text
stringlengths
56
1M
title
stringlengths
4
148
Nouf Zahrah Anastasia Jacqueline E MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Film untuk Lala Penulis : Nouf Zahra Anastasia Ilustrator : Jacqueline Emanuella Penyunting : Endah Nur Fatimah Diterbitkan pada tahun 2022 oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV Rawamangun Jakarta Timur Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. PB 398.209 598 ANA f Katalog Dalam Terbitan (KDT) Anastasia, Nouf Zahrah Film untuk Lala/ Nouf Zahrah Anastasia; Penyunting: Endah Nur Fatimah. Bogor: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 2021. iv, 28 hlm.; 29,7 cm. ISBN 978-623-307-175-8 1. CERITA ANAK-INDONESIA 2. LITERASI-BAHAN BACAAN KATA PENGANTAR MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI BUKU LITERASI BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA Literasi tidak dapat dipisahkan dari sejarah kelahiran serta perkembangan bangsa dan negara Indonesia. Perjuangan dalam menyusun teks Proklamasi Kemerdekaan sampai akhimya dibacakan oleh Bung Kamo merupakan bukti bahwa negara ini terlahir dari kata-kata. Bergerak menuju abad ke-21 saat ini, literasi menjadi kecakapan hidup yang harus dimiliki semua orang. Literasi bukan hanya kemampuan membaca dan menulis, melainkan juga kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas. Sebagaimana kemampuan literasi telah menjadi faktor penentu kualitas hidup manusia dan pertumbuhan negara, upaya untuk meningkatkan kemampuan literasi masyarakat Indonesia harus terus digencarkan. Berkenaan dengan hal tersebut, pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menginisiasi sebuah gerakan yang ditujukan untuk meningkatkan budaya literasi di Indonesia, yakni Gerakan Literasi Nasional. Gerakan tersebut hadir untuk mendorong masyarakat Indonesia terus aktif meningkatkan kemampuan literasi guna mewujudkan cita-cita Merdeka Belajar, yakni terciptanya pendidikan yang memerdekakan dan mencerdaskan. Sebagai salah satu unit utama di lingkungan Kemendikbudristek, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa berperan aktif dalam upaya peningkatan kemampuan literasi dengan menyediakan bahan bacaan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembaca. Bahan bacaan ini merupakan sumber pustaka pengayaan kegiatan literasi yang diharapkan akan menjadi daya tarik bagi masyarakat Indonesia untuk terus melatih dan mengembangkan keterampilan literasi. Mengingat pentingnya kehadiran buku ini, ucapan terima kasih dan apresiasi saya sampaikan kepada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa serta para penulis bahan bacaan literasi ini. Saya berharap buku ini akan memberikan manfaat bagi anak-anak Indonesia, para penggerak literasi, pelaku perbukuan, serta masyarakat luas. Mari, bergotong royong mencerdaskan bangsa Indonesia dengan meningkatkan kemampuan literasi serta bergerak serentak mewujudkan Merdeka Belajar. Sekapur Sirih Halo, Adik-Adik. Semoga kalian selalu sehat dan gembira, ya! Memiliki teman adalah hal yang menyenangkan. Namun, bagaimana jika kita memiliki teman baru yang tidak bisa melihat? Apakah kita tetap bisa berteman, bermain, dan bergembira bersama? Buku ini bercerita tentang pertemanan antara Regina dan Lala. Regina yang sedang berlibur di desa nelayan berkenalan dengan Lala yang menyandang disabilitas netra. Regina yang awalnya sempat ragu, akhirnya kagum terhadap Lala. Walau Lala tidak bisa melihat, ia sangat percaya diri dan mampu melakukan banyak hal secara mandiri. Disabilitas yang disandang Lala ternyata tidak menghalangi Regina dan Lala untuk bermain dan bergembira bersama. Mereka bahkan melakukan kegiatan menonton film bersama. Semoga cerita Film untuk Lala membuat kalian semua makin menghargai dan menyayangi teman-teman kalian, tak terkecuali teman dengan kondisi khusus. Selamat membaca! Sawangan, Juli 2021 Nouf Zahrah Anastasia Halaman 1 (Wajib Single) Liburan sekolah telah tiba. Ayah mengajak Regina dan Ibu ke desa nelayan. 1 Pagi itu cuaca cerah di desa nelayan, saat yang tepat untuk Regina berjalan-jalan. 2 3 Regina tiba di persimpangan jalan. Ia bingung memilih jalan terdekat menuju pantai. Regina melihat sekelilingnya. Ada seorang anak perempuan di teras sebuah rumah. Regina berpikir untuk bertanya kepadanya. Ia pasti tahu jalan terdekat menuju pantai. 4 5 “Halo, aku mau ke pantai. Lewat mana, ya?” tanya Regina. Anak perempuan itu seperti terkejut mendengar sapaan Regina. “Oh, hai. Maaf, aku tidak tahu ada orang datang.” 6 “Aku tidak bisa melihat,” kata anak perempuan itu. Ia seperti bisa menebak pikiran Regina. “Aku tadi sedang asyik main harmonika. Jadi, aku tidak mendengar langkah kakimu,” jelas anak itu. Regina terdiam dan berpikir. Ia heran kenapa anak itu tidak melihatnya datang. Padahal, Regina berdiri di depannya. 7 “Aku Lala,” ia memperkenalkan diri dengan suara riang dan ramah. Regina langsung menyukai Lala. “Aku Regina.” 8 “Yuk, aku antar ke pantai,” Lala menawarkan. Regina merasa tidak yakin. Lala tidak bisa melihat. Bagaimana ia bisa tahu jalan ke pantai? “Pantai tidak jauh. Aku hafal jalan ke sana. Aku juga punya ini.” Lala mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. 9 10 “Kita sudah sampai,” kata Lala. Regina memandang Lala kagum. Lala tahu bahwa mereka sudah berada di pantai. Kata Lala, bau air laut sudah tercium. Debur ombak juga terdengar jelas. Jalanan sudah berpasir. Itu semua petunjuk baginya bahwa pantai sudah dekat. 11 Regina dan Lala cepat menjadi akrab. Mereka mencari ide kegiatan bersama. “Bagaimana kalau kita piknik?” usul Lala. “Boleh,” jawab Regina. “Nanti aku buatkan roti isi selai, ya?” “Aku bisa buat sendiri, Regina.” “Jangan lupa bawa harmonikamu, ya,” kata Regina. “Aku bisa bernyanyi dan kamu bermain harmonika.” 12 Regina dan Lala berpiknik dengan riang. Regina membawa minuman untuk dinikmati bersama. Lala membuatkan roti isi selai untuk Regina. 13 Lala meraba titik-titik timbul di botol selai. Titik-titik timbul membantu Lala memilih botol selai. “Roti isi selai untukmu,” kata Lala. 14 15 15 Sepulang berpiknik, Regina dan Lala duduk-duduk di teras rumah. “Main apa lagi, ya?” tanya Regina. “Aku ingin nonton film. Bagaimana kalau kita nonton film?” usul Lala. 16 “Bagaimana caranya?” tanya Regina. “Aku bisa dengar orang bicara di film,” Lala menjelaskan. “Saat tidak ada percakapan, ceritakan yang kamu lihat.” 17 Regina bercerita kepada Ayah tentang ide menonton film. Ayah merasa ide itu bagus sekali. “Ayo, kita pilih film untuk Lala,” kata Ayah. 18 Regina dan Ayah memilih film tentang kehidupan taman laut. Regina berharap, Lala suka dengan pilihannya. “Aku tidak sabar. Ayo, kita mulai filmnya,” kata Lala bersemangat. 19 “Wah, anemon bergoyang-goyang mengikuti arus air laut. Goyangannya seperti tangan yang sedang menari. Banyak ikan kecil berenang di dekat anemon.” Regina menggambarkan taman laut saat narasi di film berhenti. 20 Tersebar banyak taman laut di perairan Indonesia. Taman laut Indonesia sungguh indah. Taman laut adalah rumah bagi hewan dan tumbuhan laut. 21 “Wah, ada penyu hijau muncul dari balik terumbu karang!” seru Regina. 22 Di taman laut ada banyak bentuk terumbu karang. Ada yang seperti tanduk rusa. Sebagian lagi seperti meja bundar, bunga kol, atau kipas. Mereka tumbuh subur di perairan Indonesia. 23 “Ada pari manta! Besar dan lebar sekali ikan ini. Lebarnya lebih dari rentangan tangan ayah kita!” Regina menjelaskannya dengan penuh semangat. 24 Ikan pari manta tinggal di dekat terumbu karang. Pari manta memiliki bentuk pipih melebar. Film selesai diputar. “Seru sekali tadi,” kata Lala. Regina senang karena Lala menyukai film pilihannya. Regina tak sabar untuk memilihkan film lainnya untuk Lala. 25 26 Catatan persimpangan : tempat yang berbelok atau bercabang harmonika : sebuah alat musik tiup selai : bubur buah-buahan yang dimasak dengan gula (biasa dioleskan pada roti) taman laut : area di dalam laut yang penuh dengan bunga karang dan beraneka ragam ikan perairan : area laut dalam suatu negara anemon : jenis hewan laut yang berbentuk seperti bunga terumbu karang : sekumpulan hewan karang yang hidup di taman laut 27 Biodata Penulis Biodata Ilustrator Nouf Zahrah Anastasia (Tasya) adalah seorang pendidik untuk anak berkebutuhan khusus. Pada waktu luangnya, Tasya gemar menulis. Sejumlah artikel seputar pendidikan dan adopsi karyanya dimuat di berbagai media cetak. Dua naskah ceritanya berjudul “Ketika Ben Berbeda” dan “Ketika Aku Diadopsi” telah diterbitkan oleh Erlangga for Kids (2018). Cerita lainnya, “Syal-syal Mama” diterbitkan oleh Penerbit Gorga (2021). Tasya juga menjadi salah satu penulis buku Profesi Psikologi itu Seru, yang diterbitkan oleh penerbit Gramedia (2018). Selain itu, bersama GuruBumi (sekumpulan praktisi dan penggiat pendidikan) Tasya membuat buku cerita berlevel untuk membantu pembaca dini belajar membaca. Tasya bisa dihubungi melalui IG @bundanouf. Jacqueline Emanuella adalah seorang desainer dan illustrator lepas. Ia merupakan alumni dari Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung jurusan Desain Komunikasi Visual. Saat ini ia masih belajar lebih banyak untuk menjadi illustrator buku anak yang lebih baik. Ia dapat dihubungi langsung melalui pos-el [email protected] atau IG @bolaubi. Foto Foto Biodata Biodata Penyunting Endah Nur Fatimah bekerja sebagai penyunting dan penyuluh bahasa di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Ia merupakan alumni dari Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia dapat dihubungi melalui IG @ endahnurfa27 atau melalui pos-el [email protected]. 28
ENF_Film_untuk_Lala_Edit_Muti_Pani
Yang Ini Tidak Berbahaya Ina Inong Norma Aisyah MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa ii Yang Ini Tidak Berbahaya Penulis : Grace Marina Sophia A. (Ina Inong) Ilustrator : Norma Aisyah Penyunting : Endah Nur Fatimah Diterbitkan pada tahun 2022 oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV Rawamangun Jakarta Timur Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. 29 PB 398.209 598 SOP y Katalog Dalam Terbitan (KDT) Sophia A., Grace Maria Yang Ini Tidak Berbahaya/Grace Maria Sophia A.; Penyunting: Bogor: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 2021. iv, 28 hlm.; 29,7 cm. ISBN 978-623-307-163-5 1. CERITA ANAK –INDONESIA 2. LITERASI- BAHAN BACAAN iii iv Sekapur Sirih Halo, Nanda. Senang sekali bertemu lagi dengan Nanda semua. Kali ini, Bunda Ina menulis cerita berjudul “Yang Ini Tidak Berbahaya”. Cerita ini tentang dua orang anak bernama Arvin dan Devan. Arvin menyadari ada yang berbeda dalam diri Devan. Akan tetapi, ia berusaha mengatasi perbedaan itu, supaya ia tetap bisa bersahabat dengan Devan. Bagaimana caranya? Ikuti ceritanya di buku ini, ya. Bunda Ina berharap, setelah Nanda membaca buku ini, Nanda bisa mencontoh sikap Arvin kepada Devan. Nanda bersedia bukan? Tak lupa, Bunda Ina juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Nanda semua yang telah membaca cerita ini. Semoga suka dengan ceritanya, ya. Lain waktu Bunda Ina akan menulis cerita yang lebih seru lagi. Janji! Sampai bertemu lagi. Tetap rajin membaca ya, Nanda. Serang, Juli 2021 Ina Inong Arvin punya tetangga baru. Ia ingin berkenalan dengannya. Arvin juga ingin membawa kue untuknya. 1 Hobi Arvin membuat kue. Banyak yang bilang, kue buatan Arvin rasanya enak. 2 Ia sudah terampil membuat kue sendiri. “Wah, pagi-pagi begini sudah bikin kue, Vin,” kata Mama. “Ini untuk teman baru di rumah sebelah, Ma.” “Oh, tapi jangan sampai terlambat sekolah, ya.” “Beres, Ma. Sebentar lagi juga selesai.” 3 Kue Arvin sudah matang. Hmm, aromanya pasti harum sekali. Warnanya juga sangat mengundang selera. 4 Arvin akan mengantar kuenya sebelum pergi ke sekolah. Teman baru Arvin pasti senang. 5 Teman baru Arvin bernama Devan. Arvin memberi tahu Devan bahwa ia sendiri yang mem­ buat kue itu. Akan tetapi, sikap Devan tampak aneh. Kenapa, ya? 6 7 Arvin melihat Devan dan ibunya ketika berangkat ke sekolah. 8 “Eh, kenapa mereka mengembalikan kue itu? Apakah rasanya enggak enak?” gumam Arvin. 9 Setelah pelajaran pertama usai, seorang murid baru masuk ke kelas Arvin. Murid baru itu adalah Devan. 10 Arvin teringat lagi kejadian tadi pagi. Apakah dia hanya suka kue buatan toko? Atau takut kue buatanku kurang bersih? Haruskah aku bertanya kepadanya? Arvin sibuk dengan pikirannya. 11 Pada hari itu ada yang berulang tahun di kelas. Semua anak bergembira, kecuali Devan. Arvin memperhatikan sikap aneh Devan. Ia makin penasaran. 12 13 “Eh, Van, kamu enggak suka kue, ya?” tanya Arvin. “Aku enggak boleh makan makanan yang terlalu manis, Vin.” “Memangnya kenapa?” “Aku sakit diabetes.” 14 “Ha? Jadi, selamanya kamu enggak boleh makan kue?” Arvin mengira seperti itu. “Boleh, asal bahan-bahannya enggak berbahaya untuk tubuhku.” Sekarang Arvin mengerti keadaan Devan. 15 Sepulang sekolah, Arvin langsung sibuk mencari resep baru. 16 Ia ingin membuat kue lagi untuk Devan. Kali ini ia akan membuat kue yang berbeda. 17 18 “Ini tepungnya, Ma!” seru Arvin saat menemukan tepung yang cocok dengan resep barunya. 19 Akan tetapi, ketika akan membuat kue, Arvin merasa gugup. Ia hampir tidak bisa membaca resep dengan baik. 20 Bahan-bahan: 185 gr tepung mocaf 185 gr gula aren 185 gr mentega 6 merah telur 5 putih telur 5 sdm susu cair Arvin berusaha tenang. Ia tak ingin kejutannya untuk Devan gagal. Berhasilkah Arvin? 21 “Hmm, enak.” Arvin bergumam dengan mulut penuh. Ia berhasil! Arvin tak sabar memberikan kue-kue itu kepada Devan. 22 23 “Hai, Van. Mau coba kue ini? Aku membuatnya dengan bahan-bahan khusus, lo. Aman buat kamu.” “Wah, mau, Vin. Asyik.” 24 25 “Terima kasih kuenya, Vin. Rasanya enak sekali. Kapan-kapan bikin lagi ya. Ha ha ha.” “Boleh, tapi nanti bikin kuenya bersama-sama, ya.” Arvin senang karena sekarang Devan bisa menikmati kue buatannya. 26 diabetes: penyakit yang disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi dalam darah, akibat dari pankreas berhenti membuat hormon insulin yang bertugas untuk mengolah gula darah tersebut gula aren: bahan pemanis yang terbuat dari nira (cai­ ran) yang berasal dari pohon enau gumam/bergumam: berbicara dengan suara yang hanya terdengar oleh diri sendiri resep: 1 catatan yang berisi keterangan bahan dan cara membuat masakan/kue; 2 catatan yang ditulis dokter tentang obat serta takarannya tepung mocaf: tepung yang terbuat dari ubi kayu atau ketela; tepung mocaf rendah kadar gulanya jadi aman untuk dikonsumsi orang yang memiliki pantangan makanan berkadar gula tinggi usai kondisi di mana suatu peristiwa sudah selesai atau berakhir. Catatan 27 ii Biodata Penulis Penulis yang dikenal dengan nama Ina Inong ini telah menekuni dunia literasi anak sejak tahun 2009. Dalam waktu kurang lebih 11 tahun berkarya, Ina Inong telah menulis ratusan naskah cerita anak yang diterbitkan dalam bentuk buku atau kolom cerpen di berbagai media. Sekarang Ina Inong tinggal di Serang, Banten. Ina Inong juga aktif di berbagai media sosial, seperti Facebook: Ina Inong, Instagram: @inongina, dan Twitter: @inongina. Silakan kontak akun-akun media sosial tersebut untuk berkenalan. Ilustrator Norma Aisyah menekuni dunia ilustrasi sejak duduk di bangku sekolah. Buku pertamanya adalah Seri Kukuruyuk: Tidak Mau Terbang terbitan DAR Mizan pada tahun 2000. Ia telah membuat 50 lebih judul buku ilustrasi serta komik untuk anak dan remaja, baik terbitan dalam maupun luar negeri. Selain itu, ia aktif berkarya membuat berbagai sampul buku lintas genre untuk penerbit lokal, baik arus utama maupun indie. Silakan kontak akun Instagram @norma.aisyah atau pos-el [email protected] untuk berkenalan. Penyunting Endah Nur Fatimah bekerja sebagai penyunting dan penyuluh bahasa di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Ia merupakan alumni dari Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia dapat dihubungi melalui IG @endahnurfa27 atau melalui pos-el [email protected]. 28
ENF_FINAL_Lay_Out_Yang_Ini_Tidak_Berbahaya_Edit_Muti
3 Level Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Penulis : Bulbul Sharma Ilustrator: Ade Prihatna Penulis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Ilustrator : Penerjemah : Invani Lela Herliana : Bulbul Sharma : : Ade Prihatna Burung Kecil di Pegunungan Besar Penulis : Bulbul Sharma Ilustrator : Ade Prihatna Penerjemah : Invani Lela Herliana Penelaah : 1. Sonya Sandakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab : Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan- bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. 2 3 Meera tinggal di sebuah desa kecil di Pegunungan Himachal, Pradesh. Dari jendela dapurnya, dia bisa melihat pegunungan tinggi yang berselimut salju. Burung elang besar dengan sayap emasnya seringkali terlihat terbang di atas rumahnya. Suatu hari nanti, ketika dia tumbuh dewasa dan tinggi badannya bertambah, Meera ingin mendaki puncak tertinggi dan melihat ke bawah, ke sisi lain pegunungan. 4 5 Hari ini, Meera dan adik laki-lakinya, Rajesh, serta Ibunya berjalan menuruni bukit. Mereka hendak pergi ke pasar untuk membeli sepatu baru. Untuk ke kota, mereka harus menempuh perjalanan jauh, tetapi Meera tidak keberatan. Setiap harinya, dia harus berjalan selama satu jam untuk berangkat sekolah. Mereka berangkat saat fajar dan harus berjalan kaki selama dua jam untuk mencapai jalan utama. Lalu, dilanjutkan dengan naik bus. 6 7 Kadang-kadang, tak ada lagi jalan setapak sehingga mereka harus melewati bebatuan. “Yuhuuu!” sorak Meera dan Rajesh sambil melompati bebatuan. Kresek kresek, begitu suara ranting dan dedaunan kering yang terdengar saat kaki mereka melangkah. “Cuit, cuit, cuit!” terdengar cuitan burung takur kecil berwarna hijau dari balik semak-semak. Sekelompok lutung mengawasi mereka dengan tenang dari atas pohon pinus. 8 9 Meera berhenti sejenak untuk minum di sebuah mata air yang tersembunyi di balik bebatuan dan pakis. Tiba-tiba, dia melihat seekor burung kecil yang terbaring di atas daun-daun pakis. “Aduh kasihan, sayapnya terluka,” kata Ibu. Ibu mengambil burung itu dengan hati-hati. “Apa sebaiknya kita bawa saja burungnya, Bu?” tanya Meera. Burung itu adalah burung ekor garpu berbintik. Burung kecil itu mengawasi mereka dengan mata kecilnya. Ia tampak ketakutan. “Jangan khawatir, burung kecil,” kata Meera dengan lembut. “Pertama, kita harus obati dulu sayapnya,” kata Ibu. 10 11 Mereka menempelkan tanah basah ke atas sayapnya yang terluka, lalu membungkus burung itu dengan selembar daun yang lebar. Meera kemudian memasukkan burung itu ke dalam tas kainnya. 12 13 Saat mereka sampai di jalan utama, bus baru saja datang. Di dalam bus, Meera bisa merasakan burung itu bergerak-gerak. “Mungkin ia lapar,” kata Ibu. “Aku juga lapar,” kata Rajesh. Mereka lalu makan kacang arab panggang. Meera memecah beberapa kacangnya dan memberikannya kepada burung itu. Bus tua itu kembali melaju dengan suara mesinnya yang bergemuruh di atas jalan pegunungan yang berkelok-kelok. 14 15 Hari itu, kota terlihat bising dan ramai. “Jangan jauh-jauh dari Ibu ya!” seru Ibu. Mereka bergandengan tangan erat. Sesampainya di pasar, mereka membeli sepatu untuk Meera. Ibu juga membeli jalebi di toko kue. Meera memberikan potongan kecil jalebi1 untuk si Burung, tetapi burung itu tidak menyukainya. Ia malah mencoba mematuk-matuk tas kain Meera. 1. jalebi camilan manis yang populer di India 16 17 Tak lama kemudian, mereka naik bus untuk pulang. Saat bus bergoyang ke kiri dan ke kanan, Meera dapat mendengar kicau burung kecil di dalam tasnya. “Musim semi akan segera tiba,” bisik Meera pada burung itu. Ketika mereka mencapai mata air, Meera mengeluarkan burung itu dari dalam tasnya. Burung itu melompat sedikit, minum air, dan kemudian duduk di kaki Meera. Burung itu juga menyukai sepatu baru Meera! Hari sudah hampir gelap ketika mereka tiba di rumah. Meera membuat sarang empuk dari jerami. Burung itu pun tidur di tempat tidur barunya. 18 19 Meera dan burung itu akhirnya berteman baik. Dia memberi makan burung itu sedikit nasi dan chana2. Seminggu kemudian, burung itu tiba- tiba terbang menghilang. 2. chana makanan khas India bagian utara yang dibuat dari kacang arab) 20 21 Sekarang, setiap Meera berjalan menuruni bukit, dia selalu melihat seekor burung hitam-putih berekor panjang. Burung itu selalu mengangguk dan berkicau kepada Meera. Apakah burung itu adalah burung yang pernah ditolong Meera? Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Cerita The Little Bird in the Big Mountains ditulis oleh Bulbul Sharma, © Pratham Books, 2018. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Kredit Lainnya: The Little Bird in the Big Mountains dipublikasikan pertama kali di StoryWeaver oleh Pratham Books. Penyunting Tamu: Sudhesna Shome Ghosh. Para Pembuat Cerita MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Burung Kecil di Pegunungan Besar Meera pergi ke pasar untuk membeli sepatu baru. Dalam perjalanan, Meera dan adik laki- lakinya serta Ibu mereka menyelamatkan seekor burung yang terluka. Kisah ini menghidupkan kembali pemandangan pegunungan yang indah dan suara-suara alam yang harmonis.
099_Burung_Kecil_di_Pegunungan_Besar
AKU PUNYA IMPIAN AKU PUNYA IMPIANCerita Anak dari Lampung Ayu Rizki Susilowati Kantor Bahasa Provinsi Lampung Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2022 MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN (Terjemahan Bahasa Lampung—Bahasa Indonesia)(Terjemahan Bahasa Lampung—Bahasa Indonesia) (Terjemahan Bahasa Lampung—Bahasa Indonesia) Aku Punya Impian Cerita Anak dari Lampung (Terjemahan Bahasa Lampung—Bahasa Indonesia) Buku Sumber : Sikam Wat Impian Penanggung Jawab : Desi Ari Pressanti Ketua Pelaksana : Ramlan Andi Penulis : Ayu Rizki Susilowati Penyunting Bahasa Lampung : Zainudin Hasan Penyunting Bahasa Indonesia : Dina Ardian Desain Sampul : Didin Jahidin Penata Letak : Ari Oktavian Diterbitkan oleh Kantor Bahasa Provinsi Lampung, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Tahun 2022 ISBN 978-623-5682-17-4 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. KATA PENGANTAR Penerbitan cerita anak dari Provinsi Lampung dalam bentuk digital ini dimaksudkan sebagai bahan bacaan bagi siswa SD dan untuk menambah pengayaan bahan literasi. Melalui buku cerita digital, anak-anak diajak untuk mengasah keterampilan berpikir, berimajinasi, dan mengembangkan kreativitas dengan cara menyenangkan. Buku ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama adalah teks cerita dalam bahasa asli, bahasa Lampung, dan bagian kedua adalah terjemahan dalam bahasa Indonesia. Buku ini merupakan hasil sayembara penulisan dan penerjemahan yang diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Provinsi Lampung dengan beberapa proses tahapan, antara lain: penjaringan naskah, penilaian, penyusunan, penyuntingan bahasa Lampung dan bahasa Indonesia, serta pengilustrasian. Kantor Bahasa Provinsi Lampung mengucapkan terima kasih kepada penulis, penyunting, dan pengilustrasi buku cerita anak dari Provinsi Lampung ini. Semoga bacaan ini bermanfaat bagi khalayak, khususnya siswa SD. Selamat membaca dan berliterasi. Bandarlampung, September 2022 Desi Ari Pressanti Kepala Kantor Bahasa Provinsi Lampung DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI IV V Cerita Berbahasa Lampung 1. Video Keragaman ala ABCD 1 2. Impian Nuttun di Bioskop 10 3. Bayu Si Penjual Juwadah 18 Cerita Berbahasa Indonesia 1. Video Keragaman ala ABCD 29 2. Impian Nonton di Bioskop 41 3. Bayu Si Penjual Kue 50 Glosarium Biodata Penulis Biodata Penyunting Bahasa Lampung Biodata Penyunting Bahasa Indonesia Biodata Ilustrator Cerita Berbahasa Lampung Cerita Berbahasa Lampung 1 Video Keragaman ala ABCD rvin, Bagas, Citra rik Devika kak ngejalin persahabatan anjak kelas sai sekula dasar. Walau tiyan ngemik latar belakang suku rik agama sai bido, tiyan tetep kompak. Arvin sai besuku Lappung, iling nawai jamo-jamo no tentang kosa kata bahasa Lappung, penulisan aksara Lappung rik tradisi budaya Lappung. Bagas sai besuku Jawo munih iling ngajarei jamo-jamo no cawo bahasa Jawo. Gegeh ino munih jamo Citra sai besuku Sunda. Citra iling ngajarei jamo-jamo no cawo bahasa Sunda jamo ngenalko cuakkan di lem keluarga no makai bahasa Sunda. Devika sai besuku Bali munih pepira kali nawai tiyan nari Bali. Sai dawah, tiyan ngebaca poster sai ngisei informasi lomba guwai sanak sekula dasar, yakni Lomba Video Keragaman di Indonesia Tahun 2022. Tiyan ngerasa haga nutukkei lomba ino. *** Mulang sekula, tiyan kumpul di nuwo no Arvin guwai ngebahas informasi lomba sai tiyan masso jeno dawah. ―Wah, lagi nyawoko nyow, sih?‖ cawo Kiyay Sita, wari no Arvin. A Bagas, Citra rik Devika pun geluk minjak lajeu salim jamo Kiyay Sita. ―Ijo, Kiyay. Gham haga nutuk lomba video,‖ cawo Devika. ―Video nyow? Lajeu, nyow gawoh persyaratan no?‖ cawo Kiyay Sita, haga pandai. ―Video tentang Keragaman di Indonesia, Kiyay. Lamun anjak keterangan di poster, peserta no dapok perorangan atau keloppok, durasi video no maksimal pitu menit, rik video harus dikurukko di akun Youtube ram. Anyin, ram mak pandai harus mulai anjak kedou,‖ keluh Devika. ―Kedengeianno seru! Dak jo Kiyay tulung. Anyin, selawwakno Kiyay haga ngelulih jamo metei. Keragaman ino nyow, sih? rik nyow gawoh cottoh keragaman sai wat di Indonesia?‖ cawo Kiyay Sita mancing kepandaian berpikir kritis tiyan. ―Keragaman iyulah perbedaan-perbedaan sai wat di masyarakat. Contoh no ras sai mak gegeh, agama, suku jamo unyinno.‖ Cawo Citra laccar. ―Wah, wawai temen jawabanmu, Citra! Iyu temen sai dicawoko jamo Citra bahwa keragaman iyulah perbedaan-perbedaan di lom masyarakat. Indonesia ngemik nayah bentuk keragaman sai ngeguwai Negara gham kayo jamo budayo no jamo negara sai kuat akan persatuan no!‖ cawo Kiyay Sita. ―Arteino pertemanan ram ijo kuruk di lom salah sai cottoh kekayaan Indonesia ya, Kiyay? ram kan berasal anjak suku rik agama sai bido-bido,‖ cawo Devika. ―Kak temen ino, Devika! Nah, anjak hasil diskusi ijo radu terpikir lawwak konsep video gegeh nyow sai haga metei guwai?‖ Arvin, Bagas, Citra rik Devika suwa bepikir. Tetiba, tiyan nyawoko pendapat sai gegeh. ―Persahabatan ram!‖ cawo tiyan jamo-jamo. ―Iyu! Metei dapok ngeguwai video tentang keragaman Indonesia di lom cerita tentang persahabatan metei,‖ cawo Kiyay Sita. ―Wah, temen munih!‖ cawo Citra, antusias. ―Oke. Lamun gegeh ino, tano ram tettuko skenario video no haga gegeh nyow jamo alat-alat rik bahan sai dibutuhko guwai ram shooting!‖ cawo Arvin. Arvin, Bagas, Citra rik Devika pun ngediskusiko kupek skenario anjak video sai haga tiyan guwai. Wo jam anjak ino, pudak tiyan sai awalno serius berubah cerah ulah berhasil ngedapokko ide tentang video sai haga tiyan guwai. ―Oke. Jadei, konsep video sikam iyulah keragaman sai tercermin anjak persahabatan gham. Mulai jemeh gham siapko peralatan no gegeh kamera, kawai tradisional Lappung, Jawo Tengah, Jawo Barat ghik Bali. Gegeh nyow jamo-jamo?‖ cawo Arvin. ―Setuju! Lamun tentang kamera, sikam dapok kilui Teteh Kirana. Kebetulan yo kerja di studio foto,‖ cawo Citra. ―Lamun kawai tradisional, konsepno kan disesuaiko jamo suku ram sayan-sayan. Mungkin, ram unyen dapok kilui bantuan indui ram guwai nyesakko di nuwo.‖ Cawo Devika sai disepakatei tigo jamono. ―Lajeu, gegeh nyow jamo pek no? Gham haga ngakuk latar di kedow?‖ lulih Bagas. ―Gegeh nyow lamun sikam ngakuk video di wo pek, yakni Bendungan Way Sekampung rik pelataran nuwo. Bendungan Way Sekampung kan iyulah salah sai tando anjak Kabupaten Pringsewu sebagai bendungan sai paling balak di Provinsi Lappung. Jadi, video sikam haga kenahan tambah unik ulah ngakkat daerah sayan jamo ngepromosiko Kabupaten Pringsewu! Gegeh nyow?‖ cawo Devika. ―Sikam setuju!‖ cawo Arvin, Bagas rik Citra. *** Rani Minggeu sekaligus rani sai ditunggeu- tunggeu ulah haga ngeguwai video pun kak tigeh. Arvin, Bagas, Citra, Devika, Kiyay Sita rik Teteh Kirana kak lapah ke Bendungan Way Sekampung pukul 06.30 WIB. Tiyan ngebo perlengkapan sai dibutuhko di lom proses ngeguwai video. Selamo proses shooting, tiyan ditulung Teteh Kirana sebagai pengakuk gambar, jamo Kiyay Sita sebagai penata kawai ghik dandanan. *** Limo panas anjak ino, video kak radeu diedit jamo Bagas. Tiyan puas jamo hasil karyano. Cawo tiyan hasilno wawai temen. Bagas pagun berbakat temen di bidang gegeh ino. ―Oh ya, jamo-jamo, sikam ngemik usul. Gegeh nyow lamun video ijo ram kenei namo Video Keragaman ala ABCD? Anjak ino, channel Youtube ram, ram kenei namo ABCD Channel?‖ cawo Bagas. ―Nyow ino ABCD?‖ lulih Devika. ―Arvin, Bagas, Citra rik Devika. Temen kedei, Gas?‖ ―Temen , Vin!‖ Tiyan pak mahho rik iling atei jamo singkatan bareu ino. Lajeu, tiyan mutusko guwai ngunggah video ino ke Youtube rik ngebageiko tautanno adok sosial media sayan-sayan. *** Waleu rani kak haga pengumuman, jumlah penuttun di Youtube tiyan cakak law sekitar 1.200 penuttun, 900 penyuko, 700 pengikut, jamo 1.000 komentar sai unyen-unyenno ngemik sifat positif rik ngebangun. Arvin, Bagas, Citra rikDevika iling atei temen radeu pandai hal ino. Anyin, di watteu sai ino munih tiyan ngerasa cemas ulah wat peserta barih anjak channel Youtube bergelar Anak Emas, sai ngunggah video jamo kualitas wawai temen anjak sisi materi rik kreativitasno. Jumlah penuttun, penyuko, pengikut rik komentar tiyan si kedauno pun jaweh di unggak ABCD. Malah, wat sai ngejuk komentar munih bahwa video anjak ABCD iyulah saingan temen jamo Anak Emas. *** Tigo hari anjak ino, jamo rasa gugup rik jantung sai berdebar, tiyan ngebuka e-mail sai dikirim anjak penyelenggara. Anjak ratusan peserta, video tiyan kuruk adok 20 besar finalis sai haga ngelaju ke babak final di Jakarta. Suasana haru rik miwang munih langsung pecoh. *** Sai panas selawwak final, tiyan kak tigeh di hotel sai ditentuko penyelenggara di Jakarta dijamoke Om Danu rik Tante Ira sebagai ulun tuho Bagas. Pas tiyan registrasi peserta di ruang lobi, tiyan ngenah finalis barih sai selamo ijo ngeguwai tiyan lunik atei, iyulah Anak Emas. Anak Emas iyulah cuakkan wo sanak ragah bergelar Andre rik Edward. Tiyan peserta anjak DKI Jakarta. Anjak penampilan no, tiyan keliyakkan percaya direi temen. Arvin, Bagas, Citra rik Devika tambah lunik atei diguwaino. Anyin, Om Danu rik Minan Ira lassung ngebalakko atei jamo ngejuk tiyan rasa percaya direi. ―Tano, metei fokus gawoh guwai acara jemeh, ya. Om dan minan kilui mahap ulah mak dapok nutuk nginep di hotel ijo ulah ram haga nginep di nuwo sekelikno Bagas. Anyin, om dan minan janjei jemeh ram megegh lassung di jo guwai ngedukung metei,‖ cawo Om Danu. *** rani pengumuman pemenang pun tigeh. Para peserta kak radu siap di kursei sayan-sayan guwai ngepresentaseiko karya video no di depan dewan juri rik penuttun sai tigeh. Numur undian guwai urutan peserta kak radu dikocok, tim ABCD ngedapokko urutan ke limo pas seradeu tim Anak Emas. Tepuk pungeu penuttun bergemuruh pas Anak Emas radeu ngepresentaseiko karya no wawai temen. Tano, giliran tim ABCD sai cakak ngepresentaseiko karya no. Arvin, Bagas, Citra rik Devika cakak jamo raso gugup. ―Ijo ABCD, ya?‖ lulih salah sai juri. ―Iyu, bu,‖ cawo tiyan. ―Lamun dapok ngelulih, ABCD ino nyow, ya?‖ ―ABCD iyulah singkatan anjak nama gham, bu. Arvin, Bagas, Citra rik Devika,‖ cawo Bagas. ―Payeu lamun gegeh ino, metei dapok mulai presentasino, yu. Semangat ABCD!‖ cawo juri. Arvin sai ditunjuk guwai juru cawo di tim tiyan ulah yo dinilai ngemik kepandaian becawoan sai paling wawai akhirno mulai ngejelasko video tiyan. Arvin kak radeu melajarei materi sai radeu disusun Citra anjak wo panas sai likut guwai dipresentaseiko dawah ijo. ―Video ijo nyeritako tentang keragaman Indonesia sai kenahan anjak persahabatan ram. iyulah pak sahabat sai berasal anjak suku rik agama sai mak gegeh. Sikam Arvin besukeu Lappung rik beragama Islam, Bagas besukeu Jawo rik beragama Islam, Citra besukeu Sunda rik beragama Islam, jamo Devika besukeu Bali rik beragama Hindu. Anyin, bido-bido ino mak jadei penghalang jamo ram guwai jadi sai rik ngejaga tali persaudaraan. ram saling ngerakkul, ngehargai rik melajarei kebudayaan ram. Inolah, sai ngeguwai ram bersyukur kak lahher sebagai warga negara Indonesia sai kayo jamo perbedaan, kayo jamo keragaman. Terimo kasih.‖ Cawo Arvin lajeu sedakepan jamo jamo-jamo no. Unyen juri rik penuttun lajeu tepuk pungeu ngedengeino. *** ―Payeulah, hadirin sai berbahagia. Sikam haga ngumumko pemenang anjak Lomba Video Keragaman di Indonesia Tahun 2022 ijo,‖ lanjutno. Lappeu ruangan diredupkan rik suasana tambah tegang. ―Juara tigo diraih oleh Liben anjak Papua!‖ cawo no. Peserta ragah bergelar Liben majeu adok depan panggung rik lalang sumringah sai terukir di pudakno. Tersisa wo peserta, yaitu tim ABCD jamo tim Anak Emas. Arvin rik jamo-jamo no pagun gugup rik saling ngegandeng pungeu nguatko tiyan. ―Juara ke wo anjak Lomba Video Keragaman di Indonesia Tahun 2022 diraih oleh… Tim Anak Emas anjak DKI Jakarta!‖ seru pembawa acara. ―Selamat kepada Tim ABCD anjak Lappung sai berhasil jadei pemenang anjak Lomba Video Keragaman di Indonesia Tahun 2022!‖ Miwang haru nyelimutei Arvin, Bagas, Citra, Devika, Om Danu jamo Minan Ira. Keluarga Arvin, Citra rik Devika sai nuttun siaran langsung anjak Youtube munih nutuk miwang terharu, bersyukur suwa bangga jamo pencapaian sanak-sanak tiyan. ―Selamat ya, adik-adik. Persahabatan metei jadei buat ram tentang wawaino perbedaan rik keragaman.‖ Cawo pembawa acara. Arvin, Bagas, Citra rik Devika bersyukur jamo anugerah sai diterima guwai persahabatan tiyan. *** 2 Impian Nuttun di Bioskop embagian rapor semester genap kak radeu dilaksanako. Tano ijo watteuno libur sekula selamo wo minggeu. Kiki ngerasa wawai atei temen. Selamo wo minggeu yo mak harus mikirko tugas jamo pelajaran di sekula. Sumang ino, di liburan tano Atu Nitya janjei haga ngajak yo mider-mider adok Bandar Lappung guwai nuttun film di Bioskop. ―Jemeh ram jadei adok bioskop, Atu Nit?‖ lulih Kiki, mengonfirmasei. Atu Nitya menganggguk. ―Horeee!!! Akhirno sikam nuttun di bioskop! Akhirno sikam nuttun di bioskop!‖ cawo Kiki, iling atei sembari ngelattunko nada adok cawoanno. Ayah rik Bunda mahho ngenah sikap Kiki. ―Kak radeu jam pira ijo, Ki? Lapah pedom pai. Jemeh minjak tukuk, lajeu bersih-bersih nuwo, adeu ino dapok lapah,‖ cawo Bunda. ―Ah, Bunda. Kan libur…‖ protes Kiki. ―Ulah nyow lamun libur?‖ lulih Bunda. ―Haga minjak dawah…‖ cawo Kiki. P ―Dih, payeu niku minjak dawah. Atu tinggal. Jadei, pas niku minjak, atu video call lagi asik nuttun di bioskop,‖ cawo Atu Nitya. ―Arghhh… Payeu kidah, Kiki pedom!‖ Ayah, Bunda rik Atu Nitya mahho. *** Kiki mak dapok pedom. Berkalei-kalei yo ngebolak-balikko posisi pedomno, namun mato no pagun mak haga dikilui kerja sama. Yo pagun ngerasa iling atei, semangat rik mak sabar haga tigehno rani jemmeh. Bayang-bayang kursi bioskop rik layarno sai balak temen ino pagun ngeganggeu pikiranno. Alun- alun, yo turun anjak ngan pedem rik lapah adok kamar Atu Nitya. Yo ngebuka pintu kamar Atu Nitya alun-alun rik ninuk kondisi di lom no.Uppo no, Atu Nitya pun lawwak pedom. Yo lagei sibuk jamo tugas di laptopno. Kiki lapah balik adok kamarno ulah mak ago ngegeghai Atu Nitya. Appai yo balik anjak kamar Atu Nitya, Kiki pagun mak dapok pedom. Yo ngakuk ponselno rik ngetik Bioskop Mall Boemi Kedaton di Google. Yo ngenah gambar-gambar bioskop sai wat di san. Yo mahho wawai di puppikno. Mak munei anjak ino, yo kak pedom. *** Jemmehno, Kiki minjak kedawahan. Yo ngenah jam dinding anjak selimutno. Tekanjatlah yo ngenah angka di jam ino nunjukko pukul 09.00 WIB. Yo lajeu nyibak selimutno rik lapah luwah kamar. ―Ayah, Bunda, Atu Nitya ulah nyow mak minjakko Kiki, sih?‖ cawo Kiki. ―Ayah, Bunda rik Atu kak radeu ngayun niku minjak anjak subuh. Niku gawoh sai susah minjak!‖ jelas Atu Nitya. ―Yah… Anyin, Kiki mak dengei. Eh, Tu ram haga lapah jam pira?‖ lulih Kiki, semangat. Ayah, Bunda rik Atu Nitya seenahan. ―Kiki, tukuk ijo dang nuttun pai, ya?‖ cawo Ayah. ―Lho, ulah nyow?‖ ―Motor Atu Nitya cadang. Ayah haga ngebo ijo adok bengkel, tapi ijo harei Minggeu rik bengkelno tutup,‖ cawo Ayah. ―Payeu cakak mubil gawoh,‖ ―Atu kan lak dapok ngebo mubil, sayang…‖ cawo Bunda. ―Diattak Ayah, dong. Lamun perlu, ram sekeluarga lapah adok bioskop jejamo!‖ rayu Kiki. ―Mak dapok, sayang. Ayah rik Bunda dawah ijo haga lapah ngejenguk Minan Lina sai appai mulang anjak rumah sakit,‖ jelas Ayah. Pudak Kiki berubah. Jeno no ceria rik bersemangat jadi sebik rik mak cerah. Harapanno guwai dapok nuttun film di bioskop dawah ijo harus narat. Kiki kenahhan mak bersemangat ngejalanei harei. Pudakno gegeh ditekuk. Cemberut gawoh. Makko mahhoan rik keceriaan sai kenahhan. Unyen- unyen bujuk rayeu dijuk Ayah, Bunda rik Atu Nitya, pagun mak berhasil. Haga ninuk udara segar, Kiki pamit haga mider makai sepidano sappai debei. *** Kiki mulang adok nuwo mak bersemangat. Yo parkirko sepidano rik geluk lapah adok lom nuwo. Nuwo no sepei temeo. Yo ngenah unyen ruangan di lom nuwo, pagun makko sai jimo pun. Perasaanno mulai mak bangik. Anjak ino, yo ngingek bahwa anjak lapah jeno yo mak ngebo ponsel. Yo pun geluk cekelang adok kamar rik meriksa ponselno. Wat limo panggilan mak terjawab anjak Atu Nitya. Mak nunggeu munei, Kiki pun geluk nelpon kupek. ―Halo, Tu. Adok kedo, sih? Cawono mak jadei nuttun adok bioskop, anyin metei lapah unyen…‖ cawo Kiki, kesal. ―Atu, Ayah rik Bunda lagei di rumah sakit, Ki…‖ cawo Atu Nitya di ujung telepon. ―Lho, cawono Minan Lina radeu mulang anjak rumah sakit? lajeu, ulah nyow pagun di san?‖ lulih Kiki, bingung. ―Layin Minan Lina sai kuruk rumah sakit, Ki. Anyin, bunda…‖ cawo Atu Nitya, sebik. ―Nyow? Ulah nyow bunda wat di rumah sakit? Bunda jenguk sapa, tu? Sapa sai maring?‖ ―Bunda rik Ayah jeno kecelakaan pas mulang anjak nuwo Minan Lina. Kondisi Ayah mak nyow- nyow, anyin Bunda ngemik kattan lumayan parah rik tano lagei dirawat di IGD…‖ cawo Atu Nitya suwa miwang. Kiki lajeu tekanjat. Yo mejeng lemos. Pungeuno gemetar, way matono turun mak dapok ditahan. ―Kiki lapah dak san, Tu…‖ cawono. ―Dang, Ki. Niku tunggeu di nuwo gawoh. Sanak usia di deh 12 tahun mak dikeneiko adok rumah sakit,‖ jelas Atu Nitya. Hal ino tetteu ngeguwai Kiki lajeu sebik. raso bersalah pagun nyelimutei yo. Yo pagun dapok berdoa semoga bunda wawai-wawai gawoh. *** Wo panas kak liwat, Bunda radeu dikeneiko dokter mulang rik syarat mak dikenei ngelakuko aktivitas sai berat selamo di nuwo. Kiki nyambut Bunda suko atei temen. Yo kak nyiapko kamar Bunda tigeh rapi rik wangi sehingga ngeguwai Bunda nyaman. Kiki berubah temen. Selamo Bunda maring, yo mak pernah minjak kemawasan. Yo pun nulung Ayah rik Atu Nitya masak atau ngebersihko nuwo rik semangat. Mak jarang, yo munih nulung Bunda ngebersihko diri rik nyiapko kanikan Bunda. ―Ki…‖ cuak Bunda anjak tempat pedomno. ―Iya, Bun!‖ cawo Kiki sai lagei ngepel lantai. ― radeu ngepelno?‖ ―Lawwak, Bunda. Cutik kupek. Bunda haga diakukko sesuatu?‖ ―Mawwak. Bunda haga ngobrol gawoh jamo Kiki. Kak munei kan ram mak ngobrol ram wo?‖ Kiki pun geluk-geluk nyelesaiko aktivitas ngepelno agar dapok geluk mengobrol jamo Bunda. Kiki cakak adok kasur rik ngedakok Bunda. ―Kiki sayang…‖ ―Ya, Bunda,‖ ―Terimo kasih, ya…‖ ―Terimo kasih ulah nyow, Bunda? ―Terimo kasih unggak segalo sikap Kiki sai haga menyayangei unyen anggota keluarga, nurut jamo kedua ulun tuho rik ngerawat Bunda pas yo maring,‖ ―Ino kan kak kewajiban Kiki sebagai anak, Bunda. Padahal, selawwak ulangan berebei radeu dibahas materi tentang hak rik kewajiban sanak di nuwo, Bun. Eh… Makko sai neduh, saat liburan Kiki nerapko temen. Wat gunano munih sekula, hehehe…‖ ―Bunda kilui mahap ya, Nak, kejadian watteu niku batal lapah nuttun jamo Atu Nitya. Eh, Ayah rik Bunda layin ngabulko kiluan mu, malah lapah,‖ ―Mak nyow-nyow, Bunda. Bunda kan munih lapahno guwai hal wawai, ninuk Minan Lina. Cawo guru Kiki, ngejenguk ulun maring iyulah kewajiban ram munih sebagai masyarakat,‖ ―Anyin, Kiki saat ino pasti keciwa temen jamo sama Ayah, Bunda rik Atu Nitya. Iyu, kan?‖ ―Iyu sih, Bun. Anyin, Kiki salah munih. Kiki egois temen ulah mentingko keilingan diri sayan. Mahapko Kiki yu, Bun…‖ Bunda nyium kedak putri busseuno ino. ―Kiki pagun haga nuttun film di bioskop, mawwak?‖ ―Haga, sih. Anyin, mak tano deh, Bun. Lain watteu gawoh, sai petting ngerawat Bunda tigeh waras temen pai!‖ ―Yakin mak ageu tano?‖ Kiki ngangguk mantap. ―Lamun Bunda ngemik ijo, gegeh nyow?‖ Bunda ninukko wo lembar tiket bioskop sai anjak jeno dijamukko di deh bantal adok Kiki. Mato Kiki tekanjat. Wat perasaan iling atei sai kuruk di relung ateino. ―Bunda ngemik wo tiket guwai niku rik Atu Nitya. Jemmeh metei nuttun, ya. Bunda radeu ngebaca ulasanno. Cawo ulun, filmno wawai munih, lho.‖ ―Bunda serius? Anyin, sai ngejaga Bunda di nuwo sapa lamun Kiki rik Atu Nit lapah?‖ ―Tenang, Ki. Kan pagun wat Ayah. Ayah sai dapok ngejaga Bunda selamo metei lapah ,‖ cawo Ayah. Kiki iling atei bukan main. Akhirno, yo dapok ngerasako seru nuttun film di bioskop. Kiki mak sabar nunggeu hari jemmeh. Kiki berterimo kasih temen jamo Ayah rik Bunda. *** 3 Bayu Si Penjual Juwadah ayu ngenah dagangan juwadahno mak bersemangat. Juwadah sai yo titipko di kantin Pak Hamdun pagun nyisa nayah. Pagun beberapa gorengan, donat kentang jamo keripik kikim balado sai berkurang mak liwat anjak limo bijei. Bayu tigeh di depan nuwo saksai kayeu rik anyaman buluh. Yo mejeng rik ngepikko termos juwadahno di unggak kursei tijang sai wat di depan nuwo. ―Assalamu’alaikum…‖ cawo Bayu lajeu mencium pungeu ibu nie. ―Wa’alaikumsalam…” Bu Minarsih, ibu Bayu iyulah ulun tuho tunggal sai harus mengurus rik menghidupei ketigo sanakno radeu suamino meninggal dunia setahun sai likut ulah kecelakaan. Ulah sebab ino, guwai ngebantu ibu nie, Bayu nutuk ngejual juwadah-juwadah tradisional guwaian ibu adok sekula. ―Gegeh nyow sekulamu panas ijo??‖ lulih Bu Minarsih. ―Laccar, Bu. Jeno, Bu Ida ngebageiko hasil ulangan harian Matematika sai berebei,‖ ― laju, gegeh nyow hasilno?‖ B ―Bayu masso nilai 100 lagi, Bu,‖ cawo Bayu, iling atei. Bu Minarsih ngedakep sanak sulungno ino jamo rasa bangga. ―Anyin …‖ ―Anyin ulah nyow?‖ ―Dagangan Bayu panas ijo mak laris temen, Bu,‖ sebik Bayu. ―Mak nyow-nyow. Namono munih rezeki, wajar lamun kalo-kalo nayah, kalo-kalo cutik. Sai petting pagun semangat,‖ cawo Bu Minarsih ngebalakei atei Bayu. *** Juwadah sai pagun wat anjak sekula Bayu dagangko kupek di depan nuwono. Suwa nunggeu sai hageu beli, yo sempatko guwai ngerjako PR sai dijuk Bu Ida jeno tukuk. Bu Minarsih ngepaghokei Bayu rik mejeng ngelajar yo. ―Wat PR?‖ ―Iyeu, Bu.‖ ―Kalo-kalo, mak leraso loh di Ibu lamun niku kak kelas enam. Bayu haga ngelajeu di SMP kedou?‖ lulih Bu Minarsih. ―Lawwak tepikir jama Bayu haga ngelajeu adok SMP atau mawwak, Bu…‖ cawo Bayu. ―Loh, ulah nyow gegeh ino?‖ ―Bayu hageu kerjeu gaweh nulung Ibu nyessak duwit. Na’an lamun kak 17 tahun ke unggak, Bayu izin ngerantau adok Jakarta ya, Bu. Cawo ulun, di san lebih mudah masso pekerjaan sai gajino balak!‖ cawo Bayu sai ngeguwai Bu Minarsih tekanjat. ―Niku cawo nyow wah. Ibu mak setuju niku kerja di usia sai pagun lagei mudo gegeh ijo. Setemenno, niku ngejual juwadah di sekula munih ibu mak setuju. Ibu haga Bayu sekula rik ngakuk cita-cita. Kalau Bayu sukses, ibu, adik-adik rik almarhum bapakmu munih kan bangga, Nak…‖ kehagoan Bu Minarsih lajeu ngedakep anak mengiyan no. *** Jimmeh harei di sekula, lonceng tando pelajaran pertamo kak diurikko. Unyen siswa geluk kuruk kelas masing-masing suwa rapi, Bayu kuruk munih. Pelajaran tukuk ijo iyulah Tematik di lom materi Tema 5 yaitu Wirausaha. Bu Ida ngejelasko makna wirausaha, cara berwirausaha jamo sikap sai sewawaino dimilikei oleh ulun wirausahawan. Bayu ngedengeiko penjelasan Bu Ida dengan seksama. Seradue pelajaran, Bayu izin cawo jamo dengan Bu Ida ulah wat hal sai haga yo lulih. ―Bayu haga ngelulih, Bu. Nyo usaha sai Bayu lakonei tano sebagai penjual juwadah dapok dicuak sebagai wirausaha?‖ ―Tentu gaweh. Anyin, tano Bayu pagun di lom tahap belajar ulah Bayu lawwak sepenuhno ngegelikko watteu di bidang ino,‖ cawo Bu Ida. ―Bayu jadei bercita-cita jadei ulun wirausahawan guwai nulung ibu rik adik-adik di nuwo, Bu. Apakah ibu wat saran sai harus Bayu lakonei guwai ngeraih cita-cita ino?‖ lulih Bayu. Bu Ida mahho wawai ngedengei lulihan Bayu. ―Bayu, cita-citamu sai haga nulung ibu rik adik- adik iyulah cita-cita sai mulia temen. Jadei nyow gaweh Bayu na’an no, insya Allah pasti kan diridhoi Allah SWT lamun pagun tetap berusaha di jalan sai wawai. Lamun Bayu haga jadei ulun wirausahawan sai sukses Bayu harus selalu ngejunjung unggak kejujuran. Jamo, sikap pattang menyerah rik kreatif jugo. Dang lunik atei lamun di lom berwirausaha, dagangan ram mak ramik sai beli. Malah, ram mesti dapok nyessak masalahno di kedo sih kok dapok mak lakeu? Nah, anjak san dapok diteduh solusi sai kreatif guwai dagangan ran agar dapok narik atei sai beli,‖ cawo Bu Ida. ―Wah, terimo kasih nayah atas saran rik nasehatno, Bu, Bayu haga nyoba belajar nayah tentang berwirausaha.‖ *** Jujur, pattang menyerah rik kreatif iyulah kata- kata sai terngiang di utak Bayu setijang rang layo mulang sekula. Temen ino cawo Bu Ida, yo mak boleh sebik rik ngeluh lamun dagangannya mak ramik sai beli. Malah, yo harus nyessak cara sai kreatif guwai dapok narik minat sai beli. Setigehno di nuwo, Bayu nyusun juwadah- juwadah sisa daganganno di sekula sai pagun nayah. Yo susun juwadah-juwadah ino sesuai jenisno di unggak tappah. Yo ngenah juwadah-juwadah ino serius, lalu nyicip sai sai. Bayu nulis hasil pengamatanno ino di lom bukeu. Munei yo mikirko solusino tigeh yo mak dengei Bu Minarsih sai nyuak yo anjak jeno. ―Bayu…‖ cuak Bu Minarsih, kali ijo jamo nepuk baheu sanak mengiyan no ino. ―Eh, iyu Bu?‖ ―Niku lagei mikir nyow, sih? Ibu nyuak anjak jeno mak dengei,‖ cawo Bu Minarsih. ―Bayu lagei mikir gegeh nyow agar dagangan ram laris, Bu. Ibu tinuk gawoh, penampilan juwadah- juwadah ram lamun kak dawah gegeh ijo. Bayu munih mak haga mengan ino,‖ ―Mmm… Ibu ngemik ide!‖ ―Nyow, Bu?‖ lulih Bayu, semangat. ―Jemmeh kan hari Minggeu. Bayu lapah gawoh adok Pasar Nggruput sai di Pemda ino. Di san kan lamun tukuk nayah jajanan pasar jamo rasa rik tappilan sai menarik. Makko sai neduh lamun Bayu ngemik ide semulang anjak san. Bayu pandai kan tempatno?‖ ―Iya, Bu, pandai. Payeu, lamun gegeh ino jemmeh Bayu lapah adok san, Bu!‖ cawono, penuh semangat. *** Tukuk Minggeu, Bayu lapah jamo Bintang makai sepida butut peninggalan bapak adok Pasar Nggruput Pringsewu sai rajin digelar tiap tukuk Minggu pagi. Di san nayah jajanan pasar rik juwadah tradisional sai dijual. rik duit hasil bukkar celengan, Bayu ngebelei sai sai jajanan ino lajeu ngebo yo mulang. Yo ngebelei agar-agar, juwadah puttei, juwadah risoles, keripik kikim balado, donat kentang rik tetteu gawoh, gorengan. Bu Minarsih tekanjat ngenah tikkah anak mengiyan no sai ngebelei nayah kanikan ino. Bayu nyoba melajarei kewawaian anjak kanikan-kanikan ino sai dapok yo terapko adok daganganno. *** Sisa uang celengan sai Bayu kedau, yo ngebelei bahan-bahan juwadah. Jamo Bu Minarsih, yo ngeguwai jajanan agar-agar sai dikurukko di lom cup. Selain ino, yo ngebelei babbak luppia, tepung panir jamo pira jenis sayuran guwai ngeguwai juwadah risoles bermodalko selembar resep sai yo masso anjak internet. Bu Minarsih iling atei temen ngenah semangat rik kegigihan Bayu. Yo malah haga ngeracik ghik ngolah bahan-bahanno sayan ulah Bu Minarsih harus ngejaga Bara dan Bintang. *** Bayu lapah adok sekula jamo rasa optimis rik iling atei. Yo yakin, juwadah-juwadah sai yo guwai dapok diilingei jamo-jamo no rik para gureu. Setigehno di sekula, yo nitipko juwadah daganganno ino adok Pak Hamdun. Sai setengah jam anjak ino kedengei bagho locceng diurikko tando jam pelajaran kak radeu. Sanak-sanak lapah adok pitteu kelas, segabor haga luwah. Tiyan lajeu adok kantin rik ngebelei juwadah guwaian Bayu sai bareu. Bayu iling atei ngenah jamo- jamo no ngebelei juwadah-juwadah guwaianno. Yo penasaran gegeh nyow tanggapan tiyan jamo juwadah- juwadah ino. Yo ngehenning ngenah jamo-jamo no mak ngejuk pandai tiyan bahwa juwadah sai haga tiyan kan iyulah guwaianno. Yo haga masso penilaian sai jujur anjak jamo-jamono. ―Hueekkk… Nyow, ijo!‖ cawo Anggi pas mengan agar-agar guwaian Bayu. ―Ulah nyow, Nggi?‖ ―Agar-agar ni pahhik. Padahhal, Anggi iling temen agar-agar. Anyin, ijo mak bangik. Pahhik!‖ cawo Anggi. Selain Anggi, siswa sai barih sai nganik agar- agar munih ngeluh hal sai gegeh. ―Hueekkk… Risolesno munih mak bangik. Asin temen. Nyesel sikam belei,‖ keluh jamo no sai barih. *** Bayu tigeh di nuwo kak palai. Segaris mahho wawai pun mak kenahhan di pudakno. Termos juwadah sai yo kating, dipikko gegeh ino gawoh di luwah nuwo. Bu Minarsih bingung ulah mak gegeh biasono sanak mengiyan no ino lajeu kuruk kamar anjak mulang sekula. Bu Minarsih ngenah termos juwadah sai dipakai oleh Bayu guwai dagang dipikko gegeh ino gaweh di luwah. Yo ngebuka isei no, pagun nayah. Mungkin ijo sai nyebabko Bayu kenahhan mak bersemangat gegeh jeno, pikir Bu Minarsih. ―Bayu…‖ ―Bayu mak haga jualan kupek, Bu,‖ sebik Bayu rik baro sai biyak. ―Ulah nyow, Nak? Pah cawo pai jamo ibu,‖ Bayu minjak anjak pedomno rik ngusap wai mato no sai tehilie. ―Juwadah guwaian Bayu berebei mak bangik, Bu. Jamo-jamo unyen keciwa. Bayu sebik. Bayu pagun layin bapak, Bu, sai pittar berdagang. Watteu bapak pagun urik, jualan rujakno laris jugo. Langgananno bapak munih nayah. Anyin, pas Bayu nyoba berjualan munih selalu cutik, ‖ cawo Bayu, sebik. ―Bayu… Dak jo, Nak…‖ Bu Minarsih megong badan Bayu rik ngedakep yo. ―… Bayu dapok sebik rik keciwa. Anyin, Bayu pandai mawwak, lamun selawwak bapak jualan rujakno laris rik nayah pelanggan, bapak munih gegoh Bayu. Selalu cutik. Anyin, bapak mak nyerah. Bapak nyoba unyen resep rujak sai pas rik bangik menurut ulun-ulun. Appai tigeh akhirno, gegeh sai Bayu cawoko jeno, bapak kak ngemik nayah pelanggan,‖ ―Lamun gegeh ino, Bayu mesti nutuk semangat bapak, Bu. Bayu haga nyoba kupek berhasil rik ngedapokko nayah pelanggan gegeh bapak.‖ Tekad Bayu. *** Bingei no, Bayu berjibaku kupek jamo adonan juwadahno. Namun, tano ijo Bayu mak ngeguwai adonan sai nayah gegeh berebei. Hanya setengahno gawoh. Ulah, rencanano yo hageu ngeguwai jamo- jamo sekelasno. Jemmeh, yo haga ngebageiko gawoh guwai kiluyan mahap rik penguji rasa adok juwadahno. *** Ketika jam istirahat di sekula, Bayu ngebagei agar-agar rik juwadah risoles adok 15 ulun jamo sekelasno. Selawwakno, yo kilui mahap jamo tiyan ulah ngeguwai juwadah sai mak bangik berebei. Selain adok jamo no, yo munih ngejukko sampel juwadah ino adok dewan gureu rik Pak Hamdun. Jamo-jamo no pagun ngerasa rabai nganik agar- agar rik juwadah risoles guwaian Bayu. Tiyan gegeh trauma jamo raso no. Anyin, pas wat sanak sai cawo, ―Bangik!‖ tiyan lajeu nganik kebangikkan. Bayu iling atei ngenahno. raso hareu nyelimutei ateino rik watteu ino munih, yo bejanjei adok diri no sayan guwai selalu belajar anjak kesalahan rik berusaha jadei lebih wawai. *** Cerita Berbahasa Indonesia Cerita Berbahasa Indonesia 1 Video Keragaman ala ABCD rvin, Bagas, Citra, dan Devika telah menjalin persahabatan sejak kelas satu sekolah dasar. Meskipun memiliki latar belakang suku dan agama yang berbeda, mereka tetap kompak. Arvin yang bersuku Lampung sering mengajari teman-temannya tentang kosakata bahasa Lampung, penulisan aksara Lampung, serta tradisi budaya Lampung. Bagas yang bersuku Jawa pun kerap mengajari teman-temanya berbicara bahasa Jawa. Begitu pula dengan Citra yang bersuku Sunda, ia sering mengajari teman-temannya berbicara bahasa Sunda serta mengenalkan panggilan dalam keluarganya dengan menggunakan bahasa Sunda. Devika yang bersuku Bali pun beberapa kali mengajari mereka tari Bali. Suatu hari, mereka membaca sebuah poster yang berisi tentang informasi lomba bagi siswa sekolah dasar, yaitu Lomba Video Keragaman di Indonesia Tahun 2022. Mereka merasa tertarik untuk mengikuti lomba tersebut. *** Sepulang sekolah, mereka berkumpul di rumah Arvin untuk membahas informasi lomba yang diperoleh pagi tadi. A ―Wah, kalian sedang membicarakan apa, sih?‖ tanya Kiyay Sita, kakak Arvin. Bagas, Citra, dan Devika pun segera berdiri dan menyalami Kiyay Sita. ―Ini, Kiyay. Rencananya kami akan mengikuti lomba membuat video,‖ jawab Devika. ―Video apa? Lalu, apa saja persyaratannya?‖ tanya Kiyay Sita, ingin tahu. ―Video tentang Keragaman di Indonesia, Kiyay. Kalau dari keterangan di poster,sih, pesertanya boleh perorangan atau kelompok, durasi video maksimal tujuh menit, dan video harus diunggah di akun YouTube masing-masing. Namun, kami bingung harus mulai dari mana,‖ keluh Devika. ―Kedengarannya seru. Coba, sini Kiyay bantu! Tapi, sebelumnya Kiyay mau bertanya pada kalian. Keragaman itu apa, sih? Lalu apa saja contoh keragaman yang ada di Indonesia?‖ tanya Kiyay Sita memancing kemampuan berpikir kritis mereka. ―Keragaman adalah perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat. Contohnya adalah perbedaan ras, agama, suku, dan lainnya.‖ jawab Citra dengan lancar. ―Wah, bagus sekali jawabannya Citra! Jadi, benar apa yang dikatakan oleh Citra bahwa keragaman adalah perbedaan-perbedaan dalam suatu masyarakat. Indonesia memiliki banyak bentuk keragaman yang membuat negara kita menjadi kaya akan budayanya serta negara yang kuat akan persatuannya!‖ jelas Kiyay Sita. ―Berarti pertemanan kita ini termasuk salah satu contoh kekayaan Indonesia dong, Kiyay? Bukankah kami berasal dari suku dan agama yang berbeda- beda?‖ tanya Devika. ―Tepat sekali, Devika! Nah, dari hasil diskusi ini sudah terpikirkan belum konsep video seperti apa yang akan kalian buat?‖ tanya Kiyay. Arvin, Bagas, Citra, dan Devika sedang berpikir. Tiba-tiba, mereka menyuarakan pendapat yang sama. ―Persahabatan kita!‖ jawab mereka serentak. Kalian bisa membuat video tentang keragaman Indonesia melalui cerita tentang persahabatan kalian,‖ ujar Kiyay Sita. ―Wah, benar juga!‖ ujar Citra, antusias. ―Baiklah kalau begitu sekarang kita tentukan skenario videonya seperti apa serta berbagai alat dan bahan yang dibutuhkan agar kita bisa segera shooting!