. Guntingnya tajam. Kalau meleset
sedikit, nanti bentuknya jadi kurang rapi. Setelah memotong dua helai kain
hijau polos, aku penasaran dengan cara selanjutnya. Kalau melihat tutorial di
Youtube sepertinya sangat mudah, tetapi jika praktik, kita akan merasakan
tantangannya.
“Sekarang lipat. Kita jahit bersama. Mama satu, Awui satu. Gimana?”
Mama seolah tahu dengan rasa penasaranku, dan menjawabnya begitu.
Mendadak aku jadi berdebar-debar. Aku sudah lama sekali tidak menjahit kain.
Semoga saja aku masih bisa.
Aku memasukkan benang ke dalam jarum. Lubang benang sangat kecil.
Aku harus melihatnya dengan saksama, kemudian memasukkan ujung benang
dengan hati-hati.
19
19
“Jahit kainnya terbalik dulu. Kita tekuk bagian luar kain. Nanti saat
dibalik, bagian yang halus dan berwarna lebih terang akan ada di luar.”
Mama memberi penjelasan lagi. Aku melihat dengan teliti, bagian dalam
dan luar kain. Sekilas tidak ada bedanya. Warna yang sedikit buram adalah
bagian dalam kain. Setelah yakin, aku menekuk kain satin itu.
Kami pun mulai menjahit. Mama memanduku. Aku mengikuti apa yang
beliau katakan. Misalnya, jarak antarjahitan sebaiknya memiliki ukuran sama.
Kita bisa kira-kira, karena akan sangat rumit apabila harus mengukurnya juga
dengan penggaris.
“Di dua ujung kain, kita sisakan kira-kira empat sentimeter. Supaya
mudah, saat membaliknya.”
Aku manggut-manggut tanda mengerti. Pada saat mau membalikkan
kain, aku belum bisa seperti Mama, hanya memakai tangan. Mama memberikan
tusuk satai kepadaku. Beliau mengajari cara membalikkan kain dengan tusuk
satai. Wah, ternyata jadi mudah.
“Sekarang apa lagi, Ma?”
“Kita satukan dua ujungnya. Kemudian masukkan karet elastik. Setelah
itu, jahit rapat kedua ujungnya.”
Sip deh. Aku sudah tahu cara memasukkan karet elastik ini ke tengah-
tengah kain. Pakaikan peniti kecil di satu ujung karet elastik, kemudian peniti
ini seolah menjadi kepala, untuk masuk lebih dulu ke dalam kain.
Kami kemudian menyatukan dua ujung karet elastik dan menyimpulkannya.
Setelah itu, kami menjahit kain menjadi rapat. Karena ukuran karet elastik
lebih pendek daripada panjang kain, hasilnya jadi bagus. Ada kerutan-kerutan
ikat rambutnya.
2020
“Begini saja juga sudah bisa dipakai, Awui. Namun, kita akan menambahkan
pita bermotif bunga kesukaan sahabatmu.”
Aku jadi tidak sabar untuk membuat pitanya. Kain motif bunga mawar
ini khusus kami beli di toko kain. Kamu bisa membuatnya dari kain perca di
rumah. Misalnya, kamu selesai menjahit baju, dan ada kain sisanya, bisa
dipakai untuk membuat ini. Nanti baju dan ikat rambutmu akan serasi sekali.
Apapun motifnya.
“Kita ambil kain bermotif bunga mawar, dan potong kotak. Tekuk, dan
masukkan busa angin. Busa angin ini sangat tipis. Kita bisa bertanya kepada
pelayan toko kain jika belum tahu.”
Penjelasan Mama panjang. Aku berusaha menyimak dengan baik.
Ternyata setelah memasukkan busa angin, kita jahit semua bagian kain yang
masih terbuka. Kemudian kita membentuknya menjadi pita, lalu ikat tengahnya
dengan benang. Beri kain polos lagi, untuk menutupi ikatan benang. Satukan
dua ujung kain di balik pita dengan lem tembak.
“Sudah selesai ya, pitanya?”
“Sudah, Ma.”
“Terakhir, cukup tempelkan pita motif bunga mawar ini, pada ikat rambut
hijau polos tadi.”
Aku bisa melakukan ini! Taraaa! Selesaaai.... Besok kita paketkan!
21
21
U
sai salat Asar, Filiyana mendapat paket dari Awui.
Ikamah salat Asar di Desa Tanggaromi sudah berlalu dua puluh menit.
Filiyana dan ibunya sedang melipat mukena ketika terdengar suara dari luar.
Suara itu terdengar akrab, suara seorang bapak.
“Ada paket untuk Filiyana,” katanya ketika Filiyana
sudah berdiri di depan pintu.
“Paket?”
tanya
Filiyana
sambil
mengernyitkan dahi.
“Iya, dari Awui. Ini, ya....”
Filiyana
menerima
paket
berbungkus kertas merah. Ada pita
merah muda yang melilitnya dengan
cantik. Dia coba menebak, kado
apakah ini? Jika ulang tahun, ini
bukan bulan lahirnya.
Filiyana berjalan menuju kursi
di ruang tamunya. Dia duduk dan
melihat empat sisi bungkusan kotak
di tangannya. Tangannya mulai
Bab 6
Bahagianya Bila Percaya Diri
2222
meraba-raba. Ada di sebelah mana ujung lem agar dia bisa membukanya tanpa
menyobeknya.
Tangan mungilnya menemukan ujung lem pembungkus paket. Dia
menarik selotip pelan-pelan. Terdengar bunyi khas saat selotip terlepas dari
pembungkus kado.
“Wah, ada yang dapat hadiah sepertinya?” tanya ibunya sambil
meletakkan pisang di atas meja.
Filiyana menoleh sebentar, dan memberi senyum kepada ibunya. Dia
melanjutkan membuka bungkus paket. Sekarang, semua kertas pembungkusnya
sudah terlepas. Kotak warna merah muda ada tutupnya. Mirip dengan kotak
sepatu, tetapi polos.
Tangan Filiyana membuka tutup kotak. Wajahnya langsung berbinar
melihat ke dalam isi kotak. Ada empat ikat rambut bermotif bunga kesukaannya.
Ada kupu-kupunya juga sebagai pita di ikat rambut itu. Di bawah ikat rambut,
ada dua lembar kertas tebal. Ada gambar yang membuat kedua mata Filiyana
makin berbinar.
“Bagus ya, Mace? Filiyana menata rambut begini?” tanyanya sambil
menunjuk gambar seorang anak berambut keriting berbandana.
“Ih, Mace kan sudah bilang, kalau Filiyana merawat rambut, pasti lebih
sehat. Sehat itu cantik. Mau keriting atau lurus, tidak masalah,” jawab ibunya.
Sekarang Filiyana mengangkat kertas kedua. Ada tulisan tangan di kertas
itu. KERITING ATAU LURUS, SEMUA ISTIMEWA!
Kedua mata Filiyana menghangat. Terbayang di pelupuknya semua
tingkah yang pernah dia lakukan saat ingin rambut lurus. Dia marah-marah
23
23
kepada Macenya, berwajah mendung kepada semua orang, dan sangat sering
menyendiri.
Kedua mata Filiyana membaca tulisan lain di bawah kalimat yang baru
saja dia baca.
Kita sama-sama anak Indonesia yang kaya dengan
keanekaragaman jenis rambut. Ada yang keriting, ikal, atau
lurus. Warnanya juga berbeda-beda. Ada yang hitam legam,
agak abu-abu, sedikit pirang karena tersengat panas matahari.
Ada yang tebal dan ada yang tipis. Semuanya istimewa, jika....
Pemiliknya bersyukur kepada Tuhan atas karunia-Nya
berupa rambut.
Pemiliknya merawat dan menjaganya dengan baik.
Pemiliknya selalu mau belajar dan pantang menyerah.
Pemiliknya ramah terhadap semua orang.
Pemiliknya tahu bahwa setiap orang mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Dia juga tahu kelebihan dirinya, dan siap
untuk menggiati kesukaaannya, sehingga menjadi keahlian
suatu hari saat dewasa nanti.
Kita anak Indonesia, menerima keberagaman. Saling
menyayangi dan menghormati, tanpa melihat apa jenis
rambut atau warna kulitnya.
Kedua mata Filiyana terasa panas. Dia meletakkan kertas di tangannya
ke dalam kotak, kemudian berdiri. Dia melangkah mendekati Macenya yang
baru saja meletakkan segelas air bening di dekat pisang.
2424
“Maafkan sa, ya, Mace? Sa tidak akan memaksa Mace untuk meluruskan
rambut lagi.”
Sa berarti ‘saya’. Orang-orang Tanggaromi biasa mengucapkan ini, yang
seperti kata pendek untuk saya.
“Eh, tapi Mace sudah mengumpulkan uang untuk Filiyana. Sudah bisa
dipakai untuk rebonding itu. Bagaimana?”
“Sa akan menabungnya saja, ya, Mace. Boleh?”
“Kamu sangat hebat, Filiyana! Mace bangga padamu!”
Filiyana memeluk ibunya sangat erat. Ada dua bulir air mata meluncur dari
kedua mata, di atas pipinya. Dia membayangkan ibunya yang sudah berhemat
sedemikian rupa sehingga bisa mengumpulkan uang.
24
25
Khulatul Mubarokah menekuni dunia kepenulisan sejak tahun 2013.
Dia menulis berbagai genre, dan sejak tahun 2015 mencoba belajar
menulis buku dan cerita untuk anak. Sekarang dia masih terus belajar,
agar bisa lebih mendalami dan mengembangkan ide-idenya dalam
kepenulisan buku anak.
Biodata
Penulis
Dhika Alexander adalah lulusan Fakultas Teknik Elektro, Universitas
Sumatera Utara, Medan. Dia menggambar karena hobi dan untuk
mengekspresikan diri. Dia membuat ilustrasi untuk buku dan logo
sejak tahun 2013.
Ilustrator
Setyo Untoro lahir di Kendal, 23 Februari 1968. Saat ini ia tinggal di Bekasi bersama
istri dan dua orang anak. Sebelum bekerja di Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa (sejak 2001), ia pernah magang sebagai reporter surat kabar di Jakarta
(1994) dan menjadi pengajar tetap di sebuah perguruan tinggi swasta di Surabaya
(1995—2001). Ia aktif dalam berbagai kegiatan kebahasaan seperti pengajaran,
penyuluhan, penelitian, penerjemahan, dan penyuntingan. Selain itu, ia kerap
terlibat sebagai ahli bahasa dalam penyusunan peraturan perundang-undangan
serta menjadi saksi ahli bahasa dalam perkara tindak pidana ataupun perdata.
Penyunting
26
28 | 14_Keriting_atau_Lurus_Semua_Istimewa_SJ |
1
Level
Penulis:
Clare Verbeek, Thembani Dladla,
Zanele Buthelezi
Ilustrator:
Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin,
Agung Purwanto, Riswan Widiarto,
Hervianna Artha
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Penulis:
Clare Verbeek,
Thembani Dladla,
Zanele Buthelezi
Ilustrator:
Agus Sofyan (Ketua),
Didin Jahidin,
Agung Purwanto,
Riswan Widiarto,
Hervianna Artha
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Tubuhku
Penulis
: Clare Verbeek, Thembani Dladla, Zanele Buthelezi
Ilustrator
: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto,
Riswan Widiarto, Hervianna Artha
Penerjemah
: Tiara Putri
Penelaah
: 1. Hendarto Setiadi
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan
Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra,
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk
apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan
penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak
mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan
bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga,
ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca
ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan
tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan
mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta
karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebuda
yaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah
program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN).
Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti
yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi
salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut.
Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya
terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan
Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik
bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan
membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap
bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh
kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi
serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
Dengan tubuhku, aku bisa
berlari.
2
3
Dengan tubuhku, aku bisa
meloncat tinggi.
4
5
Dengan tubuhku, aku bisa
menari.
6
Dengan tubuhku, aku bisa
berenang.
7
Dengan tubuhku, aku bisa ...
... melompat kecil.
8
Namun, dengan tubuhku, aku bisa
menendang.
9
Dengan tubuhku, aku bisa
melarikan diri.
10
Tetapi dengan tubuhku, ...
11
... aku tidak akan pernah bisa
terbang.
12
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami
mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu
program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak
dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Cerita Mein Körper diterjemahkan oleh Ute
Limacher-Riebold. © untuk terjemahan ini terdapat
pada Ute Limacher-Riebold, 2020. Beberapa Hak
cipta dilindungi dalam peraturan perundang-
undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan
izin 4.0. Berdasarkan Cerita Asli: My Body, oleh
Clare Verbeek, Thembani Dladla, Zanele Buthelezi.
© African Storybook Initiative, 2007. Beberapa
Hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-
undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan
izin 4.0.
Para Pembuat Cerita
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Tubuh kita
selalu aktif!
Benar, kan? | 140_Tubuhku_Tiara_Putri |
I
n
d
r
a
K
i
t
a
!
A
y
o
,
K
e
n
a
l
i
1
Level
Penulis:
Carole Bloch
Ilustrator:
Agus Sofyan (Ketua),
Didin Jahidin,
Agung Purwanto,
Riswan Widiarto,
Hervianna Artha
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
I
n
d
r
a
K
i
t
a
!
A
y
o
,
K
e
n
a
l
i
Penulis:
Carole Bloch
Ilustrator:
Agus Sofyan (Ketua),
Didin Jahidin,
Agung Purwanto,
Riswan Widiarto,
Hervianna Artha
Penerjemah:
Ranjy Ramadani
Ayo, Kenali Indra Kita!
Penulis
: Carole Bloch
Ilustrator
: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto,
Riswan Widiarto, Hervianna Artha
Penerjemah
: Ranjy Ramadani
Penelaah
: 1. Naifah
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan
Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra,
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa
pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan
penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak
mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan
bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga,
ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca
ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan
tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan
mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta
karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebuda
yaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah
program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN).
Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti
yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi
salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut.
Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya
terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan
Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik
bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan
membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap
bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh
kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi
serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
Dengan
hidungku, ...
2
... aku bisa mencium
bau kaus kaki kotor.
Huh!
3
Aku juga bisa
mencium aroma
bunga-bunga.
4
Dengan mataku,
aku melihat sebuah
balon terbang.
5
Aku juga melihat
seekor kucing
yang bergembira.
6
Dengan lidahku,
aku bisa merasakan
asinnya air laut.
7
8
Aku juga bisa
merasakan jeruk
yang manis dan segar.
9
Dengan tanganku, ...
10
... aku dapat
menggenggam
tanganmu.
11
12
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan
Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional
melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing
ke dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Cerita
diterjemahkan oleh Maha AlAmri. ©
untuk terjemahan ini ada pada African Storybook
Initiative, 2002. Beberapa hak cipta dilindungi
dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan
dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan
cerita asli: Let’s Go, oleh Carole Bloch. © African
Storybook Initiative, 2002. Beberapa hak cipta
dilindungi dalam peraturan perundang-undangan.
Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0.
Para Pembuat Cerita
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Ayo, ujilah indra
perasamu!
Ayo, Kenali
Indra Kita! | 141_Ayo_Kenali_Indera_Kita_Ranjy_Ramadani |
Penulis:
Venkataraghavan Subha Srinivasan
Ilustrator:
Agus Sofyan (Ketua),
Didin Jahidin,
Agung Purwanto,
Riswan Widiarto,
Hervianna Artha
D
e
n
g
a
r
k
a
n
Suar
a
A
y
a
h
,
Y
u
k
!
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
3
Level
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Penulis:
Venkataraghavan Subha Srinivasan
Ilustrator:
Agus Sofyan (Ketua),
Didin Jahidin,
Agung Purwanto,
Riswan Widiarto,
Hervianna Artha
D
e
n
g
a
r
k
a
n
Suar
a
A
y
a
h
,
Y
u
k
!
Dengarkan Suara Ayah, Yuk!
Penulis
: Venkataraghavan Subha Srinivasan
Ilustrator
: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha
Penerjemah
: Neysa Putri Ardianti
Penelaah
: 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat
Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama
tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak
yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui
kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami,
menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai
tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai
pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan
bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa
asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam
setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah
dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan
bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Suuut. Kalian lihat sosok itu?
Itu ayahku yang sedang tertidur.
Agar bisa lebih mengenalnya, kalian harus
menggunakan telinga kalian dengan baik.
Dengarkan suara Ayah dengan saksama.
Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi
serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
Z
Z
Z
ZZ
Z
Z
Z
Z
Ketika tidur, Ayah meniupkan
napas pelan seperti angin meniup
dedaunan. Aku bisa meniru
suaranya dengan menangkupkan
tangan ke mulut, lalu meniup-niup.
“Huh-hah-huh-hah.”
Kadang, Ayah mendengkur
keras bagai guntur yang
bergemuruh. Aku pun
menirunya dengan mendengkur
seperti babi, lalu mendengus
seperti kuda. “Ngoook-sssh-
ngoook-sssh.”
2
Ketika Ayah bangun, Ayah meregangkan tangan dan kakinya.
Suaranya sama seperti suara kertas yang disobek-sobek.
“Krek-srek-krek-srek.”
Saat Ayah berdiri, terdengar
bunyi gemeretak sendi dan
tulangnya bagai kain
yang dientak-entakkan.
Suaranya mirip jari-
jariku saat dijentikkan.
“Ctik-ctak-ctik-ctak.”
Ctik
ctak
ctak
ctik
Krek
Srek
Krek
Srek
3
Waktu makan, Ayah mengunyah dengan mulut terbuka lebar dan
mengecap keras. Suaranya mirip suara kakiku saat berlari di jalan becek.
“Clak-plak-clak-plak.”
Suara Ayah memakan
kerupuk terdengar
renyah seperti suara
kakiku yang menginjak
dedaunan kering yang
berserakan di tanah.
K
ri
u
k
-
k
r
i
u
k
-
k
r
i
u
k
.
Clak
plak
clak
plak
“Kriuk-kriuk-kriuk-kriuk.”
4
Ketika Ayah minum, jakunnya terlihat bergerak naik
dan turun. Sayup-sayup, terdengar suara air yang
mengaliri pangkal tenggorokannya.
Suaranya mirip suara yang kudengar ketika aku
membenamkan kepala di air.
“Blup-blup-blup.”
5
Selesai makan, Ayah bersendawa,
tandanya ia puas menikmati makanan.
Suara berserdawa Ayah mirip suara roda
lori yang berjalan di jalan menanjak.
“Groook!”
6
Jika Ayah berserdawa keras sambil buang angin,
berarti perutnya sakit karena makan terlalu cepat.
Aku bisa menirukan suara ini dengan menggembungkan
pipi, lalu meniup sambil menutup mulut.
“Preeet.”
“
P
r
e
e
e
t
!
”
7
Jika terdengar suara serot dari hidungnya, berarti Ayah sedang
pilek. Ayah lalu mengembuskan napasnya keras-keras untuk
membersihkan ingusnya. Suaranya mirip kaki kursi yang diseret
di permukaan lantai. “Serooot!”
Jika pileknya makin parah,
hidung Ayah jadi tersumbat.
Ia bernapas lewat mulutnya
seperti aku saat terengah-engah.
“Ngos-ngos-ngos-ngos.”
8
Suara Ayah sangat keras. Saat tertawa, suaranya
bergaung hingga rumah tetangga seperti cekikikan
monyet, tetapi selantang raungan harimau.
“Ha ha ha!”
“
H
a
h
a
h
a!
”
9
Suara Ayah yang paling kusuka bukanlah
suaranya sendiri. Suara yang kusuka adalah
suara yang muncul saat bibirnya mengecup
keningku. “Emmuah!”
“
E
m
m
u
a
h
!”
10
Gelombang suara masuk melalui
liang telinga menuju gendang telinga.
Gendang telinga menghantarkan
getaran suara ke telinga tengah dan
berlanjut ke telinga dalam. Telinga
dalam berbentuk seperti rumah siput
yang disebut koklea. Di dalamnya
terdapat ribuan sel rambut halus.
Sel-sel rambut menangkap getaran
suara, lalu meneruskannya ke otak
agar kita dapat mengenalinya.
Bagaimana Telinga Mendengar Suara?
telinga luar
daun telinga
gendang telinga
telinga tengah
telinga dalam
11
Pada orang dengan gangguan pendengaran, sel-sel rambut di dalam
koklea mengalami kerusakan. Hal itu bisa terjadi karena usia mereka
yang sudah tua atau kecelakaan dan menderita sakit.
Alat bantu dengar adalah perangkat elektronik yang dipasang
di telinga untuk memperkuat pendengaran.
12
mikrofon
pengeras
suara
(speaker)
cetakan
telinga
(earmold)
Seperti Apa Alat Bantu Dengar Itu?
Alat bantu dengar berukuran sangat
kecil sehingga bisa dimasukkan atau
diselipkan di belakang telinga. Alat itu
terdiri atas tiga bagian, yaitu mikrofon,
penguat suara, dan pengeras suara.
1. Suara memasuki alat bantu dengar
melalui mikrofon.
2. Mikrofon meneruskan suara ke
amplifier yang berfungsi untuk
memperkuat dan memperbesar
sinyal suara.
3. Terakhir, pengeras suara
menghantarkan sinyal suara dari
amplifier menuju ke saluran telinga.
pengait (ear hook)
baterai
penguat suara
(amplifier)
13
Adakah kawan atau saudaramu yang memiliki
gangguan pendengaran? Ajak mereka memeriksakan
diri ke dokter spesialis THT (Telinga, Hidung,
Tenggorokan) di kotamu.
14
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan
dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional
sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan
cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Cerita My Appa and His Sounds ditulis oleh Venkataraghayan Subha
Srinivasan, © Pratham Books, 2020. Beberapa Hak Cipta dilindungi
dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC
menggunakan izin 4.0.
Kredit Lainnya: My Appa and His Sounds telah dipublikasikan di
StoryWeaver oleh Pratham Books. Penyusunan buku ini didukung oleh
CISCO. www.prathambooks.org. Penata Artistik Tamu: Samidha Gunjal.
Para Pembuat Cerita
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Aku senang mendengar
suara-suara dari mulut Ayah.
Ada satu yang paling kusuka!
Bagaimana denganmu?
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
D
e
n
g
a
r
k
a
n
Suar
a
A
y
a
h
,
Y
u
k
! | 142_Dengarkan_Suara_Ayah_yuk_Neysa_Putri_Ardianti |
Penulis:
Joseph Sanchez Nadimo
Ilustrator:
Agus Sofyan (Ketua),
Didin Jahidin,
Agung Purwanto,
Riswan Widiarto,
Hervianna Artha
2
Level
seram
Hutan
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Penulis:
Joseph Sanchez Nadimo
Ilustrator:
Agus Sofyan (Ketua),
Didin Jahidin,
Agung Purwanto,
Riswan Widiarto,
Hervianna Artha
seram
Hutan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Hutan Seram
Penulis
: Joseph Sanchez Nadimo
Ilustrator
: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto,
Riswan Widiarto, Hervianna Artha
Penerjemah
: Khairina Eka Kurnia
Penelaah
: 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan
Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra,
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa
pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan
penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak
mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan
bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga,
ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca
ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan
tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan
mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta
karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebuda
yaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah
program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN).
Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti
yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi
salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut.
Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya
terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan
Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik
bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan
membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap
bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh
kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi
serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
Ada banyak ular di sekitar desa Nyare.
Ular paling besar bernama Lego. Ia mampu
menelan utuh seekor kambing dan domba.
2
Suatu hari, Apiyo, Ajoh, dan Atieno hendak pergi
ke hutan untuk mencari kayu bakar.
Nenek mengingatkan, “Hati-hati dengan
Lego. Ambil kayu bakar saja.”
Sayang, Ajoh tidak memperhatikannya.
3
Ketiga saudara itu membawa bekal makanan,
tali, dan sebuah golok tajam.
Apiyo berkata, “Aku yang paling tua jadi
kalian harus mendengarkanku.”
Mereka bercerita dan tertawa selama
perjalanan. Tiba-tiba, Apiyo berkata,
“Diam! Sekarang, kita berada di dekat
sarang Lego.”
4
Atieno berkata, “Ini adalah gigi emas
milik Lego. Ayo, kita bawa pulang!”
Apiyo mengingatkan mereka, “Ingat
pesan Nenek. Kita hanya boleh mengambil
kayu bakar.”
5
“Nenek tidak akan tahu. Aku akan
mengambil gigi emas itu,” kata Ajoh.
Apiyo dan Atieno tidak senang
mendengarnya.
6
Lego datang mencari gigi emasnya
dan dia tidak menemukan giginya.
Lego berkata, “Orang yang telah
mengambil gigiku akan merasakan
akibatnya.”
?
?
?
!
!
7
Dalam perjalanan pulang, tiga kakak-
beradik itu mendengar suara, “Sssis!”
Terlihat Lego menghadang dengan
mulut terbuka lebar, siap menelan mereka.
S
s
s
i
s
8
Lego bertanya, “Siapa yang
mengambil gigi emasku?”
Namun, tidak ada yang
menjawab.
Lego melanjutkan, “Orang
yang tidak bersalah pasti bisa
bernyanyi dengan baik. Sementara
itu, pencuri tidak akan bisa.”
9
Apiyo bernyanyi, “Bukan aku! Bukan aku
yang mengambil gigimu! Yang mencurinya ada
di dekatku!”
Atieno juga bernyanyi dengan baik.
Namun, Ajoh bernyanyi dengan buruk dan
liriknya tidak terdengar.
Lego membentak, “Bernyanyilah seperti
saudaramu!” Lego tahu Ajohlah yang mencuri
gigi emasnya.
10
Lego pun menelan Ajoh. Kedua
saudara Ajoh berlari ke rumah untuk
menceritakan apa yang telah terjadi.
Nenek berkata dengan sedih, “Aku
sudah peringatkan, andai saja Ajoh
mendengarkanku.”
11
12
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Cerita: The Evil Forest ditulis oleh Joseph Sanchez
Nadimo, © African Storybook Initiative, 2015.
Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan
perundang-undangan.
Diterbitkan
dengan
CC
menggunakan izin 4.0.
Kredit Lainnya: Buku ini telah dipublikasikan di
StoryWeaver oleh African Storybook Initiative.
Para Pembuat Cerita
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Tiga kakak-beradik pergi
ke hutan untuk mencari kayu
bakar, tetapi hanya dua dari
mereka yang pulang ke rumah.
Apa yang terjadi dengan
saudara ketiga?
seram
Hutan | 143_Hutan_Seram_Khairina_Eka_Kurnia |
Penulis:
Ashish Kumar Trivedi
Ilustrator:
Agus Sofyan (Ketua),
Didin Jahidin,
Agung Purwanto,
Riswan Widiarto,
Hervianna Artha
2
Level
KOKOKAN
AYAM
JAGO
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Penulis:
Ashish Kumar Trivedi
Ilustrator:
Agus Sofyan (Ketua),
Didin Jahidin,
Agung Purwanto,
Riswan Widiarto,
Hervianna Artha
KOKOKAN
AYAM
JAGO
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Kokokan Ayam Jago
Penulis
: Ashish Kumar Trivedi
Ilustrator
: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto,
Riswan Widiarto, Hervianna Artha
Penerjemah
: Dessy Listyarini
Penelaah
: 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan
Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra,
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa
pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan
penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak
mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan
bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga,
ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca
ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan
tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan
mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta
karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebuda
yaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah
program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN).
Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti
yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi
salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut.
Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya
terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan
Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik
bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan
membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap
bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh
kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi
serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
Dahulu, ada seorang petani
yang memelihara seekor ayam jago.
1
Setiap pagi,
dia bisa bangun karena
suara kokok ayam
peliharaannya.
2
Lalu, petani itu pergi bekerja di ladang.
3
Dia selalu bekerja keras. Tanaman yang
ditanamnya pun selalu tumbuh subur.
4
Kali ini pun demikian. Dia menabur
benih dengan teratur.
5
Keesokan harinya, petani itu berencana pergi
ke ladang untuk menyirami benih-benih yang
sudah ditanamnya.
Namun, ternyata, ayam jago
peliharaannya jatuh sakit. Dia tidak
bisa berkokok. Petani itu pun bangun
terlambat karena tak mendengar
suara kokok ayamnya.
6
Ketika dia terbangun,
hari sudah siang.
7
Petani itu segera beranjak
dari tempat tidur dan pergi
ke ladangnya.
8
Para petani lainnya menanyakan
padanya mengapa dia terlambat.
Lalu, petani itu menjawab, “Hari ini
ayam jagoku tidak berkokok.”
9
Mendengar jawaban itu, para petani
yang lain tertawa terbahak-bahak.
“Jika ayam tidak berkokok, matahari
tetap muncul, ‘kan?”
10
11
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Cerita: Chicken Bang Diterjemahkan oleh Vandita
Sharma, © untuk terjemahan ini ada pada Vandita
Sharma, 2021. Beberapa hak cipta dilindungi dalam
peraturan perundang-undangan. Diterbitkandengan
CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan Cerita Asli:
‘मुग_क_बांग,’ oleh Ashish Kumar Trivedi, © Ashish
Kumar Trivedi, 2017. Beberapa hak cipta dilindungi
dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan
dengan CC menggunakan izin 4.0.
Para Pembuat Cerita
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Kita harus lebih
sadar diri dan
mandiri.
KOKOKAN
AYAM
JAGO | 144_Kokokan_Ayam_Jago_Dessy_Listyarini |
Itu Asyik
Membaca
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Penulis:
Hello English
Ilustrator:
Agus Sofyan (Ketua),
Didin Jahidin,
Agung Purwanto,
Riswan Widiarto,
Hervianna Artha
4
Level
Membaca Itu Asyik
Penulis:
Hello English
Ilustrator:
Agus Sofyan (Ketua),
Didin Jahidin,
Agung Purwanto,
Riswan Widiarto,
Hervianna Artha
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Membaca Itu Asyik
Penulis
: Hello English
Ilustrator
: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha
Penerjemah
: Dessy Listyarini
Penelaah
: 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat
Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam
hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama
tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak
yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui
kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami,
menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai
tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai
pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan
bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa
asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam
setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah
dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan
bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Stefani dan Liam mendapat
kartu perpustakaan dari
Kakek. Mereka bisa meminjam
buku. Sayangnya, Stefani
dan Liam belum pernah
mengunjungi perpustakaan.
Mereka akhirnya menemukan
dunia yang penuh keajaiban
dan petualangan yang baru
pertama kalinya mereka alami.
Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi
serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
Kosa Kata dan Cara Pengucapan – Sebelum Membaca
menakjubkan
me-nak-jub-kan
Dunia bacaan adalah hal yang menakjubkan.
mengagumi
me-nga-gu-mi
Mereka mengagumi cerita dalam buku itu.
menarik
me-na-rik
Perpustakaan ini tampak menarik dan misterius.
hati-hati
ha-ti-ha-ti
Mereka memilih buku dengan hati-hati.
2
“Kalian mengeluh karena tidak ada yang bisa
dilakukan?” kata kakek.
“Ambil ini.”
“Apa itu, Kek?” tanya Stefani.
“Kartu perpustakaan. Kalian dapat berkunjung
ke perpustakaan dan meminjam buku di sana.
Sekali datang, kalian bisa meminjam
enam buah buku.”
3
“Membaca sangat baik untuk otak kalian.
Apalagi membaca itu sebenarnya sangat
menarik dan menyenangkan.
Kalian akan menemukan sebuah
dunia baru yang penuh dengan
hal-hal yang menyenangkan.”
4
“Apakah Kakek melantur lagi?” tanya Liam pada Stefani.
Liam adalah adik laki-laki Stefani.
“Siapa yang mengatakan bahwa membaca buku adalah hal yang
menyenangkan? Bagaimana dengan gim komputer atau bermain
di taman hiburan? Itu jauh lebih menyenangkan.”
“Aku tahu,” jawab Stefani.
“Namun, mungkin Kakek
benar. Membaca akan
bermanfaat untuk kita.”
5
Mereka pergi ke kota. Kemudian, mereka
langsung menuju perpustakaan.
“Aku tidak yakin ingin masuk
ke dalam,” gumam Liam,
“Aku akan menunggumu di luar.”
“Ayolah, di dalam pasti menyenangkan,”
bujuk Stefani sambil menggandeng tangan
Liam masuk ke dalam perpustakaan.
6
“Selamat datang di perpustakaan. Apakah ada yang bisa saya
bantu?” sambut penjaga perpustakaan.
“Ini adalah kali pertama kami ke perpustakaan,” jawab Liam.
“Kalau begitu, kalian tidak perlu sungkan. Silakan masuk,
aku akan membantu kalian untuk menemukan beberapa buku
menarik untuk dibaca.”
Stefani dan Liam akhirnya
melangkah memasuki
ruangan perpustakaan.
7
“Wah, buku ini tentang kartun dan perkembangannya
dari tahun ke tahun,” ujar Liam.
“Aku menemukan buku yang menjelaskan
tentang mimpi,” kata Stefani, “Judulnya Antara Kesadaran
dan Mimpi.” Judul buku itu terdengar menarik.
“Buku-buku itu mungkin
sedikit sulit untuk kalian
pahami,” ujar penjaga
perpustakaan.
“Mari kutunjukkan buku-
buku yang lebih mudah
untuk kalian baca
dan pahami.”
8
Stefani mengamati buku-buku
yang ada di deretan rak buku
di hadapannya. Ia berpindah
dari satu rak ke rak lainnya,
memilih setumpuk buku
yang ingin dibaca.
Liam duduk di pojok ruangan,
mengamati koleksi buku di
hadapannya dengan saksama
sebelum akhirnya memilih
buku-buku yang mau dia baca.
“Sepertinya kalian akan menyukai buku-buku ini,” ujar penjaga
perpustakaan sambil menunjukkan beberapa buku.
“Ini adalah buku-buku petualangan untuk anak-anak seusia kalian.”
“Lihatlah gambar-gambarnya, sangat mengagumkan!” seru Stefani.
“Aku suka gambar-gambar pesawat ini,” kata Liam.
9
“Apa kamu suka membaca tentang burung?” tanya Liam kepada
kakaknya. “Tidak,” jawab Stefani. “Apa kamu suka dongeng?”
Stefani akhirnya membaca mitos tentang dewa-dewa dan roh-roh
jahat, sementara Liam tenggelam dalam bacaan mengenai burung-
burung kesukaannya.
Mereka lalu bertukar buku,
sehingga Liam akhirnya membaca tentang
monster dan goblin, sedangkan Stefani
membaca mengenai burung yang terbang paling
cepat di dunia.
Tanpa terasa waktu berjalan sangat cepat ketika mereka
menikmati kegiatan membacanya.
Kedua kakak beradik itu sama-sama tidak menyadari bahwa
mereka telah menghabiskan waktu tiga jam di perpustakaan
sebelum pada akhirnya Liam melihat jam tangannya.
“Aku suka buku ini,” ujar Liam.
“Aku juga suka buku tentang burung ini”
seru Stefani.
11
“Ya ampun!” seru Liam. “Kita harus segera pulang
sebelum Kakek kebingungan mencari kita.”
“Baiklah, tapi kita harus segera memilih buku
yang akan kita pinjam,” kata Stefani.
Stefani dan Liam segera memilih
buku yang ingin mereka pinjam, lalu
menunjukkannya kepada penjaga
perpustakaan yang memberikan
stempel pada buku-buku tersebut.
“Kalian boleh membawa buku-buku
ini pulang. Waktu pengembaliannya
adalah tiga minggu dari sekarang.”
12
Stefani dan Liam segera pulang, dan sesampainya di rumah,
mereka lanjut membaca bukunya. Mereka juga minta maaf
kepada Kakek karena terlambat pulang ke rumah.
“Tidak apa-apa, anak-anak,” jawab Kakek.
“Kakek justru bisa menghabiskan waktu
lebih lama di perpustakaan.”
13
Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini setelah
membaca cerita di atas.
1. Apa yang diberikan kakek kepada
Stefani dan Liam?
2. Siapa yang menunjukkan kepada
Stefani dan Liam buku-buku
yang mungkin akan mereka sukai?
3. Jenis buku apa yang disukai Liam?
4. Jenis buku apa yang disukai Stefani?
5. Buku apa yang kalian sukai?
14
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan
dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional
sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan
cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Cerita Membaca The Wonderful World Of Reading oleh Hello
English, © untuk terjemahan ini ada pada Hello English, 2019.
Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-
undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0.
Para Pembuat Cerita
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Kakek Stefani dan Liam memperkenalkan
dunia baru kepada mereka, yaitu membaca.
Membaca Itu Asyik
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id | 145_Membaca_Itu_Asyik_Dessy_Listyarini |
Penulis:
Anuradha Sengupta
Ilustrator:
Agus Sofyan (Ketua),
Didin Jahidin,
Agung Purwanto,
Riswan Widiarto,
Hervianna Artha
2
Level
Perjalanan Janice
Pasar
Pecinan
ke
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Perjalanan Janice
Pasar
Pecinan
ke
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Penulis:
Anuradha Sengupta
Ilustrator:
Agus Sofyan (Ketua),
Didin Jahidin,
Agung Purwanto,
Riswan Widiarto,
Hervianna Artha
Penerjemah:
Ranjy Ramadani
Perjalanan Janice ke Pasar Pecinan
Penulis
: Anuradha Sengupta
Ilustrator
: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto,
Riswan Widiarto, Hervianna Artha
Penerjemah
: Ranjy Ramadani
Penelaah
: 1. Naifah
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan
Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra,
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa
pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan
penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak
mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan
bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga,
ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca
ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan
tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan
mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta
karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebuda
yaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah
program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN).
Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti
yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi
salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut.
Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya
terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan
Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik
bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan
membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap
bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh
kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi
serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
“Bangunlah, Janice!” seru Nenek.
Janice bangun dengan melompat
dari atas ranjangnya. Hari ini adalah hari
terakhir dia menginap di rumah Nenek Liu.
2
Janice berjanji kepada anggota
keluarganya yang tinggal di Surabaya untuk
membawakan oleh-oleh.
Namun, hingga saat ini, ia belum membeli
apa pun. Janice kemudian bertanya kepada
neneknya, “Nenek Liu, maukah menemaniku
ke pasar?”
3
Nenek Liu tinggal di daerah Singkawang,
Kalimantan Barat. Daerah itu juga dikenal
dengan sebutan kawasan pecinan.
Janice dan neneknya berangkat
untuk berkeliling di pasar pecinan.
Delman yang membawa mereka bergerak
tidak seimbang ke kiri dan ke kanan.
Roda kayunya berdecit
dan loncengnya berdering.
Aroma makanan yang sedap
memenuhi udara.
4
Tempat pemberhentian pertama adalah toko
Paman Lee. “Paman Lee, aku akan kembali
ke Surabaya besok. Kira-kira, oleh-oleh apa
yang bisa kubawa ke sana?” tanya Janice.
“Bagaimana dengan manisan buah plum
ungu ini?” tanya Paman Lee.
“Mmm! Manis dan asam! Kakakku pasti
suka,” jawab Janice.
5
Tempat selanjutnya adalah toko Paman
Chen.
“Paman Chen, besok aku akan kembali ke
Surabaya. Kira-kira, oleh-oleh apa yang bisa
aku bawa ke sana?” tanya Janice.
6
“Bagaimana jika jamur hitam ini?
Tambahkan ke dalam sup untuk
menyembuhkan flu,” jawab Paman Chen.
“Wow! Jamur ini tampak seperti telinga
yang hitam dan besar! Ibu pasti akan sangat
senang!” tutur Janice.
7
Sekarang waktunya pergi ke toko Paman Wong.
8
9
“Aku akan kembali ke Surabaya besok,
Paman! Menurutmu oleh-oleh apa yang bisa
kubawa?” tanya Janice.
“Bagaimana dengan lampion ini?” tanya
Paman Wong.
“Warnanya seperti bunga pohon flamboyan,
papaku pasti sangat suka,” kata Janice.
Setelah selesai berbelanja,
Janice pun merasa lapar. Nenek Liu
kemudian membelikan Janice sup
pangsit dan bakpao.
Janice langsung menyantapnya,
“Ini enak sekali.”
10
Setelah itu, Janice dan neneknya melewati
sebuah kuil, wangi dupa menyebar
dengan semerbak.
“Ketika orang-orang meninggal, mereka
akan menjadi arwah. Oleh karena itu, kita
menyalakan dupa untuk mereka, meminta
mereka untuk merestui perjalanan
hidup kita,” kata Nenek Liu.
11
Di sana ada sebuah aula yang besar, di dalamnya
tampak orang-orang sedang bermain mahyong.
Permainan itu menyebabkan bunyi ‘klak-klik’!”
di permukaan meja.
“Batu permainan itu menunjukkan naga, angin,
dan bunga,” kata Nenek.
“Permainan itu jauh lebih menyenangkan
daripada permainan engklek yang kumainkan,” ujar
Janice.
12
Saat di perjalanan menuju rumah, Janice melihat
seorang wanita yang sedang membaca koran.
Janice sontak bertanya, “Apakah koran ini
berbahasa Cina?”
“Ya benar,” kata Nenek Liu. “Itu adalah satu-
satunya koran berbahasa Cina di sini,” lanjutnya.
13
Ketika sampai rumah, Janice segera
mengemasi oleh-olehnya.
Nenek bertanya, “Janice, kamu telah membeli
oleh-oleh untuk semua orang, tetapi apa yang
akan kaubawa untuk dirimu sendiri saat pulang
nanti?”
“Aku akan membawa kenangan ini. Ini akan
menjadi hadiah terindah bagiku!” jawab Janice.
14
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Cerita
diterjemahkan oleh
Alyaa Alhetmi. © untuk terjemahan ini ada pada
EAA, 2017. Beberapa hak cipta dilindungi dalam
peraturan
perundang-undangan.
Diterbitkan
dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan cerita
asli Janice Goes to Chinatown, oleh Anuradha
Sengupta. © Pratham Books, 2017. Beberapa hak
cipta dilindungi dalam peraturan perundang-
undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan
izin 4.0.
Para Pembuat Cerita
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Janice pergi ke kawasan
Pecinan bersama neneknya.
Ayo, ikuti perjalanannya.
Perjalanan Janice
Pasar
Pecinan
ke | 146_Perjalanan_Janice_ke_Pasar_Pecinan_Ranjy_Ramadani |
1
Level
Penulis:
Madhav Chavan
Ilustrator:
Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin,
Agung Purwanto, Riswan Widiarto,
Hervianna Artha
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Penulis:
Madhav Chavan
Ilustrator:
Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin,
Agung Purwanto, Riswan Widiarto,
Hervianna Artha
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Senang dan Sedih (Serial Beri Tahu Aku Sekarang)
Penulis
: Madhav Chavan
Ilustrator
: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha
Penerjemah
: Yuni Annisah
Penelaah
: 1. Lovelyta Panggabean
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat
Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam
hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama
tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak
yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui
kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami,
menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai
tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai
pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan
bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa
asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam
setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah
dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan
bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi
serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
Mengapa bayi ini
menangis?
2
Dia menangis
karena lapar.
3
Mengapa anak laki-laki
ini bersedih?
4
Sepertinya, dia bersedih karena
sedang merindukan ayahnya.
5
Mengapa gadis
ini bergembira?
6
Dia bergembira karena
punya gaun baru.
7
Mengapa kakek
tertawa?
8
Kakek tertawa karena
membaca cerita yang
menarik.
9
Mengapa bibi
tersenyum?
Bibi tersenyum karena anak-
anak bibi sedang membaca
buku dengan tenang.
11
Seperti apa
perasaan bibi?
12
Menurutku, sepertinya
bibi sedang malu-malu.
13
14
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan
dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional
sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan
cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Cerita:
diterjemahkan oleh Mina Kim. ©
untuk terjemahan ini ada pada Mina Kim, 2017. Beberapa hak cipta
dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan
CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan Cerita Asli: Happy and Sad
(Tell Me Now Series), oleh Madhav Chavan. © Pratham Books, 2004.
Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan.
Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0.
Para Pembuat Cerita
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Sering kali seorang
anak yang penuh rasa
ingin tahu menanyakan
pertanyaan yang tak
ada habisnya kepada
orang tua. Serial "Beri
Tahu Aku Sekarang"
menjelaskan tentang
betapa menariknya
pertanyaan-pertanyaan
dan jawaban-jawaban
akan hal itu. Buku ini
bercerita mengenai
perasaan dan emosi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id | 147_Senang_dan_Sedih_Yuni_Annisah |
2
Level
Penulis:
Ashishkumar Trivedi
Ilustrator:
Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto,
Riswan Widiarto, Hervianna Artha
Tikus
C
e
r
d
i
k
yang
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Tikus
C
e
r
d
i
k
yang
Penulis:
Ashishkumar Trivedi
Ilustrator:
Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto,
Riswan Widiarto, Hervianna Artha
Tikus yang Cerdik
Penulis
: Ashishkumar Trivedi
Ilustrator
: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha
Penerjemah
: Defiyan Saputra Simbolon
Penelaah
: 1. Farah Rachmat
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama
tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak
yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui
kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami,
menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan LiterasiNnasional (GLN). Gerakan ini dimulai
tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai
pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan
bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa
asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam
setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah
dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan
bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi
serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
Ada seekor kucing gembul
dan seekor tikus kecil.
2
Si Kucing mengejar si Tikus.
Namun, si Tikus yang lincah selalu lolos.
3
Hingga pada suatu hari,
si Kucing berhasil memojokkan si Tikus.
4
Si Tikus pun
gemetar ketakutan.
5
Lalu, tiba-tiba si Tikus
menemukan jalan keluar.
6
Ia mulai melompat dan menyanyi.
"Tante Kucing, Tante Kucing,
Tante Kucingku sayang."”
7
Ketika melihat tingkah
laku si Tikus, si Kucing pun
merenung. Dia bertanya,
"Sejak kapan aku menjadi
tantemu?"”
8
Si Tikus menjawab, "Kau punya
saudara perempuan, bukan?"”
Si Kucing berpikir sejenak
lalu mengiyakan.
9
Si Tikus berkata bahwa saudara perempuan
si Kucing telah mengadopsinya. "Itu berarti,
kau adalah tanteku."”
10
Ketika mendengar hal itu,
si Kucing lalu memeluk si Tikus
dan membelainya dengan
penuh kasih sayang.
11
12
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan
dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional
sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan
cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Cerita Clever Mouse diterjemahkan oleh Sagar Prasad Yaday. © untuk
terjemahan ini berada pada Sagar Prasad Yadav, 2021. Beberapa hak
cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan
dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan Cerita Asli:
oleh Ashishkumar Trivedi, © Ashishkumar Trivedi, 2017. Beberapa hak
cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan
dengan CC menggunakan izin 4.0.
Para Pembuat Cerita
Tikus
C
e
r
d
i
k
yang
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Si Tikus berhasil
menjadikan si Kucing
sebagai tantenya.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id | 148_Tikus_yang_Cerdik_Defiyan_Saputra_Simbolon |
Penulis:
REFI IOE MOAHLOLI
Ilustrator:
VALENTINA KRIS UTAMI
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2
Level
Penulis:
REFI IOE MOAHLOLI
Ilustrator:
VALENTINA KRIS UTAMI
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Ada Alien di Rumahku
Penulis
: Refi Ioe Moahloli
Ilustrator
: Valentina Kris Utami
Penerjemah : Era Realita
Penata letak: M Rizal Abdi
Penelaah
: 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widar
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak
terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut
membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca
akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis,
menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah
menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016
dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi
salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya
bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris,
Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya
lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator
kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di
dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
“Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC
by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana
berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia”
Ada alien di rumahku.
Kami diserang!
2
Dinding-dinding rumah
berganti warna.
Ini pasti ulah alien.
Udara jadi hangat.
Ini pasti ulah alien.
Orang-orang asing
berdatangan.
Ini pasti ulah alien.
3
Aku harus mencari perlindungan.
Aku mendirikan sebuah benteng.
Ibu dan Ayah biasanya bermain
bersamaku, tetapi akhir-akhir ini
aku jadi tembus pandang.
Ini pasti ulah alien.
4
Aku sering mendengar
suara-suara aneh
di tengah malam.
Kami diserang!
Aku adalah tentara
Ini pasti ulah alien
5
1 langkah, 2 langkah ….
Aku adalah tentara.
3 langkah, 4 langkah ….
Siap untuk bertempur.
5 langkah, 6 langkah ….
Enyah kau, alien!
6
7 langkah, 8 langkah .…
Aku mendekati sasaran.
9 langkah, 10 langkah ….
Aku melihatnya denga
mata kepalaku sendiri.
7
Wah! Aku melompat terkejut.
Alien itu kecil dan …
Terlihat mirip denganku?!
8
Bagaimana bisa?!
Apakah makhluk mungil ini
benar-benar alien?
9
Mungkin alien itu tidak berbahaya.
Apakah alien itu bisa jadi temanku?
10
kami berdua sekarang adalah tentara
1 langkah, 2 langkah …
11
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Cerita There’s an Alien in My House ditulis oleh Refi Ioe
Moahloli. © Book Dash, 2019. Beberapa hak cipta dilindungi
dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan
CC menggunakan izin 4.0.
Kredit Lainnya:
Cerita ini There’s an Alien in My House telah diterbitkan
pada StroyWeaver oleh BookDash.
Para Pembuat Cerita
Ada Alien di Rumahku!
Apa yang akan kaulakukan jika ada alien di rumahmu?
Bertarung atau menjadikannya teman?
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id | 149_Ada_Alien_di_Rumahku |
.. ....
• • • •
,
.
1
KKLP Pengembangan Sastra
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Pengumpul Data:
Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk.
Seri Antologi Fabel Nusantara
Kisah Petualangan
Buaya dan Hewan
Lainnya
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta
rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/
atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/
atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Penerbit PT Elex Media Komputindo
KKLP Pengembangan Sastra
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Seri Antologi Fabel Nusantara
Kisah Petualangan
Buaya dan Hewan
Lainnya
Pengumpul Data:
Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk.
Kisah Petualangan Buaya dan Hewan Lainnya
Seri Antologi Fabel Nusantara
Kerja sama PT Elex Media Komputindo dan KKLP Pengembangan Sastra,
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
: Sastri Sunarti
Leni Mainora
Rosliani
Farah
Pengumpul Data:
Atisah, Desi Nurul Anggraini, Helmi Fuad, Ibrahim Sembiring,
Irawan Syahdi, Leni Mainora, Muawal Panji Handoko, Nurelide
Munthe, Nurhaida, Suyadi, Syahril, Riki Fernando, Tri Amanat,
Yuli Astuti Asnel, dan Zahriati
Ilustrasi dan Desain Cover : Krisna Putra
Layout
: Divia PermatasariHIEMHUUDEMGIIIDIDDGMEDII
hak Cipta Terjemahan indonesia
©2021 Penerbit PT elex media Komputindo
hak Cipta dilindungi oleh undang-undang
diterbitkan pertama kali oleh:
Penerbit PT elex media Komputindo
Kelompok gramedia-Jakarta
Anggota iKAPi, Jakarta
523006911
iSBN: 978-623-00-3029-1
dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
dicetak oleh Percetakan PT gRAmediA, Jakarta
isi di luar tanggung jawab percetakan
Cerita Benawang (Sang Buaya Putih)...................................2
Cerita Benawang (Sang Buaya Putih) Versi Lain.............5
Ular Siganding Tua....................................................................15
Asal Mula Biawak Kehilangan Bisa.....................................21
2
D
i Merakbatin, tepatnya di sekitar pemandian
air panas Merakbatin, ada orang melahirkan.
Dahulu itu tidak ada bidan, adanya dukun
beranak. Dukun beranak yang menunggu lahir
nya anak itu belum mengetahui ada cicak di
pusar bayi. Ketika dia ingin memandikan bayi,
dilihatnya ada cicak. Nah dikatakan nenek anak
itulah, “Itu ada cicak di pusar bayinya.” Diambillah
cicak itu. Ditaruhnya di baskom ukuran sedang
yang diisi air. Berenanglah cicak itu. Bayi itu
dimandikannya. Mereka ingin melihat cicak itu
bisa membesar atau tidak. Cicak itu dimasukkan
ke dalam bak. Kemudian besoknya ia semakin
membesar dan memenuhi baskom itu.
1 Diceritakan kembali oleh (Mertua Evi Maha Kastri), dituliskan
Evi Maha Kastri.
3
Selanjutnya, cicak
itu dibuatkan tem
pat seperti biduk se
panjang
bak.
Kata
Atumu, dahulu itu
pasu namanya. Pasu
adalah
kayu
yang
diberi lubang tengah
diberi air. Dimasuk
kannya di situ kemu
dian ia bertambah
besar seperti biduk.
Masih
saja
tidak
cukup cicak itu di
buatkan lagi bilik kolam supaya dia berenang di
sana itu. Dia berenang dan semakin lama semakin
bertambah dia besar. Kata buyut, “Sudahlah
lepaskan ini, bertambah besar ini. Ini Benawang
ini.” Diberi tandalah di dahinya dengan memakai
koin ringgit. Tanda putih itu berbentuk bundar
uang ringgit dipakukan mereka di dahinya agar
tidak hilang. “Kamu kunamakan Benawang.
Hal nenekmu jangan diganggu, ditolong boleh.
Jangan diganggu-ganggu jika dia sudah me
manggil namamu. Nenekku Benawang itu sudah
nenekmu ya darah dagingmu,” kata nenek bayi
itu. Jadi Benawang itu ya perempuan. Melimpah-
4
ruahlah dia. Sudah beranak-pinak entah di mana
tempatnya. Jika dipanggil, mereka akan keluar
juga di Tegineneng itu. Jika ada tanda putih di
dahinya, ya pasti Benawang namanya.
5
D
ahulu kala di Desa Merakbatin, tepatnya di
sekitar kolam pemandian air panas Merak
batin, ada seorang wanita yang berumur
30 tahunan yang bernama Rogayah, yang tengah
akan melahirkan. Proses persalinannya dibantu
oleh Nyaik Damin, seorang dukun beranak yang
lumayan terkenal di desa itu. Sudah dua hari
Nyaik Damin menunggui Rogayah, tetapi bayi
yang ditunggu belum juga ingin dilahirkan.
Malam ketiga, Nyaik Damin sudah merasa ke
walahan. Akan tetapi, malam itu Rogayah sudah
semakin sering mengerang kesakitan. Tampaknya
tidak lama lagi wanita ini akan melahirkan. Ibu
2 Diceritakan kembali oleh Evi Maha Kastri
6
dari Rogayah, ibu mertuanya, dan kakak iparnya
yang ikut menemani di kamar itu terlihat tegang.
Sementara sang suami duduk di ruang tengah
dengan penuh gundah-gulana. Berkali-kali Roga
yah berteriak dan terus mengejan. Berkali-kali
pula Nyaik Damin mengingatkan agar wanita
itu untuk tidak mengejan sebelum waktunya.
Dengan sabar dan sambil berdoa dalam hati,
Nyaik Damin memijat-mijat kepala Rogayah dan
memerintahkan Rogayah agar tetap mengarah
kan pandangan ke arah perut. Kemudian Nyaik
Damin dengan sigap mengurut perut dengan
mendorong ke arah bawah. Lantas Nyaik Damin
berkata, “Ini dia sudah lahir. Laki-laki bayimu,
Yah.” Terdengar tangisan bayi dengan sangat
kencang. Tak lama kemudian, suaminya ikut
masuk. Mendengar bayinya menangis kencang,
Rogayah pun terlihat lega.
Ketika bayi akan dimandikan, Nyaik Damin
belum mengetahui ada cicak yang menempel
di pusar bayi. Nah nenek dari sang bayi yang
ikut menyaksikan persalinan anaknya berkata,
“Lihat, itu ada cicak di pusar cucuku.” Dengan
tenang Nyaik Damin mengambil cicak itu dan
menaruhnya ke dalam baksom kecil yang telah
diisi air. Berenanglah cicak itu.
8
Selanjutnya dimandikannyalah bayi itu. Setelah
dimandikan dan dipakaikan baju, bayi dise
rahkan Nyaik kepada ayahnya, Derani, untuk
dikumandangkan azan pada telinganya. Selanjut
nya, Derani menyerahkan anaknya itu kepada
istrinya untuk disusui. Nyaik Damin merasa lega
karena tugasnya hampir selesai.
Setelah membungkus ari-ari yang akan segera
dikuburkan, Nyaik Damin tertegun sebentar
dan masih menaruh curiga pada cicak yang me
reka temukan itu. “Lihatlah, mengapa cicak ini
semakin memanjang dan membesar?” Bisik ibu
Rogayah pada Nyaik Damin. Mereka tak ingin
Rogayah mengetahui hal itu. Selanjutnya, sambil
memindahkan cicak pada baskom kedua yang
ukurannya lebih besar, Nyaik Damin berkata
“Kita lihat besok pagi, ya. Cicak ini bisa membesar
lagi atau tidak.” Dilihat mereka cicak itu bisa
berenang dalam air. Karena malam semakin
larut, Nyaik Damin berpamitan dan berpesan
bahwa esok pagi ia akan datang lagi.
Keesokan paginya, setelah salat subuh dan
ketika kabut masih memutih, Nyaik Damin kem
bali datang. Nyaik ini masih saja teringat pada
cicak yang mereka tinggalkan semalam. Pintu
diketuknya dan salam pun diucapkannya. Yang
9
membalas salam dan membukakan pintu adalah
ibu dari Derani.
“Apa kabar? Sehatkah cucumu?” tanya Nyaik
Damin.
“Alhamdulillah, sehat. Ibunya pun sehat. Tapi
yang di baskom itu, membuat kita jadi kurang
sehat,” lanjut ibu Derani.
Mereka berdua pun bergegas menuju belakang
rumah. Sekali lagi Nyaik terkaget-kaget. Cicak
yang mereka tinggalkan selama enam jam itu
sudah membesar tiga kali lipat dari ukurannya
semula. Wadah air itu tidak lagi bisa menampung
cicak. Ekornya pun sudah menjuntai ke luar
pinggir baskom.
Derani yang baru salat subuh pun ikut
menyaksikan keanehan itu.
“Mengapa bisa begini? Apa dosaku ya Allah?”
tanyanya dalam hati. Sambil beristighfar ber
ulang-ulang dengan matanya yang berkaca-
kaca, Derani memindahkan cicak yang kira-kira
beratnya hampir seberat beras sepuluh kilo itu ke
dalam bak mandi mereka.
Menyaksikan hal itu, kedua nenek dari sang
bayi jadi bersedih. “Sudahlah Derani, hal ini tidak
bisa disesali, uruslah dia seperti kau merawat
saudara laki-lakinya,” nasihat ibu mertua kepada
Derani.
10
Derani pun melanjutkan pekerjaannya di hala
man rumah. Ia memeriksa minyak lampu yang
menerangi tempat di mana ari-ari bayinya diku
burkan. Sementara itu, Nyaik Damin memandu
Rogayah untuk belajar memandikan bayi. Tanpa
sengaja, Rogayah berjalan menuju kamar mandi
belakang. Ia bermaksud mengambil air untuk me
nambah air mandi untuk bayinya. Betapa kaget
nya Rogayah dan ia pun berteriak.
“Emak!! Tolong, ada buaya Mak!”
Sang mertuanya pun mengajak Rogayah masuk
ke dalam. Mertuanya pun memberi pengertian
dan menjelaskan apa sesungguhnya yang terjadi.
Rogayah bisa menerima kenyataan yang ada
meskipun dengan berat hati.
Selang beberapa jam kemudian cicak yang tadi
nya berukuran setengah meter mendadak men
jadi lebih besar dua kali lipat dari ukuran semula.
Cicak hampir memenuhi bak mandi itu. Rogayah
tak kuasa menahan tangisnya ketika menyaksikan
hal itu. Sambil terisak ia berkata, “Tolonglah dia,
kumohon buatkan tempat yang lebih nyaman
baginya. Dia anakku, dia darah dagingku.”
Selanjutnya, Derani dan adiknya membuat
biduk dari batang pohon. Dahulu itu biduk itu di
namakan pasu. Pasu itu adalah kayu yang diberi
lubang tengah. Dalam waktu dua hari biduk itu
11
dapat terselesaikan. Setelah selesai, biduk diberi
air. Dengan dibantu adiknya Derani mengangkat
cicak untuk dimasukkan ke dalam biduk.
Hari kedua, ternyata cicak itu bertambah besar
dan panjangnya sudah hampir seperti panjang
biduk. Tak kehabisan akal, Derani dan saudara-
saudaranya bertekad membuat kolam. Karena
ingin anaknya tetap bisa hidup nyaman, ayah sang
bayi membuatkan kolam dekat rumah mereka.
Mereka menggali tanah bersama-sama selama
tiga hari. Kali ini usaha sangat maksimal. Kolam
dibuat sepanjang empat meter dan lebarnya tiga
meter.
Setelah kolam selesai, cicak dipindahkan me
reka ke kolam kecil itu. Cicak tampak lebih leluasa
berenang di kolam itu. Hari berganti hari, cicak
pun semakin membesar dan lebih membesar.
Panjangnya sudah mencapai dua meter. Kulitnya
pun sudah berubah menyerupai kulit buaya, tetapi
cenderung berwarna putih.
Derani sangat kalut. Dan ia memutuskan ber
tukar pikiran dengan saudara-saudaranya.
“Bagaimana ini? Mengapa ia semakin membesar
dan kulitnya sudah serupa dengan kulit buaya?”
tanya Derani pada kakaknya.
“Iya, ternyata kolam yang kita buat masih saja
tidak layak baginya,” sahut adiknya.
12
“Saya tahu sudah berkali-kali Derani memin
dahkan anaknya ke tempat yang lebih besar. Dan
usaha terakhirnya adalah membuatkan kolam
yang lebih luas supaya dia berenang di sana. Saya
punya solusi bagaimana kalau kita lepaskan saja
dia ke alam bebas?” usul kakak Derani.
Derani sontak tercengang dan berseru, “Dia
tidak mungkin kulepaskan. Dia anakku. Umurnya
pun baru satu bulan.”
Lalu kakak Derani menjawab, “Kamu harus
mengikhlaskan anakmu untuk pergi. Tidak baik
baginya jika selalu dikurung. Dia butuh kebebasan.”
Lantas ibu Derani menimpali, “Sudahlah lepas
kan saja dia. Dia pasti akan bertambah besar lagi.
Ini Benawang, ini.”
Kemudian, mereka memberi tanda di dahinya.
Tanda putih itu adalah uang ringgit yang dipa
kukan di dahinya agar Benawang gampang dike
nali. “Kamu kunamakan Benawang. Perihal nenek
moyangmu tolong jangan diganggu-ganggu. Jika
mereka minta pertolongan, tolonglah mereka.
Jangan diganggu jika mereka sudah memanggil
namamu,” kata nenek bayi itu.
Akhirnya, orang tua sang bayi memutuskan
untuk melepaskan Benawang ke habitat yang
lebih luas. Sebelum dilepas, Nyaik Damin ber
seru sambil mengusap dahi Benawang, “Namamu
13
14
Benawang, kamu akan dibebaskan. Jika bertemu
dengan ahli familimu, tolong jangan diganggu-
ganggu!”
Dengan berat hati, keluarga Derani melepas
kan Benawang ke Sungai Tegineneng. Ternyata
Benawang itu adalah buaya betina. Semakin lama
semakin banyaklah anak Benawang. Yang mem
bedakan keturunan Benawang dengan buaya-
buaya lain adalah warna kulitnya yang putih
keabuan dan ada tanda putih pada dahinya.
Konon, Benawang Sang Buaya Putih sesekali
menampakkan dirinya di Sungai Tegineneng.
15
Z
aman dahulu kala, hiduplah seorang anak
perempuan bernama Sope Mbelin. Dia
terkenal sangat nakal di kampungnya.
Orang-orang dibohongi, diganggu, barang orang
lain dicurinya. Jadi semua orang-orang sudah
merasa sakit hati karena ulahnya. Jadi anak
anjing pun dibunuhnya. Akhirnya ia diusir orang
kampung. Pergilah ia ke hutan belantara. Dengan
perasaan senang dan sambil bermain-main di
tengah hutan belantara, tak terasa perut sudah
mulai lapar. Lalu berjumpalah ia dengan seekor
harimau.
“Wah cepat sekali kamu mendapatkan ma
kanan ya, cucu. Aku sudah lama belum makan.
3 Diceritakan kembali oleh M. Yahmin Sinulingga. Daerah asal:
Desa Lingga, Kabupaten Karo.
16
Coba berikan dulu tanganmu biar aku lihat,” kata
Harimau.
Sope Mbelin memberikan tangannya untuk
dilihat Harimau.
“Ihh kamu manusia bukan untuk dimakan,” kata
Harimau. “Kamu bukan untuk dimakan. Lebih
tinggi tubuhmu dari aku. Kalau kamu kumakan
aku akan mendapat sial tidak bisa makan lagi.
Kalau begitu mari kita pergi bersama nanti kamu
akan kuberi makan,” kata Harimau.
Harimau pun pergi ke hutan untuk berburu.
Dan dari hasil perburuannya, Harimau dapat
seekor Rusa kemudian diberikan ke Sope Mbelin
tadi. Rusa itu dimakannya mentah-mentah,
tidak memedulikan sekelilingnya. Semua kera
menatapnya, semua beruk menatapnya, semua
mawas menatapnya. “Mengapa ada manusia di
hutan belantara ini?” kata Mawas. “Kitapun takut
jadinya,” celetuk Mawas.
Kemudian datang semua babi melihat Sope
Mbelin. Datang harimau bersama hewan-hewan
tadi, diberikannya ke Sope Mbelin tadi. Dimakan
nya mentah-mentah. Dia tidak perduli dengan
sekelilingnya, semua kera memandangnya, semua
beruk melihatnya dan semua Mawas melihat Sope
Mbelin tadi.
17
“Mengapa ada manusia di tengah hutan belan
tara ini? tanya Mawas. “Kita juga jadi takut me
lihatnya,” imbuh Mawas.
Kemudian semua babi datang melihat Sope
Mbelin, harimau datang bersama hewan-hewan
yang lain, “Kalian berilah dia makan. Kalian urus
bagaimana supaya bagus.” Harimau berpesan
kepada semua hewan yang hadir pada saat itu.
Setelah beberapa hari berlalu, datanglah se
orang raja tengah berburu di tengah hutan. Tak
sengaja dia melihat Sope Mbelin sudah tumbuh
remaja sangat cantik jelita. Wajahnya menguning
bagaikan sinar matahari terbit. Kulitnya putih
bersinar bagaikan bulan purnama. Tapi pikiran
nya tidak secantik wajahnya. Raja bertanya kepada
Mberu Sope Mbelin “Apakah kamu mau menjadi
menantuku?” tanya Raja.
Beru Sope Mbelin mengatakan bersedia men
jadi menantu raja, “Asalkan buatkan aku tempat
duduk dari emas.” Jawab Sope Mberu Mbelin.
“Aku bisa membuat tempat dudukmu dari emas
asalkan engkau bersedia menjadi menantuku,”
sahut Raja.
Akhirnya Raja membawa Sope Mbelin. Semua
hewan yang ada di hutan ikut ke istana raja. Se
sampainya di istana mereka disambut oleh Raja
yang bernama Raja Beak Cinggalung. Acara pe
19
nyambutan rombongan tersebut diketahui anak
raja di kerajaan si Liang Kembang Kembung. Dia
juga melihat kecantikan si Sope Mberu Mbelin dan
merasa lebih baik untuk menikahi Sope Mbelin.
Raja mengatakan semua hewan-hewan yang
mendampingi Sope Mbelin sudah boleh pergi.
“Gajah, Harimau, Kera, bagaimana kalau nanti kita
dibodohinya, tapi kurasa sudah dibuat pestanya,
kita tangkap kita bawa kembali ke hutan, biar kita
tidak kena tipu lagi, kalau ditipu juga kita akan
bunuh aku yang makan,” kata Harimau.
Ketika pesta sudah diadakan, datang suruhan
Raja Beak Cinggalung menanyakan apakah upah
nya sama untuk Sope Mbelin. Ternyata Sope
Mbelin membawa pemberian hadiah dari kedua
raja tersebut. Kemudian Sope Mbelin melarikan
diri ke hutan dengan membawa harta dari kedua
raja dan bertemu Umang.
“Apakah kamu tidak takut dengan dosa-dosa
mu?” tanya Umang. Kamu bisa diampuni jika
bertapa dalam gua ini.
Sope Mbelin dibawa Umang untuk bertapa di
gua, akhirnya kepala Sope Mbelin menjadi ular.
Orang-orang mengatakan ular Sigandeng Tua.
Karena kejadian ini dia bertobat dan berdoa
supaya bisa kembali lagi, tapi sudah terlambat
dia tidak bisa kembali lagi menjadi manusia. Lagi
20
pula dia jumpa dengan ular Siganding Tua lainnya.
Tapi datang seorang anak laki-laki yang bernama
Terbaba Mbelin yang masih kecil pergi ke hutan
belantara untuk mencari ranting-ranting. Tak
sengaja Terbaba Mbelin jumpa dengan ular
Siganding Tua yang tidak bisa keluar dari gua
sangking besarnya badan susah untuk bergerak.
“Aku sudah tidak bisa keluar lagi,” kata Nipe
Siganding Tua. “Apa boleh buat badan terlalu
besar dan karena dosaku juga, badan tidak bisa
bergerak lagi. Tapi tolong ambil cincin dari mulut
ku, ya,” kata Nipe Siganding Tua. Menganga lebar
mulut ular itu, Terbaba Mbelin pun merasa ke
takutan. Dengan gemetar Terbaba Mbelin meng
ambil cincin yang langsung dipakainya. Cincin
ini disebut cincin Si Pinta-Pinta. Suatu saat nanti,
cincin Si Pinta-Pinta ini dapat dijadikan penawar
atau obat untuk orang yang sakit kalau digunakan
untuk kebaikan.