‖ ujar Arvin. Arvin, Bagas, Citra, dan Devika pun kembali mendiskusikan skenario dari video yang akan mereka buat. Dua jam kemudian, wajah mereka yang semula sangat serius berubah ceria karena berhasil mendapatkan ide tentang video yang akan mereka buat. ―Baiklah. Jadi, konsep video kita adalah keragaman yang tecermin dari persahabatan kita. Mulai besok, kita siapkan peralatannya seperti kamera, pakaian tradisional Lampung, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali. Bagaimana teman-teman?‖ tanya Arvin. ―Setuju! Kalau urusan kamera, aku bisa minta tolong Teteh Kirana. Kebetulan dia bekerja di studio foto,‖ ujar Citra. ―Untuk pakaian tradisional, konsepnya dapat disesuaikan dengan suku kita masing-masing. Mungkin, kita bisa meminta bantuan ibu untuk mencarikannya di rumah,‖ Ujar Devika yang disetujui ketiga temannya. ―Lalu, bagaimana dengan tempatnya? Kita mau ambil latar di mana?‖ tanya Bagas. ―Bagaimana jika kita mengambil video di dua tempat, yaitu Bendungan Way Sekampung dan pelataran rumah? Bendungan Way Sekampung merupakan salah satu ciri khas dari Kabupaten Pringsewu sebagai bendungan terbesar di Provinsi Lampung. Jadi, video kita akan terlihat semakin unik karena mengangkat kekayaan daerah sendiri sekaligus mempromosikan Kabupaten Pringsewu! Bagaimana?‖ usul Devika. ―Aku setuju!‖ ujar Arvin, Bagas, dan Citra. *** ILUSTRASI HALAMAN bendungan Hari Minggu sebagai hari yang dinanti-nanti untuk membuat video pun telah tiba. Arvin, Bagas, Citra, Devika, Kiyay Sita, dan Teteh Kirana sudah berangkat ke Bendungan Way Sekampung pukul 06.30. Mereka membawa perlengkapan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan video tersebut. Selama proses shooting, mereka dibantu oleh Teteh Kirana sebagai pengambil gambar serta Kiyay Sita sebagai penata busana dan rias. *** Lima hari kemudian, video telah selesai diedit oleh Bagas. Mereka puas dengan hasilnya. Menurut mereka hasilnya sangat bagus. ―Oh ya, teman-teman, aku punya usul. Bagaimana kalau video ini kita beri nama ―Video Keragaman ala ABCD‖? Lalu, kanalYouTube kita, diberi nama ABCDChannel?‖ usul Bagas. ―Apa itu ABCD?‖ tanya Devika. ―Arvin, Bagas, Citra, dan Devika. Benar, tidak, Gas?‖ ―Benar sekali, Vin!‖ Mereka berempat tertawa dan senang dengan singkatan baru itu. Kemudian, mereka memutuskan untuk mengunggah video tersebut ke YouTube dan membagikan tautannya ke sosial media masing- masing. *** Delapan hari menjelang pengumuman, jumlah pengunjung akundi YouTube mereka meningkat sangat pesat sekitar 1.200 pengunjung akun, 900 penyuka, 700 pengikut, serta 1.000 komentar yang semuanya bersifat positif dan membangun. Arvin, Bagas, Citra, dan Devika sangat senang mengetahuinya. Namun, di saat yang bersamaan mereka pun merasa cemas karena ada peserta lain dengan saluranYouTube bernama Anak Emas, yang mengunggah video dengan kualitas sangat bagus,baik dari sisi materi maupun kreativitasnya. Jumlah pengunjung, penyuka, pengikut,dan komentar yang dimilikinya pun jauh melampaui Tim ABCD. Bahkan, ada yang berkomentar juga bahwa video karya Tim ABCD merupakan saingan ketat Tim Anak Emas. *** Tiga hari kemudian, dengan rasa gugup dan jantung yang berdebar, mereka membuka e-mail yang dikirim oleh penyelenggara. Dari ratusan peserta, video mereka terpilih dalam 20 besar finalis yang akan melaju ke babak final di Jakarta. Suasana haru dan tangis mereka pecah begitu saja. *** Satu hari menjelang final, mereka telah tiba Jakarta di hotel yang ditentukan penyelenggara dengan didampingi oleh Om Danu dan Tante Ira yang merupakan orang tua Bagas. Saat sedang registrasi peserta di ruang lobi, mereka bertemu dengan finalis lain yang selama ini membuat mereka berkecil hati, yaitu Tim Anak Emas. Anak Emas adalah sebutan untuk dua anak laki-laki bernama Andre dan Edward. Mereka merupakan peserta dari DKI Jakarta. Dari penampilannya, mereka terlihat sangat percaya diri. Arvin, Bagas, Citra, dan Devika semakin berkecil hati dibuatnya. Namun, Om Danu dan Tante Ira langsung membesarkan hati dan mengembalikan rasa percaya diri mereka. ―Sekarang, kalian fokus saja untuk acara besok, ya! Om dan tante minta maaf karena tidak bisa ikut menginap di hotel ini karena kami akan menginap di rumah sepupunya Bagas. Namun, om dan tante berjanji kalaubesok akan hadir langsung di sini untuk mendukung kalian,‖ sambung Om Danu. *** Hari pengumuman pemenang pun tiba. Para peserta sudah bersiap di kursi masing-masing untuk mempresentasikan karya videonya di depan dewan juri dan penonton yang hadir. Nomor undian untuk urutan peserta sudah dikocok.Tim ABCD mendapatkan urutan kelima tepat setelah Tim Anak Emas. Tepuk tangan penonton bergemuruh ketika Tim Anak Emas selesai mempresentasikan karyanya dengan sangat baik. Kini, giliran Tim ABCD yang maju untuk mempresentasikan karyanya. Arvin, Bagas, Citra, dan Devika maju dengan gugup. ―Ini Tim ABCD, ya?‖ tanya salah satu juri. ―Iya, Bu,‖ jawab mereka. ―Kalau boleh tahu, ABCD itu apa, ya?‖ ―ABCD adalah singkatan dari nama kami, Bu, yaitu Arvin, Bagas, Citra, dan Devika,‖ jawab Bagas. ―Oh, begitu. Baik, kalian bisa memulai presentasinya, ya. Semangat, ABCD!‖ ujar juri tersebut. Arvin ditunjuk sebagai pembicara di tim mereka karena dinilai memiliki kemampuan berbicara yang paling baik. Sejak dua hari yang lalu, ia sudah mempelajari materi yang telah disusun Citra untuk dipresentasikan hari ini. ―Video ini menceritakan keragaman Indonesia yang tecermin dari persahabatan kami. Kami adalah empat sahabat yang berasal dari suku dan agama yang berbeda. Saya, Arvin, bersuku Lampung, Bagas bersuku Jawa, Citra bersuku Sunda, dan Devika bersuku Bali. Saya, Bagas, dan Citra beragama Islam, sedangkan Devika beragama Hindu. Namun, perbedaan-perbedaan tersebut tidak pernah menjadi penghalang bagi kami untuk menyatu dan menjaga tali persaudaraan. Kami saling merangkul, menghargai, dan mempelajari kebudayaan masing-masing. Itulah, yang membuat kami bersyukur terlahir sebagai warga negara Indonesia yang kaya akan perbedaan, kaya akan keragaman, terima kasih,‖ Jelas Arvin sembari berpelukan dengan ketiga temannya. Para juri dan penonton sontak bertepuk tangan mendengarnya. *** ―Baiklah, para hadirin yang berbahagia. Saya akan umumkan pemenang Lomba Video Keragaman di Indonesia Tahun 2022 ini‖ ucap pewara. Lampu ruangan diredupkan dan suasana berubah menjadi semakin tegang. ―Juara tiga diraih oleh Liben dari Papua!‖ ujar pewara. Peserta laki-laki bernama Liben pun maju naik ke panggung dengan senyum sumringah yang terukir di wajahnya. Tersisa dua peserta, yaitu Tim ABCD dan Tim Anak Emas. Arvin dan teman-teman semakin gugup. Mereka bergandengan tangan untuk menguatkan diri satu sama lain. ―Juara kedua dari Lomba Video Keragaman di Indonesia Tahun 2022 diraih oleh… Tim Anak Emas dari DKI Jakarta!‖ seru pembawa acara yang sontak membuat Tim ABCD menjadi juara satu atau pemenang dari lomba ini. ―Selamat kepada Tim ABCD dari Lampung yang berhasil menjadi pemenang dari Lomba Video Keragaman di Indonesia Tahun 2022!‖ Tangis haru menyelimuti Arvin, Bagas, Citra, Devika, Om Danu, serta Tante Ira. Keluarga Arvin, Citra, dan Devika yang menyaksikan siaran langsung dari YouTube pun ikut menangis terharu, bersyukur, dan bangga dengan pencapaian anak-anak mereka. ―Selamat ya, adik-adik! Persahabatan kalian menjadi inspirasi bagi kami semua tentang indahnya perbedaan dan keragaman.‖ ujar pembawa acara. Arvin, Bagas, Citra, dan Devika bersyukur atas anugerah yang diterima untuk persahabatan mereka. *** ILUSTRASI HALAMAN panggung 2 Impian Nonton di Bioskop embagian rapor semester genap telah dilaksanakan. Sekarang waktunya para siswa libur sekolah selama dua minggu. Kiki merasa senang sekali karena selama dua minggu dia tidak harus memikirkan tugas dan pelajaran di sekolah. Selain itu, di momen liburan kali ini Kak Nitya berjanji akan mengajaknya jalan-jalan ke Bandarlampung untuk menonton film di bioskop. ―Besok kita jadi ke bioskop, Kak Nit?‖ tanya Kiki. Kak Nitya menganggguk. ―Horeee! Akhirnya aku nonton di bioskop, akhirnya aku nonton di bioskop!‖ ujar Kiki, senang sembari melantunkan nada pada ujarannya tersebut. Ayah dan Bunda tertawa melihat sikap Kiki. ―Sudah jam berapa ini, Ki? Sana, tidur dulu. Besok bangun pagi, terus bersih-bersih rumah, setelah itu baru boleh pergi,‖ ujar Bunda. ―Ah, Bunda. Kan libur…‖ protes Kiki. ―Terus, kenapa kalau libur?‖ tanya Bunda. ―Ingin bangun siang…‖ jawab Kiki. P ―Yaudah, sana bangun siang. Kakak tinggal. Jadi, saat kamu bangun, kakak akan video callkamu dan cerita kalau kakaklagi asyik nonton di bioskop,‖ sahut Kak Nitya. ―Arghhh… iya, iya, Kiki tidur!‖ Ayah, Bunda, dan Kak Nitya tertawa. *** Kiki tidak bisa tidur. Berulang kali dia membolak-balikkan posisi tidurnya, tetapi matanya tetap tak mau diajak bekerja sama. Ia merasa senang, semangat, dan tak sabar akan datangnya hari esok. Bayang-bayang kursi bioskop dan layarnya yang super besar itu terus mengganggu pikirannya. Perlahan, ia turun dari tempat tidur dan pergi ke kamar Kak Nitya. Ia membuka pintu kamar itu dan mengintip ke dalam. Ternyata, Kak Nitya pun belum tidur. Ia masih sibuk dengan tugas di laptopnya. Kiki pun kembali ke kamar karena tak ingin mengganggu kakaknya. Beberapa saat setelah kembali dari kamar Kak Nitya, Kiki masih belum bisa tidur. Ia lalu mengambil ponselnya dan mengetik Bioskop Mall Boemi Kedatondi Google. Ia melihat gambar-gambar bioskop yang tertera di sana. Senyum merekah terpancar dari bibirnya. Tak lama kemudian, ia pun terlelap tidur. *** Keesokan harinya, Kiki benar-benar bangun kesiangan. Ia melirik jam dinding dari balik selimutnya. Ia terkejut ketika melihat angka di jam tersebut menunjukkan pukul 09.00 WIB. Ia segera menyibakan selimutnya dan bergegas keluar kamar. ―Ayah, Bunda, Kak Nitya, kenapa tidak bangunin Kiki, sih?‖ protes Kiki. ―Ayah, Bunda, dan Kakak sudah membangunkan kamu dari subuh. Kamu saja yang susah dibangunin!‖ tukas Kak Nitya. ―Yah… tapi Kiki tidak dengar. Kak, kita mau berangkat jam berapa?‖ tanya Kiki, semangat. Ayah, Bunda, dan Kak Nitya saling berpandangan. ―Kiki, hari ini tidak usah nonton dulu, ya!‖ ujar Ayah. ―Lho, kenapa?‖ ―Motor Kak Nitya rusak. Ayah mau membawanya ke bengkel, tapi ini hari Minggu dan bengkelnya tutup,‖ jawab Ayah. ―Ya, sudah naik mobil saja,‖ ―Kakak kan belum bisa bawa mobil, sayang…‖ jawab Bunda. ―Diantar Ayah, dong. Kalau perlu, kita sekeluarga pergi ke bioskop bareng!‖ rayu Kiki. ―Tidak bisa, sayang. Ayah dan Bunda hari ini mau menjenguk Tante Lina yang baru pulang dari rumah sakit,‖ tukas Ayah. Raut wajah Kiki berubah. Seketika wajah cerianya berubah menjadi sedih. Harapannya untuk dapat menonton film di bioskop hari ini kandas. Kiki tampak tak bersemangat menjalani hari. Seharian ini, ia cemberut saja. Tidak ada tawa dan keceriaan yang terpancar dari wajahnya. Ayah, bunda, dan Kak Nintya sudah berusaha membujuknya, tetapi tidak berhasil. Kiki berniat mencari udara segar. Ia pun pamit main menggunakan sepedanya sampai sore hari. *** Kiki pulang ke rumah dengan tak bersemangat. Ia memarkirkan sepedanya kemudian segera bergegas ke dalam. Suasana di rumah terlihat sepi. Ia memeriksa seluruh ruangan di dalam rumah, tetapi tidak ada orang satu pun. Perasaannya mulai tidak enak. Tiba-tiba, ia teringat bahwa sejak pergi tadi ia tidak membawa ponsel. Ia pun segera berlari ke kamar dan memeriksa ponselnya. Ada lima panggilan tak terjawab dari Kak Nitya. Kiki pun segera menelepon Kak Nintya. ―Halo, Kak. Pada ke mana, sih? Katanya ―Nggak jadi nonton ke bioskop, tapi pada pergi semua…‖ protes Kiki dengan kesal. ―Kakak, Ayah, dan Bunda lagi di rumah sakit, Ki…‖ jawab Kak Nitya di ujung telepon. ―Lho, katanya Tante Lina sudah pulang dari rumah sakit? Terus, kenapa masih di sana?‖ tanya Kiki, bingung. ―Bukan Tante Lina yang masuk rumah sakit, Ki, tapi Bunda…‖ jawab Kak Nitya, sedih. ―Apa? Kenapa Bunda ada di rumah sakit? Bunda lagi jenguk siapa, Kak? Siapa yang sakit?‖ ―Bunda sama Ayah tadi kecelakaan saat pulang dari rumah Tante Lina. Kondisi Ayah tidak apa-apa, tapi Bunda mengalami luka lumayan parah dan sekarang sedang dirawat di IGD,‖ jawab Kak Nitya sambil menangis. Kiki terkejut. Ia terduduk lemas, tangannya gemetar, air matanya turun tak terbendung. ―Kiki segera ke sana, Kak…‖ ujarnya. ―Jangan, Ki. Kamu tunggu di rumah saja. Anakyang berusia di bawah 12 tahun tidak boleh masukke ruangan ini,‖ tukas Kak Nitya. Hal itu tentu membuat Kiki semakin sedih. Rasa bersalah terus menyelimutinya. Ia hanya bisa berdoa semoga bunda baik-baik saja. *** Dua hari berlalu, bunda sudah diperbolehkan pulang. Dokter mengingatkan bunda untuk tidak boleh melakukan aktivitas yang berat selama di rumah. Sakit pink Kiki menyambut bunda dengan sangat gembira. Ia sudah merapikan kamar bunda agar bunda merasa nyaman. Kiki benar-benar berubah. Selama bunda sakit, ia tidak pernah bangun kesiangan. Ia pun membantu ayah dan Kak Nitya memasak atau membersihkan rumah dengan semangat. Tak jarang, ia pun membantu Bunda ketika membersihkan diri dan menyiapkan makanan Bunda. ―Ki…‖ panggil bunda dari tempat tidurnya. ―Iya, Bun!‖ jawab Kiki yang sedang mengepel lantai. ―Sudah mengepelnya?‖ ―Belum, Bunda. Sedikit lagi. Bunda mau diambilkan sesuatu?‖ ―Nggak. Bunda hanya mau ngobrol berdua sama Kiki. Sudah lama kan kita nggak ngobrol berdua?‖ Kiki pun dengan sigap menyelesaikan aktivitas mengepelnya agar bisa segera mengobrol dengan Bunda. Kiki naik ke kasur dan memeluk Bunda. ―Kiki sayang…‖ ―Ya, Bunda,‖ ―Terima kasih, ya…‖ ―Terima kasih untuk apa, Bunda? ―Terima kasih karena Kiki sudah mau menyayangi seluruh anggota keluarga, mematuhi kedua orang tua, dan merawat Bunda saat sedang sakit,‖ ―Itu kan memang sudah kewajiban Kiki sebagai anak, Bunda. Sebelum ulangan kemarin, di kelas, sempat dibahas materi tentang hak dan kewajiban anak di rumah, Bun. Eh… ternyata, saat liburan, Kiki benar-benar menerapkannya‖ ucap Kiki. ―Bunda minta maaf ya, Nak, karena kamu batal pergi nonton sama Kak Nitya. Ayah dan Bunda lebih memilih pergi menjenguk Tante Lina daripada mengantar Kiki ke bioskop,‖kata bunda. ―Nggak apa-apa, Bunda. Bunda kan juga perginya tujuannya baik, yaitu menjenguk Tante Lina. Kata guru Kiki, menjenguk orang yang sedang sakit adalah kewajiban kita sebagai masyarakat‖ ―Tapi, Kiki saat itu pasti kecewa sekali sama Ayah, Bunda, dan Kak Nitya. Iya, kan?‖tanya bunda. ―Iya sih, Bun. Tapi, Kiki juga salah. Kiki terlalu egois karena mementingkan kesenangan diri sendiri. Maafkan Kiki ya, Bun!‖ Bunda mencium kening putri bungsunya itu. ―Kiki masih mau nonton film di bioskop, tidak?‖ ―Mau, sih. Tapi, tidak sekarang, Bun. Lain kali saja. Kiki ingin merawat Bunda sampai sembuh dulu!‖ ―Yakin, tidak mau sekarang?‖ tanya bunda. Kiki mengangguk mantap. ―Kalau Bunda punya ini, bagaimana?‖ Bunda menunjukkan kepada Kiki dua lembar tiket bioskop yang sejak tadi disembunyikannya di bawah bantal. Mata Kiki terbelalak kaget. Ada perasaan senang yang menyusup di hatinya. ―Bunda punya dua tiket untuk kamu dan Kak Nitya. Besok kalian nonton, ya! Bunda sudah baca ulasannya. Kata orang, filmnya bagus, lho!‖ ―Bunda serius? Lalu, yang menjaga Bunda di rumah siapa kalau Kiki dan Kak Nit pergi?‖ ―Tenang, Ki. Kan masih ada Ayah. Ayah yang akan menjaga Bunda selama kalian pergi,‖ sahut Ayah. Kiki senang bukan main. Akhirnya, ia bisa merasakan serunya menonton film di bioskop. Kiki tak sabar menunggu hari esok tiba. Kiki sangat berterima kasih pada Ayah dan Bunda. *** 3 Bayu Si Penjual Kue ayu memandangi dagangannya dengan tak bersemangat. Kue yang ia titipkan di kantin Pak Hamdun masih tersisa banyak. Hanya tinggal beberapa gorengan, donat kentang, serta keripik singkong balado yang berkurang dan itu pun tak lebih dari lima buah. Bayu tiba di depan sebuah rumah berdinding kayu dan beranyaman bambu. Ia duduk dan meletakkan dagangannya di atas kursi panjang yang tergeletak di depan rumah. ―Assalamu’alaikum…‖ ucap Bayu seraya mencium tangan ibunya. ―Wa’alaikumsalam…” jawab ibu dari dalam rumah. Ibu Minarsih merupakan orang tua tunggal yang harus mengurus dan menghidupi ketiga anaknya setelah suaminya meninggal dunia satu tahun yang lalu karena kecelakaan. Oleh sebab itu, untuk membantu ibunya itu, Bayu ikut menjual kue-kue tradisional buatan ibu di kantin sekolah. ―Bagaimana sekolahmu hari ini?‖ tanya Bu Minarsih. ―Lancar, Bu. Tadi, Bu Ida membagikan hasil ulangan harian Matematika yang kemarin,‖ B geribik ―Lalu, bagaimana hasilnya?‖ ―Bayu dapat nilai 100 lagi, Bu,‖ ujar Bayu, senang. Bu Minarsih memeluk putra sulungnya itu dengan rasa bangga. ―Tapi…‖ ―Tapi kenapa?‖ tanya ibu. ―Dagangan Bayu hari ini kurang laris, Bu,‖ keluh Bayu. ―Tidak apa-apa. Namanya rezeki. Wajar kalau kadang ramai atau kadang sepi. Yang penting tetap semangat,‖ jawab Bu Minarsih membesarkan hati Bayu. *** Kue yang masih tersisa dari sekolah dijajakan kembali oleh Bayu di depan rumahnya. Sembari menunggu pembeli, ia menyempatkan diri untuk mengerjakan PR yang diberikan gurunya tadi pagi. Bu Minarsih menghampiri Bayu dan duduk di sampingnya. ―Ada PR?‖ tanya ibu. ―Iya, Bu.‖ jawab Bayu. ―Tidak terasa,ya,waktu berlalu. Kamu sekarang sudah kelas enam. Bayu ingin melanjutkan ke SMP mana?‖ tanya Bu Minarsih. ―Belum terpikir oleh Bayu ingin lanjut SMP atau tidak, Bu,‖ jawab Bayu. ―Loh, kok begitu?‖ ―Bayu ingin bekerja saja, bantu Ibu cari uang. Nanti kalau sudah 17 tahun, Bayu izin merantau ke Jakarta ya, Bu. Kata orang, di sana lebih mudah dapat pekerjaan yang gajinya besar‖ jawab Bayu dan sontak membuat Bu Minarsih terkejut. ―Kamu bicara apa sih! Ibu tidak setuju kamu kerja di usia yang masih sangat muda seperti saat ini. Ibu ingin Bayu sekolah dan raih cita-cita. Kalau Bayu sukses, Ibu, adik-adik, dan almarhum bapakmu juga akan bangga, Nak,‖ ucap Bu Minarsih sembari memeluk putranya itu. *** Keesokan harinya, di sekolah, lonceng tanda pelajaran pertama dibunyikan. Bayu beserta seluruh siswa yang lain berangsur masuk kelas masing-masing dengan rapi. Pelajaran hari ini adalah tematik dengan tema Wirausaha. Bu Ida menjelaskan hal tentang wirausaha. Selain itu, ia juga bercerita tentang cara berwirausaha serta sikap yang seharusnya dimiliki oleh wirausahawan. Bayu mendengarkan penjelasan Bu Ida dengan saksama. Seusai pelajaran, Bayu berbicara dengan Bu Ida karena ada hal yang ingin ia tanyakan. ―Bayu ingin bertanya, Bu. Apakah usaha yang Bayu lakukan sekarang sebagai penjual kue bisa disebut sebagai wirausaha?‖ ―Tentu saja, tetapi saat ini Bayu masih dalam tahap belajar karena kamu belum sepenuhnya memfokuskan waktumu untuk itu,‖ jawab Bu Ida. ―Bayu bercita-cita menjadi wirausahawan untuk membantu ibu dan adik-adik di rumah, Bu. Apa yang harus Bayu lakukan, Bu?‖ tanya Bayu. Bu Ida tersenyum mendengar pertanyaan Bayu. ―Bayu, cita-citamu yang ingin membantu ibu serta adik-adik adalah cita-cita yang sangat mulia. Jadi, apapun usaha Bayu nanti, insya Allah pasti akan diridai Allah Swt. jika tetap berusaha di jalan yang benar. Jika ingin menjadi wirausahawan yang sukses, Bayu harus selalu menujunjung tinggi kejujuran, pantang menyerah, dan selalu kreatif. Jangan berkecil hati jika ketika kamu berdagang, sepi pembeli. Justru, kita harus bisa mengetahuipenyebabnya. Nah, dari situ bisa dicari solusi kreatif agar dapat menarik konsumen,‖ jawab Bu Ida. ―Wah, terima kasih atas saranIbu! Bayu akan mencoba belajar banyak tentang cara berwirausaha.‖ *** Jujur, pantang menyerah, dan kreatif adalah kata-kata yang terngiang di pikiran Bayu sepanjang perjalanan pulang dari sekolah. Benar kata Bu Ida. Ia tidak boleh bersedih dan berkeluh kesah jika dagangannya sepi pembeli. Justru, ia harus mencari cara yang kreatif agar dapat menarik minat pembeli. Sesampainya di rumah, Bayu menata kue-kue sisa dagangannya di sekolah yang masih banyak. Ia susun kue-kue itu sesuai jenisnya di atas tampah. Ia memperhatikan kue-kue tersebut dengan saksama kemudian mencicipinya satu per satu. Bayu mencatat hasil pengamatannya itu ke dalam sebuah buku. Lama ia memikirkan solusinya hingga ia tak mendengar Bu Minarsih yang memanggilnya dari tadi. ―Bayu…‖ panggil Bu Minarsih sambil menepuk bahu anaknya itu. ―Eh, iya, Bu?‖ ―Kamu lagi memikirkan apa, sih? Ibu panggil dari tadi tidak dengar,‖ keluh Bu Minarsih. ―Bayu sedangmemikirkan bagaimana caranya agar dagangan kita laris, Bu. Coba, Ibu lihat penampilan kue-kue kita kalau sudah siang begini! Bayu saja tidak mau memakannya,‖ ucap Bayu. ―Mmm… Ibu punya ide!‖ ―Apa, Bu?‖ tanya Bayu dengan semangat. ―Besok kan hari Minggu. Bayu pergi saja ke Pasar Nggruput yang di Pemda itu. Di sana kalau pagi banyak jajanan pasar dengan rasa dan tampilan yang menarik. Siapa tahu Bayu dapat ide sepulang dari sana. Bayu tahu kan tempatnya?‖ ―Iya, Bu, tahu. Baiklah, kalau begitu, besok Bayu akan ke sana, Bu!‖ ujarnya, penuh semangat. *** Keesokan hari, Bayu pergi dengan Bintang menggunakan sepeda butut peninggalan bapak ke Pasar Nggruput, Pringsewu yang selalu digelar setiap Minggu pagi. Di sana banyak jajanan pasar dan kue tradisional yang dijajakan. Dengan menggunakan uang hasil membongkar celengan, Bayu membeli satu per satu jajanan tersebut dan membawanya pulang. Ia membeli agar-agar, kue pisang, kue risoles, keripik singkong balado, donat kentang, dan gorengan. Bu Minarsih sampai heran melihat tingkah anaknya yang membeli banyak makanan itu. Bayu mencoba untuk mempelajari kelebihan dari makanan-makanan itu yang mungkin saja bisa ia terapkan pada dagangannya. *** Sisa uang celengan yang ia milikidibelikan bahan-bahan kue. Bersama Bu Minarsih, ia membuat agar-agar yang dikemas di dalam tempat berbahan plastik. Selain itu, ia membeli kulit lumpia, tepung panir, serta beberapa jenis sayuran untuk membuat kue risoles dengan bermodalkan selembar resep yang ia dapatkan dari internet. Bu Minarsih sangat senang melihat semangat dan kegigihan Bayu. Bahkan ia meracik dan mengolah bahan-bahan itu sendiri karena Bu Minarsih harus menjaga Bara dan Bintang. *** Bayu berjalan menuju sekolah dengan rasa optimis. Ia yakin, kue-kue buatannya akan disukai teman-teman dan para guru. Sesampainya di sekolah, ia titipkan kue dagangannya itu kepada Pak Hamdun. Satu setengah jam kemudian terdengar bunyi lonceng dibunyikan tanda jam pelajaran telah berakhir. Anak-anak menyerbu pintu kelas. Merekaberebut ingin keluar. Mereka langsung menuju kantin dan membeli kue buatan Bayu. Bayu sangat senang melihatnya. Ia jadi penasaran bagaimana tanggapan mereka tentang kue-kue tersebut. Ia diam memperhatikan teman-temannya tanpa memberitahu mereka bahwa kue-kue itu adalah buatannya. Ia ingin mendapat penilaian yang jujur dari teman-temannya. ―Hueekkk… Apaan, nih!‖ keluh Anggi ketika mencicipi agar-agar buatan Bayu. ―Kenapa, Nggi?‖ ―Agar-agarnya pahit. Padahal, Anggi suka sekali dengan agar-agar, tetapi ini tidak enak, pahit!‖ jawab Anggi. Selain Anggi, siswa lain yang memakan agar- agar pun mengeluhkan hal yang sama. ―Hueekkk… Risolesnya juga nggak enak. Asin banget. Nyesel aku beli!‖ keluh temannya yang lain. *** Bayu tiba di rumah dengan lemas. Segaris senyum pun tak tampak di wajahnya. Termos kue yang ia pegang diletakkan begitu saja di luar rumah. Bu Minarsih bingung karena tidak biasanya putra sulungnya itu langsung masuk kamar setelah pulang sekolah. Bu Minarsih melihat termos kue yang digunakan Bayu untuk berdagang tergeletak begitu saja di luar. Ia buka isinya dan ternyata masih banyak. ―Mungkin ini penyebab Bayu terlihat tak bersemangat seperti waktu berangkat sekolah‖ pikir Bu Minarsih. ―Bayu tidak mau jualan lagi, Bu,‖ keluh Bayu dengan suara berat. ―Ada apa, Nak? Coba cerita sini sama ibu!‖ Bayu bangun dari tidur dan mengusap air matanya yang mengalir. ―Kue buatan Bayu nggak enak, Bu. Teman-teman semua kecewa. Bayu sedih. Bayu memang bukan bapak, Bu, yang pintar berdagang. Waktu bapak masih hidup, jualan rujaknya selalu laris. Pelanggannya juga banyak, tetapi saat Bayu berjualan selalu sepi, ‖ keluh Bayu, sedih. ―Bayu… sini, Nak!‖ Bu Minarsih meraih tubuh Bayu dan memeluknya. ―Ibu tahu Bayu sedih dan kecewa. Tahukah Bayu bahwa bapak pun pernah mengalami hal yang sama seperti kamu saat ini, yaitu sepi pembeli, tetapi bapak tidak pernah menyerah. Bapak mencoba berbagai resep rujak yang pas dan enak rasanya menurut orang banyak. Sampai pada akhirnya, bapak berhasil mendapatkan banyak pelanggan,‖ Ibu menjelaskan sambil membelai-belai kepala Bayu. ―Kalau begitu, Bayu akan meniru semangat bapak, Bu. Bayu akan coba lagi agar berhasil dan mendapatkan banyak pelanggan seperti Bapak‖ tekad Bayu. *** Malam harinya, Bayu kembali berjibaku dengan adonan kuenya. Namun, kali ini Bayu tidak membuat adonan yang banyak seperti kemarin karena rencananya ia hanya akan membuat untuk teman- teman sekelasnya. Besok, ia akan membagikan kue- kue itu secara gratis sebagai permintaan maaf serta sebagai penguji rasa bagi kuenya. *** Ketika jam istirahat di sekolah tiba, Bayu membagikan agar-agar dan kue risoles kepada lima belas teman di kelasnya. Sebelumnya, ia meminta maaf kepada mereka karena kemarin telah membuat kue yang tidak enak. Selain kepada temannya, ia pun memberikan sampel kue tersebut kepada para guru dan Pak Hamdun. Teman-temannya masih merasa takut mencicipi agar-agar serta kue risoles buatan Bayu. Mereka seperti trauma dengan rasanya. Namun, ada satu anak yang berseru, ―Enak!‖ mereka pun langsung memakannya dengan lahap. Bayu bahagia melihatnya. Rasa haru menyelimuti hatinya. Sejak saat itu, ia berjanji pada diri sendiri untuk selalu belajar dari kesalahan dan berusaha menjadi lebih baik. *** Glosarium Kiyay : sebutan kakak dalam Bahasa Lampung Nggruput : kegiatan jual beli makanan tradisional pada pagi hari Teteh : sebutan kakak perempuan dalam Bahasa Sunda Nama : Ayu Rizki Susilowati Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Mei 1992 Nomor Ponsel (WA) : 085267940339 Alamat Posel : [email protected] Alamat Kantor : SDN 1 Pandansurat, Kec. Sukoharjo, Kab. Pringsewu Alamat Rumah : Kelurahan Pringsewu Selatan, Kec. Pringsewu, Kab. Pringsewu Pendidikan : S-2 MKGSD Universitas Lampung 2022 Riwayat Pekerjaan :  Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Kab. Pringsewu (2015 – 2019)  Guru di UPT SD Negeri 1 Pandansurat, Kab. Pringsewu (2019 – sekarang) Karya :  Cerpen Bintang Buatan-Radar Lampung (2014)  Cerpen Terminal Tua-Radar Lampung (2015)  Sepenggal Kisah Mata Pena (Kumpulan Cerpen) - Mazaya Publishing House (2018)  Pendidik Cerdas di Era Pandemi (Antologi Opini) - APKS PGRI Prov. Lampung (2020)  Dalam Genggaman Ramadhan (Antologi Cerpen dan Puisi) - The Journal Publishing House (2021)  Memperoleh Angka Kredit bagi Jabfung Guru melalui Pengembangan Keprofesian – Kumparan (2021)  Sudah Siapkah Kita Melaksanakan Sekolah Tatap Muka? – Kumparan (2021)  Mengemas Asesmen Kompetensi Minimum yang HOTS – Kumparan (2021) Biodata Penulis Nama : Zainudin Hasan, S.H., M.H. Tempat, Tanggal Lahir : Padang Ratu, 26 Juni 1984 Nomor Ponsel : 081317331084 Alamat Posel : [email protected] Alamat Kantor : Jl. ZA Pagar Alam No.26 Labuhan Ratu BDL Alamat Rumah : Jl. Raja Ratu No.82 Labuhan Ratu BDL Pendidikan : S-2 Magister Hukum Riwayat Pekerjaan:  Advokat dan Konsultan Hukum  Dosen Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung Karya:  Naskah Akademik dan Perda: Pendidikan di Kota Bandar Lampung  Naskah Akademik dan Perda: Bantuan Hukum di Kota Bandar Lampung  Monografh: Perkembangan Hukum di Indonesia  Monografh: Lokalitas Lampung Menemukan Jati diri Kota  Monografh: Pembangunan Hukum dalam Ragam Persfektif  Buku: Tihang dan Sahabat Petualangan di Hulu Tulung  Buku: Sosiologi Hukum Masyarakat dan Kebudayaan  Buku: Kumpulan Esai Jalan Sastra Lampung Biodata Penyunting Bahasa Lampung Nama : Dina Ardian, S.Pd. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Desember 1980 Nomor Ponsel (WA) : 08121878334 Alamat Posel : dina.nugraha06@ Gmail.Com Alamat Kantor : Kantor Bahasa Provinsi Lampung Jalan Beringin II, No.40, Kompleks Gubernuran, Telukbetung, Bandarlampung Pendidikan : S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Jakarta 1999—2005) Riwayat Pekerjaan :  Penyuluh dan Penyunting Kebahasaan di Kantor Bahasa Provinsi Lampung (2010—Sekarang) Biodata Penyunting Bahasa Indonesia Nama : Didin Jahidin Nomor Ponsel (WA) : 085715056676 Alamat Posel : [email protected] Pendidikan : SD 02 Kadugede, 1986 MTsN Kadugede, 1989 SMKN 02 Kuningan 1992 Riwayat Pekerjaan dan Karya:  PT Bintang Jenaka Cartoon Film, 1992—1996 (Dogaman/Inbetweener)  PPFN, 1996—1997 (Key Animator, mengerjakan proyek film animasi layar lebar Malaysia ―Silat Legenda‖)  Asiana Wang Animation, 1997—2003 (Layout, 1997—2001) (Key Animator, 2001—2003)  Pustaka Lebah, 2003—2014 (Ilustrator dan Pimpinan Proyek Animasi 2D, dan Koordinator Team Visual)  Binar Cahaya Semesta, 2014 (Ilustrator dan Koordinator Team Visual) Biodata Ilustrator
1_Aku_Punya_Impian_ISBN3
Kok Tidak Ada Sampah Plastik? Kok Ora Ana Sampah Plastik? Penulis: Eka Sugeng Ariadi Penerjemah: Isa Asmaul Khusna Ilustrator: Sandro Bahan Bacaan untuk Pembaca Awal | Seri Terjemahan MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Kok Tidak Ada Sampah Plastik? Kok Ora Ana Sampah Plastik? © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang, 2022 Penulis Eka Sugeng Ariadi Penerjemah Isa Asmaul Khusna Penelaah Wawan Eko Yulianto Penyunting Dalwiningsih Ilustrator Sandro Penata Letak Alra Ramadhan Diterbitkan oleh BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, 61252 Telepon/Faksimile (031) 8051752 Cetakan Pertama, November 2022 ISBN: 978-602-8334-78-5 Katalog Dalam Terbitan (KDT) 899.222 3 KOK KOK TIDAK ADA SAMPAH PLASTIK?/Eka Sugeng Ariadi K — cet.1 — Sidoarjo: Balai Bahasa Jawa Timur, 2022 iv + 26 hlm; 22 x 28 cm iii Kata Pengantar Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Salah satu kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur adalah cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Kekayaan itu merupakan sebuah aset nasional yang sa- ngat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional sebagai bagian dari warisan bu- daya dunia. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur tidak hanya dapat diimplemen- tasikan oleh masyarakat Jawa Timur, tetapi dapat pula dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan diterjemahkannya karya sastra Jawa Timur ke bahasa Indonesia, pem- bacanya dapat menikmati cerita, kemudian mengkaji nilai-nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-nilai positif sebagai pegangan hidup. Hasil- nya adalah akan tercipta sebuah pemahaman antarbudaya yang akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Cerita-cerita yang terhimpun dalam terjemahan buku cerita anak untuk pembaca awal ini juga dapat bermanfaat sebagai salah satu sarana atau media pendidikan karakter. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEM, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika. Cerita dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Melalui penerjemahan cerita anak, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Tek- nologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Kami berusaha untuk turut berperan aktif dalam program itu dengan. menyediakan bahan bacaan bermutu bagi pembaca melalui penerjemahan cerita anak berbahasa daerah ke ba- hasa Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal. Kegiatan membaca diharapkan akan tumbuh dan berkembang menjadi keterampilan-keterampilan lanjutan sehingga akhirnya pembaca dapat mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Inovasi seperti itu perlu didukung agar dapat menumbuhkan budaya literasi dengan tetap ber- fokus pada upaya untuk menumbuhkan generasi yang memiliki kemampuan berpikir kritis, me- mecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk terjemahan ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, di- gital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis karya sastra berbahasa daerah, penerjemah, penelaah, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya terjemahan ini. Semoga buku ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Sidoarjo, 1 Oktober 2022 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. iv Kata Pengantar iii Daftar Isi v Kok Ora Ana Sampah Plastik? Kok Tidak Ada Sampah Plastik? 1 Penulis 25 Penerjemah 25 Ilustrator 25 Daftar Isi Kok Tidak Ada Sampah Plastik? Kok Ora Ana Sampah Plastik? Penulis: Eka Sugeng Ariadi Penerjemah: Isa Asmaul Khusna Ilustrator: Sandro Ciiittt...gedebukkk... “Ya ampun Booobbb...,” Sakti mbengok. “Adhuuhhh..adhuuhhh,” Bobi njerit karo ngulat-ngulet ngrasakake lara. Cit... gedebuk... “Ya ampun, Bob!” teriak Sakti. “Aduh... aduh,” Bobi menjerit sambil berjingkat-jingkat kesakitan. 2 CIIIITT... GEDEBUKKK... 3 “Mulane ngati-ngati yen mlaku, ben ora kepleset terus,” tuture Sakti. “Adhuuuhhh... sopo seehhh sing mbuwang plastik panganan sembarangan iki?” Bobi nggrundel. “Makanya hati-hati kalau jalan, biar tidak terpeleset terus,” ujar Sakti. “Aduh! Siapa sih yang buang sampah plastik sembarangan seperti ini?” Bobi menggerutu. “Sak, yen aku ketemu kanca-kanca sing mbuwang sampah plastik sembarangan, arep tak laporake nang Kepala Sekolah,” ucap Bobi amarga nesu bolak-balik kepleset plastik. “Sakti, kalau aku menemukan teman-teman yang buang sampah plastik sembarangan, mau kulaporkan ke Kepala Sekolah,” kata Bobi karena kesal berkali-kali terpeleset plastik. 4 Sakti nglamun tur mesaake kancane sing sering kepleset plastik. Nanging ora dianggep masalah gedhe karo Kepala Sekolah lan Petugas Kebersihan. Sakti merenung dan merasa kasihan pada temannya yang sering terpeleset plastik. Sayangnya, hal itu tidak dianggap sebagai masalah besar oleh Kepala Sekolah dan Petugas Kebersihan. 5 “Bob, aku kudu nggolek info ing YouTube piye carane manfaatake sampah plastik” ucape Sakti. “Sakarepmu, pokoke aku arep nglaporake kanca-kanca sing buwang sampah sembarangan, TITIK,” ucape Bobi ketus. “Bob, aku harus cari info di YouTube tentang cara memanfaatkan sampah plastik,” kata Sakti. “Terserah kamu saja, pokoknya aku mau melaporkan teman-teman yang buang sampah sembarangan itu, titik!” jawab Bobi ketus. 6 Ing wayah sore, Sakti banjur nyekel HP ing kamare lan ngetik piye carane ngatasi sampah plastik. “Ahaaa...ide apik iki, ecobrick,” bathine Sakti sorak. “Sesuk, aku kudu ngajak Bobi nglumpukake sampah plastik sing pating slebar ing sekolahan,” ucape kanti semangat. Sore hari, Sakti mengambil HP di kamarnya dan mengetik bagaimana cara mengatasi sampah plastik. “Aha! Ide bagus ini, ecobrick,” sorak Sakti dalam hati. “Besok aku harus ajak Bobi mengumpulkan sampah plastik yang berserakan di sekolah,” ucapnya bersemangat. 7 8 Wayah jam istirahat pelajaran, Sakti lan Bobi wis dhiskusi serius. “Oalah Sak.. Sak, aku sing kepleset kok malah diajak ngumpulake sampah plastik... arep digawe obrak-abrik,” protes Bobi. “Husss..ngawur! dudu obrak-abrik nanging ecobrick,” ucape Sakti. Pada jam istirahat pelajaran, Sakti dan Bobi sudah berdiskusi serius. “Oalah Sakti-Sakti, aku yang terpeleset kok ya justru diajak mengumpulkan sampah plastik, mau dibuat obrak-abrik,” protes Bobi. “Hus, sembarangan! Bukan obrak-abrik, tapi ecobrick,” bantah Sakti. 9 “Wes ta, aja kakean pitakon. Saiki, ayo mulai ngumpulake sampah plastik, terus dititipke dhisik ing ruangane Petugas Kebersihan Sekolah,” wangsule Sakti. “Sudahlah, jangan kebanyakan tanya. Sekarang, ayo mulai kumpulkan sampah plastik, lalu kita titipkan dulu di ruangan Petugas Kebersihan Sekolah,” balas Sakti. 10 11 Sawise bubar jam sekolah, sampah plastik banjur digawa mulih lan disimpen ing omah. “Iki oleh rong kresek sampah, siji tak gawa mulih, sijine gawanen ya Bob?” penjaluke Sakti. “Emooohhh, awakmu wae sing nyimpen kabeh,” sahute Bobi. Bobi ora gelem repot lan melu-melu nyimpen sampah plastik. Sepulang sekolah, sampah plastik yang sudah terkumpul kemudian dibawa pulang dan disimpan di rumah. “Ini dapat dua kantong sampah, satu kubawa pulang, satunya lagi kamu yang bawa ya, Bob?” pinta Sakti. “Gak mau, kamu saja yang simpan semuanya,” sahut Bobi. Bobi tidak mau repot ikut menyimpan sampah plastik. 12 Saben dina, saben wayahe jam istirahat pelajaran, Bobi lan Sakti njupuki lan ngumpulake sampah plastik, terus diwadahi kresek, banjur mengko digawa mulih. Setiap hari pada jam istirahat, Bobi dan Sakti mengambil dan mengumpulkan sampah plastik, lalu dimasukkan kantong plastik untuk berikutnya dibawa pulang. 13 Suwi-suwi kanca-kancane padha ngrasani bocah loro iki kaya pemulung sampah anyaran ing sekolahan. Petugas Kebersihan uga ngguyoni, “Bob, kowe duwe cita-cita dadi pemulung ta?” “Wadhuuuhhh, amit-amit nggih Paakkk, kula niki kepingin dadi pilot lho,” jawabe Bobi sewot. Sakti ing pinggire namung mesam-mesem. Sing penting sampah plastik ing sekolahane bisa suda saben dina. Lama-kelamaan, teman-teman banyak membicarakan kedua anak ini karena terlihat seperti pemulung baru di sekolah. Petugas kebersihan pun turut meledek, “Bob, kamu punya cita-cita jadi pemulung, ya?” “Duh! Ya tidak lah, Pak! Saya ini ingin jadi pilot, lho,” bantah Bobi geram. Sakti yang berada di sampingnya hanya bisa senyum-senyum sendiri. Yang terpenting sampah plastik di sekolahnya bisa berkurang dari hari ke hari. 14 15 Pas oleh seminggu, sampah plastik wis ana 12 kresek, wayahe digawe ecobrick. “Piye iki carane nggawe ecobrick?” takone Bobi penasaran. Genap seminggu berlalu, sampah plastik sudah terkumpul 12 kantong besar, saatnya dibuat menjadi ecobrick. “Bagaimana cara membuat ecobrick?” tanya Bobi penasaran. 16 “Rungokno yo, Bob! Sepisan, kabeh plastik iki kudu diumbah nganti bersih, banjur dipepe nganti garing. Botol-botol sing digawe wadahe ya diresiki. Yen wis resik kabeh, plastik-plastik iki dilebokne botol nganti kebak. Carane ben kebak, dilebokne nganggo alat kayu iki,” Sakti jelaske. “Dengarkan ya, Bob! Pertama, semua plastik ini harus dicuci sampai bersih, lalu dijemur sampai kering. Botol-botol yang dibuat wadahnya juga dibersihkan. Kalau sudah bersih semua, plastik-plastik ini dimasukkan ke botol sampai penuh. Biar penuh, memasukkannya pakai alat kayu ini,” jelas Sakti. 17 “Oalah, gampang tibake,” jawabe Bobi. “Ojo gampang-gampang wae, ayo cepetan dicoba!” ajake Sakti. “Oalah, mudah ternyata,” jawab Bobi. “Jangan cuma bilang mudah saja, ayo dicoba!” ajak Sakti. 18 Ora nganti suwe, Bobi mbengok “Yeeee... aku wis oleh sak botol ecobrick.” Bobi pamer botol ecobrick kelawan jingkrak-jingkrak seneng. “Kene tak priksa dhisik!” tuture Sakti. Tidak lama kemudian, Bobi berteriak, “Hore! Aku sudah dapat satu botol ecobrick!” Bobi memamerkan botol ecobrick sambil jingkrak-jingkrak kesenangan. “Sini, biar aku periksa dulu!” tutur Sakti. 19 Kreekkk... kreeekkk... “Lhooo... kok ana unine kreeekkk..kreekkk?” pitakone Sakti. “Ya mesti ta, Sak, jenenge botol yen diremet ya ana unine kreekkk.. kreekk,” jawabe Bobi ketus. “Nah, kuwi ecobrick sing salah. Sing bener kuwi ora nganti muni senajan diremet-remet,” jelase Sakti. “Oalahhh...angele yaa,” jawabe Bobi karo ngukur-ngukur sirahe. Krek... krek.... “Lho, kok ada bunyi krek-krek-nya?” tanya sakti. “Ya, pasti lah, Sakti, namanya juga botol plastik, kalau ditekan ya ada suaranya krek-krek,” ketus Bobi. “Nah, itu ecobrick yang masih keliru. Kalau sudah benar itu tidak berbunyi meskipun ditekan-tekan,” jelas Sakti. “Oalah... susah ternyata ya,” jawab Bobi sambil menggaruk-garuk kepalanya. KREEKKK... 20 Ing dina Minggu iki Sakti lan Bobi namung bisa gawe sak botol ecobrick sing bener amarga angel olehe ngebaki lan madheti botole. Bocah loro iki sepakat yen saben dina Minggu gawe sak botol. Saiki wis oleh sewulan, dadi jumlahe wis oleh 4 botol. Pada hari Minggu ini Sakti dan Bobi hanya bisa membuat satu botol ecobrick yang benar karena sulit untuk membuat botol terisi penuh dan padat. Kedua anak ini pun sepakat jika tiap hari Minggu akan membuat satu botol saja. Sekarang sudah genap sebulan, sehingga jumlahnya sudah dapat 4 botol. KREEKK... 21 Saiki, dina Senin, kaya biasane ing sekolahe Bobi lan Sakti wayahe upacara bendera. Ing pertengahan pidato, Kepala Sekolah ngersaake maringi hadiah kanggo Petugas Kebersihan amarga halaman sekolah tambah dina tambah resik ora katon sampah plastik. Sekarang hari Senin, seperti biasa di sekolah Bobi dan Sakti mengadakan upacara bendera. Di tengah pidato, Kepala Sekolah ingin memberi hadiah untuk Petugas Kebersihan karena halaman sekolah semakin hari semakin bersih tanpa adanya sampah plastik. 22 Ora nyana, Petugas Kebersihan ora gelem diparingi lan jujur matur marang Kepala Sekolah menawi ingkang paling berjasa mundhuti sampah-sampah plastik menika, Bobi lan Sakti. “Oh ngaten. Bobi karo Sakti, ayo maju pisan nang kene,” Kepala Sekolah ngendikan. Tidak diduga, Petugas Kebersihan menolak diberi hadiah dan jujur mengatakan pada kepala sekolah bahwa yang paling berjasa mengambil sampah-sampah plastik itu adalah Bobi dan Sakti. “Oh begitu. Bobi dan Sakti, ayo maju sekalian ke sini,” perintah Kepala Sekolah. 23 “Bocah-bocah, ayo padha nyonto tumindake Bobi lan Sakti. Sakti, coba critakake digawe opo sampah-sampah plastik kuwi?” prentah Kepala Sekolah. Sakti banjur crita akeh ngenani keplesete Bobi nganti ide gawe ecobrick sing uga akeh pisan manfaate. “Anak-anak, mari kita tiru tindakannya Bobi dan Sakti. Sakti, coba ceritakan, digunakanan untuk apa sampah-sampah plastik itu?” perintah Kepala Sekolah. Sakti kemudian banyak bercerita tentang terpelesetnya Bobi hingga munculnya ide pembuatan ecobrick yang ternyata banyak pula manfaatnya. 24 Eka Sugeng Ariadi, lahir di Pasuruan, tanggal 12 Agustus 1980. Saat ini berprofesi sebagai guru dan mengabdi di MAN 1 Pasuruan. Di sela rutinitas mengajar, taklupa me- manfaatkan waktu luang untuk terus belajar menulis artikel, opini, cerpen, dan puisi. Saya tentu sangat senang bila pembaca di mana pun berada berkenan untuk sa- ling berbagi ilmu khususnya seputar dunia menulis dan literasi melalui nomor WA 083835110533 atau email: [email protected]. Penulis Penerjemah Ilustrator Isa Asmaul Khusna, lahir di Kediri 12 Maret 1999. Pernah menerbitkan kumpulan cerita pendek berjudul Saini dan Cerita-Cerita Lainnya pada tahun 2019. Saat ini masih bergiat di FLP Kediri dan menekuni profesi sebagai guru Bahasa Indonesia di SMP International Islamic School PSM Kediri. Penerjemah dapat dihubungi melalui surel [email protected]. Sandro aktif berteater dan kegiatan kreatif lainnya. Ke- senangannya menggambar digunakan untuk mengobati stres. Baginya, goresan dapat melepaskan stres. Lahir di Pacitan, 2 Juni 1993, dan menamatkan pendidikan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Malang, saat ini bercita- cita mementaskan cerita Na Willa dalam bentuk drama musikal. 25
1_Kok_Tidak_Ada_Sampah_Plastik
Akkarena Cangkek Bermain Cangkek Penulis: Muhammad Musmulyadi Penerjemah: Muhammad Musmulyadi Ilustrator: Edy Rahmat Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia 2023 Akkarena Cangkek Bermain Cangkek Penulis : Muhammad Musmulyadi Penerjemah : Muhammad Musmulyadi Ilustrator : Edy Rahmat Penyunting : Rahmatiah Andi Makkaraja Diterbitkan pada tahun 2023 oleh Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan Jalan Sultan Alauddin Km 7 Tala Salapang, Makassar Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang KATA PENGANTAR MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI BUKU LITERASI BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA Literasi tidak dapat dipisahkan dari sejarah kelahiran serta perkembangan bangsa dan negara Indonesia. Perjuangan dalam menyusun teks Proklamasi Kemerdekaan sampai akhirnya dibacakan oleh Bung Karno merupakan bukti bahwa negara ini terlahir dari kata-kata. Bergerak menuju abad ke-21 saat ini, literasi menjadi kecakapan hidup yang harus dimiliki semua orang. Literasi bukan hanya kemampuan membaca dan menulis, melainkan juga kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas. Sebagaimana kemampuan literasi telah menjadi faktor penentu kualitas hidup manusia dan pertumbuhan negara, upaya untuk meningkatkan kemampuan literasi masyarakat Indonesia harus terus digencarkan. Berkenaan dengan hal tersebut, pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menginisiasi sebuah gerakan yang ditujukan untuk meningkatkan budaya literasi di Indonesia, yakni Gerakan Literasi Nasional. Gerakan tersebut hadir untuk mendorong masyarakat Indonesia terus aktif meningkatkan kemampuan literasi guna mewujudkan cita-cita Merdeka Belajar, yakni terciptanya pendidikan yang memerdekakan dan mencerdaskan. Sebagai salah satu unit utama di lingkungan Kemendikbudristek, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa berperan aktif dalam upaya peningkatan kemampuan literasi dengan menyediakan bahan bacaan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembaca. Bahan bacaan ini merupakan sumber pustaka pengayaan kegiatan literasi yang diharapkan akan menjadi daya tarik bagi masyarakat Indonesia untuk terus melatih dan mengembangkan keterampilan literasi. Mengingat pentingnya kehadiran buku ini, ucapan terima kasih dan apresiasi saya sampaikan kepada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa serta para penulis bahan bacaan literasi ini. Saya berharap buku ini akan memberikan manfaat bagi anak-anak Indonesia, para penggerak literasi, pelaku perbukuan, serta masyarakat luas. Mari, bergotong royong mencerdaskan bangsa Indonesia dengan meningkatkan kemampuan literasi serta bergerak serentak mewujudkan Merdeka Belajar. ii iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI SULAWESI SELATAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) melaksanakan program penerjemahan buku cerita anak untuk mendukung Gerakan Literasi Nasional (GLN). Pada tahun 2022, Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan (BBP Sulsel) sebagai UPT Badan Bahasa juga telah menerbitkan sepuluh judul buku cerita anak dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia melalui program penerjemahan buku cerita anak dwibahasa (bahasa daerah- bahasa Indonesia) untuk mendukung GLN. Pada tahun 2023, BBP Sulsel menerbitkan 46 judul buku cerita anak dwibahasa yang diperuntukkan anak usia 4—6 tahun (jenjang B-1, Ɵngkat PAUD/TK) dan anak usia 7—9 tahun (jenjang B-2, Ɵngkat SD awal). Cerita-cerita anak itu memuat tema “Pemajuan Budaya Lokal” dan bersubstansi STEAM (science, technology, engineering, art, math). Buku cerita anak berupa buku bergambar (picture book) ini berbicara perihal (1) alam dan lingkungan, (2) ekonomi kreaƟf, (3) cerita rakyat, (4) matemaƟka, (5) pengembangan diri, (6) sains, (7) seni dan budaya, serta (8) tokoh. Buku cerita anak yang diterbitkan BBP Sulsel tentunya telah melalui tahapan kurasi karya, pembimbingan kepada penulis, dan penilaian karya dari para narasumber yang terdiri atas sastrawan, guru, dosen, dan akademisi. Kami berharap dengan adanya proses tersebut buku cerita anak yang kami terbitkan menjadi bahan bacaan bermutu yang layak baca dan memiliki Ɵngkat keterbacaan yang baik untuk anak-anak. Buku-buku hasil program penerjemahan buku cerita anak dwibahasa (bahasa daerah—bahasa Indonesia) itu dapat diakses bersama bahan bacaan literasi lainnya di laman hƩps://penerjemahan.kemdikbud.go.id/ dan hƩps://budi.kemdikbud.go.id/. Penerbitan sebuah buku Ɵdak akan bermakna tanpa apresiasi dan saran yang bijak dari pembaca. Tak ada gading yang tak retak, begitu kata pepatah. Demikian juga dengan buku cerita anak yang ada di tangan Anda ini, tentu masih banyak kekurangan. Tegur sapa dan saran sangat kami harapkan. Selamat membaca dan salam literasi. iv Makassar, Agustus 2023 Ganjar Harimansyah Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan SEKAPUR SIRIH Alhamdulillah atas karunia-Nya sehingga buku cerita anak Akkarena Cangkek ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penerbitan buku ini, terutama kepada Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan. Terima kasih juga kepada Bapak dan Ibu pembimbing terkhusus untuk pembimbing Bahasa Makassar, Bapak Andi Makkaraja dan Ibu Mira Pasolong. Serta kepada ilustrator, Bapak Edy Rahmat yang membuat cerita buku ini lebih menarik. Semoga buku ini dapat bermanfaat untuk semua anak bangsa. Makassar, Agustus 2023 Muhammad Musmulyadi v Daftar Isi Kata Pengantar Mendikbudristek ..................................................... iii Kata Pengantar Kepala Balai Bahasa ................................................ iv Sekapur Sirih ...................................................................................... v Daftar Isi ........................................................................................... vi Akkarena Cangkek .............................................................................1 Glosarium........................................................................................ 28 Biodata Penulis dan Penerjemah ................................................... 29 Biodata Ilustrator ............................................................................ 29 vi Niaki Iccang ri pakrasanganna. Iccang berada di kampung. 1 Iccang nainrangi talipongna ammakna. Eroki accinik-cinik pidio. Iccang meminjam telepon genggam Ibu. Dia mau menonton video. 2 Mingka kodi siknalka ri kampongna. Biasai akdakki-dakki videona. Namun jaringan internet tidak bagus. Videonya sering berhenti. 3 Akletteki mange ri tampak maraenga. Tenapa nabajik siknalka. Kamae bajik aklettek Iccang, dik? Dia berpindah tempat. Jaringan belum bagus. Iccang pindah ke mana lagi, ya? 4 Iccang naciniki I Alam na I Aziz. Nalangngereki akrekeng, sekre, rua, tallu, appak, lima. Apa naparek sipakrua, dik? Iccang melihat Alam dan Aziz. Mereka berhitung, satu, dua, tiga, empat, lima. Mereka sedang main apa, ya? 5 Sikalinna, niak kayu cakdi anggulung mae ri rampikna. Takbangkai I Iccang. Tiba-tiba, kayu kecil menggelinding ke dekatnya. Iccang kaget. 6 Rikioki Iccang akkarena siagang I Alam. Sirik-siriki I Iccang nasabak nampanna seng assibuntuluk. Alam mengajak Iccang bermain. Iccang malu karena baru bertemu mereka lagi. 7 Erokji Iccang amminawang akkarena. Cangkek arengna anne pakkarenannga. Iccang pun mau ikut bermain. Permainan ini namanya cangkek. 8 Aziz napacinikangi antekamma batena akkarena. Aziz mencontohkan cara bermainnya. Risukbik. Siiuutt! Mencungkil. Siiuutt! Peppekna. Tak! Ketukan pertama. Tak! Tettekna. Tak! Tak! Ketukan kedua. Tak! Tak! 9 Nacobai Iccang akkarena. Naulang-ulangi. Iccang mencoba bermain. Mengulang beberapa kali. Sangkalaki! Kulleji antu Iccang. Sulit! Iccang pasti bisa. 10 Ripakarammulami akkarena. Punna ammeta, nidenngeki ri pakarena maraennga. Anjo ammetayya anggappayya jai poing. Permainan dimulai. Jika menang, akan digendong oleh pemain lain. Pemenangnya yang mendapat poin tertinggi. 11 Nasukbikmi I Alam anak cangkeka. Siiiuutt! Allayang mange ri Aziz. Alam mulai mencungkil cangkek pendek. Siiiuutt! Melayang ke arah Aziz. 12 Najakkalaki anak cangkeka I Aziz. Anrasai lima poing. Aziz berhasil menangkap cangkek pendek. Dia mendapat lima poin. 13 Wattunami I Aziz. Nasukbik bannyanngi I Aziz. Tena nakullei I Iccang na I Alam angjakkalaki. Giliran Aziz. Aziz mencungkil kuat. Iccang dan Alam tidak bisa menangkapnya. 14 Nampa, napasambilai I Iccang anak cangkeka mange ri sokboloka. Ahhhh! Nasalai. Lalu, Iccang melempar cangkek pendek ke arah lubang. Ahhhh! Meleset. 15 Peppekna sedeng nagaukang I Aziz. Napasambilai I Alam anak cangkeka. Aziz melakukan ketukan pertama. Alam melempar balik cangkek pendek ke Aziz. Tak! Natabai. Tak! Kena. 16 Allayangi anak cangkeka. Sampulo sekre anrong cangkek bellana. Anrasai I Aziz sampulo sekre poing. Cangkek pendek melambung. Berjarak 11 cangkek panjang. Aziz mendapat 11 poin. 17 Tettekna sedek. Tak! Tak! Natabai. Saatnya ketukan kedua. Tak! Tak! Kena. 18 Mingka, lettek bawangji mange ri rampikna sokboloka. Namun, hanya berpindah ke dekat lubang. 19 Iccang sedeng annyukbik. Bellai aklayang anak cangkeka. Kini giliran Iccang mencungkil. Cangkek pendek melambung jauh. 20 Tena nakullei I Alam na I Aziz angjakkalaki. Nasalai tong passambilana. Alam dan Aziz tidak dapat menangkapnya. Lemparan mereka juga meleset. 21 Peppekna nagaukang I Iccang. Tak! Ammammuki anak cangkeka mange ri dallekang. Poremi Iccang akkarena. Iccang melakukan ketukan pertama. Tak! Cangkek pendek melambung jauh ke depan. Iccang sudah jago memainkannya. 22 3 Napasambilai I Aziz anak cangkeka mange ri Iccang. Tena narapiki. Sisala appak anrong cangkeki battu ri sokboloka. Lalu Aziz melempar balik cangkek pendek. Lemparannya tidak sampai. Berjarak empat cangkek panjang dari lubang. 23 Tettek maka ruana sedeng. Anne tettekna paling sangkalaknami. Tap! Nasalai. Ketukan kedua. Ketukan ini yang tersulit. Tap! Meleset. 24 Anrasai sampulo sekre poing I Aziz. Iccang anrasa appak poing. Punna I Alam tena anggappa poin. Aziz dapat sebelas poin. Iccang empat poin. Alam tidak dapat poin. Tawwa! I Aziz ridenngeki siagang I Iccang na I Alam. Hore! Aziz digendong oleh Iccang dan Alam. 25 Battalaki! Ammakkalak ngasengi. Berat! Mereka tertawa. Nasawalaki I Alam nadenngek I Aziz. Alam berusaha menggendong Aziz. 26 Glosarium Cangkek : Permainan tradisional yang menggunakan dua potong kayu panjang dan pendek. Pakrasangang : Dalam bahasa Indonesia disebut, Kampung. Atau dikenal juga sebagai kampong dalam bahasa Makassar. 28 Muhammad Musmulyadi, lahir di Makassar, 30 Juni 1998. Menulis puisi, esai, dan opini di beberapa media cetak dan daring, serta di media kerjasama Kantor/Balai Bahasa. Alumnus UIN Alauddin Makassar dan bekerja sebagai pengajar di Kaffah Priority International Islamic Private Home Schooling. Mari berteman di Instagram, @achmad_muze. Edy Rahmat, lahir di Bantaeng, 13 April 1990. Lulusan dari Pendidikan Seni Rupa Univeristas Muhammadiyah Makassar. Mulai menekuni ilustrasi sejak menimba ilmu di bangku kuliah. Saat ini, ia bekerja sebagai ilustrator dan desainer grafis lepas untuk beberapa instansi, personal dan perusahaan. Instagram @edy_rachmatsudjali. Biodata Penulis dan Penerjemah Biodata Ilustrator 29 Niaki Iccang ri pakrasanganna tau toana. Eroki accinik-cinik video. Mingka, kodi siknalka. Aklettek-lettek tampaki Iccang akboya siknal. Riwattuna aklettek, naciniki I Alam siagang I Aziz ri siringa. Akkarek-karenai. Nalangngereki anrekeng, sekre, rua tallu, appak, lima. Karenang apa anjo, dik? Iccang berada di kampung. Dia mau menotnton video. Namun, jaringan tidak bagus. Iccang berpindah tempat untuk dapat jaringan bagus. Saat berpindah, Iccang melihat Alam dan Aziz di kolong rumah panggung. Mereka memainkan sesuatu. Mereka terdengar menghitung, 1, 2, 3, 4, 5. Mereka main apa, ya?
1_MUH_MUSMULYADI_AKKARENA_CANGKEK
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Ladu Pelangi Noni Ladu Pelangi Noni Penulis Diah Erna Triningsih Penelaah Arif Subiyanto Penanggung Jawab Umi Kulsum Tim Penyunting Koordinator: Awaludin Rusiandi Khoiru Ummatin Dalwiningsih Amin Mulyanto Ilustrasi & Desain Sampul Alissa Mumtaz Nameera Tata Letak FA Indonesia Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117 Telepon (031) 5925972 Cetakan pertama, Oktober 2023 E-ISBN: 978-623-112-773-0 Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR C erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak, khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila. Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur, seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai- nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan kayanya unsur-unsur lokal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi, penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya ini. Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Surabaya, 1 Oktober 2023 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. iv DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Ladu Pelangi Noni Ladu Pelangi Noni Biodata Penulis Biodata Ilustrator iii iv 1 20 20 1 Simbah nggela r p es en an. Eh, Non i n gu capnè salam. Nenek membuka d aft ar pes ana n. Eh, No ni me nguca pkan salam. Sedhela ma ne h r iy aya n. Waya hè g awe j ajan. Sebentar lagi le ba ra n t iba . Waktunya m em buat jaj anan. Atinè Simbah bungah Noni bisa prèian. Arkan pangling ketemu Noni. Sakaronè salaman, banjur cerita gayeng tenan. Hati Nenek senang karena Noni bisa berlibur ke desa. Arkan pangling bertemu Noni. Keduanya bersalaman lalu bertukar cerita dengan seru. 2 Sakar onè d iutus man gan Simb ah. W ah, la wuh se nen gan ku. Ana l onton g say ur, i wak lay ur, ug a kr upu k. Keduan ya dim inta u ntuk maka n ole h N ene k. Wah , lau k ke suk aank u. Ada lo ntong sayu r, ika n la yur , ju ga ker upu k. 3 4 W a d u h, krup u k è k e l et. A d u h , k er upukny a l e n g k e t. 5 Arkan nera ngak è m en aw a la du. Ladu sing kata n lan gge ng sed ulu ran . Jajan an kh as ri yaya nd ès a G unu ngs ari. Arkan menj elask an b ah wa i tu l adu . Kue k has Le bara n dar i D esa Gu nun gsar i. Ladu adala h sing katan lan gge ng s edu lura n. 6 Rasanè nagihi. Leginè pas lan kemriyak menawa dicokot. Tibakè, Arkan bisa nggawè ladu. Rasanya membuat ketagihan. Manisnya pas dan renyah ketika digigit. Ternyata, Arkan bisa membuat ladu. 7 A h a , a k u duw è p a n e m u! A h a, a ku pun y a i d e ! 8 Noni pengin nggawè ladu werna-werni mesthi apik. Ladu iki panganan dadi sumbanè alami. Werna sing digunakakè saka wit-witan. Noni ingin membuat ladu warna-warni, pasti lebih menarik hasilnya. Ladu itu makanan sehingga harus menggunakan pewarna alami. Warna yang digu- nakan berasal dari tumbuhan. 9 Untungè, simbah nandur toga. Noni methik godhong suji lan kembang telang. Arkan njupuk kayu secang. Untunglah, Nenek menanam tanaman obat. Noni memetik daun suji dan bunga telang. Arkan mengambil kayu secang. 10 Arkan ndeplok godhong suji. Sabanjurè, diperes lan disaring. Noni ngecom kembang telang uga kayu secang. Banyunè nganggo banyu panas. Arkan menumbuk daun suji. Kemudian, diperas dan disaring. Noni merendam bunga telang juga kayu secang. Dia menggu- nakan air panas. 11 Ana pawon, uba rampè nggawè ladu wis cumepak. Ana beras ketan lan gula pasir. Ya, iki sing nggarakakè kelèt ning cethak. Di dapur, alat dan bahan membuat ladu sudah siap. Ada beras ketan dan gula pasir. Ya, ini penyebab ladu lengket di langit-langit mulut. 12 N o n i m en cu ci ber as ke tan lalu dij em u r. N o n i m us us i be ras ket an, banjur di p è p è . Arka n ng urip i m esi n g ili ng. Bera s ket an g arin g dis un th ak sit hik -si thik . Arka n me nghid upka n m esi n p eng gili ng. Beras keta n ker ing d imas ukk an sed ikit de mi s edik i 13 N a h , i n il a h ya ng disebut t e p u n g k e tan. N a h , i k i l o j en engè gl e p u n g k e tan. 14 Arkan nutu tepung ketan. Banyu gula lan sumba disuntak sithik- sithik ning jladren. Arkan menumbuk tepung ketan. Air gula dan pewarna dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam adonan. 15 Jladren liyan è di w èn èh i su mba ab a ng , ijo, lan biru. Adonan d ib ag i m enjadi emp at b agia n. Adonan p er ta ma tid ak dibe ri p ew arna. Adonan yang l ain di be ri pe warna me ra h, hij au, dan biru. Jla dr en an dib agi p ap at . Jladren ka pi sa n ora diwèn èh i wern a. 16 Jladrenan kalis menawa ora kelèt lan bisa digiling. Sabanjurè, jladrenan digelar lan dipèpè. Adonan disebut kalis kalau tidak lengket dan bisa digilas. Lalu, adonan diratakan dan dijemur. 17 Ora lali, oven wis dipanasi. Sabanjurè, ditata ning loyang. Jladrenan dikethok-kethok dadu. Jangan lupa, oven harus dipanaskan dulu. Lalu, ditata di atas loyang. Adonan dipotong-potong berbentuk dadu. 18 Sak wisè lim ang me nit , l ad u- la du n ge mb ang . Selan g lim a me nit, lad u-la du m ula i m eng em ban g. Ben tukè da di b und er- bu nd er . No ni ng gu mu n. Bent ukn ya j adi bul at-b ul at. N on i ta kju b. 19 Ladu pelangi, werna-werni edi peni. Muga ladu bisa lestari. Wujud seduluran budaya Jawi. Ladu pelangi berwarna-warni indah sekali. Semoga ladu bisa lestari. Wujud persaudaraan budaya Jawi. Penulis Diah Erna Triningsih lahir 41 tahun lalu di Sukoharjo. Kesehariannya mendidik anak-anak, baik sebagai guru atau ibu. Sering menulis buku dan jurnal menantangnya untuk mengolah kosakata menulis cerita anak. Cernaknya di Antologi Cerita Anak Nusantara terbit 2022 lalu lolos juga di cernak dwibahasa BBJT 2022 dengan karya berjudul Balon Ulang Taun. Beberapa karya yang ditulis, yaitu Ketika Hati dan Jemari Menari, Bedah Puisi Baru, Kiat Menulis Karya Ilmiah, Teknik Berbicara, dll. Menulis itu candu, sedangkan membaca adalah me time terbaik bagi jiwa. Yuk, cek Instagramku di aherna82 atau kirimkan surel ke pos-el [email protected]. Ilustrator Alissa Mumtaz Nameera lahir di Surabaya, 2008. Saat ini duduk di bangku kelas X SMAIT Al Uswah Surabaya. Bekerja sebagai ilustrator sejak tahun 2021 dan ikut serta dalam pengerjaan proyek ilustrasi buku bersama tim Mantox Studio, Bandung. Karya ilustrasi buku berjudul Jelajah Daerah bersama Bimbi menjadi karya terpilih terbitan program Akuisisi Pengetahuan Lokal BRIN pada tahun 2023. Sebagian karya ilustrasinya dapat dilihat di akun Instagram @sketsalissa dan bisa dihubungi melalui pos-el [email protected]. BIONARASI 20
10_LADU_PELANGI_NONI_1
Perawan Tua T i BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI 2021 ii T Perawan Tua PERAWAN TUA Penulis: Ong Khing Han Penerjemah: Rita Nuryanti Penyunting: Drs. Umar Sidik, S.I.P., M.Pd. Penerbit: KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224 Telepon: (024) 562070; Faksimile: (0274) 580667 Cetakan Pertama, September 2021 vi + 86 hlm., 14,5 x 21 cm. ISBN: 978-623-5677-00-2 Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi buku ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit. Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis. Perawan Tua T iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui warga dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah RI pun melaksanakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Daru- rat di seluruh provinsi di Indonesia dalam rangka untuk menekan penyebaran virus yang sangat mematikan itu. Kebijakan Peme- rintah tersebut tentu memiliki dampak yang sangat signifikan di berbagai sektor. Karena kebahasaan dan kesastraan masuk dalam sektor nonesensial, praktis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebahasaan dan kesastraan tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya secara langsung, bersemuka. Namun, karena proses kreatif dan upaya pencerdasan bangsa melalui bahasa dan sastra harus tetap berlangsung, berbagai kegiatan itu pun dapat dilak- sanakan secara daring. Meskipun hasilnya—mungkin—tidak maksimal, berbagai program dan kegiatan yang telah dirancang oleh Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bisa tetap dapat memenuhi target-target yang telah ditetapkan, termasuk target 42 karya sastra Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penerbitan hasil penerjemahan dari sastra Jawa ini—yang telah melewati proses panjang—merupakan bukti nyata bahwa situasi pandemi tidak menghalangi kami dalam memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa melalui kebahasaan dan kesastraan. Penerbitan hasil penerjemahan ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dalam program besar iv T Perawan Tua Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Pemerintah. Melalui penerbitan penerjemahan karya sastra Jawa ini pula diharapkan bisa menghilangkan kendala kebahasaan bagi masyarakat penutur nonbahasa Jawa untuk bisa menikmati dan mengambil manfaatnya. Hadirnya buku penerjemahan ini melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, dalam Kata Pengantar singkat ini kami me- nyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada sastrawan/penulis (asli) dalam bahasa Jawa. Demikian pula kami mengucapkan terima kasih kepada penerjemah yang telah mener- jemahkan karya sastra Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Peng- hargaan juga kami berikan kepada para penyunting yang telah menyelaraskan hasil terjemahan sesuai dengan kaidah baku bahasa Indonesia. Tentu saja, kepada panitia/tim terjemahan dan penerbit kami ucapkan terima kasih yang tiada bertepi. Semoga buku terjemahan ini bisa menjadi ajang dialog dan tegur sapa antarbudaya di Indonesia dan menambah kekayaan khazanah bahan bacaan literasi yang bermutu. Selamat membaca! Yogyakarta, 10 September 2021 Kepala, Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum. NIP 196605201991031004 Perawan Tua T v DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ........ iii DAFTAR ISI ................................................................................v 1. AKAR CERITA ................................................................... 1 II. KING HOK JATUH DARI SEPEDA MOTOR ............... 8 III. SAUDARA SEPUPU ........................................................ 15 IV. DI KEBUN BINATANG .................................................. 21 V. SETELAH DARI KEBUN BINATANG ......................... 27 VI. MALAM, SETELAH BERTEMU DI KEBUN BINATANG .................................................. 29 VII. KETIKA HATI TAK TERKENDALI .............................. 35 VIII. NIAT HENDAK PERGI .................................................. 40 IX. PAMIT PERGI................................................................... 47 X. KIM LIAN BERDUSTA ................................................... 54 XI. KIM LIAN BERTERUS TERANG .................................. 59 XII. KIM LIAN MENCARI ING NIO ................................... 67 XIII. ING NIO BERTEMU KIM LIAN ................................... 70 XIV. ING NIO SEBAGAI OBAT ............................................. 78 XV. AKHIR CERITA................................................................ 84 vi T Perawan Tua Perawan Tua T 1 Bagi Nona Kim Lian, sejagad raya ini tiada laki-laki yang terampil, berbudi mulia, dan gagah perkasa yang melebihi Liem King Hok. Pemuda tampan sang pujaan yang namanya telah ter- patri dalam hati. Dunia terasa hampa, membosankan tatkala sehari saja King Hok tidak terlintas di depan mata. Betapa besar rasa cinta Kim Lian pada pemuda karyawan ayahnya, Tuan Kwee Liong Tjwan. Berbagai upaya dilakukan untuk menutupi gejolak jiwa, tetapi semakin berusaha, candu asmara semakin meracuninya. Kim Lian rajin menjahit segala sesuatu milik King Hok se- bagai bentuk perhatian. Mudah saja dilakukan karena mereka tinggal sepekarangan. King Hok menempati paviliun keluarga Kim Lian. Ada banyak alasan bagi Kim Lian untuk memberikan sesuatu sebagai pemikat bagi King Hok yang sejak pertama kali berjumpa telah menggetarkan dada. Suatu sore, Kim Lian menjahit kelambu untuk mengganti ke- lambu King Hok. Menurutnya, kelambu sudah dekil. Nyatanya, masih putih bersih, baru seminggu yang lalu diganti. Itulah per- hatian sebagai ungkapan kasih sayang. Sambil menjahit, bibir Kim Lian selalu bersenandung, meng- gambarkan hati yang tengah berbunga-bunga. Dia tamatan Mulo, bibirnya telah terbiasa melantunkan lagu berbahasa Belanda dan Inggris: merdu, menyentuh perasaan. Kadang pandangan melihat jam gantung, pertanda tidak fokus, ada yang dipikirkan. I. AKAR CERITA 2 T Perawan Tua “Baru jam empat,” gumamnya. “Sekarang Engkoh King Hok masih sibuk menulis di depan ayah. Sebentar lagi, jam setengah lima, kelambu harus sudah kelar. Memasang, sampai jam setengah enam. Koh King Hok keburu datang.” Nona Kim Lian tertawa sendirian sambil menyibak rambut- nya yang tergerai di pipi. Tawa kecil tertahan, malu jika terdengar orang. “Cinta! Cinta! Mengapa datang menggoda ketenteraman hati orang seperti aku ini!” Hasrat hati menyeruak. Sesaat kemudian terdengar lagu dari jam sebagai tanda se- perempatan. Jam empat seperempat, empat lima belas menit. Namun, bagi yang tengah menahan rasa cinta kurang percaya dengan isarat tersebut. Mendongak, melihat jarum jam. “Sudah jam empat seperempat. Ayah pasti belum mau me- nutup toko sebelum jam lima. Memang sangat pelit dalam hal waktu.” Kelambu telah selesai. Spontan, Kim Liang berbicara,”Heran aku! Hm. Apa Koh King Hok juga tahu, sejujurnya, cintaku padanya tiada tanding tiada banding.” “Tidak mungkin tidak! Perlakuanku padanya telah berbicara. Seantero bumi dan langit hanya dia yang bertahta di relung jiwa.” Lagi-lagi Nona Kim Lian tersenyum sendirian. Sang surya perlahan mulai condong ke barat. Cahayanya me- nyinari wajah gadis Kim Lian yang tengah mabuk asmara. Anak perempuan Tuan Kwee Liong Tjwan, hartawan dari Surabaya. Jika dia gadis cantik tentulah menawan siapa pun yang meman- dang. Sudah menjadi suratan takdir, dia berwajah yang kurang jelita. Badan tinggi besar tidak proporsional, kulit putih kusam, hidung agak-agak pesek. Bibir dan mulut tebal, gigi sana sini tak beraturan, mana mungkin dapat menyejukkan yang memandang. Tidak ada kelebihan apa pun, untuk memikat hati laki-laki. Perawan Tua T 3 Perangainya halus, sopan kepada orang yang dia suka. Namun, kepada yang dibenci, suka marah, mencaci, dan bengis tak terkendali. Banyak yang bilang, seisi rumah paling menggelegar jika sedang marah. Orang tuanya memilih diam, tidak kuasa mengingatkan. Kim Lian anak tunggal, pantas saja cinta Tuan Kwee Liong Tjwan hanya tercurah kepada sang gadis. “Ning... neng... nung... nong....” Jam gantung berbunyi lagi. Nona Kim Lian bergumam sambil berdiri. “Ternyata lama- lama juga setengah lima. Ayah dan Engkoh pasti berkemas mau pulang.” Dia berdiri sambil mengangkat kelambu, kaki melang- kah menuju kamar King Hok di paviliun sebelah rumah besar. Paviliun khusus untuk King Hok. Terlihat dari mimik wajah, Kim Lian nampak gembira. Sam- pai di pavilun dengan cekatan dia melepas kelambu lama diganti dengan yang baru. Saat memasang, pandangan berkeliaran melihat sekitar. Foto sang pemuda tampan ditemukan di samping tempat tidur. Berhenti sejenak, mengukir gagasan. “Hmm..., gagahnya. Aduh..., cekatan pula. Sayang terlahir miskin. Namun..., jika sudah menjadi me- nantu ayah, ayah pasti mau memberi modal, sebentar saja sudah menjadi milyuner. Berdua bisa langgeng berumah tangga, alang- kah tenteramnya. Lintasan bayangan ini membuat Kim Lian lupa pada niat semula. Mata tak berkedip. Foto di depannya seakan hidup; dan mampu memberi daya magis yang membuatnya tergila-gila. Setelah agak lama mematung, Kim Liang kembali bergumam. “Sungguh, dunia ini tidak akan berguna bagiku jika tidak bisa me- nikah dengan dia. Jika telah menjadi suamiku, tidak ada lagi yang kuinginkan di dunia ini, kecuali Koh King Hok menjadi suamiku selamanya. Tengah asyik merenda mimpi, terdengar suara mobil masuk gerbang. Itulah mobil yang dinaiki hartawan Kwee Liong Tjwan 4 T Perawan Tua dan King Hok. Kim Lian yang tengah terpanah asmara terperan- jat. Kelambu dipegang kembali, melanjutkan memasang. Tidak berapa lama pintu terbuka. Seorang lelaki muda masuk, menjinjing tas akta dan membuka topi; semakin nampak gagah berwibawa, membuat dag dig dug gadis yang sedang mabuk ke- payang. Masuk, menaruh tas di meja, topi diletakkan di tempat tidur. Lembut dia berkata, “Kim Lian, sepertinya baru seminggu kau ganti kelambu. Mengapa sekarang diganti lagi? Capek kamu!” Rasa hati Juk Kim Lian dag dig dug tak karuan. Panas dingin rasanya. Detak jantung tak beraturan, tangan gemetar, kelambu terlepas dari genggaman. Dengan terbata berkata, “Apa yang kukerjakan itu demi kamu. Itu kemauanku.” “O, ya syukurlah kalau begitu. Menurutku, aku tidak pantas mendapat perlakuan seperti itu. Apalagi dari gadis anak majikan.” Nona Kim Lian menjawab dengan agak gemas; matanya agak melotot, “Jangan begitu, Koh! Di rumah ini tidak ada majikan dan karyawan. Adanya cuma keluarga. Karyawan dan majikan itu urusan di kantor, bukan di rumah.” “Pandai sekali kau berdalih, Lian! Jika laki-laki kamu dapat menjadi advokad yang tak tertandingi.” Kim Lian tersenyum, berbangga hati. Jawaban King Hok me- nyentuh perasaan. Jika tidak ada rasa sungkan, tentulah Kim Lian berterus terang. Cintanya pada King Hok melebihi gunung anakan. Andai tidak ingat tata susila, gadis yang dilanda asmara itu mesti telah memeluk erat King Hok. Asmara dalam dada gadis Lian gemuruh bergejolak di saat berdekatan dengan King Hok. Tiada kesenangan di dunia dan seluruh alam semesta yang dapat menandingi kebahagiaannya bersama King Hok. Tatkala itu pemasangan kelambu hampir selesai. Kim Lian berkata, “Engkoh King Hok, makanan di atas meja itu buatanku semua. Coba rasakan, enak tidak?” Perawan Tua T 5 Waktu itu King Hok baru akan melepas baju. Untuk melega- kan, niat diurungkan, mengambil panekuk (kue) terlebih dulu. Sebenarnya King Hok tidak suka makanan manis, tetapi untuk mengatakannya tidak enak hati, khawatir mengecewakan yang telah memberi perhatian. Perasaan King Hok tersamar dalam jawaban, ”Makanan seenak ini, aku belum pernah merasakan.” King Hok tersenyum seraya mengambil kembali. Walau ada keinginan membuang, tetapi ka- rena Kim Lian melempar pandangan, panekuk kembali dimakan. “Lezat sekali; menteganya banyak, vanili juga terasa.” Kim Lian menjawab, ”Ya, itulah yang kusuka. Mana mungkin aku bosan membuat makanan untukmu!” Sebentar lagi pemasangan kelambu selesai. Hatinya senang, lega, dan puas. Lantas, turun dari kursi pancikan saat memasang kelambu bagian atas. Kelambu yang telah dilepas dihimpit di pinggang kanan. Sambil keluar sang gadis bertanya,”Engkoh apa tidak ingin apa-apa lagi?” “O..., tidak! Tidak, Nona! Tidak terlewat sedikit pun kau me- mikirkanku; tidak ada yang kurang suatu apa pun.” King Hok kembali tersenyum. Kim Lian melenggang keluar, tetapi hampir sampai pintu ada yang masih mengganjal, lalu bertanya, “Engkoh, apa nanti tidak pergi?” “Sepertinya, tidak!” Kim Lian merasa senang. Kakinya melangkah keluar paviliun menuju rumah besar. Setelah menaruh kelambu di keranjang cucian, kemudian mendekati ayahnya yang tengah minum teh dengan panekuk sebagai makanan ringan. “Kamu kelihatan gembira sekali, Nak! Gimana ceritanya, kamu sebahagia itu?” pertanyaan Tuan Liong Tjwan kepada anaknya. Anaknya menjawab, ”Memang aku tidak pernah bersedih, Ayah! Apa gunanya bersedih?” 6 T Perawan Tua “Iya, betul begitu! Manusia hidup di dunia itu harus selalu senang. Jangan sampai kesenangan rusak karena memikirkan yang tidak-tidak.” Nona Kim Lian selalu mendapat perhatian dari ayahnya yang disebabkan karena sayangnya. Namun, kepada ibunya dia tidak mau berseloroh, walaupun ibunya tidak pernah marah. Itu semua karena pembawaan Nyonya Liong Tjwan yang tenang berwibawa. Ayah dan anak nampak asyik bercengkerama, menghadap meja berisi minuman dan makanan enak menyegarkan. Perbin- cangan terlihat menyenangkan. Orang tua yang telah banyak makan asam garam kehidupan, dalam omong kosong pun bisa membaca bahwa anaknya ada rasa cinta pada King Hok, karya- wannya. Walaupun ditutup rapat, meskipun Kim Lian tidak me- ngatakannya. Kebetulan Tuan Liong Tjwan sangat suka kepada King Hok karena pandai bekerja. Dalam hati berharap, alangkah bahagianya jika King Hok menjadi menantunya. King Hok itu anak cerdas, tidak mudah dikelabui. Di toko Hwat Sing Hoo, tempat dia bekerja, memang menjadi karyawan yang paling brilian. Tuan Liong Tjwan telah merancang jika anaknya betul-betul menikah dengannya, King Hok akan dikader menjadi Kuwasa I, bahkan dapat juga diserahi toko, jika waktunya nanti Tuan Liong Tjwan sudah tua, sudah saatnya beristirahat. Gagasan ini menjadi salah satu sebab mengapa Tuan Liong Tjwan pura-pura tidak tahu, walaupun sangat tahu bahwa putrinya tengah jatuh cinta dan ingin melangkah ke pelaminan. Ketika majikan dan anak gadisnya larut dalam percakapan, King Hok tertawa terbahak-bahak sambil melepas celana, dilem- par di atas tempat tidur, dan berbicara seorang diri. “Eh, Kim Lian, Kim Lian! Kasihan sekali dirimu. Begitu besar kebaikanmu padaku, ternyata.... Ah, bagaimana aku bisa meng- imbangi kasih sayangmu, sementara aku tidak cinta padamu.” Perawan Tua T 7 King Hok tersenyum sambil melepas kaos. “He eh! Aku harus bisa bersandiwara. Tingkah lakuku harus seperti orang jatuh cinta. Jika tidak demikian, dia akan sadis padaku dan tidak dapat per- hatian seperti ini. Ha..., ha..., ha! Puas rasa hatiku. Kan tetapi, sedikit demi sedikit harus kuberi tahu bahwa aku tidak dapat membalas cintanya.” 8 T Perawan Tua Selain terampil, King Hok juga pemuda yang gemar berolah raga. Sepak bola, main tenis, dan naik sepeda motor merupakan kesenangan yang tak terlewatkan setiap harinya. Pernah dia mem- punyai sepeda motor, tetapi karena ditawar Kim Lian dan ayahnya, terpaksa dijual. Itu dilakukan karena menghormati majikan se- bagai bentuk perhatian. Cintanya pada motor belum berakhir, maka walau harus pinjam kepada teman, setiap minggu masih terlihat dat-dot, asyik bermotor. Minggu sore..., hujan tiada henti. Reda setelah mendekati senja. Jalan masih basah dan licin. King Hok tidak di rumah. Sejak pagi telah keluar naik motor bersama pemuda seusia. Bagi King Hok, mudah saja mencari pin- jaman motor. Dia orang baik; tidak pelit, bertubuh atletis, banyak yang suka. Terbiasa, jika sang perjaka tidak di rumah, ni perawan gelisah tidak karuan. Mulai jam empat, penantiannya sudah mengusik jiwa. Was-was semakin bergelayut ketika jam lima belum juga datang. Kekhawatirannya akan memuncak tiada tara; jika tahu sang pujaan pergi mengendarai sepeda motor. Sampai jam enam sang perawan seperti lengket pada kursi. Tidak bergeser dan selalu menunggu di teras. Akhirnya, terdengar suara sepeda motor dari kejahuan. Jeng..., jeng..., jeng.... Tidak menduga bahwa itu suara sepeda motor orang yang dicinta. Tidak berapa lama, berkelebat secepat kilat, sang perjaka datang. II. KING HOK JATUH DARI SEPEDA MOTOR Perawan Tua T 9 Aduh..., sial! Jatuh. Sepeda motor melaju dengan cepat, tepat pada belokan yang licin terpeleset. Motor terguling, terpelan- ting. Tanpa kendali motor melesat, sang perjaka terlempar. Breg, ngeng! King Hok tertindih sepeda motor. Menyaksikan kejadian tersebut ni perawan melompat segera berlari menolong yang tertimpa musibah. Seketika banyak orang berdatangan. Ada yang sekedar ber- kerumun melihat, ada pula yang berniat menolong. Ada dua orang Tionghoa yang tidak peduli pakaiannya kotor; walau kesulitan berusaha mengangkat motor yang menindih King Hok. Ada pula yang mencari es untuk mengompres agar tidak banyak keluar darah. Kim Lian tidak sungkan, tidak peduli dilihat banyak orang, pria tambatan hati yang tengah pingsan didekati. Kepala diang- kat, dipangku. “Eau de cologne! Cepat, carikan eau de cologne!” Teriaknya, ketika kekasihnya belum sadar juga. Tidak berapa lama ada yang datang membawa minyak kayu putih. Kim Lian segera membalurkan seputar leher. Belum juga ada tanda-tanda King Hok siuman. Sang perawan semakin kebingungan. Tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tengok kanan kiri, mencari sesuatu yang dapat untuk menolong. Keringat dingin bercucuran membasahi wajah. Baju yang semula halus dan bersih menjadi kotor pekat karena bercampur air hujan. King Hok dipijat, dicubit, tetap belum siuman. Lantas, ber- teriak keras, memandang para pengerumun. “Tolong, angkat! Bawa ke rumah itu!” Ada dua orang bergegas mengangkat King Hok, diikuti Nona Kim Lian masuk rumah. Di kamar King Hok sendiri, dibaringkan di tempat tidur. Sang gadis segera mengambil eau de cologne di- usapkan di wajah yang tak sadarkan diri sambil berulang-ulang dipijit agar segera siuman. “King....., King Hok! King...., King Hok!” 10 T Perawan Tua Mendengar berisik di luar dan tahu yang kecelakaan me- rupakan karyawan kesayangan, Encik Liong Tjwan dan nyonya bergegas menuju kamar calon menantu, menuruti kata batin. Sampai di tempat tujuan melihat anaknya yang tengah sibuk mengelus-elus kepala yang tengah pingsan. “Ada apa, Kim Lian?” “Ini, Koh King Hok jatuh dari motor!” “Luka?” “Entahlah! Namun, belum sadar juga.” “Ambilkan smelling-salt! Dekatkan hidung, cubit lengannya! Biar segera siuman!” Perintah ayah dilaksanakan. Sungguh, tercium bau smelling- salt dan celekat-celekit dicubit, King Hok dapat membuka mata. Lihat kanan, tengok kiri seperti orang baru bangun tidur. Ketika akan bergerak, dia berteriak, mengerang kesakitan. “Aduh..., kakiku! Pahaku sakit! Aduh, hng-hng, hng...!” Encik Liong Tjwan tenang karena berpengetahuan luas. Tidak bingung melihat kejadian seperti itu. Tanpa sepatah katapun ia segera melangkah, mendekati telepon, memanggil dokter agar segera datang. Rrrrr reg! Dokter datang. Babah King Hok diperiksa. Diperban, baru merasakan mendingan. Karena tertindih sepeda motor, luka di kaki terhitung parah. Dokter menyarankan jangan banyak gerak terlebih dahulu. Rebahan di ranjang untuk beberapa hari ke depan. &&& Perhatian sang perawan kepada yang tengah terluka layak- nya kasih ibu kepada putranya. Berkali-kali King Hok melarang, tetapi Nona Kim Lian selalu bersanding merawat sebaik mung- kin. Dengan ketulusan hati, pagi hingga sore selalu menjaga di dalam kamar. Perawan Tua T 11 Keesokan hari, pagi-pagi buta Nona Kim Lian sudah datang di kamar King Hok yang juga sudah bangun. Kim Lian bertanya, ”Bagaimana Koh, apa sudah nyaman?” “Iya, sudah berkurang. “Baik sekali kamu, Nona. Mau meno- longku sampai seperti itu. Sekarang memang sudah enakan, tetapi jika untuk berjalan sepertinya belum bisa.” “Perintah dokter, kamu memang harus rebahan dulu. Paling tidak setengah bulan. Saya sudah bilang ayah, kau diberi cuti dua minggu,” kata Kim Lian sambil duduk di kursi dekat tempat tidur. King Hok bingung mengingat kebaikan sang perawan. Dia merasa banyak berutang budi. Tebersit keinginan untuk mem- balas yang setimpal dengan apa yang telah dikerjakan Kim Lian. Selagi merenda angan, keburu sang perawan berkata, ”Ku- kira kau akan meninggal, Koh. Dulu aku pernah bilang, jangan sampai lupa, ingat-ingatlah! Sesekali jangan naik sepeda motor lagi. Mengapa Engkoh menyepelekan perkataanku sama ayah?” “Nona, aku tidak takut mati. Jika aku mati tidak ada yang kehilangan.” “Jelek sekali perkataanmu, Koh! Kamu kan tahu, aku akan sedih jika kau mati karena itu!” “Mengapa?” “Ya karena...., karena....., ya karena...., aku cinta padamu!” Wajah Nona Kim Lian memerah tatkala berucap itu. King Hok ketakutan, bingung, seakan kehilangan akal. Men- dapatkan cinta kasih sebesar itu apakah ditolak? Apakah penolak- an tidak berarti penghinaan? Secara halus dan perlahan, iblis merasuki jiwa King Hok yang masih polos, apa adanya. Ia khilaf, melakukan sesuatu di luar kesadaran. Tanpa berpikir panjang, Kim Lian dipeluk. Kala itu Kim Lian tengah duduk di sampingnya. Erat, tanpa mengingat kehidupan yang akan datang. 12 T Perawan Tua Aha! Terlaksana nafsu sang perawan setelah sekian lama terpendam. Kim Lian merasa mendapat angin segar, ternyata King Hok mengimbangi perasaannya. Apalagi yang harus dicari? Iblis pergi. King Hok menyesal. Nasi telah menjadi bubur, merasa tersesat telah melanggar norma. Tangan perawan yang tengah mabuk kepayang yang masih menempel di dada seketika dilepaskan. “Astaga! Aku telah melakukan kesalahan besar! Tidak seharus- nya aku melakukannya!” Kim Lian terperanjat. “Mengapa? Apa maksud kesalahan besar itu?” King Hok hendak jujur, bahwa menyentuh perawan merupa- kan kesalahan besar, terlebih karena sejujurnya tidak mencintai perawan itu. Untung segera ingat bahwa jujur yang demikian akan menyakiti hati sang gadis, yang sudah banyak berbuat baik kepadanya. Akhirnya, King Hok hanya terpana, memandang wajah nona di sampingnya. Timbul pertanyaan untuk dirinya sendiri. “Mengapa tidak dapat membalas cinta, apa karena sang gadis kurang cantik?” Gadis Kim Lian dipandang beberapa saat. Menata hati, men- coba menikmati manisnya cinta, tetapi seperti mau mutah, belum bisa mencintai sang perawan. Tidak hanya wajah dan uang serta tingkah laku yang dapat membangun cinta, tetapi budi pekerti juga dapat menjerat seseorang dengan yang lain untuk bersatu selama hidup. Ada wanita cantik, menjunjung tata krama, hartawan pula, tetapi ada juga pria yang tidak suka. Tak hanya kecocokan per- watakan saja sebagai penyebab cinta. Sehati, itulah kunci ke- bahagiaan suami istri. Seharusnya demikian antara Kim Lian dan King Hok. Fakta- nya bertolak belakang. Tidak satupun sifat Kim Lian yang disukai King Hok. Kim Lian tebal muka, tanpa sungkan menyatakan Perawan Tua T 13 cinta pada seorang pria. King Hok, menginginkan seorang gadis pendiam, halus tutur kata, memegang tinggi harga diri seorang wanita. Kim Lian gadis keras kepala, segala keinginannya tak bisa di- patahkan. Harus! Sementara, King Hok suka pada gadis penurut, mau menerima nasihat. Lagi, sang perawan sombong, tidak mau bertegur sapa dengan orang lain. King Hok suka pada wanita bermuka manis, ramah pada siapa pun. Dapat dikatakan, sifat Kim Lian tidak ada yang masuk di hati King Hok. Sombong, angkuh, lantang jika berbicara. Andai tetap me- nikah, hanya jadi benih perseteruan, menyakitkan hati. Jelas sudah mengapa sang perjaka tidak bisa mengimbangi cinta sang perawan. Namun, kata-kata yang telah bergelantungan di bibir tidak jua mau keluar. Muncul gagasan lain, hal seperti itu akan melukai hati sang gadis yang baru saja merasakan nik- matnya cinta. Nona Kim Lian tahu, King Hok ragu. “Segera jawab! Apa maksud kesalahan besar itu?” King Hok semakin tidak enak hati. “Memang, aku melakukan kesalahan besar. Berani melanggar kesusilaan. Apa aku tidak salah, perjaka menyentuh seorang gadis, Lian? Aku ini orang Tionghoa harus memegang teguh norma susila dibanding yang lain.” “Ya, jika kamu cinta aku, aku cinta kamu, apa ini melanggar kesusilaan? Tidak saja!” King Hok mengangguk, tak mampu mengucap sepatah kata- pun. Yang demikian membuat Kim Lian puas dan bangga. Kursi didekatkan. Kepala King Hok dielus, rambut dibelai-belai. Kata- kata terus nerocos, tanpa ditutup-tutupi mengungkapkan besar- nya rasa cinta. Tidak berapa lama juragan Liong Tjwan masuk, menjenguk, menanyakan keadaan King Hok. Beberapa saat berbincang, akhirnya sang juragan keluar bersama anaknya. 14 T Perawan Tua King Hok berbaring sendirian, pikiran kacau. Bukan sakitnya luka penyebab sedih, tetapi tindakan gegabah tanpa pikir panjang yang membuat tidak nyenyak tidur. Apalagi yang akan diperbuat Kim Lian, padahal sesungguhnya dia memang tidak cinta. King Hok melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Kim Lian tidak seperti gadis pada umumnya yang hanya bisa menangis di kala kecewa hatinya. Gadis Kim tega berbuat apa saja karena memang berwatak keras. Apalagi jika sakit hati bisa seperti singa mengejar musuh. Siapa yang dianggap mengganggu, pasti dilawan. Jika sampai terjadi pertumpahan darah, tak masalah. Mengerikan! “Tak mengapa. Secara perlahan aku akan mengatakan. Se- jujurnya, aku memang tidak cinta dia.” Setelah bertekad demikian, barulah King Hok dapat terlelap tidur. Perawan Tua T 15 Seminggu telah berlalu. Atas permintaan Kim Lian, Liong Tjwan sekeluarga beristi- rahat ke Lawang di pesanggrahan pribadi “Villa Augustina”, agar dapat menyegarkan badan selama seminggu. King Hok diajak serta, karena memang bertujuan mencari suasana baru demi pe- nyembuhan King Hok yang baru saja tertimpa musibah. King Hok sudah dapat berjalan walau masih perlahan-lahan. Menurut Kim Lian, sang perjaka harus beristirahat di pergunung- an yang berhawa segar. Setiap pagi orang-orang dapat menyaksikan pemandangan baru, Babah King Hok dan Juk Kim selalu berdua, berjalan ber- gandengan tangan dari Kali Surak menuju Bangbangan kembali ke kali Surak, tempat bangunan villa. King Hok semakin ketakutan diperlakukan seperti itu. Akan berterus terang jika tidak cinta, terasa berat. Akan berpura-pura cinta, tentu tidak baik akhirnya. Pada suatu pagi ketika keduanya berjalan-jalan, King Hok terpaksa mengatakan isi hatinya. “Nona, kumohon jangan marah jika nanti kuutarakan sesuatu yang kurang mengenakkan.” “Apa? Kurang mengenakkan? Aku gak mau mendengarkan yang kurang mengenakkan. Namun, jika Engkoh memang harus mengatakan, ya sudah akan kudengarkan.” King Hok nampak ragu, seperti ada ganjalan untuk berterus terang. III. SAUDARA SEPUPU 16 T Perawan Tua “Ketahuilah, Nona. Aku hanyalah karyawan, tidak ubahnya seperti pembantu. Apa lagi aku sudah berbuat lancang, tidak pantas dilihat. Salah besar jika kau memilih aku, banyak hartawan yang ingin mendekatimu.” Kim Lian menjawab sambil tertawa, geli bercampur marah. “Salah besar! Ha! Kukira kau lelaki cerdas, ternyata berkebalikan. Ketahuilah, tidak ada yang benar dan lebih menyenangkan ke- cuali pernikahanku denganmu. Jika kau anggap pendapatku ini sempit, seperti apa wawasan yang luas? Papi dan mami sangat merestui perjodohan ini. Apa papi dan mami juga kau anggap picik seperti aku?” “Tapi....” “Tapi apa? Aku tahu, kau merasa risih, tidak semestinya menjadi suamiku karena tidak kaya. Tidak! Tidak seperti itu! Engkoh tidak tahu. Menurutku, di dunia ini tidak ada orang kaya, tidak ada orang pandai, tidak ada orang sopan, kecuali dirimu. Sekarang Engkoh tahu, rasa minder, miskin, tidak ada apa-apanya bagiku. Koh King Hok mencintaiku telah mengalahkan segala- nya. Sudah..., sudah! Jangan membicarakan ini lagi. Aku tidak sudi mendengarnya!” King Hok membisu. Harapan untuk mengatakan bahwa diri- nya tidak cinta, punah sudah. Nona Kim Lian terlanjur menga- rungi samodra cinta, tidak peduli apa pun. Yang terbersit siang malam hanyalah kapan menikah dengan King Hok yang tampan. Terlebih Tuan Liong Tjwan dan istri sangat pandai mengambil hati King Hok hingga sang perjaka semakin lama merasa semakin terjerat. Sulit untuk terlepas. &&& Sebulan berlalu. Tuan Liong Tjwan telah bekerja seperti biasa- nya. Kim Liang semakin gemuk karena suka citanya. Dua hari kemudian sekitar jam sepuluh pagi, ada kereta kuda berhenti. Terlihat seorang wanita turun berpakaian serba putih dan membawa bungkusan kecil. Dari wajahnya terlihat sangat Perawan Tua T 17 sedih. Pakaiannya juga menunjukkan bahwa sang juwita tengah berduka. Berjalan pelan, bagaikan kehilangan kekuatan. Langsung ke belakang bertemu Nyonya Liong Tjwan yang tengah asyik men- jahit kantong, celana orang-orang kuna yang pemakaianya ditekuk, dimasukkan sabuk. Terbawa sudah tua, Nyonya Liong Tjwan kurang jelas peng- lihatan. Lupa-lupa ingat dengan gadis di depannya. Heran, seperti kurang percaya. “Elo, kok Ing Nio! O, anakku. Kapan kamu datang, Nak? Mengapa wajahmu nampak sedih?” Tjan Ing Nio yang baru saja datang, tidak segera dapat men- jawab. Tangisnya tidak terbendung. Tersedu-sedu, terasa menye- sakkan dada. Setelah agak reda, berusaha menjawab, tetapi dengan terbata-bata. “ O, alah, Cim! Kedatanganku memang mencari perlindung- an. Sepeninggal empek, aku diusir ibu tiri.” “Diusir? Mengapa?” “Setelah empek meninggal, sebulan kemudian ibu sudah mulai bosan kepadaku. Aku disuruh memasak, mencuci layak- nya pembantu. Semua kulakukan dengan sungguh-sungguh. Se- minggu berlalu, aku terserang diare hebat, hanya mampu tiduran saja. Ibu marah besar. Setelah sembuh, aku diusir dan mencari perlindungan ke sini.” “Dari Jombang bersama siapa? Memang ibu tiri itu kebanyak- an seperti hewan. Tidak mengingat jika almarhum adik mempu- nyai banyak warisan. Siapa temanmu, Nak?” “Sendirian, Cim! Ketika diusir aku tidak punya uang sepeser pun, juga tidak diberi apa pun. Untung ada cincin peninggalan almarhum ibu. Kujual untuk ke sini. Jika tidak demikian, mana mungkin aku ketemu Encim.” “Keterlaluan! O, Dik..., Dik! Mengapa wanita seperti itu kau ambil istri? Sudahlah Ing, sekarang kamu di sini saja.” “Iya, terima kasih, Cim.” 18 T Perawan Tua “Kamu di sini saja agar kakakmu Kim Lian ada temannya. Kamu bisa bantu-bantu kakakmu mengurusi pekerjaan rumah kan?” Kegembiraan Ing Nio sulit digambarkan setelah mendengar perkataan sang bibi. Memang hanya bibinya yang dituju. Jika Nyonya Liong Tjwan tidak menampung, entahlah, apa yang akan terjadi. Ing Nio telah mendapatkan kasih sayang dari bibinya dan diperkenankan masuk rumah. Pucat wajah telah berkurang, telah nampak bercahaya. Setelah menata barang bawaan, sang juwita keluar, ingin bertemu kakaknya, Kim Lian. Kim Kian tengah membaca surat kabar di kamar. Kadang tersenyum, bahkan tertawa, pertanda suka cita. Suara pintu diketuk dan Kim Kian melihat siapa yang datang, lantas menghentikan keasyikan membacanya. Surat kabar diletak- kan, terkejut seraya bertanya,”Kamu Ing? Dari mana? Kapan da- tang?” Gadis yatim piatu itu menceritakan semua yang dialami, apa adanya. Tidak ada yang dikurangi maupun dilebih-lebihkan, se- perti apa yang dikatakan pada bibinya. Akhirnya dia bilang, ”Maka- nya, Cik. Sebagai gadis yang tidak punya apa pun dan siapa pun, terpaksa aku lari ke sini, memohon belas kasihmu, semoga mau menampungku. Harapanku, semoga tidak menjadi beban pikiran- mu.” “Beban pikiran? Apanya yang beban? Bahkan, kebalikannya, aku senang karena sekarang punya teman. Kamu tahu, aku anak tunggal. Tidak punya tacik, engkoh, dan adik. Mulai sekarang, kau dan aku harus saling membantu. Kamu bantu aku mengurusi pekerjaan rumah, tetapi jangan merasa seperti pembantu. Aku tidak menganggap begitu karena kau memang saudaraku. Sang ratna terharu, matanya berkaca-kaca, diusap dengan telapak tangan sambil berkata, ”Aku hanya bisa berterima kasih padamu.” Perawan Tua T 19 &&& Kim Lian dan Ing Nio nampak rukun, selalu bersama. Nona Kim Lian senang hati, kecuali dapat pembantu, juga karena ter- nyata Ing Nio lemah lembut, halus budi bahasanya. Dapat me- nempatkan diri, menyadari bahwa hanya numpang hidup. Jangan sampai Kim Lian kecewa, apalagi menjadi marah. Ing Nio yang rendah hati mampu melayani Kim Lian yang terkenal keras kepala. Telah seminggu Ing Nio belum pernah keluar dari rumah besar. Dari pagi hingga sore dia bekerja tiada henti, ada saja yang dikerjakan. Semua itu tanpa disuruh, kadang Kim Lian timbul belas kasihan. Ing Nio dipanggil, pura-pura diajak ngobrol, agar dapat beristitahat sebentar. Banyak hal yang diceritakan Kim Lian kepada Ing Nio. Lama- lama tentang King Hok juga diperbincangkan. “Siapa sih, Cik, King Hok itu?” “Calon suamiku.” “Calon suami Tacik? Tacik sudah punya kekasih?” “Iya. Tapi, perbincangan belum matang. Walaupun demikian tetap akan menjadi suamiku.” Sang jelita mengangguk. “Bagaimana bisa menentukan jika belum matang?” Kim Lian menjawab kurang berkenan. “Mengapa tidak? Koh King Hok cinta padaku, demikian juga aku. Cintaku sangatlah besar. Apa yang dikhawatirkan? Empek dan sineh merestui. Kurang apa?” “Tacik mungkin lupa bahwa halangan itu bisa terjadi kapan saja. Aku pernah mengalami. Sudah kurencanakan setamat H.C.S. Malang, lantas akan melanjutkan ke Mulo atau H.B.S. Nilai rapor- ku juga bagus, biaya tersedia. Coba mau apa? Ternyata tidak sam- pai di situ. Empat bulan sebelum ujian, ibu meninggal. Hancur impianku. H.C.S. saja tidak tamat, pupus harapanku. Aku keluar sebelum mendapat ijazah karena empek pindah ke Jombang. Pindah 20 T Perawan Tua karena keluarga baru. Itu contoh Cik, bahwa segala sesuatu tidak boleh dipastikan.” “Beda! Jalan hidupmu berbeda denganku. Yang bisa meng- halangi pernikahanku dengan King Hok itu apa coba?” “Jika Koh King Hok tertarik pada gadis lain?” Kim Lian melotot. “Berpaling pada wanita lain? Hm..., adik itu belum tahu karakternya. Jika sampai terjadi....., baru tahu rasa!” Nona Ing Nio menyesal. Pelan, menjawab, “Cik, jangan salah paham. Sedikit pun aku tidak iri. Itu hanya upama.” “Sudah tahu! Aku juga tidak akan marah padamu, Ing!” Melihat tingkah Juk Kim demikian, ing Nio takut bercampur heran. Dalam hati bertanya, King Hok itu orangnya bagaimana kok dapat membuat taciknya seperti itu. Nona Nio memang belum pernah bertemu King Hok walau sudah sementara waktu tinggal dalam satu beteng. Kim Lian dan Ing Nio terdiam. Kembali Ing Nio bertanya, ”Koh King Hok yang kau ceritakan itu, apakah pria yang tinggal di paviliun itu?” “Iya. Kamu pernah lihat?” “Belum. Aku belum pernah keluar. Pagi-sore selalu di rumah.” Juk Kim memegang pundak Ing Nio. “Ing Nio, jika kau bertemu engkohku, jangan sekali pun ber- pandang-pandangan. Ingat, Koh King Hok itu kekasihku!” “Ah, Tacik, masa kaya gitu! Tacik begitu baik padaku. Kita bagaikan lem dan prangko, lengket. Jika aku berbuat demikian, semoga mendapat hukuman setimpal.” “Jangan bersumpah, aku tidak minta. Ingat saja, jangan sam- pai sumpahmu terjadi.” Perawan Tua T 21 Jam empat sore. Pengunjung kebun binatang Surabaya mulai berkurang. Pengunjung yang awalnya ratusan sudah banyak yang pulang. Tinggal beberapa karena belum puas melihat binatang hutan dan binatang bersayap yang beraneka ragam. Satu rombongan yang belum pulang, Encik Liong Tjwan suami istri dan si cantik Ing Nio. Sudah sering Encik Liong Tjwan ke kebun binatang, dapat dikatakan sudah bosan. Namun, kali ini terlihat senang agar Ing Nio bergembira. Ini sebagai hadiah karena pekerjaan Ing Nio selalu memuaskan. Ing Nio dari desa, baru pertama kali mengunjungi kebun bina- tang. Heran melihat binatang begitu banyak. Ular sangat besar, singa mengaum, membuat kaget dan jantung berdetak kencang. Di lain tempat melihat burung berwarna-warni; bulunya yang indah membuat pengunjung berdecak kagum. Ing Nio sampai- sampai tidak percaya bahwa itu kuasa sang pencipta, yang Maha Agung. Beberapa kali Ing Nio bertanya kepada pawang. Bulu-bulu tersebut apakah asli? Tidak dicat? Tentu saja dijawab, tidak! Ing Nio belum percaya. Monyet berwarna putih, hitam, merah, seperti diceritakan dalam pewayangan juga membuat pengunjung keheranan. Sampai di los panjang Ing Nio melihat ikan beraneka macam, ada yang hidup di air asin ada pula yang di air tawar. Ada yang berbentuk seperti jarum, ada yang berwarna seperti zebra IV. DI KEBUN BINATANG 22 T Perawan Tua selang-seling merah putih. Ada yang sangat aneh, bentuk seperti karang, tetapi dapat bergerak dan mengembang. Ing Nio seakan tak percaya bahwa itu juga makhluk hidup. Singkat cerita, semua binatang menimbulkan tanda tanya di hati sang juwita. Makanya sejak jam dua sampai jam setengah lima sore rasanya belum ingin pulang. Setiap saat Encik Liong dan istri tersenyum melihat Ing Nio bengong, tidak tahu. Babah Liong Tjwan sangat lega karena bisa membahagiakan keponakan, dengan pemandangan yang belum pernah dilihatnya. Setiap Babah Liong menatap Ing Nio bertambah pula kasih sayangnya. Dia memang hartawan yang tidak sombong, baik dengan semua orang. Ing Nio berbaju biru. Anggun, serasi, enak dipandang. Ber- wajah cantik, mata berbinar, alis mata hitam, siapa pun tidak jemu memandang. Ing Nio berkulit kuning langsat, tinggi semampai, gigi rapi, putih indah bagai mutiara. Bibir tipis, merah merona tanpa lipstik membuat yang memandang ingin berdekatan. Apalagi jika senyum manis mengembang, jarang orang yang tidak tergetar. Selain tampilan tubuh yang memesona, perangai Ing Nio juga tiada cela. Kasih sayang Encik Liong Tjwan bukan semata karena paras wajah, tetapi kepribadiannya. Sekelas anak desa, mampu mempertahankan nama baik, menjaga harga diri. Polos, tidak jelalatan, membuat senang siapa pun yang telah mengenal. Bagi lelaki yang belum pernah mengetahui keseharian, banyak yang salah sangka, mengira Ing Nio gadis angkuh, tidak bersahabat. Karakter seperti itu membuat Babah Liong Tjwan semakin mencurahkan kasih sayangnya, menganggap seperti anak sendiri. “Jika menuruti kemauanmu, bisa lumpuh, Ing!” kata sang majikan sambil tertawa. “Kamu tidak punya rasa capek!” “Ayo, pulang saja!” Ajak Ing Nio. Dia tidak enak hati, kentara sekali jika belum pernah melihat. Perawan Tua T 23 Babah Liong Tjwan beserta istri tertawa suka cita. Meng- goda demikian sudah biasa, antara orang tua kepada anak muda. “Tidak! Aku tahu, kau belum puas! Gini aja, aku sama encim- mu akan pergi ke bufet mencari es quash, muter-muterlah sendiri agar bebas dan puas. “Enggak, Om! Aku sudah puas kok!” “Belum! Kamu belum lihat semua. Itu ada rusa di bukit sana! Kamu belum ke sana kan?” “Belum. Tapi gak mau, Om. Tidak perlu. Lagi pula aku takut tersesat.” “Ha ha ha...., tersesat? Kata-katamu lucu, seperti anak-anak. Gadis sebesar itu tersesat di kebun binatang yang hanya seluas ini. Sudahlah, segera ke sana! Matahari hampir tenggelam, naik- lah bukit, masuk bale kambang! Kau nanti akan terpesona melihat pemandangan mengasyikkan.” Ing Nio menuruti kehendak pamannya. Kakinya segera me- langkah menuju perbukitan. Pandangan mata ke kanan ke kiri, betapa indahnya pemandangan. Rumput hijau berbentuk tiruan benda tiga dimensi terpangkas rapi. Tak terasa sampai pada kaki bukit, segera naik ke atas. Rumput hijau juga terhampar luas di taman perbukitan. Aneka bunga nampak mekar menawan, ada anyelir, mawar, seruni, juga yang lain. Di tengah taman ada halte sebagai persinggahan. Tiang penyangga berhiaskan tanaman menjalar nan indah. Ada meja kursi, kursi panjang sebagai pelepas lelah. Ing Nio tidak duduk di kursi, melainkan di bebatuan besar di bawah pohon. Dipetiknya sebuah bunga anyelir putih. Tatapan mata ke arah barat, terpesona sinar mentari merah melengkung se- bagai pertanda sang surya akan bersembunyi di balik cakrawala. Ing Nio larut dalam pesona. Tak terasa di belakangnya ada sosok pemuda berdiri mematung, tertegun melihat seorang putri bagaikan bidadari. Tahu-tahu ketika mendengar suara membuat- nya terkejut. 24 T Perawan Tua “Wah..., ada gadis cantiknya seperti....” Ing Nio terperanjat. Menoleh, mencari sumber suara. Sung- guh sangat berani memuji orang saat berhadapan. Berdiri, sedikit ke belakang, melampiaskan kekesalan. “Keterlaluan! Manusia macam apa kau, berani berucap seperti itu?” Sang pemuda tak kalah kaget. Dalam hati heran bercampur bingung. Mengapa jawaban sang gadis menyakitkan seperti itu? “O, maaf! Bukan maksudku merendahkanmu. Aku hanya mengungkapkan perasaan. Kau memang benar-benar cantik. Baru kali ini aku menemui.” “Diam! Jangan bicara!” Sang gadis semakin marah. “Tidak sepantasnya seorang laki-laki, datang-datang merendahkan wanita yang tak berdaya sepertiku. Kurang ajar sekali!” “Jangan marah, cantik. Tadi aku sudah bilang, tidak berniat merendahkan. Aku memang belum pernah melihat gadis jelita seperti dirimu itu......! Plak! Tamparan mendarat. Sang perjaka terdiam seketika. Sang gadis segera berlalu, mendatangi paman dan bibinya yang masih melepas lelah di buffet. Ing Nio berniat untuk mengadu, tetapi setelah di depan Encik Liong Tjwan, diurungkan. Ada pertimbangan, jangan-jangan akan menimbulkan permasalahan. Peristiwa di bukit akan diceritakan di rumah saja, pikirnya. “Puas belum?” tanya juragan Liong Tjwan saat Ing Nio men- dekat. “Mengapa cemberut?” Hampir saja Ing Nio akan mengatakan apa adanya, tentang pria yang telah berbuat kurang terpuji. Untung ada rasa takut, jika masalah akan berlanjut. “Tidak! Tidak apa-apa, Om. Monyet besar biang keroknya. Aku didekati. Kaget, takut bukan kepalang!” Kalimat ini yang terucap keluar. “Ha ha ha ha! Lucu kamu itu! Sudahlah, segera minum! Ke- takutanmu akan berangsur hilang!” Selesai minum, mereka bertiga segera pulang. Perawan Tua T 25 Ing Nio masih menyimpan amarah. Keterlaluan sekali sikap laki-laki yang dijumpai di perbukitan. Anehnya, wajah sang pe- muda selalu terbayang, bagaikan bergelantungan di depan pelu- puk mata. Berkali-kali dikibaskan, semakin lekat dalam ingatan. Jas kuning, sepatu berhak, terlihat semakin gagah. Wajah tampan, perawakan tinggi besar, nada bicara jelas, mantap, tidak belepotan, menghilangkan prasangka Ing Nio bahwa pria tersebut bukan penjahat. Ing Nio percaya bahwa laki-laki yang telah dia tampar, orang baik-baik, karena berani bertanggung jawab dan wajahnya begitu lugu. Yang baru terjadi, seperti dalam mimpi. Ing Nio masih sayup-sayup seperti mendengar,”Wah, ada gadis cantik seperti....,” dan juga,” Baru sekarang aku bertemu....” Apa maksud berbicara seperti itu? Apakah kata seperti itu merendahkan? Sepertinya tidak, terbukti diucapkan berkali-kali dan mantap suaranya ketika mengucapkan, “Aku tidak berniat merendahkan.” Mungkin hanya karena terpesona melihat wanita seperti bidadari, tanpa sadar berucap yang akhirnya menimbul- kan masalah ini. Jadi, bukan karena sendau gurau yang kelewat- an. Tidak, tidak demikian. Ing Nio seperti kesambet. Dalam hati seperti menghafal, baru kali ini aku melihat. Demikian pula wajah yang telah dia tampar, tidak hilang dalam bayangan. Jika peristiwa di bukit berupa film, Ing Nio akan selalu memutar dalam pikiran. Gerak-gerik, kata- kata yang terucap, akan selalu teringat. Apakah ini pertanda mabuk cinta? Betul! Sang gadis telah terbuai angin asmara, jatuh cinta pada lelaki yang belum dikenal. Sesampai di rumah, ing Nio langsung masuk kamar. Pintu dikunci. Bercermin. Paras cantiknya selalu dipandang. Muter- muter, menilai dan mengagumi tubuhnya sendiri. Ing Nio memang gadis molek, langsing, indah dipandang, tidak mengherankan jika membuat lawan jenis kasmaran. 26 T Perawan Tua Ketika berkaca Ing Nio baru menyadari bahwa dia diberi kelebihan oleh Sang Maha-pencipta, yang jarang dimiliki gadis Tionghoa. Dadanya bergemuruh, jantung berdetak kencang, kata- kata bernada memuji terus mengisi relung hati. “Iya, dia tidak berniat melecehkanku, hanya karena heran!” Dia bergumam. “Hanya karena baper, bawa perasaan, melihat gadis nan rupawan.” Ing Nio kembali bercermin. Puas dan bangga karena kecan- tikannya. Kembali bergumam,”Bagaimana pun lelaki tidak dapat menempatkan diri berarti melanggar tata susila.” Malam tiba. Ing Nio berangkat tidur. Angan melayang, pikir- an menerawang, mata tak mampu terpejam. Dipandangnya langit- langit kamar seakan tengah melihat film, seorang pemuda yang telah berani menyanjung-nyanjung dirinya. Ing Nio tidak bisa tidur. Ketika mata akan terpejam, tiba-tiba kaget, terperanjat karena impian. Seolah ada perjaka di bela- kangnya ketika tengah asyik menikmati terbenamnya sang surya. Seketika memeluk lengan, mencium seputar bibir tiada henti. Sang gadis merasa lega dicium demikian. Kehangatan bibir bergesekan dengan bibir terasa sampai ke tulang sungsum. Namun, ketika ingat jika yang demikian melanggar norma susila, apalagi belum saling mengenal, Ing Nio berusaha menghindar..., kaget. Keringat bercucuran, kepala terasa basah. Nikmatnya kecup- an masih lekat di bibir. Hangatnya ciuman menghias angan, pijitan tangan perkasa terasa aduh enaknya. Aduh..., Ing Nio menyesal, mengapa secepat itu terbangun. Mata dipejamkan, segeralah bisa tidur agar kembali bermim- pi. Sayang, seperti kebanyakan, apa yang diinginkan biasanya tidak terlaksana. Sampai fajar menjelang Ing Nio tidak lagi bermimpi, tetapi beruntung, sang perjaka masih terpatri dalam kalbu. O..., asmara...! Perawan Tua T 27 Siapakah pria yang telah berani berbuat tidak senonoh ter- hadap Ing Nio? Tidak lain adalah King Hok, karyawan Liong Tjwan yang juga kekasih hati Kim Lian. Tadi sore, saat King Hok tidak ada pekerjaan, mendapat kabar dari teman-teman bahwa di kebun binatang baru saja didatang- kan binatang aneh-aneh. Hal ini mengusik King Hok untuk men- datangi. Seperti sudah suratan takdir, kaki King Hok seakan ada yang menuntun ke mana harus melangkah? Menapaki jalan ke bukit, yang sebelumnya tidak terniatkan. Waktu itu Ing Nio tengah duduk di bebatuan besar dan memetik bunga anyelir putih. King Hok setengah tidak percaya dengan apa yang sedang dilihat. Di tempat yang sepi, ada wanita duduk seorang diri. Dia merasa berjumpa bidadari yang baru turun dari kahyangan ber- cengkerama di taman manusia. Baru kali ini dia menjumpai gadis Tionghoa yang cantik luar biasa. Dalam angan timbul berbagai pertanyaan dan tanpa sadar bibirnya berucap, ”Ada gadis cantik seperti ....” Bagai tersambar petir, hatinya sangat terkejut ketika sang gadis meluapkan amarah. Mulut bagiakan terkunci, tak mampu men- jawab. King Hok percaya sang gadis juga ras manusia setelah men- dapat tamparan dan ditinggal sendirian di bukit. Mata digosok- gosok sebagai bukti bahwa dia tidak sedang mimpi maupun mabuk berat. V. SETELAH DARI KEBUN BINATANG 28 T Perawan Tua Tamparan gadis secantik bidadari masih celekat-celekit sakit. Lebih dari satu jam, King Hok sendirian di bukit. Mematung, tak bergerak sedikit pun. Duduk bertopang dagu bagaikan telah kehilangan uang berjuta-juta rupiah. Sedih? Apa yang disedihkan? Tidak. Memang tidak bersedih. Hanya heran, ada gadis cantik menampar pipi perjaka. Namun, apakah benar bukan bidadari turun dari kahyangan atau makhluk jadi-jadian yang berwujud menyerupai manusia. King Hok pulang, hatinya gundah gulana tak karuan. Malam- nya wajah sang gadis berkelebat dan tidak mau keluar kamar. Sinar wajah dan tatapan mata sang juwita menggoda jiwa mem- buat tidak bisa tertidur lelap. “Kesalahanku tidak termaafkan,” katanya sambil rebahan di tempat tidur. “Mengapa seketika aku tidak meminta maaf, bah- kan terus saja menyanjung, padahal sudah jelas dia tidak senang mendengar sanjungan seperti itu.” King Hok tidak menyangka tidak menduga bahwa gadis yang membuatnya jatuh cinta, di kamarnya sendiri juga dihantui ba- yangan kejadian yang baru berlalu, tak jauh dari paviliun. Tidak mengira bahwa sang jelita tinggal satu beteng dan masih ke- ponakan sang majikan. Memang Tuhan Maha Berkehendak atas kejadian yang tak terduga. Perawan Tua T 29 Semenjak berjumpa gadis ayu yatim piatu, perilaku King Hok berubah dari kebiasaan. Dulu suka tawa canda, sekarang jadi pendiam, berkata pun jarang; seperti gong, tidak berbunyi jika tidak dipukul. Baru pertama berjumpa sudah dapat mengubah sedemikian, apa tidak hebat? Setelah berjumpa dengan sang ratna, hati sang perjaka tidak tenang. Segala perbuatan tidak ada yang benar, sering gagal fokus. Ingin hati bertemu kembali untuk menyampaikan kata maaf, telah berbuat kurang ajar. Dorongan keinginan ini membuat King Hok sepulang kerja muter-muter kota, masuk perkampungan Cina, mencari-cari siapa tahu berjumpa sang ayu. Tuhan pencipta semesta belum mengizinkan. Semua per- kampungan Cina didatangi, tetap belum menemukan yang dicari. Sang gadis juga menjaga diri, jangan sampai mendapat sebutan perawan murahan. Mematuhi adat Tionghoa, tidak keluar dari rumah. Melongok pintu saja tidak, jika memang tidak perlu. Minggu sore, King Hok yang tengah dilanda kesedihan ter- lihat sangat lesu; lelah keluar masuk kampung Tionghoa seharian. Duduk di luar, bersandar pilar, angan melayang. Piyama dekil, wajah kusut masam. Dia baca surat kabar untuk pelarian, tetapi sang ayu tetap berkelebat di awang-awang. Tiba-tiba ada taksi berhenti di depan rumah. Pemuda mabuk cinta tidak begitu percaya jika yang baru saja turun majikannya VI. MALAM, SETELAH BERTEMU DI KEBUN BINATANG 30 T Perawan Tua sendiri, dikiranya hanya mirip belaka. Prasangka demikian kare- na turut serta sang juwita yang telah membuatnya makan tak enak tidur tak nyenyak. Sebenarnya memang Encik Liong Tjwan bersama istri dan Ing Nio sang dewi. Mereka pergi hampir seharian karena me- nengok saudara yang sedang sakit. Gadis ayu turun paling belakang, membawa bungkusan, oleh- oleh dari keluarga yang sakit. Sangat terperanjat ketika begitu turun melihat King Hok memandang tak berkedip. Seketika hatinya dag dig dug tak karuan. Kaki seperti ada yang menahan, walau- pun segera ingin melangkah, tetapi tertahan tidak seperti biasanya. Sedikit lega hati, lirikan mata Ing Nio beradu pandang dengan pemuda yang tengah kasmaran. Namun, kecewa.... Belum sempat King Hok mengucapkan sepatah kata pun, gadis bagaikan bida- dari itu telah hilang dari pandangan. Telah masuk ke dalam rumah. Lama sang perjaka terbengong. Diam, tak bersuara. Namun, dalam hati, “Siapa kamu? Dari tingkah laku, seperti orang se- rumah. Mengapa aku belum pernah bertemu? Aneh!” Sejak pertama berjumpa gadis pujaan telah membingungkan, sekarang tambah masalah. Semakin bergejolak. Berulang-ulang bertanya pada diri sendiri, siapa merah delima yang tinggal ber- sama sang majikan. Sampai petang King Hok tidak masuk kamar, tetap bersandar pada tiang. Berjaga-jaga bila sang gadis keluar, ingin memandang lagi, sepuasnya. Faktanya, sampai petang beranjak malam, harapan tak tersampaikan. Sampai jam delapan malam sang perjaka belum mandi dan juga belum makan. Padahal, sudah lama hidangan tersaji di meja. Efek jatuh cinta membuncang. Pembantu rumah tangga menengok jatah makan untuk King Hok, masih utuh. Dikiranya King Hok belum tahu, lantas men- dekat, mengabarkan jika makan malam telah tersedia. Perawan Tua T 31 King Hok menemukan akal cara mencari tahu gadis yang telah membuatnya kasmaran. “Hai, aku belum mandi. Malu. Tadi ada tamu seorang wanita muda, sekarang belum pulang?” Pembantu yang tidak tahu jika hanya sebagai pancingan men- jawab, “Tamu siapa? Tidak ada tamu. Laki-laki maupun perem- puan, tidak ada. “Kamu itu apa bangun tidur? Jelas tadi ada, datang bersama nyonya besar.” “O..., itu bukan tamu. Itu keponakan tuan besar. Di sini sudah hampir sebulan.” “Ngaco, kamu! Tuan besar tidak punya keponakan.” “Ngaco gimana, yang bilang itu Juk Ing sendiri.” “Siapa? Juk Ing?” “Iya, nyonya besar jika memanggil hanya Ing begitu saja.” “Aneh sekali, hampir sebulan serumah kok tidak tahu.” “Ya, Juk Ing hanya di dalam, keluar jika ada perlu saja.” “Ya sudah, kau tinggal dulu. Selesai mandi, kumakan.” King Hok membawa handuk dan sabun, jalan perlahan me- nuju kamar mandi yang terletak di belakang rumah besar. Jadi, dari paviliun jika mau mandi pasti melewati samping rumah besar tersebut. King Hok berharap dalam hati agar dapat berjumpa gadis cantik penyebab mabuk cinta. Tuhan belum mengizinkan. Berbagai upaya telah dilakukan, celingak-celinguk lihat dapur, tengok- tengok ruang keluarga, tetap tidak menemukan sang pujaan. “Sungguh aneh, hampir sebulan di sini kok belum lihat; padahal aku juga sering ke belakang, juga kamar mandi. King Hok selesai mandi, jalan pelan-pelan. Masih menyim- pan harapan, gadis bak Dewi Ratih lewat, tetapi tetap tinggal harapan. Galau semakin mengguncang. “Sayang sekali aku tidak berjumpa lagi dengannya. Aku harus minta maaf, terlalu berani, ngomong sembarangan.” 