Cerita ini mengingatkan kepada orang-orang
kalau sudah kaya untuk jangan sombong jika tidak
mau seperti Nipe Siganding Tua. Begitulah cerita
rakyat ular Siganding Tua.
21
H
angatnya matahari membahana tiada ampun.
Daun kering semakin banyak berjatuhan
dari ranting. Tanah kering, rumput layu,
binatang banyak yang kelaparan. Air semakin
sulit ditemukan. Inilah yang ditakutkan banyak
penghuni hutan, saat musim kering. Untung
masih ada rahmat dan nikmat yang diberikan
tuhan. Air danau banyak yang tidak kering. Selain
berita musim panas atau musim kemarau yang
berkepanjangan. Ada juga berita yang lebih panas
dan memerahkan daun telinga penghuni hutan.
“Kau tahu? Semenjak saya bertemu dengan
pendatang baru dari lereng gunung itu semakin
sakit kepalaku melihatnya,” kata Katak hijau di
tepi danau dengan muka tidak senang.
4 Diceritakan kembali oleh S. Metron Masdison (Seniman)
22
“Ya, benar sekali itu, Katak. Saya pun merasa
hewan yang baru datang itu benar-benar sombong.
Berjalan di depan kita tidak mau menyapa, malah
dikeluar-keluarkannya lidah panjangnya itu,”
dibalas Siput yang bersungut-sungut sambil
memakan rumput di tepi danau.
Matahari di atas kepala, panas dunia sedang di
puncaknya. Begitu pula berita si pendatang baru
ini. Seisi hutan sibuk membicarakan perangainya.
Tersebutlah Biawak, binatang seperti Kijang yang
badannya kira-kira sejengkal manusia dewasa.
Semua penjuru negeri, semua makhluk tahu
siapa pendatang baru yang punya bisa berbahaya.
Tapi, bisa di lidahnya digunakan untuk pamer
sepanjang jalan. Sehingga ia merasa paling hebat
di muka bumi.
“Menyingkir, Biawak lewat!” kata Katak hijau di
tepi danau.
“Diam, diam (pelan-pelan) nanti dia tahu kalau
kita sedang membicarakannya.”
Dengan gaya khasnya, Biawak menepi ke air
danau. Dengan mulut yang terbuka lebar dia mulai
minum air danau dengan rakus.
“Apa yang kalian lihat? Kalian merasakan
bisaku? Seperti itu sekali kalian melihatku. Gak
senang kalian sama aku?” gertak Biawak sambil
mengeluarkan lidahnya sehingga terlihat bisa-
bisa yang bersarang dalam mulutnya si Biawak.
23
“Tidak Biawak. Bukannya saya tidak senang
melihatmu. Saya hanya menyarankan tolong ubah
perangaimu itu. Jangan berjalan seperti seorang
jagoan. Tidak baik dilihat. Nanti kalau tersinggung
binatang yang lebih berbisa dari kamu, bagaimana?
Kan kamu juga yang merasakan. Saya memang
benar seekor katak yang tidak berdaya. Tapi, apa
yang saya katakan untuk menjaga kamu juga,” kata
Katak dengan raut wajah yang paling bijaksana
yang dimilikinya.
“Betul apa yang dikatakan Katak. Saya pun
merasa kamu kurang tata karma. Berjalan tak
mau menyapa, malah mengeluarkan lidah sambil
memamerkan bisa. Dada kau busungkan, jalan
menyepak-nyepak, sementara kamu orang baru
di hutan ini,” sambung Siput yang berusaha
berbicara berani walau dengan keringat dingin.
“Saya jangan kalian ajari dengan nasihat.
Pantang bagi saya diajari mahkluk-mahkluk ren
dahan dan lemah seperti kalian. Urus diri masing-
masing. Hidup saya tak usah kalian usik,” balas
Biawak dengan nada keras sambil berbelok
meninggalkan danau.
Hari berputar, musim berganti. Tapi perangai
Biawak tidak berubah karena panas tidak lapuk
karena hujan. Biawak tidak juga mengubah pe
rangainya. Bahkan semakin menjadi-jadi. Kini
24
Biawak sudah mulai menyemburkan bisanya di
sembarang tempat. Bisanya diserak di batu, di
batang kayu, di semak-semak, bahkan di tepi air.
“Mengapa kok berserakan bisa kamu ini? Kalau
bisa kamu mengenai saya mudaratnya sangat
besar untuk saya. Saya tidak bisa kamu makan.
Membuat masalah di air keruh dengan kamu ini,”
kata Siput yang dari ke hari masih di danau.
“Suka-suka saya lah. Kalau pun kamu kena bisa
saya itu sudah nasibmu lah Siput. Asal kau tau aku
menebar bisa untuk menjadi tanda bagi penghuni
hutan ini di mana ada bisaku berarti itu daerah
kekuasaanku. Tidak bisa penghuni lain masuk ke
wilayah itu. Mengerti kau Siput?” dengan muka
dan mulut terbuka lebar seperti biasa. Biawak
berbalik arah melenting meninggalkan danau.
Karena tata krama si Biawak sudah berlebihan,
berkumpullah beberapa penghuni di hutan itu. Di
antaranya Siput, Katak, Ular, Lipan, Kalajengking
dan beberapa Semut.
“Selaku makhluk yang peduli dengan kese
lamatan isi hutan ini saya meminta saudara untuk
memberikan jalan keluar dari perangai biawak
yang semakin menjadi-jadi,” kata Katak Hijau
25
mulai berbicara memecah keheningan dengan
wajah bijaksana di tepi danau.
“Kalau kita biarkan saja perangai si Biawak,
bisa-bisa kita terusir dari hutan kita sendiri. Apa
kah saudara-saudara mau terusir dari kampung
sendiri yang menjadi tempat lahir dan besar kita
ini? Tidak, kan! Makanya kita harus ambil jalan
keluar untuk menundukkan perangai Biawak
yang telah membuat keselamatan penghuni hutan
ini terancam. Saudara kan sudah melihat berapa
banyak korban yang berjatuhan karena bisa si
Biawak yang berserakan di mana-mana. Lihat
berapa banyak semut yang sudah mati, berapa
banyak Rangrang yang meninggal, bahkan anak
rusa sudah sekarat dibuatnya,” sambung Siput
yang berapi-api di atas batu.
Setelah Siput berbicara hanya gemericik air
danau yang terdengar, suasana hening sebentar.
Bunyi angin menjadi teman berpikir makhluk-
makhluk yang ada di tepi danau ketika itu.
Sampai Kalajengking turun dari tempat duduknya
berpindah ke batu yang lain.
“Saya ada usul. Bagaimana kalau bisanya kita
ambil? Jadi si Biawak kan mengulang menebar
bisanya kembali.” kata si Kalajengking dengan
semangat.
26
“Bagaimana cara mengumpulkan bisanya itu
Kala?“ tanya Katak yang terlihat bingung sambil
menggaruk-garuk kepalanya.
“Tidak sulit caranya, Katak. Yang mengumpul
bisanya itu kami yang punya bisa. Seperti saya,
Ular, dengan Lipan. Saya percaya biarpun bisa
kami lemah juga sedikit tapi bisa untuk ber
tahan dari bisa si biawak,“ sambung Kalajengking
dengan wajah berapi-api.
“Benar sekali. Mana tahu bisa si Biawak itu bisa
juga kami gunakan untuk memperkuat diri kami.”
kata Ular dengan wajah semangat sambil melilit
ranting yang ada di dekat danau.
“Jadi, itu jalan keluar yang sangat bagus. Besok
Ular, Lipan dengan Kalajengking bisa mengum
pulkan bisa si Biawak,” tutup Siput sambil menepi
ke air danau untuk minum.
Matahari baru mulai terbit pertanda hari masih
pagi. Dinginnya pagi masih terasa di dalam tulang.
Maklum, karena ini di dalam hutan yang tinggi dari
permukaan laut. Ketika itu Ular, Kala, dan Lipan
sudah memulai mengumpulkan bisa Biawak.
Untungnya, bisa itu dapat diambil oleh Ular, Kala,
dan Lipan untuk memperkuat bisa mereka.
27
“Sudah tahu kalian, kan. Kalau bisa si Biawak
ini tidak mempan pada kita. Bahkan dapat
memperkuat bisa kita,” kata ular dengan wajah
yang sangat senang.
“Beruntung sekali. Kalau seperti ini, bisa-bisa
nanti bisa si Biawak habis tidak tersisa karena
kita ambil,” sambung Kalajengking yang asyik
mengambil bisa di semak-semak.
Matahari berjalan hingga senja pun tiba. Biawak
rupanya mulai tahu kalau bisa yang dia tebar
di segala tempat sudah hilang. Sehingga dia
menyebarkan kembali bisanya ke segala tempat.
Besok paginya bisa yang dia tebar hilang lagi.
Biawak kembali menebar bisanya. Ulahnya itu
diulang-ulang terus. Sampai suatu ketika ia
marah tidak berkesudahan karena bisa yang ada
di dalam mulutnya habis tidak tersisa. Ketika
itu datanglah Ular, Lipan, dan Kalajengking ke
tempat Biawak sambil melihat bisa yang dite
barkan Biawak yang sudah diambil mereka.
Biawak terkejut tidak terkira.
“Biawak, kok tidak ada lagi bisamu yang kau
tebar di segala sudut hutan ini lagi?” kata Lipan
sambil melihat bisa yang sudah tambah kuat
28
karena mengambil bisa yang ditebar Biawak.
“Sudah habis bisamu?” sambung Ular sambil
memperlihatkan pula bisanya.
Biawak hanya diam tidak berkata sepatah kata
pun sambil pelan-pelan membalikkan badan lalu
berlari. Sejak kejadian itu Biawak tidak punya bisa
sedikitpun. Di samping itu, Biawak yang biasa
berjalan membusungkan dada sampil menyepak-
nyepak kini sudah berjalan cepat dan tidak
bersuara. Bahkan sejak itu Biawak sering berjalan
sembunyi-sembunyi karena malu. Bisanya hilang
karena ulahnya sendiri. | 14_Kisah_Petualangan_Buaya_dan_Hewan_Lainnya |
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Suwasti Ratri Eni Lestari
ii
SI PRUCUL
Penulis:
Suwasti Ratri Eni Lestari
Penyunting:
Umar Sidik
Ilustrator:
Mukti Ali
Penerbit:
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224
Telepon: (024) 562070; Faksimile: (0274) 580667
Cetakan Pertama, November 2021
iv + 8 hlm., 15 x 23 cm.
ISBN: 978-623-5677-36-1
Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi
buku ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin
tertulis dari penerbit.
Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis.
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui warga
dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah RI pun melaksanakan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat
di seluruh provinsi di Indonesia dalam rangka untuk menekan
penyebaran virus yang sangat mematikan itu. Kebijakan Pemerintah
tersebut tentu memiliki dampak yang sangat signifikan di berbagai
sektor. Karena kebahasaan dan kesastraan masuk dalam sektor
nonesensial, praktis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
kebahasaan dan kesastraan tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
secara langsung, bersemuka. Namun, karena proses kreatif dan
upaya pencerdasan bangsa melalui bahasa dan sastra harus tetap
berlangsung, berbagai kegiatan itu pun dapat dilaksanakan secara
daring. Meskipun hasilnya--mungkin--tidak maksimal, berbagai
program dan kegiatan yang telah dirancang oleh Balai Bahasa
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat memenuhi target-
target yang telah ditetapkan, termasuk target 42 karya sastra
Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Penerbitan hasil penerjemahan dari sastra Jawa ini--yang
telah melewati proses panjang--merupakan bukti nyata bahwa
situasi pandemi tidak menghalangi kami dalam memberikan
sumbangsih bagi kemajuan bangsa melalui kebahasaan dan
kesastraan. Penerbitan hasil penerjemahan ini diharapkan dapat
digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dalam program besar
Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Pemerintah. Melalui
penerbitan penerjemahan karya sastra Jawa ini pula diharapkan
bisa menghilangkan kendala kebahasaan bagi masyarakat penutur
nonbahasa Jawa untuk bisa menikmati dan mengambil manfaatnya.
iv
Hadirnya
buku
penerjemahan
ini
melibatkan
banyak
pihak. Oleh karena itu, dalam kata pengantar singkat ini kami
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada
sastrawan/penulis (asli) dalam bahasa Jawa. Demikian pula
kami mengucapkan terima kasih kepada penerjemah yang telah
menerjemahkan karya sastra Jawa ke dalam bahasa Indonesia.
Penghargaan juga kami berikan kepada para penyunting yang telah
menyelaraskan hasil terjemahan sesuai dengan kaidah baku bahasa
Indonesia. Tentu saja, kepada panitia/tim terjemahan dan penerbit
kami ucapkan terima kasih yang tiada bertepi.
Semoga buku terjemahan ini bisa menjadi ajang dialog dan
tegur sapa antarbudaya di Indonesia dan menambah kekayaan
khazanah bahan bacaan literasi yang bermutu. Selamat membaca!
Yogyakarta, 10 September 2021
Kepala,
Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum.
NIP 196605201991031004
1
Si Prucul
D
i hutan lebat yang terletak di lereng Gunung Merapi
terdapat seekor harimau bernama Sima. Harimau ini
bersahabat dengan seekor kerbau bernama Munding. Pada
suatu siang mereka berdua tiba di Hutan Wilis. Sima mendapatkan
makanan yang sangat menyenangkan. Seekor anak sapi yang belum
lama mati karena sakit. Sementara itu, Munding melahap rumput
yang berada tak jauh dari tempat Sima menyantap mangsanya tadi.
“Ma, mataku terasa berat. Sepertinya karena aku kekenyangan
makan rumput. Aku tidur dulu, ya,” ujar Munding.
“Iya, aku juga sudah mengantuk, nih. Ayo, kita merebahkan
diri di bawah pohon itu,” tunjuk Sima ke arah pohon beringin besar.
Munding membuntuti Sima. Tak lama kemudian, mereka berdua
terlelap.
Dari jauh seekor monyet mengawasi tingkah laku Sima dan
Munding. Dia takjub menyaksikan keakraban kedua hewan yang
biasanya bermusuhan itu. Kerbau sering menjadi mangsa harimau,
tetapi sekarang kok bersahabat.
Perlahan monyet itu mulai mendekati tempat Sima dan
Munding terlelap.
“Kalau bisa berkawan dengan binatang yang seharusnya
ditakuti, alangkah senangnya. Pastinya aku juga ditakuti oleh
binatang lain. Aku bisa memerintah sesuka hati. Aku tidak perlu
sulit-sulit mencari makan sendiri. He he he!” monyet berkata dalam
hati.
***
2
3
Saat matahari mulai tinggi, Sima dan Munding terbangun.
Keduanya beranjak menuju telaga dekat tempat mereka tidur.
Namun, tiba-tiba mereka dikagetkan oleh suara lompatan di atas
pohon. Lalu, berkata kepada Sima.
“He, Ma! Kamu itu jadi hewan kok bodohnya minta ampun,”
celetuknya.
“Kamu itu siapa? Tiba-tiba berkata yang tidak enak didengar?”
Munding menjawab.
“Hahaha! Dasar bodoh. Sampai tidak paham siapa aku. Jelas
wujudku seekor monyet, kok masih tanya. Oh iya, namaku Juris,”
jawab Juris si monyet sombong itu.
“Heem, apa maumu kok menghinaku dan juga saudaraku ini?”
tanya Sima.
“Hahaha! Saudara dari mana? Sudah sangat jelas kalau
wujud kalian berbeda, kok saudara. Tahukah kamu, Ma? Kerbau ini
hanya mau untungnya,” Juris mulai melancarkan idenya.
“Untung, bagaimana?” tanya Munding.
“Ya, jelas nyari untung. Kerbau itu kan binatang yang terkenal
bodoh, kemudian berteman dengan harimau. Semua binatang di
hutan sudah tahu bahwa harimau itu binatang yang sakti, ditakuti
oleh siapa pun,” pancing Juris.
“Ditakuti siapa, Nyet?” Sima bertanya.
“Ditakuti oleh semua binatang. Termasuk aku dan temanmu
itu,” jawab Juris sambil menunjuk Munding.
“Benar juga ucapanmu, Nyet. Aku adalah bintang yang
ditakuti di hutan. Lalu, berteman dengan kerbau. Padahal, binatang
lain tidak ada yang takut dengan kerbau,” Sima menjawab sambil
mikir-mikir perkataan Juris.
“Benar kan, Ma? Sudahlah, ikutlah denganku. Akan
kutunjukkan tempat yang pantas untuk binatang sakti sepertimu,”
Juris gembira berhasil menghasut Sima.
Munding ditinggalkan begitu saja. Dia tampak sedih sekali.
Tidak menyangka akan ditinggal oleh Sima. Munding berjalan tak
tentu arah, tidak memedulikan perutnya yang lapar.
***
4
5
Prucul baru saja selesai minum air dari telaga. Dia mendengar
suara tangisan seekor binatang. Perlahan Prucul mendekati suara
itu. Ternyata Munding yang menangis.
“Hei, kenapa kamu menangis di sini? Lapar atau bagaimana?”
“Hu…hu…hu…aku sedang sedih. Hatiku rasanya hancur,”
jawab Munding dalam tangisannya.
“Maukah kamu menceritakan hal yang membuatmu sedih?
Eh, namamu siapa? Oh iya, aku Prucul.”
“Namaku Munding. Asalku dari hutan di lereng Gunung
Merapi. Aku sampai di sini dengan sahabatku. Namanya Sima. Akan
tetapi, aku ditinggalkan begitu saja.”
“Lah, temanmu sekarang di mana? Sudah mencoba
mencarinya?”
“Aku cari pun percuma. Dia sudah tidak sudi berteman
denganku,” wajah Munding lesu.
“Kok bisa?” tanya Prucul.
Munding lalu menceritakan semua peristiwa yang telah
dialaminya.
“Hem ..., Juris lagi! Bikin ulah lagi dia,” gerutu Prucul.
“Bikin ulah bagaimana, Cul?” tanya Munding
“Iya, dia belum lama ini berbuat curang kepada Penyu.
Beruntung ketahuan olehku dan Gagak. Tanpa meminta maaf, dia
lari meninggalkan kami,” Prucul geram.
“Sudahlah, Nding. Tenanglah. Bangunlah sikap sawiji greget
sengguh, ora mingkuh. Fokuslah, tetap semangat, bangun rasa
percaya diri, dan tetaplah rendah hati. Jangan khawatir yang
berlebihan. Siapkan diri menghadapi binatang licik semacam Juris.
Duduklah dulu di sini,” Prucul panjang lebar menasihati Munding.
Prucul beranjak meninggalkan Munding. Dia mencari
beberapa helai daun jati. Lalu, Prucul mengunyah daun jati itu.
Munding menatapnya dengan penuh keheranan, tetapi tidak ingin
bertanya apa pun.
Tidak lama kemudian, datanglah Sima dan Juris yang
bermaksud akan minum air di telaga. Juris berlagak seolah raja.
Tampak bangga dan sombong.
6
“Hahaha! Lihatlah Ma, ada dua ekor binatang bodoh sedang
tiduran di sana,” Juris tertawa lebar.
“Biarkan saja. Jangan campuri urusan binatang lain!” Jawab
Sima tanpa menoleh sedikit pun ke arah Prucul dan Munding berada.
“Eh sebentar, kalau mau minum, ini ekorku dan ekormu diikat
dulu, Ma. Biar aku nggak jatuh,” Juris khawatir Sima akan kembali
akrab dengan Munding.
“Ya, ikatlah yang kuat,” Sima menjawab sambil mulai minum.
Juris mengikatkan ekornya dengan kuat.
7
“Eh, Ma. Hari ini kamu belum makan daging hewan gemuk,
kan? Itu, lihatlah ada dua hewan yang siap untuk dijadikan
santapan,” Juris mulai menjalankan siasat liciknya.
“Hem…sebenarnya aku memang sudah mulai lapar, Ris,”
jawab Sima.
“Heh, Mbing! Ngapain kamu tiduran di situ?” tanya Sima.
“Istirahat. Kenyang banget. Barusan makan enak nih,” jawab
Prucul dengan santai. Munding yang berada di sebelahnya, mulai
paham dengan apa yang dilakukan teman barunya tadi. “Oh, jadi
ini yang dimaksud Prucul untuk tetap sengguh itu tadi,” batinnya.
“Wah kebetulan sekali kalau kamu sudah kenyang. Temanku
ini bisa kenyang juga menyantap seekor kambing dan seekor kerbau
di sebelahmu itu,” Juris bersemangat.
“Hahaha…Apa? Mau makan aku? Mana mungkin dia berani
memangsaku!” teriak Prucul.
“Wah, menghina sekali Kau! Di mana pun kambing dan kerbau
akan jadi makanan harimau!” teriak Juris tidak kalah kencang.
“Kamu nggak percaya, kalau aku baru saja memangsa monyet
dan harimau?”
“Hah, mana mungkin kambing berani memangsa sebangsaku.
Apalagi sebangsa harimau.” Juris tampak meremehkan.
“Tidak percaya boleh saja, tetapi kamu lihat sendiri buktinya.
Kalian lihatlah mulutku ini? Masih ada sisa darah, bukan? Dan lagi,
ada bukti nyata sisa yang kumakan tadi. Ada di hadapan kalian
berdua,” terang Prucul.
“Mana buktinya? Sombong sekali Kau, ini!” Sima mulai marah,
merasa dihina oleh Prucul.
“Lihatlah ke dalam telaga. Masih ada sisa kepala harimau
dan kepala monyet yang masih utuh. Sengaja aku sisakan, siapa
tahu ada yang membutuhkan,” jawab Prucul dengan tenang sambil
perlahan menghampiri dua binatang yang terpancing ceritanya
tadi.
Sima dan Juris menjulurkan kepala mereka ke dalam telaga.
Astaga! Ternyata benar, di dalam telaga tampak kepala harimau
dan kepala monyet yang masih utuh. Sima mulai berjaga, saat
melihat Prucul makin mendekati tempatnya berdiri.
8
“Bagaimana? Masih belum percaya, Ma?” sambil membuka
mulutnya lebar-lebar. Tampak menakutkan. Sima tidak sempat
menjawab, dia berlari kencang tanpa memedulikan sekitarnya.
Bahkan, lupa jika ekornya dan ekor Juris masih terikat. Sementara
Juris yang belum sadar akan apa yang terjadi, terseret oleh Sima.
Teriakannya tidak didengar oleh Sima yang sudah sangat ketakutan.
Suwasti Ratri Eni Lestari
Perempuan penulis yang sering menggunakan nama pena Asti
Pradnya Ratri ini berprofesi sebagai guru SMP di Sleman. di
Jetis, RT 04/32, Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta. HP 085228660344 | 15_SI_PRUCUL |
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.
Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Tumpeng Sewu
Tumpeng Seribu
Penulis
Nur Aini
Penelaah
Antariksawan J.
Penanggung Jawab
Umi Kulsum
Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto
Ilustrasi & Desain Sampul
Andre Dwi Nur Fauzi
Tata Letak
FA Indonesia
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972
Cetakan pertama, Oktober 2023
E-ISBN: 978-623-112-836-2
Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
C
erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak,
khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam
pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan
beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang
mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan
budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan
ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila.
Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga
keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan
bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur,
seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai-
nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk
cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan
mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi
berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah
membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di
dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan
kayanya unsur-unsur lokal.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta
dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah
upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan
memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi
penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif,
mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini
dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi
dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya
dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga
menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi,
penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang
turut andil mewujudkan karya ini.
Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Surabaya, 1 Oktober 2023
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Tumpeng Sewu
Tumpeng Seribu
Biodata Penulis
Biodata Ilustrator
iii
iv
1
20
20
1
Lilik lan Adhik kembare, Luluk,
dina iki nulungi emak olah-olah.
Lilik dan adik kembarnya, Luluk, hari
ini membantu Ibu memasak.
Sakli
yane
sega
, em
ak o
lah
pec
el
pit
ik,
la
lap
an
lan
sa
mbe
l.
Selai
n nasi
, ibu
mem
asak
pec
el a
ya
m,
lal
ap
an,
dan
sa
mba
l.
2
Lilik nulungi ngocahi terong
ambi timun.
Dene Luluk ngocahi gubis,
kemangi lan kacang lanjaran.
Lilik membantu ibu mencuci
terung dan timun.
Sebaliknya, Luluk mencuci kubis,
kemangi, dan kacang panjang.
3
4
5
Emak hang nggawe pecel pitik uga sambel.
Jare emak nggawe pecel pitik iku gampil. Kawitan, Emak mbakar
pitik hang wis rijig, nganggo wawa. Aju Emak nyepakaken
parudan kelapa enom.
Ragine paran bain? Jare emak, sing ulih warah-warah.
Ibu yang membuat pecel ayam dan juga sambal.
Kata ibu membuat pecel ayam itu mudah. Pertama, Ibu membakar ayam
yang sudah bersih menggunakan bara lalu Ibu menyiapkan kelapa muda
yang sudah diparut.
Bumbu pecel ayam apa saja? Kata Ibu, rahasia.
6
Lilik lan Luluk nyepakaken nyiru. Godhong gedhang ditata ning
dhuwure, kanggo lemeke.
Lilik dan Luluk menyiapkan tampah. Daun pisang ditata di
atasnya sebagai alas.
7
Lilik lan Luluk dhemen nyithak sega dadi wujud kerucut. Hang
kawitan, Lilik lan Luluk ngelebokaken sega ning njerone cithakan.
Aju dipenek-penek sampek padhet.
“Ayo cithakane dicoplok bareng.1.. 2.. 3.. Hore..!” Abane
Lilik barengan ambi Luluk.
Sega wujud kerucut wis kecithak ring dhuwure nyiru.
Lilik dan Luluk suka mencetak nasi menjadi bentuk kerucut.
Pertama, Lilik dan Luluk memasukkan nasi ke dalam cetakan.
Kemudian, ditekan-tekan sampai padat.
“Ayo cetakan diangkat bersama. 1.. 2.. 3.. Hore..!” Seru Lilik
dan Luluk.
Nasi berbentuk kerucut sudah tercetak di atas tampah.
8
Makene saya apik, Lilik lan Luluk nambahi lalapan. Terong lan
gubis hang wis mateng, ditata jejer.
Supaya semakin bagus, Lilik dan Luluk menambahkan lalapan.
Terung dan kubis yang sudah matang ditata berjajar.
9
Ning jejerane maning, ana timun, kemangi lan kacang lanjaran.
Kabeh ditata ngubengi sega.
Hore… sega tumpenge wis dadi.
Di sebelahnya, ada mentimun, kemangi, dan kacang panjang.
Semua kami tata mengelilingi nasi.
Hore… nasi tumpeng kami sudah jadi.
10
Daging pitik dibakar nganggo wawa. Aju disuwiri cilik-cilik,
dicampur ambi parudan kelapa enom.
Daging ayam dibakar dengan bara lalu disuwir kecil-kecil
dicampur dengan parutan kelapa muda.
Mmm… mmm, Lilik ambi Luluk wis sing kanti
kepingin niliki.
Mmmm… mmm, Lilik dan Luluk sudah tidak sabar untuk
mencicipi.
11
Sega
tump
eng, l
alap
an, p
ecel
pit
ik
lan
sa
mb
el w
is c
eme
pak
.
Nasi t
umpen
g, say
ur lal
apan
, pec
el a
ya
m, d
an
sam
bal
sud
ah t
ersa
ji.
12
13
Pegaweyan hang digarap bareng-bareng dadi gelis marek.
Emak, Lilik lan Luluk seru senenge. Kabeh wis cemepak kanggo
acara engko bengi.
Pekerjaan yang dikerjakan bersama-sama jadi cepat selesai.
Ibu, Lilik dan Luluk senang sekali. Semua sudah siap untuk
acara nanti malam.
14
Bengine…
Lilik dan Luluk nggelar kelasa ning ngarep umah. Aju
Emak ndeleh tumpeng hang wis dikudhungi godhong.
Malam harinya…
Lilik dan Luluk menggelar tikar di depan rumah. Lalu Ibu
meletakkan tumpeng yang sudah ditutup daun pisang.
15
Ring Desa Kemiren, saben umah ngetokaken tumpeng siji.
Dadi, ana pirang tumpeng ya?
Ring Desa Kemiren ana sewu keluwarga, mulane tumpenge ya
ana sewu.
Tradhisi iki dianakaken kanggo selametan tolak balak. Saben tradhisi
iki mangkat, Desa Kemiren saya rame. Akeh turis hang teka.
Di Desa Kemiren, setiap rumah mengeluarkan satu tumpeng.
Jadi, ada berapa tumpeng ya?
Di Desa Kemiren ada seribu kepala keluarga, maka tumpeng berjumlah seribu.
Tradisi ini dilaksanakan sebagai selamatan tolak bala. Setiap tradisi ini
digelar, Desa Kemiren jadi semakin ramai. Banyak wisatawan yang datang.
Lilik, Luluk, Emak lan kabeh uwong padha lungguh jejer.
Sesepuh maca donga teka masjid desa. Mugi luput teka kabeh
penyakit lan mala.
Lilik, Luluk, Ibu, dan semua duduk dengan rapi.
Sesepuh memimpin doa dari masjid desa. Semoga terhindar dari seluruh
penyakit dan malapetaka.
16
17
Sak
wise
donga
, kabe
h uwo
ng ma
ngan
tum
pen
g b
are
ng-
bar
eng
.
Usai
berd
oa, se
mua or
ang m
akan t
umpe
ng be
rsam
a.
18
19
20
Penulis
Nur Aini biasa disapa Aini merupakan lulusan S-1 Pendidikan
Geografi, Universitas Negeri Malang. Dia senang menulis
cerpen dan puisi. Beberapa puisinya pernah dimuat di
Majalah Media Jawa Timur. Dia terlibat dalam Penutur
Bahasa Using pada Program Pendokumentasian Sastra Suara
Bahasa Nusantara yang diselenggarakan oleh Difalitera
Sastra Suara Indonesia yang difasilitasi Direktorat Jenderal
Kebudayaan. Aini dapat dihubungi melalui Instagram @
isunbain.
Ilustrator
Andre Dwi Nur Fauzi adalah ilustrator otodidak kelahiran
04 Maret 1999 di Probolinggo. Dia adalah lulusan SMK Negeri
2 Kota Probolinggo jurusan Teknik Gambar Bangunan tahun
2018. Selain mengerjakan karya digital, juga mengerjakan
karya menual seperti mural atau melukis di berbagai media .
Serta mengajar les privat menggambar untuk anak SD hingga
SMP. Instagram : @andrew_nur_fauzi.
BIONARASI | 15_TUMPENG_SEWU |
Nong Endi Emakisun?
Di mana Ibuku?
YANTO AMAЀN PЀ-SAPЀYAN
YANTO, BERMAIN KARAPAN SAPI
Penulis
Zainal Abidin, S.Pd.
Penerjemah
Avan Fathurrahman
Penelaah
Mahwiyanto
Penyunting
Dwi Laily Sukmawati
Ilustrator
Marina Yulia
Penata Letak
Kreativa Grafis
Diterbitkan pada tahun 2022 oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, 61252
Telepon/Faksimile (031) 8051752
Cetakan pertama, Oktober 2022
ISBN: 978-602-8334-89-1
Katalog dalam Terbitan (KDT)
899.222 3
YAN YANTO, BERMAIN KARAPAN SAPI / Zainal Abidin, S.Pd.
y — cet. 1 – Sidoarjo: Balai Bahasa Jawa Provinsi Timur, 2022
iv + 26 hlm; 22 x 28 cm
Kata Pengantar
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
S
alah satu kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur adalah cerita anak yang mengan-
dung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Kekayaan itu merupakan se-
buah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia inter-
nasional sebagai bagian dari warisan budaya dunia. Nilai-nilai yang terkandung dalam
cerita anak Jawa Timur tidak hanya dapat diimplementasikan oleh masyarakat Jawa Timur, tetapi
dapat pula dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan diterje-
mahkannya karya sastra Jawa Timur ke bahasa Indonesia, pembacanya dapat menikmati cerita,
kemudian mengkaji nilai-nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur
untuk mengambil nilai-nilai positif sebagai pegangan hidup. Hasilnya adalah akan tercipta sebuah
pemahaman antarbudaya yang akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi
dan perdamaian antarmanusia.
Cerita-cerita yang terhimpun dalam terjemahan buku cerita anak untuk pembaca awal ini juga
dapat bermanfaat sebagai salah satu sarana atau media pendidikan karakter. Tema yang diusung
dalam buku ini adalah STEM, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika. Cerita dalam buku ini
diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan
kreativitas.
Melalui penerjemahan cerita anak, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana
Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan
Literasi nasional (GLN). Kami berusaha untuk turut berperan aktif dalam program itu dengan. me-
nyediakan bahan bacaan bermutu bagi pembaca melalui penerjemahan cerita anak berbahasa
daerah ke bahasa Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal. Kegiatan membaca
diharapkan akan tumbuh dan berkembang menjadi keterampilan-keterampilan lanjutan sehingga
akhirnya pembaca dapat mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keteram-
pilan literasi.
Inovasi seperti itu perlu didukung agar dapat menumbuhkan budaya literasi dengan tetap
berfokus pada upaya untuk menumbuhkan generasi yang memiliki kemampuan berpikir kritis, me-
mecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik.
Kami berharap produk terjemahan ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya
sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial,
digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyam-
paikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis karya sastra berbahasa daerah, penerjemah,
penelaah, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil
mewujudkan karya terjemahan ini.
Semoga buku ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Sidoarjo, 1 Oktober 2022
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Yanto Amaѐn Pѐ-Sapѐyan
Yanto, Bermain Karapan Sapi
Biodata Penulis
Biodata Penerjemah
Biodata Ilustrator
25
01
iii
iv
25
25
iv
Ollѐ. Ollang... paraona alajȃrȃ.
Ollѐ. Ollang. Alajȃrȃ ka
Madhurȃ.
Ollѐ,ollang.
Perahunya hendak berlayar.
Ollѐ, ollang.
Hendak berlayar ke Madura
1
2
3
Maju mon amaѐna pѐ-sapѐyan?
Ayo, kalau mau main karapan sapi?
Bȃ’na nѐ’-binѐ’, ta’arapa mon amaѐn jiyȃ?
Kamu perempuan.
Memangnya, tidak apa-apa kalau main?
Iyȃ ta’ rapa.
Iya, tidak apa-apa.
4
Kѐng engko’ kaloppaѐ ḍȃ’rȃmma maѐnna.
Tapi, aku lupa bagaimana cara mainnya.
Bȃ’en dhȃddhi pangangka’ manḍirȃ yȃ!
Kamu bagian mengangkat bendera ya!
5
6
Marѐ?
Sudah?
Marѐ!
Sudah!
SЀTTONG... ḌUWW
Ȃ’.... OOO
COO
OOOL..!
SATU... DUA....
IYAAK
...!
7
W
o
oo
oooooi...
W
oo
ooi……...
8
Man... Suliman..!
Maju engko’ noro’ maѐna!
Ya’ engko’ ngѐbȃ kanca.
Man. Sulaiman!
Ayo, aku ikut main!
Ini aku bawa teman.
9
Iyȃ lѐbur mon bȃḍȃ bhȃrengnga.
Iya. Menarik kalau ada temannya.
10
Maju siapaghi. Jhȃ’ sampѐ’ kala.
Ayo, siapkan. Jangan sampai
kalah.
11
Bȃ’na dhȃddhi panongko’en yȃ? Jhȃ’ maberrȃ’
mon bȃktona aberka’.
Kamu jadi jokinya ya?
Saat berlari, tubuhmu jangan sampai
memberatkan.
12
Pab
ȃng
al
lѐ’
!
Har
us
ber
an
i,
Di
k!
13
Dh
uliy
ȃn
, C
on
g!
Ce
pat
, C
on
g!
14
SIAP?
SIAP?
Sѐtton
g...Ḍ
uw
w
ȃ’
...
Oo
ooc
oooo
ol...
Satu
…
D
ua
…Y
ak…
15
16
Braakkkk!!!
Braakkkk!
Aḍ
u
!
!
!
Aḍ
u
h
!
17
Hiyyaa!!!
Hiyy
aa
!!!
Hiya! Hiy
a!
18
Hahaha...
Hahaha...
19
Uuu...
Uuu...
20
Aa...aa..a
a...
Aa...aa..a
a...
21
Jhȃghȃ. Jhȃ’ nangѐs. Ghun ѐn-maѐnan.
Bȃnnѐ ongghuwȃn sambina.
Bangun. Jangan nangis.
Ini cuma permainan.
Bukan karapan sebenarnya.
22
Korla ta’ loka. Dhina maju
molѐ. Para’ aḍȃna la ya’.
Tako’ ѐghighiri Eppa’en
mon ta’ molѐ.
Asalkan tidak luka, tidak
apa-apa.
Ayo, pulang.
Sudah hampir azan.
Takut dimarahi bapakmu,
kalau tidak pulang.
23
Addooo paya. Ѐghighiri Emma’
marѐna...
Aduh, payah! Dimarahi ibu nanti.
Eee. Ḍȃntos ghȃllu.
Cora’ bȃḍȃ sѐ cѐccѐr!
E, eh! Sebentar!
Sepertinya ada yang
tertinggal.
24
S
s
s
s
..
..
.s
ss
...
sss
...
25
Biodata Penulis
Zainal Abidin lahir di Pamekasan pada 10 Maret 1995. Karya-karyan-
ya yang berbahasa Indonesia dan Madura dimuat di berbagai media. Ia
juga pemilik Sangkolan Bookstore, salah satu toko buku di Pamekasan. Buku
perdananya yaitu kumpulan cerpen berbahasa Madura berjudul Èsarèpo
Bèncong (Halaman Indonesia, 2017) dan Novela berbahasa Madura ber-
judul Bâjing Tana (Halaman Indonesia, 2020). Penulis bisa dihubungi melalui
instagram @zainala.hanafi atau email [email protected]
Biodata Penerjemah
Avan Fathurrahman, adalah seorang guru, penulis cerita anak, juru don-
geng dan penyiar radio. Ia lahir dan tinggal di Kabupaten Sumenep Mad-
ura Jawa Timur. Bukunya yang sudah terbit: Lampu yang Menyala, Anak
Muslim Hebat, Rukun Islam dan Rukun Iman, Cerita Ibadah dan Fakta Unik
Keajaiban Shalat, Petualangan Peri Zaira, Perempuan Pemahat Rindu, dll. Ia
juga bergiat di Komunitas Rumah Cerita OKARA dan KPBA Sumenep serta
aktif membacakan buku anak di YouTube: Kak Avan. IG: kak_avan
Biodata Ilustrator
Marina Yulia, atau lebih sering disapa Naa, besar dan tinggal di Kota Sura-
baya. Perempuan kelahiran Semarang, 1990 ini, merupakan ibu dari dua
orang anak. Kecintaannya terhadap dunia gambar sejak bangku sekolah
dasar, membuat ia menjadi ilustrator lepas disela-sela kesibukan sebagai
ibu rumah tangga dan asisten webtoonist.
26 | 15_YANTO_MAEN_PESAPEYAN_GABUNG_1 |
2
Level
Penulis:
PARINITA SHETTY
Ilustrator:
MUHAMMAD IQBAL M.N.
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Penulis:
PARINITA SHETTY
Ilustrator:
MUHAMMAD IQBAL M.N.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Muhammad Dirgantara Esa Valentino
Penerjemah:
Penulis
: Parinita Shetty
Ilustrator
: Muhammad Iqbal M.N.
Penerjemah : Muhammad Dirgantara Esa Valentino
Penata letak: Prescilla Oktimayati
Penelaah
: 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widar
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Babi dan Ekor yang Kabur
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak
terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut
membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca
akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis,
menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah
menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016
dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi
salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya
bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris,
Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya
lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator
kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di
dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah
diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
Pongal adalah babi yang suka tidur.
Kadang dia tidur sepanjang hari!
Tidak heran, ekornya pun bosan.
2
Suatu hari, ketika Pongal terbangun dari
tidur siang, ekornya menghilang.
Si Babi merasa aneh tanpa ekor di tubuhnya.
Jadi, dia memutuskan untuk mencarinya
Ekor itu pergi bertualang tanpa
Pongal!
3
“Mengapa kamu tidak mencoba ekor jamur saja?”
jawab Lutung.
“Ha!“ kata Pongal.
“Akan tetapi, aku ingin ekorku kembali!“
Pongal pun pergi dan mencarinya di tempat lain.
“Krosak!” “Hutan ini sangat tidak teratur!”
keluh Pongal.
“Ngiiik!” Dia tersandung batang kayu.
“Gedubrak!” Dia jatuh ke semak-semak.
“Apakah ada yang melihat ekorku?”
tanya Pongal.
4
“Nguuuuk!”
“Kota ini terlalu berisik!” kata Pongal.
“Telolet telolet!” Pongal menghindari
becak motor yang berjalan zig-zag.
“Mengapa kamu tidak mencoba ekor
balon saja?” tanya Burung Gagak.
“Arghh!“ jawab Pongal.
“Akan tetapi, aku ingin ekorku kembali!”
“Kring! Kring!”
Pongal mencoba merangkak di
bawah sepeda.
“Apakah ada yang melihat
ekorku?” tanya Pongal.
Pongal pun pergi dan mencari
di tempat lain.
5
“Groookk!” “Gua ini terlalu gelap!” kata Pongal.
“Tuk tik tak!” Dengan hati-hati Pongal melangkah
di atas lantai batu.
“Gerdam!” Pongal jatuh ke dalam tumpukan batu.
“Apakah ada yang melihat ekorku?” tanya Pongal.
“Mengapa kamu tidak mencoba ekor stalaktit
sebagai gantinya?” balas Kelelawar.
“Nguik!” kata Pongal. “
Akan tetapi, aku ingin ekorku kembali!”
Pongal pun pergi dan mencari di tempat lain.
6
Kecipak kecipak!
“Di bawah laut sini terlalu basah!” kata Pongal.
Cebar cebur!
Beberapa ikan berwarna-warni ingin berdansa
dengan Pongal.
Wussss! Dia bersembunyi di balik karang.
“Apakah ada yang melihat ekorku?” tanya Pongal.
“Mengapa kamu tidak mencoba ekor
rumput laut saja?” Kura-Kura menjawab.
“Uuuhhh!” kata Pongal.
“Akan tetapi, aku ingin ekorku kembali!”
Pongal pun pergi dan mencari di tempat lain.
7
“Gedebuk!” “Gurun ini terlalu panas!”
kata Pongal.
“Nyoossss!” Dia tidak menyadari bahwa dia
sedang duduk di tepi bukit pasir.
“Gelundung, gelundung!” Dia berguling sampai
ke bawah. “Apakah ada yang melihat ekorku?”
tanya Pongal.
“Mengapa kamu tidak mencoba ekor kaktus saja?”
jawab Unta.
“Aaaduhhh!” jerit Pongal.
“Akan tetapi, aku ingin ekorku sendiri kembali!”
Pongal pun pergi dan mencarinya di tempat lain.
8
“Brrrrrr!” “Puncak gunung ini terlalu dingin!” kata Pongal.
“Dag dig dug!” Bagian bumi yang lain berada jauh di bawah.
“Sloroot slorooot!” Pongal mundur sebelum merasa sangat pusing.
“Apakah ada yang melihat ekorku?” tanya Pongal.
“Mengapa kamu tidak mencoba ekor
kaus kaki saja?“ jawab Yak.
Pongal menatap ekor terbarunya.
9
“Ini sangat cantik,” kata Pongal.
Pongal ingat semua ekor lain yang ia coba.
“Grrrrroogghhh!”
“Aku tidak akan pernah memakai kaktus lagi!”
10
Sebenarnya, memiliki begitu banyak ekor yang berbeda
cukup menyenangkan. Pongal menyadari bahwa semua
memiliki ekor yang sama selamanya.
Pongal mengambil keputusan. Ekor dapat berjalan-
jalan keliling dunia dan bertualang. Babi akan tinggal di
rumah dan melakukan apa yang disukainya.
11
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembagai
Para Pembuat Cerita
Cerita
The
Pig
and
Runaway
Tail
ditulis
oleh
Parinita
Shetty. © Pratham Books, 2019. Beberapa hak cipta dilindungi
dalam
peraturan
perundang-undangan.
Diterbitkan
dengan
CC menggunakan izin 4.0.
Kredit lainnya:
The Pig and Runaway Tail
telah diterbitkan di StoryWeaver
oleh
Pratham
Books.
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Babi dan Ekor yang Kabur
Pongal si babi menghadapi sedikit masalah.
Ekornya terus berlari sendirian untuk bertualang!
Bantu Pongal menemukan ekornya yang kabur
di buku cari dan temukan ini. | 150_Babi_dan_Ekor_yang_Kabur |
i
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Penulis: AINDRI C Ilustrator: MUHAMMAD IQBAL M.N.
1
Level
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Penulis:
AINDRI C
Ilustrator:
MUHAMMAD IQBAL M.N.
Di Mana Rainette Bersembunyi?
Penulis
: Aindri C
Ilustrator
: Muhammad Iqbal M.N.
Penerjemah : Yogas Ardiansyah
Penata letak: M Rizal Abdi
Penelaah
: 1. M. A. Rahartati Bambang Haryo
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita
Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widar
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun
tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan
artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin
tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua,
bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu
pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan.
Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai
keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta
karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang
disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan
utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan
disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan
tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal,
penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan
dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-
anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun
budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan
bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian,
kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh
kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
“Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC
by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana
berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia”
Apakah kau melihat
Rainette?
2
Rainette adalah si katak kecil yang
seluruh tubuhnya berwarna hijau
dan sangat suka bersembunyi
3
Apakah dia bersembunyi
di antara bunga teratai?
4
Atau mungkin di tengah
Kembang rawa?
5
Atau di balik
kaki kucing besar
yang sedang terlelap?
6
Bisa jadi dia ada
di dalam lumpur
bersama kepiting merah?
7
Atau dia bersembunyi
dalam hutan bakau?
8
Atau mungkin
dalam air payau?
9
Apakah dia
bersembunyi
dalam sangkar
burung manyar?
10
Ah, rupanya kau di situ, Rainette!
“Oh, aku sungguh merindukanmu!”
Ke mana saja kau?
11
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.i
Profil Lembaga
Cerita: Où est passée Rainette diterjemahkan
oleh goofy. © untuk terjemahan ini ada pada
goofy, 2019. Beberapa Hak cipta dilindungi dalam
peraturan
perundang-undangan.
Diterbitkan
dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan
cerita asli: Have You Seen Sundari?, oleh Aindri
C . © Pratham Books, 2019. Beberapa Hak cipta
dilindungi dalam peraturan perundang-undangan.
Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0.
Para Pembuat Cerita
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Dina sudah mencari
Rainette sahabatnya
ke mana-mana.
Bisakah kau bantu Dina
menemukannya?
Di Mana Rainette
Bersembunyi? | 151_Di_mana_Rainette_Bersembunyi |
Penulis:
ANUSHKA RAVISHANKAR
Ilustrator:
AGHNI GHOFARUN AULIYA
2
Level
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Penulis:
ANUSHKA RAVISHANKAR
Ilustrator:
AGHNI GHOFARUN AULIYA
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Ini Semua Salah si Kucing
Penulis
: Anushka Ravishankar
Ilustrator
: Aghni Ghofarun Auliya
Penerjemah : Indrias Dwi Yuliasari
Penata letak: M Rizal Abdi
Penelaah
: 1. M. A. Rahartati Bambang Haryo
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita
Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widar
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun
tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan
artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak
mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan
bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak
yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan
dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang
keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis,
menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat
dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas
nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun
2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-
bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan
untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang
gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan
melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan
dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk
anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya
lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua
dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di
sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada
di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang
dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
1
“Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC
by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana
berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia”
2
“Mengapa PRmu tidak kamu kerjakan?”
“Ini semua salah si Kucing, Bu Guru.”
3
“Jika si Kucing tidak terjebak
di atas pohon, saya tidak
perlu memanjat tangga untuk
membawanya turun,”
4
“Jika saya tidak memakai tangga,
saya tidak perlu memperbaikinya.
Jika saya tidak memperbaiki tangga,
saya tidak akan membangunkan
adik bayi dari tidurnya.”
5
“Jika saya tidak membangunkan adik
bayi yang sedang tidur, Ibu tidak
akan bergegas meninggalkan dapur.
Jika Ibu tidak bergegas
meninggalkan dapur, seekor monyet
tidak akan masuk ke dapur.”
6
“Jika monyet tidak
masuk ke dapur,
dia tidak akan melahap
semua makanan.
7
Jika monyet tidak melahap semua makanan,
Ayah tidak akan membeli kari ayam dan
daging panggang di kedai makanan.”
8
“Jika ayah tidak membeli kari ayam
dan daging panggang di kedai makanan,
anjing tidak akan mengikutinya
sampai rumah.”
9
“Jika anjing tidak
mengikutinya sampai
rumah, dia tidak akan
memakan buku PR saya.”
10
“Oh, baiklah saya mengerti sekarang,
jadi maksud dari ceritamu adalah
anjing telah memakan buku PRmu bukan?”
11
“Ya, Bu Guru.
Itu semua salah si Kucing!”
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.i
Profil Lembaga
Cerita: C’est la faute du chat! Diterjemahkan
oleh Sak Untala, © untuk terjemahan ini ada
pada Sak Untala, 2018. Beberapa hak cipta
dilindungi dalam peraturan perundang-undangan.
Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0.
Berdasarkan Cerita Asli: It’s All the Cat’s Fault!,
oleh Anushka Ravishankar, © StoryWeafer, 2015.
Beberapa Hak cipta dilindungi dalam peraturan
perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC
menggunakan izin 4.0.
Para Pembuat Cerita
18
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Ini Semua Salah si Kucing!
Dalam cerita ini, seorang anak laki-laki tidak mengerjakan PR
karena tingkah lucu seekor kucing. Alasan itu terdengar konyol
bukan? Nah, ayo cari tahu yang sebenarnya terjadi pada anak
laki-laki itu, maka kamu akan mengerti bahwa sebuah kejadian
dapat menjadi sebab kejadian lain, lalu kejadian lainnya ,
kemudian kejadian lainnya lagi….
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id | 152_Ini_Semua_Salah_si_Kucing |
Penulis:
ARANA SINKAR
Ilustrator:
AGHNI GHOFARUN
2
Level
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Penulis:
ARANA SINKAR
Ilustrator:
AGHNI GHOFARUN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Kota Gula-Gula
Penulis
: Arana Sinkar
Ilustrator
: Aghni Ghofarun Aulia
Penerjemah : Muhammad Dirgantara Esa Valentino
Penata letak: Prescilla Oktimayati
Penelaah
: 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widar
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak
terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut
membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca
akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis,
menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah
menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016
dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi
salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya
bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris,
Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya
lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator
kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di
dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi
serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
Dahulu kala, terdapat kota bernama Kota Gula-Gula.
Di kota itu, semua hal terbuat dari gula-gula,
kue tar, kue bolu, cokelat, dan manisan.
Bila penduduk kota itu kehabisan makanan,
mereka hanya perlu memotong dan memakan
dinding rumah mereka.
Matahari di kota itu terbuat dari cokelat.
Bunga terbuat dari fondan warna-warni.
Binatang yang bersembunyi di balik
semak pun terbuat dari gulali.
2
Di kota itu ada toko bernama Toko Ratna.
Ratna nama pemilik toko itu.
Ia tinggal bersama kucingnya
yang bernama Cepi.
3
Suatu hari, tiba-tiba turun hujan. Namun, di kota itu
hujan tidak terbuat dari air, tetapi terbuat dari cokelat,
gula-gula, piza manis, dan hamburger cokelat.
Semua penduduk kota bergembira saat hujan turun.
4
Tidak lama kemudian Ratna menyadari kucingnya hilang.
Ia mencari kucingnya ke mana-mana. Saat ia melihat
Cepi di bawah sebuah pohon, dua orang jahat sedang
mencoba menangkap Cepi.
5
Ketika dua orang jahat itu menyadari kedatangan
Ratna, mereka juga menangkapnya. Mereka membawa
Ratna dan Cepi ke tempat persembunyian rahasia.
Mereka mengikat Ratna dan Cepi menggunakan
seutas tali sehingga keduanya tidak bisa bergerak.
6
Beberapa saat kemudian, seorang teman Ratna,
Rara, menyadari Ratna menghilang. Awalnya Rara
mencoba mencari ke toko. Ratna tidak di toko.
Lalu, Rara melihat jejak kaki Ratna. Kebetulan Rara
mempunyai seekor anjing. Jadi, Rara meminta
anjingnya mengendus dan mengikuti jejak kaki Ratna.
Ia berharap anjingnya bisa melacak lokasi Ratna.
7
Akhirnya, Rara sampai di tempat persembunyian
orang jahat tadi. Rara mengintip melalui jendela
dan melihat Ratna dan Cepi. Rara memutuskan
masuk melalui jendela.
Setelah di dalam, Rara segera mencari gunting.
Tidak ada gunting.
Namun, ia menemukan beberapa bongkah batu
besar bersudut tajam. Ia menggesekkan batu itu
di tali pengikat Ratna dan Cepi. Lama-kelamaan
simpulnya melonggar dan akhirnya Ratna dan
Cepi bisa bebas.
8
Mereka bergegas mencoba keluar dari tempat itu.
Sayangnya, penjahat tadi lebih dahulu menyadari
bahwa mereka sedang mencoba kabur. Ratna, Cepi,
dan Rara ditangkap dan dikurung.
9
Kali ini, mereka mencoba meloloskan diri melalui
jendela. Mereka menumpuk kotak yang ada di dalam
ruangan menjadi tangga darurat. Mereka memanjat
satu per satu dan melompat ke luar melalui jendela.
Saat sudah di luar, mereka langsung berlari ke Toko
Ratna. “Akhirnya sampai,” kata Ratna lega.
Ketiganya merasa lelah.
10
Sekarang hujan sudah reda. Semua orang mulai menghias
toko dan rumah mereka dengan kue mangkuk, kue tar,
kue bolu cokelat, cokelat, dan gula-gula manis nan lezat.
Semuanya sudah kembali seperti semula. Penduduk kota
itu merasa gembira dan sangat menikmati waktu mereka.
11
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembagai
Cerita: Candy Town ditulis oleh Arana Sinkar, © Arana
Sinkar, 2020. Beberapa Hak Cipta dilindungi dalam peraturan
perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan
izin 4.0.
Para Pembuat Cerita
Kota Gula-Gula
Dua orang jahat menculik
kucing seorang gadis.
Bisakah ia menyelamatkan
kucingnya?
Ayo, baca buku ini untuk
mencari tahu!
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id | 153_Kota_Gula_gula |
Penulis:
HELLO ENGLISH
Ilustrator:
MUHAMMAD IQBAL M.N.
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
3
Level
Penulis:
HELLO ENGLISH
Ilustrator:
MUHAMMAD IQBAL M.N.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Mencuci Pakaian
Penulis
: Hello English
Ilustrator
: Muhammad Ibal M.N.
Penerjemah : Durroh Fuadin Kurniati
Penata letak: M Rizal Abdi
Penelaah
: 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widar
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak
terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut
membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca
akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis,
menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah
menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016
dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi
salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya
bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris,
Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya
lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator
kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di
dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
“Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC
by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana
berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia”
Kosakata dan Fonik Sebelum Membaca
Periuk. Pe-ri-uk. Dia mengumpulkan kaleng dari
dapur, juga periuk dan panci untuk memasak.
Menghidu. Meng-hi-du. Aku suka berlarian sambil
membawa handukku dan menghidu keharumannya.
2
3
Setiap hari, kami mencuci pakaian di luar.
Kami menikmatinya karena bisa bermain
kaleng dan menari di genangan air.
Semua warga desa mencuci pakaian
dengan cara ini.
Bibi menjemur seprai dan karpet
agar kering di udara hangat.
Burung-burung senang hinggap di
atap dan mengawasi pekerjaan bibi.
Saat Bibi menunggu pakaian dan
seprainya kering, tetangga bermain
dengan anak laki-lakinya dan
menyuapinya. Anak laki-laki ini
sangat lincah dan selalu gembira,
tersenyum, dan tertawa.
Mama menggunakan sekalen
air hangat dan sabun untuk mencuci
pakaian kami. Sementara mama
bekerja, Edi kucing kami, mengeong
meminta perhatian. Dia suka
mengganggu saat mama sibuk.
4
Adik perempuanku senang membantu
mengambilkan benda-benda yang mama
dan papa butuhkan saat mencuci.
Dia mengumpulkan kaleng dari dapur,
juga periuk dan panci untuk memasak.
Aku bermain dengan adikku Liam.
Yang di tengah itu aku, Sam.
Adikku mencoba membersihkan
wajahku dengan spons. Aku mencuci
seprai sementara Bibi menjemur
pakaian di jemuran
5
6
Ketika pekerjaan mencuci hampir selesai,
para tetangga mengobrol dan kami melompat
di sekitar mereka sambil bersenang-senang.
Kadang-kadangkami menjatuhkan benda-benda
seperti kaleng dan botol, lalu kami mendapatkan masalah.
Sebagai sebuah keluarga, kami bekerja bersama-
sama untuk menyelesaikan tugas mencuci. Papa
membantu mama mengerjakan hal-hal sederhana.
Dia tidak sebagus mama dalam hal mencuci, dan
Mama sering kali mengingatkan papa
untuk mengerjakannya dengan baik.
Mama memberi tahu papa bagaimana
cara menjahit. Papa ingin memperbaiki
pakaiannya sendiri dan sangat
bersemangat dengan keterampilan
barunya itu. Papa selalu menunjukkan
padaku dan Liam bagaimana cara
menjahit kancing pada kemeja.
7
Orang tua teman kami selalu berbicara
dan tertawa di jalan, khususnya saat
mereka mencuci pakaian.
Rumah mereka sedikit lebih kecil dari
rumah kami, mereka tetap tampak
gembira dengan apa yang mereka miliki.
8
Seorang perempuan di ujung jalan
senang berkhayal sambil mencuci pakaian.
Aku sering membayangkan apa yang ia pikirkan.
Aku bertanya kepadanya dan ia memberitahuku
bahwa dia mengkhayalkan mangga.
Anjingnya juga sama, tetapi khayalannya
adalah tentang memainkan mainan
9
Ketika kegiatan mencuci selesai dan
cucian kering, segalanya beraroma
harum dan segar!
Aku suka berlarian sambil
membawa handukku dan menghidu
keharumannya. Seperti aroma bunga.
Aku tidak tahu persis apa yang mama
campurkan dalam cucian.
Kemudian kami akan mencuci lagi dan
lagi saat akhir pekan!
10
Pertanyaan Setelah Membaca
• Di mana Sam dan keluarganya mencuci pakaian mereka?
• Jelaskan lingkungan tempat tinggal Sam!
• Siapa yang menjemur seprai dan karpetnya saat seekor
burung mengawasi?
• Mengapa Sam dan Liam terkadang mendapat masalah?
• Apa keterampilan baru yang dipelajari ayah Sam?
• Jelaskan bagaimana pakaianmu dicuci!
11
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembaga
Cerita: Washing Our Clothes ditulis oleh Hello English.
© Hello English, 2019. Beberapa hak cipta dilindungi dalam
peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC
menggunakan izin 4.0.
Para Pembuat Cerita
Mencuci Pakaian
Sebuah gambaran kehidupan orang-orang yang tinggal
bersama di lingkungan yang padat. Anak-anak bermain
di jalan sementara orang dewasa mencuci pakaian.
Semua orang mencoba yang terbaik untuk membantu.
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id | 154_Mencuci_Pakaian1 |
Penulis:
ADITI DAS
Ilustrator:
AGHNI GHOFARUN
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
4
Level
Penulis:
ADITI DAS
Ilustrator:
AGHNI GHOFARUN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
ERA REALITA
Penerjemah:
Perjamuan Kerajaan
Penulis
: Aditi Das
Ilustrator
: Aghni Ghofarun Aulia
Penerjemah : Era Realita
Penata letak: Prescilla Oktimayati
Penelaah
: 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widar
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak
terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut
membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca
akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis,
menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah
menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016
dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi
salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya
bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris,
Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya
lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator
kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di
dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah
diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
Zaman dahulu kala ada sebuah kerajaan.
Penduduknya hidup dengan damai dan sejahtera.
Itu berkat raja yang mampu mengatur kerajaannya
dengan adil dan bijaksana.
2
Suatu hari, Raja ingin mengundang seluruh rakyatnya
untuk perjamuan agung di istana. Semua orang sangat
bersemangat dan menanti-nantikan perjamuan agung itu.
Itu tidak lain tidak bukan karena perjamuan kerajaan itu
mengundang semua orang.
3
Di hari yang istimewa itu orang-orang mengenakan
pakaian terbaik mereka untuk menuju ke istana.
Hiasan-hiasan dekorasi dan air pancur yang indah
sangat mengagumkan. Orang-orang menunggu Raja
dan Ratu tiba. Raja dan Ratu masuk dengan anggun
dan menyambut orang-orang.
4
5
Seorang pelayan menghampiri Ratu dan membisikkan
sebuah kabar buruk. Koki kerajaan ternyata sedang sakit
dan tidak bisa menyiapkan hidangan. Selagi para tamu
menunggu, Ratu berlari ke dapur. Ratu menemukan bahwa
tidak ada yang bisa dihidangkan. Ia punya sebuah ide.
Ratu memanggil raja dan menceritakan
kondisi di dapur kerajaan.
“Yang mulia Raja, kita tidak punya apa pun
untuk dihidangkan, tidak sedikit pun. Jadi,
kita harus berpura-pura di perjamuan agung
ini dan mengadakan perjamuan lainnya untuk
membayar kekacauan ini,” usul ratu.
Raja berpikir keras, tetapi tidak menemukan
jalan keluar lain. Dia akhirnya menyetujui
usul ratu.
6
Para pelayan berbaris keluar dengan membawa kendi-
kendi air dan mengisi gelas-gelas tamu. Mereka diikuti
para pelayan yang membawa kuali-kuali besar kosong
dan menuang udara dengan sendok besar.
Meja telah disiapkan. Piring, mangkuk, gelas semua telah
ditata. Raja dan orang-orang duduk di kursi mereka, siap
untuk perjamuan agung. “Mari, kita mulai perjamuan
agungnya,” kata raja.
7
Selagi orang-orang kebingungan, Raja mulai makan.
Dia berpura-pura sedang makan hidangan paling lezat.
“Ahh …, enak sekali supnya.” … “Lembut sekali rotinya.”
… “Kari domba yang luar biasa,” … Raja terus memuji
sambil menjilati jari-jarinya.
8
Ratu mengatur para pelayan saat menghidangkan
makanan. Semua orang mulai meniru apa yang Raja
mereka lakukan. Jika Raja mengatakan dia menyukai
supnya, semua orang juga harus suka.
Semua orang berpura-pura bahagia di perjamuan
agung karena takut menyinggung raja mereka dan
membuatnya terlihat bodoh. Semua orang berpura-
pura makan dan minum dengan lahap.
9
Perjamuan agung akhirnya selesai dan semua orang
pulang ke rumah dengan menahan lapar karena
hanya minum segelas air. Tidak satu pun yang
berani mengolok-olok atau mempertanyakannya.
Raja dan Ratu sangat sedih karena mereka gagal
menyajikan hidangan untuk orang-orang seperti
yang telah direncanakan.
10
Sebulan kemudian ketika koki istana telah sembuh dari
penyakitnya, Raja mengadakan perjamuan lainnya dan
kali ini, hidangan terbaik sedunialah yang dihidangkan.
Semua orang berterima kasih kepada Raja untuk
perjamuan agung yang sesungguhnya.
11
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembagai
Cerita The Royal Feast ditulis oleh Aditi Das.
© Aditi Das, 2020. Beberapa hak cipta dilindungi
dalam
peraturan
perundang-undangan.
Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0.
Para Pembuat Cerita
Perjamuan Kerajaan
Raja mengundang seluruh rakyatnya
ke perjamuan agung. Namun, koki
istana jatuh sakit. Apa yang terjadi jika
tidak ada makanan untuk dihidangkan
selama perjamuan agung?
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id | 155_Perjamuan_Kerajaan |
Penulis:
APARNA KAPUR, BIJAL VACHHARAJANI
APARNA KAPUR, BIJAL VACHHARAJANI
Ilustrator:
VALENTINA KRIS UTAMI
VALENTINA KRIS UTAMI
Seni di
Sekitar Kita
Jauh, Dekat, dan dalam
Berbagai Benda
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
3
Level
Seni di
Sekitar Kita
Jauh, Dekat, dan dalam
Berbagai Benda
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Penulis:
APA
PARNA KAPUR, BBIJAL VA
VACHHARAJANI
Ilustrator:
VA
VALENTINA KKRIS UUTA
TAMII
Penerjemah:
NEYSA PUTRI ARDIANTI
Seni di Sekitar Kita—Jauh, Dekat, dan dalam Berbagai Benda
Penulis
: Aparna Kapur, Bijal Vachharajani
Ilustrator
: Valentina Kris Utami
Penerjemah : Neysa Putri Ardianti
Penelaah
: 1. Sonya Sondakh
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita
Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widar
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun
tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan
artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak
mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan
bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga,
ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca
ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan
tumbuh
dan
berkembang
keterampilan-keterampilan
lainnya,
mulai
keterampilan
mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta
karya.
Keterampilan
inilah
yang
menjadi
hakikat
dari
keterampilan
literasi.
Badan
Pengembangan
dan
Pembinaan
Bahasa,
Kementerian
Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari
sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional
(GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan
budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca
menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan
tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari
kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya
terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan
Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik
bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan
membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap
bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh
kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC
by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana
berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia
Pak Kumis Cemberut.
Pak Kumis cemberut,
pikirannya kusut.
Pak Kumis berpikir
dengan wajah cemberut.
Siapa Kami?
Perhatikan ciri-ciri kami
dan tebaklah dengan jitu!
Paruh pipih seperti bebek,
tak menggigit hanya mematuk. Ekor
berat, tetapi pendek
bagai berang-berang
dengan kaki berselaput.
Ya, kami platipus yang
berenang sesuka hati! Wiiiii!
2
Uji Mikrofon.
Di ujian kali ini
aku ‘kan berdendang.
Mendendangkan soal dan
‘ku takkan berpanjang-panjang.
Pikirkan jawabanmu,
tetaplah tenang.
Waktumu habis,
lonceng t’lah berdentang!
3
Tin-tiiin! Tin-tiiin, minggir semua!
Beri aku jalan, motorku tak bisa melaju pelan.
Oh, tidak! Jalanan padat, motorku harus melambat.
Nyamuk Nakal.
Nging ngiiiiing.
Nguiiiing nguiiiiing ngeeeeng.
Nging ngiiiiing.
Nguiiiiing nguiiiiing ngeeeeng.
Nging ngiiiiiiiiing … PLAK!
4
Sekolah di Bawah Laut.
Guru kami, si ikan pari,
ekornya menyapa riang.
Mari bersekolah sambil berenang,
semoga tak ada ikan paus menghadang.
5
Hujan Turun.
Bibi datang, oh, Bibi datang!
Membawa keranjang
dan payung panjang.
Hujan turun,
oh, turun hujan!
Payung gagal mengembang,
oh, Bibi yang malang!
6
Dua Kepala, Apa Enaknya?
Dua kepala bingung bukan kepalang.
Yang kiri ingin ke kanan,
yang kanan ingin ke kiri.
Dua kepala berbenturan keras,
“bletakkKK!”
7
Belalai yang
Terkunci.
Empat gajah mungil
dari gembok kecil.
Gembok terkunci,
belalai pun sembunyi.
Putar-putar, utak-atik,
masukkan anak kunci …
Berhasil! PREEEET!
Gajah-gajah kecil
ramai menerompet!
Angsa Tralala.
Dengarlah angsa bersuara indah,
“tra la la la la” bagai penyanyi.
Lalu, terdiam dan berjalan lincah,
“keteplak keteplek” kakinya berbunyi.
Ia menghunus lehernya yang bongsor,
“crak crak crak crak” paruhnya menyosor!
8
Kaka Detektif Tua.
Namanya Kaka, si Detektif Tua.
Kasus nan pelik dihadapinya.
Siapa gerangan pencuri kue wajik?
Kucing, tikus, ataukah itik?
Terlihat jejak berbentuk cakar.
Tampaknya berakhir di depan pagar.
Aha, suara kotek jelas terdengar.
Pencurinya Tina,
si Ayam Betina!
9
Mulut Tajam.
Burung kiwi yang galak,
si Tiwi namanya.
Dari kenari hingga gagak,
semua pernah dibentaknya.
Datang kiwi bernama Atik,
memberinya biji selasih.
Tiwi yang galak pun tak berkutik,
hanya bisa berterima kasih.
10
Pasukan Pembersih.
Di sana ada sampah,
di sini ada sampah.
Di sana-sini sampah
melimpah.
Pekerjaan kami
tidaklah ringan.
Maka bantulah,
jika kau berkenan.
Nada yang Merdu.
Pak Didi si Penyanyi Keroncong.
Bernyanyi menghibur di siang bolong.
Nada-nadanya terdengar merdu.
Du du du, du du du du du du!
11
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.i
Profil Lembaga
Cerita: Art Is Everywhere - Here, There and in
Everyday Objects. Ditulis oleh Aparna Kapur,
Bijal Vachharajani. © Pratham Books, 2020.
Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan
perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC
menggunakan izin 4.0.
Para Pembuat Cerita
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Kesenian hadir dalam berbagai rupa,
tak hanya gambar atau lukisan saja.
Ini adalah buku lanjutan dari seri
Seni di Sekitar Kita. Kami mengajak
anak-anak membayangkan macam-
macam bentuk dan rupa dari
benda sehari-hari. Setiap gambar
dilengkapi sajak berima, agar
imajinasi anak-anak semakin
terasah.
Seni di Sekitar Kita—
Seni di Sekitar Kita—
Jauh, Dekat, dan dalam
Jauh, Dekat, dan dalam
Berbagai Benda
Berbagai Benda
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id | 156_Seni_di_Sekitar_Kita |
Penulis:
RAKESH KANNA
Ilustrator:
VALENTINA KRIS UTAMI
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
3
Level
Penulis:
RAKESH KANNA
Ilustrator:
VALENTINA KRIS UTAMI
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Tinggi Dua Kali Lipat
Penulis
: Rakesh Kanna
Ilustrator
: Valentina Kris Utami
Penerjemah : Ni Putu Apsari Arumdani Sudewa
Penata letak: Prescilla Oktimayati
Penelaah
: 1. DhitaHapsarani
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widar
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak
terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut
membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca
akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis,
menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah
menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016
dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi
salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya
bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris,
Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya
lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator
kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di
dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah
diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
“Kamu tumbuh cepat sekali, Muthulaksmi,”
kata Suster.
“Kalau sudah besar nanti, aku bakal jadi
setinggi apa, ya?” tanyaku.
Namaku Muthulaksmi P. dan tinggiku 1 meter pas.
Tinggi 1 meter sama dengan 100 sentimeter.
Aku bisa tahu karena hari ini
aku berkunjung ke ruangan dokter
dan suster mengukur tinggiku di dinding.
“Entahlah,” kata suster.
“Tunggu dan lihat saja nanti!”
2
Aku mulai berandai-andai:
Bagaimana kalau tinggiku
bertambah dua kali lipat?
Bagaimana kalau aku
tumbuh hingga 2 meter?
Itu sama dengan
200 sentimeter.
Aku akan jadi lebih tinggi dari suster.
Aku juga akan jadi lebih tinggi
dari Paman Suresh,
orang paling tinggi di keluargaku.
Bagaimana kalau tinggiku
bertambah dua kali lipat LAGI?
3
Bagaimana kalau aku tumbuh hingga 4 meter?
Aku akan bermain untuk tim basket putri India di olimpiade.
Aku akan jadi orang tertinggi di muka bumi.
Aku bisa jadi terkenal!
Bagaimana kalau, LAGI-LAGI,
tinggiku bertambah dua kali lipat?
Bagaimana kalau aku tumbuh
hingga 8 meter?
Bayangkan seberapa besar
pakaian yang harus kukenakan!
Pastinya aku tidak akan bisa
membeli pakaian di toko.
Aku harus mencari penjahit yang andal.
4
Bagaimana kalau tinggiku
bertambah dua kali lipatnya?
Bayangkan saja,
tinggiku akan jadi 16 meter!
Aku akan bisa memetik buah kelapa
tanpa harus memanjat pohonnya.
5
Kemudian, bagaimana kalau tinggiku
bertambah dua kali lipatnya?
Tinggiku akan jadi 64 meter!
Aku akan jadi lebih tinggi
dari Mercusuar Chennai.
Aku akan berdiri di Pantai Marina
dan melihat jauh ke tengah samudra.
Lalu, bagaimana kalau tinggiku
bertambah dua kali lipatnya?
Tinggiku akan jadi 32 meter!
Aku akan bisa mencapai puncak
menara jam di Stasiun Pusat Chennai.
6
Tinggiku akan
jadi 128 meter,
hampir sama dengan
menara tertinggi
di Chennai.
Bagaimana kalau tinggiku
bertambah dua kali lipatnya?
Tinggiku akan jadi 256 meter,
lebih tinggi dari bangunan
mana pun di Tamil Nadu!
Saat badai petir,
aku mesti berhati-hati
jangan sampai
tersambar petir.
Aku akan membuat
topi penangkal petir
dan menghubungkannya
ke tanah dengan kawat.
Lantas, bagaimana kalau
tinggiku bertambah
dua kali lipatnya lagi?
Aku akan membantu
orang-orang yang tinggal
di lantai atas mengangkut
mebel ke dalam
apartemen mereka.
7
Lalu, bagaimana kalau tinggiku
bertambah dua kali lipatnya lagi?
Tinggiku akan jadi 1.024 meter,
lebih tinggi dari bangunan
tertinggi di dunia!
Bagaimana kalau tinggiku
bertambah dua kali lipatnya lagi?
Tinggiku 512 meter!
Aku akan jadi objek
wisata terkenal.
Orang-orang dari
seluruh dunia akan
datang dan mencoba
memanjat sampai ke
puncak kepalaku.
Mungkin aku bakal kesepian
di tempat setinggi itu.
Aku harus menggunakan teropong
untuk melihat teman-teman
dan keluargaku.
8
Dan lagi?
2.048+2.048=4.096
Dan lagi?
4.096+4.096=8.192
Dan lagi?
8.192+8.192=16.384
Bagaimana kalau tinggiku
bertambah dua kali lipatnya lagi?
1.024+1.024=2.048
Aku akan jadi lebih tinggi dari Gunung Everest.
Aku bisa berenang di bagian terdalam samudra
dan kakiku tetap bisa menyentuh dasar lautan.
9
Dan bagaimana jika tinggiku
bertambah dua kali lipatnya?
Dan dua kali lipatnya?
Dan dua kali lipatnya?
Kepalaku bakal ada
di luar angkasa!
Aduh, tidak ada udara di sini!
Awas, ada asteroid!
Sejujurnya, aku tidak mau
tumbuh setinggi itu.
16.384
16.384 +
32.768
32.768
32.768 +
65.536
65.536
65.536 +
131.072
10
Sekarang,
aku sudah cukup bahagia
dengan tinggi
1 meter.
11
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung
Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas
nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia.
Profil Lembagai
Cerita: Twice as Tall ditulis oleh Rakesh Kanna, ©️ Pratham
Books, 2019. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan
perundang-undangan.
Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0.
Kredit Lainnya:
Twice as Tall telah dipublikasikan oleh StoryWeaver oleh
Pratham Books. Pengembangan buku ini didukung oleh Oracle.
www.prathambooks.org.
Editor tamu: Mala Kumar, Penata artistik tamu: Snigdha Rao.
Para Pembuat Cerita
Tinggi Dua Kali Lipat
Muthulaksmi P. sedang bertumbuh tinggi.
Tak ada yang tahu akan jadi setinggi apa dia
saat besar nanti. Namun, bagaimana kalau
tingginya bertambah dua kali lipatnya? Lalu,
bertambah dua kali lipatnya, lagi, dan lagi?
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id | 157_Tinggi_Dua_Kali_Lipat |
Ada Apa Saja
di Pasar?
Ada Apa Saja
di Pasar?
Penulis : Niloufer Wadia
Ilustrator : Syifaa Hoerunnisaa
3
Level
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Penulis
: Niloufer Wadia
Ilustrator : Syifaa Hoerunnisaa
Penerjemah : Shafa Firda Nila
Ada Apa Saja di Pasar?
Penulis
: Niloufer Wadia
Ilustrator
: Syifaa Hoerunnisaa
Penerjemah : Shafa Firda Nila
Penelaah
: 1. Dhita Hapsarani
2. Emma L.M. Nababan
3. Theya Wulan Primasari
Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku
Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi.
Pengarah
: E. Aminudin Aziz
Muh. Abdul Khak
Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan
Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari
Tim Editorial
: 1. Anitawati Bachtiar
2. Yolanda Putri Novytasari
3. Choris Wahyuni
4. Larasati
5. Putriasari
6. Ali Amril
7. Dzulqornain Ramadiansyah
8. Hardina Artating
9. Dyah Retno Murti
10. Vianinda Pratamasari
11. Chusna Amalia
12. Susani Muhamad Hatta
13. Raden Bambang Eko Sugihartadi
14. Kity Karenisa
15. Ni Putu Ayu Widari
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun
tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan
artikel atau karangan ilmiah.
Sambutan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak
mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan
bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga,
ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca
ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan
tumbuh
dan
berkembang
keterampilan-keterampilan
lainnya,
mulai
keterampilan
mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta
karya.
Keterampilan
inilah
yang
menjadi
hakikat
dari
keterampilan
literasi.
Badan
Pengembangan
dan
Pembinaan
Bahasa,
Kementerian
Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari
sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional
(GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan
budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca
menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan
tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari
kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan.
Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya
terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan
Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik
bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang
dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan
membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap
bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh
kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur.
Jakarta, Oktober 2021
Salam kami,
E. Aminudin Aziz
Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi
serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia.
Hari ini adalah hari yang cerah di pasar desa.
Ada banyak orang, beragam warna,
dan berbagai kegiatan.
2
1. Sandal yang tertinggal.
2. Tiga ekor burung di
tempat yang berbeda.
Coba temukan
hal-hal berikut ini!
3
3. Sebuah keranjang yang
berisi pisang.
4. Dua orang pencuri kecil
yang melarikan diri.
Coba temukan
hal-hal berikut ini!
4
5. Keranjang belanja warna-warni.
6. Dua orang wanita yang memakai
bunga di rambutnya.
Coba temukan
hal-hal berikut ini!
5
7. Sebuah bingkisan besar
yang dibungkus kertas
berwarna cokelat.
Coba temukan
hal berikut ini!
6
8. Seekor kucing
yang sedang
mengejar tikus.
Coba temukan
hal berikut ini!
7
9. Empat kepala ikan.
Coba temukan
hal berikut ini!
8
9
Coba temukan
hal berikut ini!
10.
Seorang gadis
yang sedang
menikmati es krim.
11. Roda yang besar.
Coba temukan
hal berikut ini!
10
12. Lonceng kecil.
Coba temukan
hal berikut ini!
11
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit
di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, kami mendukung Gerakan
Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional
melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam
bahasa Indonesia.
Para Pembuat Cerita
C
e
r
i
t
a
:
T
h
e
M
a
r
k
e
t
p
l
a
c
e
d
i
t
u
l
i
s
o
l
e
h
N
i
l
o
u
f
e
r
W
a
d
i
a
.
© Niloufer Wadia, 2016. Beberapa hak cipta dilindungi dalam
p
e
r
a
t
u
r
a
n
p
e
r
u
n
d
a
n
g
-
u
n
d
a
n
g
a
n
.
D
i
t
e
r
b
i
t
k
a
n
d
e
n
g
a
n
C
C
menggunakan izin 4.0.
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC)
Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Telepon (021) 29099245, 29099247
Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
Pada suatu hari yang cerah di pasar sebuah desa,
ada begitu banyak hal yang terjadi.
Orang lalu-lalang, berbelanja, dan berjalan-jalan.
Temukan beberapa hal menarik yang terjadi di sana!
Ada Apa Saja
di Pasar?
Ada Apa Saja
di Pasar? | 158_Ada_Apa_Saja_di_Pasar |
Direktorat Pembinaan SD
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Membaca Lancar
Wiwin Alwiningsih
Bencana
di Pulau
Seberang
Bencana di
Pulau Seberang
Wiwin Alwiningsih
Membaca Lancar
Direktorat Pembinaan SD
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Dilindungi Undang-Undang
Milik Negara
Tidak Diperdagangkan
Bencana di Pulau Seberang
Penulis
: Wiwin Alwiningsih
Penyunting
: Erminawati
Penelaah
: Christina Tulalessy
Sigit Priyasmono
Ilustrator
: Tri Yuliana/Yudha Beni
Desainer
: Malikul Falah
Pengatak
: Malikul Falah
Cetakan 1, 2019
KDT
Diterbitkan Oleh:
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Gedung E Lantai 18
Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270
Telp: (021) 5725641, (021) 5725989
E-mail: [email protected]
Buku ini bebas diperbanyak dan diterjemahkan baik sebagian
maupun keseluruhannya, tetapi tidak dapat diperjualbelikan maupun
digunakan untuk tujuan komersil.
Kata Pengantar
Dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran di
sekolah dasar, Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar telah
membuat program lomba penulisan buku bacaan di sekolah
dasar. Lomba ini bertujuan untuk memotivasi semua pihak
khususnya guru untuk mengembangkan kreatifitas dan
imajinasinya dalam menuangkan ide-ide yang baik ke dalam
buku bacaan yang akan di jadikan bahan bacaan di sekolah
dasar. Tujuan lomba penulisan buku bacaan di sekolah dasar
ini adalah untuk menambah ketersediaan bahan bacaan
anak yang berkualitas dan sesuai dengan karakteristik anak,
memberikan apresiasi dan motivasi kepada guru dalam
menyusun cerita yang sesuai dengan usia anak; memberikan
kesempatan bagi guru untuk berkreasi, berinovasi dan
berimajinasi dalam menuangkan gagasan dalam bentuk buku
bacaan sekolah dasar, mendorong semua pihak meningkatkan
kepedulian terhadap pendidikan melalui penulisan buku
bacaan, serta meningkatkan budaya gemar membaca dan
menulis bagi guru.
Buku cerita ini diharapkan bukan hanya memiliki
kemampuan memahami informasi secara tertulis, tetapi juga
iii
kemampuan dalam memahami nilai-nilai budaya bangsa
Indonesia. Buku cerita ini isinya syarat akan penguatan
pendidikan karakter dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Penghargaan sangat tinggi kami berikan kepada para
penulis yang telah berkontribusi dan berpartisipasi aktif
dalam menghasilkan karya tulis yang luar biasa, serta pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyukseskan penulisan
buku cerita ini. Semoga kedepan akan banyak para penulis
handal yang menulis buku-buku bacaan berkualitas lainnya.
Selamat memaca dan salam literasi!
Jakarta, 2019
Direktur Pembinaan Sekolah Dasar
Dr. Khamim, M.Pd.
NIP. 196608171988031002
iv
Prakata
Alhamdulillah, karena berkat karunia dari Allah SWT
buku fiksi ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Bermula dari rasa prihatin pengarang terhadap rendahnya
budaya membaca dan lemahnya karakter kepribadian
anak-anak terutama siswa sekolah dasar yang akhir-
akhir ini sangat mengkhawatirkan. Pengarang berinisiatif
untuk mengikuti lomba membuat buku bacaan anak-anak
yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Nasional. Selain untuk mendukung Gerakan
Literasi Nasional, pengarang juga berkeinginan dapat
memberikan buku bacaan yang bermanfaat yang mampu
memperkuat karakter kepribadian anak-anak terutama pada
jenjang sekolah dasar.
Pengarang memahami ada banyak kekurangan dalam
buku ini. Sehingga kritik dan saran yang membangun,
pengarang harapkan demi peningkatan kualitas karangan-
karangan berikutnya.
v
Semoga buku ini dapat bermanfaat dan mampu
memberikan kontribusi pada dunia pendidikan khususnya
dalam hal pengembangan karakter kepribadian yang baik
terutama rasa cinta terhadap negara, cinta lingkungan, dan
gemar bergotong royong. Terimakasih pengarang ucapkan
kepada Subdit Kurikulum, Direktorat pembinaan Sekolah
Dasar atas kesempatan yang diberikan.Terima kasih juga
kepada semua pihak yang telah berkenan memberikan
motivasi dan masukannya hingga buku ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Penulis,
Wiwin Alwiningsih
vi
Daftar Isi
Kata Pengantar..........................................................
iii
Prakata......................................................................
v
Daftar Isi...................................................................
vii
1. Negeri Bahari.........................................................
1
2. Pasir Hisab............................................................. 15
3. Bencana di Pulau Seberang..................................... 29
4. Musyawarah........................................................... 42
5. Bencana pun Berlalu............................................... 50
Daftar Istilah.............................................................. 65
Informasi Pelaku Perbukuan........................................ 68
vii
viii
1. Negeri Bahari
Libur panjang telah tiba. Dika menghabiskan liburannya
dengan mengunjungi Paman dan Bibi. Mereka tinggal di desa
pinggir pantai. Ada banyak rencana yang telah Dika siapkan.
Ia akan mengajak Mahesa dan Ringin untuk bertualang.
Mereka akan menyusuri pantai pasir putih yang menawan.
Dika akan merekam segala hal yang menakjubkan dengan
kamera kesayangannya. Mahesa dan Ringin adalah sepupu
Dika, anak dari paman dan bibinya.
Pagi itu, angin laut berhembus kencang memasuki celah-
celah jendela rumah panggung yang terbuat dari kayu-kayu
pilihan terbaik. Hingga membuat suhu udara di dalamnya
menjadi lebih dingin. Deburan ombak yang menghantam
bebatuan karang memecah keheningan Desa Pinggir Pantai.
Burung-burung camar berhamburan dari sarangnya. Mereka
sibuk berburu ikan untuk mengisi perut kosongnya.
Di kejauhan, tampak beberapa kapal nelayan yang sedang
bersandar. Kapal-kapal itu dipenuhi ikan hasil tangkapan dari
laut semalaman suntuk. Mereka para nelayan tradisional
yang pergi melaut malam hari dengan memanfaat-kan angin.
1
Mereka pulang keesokan paginya dengan memanfaatkan
angin laut. Begitu setiap hari.
Dika, Mahesa, dan Ringin menghampiri salah satu nelayan
yang telah mereka kenal, Mang Uda ia adalah tetangga dekat
paman dan bibi. Sudah lama ia berprofesi sebagai nelayan
tradisional. Ikan-ikan tangkapannya selalu banyak, tetapi
pagi itu tidak seperti biasanya. Ia mendapat ikan sedikit
sekali. Wajah lelahnya tersenyum melihat kedatangan kami
bertiga.
“Assalamualaikum, Amang,” sapa Dika pada Mang Uda.
“Wa‟alaikumsalam.”
“Kami bantu ya, Amang.”
“Terima kasih anak-anak,” jawab Mang Uda.
Setelah kapal benar-benar menepi, istri dan anak
perempuan Mang Uda cepat-cepat menghampiri. Mereka
pun ikut sibuk menurunkan ikan-ikan untuk dibawa ke
tempat pelelangan. Ringin tak mau kalah. Ia ikut membantu
menurunkan ikan-ikan yang ukurannya lebih besar dari
tangannya sendiri.
“Kakak, lihat! Aku menemukan ikan pedang, lihat giginya,
hiii serem!”
2
3
Sayup terdengar suara azan ashar dari masjid yang
letaknya tidak jauh dari rumah paman.
“Mari, kita salat, setelah itu, kita pergi menemui Amang
Uda,” ajak Paman seraya beranjak ke sumur untuk berwudhu.
Selesai salat ashar, paman mengeluarkan sepeda
motornya, lalu memakai sepatu bot berwarna hitam. Dika
dan Mahesa pun diminta untuk mengenakan sepatu bot yang
telah paman siapkan.
“Sepertinya kita mau pergi jauh!” seru Dika.
“Jaraknya dua kilometer dari rumah. Jadi kalau jalan kaki,
ya, capek. Kalian berdua pegangan erat-erat. Kita berangkat!”
seloroh Paman sambil menghidupkan mesin motornya. Motor
pun melaju kencang membelah udara.
Selama di perjalanan, Dika melihat hamparan pasir putih
yang berkilau diterpa sinar matahari sore. Air laut mulai
pasang, matahari sudah makin merendah. Jaraknya dekat
sekali dengan garis horizon. Sinarnya membuat air laut
tampak berwarna keemasan. Sementara, angin bertiup ke
arah pantai membuat pohon nyiur melambai-lambai.
“Hei, lihat, ada lumba-lumba!” seru Mahesa mengagetkan
lamunan Dika sambil menunjuk ke tengah laut. Tampak
20
21
beberapa ekor lumba-lumba muncul untuk menghirup
oksigen.
Tak lama kemudian, mereka pun sampai. Seorang lelaki
setengah baya tengah menunggu kedatangan Paman. Ia
kelihatan asyik menghirup kopi kentalnya sambil duduk
di beranda sebuah gubuk. Gubuk itu tampak tua karena
dibangun menggunakan material seadanya. Tak jauh dari
gubuk, ada beberapa gubuk lain yang juga telah dipenuhi
oleh warga. Mereka adalah teman-teman Paman dan Amang
Uda. Mereka saling menyapa. Di samping kanan dan kiri
gubuk, berjejer bibit tanaman bakau dalam pot-pot anyaman
bambu yang mulai mengusang. Di antaranya ada yang sudah
dimasukkan dalam keranjang-keranjang siap angkut.
“Sudah lama, Mang?” tanya paman pada Amang Uda.
“Belum lama, mungkin sekitar sepuluh menit yang lalu.
Hei, kalian berdua ikut! Mari, silakan duduk, minum kopi
dulu, setelah itu kita berangkat.”
“Di sini ramai, ya, Ayah. Apa yang akan kita lakukan?”
komentar Mahesa melihat keramaian di sekelilingnya.
“Kita akan bergotong royong menyemai pohon-pohon
bakau itu, Mahesa dan mulai menanami kembali pantai
sebelah barat ini. Kami berencana akan menjadikannya
22
kawasan ekowisata hutan mangrove. Hal ini dilakukan supaya
penduduk desa lebih sejahtera.”
“Wah, keren sekali!” seru Dika. “Aku sudah tidak sabar!”
“Ayo, kita mulai!” seru Amang Uda sambil memakai topi
kerucutnya yang diikuti oleh warga desa lainnya.
Sedikitnya ada 25 orang yang membantu paman dan
Amang Uda menanam bibit bakau. Mereka saling tolong-
menolong dan berbagi tugas. Ada yang terjun ke pantai sebagai
juru tanam bibit bakau. Ada yang bertugas mengambil bibit
pohon di daratan dan memberikannya pada yang bertugas di
laut. Ada pula yang memotong batang-batang pohon bakau
supaya memiliki tunas baru. Mereka semua tampak sibuk.
Dika pun ikut membantu membawakan bibit-bibit tanaman
dan menyerahkannya pada paman yang sudah menceburkan
dirinya ke laut. Mahesa yang tak mau kalah, sibuk mengambil
beberapa bibit pohon bakau untuk ditanamnya.
“Mahesa nggak usah ikut menanam. Kamu bantu Dika
saja mengambil bibit pohon bakau itu dan dekatkan kemari,”
pinta Paman.
“Tidak, Ayah, Aku mau menanam. Nggak seru kalau
cuma ngambilin bibit.”
23
Mahesa tidak mau mendengarkan nasihat ayahnya. Ia
terus berjalan menyusuri pantai yang sudah mulai pasang.
Pelan-pelan, ia mulai menanam bibit-bibit itu agak jauh dari
yang lainnya. Saat sedang menanam, ia merasakan kakinya
melesak ke dalam pasir dasar pantai. Ia mencoba terus
bergerak dan melangkahkan kakinya tapi, sia-sia. Makin ia
bergerak, maka semakin cepat pasir itu mengisab tubuhnya.
Ia mencoba mencari pegangan tapi tidak menemukan apa
pun yang bisa diraih.
“Tolong… tolong… !” teriak Mahesa.
Warga yang mendengar suara teriakan menjadi panik.
Mereka berusaha mencari asal suara itu.
“Tolong, Ayah!” suara teriakan Mahesa kembali terdengar.
“Paman, itu Mahesa. Dia di sebelah sana!” teriak Dika
sambil menunjuk ke arah Mahesa yang tampak kesusahan.
Beberapa orang kemudian berkumpul panik. Pak Dirman
segera terjun ke laut. Ia berenang untuk menyelamatkan
Mahesa yang sudah hampir tenggelam. Ternyata Pak Dirman
pun tak mampu menyelamatkannya. Paman yang melihat
kejadian itu pucat pasi.
“Ada pasir hisap, jangan ada yang kemari!” seru Pak
Dirman.
24
Perlahan tubuh Mahesa lenyap tinggal leher dan
tangannya yang masih telihat. Ia berusaha sekuat tenaga
agar air laut tidak memasuki lubang hidungnya dengan terus
mengangkat kepala. Pak Dirman berusaha untuk meraih
tangan Mahesa.
Amang Uda berjalan mondar mandir mencari bilahan
bambu atau apa saja yang bisa digunakan untuk menyelamat-
kan mereka.
“Pak Dirman tangkap ini!” teriak seorang warga sambil
melemparkan ikatan kain sarung yang sudah dipotong-
potong dan diikatkan menjadi satu. Ternyata sarungnya pun
masih belum mampu menjangkau Pak Dirman dan Mahesa.
“Beri pemberat diujung sarung itu dan tambah panjang-
nya!” seru Amang Uda.
“Tidak ada sarung lagi, Amang!” teriak yang lain.
“Ada jaring di gubuk, gunakan itu!”
Akhirnya, sarung dan jaring diikat menjadi satu
kemudian dilemparkan ke arah Pak Dirman. Setelah berkali-
kali mencoba meraih, Pak Dirman pun berhasil meraih ikatan
jaring dan memberikannya pada Mahesa.
“Ayo, kita tarik!” teriak warga.
“Ayo! satu... dua... satu... dua!”
25
26
Mereka bersama-sama mengerahkan seluruh tenaganya.
Pelan-pelan, tubuh Mahesa dan Pak Dirman semakin terlihat.
Melihat jerih payahnya berhasil, lecutan semangat membanjiri
warga.
“Sebentar lagi. Ayo, teman-teman!”
Akhirnya, Mahesa dan Pak Dirman berhasil diselamatkan.
Mereka tampak sangat lemas. Paman segera menggotong
Mahesa dan membawanya ke gubuk. Sementara, Amang
Uda dan beberapa orang lain memapah Pak Dirman dan
memberinya minum.
“Maaf, Ayah. Aku tidak medengarkan nasihatmu,” kata
Mahesa lirih. Ia benar-benar merasa menyesal.
“Tidak apa-apa, nak. Lain kali jangan diulangi, ya,” pinta
Paman.
“Alhamdulillah, mereka berdua selamat dan baik-baik
saja,” ucap warga dengan senyum yang mengembang.
“Sebaiknya, pantai sebelah sana kita beri tanda. Supaya
tidak ada lagi orang yang terperosok pasir hisap laut yang
sangat berbahaya itu,” ucap Pak Kadir.
“Iya, Pak, saya setuju!” seru seorang warga yang diikuti
oleh warga lainnya.
“Ayo, kita buat tanda!” ajaknya bersemangat.
27
Setelah kejadian itu, warga mengganti kegiatan sore itu
dengan membuat tanda peringatan untuk menandai daerah
pantai yang berbahaya. Sementara, Paman Yusuf dan Amang
Uda berbagi tugas. Amang Uda mengantar Pak Dirman
pulang, sementara paman membawa pulang Mahesa dan
Dika.
***
28
3. Bencana di Pulau
Seberang
Setelah kejadian mengerikan itu, Mahesa menjadi
takut untuk bermain di laut. Beberapa kali Ringin dan Dika
mengajaknya, tapi ia selalu saja menolak. Akhirnya, mereka
hanya bermain di beranda rumah dan sesekali berjalan di
pinggiran pantai.
Ketika mereka tengah asyik bermain, datanglah
serobongan orang tak dikenal dengan membawa barang-
barang yang biasa digunakan untuk bepergian jauh. Kepala
rombongan itu menyapa dan berlalu pergi. Dika melihat
beberapa kapal menepi tak jauh dari pantai tempat mereka
bermain. Satu per satu kapal nelayan itu menurunkan
rombongan yang menaikinya. Tidak lama kemudian, datanglah
beberapa rombongan yang lain lagi. Merasa penasaran,
akhirnya, Dika memberanikan diri untuk bertanya.
“Maaf, Paman, ada yang bisa kami bantu?”
“Oh, terima kasih nak. Kami hanya lewat saja.”
“Hendak ke mana Paman akan pergi?”
29
“Kami semua akan merantau karena di desa kami tidak
ada lagi yang bisa dilakukan untuk mempertahankan hidup,”
ucapnya dengan raut wajah yang sedih.
“Hati-hati, Paman!” seru Mahesa.
Tidak jauh dari tempatnya berdiri, Dika melihat Amang
Uda sedang berbincang dengan beberapa orang dari
rombongan yang tadi ia temui. Mereka saling berpelukan
dan melambaikan tangan perpisahan satu sama lain. Melihat
hal itu, Dika, Mahesa, dan Ringin yang masih penasaran,
berlarian mendekati Amang Uda.
“Amang, tadi itu siapa, sih? Dari mana asal mereka? Dari
Pulau Seberang, bukan?”
“Iya, mereka penduduk pulau terpencil di seberang sana.
Mereka mau merantau ke kota dan bekerja di pabrik. Ayo,
kita duduk di batang pohon yang tumbang itu!” ajak Amang.
“Bukankah mereka nelayan?” tanya Ringin penasaran.
“Bagaimana bisa bekerja di pabrik?” sambung Mahesa.
“Entahlah, Amang tidak tahu, tapi yang pasti mereka
semua nelayan.”
“Katanya di desa mereka, tidak ada lagi yang bisa mereka
kerjakan Amang. Jadi, mereka putuskan untuk merantau,”
jelas Dika.
30
31
“Benarkah? Berarti dugaan Amang selama ini benar. Telah
terjadi bencana di sana. Amang sudah pernah menasihati
mereka, tapi tidak satu pun yang mendengarkan.”
“Bencana apa, Amang?”
“Amang Uda, Amang!” tiba-tiba terdengar suara teriakan
seorang pemuda dari seberang. Sontak Amang Uda berdiri
dan melambaikan tangannya.
Amang Uda memeluknya dan memerkenalkan pemuda
itu pada mereka bertiga.
“Ini keponakan Amang, namanya Kak Faris” katanya.
Dika, Mahesa, dan Ringin pun memberi salam pada Kak Faris.
“Kau pun hendak merantau Ris?”
Mendengar pertanyaan Amangnya, kak Faris terdiam. Ia
menghela napas panjang, kemudian mulai bercerita. “Andai
dulu penduduk di desaku mau mendengarkan nasihat Amang,
mungkin bencana ini tidak akan terjadi. Sekarang, semuanya
sudah rusak.”
“Sudahlah, Ris, semua yang sudah terjadi tak perlu
disesali. Sekarang, tugasmu memperbaiki kerusakan yang
sudah terjadi. Kampung Amang ini pun dulu begitu, tapi lihat
sekarang, semuanya kembali pulih. Kampungmu pun bisa,
32
tapi kalau kamu ikut pergi merantau, lalu siapa yang akan
memperbaikinya?”
Mendengar nasihat Amangnya, Kak Faris terdiam. Ia
mengernyitkan dahi tampak berpikir keras.
“Bencana apa, sih Amang? Kok nggak ada beritanya
di tv?” tanya Ringin yang sedari tadi pertanyaannya belum
dijawab oleh Amang Uda.
“Kalian ingin tahu bencana apa? Ayo Kita kesana!” seru
Amang Uda. “Kau ikut, kan Faris?”
“Iya, Amang, aku ikut.”
“Yeayy!” seru anak-anak.
Mahesa yang masih ragu untuk pergi ke laut,
memberanikan diri. „Aku mau melihat bencana yang terjadi di
Pulau Seberang. Apa yang membuat para penduduk sampai
pergi meninggalkan desanya?‟ pikir Mahesa dalam hatinya.
Setelah menemui Paman Yusuf dan menceritakan apa
yang terjadi, Amang Uda memberanikan diri untuk meminjam
perahu motor yang ada di kantor kelurahan tempat Paman
Yusuf bekerja.
Sebentar kemudian, Amang Uda dan yang lainnya
sudah berada di atas perahu motor itu. Paman Yusuf segera
33
menghidupkan mesin, melajulah perahu motor membelah
lautan.
“Biarpun aku anak pantai, baru kali ini aku naik perahu
motor membelah laut!” seru Mahesa yang kemudian diikuti
tawa oleh yang lainnya.
Setelah jauh menyeberang ke Pulau Seberang, ternyata
di sana jalur lalu lintas laut sudah ramai. Perahu jenis feri
terlihat melintas ke sana-sini. Namun, ada hal yang meng-
ganggu pikiran Dika. Ia melihat laut itu sudah tidak berwarna
biru lagi.
“Paman, laut sudah tidak berwarna biru. Lihatlah air laut
itu! Sebagian berwarna kecoklat-coklatan dan sebagian lagi
berwarna kehitam-hitaman,” seru Dika.
“Ya, hal ini benar-benar mejadi masalah serius. Laut di
sini sudah banyak yang tercemar. Sisa gas dari kapal atau
perahu motor mengotori lautan dan mengubah warnanya
menjadi kehitaman-hitaman.”
“Apakah hal itu bisa berakibat buruk bagi lingkungan
laut, Ayah?” tanya Mahesa.
“Sudah tentu, pencemaran air laut bisa merusak lingkung-
an laut. Oleh karena itu, pencemaran ini harus dihindari agar
lingkungan laut tidak rusak.”
34
“Aku tahu, jadi selama ini Amang Uda dan para nelayan
yang ada di desa, tidak memakai perahu motor dan bertahan
menjadi nelayan tradisional karena ini. Menjaga agar laut
desa kita tidak tercemar. Begitukah, Amang?” tanya Ringin
bersemangat.
“Tepat sekali!”
Semuanya tertawa. Tidak lama kemudian, perahu motor
itu tiba di tempat tujuan. Para penumpangnya pun segera
turun.
Desa kak Faris sangat memprihatinkan. Lebar pantainya
menjadi lebih sempit dari pantai yang ada di desa tempat
tinggal paman. Tambak-tambak ikan milik warga banyak yang
rusak tergerus gelombang laut. Pantai menjadi sangat kotor.
Bahkan, beberapa perumahan warga menjadi sangat dekat
dengan laut. Dika maupun Mahesa tidak lagi menemukan
rerimbunan pohon bakau. Di sana, hanya tampak beberapa
batang pohon bakau yang masih tersisa. Tidak hanya pohon
bakau, penduduk di pulau ini pun sangat jarang, satu dua
orang terlihat dan menyapa.
“Astaghfirullah! Jika terus dibiarkan seperti ini, pulau ini
bisa tenggelam!” seru Paman Yusuf.
“Apa yang terjadi di sini, Paman?” tanya Dika.
35
“Erosi pantai yang mahadahsyat menyerang pulau ini,
lihat garis pantainya sudah makin menyempit. Air laut makin
naik ke daratan!”
“Apa yang harus kita lakukan?” tanya Mahesa panik.
“Saat ini, tidak ada yang bisa kita lakukan, Mahesa, tapi
kita bisa menyisir seluruh pantai untuk memastikan tidak ada
hal mengerikan lainnya selain abrasi ini!” seru Dika.
Kak Faris terdiam melihat keadaan desanya. Rasa
ber-salah tampak jelas di wajahnya. Ia pun terus berjalan
mengikuti yang lainnya, seraya berdoa agar desanya masih
bisa diselamatkan.
Tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Tiba-tiba, muncul
seekor penyu dari lautan.
“Kakak, coba lihat, ada kura-kura, berwarna merah!”
seru Ringin sambil berlari menghampiri penyu itu.
“Penyu berwarna merah?” gumam Dika.
Dika dan Mahesa pun berlari mengikuti Ringin. Tepat
seperti dugaan mereka, ternyata penyu itu tersangkut
kantung plastik berwarna merah yang menyebabkan seolah-
olah ia berwarna merah.
“Kasian sekali penyu ini.”
36
37
“Oh, iya perkenalkan ini teman-teman saya dari kota,
Paman, yang hobi menyelam. Saya bawa ke sini untuk
membantu kita membersihkan laut dari sampah-sampah
plastik.”
“Kebetulan mereka sedang mengadakan kegiatan sosial
membersihkan sampah di lautan.”
“Wah keren!” seru Dika.
Setelah
memperkenalkan
teman-temannya
yang
berjumlah 28 orang, Kak Faris mengajak mereka untuk
berkeliling pulau. Setelah itu, mereka mulai memakai
perlengkapan menyelamnya. Kemudian, menaiki perahu-
perahu milik warga. Dari atas perahu, mereka berloncatan
ke air dan langsung menuju daerah yang banyak dicemari
sampah-sampah plastik.
Para penyelam tersebut mengambil sampah-sampah itu
dan memasukkannya ke dalam keranjang yang mereka bawa.
Setelah penuh, mereka pun bermunculan ke permukaan.
“Ayo, ambil terus sampah-sampah itu!” teriak pimpinan
kelompok memberi semangat.
Mereka terus menyebar di sekitar pantai pulau kecil itu.
Dika, Ringin, dan Mahesa yang melihat mereka menyelam
58
merasa takjub dan berkali-kali terpukau dengan kelihaian
para penyelam itu.
“Lihat, Kak, mereka semua seperti ikan!” seru Ringin.
Sampah-sampah plastik yang ditemukan ternyata cukup
banyak. Warga yang melihat sampah-sampah hasil buruan
para penyelam itupun sampai terperangah.
“Banyak sekali sampah di dalam laut sana, pantas saja
ikan-ikan banyak yang mati,” celetuk salah seorang warga.
Hari sudah semakin sore ketika para penyelam menyudahi
kegiatannya.
“Kita lanjutkan besok,” ujar ketua kelompok selam.
“Baiklah!” seru yang lain.
“Terima kasih atas perjuangan kalian hari ini, Nak.
Terima kasih juga pada seluruh warga Desa Pinggir Pantai,”
ucap tetua kampong Desa Pulau Seberang. “Kami tidak bisa
membalas kebaikan hati kalian semuanya. Semoga Tuhan
selalu memberikan keselamatan pada kita semua.”
“Amin, Kek,” sahut warga desa.
***
Membutukan waktu satu minggu untuk membersihkan
sampah-sampah yang ada di seluruh pantai Desa Pulau
Seberang.
59
Setelah pulau dan pesisir pantai bersih dari sampah-
sampah plastik, selanjutnya warga mulai menanami dasar
laut dengan terumbu karang yang baru.
Warga Desa Pinggir Pantai bergiliran membantu warga
Desa Pulau Seberang. Hal ini mereka lakukan supaya mereka
tetap bisa melaut dan mencari ikan. Hingga waktu liburan
sekolah Dika selesai. Kegiatan rehabilitasi Pulau Seberang
belum juga selesai.
“Mahesa, beri tahu aku, jika rehabilitasi sudah selesai,
ya,” pinta Dika pada sepupunya itu di sela persiapannya
kembali ke kota.
“Tenang saja, saat kunjungan liburanmu berikutnya, Kita
bisa ke sana untuk melihat perkembangannya, ok!” sahut
Mahesa mantap.
***
Beberapa tahun berlalu. Kini pulau kecil itu sudah
terlepas dari bencana yang menimpanya. Rerimbunan pohon
bakau sudah tampak di setiap sisi pantai-pantainya. Areal
pertambak-kan warga kini tidak lagi sampai merusak si
penjaga pantai itu.
60
61
Air laut yang tercemar oleh sampah kini sudah kembali
bersih. Penyu dan ikan-ikan serta burung-burung laut pun
semakin banyak.
***
Dika, Ringin, dan Mahesa menyempatkan berkunjung
disela-sela liburan mereka berikutnya. Sambil duduk
memandang lautan, Ringin mengeluarkan secarik kertas yang
berisi puisi. Ia bangkit berdiri dan mulai membacakannya.
Suaranya terdengar lantang di hadapan Dika dan Mahesa.
Deburan ombak lautan menjadi musik pengiring yang
memikat.
Negeri Bahari
Negeriku, Negeri bahari
Ribuan pulau berjajar rapi
Bakau bakau berbaris pantaiku berseri-seri
Tapi adakala Ia menangis
Sebab ulah manusia yang tak tau diri
Sampah mengotori
Sisa bahan bakar pun mencemari
Hingga lautku tak biru lagi
62
Pohon-pohon bakau ditebangi
Terumbu karang mati
Timbulkan bencana erosi
Ikan-ikan mengungsi dan mati
Tidak ada yang tersisa
Saat manusia sadar
Bersama mereka perbaharui
Menyelamatkan yang tersisa
Menjaganya setiap hari
Demi generasi bangsa yang abadi
Perlahan
Lautku kembali berseri
Bencanapun pergi
Dan bahagia kini menghampiri
Setelah mendengar Ringin membacakan puisinya. Dika
dan Mahesa memberikan pujian dan tepukan tangan yang
meriah. Mereka tidak menyangka bahwa Ringin mampu
membuat sebuah puisi. Ringin merasa sangat senang atas
pujian kakaknya. Ia segera berlari dan memeluk mereka.
63
Hari menjelang sore ketika mereka beranjak pulang.
Saat mereka memandang lautan dari tepi pantainya, seakan
bergumam bersama.
”Kini, bencana telah berlalu dan laut kita pun kembali
biru!”
TAMAT
64
Daftar Istilah
Abrasi
: pengikisan
tepi
pantai
oleh
gelombang laut karena ketiadaan
pohon bakau.
akar napas
: akar
tanaman
bakau
yang
menjulang
sampai
di
atas
permukaan laut bahkan sejajar
dengan batang pohonnya.
batas landas kontinen : kelanjutan garis batas dari daratan
suatu
benua
yang
terendam
sampai kedalaman 200 meter di
bawah permukaan laut.
buritan
: bagian belakang kapal atau perahu.
ekosistem
: keanekaragaman suatu komunitas
dalam lingkungan.
ekowisata
: tempat
wisata
yang
objeknya
adalah
keanekaragaman
hayati
dalam suatu ekosistem lingkungan
hidup.
65
garis horizon
: berbatasan antara langit bagian
bawah dengan permukaan bumi
atau laut.
illegal fishing
: penangkapan
ikan
yang
bertentangan dengan hukum.
laut territorial
: wilayah laut dengan batas 12 mil
dari titik terluar pulau-pulau di
Indonesia pada saat pasang surut
kea rah laut.
mangrove
: bakau, tumbuhan berakar tinggi
yang hidupdi tepi laut atau pantai.
oksigen
: zat ringan terdapat dalam atmosfer,
tidakberwarna, tidak berbau, dan
tidak memilikirasa yang diperlukan
untuk segala bentukkehidupan.
pasir hisab
: butiran halus yang memiliki daya
hisab tinggi terhadap sesuatu yang
masuk ke dalamnya.
perairan nusantara
: wilayah perairan yang terletak
pada sisi dalam dari garis pangkal
yang terdiri atas laut, teluk, dan
selat yang menghubungkan pulau
66
yang satu dengan pulau yang lain
di Indonesia.
pohon nyiur
: pohon kelapa.
pucat pasi
: wajahnya sangat pucat.
pukat harimau
: semacam jarring yang berukuran
yang sangat besar dan mampu
menangkap
ikanserta
hewan-
hewan yang berukuran kecil.
rehabilitasi
: pemulihan kembali.
sepatu bot
: sepatu yang membungkus kaki
hingga di bawah lutut, terbuat dari
karet, kulit, dan sebagainya.
tsunami
: gelombang
laut
dahsyat
(gelombang pasang) yang terjadi
karena gempa bumi atau letusan
gunung api di dasar laut.
67
Informasi Pelaku Perbukuan
Biodata Penulis
Wiwin Alwiningsih, S.Pd., dilahirkan di
Kota Metro pada 19 Juli 1991. Ia pernah
mengenyam pendidikan di SD Negeri
9 Metro Pusat, kemudian melanjutkan
di SMPT Negeri 2 Metro Pusat. Setelah
menamatkan pendidikan jengjang SMP, ia
melanjutkan ke SMA Negeri 3 Metro.
Pendidikan Geografi menjadi program studi pilihannya
saat Ia mengenyam pendidikan di perguruan tinggi negeri
Universitas Lampung. Saat ini, Ia sebagai guru di SDIT
Muhammadiyah Gunung Terang. Wanita berkerudung ini
dapat dihubungi melalui email: wiwin_alwiningsih@yahoo.
com
68
Biodata Penyunting
Erminawati, S.Pt adalah penyunting buku di beberapa
penerbitan terkemuka. Pada tahun 2015 ia mendapat
penghargaan sebagai editor terbaik untuk kategori buku fiksi
remaja di acara Indonesia Membumi KPK-IKAPI. Beberapa
judul buku yang pernah ia sunting adalah Bisnis Tabulampot
Tanpa Repot (Erzatama Karya Abadi, 2016), Meraup Rezeki
dari Budidaya Ikan Kerapu (Erzatama Karya Abadi, 2016),
Peluang Usaha Ikan Hias Air Tawar (Erzatama Karya Abadi,
2016), Usaha Ikan Lele di Lahan Sempit (Erzatama Karya
Abadi, 2016), Cara Baru Beternak Lebah Madu (Erzatama
Karya Abadi, 2016), Misteri Hutan Larangan (CV Erzatama
Karya Abadi, 2016), Dari Rahim Ombak (Erzatama Karya
Abadi, 2015), Pan Julungwangi (Erzatama Karya Abadi,
2015), Rio menangkap bintang (Mediantara Semesta, 2019),
(Mediantara Semesta, 2019). Ia juga suka menulis buku anak.
Ia dapat dihubungi via email: [email protected].
69
Biodata Penelaah 1
Christina Tulalessy, lahir di Titawaai, sebuah desa kecil di
Nusalaut, Maluku Tengah, pada tanggal 12 November 1963.
Lulus dari IKIP Jakarta Jurusan Tata Busana. Sejak tamat
tahun 1988, ibu yang memiliki seorang putri ini memulai
kariernya sebagai PNS di Pusat Perbukuan. Di sinilah dia
mulai belajar penyuntingan melalui berbagai pelatihan.
Kemampuan berbahasa diwarisi dari ayahnya yang juga
guru Bahasa Indonesia. Menyunting berbagai naskah buku
teks pelajaran menjadi pekerjaan sehari-harinya. Pada saat
yang bersamaan, juga menjadi penyunting pada beberapa
penerbit.
Keterampilan
penyuntingan
mengantarkannya
menjadi
pengajar mata kuliah Editing di Polimedia Kreatif sejak
tahun 2009–2015. Menyelesaikan Pendidikan S2 dan S3
pada Jurusan Penelitian dan Evaluasi Pendidikan tidak
menyurutkan kegemarannya terhadap dunia penyuntingan.
Menjadi juri tingkat nasional untuk sejumlah lomba penulisan
yang diselenggarakan oleh Kesharlindungdikmen Kemdikbud
juga dilakukannya. Saat ini sebagai PNS pada Pusat Kurikulum
dan Pembelajaran dan dapat dihubungi di nona_tula@yahoo.
com.
70
Biodata Penelaah 2
Massigit Priyasmono, lahir di Kediri, 23 September 1954.
Awalnya belajar secara otodidak (iqro’ dan Home Schooling).
Kemudian tahun 1991 mengikuti Pelatihan Penulis, Ilustrator
dan Desain Buku Anak-anak, yang diadakan oleh Depdikbud
dan Komisi UNESCO di Jakarta. Masih tahun 1991 menjadi
peserta Training Course Science Book for Ilustrator dan
Design on Books Young People, Asian Culture Center for
Unesco (ACCU) di Toko-Japan, dan menerima penghargaan
The Most Scientific Price untuk karya Wildlife of Birds. Antara
tahun 1996-1998 mengikuti bermacam-macam pelatihan
dan lokakarya yang berhubungan dengan penulisan, editing,
desain grafis komputer.
Dari tahun 1989-2010 bekerja di Pusat Perbukuan Depdikbud
sebagai Ilustrator dan Desainer Buku. Sementara itu juga
freelance di beberapa Penerbit, Pabrik Otomotif, dan Konsultan
Manajemen sebagai Desain Marketing dan Ilustrator. Tahun
1998-2004 sebagai Instruktur/Fasilitator dan Juri Pembuatan
Buku Cerita Bergambar untuk anak-anak pada Kegiatan
Peningkatan SDM Guru SD kelas rendah Dikdasmen-
Depdiknas, di Jakarta. Kemudian tahun 2004-2006 sebagai
Instruktur/Fasilitator Pembuatan Buku Cerita dan Alat Peraga
untuk anak-anak TK dalam kegiatan Peningkatan SDM Kepala
Sekolah dan Guru TK se-Indonesia Direktorat Pendidikan TK
dan SD Depdiknas, di Jakarta. Penilai Aspek Grafika Buku
Pelajaran yang diselenggarakan oleh BNSP, dan penilai Aspek
Grafika Buku Nonteks Pelajaran yang diselenggarakan olah
PPBNP di Jakarta. Moto dalam hidup ”Long Life Education-
Just Do Its- Plan Living Hingh Thinking"
71
Biodata Desainer
Malikul Falah adalah desainer buku di beberapa penerbitan
terkemuka. Pada tahun 2015 ia mendapat penghargaan
sebagai desainer terbaik untuk kategori buku fiksi remaja di
acara Indonesia Membumi KPK-IKAPI. Ia dapat dihubungi via
email: [email protected].
Biodata Ilustrator
Tri Yuliana, S.Kom., dilahirkan di Provinsi Lampung pada
3 September 1993. Ia pernah mengenyam pendidikan di
Perguruan Tinngi Negeri Universitas Lampung dan mengambil
jurusan teknik informatika. Bidang keahlian yang dimilikinya
adalah ilustrasi dan pengembang aplikasi.
Saat ini, Ia sebagai pekerja lepas di bidang desain grafis
dan pengembangan aplikasi. Ia dapat dihubungi melalui
email: [email protected].
Yudha Beni, ilustrator lepas yang sangat suka menggambar.
Lulusan SMSR Bandung ini banyak melahirkan karya ilustrasi
buku anak. Beberapa karya ilustrasinya antara lain: Nelayan
(SPKN, 2017), Putri Bunga (SPKN, 2017), Buah yang Kukenal
(Kemendikbud, 2015),dan banyak karya lainnya. Yudha bisa
dihubungi lewat email: [email protected].
72
Milik Negara
Tidak Diperdagangkan
ISBN
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Gedung E Lantai 18
Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270
Telp: (021) 5725641, (021) 5725989
E-mail: [email protected]
Cerita petualangan Dika dimulai saat ia pergi berlibur ke rumah
paman dan bibinya di Desa Pinggir Pantai. Bersama Mahesa
dan Ringin, Dika mengalami berbagai peristiwa menegangkan,
seperti pengeboman kapal laut hingga tenggelamnya Mahesa
dalam pasir hisab pantai.
Dika juga sempat berkunjung ke sebuah pulau yang sangat
memprihatinkan. Pulau itu hampir tenggelam!
Mau tahu kelanjutan petualangan Dika, Mahesa, dan Ringin?
Ayo, baca buku ini! | 1595687149_Bencana_di_Pulau_Seberang_Full |
Nusantara
KKLP Pengembangan Sastra
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Pengumpul Data:
Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk.
Seri Antologi Fabel Nusantara
Kisah Seru Hewan
di Sekitar Kita
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta
rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/
atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/
atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Penerbit PT Elex Media Komputindo
KKLP Pengembangan Sastra
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Seri Antologi Fabel Nusantara
Kisah Seru Hewan
di Sekitar Kita
Pengumpul Data:
Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk.
Kisah Seru Hewan di Sekitar Kita
Seri Antologi Fabel Nusantara
Kerja sama PT Elex Media Komputindo dan KKLP Pengembangan
Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
: Sastri Sunarti
Leni Mainora
Rosliani
Farah
Pengumpul Data:
Atisah, Desi Nurul Anggraini, Helmi Fuad, Ibrahim Sembiring,
Irawan Syahdi, Leni Mainora, Muawal Panji Handoko, Nurelide
Munthe, Nurhaida, Suyadi, Syahril, Riki Fernando, Tri Amanat,
Yuli Astuti Asnel, dan Zahriati
Ilustrasi dan Desain Cover : Krisna Putra
Layout
: Divia PermatasariHIEMHUUDEMGIIIDIDDGMEDII
hak Cipta Terjemahan indonesia
©2021 Penerbit PT elex media Komputindo
hak Cipta dilindungi oleh undang-undang
diterbitkan pertama kali oleh:
Penerbit PT elex media Komputindo
Kelompok gramedia-Jakarta
Anggota iKAPi, Jakarta
523006912
iSBN: 978-623-00-3028-4
dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
dicetak oleh Percetakan PT gRAmediA, Jakarta
isi di luar tanggung jawab percetakan
Rapat Tikus......................................................................................2
Kepinding yang Malang..............................................................5
Tongkat Sakti..................................................................................9
Sahabat yang Hilang.................................................................13
Induk Berang-Berang Menuntut Keadilan......................18
Kisah Kerang Mutiara di Pantai Sejarah...........................25
2
1 Diceritakan kembali oleh Simpei Fusen Sinulingga. Asal
daerah: Desa Lingga, Karo.
A
da sebuah rumput ilalang, dimana arah mata
angin disitulah dia dan lubang tikus ini ada
di bawahnya. Panglima Tikus keluar dari
lubang dilihatnya ilalang itu ada yang bergerak,
ia pun ketakutan dan mengadu kepada Raja
Tikus. “Wahai baginda raja, di luar ada ilalang
yang bergerak-gerak, aku takut keluar dan tidak
bisa memberi makan anak-anakku,” Raja Tikus
berkata,“Itu angin yang membawanya.”
“Tapi aku ada masalah lain lagi,” kata Panglima
Tikus. “Aku sangat takut pada kucing, sudah
berapa banyak anakku dimakannya. Bagaimana
caranya agar kucing ini bisa kita tangani?”
4
Lalu Raja Tikus memanggil dan mengumpulkan
rakyat tikus untuk mengadakan rapat besar. Raja
bertanya bagaimana caranya agar kucing tidak
bisa memakan tikus lagi.
Setelah rapat besar diadakan, muncul satu ke
putusan, “Bagaimana jika kita pasang kerincing
yang bunyi-bunyi di leher kucing. Jadi, jika itu
dipasang apabila dia bergerak pasti akan ter
dengar dan kita bisa pergi, kita juga tau kapan dia
datang.”
Semuanya pun setuju, keringcing yang dapat
berbunyi-bunyi sudah dibuat, namun tidak ada
satu pun yang berani memasang kerincing ke
leher kucing. Sehingga sampai sekarang kucing
pun masih mengejar dan sering bisa menangkap
tikus.
5
2 Diceritakan kembali oleh Kadisman Desky dan M. Arsyadi
Ridha (Penyunting), Cerita Rakyat Asahan, Majapahit Pub
lishing, Yogyakarta, 2017.
D
i sebuah istana tinggallah sekeluarga Kepin
ding yang terdiri dari suami, istri, dan be
berapa puluh anaknya yang kerjanya setiap
malam berpesta pora, mengisap darah Raja.
Mereka tinggal di pojok tempat tidur Raja. Pada
suatu malam, “nging…ng…ng!” Terbanglah se
ekor nyamuk ke kamar Raja lalu berkata, “Wow....
betapa mewahnya kamar raja ini.”
Mendengar perkataan sang nyamuk, induk
kepinding berkata, “Hai siapa kau, dari mana
asalmu, kau tak boleh di situ, itu tempat tidur
Raja, ayo pergi!”
6
Mendengar
perkataan
induk
Kepinding,
nyamuk langsung menjawabnya, “Ooh... Ibu,
bukan begitu membalas kepada sesama makh
luk. Saya adalah nyamuk pengembara. Dalam pe
ngembaraan saya telah mencicipi darah manusia,
tapi kalau darah Raja pasti amat lezat rasanya,”
jawabnya. “Seperti air anggur yang dicampur
dengan madu, maka izinkanlah saya untuk men
cicipi darah Raja.”
Tapi betapa terkejutnya sang Nyamuk mende
ngar perkataan sang Ibu Kepinding dengan ber
kata, “Oh... tidak. Tak boleh mengisap darah Raja.
Kalau kau hisap darah Raja, ia nanti terbangun
dan membunuh kami semua.”
Mendengar itu sang Nyamuk tidak menyerah,
dia mencari akal untuk diizinkan mencicipi darah
Raja. Dia mengambil hati Induk Kepinding de
ngan cara merunduk dan jongkok sambil berkata,
“Ooh.... betapa malangnya nasibku ini.”
Melihat wajah sedih sang Nyamuk, induk ke
pinding pun terenyuh hatinya dan mengizinkan
nyamuk untuk mencicipi darah Raja itu. “Tapi,
kamu harus mengambil waktu yang tepat.”
“Kapan?” kata si Nyamuk.
Setelah malam tiba Nyamuk pun bersiap-siap
menantikan Raja yang sedang tertidur pulas di
peraduannya. Nyamuk langsung melekat ke leher
8
Raja dan menghisap darah dengan penuh nafsu.
Raja menjerit, “Oooh sakitttt... lalu memanggil
sang pelayan.
“Pelayan... pelayan.... ayo kemari,” Pelayan pun
datang.
“Ada apa, Tuan?”
Raja menjawab, “Ada nyamuk menggigitku. Ayo
cari dan usir dia.”
Pelayan pun bergegas mencari nyamuk dan
membongkar tempat tidur Raja. Mereka mene
mukan keluarga kepinding dan langsung mem
basmi, sedangkan nyamuk telah terbang keluar
dari istana.
Pesan yang dapat diambil dari
cerita di atas adalah kita tidak boleh
memercayai orang yang belum dikenal
begitu saja, kita harus berhati-hati
dan waspada dalam setiap tindakan
yang akan dilakukan.
9
3 Kadisman Desky dan M. Arsyadi Ridha (Penyunting), Cerita
Rakyat Asahan, Majapahit Publishing, Yogyakarta, 2017.
S
hero adalah sebuah tongkat sakti. Baru saja
ia menyihir anak capung menjadi anak kura-
kura. Kejadian ini membuat resah hati bagi
Peri tongkat.
“Wah..wah...wah...! Rupanya Shero berbuat ru
suh lagi. Shero memang sebuah tongkat sakti.
Banyak hal ajaib yang bisa dilakukannya.”
Shero memang pernah menggelembungkan
seekor kambing jadi bulat seperti bola. Shero
juga pernah mengubah telaga menjadi lumpur.
“Aduhh….” Peri Tongkat mengeluh sambil meng
geleng-gelengkan kepala.
11
Shero menjadi sombong dan angkuh karena
banyak manusia yang memperebutkannya. Kesak
tian Shero menyebabkan ia sering berganti tuan.
Mulai dari Penyihir Usil, Raja, pejabat serakah
dan sekarang Shero menjadi milik anak nakal.
Anak nakal itu menyuruh Shero untuk berbuat
kekacauan. Ia suka menyihir hewan-hewan dan
menjahili teman-temannya.
“Shero ini harus diberi pelajaran.”
“Wusss... kesaktian Shero dilenyapkan. Huh se
karang kau cuma anak tongkat yang tak berguna
lagi.” Kata si anak nakal sambil melempar Shero
sejauh-jauhnya.
“Tring... plup.... Shero menimpa seekor kambing.
Kambing itu mengeluh, “Mbek... mbek... ini tongkat
yang dulu pernah menggelembungkan perutku,”
si kambing geram dan menyepak Shero dengan
kakinya sekencang-kencangnya. “Twing plup...!”
Shero jatuh ke tepi hutan.
“Huh.... sekarang aku menjadi tongkat yang
tidak berguna lagi. Tak ada lagi yang mau menjadi
tuanku,” isak tangis Shero sambil kesakitan.
Tiba-tiba “Dukk...!” Seorang nenek tua jatuh
tersandung ke tubuh Shero.
“Wah...wah...wah... pasti dia marah lagi, karena
ia membuat Nenek tua itu terjatuh, pasti aku
bakal dilemparnya sejauh-jauhnya,” gumam Shero
12
sedih dan pasrah. Tetapi ternyata Nenek tua itu
dengan lembut meraih tubuh Shero serta berkata,
“Apa ini? Wah sebuah tongkat kayu yang bagus
untuk menuntunku berjalan.” Akhirnya oleh si
Nenek tua itu Shero dijadikan tongkat penuntun
jalan. Shero senang sekali dia merasa sangat
berguna. Peri Tongkat pun tersenyum padanya,
dan berkata, “Betul kan, Shero tetap bisa berguna
tanpa kesaktianmu!”
Pesan moral yang bisa diambil
dari dongeng ini adalah siapa yang
sombong akhirnya tak disenangi
semua orang, hendaklah kita hidup
dengan rendah hati.
13
4 Kadisman Desky dan M. Arsyadi Ridha (Penyunting), Cerita
Rakyat Asahan, Majapahit Publishing, Yogyakarta, 2017.
D
i tengah hutan rimba hewan-hewan sedang
berbincang. Mereka hendak pergi ke Desa
Seberang untuk mencari sahabat mereka
yang hilang.
“Teman-teman dengar ya aku bicara,” kata Kak
Kancil.
“Besok pagi-pagi sekali kita semua akan
berangkat ke Desa Seberang!”
“Aku tidak ikut ya. Aku tidak kuat berjalan jauh,”
kata Kak Bebek.
“Dengar... dengar kataku. Aku tidak peduli yang
penting kita harus mencari si Putih! Bagaimana
14
caranya? Si Putih anak kelinci yang berumur satu
bulan itu tidak pulang dari kemarin. “Bek... ikut
saja denganku!” kata, Kak Bangau, “Aku kan bisa
terbang, kau mau kan?”
“Asyiiik....” kata si Bebek.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali hewan-
hewan itu berkumpul. Hanya Kak Bebek yang
tidak kelihatan. Hewan-hewan itu merasa heran.
“Mana ya Bebek, kok belum kelihatan ya?”
Tiba-tiba dari semak-semak keluarlah seekor
Kambing.
“Teman-teman, aku membawa berita. Tadi ku
lihat si Bebek tenang-tenang saja di kandang. Lalu
kuhampiri. Katanya ia lagi tak enak badan jadi ia
mengurungkan niatnya untuk ikut.”
“Aahh..... mana bisa begitu. Mungkin ia hanya
berpura-pura,” kata hewan-hewan itu berbisik.
“Baiklah teman-teman kita jangan patah
semangat, meskipun Bebek tidak jadi ikut, kita
harus tetap mencari si Putih. Ikutlah saranku.
Kita harus berpencar-pencar. Kita bagi menjadi
dua kelompok. Kelompok pertama pergi ke arah
Selatan dan kelompok kedua pergi ke arah Utara.
Kalau bisa sebelum matahari terbenam kita harus
berada di tempat ini. Mengerti?”
“Mengerti...,” kata hewan-hewan serempak.
16
Setelah kelompok dibagi menjadi dua, yaitu
kelompok pertama pergi ke arah Selatan dan
kelompok kedua pergi ke arah Utara, maka sepilah
hutan itu. Semua hewan mencari si Putih, hanya
Kak Bebeklah yang tinggal di tempat. Setelah
matahari tinggi, panas terik menyinari hutan
itu. Tiba-tiba dari kejauhan terdengarlah suara
tangisan.
“Huh...uh... Ibu, Ibu, Aku takut. Kau dimana,
Bu?” suara si Putih ketakutan.
Mendengar suara itu Kak Bebek bergegas ke
luar. Dicarinya asal suara itu. Ternyata ia adalah
anak kelinci yang tak pulang dari kemarin.
“Putih, putih, kau di mana? Kami sangat
khawatir.”
“Saya di mana? kok tempat ini sepi sekali?”
ocehan si Putih.
“Oooh, begini, Ibumu dan teman-teman yang
lain mencarimu di Desa Seberang. Syukurlah
kau telah kembali sekarang. Kau berada di kam
pungmu sendiri. Kemarilah, Nak,” kata Bebek
sambil merangkul Kelinci itu.
Setelah matahari terbenam, semua hewan-
hewan itu pulang tanpa membawa hasil. Mereka
kelihatan sangat lelah. Kaki mereka tidak kuat
lagi untuk berjalan, tiba-tiba mereka melihat
si Putih dalam gendongan Kak Bebek. Hewan-
17
hewan itu bersorak kegirangan. Hewan-hewan
itu berloncatan mendekati si Putih. Ibu si Putih
langsung merangkul anaknya. “Uh uh... kau dari
mana saja anakku? Ibu sangat cemas. Kami semua
pergi mencarimu. Rupanya kau sudah pulang.
Syukurlah, Nak. Ibu sangat bersyukur kepada
Allah Swt., dan berterima kasih kepada teman-
teman semua dan terutama kepada Kak Bebek.
Kalau Kak Bebek tak ada di sini, mungkin anakku
akan pergi lebih jauh lagi,” kata Ibu Kelinci sambil
menangis. Setelah Anak dan Ibu itu berkumpul
maka legalah hati hewan-hewan itu. Hilanglah
rasa prasangka hewan-hewan itu pada Kak Bebek.
Merekapun bergembira dan berpesta pora.
18
5 Diceritakan kembali oleh Mhd. Isa
P
ada zaman dahulu, semua binatang bisa
berbicara. Ketika itu hiduplah seekor Berang-
berang di tepi sungai. Ia punya sarang di
bawah batang pohon besar yang sudah tumbang.
Suatu waktu lewatlah seekor Kijang di sekitar
sana. Ia mencari makanan di dekat rumah Berang-
Berang. Sementara di tempat lain, Burung Pelatuk
sedang berjaga-jaga di atas sebatang pohon besar.
Ia memantau keadaan hutan dengan saksama.
Ketika memandang ke arah sungai, ia terperanjat.
Ia melihat di sana Ikan Baung banyak hilir mudik
membawa senjata. Karena takut terjadi kerusuhan,
Burung Pelatuk pun menabuh genderang perang.
Mendengar genderang perang ditabuh, Kijang
19
terkejut dan menginjak Anak Berang-berang secara
tak sengaja. Anak Berang-berang pun mati. Karena
tak terima dengan perlakuan Kijang, Induk Berang-
Berang pun menuntut keadilan.
“Bukan aku yang salah,” kata Kijang, “Itu gara-
gara Burung Pelatuk menabuh genderang perang.”
Karena tetap tak bisa menerima alasan Kijang,
Induk Berang-Berang akhirnya pergi menghadap
Raja Hutan. Ia pun menjelaskan segala duduk
perkara yang telah terjadi di rumahnya.
“Wahai Tuanku,” adu Induk Berang-Berang,
“Saya datang ke sini untuk melaporkan perbuatan
Si Kijang terhadap anak saya. Ia telah menginjak
anak saya hingga mati. Saya tidak rela, Tuanku.
Saya ingin keadilan ditegakkan.
Karena Singa adalah raja yang bijak, ia pun
memanggil Kijang dan bertanya, “Hai Kijang,
kenapa kamu injak-injak anak si Berang-Berang
ini? Sampai-sampai anak itu mati karena kamu.”
“Maaf, Tuanku,” jawab Kijang, “Bukan maksud
saya hendak menginjak Anak si Berang-Berang
hingga mati. Itu karena saya terperanjat oleh
genderang perang yang ditabuh Burung Pelatuk.
Padahal situasi di hutan tampak aman-aman
saja. Jadi bukan saya yang salah, Tuanku. Burung
Pelatuk itu yang salah.”
21
Karena Raja ingin tahu pangkal balanya, Burung
Pelatuk pun dipanggil menghadap Raja.
“Hai Burung Pelatuk, dalam keadaan aman
tentram begini, kenapa kamu membunyikan
genderang perang? Lihatlah, Kijang pun jadi
ketakutan karenamu, dan ia pun jadi menginjak
anak Berang-Berang hingga mati.”
“Wahai Tuanku,” kata Burung Pelatuk, “Saya
membunyikan genderang perang karena saya
lihat Ikan Baung ramai-ramai membawa tombak
hilir mudik. Tombaknya pun ada tiga sekali bawa.
Bagaimana saya tidak takut, Tuanku. Saya kira
mereka akan berperang di bawah sana.”
“Oooh, begitu?”
“Benar, Tuanku. Jadi, bukan saya yang salah.
Ikan Baung itulah yang salah.”
Ikan Baung pun dipanggil menghadap Raja,
lalu ditanya, “Hai Ikan Baung, kenapa kamu hilir
mudik di sungai membawa senjata? Gara-gara
kamu membawa senjata, Burung Pelatuk jadi
membunyikan genderang perang.”
“Maaf, Tuanku,” jawab Ikan Baung. “Saya mem
bawa senjata karena saya curiga melihat kepiting.
Kepiting itu berjalan miring sambil mengendap-
ngendap. Lagaknya seperti mata-mata musuh,
Tuanku. Karena itulah kami berjaga-jaga. Jadi,
bukan kami yang salah, Tuanku. Kepiting itulah
yang salah.”
22
Maka, Kepiting pun ikut dipanggil menghadap
Raja.
“Hai Kepiting, kenapa kamu berjalan miring
sambil mengendap-endap? Apa yang ingin kamu
tengok? Apakah kamu telah menjadi mata-mata
bagi musuh?”
“Wahai Tuanku Raja,” jelas Kepiting. “Saya ber
jalan miring begini karena saya penasaran dengan
Siput. Saya lihat ia ke mana-mana selalu membawa
rumahnya. Walaupun berat, ia tetap membawa
rumahnya. Jadi, bukan saya yang salah, Tuanku.
Siput itulah yang salah.”
Siput pun dipanggil pula menghadap Raja.
“Hai Siput, kenapa kamu ke mana-mana selalu
membawa rumah? Bukankah rumahmu itu berat?”
“Maaf, Tuanku,” kata Siput, “Saya selalu mem
bawa rumah saya karena saya takut dengan
Kunang-Kunang. Ia selalu membawa api ke mana-
mana. Jadi, daripada rumah saya kebakaran ketika
saya tinggal, lebih baik saya bawa terus ke mana
saya pergi. Begitulah, Tuanku. Saya tidak salah.