32 T Perawan Tua Sang perjaka tidak bernafsu makan, hanya mengambil sedikit yang sekiranya enak. Selesai, memencet bel. Pembantu datang. “Sudah! Bawa ke belakang!” King Hok mengambil korek api, menyalakan rokok. Angan kembali mereka-reka, bagaimana cara kembali memancing pembantu untuk mengorek tentang Ing Nio. “Katamu Juk Ing di sini, nyatanya tidak. Tadi sudah pulang naik taksi.” Pembantu menjawab sambil tertawa, tidak sadar bila telah terpancing. “Bah King Hok itu mimpi ya? Pulang, pulang ke mana? Rumahnya juga sini. Sekarang juga di sini, di kamarnya, meng- gunting kertas untuk tempat kue sembahyang.” “Kamu sendiri yang mimpi. Aku melihat dengan mata kepala sendiri, dia pulang naik taksi.” “Saya juga melihat dengan mata kepala sendiri, sekarang Juk Ing masih di kamar. Itu kamarnya di belakang sebelah kanan.” King Hok lega. Dia memang ingin mengetahui kamar sang gadis impian. Setelah ada titik terang lantas mengakui kesalahan. “Apa aku salah lihat ya?” Ngomong sendiri, sambil berdiri, berjalan- jalan di dalam kamar, kepala menunduk. Hati galau pikiran bagai mengurai benang kusut, ruwet tak menemukan jalan keluar. Malam ini ingin masuk kamar sang gadis, minta maaf, sekaligus ingin melihat paras wajahnya. Setelah dipikir- pikir, tidak jadi. Diurungkan karena melanggar norma susila. “Namun bagaimana lagi? Jika terus demikian, aku jadi gila beneran!” Tak terasa, jarum jam yang semula menunjukkan angka dela- pan, telah bergeser pada angka sebelas. King Hok masih berjalan- jalan di kamar. Pikirannya sudah mulai terganggu. Kadang ngo- mong sendirian seperti pemain sandiwara tengah menghafalkan percakapan. “Jika aku masuk, Ing Nio tahu dan menjerit, aku semakin merasa bersalah. Ya Tuhan, mengapa aku tidak diberi kekuatan Perawan Tua T 33 untuk menghilangkan pikiran nakal ini? Mengapa bayangan sang jelita selalu nampak di pelupuk mata? Ya Tuhan, hamba ingin melupakan, mengapa tidak bisa?” Rasanya sudah sangat capek. Berhenti berjalan-jalan, telen- tang di tempat tidur, ngomong sendirian. “Aku harus berusaha agar kuat, jangan sampai menemui masalah yang tidak mengenakkan!” Berhenti bergumam, berusaha memejamkan mata. Ingin tidur nyenyak tetapi hanya sebatas mata mengatup. Jika terjaga, angan kurang ajar berdatangan. Menakutkan! Menutup mata...... paras sang gadis berkelebat di pelupuk mata, juga ketika dia berdiri melampiaskan amarah. Gerakan tangan menampar pipi tergam- bar jelas, seperti benar-benar berada di depannya. Wajahnya yang lembut berubah memerah karena marah, tidak bisa dilupakan. Semakin dilupakan semakin menancap dalam ingatan. “Tidak jantan jika aku tidak berani menemui, mengakui ke- salahan,” katanya sambil menerawang. “Apa pun yang terjadi, malam ini aku harus menemuinya, minta maaf.” Beranjak bangun, melihat jam, sudah jam dua belas. Jam segini apa dia belum tidur?” Lama, dia kembali berjalan-jalan di kamar, bagaikan buah simalakama dalam mengambil keputusan. “Jika belum minta maaf, aku tak kan dapat tidur nyenyak.” Dorongan kuat, tanpa pikir panjang segera ambil tindakan. Memakai baju, celana, jas terbuka tanpa dasi, juga sepatu tenis .... Membuka pintu, keluar. Di luar sepi, tak seorang pun lewat. Memang telah larut malam. Yang ada hanya lampu bersinar terang benderang. Rumah besar sudah tutupan, hanya beberapa lampu yang masih dihidupkan. King Hok berjalan perlahan melewati halaman menuju sam- ping rumah. Sampai, tengak-tengok di gang menuju kamar Ing Nio. Cendela terlihat terbuka, tetapi gelap. Pintu gang sudah 34 T Perawan Tua terkunci. Batinnya, “Tidak apa-apa daripada mencongkel jendela lebih baik memanjat jeruji pintu gang. Dia jago melompat, berhasil melompat dengan mulus. Secepat kilat memanjat seperti kucing, turun, perlahan kaki melangkah menuju kamar Ing Nio. Berhenti, membaca suasana. Dalam kegelapan terlihat sosok sang gadis, tidur mendekap guling. Tanpa pikir panjang memanjat jendela, sudah berada di dalam kamar. Perawan Tua T 35 Turun dari taksi, Ing Nio seakan melihat orang mati hidup kembali. Tidak menduga bila bertemu pria perkasa nan mena- wan. Dalam hitungan sekejap, jantung bagai tak berdetak. Heran, perjaka yang membuatnya tidur tak nyenyak makan tak enak, tengah duduk bersandar pilar, dalam bangunan sepekarangan. Seperti ada dorongan, dia masuk dalam kamar. Klik, pintu dikunci. Tanpa ganti baju, Ing Nio berbaring di ranjang. “Apa itu King Hok, yang dikatakan Tacik sebagai kekasih- nya?” Gumam Ing Nio. Pandangan tajam ke langit-langit, seakan ada yang tengah diperhatikan. “Keliru besar aku! Aku salah telah memikirkan kamu, King Hok? Aku telah berjanji pada Tacik Kim Lian, tak kan tertarik pada kekasihnya. Aku tak kan menjilat ludah. Apa lagi pada pria kurang ajar, berani menggoda gadis yang belum dikenal.” Pemikiran demikian dia kira dapat melemahkan gejolak jiwa, tetapi ternyata tidak. Hati lebih kuat dari pada pikiran. Sekuat apa pun membuang bayangan, semakin jelas sosok King Hok tergambar di pelupuk mata. “Bagaimana jika Tacik mengetahui isi hatiku.... Ah, aku harus masa bodoh! Siapa King Hok itu? Aku tidak boleh merebut tunangan Tacik. Kebaikan tacik padaku sangat banyak. Jika aku bertemu dia, akan berpaling. Biar terlepas darinya.” Tanpa sadar, Ing Nio menggigit pucuk sapu tangan. Jengkel, geregetan, lantas berkeluh kesah. “Cinta..., cinta..., mengapa terjadi misteri yang tak masuk akal? VII. KETIKA HATI TAK TERKENDALI 36 T Perawan Tua &&& Kembali pada sepak terjang King Hok. Bagaikan penjahat yang telah lama malang melintang, dengan mudah dia masuk kamar Ing Nio. Kebetulan juga jendela terbuka dan tidak berjeruji. Perlahan kaki melangkah, mendekat, tetapi dumbrang...., kaki tersandung kaleng. King Hok ketakutan. Ingin menghilang atau bersembunyi, tetapi keburu Ing Nio bangkit dari ranjang dan menyalakan lampu. Ing Nio kaget, telah beradu muka dengan sang tampan. Perasaan, baru berkelana di alam impian. Suaranya bergetar. “Penjahat! Siapa suruh masuk sini, hai ...?” King Hok mundur beberapa langkah. Tak kuasa menjawab, terhenyak melihat wajah Ing Nio bagaikan melihat bulan purnama. Bersih, bersinar. Waktu itu Ing Nio berkimono pemberian Encik Liong Tjwan, rambut tergerai di pundak, nampak anggun. Semakin cantik, melebihi saat di kebun binatang. King Hok merasa bagaikan di surga. Lama tak mampu ber- kata-kata, hanya diam mematung. Ing Nio marah-marah. “Ayo, keluar! Cepat! jika tidak, aku akan teriak minta tolong.” King Hok tidak tahu bagaimana menjawabnya. “Aku tidak berniat jahat, Nona. Hanya akan mengakui kesalahan dan meminta maaf. Maafkan kesalahanku ketika di kebun binatang itu.” “Maaf?! Belum kumaafkan, sekarang berbuat lebih kurang ajar!” “Maksudku, aku juga ingin bertemu denganmu di luar, Nona. Sayang tidak kesampaian sehingga memaksa aku berbuat begini. Tidak ada cara lain.” “Perbuatanmu tetap tidak sopan! Kamu harus keluar! Apa mesti menunggu aku memencet bel sampai orang-orang tahu bahwa kamu pencuri ulung?” Secara reflek, Ing Nio memencet bel yang persis di bawah lampu. Perawan Tua T 37 “Nona, aku tak kan keluar sebelum mendapatkan pintu maaf- mu.” Mendapat jawaban seperti itu, Ing Nio tersentak. Sungguh, King Hok telah terbelenggu cinta, walaupun bukan saat yang tepat, dia memberanikan diri masuk ke kamarnya, untuk meminta maaf. Dengan gemetar Ing Ni menjawab, “Apa gunanya kau ingin maaf dariku?” King Hok mendekat. “Apa gunanya? Mesti ada. Ketahuilah gadis cantik...! Sejak kita bertemu, pesonamu selalu menggoda anganku. Siang kurindukan, malam kuimpikan. Mungkinkah gelora cintaku ini tidak gayung bersambut? Apakah kau tidak merasakan, jika di dunia ini ada orang linglung karena kemolekan paras wajahmu. Linglung tidak selera makan, tidak selera minum, tidak bisa tidur hanya karena memikirkanmu, Nona. Jika ku- mengenangmu, teringat kembali perbuatanku yang membuatmu marah sehingga penyesalanku semakin bertambah. Itulah, Nona. Mengapa aku lancang menemuimu hanya untuk sekedar meminta maaf. Tekadku, aku tak kan bergeser dari tempat ini sebelum kau berikan maafmu.” Ing Nio tertegun mendengar pengakuan King Hok. Tidak menduga cinta King Hok rela berbuat seperti pencuri demikian besar meletup-letup. Seketika hati Ing Nio berbunga-bunga, bangga ber- padu cinta. Memang, tiada kebahagiaan di dunia melebihi indah- nya cinta. Dalam sekejap kebahagiaan itu datang, sekejap pula dia pergi. Ing Nio ingat telah berjanji pada Kim Lian tidak akan merebut kekasihnya. King Hok segera disuruh pergi, tetapi tetap tak beran- jak. Diulang tetap diam, bahkan secara spontan memegang tangan Ing Nio. Dengan cepat Ing Nio memencet bel. “Rrriiingngng...., rrriiingngng..., rrriiingngng!” King Hok mundur beberapa lang- kah, tangan memegang kening. Kim Lian menduga, tamat sudah riwayatnya. Dipecat dari pekerjaan, diusir dari paviliun. Namun, 38 T Perawan Tua mata tidak redup, bicara pun tetap tenang. “Bunyi bel ini akhir kehidupanku, Nona. Encik Liong Tjwan akan mengetahui hal ini. Aku akan dipecat, diusir, dan disuruh pergi. Walau begitu jangan kau kira, kepergianku akan menghilangkan rasa cintaku padamu. Akhir cintaku padamu bukan pada bunyi bel, tetapi jika nyawa terlepas dari raga.” Di halaman terdengar gedebugan langkah kaki seakan ada kejadian yang mencekam. Ing Nio kehilangan daya nalar. Raga berdiri, tetapi jiwa setengah mati. Tidak mengira pencetan bel akan membuat celaka pria yang telah menempati sisi ruang hatinya. Untung segera dapat akal. Ketika pintu terbuka, didobrak dari luar, dia berkata pelan. “Segera masuk kolong tempat tidur agar tidak ketahuan!” Tanpa berpikir panjang, King Hok menuruti perintah Ing Nio. Pintu didobrak tiada henti. Ing Nio membukakan pintu. Wajah pucat, hati bingung tak karuan. Encik Liong Tjwan beserta dua orang temannya nampak keheranan. Dengan tergopoh- gopoh Encik Liong Tjwan bertanya. “Ada apa, Ing? Ada apa?” “Seberapa banyak kesalahanku, maaf Om! Maaf kan aku. Aku sendiri tidak tahu mengapa kulakukan semua ini. Tadi aku bermimpi ada pencuri masuk kamar. Seperti sedang mengigau aku lantas memencet bel. Tidak tahu jika akan terjadi begini.” “Lah, itu! Jendela terbuka!” “Baru saja kubuka, meyakinkan beneran ada pencuri atau tidak, ternyata tidak ada.” Encik Liong Tjwan tampak puas mendengar jawaban seperti itu. “Besuk lagi jangan diulangi. Mengagetkan orang.” Berkata seperti itu sambil berlalu. Ing Nio tinggal sendirian sambil me- mandang orang-orang yang meninggalkan kamar. Suara langkah kaki sudah tidak terdengar, Ing Nio melangkah menuju tempat tidur. Perawan Tua T 39 “Cepat..., keluar! Pergilah dari sini!” King Hok keluar dari kolong ranjang, memandang Ing Nio. Mata terbelalak, rasa heran menyeruak. “Mengapa kau tidak me- ngatakan yang sebenarnya pada Encik agar aku diusir, Nona?” Hampir saja Ing Nio mengatakan, “Lah, aku cinta padamu.” Untung saja segera ingat sumpahnya pada Kim Lian. Jawabannya bahkan menyakitkan. “Aku menolongmu karena aku memang tidak mau mencelakai orang!” Mendapat jawaban demikian, King Hok kecewa. Tanpa se- patah kata berjalan mendekati pintu, keluar menuju kamar. &&& Malam ini Ing Nio tidak bisa tidur, bermacam-macam pikiran berseliweran campur aduk menjadi satu. Kehangatan pegangan King Hok masih terasa di tangan. Semua perkataan yang terlalu berani masih terngiang di telinga. Ing Nio kecewa. Betapa senangnya bila mampu mengatakan yang sesungguh- nya bahwa dia juga cinta. Namun, itu sebuah dilema karena ter- lanjur berjanji, tidak akan merebut kekasih Kim Lian. Utang budi memang berat, apalagi juga dilandasi kasih sayang. Ada perasaan berdosa jika mengusiknya dari hati Kim Lian. Ing Nio berusaha menepis, jangan sampai gelora cintanya semakin membahana. Bagaikan kobaran api, jika membesar maka sulit dipadam- kan. Demikian pula gejolak asmara Ing Nio. Walaupun telah banyak cara dilakukan untuk membuang angan tentang King Hok, tetapi bayangan King Hok terus berseliweran; dan semua perkataan- nya bergema di gendang telinga. Itulah kekuatan cinta, melebihi kekuatan hati. 40 T Perawan Tua Orang bilang, suatu kejadian kadang didahului pertanda dari Yang Mahakuasa, itu nyata. Namun, kebanyakan tidak memperhatikan, bahkan tidak percaya. Ketika Ing Nio datang ke rumah Babah Liong Tjwan, Kim Lian mendapat firasat seperti melihat awan tebal bergerak pelan dan akhirnya gelap, menutup sinar. Dia tidak menuduh Ing Nio membawa keburukan, tetapi tahu bahwa awan lambang kegelapan. Seperti memberi kabar padanya bahwa perjalanan cintanya akan menemui hambatan. Sungguh nyata. Perawan Kim Lian merasakan perubahan sikap King Hok, sedikit demi sedikit. Tidak ramah seperti dulu, meskipun tidak sampai membuang muka. Bagi gadis yang tengah jatuh cinta, tidak mustahil menangkap sinyal ada ketidakberesan. Semakin kentara jika dulu sering mengajak berbicara, sekarang seperti gong, tidak berbunyi jika tidak dipukul. Mau menjawab, tetapi terlihat terpaksa, tidak memuaskan. Semakin hari semakin jelas, Kim Lian tahu King Hok semakin menjauh. Agar tidak berlanjut terlepas, Kim Lian akan meminta sang tampan untuk segera menikahinya. Sepuluh hari berlalu sejak kejadian di kamar Ing Nio. Kim Lian bertandang ke kamar King Hok hendak menyatakan isi hati. Ke- betulan waktu itu King Hok yang tengah dilanda asmara tengah bermuram durja karena telah sepuluh hari belum melihat Ing Nio lagi. Melihat keadaan King Hok, hati Kim Lian semakin tidak karuan. Dia mendekat, pelan menyapa, tetapi kentara jika hanya dibuat-buat. “Koh, tidak baik laki-laki sepertimu gelisah, bingung, VIII. NIAT HENDAK PERGI Perawan Tua T 41 seperti itu. Beberapa hari nampak bersedih, katakan padaku, apa sebabnya?” King Hok menarik napas, menjawab bagaikan kehilangan kekuatan. “Nona, bagaimana kau tahu permasalahan laki-laki, kalau kau perempuan. Kaya miskin, setiap manusia akan mengalami kesusahan. Saat ini aku termasuk yang tengah dirundung kese- dihan.” “Hidupmu susah? Apa gaji kurang mencukupi? Jika itu, ma- salah kecil. Aku akan meminta ayah untuk menaikkan gajimu, jangan khawatir.” King Hok tersenyum hambar. “Menurutmu, permasalahan hidup hanya karena kurang uang?” “Jika tidak, apa sebab engkau bersedih?” “Hanya sepele, aku merasa tidak bisa bertahan lama hidup di Surabaya, jika selalu menjadi karyawan orang lain seperti ini.” Kim Lian sangat terkejut, tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Selama ini baru sekarang King Hok berpikir tentang masa depan. Padahal, selama ini belum pernah menyinggung mau berdagang atau wiraswasta lainnya. “Ingin bekerja apa?” “Aku akan izin berhenti pada Encik, akan mencoba hidup di desa, melatih kemampuan, bisa mandiri. Jika tidak demikian, aku akan selalu di sini, menjadi pembantu orang lain.” “Itu kan tidak selamanya, Koh. Kamu tidak tahu, kapan aku menikah denganmu, kamu akan dijadikan Tuwan Kuasa kelas I. Apa seperti itu kau anggap pembantu?” “O, jangan salah paham, Nona. Bukan aku tidak cinta pada- mu. Aku masih punya orang tua yang tidak boleh kutinggalkan ketika ingin menikah, aku harus mendapat restunya. Jadi, menikah denganku, belum dapat dipastikan.” Hati perawan Kim Lian bagaikan tercabik-cabik. Secara halus King Hok telah menggambarkan kegagalan berumah tangga. Betulkah King Hok tidak mengimbangi cinta Kim Lian? 42 T Perawan Tua Terbawa besarnya rasa cinta, Kim Lian tetap belum percaya dengan yang telah didengar. Dalam hati merasa heran, pria tam- batan hatinya telah banyak berubah. Padahal, ketika mendapat musibah tertindih sepeda motor telah mengimbangi rasa cintanya. “Tidak salah perkataanmu? Kamu harus minta izin dulu pada orang tua, apa kira-kira orang tuamu tidak akan memberi restu pernikahan kita?” King Hok menjawab dengan geram. “Ya betul, seperti itu. Namun, menikah itu untuk jangka panjang dan tidak sedikit rin- tangan yang mengganjal. Juga, kurang bagus bagi laki-laki meni- kah hanya bermodal cinta. Laki-laki yang menikah muda, kurang bagus masa depannya.” Secara lahiriah, Kim Lian tetap tenang, tetapi dalam hati tertumpuk rasa heran melihat sikap King Hok yang telah bertolak belakang. Hati King Hok memang telah terpikat gadis lain. Sikap dan ucapannya kepada Kim Lian semakin tidak masuk akal. Memang disengaja, agar terlepas dari jerat cinta Kim Lian. Perubahan sikap ini menggugah Kim Lian untuk memata-matai tingkah polah King Hok. &&& Lima belas hari berlalu.... Kim Lian bagaikan detektif yang tengah mengintai gerak-gerik King Hok. Sebaliknya, Ing Nio masih seperti biasanya. Waktunya makan, makan. Waktu tidur, tidur. Waktu bekerja juga bekerja. Ing Nio menutupi segala gundah gulana. Hal ini membuat Kim Lian tidak berprasangka. Insting Kim Lian tidak mampu menembus pertahanan Ing Nio, tidak tahu bahwa dia juga tengah dilanda asmara. Bagi Ing Nio, ketika terjaga, sang pemuda tampan menari- nari di pelupuk mata, ketika tidur terhanyut dalam alam impian. &&& Perawan Tua T 43 Suatu hari di atas jam dua belas malam. Seisi rumah Babah Liong Tjwan telah tidur, bahkan Ing Nio sangat terlelap. Seperti kerasukan, sang nona mengigau, mengucapkan yang selama ini disembunyikan. “Koh King Hok, aku mencintaimu. Cintaku padamu melebihi cintaku pada diri sendiri. Aku rela mengikutimu di manapun kau berada.” Berhenti sebentar, kembali meracau. “Sekarang juga aku mau mengikutimu. Kemana ya........ O, ya!” Ing Nio bergegas turun dari tempat tidur, akan mengikuti kata dalam igauan, “Mau ikut kamu?” Belum sampai kaki melangkah, Ing Nio geragapan... Mata terbuka karena telapak kaki merasakan dinginnya lantai, juga sulit melangkah karena kaki terjerat selimut yang tergerai jatuh. Ing Nio tengak-tengok, mencari yang terngiang saat mengigau. Setelah sadar, duduk bertopang dagu di ranjang. Dalam hati ber- kata, “Beginilah keinginan yang tertahan? Karena kuatnya me- nahan, tidak ada gerak-gerik dan ucapanku yang menunjukkan bahwa aku cinta pada Koh King Hok. Seperti ini jika masih terjaga, nalarku bisa bekerja. Menimbang, memutuskan, akhirnya bisa mengalahkan gejolak hati. Namun, ketika tidur pikiranku istira- hat, kekuatannya kalah dengan hasrat jiwa. Berkali-kali aku me- mimpikan, hanya karena kekuatan hati mampu mengalahkan kekuatan pikiran di saat aku tidur. Untung tidak berlarut-larut. Tuhan masih melindungiku. Kalau orang tahu, tentu bertanya macam-macam. Bagaimana jawabanku? Jika tadi ada yang men- dengar, tersingkaplah rahasiaku. Ing Nio melamun, berbicara pada diri sendiri. “Jelas sudah, apa yang tersimpan di hati tidak akan keluar di saat terjaga, tetapi akan menari-nari ketika tidur. Mengigau, bahkan terbawa ketika baru bangun. Ini bukti bahwa Engkoh King Hok telah menempati ruang hatiku. Apakah aku akan melanggar sumpah? 44 T Perawan Tua Betapa marahnya Tacikku. Belum tahu yang sebenarnya terjadi saja sudah sewot, apalagi jika mengetahui.” Kembali terdiam, tetapi masih berpangku tangan. Kini berse- dekap sambil bergumam. “Mana mungkin ada api tanpa asap. Apakah rahasiaku tidak akan terbongkar? Pusing aku! Berhati- hati bagaimana pun, pasti ada kesalahan. Bagaimana jika aku terlena dan terkuak rahasiaku? Hancur berkeping-keping harga diriku. Tanpa bentuk. Lebih baik aku pergi dari sini.” Niat akan pergi semakin kuat menggelitik hati karena sepu- luh hari berlalu sikap Kim Lian semakin tidak bersahabat. Sikap tidak menyenangkan, cemburu belum ada bukti, maka hanya berpaling muka bila berjumpa. Sudah tiga hari Ing Nio tidak disapa. Satu jam sudah Ing Nio melamun. Angan terus berputar akhir- nya capek, datang rasa kantuk. Kaki melangkah menuju tempat tidur, berbaring. Aneh, kantuk jadi hilang, guling kanan guling kiri, gelisah mengganjal pikiran. Jam tiga dini hari hampir saja tertidur sayup-sayup bermimpi. Ing Nio seakan didatangi King Hok. Layaknya sepasang kekasih, King Hok memegang tangan Ing Nio. Mesra, merasuk jiwa. Namun, tiba-tiba datang Kim Lian. King Hok melepaskan tangan, mundur beberapa langkah, tertun- duk menahan malu. Ing Nio merasa muka bagaikan tersayat-sayat sembilu. Kim Lian sangat marah. Gigi gemeretak, mengumpat, mencela King Hok dan Ing Nio yang tidak tahu balas budi. “Tidak pantas seperti ucapanmu! Kau akan menjunjung tinggi tata susila, mana buktinya? Begitulah norma yang kau agungkan? Masuk kamar gadis lewat tengah malam, itukah peradaban? Me- nyentuh gadis yang belum kau kenal, itukah etika? Kau tidak men- jaga nama baik keluarga ini. Kau mengotorinya! Aku tidak terima. Akan kuadukan pada ayah, pasti kau akan diusir! Di-PHK!” “Sekarang kamu, Ing Nio! Angkat wajahmu! Siapa yang ber- sumpah tidak akan merebut dia! Ludah belum kering, kembali kau jilat sendiri! Tidak tahu malu! Tidak akan terjadi seperti ini Perawan Tua T 45 jika tidak sama-sama naksir! Jendela tak kan terbuka jika tidak ada yang membuka!” Berkata demikian, Kim Lian berjalan men- dekati jendela. “Yang membuka jendela kamu sendiri, tidak ada bekas congkelan. beginikah balasanmu padaku? Kau kuanggap saudara, ayah ibu juga menganggap seperti anak sendiri. Ternyata akhlakmu seperti itu! Mencoreng nama baik ayah! Tidak pantas, air susu kau balas dengan air tuba! Akan kulaporkan polisi! biar tahu rasa kamu!” Ing Nio tak kuasa menahan tangis. Tak bisa berbuat apa- apa. Terbongkar sudah rahasianya. Ing Nio tersedu-sedu. Tangis tertahan menghambat jalan napas. Ing Nio terengah-engah. Akhirnya, tersentak terbangun. Perlahan mendekati kursi, duduk, bertopang dagu bertumpu meja. “Gimana, coba?” kata Ing Nio dalam hati. “Jika terus seperti ini, runyam jadinya. Setiap tidur mesti bermimpi, mengigau, bah- kan terbawa ketika terjaga. Apa tidak tidur, jerangkong hidup nanti- nya. Menimbulkan banyak pertanyaan, hancur hidupku. Besuk saja perlahan-lahan aku akan pamitan, tetapi apa alasannya?” Ing Nio menghirup napas panjang, membuang keruwetan pikiran. Batin kembali berbicara. “Sudah sepuluh hari Tacik men- diamkanku. Bila kudatangi, pergi. Jika bertemu, membuang muka, jika kutanya tidak menjawab. Selagi mau menjawab, muka garang, kata sinis menyakitkan. Menurut para pembantu dan juru masak, jika tidak suka pada seseorang, tega membuatnya celaka. Telah tiga hari aku didiamkan, jangan-jangan suatu saat nanti, tega men- celakai. Hmm ....” Sebelum aku bermimpi seperti ini Tacik pernah menyindir. Aku dituduh merebut kekasihnya. Lebih menyakitkan lagi, sumpah itu apa, yang penting tercapai keinginan hati. Aku sudah tidak punya harga diri. Ucapanku sudah tidak dipercaya. Tacik telah cemburu dan marah padaku sampai terbawa mimpi. Besuk aku akan pergi dari sini, menghindari kejadian yang tidak di- inginkan. 46 T Perawan Tua Ing Nio tak mau tidur lagi, takut bermimpi atau mengigau. Banyak yang mengatakan, mimpi itu bunga tidur. Tidak demi- kian bagi Ing Nio, mimpi itu firasat yang akan menjelma menjadi kenyataan dan menimbulkan permasalahan. Perawan Tua T 47 Seperti biasa, selesai persiapan sebelum berangkat kerja, Babah Liong Tjwan bersama anak istri minum kopi dan kudapan serba lezat di ruang tengah. Tidak ketinggalan berbincang ringan penambah keutuhan keluarga. Ada kalanya membicarakan masa- lah pekerjaan yang perlu dimusyawarahkan di rumah. Kebiasaan seperti ini sudah mendarah daging, mereka sangat menikmati- nya. “Beberapa hari ini, kau terlambat keluar kamar, ada apa, Lian? Seperti tadi, dipanggil tiga kali baru keluar, padahal jika minum kopi tanpa kamu, kurang nikmat.” “Anu, kok......, Yah!” “Anu, apa? Gadis itu jangan kesiangan, bila perlu paling pagi, agar dicontoh para pembantu. Aku dan ibumu pun bangga mem- punyai anak perempuan yang sangat rajin. Lagi pula, besuk kamu tidak akan canggung bila menjadi ibu rumah tangga. Betul kan, Bu?” “Iya, betul. Aku dulu bahkan dimarahi jika Sineh lebih dulu bangun.” “Seperti itu Lian, adat leluhur kita.” “Ah, Ayah. Terlambat satu dua kali saja tak usah dibanding- kan dengan kebiasaan nenek moyang.” “Tidak bermaksud membandingkan, tetapi jangan sampai terulang.” “Inginku juga tidak kesiangan, tetapi bila terpaksa, bagaimana?” IX. PAMIT PERGI 48 T Perawan Tua Kim Lian tertunduk, takut dikejar pertanyaan. Untung Babah Liong Tjwan tidak lagi mempermasalahkan sehingga Kim Lian merasa terselamatkan. Dia tidak tahu ayahnya berbuat demikian untuk menjaga perasaan. Kata-kata petuah yang akhirnya keluar. “Begini, Lian. Gadis sepertimu jangan terlalu banyak pikiran, tidak bagus. Cukup berbakti pada ibumu, tidak perlu memikirkan hal lain. Kamu masih menjadi tanggung jawab orang tua, jangan terlalu memikirkan diri pribadimu, Nak!” Babah Liong Tjwan terdiam, merasakan kata yang telah ter- ucap, tertunduk beberapa saat. Istri dan anaknya juga terbawa perasaan, layaknya tengah mengheningkan cipta. Beberapa menit berlalu, Babah Liong Tjwan melanjutkan perkataan. “Kau sekarang kelihatan pucat, pasti memikirkan macam- macam. Jangan! Apa yang kau pikirkan, katakan pada aku dan ibumu, agar bisa membantu. Anak seumuranmu belum waktu- nya memikirkan yang berat-berat, sebab belum berkeluarga.” Perbincangan belum selesai, terlihat Ing Nio keluar kamar membawa bungkusan. Jalan menunduk, langkah kaki gontai menunjukkan bahwa dia sangat capek. Babah Liong Tjwan beserta anak istri terkejut, tidak mengetahui maksudnya. Sampai mendekat, Ing Nio belum disapa. Demikian pula Ing Nio, mulut serasa terkunci, sulit mengucapkan sepatah kata. Tanpa terasa air bening menetes membasahi pipi, semakin membuat bingung Babah Liong Tjwan sekeluarga. Bungkusan masih dipegang, berdiri tegak, tak terpikirkan untuk duduk. Kim Lian yang semula marah jika melihat Ing Nio, hilang amarahnya, bahkan dia yang pertama kali menyapa. “Mengapa menangis? Siapa yang akan menyanjung? Siapa yang akan menolong?” Nyonya Liong Tjwan tersentak, iba pada keponakannya. “Huss! Watak galakmu belum hilang juga. Dihibur, ditanya dengan lembut, tidak kasar begitu. Bagaimanapun, masih adikmu sendiri. Dengan saudara saja seperti itu, apa lagi dengan orang lain!” Perawan Tua T 49 Babah Liong Tjwan menyela. “Ini jelas menyimpang. Awal- nya ngobrol baik-baik, tiba-tiba ada anak mematung membawa bungkusan, lantas orang tua membentak anak. Diam semua, Nio biar kutanya! Duduk dulu, bungkusan ditaruh, dan jangan me- nangis.” Ing Nio semakin tersedu-sedu, merasa berat meninggalkan om dan encimnya yang telah dianggap seperti orang tua sendiri. Perintah untuk duduk dan menaruh bungkusan telah dilaksana- kan, tetapi untuk berhenti menangis paling sulit. Babah Liong berbicara pelan. “Bungkusan itu, apa?” Ing Nio menjawab, tetapi kurang jelas. “Bekalku.... dari.... Jombang.... dulu.” “Akan kau bawa pergi?” Ing Nio semakin tersedu. Tangisnya tidak keluar, hanya ter- sedu tertahan di dada, membuat terharu bagi yang melihat. Semua diam, tertunduk, penuh iba. Ing Nio melanjutkan bicara. “Aku mohon pamit, Om..., Tante...., apalagi Tacik...., aku mau melan- jutkan perjalanan hidup.” Nyonya Liong Tjwan menggeleng-geleng. Mau bertanya, tetapi tak kuasa mengeluarkan kata-kata, keburu Babah Liong berucap, “Aku tidak paham maksudmu. Tanpa sebab, mengapa seperti itu. Ada apa?” Ing Nio kembali memohon, belum memberi keterangan. “Aku mohon pamit..... akan melanjutkan perjalanan.” Nyonya Liong Tjwan menyela. “Tidak! Kau mau ke mana? Apa maksudmu itu?” “Cim...., aku mau melanjutkan perjalanan..... mau pergi ke mana kaki melangkah.” “Kamu itu mabuk apa bermimpi? Anak gadis kok mau pergi tanpa tujuan. Berarti merendahkan aku, orang mengira tidak mau merawatmu.” Belum sempat Ing Nio menjawab, Babah Liong menambah- kan. “Juga, tiba-tiba kau seperti itu, apa sebabnya?” 50 T Perawan Tua “Anu...., Om. Anu...., Cim. Sebab tidak ada apa-apa. Memang tidak ada sebabnya.” Babah Liong Tjwan belum puas, lantas bertanya sedikit marah. “Bohong! Tidak akan terjadi sesuatu tanpa sebab. Jawabanmu mengambang, pasti ada yang kau sembunyikan. Tidak, aku tidak mengizinkan. Encimmu pasti juga tidak membolehkan kau pergi.” Ing Nio menata hati. Memantapkan ucapan agar tidak kentara dibuat-buat. “Jujur ya, Om, penyebabnya tidak dari rumah sini, atau tidak dari pergaulan selama di rumah ini.” “Ketika ibu masih sehat, ada singseh menemui bapak. Dia minta kami bertiga berkumpul. Dia meneliti rajah sambil geleng- geleng kepala, sesekali mendesah seperti ada beban berat. Selesai, dia membuka primbon. Berbicara kepada bapak, yang intinya kehidupan kami bertiga akan banyak marabahaya. Ibu akan sakit tiada obatnya, demikian pula bapak. Sedangkan aku diramal setelah bapak meninggal akan semakin terlunta-lunta. Ada sedikit jeda, tetapi hanya sebentar, lantas sengsara kembali. Jika aku tabah menjalani, akan bahagia di kelak kemudian hari.” Nyonya Liong Tjwan memotong, “Aku tidak percaya. Ramalan singseh tidak benar!” “Jangan memotong! Dengarkan dulu!” kata Babah Liong. “Nanti dipertimbangkan, seperti ada suatu misteri.” Ing Nio mampu bersandiwara, bicaranya sangat meyakin- kan. “Aku berkata sejujurnya, Om. Tidak dibuat-buat, Cim. Aku, ibu, dan juga bapak tidak percaya ramalan singseh ter- sebut. Meninggalnya ibu dan bapak, kuanggap memang sudah takdirnya. Jika kejadiannya sama dengan ramalan, hanya kebetul- an saja. Ramalan tentang diriku, kucoba melupakan, nyatanya juga bisa. Namun, beberapa malam berlalu, setiap malam aku terbangun karena mimpi menakutkan. Perasaanku, almarhum ibu marah-marah, menyuruhku pergi dari sini, seperti ramalan singseh. Jika tidak, hidupku akan segera berakhir.” “Aku bingung, berusaha menghibur diri. Berhasil. Tidak berapa lama bapak yang masuk kembali dalam mimpi. Tidak hanya marah- Perawan Tua T 51 marah, bapak juga menjelaskan, setiap orang telah membawa takdirnya masing-masing. Orang bijak bisa melihat hal itu dan menyarankan, jalani dengan ikhlas, jangan ada penyesalan.” Semua terbawa cerita Ing Nio. Diam, memperhatikan dengan seksama. “Aku hampir percaya, hampir minta pamit, tetapi akal- ku belum bisa menerima. Anehnya, singseh sendiri yang meng- hantui mimpi. Aku diberi tahu, keberadaanku di sini hanya se- kadar istirahat, sekarang saatnya pergi agar kehidupanku yang telah digariskan Yangkuasa segera terwujud. Hal paling mem- bahagaiakan pada setiap insan jika hidupnya seperti kehendak Tuhan. Walaupun terasa berat dan menderita, tetapi itulah yang diterima Sang Pencipta.” “Om, Encim, dan Tacik, aku masih belum percaya, belum ingin pergi dari sini. Tanpa kuduga, ibu, bapak, dan singseh masuk ke alam mimpiku bersama-sama. Waktu itu aku belum terlelap, masih dapat berpikir. Aku ingat kata orang tua, jika nyawa orang yang sudah meninggal sebelum seribu hari masih di dunia manusia, belum ikhlas meninggalkan alam dunia. Hal itu bisa berupa sayup- sayup terdengar suaranya, kejadian aneh, atau menjilma dalam mimpi.” “Ketakutanku dalam mimpi kuanggap bertemu dengan suk- ma berkelana, sukma ibu, bapak, dan singseh. Aku yakin itu benar, maka aku mohon pamit, yang tadi dianggap misteri oleh Om.” Semua terdiam, ruang tengah semakin terasa sepi. Babah Liong dan istri adanya hanya kasihan pada Ing Nio. Babah Liong Tjwan termasuk golongan tua, sangat percaya adanya sukma ber- kelana. Hatinya terharu. Nyonya Liong berkaca-kaca, merasa- kan penderitaan keponakannya. “Tragis sekali jalan hidupmu, Ing. Ke mana tujuanmu?” “Menurut kaki melangkah, Cim. Maka aku hanya membawa bekal dari Jombang juga pakaian seadanya agar tidak mendapat rintangan di jalan.” 52 T Perawan Tua Nyonya Liong semakin sedih, demikian juga Babah Liong Tjwan. Kim Lian walau dalam hati bersorak riang, tetapi ber- lagak iba. “Ing,” kata Babah Liong Tjwan. “Jika pergi ya pergi saja, tetapi jangan keluar dari Surabaya. Jika kau sakit, keluargaku dapat menjenguk. Kamu saya carikan kontrakan atau saya buatkan rumah sendiri agar ditemani pembantu yang dapat dipercaya.” “Tidak, Om!” “Jangan membantah! Perkataanku belum selesai. Tidak ada orang tua mengarah keburukan. Semua demi kebaikanmu!” “Tidak, Om. Saya tidak membantah. Terima kasih sekali, Om sangat baik padaku. Namun, maaf Om, aku tidak bisa. Jika seperti itu berarti aku tidak melanjutkan perjalanan hidupku, tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, garis kehidupan yang harus kutempuh.” “E, tidak mengira Ing Nio punya kemauan sekeras itu, tidak bisa dilunakkan. Tidak bisa dibelokkan.” Encimnya bertanya, “Bekalmu apa?” “Sudah ada, Cim. Upah yang saya terima setiap hari kutabung, sudah cukup untuk bekal hidup.” “Sebentar, kutambah!” Nyonya Liong Tjwan berdiri, hendak mengambil uang, tetapi dicegah Ing Nio. “Cim, ini saja sudah cukup. Pemberian Encim biar di sini saja, besuk jika terjadi sesuatu, ke mana kuberlindung jika tidak ke sini. Aku khawatir jika terlalu banyak membawa uang akan timbul masalah. Bertemu jambret atau aku terlalu bersuka karena banyak uang.” “Walau sedikit terimalah Ing, agar Encimmu lega.” “Tidak, Om. Dalam hidup seperti ini sebaiknya meningkat- kan kewaspadaan. Aku sudah seperti ini, semakin menderita jika menemui rintangan di jalan. Biarkan apa adanya agar tidak mengundang orang lain berbuat jahat. Jika aku terlihat gemerlap dan banyak uang, apa tidak jadi sasaran penjahat?” Perawan Tua T 53 Semua diam, merasa kalah berdebat. Segala upaya untuk menahan Ing Nio tidak berhasil. Dihalangi bagaimana pun, Ing Nio tetap teguh pendirian. Akhirnya semua mengizinkan. “Om dan Encim, kebaikanmu tak kan kulupakan. Aku yang kau anggap seperti anak sendiri, tak mampu membendung air mata, merasa berat untuk berpisah, walau tidak untuk selamanya. Aku hanya bisa berdoa pada Tuhan, semoga kebaikan Om dan Encim mendapat balasan yang berlipat ganda. Demikian pula pada Tacik, yang tidak kurang kebaikannya, semoga juga mendapat balasan seperti Om.” Terbawa perasaan, Ing Nio tidak mampu melanjutkan per- kataan. Menganggukkan kepala isyarat menghaturkan hormat, kemudian berjalan keluar sendirian membawa bungkusan. 54 T Perawan Tua Kim Lian belum puas, Ing Nio hanya pergi. Dia mencari cara, bagaimana agar King Hok menjadi benci pada Ing Nio yang dianggapnya sebagai madu. Jengkel yang terpendam, menghilangkan kesucian hati nurani. Baik buruk dianggap sama, menyimpang dari kebenaran tidak masalah, jahat dan hina dianggap baik-baik saja. Kim Lian tega nian membuat fitnah bagi Ing Nio agar dapat memutus tali cinta antara Ing Nio dan Kim Hok. Siang malam Kim Lian memutar otak agar menemukan jalan untuk mencemarkan nama baik Ing Nio. Sementara itu, King Hok seperti mendapat firasat sesuatu yang kurang baik terjadi pada Ing Nio. Mau bertanya, kurang enak hati, takut dituduh yang bukan-bukan. Detik demi detik berlalu menuju menit, jam, akhirnya siang berganti malam. Sehari berlalu, hari berganti hari, seminggu sudah Ing Nio pergi. King Hok semakin rindu pada Ing Nio. Dalam pikiran hanya ada Ing Nio. Berhari-hari hanya melamun, kadang pandangan tak tentu arah layaknya orang linglung. Ada kalanya duduk kursi, kaki bertengger di atas meja, suatu saat duduk di lantai bersandar pilar, mata tidak berkedip seperti fokus melihat sesuatu, tetapi terlihat jelas pikiran terbang ke mana-mana. Peristiwa di kamar Ing Nio selalu datang menggoda angan King Hok, hati pun perih ikut merasakan. Benar, Ing Nio tidak X. KIM LIAN BERDUSTA Perawan Tua T 55 jujur menyatakan tertarik pada King Hok, tetapi tingkah laku tidak menipu, jelas sebagai cerminan bahwa dia memendam cinta pada sang perjaka. Silih berganti pertanyaan bergelayut di hati King Hok yang tengah menahan kepedihan. “Apa guna dia menyembunyikan aku ketika Encik Liong Tjwan datang. Jika memang tidak men- cintaiku, mestinya ikhlas aku diusir, tidak menghalanginya lagi.” Suatu sore saat King Hok pulang kerja, Kim Lian tengah membesihkan kamar King Hok yang masih tetap dianggap se- bagai kekasih. “Sehat, Lian?” Sapa King Hok dengan nada hampa. “Sehat, Koh. Engkoh terlihat sedih, ada apa?” “Tidak apa-apa, hanya lelah saja.” Sebenarnya King Hok tidak ingin bertanya, tetapi karena kuatnya dorongan ingin tahu keadaan Ing Nio yang telah lama tidak keluar, demi sedikit ingin menguak, tetapi jangan sampai kentara. “Berkebalikan dengan kamu yang riang terus, terlihat semakin gemuk.” Kim Lian yang memperhatikan gerak-gerik King Hok dengan lirikan, bisa menduga arah pembicaraan. Agar mengetahui lebih jauh, Kim Lian mengikuti arus kemauan King Hok. “Mesti saja, aku sekarang punya teman.” “O, iya. Aku pernah dengar dari Encik, katanya punya ke- ponakan yang tinggal di sini. Kamu cocok tidak dengan dia?” “Cocok sih, tetapi tidak dalam segala hal.” “Upamanya apa, hal yang tidak kau cocoki? Kataya namanya Ing Nio, benarkah?” Iya, namanya memang Ing Nio. Dia pandai berbicara, itu yang kusuka. Akan tetapi, tabiatnya, entahlah, aku tidak suka.” “Mengapa?’ “Sebagai gadis Tionghoa dia ikut-ikutan cara noni-noni...... bebas berhubungan dengan perjaka Jombang. Tiap hari tanpa 56 T Perawan Tua putus selalu berkirim surat secara sembunyi-sembunyi. Yang menjadi kurir pembantu di rumah ini.” King Hok kaget tiada terkira. Tidak menyangka Kim Lian menyampaikan berita buruk tentang Ing Nio. Setelah bisa menata hati, membantah ucapan Kim Lian. “Masa? Siapa yang percaya gadis seperti dia berani melanggar adat kesopanan?” Mendengar pembelaan King Hok, hati Kim Lian tersentak. Fitnahnya belum mengena. Dia lantas tersenyum, tetapi nampak dipaksakan. “Apa tujuan menjelek-jelekkan dia, bagaimanapun masih saudara. Apa gunanya? Sudah sering aku membaca surat dan jawaban dari Jombang. Aku juga pernah melihat mereka berbin- cang di belakang rumah. Aku tidak mau mengatakan pada siapa pun, e...., tahu-tahu dia pergi tanpa pamit.” “Hai? Ing Nio pergi dari sini? Betulkah dia berperangai se- perti itu?” “Kamu tidak percaya? Apa kamu sudah tahu segalanya tentang Ing Nio? Kamu bisa mengatakan Ing Nio tidak akan berperilaku seperti itu, logikanya bagaimana? Nyatanya dia sekarang sudah tidak di sini, tanpa ucapan terima kasih pada ayah ibu, apalagi aku.” Memancing malah terpancing. King Hok salah tingkah men- dapat pertanyaan seperti itu. Memang tidak pada tempatnya jika King Hok mengelak seperti itu. “Begini, Nona. Aku tidak percaya, sebab keponakan encik, mana mungkin berperilaku kurang terpuji.” Kim Lian memang pandai bersandiwara, bisa menutupi ke- busukan hati. “Yang kau kira aneh, itu tidak aneh bagi Ing Nio. Bagiku, pantangan membuka aib seseorang, tetapi karena kau tertarik perkataanku, tertarik kisah gadis penghianat, tidak ada jeleknya aku mengatakan yang lebih terperinci,” katanya sambil tertawa. Perawan Tua T 57 “Setengah bulan yang lalu aku menemukan surat dilipat kecil di meja rias Ing Nio. Ingin sekali kumengetahui isinya. Tanpa perasaan apa-apa, surat kubuka. Intinya, sang perjaka ingin ber- temu jam satu malam. Jam setengah dua aku ke kamarnya, sudah tidak ada. Hatiku berdebar, badan gemetar, saudaraku kok ada yang seperti itu.” King Hok sudah tidak tahan. Dia yang tengah duduk di kursi malas dekat tempat tidur hampir terjatuh. Kepala seperti berputar- putar, kedua tangan segera memegangnya. Ocehan Kim Lian masih didengarkan, tidak mengira bahwa hanya omong kosong belaka. “Walau begitu aku masih senang pada dia. Aku tidak sampai hati mengatakan perbuatannya yang hina. Jika kau tidak tertarik, aku tidak akan menceritakan. Lebih jelas lagi, seminggu setelah itu, aku ke kamarnya, dia tengah menulis surat. Mengetahui kedatanganku, dia kelabakan, berusaha menyembunyikan. Malam hari kulihat kamar kosong, perkiraanku di belakang rumah seperti biasa. Ternyata benar. Dia berpegangan jeruji, lelaki tersebut juga berpegangan walau dari luar, berhadap-hadapan. Siapa lelaki ter- sebut, aku tidak tahu, hanya sosok saja yang terlihat. Mereka ber- bicara sangat mesra. Masalah ini kusimpan sendiri, ayah ibu tidak ada yang tahu. Tidak ada yang mengira, seminggu kemudian pergi tanpa pamit.” Mendengar perkataan Kim Lian, King Hok bagaikan ter- sambar petir. Hasrat hati ingin menjawab, tetapi takut terbongkar rahasianya, akhirnya hanya diam saja. “Mungkin sampai sekarang Ing Nio masih bersenang-senang dengan lelaki pujaan.” Kim Lian beranjak keluar karena telah selesai menata tempat tidur, tetapi segera kembali. “Besok jika sudah terseok-seok, baru merasakan salah jalan.... Tidak mengira jika gadis desa bisa melebihi anak perkotaan, pemuja pergaulan bebas.” 58 T Perawan Tua King Hok masih terdiam. Dalam hati berontak, tidak mem- pedulikan isi pikiran. Tidak percaya, bagaimana logikanya, Kim Lian tidak mengetahui perasaannya. Menjelek-jelekkan Ing Nio di depannya dianggap tanpa pamrih? Kim Lian berlalu, King Hok bergumam, “Apakah mungkin, Ing Nio bertingkah senista itu? Aku tidak percaya, tetapi .....?” Alis mata berkerut, dahi dipukul dengan telapak tangan, layak- nya mengusir rasa mendongkol. Gigi gemerutuk sambil berbicara sendiri. “Anak Jombang seperti jantan sendiri. Hmmm...., saya lupa tanya Kim Lian, siapa anak Jombang yang sok jago itu. Jika tahu nama dan alamat, oooo...., bukan King Hok; jika aku tidak bisa menghajar si keparat yang telah berani merusak harga diri Ing Nio, juga merusak ikatan cintaku.” Diam. Napasnya terengah-engah walau tidak sedang berlari atau membawa beban berat. Setelah agak nyaman, kembali ber- kata, “Siapa dapat mengira jika anak pendiam, halus tutur kata seperti dia mau berbuat terlaknat? Baru melihat cara berjalan, nada bicara dan perilaku, tidak masuk akal jika kekasih hatiku berbuat seperti itu.” “Tidak! Pasti tidak! Walau ada setan belang sehari tujuh kali mengatakan kejelekan Ing Nio, aku tetap yakin dia masih suci murni. Bumi dan langit jadi saksi, jika aku masih punya kulit dan daging, tidak akan berpaling, walau dia telah berbuat tercela.” Perawan Tua T 59 Hati King Hok berkecamuk bagaikan diaduk-aduk. Semalaman gelisah, tidak bisa tidur. Duduk, diam mematung, mata jelalatan, kadang berbicara sendiri seperti orang kehilangan ingatan. Tidak aneh jika baru seminggu saja telah banyak perubahan. Semula nampak kekar, sekarang kelihatan kurus kering. Wajah yang semula kencang bersinar kini nampak cekung, kempot, membuat takut anak kecil. Menakutkan lagi jika membelalak, bola mata terlihat semua. Kim Lian yang sudah sangat terbiasa pun ada rasa takut dan sangat khawatir. Dulu selalu rajin, tidak pernah absen bekerja. Sekarang se- maunya sendiri, sehari masuk sehari tidak, hanya bermalas- malasan di kamar. Ada kalanya siang sudah pulang dan tidak kembali. Akhirnya jatuh sakit dan tidak dapat masuk kerja lagi. Kata orang, King Hok sering sakit mendadak, mendadak sakit. Mudah pingsan, tidak sadarkan diri. Hati Kim Lian tidak karu-karuan. Banyak dokter didatangkan untuk memeriksa dan mengobati King Hok, tetapi nihil, tidak ada yang berhasil, bahkan penyakit- nya pun belum ditemukan. Mungkin jenis penyakit langka yang belum ada di dunia kedokteran. Ada yang mengatakan peredar- an darah kurang lancar, ada yang bilang karena kecapekan, ada yang terang-terangan tidak tahu. King Hok dapat terlelap tidur hanya setelah disuntik. Suntik berdasar kesepakatan para dokter yang memeriksa. XI. KIM LIAN BERTERUS TERANG 60 T Perawan Tua Suatu hari, wajah King Hok terlihat segar, seperti orang sehat, duduk, celingukan, seperti ada yang dicari. Saat melihat Kim Lian dengan rambut acak-acakan menunggui di dekat ran- jang, King Hok berkata ringan. “Kim Lian, sudah saatnya aku jujur, menyatakan isi hatiku. Sebenarnya aku.... tidak cinta.... padamu. Benar aku dulu pernah menyentuhmu, tetapi itu tidak keluar dari hati, kekuatan iblis yang merasuki jiwaku. Kebaikanmu merawatku ketika sakit membuat- ku terlena. Aku kalah melawan iblis hingga melakukan perbuatan tercela. Jika ingat waktu itu aku menyesal, kau tentu tidak heran jika sejujurnya...... aku memang tidak mencintaimu. Jadi, harapan- mu untuk menikah denganku, buang saja. Pasti tidak akan ter- laksana.” Kim Lian berdiri, tidak terasa kaki mundur beberapa langkah. Apa yang didengar bagaikan di alam impian. Jika tidak terjadi di kamar King Hok, Kim Lian tidak akan percaya. Dalam hati bertanya, King Hok sudah gila atau hanya mengigau saja? “O, sepertinya kau tidak percaya? Kau kira aku mengigau? Meracau? Tidak! Aku tidak mengigau, tidak meracau. Aku me- ngatakan yang sebenarnya, tanpa ditutup-tutupi. Ketika kucoba mengingkari nurani, hatiku seperti terpenjara. Ketahuilah, di ba- wah langit di atas bumi, tiada yang kucintai kecuali seseorang...., yaitu Ing Nio. Lainnya itu, sama sekali tidak ada ..., Lian! Jadi, aku sakit karena memendam masalah ini. Tidak kuutarakan karena takut melukai perasaanmu.” Untung saja Kim Lian tebal muka. Mendengar ucapan King Hok yang menghantam telinga, tetap tenang. Tidak pingsan, tidak gemetar. Sebenarnya telah tahu bahwa King Hok tidak tertarik padanya. Sekedar basa-basi, tetapi juga tidak mengira King Hok akan melempar kata-kata setajam itu. “Seupama... dulu... aku tidak malu mengatakan... rasa hati- ku yang sesungguhnya... kiranya.... aku tidak terbaring lemah seperti ini. Sejak kudengar.... Ing Nio pergi dari sini..., ingin Perawan Tua T 61 mengikuti..., ingin mencari..., tidak bisa ditunda..., tetapi karena malu dan takut padamu..., keinginan itu kukekang semampu- ku.... Ternyata... kekanganku... menggugah... ingatanku... pada dia..., sampai..., siang malam... anganku hanya kepada Ing Nio.... Itu... sebabnya, Lian...! aku jadi menderita..., sakit ragaku..., seperti ini rasanya.” “Aku menyesal...., tidak terselesaikan sejak dulu.... Cintaku telah mantap hanya pada dia..., tidak akan pernah berubah..., mengapa aku tidak berterus-terang kepadamu...? Betapa bodoh- nya aku!” Kim Lian cuek. Bicara panjang lebar seperti itu hanya dijawab, “Kau itu sakit parah, wajar jika meracau. Dokter bilang, kau harus istirahat, menenteramkan pikiran.” “Tidak..., aku tidak mengigau, Lian....! Masih ada kelanjutan- nya.... Lian..., perkataanku itu..., dan kelanjutannya ini..., juga sudah lama..., akan kukatakan padamu. Permintaanku..., mulai hari ini..., kamu jangan..., perhatian padaku seperti yang lalu, dan... jangan kau anggap calon suamimu, cukup kau anggap aku King Hok pada umumnya... Keinginanku..., jika sakitku telah sembuh..., aku akan undur diri dari pekerjaan..., akan mencari Ing Nio..., kekasih hatiku..., sampai ketemu....” “Bagaimana bisa, jelas Ing Nio tidak cinta kamu, mengapa rela berkorban demi dia? Dia pergi dengan selingkuhan, itu artinya tidak cinta kamu!” “Tidak....! walau kau mengatakan pergi dengan selingkuh- an...., walau semua orang juga mengatakan pergi dengan laki- laki lain..., tetapi aku yakin..., jika sampai hari ini.., dia selalu menantikan ..., aku. Aku percaya... dia masih murni..., masih suci, dan juga hanya aku..., yang menjadi tambatan hati.” “Bagaimana bisa tahu, Ing Nio cinta padamu?” “Sebab..., sebab jika bertemu dengan..., aku nampak sangat memperhatikan... perhatian seperti itu..., lebih bermakna dari- pada indahnya kata-kata.” 62 T Perawan Tua Siiiiiiirrrrrrr..., hati Kim Lian bagai tersayat sembilu. Gadis dilanda asmara, mengharapkan percintaan abadi, ternyata di- penggal di tengah jalan. Jika tidak malu, Kim Lian akan berteriak histeris. Kim Lian beranjak pergi membawa hati remuk redam hancur berantakan. Sepeninggal Kim Lian, tanpa henti King Hok menyalahkan diri sendiri. Sembari memukul-mukul dada. Menyesal, mengapa tidak segera pamit dan menyusul Ing Nio. “Hai..., jadi aku ini..., penakut..., tidak punya keberanian. Jika tidak mau mati..., seperti ini..., kira-kira..., aku pasti belum..., berani mengutarakan isi hatiku pada Kim Lian... Jelas..., ke- beranianku karena takut mati.” “Sekarang aku sudah lega. Jika aku sudah sembuh..., aku akan berhenti bekerja..., akan kucari Ing Nio.... Biar aku dikata- kan gila..., tak masalah.... O, jika memang nyata..., Ing Nio jadi anak murahan pada laki-laki..., lebih baik..., aku pergi dari tanah Jawa..., entah ke mana!” Keesokan hari, sakit King Hok semakin parah. Mata melotot tak berkedip, selalu melihat ke atas. Sebentar-sebentar tak sadar- kan diri, membuat ketakutan yang menjaga, terlebih Kim Lian. Babah Liong Tjwan beserta istri tak kalah susah karena King Hok sudah dianggap seperti anak sendiri. Berapa pun biaya di- keluarkan demi kesembuhan King Hok, tetapi sayang belum menampakkan hasil. Melihat sakit King Hok semakin mengkhawatirkan, para dokter kebingungan. Tidak mampu menemukan cara lain untuk me- nyembuhkan, akhirnya menyerah juga. Mengetahui para dokter bersikap demikian, pandangan Kim Lian berkunang-kunang, badan sempoyongan, kesadaran ber- kurang, ujung-ujungnya pingsan. Ketika siuman, ternyata sudah di kamar, hanya ayah ibu yang menemani. “King Hok sudah mati? Apa mau mati? O, Tuhan, mati karena aku. Jika memang harus mati, lebih baik aku dari- Perawan Tua T 63 pada dia. Koh King Hok, cintaku padamu tanpa banding. Aku rela jadi tumbal asal kau selamat. Mengapa kau tidak membalas cintaku? Ya Tuhan, lindungilah aku.” Selesai berkata demikian, Kim Lian bangun; meronta, me- lepaskan tangan ayah ibunya yang berusaha menahan, bergegas mendekati King Hok yang telah terbujur bagaikan mayat. Pundak King Hok dipegang, digerak-gerakkan. “Koh! Koh! Koh King Hok, jangan mati..., jangan mati, Koh! Aku cinta kamu..., tulus iklas aku jadi korbanmu, asal kau jangan mati! Duhai, kekasih hatiku...!” Walau terasa sangat berat, King Hok mampu membuka pe- lupuk mata. Dengan sangat berat dapat berucap, tetapi terputus- putus. “I n g N i o ! I n g N i o !” Kim Lian kecewa, tetapi lega. Lega karena King Hok belum terlanjur meninggal, kecewa karena King Hok meracau me- manggil Ing Nio. Kim Lian semakin sadar, karena perbuatannya orang lain celaka, nyawa nyaris melayang, padahal dia orang yang diimpikan. Bingung, sedih, putus harapan. Apa harus memper- tahankan King Hok? Jelas tidak mungkin. King Hok tentu akan mati jika tidak bertemu Ing Nio. Harus bagaimana? Ada dua pilihan, mengiklaskan King Hok bersanding dengan Ing Nio; atau tetap mempertahankan King Hok, sama artinya tega melihat mayat King Hok. Dilema, bagaikan makan buah simala- kama. Jika menuruti nafsu, kekasihnya akan menjadi mayat. Jika tidak, King Hok selamat, tetapi akan bersama wanita lain. Untung, kesucian jiwa berbisik. Akhirnya Kim Lian menga- lah, mengiklaskan King Hok menjadi suami orang lain. Sebagai penghibur, tidak bisa bersanding, tetapi masih bisa memandang, daripada tidak dapat bersanding dan tidak dapat memandang. Selesai Kim Lian berinteraksi dengan gagasan sendiri, terlihat King Hok ingin duduk, memberi isyarat pada Kim Lian agar membantu menumpuk bantal sebagai sandaran. Kim Lian 64 T Perawan Tua disuruh mendekat. Dengan terbata-bata dan penuh perjuangan, King Hok mengutarakan isi hati. “Kim Lian... kau lihat..., sendiri..., sekarang aku..., hampir mati.... Apakah kamu masih bisa berbuat baik kepadaku lagi..., Lian?” Tangis Kim Lian tidak dapat ditahan, air mata bercucuran membasahi pipi. Hati bagai tertusuk duri mendengar ucapan, aku sudah hampir mati. King Hok yang dicintai melebihi cintanya pada diri sendiri ternyata akan meninggalkan indahnya dunia. Suara King Hok yang layaknya sebagai wasiat, mencabik-cabik perasaan. Sambil mengusap air mata Kim Lian menjawab, “Oh, Koh King Hok..., tidak ada kesenangan kecuali berbuat baik kepada- mu, Koh.... Katakan, apa permintaanmu..., nanti kuturuti..., walau harus sampai pucuk gunung sekalian!” King Hok menjawab pelan, tetapi bukan seperti kemauan sendiri. “Syukur Lian..., permintaanku tidak sepele, tetapi sangat mudah. Aku hampir mati. Kamu juga tahu..., kan, Lian. Jika aku..., mendekati ajal ...? ketahuilah..., aku belum ikhlas mati... jika belum mendengar kepastian darimu... tentang kebohonganmu... telah menceritakan kejelekan Ing Nio.... Coba, Kim Lian... jujurlah padaku... masalah Ing Nio itu nyata atau tidak?” Permintaan King Hok bagaikan menampar muka Kim Lian; tentu tidak dapat menjawab seketika. Dia tidak mengira men- dapat pertanyaan demikian. Hatinya dalam persimpangan. Tim- bul gagasan, semua harus selesai. Berterus terang agar yang tengah menghadapi kematian merasa puas sehingga nyawa terlepas bagaikan anak panas melesat dari busur. King Hok memandang tak berkedip. Tangan digerakkan, memegang tangan Kim Lian. “Kasihanilah..., orang yang akan meninggal.... Kim Lian; katakan sejujurnya... kamu berbohong....? katakan... jika sesungguhnya Ing Nio... gadis.... suci. Kim Lian.... aku dapat firasat... jika kepergian Ing Nio... dari sini... hanya Perawan Tua T 65 karena menyingkir, jadi tidak pergi.... Kamu tahu kan...? Jika firasat yang diterima.... orang yang akan mati itu... bisa dipasti- kan benar...; sebaiknya... akuilah... jika perkataanmu... tentang Ing Nio itu... bohong semua.... Demikian, Lian... jika kau benar cinta... kepadaku, cinta yang suci... tidak dari hawa nafsu.” Kim Lian masih belum dapat menjawab. Masih ada perang batin antara nafsu dan nurani. Nurani selalu mengingatkan, jika Kim Lian benar cinta pada King Hok, tentu mau merendahkan diri, atau mau meluruskan kesalahan yang telah ditunjuk King Hok. Nafsu masih menentang. Jika mengakui kesalahan, nanti tidak akan menikah dengan King Hok, yang telah lama diimpikan. Selama ada perang ramai antara nafsu dan nurani di hati Kim Lian, King Hok terus memandang tanpa berkedip. Melihat Kim Lian kebingungan, King Hok yakin bahwa firasat yang diterima- nya itu benar. Jadi, kepergian Ing Nio karena mengalah, tidak bisa dibantah lagi. Demikian keyakinan King Hok. Lama tidak mendapatkan jawaban, King Hok berkata, “Jika memang kau... cinta padaku... Lian..., mengapa kau tak mau... membuat senang hatiku... padahal kamu tahu... jika aku hampir mati. Sungguh, Lian... lepasnya nyawaku... tidak bisa... seperti lepasnya anak panah... jika belum mendapat keterangan... yang sesungguhnya... tentang kesucian Ing Nio... bersih suci.... bagaikan kapas.... yang dicuci.... Apa kamu sungkan... o, orang akan meninggal itu pemaaf. Seberapa besar dosamu padaku.... dan pada Ing Nio..., telah kumaafkan, Lian!” Hening. King Hok tidak lagi bersuara. Yang terdengar hanyalah tangisan Kim Lian dengan tangan masih tergenggam King Hok. “Koh, sebesar apa pun salahku..., aku minta maaf!” Kim Lian memulai percakapan. “Iya, Lian... telah kumaafkan... Setelah aku memaafkanmu, terimalah ucapan terima kasihku... Aku merasa berutang budi... 66 T Perawan Tua padamu. Perhatianmu dari dulu hingga sekarang... aku tidak akan... dapat membalas..., kecuali Yang Mahakuasa.” Kamar kembali sepi. Kim Lian kembali berujar setelah mam- pu menguasai diri. Lancar, tidak terputus-putus. “Koh King Hok!” “Apa?” “Karena sakitmu karena aku, maka aku yang harus berusaha agar sembuh!” “Bagaimana... usahamu..., Lian?” “Ing Nio akan kucari agar menungguimu, semoga menjadi obat bagimu!” “Apa... masih... bisa... ketemu..., Lian?” “Ya harus kutemukan. Aku tidak akan pulang jika tidak ber- sama Ing Nio. Kamu berusaha kuat ya, Koh!” King Hok tidak kuasa menjawab, hanya mengangguk, tak terbentung air mata bercucuran. “Kim Lian... jika kau berkenan... cintamu padaku... tetap cinta antarsaudara... aku saudaramu laki- laki... kau saudaraku perempuan... Saudara untuk selamanya... sampai akhirat.... seperti saudara kandung.... seayah ibu.” Kim Lian tidak mampu berkata-kata. Tak kuasa berlama- lama berada di kamar, akhirnya segera melangkah pergi mem- bawa gundah gulana hati. Perawan Tua T 67 Keluar dari ruangan King Hok, Kim Lian langsung masuk kamar. Hati bertekad bulat akan mencari Ing Nio saat ini juga. Selesai berkemas, mohon izin kepada kedua orang tua. “Ayah ibu, aku mohon restu. Hari ini aku akan mencari dukun yang bisa menyembuhkan King Hok. Mohon doanya semoga segera bertemu.” Ayah ibunya terkejut bercampur heran mendengar perkataan Kim Lian. Serasa bukan Kim Lian yang berbicara. “Dukun? Dari mana kau tahu tentang dukun itu? Apa bisa menyembuhkan King Hok? Dokter spesialis se-Surabaya saja sudah menyerah.” “Tidak hanya se-Surabaya, sedunia pun tidak akan dapat mengalahkan dukun yang kumaksudkan.” Ibunya menyela, “Coba beritahu, siapa dukun yang kau maksud?” “Tidak lain kecuali Ing Nio.” “Ing Nio? Kau sedang mengigau tertular King Hok?” “Tidak! Begini ceritanya. Besar cintaku pada King Hok tak terhingga, maka aku rela berkorban jiwa raga demi dia. Ternyata King Hok cinta Ing Nio, bukan aku. Karena cintanya, lebih baik mati daripada tidak beristrikan Ing Nio. Penyesalanku tidak dapat ditebus dengan apa pun. Menyesal karena aku telah ber- dusta menuruti keserakahan. Aku tahu jika King Hok memang kasmaran pada Ing Nio. XII. KIM LIAN MENCARI ING NIO 68 T Perawan Tua Semenjak Ing Nio di sini, Engkoh seperti orang linglung. Setiap hari duduk terbengong, beberapa jam bisa mematung. Rasa dengkiku timbul, benci pada Ing Nio. Aku selalu sinis dan marah, sampai akhirnya Ing Nio mengalah, pergi dari sini. Kepergian Ing Nio membuat King Hok jatuh sakit, sampai seperti mayat. Meng- ingat aku dosa besar, dosa membuat orang pergi, dosa membuat orang akan mati, apa tidak seharusnya aku menebus dosaku itu? Aku merasa wajib menebus. Saat ini juga! Aku mohon pamit mencari Ing Nio sampai ketemu, akan kuserahkan pada King Hok agar menjadi obat. Memang hanya itu obatnya, pertemuan Koh dan Nio, selanjutnya menjadi suami istri.” Tuan Liong Tjwan geleng-geleng kepala. Mau mengatakan gila, kata-katanya runtut, mau percaya rasanya aneh seperti dongeng. “Apa kau tahu di mana Ing Nio sekarang? Kembali ke Jom- bang ikut ibu tiri, tentu tidak. Saudara hanya kita, mau kau cari di mana?” “Entah aku tidak peduli. Aku mau mencari sampai ketemu.” “Tabu, gadis pergi seorang diri. Menyuruh orang saja, berapa biayanya, kubayar!” “Tak kan ada orang yang dapat menemukan, kecuali aku. Tidak apa-apa, ini penembus dosaku. Jangan kau halang-halangi, tekadku telah bulat. King Hok akan mati karena perbuatanku, maka juga harus hidup karena perbuatanku.” Babah Liong Tjwan suami istri sudah tahu watak Kim Lian. Dihalangi tetap aku pergi, maka diizinkan juga. Setelah diberi bekal, Kim Lian pergi seorang diri. &&& Jombang, tempat ibu tiri Ing Nio yang pertama kali didatangi, tetapi tiada hasil. Ibu tiri Ing Nio bahkan tidak tahu kabar setelah Ing Nio pergi dari rumah. Di Jombang Kim Lian menginap dua hari sambil mencari keterangan tentang Ing Nio. Berbagai data telah dipaparkan, tetapi tidak ada yang menemukan. Perawan Tua T 69 Dari Jombang Kim Lian melanjutkan ke Kediri, Kertasana, Madiun, tetap belum dapat melacak. Pernah mendapat telegram dari orang suruhan, di Pare ada orang yang ciri-cirinya persis Ing Nio. Kim Lian segera mencari kebenaran, ternyata hanya mirip saja. Kim Lian lantas mencari di Malang, Jember, juga tempat lain ternyata belum ketemu juga. Orang-orang yang dia suruh, tidak peduli apa-apa, tidak malu mengelabui Kim Lian agar mendapat upah banyak. Aji mum- pung, memanfaatkan peluang demi keuntungan. Kim Lian tanpa perhitungan. Berapa pun uang dikeluarkan demi menemukan Ing Nio. Berulang-ulang tertipu, datang dan tidak bertemu, tetapi tidak jera. Di mana ada informasi, selalu didatangi. Kuatnya tekad, beberapa hari, beberapa minggu mencari, tetap belum ketemu. Hampir semua kota, desa, dan tempat-tempat terpencil didatangi, serta banyak keluar uang demi orang suruh- an. Seandainya kepergian Kim Lian hanya ingin mendapatkan upah murah, tentu sudah menyerah. Kim Lian tidak demikian. Dia pergi karena cinta pada King Hok dan untuk menebus dosa, maka pantang berputus asa. Walau telah banyak mengorbankan waktu, tenaga, dan biaya, tetap bersemangat, suatu saat nanti dapat menemukan Ing Nio. Demikianlah kekuatan cinta. Ada kalanya uang dan kekuasa- an tidak dapat mengatur orang, tetapi tidak dengan cinta. 