Kunang-kunang itulah yang salah.”
Maka, kunang-kunang pun dipanggil meng
hadap Raja.
“Hei Kunang-Kunang,” kata Raja Hutan.
23
“Kenapa kalian selalu membawa api ke mana-
mana? Lihatlah, Siput jadi takut rumahnya
kebakaran. Dan kini masalahnya jadi berbuntut
panjang.”
“Wahai Tuanku,” jawab Kunang-Kunang. “Kami
ke mana-mana membawa api karena kami takut
pada Laba-Laba. Laba-laba itu suka sekali mem
buat jaring di sembarang tempat. Mata kami rabun.
Jadi, kami sengaja membawa api supaya terang
jalan kami, Tuanku. Jadi, bukan karena salah kami
masalah ini. Laba-laba itulah yang salah.”
Laba-laba pun dipanggil menghadap Raja.
“Hai Laba-Laba, kenapa kalian membuat jaring
di mana-mana? Lihatlah, Kunang-Kunang selalu
membawa api karena takut terkena jaring kalian.”
“Maaf, Tuanku,” kata Laba-Laba, “Kami dari
dulu diajarkan oleh orang tua kami untuk men
cari makan menggunakan jaring itu. Tubuh kami
lembek. Kami mengharapkan makanan dari
binatang-binatang kecil yang terperangkap jaring
kami. Kalau jaring itu tidak kami buat, kami tidak
makan, Tuanku. Kami tidak bisa hidup tanpa
jaring-jaring itu.”
Mendengar penjelasan tersebut, Raja Hutan
pun jadi maklum. Ia tidak bisa menyalahkan Laba-
Laba. Maka, kasus itu pun ditutup. Keadilan yang
dituntut oleh Induk Berang-Berang tidak ber
24
hasil ia dapatkan. Raja Hutan meminta kerelaan
hati Induk Berang-Berang untuk mengikhlaskan
kematian anaknya. Raja juga meminta binatang-
binatang di hutan untuk tidak lagi saling me
nyalahkan, sehingga mereka bisa tetap hidup
dengan damai setelahnya.
25
6 Kadisman Desky dan M. Arsyadi Ridha (Penyunting), Cerita
Rakyat Asahan, Majapahit Publishing, Yogyakarta, 2017.
D
i suatu pantai yang sangat indah, angin ber
embus sepoi-sepoi, debur mengempas be
batuan, kicau burung bernyanyi menam
bah suasana pantai semakin indah tatkala air
laut surut. Di pinggiran pantai hiduplah seekor
Anak Kerang dan seekor Ibu Kerang. Suatu ke
tika seekor Anak Kerang datang kepada Ibunya
sambil menangis. Agaknya ia menahan sakit
yang berkepanjangan, sang Ibu tampak bingung.
“Mengapa engkau menangis, Nak? Ada apa
dengan tubuhmu?” Sang Ibu tampak ketakutan.
26
Si Kerang kecil kembali menangis dengan suara
yang semakin kuat.
“Ibu..... Tubuhku dimasuki sebutir pasir, rasanya
saakiiit sekaliii,” ujar sang Anak Kerang. Namun
sang Ibu Kerang tidak dapat mengeluarkan pasir
tersebut dari tubuh anaknya.
“Tolonglah Bu, tolong bukalah cangkangku, aku
tak mampu membukanya rasanya sakit sekali,”
tangis sang Anak Kerang. Sayang sekali, rupanya
sang Ibu tidak dapat memenuhi permintaan sang
Anak. Berhari-hari lamanya si Kerang kecil me
nahan sakit, setiap saat dan setiap hari pula ia
berdoa agar bisa terlepas dari derita ini berharap
sekali agar pasir itu dapat dikeluarkan dan terang
kat dari dalam tubuhnya. Berbulan-bulan bah
kan bertahun-tahun si kerang kecil itu menangis,
namun cangkangnya itu tidak pernah terbuka.
Pasir yang bersemayam semakin mengeras dan
membesar menjadi sebuah batu yang mengkristal.
Suatu hari, tiba-tiba datanglah seorang penye
lam. Ia lalu mengambil kerang itu dari gumpalan
karang dan membawanya ke permukaan. “Hai
lihat, aku telah menemukan kerang mutiara di
sini,” teriaknya kepada temannya yang berada di
sampan.
Kedua orang itu merapat dan salah seorang di
antaranya mengambil pisau kemudian membuka
27
sebelah cangkangnya. Tampak cahaya berkilau
dari dalam rupanya sebutir mutiara bersemayam
di sana. Begitu indah membuat penyelam itu ter
senyum kegirangan.
“Terima kasih, ya Allah atas berkah ini,” kata
sang Penyelam.
28
“Ah... lega rasanya, akhirnya aku terbebas
dari rasa sakit yang berkepanjangan,” senyum
si Kerang kecil. Maka masa penantian kerang
kecil pun berakhir. Pasir yang mulanya begitu
menyakitkan kini berubah menjadi benda yang
sangat berharga, yaitu mutiara yang begitu indah.
Lalu kedua kerang pun berpelukan sampai ke
dasar laut.
Dari peristiwa tersebut kita dapat memperoleh
suatu pelajaran bahwa untuk mencapai keagung
an dan mencapai orang besar itu memerlukan
waktu dan kesabaran. Untuk menjadi hiasan para
raja dan bangsawan, sang Kerang perlu menangis
dan berdoa siang dan malam.
Dengan demikian, manakah yang kelak menjadi
pilihan hidup kita, apakah menjadi Kerang mu
tiara yang mahal harganya atau cukup menjadi
Ikan Sotong yang dijual murah. Memang tak ada
yang mengetahui, kapan pasir yang menjadi
cobaan itu akan menjadi Mutiara kelak. Namun
hanyalah mereka yang gigih dan bersabar yang
kelak akan memetik jawabannya, seperti kisah
Kerang mutiara di pantai sejarah. | 15_Kisah_Seru_Hewan_di_Sekitar_Kita |
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.
Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Pletek! Pletek!
Pletek! Pletek!
Penulis
Eka Purnama Mustikaningtyas
Penelaah
Arif Subiyanto
Penanggung Jawab
Umi Kulsum
Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto
Ilustrasi & Desain Sampul
Andre Dwi Nur Fauzi
Tata Letak
FA Indonesia
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972
Cetakan pertama, Oktober 2023
E-ISBN: 978-623-112-783-9
Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
C
erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak,
khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam
pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan
beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang
mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan
budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan
ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila.
Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga
keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan
bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur,
seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai-
nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk
cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan
mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi
berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah
membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di
dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan
kayanya unsur-unsur lokal.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta
dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah
upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan
memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi
penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif,
mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini
dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi
dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya
dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga
menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi,
penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang
turut andil mewujudkan karya ini.
Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Surabaya, 1 Oktober 2023
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pletek! Pletek!
Pletek! Pletek!
Biodata Penulis
Biodata Ilustrator
iii
iv
1
20
20
1
Angg
a nga
jak D
imas
ngg
olek
w
iji
ne
ke
mb
ang
ple
tek
an.
Angga
men
gajak
Dim
as m
enc
ari
biji
bun
ga p
lete
kan.
Angg
a bin
gung
, bu
nga
pl
et
ek
an itu
bunga
apa.
Angg
a bing
ung k
emb
an
g p
le
te
kan
kuwi
kemban
g apa.
2
3
Ooo …. Tibake kembang
kencana wungu.
Ooo …. Ternyata bunga
kencana ungu.
Wah,
ake
h ke
mba
ng
pl
ete
kan
.
Wah,
ada b
anya
k bu
ng
a pl
ete
kan.
4
Dima
s lan
Angg
a me
tiki
pol
on
ge
ken
can
a w
ung
u.
Dimas
dan
Angg
a me
meti
k p
olo
ng
ken
can
a u
ngu
.
5
6
Wa
h,
Di
ma
s l
an
A
ngga oleh akeh
po
lo
n
g
e
.
Wa
h, D
im
as
da
n
An
gga
mendapat b
any
ak
po
lo
n
g
.
7
Luwih akeh duweke sapa? Eh, luwih akeh
sing digawa Angga.
Lebih banyak punya siapa? Eh, lebih banyak
punya Angga.
Dima
s ng
ajak
An
gga
n
gg
ole
k b
any
u.
Dima
s me
ngaj
ak A
ngg
a
men
car
i ai
r.
8
9
Dima
s njal
uk tu
lung
An
gg
a n
gisi
ba
nyu
.
Dimas
mem
inta t
olong
An
gga
me
nim
ba a
ir.
10
11
An
gga
ng
ele
bo
kn
e
polong nang
ban
yu
.
An
gga
me
ma
su
kk
an
p
olong ke dalam
air
.
12
A
w
a
a
a
s
!
A
w
a
a
a
s
!
13
Dima
s lan
Angg
a n
gg
uyu
ke
kel
.
Dimas
dan
Angg
a ter
taw
a t
erb
aha
k-b
aha
k.
Adu
h, le
mut
e a
ke
h.
Aduh
, ba
nya
k n
ya
muk
.
14
15
Le
ng
en
e A
ng
ga
gatel kabeh.
Le
ng
an
A
n
g
g
a
gatal-gatal.
Dimas nggawekne obat oles gawe Angga.
Dimas membuat obat oles untuk Angga.
16
17
Dim
as ng
oles o
bat na
ng len
gene
Angg
a.
Dima
s men
golesk
an oba
t ke le
ngan
Angga
.
18
19
Angg
a sen
eng,
saiki
or
a g
ate
l m
ane
h.
Angg
a ngo
mong
mat
urn
uw
un
me
nya
ng
Dim
as.
Angga
sena
ng, se
kara
ng
tid
ak g
ata
l lag
i.
Dimas
meng
ucapk
an te
rim
a k
asih
pa
da
Ang
ga.
Penulis
Eka Purnama Mustikaningtyas lahir di Probolinggo 38 tahun
silam. Ibu rumah tangga ini seorang penulis multigenre, freelance
illustrator, dan freelance editor. Pada tahun 2022, penulis terpilih
sebagai tim penulis buku teks Pusat Perbukuan Kemdikbudristek.
Karyanya antara lain adalah Eduscience Kamuflase dan Mimikri
(Visi Mandiri, 2022), eduscience Simbiosis (Visi Mandiri, 2022),
eduscience Hewan Predator (Visi Mandiri, 2022), seri Ihsan: Ihsan
Kepada Allah (Ziyad, 2022), seri Ihsan: Ihsan Kepada Diri Sendiri
(Ziyad, 2022), seri Ihsan: Ihsan Kepada Manusia (Ziyad, 2022), seri
Ihsan: Ihsan Kepada Lingkungan (Ziyad, 2022), Keajaiban Dunia
Hewan: Animal Architecs (Visi Mandiri, 2022), Cerdas Mengenal
Angka dan Bentuk (Elex Kids, 2021), Fabel Motivasi : Kisah Kebaikan
(Elex Kids, 2021), dan lainnya. Jejak penulis dapat dilihat di akun
media sosial facebook Eka Purnama M, Instagram @ekapurnama603
atau Pos-El : [email protected].
Ilustrator
Andre Dwi Nur Fauzi adalah ilustrator otodidak kelahiran 04
Maret 1999 di Probolinggo. Lulusan SMK Negeri 2 Kota Probolinggo
jurusan Teknik Gambar Bangunan tahun 2018. selain mengerjakan
karya digital, dia juga mengerjakan karya menual seperti mural atau
melukis di berbagai media serta mengajar les privat menggambar
untuk anak SD hingga SMP. Instagram : @andrew_nur_fauzi.
BIONARASI
20 | 16_PLETEK_PLETEK |
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Suwarsidi, S.Pd.
ii
SAYEMBARA ANGIN
Penulis:
Suwarsidi, S.Pd.
Penyunting:
Edi Setiyanto
Ilustrator:
Mukti Ali
Penerbit:
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224
Telepon: (024) 562070; Faksimile: (0274) 580667
Cetakan Pertama, November 2021
iv + 8 hlm., 15 x 23 cm.
ISBN: 978-623-5677-34-7
Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi
buku ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin
tertulis dari penerbit.
Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis.
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui warga
dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah RI pun melaksanakan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat
di seluruh provinsi di Indonesia dalam rangka untuk menekan
penyebaran virus yang sangat mematikan itu. Kebijakan Pemerintah
tersebut tentu memiliki dampak yang sangat signifikan di berbagai
sektor. Karena kebahasaan dan kesastraan masuk dalam sektor
nonesensial, praktis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
kebahasaan dan kesastraan tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
secara langsung, bersemuka. Namun, karena proses kreatif dan
upaya pencerdasan bangsa melalui bahasa dan sastra harus tetap
berlangsung, berbagai kegiatan itu pun dapat dilaksanakan secara
daring. Meskipun hasilnya--mungkin--tidak maksimal, berbagai
program dan kegiatan yang telah dirancang oleh Balai Bahasa
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat memenuhi target-
target yang telah ditetapkan, termasuk target 42 karya sastra
Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Penerbitan hasil penerjemahan dari sastra Jawa ini--yang
telah melewati proses panjang--merupakan bukti nyata bahwa
situasi pandemi tidak menghalangi kami dalam memberikan
sumbangsih bagi kemajuan bangsa melalui kebahasaan dan
kesastraan. Penerbitan hasil penerjemahan ini diharapkan dapat
digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dalam program besar
Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Pemerintah. Melalui
penerbitan penerjemahan karya sastra Jawa ini pula diharapkan
bisa menghilangkan kendala kebahasaan bagi masyarakat penutur
nonbahasa Jawa untuk bisa menikmati dan mengambil manfaatnya.
iv
Hadirnya
buku
penerjemahan
ini
melibatkan
banyak
pihak. Oleh karena itu, dalam kata pengantar singkat ini kami
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada
sastrawan/penulis (asli) dalam bahasa Jawa. Demikian pula
kami mengucapkan terima kasih kepada penerjemah yang telah
menerjemahkan karya sastra Jawa ke dalam bahasa Indonesia.
Penghargaan juga kami berikan kepada para penyunting yang telah
menyelaraskan hasil terjemahan sesuai dengan kaidah baku bahasa
Indonesia. Tentu saja, kepada panitia/tim terjemahan dan penerbit
kami ucapkan terima kasih yang tiada bertepi.
Semoga buku terjemahan ini bisa menjadi ajang dialog dan
tegur sapa antarbudaya di Indonesia dan menambah kekayaan
khazanah bahan bacaan literasi yang bermutu. Selamat membaca!
Yogyakarta, 10 September 2021
Kepala,
Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum.
NIP 196605201991031004
1
Sayembara
Angin
P
ada suatu hari, Lesus sedang enak-enak duduk di atas
sarangnya. Ia sedang beristirahat. Ia lelah. Ia baru saja
selesai bekerja keras memorakporandakan kampung-
kampung. Rumah-rumah penduduk ambruk. Pepohonan tumbang.
Manusia ketakutan. Mereka menangis; menyesali harta bendanya
yang hancur diterjang Lesus. Mereka juga bersedih hati karena ada
anggota keluarganya yang terluka. Bahkan, ada juga yang tewas
karena diterpa benda-benda yang beterbangan oleh tiupan Lesus.
Tiupan Lesus saat itu sungguh luar biasa kencang dan besarnya.
Sementara itu, dari jauh tampak Cleret Tahun sedang
bertengger di pucuk gunung. Ia pun sedang beristirahat. Ia juga
merasa terlalu lelah. Ia baru saja meluluhlantakkan tempat lain. Ia
berhasil membuat sebuah kota kalang-kabut. Hal itu membuatnya
begitu bangga. Apalagi, ia berhasil merobohkan banyak menara-
menara. Ya, menara-menara yang terbuat dari besi. Menara-
menara yang diyakini manusia sebagai benda-benda yang kuat.
Yang lebih membanggakannya lagi, ia juga berhasil menerbangkan
genting-genting dari banyak gedung bertingkat. Genting-genting
itu terpental, tersebar, dan terserak di jalan-jalan. Banyak
kendaraan rusak karena tertimpa genting-genting yang terbuat
dari semen tersebut. Mobil-mobil juga banyak yang rusak berat
tertimpa genting-genting.
Cleret Tahun melihat Lesus yang sedang beristirahat itu. Ia
lalu berbicara lantang kepadanya sambil berdiri tegak berkacak
pinggang. Sikap Cleret Tahun tampak begitu angkuh.
“Hai Lesus, kau tampak begitu lelah. Apakah kamu sudah
berhasil membuat kerusakan di tempat yang dihuni manusia?”
Menanggapi pertanyaan Cleret Tahun, Lesus bangkit dengan
juga berkacak pinggang. Ia juga menampakkan kepongahannya. Ia
lalu menceritakan pekerjaan hebat yang telah dilakukannya.
“Ha, ha, ha, hatiku sangat puas. Aku telah berhasil
merobohkan rumah manusia dalam jumlah begitu banyak. Ratusan!
Ketahuilah, aku pun berhasil mematahkan ratusan pohon kelapa.
2
3
Pepohonan yang lain juga hancur lebur! Apalagi, jika pohon pisang.
Jadi tepung ia! Ha, ha, ha ....”
Cleret Tahun yang juga memiliki watak angkuh, tidak mau
kalah dari kehebatan yang diceritakan Lesus.
“Oh, Lesus, Lesus. Kalau hanya seperti itu, kecil! Ketahuilah.
Belum lama ini, aku berhasil membuat berantakan kota di sisi selatan
daerah ini. Menara baja yang begitu tinggi, roboh dan patah-patah
hanya dengan tiupan kecilku. Genting-genting di ribuan gedung
yang terbuat dari semen yang berat-berat menurut manusia pun,
kubuat beterbangan dengan tiupan kecilku.”
Cleret
Tahun
lalu
bercerita
panjang
lebar
tentang
kehebatan-kehebatan kerjanya. Untuk lebih memperhebat cerita,
ia pun mengaku punya saudara-saudara yang sungguh luar biasa
hebatnya. Saudara-saudaranya itu berada di mancanegara.
“Ketahuilah, Lesus. Aku ini keturunan bangsa angin yang
hebat-hebat. Tahukah kamu yang namanya angin Tornado? Nah,
itu angin yang ada di Amerika. Beliau termasuk suku bangsaku.
Kakek nenekku, termasuk keturunan angin hebat yang berhasil
menimbulkan tsunami di mana-mana!” kata Cleret Tahun dengan
congkaknya.
“Huh, begitu saja dibangga-banggakan. Ketahuilah Cleret
Tahun, Aku ini masih keturunan ketujuh Dewa Bayu, dewanya
seluruh angin di dunia!”
“Ha, ha, ha. Meskipun keturunan Dewa Bayu, nyatanya, mana
pekerjaanmu yang paling membuat ngeri manusia? Paling-paling
hanya bisa menerbangkan daun-daun atau jerami-jerami kering.
Pekerjaan itu begitu sepele, kecil! Tidak sebanding dengan hasil
pekerjaanku. Kamu boleh tahu. Kakek buyutku, Tornado, sampai
detik ini adalah angina yang paling luar biasa, paling hebat! Beliau
berhasil meruntuhkan gunung es!”
Dihina oleh Cleret Tahun, Lesus pun amat murka. Lesus dan
Cleret Tahun lalu terlibat dalam pertarungan. Perselisihan dua
angin itu pun membuat keadaan kacau balau. Pepohonan roboh,
rumah-rumah hancur berantakan. Tercipta gelombang raksasa di
lautan. Manusia lari lintang pukang ketakutan. Orang-orang berlari
tak tentu arah. Mereka mencari keselamatan masing-masing.
4
Setelah berkelahi hebat, keduanya sangat keletihan. Mereka
ambruk tak berdaya. Untuk berbicara pun mereka tak bisa.
Keduanya terduduk di sarang masing-masing.
Sementara itu, dari jauh tampak si Sumilir berjalan dengan
santainya. Sumilir berhenti ketika melihat Cleret Tahun dan Lesus
yang sedang duduk-duduk.
“Hai saudara-saudaraku. Mengapa kalian tampak begitu
lelah?” tanya Sumilir.
5
“Ya, Sumilir. Kami baru selesai berkelahi. Kami kehabisan
tenaga!” jawab Lesus dengan wajah pucat.
“Oh, oh, sejak dulu kalian tidak pernah akur. Kalau bertemu,
tidak ada hal lain yang kalian dikerjakan selain bertengkar dan saling
menghina. Baiknya, kalian itu hidup rukun. Apa ruginya saling hormat
dan saling menyayangi? Kalian itu belum yang terhebat. Masih
banyak yang lebih hebat daripada kalian. Tahu tidak? Kehebatan
itu tidak harus berupa tenaga yang kuat seperti yang kalian miliki.
Kehebatan itu bisa ditunjukkan dalam wujud yang lain. Ada bangsa
angin yang tidak sekuat kalian, tapi datangnya dirindukan orang.
Justru banyak yang akan kecewa jika ia tidak datang. Ia selalu
membuat hewan bernapas lega, pepohonan menari-nari gembira,
dan manusia senang karena dapat beristirahat dengan nyaman.”
Sumilir berbicara banyak seperti menggurui tapi sesungguhnya
tidak. Ia hanya ingin mengingatkan Cleret Tahun dan Lesus yang
selalu menunjukkan sikap sombong dan congkak.
Dinasihati begitu, Cleret Tahun dan Lesus tidak berterima
kasih. Justru mereka amat marah kepada Sumilir.
“Jangan banyak bicara! Apakah kamu yang terhebat itu?”
Cleret Tahun dan Lesus berteriak bersama-sama tanpa aba-aba.
“Aku tidak hebat, tetapi barangkali tidak kalah jika
bertanding dengan kalian!” jawab Sumilir dengan amat tenang. Hal
itu membuat Cleret Tahun dan Lesus makin naik pitam.
“Cukup!
Sekarang
bagaimana
maumu?
Tunjukkan
kehebatanmu kepada kami!”
Sumilir menuding ke arah pucuk cemara. Di sana ada seekor
monyet yang sedang bergelantungan mencari pucuk cemara untuk
dimakannya.
Kata Sumilir, ”Ayo, sekarang kita berlomba. Siapa yang bisa
meniup monyet itu hingga terjatuh, dialah pemenangnya! Dialah
yang hebat!”
Cleret Tahun dan Lesus menyanggupi sayembara itu.
Mereka yakin akan bisa menjatuhkan monyet tersebut dengan
amat mudahnya. Cleret Tahun meniup udara sekuat tenaga ke
arah pohon cemara. Pohon cemara itu bergoyang-goyang hebat
dan berputar-putar dengan pucuk yang hampir menyentuh tanah.
6
7
Namun, monyet berpegangan pada pokok pohon cemara dengan
begitu kuat sehinga tidak jatuh.
Setelah lelah, Cleret Tahun menghentikan pekerjaannya.
Pohon cemara kembali berdiri tegak. Monyet kembali bertengger di
sana dengan santainya. Tibalah giliran Lesus. Ia melakukan hal yang
sama dengan yang dilakukan oleh Cleret tahun sampai tenaganya
habis. Namun, monyet juga tidak berhasil dijatuhkannya.
Kini giliran Sumilir. Ia meniup pucuk cemara dengan amat
lembut. Sesekali memperbesar tiupan kemudian kembali meniup
dengan amat lembut. Daun-daun cemara bergesekan. Timbul suara
desau yang begitu merdu dan indah. Hal itu membuat monyet
terbawa rasa nyaman. Ia sangat menikmati suasana itu. Lama-lama
timbul rasa kantuk yang hebat pada diri monyet. Akhirnya monyet
tertidur. Makin lelap, makin lelap. Pegangan monyet pun terlepas.
Tiba-tiba, gedubrak! Monyet jatuh dari pohon cemara.
Beruntung, badannya tertahan oleh tumpukan jerami di bawah
pohon cemara. Jadi, ia tidak cedera sedikit pun. Sumilir pun berlari
menolong monyet. Monyet mengucapkan terima kasih.
Cleret Tahun dan Lesusu terkagum-kagum akan kehebatan
Sumilir.
“Wow, kamu memang sungguh hebat, Sumilir!” kata Cleret
Tahun sambil mengacungkan ibu jarinya.
“Ya, kamu luar biasa!” Lesus menambahkan. Ia juga mengakui
kehebatan Sumilir.
Sejak saat itu, Cleret Tahun dan Lesus tidak sombong lagi.
Sumilir, Cleret Tahun, dan Lesus selanjutnya bersahabat, rukun,
dan tidak saling menghina satu dengan lainnya.
•
Diterjemahkan dari Cerita anak “Sayembarane Angin”
karya eSWe Sidi dalam majalah bahasa Jawa Djaka
Lodang nomor 25 tahun 2013
8
Suwarsidi, S.Pd
Penulis dengan nama pena eSWe Sidi ini bekerja sebagai ASN
(Aparatur Sipil Negara) di Bantul. Saat ini ia menetap di Koweni
I, RT 001, Timbulharjo, Sewon, Bantul, HP 085292622107 | 16_SAYEMBARA_ANGIN |
Addhuwân Pal-kapalan Dhâlubâng
Balapan Pesawat Kertas
ADDHUWÂN PAL-KAPALAN DHÂLUBÂNG
BALAPAN PESAWAT KERTAS
Penulis
Salamet Herianto
Penerjemah
Dwi Laily Sukmawati
Penelaah
Mahwiyanto
Penyunting
Awaludin Rusiandi
Ilustrator
Alfin Nur Syahbana
Penata Letak
Kreativa Grafis
Diterbitkan pada tahun 2022 oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, 61252
Telepon/Faksimile (031) 8051752
Cetakan pertama, Oktober 2022
ISBN: 978-602-8334-76-1
Katalog dalam Terbitan (KDT)
899.222 3
BAL BALAPAN PESAWAT KERTAS / Salamet Herianto
b — cet. 1 – Sidoarjo: Balai Bahasa Jawa Provinsi Timur, 2022
iv + 22 hlm; 22 x 28 cm
Kata Pengantar
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
S
alah satu kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur adalah cerita anak yang mengandung kea
rifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Kekayaan itu merupakan sebuah aset nasional
yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional sebagai bagian dari
warisan budaya dunia. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur tidak hanya dapat
diimplementasikan oleh masyarakat Jawa Timur, tetapi dapat pula dimanfaatkan oleh seluruh rakyat
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan diterjemahkannya karya sastra Jawa Timur ke bahasa Indo
nesia, pembacanya dapat menikmati cerita, kemudian mengkaji nilai-nilainya, bahkan dapat menge
tahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-nilai positif sebagai pegangan hidup.
Hasilnya adalah akan tercipta sebuah pemahaman antarbudaya yang akan memperkaya khazanah
dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Cerita-cerita yang terhimpun dalam terjemahan buku cerita anak untuk pembaca awal ini juga
dapat bermanfaat sebagai salah satu sarana atau media pendidikan karakter. Tema yang diusung da
lam buku ini adalah STEM, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika. Cerita dalam buku ini dihara
pkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas.
Melalui penerjemahan cerita anak, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Te
knologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi
nasional (GLN). Kami berusaha untuk turut berperan aktif dalam program itu dengan. menyediakan
bahan bacaan bermutu bagi pembaca melalui penerjemahan cerita anak berbahasa daerah ke ba
hasa Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal. Kegiatan membaca diharapkan akan
tumbuh dan berkembang menjadi keterampilan-keterampilan lanjutan sehingga akhirnya pembaca
dapat mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Inovasi seperti itu perlu didukung agar dapat menumbuhkan budaya literasi dengan tetap berfokus
pada upaya untuk menumbuhkan generasi yang memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan ma
salah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap
produk terjemahan ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penera
pan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi
budaya dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pem
binaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan
apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis karya sastra berbahasa daerah, penerjemah, penelaah,
dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya
terjemahan ini.
Semoga buku ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Sidoarjo, 1 Oktober 2022
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Addhuwân Pal-kapalan Dhâlubâng
Balapan Pesawat Kertas
Biodata Penulis
Biodata Penerjemah
Biodata Ilustrator
iv
01
iv
iii
“
W
u
u
u
s
h
!
”
“
W
u
u
u
s
h
!
”
21
21
21
1
Pareppa’na arè Sennin
Hari Senin, Ahmad dan
teman-temannya tampak
asyik saling menunjukkan dan
menerbangkan pesawat kertas
yang dibuat di hari Sabtu.
È arè Sattona, Ahmad bân
kancana agâbây pal-kapalan.
Dua hari yang lalu, tepat pada hari Sabtu, Ahmad dan
teman-temannya membuat pesawat mainan dari kertas
2
T
e
r
b
a
n
g.
..
..
t
e
r
b
ang....
"Hayo, adu... pesawat siapa yang
lebih tinggi dan lama di udara,"
teriak Ahmad.
3
Bâriyâ kèya bilâ bâktona laot,
ebâbâna accem, Ahmad bân
kancana agâbây pal-kapalan pas
addhuwân.
Jam istirahat tiba. Ahmad
dan teman-temannya
berteriak riang. Mereka
berlari ke bawah pohon
beringin. Dengan riang tak
kepalang, mereka melanjutkan
permainannya melipat kertas
dan menjadikannya pesawat
terbang.
4
Taneyanna sakola’an rombu kèya kalabân
pal-kapalan dhâlubâng.
Ahmad elaporagi moso Pak Kebunna
sakola’an ka Pak Guru Badrul.
Halaman sekolah kotor dengan sobekan-
sobekan pesawat kertas.
Ahmad dilaporkan oleh Pak Kebun kepada
Pak Guru Badrul.
5
Samarèna èlaporaghi Pak Kebun, Ahmad
èlaporagi kèya so Bu Sitti, Bu Mina, Pak Pa’ong
bân guru laènna amarghâ abu-rombu.
Pak Kebun juga melaporkan Ahmad dan teman-
temannya kepada Bu Siti, Bu Mina, Pak Pa'ong,
dan guru lainnya.
6
Pak Guru Badrul aromasa nemmo cara, pas ngomommagi
ḍâ’ na’ kana’ jhâ’ bakal baḍâ lomba Addhuwân pal-kapalan
dhâlubâng.
Sèmennang ollè hadiah
“Horè!” Kellas empa’ agâriung.
Mendengar laporan Pak Kebun, Pak Badrul mendapat ide
bagus. Beliau membikin lomba dadakan, lomba menerbangkan
pesawat kertas.
"Pemenangnya akan mendapat hadiah," kata Pak Badrul
“Hore...” Ahmad dan teman-temannya bersorak riang.
7
Agâbây pal-kapalan dhâlubâng lèbur bân masenneng atè.
Sambi agâbây bân amaèn pal-kapalan, sambi ajhâr hal
garis, sudut bân segitiga.
Membuat pesawat mainan kertas sangat menarik dan
menyenangkan. Saat membuat kapal, kita bisa sambil
belajar tentang garis, sudut, dan segitiga.
8
Bâktona addhuwân pal-kapalan dhâlubâng sè kapèng
sèttong gâbâyânna ḍibi’. Saallana marè ekagâbây, pas
addhuwân è tanèyan.
Hasèlla taḍâ’ sè pas jhâu. Taḍâ’ sè pas lomok.
Balapan pertama tiba.
Anak-anak melipat sendiri pesawat kertasnya. Setelah
pesawat kertas sudah jadi, mereka mulai balapan di
halaman.
Namun, tidak ada satu pun yang bisa terbang jauh. Tidak
ada pesawat kertas yang terbang dengan baik.
9
Addhuwân pal-kapalan sè kapèng ḍuwa’, Pak Guru
Badrul abherri' rahasiana maollè pal-kapalan sè
èkagâbây lomok ngabbherrâ, Noccer lebbi jau.
Menjelang balapan kedua, Pak Badrul
membocorkan sebuah rahasia. Beliau mengajari
cara membuat pesawat kertas agar bisa terbang
tinggi dan jauh.
10
Molaè agâbây pal-kapalan ḍâri milè
dhâlubâng sampè’ ka cara aleppèd
dhâlubâng bân cara negghu’na
11
Rahasianya dimulai dari cara memilih kertas.
Lalu, cara melipat dan cara memegang pesawat
kertas.
12
Saipul bân Tayyib bagiyan nyarè
jalanna angèn.
Ghilina angèn ka Lao’
Saipul dan Tayyib bertugas
memperthatikan arah mata angin.
Angin bertiup ke selatan.
13
Pal-kapalan ngangghuy cara sè kapeng ḍuwâ’ cè’ lomogghâ
bân cè’ jâuna kosè noccer.
Pesawat kertas yang dibuat dengan cara kedua berhasil
terbang tinggi dan jauh.
“
W
u
u
u
s
h
!
”
“
W
u
u
u
s
h
!
”
14
Baktona addhuwân mangabber pal-kapalanna sè kapèng
ḍuwâ’. Sèngatur acara addhuwân pagghun Ahmad.
Saatnya menerbangkan pesawat kertas pada balapan kedua.
Pengatur acara tetap Ahmad.
“Sètt
ong,
ḍ
u
w
â’,
c
o
o
o
l!
”
“Satu
, du
a,
ti
g
a,
m
ul
ai
!
”
15
Ghân lalèma’ kancana majhu abhâris bân masiyap pal-
kapalanna è tanang.
Setiap 5 orang maju dan berbaris di depan. Mereka
menyiapkan pesawat kertas di tangan.
16
Sè pal-kapalanna palèng jhâu bân lomok, iyyâ arèya
ghâbâyân bân anḍi’na Ahmad, Tayyib, bân Patima. Sèkatello
ca’-lonca’an amarghâ ghumbira.
Pesawat kertas yang berhasil terbang paling tinggi dan
jauh milik Ahmad, Tayyib, dan Fatimah. Ketiganya meloncat
kegirangan.
Sè katello ollè hadiah bâng-sèbângnga sèttong buku carèta.
Ketiganya mendapatkan hadiah. Setiap orang mendapat satu
buku cerita.
17
Marèna addhuwân, Pak Guru Badrul nyoro na’-kana’ abersè’è
rombuna pal-kapalan dhâlubâng. Sè pal-kapalanna gi’
èkaparlo èsoro èparèngkes èpamaso’ ka ḍâlem bângku.
Seusai balapan, Pak Badrul menyuruh murid-murid untuk
membersihkan sampah pesawat kertas. Pesawat yang masih
dipakai dimasukkan ke dalam bangku.
18
Na’-kana’ ollè èlmo agâbây pal-kapalan sè lomok, nemmo
garis, sudut, persegi panjang ban segitiga tor bhâjheng asè-
bhersè.
Kellas pas ètotop kalabân ḍu’a.
Murid-murid mendapatkan pengetahuan bagaimana cara
membuat pesawat kertas yang bisa terbang tinggi. Mereka
juga bisa belajar tentang garis, sudut, persegi panjang, dan
segitiga. Mereka juga mulai rajin bersih-bersih.
Pelajaran ditutup dengan doa bersama.
È akhèr molang:
“Apa na’-kana’ senneng?”
“Senneng Pak Guru!”
Di akhir pelajaran.
“Apakah kalian senang?”
“Senang, Pak Guru!”
19
Bâktona molè, kellas bersè ḍâri bu-rombu.
Saat jam pulang, kelas sudah bersih dari sampah.
20
È parjhâlânan molè, pal-kapalanna sè katello èaddhu. Sè
katello pas apèsa molè ka bengkona bâng-sèbâng.
Dalam perjalanan pulang, pesawat kertas milik Ahmad
dan kedua temannya kembali diterbangkan untuk balapan.
Ketiganya lalu berpisah. Mereka pulang ke rumah masing-
masing.
21
Biodata Penulis
S. Herianto, kelahiran Sumenep, 7 Maret 1974. Ia aktif sebagai pendidik,
penulis buku, dan editor (BNSP). Ia juga menulis sejak 1993. Buku cerita anak
Iva & Pinky dan 12 Cerita Imajinatif adalah contoh buku fiksi karyanya. Per
adaban Kerajaan Fauna adalah contoh buku yang lolos seleksi buku penga
yaan Puskurbuk 2019. Komunitas KATA BINTANG adalah tempatnya belajar
dan berbagi kepenulisan. Nomor yang bisa dihubungi 081934989152.
Biodata Penerjemah
Dwi Laily Sukmawati, lahir di Sampang 10 Oktober 1982. Tahun 2011—
Mei 2022, wanita berlatar belakang pendidikan bahasa Jerman ini bekerja
di Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur sebagai penerjemah di bawah Sekre
tariat Kabinet. Namun sejak 1 Juni 2022, wanita lulusan Magister Lingusitik
UNAIR 2017 ini berpindah tugas menjadi Kepala Kantor Bahasa Provinsi
Bengkulu.
Wanita berdarah Madura ini telah menerjemahkan Buku Antologi Cerpen
Berbahasa Madura TORA ke dalam Bahasa Indonesia; menerjemahkan lema
kamus berbahasa Indonesia-Madura; menyunting karya sastra berbahasa
Madura-Indonesia dan berbahasa Jerman-Indonesia; menerjemahkan berita
berbahasa Indonesia—Madura; dan menerjemahkan artikel dalam majalah
berbahasa Madura “Jokotole”. Ia didapuk sebagai penerjemah lisan di ke
polisian dan KPK serta dihadirkan sebagai ahli bahasa (Madura) di persi
dangan. Media sosial: Instagram: lely7594; Facebook: Lely Sukma; Pos-el:
[email protected], dan nomor ponsel/HP: 081332138188
Biodata Ilustrator
Alfin Nur Syahbana yang akrab dipanggil Alfin, “Igniti” ilustrator otodidak
kelahiran februari 1994. Telah mengerjakan beberapa projek seperti ilus
trasi buku, cover album, lirik, mural lukisan dan karya rupa lainnya mengelo
la akun Instagram @igni_ti, ignite, inhale, inspire | 16_BALAPAN_PESAWAT_GABUNG |
Ki
s
ah
Ikan
dan
Teman-Temannya
Seri
Antologi Fabel Nusantara
KKLP Pengembangan Sastra
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Pengumpul Data:
Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk.
Si
apa
yang
mengi
ra
ayam
dan
i
kan
t
ongkol
pernah
punya
ceri
t
a.
Lal
u
adakah
hubungannya
bul
u
ayam
yang
j
adi
umpan
unt
uk
menangkap
i
kan?
Seri Antologi Fabel Nusantara
Kisah Ikan dan
Teman-Temannya
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta
rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/
atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/
atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Penerbit PT Elex Media Komputindo
KKLP Pengembangan Sastra
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Seri Antologi Fabel Nusantara
Kisah Ikan dan
Teman-Temannya
Pengumpul Data:
Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk.
Kisah Ikan dan Teman-Temannya
Seri Antologi Fabel Nusantara
Kerja sama PT Elex Media Komputindo dan KKLP Pengembangan
Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
: Sastri Sunarti
Leni Mainora
Rosliani
Farah
Pengumpul Data:
Atisah, Desi Nurul Anggraini, Helmi Fuad, Ibrahim Sembiring,
Irawan Syahdi, Leni Mainora, Muawal Panji Handoko, Nurelide
Munthe, Nurhaida, Suyadi, Syahril, Riki Fernando, Tri Amanat,
Yuli Astuti Asnel, dan Zahriati
Ilustrasi
: Marsha
Desain Cover
: Veronica
Layout
: DiviaHIEMHUUDEMGIIIDIDDGMEDII
hak Cipta Terjemahan indonesia
©2021 Penerbit PT elex media Komputindo
hak Cipta dilindungi oleh undang-undang
diterbitkan pertama kali oleh:
Penerbit PT elex media Komputindo
Kelompok gramedia-Jakarta
Anggota iKAPi, Jakarta
523006913
iSBN: 978-623-00-3027-7
dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
dicetak oleh Percetakan PT gRAmediA, Jakarta
isi di luar tanggung jawab percetakan
Ayam dan Ikan Tongkol..............................................................2
Asal-Usul Ikan Patin..................................................................12
Cerita Teri Nasi Tulangbawang............................................21
Oyo Ba Susua...............................................................................25
2
1 Diceritakan kembali oleh Khairunnisa. Cerita ini berasal dari
Kepri, ketika Riau dan Kepri masih bergabung menjadi satu
provinsi. Ini termasuk warisan budaya Provinsi Riau. Cerita
ini sering diangkat dan dibawakan. Narasumber pernah mem
bawakan cerita ini dan mendapat juara satu. Keberadaan
kedua fauna ini ayam dan ikan tongkol masih banyak terdapat
di Provinsi Riau. Jenis ayam yang ada dalam cerita ini tidak
khusus ditujukan untuk ayam tertentu seperti ayam hutan,
ayam jago atau ayam peliharaan.
Dengan Bismillah permulaan kalam
Dengarkan cerita kisah yang bagus
Ayam dan Ikan Tongkol judulnya
Kuuuuuuuuuuk
D
i pagi hari ada seekor ayam yang sedang
bertengger di atas ranting-ranting pepohon
an. Ayam itu berkokok senyaring-nyaring
3
nya. Ayam berkokok tiga kali sambil mengepak-
ngepakkan sayapnya. Pok pok pok.
“Kuuk.. Kuuk.. Kuuk.”
Orang-orang belum bangun dari tidurnya,
tetapi ayam terus berkokok berkali-kali. Tidak
lama kemudian ayam berkokok sudah berhenti
disambung dengan suara azan dari kejauhan.
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu
Akbar. Penduduk pun mendengar suara azan.
Mereka bangun, berkemas-kemas, mandi, dan
Salat Subuh.
Ayam pun turun dari peraduannya untuk
mencari makan. “Kuk kuk kuk.” “Aku lapar. Pagi-
pagi aku lapar sekali. Aku mau cari makan dulu,”
Ayam pun berjalan mencari makan dan tidak
jauh dari tempat itu ada pantai. Ayam berjalan
dan mengais-ngais mencari apa yang ada untuk
dimakan, ketika Ayam mengais-ngais untuk di
makan, ada Raja Ikan tongkol berenang-renang ke
sana kemari, “Ciliyuk celekung. Ciliyuk celekung.”
Rupanya si Ayam itu adalah raja dari Ayam-Ayam
di daerahnya. Sementara ada Ikan Tongkol, Ikan
Tongkol ini Raja dari ikan-ikan yang ada di dalam
lautan. Maka mereka bertemulah berdua. Mereka
bicara, mengajak satu sama lain.
“Kokok, hai Ikan Tongkol, apa kabarmu?”
“Hi, aku baik-baik saja. Kamu apa kabar Ayam?”
4
“Aku, aku kokok kokok, aku baik-baik saja.”
Si Ayam dan si Ikan Tongkol tadi sama-sama
raja penguasa di darat dan di laut. Mereka bicara
sama-sama. Kata si Raja Ayam, “Hei, Raja Tongkol,
aku mendengar bahwa di desa ini akan ada pesta
yang besar sekali. Ada pesta perkawinan anak
tumenggung yang ada di desa ini.”
“Oh, kalau gitu, aku mau ikut juga.”
Mereka berunding, bermufakat untuk pergi
ke pesta anak pejabat setempat di daerah itu.
Setelah mereka berunding, si Raja Ayam pulang
ke rumahnya dan si Raja Ikan Tongkol berenang
memberitahu kepada anak buahnya. Pada saat
itu si Raja Ikan Tongkol amatlah senang sekali.
Hatinya gembira.
“Aih, hai prajurit-prajuritku, ke sini! Ke sini!”
Ikan Tongkol yang ada di lautan berkumpul
dan menghadap si Ikan Tongkol. Ia berkata. “Hai
rakyatku, di desa ini, di sana di daratan akan
ada pesta besar-besaran, ada bardah, ada joget
dangkung-dangkung, ada bernyanyi, ada menari.
Kita akan berpesta semalaman suntuk,” kata Raja
Ikan Tongkol.
Maka anak-anak buahnya, Anak Tongkol yang
lain bersenang hati. “Hore, hore, kami juga ikut.
Hore, hore.”
5
Keesokan harinya sebelum matahari terbit,
Ikan Tongkol pun tidur di peraduannya masing-
masing di lautan karena kalau hari sudah Subuh
air itu akan surut ke laut. Mereka akan bisa naik
ke daratan. Mereka memanfaatkan waktu malam
untuk tidur senyenyak-nyenyaknya. Pagi pun tiba
lagi, Ayam Jantan, Ayam Jago, Rajanya Ayam tadi
berkokok. “Kuuuuk kuuuuk,”
Raja Ayam memanggil ayam-ayam yang ada di
seluruh hutan itu. Ayam-ayam yang ada di hutan,
ayam kecil, ayam besar, ayam hutan, ayam betina,
ayam yang baru beranak, semuanya berkumpul
dekat Raja Ayam. Ada seekor ayam beranak kecil.
“Kekok kekok. Apakah kami bisa ikut juga ke
pesta itu hai Raja Ayam?”
“Kokok, kokok, bisa. Kita semuanya harus
berpesta pora nanti di dalam acara pernikahan
anak demang di kampung ini,” kata si Raja Ayam.
Dia memberitahukan kepada kawanan ayam-
ayam yang ada di hutan. “Kita akan makan besar.
Kita akan makan juadah yang ada. Kita akan
berpesta pora, menari, menyanyi, berjoget. Kita
akan berzanzi, membacakan bardah kepada
kawan-kawan kita,” kata si Raja Ayam.
Raja Ayam pun membubarkan rakyatnya, mem
bubarkan ayam-ayam yang ada. “Kokok Kokok,
sekarang kalian boleh bubar dan pulang ke rumah
6
masing-masing, tetapi ingat tempat yang sudah
disiapkan.”
Pulanglah ayam-ayam yang lain itu ke tempat
masing-masing untuk bersiap-siap ke tempat
nanti malam. Si ayam pun pergi ke tepi pantai.
Hari sudah menunjukkan pukul sepuluh. Ayam
berjalan. Kokok kokok kokok, sambil ia mengais
mencari makan dan ia berteriak kepada Raja Ikan
Tongkol.
“Hoi, Raja Ikan Tongkol. Aku sudah di tepi
pantai. Dimanakah kamu? Ke sinilah! Ke sinilah!”
Akan tetapi, si Raja Ikan Tongkol tidak mengetahui
bahwa Raja Ayam Jago itu memanggil dia sampai
letih rasanya si Raja Ayam tadi dan ia duduk
sambil bernyanyi.
“Oh letih rasa kakiku mengais-ngais. Oh, letih
tenggorokanku memanggil Ikan Tongkol.”
Sedang bernyanyi-nyanyi rupanya dari bela
kang muncul Ikan Tongkol di belakang Raja Ayam,
digigitnya kaki Raja Ayam.
“Hep, hep,” si Raja Ayam terkejut karena kaki
nya digigit oleh si Ikan Tongkol.
“Siapa yang menggigit aku? Kokok Kokok. Siapa
yang menggigit aku? Siapa yang menggigit aku?”
“Hihihi, kasihan, aku yang mengigit kakimu
hai Raja Ayam,” kata si Ikan Tongkol. Lalu si Ikan
Tongkol berbicara,
7
“Aku dengar kamu memanggil aku, tetapi
aku biarkan saja kamu biar capek lebih dahulu.
Sekarang kita sudah bertemu.”
Raja Ayam dan Raja Ikan Tongkol, mereka
mengadakan perundingan untuk acara nanti
malam. Berkata si Raja Ayam kepada si Raja Ikan
Tongkol.
“Kokok, kokok. Kokok, kokok. Hai, Ikan Tongkol,
ingat nanti malam kita ada pesta. Jangan lupa
bawa sebanyak-banyaknya gerombolanmu, bawa
sebanyak-banyaknya rakyatmu yang ada di laut.”
“Baiklah, nanti ma
lam akan aku bawa
rakyat-rakyatku akan
berpesta pora makan
makanan yang enak.
Aku akan berjoget,
bernyanyi.”
Sementara pesta di-
siapkan, pesta besar-
besaran untuk masya
rakat yang ada di desa
itu. Seluruh masya
rakat yang ada di desa
itu turun dan keluar
untuk berpesta pora. Lalu yang punya hajat ber
kata,
8
“Hai saudara-saudaraku, malam nanti kita akan
mengadakan pesta pernikahan untuk anak hamba.
Keluarkanlah segala juadah, segala makanan yang
ada. Hidangkanlah untuk semuanya. Beta tidak
mau akan kekurangan makanan rakyat Beta.”
Orang-orang pun menyiapan makanan, juadah
yang enak-enak. Hari sudah bergeser tengah hari
bergeser senja sampai hampir malam dan ikan
tongkol pun membawa rombongannya ke dalam
pesta itu. Ayam juga membawa rombongannya
ke dalam pesta itu, “Kuuuk kuuuk,” Ayam dengan
senang hati duduk dan melihat terlebih dahulu.
Ikan Tongkol bersusun dan berjajar banyak sekali.
“Eh, Ayam jangan kamu berkokok terlebih
dahulu! Nanti orang-orang mendengar akan ke
beradaan kita,” kata Ikan Tongkol.
“Eh, tidak apa-apa, aku akan berkokok, kuu
uuuuuk,” akan tetapi, sebelum acara dimulai, Ikan
Tongkol mengadakan perjanjian bersama ayam. Ia
meminta tolong dan mengingatkan Ayam.
“Kita berjoget sepanjang malam, kita berpantun
sepanjang malam, harus ingat.”
“Hai Ayam, ingatkan ya kalau sudah waktu
subuh kamu berkokoklah! Nanti kalau kamu tidak
berkokok, air akan surut ke dalam laut dan kami
tidak bisa pulang dan berenang-berenang. Kami
akan terkaparlah di pantai ini nanti.”
9
“Hah, itu hal mudah. Hahaha. Nanti aku akan
berkokok sebelum fajar menyingsing.”
Si Ayam pun berjanji kepada si Ikan Tongkol
bahwa dia akan berkokok sebelum fajar tiba. Di
malam itu mereka berpesta, berjoget, berdakung,
bernyanyi.
“Hoi, sedapnya malam ini, kita berjoget,
bertandak bersama,” si Ikan tongkol bernyanyi.
Ayam juga bernyanyi.
“Aku juga sedang berjoget, bernyanyi, makan
juadah sedap. Ayo kawan-kawan semua patuh-
patuh makanlah apa yang disuka! Ambillah
semuanya!”
Ayam bergembira hatinya. Ternyata hari sudah
tengah malam, hampir subuh lagi, tetapi sangking
kan capeknya, letih, lelah badan bernyanyi, ber
joget, bertandak, semuanya tertidur pulas. Ayam
semuanya tertidur pulas. Ikan Tongkol tertidur
pulas. Orang-orang semua tertidur pulas. Apa
yang terjadi? Sekali terbangun, matahari sudah
menyinari bumi, sudah menyinari pantai. Ter
dengar suara orang-orang banyak.
Orang-orang berkata, “Hah, mengapa banyak
ikan tongkol ya di tepi pantai ini? Hei, saya ambil
banyaklah, saya ambil nak banyak-banyak. Saya
nak ambil satu keranjang. Saya nak ambil satu
bakul. Tidak tidak, saya nak ambil satu kain
sarung.”
10
Banyak ikan tongkol yang bergelimpangan
tidak bisa pulang. Ada yang pulang melalui celah-
celah batu yang ada airnya sedangkan yang
lainnya tidak bisa pulang. Air sudah surut ke laut.
Raja Ikan Tongkol berkata.
“Hai Ayam, mengapa kau tidak memenuhi
persyaratan yang aku beri? Mengapa kau tidak
amanah dengan apa yang aku beri? Woi Ayam,
prajuritku banyak mati, ditangkap orang-orang
untuk disantap.”
Apa kata si Ayam Jago? “Maamaaaafkan aku
ya. Maafkan aku ya, Ikan Tongkol. Aku tertidur
pulas tadi malam. Aku tidak sadar. Aku tidak bisa
berkokok di pagi hari.”
Si Ikan Tongol dengan hati yang sedih, dengan
hati yang marah, si Ikan Tongkol berkata,
“Aku tidak percaya dengan segala macam Ayam
jantan. Aku tidak suka dengan Ayam jantan.
Aku tidak suka dengan tingkah laku, perkataan
ayam jantan itu. Kamu adalah pembohong, tidak
amanah.”
Ikan Tongkol menangis karena rakyatnya sudah
banyak diambil oleh orang-orang. Semenjak hari
itu si Ikan Tongkol bersumpah,
“Siapa pun ayam yang turun ke laut, kami akan
serbu, kami akan makan ayam-ayam terutama
ayam-ayam jago.”
11
Itulah sumpah dari si Ikan Tongkol. Itulah
makanya nelayan-nelayan dari Kepulauan Riau
itu, kalau hendak turun nak memancing ikan atau
mereka nak menangkap ikan, mereka memakai
umpan bulu ayam jago.
Intisari yang bisa kita ambil adalah, kalau kita
berucap, membuat perjanjian, harus kita tepati.
12
Wahai Ananda dengarkan cerita
Ibu kabarkan untuk didengar
Jangan lupa kepada kita untuk bersama dengar
kan cerita
A
lkisah di sebuah negeri bernama Negeri
Indragiri Hilir. Kehidupan di masa itu, di
sana sangatlah tenang, sangatlah nyaman.
Penduduknya
ahli,
penduduknya
bergotong
royong. Pada suatu ketika ada seorang nelayan
yang mau pergi ke sungai untuk menangkap ikan
konsumsi makanan lauk sehari-hari. Orang ini
turun ke sungai dan memancing ikan. Ia bersiul-
siul. Ia bernyanyi-nyanyi dengan duduk di atas
sungai.
2 Diceritakan kembali oleh Khairunnisa
13
“Phuuuiiip phuuiiip phuuuiiip phuuuiiip phu
uuiiip,”
Si Awang Gading duduk di atas sungai
“Ya Allah, mudah-mudahan pada hari ini hen
daknya aku mendapat ikan yang banyak untuk
kubawa pulang untuk kubuat gulai.” Si Awang
Gading memasang kailnya dengan umpan. Ia
pancing lagi. Ia pancing lagi. Ia termenung. Hanya
ada ikan kecil-kecil yang berlari ke sana berenang
ke sana sambil melihat Awang. Ia mengambil lagi
pancingnya, ditariknya lagi. Setelah lama ia duduk
sekitar setengah hari, Awang Gading duduk di
batu. Ia merasa lelah. Ia merasa letih.
“Oh, aku hari ini tidak dapat ikan seekor pun.
Seekor pun aku tak dapat ikan. Ya Allah, apalah
nak aku bawa balik nanti ni? Apalah nak aku
makan nanti? Seekor ikan pun tak dapat.”
Setelah itu Awang Gading pun duduk berme
nung di atas batu.
“Ya Allah, Ya Rabbi, Ya Karim, apalah nasib hari
ni? Seekor ikan pun tak dapat. Kemanalah nak
dicari lagi?”
Ia beralih ke tempat lain yang sepi sambil
berjalan. Keyok keyok.
“Hmm, aku duduk dekat sini sajalah. Mudah-
mudahan adalah ikan dekat dengan aku ni. Bis
millahirrahmanirrahim.”
14
Dicampakannya kailnya ke dalam sungai, tetapi
ikan tidak juga terpancing. Setelah itu ia memulai
membaca mantra. Ia memulai bernyanyi ria.
“Oh, air pasang telan ke insang. Air surut telan
ke perut. Renggutlah…! Biar putus jangan direbut.”
Itulah mantra yang didendangkan Awang
Gading. Setelah ia duduk lama, hari pun mulai
petang, matahari sudah mulai condong. Namun,
tak satu ikan pun yang diperolehnya. Awang
Gading pun bergegas pulang. Dari kejauhan
terdengar suara sayup-sayup.
“Oek, oek, oek.” Awang Gading pun terkejut.
“Heh, petang-petang macam gini, ada suara
budak bayi, budak kecik, siapa agaknya yang
meninggalkan anaknya di tengah-tengah sungai
ni?”
Si Awang berjalan menuju ke tempat asal suara.
Alangkah terkejut ketika ia melihatnya.
“Masya Allah, Subhanallah, ada bayi perem
puan, cantik yang ditinggalkan oleh maknya.
Siapalah mak bapaknya ni sampai hati meninggal
kan anaknya ni?”
Si Awang Gading pun mengambil bayi perem
puan itu dan membawanya keluar. Sebelum
dibawa pulang ke rumah, Awang ini pergi ke
rumah kepala desa dan berkata,
15
“Hai kepala desa. Aku tadi berjumpa dengan
bayi kecik ni. Dia menangis di atas batu, tetapi
aku tidak tahu entah siapa mak bapaknya. Aku
sungguh kasihan betul hai Pak Kepala desa,”
Bapak kepala desa itu berkata. “Wahai Awang
Gading, ini bukan sembarang manusia. Ini adalah
keturunan ikan patin yang ditinggalkan untuk
engkau karena engkau tidak punya anak. Maka
inilah hadiah buat engkau. Jagalah baik-baik
bayi ini untuk engkau. Anggaplah ia seperti anak
kandung engkau wahai Awang Gading.”
“Baik, Bapak Kepala Desa,” kata Awang Gading.
Awang Gading pulang ke rumah. Ia memper
siapkan perlengkapan untuk bayinya. Bayinya
menangis dikasihnya air didih nasi atau air tajin.
Bayinya menangis malam, didendangkannya.
“Tidur, tidur, anakku tidur, pejam, pejamkan
mata, ayah mengantuk. Ayolah kita tidur, tidur!”
Si Awang pun tertidur bersama anaknya. Saking
letihnya ia tidak sadar tidur sampai pagi. Setelah
pagi ia mendengar suara, kuuuuuuk. Ia membuat
makanan untuk bayinya tadi.
“Masya Allah, aku terlambat bangun. Aduh,
anakku.”
Anaknya diberi nama Dayang Kumunah. Bayi
nya bernama Dayang Kumunah.
16
“Wahai anakku Dayang Kumunah, ayah masak
nasimu dulu, nak ambil air didih nasi ya, Nak!
Nanti Kau minum pakai didih nasi ya, Nak!”
Awang pun memasak nasi, mengambil air
didih nasi, diberilah kepadanya. Hari berganti
hari, minggu berganti minggu, Dayang Kumunah
tumbuh menjadi anak remaja, menjadi dewasa.
Dayang Kumunah mengerjakan pekerjaan rumah
untuk ayahnya, mencuci, memasak, membereskan
rumah. Dayang Kumunah sangat rajin dan ia
sangat cantik sekali. Ia mempersiapkan makanan
setiap ayahnya pulang.
“Ayah, Dayang Kumunah sudah menyiapkan
makanan Ayah. Ayah makan dulu, ya! Nanti kalau
sudah Ayah makan, Ayah Salat Zuhur.”
“Iya, ya Dayang Kumunah. Ayah nak salat
dululah baru makan.”
Hari berganti hari, ia rajin bekerja dan orang-
orang melihat Dayang Kumunah, senang betul
hatinya. Dia memelihara ayahnya dengan baik.
Ayahnya sayang dengan dia. Mereka hidup
bersama. Ia tolong menolong dengan ayahnya.
Suatu hari, Dayang Kumunah ini sedang men
jemur kain sambil bersenandung, tetapi Dayang
Kumunah ini tidak membuka mulutnya. Dayang
Kumunah ini tidak pernah senyum dan tidak
pernah tertawa, tetapi dia rajin. Sambil dia bekerja
17
dia cuma senyum saja, tetapi dia tidak pernah
tertawa. Walaupun menjemur pakaian, menjemur
pakaian sambil bersenandung.
“Heeheem, heeheem, heeheem,” Dayang Kumu
nah bersenandung sambil menjemur pakaian-
pakaian yang sudah dicuci. Dayang Kumunah pun
masuk ke dalam rumah.
Ada seorang pemuda yang melihat ketika
Dayang Kumunah sedang menjemur kain. Pemuda
itu sangat tertarik dengan Dayang Kumunah.
“Alamak, cantiknya perempuan itu, anak siapa
kah dia ini, ya?”
Keesokan harinya si pemuda itu berjalan lagi ke
depan rumah Dayang Kumunah dan dia melihat
lagi Dayang Kumunah sedang mencuci piring.
Rasa hatinya tidak tertahan hendak berjumpa
dengan Dayang Kumunah. Petang harinya pemuda
itu berjumpa dengah ayah Dayang Kumunah dan
berkatalah pemuda itu.
“Hai, Pakcik, apakah boleh saya berkenalan
dengan anak Pakcik? Siapakah nama anak Pakcik?”
“Nama anak saya Dayang Kumunah. Ada apakah
gerangan?” Kata Ayah Dayang Kumunah kepada
pemuda itu.
Dengan malu-malu dia berkata. “Begini, saya
nak melamar Dayang Kumunah untuk saya jadikan
istri saya, Pakcik.”
18
“Oh, begitu,” kata Ayah Dayang Kumunah.
Akhirnya lamarannya diterima oleh Ayah Dayang
Kumunah. Maka mereka menikah, dipestakanlah.
Sepanjang mereka menikah, Dayang Kumunah ini
tidak pernah senyum dan tidak pernah tertawa.
Tetapi sebelum Dayang Kumunah dan pemuda ini
menikah, ia berkata kepada calon suaminya.
“Aku menerima lamaran Engkau wahai Awang,
tetapi jangan Engkau memaksa aku untuk ter
tawa, memaksa aku untuk tertawa, memaksa aku
untuk tertawa,” sampai tiga kali Dayang Kumunah
berkata.
“Baiklah, kalau itu persyaratan yang kau minta,
akan Abang terima.”
Maka diterimalah lamaran, menikah, berumah
tangga. Mereka dikaruniai anak, anaknya ada
enam. Pada suatu sore ketika berkumpul, ketika
anak bungsunya belum pandai berjalan, anak
bayinya yang paling lucu ini, tetapi Dayang Ku
munah tetap saja tidak mau tertawa. Suaminya
berkata,
“Hai Adindaku, marilah tertawa melihat kelu
cuan anak kita sedang berjalan, sedang lucu-lucu
nya.”
Dayang Kumunah dipaksa tertawa oleh suami
nya, tetapi Dayang Kumunah tidak kuasa menahan
permintaan suaminya.
20
Akhirnya Dayang Kumunah tertawa. Setelah
tertawa, ia melihat dalam mulutnya, ada insang
di dalam mulutnya. Bukan gigi, tetapi insang.
Semenjak hari itu ia tertawa menampakkan
insang di mulutnya. Dayang Kumunah tidak mau
lagi makan. Ia tidak mau lagi tinggal di rumah itu.
Dayang Kumunah berlari sekencang-kencangnya
untuk menuju sungai. Dayang Kumunah masuk ke
dalam sungai,
“Wahai Kakanda, engkau tidak menepati janji
mu. Kan aku bilang dulu sebelum kita menikah,
jangan paksa aku tertawa! Makanya aku balik ke
asalku. Aku adalah manusia ikan yang dibesar
kan oleh Ayahandaku. Aku tidak pernah tertawa
karena aku manusia ikan karena ada insang di
mulutku. Sekarang jaga, ya Kanda anak-anak kita!
Aku akan pergi ke dunia luar.”
Dayang Kumunah pergi menyusuri sungai-
sungai, berenang. Suaminya bilang, “Dayang Ku
munah, ampunilah Abang. Abang salah, Abang
khilaf, ampuni Abang.”
“Mak, Mak balik Mak! Kami rindu Mak. Mak
tak boleh jauh,” anak-anaknya menangis. Suami
nya menangis. Orang-orang terdekatnya semua
menangis, tapi apalah daya, Dayang Kumunah
sudah kembali ke asalnya menjadi seekor ikan
patin.
21
C
erita berawal dari tersiarnya kabar tentang
adanya acara pesta muda-mudi Canget
Bara di daerah Keratuan Balau. Acara ini
merupakan ajang silaturahmi muli mekhanai
antarmarga dan buai. Saat acara berlangsung,
banyaklah pemuda-pemudi yang datang ke Balau
untuk ikut acara Canget Bara tersebut. Pemuda-
pemudi yang datang itu di antaranya dari Riau,
Palembang, juga ada Portugis dari Malaka yg
kebetulan masih berkunjung ke Palembang.
Pada acara itu, terjadi keributan. Pasukan dari
Palembang bertikai adu mulut dengan pihak
masyarakat dari Tulangbawang yang dipimpin
oleh Minak Patiprajurit. Akibatnya, tempat acara
canget tersebut seketika berubah menjadi ajang
3 Diceritakan kembali oleh Andi Wijaya
22
23
peperangan. Dalam keadaan itu, sulit melihat
mana lawan mana kawan. Semua bertarung
hingga meluas ke lapangan dan tiyuh (pemukiman
warga).
Singkat cerita, kampung terbakar, masyarakat
mengungsi hingga ke Waisulan (Lampung Selatan
sekarang).
Dalam peperangan tersebut, Minak Patiprajurit
berhasil menyelamatkan Putri Balau anak Raja
Balau. Putri Balau dibawa ke Kesultanan Banten.
Setelah keadaan aman, mereka kembali ke Balau
dan Minak Patiprajurit menikahi Putri Balau.
Setelah menikah, Putri Balau langsung diboyong
ke Tiyuh Pagara Dewa (tempat tinggal Minak Pati
prajurit).
Sebelum pergi untuk ikut suaminya, Putri
Balau diberi sebuah bokor emas oleh ayahnya,
Rajabalau. Ayah Putri Balau berpesan nanti
sesampainya di Wai Tulangbawang, bokor yang
berisi nasi tersebut dibuka dan nasi itu ditebarkan
di sungai itu.
Sesampainya di Wai Tulangbawang, Putri Balau
teringat dengan pesan ayahnya. Dia membuka
bokornya dan menebarkan nasi itu di sepanjang
sungai. Tidak lama kemudian, dengan kuasa
Tuhan, nasi yang ditebar tadi berubah menjadi
ikan kecil, seukuran ikan teri laut (teri nasi).
24
Setelah itu, Putri dan rombongannya kembali
meneruskan perjalanan mereka ke Pagardewa.
Ikan teri kecil yang seharusnya hidup di laut
itu berkembang biak menjadi sangat banyak di
sungai itu. Saat ini, masih kita bisa menjumpai
ikan tersebut bila air sungai meluap/pasang. Saat
air sungai pasang, kita akan menemui banyak
sekali ikan kecil, dan warga sekitar banyak yang
mengambilnya untuk dijadikan lauk atau dijual
ke pasar. Sampai sekarang ikan teri di sungai itu
dikenal dengan nama Sesan Putri Balau.
25
4 Diceritakan kembali oleh Desnatalyani Laoli
P
ada zaman dahulu terdapat satu mata air
di kaki Gunung Lὃlὃmatua. Pada mata air
itu tumbuh sebatang pohon besar bernama
E’oyo. Pada mata air di bawah pokok kayu
e’oyo terdapat dua ekor anak belut, jantan
dan betina. Belut jantan bernama Susua dan
belut betina bernama Oyo. Setelah sekian lama
tinggal di bawah pokok kayu E’oyo, kedua belut
tersebut bertambah besar hingga mencapai
15 meter panjangnya, dan mereka tidak muat
lagi untuk tetap tinggal di bawah pokok kayu
tersebut. Lubang di bawah pokok kayu tidak bisa
bertambah besar lagi karena dihimpit oleh batu-
26
batu besar. Kedua Belut tersebut mulai berpikir
tentang kehidupan mereka ke depan karena
mereka tidak bisa terus melanjutkan kehidupan
mereka di tempat itu.
Kedua Belut tersebut mulai terjepit di bawah
pokok kayu karena makin hari tubuh mereka
semakin besar ditambah lagi kebutuhan makan
mereka sehari-hari mulai susah dicari seperti
ikan kecil, sudah mulai habis. Kedua Belut ter
sebut tidak mengetahui bahwa ada sungai dan
lautan yang luas di luar sana yang bisa untuk
mereka tinggali dan banyak ikan kecil yang bisa
mereka jadikan untuk makanan.
Pada suatu malam bulan purnama, kedua Belut
tersebut makan seadanya. Mereka hanya makan
anak udang yang kecil dan mereka tidak kenyang,
bahkan tidak cukup untuk mengganjal perut.
Malam itu mereka tidak bisa tidur dan mereka
tetap menunggu barangkali akan ada ikan kecil
maupun udang yang keluar dari lubang tempat
mereka berada yang bisa untuk mereka santap.
Selagi menunggu, mereka berbincang me
ngenai kehidupan mereka esok hari. Mereka
menyadari bahwa tubuh mereka sudah sangat
besar dan mereka baru kenyang bila menyantap
20 sampai 60 ekor udang setiap hari. Di tengah-
tengah perbincangan mereka, tiba tiba muncul
28
seekor ikan kecil yang besarnya sangat tanggung
untuk mereka makan berdua. Ikan kecil itu
berenang ketakutan sambil terengah-engah.
Susua dan Oyo menyapa ikan kecil tersebut
dengan iba dan bertanya kenapa dia berenang
ketakutan dengan terengah-engah dan meminta
pertolongan.
“Tolong kasihani aku, Belut raksasa. Tolong
aku Oyo dan Susua, jangan makan aku,” pinta ikan
kecil tersebut.
Oyo dan Susua menyahut, “Baiklah, kami tidak
akan memakanmu jika engkau berkenan men-
ceritakan apa yang membuatmu berenang ke
takutan?”
Ikan kecil itu menjawab, “Baiklah, akan ku
ceritakan. Selama ini kami tinggal di muara dekat
laut. Pada suatu waktu datang sekumpulan ikan
besar yang memangsa kami semua. Ikan-ikan
tersebut memakan semua induk kami. Untungnya
saya dapat melarikan diri melalui lubang kecil
sehingga mereka tidak bisa menyusulku karena
mereka tidak bisa melewati lubang yang kulalui.
Aku berhasil selamat hingga sampai di tempat ini.”
Setelah Oya dan Susua mendengar cerita ikan
kecil itu mereka saling berpandangan. Mereka
sangat tertarik dengan cerita ikan kecil itu.