70 T Perawan Tua Kisah Ing Nio. Ing Nio pergi dari rumah Babah Liong Tjwan memang hendak menyingkir dari keramaian. Menjauh dari King Hok, sang kekasih, serta dapat melupakan hal yang tidak menge- nakkan ketika ikut Babah Liong Tjwan. Ketenteramanlah yang dicari. Sungkan berkumpul dengan orang kaya yang rata-rata terlena nikmat dunia, tidak memeduli- kan perbuatan nista, madya atau utama. Menurut Ing Nio hal demikian akan mendatangkan kesulitan, maka harus dihindari. Setelah pergi dari rumah Babah Liong Tjwan di Surabaya, Ing Nio memilih tinggal di pedesaan yang warganya bisa hidup rukun, tidak ada rasa jahil, iri, dan dengki. Ing Nio menjadi orang Grati, hidup mengikuti di alam (tradisi) pedesaan. Uang yang dikumpulkan ketika di Surabaya dibuka, menyewa rumah kecil untuk membuka warung. Berjual- an rokok kretek, korek, sabun, gula, kopi, teh, jamu, dan lain sebagainya yang sekiranya laku di situ, dapat untuk menyam- bung hidup. Ing Nio hanya membawa beberapa baju bekal dari Jombang. Baju pemberian Babah Liong Tjwan yang berupa kimono jempol, kebaya dan juga sarung yang berharga mahal, tidak dibawa agar tidak menjadi pembicaraan atau diungkit-ungkit kebaikan yang telah ditanam. Walau sekedar bedak atau minyak wangi yang sebenarnya sayang jika ditinggal, tetap tidak dibawa. Yang dibawa hanya XIII. ING NIO BERTEMU KIM LIAN Perawan Tua T 71 satu, foto King Hok, yang didapat secara sembunyi-sembunyi. Sesampai di Grati foto tersebut dipotong, disisakan bagian kepala, kemudian dimasukkan ke dalam kalung perak. Batinnya, “Tidak mendapatkan orangnya, asal ada fotonya sebagai pengobat rindu.” Semenjak Ing Nio membuka warung di Grati, setiap harinya dapat memperoleh laba paling tidak serupiah sampai dua setengah rupiah. Sungguh, Tuhan mencukupi kebutuhan hamba-Nya. Dengan keuntungan tersebut Ing Nio bahagia hidupnya. Hidup sederhana, tidak mempunyai keinginan muluk-muluk, kecuali makan dan berpakaian seadanya. Grati terkenal dengan telaga yang sangat indah. Setiap hari Minggu banyak warga Tionghoa dan Eropa yang datang berlibur. Saat itu Ing Nio sering melihat pasangan remaja berduaan, mesra bergandengan tangan. Ing Nio hancur hatinya, air mata bercucur- an, merasa bernasib sial. “Setiap orang dapat merasakan enak hidupnya, kecuali aku yang diciptakan sengsara seperti ini. Hmmmm!” “Mengapa demikian roda kehidupan manusia. Yang senang semakin senang, sebaliknya yang susah kiamat setiap hari, selalu tambah kesedihan. Seperti aku yang dari kecil ditakdirkan hidup sengsara, miskin, belum juga mendapat imbalan, masih ada hu- kuman Tuhan yang harus kujalani. Saat ini aku tengah memper- oleh teguran karena masalah cinta, cintaku pada si anu.... O, Tuhan. Koh King Hok, Koh King Hok! Jika aku boleh mengaku mencintaimu tanpa mengganggu perjalanan cinta Tacik Kim Lian. “Ooo.., sudah lama aku bersimpuh di depanmu, memeluk lututmu serta bilang, bagiku di dunia ini hanya ada satu lelaki, yaitu dirimu.” “Aku takut melakukan itu, mengingat bagaimana nanti Tacik yang lebih dahulu bertemu denganmu, lebih dahulu mencintai- mu, jadi tacik juga yang lebih dulu menikah denganmu. Artinya, aku tidak mendapat bagian memilikimu.” 72 T Perawan Tua Jika pemikirannya sampai di situ, Ing Nio lantas sesak napas. Bisa lega sementara setelah keluar tangisnya. “Tidak masalah aku sengsara, kujalani sendiri kesedihanku. Tacik memang lebih terhormat, lebih kaya daripada aku. Menikah dengan Tacik, berarti Koh King Hok menjadi hartawan, serba berkecukupan. Untuk menghibur diri, Ing Nio berbuat kebaikan pada ma- syarakat sekitar, ramah kepada warga. Karena sikapnya tersebut Ing Nio menjadi betah, disayang semua orang, dan mengalir kata sanjungan. Tidak sedikit anak kecil yang cinta dan sayang pada Ing Nio karena sifatnya yang keibuan. Ketika Ing Nio menggendong bayi atau anak kecil yang diajak ke warung, tidak jarang menjadikan- nya menangis tersedu. Kadang baru memegang, baru memangku, sudah berkaca-kaca karena merasa mungkin juga terlanjur tidak mempunyai keturunan. Pernah Ing Nio berkata kepada orang yang tengah mengasuh anaknya. “Tampan, lucu, siapa orangnya yang tidak suka. Berun- tung kau Bibi, punya anak laki-laki seperti ini. Jika sudah besar membalas budi orang tua, menjunjung nama baik orang tua. Kamu akan bahagia, badan sehat, karena dirawat anak-anakmu, Bibi. Anak ini sepertinya sabar dan pengertian pada orang tua.” Bibi yang tidak tahu latar belakang Ing Nio, asal menjawab. “Sudah tahu, anak ya seperti itu, mengapa tidak mau menikah?” “Tidak ada yang mau kok,” jawab Ing Nio merendah. “Apa iya? Aku dengar percakapan para pemuda yang motor- an di pinggir telaga, asyik membicarakan dirimu.” Ing Nio tersenyum hampa. “Apa menikah itu dengan motor, perhiasan atau harta benda?” Sampai di situ anak yang diajak menangis, digendong lagi oleh Ing Nio, disayang-sayang agar diam sambil jalan kian ke- mari. Perawan Tua T 73 Demikian kehidupannya di masyarakat, tiada henti menebar kebaikan, bertutur kata lembut, memegang teguh tata krama. Banyak orang mengatakan, Nyonyah itu sudah Jawa. Semakin hari Ing Nio makin betah di Grati. Dia berjualan sambil menerima jahitan dari orang-orang sekitar. Pengerjaannya halus, rapi, memuaskan sehingga mendapat imbalan yang layak, dapat untuk menambah sewa rumah. Hati senang, badan Ing Nio pun ada perubahan. Makin gemuk, raut wajah tidak lagi pucat. Bahkan, kuning kemerahan, bentuk bulat karena padat berisi. Postur tubuh yang tinggi, lincah, menambah kecantikan Ing Nio. Pipi dan bibir serasi kemerahan. Kulit halus bagai sutera membuat kesan manis makin berlipat- lipat, sekalipun tidak terbungkus baju yang bagus dan mahal. Terlebih ketika pagi hari, Ing Nio menjahit di depan pintu, rambut tergerai di pundak, orang yang melihat tiada yang tidak berdecak kagum, memuji kecantikannya. Di Grati, Ing Nio bekerja tidak untuk mengejar kesenangan, tidak untuk menumpuk harta; sekadar untuk dapat bertahan hidup, membuat hati lebih puas dan tenteram. Ing Nio mencoba menghibur diri agar tidak berkutat me- mikirkan garis kehidupan. Keperluan makan dimasak sendiri, kebutuhan rumah tangga dicukupi sendiri. Bahkan, mencari naf- kah pun sendiri, demi hidup yang sederhana, tidak bermewah- mewahan. Bagi Ing Nio yang telah pasrah menerima keadaan, apa yang dicari? Lelaki pujaan hati telah lepas. Patah hati membuat hidup tiada berarti. Jika berbusana serba wah, berdandan glamour, sudah tidak perlu sebab sudah tidak ingin pria lain dan juga tidak berharap ada pria yang menginginkannya. Menurutnya, hidupnya bagaikan kertas yang telah dicorat-coret, tidak perlu dirawat. Tujuannya hanya agar hidup tenteram, rukun dengan tetang- ga. Selain itu, dapat berbuat kebaikan dengan ringan tangan 74 T Perawan Tua menolong tetangga yang membutuhkan serta bertutur kata yang menyejukkan. Semua itu dilakukan Ing Nio tanpa pamrih. &&& Suatu hari saat Ing Nio di depan pintu melihat rerumputan hijau yang basah oleh embun pagi, terlihat motor lewat di depan rumah. Penumpang seorang perempuan, tanpa sengaja beradu pandang. Motor berhenti, sedikit ditarik mundur. Kaget tak terkira, motor tersebut berhenti tepat di depan Ing Nio berdiri, dan ternyata Kim Lian yang duduk di atas jok motor. Ing Nio tertangkap basah, akan menghindar sudah tidak memung- kinkan. Terpaksa menanggapi walaupun dengan setengah hati. Kim Lian turun, melompat mendekat. “Ing Nio! Kamu kok di sini?” Mustahil Ing Nio bermimpi dicari Kim Lian. Dalam hati ber- tanya, apa tujuannya? Sekadar singgah? Aneh! Dianggap musuh, mengapa mesti dicari? Apakah akan melanjutkan permusuhan? Ing Nio bingung sendiri. Pertanyaan ini selalu muncul, bingung tak terbendung sebe- lum mengetahui tujuan Kim Lian. Lama Ing Nio tak mampu mengucap sepatah kata walaupun tahu Kim Lian datang dengan wajah gembira, jauh dari kesan marah. Ing Nio dipegang, diajak bicara. “Nio, aku mencarimu keluar masuk kampung, semua tempat kudatangi, ternyata kau ada di sini. Tidak kusangka, Nio, jika kau mencari kesenangan di desa sepi, terpencil seperti ini.” Ing Nio menjawab perlahan, “Benar, Cik! Tempat ini memang sepi. Sepi dari keramaian, sepi dari keangkaramurkaan. Tidak seperti di kota besar penuh iri dengki dan kepalsuan. Maka dari itu Cik, aku pilih menyingkir ke desa yang warganya rukun, gotong-royong sebagai sumber hidup tenteram, jauh dari ke- batilan.” Mendengar jawaban Ing Nio, Kim Lian seperti tertampar, tetapi tidak dirasakan. “Anggapanmu seperti orang bertapa, men- cari tempat yang sepi ya, Ing?” Perawan Tua T 75 Ing Nio tersenyum lantas menjawab, “Kepergianku ke sini memang menjauh dari kota yang penuh tantangan, setiap hari penuh fitnah, menebar kebencian, berjiwa serakah dan tega ber- buat kejahatan. Aku bosan hidup di lingkungan seperti itu. Aku senang bersama orang yang tidak banyak mulut, tidak menuruti hawa nafsu.” “Hidupku sekarang mencari kebahagiaan yang hakiki ber- sama orang-orang berhati bersih. Aku bosan dengan orang ber- perilaku nista.” “Siksaan hidup kurasakan sejak lahir tidak berkurang, bah- kan semakin tambah, semakin berat, tambah celaka ketika ibu meninggal dunia. Perkiraanku, celakaku sudah habis, ternyata masih tambah lagi ditinggal bapak. Aku sampai beranggapan, hidup itu siksaan, hidup hanya akan menerima kemarahan Tuhan. Seperti rasa hatiku ketika dihajar, diinjak seperti cacing, ditendang bagaikan anak anjing, dan akhirnya aku diusir ibu tiri. Tanpa dosa maupun masalah, mengapa mendapat laknat seperti itu? Siapa orangnya yang tidak sedih, tidak patah semangat? Bahkan, aku harus menderita lagi, tidak ada hujan tidak ada angin, aku terpuruk dalam penderitaan, karena kau usir dari rumahmu sampai tempat ini.” “Dalam hati aku berjanji, jika lupa ingatkanlah, jangan sam- pai aku hidup bersama orang yang terlena dengan kesenangan dunia. Menerima keadaan sampai mati, hidup tenteram saling bahu membahu seperti yang kualami saat ini.” Hati Kim Lian bagai teriris sembilu, terharu mendengarkan penderitaan Ing Nio. Merasa berdosa besar karena rasa iri dapat menyingkirkan Ing Nio dari keramaian. Tidak mengira jika hal tersebut membuat Ing Nio meninggalkan kesenangan dunia. “Ing Nio, perkataanmu membuatku gundah gulana, pedih perih bercampur haru. Kusadari betapa besar salah dan dosaku padamu. Oleh karena itu, sesegera mungkin aku mencarimu untuk mengakui kesalahan dan minta maaf. Sebagai tanda maafmu, 76 T Perawan Tua kau harus mau kuajak ke Surabaya, kembali berkumpul dengan- ku.” “Terima kasih banyak, Cik. Masalah maaf cukup sama-sama, saling memaafkan. Tentang ajakan Tacik untuk ke Surabaya, yang memang karena keluhuran budi, maaf, aku belum bisa. Tacik jangan mempermasalahkan keberadaanku, sebab aku sudah puas dan senang tinggal di sini.” “Ing Nio, tadi kau bilang, suka tolong-menolong, membantu sesama ciptaan Tuhan. Jadi, mestinya kau juga tidak mengelak membantu orang yang hampir menemui ajal. Sebetulnya, ke- datanganku ini selain membayar kesalahan, saya juga mau minta tolong agar kau mengobati saudaraku yang sedang sakit keras. Nio..., hanya kau yang bisa menyembuhkannya.” Ing Nio setengah tidak percaya. Kim Lian kembali melanjut- kan perkataan sambil berkaca-kaca. “Sungguh Nio, aku tidak ber- canda. Ketika aku tertidur saat menjaga saudaraku itu, aku men- dapat firasat, tidak ada orang yang bisa menyembuhkan kecuali dirimu.” Ketidakpercayaan pada Kim Lian hilang, berubah menjadi rasa heran. “Sudahlah Ing, jangan khawatir atau tidak enak hati. Ayo segera ikut aku, terlalu lama dia menunggu, terlalu lama merasa- kan penderitaan. Kau orang suci, semestinya tidak tega melihat mayat, jika tahu dia bisa sembuh karenamu.” “Bagaimana bisa, Cik? Sama sekali aku tidak tahu tentang pengobatan. Aku hanya tahu cabe puyang untuk jamu pegal linu, beras kencur bagi yang kedinginan. Coba, apa yang harus kulaku- kan untuk mengobati orang hampir mati?” “Jika yang kau ketahui hanya itu, pilih salah satu. Tuhan mem- beri petunjuk yang mampu menyembuhkan saudaraku hanya kamu, mana mungkin Tuhan ingkar janji?” “Sejujurnya, siapa yang sakit?” Perawan Tua T 77 “Oo, kamu belum tahu? Keponakan ayahku, putranya Om. Sudahlah, jangan banyak kata, waktu sangat berharga. Segeralah ganti baju, pakai jaket, berangkat sekarang juga.” Dengan terpaksa Ing Nio menuruti kehendak Kim Lian. Masuk kamar, ganti baju, dan mengenakan jaket wol kasar. Tanpa mem- buang kesempatam, Kim Lian dan Ing Nio segera berboncengan menuju Surabaya. Di atas motor, Ing Nio sering menanyakan nama si sakit, namun Kim Lian tetap tidak mau mengatakan. “Walau kuberi tahu, tetapi kau belum pernah bertemu, apa gunanya?” Selalu begitu jawaban Kim Lian. Hati Ing Nio tidak dapat dikelabui. Ada rasa tidak enak, ragu, tidak sepenuh hati. Harus mengobati orang yang hampir mati. Padahal, tidak tahu seluk beluk jamu kecuali cabe puyang dan beras kencur. Bingung, apa yang harus diberikan dan bagaimana caranya? Pikiran semakin kacau, jangan-jangan bertemu King Hok, jangan-jangan Tuan Liong Tjwan dan istri tidak ramah menang- gapi. Hal ini membuat empuk pir dan sadel motor terbawa rasa menjadi tidak nyaman. Silih berganti pertanyaan berkelebat dalam angan, tetapi tidak menemukan jawaban. Puncak kegalauan, bagaimana jika nanti bertemu King Hok? Apakah nanti bisa bertahan jika bertemu pria sumber datang- nya putus asa, dan hidup mengesampingkan dunia? Jika masih tahan, apakah mampu mengalahkan godaan? Motor yang gas pol bagaikan anak panah melesat, sudah memasuki Surabaya. Hati Ing Nio semakin dag dig dug; jantung berdetak kencang tatkala memasuki gerbang rumah Babah Liong Tjwan. Badan bergetar, wajah pucat, berjalan di belakang Kim Lian nampak lunglai, tak berdaya. 78 T Perawan Tua Ing Nio melihat Kim Lian tergesa menuju paviliun. Tangan- nya berpegang erat pada Kim Lian, suara terdengar gemetar. “Cik, itu kan kamar King Hok! Tidak, aku tidak mau ke situ! Aku tidak mau! Tidak mau, aku tidak mau!” Kim Lian tersenyum, dia masih menutupi. “Koh King Hok sudah tidak di sini, sudah pergi. Sekarang untuk saudaraku yang sakit tadi, ayo masuk! Kedatanganmu tepat waktu, pasti bisa menyembuhkan.” Ing Nio menurut saja sambil tengak-tengok masuk paviliun. Bertemu dengan Babah Kwee Liong Tjwan, Kim Lian bertanya, “Bagaimana?” “Sudah tidak ada harapan,” jawab Liong Tjwan bernada sedih. “Didoakan saja semoga Tuhan memberi tempat yang indah, abadi selamanya.” Tangis Kim Lian tak terbendung, bercucuran, sambil menarik tangan Ing Nio, seakan hendak mengejar nyawa yang nyaris melayang. “O, Tuhan...., Koh..., Koh King Hok, jangan mati dulu Koh! Ing Nio datang. Koh, jangan mati! Koh...! Ini Ing Nio!” Ing Nio bingung bercampur heran mendengar teriakan Kim Lian. Sampai di dalam kamar, tangan Ing Nio dilepas; Kim Lian segera memeluk tangan yang tengah koma tak berdaya. Ing Nio bagaikan bermimpi. Berdiri mematung, terbengong beberapa saat. Seandainya siang malam tidak merindukan, tentu sudah tidak ingat jika yang tengah berbaring sakit adalah sang XIV. ING NIO SEBAGAI OBAT Perawan Tua T 79 perjaka karena telah berubah total; badan tergerogoti penyakit berkepanjangan. Tubuh layaknya kerangka berbalut kulit, tatap- an mata kosong, rambut gimbal dan acak-acakan. Sangat menakut- kan, berbeda saat bertemu di kebun binatang. Setelah tangis reda dan nafas telah teratur, Kim Lian meng- gerak-gerakkan tubuh King Hok sambil berkata. “Koh, Koh! Sadar, Koh! Ing Nio datang, akan mengobatimu!” Kekuatan King Hok memang telah terkuras habis. Hanya terpejam seakan menunggu datangnya waktu nyawa tercabut dari raga. Jika tidak mendengar teriakan Kim Lian, King Hok tidak berusaha membuka mata. Sangat sulit upaya membuka pelupuk, pandangan kabur. “Ing... Nio.... di mana.... Ing.... Nio?” Suaranya terdengar tersengal-sengal. Kim Lian menoleh pada Ing Nio yang masih saja mematung, memberi isyarat agar mendekat. Ing Nio menurut, layaknya orang terkena hipnotis. Tanpa rasa dan pikiran menyertai. “Ini Koh, Ing Nio. Ketemu tadi pagi, langsung kuajak ke sini.” Sang perjaka mulai menggerakkan tubuh, ingin melihat Ing Nio. “O..., Ing Nio..... Ing..... Nio!” King Hok telah kehilangan kekuatan, lunglai tak berdaya. “Cepat, Ing! Tolonglah, cepat, cepat! Tolonglah Koh King Hok!” teriak Kim Lian. Dengan penuh kesabaran Ing Nio membalur seluruh tubuh King Hok dengan minyak kayu putih pemberian Kim Lian. Lima menit berlalu, King Hok mengusap-usap mata layaknya baru bangun tidur. Masih setengah sadar, pandangan mengelilingi sekitar, memastikan tengah bermimpi atau kenyataan. Akhirnya, tanpa berkedip menyaksikan Ing Nio sedang mengusap leher sang perjaka dengan minyak hangat. “Ing... Nio... Ing... Nio?” “Iya, Koh! Kedatanganku ingin mengobatimu.” Kim Lian menimpali. “Dan, akan terus mengurusmu, walau kau telah sembuh. Jika kau sehat, Koh, akan terkabul keinginan- mu, menikah dengan Ing Nio.” 80 T Perawan Tua King Hok terlihat bahagia. Tangannya menggapai, memegang tangan Ing Nio yang mulus, halus bagaikan sutera. “Aku tidak bermimpi kan?” Sang ayu agak kebingungan. Ragu dengan apa yang dilihat dan didengar. Mengerlingkan pandangan pada Kim Lian seakan bertanya, apa arti semua ini? Kim Lian menangkap maksud Ing Nio. “Aku mencintai Koh King Hok, kamu tahu itu. Namun, Engkoh tidak membalas cinta- ku, yang ada di hatinya hanyalah kamu, Ing. Cintanya padamu melebihi cinta pada diri sendiri. Semenjak kau pergi, dia sangat sedih; dan akhirnya jatuh sakit seperti yang kau lihat. Tidak ada dokter yang dapat mengobati. Sebab, niatnya memang bunuh diri enggan minum obat, nasihat dokter pun diabaikan. Dokter kebingungan, selanjutnya ambil keputusan, bahwa Engkoh sudah tidak ada harapan.” “Cintaku pada Engkoh tiada bandingan, Ing. Memang benar jika ada yang bilang, di dunia ini tidak ada yang di relung hatiku, kecuali Koh King Hok. Oleh karena itu, aku harus mengupayakan kesembuhan, walau harus mengorbankan diriku sebagai tumbal.” “Engkoh kutanya, mengapa berpikiran sempit, hendak bunuh diri? Jawabnya, batal bunuh diri dan sehat kembali jika kamu yang mendampingi. Sebab itu, Ing, tanpa menghiraukan waktu, tenaga, dan biaya, aku bertekad mencarimu sampai ketemu, demi saudaraku sendiri. Sudah nasib, aku tidak bisa berumah tangga dengan Koh King Hok. Aku ikhlas melihat Engkoh me- nikah denganmu, aku menerima takdir Tuhan....” Air mata tiada henti membasahi pipi Kim Lian. Tiada henti pula tangannya mengusap pipi selama dirinya mengutarakan kata hati. Merelakan kekasih kepada orang lain memang sulit, jarang yang dapat melakukan seperti Kim Lian. Cinta yang awal- nya ingin sebagai suami istri berubah menjadi persaudaraan dengan cara berupaya demi kesembuhan King Hok, sang perjaka. Tidak peduli jika harus berkorban jiwa dan raga. Perawan Tua T 81 Sang ayu Ing Nio merasa miris dan terharu mendengar penu- turan Kim Lian, terlebih setelah mendengar ungkapan penderita- an batin, tanpa terasa ikut meneteskan air mata. Ing Nio meme- gang pundak Kim Lian. “Perkiraanku, dalam jiwa manusia hanya berisi keserakahan, perilaku hina dan bengis, ternyata masih ter- selip keluhuran budi, bagi orang suci pun kadang sulit menjalan- kan. Aku tidak tahu bagaimana harus membalas ketulusanmu, Cik?” “Cukup rawatlah Koh King Hok, sebab kesembuhan Koh King Hok berati mengabulkan permintaanku.” Babah Liong Tjwan yang sejak awal hanya terbengong me- nyaksikan, andil berpendapat. “Orang-orang berbisik di belakang, jika hatimu kaku, bicaramu keras seperti Batari Durga, ternyata punya kesabaran seperti Puntadewa dan kesucian seperti bida- dari.” Kim Lian tidak mempedulikan kata ayahnya, lantas meng- ajaknya keluar. “Sudah, Yah. Biar Koh King Hok ditunggui Ing Nio seorang diri.” Kim Lian segera menuju kamar. Babah Liong Tjwan di seram- bi depan berjalan kian ke mari dengan tangan bersedekap. Kamar paviliun..... Ing Nio duduk di kursi dekat ranjang. Perjaka King Hok memandang tanpa berkedip, luapan rindu yang terbelenggu. Tangan tinggal tulang bak mayat hidup selalu memegang lengan Ing Nio yang singset, halus, dan lembut. Keduanya terdiam, belum ada alasan untuk angkat bicara. Ing Nio masih belum dapat menerima yang telah terjadi, seakan sedang bermimpi. King Hok juga belum percaya apa yang di- alami. Ing Nio selalu dipandang, seperti orang yang tengah menghipnotis. Beberapa waktu kemudian, King Hok dapat melihat foto yang terpasang pada kalung Ing Nio. King Hok memegang kalung tersebut sambil berkata, “Ini fotoku, Ing Nio, cintakah kau padaku?” 82 T Perawan Tua “Sejak bertemu di kebun binatang, Koh!” jawab Ing Nio terbata-bata. King Hok memegang pundak Ing Nio dan menariknya, agar lebih merendah. Ing Nio menangkap isyarat. Sebentar meman- dang sekitar, jelas tidak ada orang, maka menurut saja. Seketika, sang perjaka seperti menyentuh bunga wijaya kusuma. Badan menjadi hangat, semakin nyaman, wajah berseri, pandang- an semakin tajam. “O..., Ing Nio bagaikan bidadari. Aku terlalu memikirkanmu hingga sakit parah begini. Bagaimana jadinya jika tidak segera bertemu denganmu?” Pasti mati, Koh! Di akherat kau pasti menungguku. Aku pasti menyusul jika tahu kau telah menunggu. O, Koh, dalam dunia nyata aku tidak dapat bertemu denganmu, tetapi dalam dunia angan selalu bersanding, tak terpisahkan. Syukur, Yang Maha- kuasa sekarang mengizinkan keinginan kita berdua. Dalam hal ini aku dan kamu harus berterima kasih pada Tacik yang demi- kian ikhlas.” Mengira kamar paviliun telah sepi, Kim Lian datang, ternyata melihat adegan mesra. King Hok tengah membelai rambut Ing Nio yang lebat, panjang, dan hitam kemilau. Kim Lian menghentikan langkah, tubuh menempel di balik pintu. Dalam hati berkata, “Semoga Tuhan selalu melindungi mereka berdua. Koh King Hok terlihat semangat, telah bisa merasakan indahnya cinta. Aku sangat bersyukur mampu menjalankan tugas yang sangat besar, mengen- dalikan hawa nafsuku sendiri.” Demikian pula Nyonya Liong Tjwan yang akan menjenguk juga berhenti, mundur beberapa langkah, melihat sang perjaka memegang sang ayu sambil berbisik, membicarakan hal-hal yang indah dan menyenangkan. “Astaga! Kapan keduanya bertemu, sekarang sudah mesra seperti itu? Padahal, aku dulu dengan ayah Lian, sampai seminggu belum apa-apa! Hmmmm........” batinnya. Perawan Tua T 83 Pergantian siang dan malam sebagai lambang kehidupan manusia. Duka pada saatnya berganti suka, demikian pula suka bila tiba waktunya berganti duka. 84 T Perawan Tua Setengah bulan kemudian, villa Augustina di Lawang kem- bali ramai, sebab dihuni kembali. Atas izin Yang Maha-pemurah dan Maha-pengasih, lima belas hari saja King Hok telah sehat, hanya kekuatan badan belum pulih benar. Secara kasat mata memang karena perawatan Ing Nio; dan juga atas saran dokter agar beristirahat di Lawang untuk memulihkan tenaga agar kuat seperti semula. Kim Lian tidak berkurang kebahagiaan. Sekarang King Hok menjadi saudara laki-laki dan Ing Nio bagaikan saudara kandung. Maka dari itu setiap saat jika ada King Hok tentu ada Kim Lian, juga Ing Nio. Kadang jika King Hok santai di kursi malas bersan- ding Ing Nio, Kim Lian mengalah. Menyingkir sambil bergumam, “Orang bilang, kekayaan sumber kebahagiaan. Jika tahu lika- liku kehidupan tentu tidak akan berbicara seperti itu. Bukti kaya seperti aku, miskin seperti Ing Nio. Kebahagiaanku tidak seujung kuku dibanding kebahagiaan Ing Nio. Hm..., nasib kok seperti ini.” Kim Lian menyingkir karena menjaga perasaan King Hok dan Ing Nio yang tengah berbunga-bunga. Kebaikan Babah Liong Tjwan juga tanpa banding. Apa pun yang terjadi cinta dan perhatiannya pada King Hok dan Ing Nio tidak pernah luntur. Karenanya, Encik Liong Tjwan tidak keberatan menuruti nasihat dokter demi kesembuhan King Hok, dengan cara sekeluarga pindah ke Lawang. XV. AKHIR CERITA Perawan Tua T 85 Dua bulan di Lawang, King Hok telah benar-benar sehat. Semua kembali ke Surabaya, menjalankan kehidupan seperti sedia kala. Lima bulan kemudian Encik Liong Tjwan menikahkan sang keponakan, Tjan Ing Nio alias sang ayu dengan karyawannya sendiri bernama Liem King Hok juga disebut sang bagus. Waktu penganten bertemu Embok Rara Kim Lian yang memegang kain cadar sang ayu. Waktu terus berlalu, banyak lamaran pada Kim Lian, tetapi selalu mendapat jawaban, “Aku belum ingin berumah tangga.” Semua lamaran ditolak, walaupun hartanya sepadan dengan kekayaan Babah Liong Tjwan. Pernah Encik Liong Tjwan memaksa, tetapi Kim Lian tegas menjawab, “Aku sudah bilang tidak mau, tidak ada yang dapat memaksaku. Jika tetap dipaksa, aku akan menghadap pembesar burgelijke stand, jika aku tidak mau me- nikah. Pasti batal!” Mengingat tabiat Kim Lian yang berbeda dengan gadis pada umunya, kedua orang tuanya mengalah, menyabarkan diri. Hari berganti hari, bulan bergulir menjadi taun, Embok Rara tetap pada pendirian, tidak mau hidup berumah tangga. Lama berlalu, layak saja jika Kim Lian mendapat sebutan perawan tua, pantas menggendong tiga anak tetap belum mau menikah. Tekadnya memang tak akan menikah. Setelah menjadi orang tua, King Hok ingin menempati rumah sendiri, tetapi atas permintaan Kim Lian, supaya masih berdekatan dengan rumah Encik Liong Tjwan agar Kim Lian masih bisa melihat King Hok dan dekat dengan Nyonya King Hok. Dalam berumah tangga, King Hok dan Ing Nio telah di- karuniai dua anak. Anak pertama laki-laki, adiknya perempuan. Keduanya menawan, ganteng dan cantik. Kepada Kim Lian me- manggil tante, kepada ayah ibunya, papi mami. Jika ditanya, “Siapa yang kau sayangi?” Jawabnya, “Papi, mami, dan tante.” 86 T Perawan Tua Curahan cinta kasih Kim Lian pada dua anak tersebut seperti anak sendiri. Sebaliknya keduanya juga tidak mau terpisahkan. Karenanya, tidak mustahil Kim Lian juga merasa senang. oo00oo
10_Perawan_Tua
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Aḍântè’ Anḍâng Menanti Pelangi Penulis Taufiqurrahman Penelaah Adrian Pawitra Avan Fathurrahman Penanggung Jawab Umi Kulsum Tim Penyunting Koordinator: Awaludin Rusiandi Khoiru Ummatin Dalwiningsih Amin Mulyanto Ilustrasi & Desain Sampul Ulinniqu Tata Letak FA Indonesia Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117 Telepon (031) 5925972 Cetakan pertama, Oktober 2023 E-ISBN: 978-602-259-888-6 Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR C erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak, khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila. Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur, seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai- nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan kayanya unsur-unsur lokal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi, penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya ini. Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Surabaya, 1 Oktober 2023 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. iv DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Aḍântè’ Anḍâng Menanti Pelangi Biodata Penulis Biodata Ilustrator iii iv 1 20 20 Arè satèya sakola’an prèi. Ḍirun jhâghâ dhâlluwân katèmbhâng biyasana. Ḍirun marèngkes katèḍunganna. Hari ini sekolah libur. Dirun bangun lebih pagi dari biasanya. Dirun merapikan tempat tidur. 2 Saellana pangkèngnga bhersè kabbhi, Ḍirun ngala’ wudu’ pas abhâjâng sobbhu. Setelah membersihkan kamar, Dirun mengambil air wudu lalu bersalat Subuh. 3 Ḍirun èntar ka eppa’na sè bâḍâ è tanèyan. Eppa’na Ḍirun anyama Pa’ Siro. Pa’ Siro asè-bhersè ban arabâs paghâr. Dirun mendatangi bapaknya. Bapak Dirun bernama Pak Siro. Pak Siro sedang membersihkan halaman. 4 Ḍirun ngajhâk eppa’na mangkat ka sabâ. Molaè bâri’ la ngacècot malolo sè noro’a. Eppa’na nyoro amèt dhâllu ka emma’na. Dirun mengajak Bapak berangkat ke sawah. Dari kemarin Dirun merengek mau ikut. Bapak menyuruhnya berpamitan kepada Ibu. 5 Emma’na Dirun dhâddi ghuru, nyamana Bhu Tini. Satèya Bhu Tini teppa’ abhetthek è ḍâpor. Ngella gheḍḍhâng asèlla mogher è tegghâl. Ibu Dirun seorang guru bernama Bu Tini. Sekarang Bu Tini sedang memasak di dapur. Merebus pisang hasil panen di kebun. 6 Dirun bân eppa ’na ma ng kat ka sa bâ. Dirun dan B apak bera ngk at k e sa wah . 7 Ḍâpa’ ka sa bâ, a rèna ghi ’ b hur u n gom bâr . Sonar ra ma ncor ong dhâ dd hi s abâ râ a lam . Tiba d i saw ah, m ataha ri m asih ba ru t erbi t. Cahay anya meny inari pe nju ru a lam . 8 Ḍirun manjheng è tabunna sabâ sambi lè-tolèyan. Aḍḍhep ka tèmor, aobâ ka ḍâjâ pas ka bârâ’. Abâ’na èntar ka sabâ polana terro nangalè anḍâng. Dirun berdiri di pematang sawah sambil mengedarkan pandangan. Menghadap ke timur, berubah ke utara, lalu ke barat. Dia pergi ke sawah karena ingin melihat pelangi. 9 Dirun ongghâ ka toghurân. È sabâ bânnya’ petoghurân Petoghurân èkennengngè orèng tanè ajâgâ paḍi. Dirun naik ke saung. Di sawah banyak saung. Saung ditempati petani saat menjaga padi. 10 Arèna sajân tèngghi. Gheḍḍhâng kellana ella ghemmet ta’ akarè. Ḍirun marongo’ polana anḍâng taḍâ’ ngombâr. Matahari bertambah tinggi. Pisang rebus sudah tidak bersisa. Dirun cemberut karena pelangi tidak menampakkan diri. 11 Sajân sèyang ambhâlân mano’ sajân rangrang. Pa’ Siro ngajhâk molè. Ḍirun ghellem sanajjhân agâruweng. Bertambah siang gerombolan burung semakin jarang. Pak Siro mengajak pulang. Dirun mau walaupun menggerutu. 12 Ḍâpa’ ka romana, Ḍirun langsung toju’ è korsè. Abâ’na ènga’ se bui, ta’ acaca sakalè. Sampai di rumah, Dirun langsung duduk di kursi. Ia membisu, tidak berbicara sama sekali. 13 Bhu Tini nyandher ka seddhi’na. Ca’na Bhu Tini, Dirun bisa maḍâteng sonar akadhi anḍâng. Ngèḍing oca’na emma’na, Ḍirun alonca’ ḍâri korsèna. Bu Tini menghampirinya. Kata Bu Tini, Dirun bisa mendatangkan cahaya seperti pelangi. Mendengar perkataan Ibu, Dirun melompat dari kursi. 14 Bhu Tini abherri’ tao carana. Saellana jârèya, Bhu Tini ondhur mangkat ka pasar. Bu Tini menjelaskan caranya. Setelah itu, Bu Tini pergi ke pasar. 15 Dirun ngala’ pakakas ka ḍâlem romana. Pakakas jârèya èghibhâ ka tanèyan. Bâḍâ èmbèr sè aèssè aèng bân kaca. Dirun mengambil peralatan di dalam rumah. Peralatan itu dibawa ke halaman. Ada ember yang berisi air dan cermin. 16 Dirun nyabbhurragi kaca ka ḍâlem èmbèr atoro’ oca’na emma’na. Cèthagghâ adânga ka atas pas ngabâs ka sakalèlèngnga. Dirun memasukkan cermin ke dalam ember mengikuti kata Ibu. Kepalanya menengadah ke atas, lalu melihat sekelilingnya. 17 Dirun posang polana oca’na emma’na ta’ abhuktè. Dirun atanya ka eppa’na, tapè Pa’ Siro ta’ tao kèya. Dirun bingung karena ucapan Ibu tidak terbukti. Dirun bertanya kepada Bapak, tetapi Pak Siro tidak tahu juga. 18 Dirun ngèrèt èmbèrra ka kennengan sè panas. Kaca sè bâḍâ è ḍâlem èmbèr èter-poter. Sonara arè sè teppa’ ka kaca è panta’aghi ka tembo’. Sakalèbhât bâḍâ sonar alâng-belling akadhi anḍâng . Dirun menyeret embernya ke tempat yang panas. Cermin dalam ember diputar-putar. Cahaya matahari yang menerpa cermin dipantulkan ke dinding. Sekilas ada cahaya berwarna-warni seperti pelangi. 19 Ḍirun athowat ngolok eppa’na. Pa’ Siro nyandher pas agellâ’ân polana ngabâs ana’na sè kapèraghân. Dirun berteriak memanggil Bapak. Pak Siro menghampiri lalu tertawa karena melihat anaknya bahagia. Penulis Taufiqurrahman adalah seorang guru sekolah dasar yang biasa menulis artikel opini. Tulisannya dimuat Jawa Pos, Harian Bhirawa, Radar Madura, Mata Madura, dan beberapa media cetak lainnya. Kedekatannya dengan dunia anak membuat dia menulis buku anak. Aḍântè’ Anḍâng adalah buku perdananya yang berupa karya fiksi. Ilustrator Ulinniqu memiliki nama asli Ulin Nihayatil Qudsiyah, perempuan asal Lamongan yang kini berdomisili di Kediri. Seorang pengajar yang senang sekali menggambar sejak kecil. Beberapa kali bekerja sama dengan penulis maupun penerbit untuk mengilustrasikan naskah buku anak-anak. Sebagian karyanya bisa dilihat di IG: Ulinniqu_ BIONARASI 20
102_MENANTI_PELANGI_1
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Kenthat è Bâbâna Bâruma Gelang Karet di Kolong Ranjang Penulis Yenicke Bara Nurdyana Penelaah Adrian Pawitra Avan Fathurrahman Penanggung Jawab Umi Kulsum Tim Penyunting Koordinator: Awaludin Rusiandi Khoiru Ummatin Dalwiningsih Amin Mulyanto Ilustrasi & Desain Sampul Ulinniqu Tata Letak FA Indonesia Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117 Telepon (031) 5925972 Cetakan pertama, Oktober 2023 E-ISBN: 978-602-259-886-2 Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR C erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak, khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila. Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur, seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai- nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan kayanya unsur-unsur lokal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi, penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya ini. Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Surabaya, 1 Oktober 2023 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. iv DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Kenthat è Bâbâna Bâruma Gelang Karet di Kolong Ranjang Biodata Penulis Biodata Ilustrator iii iv 1 20 20 1 Satèya arè ahad. Halima bersèè lèncak nyaè. Samarèna abersèyan lèncak. Halima takerjhât nemmo bânnya kenthat. Hari ini hari Minggu. Halima membersihkan ranjang Nenek. Setelah membersihkan ranjang, Halima terkejut menemukan banyak karet gelang. 2 Bâdhâ bânnya è bâbâna bâruma. Bhârângnga ter-bunter padhâna ghellâng. Ornyat bân acem-macem bernana. Ada banyak karet di kolong ranjang. Bentuknya bulat seperti gelang. Lentur dan banyak warna. 3 Halima mâtao kenthat ka embuna. Embuna ngoca angghuy Halima bhâi Halima senneng. Kenthat è angguy ka lenggenna kabbhi. Halima menunjukkan karet gelang ke Ibu. Ibu memberikan gelang karet itu pada Halima. Halima merasa senang. Karet gelang dipakai di kedua lengan. 4 Halima ngabes Salam la marè mandhi. Bhâdânna room bhâu beddhâ. Obuna èyangghi ngangghuy kenthat bârna mèra. Salma katon raddhin. Salma sudah mandi. Badannya harum aroma bedak bayi. Rambutnya dikepang dengan karet berwarna merah. Salma terlihat cantik. 5 Halima èntar ka dhâpor. Nyaè mènta ghellângnga Halima. Ghâbây nalè’è bâḍḍhâna ghulâ. Nyaè senneng ghulâna ta’ è karobungè bilis. Halima pergi ke dapur. Nenek meminta gelang Halima untuk mengikat bungkus gula. Nenek senang gula itu tidak dikerubuti semut. Halima terro andik èn-maènan. Sè bisa èkemaèn bhâreng alèna. Sènyaman ngâbây apa yâ? Halima ingin punya mainan. Mainan yang bisa dimainkan bersama adiknya. Enaknya membuat apa ya? 6 7 A h h a ! A h h a ! Halim a ta o k od h u ng âb ây apa. Dia tah u har us me m bu at m ain an a pa. 8 Halima terro amaèn ca-loncaan. Kenthat èkaèaghi ka pol-empol sokona. Pas èyangghi tong-sèttong dhâlâ lanjhâng. Thass! kenthatdhâ pegghâ. Halima ingin bermain lompat tali. Karet gelang dikaitkan ke jempol kaki. Kemudian dikaitkan satu persatu sampai panjang. Thass! Karet gelang putus. Halima terro nangès. Tanangnga pelles kenneng peltasa kenthat. Enèn-maènna rosak, kenthatdhâ akalarkaran. Halima ingin menangis. Tangannya sakit terkena jepretan karet gelang. Tali rusak, karet gelang. berhamburan di lantai. 9 10 Halima ka embuna. Mènta rè-karèna kenthat sè è yangghuy Salma. Laju mapolong kenthat sè ghi bisa è yangghuy Halima ngâbây polè talè dhâri adhâ. Halima menemui Bunda. Dia meminta sisa karet gelang yang dipakai Salma. Kemudian dia mengumpulkan gelang yang masih bisa dipakai. Halima membuat lagi mainan dari awal. 11 Okoran kenthat sè ollè dhâri embuna ta padeh. Kenthat ta bisa è kaèagi akadhi sabellomma. Talèna è bhungkar pasang. Nyarè cara sopajâ bisa asambhung kabbhi. Ukuran karet gelang yang diberi Bunda berbeda. Karet gelang tak bisa dikaitkan dengan cara yang sama. Tali dibongkar dan dipasang berkali-kali. Halima menemukan cara untuk menyambung semua karet gelang. 12 Sâtengga arè, Halima ngâbây èn-maènan. Èn- maènan sè è ka terro capo dhâddhi keya. Talè lanjhâng sè ornyat. Halima membuat mainan sampai siang. Akhirnya mainan yang diinginkan Halima jadi. Tali yang panjang dan lentur. 13 Halima ngajhâggâ Salma amaèn. Kèng Salma bâktona tèdung. Halima ingin mengajak Salma bermain, tetapi sudah waktunya bagi Salma untuk tidur. 14 Halima ngabâs ka èmbong. Bâdhâ Nina ajâlân. Halima ngajhâ Nina amaèn ca-loncaan. Halima memperhatikan jalan raya. Terlihat Nina sedang bejalan. Halima mengajaknya bermain bersama. 15 Nina ta bisa amaèn bhâreng. Polana èntarra ka Sorbâjâ. Èmbong seppè, kancana tadâ sè lèbet. Nina tidak bisa ikut bermain karena akan pergi ke Surabaya. Jalan raya tampak sepi, tidak ada teman yang lewat. 16 Halima amaèn ca-loncaan kâdhibi. Talè è talèagi ka pang-pangnga roma. È tarèk dhâlâ tennyeng. Talèna korang lanjhâng. Halima bermain sendirian. Tali diikat ke tiang rumah. Ditarik sampai kencang. Namun, tali Halima kurang panjang. 17 Talè ta depa ka bhungkana pao. Halima ta kala akkal. Kodhu bisa amaèn ca-loncaan. Tali tidak sampai ke pohon mangga. Halima tidak kehabisan cara. Dia harus bisa bermain lompat tali. 18 Halima lajhu masok ka roma. Pas kalowar polè sambi ngèrèt korsè depor. Korsèna ghâbây ghantèna bhungkana pao. Halima kemudian masuk rumah. Dia keluar sambil menarik kursi dapur. Kursi dipakai sebagai pengganti pohon mangga. 19 Halima senneng bisa amaèn ca-loncaan. Alonca tengghi sopajâ ta nyeddhing ka talè. Si Moli nogguwèn Halima amaèn. Halima asyik bermain lompat tali. Dia melompat tinggi agar tidak menyentuh tali. Si Moli menemani Halima bermain. Penulis Yenicke Bara adalah seorang guru SD di Bangkalan yang mulai aktif menulis buku anak pada awal tahun 2022. Menulis baginya adalah seni mencintai diri sendiri. Belasan karya tulis sudah terbit di beberapa penerbit. Ingin mengenal lebih akrab? Silakan berkunjung ke akun Instagram @neyey_ Ilustrator Ulinniqu memiliki nama asli Ulin Nihayatil Qudsiyah, perempuan asal Lamongan yang kini berdomisili di Kediri. Seorang pengajar yang senang sekali menggambar sejak kecil. Beberapa kali bekerja sama dengan penulis maupun penerbit untuk mengilustrasikan naskah buku anak-anak. Sebagian karyanya bisa dilihat di IG: Ulinniqu_ BIONARASI 20
103_GELANG_KARET_DI_KOLONG_RANJANG
3 Level Penulis : Hello English Ilustrator: Novian Rivai Penerbangan Seumur Hidup Penulis : Hello English Ilustrator : Novian Rivai Penerjemah : Durroh Fuadin Kurniati Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab : Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang. Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam Kami, E. Aminudin Aziz Kosakata dan Fonik Sebelum Membaca Terpesona. ter-pe-so-na. Anak laki-laki itu benar-benar terpesona pada pesawat terbang. Profesional. Pro-fe-si-o-nal. Anak perempuan itu bermimpi menjadi pilot profesional. Komersial. Ko-mer-si-al. Dia ingin menerbangkan pesawat komersial yang mengangkut penumpang. Sipil. Si-pil. Ada dua jenis pesawat: pesawat militer dan pesawat sipil untuk umum. Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia 2 Ada seorang anak perempuan dengan impiannya. Dia ingin menjadi pilot profesional suatu hari nanti. Dia telah membaca semua tentang Amelia Earhart, perempuan pertama yang terbang seorang diri melintasi Samudra Atlantik, dan anak perempuan itu mengaguminya. Dia membuat pesawat mainan. Meskipun pesawat mainannya tidak bisa terbang, dia tahu suatu hari nanti dia akan memahami pesawat terbang dan dapat mengendalikannya. 3 Seorang anak laki-laki sangat bersemangat untuk terbang. Dia tidak pernah naik pesawat sebelumnya. Dia tidak pernah merasakan sensasi lepas landas, terbang, dan mendarat. Dia memegang pas naiknya (boarding pass) dan mengantre seperti semua orang yang hendak masuk ke dalam kabin. 4 Anak perempuan itu suka berpakaian seperti astronot. Dia membuat baju luar angkasanya sendiri dengan helm dari helm sepeda, kantong sampah, cincin plastik, dan kantong plastik. Dia mempelajari langit malam dan menghafal rasi bintang. Dia selalu berlari-lari di luar sambil membawa pesawat kertas. Pesawat- pesawat itu terbang dan meluncur sebentar di udara, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan jet tempur atau pesawat terbang komersial sungguhan. 5 Anak laki-laki itu sering bermimpi mengemudikan pesawat yang sangat cepat, sejenis pesawat yang bisa terbang terbalik. Dia berkhayal menerbangkan jet tempur militer di atas Menara Eiffel, menyaksikan sebagian Paris di bawahnya. 6 Seiring bertambahnya usia, si anak perempuan bercita-cita terbang di angkasa bersama pesawat jet Boeing atau Airbus yang besar, mengendalikan pesawat meluncur melintasi langit dengan kecepatan tinggi. 7 Sementara itu, si anak laki-laki menikmati penerbangannya saat pesawat melaju. Ibunya membaca majalah, sedangkan sang bocah terus memandangi langit dan daratan, terpikat dan terpesona. Mereka sudah melewati bagian keamanan bandara yang memakan waktu lama, karena bandar udara harus memastikan bahwa semua orang aman. Anak laki-laki itu melewati detektor logam dan tasnya melewati pemindai untuk memastikan tidak ada benda berbahaya di dalamnya. 8 Si anak perempuan terjaga sepanjang malam mempelajari pesawat terbang, mulai dari teknik, aerodinamika, sistem kendali, sampai dengan rancangan dan cara membuat pesawat terbang. Dia belajar dengan giat, menghafal sampai ke bagian-bagian kecil. 9 Si anak laki-laki sudah bangun pagi itu. Dia mempelajari tulisan-tulisan tentang pesawat terbang, dan menyadari bahwa dia akan pergi berlibur. Dia sangat bersemangat karena akan terbang naik pesawat. Dia mengumpulkan tiketnya dan siap berangkat ke bandara. Di sepanjang perjalanan, dia terus melongok ke luar jendela, menyaksikan bentuk awan yang luar biasa, pesawat lain yang melintas di kejauhan, merasakan turbulensi, dan melihat bangunan di daratan. Dia takjub pada ketinggian dia berada sekarang. Dia tidak percaya sedang terbang. Rasanya seperti mimpi. 10 Anak perempuan itu membayangkan Amelia Earhart sedang melambai padanya dari pesawat kunonya. Jika Amelia bisa berhasil, maka dia juga bisa, pikirnya. Si anak laki-laki dan ibunya mendarat di tempat tujuan. Mereka berhenti sebentar untuk menyaksikan pesawat lepas landas dan mendarat sebelum meninggalkan bandara. Setiap kali menyaksikan pesawat datang dan pergi, itu adalah pemandangan yang luar biasa bagi mereka. Si anak perempuan menyadari mimpinya dan berusaha mewujudkannya. Tahun-tahun yang sudah digunakan untuk belajar dan mempersiapkan diri kini terbayar lunas saat ia duduk di kursi pilot setelah mengikuti ratusan jam pelatihan. Dia menerbangkan pesawat yang ditumpangi si anak laki-laki bersama ibunya. Anak perempuan itu resmi menjadi pilot, dan pesawat itu miliknya. 11 Anak laki-laki itu menyaksikan sang pilot perempuan lepas landas, dan wow, sangat bising dan cepat. Dia tidak sabar untuk terbang lagi. Kali ini dia akan duduk di bagian depan pesawat, dan mudah-mudahan dia bisa bertemu pilot dan kopilot! 12 Pertanyaan Setelah Membaca Siapa wanita terkenal yang menginspirasi si anak perempuan untuk menjadi pilot? Apa yang dipegang si anak laki-laki ketika bersiap naik pesawat? Apa yang dibuat oleh si anak perempuan dari kantong plastik dan barang-barang rumah tangga? Anak laki-laki itu menghabiskan sebagian besar waktunya di pesawat untuk melakukan satu hal. Apa itu? Jadi apakah si anak perempuan setelah banyak belajar dan berlatih? Jika kamu bisa memilih menjadi apa saja, apa cita- citamu? Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Cerita The Flight Of A Lifetime ditulis oleh Hello English. © Hello English, 2019. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Para Pembuat Cerita Seorang Anak perempuan bermimpi menjadi pilot. Dia terinspirasi oleh Amelia Earhart, perempuan pertama yang terbang melintasi Samudra Atlantik seorang diri. Dia bekerja keras dalam perjalanannya meraih impian. Kisah ini juga tentang seorang anak laki-laki yang selalu ingin terbang naik pesawat besar
103_Penerbangan_Seumur_Hidup
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Panen Jambu Wer Panen Jambu Air Penulis Dian Hendrawan Penelaah Arif Subiyanto Penanggung Jawab Umi Kulsum Tim Penyunting Koordinator: Awaludin Rusiandi Khoiru Ummatin Dalwiningsih Amin Mulyanto Ilustrasi & Desain Sampul Ulinniqu Tata Letak FA Indonesia Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117 Telepon (031) 5925972 Cetakan pertama, Oktober 2023 E-ISBN: 978-602-259-946-3 Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR C erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak, khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila. Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur, seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai- nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan kayanya unsur-unsur lokal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi, penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya ini. Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Surabaya, 1 Oktober 2023 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. iv DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Panen Jamu Wer Panen Jambu Air Biodata Penulis Biodata Ilustrator iii iv 1 20 20 1 Surya lan Niko dolan ning omahe Ardi. Bocah-bocah mau seneng bisa dolanan apa wae. Surya dan Niko bermain di rumah Ardi. Mereka senang karena bisa bermain sesuka hati. 2 Pelataran mburi omahe Ardi ombo. Akeh wit-witane. Salah sijine wit jambu wer. Halaman belakang rumah Ardi luas. Banyak pepohonan di sana. Salah satunya adalah pohon jambu air. 3 Nalikane dolanan, bocah-bocah ndelok wit jambune Ardi dompol-dompol uwoh’e. Eman’e, angel metik’e. Ketika bermain, mereka melihat pohon jambu Ardi berbuah lebat. Sayang sekali, susah untuk memetiknya. 4 Bocah-bocah mau wiwit golek cara kanggo ngundhuh jambu wer. Mereka mulai mencari cara untuk memetik buah jambu air. Surya ngusulne kanggo menek wae. Ardi sarujuk. Surya mengusulkan agar mereka memanjat saja. Ardi setuju. 5 Niko ora wani menek. Dhewek’e nunggu wae. Nanging, woh jambune tetep angel diranggeh. Niko tak berani memanjat. Dia menunggu saja. Namun, buah jambu tetap susah diraih. 6 Niko takon apa Ardi duwe singgek. Ardi mangsuli mung duwe genter, nanging dudu singgek. Niko bertanya kepada Ardi apakah mempunyai penjolok. Ardi menjawab hanya mempunyai galah, bukan penjolok. 7 Bocah-bocah mau wiwit nyinggeki woh jambu wer. Ananging akeh woh sing ceblok tur ajur. Bocah-bocah mau wis nyoba bola-bali ananging tambah akeh jambu wer sing ceblok ning lemah. Mereka mulai menggunakan galah. Namun, banyak buah yang tersabet malah jatuh dan hancur. Beberapa kali mereka berusaha, semakin banyak buah jambu air yang jatuh di tanah. 8 Jamb u sing cebl ok la n aj ur or a bi sa dip ang an. Jamb u air yang jatu h da n ha ncu r t id ak bis a d ima kan . 9 Ardi ngajak Niko lan Surya nggawe singgek. Ardi mengajak Niko dan Surya untuk membuat penjolok sendiri. 10 Surya lan Niko bingung cara nggawene. Nanging Ardi duwe ide. Ardi banjur mlebu omah. Ora suwe, dhewek’e njedul. Surya dan Niko bingung bagaimana cara membuatnya. Namun, Ardi mempunyai ide. Ardi kemudian masuk rumah. Tak lama kemudian dia keluar kembali. 11 Tangane nyekel botol bekas lan piranti liyane. Tangannya memegang botol bekas dan peralatan lainnya. 12 Ardi lan kanca-kancane banjur nggawe singgek. Ardi dan teman-temannya lalu membuat penjolok. 13 14 Botol dikethok ¾ bagian. Botol dipotong ¾ bagian. Cara nggawe singgek’e: Cara membuat penjolok: Lebokne bolongan tutup botol ning pucuk genter. Masukkan lubang tutup botol ke ujung galah. Taleni kenceng nganggo tali karet saka ban bekas antarane bolongan tutup botol karo genter. Ikat kencang antara lubang tutup botol dengan ujung galah menggunakan tali karet dari ban bekas. Singgek saka botol banyu mineral bekas wis dadi. Jadilah penjolok dari botol air mineral bekas. 1 2 3 4 15 Singgek’e wis dadi. Ardi lan kanca-kancane mulai nyinggek’i jambu wer. Penjolok sudah jadi. Mereka pun mulai menjolok. Berhasil! 16 Sakwise kasil nglumpuk akeh, jambu wer banjur dipangan bareng. Setelah terkumpul banyak, jambu air dimakan bersama-sama. 17 Sakwise dolanan, Surya lan Niko pamit mulih karo nyangking jambu wer. Setelah bermain, Surya dan Niko pamit pulang. Tak lupa mereka membawa jambu air dari Ardi. 18 Sampah plastik ngracuni lingkungan, saka lemah nganti sumber banyu. Sampah plastik meracuni lingkungan, dari tanah sampai sumber air. In fo g r a f i s : 19 Sampah plastik bisa ajur sakwise 1000 tahun. Mulane sampah diolah maneh supaya lingkungan ora rusak. Sampah plastik bisa hancur setelah 1000 tahun. Oleh karena itu, sampah plastik diolah lagi agar lingkungan tidak rusak. Penulis Dian Hendrawan, penulis berdomisili di Lamongan. Dia adalah lulusan Fakultas Ekonomi Akuntansi Universitas Gunadarma, Jakarta dan FKIP Bahasa Inggris, Universitas Islam Lamongan. IG: @dian_hendrawan8014. Surel: [email protected]. Ilustrator Ulinniqu memiliki nama asli Ulin Nihayatil Qudsiyah, perempuan asal Lamongan yang kini berdomisili di Kediri. Seorang pengajar yang senang sekali menggambar sejak kecil. Beberapa kali bekerja sama dengan penulis maupun penerbit untuk mengilustrasikan naskah buku anak-anak. Sebagian karyanya bisa dilihat di IG: Ulinniqu_ BIONARASI 20
104_PANEN_JAMBU_WER
2 Level Penulis : Alfred Esinyen Ilustrator : Wendi Hendra Saputra Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Penulis: Alfred Esinyen Ilustrator: Wendi Hendra Saputra Penerjemah: Era Realita Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Sebuah Berkah atau Sebuah Bencana? Penulis : Alfred Esinyen Ilustrator : Wendi Hendra Saputra Penerjemah : Era Realita Penelaah : 1. Sonya Sandakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab : Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan- bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. 2 Selama berbulan-bulan, musim kemarau berkepanjangan. Lomongin, pawang hujan tersohor, memohon kepada Dewa. Warga menunggu di luar rumah dengan penuh pengharapan. 3 Lamongin akhirnya keluar, dia mengabarkan bahwa Dewa akan menurunkan hujan. Akhirnya, mereka dapat bercocok tanam. 4 Anak-anak bermain di luar sambil menunggu hujan turun. Seiring berjalannya hari, warga melihat gumpalan awan hitam yang sangat besar dari kejauhan. Awan itu adalah awan hujan. 5 Warga teringat perkataan pawang hujan. Ibu memanggil anak-anak untuk pulang. “Lihat, di sana! Awannya sangat gelap. Cepat masuk ke rumah!” 6 Hujan turun sangat deras. Warga telah lama menantikan hujan! Di awal, warga bersukacita. Namun, berhari-hari hujan tidak kunjung reda. 7 Air menggenangi seluruh desa. Jembatan yang menghubungkan desa dengan daratan utama hanyut. Rumah-rumah terbawa arus banjir. Berkah berubah menjadi bencana bagi warga desa. 8 Warga telah bersiap untuk musim tanam. Namun, sekarang mereka tidak bisa bercocok tanam. Warga di desaku selama ini menantikan hujan, tetapi sekarang mereka tidak menginginkannya lagi. Kami tidak punya jembatan untuk menyeberang. Banyak yang kehilangan rumah. 9 Kami juga punya masalah lain! Ada beberapa buaya berenang di mana-mana. Hal itu belum pernah terjadi sebelumnya. Kami sangat kebingungan 10 Kami tidak bisa berbelanja karena semua toko ada di seberang sungai. Anak-anak tidak dapat bersekolah karena gedung sekolah ada di seberang sungai. 11 Hujan yang seharusnya menjadi berkah, kini menjadi sebuah bencana. Lomongin, si Pawang Hujan, tampak kecewa. Satu-satunya yang tetap bahagia, adalah Kapuus dan delapan ekor kucingnya! Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Para Pembuat Cerita Cerita A Curse or a Blessing? ditulis oleh Alfred Asinyen. © African Storybook Initiative, 2015. Buku ini dipublikasikan oleh laman Pratham Books’ StoryWeaver. Konten kreatif di bawah lisensi dapat diunduh, diterjemahkan, dan dapat digunakan untuk membuat cerita baru. Ini memungkinkan Anda melakukan kredit yang sesuai dan mengindikasi jika kami membuat perubahan. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal ini, dan peraturan perundang-undangan dari penggunaan dan atribusi, silakan kunjungi tautan berikut. Sebuah Berkah atau Sebuah Bencana? Apa yang terjadi ketika hujan turun di tanah gersang setelah sekian lama? MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
104_Sebuah_Berkah_atau_Sebuah_Bencana