Kemudian mereka bertanya apakah laut itu luas
29
dan apakah terdapat banyak ikan-ikan besar yang
memangsa ikan-ikan kecil? Ikan kecil itu berkata
bahwa terdapat banyak sekali jenis ikan di lautan
baik ikan yang besar maupun ikan yang kecil, tak
terhitung banyaknya.
Setelah mendengar pernyataan ikan kecil itu
lagi, Oyo dan Susua berdiskusi mengenai cara
supaya bisa pergi ke laut. Jika mereka melubangi
tanah tempat mereka berada tidak akan bisa
karena dikelilingi oleh batu-batu besar. Susua
bertanya kepada ikan kecil itu bagaimana caranya
agar sampai di laut.
Ikan kecil tersebut menjawab, “Jika sebesar
kalian Tuan, maka tidak bisa karena air di muara
sangat dangkal.”
Susua kemudian berpikir, dan menemukan
bahwa hanya ada satu cara agar sampai di laut,
yaitu mereka harus meminta hujan lebat sampai
datang banjir besar kemudian mereka bisa leluasa
untuk berenang, bersama dengan arus banjir
besar.
Mereka sepakat untuk meminta hujan lebat
selama tiga hari tiga malam. Dimulai pada malam
bulan purnama ke-12 sampai malam bulan
purnama ke-15. Pada saat bulan purnama, turun
lah hujan yang sangat deras dan menimbulkan
banjir besar yang melewati pucuk-pucuk pohon
30
sehingga kedua Belut itu tidak akan tersangkut
kalau berenang.
Susua dan Oyo sepakat untuk berangkat pada
pukul 4 dini hari. Mereka saling berjanji dan
bersumpah, siapa yang duluan terbangun harus
membangunkan temannya yang masih tertidur.
Dan jika nanti banjir yang sangat besar sudah
datang maka Susua akan menuju ke Timur dan
Oyo akan menuju ke Barat. Lalu kemudian mereka
akan bertemu di laut.
Mereka saling bersumpah dan berjanji, barang
siapa nanti yang ingkar janji dia baru sampai
di laut 9 tahun. Kemudian mereka menunggu
pukul 4 dini hari tiba. Pada pukul 3 dini hari,
Oyo terbangun, kemudian dia melihat bahwa air
sudah menutupi daratan dan menutupi puncak
Gunung Lolomatua. Susua masih tertidur, dan Oyo
mengingkari janji, dia tidak membangunkan Susua
dan pergi terlebih dahulu secara diam-diam.
Satu jam kemudian, Susua terbangun, dia ber
teriak memanggil Oyo namun tidak ada sahutan.
Susua kemudian menyadari bahwa Oyo telah pergi
terlebih dahulu dan telah mengingkari janjinya.
Susua lalu mengutuk Oyo bahwa 9 tahun nanti
Oyo baru sampai di laut. Meskipun demikian,
Susua berharap supaya Oyo sampai di laut dan
selamat dalam perjalanan.
31
Air banjir mulai surut, cahaya bulan purnama
menyinari sekeliling. Susua segera bergegas untuk
berenang selagi air banjir masih ada. Susua mulai
berenang dan menentukan pedoman jalan yang
harus dilaluinya supaya lebih cepat sampai di
laut. Dan hanya sembilan kali Susua mengibaskan
ekornya dia sudah sampai di laut, membelah
gunung-gunung besar. Lain halnya dengan Oyo
karena telah mengingkari janjinya dia baru sampai
9 tahun kemudian dan jalannya berkelok-kelok.
Demikian cerita mengenai Hikayat Sungai
Susua dan Oyo yang diceritakan orang tua pada
zaman dahulu. | 16_Kisah_Ikan_dan_Teman_Temannya |
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.
Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Sendok kang Pinter
Sendok yang Cerdas
Penulis
Eka Sugeng Ariadi
Penelaah
Arif Subiyanto
Penanggung Jawab
Umi Kulsum
Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto
Ilustrasi & Desain Sampul
Apri Setiawan
Tata Letak
FA Indonesia
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972
Cetakan pertama, Oktober 2023
E-ISBN: 978-623-112-781-5
Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
C
erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak,
khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam
pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan
beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang
mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan
budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan
ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila.
Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga
keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan
bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur,
seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai-
nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk
cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan
mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi
berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah
membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di
dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan
kayanya unsur-unsur lokal.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta
dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah
upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan
memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi
penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif,
mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini
dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi
dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya
dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga
menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi,
penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang
turut andil mewujudkan karya ini.
Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Surabaya, 1 Oktober 2023
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Sendok kang Pinter
Sendok yang Cerdas
Biodata Penulis
Biodata Ilustrator
iii
iv
1
20
20
1
Saben esuk, sendok krasa sedhih.
Kaya biasane, akeh turahan sing
nemplek ing awak. Awak dadi
mambu.
Tiap pagi, sendok merasa sedih.
Seperti biasa, banyak sisa makanan
menempel di tubuh mereka.
Tubuh mereka pun menjadi bau.
Bap
ake
, G
ela
s,
me
re
ng
ut
.
Aya
h G
ela
s, k
eli
ha
ta
n
ke
sa
l.
Tan
sah
an
a b
an
yu
ng
o
mb
e
tu
ra
h.
Sela
lu s
aja
ad
a s
isa
a
ir
mi
nu
m.
2
Ibu
ne, P
irin
g, n
gra
sak
ake
b
ab
s
in
g
pa
dh
a.
Ibu
Pir
ing,
m
era
sa
kan
h
al
ya
ng
s
am
a.
3
4
Pirin
g ng
lip
ur a
na
ke
su
pa
ya
s
ab
ar.
Pirin
g ng
and
ika
iku
pa
nce
n p
ak
ul
in
an
T
ua
n R
um
ah.
Pirin
g m
eng
hibu
r a
nak
-an
ak
ny
a
ag
ar
b
ers
ab
ar.
Pirin
g me
ngat
aka
n it
u m
em
an
g k
eb
ia
sa
an
T
ua
n
Ru
ma
h.
5
Krungu warta saka
televisi babagan sampah
panganan.
Pranyata negara iki wes
kalebu darurat sampah
panganan.
Terdengar suara berita dari
televisi tentang sampah sisa
makanan.
Negeri ini ternyata sudah
darurat sampah sisa
makanan.
6
Kabare negara iki ngasilake
sampah panganan paling gedhe
nomer loro ing donya.
Saben warga ngasilake 300 kg sampah
panganan saben taun.
Ing omah iki ana 5 wong, tegese ana
1.500 kg sampah panganan saben taun.
Menurut berita, negeri ini penghasil
sampah sisa makanan terbesar kedua
di dunia.
Tiap penduduk menghasilkan sampah sisa
makanan sebanyak 300 kg per tahun.
Di rumah ini ada 5 orang, artinya ada 1.500 kg
sampah sisa makanan per tahun.
7
Gelas ngendika mbah-mbahe biyen
nglarang ninggalake panganan.
Piring uga ngandhani crita sing padha.
Gelas menjelaskan kalau kakek
neneknya dulu melarang menyisakan
makanan. Piring pun menceritakan hal
yang sama.
8
Gelas ora ngerti kudu kepriye arep ngelingake Tuan Rumah.
Gelas tidak tahu harus berbuat apa untuk mengingatkan Tuan Rumah.
9
Piring malah nyerah amarga rumangsa mung piranti dhahar.
Piring pun pasrah karena mereka hanyalah alat makan.
10
“Ahaa... aku duwe angen-angen. Sesuk bengi ngecet 5 piring gambare
wong keluwen utawa rebutan panganan,” ujare Sendok.
Garpu setuju karo angen-angen sedulure.
“Ahaa... aku punya ide. Besok malam kita melukis 5 piring dengan gambar
orang-orang yang kelaparan atau berebut makanan,” ujar Sendok.
Garpu sepakat dengan ide saudaranya itu.
11
Esuke, Sendok ngaturake angen-angen kasebut
marang wong tuwane. Bapak lan ibu uga setuju.
Esok hari, Sendok menyampaikan ide itu ke orang tua mereka.
Ayah dan ibu mereka juga setuju.
12
Sawise Tuan Rumah wis rampung mangan, Sendok lan Garpu
miwiti nggambar piring-piring.
Setelah Tuan Rumah selesai makan, mulailah Sendok dan Garpu
menggambar piring-piring.
13
Bapake ngancani dheweke lan seneng mirsani anak-anake
duwe kabisan nglukis.
Ayahnya menemani mereka dan senang melihat anak-anaknya
memiliki kemampuan melukis.
14
“Hore! Aku wis rampung nglukis piring iki,” bengoke Sendok
bungah. Garpu uga kanthi bungah nuduhake asil lukisan piring.
“Hore! aku selesai melukis piring ini,” teriak Sendok kegirangan.
Garpu pun menunjukkan hasil lukisannya di piring dengan riang.
15
Esuke, ana swasana sing beda.
Tuan Rumah wis ora nyisake panganan maneh.
Alat maem katon luwih resik tinimbang sadurunge.
Keesokan harinya, suasana tampak berbeda.
Tuan Rumah tidak lagi menyisakan makanan.
Perlengkapan makan terlihat lebih bersih daripada hari-hari
sebelumnya.
16
17
Keluarga piranti dhahar dadi seneng.
Hore! Garpu seneng. Dheweke ora mambu maneh saiki.
Keluarga perlengkapan makan menjadi senang dan bahagia.
Hore! Garpu senang. Badannya tak bau lagi sekarang.
18
Saben dina, Tuan Rumah tansah mangan lan ngombe nganti
resik. Ora ana maneh sampah panganan ing omah kasebut.
Setiap hari, Tuan Rumah selalu menghabiskan makan dan minumnya.
Tak ada lagi sampah makanan di rumah itu.
19
“Muga owah-owahan iki bakal dadi budaya
tuan rumah kita,” ujare Piring.
“Aku pengin kabeh kulawarga kaya ngene,”
ujare Sendok.
“Semoga perubahan ini menjadi budaya tuan
rumah kita,” ujar Piring.
“Aku berharap semua keluarga di luar sana juga
begitu,” sahut Sendok.
BIONARASI
20
Penulis
Eka Sugeng Ariadi, seorang pendidik di MAN 1 Pasuruan.
Selain menjalankan rutinitas mengajar di kelas dan
membimbing peserta didik dalam pelbagai lomba atau
kompetisi, di sela waktu luangnya berusaha untuk belajar
menulis fiksi (puisi dan cerita pendek berbahasa Indonesia
dan bahasa Jawa) dan nonfiksi –seperti esai, opini, artikel,
dan lain-lain. Beberapa karya tulisnya telah dipublikasikan
dan bisa diakses melalui akun Instagram; Eka Sugeng Ariadi.
Ilustrator
Apri Setiawan yang sering dipanggil Apri, merupakan
seorang ilustrator asal Banyuwangi, Jawa Timur. Sebagai
lulusan S-1 Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri
Malang yang memiliki minat dalam bidang ilustrasi dan
desain tematik mulai masa kanak-kanak. Karena apresiasi
sekitar yang begitu suportif dan positif pada karya yang
telah dibuat, menjadikan proses pengembangan minat
tersebut berjalan hingga sekarang. Pengembangan minat
diantaranya dengan berperan aktif pada berbagai pameran,
kompetisi, maupun proyek dari tahun ke tahun baik skala
regional hingga internasional. IG: @apriciation, E-mail:
[email protected]. | 17_SENDOK_YANG_CERDAS |
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Suwandi
ii
SINDEN KECIL
Penulis:
Suwandi
Penyunting:
Edi Setiyanto
Ilustrator:
Mukti Ali
Penerbit:
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224
Telepon: (024) 562070; Faksimile: (0274) 580667
Cetakan Pertama, November 2021
iv + 8 hlm., 15 x 23 cm.
ISBN: 978-623-5677-29-3
Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi
buku ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin
tertulis dari penerbit.
Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis.
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui warga
dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah RI pun melaksanakan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat
di seluruh provinsi di Indonesia dalam rangka untuk menekan
penyebaran virus yang sangat mematikan itu. Kebijakan Pemerintah
tersebut tentu memiliki dampak yang sangat signifikan di berbagai
sektor. Karena kebahasaan dan kesastraan masuk dalam sektor
nonesensial, praktis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
kebahasaan dan kesastraan tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
secara langsung, bersemuka. Namun, karena proses kreatif dan
upaya pencerdasan bangsa melalui bahasa dan sastra harus tetap
berlangsung, berbagai kegiatan itu pun dapat dilaksanakan secara
daring. Meskipun hasilnya--mungkin--tidak maksimal, berbagai
program dan kegiatan yang telah dirancang oleh Balai Bahasa
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat memenuhi target-
target yang telah ditetapkan, termasuk target 42 karya sastra
Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Penerbitan hasil penerjemahan dari sastra Jawa ini--yang
telah melewati proses panjang--merupakan bukti nyata bahwa
situasi pandemi tidak menghalangi kami dalam memberikan
sumbangsih bagi kemajuan bangsa melalui kebahasaan dan
kesastraan. Penerbitan hasil penerjemahan ini diharapkan dapat
digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dalam program besar
Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Pemerintah. Melalui
penerbitan penerjemahan karya sastra Jawa ini pula diharapkan
bisa menghilangkan kendala kebahasaan bagi masyarakat penutur
nonbahasa Jawa untuk bisa menikmati dan mengambil manfaatnya.
iv
Hadirnya
buku
penerjemahan
ini
melibatkan
banyak
pihak. Oleh karena itu, dalam kata pengantar singkat ini kami
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada
sastrawan/penulis (asli) dalam bahasa Jawa. Demikian pula
kami mengucapkan terima kasih kepada penerjemah yang telah
menerjemahkan karya sastra Jawa ke dalam bahasa Indonesia.
Penghargaan juga kami berikan kepada para penyunting yang telah
menyelaraskan hasil terjemahan sesuai dengan kaidah baku bahasa
Indonesia. Tentu saja, kepada panitia/tim terjemahan dan penerbit
kami ucapkan terima kasih yang tiada bertepi.
Semoga buku terjemahan ini bisa menjadi ajang dialog dan
tegur sapa antarbudaya di Indonesia dan menambah kekayaan
khazanah bahan bacaan literasi yang bermutu. Selamat membaca!
Yogyakarta, 10 September 2021
Kepala,
Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum.
NIP 196605201991031004
1
Sinden
Kecil
S
aat sedang duduk santai di teras depan rumah sambil
membaca majalah Jayabaya edisi baru, dari jalan terdengar
suara motor matik yang berhenti di depan pagar. Sebentar
saya amati, ternyata cucuku, Ratih, yang diboncengkan oleh
gurunya. Bergegas tampak ia turun dari boncengan. Saya sendiri
belum kenal dengan guru cucuku yang mengantarkannya itu.
Tapi, umurnya sekitar 30 tahunan. Seusia anak laki-lakiku, Irfan
Wicaksono. Guru Ratih yang memakai jilbab warna merah jambu itu
terlihat menuntun Ratih, cucu sulungku, yang sekarang sudah kelas
4 SD di sebuah sekolah dasar di kota ini.
“Asalaamualaikum, selamat siang, Bu. Apakah benar ini
rumah Bapak Irfan Wicaksono?” tanya guru Ratih setelah tiba di
depan teras.
Ratih sendiri segera masuk rumah setelah menyalami aku
dengan wajah yang agak masam.
“Waalaikumsalam, selamat siang. Benar Bu Guru. Silakan
duduk dulu,” jawabku seraya mempersilakan guru Ratih untuk
berkenan duduk di teras.
Tidak berapa lama kami lalu berkenalan saling berbagi kabar.
Saya juga lalu memberitahukan bahwa saya ialah neneknya Ratih,
yang kebetulan menunggu rumah ini karena kedua orang tua Ratih
bekerja. Saya juga memberanikan untuk bertanya kepada Bu Guru,
mengapa ketika belum saatnya pulang, Ratih sudah kembali, bahkan
dengan diantar oleh gurunya.
“Tumben Bu, mengapa Ratih diantar pulang. Apakah dia
sakit?” tanyaku.
2
“Sebelumnya saya mohon maaf ya Bu Winarsih,” begitu dia
menyapa setelah tahu namaku, “Ratih terpaksa saya antarkan
pulang, karena selama di sekolah dia menangis terus. Sebenarnya
saya sudah mencoba menasihati agar tetap mengikuti pelajaran
hingga selesai. Tetapi, dia tidak mau dan tetap ingin pulang.
Sebetulnya udah saya tanyakan, apakah dia sakit. Tetapi, dia hanya
menggelengkan kepala.” Demikian Bu Guru memberikan penjelasan
kepada saya.
3
“Ooo, begitu ya. Baiklah nanti biar saya tanya dia.”
Usai memberikan penjelasan, Bu Guru pamit kembali ke
sekolah untuk mengajar lagi karena tidak ada guru pengganti.
Usai Bu Guru kembali ke sekolah, saya segera menuju ke kamar
Ratih. Saya lihat dia masih tersedu-sedu sambil memeluk bantal. Ia
masih memakai kaos kaki sekolahnya. Setelah saya duduk di kasur,
Ratih segera merangkul pinggangku.
“Kenapa to, Nok? Tidak biasanya kamu pakai ngambek segala.
Apakah ada yang menjahilimu?”
Ratih terus menggelengkan kepala. Namun, terlihat masih ada
hal yang mengganjal hatinya. Setelah terus kupandangi, akhirnya
ia mau berterus terang.
“Saya tidak mau sekolah lagi, Nek!” jawabnya ketus sambil
mengusap-usapkan wajah ke pinggangku.
Pundaknya saya pegang lalu saya dorong agar wajahnya bisa
saya pandang.
“Lho, kenapa tidak mau sekolah?”
“Pokoknya gak mau, ya gak mau!” jawabnya ketus.
“Lho kalau tidak mau sekolah itu pasti ada sebabnya. Ngomong
ke nenek, nanti semua masalah pasti bisa diselesaikan. Terus kalau
tidak mau sekolah, mau jadi apa, coba?” rayuku lembut kepadanya.
“Lha teman-temanku semua nakal kok, Nek.”
“Lho nakal bagaimana? Jika mereka menakalimu, cucuku yang
paling cantik, biarlah nenek besok yang melapor kepada gurumu
agar mereka dinasihati. Siapa nama mereka yang telah menakali
kamu?”
“Banyak, Nek. Ada Dani, Riska, Siti. Hampir sekelas, Nek.
Semua mengejek saya, Nek.”
“Diejek gimana?”
“Masak saya disebut sinden kecil. Siapa tidak jengkel, Nek?”
sesekali dia protes kepada saya.
Saya tersenyum mendengar keluhan cucuku. Sambil menahan
tawa, lalu saya bertanya kepadanya, “Lho kok bisa diejek, dikatakan
sinden kecil? Itu awal mulanya bagaimana?”
Ratih kemudian bercerita. Selama ini dia sering diikutkan
lomba seni macapat. Bahkan, sering menjadi juara. Dua minggu
4
lagi, ia juga akan diikutkan lomba macapat di tingkat Kabupaten
Bantul. Makanya, dia sering diminta gurunya untuk latihan di
sekolah. Bahkan, kadang berlatihnya di depan kelas. Karena semua
itu, teman-teman lalu mengejeknya sebagai sinden kecil. Memang
Ratih terkenal memiliki suara merdu saat melantunkan tembang
macapat. Saya sendiri mengakui kelebihannya itu. Terus terang,
kadang saya sendiri yang melatih dia untuk nembang macapat di
rumah. Tidak mengira, ternyata dia mempunyai bakat nembang
macapat. Dengan peristiwa itu, akhirnya Ratih terus saya beri
semangat agar memiliki mental baja dan supaya tidak patah
semangat jika dihina oleh teman-temannya.
5
“Lho kalau cuma dihina seperti itu, jangan dihiraukan to,
Nok?”
“Tapi saya risih, Nek. Masak karena pintar nembang macapat
saja, dikatakan sinden kecil. Apakah profesi sinden itu jelek, Nek?”
“Mentalmu harus kuat. Tantangan bagi orang yang akan
sukses ialah punya keahlian, tahan banting menghadapi segala
cobaan, termasuk hinaan dari teman-temanmu. Bisa jadi, teman-
temanmu menghina karena mereka tidak bisa nembang macapat.
Lalu, mereka merasa iri atas kelebihanmu. Dulu, saat masih sekolah,
nenek juga sering dihina. Tetapi nenek tidak pernah menghiraukan
ejekan itu sehingga Nenek bisa maju dan sering menjadi juara pula.
Itu lihat! Jika kamu pergi ke rumah Nenek, banyak terpampang
piala di almari. Itu sebagai bukti, bahwa Nenek tidak mudah patah
semangat. Bahkan, kalau perlu bisa menjadi cambuk agar kita
semakin rajin berlatih.
Ratih hanya mengangguk ketika saya nasihati. Namun, dia
terkesan semakin bersemangat dan tergugah hatinya. Air matanya
sudah tidak tampak lagi. Saya meneruskan menasihatinya. “Kata
siapa kalau profesi sinden itu hina? Saya beri tahu ya, Nok! Profesi
sinden itu termasuk pekerjaan yang mulia. Setidaknya profesi
sinden itu sebagai bagian untuk melestarikan kebudayaan daerah
kita. Bahkan, sekarang profesi sinden di daerah kita itu sangat
dihargai oleh pemerintah, sebagai profesi yang mulia. Ketahuliah
juga bahwa banyak warga negara asing yang belajar sinden di
daerah kita. Mereka menganggap bahwa profesi sinden itu sebagai
suatu profesi pilihan. Paham kamu, Ratih?”
Ratih terus mengangguk-anggukkan kepala dan semakin
tergugah
hatinya.
Wajahnya
terlihat
semakin
berseri-seri
mendengar nasihatku pagi itu. Dia lalu berjanji akan semakin rajin
berlatih tembang macapat. Apalagi, 2 minggu lagi akan mengikuti
lomba macapat di tingkat kabupaten untuk mewakili sekolahnya.
Dia juga berjanji tidak akan menghiraukan ejekan teman-temannya.
Dia mulai yakin bahwa teman-temannya itu mengejeknya karena
mereka tidak mempunyai kemampuan menembang seperti dirinya.
Esok harinya, ketika ia kembali bersekolah dan masih diejek
oleh teman-temannya, semua itu tak lagi dihiraukannya. Teman-
6
temannya justru ditantang oleh Ratih agar bisa menembang dengan
lebih baik jika ingin mengalahkan dia. Namun, tidak ada satu pun
teman Ratih yang berani menerima tantangannya. Ternyata teman-
temannya hanya berani menggertak. Mereka tidak mempunyai
nyali. Ratih sudah berhasil mengalahkan mental teman-temannya.
Ketika ia telah kembali berlatih dengan gurunya, Ratih sudah
tidak ada beban lagi. Dia sudah tidak malu diejek oleh teman-
temannya. Gurunya semakin senang mengetahui perubahan sikap
muridnya tersebut.
“Ratih, akhir-akhir ini saya lihat latihanmu semakin bagus,
bersemangat, dan tanpa beban. Berbeda dengan waktu-waktu lalu,
Nak?” tanya gurunya tampak heran.
“Benar Bu. Sekarang saya akan fokus berlatih. Sudah tidak
peduli dengan ejekan teman-teman.” Jawab Ratih.
“Lho jadi selama ini kamu sering diejek oleh teman-temanmu?
Kenapa kamu tidak pernah cerita sama Bu Guru?”
“Saya takut Bu.”
“Lho kenapa takut? Bilang saja, kemarin kamu diejek
bagaimana oleh teman-temanmu?” tanya gurunya.
“Saya sering diejek dan dikatakan sinden kecil, Bu.”
“Woo, begitu ya. Biar nanti teman-temanmu itu saya nasihati.
Orang kok bisanya hanya mengejek.” Jawab gurunya memberi
semangat.
“Tidak usah Bu. Saya sudah dinasihati oleh nenekku agar saya
kuat iman dan tidak mudah terpengaruh dengan ejekan teman-
teman.” Jawab Ratih.
“Ooh ya sudah kalau begitu. Memang benar nasihat nenekmu.
Kita, kalau ingin maju dan pandai, harus tegar dan tidak mudah
menyerah jika diejek oleh teman. Itu termasuk cobaan.”
Selama 2 minggu, Ratih semakin rajin berlatih tembang
macapat. Tidak hanya di sekolah, tetapi juga di rumah. Saat hari
perlombaan, Ratih diantar gurunya mengikuti lomba di tingkat
Kabupaten Bantul. Lomba dilaksanakan di Pendopo Paramasya
Bantul. Peserta tidak kurang dari 30 orang yang mewakili 17
kecamatan. Ratih mendapat giliran maju nomer lima. Semua juri
terpesona dengan suara merdu Ratih ketika menembangkan
7
tembang Dhandhanggula dan Pangkur. Penampilannya tidak
mengecewakan sama sekali. Dirinya tidak merasa minder sedikit
pun.
Usai tampil, Ratih dan gurunya tidak menunggui hingga selesai
karena waktu lomba yang masih berlangsung lama. Mereka segera
kembali ke sekolah. Kebetulan gurunya ada rapat di siang itu. Ratih
sudah tidak memikirkan lagi apakah dia akan menjadi juara atau
tidak. Ia sudah merasa senang bisa mewakili sekolahnya.
Tiba di rumah, ia ditanya oleh neneknya.
“Bagaimana, Nok, saat ikut lomba macapat tadi?” tanya
neneknya.
“Ya, lancar kok, Nek.”
“Dapat juara tidak?”
“Tidak tahu.”
“Lho kok tidak tahu, bagaimana?”
Ratih kemudian bercerita kepada neneknya. Sesudah tampil,
ia langsung diajak gurunya kembali ke sekolah karena gurunya ada
rapat. Jadi, tidak menunggu hingga perlombaan selesai.
Hari Senin, saat sekolah Ratih mengadakan upacara bendera,
diumumkan bahwa dalam lomba macapat yang berlangsung pada
Minggu kemarin, Juara I diraih oleh Ratih Kusumawati Wicaksono
dari SD Randu Alas. Mendengar pengumuman dari Kepala Sekolah
tadi, Ratih merasasangat senang. Tidak lupa ia memanjatkan
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena bisa meraih juara.
Kepala Sekolah memanggil Ratih untuk maju ke depan. Ia diberi
tahu oleh Kepala Sekolah bahwa pada peringatan Hari Kebangkitan
Nasional besok, Ratih diundang oleh Bupati Bantul untuk menerima
piala, setifikat, dan uang pembinaan.
Pada kesempatan itu juga, setelah mendapat masukan dari
para guru, Kepala Sekolah mengumumkan bahwa Ratih Kusumawati
Wicaksono diberi julukan Sinden Kecil. Murid-murid yang ikut
upacara di sekolah itu senang mendengarnya. Mereka memberikan
tepuk tangan yang sangat meriah. Sementara itu, Ratih sendiri
sudah tidak malu lagi mendapat ejekan sebagai Sinden Kecil.
Sekarang dia justru merasa bangga. Semua itu karena nasihat dan
dukungan dari nenek serta semua gurunya. (*)
8
Suwandi
Penulis bekerja di Tembi Rumah Budaya, Bantul. Suwandi
tinggal di Sewon RT.4, Timbulharjo, Sewon, Bantul. HP
081284697683. Posel: [email protected]
Keterangan istilah khusus:
•
Nok: berasal kata dari Dhenok (bhs Jawa), artinya sapaan untuk
anak perempuan Jawa.
•
Tembang macapat: karya sastra Jawa sejenis puisi terikat yang
dilantunkan. Jenisnya ada 11, seperti Dhandhanggula, Pangkur,
Sinom, dan lain-lain.
•
Sinden: penyanyi wanita Jawa yang melantunkan lagu-lagu
tradisional dalam pertunjukan wayang kulit, karawitan, dan
sejenisnya. | 17_SINDEN_KECIL |
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Mulyantara
ii
BURUNG MANYAR DAN GAJAH
Penulis:
Mulyantara
Penyunting:
Restu Sukesti
Ilustrator:
Mulyantara
Penerbit:
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224
Telepon: (024) 562070; Faksimile: (0274) 580667
Cetakan Pertama, November 2021
iv + 8 hlm., 15 x 23 cm.
ISBN: 978-623-5677-19-4
Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi
buku ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin
tertulis dari penerbit.
Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis.
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui warga
dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah RI pun melaksanakan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat
di seluruh provinsi di Indonesia dalam rangka untuk menekan
penyebaran virus yang sangat mematikan itu. Kebijakan Pemerintah
tersebut tentu memiliki dampak yang sangat signifikan di berbagai
sektor. Karena kebahasaan dan kesastraan masuk dalam sektor
nonesensial, praktis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
kebahasaan dan kesastraan tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
secara langsung, bersemuka. Namun, karena proses kreatif dan
upaya pencerdasan bangsa melalui bahasa dan sastra harus tetap
berlangsung, berbagai kegiatan itu pun dapat dilaksanakan secara
daring. Meskipun hasilnya--mungkin--tidak maksimal, berbagai
program dan kegiatan yang telah dirancang oleh Balai Bahasa
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat memenuhi target-
target yang telah ditetapkan, termasuk target 42 karya sastra
Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Penerbitan hasil penerjemahan dari sastra Jawa ini--yang
telah melewati proses panjang--merupakan bukti nyata bahwa
situasi pandemi tidak menghalangi kami dalam memberikan
sumbangsih bagi kemajuan bangsa melalui kebahasaan dan
kesastraan. Penerbitan hasil penerjemahan ini diharapkan dapat
digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dalam program besar
Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Pemerintah. Melalui
penerbitan penerjemahan karya sastra Jawa ini pula diharapkan
bisa menghilangkan kendala kebahasaan bagi masyarakat penutur
nonbahasa Jawa untuk bisa menikmati dan mengambil manfaatnya.
iv
Hadirnya
buku
penerjemahan
ini
melibatkan
banyak
pihak. Oleh karena itu, dalam kata pengantar singkat ini kami
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada
sastrawan/penulis (asli) dalam bahasa Jawa. Demikian pula
kami mengucapkan terima kasih kepada penerjemah yang telah
menerjemahkan karya sastra Jawa ke dalam bahasa Indonesia.
Penghargaan juga kami berikan kepada para penyunting yang telah
menyelaraskan hasil terjemahan sesuai dengan kaidah baku bahasa
Indonesia. Tentu saja, kepada panitia/tim terjemahan dan penerbit
kami ucapkan terima kasih yang tiada bertepi.
Semoga buku terjemahan ini bisa menjadi ajang dialog dan
tegur sapa antarbudaya di Indonesia dan menambah kekayaan
khazanah bahan bacaan literasi yang bermutu. Selamat membaca!
Yogyakarta, 10 September 2021
Kepala,
Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum.
NIP 196605201991031004
1
Burung Manyar
dan Gajah
P
agi hari. Di sebuah hutan belantara, terjadilah kegaduhan.
Seekor gajah besar sedang mengamuk. Menumbangkan
pohon-pohon besar. Menyebabkan seluruh hewan penghuni
hutan berlarian, ketakutan.
“Hai, seluruh isi hutan. Lihatlah kekuatanku ini!” teriak gajah
sambil menjebol pohon besar dengan belalainya.
“Mengapa kalian memilih harimau yang bodoh itu sebagai
raja kalian? Mengapa tidak memilih aku? Tidak pantaskah aku
menjadi raja kalian? Apakah kalian tidak tahu, kalau aku memiliki
kekuatan super? Kekuatan mahadahsyat, melebihi kekuatan
harimau. Lihatlah ini! Pohon besar ini dengan mudahnya kujebol
seakar-akarnya. Jadi, kalau kalian tidak memilih aku sebagai raja
kalian di hutan ini, sungguh sangat keliru.”
Tidak ada jawaban. Si gajah makin geram. Pohon-pohon besar
dirusaknya. Dirobohkan dengan belalainya. Sebagai pelampiasan
hatinya yang kecewa karena tidak terpilih menjadi raja hutan.
Ada sepasang burung manyar yang tinggal di tepi hutan.
Mereka membangun sarang pada cabang pohon yang tinggi. Sarang
buatan burung manyar jantan sangat unik. Terbuat dari rumput kecil
yang dijalin dan dianyam sangat indah. Karena bentuk sarangnya
unik, burung manyar dikenal sebagai burung penganyam.
Ketika si gajah menumbangkan pohon besar, batang pohon
itu menimpa cabang pohon yang ada sarang burung manyar. Sarang
2
burung manyar yang berbentuk seperti corong dan menggelantung
pada cabang pohon itu jatuh.
“Sarang apa ini? Jelek dan tanpa keindahan,” kata gajah sambil
membolak-balikkan sarang burung manyar dengan belalainya.
“Ampun, Jah. Jangan kau rusak. Itu tempat tinggal kami,”
kata burung manyar betina.
Akan tetapi, gajah tidak memedulikan ucapan burung manyar
betina. Sarang burung manyar itu ditendang berkali-kali hingga
rusak. Setelah itu, gajah pergi tanpa rasa bersalah.
Betapa sedih burung manyar betina itu. Rumah satu-satunya
sebagai tempat bernaung, kini telah rusak parah. Hatinya sakit
sekali. Burung manyar betina itu kemudian pergi mencari suaminya.
Saat itu burung manyar jantan tengah mencari makan. Makanan
burung manyar, yaitu biji-bijian, didapatkan di lahan pertanian
luas.
3
Setelah bertemu suaminya, burung manyar betina segera
menceritakan peristiwa yang baru saja dialaminya.
“Rumah kita rusak. Dihancurkan oleh gajah yang kecewa
hatinya karena tidak terpilih sebagai raja hutan.”
Mendengar cerita istrinya, burung manyar jantan sangat
marah. Namun, ia masih dapat mengendapkan emosinya.
“Sudahlah, berhentilah menangis istriku. Persoalan ini tidak
akan selesai hanya dengan ditangisi. Kita kehilangan tempat tinggal
karena perbuatan gajah yang sombong. Pantaslah, tidak ada satu
pun yang memilihnya sebagai raja hutan karena dia sombong dan
sewenang-wenang. Kita harus membalas perbuatan si gajah itu.”
“Dengan cara apa kita harus membalas, suamiku? Tubuh gajah
itu sangat besar, dan kekuatannya luar biasa, sedangkan tubuh kita
hanya kecil. Kalau kita nekad melawan si gajah, itu berarti hanya
akan menyerahkan nyawa,” kata burung manyar betina.
“Kita harus menggunakan akal, bukan okol atau kekuatan.
Meskipun tubuh kita kecil, kalau kita mau bersatu pasti akan
menjadi satu kekuatan yang dahsyat. Teman kita banyak. Lebih
dari enam ratus burung manyar. Aku akan mengumpulkan teman-
teman, lalu kumohon bantuannya. Mereka akan kuajak mendatangi
dan mengusir si gajah dari hutan ini,” kata burung manyar jantan.
Sebelum melaksanakan rencananya, burung manyar jantan
pergi ke tempat harimau. Ia menceritakan kesewenang-wenangan
gajah yang telah merusak sarang tempat tinggalnya. Sekaligus
mohon izin mengusir si gajah dari hutan ini.
Harimau tidak menyetujui, ”Kalau kalian akan berbuat
seperti itu, artinya kalian tidak lebih baik dari si gajah. Akan
tetapi, kalau kalian bisa memaafkan perbuatannya, berarti kalian
adalah makhluk yang luar biasa. Memang berat, tetapi kalau kalian
bisa melakukan, kalian akan menjadi makhluk yang terpuji. Aku
yakin, suatu saat nanti si gajah akan insaf. Itulah sebabnya aku
selalu berdoa untuk kebaikan dia, dan tidak pernah menanggapi
4
hinaan serta cercaannya. Bukan berarti aku takut. Aku lebih
suka ketenteraman dan kerukunan. Kalau hinaan dan cercaannya
kubalas, pasti suasana hutan ini tidak akan damai.”
Kedua burung manyar itu diam. Tampak merenungkan ucapan
rajanya.
“Aku yakin, kalian bisa membuat rumah baru dengan cepat.
Selama ini kalian kukenal sebagai burung pekerja keras, yang
memiliki sifat gotong royong tinggi. Terutama pada saat membangun
sarang di pohon, pada cabang pohon yang tinggi,” kata harimau.
Siang itu, burung manyar jantan segera mengumpulkan
teman-temannya. Ada seratusan burung manyar telah berkumpul.
Dia menceritakan peristiwa yang dialaminya. Kemudian memohon
bantuan teman-temannya untuk bergotong royong membuat
sarang.
5
Teman-temannya bersedia membantu. Tanpa banyak bicara
mereka segera bekerja secara gotong royong. Dalam waktu
setengah hari, sarang telah tampak wujudnya. Siap ditempati.
Keesokan harinya, ketika burung manyar jantan terbang
mencari makan, ia mendengar suara gajah (ngempret) mohon
pertolongan. Gajah itu terperosok ke dalam sebuah lubang yang
dalam di tepi hutan. Burung manyar mendekatinya, “Mengapa Kau
di situ?”
“Aku terperosok ke dalam lubang seukuran tubuhku ini.
Tolonglah aku,” kata gajah.
“Bukankan Kau memiliki kekuatan super? Mengapa tidak
Kau gunakan? Segera himpun tenagamu, lalu loncatlah dari dalam
lubang ini,” kata burung manyar.
“Sudah kucoba, tetapi tidak bisa. Ternyata kekuatanku tidak
bisa menolongku. Lubang ini terlalu sempit bagiku. Maju tidak bisa,
mundur pun tidak bisa. Tolonglah aku!” pinta gajah.
6
“Baiklah. Tetapi tubuhku terlalu kecil. Aku harus mengajak
kawan. Tunggulah sebentar!”.
Burung manyar segera terbang ke tempat harimau. Ia
mengabarkan kalau gajah terperosok ke dalam lubang dan
memerlukan pertolongan. Harimau pun segera mengaum sebagai
isyarat mengumpulkan seluruh rakyatnya.
“Wahai rakyatku, pagi ini si gajah memerlukan bantuan kita.
Ia terperosok ke dalam lubang yang cukup dalam. Mari kita tolong
bersama-sama!” ajak harimau.
Kemudian berangkatlah harimau dan segenap rakyatnya
mengikuti burung manyar. Pergi ke tempat gajah terperosok.
Lama mereka memikirkan cara menolong. Akhirnya harimau
berkata, “Sekeliling lubang ini harus digali. Dengan begitu, gajah
bisa keluar dari lubang yang mengurungnya.”
Penggalian lubang dikerjakan secara gotong royong di
bawah pimpinan landak dan tikus. Benar juga kata harimau.
7
Setelah sekeliling lubang landai, gajah bisa keluar dari lubang yang
mengurungnya.
“Terima kasih harimau, burung manyar, dan seluruh warga
hutan, yang telah sudi menolongku. Maafkanlah kesalahanku tempo
hari. Hanya karena menuruti emosi dan rasa iri dengki, sampai aku
merusak hutan, serta mengusik ketenteraman kalian. Khususnya
kepada burung manyar yang telah kurusakkan sarangnya, aku
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Juga kepada sang raja yang
bijaksana, maafkanlah kesalahanku,” kata gajah.
“Sebelum kau meminta maaf, aku telah memaafkanmu.
Sekarang, marilah kita bangun kerukunan dan kegotongroyongan.
Saling membantu dan tepa salira. Dengan demikian, akan tercapai
kedamaian dan ketenteraman di hutan ini,” kata harimau.
“Ya, gajah. Aku pun telah memaafkanmu,” kata burung
manyar jantan.
Sejak saat itu, gajah tidak sombong lagi. ***
8
Mulyantara
Selain sebagai penulis, Mulyantara juga berprofesi sebagai
ilustrator. Penulis tinggal di Ngabean Kulon, RT 04/RW 35,
Sinduharjo, Ngaglik, Sleman. HP 087839023639. | 18_BURUNG_MANYAR_DAN_GAJAH |
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.
Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Ruwen Kelangan Totol
Ruwen Kehilangan Totol
Penulis
Elisa D.S.
Penelaah
FX. Dono Sunardi
Penanggung Jawab
Umi Kulsum
Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto
Ilustrasi & Desain Sampul
Apri Setiawan
Tata Letak
FA Indonesia
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972
Cetakan pertama, Oktober 2023
E-ISBN: 978-623-112-779-2
Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
C
erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak,
khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam
pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan
beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang
mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan
budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan
ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila.
Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga
keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan
bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur,
seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai-
nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk
cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan
mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi
berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah
membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di
dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan
kayanya unsur-unsur lokal.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta
dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah
upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan
memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi
penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif,
mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini
dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi
dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya
dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga
menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi,
penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang
turut andil mewujudkan karya ini.
Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Surabaya, 1 Oktober 2023
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Ruwen Kelangan Totol
Ruwen Kehilangan Totol
Biodata Penulis
Biodata Ilustrator
iii
iv
1
20
20
1
Ing alas Bawean, ana kidang arane Ruwen.
Dheweke asring dolan ijenan, ora gelem
srawung karo kanca-kancane.
Saban dina, Ruwen turon sinambi ngitungi
cacahe totole.
Di hutan Bawean, ada rusa bernama Ruwen.
Dia sering bermain sendirian, tidak mau
bergabung dengan teman-temannya.
Setiap hari, Ruwen tidur-tiduran sambil
menghitung jumlah totolnya.
2
Atin
e Ru
wen
m
on
gko
g.
Ing k
ene,
mung
dhe
weke
sin
g n
du
we
ni
tot
ol
pal
ing
ak
eh.
Ruwe
n me
ras
a b
ang
ga.
Di sin
i, han
ya di
a yan
g me
mili
ki
tot
ol
pali
ng
ban
yak.
3
4
Weru, kancane sing paling pinter, ngejak
Ruwen dolan bareng. Ruwen wegah.
Totol kidang-kidang liyane luwih sethithik
dibandingke dhuweke.
Ruwen nganggep, asring panasan marakake
totol ilang.
Weru, temannya yang paling pintar, mengajak Ruwen
bermain bersama. Ruwen menolak.
Totol rusa-rusa lain lebih sedikit dibandingkan
miliknya. Ruwen menganggap, sering berjemur
bisa membuat totolnya hilang.
5
Pirang-pirangane dina iki, Ruwen turon
tanpa ngitung totole.
Awan iki, hawane sumuk banget.
Ruwen ngombe, banjur ndeleng ayang-ayange
ing banyu. Hah, akeh totol sing ilang!
Beberapa hari ini, Ruwen tidur-tiduran tanpa menghitung
totolnya. Siang ini, udara gerah sekali.
Ruwen minum lalu melihat bayangannya di air.
Hah, banyak totol yang hilang!
6
Ruwen banjur nggoleki totole.
Weru sing lagi liwat, aluk-aluk marang Ruwen.
Nanging, Ruwen ora nggape Weru.
Dheweke tetep nerusake laku.
Ruwen pun mencari totolnya.
Weru yang sedang melintas menyapa Ruwen.
Namun, Ruwen mengabaikan Weru.
Dia tetap meneruskan pencariannya.
7
Ruwen bungah nalika kepethuk
kodhok gedhe.
Dheweke crita yen totole ilang.
Ruwen banjur njaluk totole kodhok.
Ruwen senang ketika bertemu seekor
katak besar.
Dia bercerita jika totolnya hilang.
Ruwen kemudian meminta totol si katak.
8
Kodhok ngidini. Nanging, piye carane?
Ruwen uga ora weruh. Kodhok ngongkon Ruwen takon marang Weru.
Katak mengizinkan. Namun, bagaimana caranya?
Ruwen juga tidak tahu. Katak menyuruh Ruwen bertanya pada Weru.
9
Takon marang Weru?
Ah, wegah. Ruwen isin.
Totole ilang karepe dhewe,
dudu amarga dolan bareng.
Bertanya pada Weru?
Ah, tidak mau. Ruwen malu. Totolnya hilang dengan
sendirinya, bukan karena bermain bersama.
10
Ruwen nerusake laku lan kepethuk jerapah.
Ruwen crita yen totole ilang, banjur njaluk totole jerapah.
Ruwen melanjutkan pencarian dan bertemu jerapah.
Ruwen bercerita jika totolnya hilang, kemudian meminta totol jerapah.
11
Jerapah ngidini.
Nanging, piye carane?
Ruwen uga ora weruh.
Jerapah ngongkon Ruwen takon marang Weru.
Jerapah mengizinkan.
Namun, bagaimana caranya?
Ruwen juga tidak tahu.
Jerapah menyuruh Ruwen bertanya pada Weru.
12
Takon marang Weru?
Ah, wegah. Ruwen isin.
Totole ilang karepe dhewe, dudu amarga dolan
bareng.
Bertanya pada Weru?
Ah, tidak mau. Ruwen malu.
Totolnya hilang dengan sendirinya, bukan karena bermain
bersama.
13
Ruwen nerusake laku.
Let sedhela, dheweke mandheg.
Ruwen banjur nggambar totol-totol
ing gegere nganggo lemah kapur.
Ruwen melanjutkan pencarian.
Sebentar kemudian, dia berhenti.
Ruwen lalu menggambar totol-totol di
punggungnya dengan kapur.
14
Ruw
en r
uma
ngs
a b
un
ga
h.
Gege
re ke
bak
tot
ol
ma
ne
h.
Ruwe
n me
ras
a s
ena
ng.
Pung
gun
gnya
pe
nu
h
to
tol
la
gi.
15
Dumadakan, angin tumiyup banter.
Sanalika, udan deres.
Ruwen teles kebes.
Dheweke gage-gage ngiyup.
Tiba-tiba, angin bertiup kencang.
Seketika itu, hujan deras.
Ruwen basah kuyup.
Dia buru-buru berteduh.
Ora let suwe, udane leren.
Waduh, akeh totol sing ilang!
Ruwen nangis nggero-nggero.
Tak lama kemudian, hujan pun reda.
Aduh, banyak totol yang hilang!
Ruwen menangis tersedu-sedu.
16
Weru takon nyapo Ruwen nangis.
Ruwen nyritakake babagan totole
sing ilang. Weru kandha, totol ilang
amarga kidang sansaya gedhe.
Dheweke lan kidang liyane wis padha
ngalami ngunu kuwi.
Weru bertanya mengapa Ruwen menangis. Ruwen
menceritakan perihal totolnya yang hilang.Weru menjelaskan
bahwa totol bisa hilang karena rusa bertambah besar. Dia
dan rusa lainnya sudah mengalami hal tersebut.
Kuri dan Kuro merasa senang
17
18
Ruwen manthuk-manthuk.
Pranyata, akeh ilmu sing dheweke ora weruh.
Ruwen mengangguk-angguk.
Ternyata, banyak ilmu yang dia tidak tahu.
Sakwi
se ke
dade
an ka
sebu
t, R
uw
en
gel
em
sra
wun
g.
Dhew
eke s
enen
g do
lan b
ar
eng
ka
nca
-ka
nca
ne.
Setela
h keja
dian t
erseb
ut,
Ruw
en
mau
ber
gaul
.
Dia ja
di suk
a ber
main
bers
am
a t
em
an-t
ema
nny
a.
19
Penulis
Elisa D.S. adalah nama pena dari Elisa Dwi Susanti, seorang
penulis sekaligus mentor cerita anak yang berdomisili di
Gresik. Sejumlah penghargaan di bidang literasi pernah
diraihnya sejak tahun 2016 hingga sekarang, yang terbaru
adalah naskah cernaknya terpilih dalam Seleksi Penulisan
Cerita Anak Dwibahasa Balai Bahasa Jawa Timur, Maret
2023. Puluhan antologi dan dua buku solonya telah terbit.
Tulisannya berupa cerpen, cerita anak berbahasa Indonesia
dan Jawa, cerita misteri berbahasa Jawa, cerita humor,
resensi, serta artikel Islami tersebar di berbagai media
cetak dan daring, baik nasional maupun lokal. Penulis
bisa dihubungi di nomor Whatsapp 085257573359, akun
Facebook Elisa Dwi Susanti, dan Instagram @elisa_ds_20.
Ilustrator
Apri Setiawan yang sering dipanggil Apri, merupakan
seorang ilustrator asal Banyuwangi, Jawa Timur. Sebagai
lulusan S-1 Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri
Malang yang memiliki minat dalam bidang ilustrasi dan
desain tematik mulai masa kanak-kanak. Karena apresiasi
sekitar yang begitu suportif dan positif pada karya yang
telah dibuat, menjadikan proses pengembangan minat
tersebut berjalan hingga sekarang. Pengembangan minat
diantaranya adalah dengan berperan aktif pada berbagai
pameran, kompetisi, maupun proyek dari tahun ke tahun,
baik skala regional hingga internasional. IG: @apriciation,
Pos-El: [email protected].
BIONARASI
20 | 18_RUWEN_KELANGAN_TOTOL |
Ki
s
ah
Keraj
aan
Pas
mah
Bagi
an
1
Seri
Antologi Fabel Nusantara
KKLP Pengembangan Sastra
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Pengumpul Data:
Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk.
Si
apakah
Capi
nt
ah?
Dan
apa
hubungannya
dengan
Keraj
aan
Pasmah?
I
kut
i
perj
al
annya
dal
am
buku
i
ni
.
Seri Antologi Fabel Nusantara
Kisah Kerajaan
Pasmah Bagian 1
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta
rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/
atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/
atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Penerbit PT Elex Media Komputindo
KKLP Pengembangan Sastra
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Seri Antologi Fabel Nusantara
Kisah Kerajaan
Pasmah Bagian 1
Pengumpul Data:
Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk.
Kisah KerajaanPasmah Bagian 1
Seri Antologi Fabel Nusantara
Kerja sama PT Elex Media Komputindo dan KKLP Pengembangan
Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
: Sastri Sunarti
Leni Mainora
Rosliani
Farah
Pengumpul Data:
Atisah, Desi Nurul Anggraini, Helmi Fuad, Ibrahim Sembiring, Irawan
Syahdi, Leni Mainora, Muawal Panji Handoko, Nurelide Munthe,
Nurhaida, Suyadi, Syahril, Riki Fernando, Tri Amanat,
Yuli Astuti Asnel, dan Zahriati
Ilustrasi
: Shafiranisa Putri Gunawan
Desain Cover
: Veronica
Layout
: Nadya Junita
Hak Cipta Terjemahan Indonesia
©2021 Penerbit PT Elex Media Komputindo
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang
Diterbitkan pertama kali oleh:
Penerbit PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia-Jakarta
Anggota IKAPI, Jakarta
Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan
sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Dicetak oleh Percetakan PT GRAMEDIA, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab percetakan
Jilid Lengkap 978-623-00-3054-3
523006915
ISBN: 978-623-00-3055-0
Cerita Kerajaan Pasmah.............................................................2
Cerita Pasmah Tinggi (Pulau Tengah)..................................5
Cerita Capintah Diculik oleh Hulubalang
Pasmah Rendah....................................................................11
Cerita Capintah Diasuh oleh Hulubalang.........................15
Cerita Capintah Kawin dengan Anak Hulubalang........19
Cerita Capintah Pulang Ke Pasmah Tinggi......................21
Cerita Capintah Tiba di Pasmah Tinggi............................25
2
K
erajaan Pasmah ada dua, yaitu Pasmah
Rendah dan Pasmah Tinggi. Kerajaan
Pasmah Rendah adalah Kerajaan Harimau,
kerajaan Pasmah Tinggi adalah Pulau Tengah.
Yang memberi nama ini adalah Kerajaan Pasmah
Rendah (Harimau). Pulau Tengah dinamakannya
Pasmah Tinggi karena dia menganggap manusia
biasa lebih tinggi derajatnya daripada Harimau
atau
Pasmah
Rendah.
Ditambah
lagi
dia
menganggap letak Pulau Tengah atau Pasmah
Tinggi sangatlah strategis, kolam renangnya
yang indah yaitu Danau Kerinci serta taman
pemandiannya yang cantik sekali di Gunung Raya
yaitu Pancuran Aro dan Pancuran Gading.
1 Diceritakan kembali oleh Ali Surakhman
3
Dikisahkan tentang kerajaan Pasmah Rendah,
yaitu negeri Harimau. Di sana, makhluk Harimau
hidup seperti manusia biasa, berlainan sedikit
dengan manusia biasa dari segi bentuknya,
bentuk orang di sana sangat mengerikan, jarang
ada berbentuk kita manusia biasa. Pokoknya
kalau manusia biasa melihatnya sangatlah mena
kutkan, wajahnya beragam bentuk seram sekali.
Kerajaan Pasmah Rendah dikepalai oleh seorang
raja yang selalu duduk di singgasana, dia tidak bisa
berpindah tempat, makan minum diantar oleh
dayang-dayang. Dia tidak bisa berpindah tempat
karena tali pusarnya ditanam di bumi. Kalau
4
tidak demikian dia akan merajalela menghantam
apa saja keinginannya. Jauh atau dekat orang
berbicara, baik atau buruk didengarnya, walau
sang raja demikian halnya namun rakyatnya sa
ngatlah patuh. Penghidupan di sana sangatlah
sejahtera. Mata pencahariannya adalah bertani,
berburu merupakan mata pencaharian yang
pertama, kalau sang raja murka seisi penduduk
Pasmah Rendah tidak dapat mengeluarkan suara,
semuanya tunduk, apalagi sang Raja memekik
murka, suara pekikannya penuh serimba bertalu
kesegenap Pasmah Rendah.
Pada suatu hari sang Raja sangatlah berselera
untuk ingin menyantap hati jantung manusia,
maka Sang Raja memerintahkan hulubalang
nya pergi ke Pasmah Tinggi mencari hati jantung
manusia. Hulubalang sangatlah patuh kepada
rajanya.
5
D
i Pasmah Tinggi ini rakyat rukun damai
berkat pemimpinnya orang arif bijaksana,
hasil sawah ladang hidup ternak menjadi
sumber kehidupan. Ketika memandang ke Gunung
Semembang dan Gunung Raya, tampak lahan per
tanian yang sangat luas. Di kaki gunung tanah yang
dibuka cukup luas pula, sumber pengairan sangat
banyak yang bersumber dari mata air gunung,
memandang jauh ke bawah terbentang Danau
Kerinci, tempat rakyat berusaha menangkap ikan
dan begitu pula di sungai-sungai ikan-ikan masih
jinak. Sungai jernih berbatu berkerikil serta pa
sirnya yang berkilauan bak butir intan mutiara
ditaburkan yang kuasa di sana. Pintar sekali nenek
moyang Pulau Tengah mencari tempat hidup anak
cucunya mendatang.
7
Di negeri ini dikisahkan pula seorang bocah
laki-laki yang sangat cekatan, tumbuh badannya
subur serta bentuk badannya besar tinggi, nama
bocah ini adalah Capintah. Capintah sangatlah
lasak, saban hari asik saja bermain dengan ke
sukaannya sendiri, pendidikan pada masa ini
belumlah ada. Kalau di sawah Capintah asik saja
mengejar belalang sampai waktu senja, sampai
lupa pula dia dengan makan.
Pada suatu hari Capintah mengikuti ayah dan
ibunya ke lokasi penerukaan sawah yang ber
tempat di Talang Kabu sebelah Barat Daya Desa
Pulau Tengah sekarang. Setiba di areal peneru
kaan tersebut, ayah dan ibunya sibuk bekerja
menerukan sawah, Capintah sibuk pula dengan
pekerjaannya mengejar belalang hilir mudik,
sampai waktu senja. Berkali-kali ayah dan ibunya
memanggil dia agar berhenti mengejar belalang,
tapi ajakan ayah dan ibunya tidak dipedulikannya.
Hari sudah senja Capintah belum juga kembali ke
gubuk penginapan mereka di Talang Kabu. Ayah
dan ibunya memanggil Capintah lagi karena hari
sudah mulai gelap, tapi Capintah tidak ada, sudah
jauh sekali dia bermain rupanya. Sampai malam
ayah dan ibunya mencari dia. Capintah tidak ada,
Capintah sudah hilang.
9
Esok harinya dilaporkan kepada seluruh
keluarga minta tolong mencari Capintah, setelah
dicari sehari suntuk, ternyata Capintah tidak
diketemukan. Dilaporkan lagi kepada pemerin
tahan desa untuk mencarinya, tabuh-tabuh
larangan gegap gempita dibunyikan oleh hulu
balang kampong, tak lupa gong terguang dibunyi
kan pula. Seluruh isi kampung semua keluar
bergotong-royong mencari orang hilang.
Orang yang hilang sudah dicari sampai tiga hari
dan tak juga didapat, bahkan orang yang mencari
pun sudah kepayahan, maka putuslah mufakat
pencaharian orang hilang dihentikan. Capintah
hilang tak tentu arah, orang tuanya menyatakan
anaknya sudah mati dimakan binatang buas.
Orang tuanya menyedekahkannya sampai tiga
malam, mendoakan agar anaknya selamat di
alam barzah. Mereka berdoa dengan cara berdoa
yang sesuai dengan waktu itu atau sebelum lslam
masuk ke Pulau Tengah.
11
H
ulubalang Pasmah Rendah memutuskan
hasratnya buat memenuhi selera rajanya
untuk pergi ke Pasmah Tinggi, sungguh jauh
perjalanan ke Pasmah Tinggi, tetapi demi ke
patuhannya memenuhi perintah rajanya, ia tak
terasa payah dan letih menempuh perjalanan jauh
itu. Pada waktu senja, ia sampai di Pasmah Tinggi.
Secara kebetulan Pasmah Tinggi yang ia tuju adalah
areal penerukaan sawah Ayah Capintah di Talang
Kabu. Bocah laki-laki itu ditemui dalam keadaan
telanjang bulat hilir mudik mengejar belalang.
Dengan tangkas, Hulubalang itu menangkap
bocah itu. Capintah langsung dibawa pergi
tanpa memikir rintangan apapun di perjalanan.
Hulubalang gembira sekali, karena perintah Raja
nya dapat dipenuhi. Kalau si Bocah itu lapar di
12
perjalanan, dicarinya buah-buahan hutan untuk
diberikan kepada bocah itu.
Di tengah perjalanan dia beristirahat, sambil
melihat kepada Bocah itu, ganteng sekali bentuk
tubuhnya kata hati si Hulubalang itu. Timbullah
rasa kasihan si Hulubalang itu kepada si Bocah,
lebih baik bocah ini saya pelihara, rugi kalau
bocah ini menjadi santapan enak raja. Timbul
akalnya untuk menyelamatkan Bocah itu, “Lebih
baik hati jantung manusia saya ganti saja. Saya
tukar dengan jantung pisang hutan, yaitu jantung
pisang elang, biar raja kepahitan memakannya.”
Jantung pisang elang sudah didapatinya, di
bungkusnya dengan dedaunan untuk disuguhnya
kepada rajanya. Sudah dekat Hulubalang yang
membawa bocah Capintah itu ke negeri Pasmah
Rendah, sudah kedengaran suara hiruk pikuk suara
orang Pasmah Rendah bersiap menanti kedatangan
si Hulubalang itu. Hulubalang itu memutuskan
untuk menyembunyikan si Bocah Capintah itu di
rumahnya sendiri dengan melewati jalan sembunyi.
Setelah si Bocah disembunyikan di rumahnya yang
dijaga baik oleh istrinya, Hulubalang pergi lagi
membawa hati jantung manusia palsu itu dengan
melewati pintu gerbang Pasmah Rendah.
Rakyat Pasmah Rendah berjejer menyambut
kedatangan Hulubalang membawa hati jantung
14
manusia itu, disertai sorak sorai sambil berkata,
“Harum sekali hati jantung manusia.” Bahkan
ada di antara mereka yang meleleh air liurnya,
menahan selera mencium bawaan Hulubalang
itu. Raja yang menunggu di kursi singgasana
tak tahan lagi menahan seleranya ingin segera
menyantap bawaan Hulubalang itu. Badan sang
raja bersimbah peluh, air liurnya leleh tak terkata.
Raja tertawa terbahak-bahak, “Harum sekali hati
jantung manusia, beri segera kepadaku.”
Setibanya Hulubalang di hadapan Raja, hati jan
tung manusia palsu itu dipersembahkan kepada
Raja. Dengan selera yang meluap, ia menyantap
bawaan hulubalang itu. Apa yang terjadi, si Raja itu
muntah-muntah dan berkeringat dingin kepahit
an menyantap hati jantung manusia palsu. Karena
kepahitan, Raja berteriak dengan suara keras
dengan berkata, “Hati jantung manusia sangat
pahit, harumnya bukan main tapi rasanya pahit.
Jangan dimakan! Hati jantung manusia itu tidak
enak.” Pekikan sang Raja itu didengar oleh seluruh
rakyatnya. Mendengar pekikan keluhan Raja itu,
semua orang lari meninggalkan istana Rajanya
itu. Tadi halaman istana Raja ramai dipenuhi oleh
rakyatnya, sekarang kebalikannya halaman istana
sepi mereka takut dengan murka Rajanya.
15
T
ipu muslihat si Hulubalang menipu Rajanya
berhasil dengan baik serta sangat rahasia
demi membela si Bocah Capintah dari kor
ban keganasan selera rajanya. Setelah peristiwa
memakan hati jantung manusia palsu dari hulu
balang itu kesehatan badannya mulai menurun.
Dia sudah bersumpah tidak mau lagi memakan
hati jantung manusia, kini roda pemerintahan
Pasmah Rendah dipegang oleh Hulubalang yang
sangat disegani serta ditakuti oleh rakyat Pasmah
Rendah.
Bertahun pula Capintah dipingitnya tidak
boleh kemana-mana, bermain saja dengan Put
ri Hulubalang yang kebetulan sebaya dengan
16
Capintah. Capintah tiada lagi teringat kepada
ayah dan ibunya di Pasmah Tinggi, makan
minumnya sudah cocok dengan orang Pasmah
Rendah. pokoknya dia sudah beradaptasi dengan
lingkungan di sana.
Rakyat Pasmah Rendah menjadi ragu mengapa
anak Hulubalang tidak pernah nampak lagi keluar
rumah bermain-main, apakah sudah mati atau di
mana. Sering pula mereka mendengar suara asing
di rumah Hulubalang itu, jika anaknya sudah
mati mengapa ada kedengaran seorang Anak
bermain di rumah. Rakyat Pasmah rendah takut
bersuara. Mereka takut si Hulubalang itu lebih
galak daripada Rajanya yang pemarah. Kalau Raja
marah mereka tidak begitu takut, meski marah,
Raja hanya di tempat saja karena dia tidak dapat
berpidah tempat. Akan tapi kalau Hulubalang
marah, ia tidak pandang bulu. Siapa saja tetap
ditindaknya dengan kekerasan. Itulah sebabnya
penduduk Pasmah Rendah sangat takut sekali
kepada si Hulubalang itu.
Bertahun-tahun Capintah dikurung di rumah
akhirnya lepas juga, kini Capintah sudah mulai
keluar rumah. Rakyat Pasmah Rendah hanya
melihat saja. Rakyat Pasmah Rendah semuanya
heran melihat Capintah, bentuk tubuhnya yang
sempurna, bagus lagi ganteng. Dalam hati rakyat
17
Pasmah Rendah, Hulubalang memelihara anak
manusia, tapi mau dikata oleh mereka, lihat saja
bagaimana kesudahannya. Bentuk tubuh Capintah
jauh berbeda dengan bentuk tubuh orang di
sana. Di sinilah Capintah melihat penduduk di
sana berbagai ragam bentuk wajahnya bentuk
wajahnya tiada yang sempurna. Walau demikian
penglihatan Capintah melihat bentuk-bentuk
mereka, Capintah tidak takut, karena sudah ter
lampau lama dia hidup di sana, dari kecil sampai
dewasa.
19
C
apintah sekarang sudah bujang, putri
Hulubalang sudah gadis pula, tentulah pe
rasaan hatinya semakin berubah pula. Pe
rasaan cinta sudah tertanam pada kedua remaja
itu, semakin hari semakin menjadi. Maksud Hulu
balang memelihara Capintah itu tak lain dan
tak bukan untuk dijadikan menantu. Pergaulan
mereka berdua sudah berubah menjadi pergaulan
muda-mudi, mereka pun sudah memasuki usia
pantas untuk menikah.
Situasi kedua remaja ini sudah diketahui oleh
Hulubalang dan istrinya, putuslah sudah mupakat
kedua remaja ini akan dikawinkan oleh hulu
balang. Semua rakyat di negeri Pasmah Rendah
pun diberi tahu. Acara perkawinan diselengga
20
rakan dengan semeriah mungkin menurut tradisi
di sana. Selama acara perkawinan puteri hulu
balang itu, semu rakyat berkumpul di rumah
hulubalang. Masing-masing mereka bagi tenaga.
Mereka semua sibuk dengan tugasnya masing-
masing apa sesuai dengan yang telah ditentukan.
Kaum pemuda yang tangkas berburu, pergi
berburu mencari lauk pauknya.
Acara pesta sudah usai, masing-masing rakyat
sudah kembali ke tempat mereka. Pengantin
kini sudah mulai giat berusaha mencari nafkah
untuk kebutuhan hidupnya dan kebutuhan masa
depannya. Sehari dua hari berbilang minggu
terhitung pula dari bulan ke bulan masa per
kawinan Capintah dengan Putri Hulubalang itu,
sekarang sudah lima bulan pula kehamilan istri
Capintah itu.
Kira-kira beberapa bulan lagi Capintah akan
menjadi Ayah Uhabao (bapak orang), tapi Ayah
dan Bundanya di Pasmah Tinggi tidak tahu
dengan keadaan ini. Jelasnya Ayah dan Bundanya
di Pasmah Tinggi akan menjadi seorang Nenek
bercucu keturunan harimau.
21
U
sia kehamilan istri Capintah sudah genap
lima bulan, keadaan Capintah mulai beru
bah. Dia sudah banyak termenung. Mengapa
dia banyak termenung? Dia sudah teringat
kampung halamannya, teringat dengan kedua
ibu bapaknya yang sudah lama ditinggalkan
nya, entah masih hidup atau sudah mati. Sudah
belasan tahun dia menghilang dari pangkuan ayah
bundanya di Pasmah Tinggi, sudah terbayang
olehnya kesedihan ayah bundanya kehilangan
dia. Pendek kata, keinginannya untuk pulang
ke Pasmah Tinggi tidak dapat ditahannya lagi,
setinggi-tinggi terbang bangau pasti dia teringat
dengan kubangan, selera makan minumnya sudah
menurun.
22
Keadaan Capintah ini diketahui oleh mer
tuanya, mertuanya memberanikan diri menanya
kan menantunya. Ditebak langsung saja oleh
mertuanya dengan pertanyaan, “Kami lihat
Capintah tidak gembira lagi, selalu banyak ter
menung. Selera makan minum sudah menurun
tampaknya. Apakah Capintah sudah teringat
dengan ayah bunda di Pasmah Tinggi?”
Capintah menjawab pertanyaan mertuanya
tanpa malu. Capintah menjawab “Ya”. Pertanyaan
mertuanya tepat sekali.
“Saya pun maklum dengan keadaan ini. Menurut
rencana saya, setelah anakmu lahir, saya akan
antar engkau tiga beranak mengunjungi orang
tuamu. Sekarang rupanya keinginanmu sudah
tidak tahan lagi. Rencana saya, saya batalkan,
terpaksa saya izinkan engkau ke Pasmah Tinggi,
tetapi engkau sendiri saja tidak perlu membawa
istrimu. Biar saya saja yang mengantarmu. Tetapi
ada syaratnya, engkau harus kembali ke Pasmah
Rendah sebelum istri engkau melahirkan. kalau
tidak tepat pada waktunya engkau akan didenda
menurut adat yang berlaku di sini. Pokoknya
engkau harus mematuhi peraturan ini, kalau
engkau melanggar, baik dan buruknya ditanggung
oleh dirimu dan seluruh Pasmah Tinggi.
23
Capintah menerima peraturan yang disampai
kan oleh mertuanya, putuslah sudah mufakat
Capintah akan kembali ke Pasmah Tinggi hanya
sekadar beberapa bulan menjelang istrinya mela
hirkan. Istrinya pun mengizinkan dengan hati
tulus ikhlas. Tepat pada waktu yang ditentukan,
Capintah kembali ke Pasmah Tinggi diantar
oleh mertuanya. Namun, mertuanya mengantar
Capintah hingga sampai pintu pagar saja.
25
D
alam perjalanan pulang banyaklah penga
laman yang dilihat dan dirasakan oleh Capin
tah. Waktu dibawa dulu, tak jelas apa yang
dilihat dan didengarnya. Maklumlah, pertama dia
masih kecil. Kedua, dia diculik dan penglihatan
dan pendengarannya sengaja ditutup. Soal makan
di perjalanan pun Capintah tak menghiraukan,
karena sudah terbiasa hidup di negeri lain dari
yang lain itu.
Di tengah perjalanan, bertemulah mereka
dengan sungai, sungai yang bermuara bercabang
tiga. Di sini mertuanya mengajak Capintah ber
henti.
Dalam masa istirahat ini mertuanya bercerita,
“Wahai Capintah, kalau bagi kami makhluk
Pasmah Rendah kalau ingin menyerupai manusia
biasa haruslah melayangi ibu sungai ini. Tetapi
26
kalau ingin menyerupai Harimau, layangilah
ketiga anak sungai itu. Sebaliknya kalau ingin
kembali ke Pasmah Rendah, wajib melayangi ibu
sungai ini supaya tetap seperti orang di Pasmah
Rendah itu. Kalau pulang ke Pasmah Rendah tapi
tidak mengubah badan menjadi manusia, dia
didenda menurut peraturan di Pasmah Rendah.
Bagi penduduk di Pasmah Tinggi tak masalah
jika tidak ada perubahan. Nah! Ini berlaku bagi
anak keturunanmu yang pasti sebagai manusia
penduduk Pasmah Rendah. Hanya saja bagi
penduduk Pasmah Rendah atau Pasmah Tinggi
setelah melayangi sungai ini sebentar saja, dalam
perjalanan sudah sampai ke tempat tujuan. Inilah
yang dapat saya sampaikan. Marilah kita segera
berjalan, karena hari sudah mulai malam.”
Sebentar saja rasanya Capintah dan mertuanya
berjalan, mertuanya memberitahu kalau mereka
sudah sampai. “Saya di sini saja menemanimu,
itu rumah ayah dan ibumu, aku akan pulang ke
Pasmah Rendah. Jangan beritahu kepada siapa
saja aku mengantarmu. lngat pesan terakhirku,
pegang teguh perjanjian, jangan dilanggar. Kalau
engkau langgar, engkau akan terutang sesuai
dengan adat Pasmah Rendah.
28
Sampai di depan rumah ayah dan ibunya di
Talang Kabu, ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia
yakin bahwa tak salah lagi, inilah rumah ayah dan
ibunya. | 18_Kisah_Kerajaan_Pasmah_Bagian_1 |
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.
Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Ajar Gawe Anyaman
Belajar Menganyam
Penulis
Endang Saptarina
Penelaah
FX. Dono Sunardi
Penanggung Jawab
Umi Kulsum
Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto
Ilustrasi & Desain Sampul
Apri Setiawan
Tata Letak
FA Indonesia
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972
Cetakan pertama, Oktober 2023
ISBN: 978-623-112-777-8
Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
C
erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak,
khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam
pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan
beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang
mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan
budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan
ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila.
Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga
keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan
bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur,
seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai-
nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk
cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan
mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi
berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah
membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di
dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan
kayanya unsur-unsur lokal.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta
dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah
upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan
memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi
penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif,
mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini
dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi
dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya
dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga
menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi,
penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang
turut andil mewujudkan karya ini.
Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Surabaya, 1 Oktober 2023
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Ajar Gawe Anyaman
Belajar Menganyam
Biodata Penulis
Biodata Ilustrator
iii
iv
1
20
20
1
Esuk kuwi, Sheila lan Dika menyang daleme
eyange. Bocah sakloron diterne Pak Yadi,
sopire.
Pagi itu, Sheila dan Dika pergi ke rumah kakek.
Keduanya diantar Pak Yadi, sopir mereka.
“Assalamualaikum, Uti, Akung.”
“Waalaikumsalam. Alhamdulillah. Putuku wis tekan kene
kanthi slamet”
“Assalamualaikum, Nek, Kek.”
“Waalaikumsalam. Alhamdulillah. Cucuku sudah sampai dengan
selamat.”
2
“Niku napa ta, Uti? Kok kathah
sanget. Kenging napa disalap mriki?”
“Apa itu, Nek? Kok banyak sekali.
Mengapa ditaruh di sini?”
3
4
“Oh, iki kabeh kanggo sulapan.Saka wilahan pring iki mengko
disulap. Prok…prok…prok dadi apa?”
“Oh, ini semua untuk sulap. Bilah-bilah bambu ini nanti kita sulap.
Prok…prok…prok jadi apa?”
5
Akung lan Uti nerusake ngesok kangene marang putune sakloron.
Sabanjure, Eyang Uti ngejak putune mlebu omah kareben ngaso.
Kakek dan Nenek meneruskan melepas rindu pada kedua cucu
mereka. Selanjutnya, Nenek mengajak cucunya masuk rumah untuk
istirahat
6
Wayah sore, ing daleme Eyang akeh bocah padha nganyam
wilahan pring. Sheila lan Dika gumun nyawang kabeh mau.
Sore harinya, di rumah Kakek banyak anak menganyam bilah bambu.
Sheila dan Dika heran melihat semua itu.
7
Dika lan Sheila banjur kenalan karo bocah-bocah kuwi. Toni, bocah
paling gedhe nyalami Dika lan Sheila. Bocah-bocah liyane uga
gentenan nyalami Dika lan Sheila.
Dika dan Sheila lalu berkenalan dengan anak-anak itu. Toni, anak
yang paling besar menyalami Dika dan Sheila. Anak-anak yang lain
juga bergantian menyalami Dika dan Sheila.
8
“Lha, iki sing diarani sulapan mau, Dika. Bocah-
bocah iki pinter banget nyulap.Wilahan pring isa
disulap dadi maneka warna barang.”
“Wow, elok tenan niki, Kung. Kula lan Sheila
purun diwarahi, Kung.”
“Nah, ini yang dimaksud dengan sulap tadi, Dika.
Anak-anak ini pandai sekali main sulap. Bilah bambu
bisa disulap menjadi aneka ragam benda.”
“Wow, luar biasa, Kek. Mau dong saya dan
Sheila diajari.”
9
“Kene takwarahi. Kanggo sepisanan nggawe sing
gampang dhisik, ya, Dik Dika. Nggawe tepas wae”
“Iya, Mas Toni. Aku warahana sing gampang-
gampang dhisik.”
“Sini aku ajari. Pemula membuat yang mudah dulu,
ya, Dik Dika. Buat kipas saja.”
“Iya, Mas Toni. Ajari aku yang mudah-mudah
dulu.”
10
Toni kanthi sabar ngajari Dika lan Sheila nggawe
tepas. Dika lan Sheila kanthi tenanan nggatekna
pituduh saka Toni.
Toni dengan sabar mengajari Dika dan Sheila
membuat kipas. Dika dan Sheila memperhatikan
petunjuk dari Toni dengan sungguh-sungguh.
11
“Hore, aku kasil nggawe tepas! Matur nuwun, Mas Toni.”
“Padha. Aku ya isa. Matu nuwun, Mas Toni.”
“Hore, aku berhasil membuat kipas! Terima kasih, Mas Toni.”
“Sama. Aku juga bisa. Terima kasih, Mas Toni.”
12
Wayahe wis meh maghrib. Toni lan bocah-bocah liyane pamit arep
mulih. Bocah-bocah kuwi janji sesuk-sesuk arep mrene maneh.
Waktu sudah menjelang maghrib. Toni dan anak-anak lain pamit
mau pulang. Mereka berjanji akan ke sini lagi.
13
Liya dina, Dika karo Sheila diwarahi nggawe besek. Besek kuwi
wadhah panganan saka anyaman pring.
Esok harinya, Dika dan Sheila diajari membuat besek. Besek adalah
wadah makanan dari anyaman bilah bambu.
14
“Bocah-bocah, nggawea besek
sing akeh, ya. Gawe wadhah
berkat. Sesuk sore Uti arep
bancakan.”
“O, inggih, Uti.”
“Anak-anak, buat besek yang
banyak, ya untuk wadah makanan.
Besok sore Nenek mau mengadakan
kenduri.”
“O, iya, Nek.”
15
Sesuk sorene, bocah-bocah Desa Kebomlati
diulemi bancakan. Sakwise didongani,
berkate dipangan bebarengan.
Besok sorenya, anak-anak Desa Kebomlati
diundang menghadiri kenduri. Setelah berdoa
bersama, nasi kenduri dimakan bersama-sama.
16
“Wah, berkat sing diwadhahi besek rasane luwih sedep. Beda
rasane karo yen diwadhah plastik.”
“Wah, nasi kenduri yang diwadahi besek terasa lebih sedap. Beda
rasanya dengan yang diwadahi plastik.”
17
“Ora mung kuwi, Shel. Besek iki uga gampang ajur nang njero
lemah. Beda karo plastik sing awet ora bisa ajur.”
“Oh, mula kuwi larahan plasti iki isa gawe rusaking bumi, ya,
Mas Toni.”
“Tidak hanya itu saja, Shel. Besek ini juga gampang diurai di dalam tanah.
Besek berbeda dengan plastik yang awet sehingga tidak bisa diurai.”
“Oh, makanya sampah plastik bisa merusak bumi, ya, Mas Toni.”
18
“Bener banget. Mula larahan
plastik kudu disuda. Supaya
bumine ora rusak. Ben bumine
tetep subur. Bisa kanggo
panguripan saklawase.”
“Betul sekali. Oleh karena
itu, sampah plastik harus
dikurangi. Supaya bumi kita
tidak rusak. Biar bumi tetap
subur. Bisa untuk kehidupan
selamanya.”
19
Sheila lan Dika janji ing njero ati. Janji bakal melu
nylametake bumi. Carane kanthi nyuda nggunakake
barang saka plastik.
Sheila dan Dika berjanji dalam hati. Janji akan ikut
menyelamatkan bumi. Caranya adalah dengan mengurangi
penggunaan barang dari plastik.
Penulis
Endang Saptarina, lahir di Tuban, 28 November 1967. Ibu
berputra satu ini telah menerbitkan 10 buku, yaitu 2 buku karya
sendiri dan 8 buku antologi. Buku bacaan untuk anak usia Sekolah
Dasar dan sederajat yang pernah diterbitkan, antara lain: Buku
bacaan pengayaan (non fiksi) berjudul Kemangi Obat Mujarab
Rasa Sedap (2019) dan buku kumpulan cerpen (fiksi) Melukis
Bianglala Siswa (2020).
Buku antologi yang pernah diterbitkan: antologi kisah sebagai
guru berjudul Pelangi Sukses PBG (2019), antologi cerpen Lelakon
Atmajaya (2020), antologi puisi Kerakap Tumbuh di Batu-Batu
(2021), antologi cerpen dan puisi karya guru dan murid SDN
Sokosari I Tuban Membidik Prestasi Melalui Literasi (2020),
antologi esai Hari Ibu Perempuan-Perempuan Pemintal Benang
Kehidupan (2021), antologi geguritan Gita ing Pesisir Kutha
Tuwa (2021), antologi cerpen Bahasa Jawa Gelang Tali Lawe
(2021), antologi kisah resolusi Membidik Waktu Menapak Jalan
(2022). Prestasi: juara I tingkat Provinsi Jawa Timur sayembara
menulis buku pengayaan (2005). Fb: Endang Saptarina.
Ilustrator
Apri Setiawan yang sering dipanggil Apri, merupakan seorang
ilustrator asal Banyuwangi, Jawa Timur. Dia adalah lulusan
S-1 Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Malang yang
memiliki minat dalam bidang ilustrasi dan desain tematik
mulai masa kanak-kanak. Karena apresiasi sekitar yang begitu
suportif dan positif pada karya yang telah dibuat, menjadikan
proses pengembangan minat tersebut berjalan hingga sekarang.
Pengembangan minat diantaranya adalah dengan berperan aktif
pada berbagai pameran, kompetisi, maupun proyek dari tahun ke
tahun, baik skala regional hingga internasional. IG: @apriciation,
E-mail: [email protected].
BIONARASI
20 | 19_AJAR_GAWE_ANYAMAN |
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
Wiyana
ii
TANGIS BURUNG EMPRIT JAWA
Penulis:
Drs. Wiyana, M.Pd.
Penyunting:
Riani
Ilustrator:
Mulyantara
Penerbit:
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224
Telepon: (024) 562070; Faksimile: (0274) 580667
Cetakan Pertama, November 2021
iv + 8 hlm., 15 x 23 cm.
ISBN: 978-623-5677-30-9
Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi
buku ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin
tertulis dari penerbit.
Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis.
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui warga
dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah RI pun melaksanakan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat
di seluruh provinsi di Indonesia dalam rangka untuk menekan
penyebaran virus yang sangat mematikan itu. Kebijakan Pemerintah
tersebut tentu memiliki dampak yang sangat signifikan di berbagai
sektor. Karena kebahasaan dan kesastraan masuk dalam sektor
nonesensial, praktis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
kebahasaan dan kesastraan tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
secara langsung, bersemuka. Namun, karena proses kreatif dan
upaya pencerdasan bangsa melalui bahasa dan sastra harus tetap
berlangsung, berbagai kegiatan itu pun dapat dilaksanakan secara
daring. Meskipun hasilnya--mungkin--tidak maksimal, berbagai
program dan kegiatan yang telah dirancang oleh Balai Bahasa
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat memenuhi target-
target yang telah ditetapkan, termasuk target 42 karya sastra
Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Penerbitan hasil penerjemahan dari sastra Jawa ini--yang
telah melewati proses panjang--merupakan bukti nyata bahwa
situasi pandemi tidak menghalangi kami dalam memberikan
sumbangsih bagi kemajuan bangsa melalui kebahasaan dan
kesastraan. Penerbitan hasil penerjemahan ini diharapkan dapat
digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dalam program besar
Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Pemerintah. Melalui
penerbitan penerjemahan karya sastra Jawa ini pula diharapkan
bisa menghilangkan kendala kebahasaan bagi masyarakat penutur
nonbahasa Jawa untuk bisa menikmati dan mengambil manfaatnya.
iv
Hadirnya
buku
penerjemahan
ini
melibatkan
banyak
pihak. Oleh karena itu, dalam kata pengantar singkat ini kami
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada
sastrawan/penulis (asli) dalam bahasa Jawa. Demikian pula
kami mengucapkan terima kasih kepada penerjemah yang telah
menerjemahkan karya sastra Jawa ke dalam bahasa Indonesia.
Penghargaan juga kami berikan kepada para penyunting yang telah
menyelaraskan hasil terjemahan sesuai dengan kaidah baku bahasa
Indonesia. Tentu saja, kepada panitia/tim terjemahan dan penerbit
kami ucapkan terima kasih yang tiada bertepi.
Semoga buku terjemahan ini bisa menjadi ajang dialog dan
tegur sapa antarbudaya di Indonesia dan menambah kekayaan
khazanah bahan bacaan literasi yang bermutu. Selamat membaca!
Yogyakarta, 10 September 2021
Kepala,
Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum.
NIP 196605201991031004
1
Tangis Burung
Emprit Jawa
P
ak Jayadi membeli sebidang tanah seluas 500 meter di
depan rumahnya. Kemudian, di tanah tersebut didirikan
bangunan rumah bertingkat. Rumah itu berlantai dua,
bentuknya menyerupai huruf “U” menghadap ke barat.
Dari dahulu hingga sekarang Yogyakarta terkenal dengan
berbagai julukan. Apa saja julukannya? Yogyakarta terkenal
dengan julukan kota pelajar, kota budaya, kota gudeg, dan kota
sepeda. Pak Jayadi dan Bu Tiwi, istrinya, sepakat untuk mendukung
julukan Yogyakarta sebagai kota pelajar. Oleh karena itu, Pak
Jayadi didukung istrinya membangun rumah berkamar-kamar di
sebelah utara Jogja Ekspo Center. Bangunan digunakan sebagai
tempat indekos atau pemondokan para mahasiswa yang datang
dari berbagai penjuru Nusantara. Pada lantai satu terdapat dua
belas kamar, pada lantai dua juga terdapat dua belas kamar. Jadi,
seluruhnya berjumlah dua puluh empat kamar.
“Mas, bagaimana kalau di halaman tengah itu ditanami pohon
perindang?” kata Bu Tiwi kepada Pak Jayadi yang sedang duduk di
teras sambil memandang bangunan baru itu.
“Ide yang bagus, oke-oke! Tanaman apa sebaiknya?” tanya
Pak Jayadi penuh semangat.
“Bagaimana kalau pohon beringin?” tawar Bu Tiwi.
“Pohon beringin seperti di Alun Alun Selatan yang menjadi
tujuan wisatawan!” Pak Jayadi menegaskan.
“Ya, ya, betul!” Bu Tiwi menyahut sambil tertawa.
2
3
Pada hari Minggu pagi yang cerah Pak Marjan, tetangga yang
biasa membantu, membeli tanaman beringin di pusat tanaman
dekat kebun binatang Gembiraloka dan menanamnya. Hari berganti
hari, semakin tampak pertumbuhan pohon beringin hingga mulai
tinggi bercabang, beranting, dan rimbun. Tentu saja, pertumbuhan
pohon beringin pesat karena sebelum ditanami dalam lubang sudah
diberi media yang dapat menyuburkan tanaman.
Suatu siang ada sepasang burung emprit jawa beterbangan
mengitari pohon beringin itu. Tak berapa lama kemudian, mereka
hinggap di dahan. Sepertinya, burung itu melakukan pengamatan
untuk memastikan pantas tidaknya pohon itu menjadi tempat
tinggalnya.
Pada hari kedua, pagi-pagi sekali sepasang emprit jawa itu
datang kembali dengan membawa rumput kering di paruhnya.
Mereka masuk di kerimbunan dahan, lalu terbang lagi. Mereka
datang lagi membawa rumput kering lagi, begitu seterusnya.
Ternyata, emprit jawa itu membuat sarang. Sedikit demi sedikit
akan menjadi bukit. Demikian pula rumput kering yang disusun
sedemikian rupa, lama kelamaan menjadi sarang berbentuk bundar
seperti lampion.
Walaupun tinggi pohon beringin itu baru lima meter, burung
emprit jawa itu berani memilih tempat untuk sarangnya, yaitu tepat
dua meter di atas pintu pagar indekos. Mereka tidak takut dengan
lalu-lalang, keluar-masuk, para mahasiswa berbagai perguruan
tinggi yang mulai banyak menghuni tempat itu. Emprit jawa tidak
takut dan khawatir kalau-kalau diganggu keberadaannya.
Tak lama berselang, si emprit jawa betina mulailah bertelur.
“Cuit...cuit...cuit...cuit...” riuh suara anak-anak emprit jawa
yang telah menetas. Mereka meminta jatah makan dan minum dari
ibu dan bapaknya.
Kian hari suara cicit cuit, cicit cuit makin terdengar lantang
yang menandakan anak-anak emprit jawa makin beranjak besar.
Pada suatu hari mereka mulai dilatih untuk terbang di sekitar pohon
4
beringin. Pada hari kedua, keenam anaknya terbang tinggi ke arah
timur mengikuti induknya. Emprit jawa terbang menuju persawahan
yang padinya sedang menguning. Persawahan itu tidak jauh dari
pohon beringin tempat mereka tinggal.
Suasana di kompleks indekos makin asri, teduh, sejuk, segar,
damai, dan tenang karena pohon beringin kian rimbun dan rindang.
Tentu saja, suasana ini didukung hiasan suara cicit cuitnya emprit
jawa yang tiada henti. Suaranya bagaikan paduan suara diiringi
orkestra, terutama kala pagi dan sore.
Emprit jawa pada awalnya hanya sepasang dan sekarang sudah
bertambah enam. Kini, mereka makin beranak-pinak mencapai tiga
puluhan ekor. Cicit cuit mereka makin riuh pada pagi hari sebagai
pertanda bagi mahasiswa yang tinggal di sana untuk segera bangun
dan menyambut hari baru dengan semangat baru. Emprit jawa
dan para mahasiswa hidup berdampingan dengan suasana aman
dan damai, tidak ada yang mengganggu dan terganggu. Sungguh
nyaman dan tenteram suasana di sana.
5
Pada hari Sabtu siang, bulan April, muncullah mendung tebal
di atas langit. Yogyakarta pun tampak gelap. Tidak berselang lama,
hujan turun dengan derasnya dan disertai badai sangat kencang.
Para mahasiswa yang sedang belajar atau tiduran segera beranjak.
Mereka lalu berdiri mengamati dari pintu kamar masing-masing.
Mereka berjaga-jaga untuk kemungkinan bila terjadi suatu bahaya
yang diakibatkan oleh hujan dan badai tersebut.
Dahan dan ranting beringin bergelayutan seperti penari
menari meliuk-liuk, sangat mengkhawatirkan. Di sarang terdengar
cuit-cuit anak-anak emprit jawa menjerit-jerit minta tolong. Hujan
deras dan angin kencang terus berlangsung. Kekhawatiran emprit
jawa dan penghuni indekos makin menjadi-jadi.
“Ya, Allah, berikan kepada kami keselamatan, jangan
sampai pohon beringin merobohi bangunan ini, hamba-Mu baru
saja melunasi sewa indekos,” demikian doa permohonan Amron,
mahasiswa jurusan Agama.
“Aduh-aduh bagaimana ini... sangat menakutkan!” teriak
Yanto, mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia.
6
“Bakoh-kukuh, bakoh-kukuh, bakoh-kukuh... aja ambruk!”
teriak Wisnu, mahasiswa jurusan olahraga asal Kulon Progo,
sambil memeluk pohon beringin agar tidak roboh.
“Prekutuk-prekutuk...bruk!”
bunyi
dahan
dan
ranting
berjatuhan.
Hujan dan badai berhenti setelah berlangsung dua puluh
menit. Semua penghuni indekos dan warga sekitar aman. Pohon
beringin tetap kokoh berdiri. Namun, banyak dahan dan ranting
patah. Sarang berpenghuni anak-anak emprit jawa berserakan di
halaman indekos. Telur-telur pecah dan anak-anak emprit yang
masih bayi mati karena jatuh dan terguyur hujan yang sangat deras.
Setelah keadaan aman, Pak Jayadi meminta Pak Marjan untuk
memotongi dahan dan ranting yang patah dengan gergaji.
Sore menjelang gelap, biasanya terdengar suara riuh cuit-
cuit emprit jawa, tetapi kali ini sepi. Tidak dapat diketahui di mana
keberadaan emprit jawa dewasa. Malam itu tidak ada emprit jawa
yang kembali tidur di pohon beringin. Mungkin mereka mengungsi
di tempat lain yang aman.
7
Minggu pagi, pagi-pagi sekali tiga puluhan ekor emprit jawa
terbang rendah mengitari pohon beringin yang kini hampir tak
berdahan dan beranting. Suara cuit-cuit tidak menggambarkan
sukacita. Akan tetapi, suara itu berbunyi seperti dukacita karena
telur-telur mereka pecah dan anak-anaknya mati. Segerombolan
emprit jawa seakan mengucapkan selamat tinggal kepada pohon
beringin yang tak lagi rindang.
Suasana di indekos menjadi sangat sepi tanpa suara
emprit jawa. Emprit jawa terbang tinggi ke arah selatan menuju
Gunungkidul untuk memulai kehidupan baru setelah dikoyak hujan
badai.
Ketika Pak Jayadi dan Bu Tiwi berkeliling di tempat indekos,
seorang mahasiswa memberanikan diri untuk menyampaikan keluh
kesah kepada beliau.
“Pak, setelah pohon beringin tinggal batangnya saja, kami
kegerahan. Kami tidak nyaman untuk terus tinggal di sini,” kata
Amron yang ditemani Yanto dan Wisnu.
“Memang ini kejadian alam dan kita tidak dapat menolaknya.
Akan tetapi, kita beruntung masih dalam lindungan-Nya,” jawab
Pak Jayadi.
“Mas semuanya tetaplah tinggal di sini. Soal kegerahan, nanti
kami akan memasang AC di setiap kamar,” janji Bu Tiwi.
Selang tiga hari setelah perbincangan itu, tim dari sebuah
toko elektronika datang. Mereka membawa AC dan peralatannya
dan segera memasangnya pada setiap kamar. [Wiyana]
8
Wiyana
Penulis berprofesi sebagai guru SMA Bahasa Indonesia di SMA
N 1 Semanu, Gunungkidul dan menjadi ketua Sanggar Sastra
Jawa Gunungkidul Presaja. Wiyana tinggal di Semanu Selatan
RT.07, RW.42, Semanu, Gunungkidul. HP 081226457475.
Posel: [email protected] | 19_TANGIS_BURUNG_EMPRIT_JAWA |
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.
Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Cokelat saka Lempung
Cokelat dari Tanah Liat
Penulis
Alief Irfan Choiri
Penelaah
Arif Subiyanto
Penanggung Jawab
Umi Kulsum
Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto
Ilustrasi & Desain Sampul
Aisyah Mar’ie
Tata Letak
FA Indonesia
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972
Cetakan pertama, Oktober 2023
E-ISBN: 978-623-112-767-9
Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
C
erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak,
khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam
pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan
beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang
mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan
budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan
ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila.
Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga
keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan
bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur,
seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai-
nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk
cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan
mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi
berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah
membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di
dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan
kayanya unsur-unsur lokal.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta
dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah
upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan
memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi
penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif,
mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini
dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi
dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya
dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga
menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi,
penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang
turut andil mewujudkan karya ini.
Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Surabaya, 1 Oktober 2023
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Cokelat saka Lempung
Cokelat dari Tanah Liat
Biodata Penulis
Biodata Ilustrator
iii
iv
1
20
20
1
CO
KE
LA
T
S
A
K
A
L
E
M
P
U
N
G
Co
ke
la
t
da
ri
T
a
n
a
h
L
i
a
t
Jaka nangis ing njero mobil wayah perjalanan nang omahe
Si Mbahe Tuban.
Tiba-tiba Jaka menangis di dalam mobil di tengah-tengah perjalanan
ke rumah Nenek di Tuban.
2
“
H
u
u
..
..
Uu
u ... Huu...
U
u
u
.
.
.
”
“
H
u
u
...
.
Uu
u ...
Huu... U
u
u
..
.
”
“Loh, Jaka ana apa kok nangis?” Pitakone Ayah marang Jaka.
“Loh, Jaka ada apa kok menangis?” Tanya Ayah ke Jaka.
3
“Cokelate Jaka keri, Yaaah ... Huuu ....”
“Cokelat Jaka ketinggalan, Yaaaah ... Huuu ....”
“Nggih pun, ngko tumbas meneh yen wes tekan omahe Si
Mbahe, nggeh?”
“Iya, tidak apa-apa. Nanti kita beli lagi kalau sudah sampai di rumah
Nenek, ya?”
4
Ayah nyetater mesin mobile maneh, nerusake
perjalanan nang omahe Si Mbah.
Ayah menyalakan lagi mesin mobil dan melanjutkan
perjalanan ke rumah Nenek.
B
r
e
m
m
..
. B
rem
m ... B
re
m
m
.
.
.
.
B
re
m
m
...
Br
emm
... Br
em
m
..
..
5
6
Jaka ngetuk lawang omahe Si Mbah.
Jaka mengetuk pintu rumah Nenek.
“
T
h
ok
, t
hok,
t
h
o
k
.
.
.
”
“
T
h
ok
, t
hok,
t
h
o
k
.
.
.
”
7
“Waah, putuku wis tekan. Ayo mlebu!
Mbah lagi wae bar masak.”
“Wah, cucuku sudah datang. Ayo masuk! Nenek
baru saja selesai memasak.”
8
Jaka ndeloki gulungan cokelat nang toples dhuwur meja.
“Wiii, Mbahe ghadah cokelat. Uenak pol niki.”
Jaka melihat ada gulungan cokelat di toples di atas meja
“Wii, Nenek punya cokelat. Enak banget ini.”
9
“Mba
h, nik
i cok
elat
tum
bas
ten
p
und
i?”
Pit
ako
ne
Jak
a
“Mba
h coke
lat it
u bel
i di
ma
na?
” T
any
a Ja
ka.
10
“Ini
Ne
nek
me
mbuat sen
dir
i, J
aka.”
“Be
na
ra
n,
Ne
k?” Jaka tid
ak
p
erca
ya.
“Niki
M
ba
he
nggawe dhe
we
, Jak
a.”
“Tenan
an
,
Mb
ah
?” Jaka mb
ot
en
ngande
l.
11
“Tenanan iki sing nggawe Si Mbah, ayo tak
dudohne cara gawene.”
“Sungguh ini yang membuat Nenek, ayo Nenek perlihatkan
cara membuatnya.”
12
“Kawitan, jupuk lemah sawah sing gak ana krikile”
“Pertama, ambil tanah liat di sawah yang tidak ada kerikilnya”
“Loh, kok ndamel lemah, Mbah?”
“Loh, kok pakai tanah, Nek?”
“Nggih, Jaka. Cokelat gaweane Mbahe iku saka lempung.”
“Iya, Jaka. Cokelat buatan Nenek dari tanah liat.”
13
Terus
diule
ni, di
cam
puri
ba
nyu
ko
sit
hik
.
Lalu di
aduk d
icamp
ur de
nga
n a
ir s
edik
it-s
edik
it.
14
Diwadahi nang kresek gedhe, utowo karung sing resik,
kanggo gawe ngulet. Banjur didheplok!
“Diwadahi di kantong plastik besar atau karung yang bersih agar bisa
dibuat menguleni. Lalu ditumbuk!”
B
l
u
g
...
Blug ..
.
B
l
u
g
.
.
.
B
l
u
g
...
Blug ..
.
B
l
u
g
.
.
.
15
“Nak wis ngene, dikeruk gawe ‘seseh’ (gaman saka pring).
Nganti dadi gulungan kaya ngene.”
“Kalau sudah begini lalu diambil menggunakan ‘seseh’ (alat yang
dibuat dari bambu berbentuk pisau). Sampai menjadi gulungan
seperti ini.”
16
“Terus, dipanggang nganti garing. Dadi, cokelat asli
gaweane Mbahe!”
“Lalu, dipanggang sampai kering. Jadilah cokelat ala Nenek!
“Ayo diicipi!”
“Ayo dicoba!”
17
Hahaha .... Ayah, Ibu, lan Mbahe guyu Jaka sing lagi
gaber-gaber mangan cokelate Mbah.
Hahaha .... Ayah, Ibu, dan Nenek tertawa melihat Jaka meludahkan
cokelat bikinan Nenek.
18
“Jaka, iki jenenge ampo, panganan khas Tuban. Ya iki
cokelat jaman biyen. Senengane Mbahe”
“Jaka, ini namanya ampo, makanan khas Tuban. Ini cokelat zaman
dulu, kesukaan Nenek.”
“
J
a
k
a
g
a
k
se
neng, M
b
a
h
.
”
“J
ak
a
ti
da
k su
ka, Nek
.”
19
“Mb
oten
nap
a-n
apa
, ni
ki c
oke
la
t t
en
an
an
ka
ng
go
Jak
a.”
“Tid
ak a
pa-a
pa, i
ni c
oke
lat
b
en
ar
an
u
nt
uk
Jak
a.”
Penulis
Alief Irfan menangis pertama kali pada
Subuh tanggal 28 Agustus. Dia dibesarkan di
bantaran Bengawan Solo di salah satu desa
di Kabupaten Bojonegoro. Beranjak remaja
mengembara ke barat mencari kitab suci
dan menetap di Pondok Pesantren Manbail
Huda Kaliuntu, Kecamatan Jenu - Tuban.
Dia juga seorang mahasiswa semester akhir
Pascasarjana UNKAFA Gresik yang kebetulan
suka membaca apa saja dan menulis apa saja.
Ilustrator
Aisyah Mar’ie merupakan ilustrator yang
berfokus pada dunia ilustrasi buku anak dan
berasal dari Malang, Jawa Timur. Ia telah
menggemari kesenian sejak dini, khususnya
pada kegiatan menggambar. Untuk melihat
karya-karyanya dapat berkunjung pada
profil Instagram @aisyahmarieee.
BIONARASI
20 | 2_COKELAT_SAKA_LEMPUNG |
|
|
Yunida Evasusanti
Kantor Bahasa Provinsi Lampung
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2022
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
|
Cerita Anak dari Lampung
(Terjemahan Bahasa Lampung—Bahasa Indonesia)
Buku Sumber
: Ulah Nyiwi
Penanggung Jawab
: Desi Ari Pressanti
Ketua Pelaksana
: Ramlan Andi
Penulis
: Yunida Evasusanti
Penyunting
Bahasa Lampung
: Badar Rohim
Penyunting
Bahasa Indonesia
: Kiki Zakiah Nur
Desain Sampul
: Didin Jahidin
Penata Letak
: Ari Oktavian
Diterbitkan oleh Kantor Bahasa Provinsi Lampung,
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Tahun 2022
ISBN 978-623-5682-18-1
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang
diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari
penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan
penulisan artikel atau karangan ilmiah.
|
KATA PENGANTAR
Penerbitan cerita anak dari Provinsi Lampung dalam
bentuk digital ini dimaksudkan sebagai bahan bacaan bagi
siswa SD dan untuk menambah pengayaan bahan literasi.
Melalui buku cerita digital, anak-anak diajak untuk mengasah
keterampilan berpikir, berimajinasi, dan mengembangkan
kreativitas dengan cara menyenangkan.
Buku ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama adalah
teks cerita dalam bahasa asli, bahasa Lampung, dan bagian
kedua adalah terjemahan dalam bahasa Indonesia. Buku ini
merupakan hasil sayembara penulisan dan penerjemahan yang
diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Provinsi Lampung dengan
beberapa proses tahapan, antara lain: penjaringan naskah,
penilaian, penyusunan, penyuntingan bahasa Lampung dan
bahasa Indonesia, serta pengilustrasian.
Kantor Bahasa Provinsi Lampung mengucapkan terima
kasih kepada penulis, penyunting, dan pengilustrasi buku
cerita anak dari Provinsi Lampung ini. Semoga bacaan ini
bermanfaat bagi khalayak, khususnya siswa SD. Selamat
membaca dan berliterasi.
Bandarlampung, September 2022
Desi Ari Pressanti
Kepala Kantor Bahasa Provinsi Lampung
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
IV
V
Cerita Berbahasa Lampung
1. Minyak Aini
1
2. Sepelok Mahaf
9
3. Dang Dijuk Kendur
16
Cerita Berbahasa Indonesia
1. Minyak Aini
27
2. Sepotong Maaf
38
3. Jangan Kasih Kendur
49
Glosarium
Biodata Penulis
Biodata Penyunting Bahasa Indonesia
Biodata Penyunting Bahasa Daerah
Biodata Ilustrator
|
|
1
Minyak Aini
ntri! Payu, antri!‖ bunyi Pak Singa mecohko
keritukan tiyan sai ngemumut.
―Antri sai benor! Rulus!‖ sambungni berwibawa,
― Dang lupa makai masker rik ngusung kupon!‖
Kalimat sina laju nyiutko lakkahku. Ah, nyak lupa
ngusung kupon rik mak makai masker. Nyak laju larat
haguk mahhan sai rangni di gang lunik, mak jawoh anjak
pok antrian.
Nyak laju ngeridip kuruk mahhan, ngusahako
mawat nginjakko mak. Mataku ngejelajahi unyin ruangan,
ngusahako nyepok barang tujuanku. Mak munni, mataku
ngenah selembar keretas lunik sai teselip di rerangani
Mak.
―Pasti hiji kupon.‖ Lom hatiku cawa jama pungu
kananku hati-hati ngakukni anjak celah reranga Mak
barong jama punguku sai barih ngakuk masker sai kak
disiapko di unggak mija. Nyak laju geluk luwah jak
mahhan rik larat haguk padangan
―Dang ngedorong-dorong, kidah!‖ Zahro, si napuh
lunik nekerik. Tundunni kenahan katan kena tukkah
Baron, jawi ragah sai wat di juyuni.
Antrian
alun-alun
mulai
nijang
mit
pingger
ranglaya, Nyak munih nutuk di barisan kaban bubai sai
badanni gemuk rik belalai tijangni. Nyak kejepit di
―A
|
hantara Uwak Maryam jama anakni, Kak Saroh. Tiyan
iyulah tetanggaku sai rani iji gegoh mak kenal. Waktu
mata sikam mak sengaja setontongan, ku sambuk tiyan
jama ngerimut pudak wayaku, kidang hal sina tebalos
sorotan tajom rik kuisan belalaini tiyan.
Nyak laju ngelupako kejadian jenno rik focus gawoh
jama antrian. Mak terasa, nyak kak makin ridik jama
posisi paling hadap. Tebayang tabohni tempe sai teguring
garing rik rapuh makai minyak kelapa sawit laju digeprek
langsung di rapak sambol dilan. Ngebayangkonni gawoh
radu ngeguwai wai iluiku mentiyak cutik.
Tiba-tiba, Uwak Maryam ngeramut kupon anjak
punguku makai belalaini sai kak tejulor.
―Niku, kan, kera. Jadi, niku mak perlu minyak,
cukup putti setandan guwai seminggu,‖ cawani sinis.
―Dang, Wak!‖ Timbalku ngelemoh suwa ngedakok
kukut balakni.
Uwak Maryam mak gijot. Ya malah mudah temon
nyikkirko badan rayangku sai ngedakok kukutni. Angkah
ngeguyangko kasar kukutni, nyak laju tehayar.
Uttung gawoh nyak tehayar haguk jejukukan sai
ranggal, hingga badanku mak sepira sakik. Anjak jarak sai
mak jawoh ga, nyak ngenah Uwak Maryam kak massa
jatah minyakku rik di dekop nemon jama Kak Saroh makai
belalaini. Tiyan laju ninggalko nyak sai tepejong miwang
di bah batang suwa ngebatui nasib.
Radu bela haropan mengan debingi suwa tempe
guring geprek kedemonan sikam semiyanak. Api sai haga
kucawako jama Mak? Mak mungkin nyak cerita jujor
kelakuan Uwak Maryam rani iji. Nyak mak haga Mak sai
|
lagi biyak badan jadi nyepirot, munih kakak rik Bapakku
dapok marah atawa rituk jama tetangga ulih sakkan
minyak.
―Ah, mawat, cawa gawoh minyakni bela.‖ Tekad lom
hatiku mettop, guwai nguser rasa jengkel rik sedih sai
begejolak di hatiku.
***
―Assalamualaikum,‖ salamku alun.
―Waalaikumsalam, Nak,‖ timbal Mak.
―Mahaf, minyakni bela, Mak,‖ timbalku alun suwa
pudak sungguk. rasa suya kenahan nihan di pudak
pucakni Mak, kidang tetop wat senyum sai nenangko nyak.
―Mak api-api, Sayang. Ram guwai sayan gawoh
minyakni,‖ hani Mak busemangat.
Nyak nyakakko alis, bingung. ―Anjak api, Mak?‖
―Anjak buah nyiwi,‖ timbalni Mak suwa lapah mit
dapor.
Nyak nutukko Mak mit dapor. Mataku ngeliyak wat
puluh butir buah nyiwi sai tehampok di bah mija kompor.
Begeluk Mak mulai ngubak babak nyiwi najin keliakan
kesusahan ulah betong balakni. Nyak munih begeluk
nulung rik ngelepasko gerak nyiwi makai ipon bajaku.
Punguku munih laju begeluk ngelepasko undom
nyiwi rik geluk marutni. Seradu sina, Mak ngayun nyak
guwai meres nyiwi sai kak diparut rik ngakuk satten
kittolni. Sementara sina, Mak mulai ningguk apui di juyu
mahhan. Asok anjak putting nyerbakko aroma khas sai
nginjakko semangatku.
|
Belanga balak ganta kak penuh satten. Rik
semangat, nyak terus ngegaluni. Alun kidang pasti, satten
sina mulai nyusut rik nyanik guppalan alus. Mak munni
anjak san, muccul gegoh wai nyerilap di Lambung satten
sai ngeguppal. Nyak laju sorak.
―Mak, minyakni kenahan, Mak‖ nyak nekerik gering.
―Alhamdulillah!‖ Mak nutuk kegeringan.
Cutik demi cutik, minyak kelapa merum sina
pindah mit delom makkuk.
Kidang, suka hati sina mak betahan munni. Pandai-
pandai tenda pok sikam masak satten terasa beguyang.
Bunyi jimpang biyak kedengi ngeridik rik begeluk-geluk.
―Wah, merum temon, kuti lagi ngeguwai api?‖ lulih
Uwak Maryam mangah-mangah.
―Minyak kelapa, Wak!‖ Timbal Mak semangat
temon.
―Hah, rettini nyiwi dapok diguwai jadi minyak, yu?‖
lulih Uwak Maryam hiran jama penasaran.
―Sikam kilu, yuu,‖ ia ngilu rik pudak sebik.
Deg. Rasa kesol sai jenno ketimbun dilom hatiku
ganta muloh nimbul. Nyak menong, kebayang kelakuan
jahalni diNyak pepira jam sai likut. Laju ganta? Sehagani
ia ngilu-kilu mak ngedok liyom.
Kidang Mak tantuni mak pandai kejadian jenno,
beliau nyunggok santai. ―Dapok.‖
|
―Tunggu serebok, yu, Wak. Ki kak radu, sekalian
natti sikam keni appas memis tahi minyakni,‖ timbal Mak
ramah.
Ngebayangko tiyan ngedapokko sai kak sikam guwai
rasani ngesolko temon. Kidang, nyak tetop mak haga Mak
sampai pandai kejadian jenno laju nutuk marah rik
akhirni dapok ngeganggu kondisi kehamilanni. Nyak
munih laju nguser rasa kesol jama nyirokko sayan.
***
Dibi sai ngerayap jadi manom diiringko kumandang
azan magrib, nyusutko jim jimpang guwai tetop di delom
mahhan. Debingi laju nyakak begeluk.
―Tok-tok-tok!‖
Rangok diketok kuat nihan, mecohko hiyonni bingi.
Nyak jama Mak senahan, ngira-kira sapa sai ratong ulih
biasani ki bapak sai ngetok mak sekeccong sina.
―Assalamualaikum!‖ bunyi biyak sai ku kenal nihan
ngiringi ketokan rangok.
―Waalaikumsalam!‖ Nyak jama Mak nimbal pujama,
nyak laju minjak guwai ngebukakko rangok. Segina
rangok kebukak, belalai sai tijang nyambukku, belalai
sina tejulor mapah panjang ngisi bebuwak sai lagi beasok.
Uwak Maryam temegi di hadop rangok suwa ngerimut
liyom.
Nyak ngebalos ngerimut kidang terpaksa cutik.
Najin kak beusaha mak ngingokko kejadian jeno dawah,
sejujurni pagun nyisako rasa kesol jama ya.
―Hiji bebuwak geguduh putti cappor tahi minyak
guwai kuti sanga miyanak,‖ hani Uwak Maryam.
|
Nyak nyunggok, laju nimbal, ―Nerima kasih, Wak.‖
Serebok hiyon disikam rua. Gegohni wat hal sai haga
ditigohko Uwak Maryam, kidang induh api sai ngeguwaini
tegi ragu.
―Mmm, gehiji, Nak Aini. Uwak haga ngilu mahaf hal
sai jeno dawah, Uwak kak sehagani ngakuk kuponmu,
ngeremehkonmu, rik nyakikko hatimu. Padahal Uwak kak
tuha gehiji, kidang lelakun malah nyali temon jama sanak
ngugha gegoh niku, temon-temon mak nyipatko hulun
dewasa. Nyak nyesol nihan rik liyom.‖hani Uwak Maryam
alun.
―Nerima kasih, Wak, radu ngelepas ego rik haga
ngilu ngalimpura jama kera lunik gegoh sikam ji.
Nengisni, hati sikam jawoh lebih tenang.‖
Sikam rua lalang waya, mak sadar bahwa bapak kak
mulang kereja rik ganta temegi di juyu Uwak Maryam.
―Nerima kasih bebuwakni, kacca. Memuga anakmu
geluk mansa judu.‖ hani bapak suwa ngakuk bebuwak
geguduh putti, semakkung pungu bapak megung bebuwak
sina, mak tesadari pungu Mak kak nguisko alun pungu
Bapak rik ngingokko guwai ngebasuh pungu pai.
Uwak Maryam munih Lalang lunik, ―Aamiin!‖
―O, iyu, Aini. Jemoh ram ngeguwai minyak luwot
yuu,‖ Kilu Uwak Maryam jama nyak.
‖Dapok nihan!‖ timbalku semangat temon.
Anjak delom mahhan, bapak sai kak ngebasuh
pungu rik ganta lagi nganik bebuwak pengejuk Uwak
Maryam nimbal munih, ―Jemoh semakkung lapah kereja,
Bapak haga ngakuk buah nyiwi sai nayah.‖
|
Nyak ngerimut waya ngedengi janji bapak.
―Ngumung-ngumung, bebuwak hiji bangik, api
geralni?‖ lulih Bapak.
―Geralni geguduh mix bloncron,‖ timbalku geluk.
―Retini?‖ timbal Mak anjak lom mahhan.
―Geguduh
putti
dicappor
tahi
minyak
zaman
Omicron!‖ timbalku penuh semangat.
Laju, seunyinni lalang waya. Bingi kak nambah
relom, Uwak Maryam permisi mulang. Rasa kedugok rik
Bahagia ngeguwai sikam munih geluk tesilop di pulau
kapuk.
***
Azan subuh nginjakko nyak. Bunyi ngedendum
barang_barang tiyak ngemaksaku guwai luwah mahhan.
―Wah, lamon temon nyiwini, Pak!‖ cawaku jama sai
liman gemuk, mengiyan Uwak Maryam.
―Iyu, bapakmu nalom milih nyiwi sai tuha,‖ hani Pak
Darsa. Belalaini tejulor dunggak nulung ngakat nyiwi.
―Pelepahni bulung nyiwi sina guwai api, Pak?‖
lulihku jama Bapak sai ampai regoh anjak batang nyiwi.
―Guwai disanik sapu, sejar dijual guwai tambahan
duit belanjamu.‖ timbal Bapak, laju ngelanjukko, ―Batang
nyiwi sai kak keranggalan munih haga dibelah-belah
guwai papan tesanik pok ngejamukko bahan kanikan.
***
|
Kabar hal produksi minyak nyiwi sai diasalko ulih
sikam sanga miyanak rik ditulung Uwak Maryam sanga
miyanak rupani kak nyebar mit seunyin Pullan. Bahkan,
sesepuh pullan munih ngeratongi mahhanku guwai
nawarko negiko bisnis minyak nyiwi sai nattini dapok
nulung nyakakko perekonomian pullan siji.
Seradu nyelesaiko tugas sekulaku, Nyak munih
geluk niti jambat lapah mit Kebun Impian, pok sikam
nanom batang nyiwi sai tattuni ngedapokko suplai modal
anjak sesepuh.
―Aini, dija!‖
Kenahan Saroh, Baron, Zahro ngelambaiko punguni.
Mak jawoh anjak san,
―Nyak jama Zahro penasaran jama produksi minyak
kelapa sai jak bijo jadi balahan handop, akhirni sikam
mutusko guwai nutuk nulung niku.‖ Cawa Baron si jawi
sai mak lekot laga jama napuh sai gatta temegi di
kebelahni.
―Sikam munih siap nulung guwai nyanik sapu sai
cawa Pak Darsa haga niku jual munih!‖ tambah Zahro si
napuh.
―Ah, nerima kasih.‖ Nyak terenyuh, hatiku ngerasa
handop rik teharu nihan.Rupani, segina nayah kacca betik
diridikku.
Dawah sina rasani lebih bucahaya rik wewah,
ngangonko hasil hiting sayan. Indahni.
***
|
2
Sepelok Mahaf
abung kedok diiringi angin kecong ngeguwai
sebatang nyiwi tuha rubuh.
―Krak! Bruk!‖ Batang sina nettos mahhan penguasa
nyapah.
―Auuummm! A, aduh! Auummm! Tulung!‖
―Aummm! T, tulung!‖ bunyi sina kedengi luwot,
kidang bunyini lebih kedengi parau rik terasa nyakikko.
Iqbal, sai gemul madu balak, begeluk ngeratongi
sumber bunyi. Iya ngedapokko Burhan si singa penguasa
nyapah lagi nyirit kukutni sai penuh rah rik tegini patoh.
Singa sai biasani selalu gagah sina gatta besusah payah
luah anjak reruntuhan mahhan jama pudak si nyangi
kesakikan.
―Tulung,‖ suara Burhan nambah parau rik lemoh.
Singa sina akhirni tebuling rik pingsan.
―Tulung!‖ gettian Iqbal sai nekerik ngilu battuan, iya
mak dapok ngegindung singa sina pesayan turun jak
nyapahh haguk rumah sakit sai ridik.
Pepira binatang munih begeluk ngeridiki tiyan,
temasuk sai kuda poni rik asu sai berprofesi kedau Delman
Express ghik dokter munih. Si asu pittor sai profesini jadi
dokter sina begeluk ngelakuko penolongan pertama guwai
ngeraduko pendarahan. Sedongko, kuda poni munih geluk
nyiapko kendaraan.
***
L
|
Suasana di pullan lunik mehayu sina jadi gugam.
Mahhan raja Pullan, Burhan, haccor ketetos batang nyiwi.
rik kukut singa sai gagah perkasa sina patoh.
Si kedau kebun, Ibnu,kera sai kedau kebun ngerasa
betanggung jawab. Iya di tulung Pak Darsa, liman sai
buwibawa rik binatang barihni beusaha nyaniko mahhan
Burhan.
Tiyan laju ngebelah-belah batang nyiwi guwai
disanik papan jadi gatti sesai mahhan sai haccor.
Diantara unyin binatang sai lagi siwok sakai-
sambayan, kenahan Ibnu si kera sai kedau kebun lang-
uloh gisai.
―wat api, Pak?‖ lulih Baron, si jawi ragah.
―Mak api-api, water gawoh,‖ timbal Ibnu alun. Iya
laju ngelajuko, ―Setemonni, Ikam rabai Pak Burhan marah
balak ulih batang nyiwi Ikam netos mahanni.
‖Ki nengis kabar anjak Pak Iqbal, tigoh ganta Pak
Burhan makkung nginongan.‖ Hani Baron.
―Ya, Allah! Repa hiji?‖ Ibnu nambah rabai.
―Sehelauni Bapak geluk ngilu mahaf, enah munih
beliau waktu maring di rumah sakit.‖ Saran Baron ngati-
ati.
―Iyu, ikam sangun buniat ngilu mahaf lamun iya kak
nginongan. Kidang ikam rabai nihan ngadopi amarahni.‖
Ibnu ngembusko hengasnini rik biyak.
***
Di rumah sakit, Burhan mulai nginongan.
|
―Siapa sai kedau batang nyiwi sina?‖ lulihni suwa
ngegeritok. ―Beranini iya ngeguwai nyak ngerasako sakik
hiji rik ngaccorko mahhanku.‖
―I, Ibnu,‖ timbal Iqbal rabai.
―Kurang ajarrrr! Di dipa ya gatta?‖ ngeritok Burhan.
Iya munih ngelajuko cawa rik pudak sai gegoh lagi
merunggak, ―haga kupatohko galahni!‖
Iqbal si gemul laju ngehamma, iya rabai situasi
nambah mak tekendali.
―Di dipa iya? Aummmm!‖ Burhan ngaum bupakking,
ngeguwai ranjang rumah sakit munih nutuk gegor nahan
gerak mak beatoran Burhan.
Delom situasi panas sina, Ibnu sai mak pandai api-
api masalah Burhan sai lagi ngamuk kak tigoh munih di
hadop rangok ruang rawat inap rumah sakit.
―Assalamualaikum!‖ sapa Ibnu ramah.
Ibnu laju mak jadi nerimut kekala ngenah ekspresi
Burhan sai kenahan marah nihan.
―Aummm! Dija niku!‖ Burhan ngurauni kasar suwa
nyuba temegi rik punguni munih ngedapokko megung
badan lunik Ibnu.
―Haga kupatiko rik kubahhom badan rayangmu hiji
makai iponku! Dasar kera!‖
Jama tanggaini sai tajom rik balak-balak, Burhan haga
nyagai kera rayang sina. Kidang, ulih kondisi badan
Burhan sai makkung munni nginongan jak sengelop rik
rasa sakik sai buasal anjak kukutni, Burhan laju linglung
|
rik keseimbanganni jadi guyah. Semakkung tiyak, kukuni
mak sengaja ngatanko pungu Ibnu.
―Arghh! Aummmm!‖ bunyi Burhan gemetur, kidang
bunyi sina lebih kedengi gegoh lolongan sai ngemiluko.
Singa perkasa sina laju sengelop luwot. Petugas
rumah sakit begeluk ngilu Ibnu guwai luwah kenyin geluk
teubati rik begeluk ngejukko Tindakan khusus jama
Burhan.
***
Kabar ngamukni Burhan di rumah sakit jadi topik
handop rani iji. Kejadian sai terjadi di ruang rawat inap
sina ngeguwai rasa rabai, khususni di hati Ibnu sai jadi
target kemarahan Burhan. Iya ngerasa besalah temon ulih
musibah sai terjadi, najin setemonni unyin sina radu
kehendak anjak alam semesta. Iya sangun sai kedau
kebun sina, tapi layin iya sai ngerubuhko batang nyiwi rik
ngeguwai situasi jadi kusuk memmuk gegoh iji.
Mulang
anjak
rumah
sakit,
Iqbal
nguppulko
bubidang suku pullan lunik guwai mupakat ngatasi
masalah sai terjadi jama mak lupa makai masker rik
ngejaga jarak ulih pandemic makkung seunyinni lebon.
Sebagai wakil penanggung jawab renovasi mahhan,
Darsa ngelaporko bahwa sai di saniko kak tigoh 60% rik
haga dilanjukko jemoh. Selanjutni, mupakat bepusat jama
repa upaya sai tepat guwai ngeredako kemarahan si
penguasa pullan nyapah. Sai kucing belang telu pun maju
nyappaiko usulanni.
―Sikam ji psikolog, ikam haga nyuba guwai nenangko
Pak Burhan.‖hani buwibawa.
|
―Silahko, Pak. Memuga buhasil.‖ Iqbal ngejuk
dukungan.
Bingi
nambah
relom,
mengan
debingi
laju
dihidangko guwai unyin sai himpun jama menu utama
gulai taboh kabing nyiwi. sunyinni tiyan geluk nganik
hidangan sai bangik sina, kidang mak Lalang waya gegoh
biasani. Rupani, tiyan gegoh sanga badan, sakik sai
disandang ulih sai jelma, nutuk dirasako jama unyin
badan.
***
Azan subuh kak ketengisan, nguser kedugok di mata
sai tekapuk. Jamaah musala pullan lunik laju barong
nadahko pungu, ngilu kemunyayan guwai Burhan rik
buharop ketenangan luwot dilom keurikan pullan lunik
sina.
ngusung lapah percaya diri, Baba si kucing belang
telu kuruk mit ruang rawat inap Burhan rik ngusung
sarapan istimewa, iwa puppul. Hambauni ngeguwai
kerimut dipudak pucak si pasien.
―Nerima kasih, Baba. Iwa puppulni bangik temon,‖
hani Burhan suwa ya nganyolko kaniakanni.
―Alhamdulillah,
Pak.
Ngumung-ngumung,
sina
kiriman anjak Aini, anak Pak Ibnu,‖ hani Baba ngeghimut.
Sang penguasa nyapahh pullan sina laju menong,
induh kegelikan energi marah atawa dirini semawatni
trenyuh cutik jama perlakuan sai dikeniko anjak miyanak
Ibnu ampai sa.
Suasana mehiyon sina dimanfaatko Baba guwai
ngurukko nasihat tagan Burhan mak lagi nyalahko Ibnu
|
ulih musibah iji. Bunyi Bahasa Baba sai berwibawa
ditutuki pijikan lemoh anjak kucing belang telu sina lak
alun nenangko Burhan, ya nyunggot tanda setuju jama
umungan sai dicawako Baba. Najin, sejujorni hati lunikni
pagun ngerasa kesol, apilagi lamun ngenah kukutni sai
jadi lemoh mak bedaya ulih sempet patoh.
***
Seminggu kak liwat, Burhan tegini kak munyayan
guwai mulang anjak rumah sakit. Najin kukutni pagun
kaluk rik mak dapok lagi ngerjako kerjaan sai biyak,
semawatni iya dacok makai kukutni luwot guwai aktivitas
serani-rani.
Penguasa nyapah pullan sina sempet tekanjat
ngenah mahhanni sai kenahan baru rik lebih helau seradu
direnovasi. Semunni di ranglaya mulang, Baba kak ngejuk
pandai bahwa mahhanni sai direnovasi iyulah ide rik
bettuk tanggung jawab anjak Ibnu ulih musibah sai
netosni. Ngingokko hal sina, Burhan ngerasa tekanjat.
Rasa busalah ngebanjiri dirini, apilagi ngingok iya lekot
ngatanko kera sina jama cawaan rik kelakuanni.
―Puk!‖
Wat sai nepuk tengahni alun. Burhan ngerilong,
rupani wat kera ragah sai jak jenno kak menuhi pikeranni.
―I, Ibnu,‖ cawa Burhan ragu. Mak gegoh badanni sai
gagah, gatta iji singa sina kenahan ragu.
―Mak api-api. Ikam gering sekam kak muloh anjak
rumah sakit rik dapok beraktivitas luwot.‖ Timbal Ibnu
suwa Lalang waya.
|
Burhan menong. Gatta iji, rasani liyom temon, Piilni
sai selalu ranggal sina gatta nyiut rik rasa busalah
nyepirot menuhi seunyin badanni.
―Mahaf.‖ Akhirni cawa sina luwah anjak bangukni.
Burhan ngelajuko suwa sungguk, ―Mahaf kak guwai katan
niku padahal niku kak betanggung jawab nyaniko
mahhanku, niku bahkan mak ngerasa kesol seradu api sai
kak ku guwai jama niku.‖
Ngerimut Ibnu laju jadi Lalang waya. ―Mak api-api,
nyaniko mahhanmu sina tugasku. Ikam munih kilu mahaf
ulih kak ngatanko kukutmu, kacca. Seharusni ikam geluk
maccang lamun wat batang nyiwi sai kak ranggal temon
sehingga kejadian iji mak terjadi.‖
Tiyan serakokan.
Kabar hal penguasa nyapah pullan sai kak budamai
jama kera si kedau kebun segeluk kilak nyebar. Kabar sina
ngeratongko rasa Bahagia sai ngukkung seunyin binatang
sai wat di pullan lunik sina.
Ah, sepelok mahaf segina mappu nautko luwot rua
hati sai tebelah, ngedendangko perdamaian guwai jiwa sai
katan.
***
|
3
Dang Dijuk Kindur
ermisi,
wat
uloman!‖
reriangan
kedengian
urauan anjak tengebah mahhan.
―Iyu, serebok!‖ Timbal Laila si Liman sikop suwa
ngebukakko rangok.
―Aaa, minggu hadop Saroh nikah!‖ nekerik Laila
seradu nyubuk geral kebayan sai wat di kertas uloman. Iya
laju besiop dilom hati,‖Ah, tantu munih Nyak harus tappil
special rik pattun lagu kenangan di pesta Saroh.‖
Iya geluk ngebok rangok suwa ngedekop uloman
anjak kacca rakotni sina. Kidang, semakkung rangok
temon-temon tetutup, ketengis ucapan salam sai laju
ngeguwai buradu gerak belalaini guwai nutup rangok.
―Iji uloman himpun panitia guwai acara gerok Baron,
kak Laila diharopko ratong natti bingi,‖ hani perwakilan
miyanak Baron.
Mata Laila nambah berinang seradu ngedengi kabar
bahwa Baron munih haga nikah
―Alhamdulillah! Akhirni, kak tigoh judu Baron.‖
Hani Laila suwa ngerimut Lalang.
Seradu mulang sai ngattako uloman, Laila laju mit
kamar rik ngebukak lemari kawaini guwai nyiapko kawai
sai cocok dipakai waktu natti ngehadiri rua gerok nikahan
kacca-kacca rakotni.
―P
|
―Sebagai panitia di gerok nikahan Baron, sehelauni
nyak makai sinjang tapis rik kebaya warna suluh ngura iji
gawoh,‖ ribol Laila suwa milah-pilah koleksi kawai pesta
jakni.
―Sedongko
guwai
gerok
nikahan
Saroh,
nyak
meretok makai kawai biru iji, gegohni dapok ngeguwai
nyak kenahan imut.‖
***
Suasana damai rik Bahagia kenahan tepaccar anjak
pudak seunyin tetangga sai nutuk ngebattu persiapan
gerok nikahan Baron dilaksanako di rani sabtu. Lalang
waya ngiringi giyok gumai masakan sai dikerjako di dapor
juyu. Jama diselingi mengan pujama sai menuni seruit,
tempuyak, iwa puppul, rik lalapan hujau, acara nyiapko
gerok nikahan selalu terasa spesial.
Rani bahagia sina munih kak tigoh. Maju besanding
jama pudak wewah di kutamara sai megah bubentuk siger.
Sebagai salah sai panitia penerima temui, Laila risok
nyedakopko belalaini di dada rik nyunggokko huluni
sebagai gatti salaman.
Ulih pandemi sai kak belangsung happir genop rua
tahun, tiap rasan nikahan sai diadako munih musti selalu
nutuki protocol Kesehatan.
―Minak muari sai bubahagia, suara helau selanjutni
haga ngejamai ram nganik seunyin hidangan sai tesedia
iyulah sai kedau suara emas, Laila!‖ urau pemandu acara,
nambah ngeguai meriah gerok nikahan sina.
Laila ngerimut. Akhirni kesempatanni guwai tappil
kak tigoh. Ngerasa haga hangngak lamun ngegunako
|
masker suwa pattun, Laila laju ngebuka maskerni
semakkung musik mulai ngiringi penampilanni.
Lagu ―Sang Bumi ruwa Jurai‖ rik ―Tanoh Lado‖
kedengisan helau temon selama pepira menit rik sukses
ngehibur maju jama seunyin selang uloman.
Mak terasa, waktu ngalir segina geluk. Gatta, dibi
ngiringi tetamu muloh mulang mit mahhan masing-
masing, mak terkecuali Laila sai begeluk mulang munih
mit mahhan jama kondisi badan sai palai rik hulu sakik
temon.
Biasani pedom iyulah cara sai betik guai ngelebonko
palai rik sakik hulu, kidang mawat sekali iji. Rasa sakik
hulu Laila gatta nambah ngejadi, belalaini munih lemoh
rik seunyin persendianni terasa sakik.
―Nginum iji, Laila,‖ hani Mak ni Laila suwa
nyodorko segelas way handop rik ubat sakik hulu.
―Memuga sikam dapok geluk munyayan yu, Mak,
jemohkan musti dak gerokni Saroh,‖ hani Laila penuh
harop, bunyini gemetor rik kenahan lemoh.
Mak nyunggok geluk. ―Pasti Sayang, gatta pah
pedom tagan geluk Munyai,‖ timbal Mak ni Laila penuh
perhatian.
Pujama pusauan alun anjak Mak ni, Laila laju lak
alun pedom.
***
|
Rani iji nikahan Saroh, kidang sayangni Laila pagun
maring, liman sina ngerikkol lemoh di unggak kasor.
―Agui, badanmu demam, Laila.‖ Ibu cawa suwa
musau kedak rik badan Laila sai gelegosan. Ibu Laila laju
geluk nyiapko ubat guwai nurunko panas rik ngompres
kedak anakni.
―Ibu pusok yu, mangi Laila dacok geluk nginum
ubat,‖ hani Mak alun suwa musokko sanga sesut bubor
handop rik bangik. Kidang, hanekan sai sedop sina terasa
tawar di ma Laila.
Pengaruh nginum ubat ngeguwai Laila tepedom
serebok. Iya nginongan ghik nahan rasa sakik di hulu rik
seunyin badanni, Laila nyuba minjak anjak ranjangni rik
lak alun makai kawai biru sai kak tegattung sikop di
baling rangok.
Seradu besitok cutik, Laila laju geluk lapah mit
gerok nikahan Saroh mak nangguh lagi jama Mak ni.
Laila yakin, Mak ni mak ngizinkonni lapah ki iya ngejuk
pandai Mak ni.
―Agui, mulai luwah hiting bayu,‖ ribol Laila suwa
musau kedakni sai penuh hiting. Iya laju ngeribol,‖ Nyak
harus kuat, Nyak mak haga ngecewako Saroh ulih mak
ratong di nikanni.‖
Tigoh di gerok Saroh, Laila beusaha kenahan waya
rik mak kenahan maring.
―Laila, ram pattun pah!‖ ajak Saroh, si maju.
―Ayuk!‖ Laila nimbal, kidang hatini ragu cutik.
Sejujorni, rasa sakik mak beradu kerasa di hulu rik unyin
|
badanni, kidang iya munih mak tega guwai nulak ajakan
kacca rakotni.
Mulailah tiyan bupattun, megung mik sai kak
bepindah-pindah pungu rik tantuni bagian unggakni kak
kena banguk ulun nayah sai makaini selama bebulan-
bulan, bahkan betahun-tahun munnini mak tebersihko.
Kidang, Laila mak sadar hal sina, iya angkah ngerasa
bupattun makai masker dapok ngeguwaini jadi hitingan
rik sesok.
Mak tigoh rua menit, dada Laila nambah sesok rik
hengasni jadi cengap-cengip. Iya ngerasa mak dapok
behengas, mak munni badanni laju rubuh di unggak
panggung. Laila tepattos rik sengelop.
―Aaaa, tolong! Wat sai sengelop!‖
Unyin rituk, gerok nikahan sai awalni damai jadi
rituk. Sebagian mit arah panggung guwai nulung Laila
atawa sejar haga pandai api si terjadi, Sebagian lagi
besiyop-siyop rituk.
Begeluk, Ruslan si gemul rik ditulung panitia
barihni begeluk nurunko Laila anjak panggung. Tiyang
naban Laila rik ngepikkoni sementara di unggak pepira
keresi temui sai tijejerko.
―Tulung laju diusung mit rumah sakit, Pak.‖ Hani
Saroh suwa miwang ngebisok-bisok.
―Hubungi Pak Kuda poni, geluk!‖ timbal sai barih rik
nada water.
Tigoh di rumah sakit, Laila geluk dilaratko mit
UGD. Gehina ngenah kondisini, pihak rumah sakit laju
ngerasa perlu ngelakuko SWAB guwai mastiko penyakik
|
sai dirasa pasien. Mak munni, hasil SWAB Laila laju
luwah rik nyatako liman temeranjak sina kak positif kena
Covid-19 varian Omicron rik laju diusung mit ruang
isolasi.
Kabar duka tentang Laila sai positif Omicron rik
gatta wat di ruang isolasi munih geluk nyebar di rani sina
munih. Mak ni Laila sai yakin anakni pagun istirahat
dilom kamar, laju nekerik rik laju larat mit rumah sakit
segina nengis kabar sina. Bunyi jimpang kukutni ngeguai
jerinjing, ngeguccang hati unyin bunda Pullan.
***
Di ruang isolasi, Laila lak alun nginongan. Suwa
biyak, matani ngebuka rik ngicop alun.
―Nyak di dipa?‖ lulih Laila bingung rik bunyi parau
rik lemoh.
―Niku di ruang isolasi rumah sakit.‖ Timbal perawat
sai kenahan makai protocol Kesehatan lengkap.
―Isolasi? Kan, ikam Cuma panas ngison biasa, ulah
api ikam musti wat di ruang isolasi?‖ Laila ngerutko
kedakni.
Hasil SWAB nyatako niku positif Omicron rik gejala
sai niku rasa sesuai jama ciri-ciri penderita virus Omicron,
yakni panas ngison, sakik hulu, mehiyok, bittok, sendini
sakik, rik hengas sesok .‖ Perawat sina ngejelasko tijang
nihan.
Laila tehanjong. Delom hati, iya ngiyuko unyin ciri-
ciri sai sangun kak iya rasa selama iji. Kidang, iya pagun
mak neduh bahwa dirini kak kena virus Omicron.
|
―Gatta nginum jus jakkul handak, yuu.‖ Ajak
perawat suwa ngebattu Laila mejong.
Semakkung turui luwot, Laila beusaha ngingok-
ingok kejadian api sai ngemukkinko dapok jadi pemicu
utama dirini tepalik virus Omicron.
Iya ngerasa selama iji kak naati protokol Kesehatan
jama rajin makai masker, ngebasuh belalai semakkung
mengan, rik ngebatosi diri jama jarang lelapahan,
nguppul, rik ngemumut. Kecuali pepira rani ini waktu iya
ngebattu jadi panitia di nikahan Baron rik tappil bupattun
di unggak panggung.
―Aah, mik.‖ ribol Laila jama mata kebukak balak,
keingok jama barang sai dipakaini selama bupattun mak
makai masker.
Laila nepuk dirini alun, ngerasa gunjor. Iya lalai rik
mak ngingok bahwa mik sina kak dipakai nayah ulun rik
suwa santaini iya ngelepas masker selama ngegunako mik
sina. Ditambah, iya gegohni lagi dilom kondisi sai mak
cukup sehat di nikahan Baron hinggani lebih mudah
teserang virus.
―Iji wat kiriman buah anjak miyanak Baron rik
parsel ruti anjak miyanak Saroh.‖ Perawat mutukko
lamunan Laila.
―Nerima kasih, suster.‖ Hani Laila terharu ngenah
sekeranjang macom-macom buah seger rik parsel sai ngisi
pepira macom ruti kegeringanni.
***
Di luah kuta kawak rumah sakit, kak nunggu pepira
miyanak pasien isolasi. Pudak Bahagia cappor water
|
bejamuk di baling masker rapot tiyan. Sai-sai pasien
isolasi nuju ruang kebukak pok bekerang pasien sekaligus
ruang kunjungan jarak jawoh guwai miyanak pasien.
Miyanak Laila jadi salah sai miyanak pasien sai
ratong bekunjung di rani sina. Di antara anggota miyanak
Laila sai ratong, rupani wat Aini si kera sikop, salah sai
kacca rakotni nutuk ratong.
Kenahan jak kejawohan, hulun tuha rik kakak Laila
ngelambai-lambaiko belalaini nyapa ya. Tiyan ngusung
nayah nyiwi ngura guwai seunyin penghuni ruang isolasi.
Sai kucing, salah sai perawat di rumah sakit sina,
ratong ngeridiki ya jama ngusung sai nyiwi ngura sai kak
dibelah rik dikeni sedotan. Laila laju nyerilang sunyin
pasien di ridikni sai gatta lagi nikmati nyiwi sina.
Laila nginum nyiwi sina, kidang ma ni ngerasako hal
sai aneh. Mak gegoh rasa buah nyiwi sai biasani.
―cak, rasani sumang, Sus?‖ lulih Laila heran.