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Wedang Pokak Wedang Pokak Penulis Durroh Fuadin K. Penelaah Arif Subiyanto Penanggung Jawab Umi Kulsum Tim Penyunting Koordinator: Awaludin Rusiandi Khoiru Ummatin Dalwiningsih Amin Mulyanto Ilustrasi Isi & Sampul Noyuka Tata Letak FA Indonesia Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117 Telepon (031) 5925972 Cetakan pertama, Oktober 2023 E-ISBN: 978-623-112-771-6 Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR C erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak, khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila. Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur, seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai- nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan kayanya unsur-unsur lokal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi, penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya ini. Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Surabaya, 1 Oktober 2023 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. iv DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Wedang Pokak Wedang Pokak Bionarasi Penulis Bionarasi Ilustrator iii iv 1 20 20 1 Pagi-pagi, Dini dan Adam sudah berada di pekarangan sekolah. Mereka diminta Bu Guru mencari jahe. Namun, Adam tidak tahu bagaimana bentuknya. Dia asal saja mencabut tanaman. Isuk-isuk Dini lan Adam wis ana ing pekarangan sekolah. Kekarone diutus Bu Guru golek jahe. Nanging Adam ora reti. Dheweke mbedhol samubarang tanduran. 2 Dini baru tahu ada tanaman berbuah di dalam tanah. Kata Adam jenisnya bukan buah-buahan. Itu disebut rimpang. Mereka pun pergi ke ruang guru. Namun … Dini lagi ngerti ana tanduran nguwoh ing jero lemah. Kandhane Adam kuwi dudu woh-wohan. Kuwi arane mpon-mponan. Kekarone banjur menyang kantor. Nanging… 3 Di tengah perjalanan, Dimas menanyakan laos yang dibawa Adam. Tentu saja Adam terkejut. Ternyata dia salah mencabut tanaman. Ing tengah dalan Dimas nakokake laos sing digawa Adam. Ya mesthi Adam kaget. Jebule dheweke salah mbedol tanduran. 4 Menurut Dimas jahe itu berwarna putih. Adam dan Dini pun kembali ke pekarangan. Mereka mencabut tanaman lainnya. Namun… Kandhane Dimas, jahe kuwi wernane putih. Adam lan Dini banjur bali menyang pekarangan. Kekarone mbedol tanduran liyane. Nanging… 5 Kata Dimas itu bukan jahe. Itu adalah kunyit putih karena aromanya tidak pedas. Dimas kandha yen kuwi dudu jahe. Kuwi arane kunir putih amarga ambune ora pedes. 6 Adam dan Dini tidak menyerah. Mereka kembali ke pekarangan lagi. Mereka membaui setiap rimpang kemudian menunjukkannya pada Dimas. Adam lan Dini ora kapok. Kekarone bali maneh menyang pekarangan. Saben mpon-mponan diambuni banjur hasile diduduhake menyang Dimas. 7 Namun rimpang yang dibawa Adam ternyata kencur. Duh, Dimas gemas pada adik-adik kelasnya. Dia menjelaskan lagi jika daun jahe itu kecil dan memanjang. Nanging mpon-mponan sing digawa Adam tibane kencur. Duh, Dimas gemes karo adhik-adhik kelase. Dheweke njelasake maneh yen godhong jahe kuwi cilik nglencir. 8 Sekarang Adam dan Dini tidak hanya menciumi aroma rimpang. Mereka juga mengamati daunnya. Saiki Adam lan Dini ora mung ngambuni mpon-mponan. Kekarone uga nliti godhonge. 9 Bu Guru senang karena muridnya berhasil mendapatkan jahe. Sekarang mereka mendapat tugas baru, yaitu mencari dedaunan. Bu Guru seneng amarga muride kasil oleh jahe. Saiki kekarone oleh tugas anyar, yaiku golek godhong-godhongan. 10 Tugas Adam mencari serai. Adam tahu bagaimana bentuk serai karena ada di halaman rumahnya. Kata Bapak, supaya nyamuk tidak masuk rumah. Tugase Adam golek sereh. Adam reti rupane sereh amarga ana ing latar omahe. Dawuhe bapak supaya lamuk ora melbu omah. 10 11 Tugas Dini memetik daun pandan. Dia sering membantu ibu merebus teh ditambah daun pandan. Adam suka aroma daun jeruk purut. Segar! Tugase Dini methik godhong pandan. Dheweke kerep mbiyantu ibu nggodhog teh dicampur pandan. Yen Adam seneng karo ambune godhong jeruk purut. Seger! 11 12 Dini baru menyadari. Daun itu bentuknya macam-macam. Ada yang seperti pita, ada juga yang seperti jari. Ada yang gandeng, juga ada yang menyatu. Dini lagi ngerti. Godhong kuwi wujude werna-werni. Ana sing kaya pita, uga ana sing kaya driji. Ana sing gandengan, uga ana sing nyawiji. 13 Adam nge wa ng i B u G uru nye pa ka ke b ahan. Bu Guru mem in ta Din i m encuci da un d an ri mpang. Adam mem ba nt u B u G uru meny ia pk an b ahan. Bu Guru ngutus D ini n gu mb ah godhon g la n mpo n-mponan. 14 Dheweke elin g k ar o s eg a kuning ga we yane ib une. Adam juga sena ng de ng an aroma kayu m ani s dan c engkeh. Dia teringat pa da n asi kun ing lez at bu atan ibunya. Adam uga sene ng k ar o am bune ke ni ng ar la n cengkeh. 15 Bahan-bahan itu kemudian direbus sampai mendidih. Jika warnanya sudah memerah, api dipadamkan. Dini membantu Bu Guru meniriskan airnya. Bahan-bahan kuwi digodhog nganthi umup. Yen wernane wis abang genine dipateni. Dini ngewangi Bu Guru nyaring banyune. Kata Bu Guru minuman itu bernama Wedang Pokak. Minuman asli Probolinggo itu banyak manfaatnya untuk kesehatan. Dawuhe Bu Guru kuwi arane wedang pokak. Wedang asli saka Probolinggo kuwi akeh gunane kanggo kesehatan. 16 Hari itu, sekolah akan kedatangan tamu. Tugas Dini dan Adam menyuguhkan wedang pokak. Kata Bu Guru, pasti akan ada yang bertanya minuman apa itu. Dina iku sekolah arep kedayohan. Tugase Dini lan Adam yaiku nyuguhake wedang pokak. Dawuhe Bu Guru, mesti bakal ana sing nakoni wedang apa kuwi. 17 18 Pukul delapan, tamu mulai berdatangan. Dini dan Adam mempersilakan tamu meminum wedang pokak. Betul kata Bu Guru, tamu-tamu menanyakan tentang minuman itu. Jam wolu, dayohe padha rawuh. Dini lan Adam ngaturi para dayoh ngunjuk wedang pokak. Bener dawuhe Bu Guru, dayohe padha nakokake wedang kuwi. 19 Dini dan Adam senang sekali. Para tamu menyukai minuman dan penjelasan mereka. Dini lan Adam seneng banget. Amarga para dayoh seneng karo wedange uga karo penjelasane. 20 Penulis Durroh Fuadin Kurniati adalah penulis yang lahir di Malang, tetapi kini bermukim di Probolinggo, Jawa Timur. Guru di SDN Patokan I Kraksaan ini memang suka menulis, terutama cerita anak. Beberapa karyanya telah terbit dan dijual di toko buku, seperti Aku Anak Berprestasi, Seri Bijak Mengenal Sikap, dan Kumpulan Cerita Anak Cerdas. Selain menulis, lulusan Universitas Islam Malang dan Universitas Terbuka ini juga gemar menerjemahkan.. Beberapa karya terjemahannya bisa diunduh gratis melalui laman Badan Bahasa Kemdikbud. Cukup ketik namanya di mesin pencarian untuk menemukan karya-karya menarik darinya. Temui penulis di Instagram @mbakruni untuk berkenalan lebih dekat. Ilustrator Noyuka yang memiliki nama asli Yaniar Riska Novidyah Ayu Sukma merupakan wanita kelahiran 1989 di Kota Ponorogo Jawa Timur. Wanita yang pernah bekerja di salah satu bank BUMN ini memiliki hobi menggambar sejak kecil. Dia mulai serius menekuni dunia ilustrasi secara otodidak khususnya buku anak sejak tahun 2022. Sampai hari ini sudah tujuh buku anak yang berhasil dia ilustrasikan. Yaniar dapat dihubungi melalui pos-el [email protected] atau Instagram @niar.noyuka. BIONARASI
105_WEDANG_POKAK
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Hore! Adat Barikan Wayahe Teka Hore! Adat Barikan Tiba Waktunya Penulis Andi Sep Kurniawan Penelaah Antariksawan J. Penanggung Jawab Umi Kulsum Tim Penyunting Koordinator: Awaludin Rusiandi Khoiru Ummatin Dalwiningsih Amin Mulyanto Ilustrasi Isi & Sampul Noyuka Tata Letak FA Indonesia Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117 Telepon (031) 5925972 Cetakan pertama, Oktober 2023 E-ISBN: 978-623-112-848-5 Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR C erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak, khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila. Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur, seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai- nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan kayanya unsur-unsur lokal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi, penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya ini. Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Surabaya, 1 Oktober 2023 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. iv DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Hore! Adat Barikan Wayahe Teka Hore! Adat Barikan Tiba Waktunya Bionarasi Penulis Bionarasi Ilustrator iii iv 1 20 20 1 Barikan akan tiba, ibu terlihat sangat sibuk. Selain ibu, tetanggaku juga sibuk. Barikan emeh teka, emak katon ebuk. Sakliyane emak, tangga-tangga uga padha ebuk. “Wilih! Kari sing serantan ngenteni Adat Barikan. Mesthine akeh panganan: lanun, sawud, lupis, orog-orog, bakale wareg pokoke wis.” “Wah! Jadi tak sabar menunggu datangnya waktu Adat Barikan. Pasti ada banyak makanan, seperti: lanun, sawud, lupis, orog-orog, pasti kenyang nih.” 2 3 4 Dina iki Agus durung kecaruk apake. “Apak ana ring endi yuh?” Hari ini Agus belum bertemu bapaknya. “Bapak ada di mana, ya?” Agus nggoleti apake, naming sing ketemu. Saksuwine ngenteni apake, Iyane aju memengan egrang Agus mencari bapaknya, tetapi tak kunjung bertemu. Sem- bari menunggu kedatangan bapaknya, Agus memilih untuk bermain egrang. 5 6 Apak mulih ambi mikul godhong gedhang. Isun paham apak arep nggawe paran. Bapak pulang sambil memikul daun pisang. Aku tahu Bapak akan membuat apa. 7 “Hore! Isun nak milu ajar nggawe ancak. Adat Barikan wis wayahe teka.” Ancakan… Ancakan…. “Hore! Aku ingin belajar membuat ancak. Adat Barikan sudah tiba waktunya.” Ancakan... Ancakan…. 8 Kawitane, godhonge diserud, aju papahe dipilih hang apik. Pertama, daun pisang diambil lalu dipilih pelepah yang bagus. 9 Papahe diukur aju diiris sithik, ditekuk sampek dadi persegi. Pelepah diukur lalu diiris sedikit, dilipat hingga berbentuk segi empat. 10 “Alakemas, Apak lali jajange, lik. Tulung juwutena karine nggawe egrang sorek.” “Waduh, Bapak lupa bambunya, Nak. Minta tolong ambilkan sisa pembuatan egrang kemarin.” 11 Apak ngethok jajang dienggo bawat akehe 6 wilah. Ngethok 4 maning dienggo telikur. Bapak memotong bambu untuk bawat sebanyak 6 bilah. Memotong lagi 4 untuk pasak. 12 Telikur dienggo maku papah, bawat dienggo tatakane ancak. Pasak bambu untuk merekatkan pelepah, sedangkan bawat untuk alas ancak. 13 Enem wilah bawat disundhepaken mangklang-mangklang ring papah gedang. Enam bilah bawat ditusukkan bersilangan pada pelepah pisang. 14 “Alhamdulillah, ancake wis mari. Dadi bisa milu Barikan roh, Pak?” jare Agus. Apake Agus manthuk-manthuk. “Alhamdulillah, ancak telah selesai. Jadi bisa ikut Barikan kan, Pak?” tanya Agus. Bapak Agus mengangguk-angguk. 15 Agus nggawa ancak hang wis dadi mara ning Emake. “Emak, iki ancake wis dadi.” Agus membawa ancak yang telah jadi ke Ibu. “Ibu, ini ancak telah jadi.” 16 “Dhuh, kari lancaran anake Emak iki ya. Liya dina tulungana Emake maning, ya?” “Aja mung saiki bain pathenge. Sapa maning kadhung sing awake dhewek?” jare Emak. “Oh, pinter sekali anak Ibu. Lain hari Ibu dibantu lagi, ya?” “Bersemangat jangan hanya sekarang saja. Kalau bukan kita siapa lagi?” kata Ibu. 17 Agus nggawa ancake ning panggonan Adat Barikan. Dene emak nggawa lanun, apak nggawa sawud. Agus membawa ancak ke tempat Adat Barikan. Ibu membawa lanun, Bapak membawa sawud. 18 “Kari seneng taun iki Barikan ramek yuh, Mak. Tangga padha guyub,” jare Agus. “Alhamdulillah kadhung Barikan terus gedigi, Barikan sing kira ilang,” semaure Emak. “Senang sekali tahun ini Barikan ramai ya, Bu? Semua tetangga bersemangat,” ucap Agus. “Alhamdulillah. Jika Barikan terus seperti ini, Barikan tidak akan punah,” jawab Ibu. 19 Barikan yaiku adat istiadat aseli teka Desa Pondoknongko. Mesthi dianakaken ana ring bungase taun. Tujuane supaya diedohaken teka balak. Barikan adalah adat istiadat asli dari Desa Pondoknongko. Barikan rutin dilaksanakan di akhir tahun. Barikan rutin meminta agar dijauhkan dari segala musibah. 20 Penulis Andi Sep Kurniawan. Ia lahir di kabupaten yang memiliki julukan Sunrise Of Java, pada 17 September 1997. Ia aktif menulis cerita pendek berbahasa Using sejak 2015 dan karya- karyanya dimuat dalam buku ‘Kembang Ronce’. Pria yang akrab di sapa Andi tersebut mempunyai 2 karya puisi yang berjudul Terbangun dan Melangkah Menuju Terang serta buku cerita anak dwibahasa pertamanya yang berjudul, ‘Di Mana Ibuku?’ diterbitkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur tahun 2022. Menulis menurutnya merupakan salah satu cara menyiratkan pengetahuan kepada Sastra, anaknya. Pria yang yang saat ini bekerja di instansi pemerintahan tersebut dapat disapa melalui pos-el: ndisepakur.awan@ gmail.com, kanal Instagram @_andisepkurniawan. Ilustrator Noyuka memiliki nama asli Yaniar Riska Novidyah Ayu Sukma merupakan wanita kelahiran 1989 di Kota Ponorogo Jawa Timur. Wanita yang pernah bekerja di salah satu bank BUMN ini memiliki hobi menggambar sejak kecil. Dia mulai serius menekuni dunia ilustrasi secara otodidak, khususnya buku anak sejak tahun 2022. Sampai hari ini sudah tujuh buku anak yang berhasil dia ilustrasikan. Yaniar dapat dihubungi melalui pos-el [email protected] atau Instagram @niar.noyuka. BIONARASI
106_HORE_ADAT_BARIKAN_TELAH_TIBA
Satya! Awas, Penulis : Yamini Vijayan Ilustrator: Larasputri Setyawati Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2 Level FA_13_AWAS, SATYA!.indd 1 26/11/2021 00:13:59 FA_13_AWAS, SATYA!.indd 2 26/11/2021 00:14:00 Penulis: Yamini Vijayan Ilustrator: Larasputri Setyawati Penerjemah: Rizqi Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 FA_13_AWAS, SATYA!.indd 3 26/11/2021 00:14:01 Awas, Satya! Awa FA_13_AWAS, SATYA!.indd 4 26/11/2021 00:14:01 Awas, Satya! Penulis : Yamini Vijayan Ilustrator : Larasputri Setyawati Pengatak : Poppy Yunita Penerjemah: Rizqi Handayani Penelaah : 1. Naifah 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz FA_13_AWAS, SATYA!.indd 5 26/11/2021 00:14:01 FA_13_AWAS, SATYA!.indd 6 26/11/2021 00:14:01 FA_13_AWAS, SATYA!.indd 7 26/11/2021 00:14:02 Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. Seorang anak kecil bernama Satya tidak bisa diam di tempatnya. Dia berlari, melompat, berkeliling, berputar … lalu jatuh! “Duduk yang tenang sebentar,” kata ayah. “Jika kamu terluka, jangan datang padaku sambil menangis”, kata kakak perempuannya. 2 FA_13_AWAS, SATYA!.indd 8 26/11/2021 00:14:04 Kakeknya pun mengingatkan, “Jangan merusak apa pun.” Ibu guru berkata padanya, “Kamu mengganggu teman-temanmu di kelas.” Namun, Satya tidak bisa berbuat banyak, tangan dan kakinya tidak bisa berhenti bergerak. 3 FA_13_AWAS, SATYA!.indd 9 26/11/2021 00:14:06 10 Hari Minggu adalah hari yang paling disukai Satya, dia bisa pergi ke sawah tempat ibunya bekerja. Perjalanan ke sawah adalah perjalanan yang panjang. Selama perjalanan, mereka melintasi jalan-jalan yang belum pernah dilewati, naik dan turun, melewati ladang terbuka dan hutan-hutan yang lebat, serta anak sungai yang mengalir dengan tenang. Satya melompat seperti kelinci dan berlari dengan cepat seperti kijang. Ibunya melihat dan berkata, “Awas, Satya, tanahnya licin!” 4 FA_13_AWAS, SATYA!.indd 10 26/11/2021 00:14:07 11 Satya merangkak seperti cacing dan merayap seperti ular. Lagi-lagi ibunya memperingatkan, “Awas, banyak duri, Satya!” Ia berayun seperti laba-laba dan melompat seperti monyet, “Aaauoooo.” “Gunakan dahan-dahan yang kuat untuk berpegangan, Monyet Kecil”, kata ibu Satya. Dia bergerak dalam air seperti itik dan berenang seperti katak. “Tetaplah di air yang dangkal,” Ibunya mengingatkannya. 5 FA_13_AWAS, SATYA!.indd 11 26/11/2021 00:14:07 Dia memanjat seperti kadal dan melompat seperti kambing betina. Ibunya melarang sambil berkata, “Jangan meluncur”. Satya mengepak-ngepakkan sayap dengan kedua lengannya seperti sayap dan mencoba untuk terbang jauh. Dia membayangkan dirinya melayang dan meluncur seperti elang. 6 FA_13_AWAS, SATYA!.indd 12 26/11/2021 00:14:09 Di penghujung sore, ketika matahari terbenam jangkrik mulai bernyanyi, tanda saatnya kembali ke rumah. Satya yang kelelahan naik ke punggung ibunya. Mereka mengambil jalan pintas untuk pulang, naik dan turun melewati ladang-ladang, serta hutan-hutan dan sungai-sungai kecil. 7 FA_13_AWAS, SATYA!.indd 13 26/11/2021 00:14:11 14 Di rumah, ketika ayah, kakak perempuan, dan kakeknya melihat Satya berlumuran lumpur dan memar di sekujur tubuhnya, tawa mereka meledak. Kemudian, Kakek memandikannya. Ayah menyiapkan makan malam untuknya. 8 FA_13_AWAS, SATYA!.indd 14 26/11/2021 00:14:12 15 Kakak perempuannya menceritakan dongeng favorit menjelang Satya tidur. Saat dia terbuai dalam mimpinya, Satya berlari, melompat, berputar, berguling, dan terbang jauh. Bagaimana mereka bergerak? Oh, luar biasa cara Satya bergerak! 9 FA_13_AWAS, SATYA!.indd 15 26/11/2021 00:14:14 Lumba-lumba terkenal dengan cara mereka melompat keluar dari air. Dapatkah kamu melompat? Citah adalah hewan gurun tercepat. Mereka dapat berlari dengan sangat cepat dan kencang juga, terutama saat mereka sedang berburu. Bisakah kamu berlari kencang? 10 FA_13_AWAS, SATYA!.indd 16 26/11/2021 00:14:16 Kepiting bisa berjalan dua arah. Bisakah kamu berjalan ke dua arah yang berlawanan? Belalang dapat melompat sangat tinggi, khususnya saat akan kabur dari hewan pemangsa lain. Bisakah kamu melompat sangat tinggi? Siput merangkak sangat lambat. Bisakah kamu merangkak perlahan? 11 FA_13_AWAS, SATYA!.indd 17 26/11/2021 00:14:19 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga FA_13_AWAS, SATYA!.indd 18 26/11/2021 00:14:19 Cerita: diterjemahkan oleh Sami Hidayah. © untuk terjemahan ini ada pada EAA, 2021. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan Cerita Asli: Satya, Watch Out!, oleh Yamini Vijayan. © Pratham Books, 2017. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Para Pembuat Cerita FA_13_AWAS, SATYA!.indd 19 26/11/2021 00:14:19 FA_13_AWAS, SATYA!.indd 20 26/11/2021 00:14:19 FA_13_AWAS, SATYA!.indd 21 26/11/2021 00:14:19 FA_13_AWAS, SATYA!.indd 22 26/11/2021 00:14:19 FA_13_AWAS, SATYA!.indd 23 26/11/2021 00:14:19 Melompat, merayap, dan memanjat bersama Satya saat dia pergi bersama ibunya ke sawah tempat dia bekerja. Sebuah cerita tentang beragam cara dan menyenangkan untuk kita bergerak. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id FA_13_AWAS, SATYA!.indd 24 26/11/2021 00:14:21 Awas, Satya!
107_AWAS_SATYA
FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 1 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 1 11/25/21 9:07 PM 11/25/21 9:07 PM FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 2 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 2 11/25/21 9:07 PM 11/25/21 9:07 PM Penulis: Reena I. Puri Ilustrator: Lilyk Sugiarti Penerjemah: Indra Gunawan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 3 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 3 11/25/21 9:07 PM 11/25/21 9:07 PM FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 4 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 4 11/25/21 9:07 PM 11/25/21 9:07 PM Burung Kecil yang Selalu Cemberut Penulis : Reena I. Puri Ilustrator : Lilyk Sugiarti Penerjemah: Indra Gunawan Penelaah : 1. Naifah 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan- bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 5 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 5 11/25/21 9:07 PM 11/25/21 9:07 PM FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 6 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 6 11/25/21 9:07 PM 11/25/21 9:07 PM FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 1 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 1 11/25/21 9:07 PM 11/25/21 9:07 PM Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. Induk pipit tampak resah sebab wajah anaknya terus menerus cemberut. Anaknya itu tidak mengetahui cara menampakkan perasaan senangnya. 2 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 2 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 2 11/25/21 9:07 PM 11/25/21 9:07 PM Anak burung pun berkata sambil mengembangkan bulu-bulunya, “Aku tidak bisa, Bu! Bibirku menekuk ke bawah alih-alih ke atas.” Induk pipit berkata, “Coba tariklah sedikit ujung bibirmu, Anakku!” Akan tetapi, ia malah tampak seperti sedang marah. 3 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 3 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 3 11/25/21 9:07 PM 11/25/21 9:07 PM Tiba-tiba, terbersitlah ide di benak induk pipit. Sang induk lalu mengajak si Cemberut terbang bersamanya menemui bapak anjing. 4 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 4 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 4 11/25/21 9:07 PM 11/25/21 9:07 PM 5 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 5 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 5 11/25/21 9:07 PM 11/25/21 9:07 PM Induk pun bertanya kepada bapak anjing, “Hai, Pak Anjing, bagaimana kamu menampakkan perasaan bahagiamu?” Pak Anjing pun menggonggong dan menjawab, “Guk! Guk! Aku mengibas-ngibaskan ekorku dengan kencang seperti ini!” G u k ! G u k ! 6 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 6 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 6 11/25/21 9:07 PM 11/25/21 9:07 PM Setelah itu, induk pipit pergi menemui ibu kucing. Ia pun bertanya kepadanya, “Hai, Bu Kucing, bagaimana kamu menunjukkan perasaan bahagiamu?” Ibu kucing mengeong lalu menjawab, “Meong-meong. Aku mendengkur ketika aku sedang merasa senang.” 7 R r r . R r r . FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 7 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 7 11/25/21 9:07 PM 11/25/21 9:07 PM Kemudian, Induk pipit pun bergegas menuju bapak babi dan bertanya kepadanya, “Hai, Pak Babi, bisakah kau memperlihatkan kepada anakku, apa yang kaulakukan ketika sedang senang?”. “Khhrr, khrrr,” gerutu Babi, ia langsung melompat ke genangan besar tanah. “Aku berguling-guling di lumpur ketika aku merasa bahagia.” K h h r r . . K h r r r . . 8 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 8 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 8 11/25/21 9:07 PM 11/25/21 9:07 PM Saat itu Ayah burung pipit tiba. “Bagaimana kabar anakku?” Ia bersiul. 9 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 9 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 9 11/25/21 9:07 PM 11/25/21 9:07 PM Ayah burung pipit sangat senang melihat bayi mereka. Dia bersiul, menukik, dan berputar-putar. Itulah cara bapak burung menunjukkan betapa bahagianya dia. 10 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 10 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 10 11/25/21 9:08 PM 11/25/21 9:08 PM “Sepertinya aku bisa melakukan itu. Aku bahagia!” Si Cemberut pun terharu. Akhirnya mereka bersiul, menukik, dan berputar-putar dengan bahagia. 11 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 11 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 11 11/25/21 9:08 PM 11/25/21 9:08 PM Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 12 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 12 11/25/21 9:08 PM 11/25/21 9:08 PM Profil Lembaga FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 13 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 13 11/25/21 9:08 PM 11/25/21 9:08 PM Cerita: ُاﻟْﻌَﺑُوس ﺻَﻐِﯾرِي diterjemahkan oleh Faten Ashour, © untuk terjemahan ini ada pada Pratham Books, 2018. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang- undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan Cerita Asli: The Grumpus Rumpus, oleh Reena I. Puri © Pratham Books, 2018. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Para Pembuat Cerita FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 14 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 14 11/25/21 9:08 PM 11/25/21 9:08 PM FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 15 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 15 11/25/21 9:08 PM 11/25/21 9:08 PM FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 16 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 16 11/25/21 9:08 PM 11/25/21 9:08 PM FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 17 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 17 11/25/21 9:08 PM 11/25/21 9:08 PM MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 18 FA_13_BURUNG KECIL YANG SELALU CEMBERUT_LARASPUTRI.indd 18 11/25/21 9:08 PM 11/25/21 9:08 PM Burung Kecil yang Selalu Cemberut Induk burung panik karena burung kecil selalu cemberut. Burung kecil tidak pernah terlihat bahagia. Bagaimana cara burung kecil itu menemukan kebahagiaan? Ikuti kisahnya dalam buku ini.
108_BURUNG_KECIL_YANG_SELALU_CEMBERUT
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Omahku kaya Kebun Binatang Rumahku seperti Kebun Binatang Penulis Darwanto Penelaah Arif Subiyanto Penanggung Jawab Umi Kulsum Tim Penyunting Koordinator: Awaludin Rusiandi Khoiru Ummatin Dalwiningsih Amin Mulyanto Ilustrasi Isi & Sampul Alya Lintang F. Tata Letak FA Indonesia Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117 Telepon (031) 5925972 Cetakan pertama, Oktober 2023 E-ISBN: 978-623-112-882-9 Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR C erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak, khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila. Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur, seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai- nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan kayanya unsur-unsur lokal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi, penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya ini. Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Surabaya, 1 Oktober 2023 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Omahku kaya Kebun Binatang Rumahku seperti Kebun Binatang Biodata Penulis Biodata Ilustrator iii iv 1 20 20 4 5 Penulis Darwanto, penulis kelahiran di Madiun yang kini menetap di Malang. Kegiatan sehari-harinya adalah belajar dan mengajar. Suka membaca serta menulis puisi maupun prosa. Tulisan-tulisannya tersiar di beberapa media lokal dan nasional, seperti Kompas, Jawa Pos, Koran Tempo, Media Indonesia, Suara Merdeka, Republika, dan lain-lain. Telah menulis beberapa buku, terutama fiksi. Salah satu novelnya, Sawitri dan Tujuh Pohon Kelahiran, Penerbit Alvabet. Salah satu buku kumpulan cerpennya Lumpur Tuhan, memenangkan Sayembara Sastra Dewan Kesenian Jawa Timur Kategori Prosa, 2017. Bisa disapa lewat facebook ataupun Instagram: Mashdar Zainal. Ilustrator Alya Lintang F atau lebih dikenal sebagai Tera adalah seorang ilustrator asal Madiun. Ia adalah lulusan DKV ITS dan memulai karir sebagai ilustrator pada awal tahun 2023. Tera memiliki minat yang tinggi terhadap dunia literasi dan visual anak. Temukan berbagai karya Tera di @teradsy di Instagram. BIONARASI 20
11_OMAHKU_KAYA_KEBUN_BINATANG
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Rindhawara Annisa Puspandari ii RUMPUT TEKI Penulis: Rindhawara Annisa Puspandari Penyunting: Yohanes Adhi Satiyoko Ilustrator: Nurro Penerbit: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224 Telepon: (024) 562070; Faksimile: (0274) 580667 Cetakan Pertama, November 2021 iv + 8 hlm., 15 x 23 cm. ISBN: 978-623-5677-22-4 Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi buku ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit. Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis. iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui warga dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah RI pun melaksanakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di seluruh provinsi di Indonesia dalam rangka untuk menekan penyebaran virus yang sangat mematikan itu. Kebijakan Pemerintah tersebut tentu memiliki dampak yang sangat signifikan di berbagai sektor. Karena kebahasaan dan kesastraan masuk dalam sektor nonesensial, praktis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebahasaan dan kesastraan tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya secara langsung, bersemuka. Namun, karena proses kreatif dan upaya pencerdasan bangsa melalui bahasa dan sastra harus tetap berlangsung, berbagai kegiatan itu pun dapat dilaksanakan secara daring. Meskipun hasilnya--mungkin--tidak maksimal, berbagai program dan kegiatan yang telah dirancang oleh Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat memenuhi target- target yang telah ditetapkan, termasuk target 42 karya sastra Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penerbitan hasil penerjemahan dari sastra Jawa ini--yang telah melewati proses panjang--merupakan bukti nyata bahwa situasi pandemi tidak menghalangi kami dalam memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa melalui kebahasaan dan kesastraan. Penerbitan hasil penerjemahan ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dalam program besar Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Pemerintah. Melalui penerbitan penerjemahan karya sastra Jawa ini pula diharapkan bisa menghilangkan kendala kebahasaan bagi masyarakat penutur nonbahasa Jawa untuk bisa menikmati dan mengambil manfaatnya. iv Hadirnya buku penerjemahan ini melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kata pengantar singkat ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada sastrawan/penulis (asli) dalam bahasa Jawa. Demikian pula kami mengucapkan terima kasih kepada penerjemah yang telah menerjemahkan karya sastra Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Penghargaan juga kami berikan kepada para penyunting yang telah menyelaraskan hasil terjemahan sesuai dengan kaidah baku bahasa Indonesia. Tentu saja, kepada panitia/tim terjemahan dan penerbit kami ucapkan terima kasih yang tiada bertepi. Semoga buku terjemahan ini bisa menjadi ajang dialog dan tegur sapa antarbudaya di Indonesia dan menambah kekayaan khazanah bahan bacaan literasi yang bermutu. Selamat membaca! Yogyakarta, 10 September 2021 Kepala, Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum. NIP 196605201991031004 1 RUMPUT TEKI T amansari adalah sebuah taman baru di perbukitan pantai selatan Gunungkidul Yogyakarta. Pepohonan dan aneka bunga baru selesai ditanam. Walaupun masih kecil-kecil, tumbuhan dan aneka bunga tumbuh dan hidup rukun berdampingan, seperti kakak dan adik yang saling menyayangi. Ketika petugas taman sedang menyiram tanaman, semua berebut agar mendapat percikan air terlebih dahulu. Aneka tumbuhan tersebut mencondongkan diri mendekati arah percikan air. Kata mereka, siapa yang bisa mendapat percikan air lebih cepat dan lebih banyak, akan lebih cepat tumbuh besar juga. Siapapun yang melihat kejadian ini pasti akan tersenyum. Sebulan kemudian, semua tanaman telah tumbuh besar. Pepohonan yang dahulu kecil, sekarang sudah tumbuh tinggi. Bunga-bunga juga tidak mau kalah dengan menunjukkan pesonanya. Warna-warni, bunga mekar dengan sempurna. Semua bahagia karena Tamansari akan segera dibuka untuk wisatawan. Tamansari akan menjadi tempat yang ramai. Di sore hari, ketika angin berhembus sepoi-sepoi, matahari sudah mulai tenggelam, Gogo, pohon mangga besar, memberi pengumuman. Pepohonan besar di sekitar Tamansari akan mengadakan perlombaan untuk tanaman baru. Tanaman yang paling banyak disukai wisatawan, banyak diajak foto bersama, akan mendapat hadiah. “Kapan lomba akan dimulai, Pak Gogo?” tanya Nining, bunga berwarna kuning. 2 3 “Besok hari Minggu, Ning.” “Kira-kira, apa yang perlu kita siapkan Pak?” Puput, bunga ungu, ikut bertanya. “Nah, kalian bisa berdandan, memakai kostum terbaik, atau begini saja tidak apa-apa. Yang penting, semua tanaman ikut, ya?” Gogo memperhatikan tanaman baru satu persatu. “Siap, Pak!” Rere, bunga berwarna merah terlihat paling semangat. Malam harinya, semua tanaman baru sibuk membicarakan perlombaan. Terlihat para bunga paling semangat mengikuti perlombaan ini. Suasana taman menjadi ramai. Diterangi sinar bulan dan suara ombak lautan membuat suasana tambah menyenangkan. Namun, ada tanaman yang diam membisu, namanya Teki. Rumput kecil di pojok taman. Walaupun berdandan seperti apa pun, ia tetap akan menjadi rumput kecil. “Jangan diam saja, ah. Ki, Teki. Aku tahu kalau kamu tidak mampu bersaing dalam perlombaan ini. Badanmu kecil mungil seperti itu,. Pasti besok kamu akan didiamkan oleh wisatawan, ha, ha, ha,” tawa Titi, si bunga putih mengejek. “Ya, sudah Ki, kamu minggir saja dari sini. Aku hanya takut kamu nanti diinjak-injak oleh wisatawan,” Rere ikut meledeknya. Para bunga yang lain pun ikut tertawa. Sebenarnya, Teki ingin sekali marah, berteriak sekeras-kerasnya. Walaupun tubuhnya kecil mungil, Teki sudah membuat taman terlihat hijau seperti permadani, menyegarkan mata. Namun, apalah gunanya ia seperti itu. Jadi, ia memilih diam saja. “Hei, besok jelas aku yang menang. Kalian tenang saja, tidak perlu ribut-ribut berdandan,” kata Puput penuh percaya diri sambil menari-nari. “Ih, enak saja, lihatlah teman-teman! Warnaku lebih indah,” Nining tidak mau kalah. “Sudahlah, terserah kalian. Aku hanya ingin diam dan mendengarkan,” batin Teki, pasrah. Hari yang dinanti pun tiba. Bunga-bunga sudah memperlihatkan 4 5 warna paling indahnya. Tamansari menjadi sangat ramai. Setelah puas bermain air di pantai, para wisatawan naik ke bukit melihat Tamansari. Banyak wisatawan yang berswafoto bersama para bunga. Merah, kuning, ungu, putih, semua warna diajak berfoto. Ketika sudah bosan berfoto dengan bunga merah, mereka pindah ke bunga kuning. Begitu juga ketika bosan dengan bunga warna kuning, mereka pindah ke bunga ungu. Begitu seterusnya. Ketika semua wisatawan sudah pulang, para tanaman di Tamansari mengobrol lagi. Mereka membicarakan perlombaan yang baru saja mereka ikuti. “Eh, teman-teman, aku mau cerita, nih! Tadi aku diajak foto oleh gadis-gadis cantik, lo,” Nining mulai pamer. “Lah, tadi aku diajak foto oleh satu keluarga besar,” Puput senyum-senyum sendiri. “Anak kecil berbaju merah muda tadi mendekati aku. Aku dicium, katanya aku wangi, hihiii,” Rere tidak mau kalah. “Aku juga begitu, kalau kamu bagaimana, Teki?” Titi melirik ke arah Teki, seperti mengejek. Teki hanya diam, tidak bisa bersuara. Ia merasa tidak memiliki satu pun kelebihan. “Masih bisa hidup saja, aku sudah sangat bersyukur,” katanya dalam hati. “Kasihan, deh, kamu,” Nining kembali mengejek Teki. “Udah deh, kamu pindah saja dari sini, cuma bikin tamannya kotor,” Rere ikut mengejek. “Eh, jangan, dong. Kalau di sini tidak ada yang jelek, kan, kita tidak terlihat cantik! Hahaa…,” Puput tertawa lepas. “Kuatkan hatimu, Teki!” Tanpa aba-aba, Nining, Puput, Rere, dan Titi menyanyi lagu lihat kebunku, tetapi liriknya diubah sesuai dengan keadaan Teki. Para bunga itu menari seperti penari di televisi sambil bertepuk tangan. 6 7 Lihatlah Teki Rumput teki mini Tak bisa tinggi Apalagi wangi Setiap hari Bikin kita hepi Di siang hari Dan di malam hari Mendengar lagu tersebut hati Teki terasa perih, seperti terkena api. Mau apapun, ia tidak bisa bertindak apa-apa. Ia hanya diam dan mengeluh di dalam hati. Semoga saja teman-teman di sini menjadi baik hati dan tidak lagi mengejeknya. “Hhhhhrrrruuuuudddd……, kretak, kretak. Bressssss!” Tak disangka-sangka, tiba-tiba datang angin sangat kencang beserta hujan lebat. Pepohonan dan para bunga tak berdaya, mereka roboh dan sebagian tercabut dari tanah, terbang terbawa angin. Begitu juga dengan Nining, Puput, Rere, dan Titi yang tidak kuat menahan kekuatan angin. Semua berteriak-teriak, batang mereka patah, kelopak bunga beterbangan. Daun mangga milik Gogo yang sudah sangat lebat juga berguguran, hanya tersisa batangnya saja. Teki? Masih di tempat, ia tidak ikut terkena kekuatan angin. “Nining?” “Puput?” “Rere?” “Titi?” “Pak Gogo?” Teki memanggil satu persatu teman-temannya, tetapi tidak ada yang menjawab. Semua sudah tergeletak lemas di tanah. Saat melihat keadaan Nining, Puput, Rere, dan Titi, Teki hanya bisa meneteskan air mata. Kasihan mereka, tetapi ia juga tidak bisa menolong. Teki menarik napas panjang. Ia merasakan apa yang baru saja terjadi. Kita hanya bisa menjalani hidup apa adanya. Oleh karena itu, janganlah kita membanggakan paras wajah, penampilan, dan kedudukan hanya untuk meremehkan teman. 8 Rindhawara Annisa Puspandari Penulis saat ini menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Rindhawara bertempat tinggal di Ledoksari, Kepek, Wonosari, Gunungkidul. HP 082325163433, pos-el: [email protected]
11_RUMPUT_TEKI
HOREE … AKU BISA NGGAWE DOLANAN DHEWE HORE ... AKU BISA MEMBUAT MAINAN Penulis Redite Kurniawan Penerjemah Awaludin Rusiandi Penelaah Sugeng Hariyanto Penyunting Khoiru Ummatin Ilustrator Emmal Penata Letak Kreativa Grafis Diterbitkan pada tahun 2022 oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, 61252 Telepon/Faksimile (031) 8051752 Cetakan pertama, Oktober 2022 ISBN: 978-602-8334-86-0 Katalog dalam Terbitan (KDT) 899.222 3 HOR HORE ... AKU BISA MEMBUAT MAINAN / Redite Kurniawan h — cet. 1 – Sidoarjo: Balai Bahasa Jawa Provinsi Timur, 2022 iv + 26 hlm; 22 x 28 cm Kata Pengantar Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur S alah satu kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur adalah cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Kekayaan itu merupakan sebuah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional se­ bagai bagian dari warisan budaya dunia. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur tidak hanya dapat diimplementasikan oleh masyarakat Jawa Timur, tetapi dapat pula dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan diterjemahkannya kar­ ya sastra Jawa Timur ke bahasa Indonesia, pembacanya dapat menikmati cerita, kemudian meng­ kaji nilai-nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-nilai positif sebagai pegangan hidup. Hasilnya adalah akan tercipta sebuah pemahaman antarbudaya yang akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perda­ maian antarmanusia. Cerita-cerita yang terhimpun dalam terjemahan buku cerita anak untuk pembaca awal ini juga dapat bermanfaat sebagai salah satu sarana atau media pendidikan karakter. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEM, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika. Cerita dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Melalui penerjemahan cerita anak, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gera­ kan Literasi nasional (GLN). Kami berusaha untuk turut berperan aktif dalam program itu dengan. menyediakan bahan bacaan bermutu bagi pembaca melalui penerjemahan cerita anak berbahasa daerah ke bahasa Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal. Kegiatan membaca diharapkan akan tumbuh dan berkembang menjadi keterampilan-keterampilan lanjutan sehingga akhirnya pembaca dapat mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keter­ ampilan literasi. Inovasi seperti itu perlu didukung agar dapat menumbuhkan budaya literasi dengan tetap berfokus pada upaya untuk menumbuhkan generasi yang memiliki kemampuan berpikir kritis, me­ mecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk terjemahan ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyam­ paikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis karya sastra berbahasa daerah, penerjemah, penelaah, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya terjemahan ini. Semoga buku ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Sidoarjo, 1 Oktober 2022 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. iii iv DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Horee … Aku Bisa Nggawe Dolanan Dhewe Hore ... Aku Bisa Membuat Mainan Biodata Penulis Biodata Penerjemah Biodata Ilustrator 01 iii iv 25 25 25 1 Dina Minggu, bocah-bocah prei ning omah. Iwan arep ngajak dolanan ning latar. Pada hari Minggu, anak-anak libur di rumah. Iwan mau mengajak teman- temannya bermain di halaman. 2 “Cah, ayo dolanan ning njaba omah!”. “Mumpung ora udan,” kandhane Iwan. “Teman-teman, ayo main di halaman!”. “Mumpung tidak hujan,” seru Iwan. 3 “Aku isih main game,” jare Anto. “Aku masih main game,” jawab Anto “Aku isih ndelok YouTube,” wangsulane Darlan. “Aku masih lihat YouTube,” kata Darlan 4 “Kok ora ana sing dolanan ning latar, ya?” “Aku mosok dolanan dhewe?” Iwan mikir. “Kok teman-teman tidak ada yang mau main di halaman, ya?” “Masa iya aku harus main sendiri?” pikir Iwan 5 Iwan banjur mulih. Ing meja mangan ana jeruk bali. Kulite sing kandel isih ana ing piring. Iwan lalu pulang. Di meja makan ada jeruk bali. Kulitnya yang tebal masih ada di piring. 6 Iwan sakjane seneng jeruk bali. Daginge werna abang lan rasane legi kecut seger. Nanging saiki Iwan ora kepingin. Iwan sebetulnya suka dengan jeruk bali. Daging buahnya berwarna merah dan rasanya asam manis segar. Namun, sekarang Iwan sedang tidak ingin makan jeruk bali. 7 Iwan isih kepingin bisa dolanan karo kanca-kancane ning latar. Nanging piye carane? Iwan masih ingin bermain dengan teman-temannya di halaman. Namun, bagaimana caranya? 8 Dumadakan Iwan kelingan buku sing nate diwaca. kulite jeruk bali bisa digawe dolanan. Tiba-tiba Iwan ingat buku yang pernah dibacanya. Kulit jeruk bali bisa dipakai sebagai bahan membuat mainan. 9 Iwan njupuk kulit jeruk bali. Iwan banjur golek sunduk sate lan benang. Iwan mengambil kulit jeruk bali yang ada di piring. Iwan lalu mencari tusuk sate dan benang. 10 Hore! Montor-montoran saka kulit jeruk bali wis dadi. Hore! Mobil-mobilan dari kulit jeruk bali sudah jadi. 11 Iwan menyang omahe Anto maneh. Dheweke banjur nyeluk kanca-kancane. Iwan pergi ke rumah Anto lagi. Dia lalu memanggil teman- temannya. 12 “Anto, Darlan! Delengen iki! Aku duwe dolanan!” kandhane Iwan. “Anto, Darlan! Lihat ini! Aku punya mainan!” teriak Iwan. “Kok apik? Sapa sing nggawekne?” Anto takon. “Wah, kok bagus? Siapa yang buat?” tanya Anto. 13 “Aku bisa nggawe dhewe, ayo tak bantu nggawe dolanan iki.” “Aku bisa membuat sendiri, ayo kubantu membuat mainan seperti ini.” “Saiki nyang omahku, ya!” Iwan ngajak kancane. “Sekarang ayo ke rumahku ya!” ajak Iwan ke teman-temannya. 14 Anto lan Darlan nyelehake HP-ne. “Aku males mlaku ning omahmu,” jare Darlan. Anto dan Darlan menaruh ponsel mereka. “Tapi aku malas kalau harus jalan kaki ke rumahmu,” Darlan mengeluh. 15 “Aja kuwatir, ayo tak seret nganggo blarak krambil,” jare Iwan. “Jangan kuatir, akan kuseret kalian dengan pelepah kelapa,” jawab Iwan. “Asyik! Kaya numpak perahu!” Anto lan Darlan mbengok. “Asyik! Seperti naik perahu, ya!” seru Anto dan Darlan. 16 “Gentian nyeret, ya,” jare Iwan. “Ayo, yang menarik bergantian ya,” pinta Iwan. “Aja nganti ngguling!” Darlan mbengok. “Awas, jangan sampai terguling!” teriak Darlan. 17 Bocah-bocah saiki wis teka omahe Iwan. Iwan dan teman-teman sekarang sudah sampai di rumah Iwan. “Tapi kulit jerukku kari sithik,” jare Iwan. “Tapi, kulit jerukku tinggal sedikit,” Iwan mengeluh. “Wah, terus piye ora sida dolanan?” Darlan takon. “Wah, terus bagaimana ini. Kita tidak jadi bermain?” tanya Darlan. 18 “Jeruk bali iki saka karangan mburi omahku,” jare Iwan. “Jeruk bali ini dari halaman di belakang rumahku,” kata Iwan. “Ayo mrana, sapa ngerti isih akeh buwahe,” kandha Anto. “Yuk, kita ke sana. Siapa tahu masih ada banyak,” ajak Anto. 19 Wit jeruk bali tibake gedhe. Pohon jeruk bali ternyata tinggi dan besar. Wohe ana ing dhuwur pange wit. “Sapa sing arep menek wit dhuwur kaya ngono kuwi?” Darlan takon. Buahnya ada di dahan pohon. “Siapa yang mau memanjat pohon setinggi itu?” tanya Darlan. 20 “Wis, ayo balapan menek wit,” jare Anto. “Sudah-sudah, ayo kita balapan naik ke pohon itu,” ajak Anto. “Ayo!” jare Darlan. “Ayo!” jawab Darlan. “Ati-ati akeh eri,” Iwan nyahut. “Hati-hati banyak durinya,” tambah Iwan. 21 Bocah-bocah saiki wis padha nyekel jeruk Mereka semua sekarang memegang jeruk balinya masing- masing. Buwah mau dionceki. Banjur bocah-bocah kuwi padha semangat nggawe montor- montoran. Buah-buah itu lalu dikupas. Mereka sangat bersemangat membuat mobil-mobilan. 22 “Apa mung isa digawe montor- montoran?” Darlan takon. “Apa kulit ini hanya bisa dibuat mobil- mobilan?” tanya Darlan. “Mesthine isa digawe sembarang,” wangsule Iwan. “Sebetulnya sih, bisa dipakai untuk membuat berbagai macam mainan,” jawab Iwan. “Digawe dolanan apa?” Darlan takon maneh. “Dibuat mainan apa lagi ya?” Darlan menambahkan. 23 “Wis, penake nggawe apa sing mbokkarepna!” Iwan ngongkon. “Baiklah, buat mainan apa saja yang kamu inginkan!” Iwan menyarankan. Anto lan Darlan langsung padha mikir. Sedhiluk wae banjur nggawe dolanan pesawat, perahu, lan sepeda. Anto dan Darlan langsung terdiam dan berpikir. Tidak lama kemudian, mereka membuat mainan pesawat, perahu, dan sepeda. 24 Hore! Saiki Iwan lan kanca-kancane bisa nggawe dolanan dhewe. Hore! Sekarang Iwan dan teman-temannya bisa membuat mainan sendiri. 25 Biodata Penulis Redite Kurniawan atau Redhite K. berdomisili di Lawang, Malang, Jawa Timur. Bapak dua anak ini berprofesi sebagai pendidik di MTs. Terpadu Ar-Roihan di Lawang Malang. Bukunya antara lain: Amanah Terindah (2018) Indiva Surakarta, Tengah Hari di Spijkenisse (2018) Alvabet Jakarta, dan Jejak Penunggu Sungai (2019) Indiva Surakarta, Panggung untuk Palestina (2021) Indiva Surakarta. Penulis bisa dihubungi di instagram: @redhitekurniawan Biodata Penerjemah Awaludin Rusiandi adalah penerjemah di Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur. Dia lulusan S-1 Sastra Inggris di UM dan S-2 Ilmu Linguistik di UGM Yogyakarta. Selain pendidikan formal, berbagai diklat yang diselenggarakan Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, Kemdikbudristek, dan lain sebagainya pernah diikutinya. Pengalaman di bidang penerjemahan dan penjurubahasaan, antara lain terjemahan takarir (subtitle) di televisi berbayar, terjemahan cerita anak, terjemahan artikel ilmiah, juru bahasa di kepolisian serta kejaksaan, dan lain sebagainya. Biodata Ilustrartor Ega Akmala El Farid atau yang biasa dipanggil Emmal, lahir di Malang pada 31 Maret 1994. Telah menyelesaikan studi strata satu di Universitas Brawijaya Malang Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan mengambil jurusan Akuntansi. Setelah lulus, kesibukan utamanya menjalankan usaha yang sudah mulai dirintis sejak kuliah. Di saat senggang, dia memilih menggunakan waktunya untuk menggambar. Seiring berjalannya waktu, selain menghilangkan penat, menggambar juga menjadi bagian dari pekerjaannya hingga saat ini dengan membuka jasa gambar dan menjadikan hasil karyanya menjadi barang yang sudah terjual sampai ke luar negeri. Saat ini Emmal berdomisili di Malang dan bisa disapa melalui akun instagramnya @emmal.elfarid.
11_AKU_BISA_MEMBUA_MAINAN_GABUNG
2 Level Penulis: Bhubaneshwar workshop Bhubaneshwar workshop for children for children Ilustrator: Adiguna Adiguna FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 1 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 1 11/26/21 1:25 AM 11/26/21 1:25 AM Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 2 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 2 11/26/21 1:25 AM 11/26/21 1:25 AM Penulis: Bhubaneshwar workshop for children Ilustrator: Adiguna Penerjemah: Durroh Fuadin Kurniati Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 3 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 3 11/26/21 1:25 AM 11/26/21 1:25 AM FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 4 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 4 11/26/21 1:25 AM 11/26/21 1:25 AM Matahari Ketujuh: Sebuah Kisah Suku dari Odisha Penulis : Bhubaneshwar workshop for children Ilustrator : Adiguna Pengatak : Emi Kurnia Putri Penerjemah: Durroh Fuadin Kurniati Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 5 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 5 11/26/21 1:25 AM 11/26/21 1:25 AM FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 6 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 6 11/26/21 1:25 AM 11/26/21 1:25 AM FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 1 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 1 11/26/21 1:25 AM 11/26/21 1:25 AM Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptas serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. Dahulu kala, ada tujuh matahari di angkasa. Sinarnya membuat bumi teramat panas sehingga manusia tidak kuat menahan teriknya. 2 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 2 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 2 11/26/21 1:25 AM 11/26/21 1:25 AM Oleh sebab itu, tujuh bersaudara yang berasal dari suku Munda memutuskan untuk melenyapkan matahari. 3 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 3 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 3 11/26/21 1:25 AM 11/26/21 1:25 AM Mereka menembakkan anak panah pada matahari dan mampu menghilangkan enam di antaranya. Matahari ketujuh bersembunyi di balik bukit. 4 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 4 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 4 11/26/21 1:25 AM 11/26/21 1:25 AM Lalu, karena matahari menghilang, kegelapan ada di mana-mana. Rusa tak dapat melihat harimau, gajah menabrak pohon, kelinci melompati singa, dan terjadi kebingungan di mana-mana. 5 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 5 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 5 11/26/21 1:25 AM 11/26/21 1:25 AM Untuk menemukan jalan keluar, binatang-binatang memutuskan untuk bermusyawarah. Seekor kelinci bercerita, ada satu di antara ketujuh matahari yang masih hidup dan bersembunyi di balik bukit. Namun, siapa yang bisa memanggilnya? 6 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 6 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 6 11/26/21 1:25 AM 11/26/21 1:25 AM “Aku akan memanggil si matahari,” kata singa, karena dia adalah raja hutan. “Matahari, matahari, tolong jangan lari dari kami. Ayo kembalilah dan sinari kami!” aum singa. Namun, matahari tidak menghiraukannya. 7 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 7 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 7 11/26/21 1:25 AM 11/26/21 1:25 AM Sekarang giliran gajah memanggil. Dia mengangkat belalainya dan berseru, “Matahari, Matahari, tolong kembalilah.” Namun matahari tidak mendengarkannya. 8 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 8 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 8 11/26/21 1:25 AM 11/26/21 1:25 AM Si cantik merak menari dan memohon, “Matahari, Matahari, tolong kembalilah.” Namun matahari menolak keluar dari persembunyiannya. Satu persatu binatang memanggil matahari, tetapi matahari tidak mau mendengarkan siapa pun. Akhirnya, seekor ayam jantan menawarkan diri untuk memanggil matahari. Semua yang ada di situ tertawa. Namun, singa adalah pemimpin yang bijaksana. “Ayam jantan harus diperbolehkan mencoba,” katanya. 9 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 9 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 9 11/26/21 1:25 AM 11/26/21 1:25 AM 10 Ayam jantan melangkah ke depan dan berkokok dengan lembut, “Kukuruyuuuk.” Matahari mengintip sedikit dari balik bukit, mengejutkan semua yang ada di sana. Ayam jantan berkokok lagi, kali ini sedikit lebih berani, “Kukuruyuuuk!” Matahari naik sedikit lebih tinggi. Ayam jantan berkokok untuk ketiga kalinya. Kali ini lebih nyaring dan lebih berani, “Kukuruyuuuk!” Matahari pun terbit semakin tinggi dan bersinar terang. 10 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 10 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 10 11/26/21 1:26 AM 11/26/21 1:26 AM Cahaya memancar di mana-mana. Binatang-binatang bersuka cita dan manusia merasa lega. Binatang-binatang meminta manusia untuk tidak melenyapkan matahari, dan mereka setuju. Sejak saat itu, ketika ayam jantan berkokok di pagi hari, matahari terbit dan bersinar di angkasa. 11 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 11 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 11 11/26/21 1:26 AM 11/26/21 1:26 AM Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 12 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 12 11/26/21 1:26 AM 11/26/21 1:26 AM Para Pembuat Cerita FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 13 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 13 11/26/21 1:26 AM 11/26/21 1:26 AM Cerita: The Seventh Sun : A Tribal Tale From Odisha. Diterjemahkan oleh Manohar Notani. © pada terjemahan ini berada pada Bhubaneshwar Workshop for Children, 2011. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakanizin 4.0. Berdasarkan cerita Asli: सातवाँ सूरज : एक ओड़िया लोककथा oleh Lokakarya Bhubaneshwar untuk anak-anak. © Pratham Books, 2011. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 14 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 14 11/26/21 1:26 AM 11/26/21 1:26 AM FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 15 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 15 11/26/21 1:26 AM 11/26/21 1:26 AM FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 16 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 16 11/26/21 1:26 AM 11/26/21 1:26 AM FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 17 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 17 11/26/21 1:26 AM 11/26/21 1:26 AM MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Matahari Ketujuh adalah kisah sederhana dari sebuah komunitas suku Odisha. Berkisah tentang suatu waktu ketika ada tujuh matahari di angkasa. Apakah binatang dan manusia senang dengan begitu banyaknya matahari? Temukan sendiri jawabannya dalam kisah yang mengajarkan kita untuk menghargai alam ini. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 18 FA_13_MATAHARI KETUJUH.indd 18 11/26/21 1:26 AM 11/26/21 1:26 AM
111_MATAHARI_KETUJUH
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 1 Level Penulis: Mala Kumar, Manisha Chaudhry Ilustrator: Lilyk Sugiarti Penerjemah: Era Realita Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar Penulis : Mala Kumar, Manisha Chaudhry Ilustrator : Lilyk Sugiarti Pengatak : Poppy Yunita Penerjemah: Era Realita Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Sebuah Jalan atau Sebuah Kebun Binatang? Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. 8 Sonu, Monu, dan Rina pergi keluar untuk bermain. Di jalan mereka melihat seekor anak kucing. 2 Anak kucing itu mengincar seekor tikus besar. “Eh, lihat!” Kata Sonu. Rina melihat seekor semut kecil menghampiri tikus besar tadi. Tiba-tiba, sebuah bayangan besar menutupi mereka. 3 10 4 Seekor burung elang yang sangat besar hinggap di atas tembok. 11 Seekor semut kecil, seekor anak kucing, seekor tikus, dan seekor burung elang yang sangat besar berada di satu jalan! 5 12 Apa yang akan dilakukan tiga anak pandai itu sekarang? Ketiga anak itu bertepuk tangan! Burung elang ketakutan, lalu mengepakkan sayap dan terbang menjauh. 6 13 Rina membantu semut memanjat ke sehelai daun. Rina menaruh daun itu di atas tembok. Semut melihat sebutir gula. Semut mengambil gula itu dan berlari pulang ke sarangnya. 7 14 Tikus besar mengais sisa pakoda yang terjatuh dan masuk kembali ke selokan. Anak kucing kecil bersuara, “Meooong,” sambil menjilati tangannya. 8 15 Monu memberi anak kucing itu susu dengan sebuah cangkir. 9 10 Lalu, ketiga anak itu bermain dengan anak kucing tadi. Burung elang besar yang bertengger di atas pohon mengepakkan sayap dan terbang pergi. 11 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Cerita: A Street, or a Zoo? Ditulis oleh Manisha Chaudhry, Mala Kumar, © Pratham Books, 2015. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Para Pembuat Cerita Sonu, Monu dan Rina menemukan banyak hal di sebuah jalan. Di buku kedua ini, tiga sahabat pergi keluar untuk bermain. Mereka tidak menyangka akan bertemu banyak binatang. Apakah kamu mau bertemu dengan binatang- binatang itu juga? Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
113_SEBUAH_JALAN_ATAU_KEBUN_BINATANG
1 Level Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Penulis: All Children Reading Cambodia Ilustrator: Ruhiat Penerjemah: Muhammad Arif Saelan Nafi dan Bora Nafi dan Bora Penulis : All Children Reading Cambodia Ilustrator : Ruhiat Penerjemah : Muhammad Arif Saelan Penelaah : 1. M. A. Rahartati Bambang Haryo 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Ayu Putu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. 2 Bora dapat menulis. 3 Nafi juga dapat menulis. Nafi dapat bermain sepak bola. 4 Bora juga dapat bermain sepak bola. 5 Bora dapat menggambar. 6 Nafi juga dapat menggambar. 7 Nafi dapat membaca. 8 Bora juga dapat membaca. 9 Keduanya anak berbakat. 10 11 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Para Pembuat Cerita Cerita: Navy et Bora ini diterjemahkan oleh Cyrille Largillier, © untuk terjemahan ini ada pada Cyrille Largillier, 2019. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan cerita asli: Navy and Bora, oleh All Children Reading Cambodia, © The Asia Foundation, 2019. Beberapa Hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Nafi dan Bora Bora dapat melakukan hal yang dapat Nafi lakukan. Mereka berdua dapat melakukan hal-hal yang sama.