―Iyu, sumang ulih dicappor jama limau lemon rik
uyah cutik.‖ Perawat sina ngejelasko.
―Iji salah sai ubat ngemunyaiko yu, Sus?‖ lulih Laila
mastiko.
―Temon nihan. Semangat, yu, patuhi unyin atoran
Kesehatan gehina munih kanikan rik inuman tagan geluk
Munyai.‖ Cawa perawat sina alun.
―Asiyapp!‖ Timbal Laila semangat.
Suwa bekerang, Laila mutorko matani ngeliyak
taman mini pok iya jama pasien barihni bekerang. Iya
tesadar, Tiyan iyulah tetanggani rik pepira jelema sai wat
|
di gerok Baron rik Saroh. Ah, mukkinkah tiyan munih
tepalik Omicron gegoh dirini?
Jama jarak sai saling bejawohan, tiyan saling nyapa
najin angkah jama nyunggok, lambaian pungu, rik Bahasa
isyarat badan sai barih. Laila laju nutuk ngelambaiko
belalaini jama tiyan. Gajah sina buharop, dirini jama
tetangga-tetanggani geluk Munyai anjak virus Omicron,
iya temon mak haga munni-munni wat di rumah sakit.
***
Seradu pak belas rani dirawat di rumah sakit, Laila
akhirni dinyatako Munyai rik dacok mulang luwot mit
mahhanni jama catatan tetop musti matuhi atoran
Kesehatan.
―Dang dijuk Kindur!‖ hani dokter begurau.
―Musti waspada rik lawan terus, ram mak dijuk
lingah jama segala virus sai nambah nganak metak.‖
Timbal perawat sai nutuk ngingokko jama nada begurau.
―Iyu, siap!‖ timbal unyin pasien bebarongan.
―Dang muloh mit dija lagi, yu?‖ hani satpam begurau
suwa ngebukak rangok kaca rumah sakit.
Laila laju luwah anjak rumah sakit jama perasaan
lega. Laila jadi keingok jama umungan Bima Badak
satpam rumah sakit.Badak sina nyawako,‖ selama wat
keurikan, mula virus sina tetop ngedok. Iya terus
beinovasi rik jadi lebih kuat. Kidang ram mak perlu water,
ram angkah perlu patuhi rik dang lekot abaiko protocol
Kesehatan. Sumang jak disan harus konsumsi kanikan sai
begizi seimbang, ram munih perlu nyeimbangko jatah
|
waktu ram guwai kereja, istirahat, rik olahraga.‖Laila
geluk nyunggok rik ngeribol.
―Yup! Insyaallah virus mak dacok bekuasa rik dunia
munih dacok terus ngumbang.‖
***
-TAMAT-
|
|
1
Minyak Aini
ntre! Ayo, antre!‖ suara Pak Singa memecah
hiruk pikuk kerumunan. ―Antre yang benar,
ya?
Lurus!‖
sambungnya
berwibawa,
―Jangan lupa memakai masker dan membawa kupon!‖
Kalimat itu sontak menyiutkan langkahku. Ah,
aku lupa membawa kupon dan tidak memakai masker.
Aku segera berlari menuju rumah yang terletak di
gang kecil, tidak jauh dari tempat antrean.
Aku memasuki rumah dengan langkah perlahan,
berusaha
tidak
membangunkan
ibu.
Mataku
menjelajahi isi ruangan. Aku berusaha mencari
barang tujuanku. Tak lama, mataku menangkap
selembar kertas kecil yang terselip di jari ibu.
―Pasti ini kupon,‖ batinku berucap. Dengan hati-
hati tangan kananku bergerak mengambilnya dari
celah jari-jari ibu. Bersamaan dengan itu, tangan
kiriku menyambar masker yang terletak di meja.
Setelah itu, aku segera keluar rumah dan berlari
kembali ke alun-alun.
―Jangan dorong-dorong, dong!‖ Zahro, si kelinci
kecil, berteriak histeris. Punggungnya tampak lecet
karena terkena tanduk Baron, sapi jantan yang berada
di belakangnya.
―A
|
Antrean perlahan-lahan mulai mengular ke
pinggir jalan. Aku ikut di barisan ibu-ibu yang
bertubuh gempal dan berbelalai panjang. Aku terjepit
di antara Uwak Maryam dan anaknya, Saroh. Mereka
adalah tetanggaku yang hari ini terasa seperti asing.
Saat mata kami tidak sengaja berpandangan, aku
sambut mereka dengan senyum termanisku. Akan
tetapi, senyuman itu hanya dibalas dengan sorotan
tajam dan kibasan belalai mereka.
Aku pun melupakan kejadian itu dan hanya
berfokus pada antrean. Tak terasa, aku sudah
semakin dekat dengan posisi paling depan. Terbayang
gurihnya
tempe
digoreng
renyah
dengan
menggunakan minyak kelapa sawit dan digeprek
langsung pada cobek yang berisi sambal terasi.
Membayangkannya saja sudah membuat air liurku
sedikit menetes.
Tiba-tiba Uwak Maryam menyambar kupon dari
tanganku dengan menggunakan belalainya yang
sudah terulur.
―Kamu, kan, monyet. Jadi, kamu tidak butuh
minyak. Cukup pisang setandan untuk seminggu,‖
ujarnya sinis.
―Jangan,
Wak!‖
sahutku
memelas
sambil
memeluk kaki besarnya.
Uwak Maryam bergeming. Dia dengan mudah
menyingkirkan
tubuh
ringkihku
yang
memeluk
kakinya. Bahkan, hanya terkena goyangan kasar
kakinya, aku pun sudah terpental.
|
Untung saja aku terpental ke rerumputan tinggi
sehingga badanku tidak terlalu sakit. Dari jarak yang
tidak terlalu jauh, aku melihat Uwak Maryam
sudah mendapatkan jatah minyakku. Saroh kemudian
mendekapnya dengan menggunakan belalainya.
(Rencana lembar ilustrasi)
masker
1
|
Mereka pun meninggalkanku yang terguguk di bawah
pohon meratapi nasib.
Pupus sudah harapanku untuk makan malam
dengan lauk tempe goreng geprek kegemaran kami
sekeluarga. Apa yang harus kusampaikan kepada ibu?
Tak mungkin aku bercerita dengan jujur tentang
perlakuan Uwak Maryam hari ini. Aku tak ingin ibu
yang sedang hamil besar menjadi sedih. Aku juga tak
ingin kakak dan bapakku menjadi marah atau ribut
dengan tetangga hanya karena minyak.
―Ah, tidak. Aku bilang saja minyaknya habis,‖
tekad batinku mantap. Aku berusaha mengusir rasa
jengkel dan sedih yang bergejolak di hatiku.
***
―Assalamualaikum,‖ salamku lirih.
―Waalaikumsalam, Nak,‖ sahut ibu.
―Maaf, minyaknya habis, Bu,‖ ujarku lirih
dengan wajah tertunduk. Rasa kecewa jelas tampak di
wajah pucat ibu, tetapi tetap ada senyum yang
menenangkanku.
―Tidak apa-apa, Sayang. Kita buat sendiri saja
minyaknya,‖ ucap ibu bersemangat.
Aku menaikkan alis, bingung, ―Dari apa, Bu?‖
―Dari buah kelapa,‖ jawab ibu.
Aku
mengikuti
ibu
ke
dapur.
Mataku
menemukan sekitar sepuluh butir kelapa yang
|
tergeletak di bawah meja kompor. Dengan cekatan, ibu
mulai mengupas kulit kelapa meskipun terlihat sedikit
susah payah karena perut besarnya. Aku pun segera
membantunya dengan melepaskan serabut kelapa
dengan menggunakan gigi bajaku.
Tanganku pun dengan cekatan melepaskan
batok kelapa dan segera memarutnya. Ibu lalu
menyuruhku untuk memeras kelapa parut dan
mengambil santan kentalnya. Sementara itu, ibu
mulai menyalakan tungku di belakang rumah. Asap
dari kayu bakar menyerbakkan aroma khas, aroma
yang membangkitkan semangatku.
Kuali besar kini sudah dipenuhi santan. Dengan
semangat, aku terus mengaduknya. Perlahan tapi
pasti,
santan
tersebut
mulai
menyusut
dan
membentuk gumpalan halus. Beberapa saat kemudian
muncul genangan mengkilat di atas permukaan
santan yang menggumpal.
―Bu, minyaknya terlihat, Bu!‖ teriakku senang.
―Alhamdulillah!‖ ibu ikut berseru girang.
Sedikit demi sedikit, minyak kelapa beraroma
harum itu berpindah ke dalam mangkuk.
Namun, kesenangan itu tak bertahan lama. Tiba-
tiba tenda tempat kami memasak santan terasa
bergoyang. Derap langkah berat terdengar mendekat
dengan tergesa-gesa.
―Wah, wangi sekali. Kalian sedang membuat
apa?‖ tanya Uwak Maryam terengah-engah.
|
―Minyak kelapa, Wak!‖ jawab ibu dengan
bersemangat.
―Hah, ternyata kelapa bisa dibuat menjadi
minyak, ya?‖ tanya Uwak Maryam heran sekaligus
penasaran.
―Aku minta, ya?‖ pintanya dengan raut memelas.
Deg. Gulatan kesal yang tadi tertimbun dalam
hatiku
kini
kembali
bergejolak.
Aku
terdiam.
Terbayang perlakuan buruknya padaku beberapa jam
yang lalu. Akan tetapi, kini? Seenaknya dia meminta-
minta tanpa merasa malu.
Namun, ibu tentu tidak tahu kejadian tadi.
Beliau mengangguk santai. ―Boleh,‖ jawabnya.
―Tunggu sebentar, ya, Wak. Kalau sudah selesai,
sekalian nanti aku beri ampas manis blondo-nya,‖ ujar
ibu ramah.
Rasanya
sangat
menjengkelkan
saat
aku
membayangkan mereka mendapatkan yang telah
kami buat. Namun, aku tetap tidak mau ibu
mengetahui kejadian tadi. Aku khawatir ibu naik
pitam dan akhirnya dapat memengaruhi kondisi
kehamilannya. Aku pun hanya mengusir kekesalan
dengan meredamnya seorang diri.
***
Senja yang merayap menjadi gelap diiringi
kumandang
azan
magrib
dan
menyusutkan
|
langkah untuk tetap di dalam rumah. Malam pun
merambat dengan cepat.
―Tok-tok-tok!‖
Pintu
diketuk
dengan
keras,
memecah
keheningan malam. Aku dan ibu berpandangan,
memperkirakan siapa yang datang. Biasanya, jika
bapak yang mengetuk, suaranya tidak akan
sekeras itu.
―Assalamualaikum!‖ suara berat yang sangat
kukenal mengiringi ketukan pintu.
―Waalaikumsalam!‖jawab
aku
dan
ibu
bersamaan. Aku beranjak membuka pintu. Belalai
panjang yang terulur sambil membawa piring
berisi kue yang mengepul menyambutku. Uwak
Maryam berdiri di depan pintu dengan senyum
yang sedikit kikuk.
Aku membalas senyumnya dengan sedikit
terpaksa.
Walaupun
aku
sudah
berusaha
melupakan kejadian tadi siang, sejujurnya masih
tersisa rasa kesal padanya.
―Ini kue godo pisang campur blondo minyak
untuk kalian sekeluarga,‖ ucap Uwak Maryam.
Aku mengangguk, lalu menyahut, ―terima
kasih, Wak!‖
Sejenak
hening
menyelimuti
kami
berdua.
Sepertinya
Uwak
Maryam
ingin
menyampaikan
|
sesuatu, tetapi entah apa yang membuatnya tampak
ragu.
―Mmm, begini, Nak Aini. Uwak ingin minta maaf
terkait kejadian tadi siang, Uwak dengan seenaknya
mengambil kuponmu, meremehkanmu, dan menyakiti
perasaanmu. Padahal, Uwak sudah tua begini. Akan
tetapi, kelakuan Uwak malah buruk sekali kepada
anak muda sepertimu. Sikap Uwak benar-benar tidak
mencerminkan orang dewasa. Uwak sangat menyesal
dan malu.‖ ucap Uwak Maryam pelan.
―Terima kasih, Wak! Uwak sudah melepas ego
dan mau meminta maaf pada monyet kecil sepertiku.
Mendengarnya, hatiku menjadi lebih tenang.‖
Kami pun saling tersenyum tanpa menyadari
kehadiran bapak yang sudah pulang kerja dan kini
berdiri di belakang Uwak Maryam.
―Terima kasih kuenya, kawan. Semoga anakmu
lekas mendapat jodoh,‖ kata bapak sambil mencomot
kue godo pisang. Namun, sebelum bapak menyentuh
kue itu, tanpa disadari tangan ibu sudah menepis
pelan tangan bapak dan mengingatkan untuk mencuci
tangan terlebih dahulu.
Uwak Maryam pun tertawa kecil. ―Aamiin!‖
ucapnya.
―O, iya, Aini. Besok kita buat minyak lagi, ya?‖
pinta Uwak Maryam kepadaku.
―Boleh, Uwak!‖ ucapku bersemangat.
|
Dari dalam rumah, bapak yang telah mencuci
tangan dan kini sedang mengunyah kue pemberian
Uwak Maryam pun menyeletuk, ―Besok sebelum
berangkat kerja, Bapak akan mengambil buah kelapa
yang banyak.‖
Aku tersenyum sumringah mendengar janji
bapak.
―Omong-omong, kue ini enak. Apa namanya?‖
tanya bapak.
―Namanya godo mix bloncron,‖ cetusku cepat.
―Artinya?‖ tanya ibu dari dalam rumah.
―Godo pisang dicampur blondo minyak zaman
Omicron!‖ jawabku penuh semangat.
Sontak saja semua tertawa riang. Uwak Maryam
pamit pulang. Rasa kantuk dan bahagia membuat
kami cepat terlelap di pulau kapuk.
***
Azan subuh membangunkanku. Suara dentuman
benda jatuh bertubi-tubi memaksaku untuk keluar
rumah.
―Wah, banyak sekali kelapanya, Pak!‖ kataku
kepada seekor gajah tambun, suami Uwak Maryam.
―Iya, bapakmu pintar memilih kelapa tua,‖ ujar
Pak Darsa. Belalainya terjulur ke atas untuk
membantu bapak memanjat kelapa.
|
―Pelepah daun kelapa itu untuk apa, Pak?‖
tanyaku kepada bapak yang baru turun dari pohon
kelapa.
―Untuk dibuat sapu. Lumayan kalau dijual biar
uang jajanmu bertambah,‖ jawab bapak. ―Batang
kelapa yang sudah terlalu tinggi juga bisa ditebang
dan dibelah, lalu papannya bisa dibuat tempat
menyimpan makanan,‖ lanjutnya.
Aku mengangguk senang. Namun, aku merasa
malu karena selama ini tidak menyadari banyaknya
karunia Allah di sekitarku yang belum dimanfaatkan
secara maksimal.
***
Kabar mengenai produksi minyak kelapa yang
digawangi oleh keluargaku dan dibantu keluarga
Uwak Maryam rupanya sudah menyebar ke seantero
hutan.
Bahkan, sesepuh hutan mendatangi rumahku.
Beliau menawari kami untuk mendirikan bisnis
minyak
kelapa
yang
nantinya
bisa
membantu
menaikkan perekonomian warga di hutan ini.
Setelah menyelesaikan tugas sekolahku, aku pun
lekas meniti jembatan menuju kebun impian. Di kebun
inilah kami menanam pohon kelapa.
―Aini, sini!‖ teriak Saroh, Baron, dan Zahro
bersamaan. Mereka melambaikan tangan ke arahku.
Tak jauh dari sana, Uwak Maryam tersenyum sambil
mengaduk panci besar yang berisi santan.
|
―Aku dan Zahro merasa penasaran dengan
produksi minyak kelapa yang dari kemarin menjadi
topik hangat. Akhirnya, kami memutuskan untuk ikut
membantu kamu,‖ ucap Baron, si sapi yang pernah
bertengkar dengan kelinci yang kini berdiri di
sampingnya.
―Kami juga siap membantu untuk membuat sapu
yang kata Pak Darsa akan kamu jual juga,‖ tambah
Zahro, si kelinci.
―Ah, terima kasih!‖ Aku terenyuh. Hatiku
merasa hangat dan amat terharu. Rupanya begitu
banyak teman baik di sekitarku.
Siang itu rasanya lebih bercahaya dan cerah.
Aku membayangkan rupiah hasil keringat sendiri.
Indahnya.
***
|
2
Sepotong Maaf
ujan lebat disertai angin kencang memaksa
satu batang pohon kelapa tua tumbang.
―Krak! Bruk!‖ Pohon itu menimpa rumah
penguasa lembah.
―Auuummm, Aduh! Auummm, Tolong!‖
―Aummm! Tolong!‖ suara itu terdengar lagi.
Akan tetapi, suaranya terdengar lebih parau dan
terasa menyakitkan.
Iqbal, seekor beruang madu besar, tergopoh-
gopoh mendatangi sumber suara. Ia mendapati
Burhan, si singa penguasa lembah, sedang menyeret
kakinya yang bersimbah darah dan tampaknya patah.
Singa yang biasanya selalu gagah itu kini bersusah
payah keluar dari reruntuhan rumah dengan wajah
meringis kesakitan.
―Tolong,‖ suara Burhan kian parau dan lemah.
Singa itu pun akhirnya terjatuh dan pingsan.
―Tolong!‖ teriak Iqbal meminta bantuan. Dia
tidak bisa menggotong singa itu sendirian untuk
menuruni lembah menuju rumah sakit terdekat.
Beberapa hewan pun tergesa-gesa menghampiri
mereka, termasuk seekor kuda poni dan anjing yang
H
|
berprofesi sebagai pemilik Delman Express. Turut
pula anjing pintar yang berprofesi sebagai dokter.
Anjing
pintar
tersebut
bergegas
melakukan
pertolongan
pertama
untuk
menghentikan
pendarahan,
sedangkan
si
Kuda
Poni
segera
menyiapkan kendaraan.
***
Suasana di hutan kecil sekitar lembah pagi itu
menjadi heboh. Rumah raja hutan, Burhan, hancur
tertimpa pohon kelapa dan kaki singa yang gagah
perkasa itu patah.
Ibnu, monyet pemilik kebun kelapa, merasa
bertanggung jawab. Ia dibantu Pak Darsa, gajah yang
berwibawa, dan hewan lainnya berusaha memperbaiki
rumah Burhan. Mereka membelah pohon kelapa
untuk dijadikan papan pengganti dinding rumah yang
hancur.
Di antara semua hewan yang tengah sibuk
bergotong-royong, tampak Ibnu, si monyet pemilik
kebun, mondar-mandir dengan gelisah.
―Ada apa, Pak?‖ tanya Baron, si sapi jantan.
―Tidak apa-apa. Saya hanya khawatir,‖ jawab
Ibnu lirih. Dia pun melanjutkan, ―Sebenarnya saya
takut Burhan marah besar karena pohon kelapa saya
menimpa rumahnya.‖
―Kalau mendengar kabar dari Iqbal, sampai saat
ini Burhan belum siuman,‖ ujar Baron.
|
(Rencana lembar ilustrasi)
pelukan
2
|
―Ya, Allah! Bagaimana ini?‖ Ibnu kian panik.
―Sebaiknya Bapak lekas meminta maaf. Bapak
jenguk juga beliau yang saat ini terbaring di rumah
sakit,‖ saran Baron berhati-hati.
―Iya, saya memang berniat meminta maaf
setelah dia siuman. Hanya saja, saya terlalu takut
menghadapi
amarahnya.‖
Ibnu
mengembuskan
napasnya dengan berat.
***
Di rumah sakit, Burhan mulai tersadar.
―Siapa pemilik pohon kelapa itu?‖ tanya Burhan
menahan
geram.
―Beraninya
dia
membuatku
menderita
rasa
sakit
ini
dan
menghancurkan
rumahku.‖
―I, Ibnu,‖ jawab Iqbal takut.
―Kurang ajar! Di mana dia sekarang?‖ geram
Burhan. Dia pun melanjutkan dengan wajah yang
seperti
sedang
mendidih,
―Akan
kupatahkan
lehernya!‖
Iqbal, si beruang, pun membisu. Dia takut
situasi semakin tak terkendali.
―Di mana dia? Aummm!‖ Burhan mengaum
kencang. Ranjang rumah sakit pun ikut bergetar
menahan gerak tak beraturan Burhan.
Dalam situasi panas itu, Ibnu yang tidak tahu-
menahu mengenai Burhan yang sedang naik pitam
|
telah tiba di depan pintu ruang rawat inap rumah
sakit.
―Assalamualaikum!‖ sapa Ibnu ramah.
Senyum
Ibnu
sekejap
menghilang
tatkala
melihat ekspresi Burhan yang tampak sangat marah.
―Aummm!
Ke
sini,
kamu!‖
Burhan
memanggilnya dengan kasar sambil berusaha berdiri.
Tangannya berhasil menggapai tubuh kecil Ibnu.
―Akan kubunuh dan kukoyak tubuh ringkihmu
ini dengan gigiku! Dasar monyet!‖
Dengan kukunya yang tajam dan besar-besar,
Burhan hendak mencakar monyet ringkih itu. Namun,
karena kondisi tubuhnya yang belum lama terbangun
dari pingsan dan rasa sakit yang berasal dari kakinya,
Burhan pun linglung. Keseimbangannya menjadi
goyah.
Sebelum
dia
terjatuh,
kukunya
sempat
menggores lengan Ibnu.
―Arghh! Aummmm!‖ suara Burhan menggelegar,
tetapi suara itu lebih terdengar seperti lolongan yang
memilukan.
Singa perkasa itu pun kembali pingsan. Petugas
rumah sakit segera meminta Ibnu untuk keluar. Dia
lekas mengobati Burhan untuk memberikan tindakan
khusus pada singa itu.
***
|
(Rencana lembar ilustrasi)
dugan
3
|
Berita mengamuknya Burhan di rumah sakit
menjadi topik hangat hari ini. Kejadian di ruang rawat
inap itu menghadirkan rasa ngeri, khususnya di hati
Ibnu yang menjadi target kemarahan Burhan. Ia
merasa sangat bersalah atas musibah yang terjadi
walaupun sesungguhnya itu semua sudah kehendak
dari alam semesta.
Dia memang pemilik kebun itu, tetapi bukan dia yang
merobohkan pohon kelapa dan membuat situasi
menjadi pelik seperti ini.
Setelah
pulang
dari
rumah
sakit,
Iqbal
mengumpulkan
warga
hutan
kecil
untuk
bermusyawarah mengatasi masalah yang terjadi.
Mereka tidak lupa memakai masker dan menjaga
jarak karena pandemi belum sepenuhnya mereda.
Sebagai
wakil
penanggung
jawab
renovasi
rumah, Darsa melaporkan bahwa perbaikan sudah
mencapai
enam
puluh
persen.
Mereka
akan
melanjutkannya besok. Musyawarah berpusat pada
upaya yang tepat untuk meredakan kemarahan si
penguasa hutan lembah. Seekor kucing belang tiga
pun maju untuk menyampaikan usulannya.
―Saya psikolog. Saya akan mencoba untuk
menenangkan Pak Burhan.‖ Ucapannya tampak
berwibawa.
―Silakan, Pak! Semoga berhasil,‖ Iqbal memberi
dukungan.
Malam
kian
larut.
Makan
malam
pun
dihidangkan untuk para peserta rapat dengan menu
|
utama gulai taboh kabing nyiwi. Semua peserta rapat
segera menikmati hidangan lezat itu, tetapi tanpa
canda tawa seperti biasanya. Rupanya mereka ibarat
satu tubuh. Sakit yang dialami oleh satu organ, ikut
dirasakan oleh seluruh tubuh.
***
Azan subuh berkumandang, menghalau kantuk
di netra yang terpejam. Jamaah musala hutan kecil
serentak menadahkan tangan. Mereka memohon
kesembuhan untuk Burhan dan berharap ketenangan
kembali menyelimuti hutan kecil tersebut.
Dengan langkah percaya diri, Baba, si kucing
belang tiga, memasuki ruang rawat inap Burhan
dengan menenteng sarapan istimewa, yaitu ikan
bakar. Aromanya membangkitkan senyum di wajah
pucat pasien.
―Terima kasih, Baba! Ikan bakarnya sangat
lezat,‖
ucap
Burhan
di
sela-sela
kegiatan
mengunyahnya.
―Alhamdulillah, Pak! Omong-omong, itu kiriman
dari Aini, anak Pak Ibnu,‖ sahut Baba sambil
tersenyum.
Sang penguasa lembah hutan itu terdiam. Entah
kehabisan energi marah atau dirinya sedikit terenyuh
dengan perlakuan yang baru saja diterimanya dari
keluarga Ibnu.
Kevakuman suara itu dimanfaatkan Baba untuk
memasukkan nasihat supaya Burhan tidak lagi
|
menyalahkan Ibnu atas musibah ini. Suara Baba yang
berwibawa disertai pijatan lembut dari kucing belang
tiga
itu
perlahan
menenangkan
Burhan.
Ia
mengangguk sebagai persetujuan atas kalimat yang
diucapkan Baba meskipun sejujurnya hati kecilnya
masih merasa kesal. Terlebih lagi saat ia melihat
kakinya yang menjadi lemah tak berdaya karena
sempat patah.
***
Seminggu berlalu, Burhan telah cukup sehat
untuk pulang dari rumah sakit. Walaupun kakinya
masih pincang dan ia tidak bisa lagi melakukan
pekerjaan berat, setidaknya dia bisa menggunakan
kakinya kembali untuk beraktivitas sehari-hari.
Penguasa hutan lembah itu sempat terpukau
melihat rumahnya yang tampak baru dan lebih indah
setelah direnovasi. Selama perjalanan pulang, Baba
sempat memberi tahu bahwa renovasi rumahnya
adalah ide dan bentuk tanggung jawab dari Ibnu atas
musibah yang menimpanya. Ketika mengingat hal itu,
Burhan merasa tercekat. Rasa bersalah membanjiri
dirinya. Apalagi, dia sempat melukai monyet itu
dengan perkataan dan tindakannya.
―Puk!‖
Ada yang menepuk pinggangnya pelan. Burhan
menoleh. Rupanya seekor monyet jantan yang sejak
tadi menjadi sosok yang memenuhi pikirannya.
|
―I, Ibnu!‖ ucap Burhan ragu. Saat ini singa itu
terlihat ragu, tidak seperti biasanya yang selalu
tampak gagah.
―Tidak apa-apa. Aku senang kamu sudah
kembali dari rumah sakit dan bisa beraktivitas lagi,‖
sahut Ibnu dengan senyum mengembang.
Burhan terdiam. Saat ini rasanya ia begitu malu.
Harga dirinya yang selalu tinggi itu kini menciut.
Rasa bersalah menjalar memenuhi sekujur tubuhnya.
―Maaf.‖ Akhirnya kata itu keluar dari mulutnya.
Burhan melanjutkannya sambil menunduk, ―Maaf,
saya sudah mencelakaimu, padahal kamu sudah
bertanggung jawab memperbaiki rumahku. Kamu
bahkan tidak merasa kesal setelah apa yang aku
perbuat padamu.‖
Senyum Ibnu semakin mengembang. ―Tidak apa-
apa. Memperbaiki rumahmu itu tugasku. Aku juga
meminta maaf karena telah melukai kakimu, Kawan!
Seharusnya aku segera menebang setiap pohon kelapa
yang sudah sangat tinggi sehingga peristiwa ini tidak
terjadi.‖
Mereka berpelukan.
Berita tentang penguasa hutan lembah yang
telah berdamai dengan monyet, si pemilik kebun,
secepat kilat menyebar. Kabar itu menghadirkan rasa
bahagia yang menyelimuti seluruh hewan yang tinggal
di hutan kecil tersebut.
|
Ah, sepotong maaf begitu mampu menautkan
kembali dua hati yang terbelah, mendendangkan
perdamaian untuk jiwa yang terluka.
***
|
3
Jangan Kasih Kendur
ermisi,
ada
undangan!‖
sayup-sayup
terdengar seruan dari pekarangan rumah.
―Iya, sebentar,‖ sahut Laila, si gajah cantik,
sembari membuka pintu.
―Aaa, minggu depan Saroh menikah!‖ seru Laila
usai mengintip nama mempelai yang tertera di kertas
undangan. Dia pun berbisik dalam hati, ―Ah, tentu
saja aku harus tampil spesial dan menyanyikan lagu
kenangan di pesta Saroh.‖
Dia lekas menutup pintu sembari mendekap
undangan dari sahabatnya itu. Namun, sebelum pintu
benar-benar tertutup, terdengar ucapan salam yang
sontak
menghentikan
gerak
belalainya
untuk
menutup pintu.
―Ini undangan pembentukan panitia untuk acara
pernikahan Baron. Kak Laila diharapkan hadir nanti
malam,‖ ucap perwakilan keluarga Baron.
Mata Laila semakin berbinar usai mendengar
kabar bahwa Baron juga akan menikah.
―Alhamdulillah! Akhirnya, sudah sampai jodoh
Baron,‖ ujar Laila dengan senyum mengembang.
―P
|
Setelah pengirim undangan pergi, Laila langsung
menuju kamar. Dia membuka lemari bajunya untuk
mempersiapkan pakaian yang cocok dipakai pada saat
menghadiri pesta pernikahan dua sahabatnya.
―Sebagai panitia di pernikahan Baron, sebaiknya
aku menggunakan kain tapis dan kebaya merah muda
ini saja,‖ gumam Laila sambil memilah-milah koleksi
baju pesta miliknya. ―Nah, di pernikahan Saroh, aku
ingin memakai gaun biru ini. Tampaknya akan
membuatku terlihat lebih imut.‖
***
Suasana damai dan bahagia tampak terpancar
dari wajah semua tetangga yang ikut membantu
mempersiapkan
pernikahan
Baron
yang
akan
dilaksanakan pada Sabtu. Canda tawa mengiringi
kegiatan memasak yang dilakukan di dapur belakang.
Dengan diselingi makan bersama yang bermenukan
seruit, tempoyak, ikan bakar, dan lalap hijau, acara
persiapan pernikahan selalu terasa spesial.
Hari bahagia itu pun telah tiba. Pengantin
bersanding dengan wajah sumringah di pelaminan
yang megah berbentuk siger. Sebagai salah satu
panitia penerima tamu, Laila kerap menangkupkan
belalainya di dada dan menunduk sebagai pengganti
bersalaman. Karena pandemi yang telah berlangsung
hampir genap dua tahun, setiap kegiatan pernikahan
yang diadakan pun harus selalu mengikuti protokol
kesehatan.
|
―Hadirin
yang
berbahagia,
suara
indah
selanjutnya yang akan menemani kita mencicipi
segala hidangan yang tersedia adalah suara si pemilik
suara emas, Laila!‖ seru pemandu acara yang semakin
memeriahkan pesta pernikahan tersebut.
Laila
tersenyum.
Akhirnya,
kesempatannya
untuk tampil telah tiba. Karena merasa akan pengap
jika menggunakan masker sambil bernyanyi, Laila
pun membuka maskernya sebelum musik mulai
mengiringi penampilannya.
Lagu ‖Sang Bumi Ghuwa Jurai‖ dan ―Tanah
Lado‖ mengalun dengan merdu selama beberapa
menit dan sukses menghibur mempelai beserta para
tamu undangan.
Tak terasa, waktu berputar dengan begitu cepat.
Kini, senja mengiringi para tamu kembali ke rumah
masing-masing. Tak terkecuali Laila. Ia juga segera
kembali ke rumah dengan kondisi tubuh yang sangat
lelah dan kepala terasa sakit.
Biasanya tidur adalah cara terbaik bagi Laila
untuk mengusir penat dan sakit kepala. Akan tetapi,
itu tidak berlaku untuk kali ini. Rasa sakit kepala
Laila kini kian menjadi. Belalainya pun lunglai dan
seluruh persendiannya terasa sakit.
―Minum ini, Laila,‖ ucap ibu Laila sambil
menyodorkan segelas air hangat dan obat sakit kepala.
―Semoga aku bisa segera sembuh, ya, Bu. Besok,
kan, aku harus ke pesta pernikahan Saroh,‖ ujar Laila
penuh harap. Suaranya bergetar dan terdengar lemah.
|
Ibu
mengangguk
cepat.
―Pasti,
Sayang.
Sekarang, ayo, tidur biar cepat sembuh,‖ sahut ibu
Laila penuh perhatian.
Bersama usapan lembut dari ibunya, Laila pun
perlahan tertidur.
***
Hari
ini
pernikahan
Saroh.
Akan
tetapi,
sayangnya, Laila masih sakit. Gajah itu meringkuk
lemah di atas kasur.
―Aduh, badanmu demam, Laila,‖ Ibu berkata
sambil
meraba
kening
dan
tubuh
Laila
yang
menggigil. Ibu Laila pun lekas menyiapkan obat
penurun panas dan mengompres kening anaknya.
―Ibu suapin, ya, biar Laila bisa segera minum
obat,‖ ucap ibu lembut sembari menyodorkan sesendok
bubur hangat dan lezat. Akan tetapi, rasanya hambar
di lidah Laila.
Pengaruh obat membuat Laila tertidur beberapa
saat. Tidak lama dia pun terbangun. Dengan menahan
rasa sakit di kepala dan sekujur tubuhnya, Laila
berusaha bangun dari ranjangnya. Ia perlahan
memakai gaun biru yang telah tergantung dengan
cantik di belakang pintu kamar.
Setelah berdandan tipis, Laila pun segera
berangkat
menuju
ke
pernikahan
Saroh
tanpa
berpamitan dengan ibunya. Laila yakin bahwa ibunya
tidak akan mengizinkannya pergi jika mengetahuinya.
|
―Aduh, mulai keringat dingin,‖ gumam Laila
sambil meraba keningnya. Dia pun berbisik, ―aku
harus kuat. Aku tidak ingin mengecewakan Saroh
karena tidak hadir di pernikahannya.‖
***
Sesampainya di pesta Saroh, Laila berusaha
tampak ceria dan tidak terlihat sakit.
―Laila, kita nyanyi, ya!‖ ajak Saroh, sang
pengantin.
―Ayo!‖ Laila menjawab, tetapi hatinya sedikit
ragu. Sejujurnya, rasa sakit tak henti berpendar di
kepala dan sekujur tubuhnya. Namun, dia pun tak
tega untuk menolak ajakan sahabatnya.
Mulailah mereka bernyanyi sambil memegang
pelantang suara yang sudah berpindah-pindah tangan.
Tentu bagian atas pelantang itu telah mengenai mulut
banyak orang yang memakainya selama berbulan-
bulan. Bahkan, bertahun-tahun lamanya pelantang itu
tak dibersihkan. Namun, Laila tidak menyadari hal
itu. Dia hanya merasa bahwa bernyanyi dengan
mengenakan
masker
akan
membuatnya
kian
berkeringat dan sesak.
Tak sampai dua menit, dada Laila semakin
sesak. Napasnya pun menjadi tersengal-sengal. Dia
merasa sangat sulit bernapas. Seketika tubuhnya pun
ambruk di atas panggung. Laila terjatuh dan pingsan.
―Aaa, tolong! Ada yang pingsan!‖
|
(Rencana lembar ilustrasi)
pesta
4
|
Semua panik. Pesta pernikahan yang pada
awalnya tenang tiba-tiba menjadi ricuh. Sebagian
tamu menuju ke arah panggung untuk menolong Laila
atau sekadar ingin tahu apa yang terjadi. Sebagian
lagi berbisik-bisik riuh.
Dengan sigap, Ruslan, si beruang, dengan
dibantu panitia lainnya bergegas menurunkan Laila
dari panggung.
Mereka membopong Laila dan menempatkannya
sementara
di
atas
beberapa
kursi
tamu
yang
dijejerkan.
―Laila langsung dibawa ke rumah sakit saja,
Pak!‖ ucap Saroh sambil menangis sesenggukan.
―Hubungi Pak Poni Kuda! Cepat!‖ sambung yang
lain dengan khawatir.
Sesampainya di rumah sakit, Laila segera
dilarikan ke UGD. Begitu melihat kondisinya, pihak
rumah sakit pun merasa perlu melakukan SWAB
untuk memastikan penyakit yang diderita Laila. Tak
lama, hasil SWAB pun keluar dan menyatakan bahwa
gajah remaja itu telah positif terkena Covid-19 varian
Omicron. Laila pun langsung dibawa ke ruang isolasi.
Berita duka tentang Laila yang positif terpapar
virus Omicron dan kini berada di ruang isolasi pun
segera menyebar pada hari itu juga. Ibu Laila yang
merasa yakin bahwa anaknya masih beristirahat di
dalam kamar seketika berteriak histeris. Dia langsung
berlari menuju rumah sakit begitu mendengar kabar
|
tersebut.
Derap
langkahnya
menebar
duka,
mengguncang hati para bunda di hutan itu.
***
Di ruang isolasi, Laila perlahan siuman. Dengan
berat, matanya membuka dan mengerjap pelan. ―Aku
di mana?‖ tanya Laila bingung. Suaranya terdengar
parau dan lemah.
―Kamu di ruang isolasi rumah sakit,‖ jawab
perawat
yang
tampak
menggunakan
protokol
kesehatan lengkap.
―Isolasi? Bukankah aku hanya demam biasa?
Mengapa aku harus berada di ruang isolasi?‖ Laila
mengernyitkan keningnya.
―Hasil SWAB menyatakan bahwa kamu positif
terpapar virus Omicron. Gejala yang kamu alami pun
sesuai dengan ciri-ciri penderita virus Omicron, yaitu
demam, sakit kepala, batuk, pilek, persendian sakit,
dan sesak napas.‖ Perawat itu menjelaskannya dengan
detil.
Laila tertegun. Dalam hati, dia mengiyakan
semua ciri-ciri yang memang telah dialaminya selama
ini. Namun, dia masih tidak menyangka bahwa
dirinya telah terkena virus Omicron.
―Sekarang minum jus bawang putih, ya?‖ ajak
perawat sambil membantu Laila duduk.
Sebelum berbaring kembali, Laila berusaha
mengingat-ingat peristiwa apa yang kemungkinan
|
dapat menjadi pemicu utama dirinya terpapar virus
Omicron.
Dia merasa selama ini telah menaati protokol
kesehatan dengan rajin memakai masker, mencuci
belalai sebelum makan, serta membatasi diri dengan
jarang
bepergian,
berkumpul,
dan
berkerumun.
Namun, memang beberapa hari ini dia membantu
menjadi panitia di pernikahan Baron. Dia juga tampil
menyanyi di atas panggung.
―Ah, pelantang suara,‖ gumam Laila dengan
mata terbuka lebar. Ia teringat dengan benda yang
digunakannya selama bernyanyi tanpa memakai
masker.
Laila menepuk dirinya pelan. Ia merasa bodoh.
Dia lalai dan tidak sadar bahwa pelantang itu sudah
dipakai banyak orang. Bahkan, dengan santainya dia
melepas masker selama menggunakan pelantang
tersebut. Selain itu, dia tampaknya sedang dalam
kondisi yang tidak cukup sehat sejak di pernikahan
Baron. Akibatnya, dia lebih mudah terserang virus.
―Ini kiriman buah dari keluarga Baron dan
parsel roti dari keluarga Saroh.‖ Perawat memutus
lamunan Laila.
―Terima kasih, Suster!‖ ucap Laila terharu. Ia
menatap sekeranjang aneka buah segar dan parsel
yang berisi beberapa jenis roti kesukaannya.
***
|
Di luar pagar kawat rumah sakit sudah
menunggu beberapa keluarga pasien yang diisolasi.
Wajah bahagia bercampur cemas tersembunyi di balik
masker rapat mereka. Satu per satu pasien tersebut
menuju ke ruang terbuka tempat berjemur pasien
sekaligus ruang kunjungan jarak jauh bagi keluarga
pasien.
Keluarga Laila menjadi salah satu keluarga
pasien yang datang berkunjung pada hari itu. Di
antara anggota keluarga Laila yang datang, rupanya
ada Aini, si monyet. Salah satu sahabatnya itu ikut
hadir.
Tampak dari kejauhan, orangtua dan kakak
Laila melambai-lambaikan belalai mereka untuk
menyapanya. Mereka membawa banyak kelapa muda
untuk seluruh penghuni ruang isolasi.
Seekor kucing, salah satu perawat di rumah
sakit itu, datang menghampirinya sambil membawa
sebuah kelapa muda yang telah dibelah dan diberi
sedotan. Laila pun melirik para pasien di sekitarnya
yang kini sedang menikmati kelapa tersebut.
Laila menyeruput air kelapa tersebut, tetapi
lidahnya merasakan hal yang aneh. Rasa air kelapa
itu tidak seperti rasa air kelapa pada umumnya.
―Kok, rasanya berbeda, Sus?‖ tanya Laila heran.
―Iya, tentu berbeda. Air kelapa itu sudah
dicampur dengan jeruk lemon dan sedikit garam.‖
Perawat tersebut menjelaskan.
|
―Ini salah satu obatnya, ya, Sus?‖ tanya Laila
memastikan.
―Benar sekali. Semangat, ya? Patuhi semua
peraturan
kesehatan,
termasuk
mengonsumsi
makanan dan minuman biar kamu cepat sembuh!‖
ucap perawat itu lembut.
―Asiyapp!‖ sahut Laila bersemangat.
Sambil berjemur, Laila memendarkan matanya
menelusuri taman mini tempat dia dan pasien lainnya
berjemur.
Dia
tersadar
bahwa
mereka
adalah
tetangganya dan beberapa orang yang berada di pesta
Baron dan Saroh. Ah, mungkinkah mereka juga
terpapar virus Omicron seperti dirinya?
Dengan jarak yang saling berjauhan, mereka
saling menyapa walau hanya dengan anggukan,
lambaian tangan, dan bahasa isyarat tubuh yang lain.
Laila pun ikut melambaikan belalainya kepada
mereka. Gajah itu berharap bahwa dirinya dan
tetangga-tetangganya segera terbebas dari virus
Omicron. Dia sungguh tak ingin berlama-lama berada
di rumah sakit.
***
Setelah empat belas hari dirawat di rumah sakit,
Laila akhirnya dinyatakan sembuh. Ia diperbolehkan
kembali ke rumahnya dengan catatan tetap harus
mematuhi aturan kesehatan.
|
―Jangan kasih kendur!‖ ucap dokter bercanda.
―Harus waspada dan lawan terus. Kita tidak
boleh lengah dengan segala virus yang kian beranak-
pinak,‖ sahut perawat yang ikut mengingatkan
dengan nada bercanda.
―Iya, siap!‖ seru para pasien.
―Jangan kembali ke sini lagi!‖ celetuk satpam
bercanda sambil membuka pintu kaca rumah sakit.
Laila pun keluar dari rumah sakit dengan
perasaan lega. Ia jadi teringat dengan ucapan Bima, si
badak, satpam rumah sakit.
Badak tersebut mengatakan, ―Selama masih ada
kehidupan, maka virus pun akan tetap ada. Dia akan
terus berinovasi dan menjadi lebih kuat. Namun, kita
tidak perlu panik. Kita hanya perlu patuh dan jangan
pernah abaikan protokol kesehatan. Selain harus
mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, kita
perlu menyeimbangkan jatah waktu kita untuk
bekerja, beristirahat, dan berolahraga.‖
Laila mengangguk cepat dan berbisik, ―Yap!
Dengan begitu, insyaallah virus takkan berkuasa dan
dunia pun akan terus berbunga.‖
-TAMAT-
|
Glosarium
Godok pisang
: Masakan khas Sumatera Barat yang
terbuat dari pisang dicampur dengan terigu
dan daging buah kelapa yang telah diparut.
Blondo
: Hasil samping dari pengolahan minyak
kelapa murni atau biasa disebut Virgin
Coconut Oil (VCO).
Gulai taboh
: Gulai santan khas Lampung yang
penyajiannya dilengkapi dengan ikan gabus
atau ikan nila.
Kabing nyiwi
: Bagian batang kelapa paling muda yang
rasanya manis dan bisa disayur
Covid-19
: Penyakit pernapasan menular yang
disebabkan oleh SARS-CoV-2, penyebab
pandemi Corona sejak tahun 2020.
Omicron
: Varian baru dari SARS-CoV-2 atau biasa
disebut dengan keturunan Covid-19.
|
Nama
: Yunida Evasusanti, S.Pd., M.M.
Tempat, Tanggal Lahir
: Sariguna, 4 April 1974
Nomor Ponsel (WA)
: 089665742854
Alamat Posel
: [email protected]
Alamat Kantor
: Branti Raya, Kecamatan Natar,
Kabupaten Lampung Selatan
Alamat Rumah
: Jalan Serbajadi Gg.Merdeka No. 87
Pemanggilan Natar,
Kabupaten Lampung Selatan
Pendidikan
: S-1 Bahasa Indonesia,
Universitas Lampung
: S-2 Magister Managament,
Universitas Bandar Lampung (UBL),
Provinsi Lampung
Riwayat Pekerjaan
:
Guru Bahasa Indonesia di SMPN 4 Natar Lampung Selatan
(sampai sekarang)
Guru Bahsa Indonesia di SMP YBL Natar Lampung Selatan
(sampai sekarang)
Guru Bahasa Indonesia di SMA Life skils Kesuma Bangsa
Natar Lampung Selatan (sampai sekarang)
Karya
:
Antologi Cerpen Mana PIN-ku (Media Guru 2021)
Antologi puisi Seribu Bait Cinta Sang Guru (Pustaka Literasi
Indonesia 2021)
Antologi opini Guru Limited Edition (Pustaka Literasi
Indonesia 2021)
Cerita anak Cantiknya Laut Indonesiaku (Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa 2021)
Antologi puisi Sekotak Cinta Ibu (Goresan Pena –KRP 2022)
Antologi puisi Tak Seindah Rayuan Romeo (Goresan Pena-
KRP 2022)
Antologi Jangan Lagi (Goresan Pena-KRP 2022)
Biodata Penulis
|
Nama
: Kiki Zakiah Nur, S.S.
Tempat, Tanggal Lahir
: Bogor, 8 Oktober 1974
Nomor Ponsel (WA)
: 082181110674
Alamat Posel
: [email protected]
Alamat Kantor
: Jalan Beringin II, No.40, Kompleks
Gubernuran, Telukbetung,
Bandarlampung
Alamat Rumah
: Jalan Beringin II, Lingkungan III,
No. 24, Rt 04, Kelurahan Talang,
Telukbetung, Bandarlampung
Pendidikan
: S-1 Bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas Padjadjaran, Bandung
Riwayat Pekerjaan
:
Mengajar Di SMP Islam Irsyadul Athfal, Depok
Mengajar Di SMP Islam Arridho, Depok
Mengajar Di Bimbingan Belajar Nurul Fikri, Jakarta dan
Lampung
Bekerja Di Kantor Bahasa Provinsi Lampung
Karya Penyuntingan
:
Enaknya Makan Buak Tat (Penulis: Destiani)
Misteri Pohon Bernyanyi (Penulis: Sustin Nunik)
Legenda Mahat Menggala (Novita Sari Idham)
Bandar Negeri Semuong dan Mantra Teluk Semaka
(Penulis: Asarpin Aslami)
Biodata Penyunting
Bahasa Indonesia
|
Nama
: Badar Rohim, S.Pd.
Tempat, Tanggal Lahir
: Maja, 13 Agustus 1993
Nomor Ponsel (WA)
: 082269972775
Alamat Posel
: [email protected]
Alamat Kantor
: Jalan Penyandingan,
Desa Penyandingan,
Kecamatan Margapunduh,
Kabupaten Pesawaran
Alamat Rumah
: Dusun 1 Maja Induk,
Desa Maja, Kec. Margapunduh,
Kab. Pesawaran
Pendidikan
: S-1 PGSD
Riwayat Pekerjaan
:
Guru SDN 6 Marga Punduh, Pesawaran
Biodata Penyunting
Bahasa Lampung
|
Nama
: Didin Jahidin
Nomor Ponsel (WA)
: 085715056676
Alamat Posel
: [email protected]
Pendidikan
: SD 02 Kadugede, 1986
MTsN Kadugede, 1989
SMKN 02 Kuningan 1992
Riwayat Pekerjaan dan Karya:
PT Bintang Jenaka Cartoon Film, 1992—1996
(Dogaman/Inbetweener)
PPFN, 1996—1997
(Key Animator, mengerjakan proyek film animasi layar lebar
Malaysia ―Silat Legenda‖)
Asiana Wang Animation, 1997—2003
(Layout, 1997—2001)
(Key Animator, 2001—2003)
Pustaka Lebah, 2003—2014
(Ilustrator dan Pimpinan Proyek Animasi 2D, dan Koordinator
Team Visual)
Binar Cahaya Semesta, 2014
(Ilustrator dan Koordinator Team Visual)
Biodata Ilustrator
|
SAMPUL BELAKANG | 2_Gara_Gara_Kelapa_ISBN3 |
Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Tahun 2023
Penulis dan Penerjemah : Nur Anita Syamsi Safitri
Ilustrator : Suhardi Syam
Paklungang poro Ammakku
Bantal untuk Ibu
Penulis dan Penerjemah: Nur Anita Syamsi Safitri
Ilustrator: Suhardi Syam
Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
2023
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Paklungang poro Ammakku
Bantal untuk Ibu
Penulis : Nur Anita Syamsi Safitri
Penerjemah: Nur Anita Syamsi Safitri
Ilustrator : Suhardi Syam
Penyunting : Rahmatiah
Mira Pasolong
Diterbitkan pada tahun 2023 oleh
Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan
Jalan Sultan Alauddin Km 7 Tala Salapang, Makassar
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang
diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari
penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan
penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Nur Anita Syamsi Safitri
Paklungang poro Ammakku (Bantal untuk Ibu) /Nur Anita Syamsi
Safitri;Penerjemah: Nur Anita Syamsi Safitri
: Ilustrator Suhardi
Syam
; Penyunting: Rahmatiah, Mira Pasolong.;Makassar: Balai
Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan, 2023.
Iv, 36 hlm.; 14.8x21 cm.ISBN
1. CERITA ANAK DWIBAHASA SULAWESI SELATAN-INDONESIA
2. CERITA BERGAMBAR
KATA PENGANTAR
MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI BUKU
LITERASI BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA
Literasi tidak dapat dipisahkan dari sejarah kelahiran serta perkembangan
bangsa dan negara Indonesia. Perjuangan dalam menyusun teks Proklamasi
Kemerdekaan sampai akhirnya dibacakan oleh Bung Karno merupakan bukti
bahwa negara ini terlahir dari kata-kata.
Bergerak menuju abad ke-21 saat ini, literasi menjadi kecakapan hidup yang
harus dimiliki semua orang. Literasi bukan hanya kemampuan membaca dan
menulis, melainkan juga kemampuan mengakses, memahami, dan
menggunakan informasi secara cerdas. Sebagaimana kemampuan literasi telah
menjadi faktor penentu kualitas hidup manusia dan pertumbuhan negara, upaya
untuk meningkatkan kemampuan literasi masyarakat Indonesia harus terus
digencarkan.
Berkenaan dengan hal tersebut, pemerintah Republik Indonesia melalui
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek) menginisiasi sebuah gerakan yang ditujukan untuk
meningkatkan budaya literasi di Indonesia, yakni Gerakan Literasi Nasional.
Gerakan tersebut hadir untuk mendorong masyarakat Indonesia terus aktif
meningkatkan kemampuan literasi guna mewujudkan cita-cita Merdeka Belajar,
yakni terciptanya pendidikan yang memerdekakan dan mencerdaskan.
Sebagai salah satu unit utama di lingkungan Kemendikbudristek, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa berperan aktif dalam upaya peningkatan
kemampuan literasi dengan menyediakan bahan bacaan yang bermutu dan
relevan dengan kebutuhan pembaca. Bahan bacaan ini merupakan sumber
pustaka pengayaan kegiatan literasi yang diharapkan akan menjadi daya tarik
bagi masyarakat Indonesia untuk terus melatih dan mengembangkan
keterampilan literasi.
Mengingat pentingnya kehadiran buku ini, ucapan terima kasih dan apresiasi
saya sampaikan kepada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa serta
para penulis bahan bacaan literasi ini. Saya berharap buku ini
Ii
akan memberikan manfaat bagi anak-anak Indonesia, para penggerak literasi,
pelaku perbukuan, serta masyarakat luas.
Mari, bergotong royong mencerdaskan bangsa Indonesia dengan
meningkatkan kemampuan literasi serta bergerak serentak mewujudkan
Merdeka Belajar.
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI SULAWESI SELATAN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) melaksanakan program
penerjemahan buku cerita anak untuk mendukung Gerakan Literasi Nasional (GLN). Pada
tahun 2022, Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan (BBP Sulsel) sebagai UPT Badan
Bahasa juga telah menerbitkan sepuluh judul buku cerita anak dari bahasa daerah ke
bahasa Indonesia melalui program penerjemahan buku cerita anak dwibahasa (bahasa
daerah-bahasa Indonesia) untuk mendukung GLN.
Pada tahun 2023, BBP Sulsel menerbitkan 46 judul buku cerita anak dwibahasa yang
diperuntukkan anak usia 4—6 tahun (jenjang B-1, tingkat PAUD/TK) dan anak usia 7—9
tahun (jenjang B-2, tingkat SD awal). Cerita-cerita anak itu memuat tema “Pemajuan
Budaya Lokal” dan bersubstansi STEAM (science, technology, engineering, art, math).
Buku cerita anak berupa buku bergambar (picture book) ini berbicara perihal (1) alam dan
lingkungan, (2) ekonomi kreatif, (3) cerita rakyat, (4) matematika, (5) pengembangan diri,
(6) sains, (7) seni dan budaya, serta (8) tokoh.
Buku cerita anak yang diterbitkan BBP Sulsel tentunya telah melalui tahapan kurasi karya,
pembimbingan kepada penulis, dan penilaian karya dari para narasumber yang terdiri atas
sastrawan, guru, dosen, dan akademisi. Kami berharap dengan adanya proses tersebut
buku cerita anak yang kami terbitkan menjadi bahan bacaan bermutu yang layak baca dan
memiliki tingkat keterbacaan yang baik untuk anak-anak. Buku-buku hasil program
penerjemahan buku cerita anak dwibahasa (bahasa daerah—bahasa Indonesia) itu dapat
d i a k s e s b e r s a m a b a h a n b a c a a n l i t e r a s i l a i n n y a d i l a m a n
https://penerjemahan.kemdikbud.go.id/ dan https://budi.kemdikbud.go.id/.
Penerbitan sebuah buku tidak akan bermakna tanpa apresiasi dan saran yang bijak dari
pembaca. Tak ada gading yang tak retak, begitu kata pepatah. Demikian juga dengan
buku cerita anak yang ada di tangan Anda ini, tentu masih banyak kekurangan. Tegur sapa
dan saran sangat kami harapkan.
Selamat membaca dan salam literasi.
Makassar, Agustus 2023
Ganjar Harimansyah
Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan
Iii
Iiii
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Balai Bahasa Provinsi Sulawesi
Selatan yang telah memprakarsai terbitnya buku ini melalui seleksi
Penulisan dan Penerjemahan Buku Dwibahasa tingkat Sulawesi Selatan
dan Sulawesi Barat tahun 2023. Terima kasih juga saya sampaikan
kepada orangtua, suami, dan Peliita Pangkep yang mendukung saya
untuk terus berliterasi. Buku ini adalah tanda cinta dan kepedulian
penulis kepada anak bangsa, juga kepada anak dalam kandungan saya.
Buku ini menceritakan tentang seorang anak bernama Nayyara yang
begitu mencintai Ibunya. Sebagai tanda cinta, Nayyara ingin membelikan
bantal untuk Ibunya yang sedang hamil. Namun, uangnya belum cukup.
Meskipun Nayyara menemukan uang di kelasnya namun Nayyara tidak
mengambilnya. Nayyara tetap sabar menabung uangnya. Kejujuran,
kesabaran, dan kepedulian adalah bentuk cinta Nayyara kepada Ibunya.
Ada banyak bentuk perlakuan tanda cinta dari seorang anak kepada Ibu.
Bagaimana caramu menunjukkannya?
Pangkajene dan Kepulauan, Juni 2023
Nur Anita Syamsi Safitri
Sekapur Sirih
Penulis tergugah dengan kalimat yang pernah ia dengarkan bahwa cerita
anak adalah hadiah terindah untuk buah hati. Berceritalah dari hati dan
jangan pernah berhenti! Oleh karena itu, penulis menjadikan buku ini
sebagai hadiah terindah untuk buah hati yang masih di dalam kandungan,
yang ikut menemani Ibunya berproses.
Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................i
Sekapur Sirih...................................................................................................iii
Daftar Isi ..........................................................................................................iv
Paklungang poro Ammakku ........................................................................1
Glosarium......................................................................................................25
Biodata Penulis.............................................................................................26
Biodata Ilustrator.........................................................................................27
Iiv
1
Nayyara ambangungi tannga banngi.
Naciniki ammakna tena nakullei attinro.
Nayyara terbangun tengah malam.
Dia melihat Ibunya yang susah tidur.
2
Lebbakmi balek kanang. Balek kairi sengi.
Ibu balik kanan. Lalu, balik kiri.
3
Ammakna anngallei paklungang.
Naboliki ri bokona dongkokna.
Ibu mengambil bantal.
Lalu dia simpan di belakang punggung.
4
Nayyara nakammaseangi ammakna.
Nayyara kasihan melihat Ibu.
5
Ammuko kammanjo, tena nassikola Nayyara.
Nipapinawangi mae appasarak ri Nenekna.
Besoknya, Nayyara libur.
Nenek mengajaknya ke pasar.
6
Ammakna tena namminawang nasabak tianangi.
Ibu tidak ikut karena dia hamil.
7
Appalak kanami Nayyara ri Ammakna.
Nayyara pamit pada Ibu.
8
Ri pasaraka, acciniki Nayyara pakbaluk paklungang.
Akrupa-rupai paklungangna.
Di pasar, Nayyara melihat penjual bantal.
Banyak sekali jenis bantal.
9
Nayyara akboyai paklungang poro ammakna.
Paklungang tau tianang.
Nayyara mencari bantal untuk Ibu.
Bantal ibu hamil.
10
Nayyara eroki naballi anjo paklunganga.
Nakutaknangi ballinna.
Nayyara ingin membeli bantal itu.
Ia menanyakan harganya.
11
Tuju pulo sabbu ballinna.
Harganya tujuh puluh ribu.
12
I Nayyara napaksaremi doekna mange ri nenek.
Nakana I Nenek tenapa naganna.
Nayyara memberikan uangnya kepada nenek.
Nenek berkata uangnya belum cukup.
13
Tena naissengi Nayyara siapapi. Doekna nampai sampulo sabbu.
Ballinna anjo paklunganga tuju pulo sabbu.
Nayyara tidak tahu uangnya kurang berapa. Uang Nayyara baru
Sepuluh ribu. Harga bantalnya tujuh puluh ribu.
14
Punna tuju nikurangi sekre, siapapi?
Sekre, rua, tallu, appak, lima, annang.
Oh…annangpi.
Tujuh dikurangi satu berapa, ya?
Satu, dua, tiga, empat, lima, enam.
Oh…enam.
15
Kurang annampulopi sabbu.
Uang Nayyara kurang enam puluh ribu.
Nenek nasarei Nayyara doi ruampulo sabbu.
Siapami anjo dik doekna Nayyara?
Sekre doek sampulo sabbu. Sekre doek ruampulo sabbu.
Sekre, rua, tallu.
Oh…tallumpulomi sabbu.
16
Nenek memberikan Nayyara uang dua puluh ribu.
Berapa ya jumlah uang Nayyara sekarang?
Satu uang sepuluh ribu. Satu uang dua puluh ribu.
Satu, dua, tiga.
Oh…tiga puluh ribu.
17
Siapapi injo kurangna nampa ganna tuju?
Tuju nikurangi tallu. Sekre, rua, tallu, appak.
Oh…Appakpi.
Kurang berapa lagi ya?
Tujuh dikurang tiga. Satu, dua, tiga, empat.
Oh…Empat puluh ribu lagi.
18
Rannu-rannui atinna I Nenek.
Caraddekmi anrekeng cucunna.
Nenek sangat senang.
Cucunya sudah pintar menghitung.
19
Allo-allomi acceleng Nayyara.
Niakmo limampulo sabbu doekna.
Nakana I nenek sekre mami doek sangkamma anne.
Nayyara menabung setiap hari.
Uangnya sudah lima puluh ribu.
Nenek berkata butuh satu lagi uang seperti ini.
20
Sekre wattu ri sikolayya
Anggappai doek Nayyara.
Tappa naukrangi apa nakana nenekna.
Suatu hari di sekolah
Nayyara mendapat uang.
Dia jadi ingat perkataan nenek.
21
Sikammapinjo doek naboya.
Mingka teai doekna. Nakutaknangi aganna.
Mingka teai tong doekna.
Sebenarnya Nayyara butuh uang itu.
Namun, itu bukan uangnya. Nayyara bertanya kepada temannya.
Bukan pula uang temannya.
22
Naerangmi anjo doeka mange ri gurunna.
Nampa ammoterekmi.
Nayyara memberikan uang itu kepada gurunya.
Lalu, dia pulang.
23
Battuna Nayyara ri kamarakna. Antamai nenekna.
Nieranngangi amplo battu ri purinanna.
Horeee… Gannakmi doekku.
Saat Nayyara sampai di kamar. Nenek masuk.
Nenek membawa amplop dari pamannya Nayyara.
Horeeee… Uangnya sudah cukup
24
Ammuko kammanjo, battumi Nayyara ammalli paklungang.
Napassareangmi paklunganga mange ri ammakna.
Sannaki rannuna ammakna.
Esoknya, Nayyara membeli bantal.
Dia memberikan bantal itu kepada Ibu.
Ibu sangat bahagia.
25
GLOSARIUM
Ammak
: panggilan untuk seorang Ibu dalam
bahasa Makassar
Purina
: panggilan untuk tante atau paman
Pakbaluk
: Penjual
Paklungang
: Bantal
Paklungang tau tianang
: Bantal khusus untuk Ibu hamil
26
Nur Anita Syamsi Safitri berasal dari
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Penulis adalah alumnus S1 Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Negeri Makassar. Saat ini, penulis
menempuh S2 Pendidikan Bahasa
Indonesia di Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung, dengan beasiswa
LPDP. Ini adalah buku anak pertama yang
diterbitkan, sebagai hadiah terindah untuk
buah hati pertamanya yang masih di dalam
kandungan saat proses penulisan. Penulis
dapat dihubungi melalui Instagram
@nitasyamsafitri.
Biodata Penulis
Suhardi Syam, lahir di Ujung Pandang,
29 Desember 1989.
Bekerja sebagai tenaga Pendidik di
Prodi Pendidikan Seni Rupa Universitas
Muhammadiyah Makassar juga
sebagai Guru Seni Budaya di SMK
Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar.
Alumni Pendidikan Seni Rupa Unismuh
Makassar Angkatan Pertama tahun
2008. Aktif sebagai Ketua Ikatan
alumni Seni Rupa (IKASERA) dan juga
sebagai pengurus Himpunan Pegiat
Literasi dan Budaya (HPLB) SulSelBar.
Biodata Ilustrator
27
Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Tahun 2023
Nayyara nakammaseangi ammakna sessa attinro. Banngi-
banngina lussa akboja tannang bajika. Niaki ri atingna Nayyara ero
amballiangi ammakna paklungang tau tianang mingka tena
naganna doekna. Sekre wattu ri sikolayya, annguppai doek ri
kelasna. Naapai anjo doeka Nayyara dik?
Nayyara kasihan melihat Ibu yang susah tidur. Setiap malam Ibunya
selalu gelisah mencari posisi tidur yang nyaman. Nayyara ingin
membelikan bantal hamil untuk Ibu tetapi uangnya tidak cukup.
Ketika di sekolah, Nayyara menemukan uang di lantai kelas. Kira-
kira apa yang akan dilakukan Nayyara, ya? | 2_NUR_ANITA_SYAMSI_DAFITRI_PAKLUNGANG_PORO_AMMAKKU |
Bahan Bacaan untuk Pembaca Awal | Seri Terjemahan
Ula dan Uli,
si Ulat Kembar
Ula lan Uli, si Uler Kembar
Penulis: Darwanto Penerjemah: Lilik Iswanti
Ilustrator: Sandro
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Ula dan Uli, si Ulat Kembar
Ula lan Uli, si Uler Kembar
© Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang, 2022
Penulis
Darwanto
Penerjemah
Lilik Iswanti
Penelaah
Wawan Eko Yulianto
Penyunting
Dalwiningsih
Ilustrator
Sandro
Penata Letak
Alra Ramadhan
Diterbitkan oleh
BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, 61252
Telepon/Faksimile (031) 8051752
Cetakan Pertama, November 2022
ISBN: 978-602-8334-79-2
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
899.222 3
ULA
ULA DAN ULI, SI ULAT KEMBAR/Darwanto
U
— cet.1 — Sidoarjo: Balai Bahasa Jawa Timur, 2022
iv + 26 hlm; 22 x 28 cm
iii
Kata Pengantar
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Salah satu kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur adalah cerita anak yang mengandung kearifan
lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Kekayaan itu merupakan sebuah aset nasional yang sa-
ngat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional sebagai bagian dari warisan bu-
daya dunia. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur tidak hanya dapat diimplemen-
tasikan oleh masyarakat Jawa Timur, tetapi dapat pula dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia,
bahkan seluruh dunia. Dengan diterjemahkannya karya sastra Jawa Timur ke bahasa Indonesia, pem-
bacanya dapat menikmati cerita, kemudian mengkaji nilai-nilainya, bahkan dapat mengetahui pola
pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-nilai positif sebagai pegangan hidup. Hasil-
nya adalah akan tercipta sebuah pemahaman antarbudaya yang akan memperkaya khazanah dunia
dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Cerita-cerita yang terhimpun dalam terjemahan buku cerita anak untuk pembaca awal ini juga
dapat bermanfaat sebagai salah satu sarana atau media pendidikan karakter. Tema yang diusung
dalam buku ini adalah STEM, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika. Cerita dalam buku ini
diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan
kreativitas.
Melalui penerjemahan cerita anak, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Tek-
nologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi
nasional (GLN). Kami berusaha untuk turut berperan aktif dalam program itu dengan. menyediakan
bahan bacaan bermutu bagi pembaca melalui penerjemahan cerita anak berbahasa daerah ke ba-
hasa Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal. Kegiatan membaca diharapkan akan
tumbuh dan berkembang menjadi keterampilan-keterampilan lanjutan sehingga akhirnya pembaca
dapat mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi.
Inovasi seperti itu perlu didukung agar dapat menumbuhkan budaya literasi dengan tetap ber-
fokus pada upaya untuk menumbuhkan generasi yang memiliki kemampuan berpikir kritis, me-
mecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik.
Kami berharap produk terjemahan ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya
sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, di-
gital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan
apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis karya sastra berbahasa daerah, penerjemah, penelaah,
dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan
karya terjemahan ini.
Semoga buku ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Sidoarjo, 1 Oktober 2022
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
iv
Kata Pengantar
iii
Daftar Isi
iv
Ula lan Uli, si Uler Kembar
Ula dan Uli, si Ulat Kembar
1
Penulis
25
Penerjemah
25
Ilustrator
25
Daftar Isi
1
Ula dan Uli,
si Ulat Kembar
Ula lan Uli, si Uler Kembar
Penulis: Darwanto
Penerjemah: Lilik Iswanti
Ilustrator: Sandro
Ibu kupu-kupu nyelehake endoge ing
ndhuwur godhong gedhang.
Seekor induk kupu-kupu meletakkan
telurnya di atas daun pisang.
2
Saka endog loro kuwi netes uler
kembar, Ula lan Uli. Ula mangane
gasik. Uli mangane lelet, pilih-pilih.
Dari kedua telur tersebut menetas
ulat kembar, bernama Ula dan Uli.
Ula makan dengan lahap. Sedangkan
Uli makan dengan lambat dan pilih-pilih.
“Godhong iki enak tenan.”
“Daun ini enak sekali.”
“Aku ra pati doyan.”
“Aku tidak begitu suka.”
3
Ula lan Uli mlaku golek godhong-
godhongan. Ula godhong apa wae
dipangan. Uli pilih-pilih
panganan.
Ula dan Uli berjalan mencari
dedaunan. Ula memakan daun
apa saja. Namun, Uli
memilih-milih makanan.
4
“Enak godhong iki!.”
“Enak sekali daun ini!”
“Tapi aku ra sudi!”
“Tapi aku tidak mau!”
5
6
Ing ndhuwur ana apel. Buahe
seger-seger. Uli dadi ngiler.
“Aku pingin mangan apel.”
Di atas ada buah apel. Buah itu
nampak segar. Uli jadi ngiler.
“Aku harus makan apel itu.”
Ula nuturi, ati-ati akeh manuk
miber ing ndhuwur wit apel.
Ula memperingatkan kepada Uli
agar Uli berhati-hati karena banyak
burung terbang di atas pohon apel.
7
8
Uli ora peduli. Deweke kudu bisa
mangan apel.
Uli tidak peduli. Ia harus berhasil
memakan apel.
Awas! Ana manuk!
Awas! Ada burung!
9
10
Tuluuung!
Tolooong!
11
12
Uli mlayu sipat kuping.
Ndelik njepiping.
Uli berlari dengan kencang.
Bersembunyi ketakutan.
13
Uli anteng melungker, nunggu manuke
lunga miber.
Uli diam meringkuk sambil menunggu
burung itu terbang.
14
Ula lan Uli mlaku alon-alon.
Nerusake lakon. Golek panggonan
sing luwih lega. Kanggo nindakake
pasa sing dawa.