115_Nafi_dan_Bora
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Matematika Ada di Mana-Mana 1 (Tingkat Sedang) Penulis : Suman Das llustrator: Ayun Sekar Widowati 4 Level Penulis: Suman Das Ilustrator: Ayun Sekar Widowati Penerjemah: Dessy Listyarini Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Matematika Ada di Mana-Mana 1 (Tingkat Sedang) Matematika Ada di Mana-Mana 1 (Tingkat Sedang) Penulis : Suman Das Ilustrator : Ayun Sekar Widowati Penerjemah : Dessy Listyarini Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Krenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. 2 Ada banyak pohon kelapa di kebun Raju. Kelapa itu akan dipetik dari semua pohon yang ada di kebunnya. 3 Raju harus pergi ke kebun untuk memanennya. 4 Setibanya di kebun, Raju mulai meng­ hitung kelapa-kelapa itu. Ia berdiri di bawah pohon dan menghitung 1, 2, 3, 4, …. Raju menyadari ada delapan buah kelapa di pohon pertama. 5 Raju pergi ke bawah pohon kelapa kedua. Dia memperhatikan buah kelapa di pohon ini sepertinya lebih banyak dari yang pertama. Ada sepuluh buah kelapa yang menggantung di pohon ini. 6 Raju tiba di pohon kelapa ketiga. Ternyata, buah kelapa pohon ini paling sedikit di antara ketiga pohon yang sudah didatanginya. Hanya ada enam buah kelapa di pohon yang ini. 7 Saat itu, Paman yang tinggal di sebelah rumahnya sedang memanjat pohon kelapa itu satu per satu. Dia memetik semua kelapa yang ada di sana. 8 Raju mengumpulkan semua kelapa yang sudah dipetik itu. Ia menghitung ada 24 buah kelapa yang terkumpul di bawah pohon. 9 Sambil menghitung di dalam hati, Raju mengingat- ingat bahwa ada 8 buah kelapa dari pohon pertama, 10 buah kelapa dari pohon kedua, dan 6 buah kelapa dari pohon ketiga. Dia juga menghitung menggunakan jari-jarinya, ternyata hasilnya sama. Ada 24 buah kelapa. 10 Sekarang Raju ingin membagi semua buah kelapa itu sama rata untuk setiap pohon, kira-kira berapa jumlahnya, ya? Dia mulai meletakkan buah kelapa dalam jumlah yang sama di setiap pohonnya. Lalu, ada berapa buah kelapa yang terkumpul di bawah setiap pohon? 11 Sudahkah kalian menghitung dan mendapatkan jawabannya? Benar, ada delapan buah kelapa di bawah tiap-tiap pohon, kan? 12 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Para Pembuat Cerita Cerita: Find Math Everywhere1 (Average) diterjemahkan oleh Debadrita Dey Bhattachrya. © untuk terjemahan ini ada pada Debadrita Dey Bhattachrya, 2018. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakanizin 4.0 Berdasarkan cerita asli: Find Math Everywhere 1 (Average), oleh Suman Das, © Suman Das, 2018. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Matematika Ada di Mana-Mana 1 (Tingkat Sedang) Raju belajar menghitung jumlah rata-rata.
119_matematika_ada_di_mana_mana
Dari Hina Hingga Mulia T i BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI 2021 ii T Dari Hina Hingga Mulia DARI HINA HINGGA MULIA JILID I Karya: Mw. Asmawinangoen Judul Asli: Saking Papa Doemoegi Moelja, Jilid 1 Penerjemah: Drs. Soeharto Mangkusudarmo, M.Hum. Penyunting: Drs. Sri haryatmo, M.Hum. Penerbit: KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224 Telepon: (024) 562070; Faksimile: (0274) 580667 Cetakan Pertama, September 2021 vi + 76 hlm., 14,5 x 21 cm. ISBN: BALE POESTAKA - WELTEVREDEN 1928 Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi buku ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit. Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis. Dari Hina Hingga Mulia T iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui warga dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah RI pun melaksanakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Daru- rat di seluruh provinsi di Indonesia dalam rangka untuk menekan penyebaran virus yang sangat mematikan itu. Kebijakan Peme- rintah tersebut tentu memiliki dampak yang sangat signifikan di berbagai sektor. Karena kebahasaan dan kesastraan masuk dalam sektor nonesensial, praktis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebahasaan dan kesastraan tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya secara langsung, bersemuka. Namun, karena proses kreatif dan upaya pencerdasan bangsa melalui bahasa dan sastra harus tetap berlangsung, berbagai kegiatan itu pun dapat dilak- sanakan secara daring. Meskipun hasilnya—mungkin—tidak maksimal, berbagai program dan kegiatan yang telah dirancang oleh Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bisa tetap dapat memenuhi target-target yang telah ditetapkan, termasuk target 42 karya sastra Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penerbitan hasil penerjemahan dari sastra Jawa ini—yang telah melewati proses panjang—merupakan bukti nyata bahwa situasi pandemi tidak menghalangi kami dalam memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa melalui kebahasaan dan kesastraan. Penerbitan hasil penerjemahan ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dalam program besar iv T Dari Hina Hingga Mulia Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Pemerintah. Melalui penerbitan penerjemahan karya sastra Jawa ini pula diharapkan bisa menghilangkan kendala kebahasaan bagi masyarakat penutur nonbahasa Jawa untuk bisa menikmati dan mengambil manfaatnya. Hadirnya buku penerjemahan ini melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, dalam Kata Pengantar singkat ini kami me- nyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada sastrawan/penulis (asli) dalam bahasa Jawa. Demikian pula kami mengucapkan terima kasih kepada penerjemah yang telah mener- jemahkan karya sastra Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Peng- hargaan juga kami berikan kepada para penyunting yang telah menyelaraskan hasil terjemahan sesuai dengan kaidah baku bahasa Indonesia. Tentu saja, kepada panitia/tim terjemahan dan penerbit kami ucapkan terima kasih yang tiada bertepi. Semoga buku terjemahan ini bisa menjadi ajang dialog dan tegur sapa antarbudaya di Indonesia dan menambah kekayaan khazanah bahan bacaan literasi yang bermutu. Selamat membaca! Yogyakarta, 10 September 2021 Kepala, Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum. NIP 196605201991031004 Dari Hina Hingga Mulia T v DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ........ iii DAFTAR ISI ................................................................................v I. DUA SAHABAT ................................................................. 1 I. DISAKITI MESKIPUN TIDAK BERSALAH ................ 15 II. PERGI ................................................................................. 26 III. MENCARI ......................................................................... 35 IV. SEMAKIN JAUH .............................................................. 46 V. MENGAMEN.................................................................... 57 VI. KABERUNTUNGAN DAN KEBAHAGIAAN............ 66 vi T Dari Hina Hingga Mulia Dari Hina Hingga Mulia T 1 Di Dusun Wanadadi daerah Karesidenan Madiun ada se- pasang suami istri, yang lelaki bernama Dipanala, yang perem- puan bernama Mainem. Kehidupan sepasang suami istri itu cukup, tidak kaya tidak miskin. Jadi tidak kekurangan sandang-pangan. Penghasilannya dari hasil bertani. Mereka punya dua rumah besar, halamannya luas, ditanami pepohonan yang buahnya bermanfaat, yakni kelapa, pisang, jeruk, rambutan, dan lain-lain. Sawahnya dua bau, kerbaunya sepasang besar-besar dan gemuk-gemuk karena dirawat dengan baik. Dipanala mempunyai pembantu seorang lelaki yang sangat disayangi karena rajin, taat, dan berbakti pada tuannya. Ia masih remaja, bernama jupri. Meskipun belum lama ikut Dipanala, sekitar 3 bulan, namun Dipanala tidak curiga dengan kelakuannya, sebab- nya seperti ini. Pertama, Dipanala bertempat tinggal satu dusun dengan Jupri, karena itu Dipanala tahu sifat Jupri sejak kecil, bahwa Jupri tidak pernah berbuat tidak baik. Kedua, selama ikut Dipanala, Jupri kerap dicoba dengan ber- bagai sikap dan dicari-cari kesalahannya tetapi tanpa hasil, karena Jupri memang anak yang jujur, tidak punya sikap ingin mencuri, sombong, tidak sok pintar, tidak suka protes, namun rajin bekerja. Seandainya para pembaca bertanya siapakah Jupri itu. Jupri berasal dari Dusun Wanadadi. Ayahnya bernama Martajiwa, I Dua Sahabat 2 T Dari Hina Hingga Mulia termasuk golongan orang miskin yang berbudi baik, keluarganya hidup rukun, rukun juga terhadap tetangganya. Ia tidak gampang marah. Anaknya hanya satu, yaitu Jupri. Selama ini Jupri tidak pernah dimanja oleh orang tuanya, ketika orang tuanya pulang dari kerja, Jupri selalu dididik hal keutamaan dan sedapat mungkin ia dilatih rajin bekerja dengan kesungguhan hati. Ketika sore hari sebelum waktu tidur, ia didongengi bermacam- macam larangan bahkan sering dinasihati seperti ini. “Nak, aku ini orang miskin, jadi tidak bisa memberi warisan yang akan membuat enak hidupmu. Oleh karena itu, pendidikan budi pekerti ini hendaknya diingat, jika kamu selalu memperhati- kan dan melaksanakannya, kamu tidak akan merasakan keseng- saraan. Meskipun Engkau ditakdirkan sebagai orang miskin, namun hatimu akan selalu merasa tenteram dan bahagia. Yang sangat diperlukan oleh orang hidup itu, tiada lain adalah kejujur- an. Orang yang berbudi itu tiada tandingannya seperti menyim- pan harta yang nilainya beribu-ribu rupiah, maka dicintai dan disayangi oleh sesama. Bersikap jujur itu merupakan kata yang pendek, tetapi secara menyeluruh mengandung makna keutamaan dan kebaikan yang luas. Jika dijabarkan ada bermacam-macam bagian, seperti tersebut ini. Pertama, berbakti dengan sungguh- sungguh kepada Allah. Siang-malam pasrah lahir-batin kepada Tuhan. Meskipun dalam keadaan susah atau dalam situasi senang tidak harus meninggalkan Tuhan. Kedua, hormat kepada dhedhu- wurane. Apakah yang disebut dhedhuwuran? Yaitu meliputi ayah, ibu, kakek-nenek, buyut, saudara tua ayah, paman, bibi, dan se- terusnya. Lurah, carik, dan seterusnya, terlebih-lebih terhadap orang yang berumur. Jadi yang disebut dhedhuwuran itu dapat dibedakan menjadi tiga: dhedhuwuran karena hubungan keluarga, dhedhuwuran karena derajad, dan dhedhuwuran karena umur. Ketiga, cinta terhadap sesama, maksudnya suka menolong, senang rukun dan saling menjaga, artinya yang salah diberi tahu, yang bernasib malang dijadikan beruntung, yang gelap diterangi, yang Dari Hina Hingga Mulia T 3 bengkok diluruskan. Orang yang tidak suka menolong, yang suka bertengkar, dan senang menyusahkan orang lain, jelas tidak memiliki ketulusan hati dan cinta kasih. Orang yang menyayangi sesama tidak boleh membeda-bedakan orang dan tidak boleh melihat status ras atau bangsa. Banyak orang yang hanya cinta pada orang kaya saja, itu perbuatan yang salah. Demikian pula banyak orang yang hanya cinta pada bangsanya sendiri, hal itu juga tidak sempurna. Keempat, berperilaku baik terhadap bawah- an, rendah hati terhadap saudara, rendah hati pada yang sudah berusia tua, demikian pula rendah hati terhadap yang berderajat tinggi. Pernah terjadi seorang dhedhuwuran yang tidak menerap- kan nilai-nilai tersebut, seenaknya sendiri terhadap bawahannya, itu perbuatan salah. Perilaku seperti itu bukannya membuat dirinya dihormati, sebaliknya justru dicemooh dan akhirnya dianggap tidak bijaksana. Kelima, berperilaku baik terhadap semua makhluk, yaitu: binatang, tumbuh-tumbuhan, dan lain sebagainya. Banyak anak-anak yang suka menyakiti binatang. Burung gelatik diter- bangkan tapi kakinya diikat, anak ayam dijadikan mainan, capung dibutakan matanya, dicabuti bulunya atau diputuskan kakinya, jangkrik diadu dengan jangkrik. Semua itu perbuatan yang me- nyiksa, itu perilaku tidak baik. Bagaimanakah jika anak-anak tersebut diperlakukan seperti itu, pasti akan menangis tak henti- hentinya dan merengek meminta tolong. Jelas sekali bahwa anak- anak yang senang menyakiti binatang itu tidak berpikir bagaimana jika hal itu terjadi pada dirinya. Demikian pula banyak anak yang senang merusak tanaman yang sebenarnya bermanfaat atau me- nyenangkan. Itu perbuatan yang salah, sekilas saja dapat dikata- kan sudah tidak pantas. Keenam, rajin dan bersungguh-sungguh dalam pekerjaan. Meskipun sebagai kuli, sebagai pejabat, bahkan menjadi buruh sekalipun, rajin dan kesungguhan haruslah menjadi patokan dalam bekerja. Kuli yang tidak rajin dan bersungguh- sungguh ketika bekerja, pasti sawah dan ladangnya kurang subur dan hasilnya tidak maksimal. Buruh yang tidak rajin dan ber- 4 T Dari Hina Hingga Mulia sungguh-sungguh sudah pasti tidak akan dipekerjakan orang. Pejabat yang tidak rajin dan bersungguh-sungguh pasti seringkali dimarahi atasannya, bisa juga lalu dicopot dari jabatannya. Ke- tujuh, hemat dan hati-hati dalam mengelola pendapatannya. Jangan sekali-sekali gaji digunakan untuk menuruti keinginan hati yang tidak ada manfaatnya, seperti berjudi, menghisap candu, berbuat maksiat dan sebagainya. Siapa pun yang selalu menuruti keinginan hati seperti itu pasti hidupnya akan sengsara, dan tidak akan hidup tenteram. Kedelapan, jangan bersifat yang tidak pantas, seperti: sok kuat, sok pintar dan merasa paling kaya. Apa- lagi kamu yang memang dasarnya rendah, bodoh dan miskin, perilaku seperti tersebut wajib Kausingkirkan, karena seringkali terjadi yang aslinya rendah mengaku berderajat tinggi, aslinya bodoh mengaku pintar dan aslinya miskin mengaku kaya, akibat- nya dianggap gila oleh tetangganya. Ketulusan hati akan lebih baik lagi jika disertai kepintaran. Orang yang tulus hatinya dan juga pintar itu adalah orang yang paling beruntung, pasti hidupnya bahagia. Tapi takdirmu dilahir- kan dari orang tua miskin yang tidak bisa membiayai anaknya untuk sekolah tinggi agar memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya. Kalau keinginanku, kamu akan kudidik sepintar mungkin, ku- sekolahkan di Belanda, jika sudah lulus kudaftarkan di sekolah calon pejabat supaya bisa seperti mantri polisi yang terhormat itu. Tapi keinginanku ya hanyalah keinginan saja, kenyataannya tidak terjadi, karena tidak ada sarananya. Maka sekarang harapanku kamu harus pandai, jika kamu tidak pintar, maka jadilah orang jujur saja, itu sudah cukup. Semua nasihatku tadi ingatlah selalu dan lakukan dengan sungguh-sungguh.” Sebenarnya, nasihat Martajiwa yang amat baik tersebut belum saatnya diajarkan kepada Jupri karena saat itu Jupri masih anak kecil, belum seharusnya menerima pendidikan karakter yang terlalu berat. Ibarat tanah yang belum diratakan, sudah disebar biji padi, pasti akan terbuang sia-sia, tidak bisa tumbuh subur. Dari Hina Hingga Mulia T 5 Untungnya Jupri anak yang mudah mengingat, meskipun nasihat- nasihat tersebut tidak semua diterimanya, ada satu dua hal yang tidak dilupakannya, yakni perihal kerajinan, kesungguhan, dan perihal menyakiti binatang, serta selanjutnya semua itu diingat- ingat dan dilaksanakannya. Itu sebabnya ia menjadi orang baik seperti yang diceritakan tadi. Di dusun Wanadadi juga ada sepasang orang pandai yang terkenal sangat kaya, yang lelaki namanya Kartadipa, sawahnya dua puluh bau, rumahnya besar-besar dan bagus-bagus, kerbaunya berjumlah lima pasang belum termasuk anak-anaknya. Kartadipa memiliki tiga anak, dua lelaki dan satu perempuan. Pembantunya yang laki-laki ada empat, yang perempuan ada dua. Semua ke- kayaan Kartadipa yang berwujud uang tidak ada yang tahu berapa jumlahnya, karena dirahasiakan. Karena kekayaannya, maka Kartadipa menjadi orang yang terhormat dan disegani. Semua orang di Wanadadi termasuk lurah dan cariknya tidak ada satu pun yang berani berbuat macam-macam terhadapnya. Sayangnya ia bersifat kurang baik, yaitu sombong, pelit, tidak punya belas kasih, dan tidak mau meminjami uang jika tidak memberi bunga yang cukup tinggi, umumnya dua belas (persen). Pembantunya, empat lelaki tersebut ada satu orang yang masih kecil, namanya Ciptadi, umurnya kira-kira dua belas tahun. Bocah tersebut sungguh-sungguh rajin bekerja, tetapi Kartadipa kurang suka perilakunya. Ia diberi sandang dan pangan sesuka hati Karta- dipa, jika malam disuruh tidur di dapur, di atas tempat tidur yang sudah kotor sekali. Oleh karana itu, tubuh Ciptadi tidak bisa gemuk dan bugar, karena memang kurang diperhatikan. Ciptadi sangat sayang terhadap Jupri, demikian pula Jupri sangat menyayangi Ciptadi, kecocokannya sudah seperti saudara sendiri seayah-ibu. Sayangnya kedua pembantu itu tidak satu tempat kerja, seumpama sama-sama kerja di satu tempat tentu saja mereka akan senang. Jupri memang sangat marah, karena 6 T Dari Hina Hingga Mulia Kartadipa memperlakukan semena-mena Ciptadi, sangat kentara bahwa Kartadipa kurang menyayanginya. Dalam hati Jupri men- duga, Kartadipa justru senang seandainya Ciptadi mati. Jupri sudah pernah mengabdi pada Kartadipa, tetapi hanya sebentar karena tidak betah, begitu pergi dari sana ia langsung mengabdi pada Dipanala. Sebenarnya saat itu Ciptadi memang punya ke- inginan ikut mengabdi kepada Dipanala, tapi Jupri sangat meng- halangi, karena dirasa kurang tepat. Pada suatu hari, kira-kira jam lima sore, Jupri pergi ke rumah Kartadipa, tampaknya ada keperluan yang penting. Saat itu Karta- dipa sedang duduk dengan anak dan istrinya. Ketika tahu bahwa Jupri datang ia lalu bertanya dengan wajah masam, katanya, “Ada perlu apa kamu ke sini?” Jupri tidak pernah heran dengan wajah masam Kartadipa, ka- rena memang selalu demikian, sebab Kartadipa benci sekali dengan Jupri, kalau bertemu pasti langsung melengos, kalau tidak terpaksa tidak mau bicara dengannya, namun demikian Jupri tetap meng- ajak bicara, sikap Jupri tetap tidak berubah, walaupun kata-kata Kartadipa terasa menyakitkan hati dan disertai rasa jengkel, te- tapi ia selalu menjawab dengan ramah dan santun. “Perkenankanlah Jupri bertanya, saat ini Ciptadi ada di mana?” Jawab Kartadipa, “Aku tidak tahu, memangnya aku ini peng- asuh Ciptadi?” Kata Jupri, “Benar, Paman bukan pengasuh Ciptadi, saya juga tahu, tapi bukankah Paman sebagai tuannya?” Jawab Kartadipa, “Aku mengasuh dia bukan dengan paksaan, kalau dia mau pergi dari sini, terserah dia, aku juga tidak ada niat menahannya. Kalau mau mencari tuan yang lebih baik seperti tuanmu ya terserah dia, aku tidak akan menghalangi.” Jupri mendengar perkataan Kartadipa merasa sakit hati, kata- nya, “Saya kira, seandainya Ciptadi mati, paman akan senang sekali, bukankah demikian?” Dari Hina Hingga Mulia T 7 Mendengar perkataan Jupri itu Kartadipa marah, wajahnya berubah seketika menjadi merah, akhirnya dengan keras ia berkata, “Sudah, jangan cerewet! Pergi kamu, goblok! Setiap ke sini hanya mencari masalah saja. Pergi sana! Kalau tidak mau pergi kutempe- leng kamu.” Jupri mendengar perkataan Kartadipa langsung pergi tanpa pamit, hatinya sedih sekali, karena tahu Ciptadi tidak ada di rumah. Sebab sejak jam satu tadi hujan deras sekali mengguyur, disertai angin kencang yang menyebabkan banyak kerusakan, pepohonan besar banyak yang tumbang, beberapa rumah roboh, sungai banjir bandang, airnya meluber sampai sawah atau peka- rangan yang ada di kiri kanannya. Orang-orang yang tinggal di sana heboh, berlari ke sana kemari mengungsi ke tempat lain, ladang dan sawah yang diterjang banjir tadi rusak parah. Jupri melanjutkan perjalanannya, niatnya pergi ke ladang Kartadipa, karena yakin bahwa Ciptadi menunggu pohon jagung di sana, bisa juga tidak mau pulang karena takut terhadap banjir yang deras dan menakutkan tersebut, karena jalan menuju ke ladang Kartadipa harus menyeberangi sungai. Ketika Jupri sampai di pinggir sungai berhenti seketika, karena saat itu Jupri tahu airnya besar dan deras sekali, semua orang yang melihat pasti ketakutan. Selama berhenti hati Jupri terasa tegang, khawatir jangan-jangan Ciptadi sudah terbawa banjir tadi. Jupri menengok ke sana ke mari, tetapi tampak sunyi, tak terlihat seorang pun.. Karena sejak tadi ada suara berisik yang tak kunjung berhenti dan terdengar sangat jelas, hal ini semakin membingungkan Jupri. Jika pulang terasa kurang pantas, tetapi jika nekat menyeberang takut terhanyut karena derasnya air. Jupri diam berdiri di pinggir sungai dengan pikiran yang kalut, sebentar-sebentar melihat ke seberang, sesaat memandang aliran air. Tidak lama kemudian Jupri sangat kaget, karena melihat rumah mengambang terhanyut aliran air. Dalam benaknya, “Itukah yang menyebabkan suara berisik tadi, rumah siapakah ini? Ah, kasihan sekali, membuat 8 T Dari Hina Hingga Mulia rumah dengan susah payah, tetapi hancur hanya karena terjangan banjir. Apakah yang punya rumah itu tidak ikut terhanyut banjir, ya?” Sungai yang banjir itu sungai Kedawung, sebenarnya sungai kecil, bahkan kalau musim panas airnya sedikit, jadi bisa dibilang setengah kering, tapi kalau musim penghujan sering banjir, malah kalau hujan deras sungai itu sangat berbahaya, pasti menjebol bendungan dan merusak sawah atau ladang karena air mengalir deras, suara keras sumiyut, seperti dilemparkan. Ketika situasi seperti itu pasti tidak ada orang yang mau menyeberang. Tercerita banjir sudah tiga jam lamanya, di sana kelihatan air menurun, surut, meski demikian ketika itu Jupri belum mau menyeberang, karena tahu air belum banyak berkurang dan masih mengkhawatirkan. Ia memilih untuk bersabar sebentar. Ketika jam sembilan, derasnya air sudah banyak berkurang, kebetulan bersamaan dengan terangnya sinar bulan. Jadi semua benda dan wujudnya dapat terlihat dengan jelas. Jupri yang saat ini sudah merasa lelah menunggu lalu menggulung celana, kemudian mencebur untuk menyeberang, di tengah-tengah sungai air setinggi pinggang dan juga masih deras arusnya. Jupri sangat berhati-hati, jangan sampai jatuh, karena kalau jatuh bisa terhanyut. Karena sangat hati-hati, Jupri bisa sampai di seberang dengan selamat, tapi pakaiannya basah kuyup, jadi kedinginan sekali. Jupri melanjutkan langkahnya menuju ladang Kartadipa. Di sepanjang jalan ia merasa prihatin, karena melihat banyak sekali tanaman rusak karena banjir dan angin tadi. Sesampainya di ladang Karta- dipa, Jupri mendatangi gubug, lalu melongok, Jupri melihat ada seorang bocah yang meringkuk berselimutkan kain jarik. Jupri bertanya. “Apakah kamu Ciptadi?” Bocah tersebut saat itu belum tidur, tapi terpaksa meringkuk karena ketakutan. Ketika mendengar ada orang datang dan ber- tanya ia kaget, kemudian bangun dan menjawab, “Ya.” Jupri: “Kenapa tidak pulang?” Dari Hina Hingga Mulia T 9 Ciptadi: “Aku tidak berani menyeberang, karena sungainya banjir bandang.” Jupri: “Maksudku tadi sebelum banjir datang.” Ciptadi: “Sebelum banjir waktu masih siang, aku mau pulang takut kepada bapak (Kartadipa), takut dipukuli. Dulu sudah per- nah terjadi, waktu itu aku menjaga pohon singkong, saat itu hujan deras, lalu aku pulang karena takut sungainya banjir, tapi sial se- kali, sesampainya di rumah aku dipukuli seenaknya, badanku sakit semua, karena itu aku tidak berani mengulanginya. Apakah kamu kang Jupri?” Jupri: “Ya, kalau bukan aku siapa?” Ciptadi: “Bagaimana bisa ke sini, Kang?” Jupri: “Ya, menerjang air.” Ciptadi: “Apa banjirnya sudah surut?” Jupri: “Sudah, tadi waktu aku menyeberang airnya hanya sepinggang.” Ciptadi: “Ah, itu masih besar.” Jupri: “Ya, memang masih besar. Saat hujan angin tadi apa kamu tidak takut?” Ciptadi: “Takut sekali, karena aku tidak ada teman. Gubug tempatku berteduh berderak-derak seperti mau rubuh, untung bukan gubug panggung, seandainya gubug panggung sudah pasti rusah parah, karena gubugnya Kang Kriya dan Kang Bangsa yang merupakan gubug panggung hancur lebur, kayu-kayunya ber- serakan tidak karuan. Tadi aku sedikit pun sudah tidak berharap bisa bertahan hidup lagi. Ya sudahlah, mau bagaimana lagi, kalau memang sudah menjadi takdir aku harus hidup seperti ini, hidup sekali dengan menjalani kesengsaraan .” Jupri: “Ya, pasrah saja, Cip. Siapa tahu besok ada perubahan. Sudahlah, ayo pulang.” Ciptadi: “Sudah malam begini mau pulang, Kang? Tidur di sini sajalah.” 10 T Dari Hina Hingga Mulia Jupri: “Lihatlah! Bajuku basah kuyup, jadi tidak bisa tidur di sini, terpaksa aku harus pulang, dan juga kamu belum makan, bukan?” Ciptadi: “O, makan dapat nasi dari mana, Kang? Bahkan tadi siang aku makan sedikit sekali, karena sudah tidak kebagian. Tadi aku memang lapar sekali, sampai badanku rasanya lemas dan gemetar sewaktu hujannya sudah berhenti, aku mematahkan dua jagung yang masih muda bisa dimakan, kemudian perutku terasa dingin. Pulang ada perlu apa sih, Kang? Kalau pulang pun masa aku kebagian nasi.” Jupri: “ Aku harus ganti baju, dan juga aku memang belum makan, makanya ayo pulang saja, nanti makan di tempatku. Ke- cuali itu, kamu harus ingat tempat ini tidak jauh dari hutan besar.” Mendengar perkataan Jupri, Ciptadi tidak sabar, ia melonjak berdiri sambil berkata, “Ah ya, ayo Kang.” Jupri dan Ciptadi lalu pergi meninggalkan gubug hendak pu- lang. Sepanjang perjalanan, Ciptadi tidak henti-hentinya menceritakan penderitaannya karena cengkeraman Kartadipa. Salah sedikit saja pasti dimarahi dengan kata-kata kasar atau dipukul dengan gitik, malah sering juga tidak diberi makan, tidurnya pun di dapur di kursi bambu lapuk yang kotor sekali. Sesudah bercerita semua itu Ciptadi punya permintaan ingin ikut Jupri mengabdi di rumah Dipanala saja. Jupri memang merasa kasihan sekali dengan Ciptadi, tapi permintaan satu itu terpaksa tidak didukung karena ia merasa sangat tak enak. Tidak lama berjalan, kedua orang itu sampai di pinggir sungai yang banjir tadi, untung sekarang air sudah sedikit dan tidak deras lagi, kedua bocah tersebut langsung mencebur lalu menye- berang dan meneruskan perjalanan pulang ke rumah Dipanala. Saat itu Dipanala belum tidur, ketika melihat Jupri datang ia ber- tanya, “Kamu dari mana, Nak?” Jupri: “Dari mencari Ciptadi, Pak, karena baru selesai hujan deras, sungainya banjir besar, jadi saya khawatir kalau terjadi apa-apa pada Ciptadi.” Dari Hina Hingga Mulia T 11 Dipanala: “Ketemu di mana kamu tadi?” Jupri: “Di ladang, sejak siang tadi dia memang tidak pergi ke mana-mana menjaga jagung, pulangnya karena saya susul. Tadi, sebelum hujan mau pulang tetapi ia takut dipukuli dengan gitik, saat hujan sudah reda ia tidak bisa pulang karena sungai banjir besar, tidak bisa menyeberang dan ia nekat mau tidur di ladang saja.” Mendengar cerita Jupri, Dipanala terus geleng-geleng kepala, hatinya ikut merasa sedih, karena bagaimana bisa Ciptadi meng- abdi pada orang kaya tetapi menderita, lalu ia berkata: “Jadi dia juga belum makan?” Jupri: “Makan dari mana, Pak? Dia bisa pulang karena saya susul .” Dipanala: “Ke sana, ajaklah makan! Tampaknya tadi ibumu menyisihkan makanan untukmu. Ke sanalah, Cip, ikut makan dengan kakakmu!”. Ciptadi: “Ya, Bapak.” Jupri: “Sebentar, Cip, aku mau ganti baju dulu.” Jupri lalu masuk ke senthong untuk berganti pakaian, tidak lama ia keluar lagi sambil berkata, “Ayo, Cip.” Ciptadi berdiri, lalu mengikuti di belakang Jupri menuju ke dapur. Jupri menyalakan lampu senthir. Sambil menaruh senthir di tempatnya, ia berkata pada Ciptadi, “Duduklah di amben sana dulu.” Ciptadi duduk, Jupri mengeluarkan nasi beserta lauk pauk dari almari bambu. Setelah semua tersaji mereka mulai makan ber- sama. Nasinya putih dan pulen, sayurannya lodeh terung dengan kacang tholo, udangnya cukup banyak, lauknya ikan balur digoreng kering tanpa tepung. Wah, sungguh nikmat. Ciptadi makannya lahap sekali. Sesudah makan, kedua bocah tersebut duduk lagi di depan rumah. Tidak lama kemudian Mbok Dipanala keluar lalu duduk di sebelah Ciptadi. Ia berkata, “Apa sudah benar-benar kenyang, Cip?” 12 T Dari Hina Hingga Mulia Ciptadi: “Sudah.” Mbok Dipanala: “Kalau di sana tidak diberi makan, ke sini saja, ya.” Ciptadi: “Ya, Mbok.” Dipanala: “Waktu menyeberang tadi apakah sungai sudah surut, Pri?” Jupri: “Saat pulang tadi air sungai sudah surut, tapi saat be- rangkat masih agak besar.” Dipanala: “Hem, selama ini baru kali ini aku melihat banjir sebesar itu.” Jupri: “Ya, Pak. Tiang rumah saja sampai terhanyut.” Dipanala: “Apa tadi kamu lihat?” Jupri: “Lihat.” Dipanala: “Tampaknya itu rumah orang Karangtalun, katanya banyak rumah yang roboh.” Mbok Dipanala: “Berapa rumah yang roboh?” Dipanala: “Kabarnya ada lima belas, yang lima karena diterpa angin, yang sepuluh karena diterjang banjir.” Mbok Dipanala: “Yang terluka ada tidak?” Dipanala: “Untungnya tidak. Siapkan uang saja, besok pasti ada yang menarik sumbangan.” Mbok Dipanala: “Ah, sedikit-sedikit sumbangan, sedikit- sedikit sumbangan, jengkel aku.” Dipanala: “Sedikit-sedikit... kapan itu?” Mbok Dipanala: “Dulu itu, waktu Gunung Kelud meletus.” Dipanala: “Ya hanya sekali itu.” Mbok Dipanala: “Juga waktu itu.., waktu sungai Serayu banjir.” Dipanala: “Ya hanya dua kali.” Mbok Dipanala: “Waktu itu lagi, waktu desa Bringun atau Bingin paceklik.” Dipanala: “Ya hanya tiga kali.” Mbok Dipanala: “Bahkan kalau sampai seratus, apa ya dikata- kan hanya seratus kali?” Dari Hina Hingga Mulia T 13 Dipanala: “Kamu jangan berkata seperti itu, Mbok! Jangan ogah-ogahan memberi sumbangan. Coba pikirkan baik-baik: orang yang diberi sumbangan dibanding dengan yang memberi bukankah lebih beruntung yang memberi, sebab orang yang diberi sumbangan itu biasanya karena musibah atau orang yang sedang sengsara, sebaliknya yang memberi sumbangan tidak tertimpa bencana. Bukankah kamu sering mendengar nasihat, kalau hidup harus saling mencintai sesama, harus mempunyai belas kasih, harus mau tolong-menolong?” Mbok Dipanala: “Tapi selama ini kenapa tidak ada yang mem- beri sumbangan padaku.” Dipanala: “Kalau kamu mau seperti orang Karangtalun ke- marin pasti ada yang menyumbang.” Mbok Dipanala: “Ah, ya emohlah. Kalau ada tarikan sumbang- an sebaiknya urun berapa, ya?” Dipanala: “Orang berderma itu serelanya, memberi banyak baik, sedikit juga baik, tapi menurutku orang yang memang bisa memberi banyak masak hanya memberi sedikit, rasanya tidak pantas. Memang benar berderma itu suka rela, tapi kalau tidak layak jadi kelihatan orang pelit, kecuali mau hidup sendiri di dunia.” Mbok Dipanala: “Biasanya setiap ada tarikan sumbangan aku memberikan satu tali, besok atau lusa kalau ada tarikan lagi aku berikan segitu saja, ya?” Dipanala: “Kalau sebesar itu sepertinya cukup.” Kira-kira jam setengan sebelas Dipanala tidur. Begitu juga Jupri, ia masuk ke senthong tidur dengan Ciptadi. Keesokan harinya kira-kira jam setengah enam mereka bangun. Saat itu juga Ciptadi segera pulang ke rumah Kartadipa hendak mengerjakan tugasnya, yaitu menyapu halaman, membersihkan kandang ayam, memberi makan ayam, lalu menggembala kerbau atau mencari kayu. 14 T Dari Hina Hingga Mulia Suatu hari, kira-kira jam lima sore, sesudah menunggui para pembantunya yang bekerja, Kartadipa pulang dari sawah. Sesam- painya di rumah ia bertemu dengan istri, Kartadipa ditanyai, “Pak, apakah mengambil uang seringgit yang ada di bawah bantal?” Kartadipa: “Tidak. Buat apa ambil uang, aku tidak berniat beli apa-apa.” Istrinya: “Lho, kok aneh. Uang di bawah bantal saja kok hilang.” Kartadipa: “Mungkin kamu lupa.” Istrinya: “Tidak, aku tidak lupa.” Kartadipa: “Apa kamu sudah bertanya pada anak-anak se- mua?” Istrinya: “Sudah, tapi semua mengatakan tidak mengambil uang, hanya Ciptadi yang belum karena dia belum pulang.” Kartadipa: “Kalau semua tidak merasa mengambil, pasti Ciptadi yang mengambil uang. Uang seringgit itu bentuknya apa saja?” Istrinya: “rupiahan dua dan tengahannya satu.” Kartadipa: “Ya sudah, nanti kutanyai sendiri Si Ciptadi.” Setelah jam enam Ciptadi datang dengan menggiring kerbau. Sesudah kerbau-kerbau itu dikandangkan ia masuk ke ruang ma- kan untuk menyimpan cambuk dan sabitnya, lalu duduk di amben. Tidak lama kemudian Kartadipa mendekat sembari bertanya, “Cip, apa kamu tidak mengambil uang embokmu yang ada di bawah bantal?” I I Disakiti Meski Tidak Bersalah Dari Hina Hingga Mulia T 15 Ciptadi: “Tidak, Bapak.” Kartadipa: “Ah jujur saja, tidak usah pakai bohong.” Ciptadi: “Sungguh, saya tidak mengambil.” Kartadipa: “Tidak? Pasti kamu yang mengambil, karena yang lain tidak merasa mengambil.” Ciptadi: “Saya pun begitu, saya tidak mengambil uang.” Kartadipa mengambil tongkat, lalu diayun-ayunkan pada Ciptadi sambil berkata, “Ayo, mengaku atau tidak, kalau tidak mengaku hancurlah badanmu nanti.” Ciptadi: “Sekalipun saya dibunuh Sampeyan, saya tidak akan mengaku karena saya sungguh-sungguh tidak mengambil.” Kartadipa tidak sabar, tangan Ciptadi dipegang, dan ditarik dari amben lalu dipukuli dengan tongkat, suara pukulannya jeblas- jebles. Awalnya Ciptadi diam saja, tapi ketika tidak bisa menahan sakitnya, lalu menangis dan meratap, “Aduh, mati aku. Sungguh Bapak, saya tidak mengambil. Aduh, lebih baik dibunuh saja saya!” Meskipun mendengar keluhan Ciptadi seperti itu, namun Kartadipa sedikit pun tidak merasa kasihan, justru sebaliknya ama- rahnya semakin menjadi-jadi, tongkatnya semakin keras dipukul- kan kepada Ciptadi sambil berkata, “Apa pun yang kamu ratapkan aku tak peduli. Ayo, mati atau tidak kamu sekarang! Mencuri uang saja tidak mau mengaku.” Ciptadi tidak mampu berpikir lagi, kekuatannya telah hilang, penglihatannya menjadi gelap, ia menangis terisak-isak tanpa suara, lalu terduduk di tanah. Punggungnya ada goresan berbentuk loreng-loreng sebesar jari-jari. Pikirnya, “Aduh Bapak, tega sekali meninggalkan aku. Seandainya Bapak masih hidup, aku tidak bakal menderita seperti ini. Aduh Embok, engkau pergi ke mana? Pergi dengan sembunyi-sembunyi meninggalkan aku. Lihatlah, Mbok, kesengsaraanku. O, alah! Sungguh celaka badanku, siapa yang sanggup menahan kesengsaraan seperti ini.” Saat Kartadipa sudah pergi, tidak lama kemudian datanglah istri Kartadipa menemui Ciptadi sambil berkata, “Wah, enak ya 16 T Dari Hina Hingga Mulia rasanya dipukuli? Ya begitulah hasilnya jika suka berbohong. Coba kalau tadi kamu jujur, tidak akan remuk badanmu.” Ciptadi tidak menjawab sepatah kata pun selain hanya terisak tanpa henti, tapi dalam hati Ciptadi berkata, “Hem, tidak benar- benar mencuri saja, aku dipukuli sampai begini, apalagi jika mengatakan telah mengambil, bakal seperti apa badanku, bisa- bisa aku dikubur hidup-hidup. Aduh, celaka sekali diriku, di sini masih lebih berharga binatang. Kalau selamanya seperti ini, tampaknya aku tidak akan bisa terus-menerus berada di sini.” Jam setengah tujuh Kartadipa, istri, dan anaknya makan ber- sama. Saat sudah selesai, pembantu-pembantunya dipanggil untuk makan kecuali Ciptadi. Oleh karena itu, Ciptadi pun merasa semakin terlunta-lunta, lalu keluar pelan-pelan dan pergi ke rumah Dipanala untuk bertemu Jupri. Kebetulan saat itu Jupri ada di rumah, ketika melihat Ciptadi datang Jupri bertanya, “Kamu mau ke mana?” Ciptadi: “Mau ke sini saja.” Jupri: “Lho, kamu terlihat seperti habis menangis, ada apa?” Ciptadi: “Habis dipukuli bapak, aku dikira mencuri uang seringgit.” Jupri: “Kamu benar mencurinya tidak?” Ciptadi: “Jangankan mencuri, tau tempat menyimpannya saja tidak.” Jupri: “Mana yang sakit?” Ciptadi: “Punggungku, rasanya senut-senut dan cekot-cekot.” Ciptadi bicara seperti itu sambil membuka bajunya sehingga punggungnya yang loreng-loreng terlihat semua, darahnya ke- lihatan berbintik-bintik. Saat Jupri melihat itu, saat itu juga hilang kesabarannya. Ia masuk ke kamar, menghunus keris peninggalan orang tuanya, dan berniat pergi ke rumah Kartadipa. Untung saat mau melangkah pergi, Dipanala melihatnya dan segera me- ngejar lalu diraihnya pundak Jupri seraya bertanya, “Kamu mau ke mana, Jupri?” Dari Hina Hingga Mulia T 17 Jupri: “Mau ke rumah Kartadipa.” Dipanala: “Kamu plenthas-plenthus dan pecical pecicil seperti kancil, ada perlu apa ke sana? Apa mau mengharapkan taringnya Bathara Kala?” Jupri: “Biar yang kuat/beruntung yang menang, saya mau memberi pelajaran pada Kartadipa supaya kapok, karena orang itu memukuli bocah ini hingga seperti ini.” Dipanala: “Menghajar seperti itu tidaklah sepatutnya, itu perilaku orang yang kerasukan setan, dan juga kamu mau meng- hajar Kartadipa, memangnya Kartadipa itu adikmu? Ayo balik! Kalau tidak balik, tusuk aku saja... cusss, agar seluruh Wanadadi heboh, para polisi datang semua.” Karena Jupri segan dan sayang kepada Dipanala, maka larang- annya ia turuti, lalu masuk kamar unuk menyimpan kerisnya. Kemudian kembali duduk di dekat Ciptadi. Dipanala lalu juga duduk di kursi, dan berkata, “Besok lagi jangan begitu, Nak, jangan terburu-buru. Ada masalah apa pun lebih baik dihadapi degan sabar. Keris bukan untuk dimainkan. Coba seumpama tidak aku larang, pasti desa Wanadadi heboh, kentongan dibunyikan bertalu-talu, orang-orang hiruk pikuk ke luar rumah masing- masing untuk melayat, kamu diikat dan aku juga terseret. Lagipula orang seperti kamu jangan mau melawan Kartadipa, itu seperti timun melawan durian. Jupri diam saja, tidak menjawab satu kata pun. Dipanala berkata lagi, “Kamu harus ingat, kita harus selalu tulus. Ada pepatah, orang yang tulus itu dijaga Allah, meskipun kelihatannya selalu kalah, tapi kelak di saat yang tidak terduga akan ditinggi- kan. Sebaliknya, orang yang tidak tulus, meskipun sekarang terlihat unggul kelak akan direndahkan.” Saat itu Mbok Dipanala keluar dari rumah belakang, duduk di dekat Ciptadi lalu berkata, “Coba aku lihat lukamu, seperti apa lukanya hingga menjadi masalah yang serius dan besar.” 18 T Dari Hina Hingga Mulia Ciptadi mengangkat bajunya lalu dilihat oleh Mbok Dipanala, saat itu juga Mbok Dipanala berseru, “Tobat, tobat! Bukan layak- nya orang Kartadipa itu, memukuli anak sesuka hatinya, mentang- mentang bukan anaknya sendiri. Lihatlah, Pak, lukanya garis-garis seukuran jari tangan dan mengeluarkan darah!” Kemudian Dipanala melihatnya, setelah melihat ia tidak henti- henti menggeleng-gelengkan kepala. Akhirnya Dipanala berkata, “Gilingkan beras kencur, Mbok, lalu dioleskan supaya reda sakit- nya.” Mbok Dipanala segera menggiling beras kencur, sesudah itu dioleskan di punggung Ciptadi. Dipanala berkata: “Ciptadi pasti belum makan, ke sanalah. Pri, ajaklah makan sekalian.” Jupri: “Ayo, Cip, makan bersama.” Ciptadi: “Tidak, Kang, aku tidak mau makan. Ke sanalah ma- kan sendiri!” Dipanala: “Ke sanalah, Nak, ikulah makan! Pasti kamu belum makan?” Ciptadi: “Ya, saya belum makan tetapi saya sedang tidak ingin makan.” Dipanala: Kalau tidak mau makan ya ke sanalah, tiduran di kamar kakakmu supaya lukamu reda sakitnya. Ciptadi masuk ke kamar untuk tiduran, sedangkan Jupri ke dapur untuk makan. Sesudah makan Jupri duduk bersama Dipa- nala serta istrinya, tapi baru saja akan mengobrol, mereka disela oleh kedatangan Kartadipa. Sesudah dipersilakan duduk, Dipanala bertanya, “Ada perlu apa, Dik, tumben sore-sore ke sini?” Kartadipa: “Ya, ada perlu sedikit, mau tanya apakah Ciptadi ada di sini?” Dipanala: “Ada, tapi sepertinya sedang tidur. Ada apa?” Kartadipa: “Apa saja yang diceritakan Ciptadi?” Dipanala: “Ya, dia bercerita, katanya baru saja digebuki.” Dari Hina Hingga Mulia T 19 Kartadipa: “Bocah yang suka mengadu tidak usah dipercaya, Kang! Hanya dipukul pelan saja bilangnya digebuki.” Mbok Dipanala: “Ah, masa ya, Dik? Lukanya saja sampai se- ukuran jari begitu masa cerita hanya dipukul pelan.” Kartadipa: “Sesungguhnya memang saya gebuki, Yu. Siapa coba yang tidak kesal, uang seringgit di bawah bantal diambil semua, ditanya tidak mau mengaku.” Dipanala: “Apa bukan anak lain yang mengambil uang Adik?” Kartadipa: “Bocah-bocah lain sudah saya tanyai semua, tapi tidak ada yang merasa mengambil, makanya saya putuskan pasti- lah Ciptadi yang mengambil.” Dipanala: “Anu, Dik, jangan jadi pikiran ya, saya mau meng- ingatkan Adik, pasti Adik masih ingat akan nasihat yang bunyinya begini: Jangan menuduh keburukan orang. Nasihat itu mengingat- kan bahwa kita itu harus hati-hati dalam semua hal, jangan terburu- buru, sembrana. Ungkapan itu sudah jelas, kebat-kliwat terburu-buru tetapi salah, hasilnya hanya merugikan diri kita sendiri.” Kartadipa: “Anak-anak saya sendiri saja tidak merasa meng- ambil, berarti pasti Ciptadi, kalau bukan apa ya setan?” Dipanala: “Mana ada maling mau mengaku? Sudah ada bukti saja masih mungkir, tidak mau mengaku.” Mbok Dipanala: “Begini, Dik! Saya tadi melihat Si Yunus (anak Kartadipa yang pertama) beli gelatik dua ekor pada Masuji, dua gelatik dibayar setengah rupiah. Saya juga heran, gelatik dua dibayar sebesar itu, waktu saya ingatkan dia menjawab tidak apa- apa, katanya uangnya masih dua rupiah.” Dipanala: “Nah itu sudah ada tanda-tanda, seharusnya Yunus itu yang harus ditanya lagi. Coba, sekarang kan sudah jelas bahwa tuduhan adik terhadap Ciptadi tidak tepat.Kalaupun benar Ciptadi yang mengambil, gebukan sampai separah itu kan tidak imbang.” Kartadipa: “Jadi, Ka itu mau membela Ciptadi, ya?” Dipanala: “Jangan salah paham, Dik! Saya hanya bicara yang sebenarnya, karena rasa sayangku padamu, Dik. Namanya sayang, 20 T Dari Hina Hingga Mulia adik sudah paham kan? Yaitu tidak enggan melakukan yang baik, wujud kebaikan itu tidak hanya memberi yang berbentuk barang saja, tapi dalam perkataan juga, yaitu meluruskan kalau salah, mengingatkan orang yang keliru. Jadi orang yang menolak per- kataan baik itu juga bisa dikatakan menolak kebaikan atau me- nolak kasih sayang.” Kartadipa: “Yah, mau bilang apa saja, sesungguhnya Kakang kan membela Ciptadi. Sebentar, Kang. Kakang membela Ciptadi itu dapat imbalan apa, sih?” Dipanala: “Walah, kejatuhan awu anget aku ini. Adik jangan salah paham. Perkataanku sejak tadi itu benar-benar karena kasih sayang, jangan dituduh membela.” Jupri: “Paman yang benar, bapak yang salah. Bapak membela Ciptadi itu memang salah. Ciptadi sekarang sudah miskin, kok dibela, masakan bisa mengupahi sarini, tidaklah!.” Mendengar perkataan Jupri tersebut, Kartadipa merasa sangat terkejut, pandangannya jadi gelap, amarahnya meluap, giginya gemeretak, seperti hendak melahap Jupri dengan mudah. Lalu dengan cepat berdiri mengangkat kursi hendak dilempar ke arah Jupri. Dipanala sigap penglihatannya, sadar akan tindakan Karta- dipa, ia segera meloncat menahan tangannya Kartadipa sambil berkata, “Heh, celaka! Sore-sore mau ada keributan. Ingat, Dik, ingat! Jangan seperti anak kecil. Bocah kemarin sore saja kok mau Adik musuhi. Sudahlah, jangan bikin malu!” Kartadipa kecewa sekali, karena niatnya tidak terlaksana, dengan suara bergetar dia menjawab: “Sekarang Kakang, lepaskan aku! Lepaskan aku! Saya pukul iblis laknat itu, supaya kapok, kalau belum remuk wajahnya, tidak akan sembuh sifatnya yang seperti Durna.” Dipanala: “Tidak boleh, Dik! Ini rumah saya, saya tidak mau ada perkara!” Mendengar perkataan Dipanala itu kemarahan Kartadipa menjadi reda, ia menaruh kursi lalu duduk kembali. Dari Hina Hingga Mulia T 21 Diceritakan Jupri ketika melihat Kartadipa mengangkat kursi, lalu dengan cepat Jupri bergegas lari ke dapur. Mbok Dipanala kelihatan sudah mengerti maksud Jupri sehingga langsung meng- ikutinya. Jupri dipeluk dari belakang sambil berkata, “Heh Jupri! Jangan bingung! Nanti desa Wanadadi sungguh bisa heboh.” Jupri mengerti lalu kembali duduk di tempatnya tadi. Begitu pula Mbok Dipanala langsung duduk di dekat Jupri sambil berkata, “Bagaimana ini, masih sore enthe-enthe kok akan ada yang mau membuat gara-gara.” Kartadipa: “Jupri! Kamu kalau bicara jangan asal bicara.” Jupri: “Paman, saya berbicara hanya berdasarkan kenyataan saja.” Kartadipa: “Aku kan sudah tua, kamu tidak usah berkata dengan menggunakan pasemon. Kalau kamu tidak terima, gugatlah, anak ini.” Dipanala: “Sudah, Dik! Masalahnya bisa menjadi panjang! Nanti jadi tidak baik! Mengapa kamu tadi ribut dengan Jupri di dapur?” Mbok Dipanala: “Tadi aku melihat Jupri mau lari ke arah lesung tapi kutahan.” Dipanala: “Mau apa kamu lari ke arah lesung, Pri? Apa mau ambil alu untuk melawan pamanmu? Jangan begitu, jangan melawan orang tua! Bukankah kamu mengerti bahwa orang tua itu biarpun buruk tapi mempunyai daya mencelakakan, ala-ala malati?” Jupri: “Tidak, Pak. Tidak sedikit pun saya berniat melawan paman. Sebenarnya tujuan saya lari ke arah lesung adalah akan memukul kenthongan.” Dipanala: “Wah, di luar aturan ini. Seandainya tadi jadi me- mukul kenthongan pasti sudah ribut, yang tadinya hanya masalah kecil jadi besar. Kalau didatangi orang bagaimana? Besok lagi jangan bikin masalah seperti itu lagi, nanti jadi tidak baik dan bikin malu.” 22 T Dari Hina Hingga Mulia Kartadipa: “Sekarang Ciptadi ada di mana, Kang? Mau saya ajak pulang.” Dipanala: “Sudah tidur, besok saja saya suruh pulang sendiri.” Kartadipa: “Baik, Kang, saya pamit dulu.” Dipanala: “Ya, Dik. Kalau saya ada salah, saya minta maaf ya.” Kartadipa: “Sama-sama, Kang, mohon dimaafkan ya, Yu.” Mbok Dipanala: “Ya, Dik, ya.” Kartadipa lalu pulang, sepanjang perjalanan ia tak henti-henti memikirkan perkara yang baru saja terjadi. Sejak saat itu rasa bencinya terhadap Jupri semakin bertambah, sikapnya terhadap Dipanala juga kelihatan berbeda, buktinya setiap ia bertemu pan- dang dengan Dipanala pasti langsung dialihkan, kelihatan tidak suka. Tapi Dipanala tetap mengawali untuk menyapanya, karena ia tahu kalau Kartadipa tidak lebih dulu disapa bisa jadi semakin sakit hati, dan akhirnya jadi tidak baik, juga dapat mengkhawatir- kan karena Kartadipa itu sudah terkenal bersifat buruk, selain pelit dan gila harta, juga tak berperikemanusiaan. Kalau sudah benci terhadap seseorang, ia pasti tega untuk mencelakai. Kesalah- an orang itu ditanganinya dengan menyuruh orang untuk men- celakai orang tersebut. Setelah Kartadipa pergi, Jupri masuk ke kamar hendak mengambil rokok, saat itu ia sangat kaget karena Ciptadi yang tadi tidur di amben sudah tidak ada. Jupri menengok ke sana kemari mencari, tidak lama kemudian ia melihat Ciptadi berdiri di pojokan sedang mengintip. Jupri bertanya, “Kamu sedang apa, Cip?” Ciptadi tidak tahu kalau Jupri masuk. Ketika ia mendengar pertanyaan, ia sangat kaget sampai-sampai pagar yang dipakainya bersandar berbunyi greg, Jupri pun tertawa terbahak-bahak sambil naik ke atas amben lagi. Ciptadi menjawab: “Tidak apa-apa. Apakah bapak sudah pulang?” Jupri keluar lagi lalu duduk di tempatnya tadi. Tidak lama kemudian Dipanala berkata, “Jupri, kamu jangan lagi mengeluar- Dari Hina Hingga Mulia T 23 kan kata-kata yang bisa menyakiti hati pamanmu. Kalau seperti itu, bisa terjadi lagi kejadian seperti tadi. Kamu juga sudah tahu sendiri watak pamanmu, yaitu adigang, adigung, dan adiguna. Adigang itu sifatnya kijang, yaitu menyombongkan karena kecepatan larinya. Itu mengibaratkan seseorang yang mengandalkan kecer- dikannya dalam masalah apa pun. Sedangkan adigung adalah sifat gajah yang mengandalkan tubuhnya yang besar. Itu mengibarat- kan seseorang yang mengandalkan kedudukan tinggi dan kekua- saannya. Terakhir, adiguna itu sifatnya ular yang mengandalkan bisanya. Itu mengibaratkan seseorang yang mengandalkan kepin- taran berkata-kata. Biasanya yang punya tiga watak tersebut bukanlah orang yang miskin atau bodoh, tapi orang yang kaya, ya seperti pamanmu itu. Orang yang kaya biasanya cerdik, punya kuasa dan apa yang dikatakan dituruti tapi semata-mata karena uangnya saja. Bagaimana dengan pamanmu? Jelas sekali bahwa dia tidak takut kepada siapa pun.” Selama Dipanala berkata demikian, Jupri diam saja, ia tidak mau mengomentari, ia hanya mendengarkan dengan seksama sambil merokok, tampak ia sangat menikmati rokoknya. Kelanjutan perkataan Dipanala begini, “Ada nasihat demikian: orang yang mengutukmu, doakanlah dengan baik. Nasihat itu tidak hanya ditujukan pada satu-dua orang saja, tapi ditujukan kepada semua orang. Begini artinya: orang yang dikutuk tidak boleh membalas mengutuk, tapi wajib mendoakan yang baik, supaya orang yang mengutuk berhenti berbuat jahat. Singkatnya, seseorang sama sekali tidak boleh membalas sendiri orang-orang yang berbuat jahat, karena jika setiap orang diperbolehkan membalas, bukan mendatangkan kebaikan, tapi justru ia menjadi sombong. Orang yang senang berbuat jahat pasti akan dibalas oleh Tuhan melalui para wakil-Nya, yaitu para pangreh praja yang selalu menjaga ketenteraman negara. Jadi semua orang yang merasa dijahati seseorang, lapor saja kepada para pangreh praja. Itu tujuan Gusti Allah mengadakan raja, presiden dan lain-lainya di dunia ini. Nah 24 T Dari Hina Hingga Mulia karena pamanmu bilang Ciptadi disuruh pulang, besok suruhlah pulang, kalau tidak nanti amarah pamanmu akan berlanjut terus.” Jupri: “Menurut saya tampaknya Ciptadi tidak mau pulang.” Dipanala: “Kalau tidak mau, lantas bagaimana? Kalau ia di sini terus pasti pamanmu selalu sakit hati kepadaku.” Jupri sangat bingung mendengar perkataan Dipanala tersebut, seandainya Ciptadi memang tidak ingin pulang, akan terjadi situasi seperti apa nanti. Dari Hina Hingga Mulia T 25 Semalaman hingga pagi hari Jupri tidak bisa tidur, hatinya bingung karena memikirkan keadaan Ciptadi. Pastilah Ciptadi tidak mau kembali lagi ke rumah Kartadipa. Sementara itu, dari ungkapan Dipanala, bahwa ia tidak bersedia menerima jika Ciptadi tinggal di rumahnya. Hal inilah yang membuat Jupri bingung se- panjang malam dan tidak bisa tidur. Pada pagi harinya sesudah Ciptadi bangun, Jupri berkata, “Ayo kuantar pulang, Cip.” Ciptadi: “Tidak mau, Kang, aku tidak mau pulang.” Jupri: “Kalau tidak mau pulang, kamu mau ke mana?” Ciptadi: “Tidak akan ke mana-mana, aku di sini saja.” Jupri: “Pak Dipanala tidak mau jika kamu di sini, karena pasti takut kepada Paman Kartadipa.” Ciptadi: “Kalau Paman Dipa tidak mau menerimaku karena takut pada Pak Karta, ya aku ke tempat orang lain.” Jupri: “Menurutku semua orang di Wanadadi tidak ada yang tidak takut kepada Paman Kartadipa, jangankan orang biasa, lurah dan carik pun terpaksa takut kepadanya.” Ketika Ciptadi menjawab Jupri, tiba-tiba Jupri dipanggil oleh Dipanala, ditanyai apakah Ciptadi sudah disuruh pulang. Jupri menjawab sudah tetapi Ciptadi ngambek tidak akan pulang. Akhir- nya Dipanala mengusulkan agar Ciptadi berkata dengan halus, jangan sekali-sekali berkata kasar. Kalau Ciptadi tidak mau pulang I I I P er gi 26 T Dari Hina Hingga Mulia sekarang, ya besok pagi, atau bahkan lusa. Jupri menurut lalu pergi dan tidak menanyakan lagi pada Ciptadi. Tidak lama kemudian Dipanala menemui Ciptadi sendiri, ia berkata, “Jangan takut kepada bapakmu lagi, Nak! Sekarang bapakmu sudah tidak marah kepadamu, karena yang mencuri uangnya (hal. 27) sudah ketemu, malahan sekarang kamu diharap-harap kembali ke sana lagi. Kalau kamu tidak mau pulang sekarang, ya besok, sekalian menunggu kesembuhan punggungmu.” Ciptadi tidak menjawab sepatah kata pun, tetapi kelihatan dari raut mukanya bahwa dirinya tidak sependapat dengan per- kataan Dipanala, serta ia tidak sedikit pun berniat untuk kembali ke rumahnya Kartadipa. Jam setengah tujuh lebih Dipanala pergi ke ladang bersama Jupri hendak mencangkul dan membersihkan di sekitar tanaman jagung. Ciptadi ditinggal di rumah sendirian, tetapi tidak lama kemudian ia juga pergi, ke mana? Apakah me- nyusul Jupri? Tidak, karena Jupri pergi ke arah timur, sedangkan Ciptadi pergi ke barat. Ciptadi pergi semakin jauh, akhirnya ia keluar dari wilayah dusun Wanadadi. Ciptadi melanjutkan langkahnya, saat merasa lelah ia beristirahat di bawah pohon di pinggir jalan sambil memijat- mijat betisnya. Sudah pasti di sepanjang jalan, hatinya sedih sekali karena, pertama, ia tidak tahu adakah tempat yang bisa ditinggali- nya; kedua, ia pergi masih dalam keadaan sakit karena luka-luka di punggungnya yang terasa senut-senut dan terasa gatal, terlebih- lebih lagi kalau kena keringat; ketiga, ia pergi tanpa membawa bekal apa pun, sedangkan celana dan baju yang dipakainya sudah lusuh dan sobek-sobek, ia tidak membawa ganti, ia persis seperti pengemis. Mendekati saat Asar perjalanan Ciptadi sampai di Dusun Bangsri, saat itu Ciptadi merasa sudah tidak sanggup melanjutkan perjalanannya lagi, karena tubuhnya sangat lelah dan sangat lemas karena sepanjang hari belum makan apa pun. Ia pun berhenti di bawah pohon kenari yang terletak di pinggir jalan, ia berpikir Dari Hina Hingga Mulia T 27 ingin mencari penginapan. Kebetulan tidak jauh dari sana ada sebuah warung yang kelihatannya agak besar. Saat Ciptadi melihat warung tersebut muncul tekad hendak mengemis nasi atau minta izin untuk menginap di situ. Sungguh Ciptadi langsung berdiri, lalu berjalan mendatangi warung itu. Sesampainya ia berjongkok di selasar sambil berkata, “Permisi, Mbok! Saya minta sesuap nasi saja.” Wanita yang punya warung tersebut memang terkenal pelit sekali, saat melihat ada bocah mengemis, ia membentak, “Astaga, bocah belum bisa buang ingus, sudah belajar malas. Maunya kenyang tapi tidak mau bekerja, maunya cuma minta-minta saja, besok saat sudah tua mau jadi apa. Pergi sana, aku tidak mau memberi!” Ciptadi merasa malu sekali ketika dikatai begitu. Ia segera berdiri lalu pergi sambil menangis, hatinya sangat sedih. Belum terlalu jauh berjalan, ia berhenti lagi di pinggir jalan sambil me- nangis sesenggukan, pikirnya, “Walah! Sial sekali aku, cuma mau minta sesuap nasi saja diusir seperti anjing gudikan. Aduh! Kalau semua orang desa ini seperti wanita itu, sudah pasti tidak akan ada orang yang sudi menolongku, aku pasti mati kelaparan.” Ketika Ciptadi duduk di sana ada tiga atau empat bocah yang melihatnya, mereka anak-anak di dusun itu. Bocah-bocah tersebut seperti disuruh mendekati Ciptadi hanya untuk melihat saja, Ciptadi malu sekali. Semakin lama anak-anak yang melihatnya semakin banyak, mereka berkerumun seperti sedang melihat pertunjukan sirkus. Semua saling bercerita tentang dugaannya masing-msing. Ada yang menerka, Ciptadi adalah pengemis, ada pula yang mengira bahwa Ciptadi adalah bocah gila. Malah di antara bocah tersebut ada yang berkata begini, “Pengemis kecil ini tadi sepertinya mau mencuri telur, tapi ketahuan, lalu digebuki, oleh karenanya dia menangis.” Saking malunya Ciptadi tidak mau menengadah. Waktu itu juga banyak orang melewati jalan itu, tapi semua tidak ada yang peduli, malah satu dua orang 28 T Dari Hina Hingga Mulia mengatakan yang kurang baik, “Halah, pengemis saja dilihat.” Ada pula yang berkata, “Hus, anak gila jangan dilihat, nanti dia mengamuk.” Setelah pukul enam, ada seorang bocah laki-laki yang juga lewat di sana, kira-kira ia berumur empat belas tahun. Terlihat dari badannya yang bersih, pakaiannya serta tingkah lakunya yang baik, kelihatan sekali bahwa ia anak sekolahan. Pastilah bahwa bocah laki-laki itu memperhatikan semua yang diajarkan gurunya. Ketika bocah itu melihat anak-anak berkerubung, ia berhenti lalu mendekat, ingin tahu apa yang sedang dilihat anak- anak itu. Baru saja melongok ia langsung mengerti apa yang dilihat anak-anak tersebut, yaitu seorang bocah laki-laki miskin. Hatinya merasa terenyuh lalu maju mendekati Ciptadi dan bertanya, “Kamu anak mana?” Ciptadi memandang lalu menjawab, “Aku anak Wanadadi.” Bocah: “Ke sini mencari siapa?” Ciptadi: “Tidak mencari siapa-siapa.” Bocah : “Kenapa kamu menangis?” Ciptadi: “Seharian ini aku belum makan, jadi lapar sekali. Tadi aku mengemis di sebuah warung, tapi bukannya diberi aku malah dibentak-bentak, dan diusir seperti anjing kudisan.” Bocah: “Ayo ikut aku, nanti kuberi makan.” Ciptadi senang sekali bisa bertemu dengan orang yang dermawan dan berlaku baik itu, ia langsung berdiri lalu mengikuti di belakang bocah tersebut. Sedangkan bocah-bocah yang banyak itu juga mengikuti di belakang mereka, bergerombol seperti meng- antar pengantin, membuat banyak orang heran. Ciptadi disuruh duduk di tempat makan, ia diberi sepiring nasi dan lauk ikan asin dan sepotong tempe. Karena sangat kelaparan, Ciptadi makan dengan lahap, sehingga orang yang melihatnya senang. Makanan yang sederhana itu jadi kelihatan lezat sekali. Sedangkan bocah yang berbudi baik tersebut bernama Saleh. Dari Hina Hingga Mulia T 29 Ketika Saleh mengambilkan nasi untuk Ciptadi tadi, bapak ibunya melihat. Bapaknya diam saja, tapi ibunya berkata, “Kamu ini kenapa, Saleh, masih jam segini sudah mau makan.” Saleh: “Bukan saya yang makan, Mbok, akan saya berikan ke bocah miskin.” Ibunya: “Ah, kamu ini setiap ada orang mengemis kamu beri.” Bapaknya: “Biarkan saja, senang menolong itu kan baik.” Ibunya: “Namun Saleh itu tidak pilih-pilih saat memberi, orang yang kuat dan gagah juga diberi, sesungguhnya tidak tepat karena masih bisa bekerja.” Bapaknya: “Dia kan masih anak kecil, tentu belum bisa mem- bedakan hal seperti itu.” Istrinya mengalah, ketika Ciptadi sedang makan, ia keluar, saat itu melihat banyak anak mengerubungi, dengan melompat- lompat ia berkata, “Tobat, tobat! Tidak patut sekali, bocah sedang makan saja ditonton, seperti nonton jaranan, sana pergi semua! Bocah-bocah kalau tidak tahu mana yang benar ya seperti itu.” Bocah-bocah tersebut berpencar pergi. Saat Ciptadi sudah selesai makan, Saleh bertanya alasan mengapa dirinya sampai menjadi anak miskin. Ciptadi mencerita- kan seluruh perjalanannya dari awal sampai akhir, tidak ada yang dikurangi atau ditambahi, malah luka-luka di punggungnya juga ditunjukkan. Saleh merasa sangat kasihan setelah mendengar cerita Ciptadi, lalu Saleh masuk ke rumah menemui ibunya, katanya, “Mbok, saya akan menolong bocah itu.” Ibunya: “Menolong bagaimana?” Saleh: “Mau saya suruh tinggal di sini.” Ibunya: “Tidak perlu! Mengurus banyak orang buat apa, meng- urus sanak famili sendiri saja hampir tidak bisa, kok mau nambah.” Saleh: “Saya diajari ndara mantri seperti itu, Mbok, harus mengasihi terhadap semua orang, harus berbelas kasih, harus selalu menolong orang yang sedang kesusahan.” 