Ula dan Uli berjalan perlahan.
Mereka melanjutkan perjalanan.
Mencari tempat yang lebih tenang,
untuk menjalankan puasa yang
panjang.
15
16
Ula lan Uli sampe ing wit apukat
sing rembuyung.
Ula dan Uli sampai di pohon alpukat
yang rindang.
17
Ula lan Uli penekan, golek
panggonan. Jejeran.
Ula dan Uli naik ke pohon
dan mencari tempat
yang berdekatan.
18
Wayahe teka. Nindakake pasa.
Kini telah tiba saatnya untuk berpuasa.
Ula lan Uli gumantung. Dadi enthung.
Ula dan Uli menggantung menjadi kepompong.
19
20
Kira-kira lima las dina Ula lan Uli
nindakake pasa. Wengi lan rina.
Lima belas hari lamanya Ula dan Uli
berpuasa. Siang dan malam tiada jeda.
21
Ketekan wektu.
Kekarone metu awujud kupu-kupu.
Tibalah saatnya, kedua ulat ini
keluar dalam wujud kupu-kupu.
22
Klabak-klabak. Uli ngepakake
sewiwine sing amba.
Klabak-klabak! Ula ngepakake
sewiwine sing luwih amba.
Kepak-kepak. Uli mengepakkan
sayapnya yang lebar.
Kepak-kepak. Begitu pula Ula mengepakkan
sayapnya yang lebih lebar.
23
24
Ula lan Uli miber bebarengan. Bebungah,
dolanan ing taman.
Ula dan Uli terbang bersama. Bermain
di taman riang gembira.
25
Darwanto lahir di Madiun 5 Juni 1984. Ia aktif menulis
sejak tahun 2010. Beberpa kali cerpennya masuk dalam
buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas. Salah satu buku
manuskrip Kumpulan Cerpennya yang berjudul Lumpur
Tuhan memperoleh penghargaan sebagai pemenang
dalam Sayembara Sastra Dewan Kesenian Jawa Timur
2017, kategori Prosa. Tulisan-tulisannya telah tersiar di
beberapa media seperti Kompas, Jawa Pos, Koran Tempo,
Media Indonesia, Republika, Majalah Horison, dll. Ia ber-
mukim di Malang. Sehari-hari ia aktif mengajar Ia bisa
disapa via email [email protected], atau boleh
juga via Facebook Mashdar Zainal, atau IG Mashdar Zainal
Penulis
Penerjemah
Ilustrator
Lilik Iswanti, lahir di Kabupaten Madiun pada 06 April.
Cerita Ula dan Uli ini merupakan karya kedua yang ia ter-
jemahkan dengan arahan Balai Bahasa Provinsi Jawa
Timur. Pada 2021 ia telah merampungkan novel Ranting-
Ranting Kering yang ia terjemahkan dari Bahasa Jawa ke
Bahasa Indonesia dalam naungan instansi yang sama.
Lahir di bumi Mataraman menjadikannya memiliki rasa
kencintaan mendalam pada kebudayaan Jawa, ditambah
dengan keluarga yang kental nguri-nguri Kabudayan Jawi.
Sandro aktif berteater dan kegiatan kreatif lainnya. Ke-
senangannya menggambar digunakan untuk mengobati
stres. Baginya, goresan dapat melepaskan stres. Lahir di
Pacitan, 2 Juni 1993, dan menamatkan pendidikan Sastra
Indonesia di Universitas Negeri Malang, saat ini bercita-
cita mementaskan cerita Na Willa dalam bentuk drama
musikal. | 2_Ula_dan_Uli |
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.
Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Sawangen! Sawangen!
Lihatlah! Lihatlah!
Penulis
Eni Wulansari
Penelaah
FX. Dono Sunardi
Penanggung Jawab
Umi Kulsum
Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto
Ilustrasi & Desain Sampul
Cecylia Cahyani
Tata Letak
FA Indonesia
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972
Cetakan pertama, Oktober 2023
E-ISBN: 978-623-112-902-4
Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
C
erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak,
khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam
pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan
beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang
mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan
budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan
ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila.
Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga
keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan
bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur,
seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai-
nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk
cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan
mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi
berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah
membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di
dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan
kayanya unsur-unsur lokal.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta
dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah
upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan
memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi
penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif,
mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini
dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi
dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya
dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga
menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi,
penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang
turut andil mewujudkan karya ini.
Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Surabaya, 1 Oktober 2023
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Sawangen! Sawangen!
Lihatlah! Lihatlah!
Biodata Penulis
Biodata Ilustrator
iii
iv
1
20
20
iv
Aku
sen
eng
m
an
gs
a r
end
heng
.
Aku
su
ka
m
u
si
m
huj
an.
1
Mang
sa re
ndh
eng
nj
al
ar
i
k
ahan
an dad
i gayen
g.
Musim
huja
n m
em
bu
at
s
uasa
na ja
di ri
ang.
2
Kana-k
ene a
keh
tet
uw
uhan.
Di sana-
sini tu
mbu
ha
n b
ers
emi.
Ara-ara g
aring d
adi ij
o,s
eg
er
y
en disaw
ang.
Padang gersan
g jadi kehij
auan, s
ejuk
sa
at
dipandang.
3
Bapak nyepakne dele,
jagung, buncis, lan kacang.
Bapak menyiapkan
kedelai, jagung, buncis,
dan kacang.
4
Winih
-win
ih ik
u di
gaw
a
me
ny
ang
te
gal
an.
Benih
-beni
h tan
ama
n itu
di
baw
a k
e la
dan
g
5
Ora kabeh tanduran ditandur isine.
Ana uga sing ditandur uwite.
Tidak semua tumbuhan ditanam bijinya.
Ada juga yang ditanam batangnya.
6
Contone pohong. Cara nandure bonggole
dikethoki, banjur ditancepke siji mbaka siji.
Misalnya singkong. Cara menanamnya, yaitu batang dipotong-potong lalu
ditancapkan sepotong demi sepotong.
7
Panc
en b
eda
tan
dura
n b
ed
a c
ara
na
ndu
re.
Mema
ng be
da ta
nama
n, be
da
jug
a c
ara
me
nan
am
nya.
8
Manis
ah la
n k
am
bil
Labu s
iam
dan
ke
la
pa
diutuh
-utu
hne
n
an
d
ure.
ditanam
utuh
-utu
h d
ar
i
bu
ahnya.
9
Ana m
aneh
cara
liyan
e, G
edh
ang
si
ng
dit
and
ur
tuw
uha
ne.
Ada la
gi cara
mena
nam l
ainny
a. Pis
ang
, y
ang
dit
ana
m a
dala
h tu
nasn
ya.
10
Bawan
g lan
br
am
ba
ng
s
in
g d
ita
ndur
siung
e.
Bawang
merah
dan
baw
ang
p
uti
h,
y
an
g d
itan
am ad
alah siu
ngnya.
11
Yen aku seneng nandur kembang.
Ana kembang ajaib ing
tamanku. Arane tiba urip.
Kalau aku suka menanam bunga.
Ada bunga ajaib di tamanku.
Namanya tiba urip,
artinya jatuh hidup.
12
Cara nandure ajaib, diceblokne wae saklembar
godhonge.
Mengko iso tuwuh dewe.
Cara menanamnya ajaib, jatuhkan saja selembar
daunnya.
Nanti bisa tumbuh sendiri tunasnya.
13
Apa m
aneh
sin
g g
ay
en
g
in
g
ma
ngs
a ren
dheng?
Apa la
gi ya
ng m
eny
en
a
n
gk
an
di
musi
m huja
n?
14
Dolanan rambut jagung. Dikuciri kaya putri-putri.
Diklabang diwenehi kembang-kembang.
Bermain rambut jagung. Diikat rambutnya seperti para putri.
Dikepang-kepang, diberi bunga sebagai hiasan.
15
Dina genti dina, tanduran
urip subur.
Hari berganti hari,
tanaman terus bersemi.
16
Buncis lan kacang
dilanjari. Suket-suket diwatuni.
Buncis dan kacang
dilanjarkan. Rumput-rumput liar disiangi.
17
A y
o
s
a
w
a
n g
e n !
A y
o
s
a
w
a
n g
e n !
A y
o
p
a
n
d
a
n g l
a h !
A y
o
p
a
n
d
a
n g l
a h !
Man
gsa
re
nd
he
n
g
sing
gayen
g.
Musi
m h
uja
n
y
an
g ri
ang.
18
Apa
kowe
ya
sene
ng
ma
ngs
a r
end
hen
g?
Apa k
amu
juga
suk
a
mu
sim
hu
jan
?
19
BIONARASI
Penulis
Eni Wulansari, di beberapa karyanya memakai
nama pena Shabrina Ws. Dia lahir dari keluarga
petani. Menikmati masa kanak-kanak di lahan
pertanian. Buku-buku bacaan anak karyanya yang
sudah terbit, diantaranya: Pelari Cilik, Petualangan
Ciki Kelinci, Lesus, Sakti dan Sapi Rebo, Dongeng
Binatang, Kisah Indah dari Padang Rumput, Kue
Kesukaan Tama, Kenduri Blang, Gonggongan
Mengki, Surat dari Kobror, Payung Siapa Itu dan
Laron Byar. Bisa disapa di IG @shabrina.ws.
Ilustrator
Cecylia Cahyani, seorang lulusan matematika yang
jatuh cinta dengan dunia seni dan kepenulisan.
Impian masa kecilnya menjadi seorang penulis dan
ilustrator hebat yang sempat terkubur kini perlahan
ingin diraihnya kembali. Cecylia telah menulis
belasan buku teks pelajaran dan mengilustrasikan
beberapa buku. Kalian dapat mengintip perjalanan
hidupnya melalui akun instagram @cecyliacahyani.
20 | 20_SAWANGEN_SAWANGEN |
Pengumpul Data:
Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk.
KKLP Pengembangan Sastra
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Seri Antologi Fabel Nusantara
Petualangan
Binatang dan
Kisah Lainnya
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta
rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/
atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/
atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Penerbit PT Elex Media Komputindo
KKLP Pengembangan Sastra
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Seri Antologi Fabel Nusantara
Petualangan
Binatang dan
Kisah Lainnya
Pengumpul Data:
Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk.
Petualangan Binatang dan Kisah Lainnya
Seri Antologi Fabel Nusantara
Kerja sama PT Elex Media Komputindo dan KKLP Pengembangan
Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
: Sastri Sunarti
Leni Mainora
Rosliani
Farah
Pengumpul Data:
Atisah, Desi Nurul Anggraini, Helmi Fuad, Ibrahim Sembiring,
Irawan Syahdi, Leni Mainora, Muawal Panji Handoko, Nurelide
Munthe, Nurhaida, Suyadi, Syahril, Riki Fernando, Tri Amanat,
Yuli Astuti Asnel, dan Zahriati
Ilustrasi dan Desain Cover : Irene
Layout
: DiviaHIEMHUUDEMGIIIDIDDGMEDII
hak Cipta Terjemahan indonesia
©2021 Penerbit PT elex media Komputindo
hak Cipta dilindungi oleh undang-undang
diterbitkan pertama kali oleh:
Penerbit PT elex media Komputindo
Kelompok gramedia-Jakarta
Anggota iKAPi, Jakarta
523006917
iSBN: 978-623-00-3025-3
dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
dicetak oleh Percetakan PT gRAmediA, Jakarta
isi di luar tanggung jawab percetakan
Asal Mula Nama Pulau Angso Duo.........................................2
Musyawarah Binatang di Tepi Danau Maninjau...........10
Niat Baik Sang Kadal.................................................................17
Harimau dan Kambing.............................................................22
Pangeran Mudo dan Beruk yang Bodoh...........................25
Beruk yang Cerdik.....................................................................29
2
1 Asal Mula Nama Pulau Angso Duo
Diceritakan kembali oleh Niki Martoyo
D
i suatu desa yang terletak di pinggir pantai
yang penuh dengan hutan bakau, tinggallah
seorang pemuda yang sangat tampan dan
mempunyai rumah yang indah. Pemuda itu adalah
Rajo Datuak Batuah. Selain berwajah tampan, ia
juga sangat ramah dan penyayang.
Rajo sangat senang memelihara hewan ternak,
dan di antara binatang ternak peliharaannya itu
terdapat dua ekor bebek angsa. Kedua hewan
ini sangat dekat dengan Rajo. Rajo memanggil
angsa ini dengan sebutan Angso. Si Angso senang
bermain dan memakan udang kecil yang ada di
antara akar pohon bakau.
3
Pada suatu pagi, Rajo pergi ke pantai melihat
keadaan hutan bakau. Kedua bebek angsa meng
ikuti Rajo. Rajo sangat senang melihat hutan bakau
itu dalam keadaan baik-baik saja. Sementara itu,
kedua Angso itu meminta izin kepada Rajo untuk
bermain dan mencari makan pada akar pohon
bakau.
Angso berkata kepada Rajo, “Izinkan kami ber
main di bawah pohon bakau.” Rajo pun menjawab,
“Baiklah Angso bermainlah, tetapi setelah sore
kalian harus pulang.”
“Terima kasih Rajo, sebelum matahari ter
benam kami sudah sampai di rumah kembali,”
kata mereka berbarengan.
Sementara Rajo menikmati keindahan hutan
bakau, kedua angsa ini asyik melompat dan
bermain kegirangan. Mereka terus berjalan dan
memakan udang-udang kecil yang mereka temui.
Tanpa disadari keduanya, mereka telah sampai ke
tepi muara dan melihat kapal kecil yang sedang
berlabuh di muara itu. Mereka pun mendekati
kapal itu dan berkata, “Hai saudaraku, apakah
gerangan yang ada dalam kapal itu?’ tanya Angso.
“Aku tidak mengetahuinya, Saudaraku,” jawab
Angso satunya.
“Saudaraku, bagaimana kalau kita lihat ke
sana?”tanya Angso pertama penasaran.
4
“Ide yang bagus saudaraku, mari kita lihat,”
jawab Angso satunya.
Dengan hati riang gembira dan rasa ingin tahu
naiklah kedua angsa tersebut ke atas kapal kecil
itu. Semantara itu sang pemilik kapal meng
hidupkan mesin dan segera berangkat ke tengah
laut untuk menangkap ikan. Kedua angsa saling
berpandangan.
“Saudaraku, kita akan dibawa kemana?” tanya
Angso yang pertama.
“Aku juga tidak tahu saudaraku,” jawab Angso
kedua.
“Lihatlah saudaraku, kita ada ditengah laut,”
kata Angso satu, khawatir.
“Benar kata kamu, saudaraku,” sahut saudara
annya.
Tak lama kemudian, kedua angsa melihat se
buah pulau, merekapun saling berpandangan.
Ternyata kapal kecil itu berhenti di sana, lalu
kedua angsa itu pun turun dipulau itu.
“Saudaraku, dimana kita berada sekarang?
Sepertinya aku belum pernah ke sini,” kata Angso
pertama.
“Di sini pun tidak ada penghuninya,” jawab
Angso kedua.
“Saudaraku, ayo kita mencari makan,” ajak
Angso pertama.
5
“Baiklah saudaraku,” jawab Angso kedua.
Kedua angsa itu berjalan mencari makan, ber
istirahat, dan tertidur karena lelah. Matahari
mulai turun hari pun senja.
Di rumah, Rajo memeriksa semua binatang ter
naknya. Sampai di kandang angsa, kedua bebek
angsa kesayangannya tidak ditemuinya. Rajo pun
bertanya dalam hatinya, “Ke manakah gerangan
kedua bebek angsaku.”
Setelah melaksanakan salat magrib, Rajo pun
pergi ke hutan bakau mencari kedua bebek angsa
tersebut. Akan tetapi apa yang ditemui Rajo di
hutan bakau itu? Rajo melihat seekor ikan paus
yang terdampar dan mengeluh kesakitan, Rajo
pun menghampirinya dan berkata, “Apa gerangan
yang terjadi denganmu hai ikan paus?”
“Aku mencari makan sampai ke pinggir pantai
dan tubuhku luka terkena akar bakau.”
“Boleh aku melihatnya ikan paus?” kata Rajo
menawarkan bantuan.
“Dengan senang hati, Rajo,” jawab si Ikan Paus.
Rajo melihat luka yang ada di tubuh Ikan Paus,
dia mencari obat dan segera mengobati Ikan Paus
tersebut. Setelah selesai mengobati ikan paus Rajo
mendorong Ikan Paus ketempat yang banyak air
dan lebih dalam agar Ikan Paus dapat berenang
kembali.
6
Keesokan harinya, pada pagi dan sore hari Rajo
kembali menemui Ikan Paus untuk memberinya
obat dan makanan agar Ikan Paus segera sembuh.
Selang beberapa hari kemudian, Ikan Paus ber
kata kepada Rajo,
“Rajo, aku mengucapkan banyak terima kasih
padamu.”
“Untuk apa itu, Ikan Paus?” tanya Rajo.
“Rajo, aku merasakan hari ini tubuhku sangat
segar,” ujar si Ikan Paus.
“Itu artinya tubuhmu yang luka sudah sembuh,”
kata Rajo.
“Benar sekali Rajo, dan aku sudah dapat bere
nang kembali ke tengah lautan lepas,” jawab si
Ikan Paus senang.
“Baiklah Ikan Paus, pergilah dan berhati-hati
lah,” pesan Rajo. Ikan Paus pun pergi ke tengah
laut dan bertemu lagi dengan kawanannya.
Tiga bulan berlalu, Rajo teringat akan kedua
bebek angsanya. Dia pun pergi ke hutan bakau dan
mancari kedua angsa itu. Karena terus berjalan,
Rajo kelelahan dan terduduk di tepi muara
sehingga Rajo tertidur dengan lelapnya.
Dari kejauhan karena penglihatannya yang
tajam, Ikan Paus melihat Rajo. Perlahan-lahan
ikan paus mendekati Rajo yang sedang tertidur
dan memanggil namanya.
7
“Rajo, apa yang engkau lakukan di sini?” tanya
si ikan paus. Mendengar suara ikan paus, Rajo
terbangun dari tidurnya. “Kamu datang ikan
paus?” tanya Rajo.
“Ya... begitulah Rajo, ceritakan apa yang terjadi
padamu, Rajo?”tanya si Ikan Paus.
“Aku teringat akan kedua Angsaku yang telah
lama menghilang, dan aku pun mencarinya di
hutan bakau ini. Karena terakhir kalinya mereka
minta izin padaku untuk bermain di hutan bakau
ini.”
Ikan Paus melihat ke arah laut dengan peng
lihatannya yang tajam itu, lalu berkata, “Rajo, aku
melihat kedua Angsamu itu ada di pulau sana,
apakah Rajo ingin ke sana?”
“Ikan Paus, sekarang hari sudah malam dan
tidak ada kapal kecil yang bisa aku tumpangi ke
sana,” kata Rajo khawatir.
“Kamu tidak perlu menunggu kapal kecil untuk
ke sana Rajo, aku akan segera mengantarmu ke
sana, bersiaplah.”
“Benarkah?” kata Rajo sambil bersiap dan
naik ke punggung ikan paus. Tidak berapa lama,
sampailah Ikan Paus dan Rajo ketempat yang
dituju, maka turunlah Rajo sambil mengucapkan
terima kasih kepada Ikan Paus.
9
Rajo kemudian berjalan mendekati kedua
bebek angsanya yang sedang tertidur, perlahan
Rajo berkata, “Hai Angsoku, aku datang untuk
menjemput kalian.”
Angso terbangun dan terkejut melihat Rajo
ada di dekat mereka, sambil menundukkan
kepala kedua bebek angsanya meminta maaf dan
menyeritakan apa yang terjadi pada mereka.
Angso pun melanjutkan kembali pembicara
annya, “Rajo, biarkanlah kami tinggal di sini dan
menghuni pulau ini.” Sambil berpikir Rajo pun
berkata, “Baiklah, kalau itu merupakan keinginan
kalian.”
Angso sangat bahagia dan berterima kasih pada
Rajo. Mereka asyik bercerita hingga pagi men
jelang. Sebuah kapal kecil beristirahat di pulau
itu, dan kemudian Rajo pun menumpang untuk
kembali ke rumahnya.
Sampai di pantai, Rajo menceritakan kepada
masyarakat tentang pulau dan kedua angso ter
sebut, tanpa disadari masyarakat Pantai Pariaman
pun menyebut pulau tersebut “Pulau Angso Duo”
10
P
ada suatu hari semua binatang berkumpul di
tepi Danau Maninjau. Mereka mengadakan
pertemuan besar untuk melawan kekejaman
manusia yang suka memburu binatang.
Sesampai di tepi danau, semua binatang men
dirikan bivak dan kemah masing-masing. Sebagi
an mereka membuat api dan membakar unggun.
Tepian Danau Maninjau ramai sekali!
Pimpinan pertemuan seekor harimau muda
yang ganteng. Ia membuat peraturan bahwa tidak
ada yang boleh ngompol di malam hari. “Siapa
yang ngompol, dia akan dihukum mati!”
“Tapi tak mungkin kita tidak pipis,” pelanduk
memprotes. “Kalau kita pipis dihukum mati? Wah!
Itu melanggar hak asasi!”
“Aku bilang tadi ngompol, bukan? Siapa yang
ngompol itu yang dihukum!” Harimau berkata.
11
“Kalian mengerti semua?”
Semua binatang yang hadir berteriak menga
takan bahwa mereka mengerti. “Yang tidak aku
mengerti,” kata ular daun, “Mengapa persoalan
pipis itu sampai dibawa di forum ini?”
“Nah,” kata Harimau. “Itulah persoalannya.
Harus kita ketahui semuanya.”
“Jadi apa?” rusa juga ingin tahu.
“Kalau malam saja sudah ngompol, bagaimana
kalau sudah menghadapi manusia?” kata Harimau.
“Belum sempat berbuat apa-apa, tapi sudah
terkencing-kencing!”
Semua binatang bersuara, “Oooo,” karena baru
mereka mengerti.
Karena sudah malam, mereka memasuki bivak
dan kemah masing-masing. Mereka pun tidur
dengan lelap.
Besok pagi-pagi sekali Harimau sudah ribut.
Lalu macan dahan. Babi, Rusa, dan Ular Tedung.
Dengan malu-malu mereka mengatakan bahwa
celana mereka basah. Mereka ngompol.
Lalu menjangan juga begitu, Burung Kuwau,
Burung Enggang. Bahkan Trenggeling dan Bulus.
Mereka kedapatan ngompol. Hampir semua bina
tang merasa celana mereka basah.
Mereka masing-masing menggerutu. “Tak
mungkin,” kata Elang. “Selama ini aku tak pernah
ngompol. Kok malam tadi celanaku basah?”
12
Kera juga berkata begitu.
Lalu Lutung dan Serigala merasa ragu. Mereka
selama ini tak pernah ngompol. “Tapi celanaku
basah,” kata Lutung.
“Aku juga,” kata Serigala. “Aneh, ya?”
Harimau memutuskan akan menyelidiki pe
nyebab binatang-binatang itu ngompol. “Tak
mungkin kita menghukum semua binatang,” kata
Harimau. “Belum sempat kita melawan manusia,
kita semua sudah habis mati karena hukuman
yang kita buat sendiri.”
Mereka semua tak ada yang tahu kalau yang
membuat celana mereka basah adalah Kura-Kura.
Binatang itu memang suka pipis dan buang air
malam-malam. Namun, ia pura-pura tak bersalah.
Diam saja. Ia tak mau ikut bicara. Tapi ia tetap
berada di tengah-tengah binatang lainnya. Seolah-
olah bukan dia pembuat ulah.
Harimau secara diam-diam membentuk satuan
tugas untuk mengintip siapa yang berbuat ulah. Ia
meminta Elang Bondol, Burung Hantu, Kelelawar,
Ular Sanca, Pelanduk, Landak, dan Penyu untuk
berjaga-jaga.
“Siapa saja yang berulah mencurigakan, langsung
sergap,” perintah Harimau. “Kita adili bersama-
sama.”
13
14
Saat malam sudah larut dan semua sudah
tertidur lelap, Kura-Kura tiba-tiba mau pipis. Ia
berusaha menahan. Tapi tak tertahankan. Ia juga
ingin membuang air besar. Karena lama menahan
pipisnya, perutnya jadi sakit.
Kura-Kura merangkak ke kemah Burung Ka
suari. Lalu ke kemah Ular Sawah. Ia sudah me
mutar di dalam gelap. Ke luar masuk ke bivak
dan kemah berbagai binatang. Namun nasibnya
bertemu kesialan, katika ke luar dari kemah
Trenggiling. Ia kepergok Kelelawar.
“Nah,” kata Kelelawar. “Kau Kura-kura rupanya
yang berbuat ulah.”
Kura-Kura tak bisa mengelak. Ia pun ditahan di
kemah Harimau.
Pagi-pagi semua binatang hadir di tepi Danau
Maninjau. “Pagi ini kita akan mengadili Kura-
Kura,” kata Harimau. “Sesuai dengan pengumuan,
siapa yang bersalah akan dihukum mati!”
“Ya. Hukum mati!” teriak kawanan binatang.
“Hukum pancung!”
Ada yang menggerutu. Ada yang tertawa. Ada
yang tak peduli. Ada yang memprotes bahwa
hukuman itu tidak adil. Tapi ada yang justru
meminta hukuman lebih diperberat lagi. Ada
yang minta divonis dulu, baru dihukum gantung.
Tapi ada juga yang sedih dan menitikkan air mata.
15
Merasa kasihan kepada Kura-Kura yang segera
dihukum.
“Sekarang aku memutuskan,” kata Harimau.
“Karena Kura-kura kedapatan bersalah, ia akan
segera dibuang ke dalam danau!”
Semua binatang diam. Sepi.
“Kura-Kura akan mati di dalam danau!” lanjut
Harimau.
Saat Harimau akan membuangnya, Kura-kura
menangis dan meraung keras-keras. “Kasihanilah
aku!” katanya. “Kasihanilah aku! Kasihanilah aku!”
“Hukum harus ditegakkan,” kata Harimau. “Hu
kum harus ditegakkan!”
Dengan sekuat tenaga dilemparkannya Kura-
kura ke tengah Danau Maninjau.
“Nah,” kata Harimau. “Kura-kura telah mati.
Sekarang kita buat strategi untuk melawan ma
nusia.”
Baru habis kalimat Harimau, tiba-tiba keru
munan binatang itu terkejut. Kura-Kura justru
yang bersuara.
“Selamat berjuang melawan manusia. Sekarang
aku juga berjuang untuk melanjutkan hidupku.
Terima kasih Harimau telah mengembalikan aku
ke dalam rumahku sendiri!”
Kura-kura pun tenggelam ke dalam air danau.
16
Saat pertemuan besar itu—bersamaan dengan
tenggelamnya Kura-Kura ke dalam air danau—
tiba-tiba mereka mendengar ada salakan Anjing.
Para binatang itu masing-masing menajamkan
pedengaran. Kuping mereka naik melebar. Benar
ada salakan Anjing. Rupanya Tuo Buru dan
anjingnya pagi-pagi sudah berburu ke tepi Danau
Maninjau karena melihat banyak sekali bekas
tapak kaki binatang di tepi danau itu.
Salakan Anjing makin keras. Kontan saja semua
binatang bubar. Melarikan diri ke dalam hutan
rimba. Sebagian terjun ke dalam sungai dan
danau. Sebagian lagi terbang ke pucuk pohon-
pohon yang tinggi.
Akhirnya, musyawarah binatang untuk me
lawan manusia itu tak pernah terlaksana! Itu
sebabnya hingga kini tak pernah ada pasukan
binatang yang menyerang manusia!
17
2 Diceritakan kembali oleh Zulfitra
P
ada suatu masa, ketika kemarau melanda,
musim kekeringan terasa sangat panjang. Di
sebuah kaki gunung, beberapa binatang mulai
gelisah. Persoalannya adalah kedatangan mahkluk
baru di pemukiman mereka, yaitu seekor kadal.
Seekor binatang melata yang suka menjulurkan
lidah tanpa peduli binatang lain akan tersinggung.
“Sombong sekali si Kadal itu, lidahnya selalu
mencibir ke arah kita,” ujar Katak Hijau dengan
wajah yang kesal.
“Iya, aku juga merasa begitu,” tukas Siput
seraya beringsut ke tepi sungai untuk mencari
air. Binatang yang lain mengamini perkataan
katak hijau dan siput tersebut. Kalajengking, Ular,
Semut rang-rang, Lipan dan lain-lain juga merasa
18
kedatangan Kadal tersebut telah mengusik ke
tentraman mereka.
Sedangkan si Kadal terus berkeliling-keliling
wilayah itu dengan menjulurkan lidah seraya
mengeluarkan bisanya. Bisa si Kadal berserak-
serak di atas batu, di semak-semak, di jalan kecil,
di pokok pohon dan sebagainya. Para binatang
yang gelisah tadi semakin kesal terhadap kelakuan
kadal tersebut.
“Kalau terus begini, lama-lama ia akan me
nguasai wilayah kita, dan kita akan terusir dari
tempat ini,” ujar Lipan menahan sakit hati.
“Itu yang kumaksud,” tukas Siput. “Kadal itu
ingin menguasai kita dan menakuti-nakuti kita
dengan bisanya.”
“Lalu kita harus bagaimana?” tanya Katak Hijau
serya melompat ke atas daun.
“Hati-hati!” teriak seekor Semut. “Bisa Kadal
juga bertaburan di sana!”
Begitulah. Kadal terus mengitari tempat itu
dengan menjulurkan lidah dan menyerakkkan
bisanya di berbagai tempat. Hal itulah yang mem
buat binatang lain yang sudah lama bermukim di
sana menjadi gelisah dan juga ketakutan.
Pada suatu hari berkumpulah mereka. Semut,
Lipan, Ular, Kalajengking, Siput, Katak Hijau, dan
banyak lagi.
19
“Kita harus melakukan sesuatu kalau kita tidak
ingin terusir dari wilayah sendiri,” kata Katak
Hijau memulai.
“Dari dulu aku sudah sepakat. Tapi apa yang
akan kita lakukan?” tanya Siput beringsut.
“Aku punya akal,” kata Kalajengking. “Bagai
mana kalau kita yang juga memiliki bisa mencoba
mengumpulkan bisa yang diserakkan oleh Kadal
itu? Sudah banyak semut dan binatang lain yang
mati karena bisa si Kadal itu. Mungkin sebentar
lagi korban akan bertambah. Jadi kita yang punya
bisa mengumpulkan seluruh bisa yang bertabur
an. Aku yakin, karena kita juga binatang berbisa
maka bisa si Kadal tidak akan mampu meracuni
kita. Dengan bisa si Kadal yang kita kumpulkan,
tentu kekuatan bisa kita akan bertambah, dan si
Kadal akan kita kalahkan,” urai Kalajengkin sangat
panjang dan bersemangat sekali.
“Setuju!”
“Setuju!”
“Setuju!”
Semuanya bersorak bersemangat. Seolah-olah
mereka akan berangkat perang. Maka binatang-
binatang yang berbisa mulai bergerak mengum
pulkan bisa si Kadal yang bertaburan di mana-
mana.
20
Si Kadal yang merasa bisanya telah diambil
oleh binatang lain, mencoba kembali untuk me
naburkan bisanya. Ia susuri kembali batu-batu,
daun-daun, pokok pohon, semak, jalan kecil
dan lain-lain. Perlahan-lahan ia ulang kembali
menaburkan bisa. Akan tetapi para binatang
lain kembali pula mengumpulkan bisa si Kadal.
Mereka melakukan terus-menerus. Tak lelah-
lelah. Hingga akhirnya si Kadal kehabisan bisa.
Tak ada lagi yang dapat dikeluarkan dari mulut
nya. Dengan pasrah dan tidak berdaya akhirnya
si Kadal berkata lemah kepada para binatang
tersebut.
“Kalian sungguh bodoh. Aku telah mencoba
untuk membantu kalian. Tapi kalian malah
menghalangi niat baikku,” kata Kadal dengan
mata redup. “Kemarau sangat panjang. Di atas
gunung tidak tersedia lagi makanan. Sebentar lagi
para binatang akan turun ke sini. Mereka akan
memakan kalian atau mengusir kalian dari tempat
ini. Untuk itulah aku menaburkan bisaku sebagai
batas wilayah agar mereka tidak berani masuk ke
wilayah ini, akan tetapi kalian malah mengambil
bisaku sehingga tidak ada lagi batas wilayah ini.
Kalian tunggu sajalah! Sebentar lagi binatang-
binatang buas itu akan sampai di sini, dan kalian
akan terusir dari wilayah kalian sendiri,” katanya
21
seraya pergi ke dalam semak seraya menjulurkan
lidah yang tak lagi berbisa.
Semua binatang tersebut terperangah. Mereka
saling lihat dengan wajah ketakutan. Dengan
raut muka penuh penyesalan. Mereka baru sadar
bahwa si Kadal menaburkan bisa adalah untuk
melindungi mereka, akan tetapi mereka terlalu
cepat curiga terhadap niat baik si Kadal. Semua
binatang itu diam. Mengukur-ukur kesalahan.
22
P
ada saat musim kering dan tengah hari
yang terik lagi panas, para hewan mulai
berdatangan ke tepi sungai untuk melepaskan
dahaga mereka. Di tepi sungai itu terlihat seekor
anak kambing sedang minum air. Pada saat
anak kambing itu sedang minum, datanglah ke
tempatnya seekor harimau yang sedang kelapar
an, lalu ia berkata,
“Mengapa kamu begitu jahatnya mengotori air
yang akan saya minum ini?”
Jawab Anak Kambing itu, “Jangan marah, Tuan
ku, sekali-kali bukan saya yang mengotori air
yang akan Tuanku minum. Lagi pula tempat saya
minum agak ke hilir daripada tempat Tuanku.”
3 Sumber buku: Cerita Rakyat Minangkabau: Dongeng Jenaka,
Dongeng Berisi Nasehat, Serta Dongeng Berisi Pendidikan
Moral dan Budaya (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Nasional, 2001)
23
24
Kata Harimau pula, “Memang kamu yang me
ngotori air tempat saya minum ini. Tahun-tahun
yang lalu kamu jelek-jelekkan pula saya.”.
Jawab Anak Kambing itu, “Ampun Patik Tuanku
mana mungkin tahun lalu saya menjelek-jelekkan
Tuanku padahal saya belum lahir.”
Harimau tersebut makin marah dan terus
berusaha memfitnah Anak Kambing tersebut
dan makin berselera ia hendak menerkam Anak
Kambing itu.
“Kalau bukan kamu tentu saudara kamu yang
menjelek-jelekkan saya.” Anak kambing pun men
jawab, “Maaf Tuanku, saya tidak mempunyai
saudara.”
Akhirnya, Harimau itu tidak lagi dapat mena
han rasa laparnya dan iapun berakata kepada
Anak Kambing yang malang itu. “Kalau begitu,
tentu salah seorang teman kamu yang menjelek-
jelekkan saya karena saya tahu semua bangsa
kamu berprasangka buruk kepada saya. Sekarang
juga saya balaskan dendam saya kepada kamu.”
Seketika itu juga Anak Kambing tersebut di
terkam oleh Harimau yang sedang kelaparan itu
dan membawa lari Anak Kambing yang malang
tersebut ke dalam hutan. Sang Harimau pun
menikmati makan siangnya dengan tenang tanpa
hewan lain yang mengganggunya.
25
P
ada masa lalu tersebutlah kisah seorang
raja yang memerintah di sebuah negeri di
pedalaman Minangkabau. Raja itu hendak
membuang anaknya kerana mengikuti bisikan
tukang nujum yang dengki kepadanya dan
menyuruh raja itu membuang putra satu-satunya.
Jika putra raja tidak dibuang maka raja dan
kerajaannya akan mendapat musibah. Adapun
musibah yang akan menimpa sang raja dan
kerajaannya adalah kalah dalam peperangan
saat diserang oleh musuh yang akan datang.
Sebagaimana disampaikan oleh tukang Nujum
saat menghadap sang raja tersebut.
“Ya, Tuanku, berdasarkan hasil penujuman
hamba, baiknya segera Tuanku buang ke dalam
27
hutan agar negeri ini selamat dari bencana yang
sebentar lagi akan melanda negeri dan tahta
Tuanku ini. Pangeran Mudo sungguh tidak elok
dipertahankan di dalam kerajaan kita ini”
Raja yang terlalu sayang pada tahta dan ter
lalu mempercayai si Tukang Nujum segera meme
rintahkan pengawal istana untuk membuang
Pangera Mudo ke dalam hutan. Tentu saja tanpa
sepengetahuan sang Permaisuri dan penasihat
kerajaan lainnya.
Pengawal istana yang masih sayang kepada
Pangeran Mudo tidak jadi membuang Putra Raja
ke dalam hutan. Ia kemudian meninggalkan
Pangeran Mudo di sebuah ladang yang sudah
lama ditinggalkan oleh pemiliknya. Tuan pemilik
ladang itu telah meninggalkan ladangnya itu
karana kalah berperang dengan beruk. Di ladang
itu masih banyak ayam-ayam miliknya. Ayam-
ayam itu dijaga oleh seekor beruk besar.
Pangeran Mudo sepeninggal dubalang raja
pun mulai merasa kelaparan. Kerana tidak ada
makanan yang dibekalkan untuknya semasa ia
dibuang, Anak Raja itu mencari telur-telur ayam
di waktu malam untuk dimakan. Pagi harinya,
beruk yang menjaga ayam-ayam itu telah heboh
kehilangan telur ayam.
28
Pada malam berikutnya Anak Raja itu mencuri
telur ayam lagi. Kali ini, kelompang (kulit) telur
itu disarungkannya pada kemaluan Beruk itu
semasa beruk itu sedang tidur. Apabila Beruk
itu bangun, dilihatnya pada kemaluannya ada
kelompang telur. Disangkanya kemaluannyalah
yang mencuri telur-telur yang hilang itu. Kerana
terlalu marah, beruk pun mengambil sepotong
kayu dan dipukulnya kemaluan miliknya sendiri.
Ia pun mati oleh tangannya sendiri.
29
D
i rimba belantara yang dibelah oleh sebuah
sungai yang cukup lebar, musim buah-
buahan hadir bagaikan siraman air yang
sejuk. Binatang-bintang pemakan buah-buahan
seolah mendapatkan sebuah rezeki besar dan
menikmatinya sebagai sebuah pesta musiman.
Gerombolan beruk berlompatan dari pohon
ke pohon, dari batang ke batang, bergelayutan
dari ranting ke ranting. Suara mereka bersahut-
sahutan seolah saling memberi kabar. Suasana
yang sangat riang. Rimba itu seolah hidup
berdampingan damai dengan para binatang.
Tiba-tiba dalam keriangan tersebut, seekor
beruk jatuh dari sebuah pohon ke dalam sungai.
Beruk itu tidak bisa berenang. Ia berupaya
4 Diceritakan kembali oleh Zulfitra
30
menggapai-gapai. Raut wajahnya terlihat sangat
ketakutan sekali. Dengan segala upaya akhirnya
ia bisa sampai ke tepi. Tapi sayangnya, ia sampai
ke tepi di seberang, sehingga ia terpisah dari
gerombolannya.
Beruk itu mulai berpikir, bagaimana cara agar
ia kembali ke tempatnya semula. Ke seberang
sungai. Ketempat gerombolannya sedang ber
pesta dengan buah-buahan. Ia coba berteriak-
teriak, tapi seolah-olah tidak ada temannya
yang mendengar. Untuk berenang tentu saja ia
tidak berani. Ia kalut, wajahnya terlihat semakin
takut. Dalam situasi itu, tiba-tiba dari sungai ter
dengar suara membelah, dan sebuah lubang besar
menganga mengarah kepada Beruk. Sang Beruk
terkejut, mundur dari tepi sungai dan berlari.
Tidak jauh dari tempat tersebut ia coba melihat
ada apa gerangan. Rupanya seekor buaya besar
tengah membuka mulutnya. Untung saja ia cepat
bergerak lari. Kalau tidak, tentu ia sudah dimakan
oleh buaya itu.
Dalam kepanikan itu, ia dengar suara buaya
yang sangat keras.
“Hai, Beruk. Sedang apa kau di sini. Apakah kau
tahu, ini adalah wilayah kekuasaanku. Apakah kau
mau menyerahkan nyawamu. Haha, kebetulan
31
sekali aku sedang lapar. Ke sinilah, biar kumakan
habis dirimu!” kata Buaya dengan marah.
Si Beruk kian ketakutan. Ia menggigil. Tapi ia
terus berpikir, apa yang harus ia lakukan?
“Hai Beruk. Kau dengar aku bicara?” kata Buaya
lagi kian marah. “Ini wilayah kekuasaanku. Kalau
kau mau selamat silahkan pergi dari sini.”
“Jangan terlalu sombong, Buaya,” jawab Beruk
mulai berani berbicara. “Dari dahulu kala rimba
ini adalah tempat kami gerombolan Beruk.
“Tempat kalian di rimba sebelah sana,” kata
Buaya.
“Sejak kapan kau berpikiran seperti itu, Buaya?”
balik berkata Beruk sengaja memancing kemarah
an Buaya.
Buaya semakin marah. Ekornya digoyang-go
yangkannya, dan mulai berjalan ke arah Beruk. Si
beruk mundur.
“Berhenti di situ, buaya. Kalau kau terus berjalan
ke sini, semua gerombolan Beruk akan datang ke
sini untuk membunuhmu!” gertak si Beruk.
Si Buaya tertawa terpingkal-pingkal.
“Mana mungkin Beruk. Aku tahu kau hanya
sendiri di situ. Coba kau buktikan, atau panggilah
semua gerombolanmu itu.”
“Percuma saja, Buaya. Kami sangat banyak
sekali. Mungkin lebih baik kau pergi dan biarkan
32
aku di sini gerombolanku semuanya datang ke
sini.”
“Aku tidak takut, Beruk. Kami juga banyak di
sungai ini,” jawab Buaya. “Baiklah, Beruk. Coba
kau kumpulkan semua gerombolanmu, aku juga
akan kumpulkan semua Buaya yang ada di sungai
ini. Kau tak akan mampu melawan kami,” kata
Buaya dengan angkuhnya.
“Baiklah, Buaya. Karena hari hampir malam, dan
aku harus menjemput gerombolanku ke tengah
rimba, bagaimana kalau besok pagi kita bertemu
di sini. Aku kumpulkan gerombolan Beruk, dan
kau kumpulkan semua Buaya yang ada di sungai
ini. Siapa di antara kita yang lebih banyak, ialah
yang berkuasa di rimba dan tepi sungai ini,” kata
si Beruk mencari akal.
“Setuju,” kata Buaya cepat. “Besok pagi kita
bertemu di sini!”
Setelah Buaya mencebur ke dalam sungai si
Beruk terdiam cukup lama. Ia berpikir, apa yang
harus dilakukannya. Yang jelas ia sendiri saja di
tepi sungai tersebut, dan gerombolan yang di
sebutkannya kepada buaya hanya akal-akalannya
saja. Apa yang harus dilakukannya untuk mem
buktikan kepada Buaya, dan yang paling penting
adalah bagaimana caranya agar ia bisa kembali ke
rimba seberang.
33
34
Perlahan-lahan matahari turun. Hari pun
mulai beranjak malam. Melihat hamparan pasir
di tepi sungai sehabis air surut, tiba-tiba si beruk
mendapatkan ide untuk melakukan sesuatu. Ia
berjalan mondar-mandir di atas pasir tersebut.
Berulang-ulang, berkali-kali. Terus-menerus. Se
hingga terlihat jejak kaki si beruk yang sangat
banyak sekali. Merasa belum cukup, si Beruk ber
jalan kembali. Ia terus mondar-mandir sehingga
pasir di tepi sungai tersebut penuh oleh jejak
beruk. Merasa sudah cukup si Beruk berhenti. Di
sebuah pohon tepi sungai itu ia beristirahat dan
tertidur.
Esok paginya Beruk sengaja cepat bangun agar
ia lebih dulu datang ke tepi sungai.
“Buaya, Buaya!” panggilnya penuh percaya diri.
Seolah-olah ia tidak takut sama sekali.
Mendengar suara Beruk, satu-persatu buaya
bermunculan dari dalam sungai.
“Mana teman-temanmu yang banyak itu?” tanya
beruk. “Gerombolanku tadi sudah ke sini semua,
tapi kalian tidak ada,” katanya.
“Berapa banyak kalian semua?” tanya Buaya
menantang.
“Kau bisa lihat jejak kami di pasir itu, Buaya.
Dan itu belum semuanya,” jawab Beruk tenang.
“Sekarang, mana temanmu yang banyak itu?”
35
“Panggil seluruh gerombolanmu itu ke sini,
biar kita hitung siapa yang lebih banyak?” jawab
Buaya.
“Begini saja,” kata Beruk. “Biar kuhitung kalian
dulu, setelah itu baru kupanggil gerombolanku
untuk menghitungnya. Siapa yang lebih banyak
merekalah yang akan berkuasa di rimba dan tepi
sungai ini. Bila kami kalah, kau boleh berkuasa
dan memakan kami satu-persatu,” pancing Beruk
menantang.
Si Buaya terpancing dan merasa tertantang.
Terbayang olehnya akan menghabisi si beruk yang
sangat menjengkelkan itu.
“Baiklah,” kata Buaya. “Apa yang harus kulaku
kan agar kau bisa menghitung?”
“Berbarislah kalian dari tepi sungai sebelah
sini sampai ke tepi sungai sebelah sana, aku akan
melompat di punggungmu seraya menghitung
satu-persatu,” jawab Beruk.
Maka berbarislah buaya satu-persatu. Sangat
rapi. Lalu beruk mulai menghitung. Melompat di
punggung buaya yang satu ke buaya berikutnya.
Sampai pada hitungan ke lima belas, ternyata si
Beruk sudah sampai di tepi rimba seberang.
“Lima belas!” sorak si Beruk, dan ia berlari
menuju rimba tempat asalnya seraya berteriak,
“Terima kasih, Buaya. Badanmu saja yang besar,
36
otakmu ternyata sangat bodoh,” teriak Beruk
sambil terus tertawa-tawa.
Buaya sangat sakit hatinya. Ia telah tertipu oleh
Beruk yang kecil itu. | 20_Petualangan_Binatang_dan_Kisah_Lainnya_1 |
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.
Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Apa sing Dienteni Seto
Apa yang Ditunggu Seto
Penulis
Eni Wulansari
Penelaah
FX. Dono Sunardi
Penanggung Jawab
Umi Kulsum
Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto
Ilustrasi & Desain Sampul
Cecylia Cahyani
Tata Letak
FA Indonesia
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972
Cetakan pertama, Oktober 2023
E-ISBN: 978-623-112-904-8
Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
C
erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak,
khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam
pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan
beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang
mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan
budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan
ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila.
Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga
keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan
bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur,
seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai-
nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk
cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan
mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi
berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah
membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di
dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan
kayanya unsur-unsur lokal.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta
dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah
upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan
memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi
penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif,
mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini
dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi
dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya
dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga
menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi,
penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang
turut andil mewujudkan karya ini.
Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Surabaya, 1 Oktober 2023
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Apa sing Dienteni Seto
Apa yang Ditunggu Seto
Biodata Penulis
Biodata Ilustrator
iii
iv
1
20
20
iv
Ana s
ing d
iente
ni Se
to, n
alik
a
ma
ngs
a k
etig
a te
ka.
Ada y
ang d
itung
gu S
eto k
eti
ka k
em
ara
u ti
ba.
1
Melu
bap
ake
ngg
aw
e b
ata
.
Dia i
kut
Bapa
k me
mb
ua
t b
atu
ba
ta.
2
Ngeduk lemah lempung,
Ngusungi merang,
Ngileake banyu
Dia mengeruk tanah liat,
dia membawa,
dan dia mengalirkan air.
3
Kabeh mau diadhuk nganti dadi adonan.
Apa iku sing dienteni Seto?
Udu.
Ngadhuk bakal bata gawe
kesel lan luwe.
Semuanya diaduk hingga jadi adonan.
Apa itu yang ditunggu Seto?
Bukan.
Mengaduk bahan batu
bata membuat lelah dan lapar
4
Dina sesuke, wayahe nyithak bata.
Seto wis apal tugase nyawisi cetakan.
Hari selanjutnya adalah waktu mencetak
batu bata. Seto sudah hafal, tugasnya
menyiapkan cetakan
5
Pangg
onan
nyith
ak k
udhu
rat
a, s
up
aya
ba
tan
e te
tep
tem
ata.
Temp
at me
nceta
k har
usla
h rat
a a
gar
ba
tu
bat
a te
tep
tert
ata.
Ditab
uri p
asir
supa
ya
se
ger
a k
erin
g.
Disaw
uri w
edhi,
sup
aya
ba
tan
e g
eli
s g
arin
g.
6
Cithakan diiseni adonan.
Yen wis padhet, cithakane banjur diangkat.
Ngono sateruse,
nganti entek adonane.
Cetakan diisi adonan.
Kalau sudah padat, cetakan lalu diangkat.
Begitu seterusnya hingga
adonan habis.
7
Bata
wis se
teng
ah
gar
in
g.
N
ge
nten
i sedina man
eh
s
up
ay
a
gar
ing
sri
ng
.
Batu b
ata h
amp
ir k
eri
ng
.
H
aru
s ditu
nggu sehari
lag
i a
ga
r
m
ak
in k
erin
g.
8
Dina
ta
mb
ah
d
in
a,
tum
pukan bata s
ay
a
du
w
ur
.
Hari
ber
gan
ti h
ar
i,
tu
mpuk
an batu bata s
em
ak
in
t
in
gg
i.
9
Sadhela maneh! Sadhela maneh!
Sebentar lagi! Sebentar lagi!
10
Kata Bapak besok waktu membakar batu bata.
Apa itu yang ditunggu Seto?
Ngendikane Bapak, sesuk wayahe ngobong bata
Apa iku sing dienteni Seto?
11
Bat
a-
ba
t
a
di
ta
ta.
Ditam
bahi
mer
ang
in
g
g
an
g-
ga
nge
tump
ukan.
Bat
u b
at
a
di
ta
ta.
Ditamb
ahka
n se
kam
di
r
o
ng
ga
-ro
ngg
a tum
pukan.
12
Ngen
dikan
e Ba
pak
sup
ay
a p
ana
se r
ata
.
Kata
Bapa
k, su
paya
p
ana
s m
era
ta.
13
Saiki wayahe bancakan lan ndonga.
Supaya ngobong batane lancar lan
ora ono sing kepyar.
Sekarang waktu berdoa bersama. Ber-
doa supaya pembakaran batu
bata lancar.
14
Iki sing dienteni Seto. Rampung donga, banjur
maem bareng kanca-kanca. Sego uduk, iwak pitik
panggang lan jadah ketan.
Ini yang ditunggu Seto. Selesai berdoa kemudian
makan bersama teman-teman.
Ada nasi uduk, ayam panggang, dan jadah ketan.
15
Ngobong bata butuh wektu
rong dina. Kancane Seto melu nginap
ing tenda.
Membakar batu bata
butuh waktu dua hari. Teman-teman Seto ikut
menginap di tenda.
16
Bapak njaga urupe geni.
Bapak menjaga nyala api.
Kala-kala kayune
ditambahi, aja
nganti mati.
Sesekali kayu ditambahkan
agar nyala api jangan
sampai padam.
17
Sakwise diademke, saiki wayahe mbongkar batane. Seto melu
degdegan. Apa batane mateng lan abang? Apa ireng lan kepyar?
Setelah batu bata didinginkan, tiba waktunya membongkar. Seto ikut
berdebar. Apa semua batu batanya merah dan matang? Atau hancur
dan hitam?
18
Hore, batane mateng kabeh. Bata-bata siap
didol nyang toko bangunan.
Bata-bata siap nggo bangun omah, krethek,
pager, lan liya-liyane.
Hore, batu bata matang semua. Batu bata siap
dijual ke toko bangunan.
Batu bata siap digunakan membangun rumah,
jembatan, pagar, dan lain-lain.
19
BIONARASI
Penulis
Eni Wulansari di beberapa karyanya memakai nama pena
Shabrina Ws. Dia lahir dari keluarga petani. Dia menikmati
masa kanak-kanak di lahan pertanian. Buku-buku bacaan anak
karyanya yang sudah terbit, antara lain: Pelari Cilik, Petualangan
Ciki Kelinci, Lesus, Sakti dan Sapi Rebo, Dongeng Binatang,
Kisah Indah dari Padang Rumput, Kue Kesukaan Tama, Kenduri
Blang, Gonggongan Mengki, Surat dari Kobror, Payung Siapa
Itu dan Laron Byar. Bisa disapa di IG @shabrina.ws.
Ilustrator
Cecylia Cahyani seorang lulusan matematika yang jatuh cinta
dengan dunia seni dan kepenulisan. Impian masa kecilnya
menjadi seorang penulis dan ilustrator hebat yang sempat
terkubur kini perlahan ingin diraihnya kembali. Cecylia telah
menulis belasan buku teks pelajaran dan mengilustrasikan
beberapa buku. Kalian dapat mengintip perjalanan hidupnya
melalui akun Instagram @cecyliacahyani.
20 | 21_APA_SING_DIENTENI_SETO |
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.
Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Waduh...Mati Lampu
Aduh… Mati Lampu
Penulis
Enny Diana
Penelaah
FX. Dono Sunardi
Penanggung Jawab
Umi Kulsum
Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto
Ilustrasi & Desain Sampul
Cecylia Cahyani
Tata Letak
FA Indonesia
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972
Cetakan pertama, Oktober 2023
E-ISBN: 978-623-112-900-0
Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
C
erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak,
khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam
pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan
beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang
mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan
budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan
ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila.
Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga
keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan
bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur,
seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai-
nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk
cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan
mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi
berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah
membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di
dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan
kayanya unsur-unsur lokal.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta
dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah
upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan
memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi
penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif,
mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini
dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi
dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya
dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga
menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi,
penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang
turut andil mewujudkan karya ini.
Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Surabaya, 1 Oktober 2023
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Waduh...Mati Lampu
Aduh... Mati Lampu
Biodata Penulis
Biodata Ilustrator
iii
iv
1
20
20
iv
Dala
nan
mac
et.
Mo
bil
p
ati
ng
gr
em
et.
Jala
nan
mac
et.
Mob
il
pa
da
t m
era
yap
1
Dimas
bola
-bali
ngu
thek
HP.
N
ang
ing
or
a a
na
siny
ale.
Dimas
berka
li-kal
i men
gope
rasik
an
HP
. N
am
un,
tid
ak a
da s
inya
l.
2
Dim
as
m
e
c
u
cu
wae
.
Dim
as
l
al
u
c
em
ber
ut
3
Sawise
pata
ng j
am
, r
om
b
o
ng
an
te
kan
pangg
onan.
Setela
h em
pat
ja
m,
m
er
ek
a s
amp
ai tuj
uan.
4
Kabeh padha salim, Ibu lan Simbah rangkulan.
Semua bersalaman kemudian Ibu dan Simbah berpelukan.
5
Mleb
u om
ah,
Dim
as l
ang
sung
nggoleki
TV.
Mema
suki r
umah
, Di
mas
lang
sung me
ncari TV.
6
Sim
ba
h
ka
n
dha
lamp
u
n
e
m
ati
.
Simb
ah b
erk
at
a
kal
au sedan
g
m
at
i l
am
pu
.
7
Ngru
ngu
ik
u,
Di
mas tamb
a
h
m
ec
uc
u.
Mend
eng
ar
it
u,
D
ima
s sema
ki
n
ce
m
ber
ut.
8
Kab
eh
pa
d
h
a
n
ggu
yu.
Se
mu
a
te
r
ta
wa.
9
Bapak
ngre
wan
gi M
bah
pu
tri
. D
im
as
diti
mba
li.
Bapa
k me
mban
tu S
imb
ah
. D
ima
s d
ipa
ngg
il.
10
Dim
as s
um
rin
ga
h,
ng
erti
cara
ne
n
ja
g
a
ge
ni.
Dimas g
embir
a, ta
hu
ca
ra me
njaga api a
ga
r t
et
ap
meny
ala
11
Bapa
k lan
Mb
ah
gu
muj
en
g.
Prau
pane
Di
mas
p
ad
ha
ire
ng.
Bapa
k da
n Si
mba
h t
ert
aw
a.
Waja
h Di
mas
hita
m s
em
ua.
12
Ndele
ng Di
mas
patin
g jel
iten
g.
Me
tu
usi
le
Mba
k A
jen
g.
Meliha
t waj
ah Di
mas y
ang
bele
pot
an,
M
bak
Aj
eng
jad
i us
il.
13
Bo
ca
h
loro
gegojegan.
Ibu
ni
mb
a
ngan
ti kecipra
ta
n.
Ke
du
any
a bercanda.
Ibu y
ang
sed
an
g
m
enim
ba sampai t
er
cip
ra
t a
ir.
14
Soren
e, Ba
pak
nyu
met
la
mp
u.
Soren
ya, B
apak
men
yal
aka
n la
mpu
.
15
Dimas ngikik.
Ana lampu cilik arane “ublik”.
Dimas cekikikan.
Ada lampu kecil bernama “ublik”.
16
Mbak Ajeng nggawe bayangan
saka lampu. Dimas melu-melu.
Mbak Ajeng membuat bayang-
bayang dari lampu dan Dimas
ikut-ikutan.
17
Dum
ada
ka
n
la
m
p
u
pa
dh
an
g.
Tiba-
tiba
la
m
pu
m
e
n
ya
la
te
ran
g.
18
Di
m
as
ma
lah mecucu.
Dim
as
ju
stru
cemberu
t.
Ka
be
h
pa
dha ngguy
u
Se
mu
a
ora
ng tertawa
.
19
Penulis
Enny Diana, Lahir di Lamongan pada 13 April 1987 dan
sekarang berdomisili di Sidoarjo. Penulis adalah ibu dua
anak salihah. Penulis juga mengajar di salah satu SD di Kota
Surabaya.
Ini adalah karya perdana penulis berbentuk cerita anak
bergambar dalam dwibahasa. Sebelumnya karya-karya penulis
adalah buku yang berhubungan dengan materi pembelajaran
di jenjang sekolah dasar.
Ilustrator
Cecylia Cahyani, seorang lulusan matematika yang jatuh cinta
dengan dunia seni dan kepenulisan. Impian masa kecilnya
menjadi seorang penulis dan ilustrator hebat yang sempat
terkubur kini perlahan ingin diraihnya kembali. Cecylia telah
menulis belasan buku teks pelajaran dan mengilustrasikan
beberapa buku. Kalian dapat mengintip perjalanan hidupnya
melalui akun Instagram @cecyliacahyani.
BIONARASI
20 | 22_WADUH_MATI_LAMPU |
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.
Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Kuri lan Kuro
Kuri dan Kuro
Penulis
Tulus S
Penelaah
FX. Dono Sunardi
Penanggung Jawab
Umi Kulsum
Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto
Ilustrasi & Desain Sampul
Cecylia Cahyani
Tata Letak
FA Indonesia
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972
Cetakan pertama, Oktober 2023
E-ISBN: 978-623-112-892-8
Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
C
erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak,
khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam
pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan
beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang
mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan
budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan
ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila.
Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga
keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan
bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur,
seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai-
nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk
cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan
mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi
berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah
membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di
dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan
kayanya unsur-unsur lokal.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta
dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah
upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan
memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi
penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif,
mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini
dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi
dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya
dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga
menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi,
penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang
turut andil mewujudkan karya ini.
Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Surabaya, 1 Oktober 2023
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Kuri lan Kuro
Kuri dan Kuro
Biodata Penulis
Biodata Ilustrator
iii
iv
1
20
20
1
C
i
y
e
k
…
c
i
y
e
k
C
i
y
e
k
…
c
i
y
e
k
2
Kuri
lan
Ku
ro
la
gi
ng
e
t
ut
ake
babo
ne.
Kuri
dan
Kur
o s
eda
ng
m
e
n
giku
ti ind
uk me
reka.
3
Duma
daka
n an
a pi
tik
ja
go
sin
g t
eka
.
Tiba-
tiba
ada
ayam
jan
ta
n y
an
g d
ata
ng.
L
u
n
g
a
!
P
e
r
g
i
!
4
Babo
n piti
k duw
e ka
rep
supa
ya
an
ak-
an
ake
bi
sa
man
gan
.
Induk
ayam
berh
arap
agar
an
ak-
ana
k b
isa
mak
an.
5
Kuri penasaran marang jago.
Kuri penasaran pada jago.
6
7
Kuro
banju
r nak
onak
e ge
ga
yut
an
jag
o k
uwi
.
Kuro k
emudi
an m
enan
yak
an
ten
tan
g ja
go i
tu.
8
Kuri lan Kuro moyoki.
Kuri dan Kuro meledek.
9
Mimi
njlen
treh
ake
me
na
wa
ku
wi j
ago
.
Mimi
memb
erita
hu ba
hwa
itu
ad
alah
jag
o.
10
Kuri
nggu
mun m
arang
wuju
de jag
o.
Kuri
hera
n pada
bentu
k tubu
h jago
.
11
Jago
luwi
h dh
uwu
r ti
ni
mb
an
g b
abo
n.
Jago
lebih
tingg
i dar
ipa
da
aya
m b
etin
a.
12
Babon buntute cendhek.
Uga ora duwe jalu lan cengger.
Ayam betina berekor pendek.
Ayam betina tidak punya taji dan
cengger.
13
Mimi
kan
dha
kuwi
jen
en
ge
ana
tom
i.
Mimi
menj
elask
an ba
hw
a it
ula
h a
nat
omi
.
14
15
Anatomi kuwi ilmu kang nggambarake papan
lan gegayutane karo perangane awak.
Anatomi adalah ilmu yang menerang-
kan letak serta bagian-bagian tubuh.
16
Kuri dan Kuro merasa senang.
Kuri lan Kuro seneng banget.
17
Mim
i men
ehi se
mang
at ma
rang
anak
-ana
ke.
Mimi
mem
berikan
sema
ngat p
ada an
ak-an
ak.
18
19
Penulis
Tulus S merupakan penulis asal Madiun
yang karya-karyanya sudah menyebar di
nusantara dan luar negeri. Dunia anak
sungguh menyenangkan, oleh sebab itu
dituangkanlah dalam cerita anak.
Ilustrator
Cecylia Cahyani adalah seorang lulusan
matematika yang jatuh cinta dengan dunia
seni dan kepenulisan. Impian masa kecilnya
menjadi seorang penulis dan ilustrator
hebat yang sempat terkubur, kini perlahan
ingin diraihnya kembali. Cecylia telah
menulis belasan buku teks pelajaran dan
mengilustrasikan
beberapa
buku.
Kalian
dapat mengintip perjalanan hidupnya melalui
akun Instagram @cecyliacahyani.
BIONARASI
20 | 23_KURI_LAN_KURO |
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang.
Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu,
murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah
oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini
merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin
dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Memedi Sawah
Orang-Orangan Sawah
Penulis
Evi Wahyu Lestari
Penelaah
FX. Dono Sunardi
Penanggung Jawab
Umi Kulsum
Tim Penyunting
Koordinator: Awaludin Rusiandi
Khoiru Ummatin
Dalwiningsih
Amin Mulyanto
Ilustrasi & Desain Sampul
Dini Happy Rose Mery
Tata Letak
FA Indonesia
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dikeluarkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117
Telepon (031) 5925972
Cetakan pertama, Oktober 2023
Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt
iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm
E-ISBN: 978-623-112-874-4
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR
C
erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak,
khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam
pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan
beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang
mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan
budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan
ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila.
Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga
keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan
bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di
Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur,
seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai-
nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-
nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk
cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan
mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia.
Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi
berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah
membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di
dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan
kayanya unsur-unsur lokal.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta
dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN).
Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah
upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan
lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan
memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi
penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif,
mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini
dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi
dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya
dan kewargaan dapat terwujud.
Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga
menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi,
penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang
turut andil mewujudkan karya ini.
Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat.
Surabaya, 1 Oktober 2023
Dr. Umi Kulsum, M.Hum.
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Memedi Sawah
Orang-Orangan Sawah
Biodata Penulis
Biodata Ilustrator
iii
iv
1
20
20
1
Parine wis kuning. Manuk-manuk padha bungah. Nanging,
aku wedhi yen parine Bapak dientekna manuk.
Padi sudah menguning. Burung-burung bersuka ria. Namun, aku takut
padi Bapak akan dihabiskan burung.
2
Wayahe masang jala.
Saatnya memasang jaring.
3
Ternyata, jaringnya k
ura
ng
le
ba
r. M
asih ad
a p
ad
i ya
ng belum ter
tutup.
Tibake, jalane kura
ng
am
ba
. I
sih ana p
ar
i s
ing o
ra katutupan.
4
Wah
, ma
nuk
e is
ih b
is
a
ml
eb
u i
ki!
Wah,
buru
ng-b
urun
g m
asih
bi
sa
ma
su
k n
ih!
5
Piye yen dipasang memedi sawah wae?
Kaya gambar iki.
Bagaimana jika dipasang orang-orangan sawah
saja? Seperti gambar ini.
6
Aku banjur njupuk gambar memedi
sawah kuwi.
Aku mengambil gambar orang-
orangan sawah itu.
7
Aku mengajak
Ba
pa
k m
emb
uat ora
ng
-o
ran
gan sawa
h.
Aku ngaja
k B
ap
ak
ng
gawe m
em
ed
i sawa
h.
8
Pirantine wis cemepak. Ana sapu sing wis ora kanggo, kaos
tilase Bapak, bal plastik lan kayu. Tangane digawe saka
sapu sing ora kanggo.
Bahan-bahan sudah siap. Ada sapu yang tidak terpakai, kaus bekas Bapak,
bola plastik, dan kayu. Tangannya terbuat dari sapu bekas.
9
Aduh
tanga
ne pu
tung
. Je
bul
e s
apu
ne
wis
gap
uk.
Aduh,
tanga
nnya
pata
h. Ter
nya
ta
sap
uny
a su
dah
lapu
k.
10
Aku golek gantine. Ing mburi omah ana pang jambu.
Aku mencari penggantinya. Di belakang rumah ada cabang
pohon jambu.
11
Aku n
dudu
hna
pang
jam
bu
ik
u m
ara
ng B
apa
k.
Aku m
enunj
ukkan
kayu
jam
bu
itu
pad
a Ba
pak.
12
Pang jambu bisa ngijoli sapu sing wis gabuk.
Kayu jambu bisa menggantikan sapu yang lapuk.
13
Memedi sawah wis rampung. Bapak banjur nglambeni memedi
sawah iku.
Orang-orangan sawah sudah jadi. Bapak memakaikan kaos
bekas pada orang-orangan sawah itu.
14
Aku mlayu mlebu omah. Ana kain pipeh sisane Ibu njahit.
Aku berlari masuk rumah. Ada kain sisa Ibu menjahit.
15
Aku nyuwun marang supaya Bapak masangna kain pipeh
ing mburine memedi sawah. Kaya swiwi.
Bapak memasang kain itu dibelakang orang-
orangan sawah, mirip sayap.
16
Memedi sawah wis dipasang.
Orang-orangan sawah sudah siap dipasang
17
Unine rame yen ditarik.
Suaranya ramai saat ditarik.
Klonta
ng
…
..
kl
on
tang
…
…
kl
ont
ang
Klon
ta
ng
….
.k
lon
tang……
klo
nt
an
g
18
Kanca-kancaku padha mara. Kabeh seneng dolanan memedi
sawah.
Teman-temanku mulai berdatangan. Semua senang
bermain orang-orangan sawah.
19
Kain pipeh sing ana mburine memedi sawah kena angin. Kathone
kaya pahlawan super sing lagi mabur.
Kain yang terikat di orang-orang sawah itu tertiup angin. Terlihat seperti
pahlawan super yang sedang terbang.
20
Evi Wahyu Lestari adalah seorang guru TK yang tertarik
dengan dunia tulis menulis. Penulis tinggal di kota Tuban.
Ia memiliki hobi mengkoleksi buku anak sejak masih belia
hingga kini menjadi ibu dari tiga anak. Hobi menulis
cerita semakin besar mulai tahun 2010. Beberapa naskah
karya pernah dimuat di Jawa Pos, Panjebar Semangat,
Kompas Gramedia, dan lain sebagainya. Beberapa
antologi cerita anaknya juga sudah banyak mewarnai
dunia perbukuan. Penulis juga telah memiliki beberapa
buku anak baik novel maupun buku cerita bergambar.
Jika ingin berkenalan lebih dekat bisa berkunjung di
FB: evi wahyu lestari, Instagram: lestarieviwahyu, atau
pos-el: [email protected].
Happy Rose adalah seorang penulis dan ilustrator lepas
kelahiran Surabaya. Saat ini menetap di kota Malang, Jawa
Timur. Telah mengilustrasi beberapa buku anak di dalam dan
luar negeri. Di antaranya Serangan Semut, Mili Keliling Kota,
Daun-daun Istimewa, Letters to The Stars, If You Still Feeling
Blue, Buku Emosi Pertamaku, Kancing Siapa Ini?, dll.
Saat senggang Happy Rose suka menghabiskan waktu
bersama keluarga dan kucing kecilnya yang bernama Cipa,
atau berlama-lama di sebuah toko buku, atau perpustakaan.
Happy Rose dapat dihubungi melalui pos-el khatarose99@
gmail.com. Karya ilustrasi dan aktivitas literasi dapat diintip
di akun Instagram @happyrosedraws. | 24_MEMEDI_SAWAH |
Subsets and Splits