30 T Dari Hina Hingga Mulia Ibunya: “Halah, mengasihi bagaimana? Belas kasih yang bagaimana. Memang mengajari itu mudah, hanya tinggal bicara ceplas-ceplos, tapi orang yang harus melakukan itu, ya sulit.” Saleh: “Ya sudahlah, Mbok, jika dia tidak boleh tinggal di sini, tetapi untuk malam ini saja izinkanlah dia tidur di sini.” Ibunya: “Kalau dia mau tidur di dapur ya terserah.” Saleh masuk ke dapur menemui Ciptadi lagi, katanya, “Jangan marah ya, Cip, sebenarnya aku ingin membantumu, aku ingin kamu tinggal di sini tapi ibuku tidak mengizinkan, seumpama kerbau sudah keberatan tanduk. Tapi meski begitu malam ini kamu boleh tidur di sini.” Ciptadi: “Tidak apa-apa, Leh. Sudah diberi nasi saja aku sudah senang sekali. Leh, seandainya aku tinggal di sini rasanya aku kurang senang, karena masih terlalu dekat dengan desaku. Kalau dicari Pak Kartadipa masih mudah ditemukan, pasti aku dipaksa kembali lagi ke sana.” Saleh: “Jadi besok pagi kamu mau melanjutkan perjalanan- mu?” Ciptadi: “Niatku memang begitu.” Saleh: “Mau pergi ke mana?” Ciptadi: “Aku sendiri tidak tahu, aku hanya akan mengikuti keinginan hatiku dan ke manapun kakiku berjalan.” Saleh: “Apa kamu punya bekal?” Ciptadi: “Aneh kamu ini, Leh, kalau aku punya bekal pasti tidak akan menangis karena kelaparan.” Saleh masuk lagi ke kamarnya, melihat lalu menghitung uang di celengannya, ada dua rupiah kurang sakelip, uang itu diambil se-suku, lalu keluar menemui Ciptadi lagi, ia berkata, “Ini uang satu sen, Cip, lumayan untuk beli air di jalan.” Ciptadi yang tidak menduga di dusun Bangsri akan mendapat rejeki sebesar ini, menerima uang pemberian Saleh itu diterima dengan senang hati sambil berkata, “Terima kasih banyak, Leh, dengan apa aku akan membalas kebaikanmu yang besar ini. Leh, Dari Hina Hingga Mulia T 31 karena besok aku akan pergi sampai malam, aku minta doamu, supaya perjalananku selamat jangan sampai kurang suatu apa pun.” Saleh: “Ya, Cip. Aku juga begitu, minta doa saja, supaya aku juga selamat setelah kepergianmu, malah harapanku kita bisa bertemu lagi dengan selamat.” Sesudah berkata demikian lalu Saleh masuk ke rumah untuk belajar, sedangkan Ciptadi ditinggal di dapur. Sebelum tidur Ciptadi terus memikirkan kebaikan budi Saleh. Keesokan paginya, kira-kira jam lima Ciptadi bangun lalu melanjutkan perjalanan. Kalau lelah ia istirahat, ketika malam ia tidur di gardu atau di pasar. Uang se-suku pemberian Saleh di- hemat. Banyak dusun dan hutan serta tanah padang yang luas sudah dilalui Ciptadi, tapi semua tidak kelihatan namanya. Sepan- jang perjalanan, Ciptadi banyak mengalami berbagai hal. Saat panas ia kepanasan, saat hujan ia kehujanan. Suatu kali Ciptadi menginap di gardu jaga di pinggir jalan, saat itu kebetulan ada polisi dusun yang lewat, kemudian melihat ada bocah meringkuk di gardu tersebut, lalu polisi dusun mendatanginya mengusir Ciptadi dengan cara menendang sambil berkata dengan kasar, “Pergi sana, bangsat, ini bukan penginapan. Kalau tidak mau pergi, aku jungkirkan sungguhan kamu nanti.” Saat itu Ciptadi sudah tidur, maka ia sangat kaget diperlaku- kan seperti itu Ia tergopoh-gopoh, jantungnya berdegup tak ber- aturan karena kekagetannya. Lalu ia pergi dengan perasaan sedih mencari tempat lain. Perjalanan Ciptadi sampai di sebuah kota distrik yang ramai bernama Walikukun. Ciptadi merasa sangat sedih karena uangnya sudah habis, padahal ia sudah sangat lapar. Hendak menjual pakaiannya masak bisa laku, orang yang melihatnya saja langsung mau muntah karena pakaiannya sudah lusuh. Akhirnya muncul lagi tekadnya untuk mengemis. Sungguh, Ciptadi lalu berjalan ke salah satu rumah yang kelihatan bagus dan asri. Kelihatannya yang menempati adalah orang golongan priayi. Oleh karena itu, 32 T Dari Hina Hingga Mulia Ciptadi sangat berhati-hati, sebisa-bisa ia menggunakan tata krama yang baik. Sesampainya di halaman, Ciptadi mengetuk sambil ber- kata, “Permisi, Ndara! Kalau boleh saya minta sesuap nasi saja.” Tidak lama ada seorang wanita priayi keluar dan mendekati Ciptadi sambil bertanya, “Ada apa, Nak?” Ciptadi: “Kalau boleh, saya minta sesuap nasi saja, Ndara.” Priayi Wanita: “Kamu anak dari mana asalmu?” Ciptadi: “Saya anak Wanadadi, Ndara.” Priayi Wanita: “Namamu siapa?” Ciptadi: “Ciptadi, Ndara.” Priayi Wanita: “Wah, bagus namamu. Apa kamu tidak punya ayah ibu, sampai keluyuran kemari?” Ciptadi: “Punya, Ndara, tapi ayah dan ibu tiri.” Priayi Wanita: “Kenapa kamu tidak ikut ayah ibumu itu?” Ciptadi: “Tadinya saya ikut mereka, tapi karena selalu dianiaya lama-lama saya tidak betah, akhirnya saya nekat pergi dan sampai di sini.” Priayi Wanita: “Bukankah merupakan hal biasa jika seorang anak dihajar orang tuanya?” Ciptadi: “Kalau hanya dihajar itu baik, tidak masalah, tetapi saya dianiaya. Siapa pun orangnya pasti tidak tahan.” Priayi Wanita: “Wah, kamu pintar ya. Kamu mau ikut aku?” Ciptadi: “Kalau Bandara menginginkan, saya bersedia.” Priayi Wanita: “Ya, tapi jadi atau tidaknya keputusan hal ini menunggu kedatangan Ndara Kakung. Sudahlah, pergilah ke belakang sana, mandi dulu, nanti kuambilkan nasi.” Ciptadi menurut, ia dengan senang hati menuju ke belakang lewat pinggir rumah, lalu mandi hingga bersih. Setelah selesai mandi ia duduk di lincak di depan dapur dan diberi makan. Jam setengah empat sore seorang priayi pria datang. Sesudah bercakap-cakap dengan istrinya lalu ia menemui Ciptadi, diikuti istrinya. Pria itu bertanya pada Ciptadi, “Kamukah yang mau ikut aku?” Dari Hina Hingga Mulia T 33 Ciptadi: “Ya, Ndara, saya disuruh Ndara Putri ikut Ndara.” Ndara Pria: “Ya, kamu ikutlah aku dan kamu akan lama bersamaku kalau baik sikapmu. Tapi kalau tidak, kamu pasti akan kuusir seperti pembantuku yang ikut aku kemarin. Nah, ini baju- nya, masih tertinggal satu. Sekarang copotlah bajumu dan cucilah, ganti dengan baju ini. Hal celana mudah, besok bisa cepat dibuat di pasar.” Ciptadi senang sekali, setelah mengucapkan terima kasih ia berganti baju. Bajunya yang lama dibuntal hendak dicuci. Dicerita- kan ketika Ciptadi melepas pakaiannya, semua luka-lukanya di punggungnya terlihat dengan jelas sehingga priayi pria dan istri- nya terkejut. Mereka lalu mendekatinya sambil bertanya, “Pung- gungmu itu penuh luka karena apa?” Ciptadi: “Ini yang membuat saya lari dari rumah orang tua saya.” Priayi Pria: “Coba sekarang kamu ceritakan dengan jelas, aku ingin mendengar.” Ciptadi menurut, kemudian menceritakan dengan jelas semua yang terjadi. Priayi pria dan istrinya mendengarkan dengan sak- sama, hati mereka ikut merasa sedih dan memahami betapa besar- nya penderitaan yang dialami Ciptadi. Sejak saat itu Ciptadi tetap menjadi pembantu sepasang priayi tersebut. Ciptadi sangat di- sayangi majikannya karena sifatnya yang baik, rajin bekerja, jujur, kebiasaan bersih dan tidak mau mencuri. Sudah sering diuji oleh majikannya dengan uang sedikit maupun banyak ditaruh di atas kursi atau meja, tapi belum pernah dicuri oleh Ciptadi, yang pasti uang itu diserahkan kepada majikannya. 34 T Dari Hina Hingga Mulia Berdasarkan cerita yang sudah saya uraikan di depan, para pembaca tentunya mengerti bahwa kepergian Ciptadi dari rumah Dipanala dilakukan secara diam-diam, tidak pamit kepada Dipanala dan istrinya maupun pada Jupri. Bahkan diceritakan kepergian Ciptadi pada saat Dipanala dan Jupri masih berada di ladang untuk mencangkul dan membersihkan sekeliling tanaman jagung. Tindakan Ciptadi tersebut memang sudah diniatinya, ia sudah berencana tidak berpamitan kepada Bapak dan Mbok Dipanala maupun Jupri karena pasti dihalangi. Diceritakan pada saat kepergian Ciptadi, seperti ada yang memberitahukan kepada Jupri bahwa Ciptadi sudah pergi. Sehing- ga selama bekerja hatinya terasa gusar terus dan selalu teringat pada Ciptadi. Padahal pada waktu-waktu lalu ketika bekerja, pe- rasaan hati seperti ini belum pernah terjadi. Pada saat bedug Jupri kembali dari ladang bersama Dipanala, sesampainya di rumah ia langsung mencari Ciptadi di senthong, di sumur dan di halaman, tetapi tidak ketemu. Jupri kemudian berlari ke rumah Kartadipa tapi di sana juga sepi, ia pun bertanya kepada para tetangga. Bahkan ia bertanya kepada semua orang di Wanadadi, tetapi tidak ada yang mengetahuinya. Jupri baru pulang di saat sore, dalam perjalanannya Jupri merasa sedih sekali, badannya lemas, wajahnya lesu, tidak mau makan, pikirannya bingung, tidak enak melakukan apa pun, peribahasanya: makan tidak enak, duduk tidak betah, tidur pun tidak nyenyak. I V Mencari Dari Hina Hingga Mulia T 35 Melihat keadaan Jupri seperti itu, Dipanala dan istrinya me- rasa sangat kasihan. Mereka pun memanggil Jupri dan berkata, “Jangan begitu, Pri, hanya perkara yang belum pasti saja jangan kaubuat sangat sedih. Jangan berlaku seperti itu, nanti tubuhmu sakit! Kamu kan sudah tahu, sedih bisa menjadikan sakit, orang sakit bisa mati.” Jupri: “Perkara yang belum pasti itu bagaimana, Pak?” Dipanala: “Ciptadi belum tentu benar-benar pergi, menurutku dia hanya bersembunyi di rumah salah satu tetangga, karena dia takut kalau didatangi Kartadipa, pamanmu.” Mbok Dipanala: “Menurutku juga begitu, Pri.” Jupri: “Tidak, dia pasti sudah pergi, karena saya sudah mencari di sekeliling desa ini tetapi tidak ketemu.” Mbok Dipanala: “Seandainya dia pergi, lalu pergi ke mana?” Jupri: “Itulah yang membuat saya sedih. Kalau saya mencari ke arah timur ternyata dia pergi ke arah barat, kalau saya mencari ke barat ternyata dia ke timur.” Mbok Dipanala: “Ah, aku tidak percaya kalau Ciptadi pergi. Masak bocah sekecil itu mau nekad pergi.” Jupri: “Meskipun anak kecil tetapi dia itu anak lelaki, tidak bisa dipungkiri. Kalau sudah bicara nekad, ya dia sungguh nekad, meski dihalangi pun akan dia lompati, meski diikat akan diputus, karena dia punya keinginan jauh ke depan.” Mbok Dipanala: “Coba besok dipanggilkan dukun, agar supaya Ciptadi diputar kembali lagi.” Dipanala: “Halah, kenapa malah jadi melenceng ke mana- mana. Kan sudah berkali-kali kukatakan kepadamu, buanglah ke- percayaanmu yang ada pada zaman Majapahit itu. Jaman sekarang kepercayaan seperti itu sudah tidak berguna, jangan diperlihatkan, nanti ditertawakan anak-anak. Sekarang maumu bagaimana, Pri?” Jupri: “Saya berniat mencarinya.” Dipanala: “Mau dicari ke mana?” Jupri: “Ke kota. Kalau tidak ketemu ya dicari di tempat lain.” 36 T Dari Hina Hingga Mulia Dipanala: “Wah, besar betul tekadmu! Kalau tidak ketemu, lalu bagaimana?” Jupri: “Singkatnya begini, Pak. Saya tidak akan pulang kalau belum menemukan Ciptadi. Saya hanya ingin mengetahui kalau masih hidup, dia tinggal di mana, kalau sudah meninggal di mana kuburannya.” Dipanala: “Baiklah, kalau itu maumu, terserah kamu. Aku tiada lain hanya bisa berdoa supaya selamat perjalananmu, tidak kurang suatu apa pun. Aku berdoa siang-malam semoga adikmu, Ciptadi segera ditemukan. Oh, Jupri! Kalau aku memikirkan adikmu hatiku ikut bersedih. Sudah sana, carilah sampai ketemu, kalau bukan kamu siapa lagi yang mau mencari. Kamu punya uang tidak?” Jupri: “Jika saya punya uang, dari mana saya punya uang?” Dipanala: “Mbok, ada uang tidak?” Mbok Dipanala: “Ya ada, tapi tidak tahu berapa jumlahnya, karena belum kuhitung.” Dipanala: “Cobalah dilihat dulu!” Mbok Dipanala masuk ke rumah belakang, tidak lama kemu- dian keluar lagi sambil membawa dompet lalu dikeluarkan isinya di hadapan suaminya dan dihitung bersama. Semua berjumlah sepuluh rupiah kurang lima belas sen. Uang tersebut diambil enam rupiah lalu diberikan pada Jupri. Dipanala berkata, “Ini uang untuk bekal, hitungannya begini: lima rupiah itu adalah upahmu selama enam bulan, sedangkan yang satu rupiah lagi adalah bekal dari embokmu.” Jupri: “Sangat berterima kasih, Pak.” Kemudian Dipanala banyak memberi pelajaran kepada Jupri tentang sikap utama ketika di perantauan, yaitu harus selalu ber- hemat, jangan berlaku boros. Jangan sampai mengganggu orang, jangan sampai sombong dan sok berani, dan lain-lain, terlebih lagi senang mendaku… sikap itu harus dijauhi, karena sikap mendaku itu merupakan pintu masuk perbuatan bermacam-macam Dari Hina Hingga Mulia T 37 keburukan... orang bisa menjadi pencuri, bisa menjadi penjudi, bisa menjadi orang yang suka berfoya-foya, dan lain-lain. Itu se- mua perbuatan buruk yang merupakan jalan menuju kesengsaraan. Pagi harinya sebelum terang Jupri berangkat dari Dusun Wanadadi, ia berjalan terus ke timur sampai Kota Madiun. Sampai di kota Madiun saat sore hari karena ia mampir-mampir ke dusun- dusun untuk mencari Ciptadi. Di Madiun Jupri tidak mepunyai saudara ataupun kenalan, itu sebabnya malam harinya ia meng- inap di salah satu warung. Tetapi malam itu ia tidak bisa tidur, karena kecuali pikirannya putus asa dan sedih, juga karena ter- ganggu oleh orang-orang yang berjudi. Warung itu memang terkenal sebagai tempat orang jahat, karena tempatnya di daerah pinggiran. Bahkan saat Jupri sudah hampir tertidur, ada seseorang yang kelihatan sebagai bajingan besar. Dia berkata kepada Jupri, begini, “Masih sore begini mau tidur, Dik? Ayo bermain, gonggong atau domino, kalau tidak ya bermain salikuran.” Jupri: “Maaf, Kang, saya tidak bisa main.” Wage (nama orang itu): “Lho, sebaiknya adik belajar.” Jupri: “Tidak. Sebenarnya saya tidak percaya diri, karena tidak ada ada yang diandalkan.” Wage: “Adik keliru. Menjalankan agama itu mudah, saat sudah tua saja. Sekarang selagi masih muda sebaiknya senang-senang saja.” Jupri: “Saya tidak setuju, Kang.” Wage: “Apa sebabnya?” Jupri: “Karena begini, seseorang meninggal itu belum tentu saat sudah tua, terkadang seperti saya ini besok atau lusa juga bisa meninggal. Oleh karena itu, menjalankan agama jangan ditunggu saat tua.” Wage: “Jika meninggal besok atau lusa ya sudah menjadi takdirnya. Atau bukankah orang beragama pun boleh kan bermain judi?” Jupri: “Tentu saja tidak, Kang.” 38 T Dari Hina Hingga Mulia Wage: “Jika tidak boleh, apa maksudnya di dunia diadakan mainan kartu?” Jupri: “Yang mengadakan siapa?” Wage: “Yang Maha Kuasa.” Jupri: “Kapan?” Wage: “Saya tidak tahu, tapi menurut saya begini, seandainya Yang Maha Kuasa tidak mengizinkan adanya kartu di dunia ini, pasti di dunia ini tidak ada kartu, yang membuat teriakan-teriakan dalam perjudian pasti semua dicekik.” Jupri: “Sekarang masih zaman kesabaran, orang-orang yang berbuat jahat masih dibiarkan saja.” Wage: “Halah, karena tidak punya uang, ada-ada saja alasan- nya.” Jupri: “Kalau saya dibilang tidak punya uang, jujur saja, me- mang benar, Kang.” Wage: “Hahahahaha! Sekarang aku sudah dengar rahasianya. Lelaki itu meski berkata begitu, Dik. Jika benar laki-laki dan tidak punya uang lalu mencari di kampung-kampung itu.” Jupri berhenti, tidak mau menjawab lagi, karena ia tahu orang itu orang jahat, jadi ia mengalah saja. Menurutnya, kalau bercakap- cakap dengan orang seperti itu kalau tidak hati-hati bisa buruk keadaannya. Pikirnya, “Hem, percakapanku dengan orang ini se- perti peribahasa: melempar intan pada babi. Intan memang barang mahal, tapi kalau yang kuberikan tidak tahu nilainya, malah nanti dikira aku mengganggu pekerjaannya. kerugiannya aku bisa di- seruduk.” Wage: “Mari teman-teman kita mulai! Domino saja, ya?” Teman-temannya: “Mari, domino saja. Seperti biasanya saja atau matadhoran?” Wage: “Kurang ramai kalau main matadhor, seperti biasa saja.” Teman-temannya: “½ sen atau 1 sen?” Wage: “ 1 sen saja, yang menang biarlah cepat menang, yang kalah biarlah langsung kalah. Gampang ngalaihim kalau sudah tidak punyai uang.” Dari Hina Hingga Mulia T 39 Teman-temannya: “Benar, itu.” Jupri tahu bahwa dirinya disindir oleh Wage, tapi diam saja karena merasa tidak perlu melawan kata-kata orang yang pikiran- nya sudah rusak seperti Wage itu. Kira-kira jam satu Jupri sangat terkejut karena melihat orang- orang yang bermain berlarian ke sana-kemari seperti gabah diinteri. Mereka semua terlihat ketakutan, mencari tempat persembunyian yang aman, ada yang masuk ke kamar, ada yang masuk ke bawah lincak dan meja. Jupri keluar, ia ingin tahu kenapa orang-orang yang berjudi tiba-tiba lari bertebaran untuk bersembunyi. Saat itu baru saja keluar dari kamar, Jupri terkaget-kaget karena tiba-tiba ia didatangi tiga atau empat polisi, bahkan pemimpin polisi itu mengacungkan pistolnya pada Jupri sambil bertanya, “Di mana teman-temanmu?” Karena takut dan kaget, Jupri tidak bisa menjawab, wajahnya berubah pucat, badannya sampai gemetaran. Pemimpin polisi itu bertanya lagi, “Di mana temanmu?” Jupri masih belum bisa men- jawab, mulutnya terbungkam, matanya tak berkedip seperti orang kancilen. Pemimpin polisi itu mengulangi pertanyaannya, “Di mana teman-temanmu? Jujur saja! Kalau tidak jujur awas kamu.” Jupri masih ketakutan, akhirnya dengan gagap Jupri men- jawab, “Sa-sa-sa... saya ti-ti-ti tidak pu-pu punya teman, Tuan.” Pemimpin polisi: “Ayo jujur saja, apa kamu tidak tahu yang kuacungkan ke perutmu ini apa?” Jupri semakin ketakutan, perasaannya nyawanya akan me- layang. Jupri pun menjawab, “Be-be-be benar, Tuan. Sa-sa-sa saya ti-ti tidak punya te-te-te teman, da-da dan se-se sejak tadi ti-ti-ti tidur sa-sa saja di-di-di di kamar itu.” Pemimpin polisi: “Tidak, aku tahu tadi ada beberapa orang yang bermain judi di sini, mereka semua pergi ke mana?” Jupri lalu memberi tahu di mana orang-orang sembunyi, tapi menggunakan isyarat saja, ia tidak dengan kata-kata. Ia takut suatu ketika kepergok. Pemimpin polisi itu lalu menyuruh para 40 T Dari Hina Hingga Mulia bawahannya menggerebek kamar-kamar yang dipakai persem- bunyian orang-orang tersebut. Semuanya dipaksa keluar. Ketika para polisi sedang mencari orang-orang yang bersem- bunyi itu, tiba-tiba ada seseorang yang keluar dari bawah meja hendak kabur, tapi saat ia melangkah ke pintu depan, ia ditahan oleh para polisi yang menjaga di luar. Orang itu mengandalkan kekuatannya untuk keluar, tapi tidak berhasil, karena para polisi melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Meski- pun usaha orang itu seperti banteng yang terluka, para polisi tidak sedikit pun tergoyahkan. Akhirnya orang tersebut pasrah meng- ikuti dan badannya sudah babak belur karena kena tongkat polisi. Saat itu juga diadakan pemeriksaan, pemilik warung dan orang-orang yang berjudi dihadapkan ke pengadilan, karena me- langgar undang-undang negara yaitu berjudi tanpa izin. Orang yang berusaha kabur tadi saat itu juga diborgol dan dipaksa ikut polisi lalu dimasukkan ke tahanan. Adapun Jupri, karena bisa menjelaskan kepribadiannya dan menjelaskan keperluannya ketika di tempat itu, lalu ia diizinkan pergi. Siapakah orang yang akan kabur tadi? Tidak lain adalah Wage. Ia hendak kabur karena merasa menjadi buron negara. Wage memang bajingan besar, bulan lalu ia menjadi orang yang memimpin pencurian di rumah seorang haji kaya di Ngawi bernama Abdul Sukur. Sedangkan Wage sendiri rumahnya di dusun Bayeman, juga termasuk di lingkungan kota tersebut. Tapi untung- nya, tidak lama Wage dan teman-temannya tertangkap, lalu semua ditahan. Tapi tidak lama kemudian Wage kabur, namun polisi di Ngawi telah mengerti ciri-ciri Wage. Oleh karena itu, ketika Wage kabur, Polisi Ngawi segera memberitahukan dengan jelas kepada polisi-polisi di daerah bahwa ciri-cirinya sebagai berikut: di dahinya ada goresan luka karena senjata berwujud garis agak panjang, di tangan kirinya di atas pergelangan tangan ada gambar cumplung dibuat dengan tusukan-tusukan jarum. Dari Hina Hingga Mulia T 41 Saat polisi Madiun mendapat kabar tersebut, mereka segera menyiapkan barisan seperti biasanya ketika ada keperluan. Ada yang menyamar dengan berpakaian seperti orang biasa supaya tidak diketahui. Polisi ini disebut polisi rahasia. Pada suatu hari, di sore hari, ada seorang polisi rahasia melihat orang dengan dua ciri yang mirip seperti yang sudah diceritakan, polisi tersebut tidak lengah, dengan hati-hati orang tersebut segera diikuti ke mana pun dia pergi. Akhirnya diketahui dengan jelas bahwa orang tersebut bertempat di warung yang diceritakan tadi. Polisi rahasia itu segera melapor pada atasannya, akhirnya terjadi- lah seperti yang sudah diceritakan di atas. Wage bisa tertangkap lagi. Jupri ada di Kota Madiun selama tujuh hari. Ia terus mencari Ciptadi. Semua kampung dimasukinya sambil melihat keindahan kota yang tidak ditemukannya di dusun, seperti: gedung-gedung yang bagus, toko-toko yang besar, pabrik-pabrik dan sekolah- sekolah. Di antara semua itu, yang paling dikagumi Jupri adalah bengkel tempat memperbaiki kereta-kereta yang rusak, karena bengkelnya sangat luas dan yang bekerja pun tidak terhitung jumlahnya. Karena sangat tertarik pada berbagai keindahan tersebut, seringkali Jupri melupakan kewajibannya yaitu mencari Ciptadi. Baru sekali ini Jupri melihat gambar hidup, kebetulan saat itu malam Minggu. Sungguh lucu, sebelum film dimulai Jupri mengamati satu per satu lampu listrik yang tergantung di dalam gedung komidi tersebut dengan rasa amat kagum. Semua itu terasa berbeda sekali dengan lampu-lampu yang sering dilihatnya di rumah Dipanala. Orang-orang yang melihat tingkah Jupri tersebut tertawa dalam hati, semua tahu bahwa Jupri jelas berasal dari pelosok dusun dan baru pertama kali berada di tempat ramai. Pada saat Jupri melihat-lihat lampu, tiba-tiba lampu-lampu yang dikagumi Jupri mati bersamaan sehingga gelap gulita. Jupri yang terkejut berkata dalam hati, “Dubilah setan, mau ada apa ini sampai lampu-lampunya mati semua.” Suara sorakan orang-orang 42 T Dari Hina Hingga Mulia yang menonton membuat Jupri jadi bingung, pikirnya, “Wah, tidak punya tata krama orang-orang ini, suasana gelap begini malah bersorak.” Jupri hendak keluar tapi baru saja menoleh, ia melihat ada cahaya menyorot dari lubang kecil yang tidak jauh darinya. Jupri mengamati lubang tersebut, pikirnya lubang itu yang disoraki orang-orang tersebut. Orang-orang yang menonton berteriak, “Wah kudanya besar- besar sekali.” Mendengar itu Jupri semakin mengamati lubang tadi, tapi yang dilihatnya hanya cahaya yang menyorot ke depan saja. Jupri pun semakin takjub, sebab banyak orang yang menyerukan kuda sampai dirinya tidak tahu lagi. Orang-orang yang menonton berseru lagi, “Wah, gajah! Gajah!” Jupri semakin kewalahan, akhirnya ia bertanya pada seorang bocah yang duduk di dekatnya, “Di mana ya gajahnya?” Bocah itu men- jawab sambil menunjuk ke depan, “Itu, itu.” Jupri menoleh ke depan, sekarang mengerti bagaimana caranya menonton gambar hidup. Adegan gambar yang disetel sore itu sering membuat Jupri kaget, seperti orang jatuh dari kapal, orang mencebur ke sungai, dan lain sebagainya. Setelah film selesai, Jupri kembali ke tempat penginapannya. Pada hari ke delapan, Jupri sudah tidak berharap dapat ber- temu dengan Ciptadi di Madiun. Oleh sebab itu, kemudian Jupri pergi ke Ponorogo dengan naik trem. Jupri baru kali ini naik trem. Sepanjang perjalanan berpegangan jendela dengan sangat kuat karenanya ia jadi tertawaan banyak orang dan setiap kali trem berangkat dia pasti menyebut Allah. Di Ponorogo selama lima hari, setiap hari ia berkeliling mencari Ciptadi, tapi tidak ketemu. Kota Ponorogo juga cukup ramai, serta banyak hal yang membuat Jupri terkagum-kagum. Kebetulan di Ponorogo Jupri saat hari Lebaran, jadi bisa melihat bagaimana orang-orang di sana merayakan hari besar itu. Di jalan-jalan maupun di alun-alun banyak orang dan tak terhitung jumlahnya. Orang-orang berjalan berseliweran mengikuti kelompoknya masing-masing, ada yang Dari Hina Hingga Mulia T 43 ke utara, ada yang ke selatan, semua berjalan dengan langkah cepat. Selain itu, Jupri juga sering menemui kelompok laki-laki yang berpakaian serba hitam mengiringi bocah laki-laki yang pakaiannya bagus. Jupri mengerti kelompok itu adalah para warok. Adapun lelaki yang diiringi dikenal sebagai gemblakan. Dari Ponorogo Jupri kembali lagi ke Madiun, dari Madiun ia ke Nganjuk, tetapi tidak mau ke Magetan atau ke Ngawi karena dirasa menyimpang dari tujuan yang umum, mustahil kalau Cip- tadi mau pergi ke dua kota itu. Di Nganjuk juga hanya satu minggu, dari sana ia ke Kertasana, Jombang, Mojokerto, dan Surabaya. Jupri hanya berhenti sebentar di tempat-tempat tersebut, paling lama hanya seminggu.Tetapi Jupri di Surabaya sampai setahun, karena uang sakunya habis, ia terpaksa mencari uang, maka Jupri bekerja pada seorang tukang kayu Tionghoa. Sebetulnya Jupri kurang suka bekerja di tempat orang Tionghoa, karena pekerja- annya sangat berat. Tapi mau bagaimana lagi, ia sudah ke mana- mana mencari-cari pekerjaan yang tidak terlalu berat, tapi tidak didapatkannya. Akhirnya ia pasrah saja, pekerjaannya di tempat orang Tionghoa itu dilakukannya dengan sungguh-sungguh dan telaten, sekalian ia belajar pertukangan. Sesudah bekerja di tempat orang Tionghoa selama satu tahun Jupri mohon izin untuk keluar kerja, karena sudah mempunyai uang yang kira-kira cukup untuk melanjutkan perjalanannya. Juga, ilmu pertukangan yang diterimanya sudah cukup lumayan, ia bisa menatah, menggergaji, dan mengasah dengan terampil, ia juga bisa melitur dan menganyam penjalin kursi dengan cekatan. Sekeluarnya dari tempat kerja orang Tionghwa, Jupri pergi ke Pare, salah satu kota distrik yang ramai dan asri ,termasuk wilayah Kediri. Pecinannya luas, orang Belandanya banyak, stasiunnya besar dan asri. Dari kota Pare ada trem yang ke arah barat daya menuju ke Kota Kediri, yang ke barat ke Papar, yang ke tenggara ke Kepung, yang ke timur ke Kandangan, dan yang ke utara ke Jombang. Jupri berada di Pare cukup lama hingga 44 T Dari Hina Hingga Mulia uangnya habis. Ia mencoba mencari pekerjaan ke mana-mana tetapi tidak ada lowongan, akhirnya Jupri nekad menjadi kuli, yaitu jadi buruh yang membawakan barang-barang orang dari satu tempat ke tempat lain untuk mendapatkan upah. Hasilnya untuk makan, dan sisanya disisihkan untuk disimpan. Dari Hina Hingga Mulia T 45 Para pembaca tentunya sudah ingin tahu bagaimana kelanjutan perjalanan Ciptadi. Sekarang saatnya saya melanjutkan kisah yang diceritakan tadi. Orang terhormat Walikukun yang dihamba oleh Ciptadi itu pejabat yang seperti apa? Apakah pejabat di kereta api? Bukan, dia adalah pejabat di pegadaian. Pejabat tersebut sudah berpangkat penaksir barang. Sepasang suami istri tersebut sifatnya baik, pembantunya diperlakukan dengan baik, dan pengertian. Itulah sebabnya mengapa Ciptadi sangat betah. Apalagi Ciptadi diper- bolehkan melanjutkan sekolah, hatinya semakin senang. Di Wana- dadi, Ciptadi sudah tamat di sekolah dusun, maka di sekolah Walikukun ia langsung masuk di kelas tiga. Tahun depannya naik ke kelas empat. Dalam tiga tahun ia bisa menamatkan sekolahnya dan mendapat tanda tamat dari sekolahnya. Selama belajar, Ciptadi selalu dipuji oleh gurunya, karena kepandaiannya dan selalu menduduki ranking satu. Kewajibannya selalu dilaksanakan dengan baik. Dengan teman-temannya ia rukun karena Ciptadi bersifat baik. Pekerjaan sehari-hari Ciptadi di rumah tempat kerjanya seperti berikut: bangun pagi lalu membersihkan rumah dan halaman, pukul tujuh sesudah mandi dan sarapan ia pergi ke sekolah. Pukul setengah dua kurang seperempat ia pulang. Sesudah makan ia mencuci sendok dan piring atau mencuci baju majikannya I V Semakin Jauh 46 T Dari Hina Hingga Mulia dan membersihkan rumah lagi sampai pukul empat, kemudian menyirami bunga serta membersihkan pekarangan sampai pukul enam. Di sore hari, sebelum dan sesudah makan ia belajar sendi- rian. Dari sedikit keterangan di atas para pembaca bisa menge- tahui dan menyaksikan bahwa Ciptadi sebenarnya adalah anak yang rajin, maka pantas saja ia sangat disayangi oleh kedua majikannya. Ketika itu majikan Ciptadi dipindah kerja ke Kendal, wilayah Semarang. Saat Ciptadi diberi tahu supaya ikut, ia senang sekali, merasa akan melihat daerah-daerah yang jauh. Mereka berangkat dari Walikukun jam lima pagi, sampai di Stasiun Sala Balapan berganti kereta N.I.S. ke Semarang, sampai di Semarang berganti trem S.C.S. ke Kendal. Ciptadi baru kali itu merasakan naik kereta, sehingga sepanjang perjalanan kelihatan senang dan kagum. Ia merasa lebih nyaman daripada menaiki gerobak atau dokar, dan juga setiap melihat orang, gerobak atau dokar. Perasaan Ciptadi semua kelihatan berjalan mundur. Pepohonan atau patok-patok di pinggir jalan semua kelihatan berjalan. Sepanjang perjalanan kereta, Ciptadi selalu menengok di jendela, leher pegal tak dirasakannya. Ciptadi lalu diajak bertamasya oleh majikannya ke Demak dan ke Kudus, sehingga kebahagiaannya tak terkira. Setelah tinggal di Kendal selama dua tahun, tuannya naik pangkat dan pindah tempat tinggal ke Purwokerto, daerah Banyu- mas, Ciptadi ikut. Saat baru pindah, Ciptadi heran sekali karena banyak laki-laki yang hanya bercelana dalam, sehingga ia menduga bahwa orang-orang tadi orang-orang hutan. Ciptadi berpikir orang yang setengah telanjang dan hanya berpakaian dalam itu tidak berbeda dengan orang Papua atau orang Dayak yang siang malam hanya memakai cawat saja. Ciptadi bisa tahu tentang orang Papua dan orang Dayak karena sudah pernah diceritakan gurunya ketika masih di sekolah. Tuannya Ciptadi berada di Purwokerto selama empat tahun, lalu dipindah ke Kuwu, daerah Semarang, kepindahannya karena Dari Hina Hingga Mulia T 47 naik pangkat mejadi Onder-Behirder. Tetapi Ciptadi tidak mau ikut, karena Ciptadi kurang senang pergi ke wilayah timur, ia tidak mau bertemu dengan Kartadipa. Alasan lainnya karena ia merasa sudah kurang cocok hidup sebagai abdi. Sekarang ia merasa bahwa dirinya sudah besar, bahkan sudah perjaka. Ia ingin mencari sandang pangan sendiri sebisanya. Setelah mohon diri untuk berpisah dengan tuannya lalu Ciptadi menulis surat lamaran kerja ke pabrik gula. Lamarannya diterima lalu ia diangkat menjadi mandor dengan gaji f 7,50 sebulan, bahkan kalau pekerjaannya bagus bisa dinaikkan sampai f 35,--. Ciptadi menerima pekerjaan itu dengan senang hati. Pekerjaan dilakukannya dengan sungguh- sungguh dan hati-hati, sikapnya pada para kuli pun juga baik, tegas tapi dengan kasih dan kesabaran. Tidak sekalipun ia ber- tindak sewenang-wenang dan para kuli pun semua bersikap hormat. Ciptadi tidak suka sama sekali dengan sogokan, Ciptadi tahu wujud sogokan baik berupa makanan, uang maupun barang, pasti menjadi racun, bisa menyebabkan hal-hal buruk dan men- datangkan bermacam-macam kecelakaan dan pemberitaan yang buruk. Ia juga tahu orang yang memberi sogokan itu sudah pasti punya niat agar disayangi, kalau melakukan kesalahan jangan sampai dipecat atau dihukum. Oleh karena kejujurannya itu, tidak heran Ciptadi selalu mempunyai nama baik. Oleh karena sifatnya yang sangat baik, Ciptadi sangat di- sayangi oleh atasannya, baru bekerja enam bulan saja gajinya sudah naik sampai seringgit. Setelah satu tahun, digenapi jadi lima rupiah. Jadi seluruh gajinya 15 rupiah. Semenjak bekerja, Ciptadi mondok di rumah salah satu pensiunan tukang besi bernama Kriyabangsa. Kriyabangsa memiliki tiga anak perempuan, yang paling tua ber- nama Sumastri, sudah menikah dengan saudagar jarik bernama Surareja, yang kedua bernama Sukati, juga sudah menikah dengan pemborong bernama Mulyatama, sedangkan yang ragilnya ber- nama Setyati, ia masih gadis dan belum ada yang melamar. Ciptadi memang punya niatan untuk menikahi Setyati. Kebetulan, niatnya 48 T Dari Hina Hingga Mulia itu terlaksana dengan mudah, mereka bisa menikah tanpa halang- an. Tidak lama kemudian mereka memiliki rumah sendiri dan seterusnya hidup rukun dan saling menyayangi. Ciptadi masih bekerja sebagai mandor, sampai mendapat gaji dua puluh lima rupiah sebulan. Selama bekerja di pabrik, tidak sedikit godaan yang datang hendak merusak keutamaan budi Ciptadi, godaan tersebut banyak berasal dari teman-temannya sendiri. Ia diajak melakukan hal- hal yang berdosa, seperti: berjudi, mabuk, bermain perempuan, dan lain sebagainya, tapi semua itu ditolak oleh Ciptadi. Saat ada pesta, Ciptadi dipojokkan oleh teman-temannya karena tidak mau ikut main judi dan menari tayub, ia dikatai bukan laki-laki, dikatai takut tidak bisa makan dan lain sebagainya, tetapi Ciptadi tetap tidak mau, semua ejekan tidak dipedulikannya. D atas telah saya jabarkan bahwa Ciptadi jadi mandor dan digaji dua puluh lima rupiah sebulan, jadi sudah merupakan gaji yang cukup tinggi.. Ciptadi sendiri juga sudah merasa beruntung sekali mendapat gaji sebesar itu. Gaji tersebut kalau dibandingkan dengan gaji para mandor lain yang setara, gaji Ciptadi lebih banyak, karena gaji mandor lain jumlahnya paling banyak hanya tujuh belas setengah rupiah atau dua puluh rupiah. Kalau dibandingkan dengan ukuran gaji teman, Ciptadi cukup senang, tetapi kalau dibanding dengan penghasilan kedua saudara iparnya yang men- jadi saudagar jarik dan pemborong rumah, apakah lebih besar? Juga apakah lebih senang? Tentu saja tidak, perbedaannya bagai langit dan bumi, kalau mengingat hal itu hati Ciptadi merasa bersedih. Apalagi kalau mengingat seringnya ada perkataan mer- tua atau saudara-saudaranya yang kurang mengenakkan hati, tam- pak Ciptadi menyesal mengambil Setyati sebagai istri. Suatu hari Ciptadi dan istrinya pergi ke rumah mertuanya hanya untuk bermain. Kebetulan hari itu pasangan Surareja dan Mulyatama juga datang ke sana, sehingga rumah Kriyabangsa mendadak kelihatan ramai. Semua orang duduk mengelilingi meja Dari Hina Hingga Mulia T 49 besar, saling bercerita sambil minum minuman hangat. Tidak tahu apa yang diceritakan. Sesudah bercerita, terdengar Sumastri memamerkan pada semua orang yang duduk bahwa baru saja ia membeli gelang seberat delapan puluh gram seharga seratus tujuh puluh lima rupiah. Tidak lama kemudian, Sukati juga pamer baru saja membeli cincin emas bermata berlian seharga dua ratus dua puluh lima rupiah, bahkan cincin itu dilepaskan dari tangannya dan ditunjukkan kepada yang sedang duduk. Semua orang me- mandangi cincin itu bergantian, saat sudah selesai dikembalikan pada Sukati lalu dipakainya lagi. Ayahnya berkata, “Itu murah sekali, padahal emas tua dan berliannya besar dan sangat hidup.” Sukati: “Memang sangat murah, Pak, karena yang menjual sedang butuh uang.” Ayahnya: “Siapa yang jual?” Sukati: “Mas Ajeng Kuswara.” Ayahnya: “Lho, Mas Ajeng Kuswara sampai butuh uang, sampai jual cicin itu bagaimana ceritanya?” Sukati: “Saat malam minggu dia bersama istrinya pergi ke pesta pernikahan di Klampok, saya juga ke sana. Mereka berdua main judi, lawannya orang-orang yang sudah berpengalaman, tentu saja diperdaya hingga habis-habisan. Saat sudah jam satu uang mereka habis, tapi malu kalau mau mundur, buktinya Mas Ajeng Kuswara menjawil saya mengajak keluar, saya menurut. Saat di luar saya ditawari supaya membeli cincin itu. Saya tidak berencana membeli- nya karena harganya agak kemahalan, jadi saya tidak mau. Tapi dia memaksa, bahkan harganya diturunkan jadi tujuh puluh lima rupiah, sesudah itu saya setuju dan saya bayar saat itu juga.” Ayahnya: “Oh, jadi sebenarnya harga cincin ini tiga ratus rupiah?” Sukati: “Ya.” Ayahnya: “Mas Ajeng Kuswara setelah itu menang atau kalah?” Sukati: “Wah, kasihan sekali, uangnya habis, cincin juga hilang.” 50 T Dari Hina Hingga Mulia Ayahnya: “Ya, itulah hasil dari keinginan yang besar, uang habis cincinnya hilang dicakar kucingnya.” Sukati: “Ya memang begitu. Ah, kasihan... sesampainya di rumah mereka bertengkar, bahkan kabarnya mau bercerai.” Ibunya: “Nah, kalau kamu mau cerita baru saja beli apa, Ti?” Setyati mendengar pertanyaan ibunya, ia merasa malu dan sedih sekali. Ia pun menjawab. “Aku ini, Mbok, mau bagaimana lagi. Boro-boro beli barang semahal itu, beli barang seharga dua rupiah saja kalau ingin sekali.” Ciptadi, merasa dirinya sebagai laki-laki dan menantu, men- dengar pertanyaan mertuanya tersebut serasa dadanya dipukul palu, lalu berkata pada istrinya, “Jangankan dua rupiah, seharga se-suku saja kalau ingin sekali.” Semua orang yang berkumpul mendengar Ciptadi berkata demikian langsung tertawa, kemudian Sumastri berkata, “Oh, anu, Ti, kemarin ada penjual yang datang ke rumahku membawa kalung beserta perangkatnya seharga seratus lima puluh rupiah. Nah, itu saja yang kamu beli.” Sukati menambahkan, “Kemarin ada orang yang menawarkan anting-anting padaku, katanya seharga lima ratus rupiah. Kalau kamu kurang suka dengan gelangnya, beli itu saja.” Setyati tidak menjawab, wajahnya menjadi merah menyala menandakan bahwa ia sangat malu. Bahkan Ciptadi karena sudah tidak tahan lagi memutuskan untuk keluar pura-pura buang air, padahal sebenarnya hanya berputar-putar di luar pagar saja. Ciptadi mengusap keringat yang ada di wajah dan di dadanya. Saat itu Sumastri berkata kepada Setyati “Kamu sih, Ti, yang dicari seorang mandor yang gajinya hanya dua puluh lima rupiah saja, kok seperti rindhik asu digitik, tergesa-gesa hanya karena keinginan. Dulu aku kan sudah mengingatkan, tetapi kamu nekad, akhirnya sekarang kamu tidak bisa setara denganku dan Sukati.” Sukati menambahi, “Gaji dua puluh lima rupiah kan banyak, Yu, bisa dipakai untuk beli motor” Dari Hina Hingga Mulia T 51 Perkataan Sumastri dan Sukati tersebut memang benar-benar menohok hati, apalagi Ciptadi yang saat itu juga mendengar per- kataan mereka dengan jelas, karena hanya tersekat oleh pagar saja. Setyati tidak menjawab sekata pun karena sangat malu dan hanya merunduk saja, dalam hati seperti hendak menangis. Tidak lama kemudian Ciptadi masuk lagi dengan berwajah ramah, tetapi saat melihat keadaan Setyati yang seperti itu ia merasa sangat bingung. Wajahnya berubah merah, hampir saja keluar perkataan yang tidak baik, untungnya bisa ditahan. Akhirnya ia berkata kepada Setyati, “Ayo pulang saja, ini sudah siang.” Setyati tidak menjawab, ia langsung berdiri dan berjalan meng- ikuti di belakang suaminya. Sesampainya di rumah Setyati lang- sung masuk ke kamar dan menangis tersedu-sedu. Ciptadi bertanya, “Kamu kenapa menangis?” Setyati: “Siapa yang tidak marah, sudah tahu kita bukan orang kaya, masih diejek juga, dan dipojokkan terus-menerus.” Ciptadi: “Mau bagaimana lagi? Aku memang setengah mene- gur diriku sendiri, sebagai seorang miskin tetapi mengambil dirimu yang keluarganya kaya raya. Sekarang kamu sendiri mau bagai- mana? Saudara-saudarimu kaya raya, aku dengar sendiri kalau mereka kurang setuju punya ipar seperti aku, orang yang tidak mempunya apa-apa” Setyati: “Aku tidak paham maksud pertanyaanmu.” Ciptadi: “Oleh karena saudara-saudaramu kurang setuju kamu menikah dengan aku, hingga muncul perkataan hal yang tidak mengenakkan itu, maka apakah kamu tidak malu? Apa kamu masih berniat ikut denganku?” Setyati: “Kalau kamu masih mau, meskipun menjadi orang miskin sekalipun pasti aku ikut. Aku kan sudah berkali-kali bilang, aku tidak menikah denganmu karena harta.” Ciptadi tidak bertanya apa-apa lagi, ia lalu duduk di kursi, sesekali melirik ke arah istrinya dan terharu. Pikirnya dalam hati, “Hmm, kapan aku bisa mencukupi kebutuhan istriku. Kasihan 52 T Dari Hina Hingga Mulia sekali, saudara-saudaranya kaya raya, hanya dia sendiri yang miskin. Pantas saja setiap kumpul keluarga ia dipojokkan, tetapi ya jangan terlalu.” Suatu kali, masalah yang lebih besar datang pada Ciptadi dan istrinya. Ciptadi dipecat dari pekerjaannya bukan karena melaku- kan kesalahan, tapi karena perbuatan jahat temannya sendiri. Ciptadi sedih sekali, kemudian ia mengerti bahwa tidak hanya kemiskinan saja yang bisa membuat seseorang dibenci, kesung- guhan atau kejujuran juga bisa dibenci. Tetapi Ciptadi walaupun tahu dirinya dijahati tetap diam saja, tidak sekalipun berniat membalas. Gusti Allah maha adil. Siapa pun yang membuat orang lain susah akan disusahkan juga. Hal itu tidak berbeda dengan orang yang menjahati Ciptadi. Karena sudah menyusahkan orang yang tidak bersalah, tidak lama kemudian orang itu mengalami kesusahan sendiri, ia juga dipecat dari pekerjaanya. Bahkan ia dihadapkan di pengadilan karena bersalah membuat bon palsu. Selama masih punya uang Ciptadi dan istrinya terus tinggal di rumah mereka sendiri, tapi setelah uang mereka habis, terpaksa mereka harus tinggal menumpang pada mertuanya. Bahkan, akhir- nya ia terpaksa menumpang pada Surareja dan membantu ber- dagang, mereka makan ditanggung oleh Surareja dan setiap bulan diberi sepuluh rupiah sebagai upah pekerjaannya. Istrinya juga di sana membantu pekerjaan kakak perempuannya. Selama bekerja di tempat Surareja, Ciptadi selalu merasa bahwa hidupnya bisa diperibahasakan ancik-ancik ing pucuk eri, siang malam selalu merasa tidak tenang, karena sering kali me- nemui masalah dan sering mendengar kata-kata yang tidak me- ngenakkan hati. Awalnya ia mencoba bertahan, tapi akhirnya tidak bisa tahan lagi, sampai muncul ide untuk pergi diam-diam mencari pekerjaan ke tempat lain. Sungguh, suatu hari Ciptadi pergi tanpa pamit kepada mertua dan saudara-saudara iparnya, pada istrinya juga tidak. Ia berangkat jam lima pagi sebelum istrinya bangun. Sebelum pergi ia menulis pesan di selembar kertas Dari Hina Hingga Mulia T 53 sambil menangis, lalu diletakkan di atas meja. Seperti apa kepe- dihan hati yang dirasakan Ciptadi saat itu, para pembaca silakan mengira-ira sendiri karena waktu itu istrinya masih tidur ber- selimut. Sekitar jam setengah enam pagi Setyati bangun, seperti biasa- nya ia lalu pergi ke dapur merebus air sambil bebersih dengan hati tenang, tidak terpikir sama sekali bahwa suaminya sudah pergi. Ia memang sudah melihat suaminya tidak ada di kamar, tapi dikiranya sedang membuka toko saja, oleh karenanya ia tenang- tenang saja. Jam enam tepat Surareja datang ke dapur dan bertanya pada Setyati, “Suamimu ke mana? Sudah jam enam kok belum buka toko?” Setyati terkejut mendengar pertanyaan tersebut, ia menjawab, “Ia bangun sudah dari tadi, saya kira malah sudah di toko.” Surareja: “Seandainya sudah, aku tidak akan tanya padamu. Hmm, orang bekerja kok main-main seperti bocah.” Setyati tidak menjawab. Ia kemudian mencari suaminya di kamar mandi, tapi tidak ketemu, lalu masuk ke kamar dan di sana ia melihat ada surat terletak di meja. Surat itu segera diambilnya dan jantung berdegup, surat dibacanya, isinya seperti berikut. Adinda Setyati Pembukaannya, janganlah terkejut, kakanda dengan saran surat ini memberitahumu, jam lima tadi kakanda sudah pergi dari sini. Pergi ke mana tidak tahu, kakanda sendiri belum bisa menen- tukan. Mau bagaimana lagi, itu sudah menjadi keinginanku, jangan terlewatkan ayo kita saling mendoakan saja. Supaya kakanda dan Engkau yang sedang berada di jurang kesusahan, yaitu kemiskinan ini selalu diberikan selamat. Adapun kepergian kakanda dari tempat ini tidak sedikit pun bermaksud memutus cinta ... tidak, tapi kakanda perlu mencari pekerjaan yang sekiranya bisa menyenangkan hati kakanda yaitu di tempat lain. Oleh karena itu, Engkau jangan salah sangka. 54 T Dari Hina Hingga Mulia Sangat berlebih sebenarnya kakanda ingin jangan sampai ber- pisah denganmu, tapi mau bagaimana lagi... takdir tidak meng- izinkan. Tidak terlewatkan, Setyati! Kakanda minta kepadamu, semoga Engkau bisa berbelas kasih dan bersabar terhadapku selama tiga tahun, kalau dalam tiga tahun kakanda tidak memberi kabar apa pun padamu, itu tandanya kakanda tidak bisa diharapkan kembali, dan Engkau tidak ada halangan jika ingin menikah dengan orang lain. Syukur-syukur kalau kakanda segera mendapat keberuntung- an, pasti akan segera bertemu denganmu lagi. Akhirnya, tetaplah sehat, Setyati. Tolong sampaikan baktiku kepada bapak dan para saudara semua! Kakanda yang prihatin: CIPTADI Sesudah membaca Setyati langsung jatuh ke tempat tidur dan menangis tersedu-sedu, katanya, “Aduh, Ciptadi, Ciptadi! Tega sekali kamu meninggalkan aku. Kamu pergi ke mana, Ciptadi? Aku mau menyusul. Apa memang itu niatmu, membuatku lebih malu?” Saat Sumastri mendengar tangisan Setyati itu ia segera men- datanginya, lalu bertanya, “Ada apa? Ada apa?” Tidak lama kemu- dian Surareja juga datang dan menanyakan itu juga pada Setyati, tapi Setyati tidak menjawab, ia hanya terus menangis sesenggukan. Ketika Setyati mendongak hendak mengusap air matanya, Sumastri melihat bahwa di tangan Setyati tergenggam surat yang sudah setengah basah terkena air mata. Surat diambil dan dibacanya bersama suaminya, sesudah membaca suaminya berkata, “Tidak beradab ini! Seringkali begitu Ciptadi, tidak mau menerima ke- baikanku, kurang puas mendapat upah dariku. Hem! Ya meng- herankan sekali, ini namanya orang yang rendah tidak merasa rendah, orang miskin tidak merasa miskin, terburu-buru pergi ke mana-mana, apa mau mencari uang gaji 150 rupiah? Heh! Seperti cebol meraih bintang.” Dari Hina Hingga Mulia T 55 Mendengar perkataan Surareja seperti itu Setyati semakin merasa sedih. Tentu saja, saat itu seharusnya ia sangat mengharap- kan penghiburan, tetapi malah disudutkan. Setelah berhenti me- nangis, Setyati kembali pulang ke rumah orang tuanya sambil membawa surat itu. Ketika orang tuanya mengetahui isi surat ter- sebut sampai lama semua terdiam karena prihatin. Akhirnya ayahnya bicara, “Setyati! Setelah kupikir-pikir aku tidak mau menganggap suamimu itu bersalah, aku justru memuji, karena aku paham bahwa dia pergi bukan karena keombongannya tetapi karena kelapangan hatinya. Begitulah sifat lelaki sejati, tidak takut kesusahan untuk memenuhi kebutuhanmu. Pasti dia merasa malu, karena saudara-saudaranya orang berada sedangkan dirinya sendiri seperti orang miskin. Cukuplah dirimu mendoakan saja, supaya terkabul apa yang jadi keinginannya.” Ciptadi sebenarnya pergi ke mana? Apakah ke Madiun? Tidak, ternyata ia ke Bandung, mencari pekerjaan di sana. Semakin jelas bahwa jarak antara Ciptadi dengan Jupri semakin lama semakin jauh. Anak penggembala memohonkan: rujak beton. Jupri ke timur Ciptadi ke barat. Jupri ke daerah Kediri, Ciptadi ke Priyangan, secara nalar sangat tidak mungkin kedua orang itu akan bertemu lagi. 56 T Dari Hina Hingga Mulia Diceritakan Jupri berada di Pare. Ia sudah mempunyai uang tabungan cukup banyak, ia pun berniat melanjutkan perjalanan- nya. Jupri pergi dengan menaiki trem yang ke arah Kediri. Memang ia berniat pergi ke kota itu. Selama di Pare Jupri sudah sering sekali mendengar berita tentang stasiun Kediri yang terkenal banyak copet yang cerdik-cerdik. Itulah sebabnya banyak sekali orang yang kehilangan jam tangan dan dompet di stasiun. Selama di dalam trem, Jupri terus mengingat-ngingat hal tersebut, tapi sesampainya di tempat yang dituju ia lupa, ia turun dari trem dengan santai dan tidak hati-hati. Saat mau keluar dari stasiun, Jupri melihat kertas lebar berwarna merah terpampang di tembok dengan tulisan besar. Awas Copet !!! Saat itu juga Jupri teringat lagi dan langsung merogoh saku- nya. Hem, Jupri sangat terkejut karena dompet beserta isinya sudah tidak ada, sudah dicuri orang. Jupri merasa sangat kesal, pikirnya dalam hati, “Hem, kerja kerasku selama di Pare berbulan-bulan ini hanya untuk diberikan pada orang lain. Eh! Jahat sekali copet di sini, tidak ada belas kasihan sama sekali. Uang hasil kerja kerasku ternyata diambil sedompetnya. Seandainya orang yang mengambil tadi ketahuan, akan kujadikan bola sepak. Lha... sekarang aku harus bagaimana, uang hilang dan perutku lapar sekali. Ya, mau apa lagi.” V Mengamen Dari Hina Hingga Mulia T 57 Jupri lalu pergi mencari pasar sambil memanggul petinya. Sepanjang jalan ia ditawari oleh kusir, “Mari naik dokar, Mas.” Tapi Jupri terus menjawab, “Tidak.” Ia menjawab dengan jengkel, karena sudah kehilangan semua uangnya, sepanjang jalan ditawari naik dokar. Sesampainya di pasar, Jupri menuju ke toko barang bekas, peti serta isinya, semua jas dan jariknya dijual, semua hanya menghasilkan dua rupiah tujuh puluh lima sen. Dengan tidak sabar Jupri pergi ke tempat yang menjual makanan dan minuman, ia makan sampai kenyang. Dari sini ia lalu pergi ke pasar klithikan, ia membeli dompet seharga 25 sen. Sekarang uangnya tersisa dua rupiah saja diselipkannya ke dalam dompet lalu dimasukkan da- lam saku. Kemudian Jupri keluar dari pasar hendak melanjutkan perjalanan, saat belum jauh Jupri hendak membeli rokok, tetapi... ah! malang sekali, dompetnya hilang lagi, Jupri geram. Pikirnya, “Hem! Orang yang mencuri di sini itu iblis atau setan, cerdik sekali, aku dicopet sampai dua kali tidak terasa. Sekarang aku harus bagai- mana, uang tidak punya, pakaian tidak punya, apa yang akan ku- jual? Baju tinggal satu helai ini apa laku, bentuknya saja sudah lusuh seperti habis dijilati anjing. Kalau aku sampai tidak bisa beli nasi bagaimana? Apa sebaiknya aku jadi pencopet saja? Ah! tidak, kalau masih bisa berusaha, jangan sampai aku jadi pencuri. Seka- rang merasa malu tetapi apa yang dimalukan, sebaiknya aku me- nyanyi tembang saja.” Sejak hari itu Jupri menjadi pengamen, setiap warung dan rumah orang terhormat ia hampiri, mengamen di rumah-rumah itu, sisa uang yang dipakai untuk makan dikumpulkannya. Suatu hari Jupri mampir di sebuah warung yang ditinggali sepasang suami-istri, sambil duduk di pinggiran ia berkata, “Permisi, Mbok Ajeng.” Wanita: “Ya, ada apa, Dik?” Jupri: “Saya mau menyanyi, Mbok.” Wanita: “Satu babak berapa, Dik?” 58 T Dari Hina Hingga Mulia Jupri: “Tidak dihitung per babak, Mbok Ajeng! Dihitungnya per pada saja.” Wanita: “Satu pada berapa?” Jupri: “Tidak usah ditawar, setengah sen saja.” Wanita: “Baik, silakan dimulai! Anggap saja bisa menggun- dang orang.” Jupri: “Walah, sungguh celaka! Jadi saya ini dianggap bendhe lelang saja.” Wanita: “Kan hanya dianggap saja, apa terkurangi?” Jupri: “Memang bukan kelelawar bukan kampret, tapi tidak pantas. Ya sudah mbok, saya mulai. Ehem! Ehem! Tumben suaraku tidak enak, mau dipakai cari uang malah ngambek. Ehem! Ehem!” Sesakit-sakitnya orang hidup, lihatlah hidupmu, apa yang membebani. Ingatlah pada asal-usul, asal-usul hidupku ini. Hidup itu ada dua hal, satu hal: hidupmu itu tubuh jasmani, tubuh halus adalah sukma, itu yang kedua. Semua itu rasakanlah!” Wanita: “Lho, lagunya kok tentang ngelmu.” Jupri: “Ya, Mbok Ajeng! Ya, ini yang dinamakan ngelmu yang sejati.” Wanita: “Walah! Sangat cocok, lagunya tentang ngelmu, dan yang menyanyikan suaranya empuk, itu cocok namanya.” Jupri: “Tidak perlu dipuji, Mbok, karena memang seperti itu. Jika suaranya tidak enak nanti bagaimana? Setiap hari berkumur masakan tidak ada manfaatnya. Wanita: “Tobat! Tobat! Setiap hari berkumur. Lalu berkumur dengan apa, Dik? Berkumur dengan pupus tanjung atau dengan cabe rawit?” Jupri: “Tahu kupat dan soto, Mbok Ajeng.” Wanita: “Tobil, tobil! Berkumur pakai tahu dan soto, enak betul.” Jupri: “Yang mudah didapat saja. Ehem! Ehem!” Sungguh tubuh jasmani tubuh rohani, membutuhkan makan- an dan pakaian, yang sangat luhur semuanya, yang faedahnya besar, Dari Hina Hingga Mulia T 59 yang sangat berguna, jangan pangan dan sandang yang berwujud racun, yang bisa menyebabkan rusaknya tubuh jasmani dan rohani, yang sudah disebutkan di depan. Makanan tubuh jasmani yakni: makanan biasa sehari-hari, nasi dan lauk pauknya, jadah, ketan, dan gethuk, jiwel, gathot, apem, dan serabi, singkong rebus dan bakar, legendar dan bolu, gandhos, klepon dan rengginang, sejumput kue putu dan semar mendem serta wajik, nasi loyang dan basi. Minuman coklat, teh dan kopi, susu kental dan mentega, apa lagi wedang jahe, air-blanda dan limun, sirup frambos apa lagi, sirup asem-aseman, dawet srinthil, cincau dengan air putih, itu semua berwujud minuman, tapi juga termasuk makanan. Candu, wisky, arak, ciu, brandy, sungguh bukanlah makanan yang baik, karena tidak ada manfaatnya, bahkan semua itu adalah makanan yang merusak, merusak tubuh dan ingatan. Semua raja brana: rumah, ladang dan sawah; serta raja-kaya yang berupa ker- bau, sapi, singkirilah. Adapun yang disebut sandang, yaitu: ikat kepala, baju ber- potongan Cina, baju dalam, kemeja kerah serta dasinya, stagen serta kamus, bengkung selendang sabuk benting, tapih bebed dan sruwal, celana dalam dan sarung, celana pendek dan panjang, kaos selop sepatu trumpah selop jilinggring, topi sandal gamparan. Semua orang harus berhati-hati ketika berpakaian karena ada tata caranya. Jangan hanya asal menempel saja. Sebelum dan se- sudah berpakaian adat tetap dijaga jangan sampai menjadi bahan pembicaraan orang-orang lain. Jika dilakukan pembatasan, mema- kai celana pendek atau celana panjang dengan jas pasti disebut manusia berubah. Sedangkan makanan jiwa itu, tiada lain selain nasihat. Ajaran utama artinya, nasihat yang muncul dari agama yang sejati, agama yang baik, pemberian Yang Agung, yang kuasa-Nya tak ada yang menyamai, yang sudah menciptakan laut, bumi, dan langit, beserta seisinya. 60 T Dari Hina Hingga Mulia Adapun yang dinamakan sandang adalah kebaikan dan ke- utamaan, perilakunya utama, welas asih kepada sesama, baik pada yang tinggi, rendah, kaya, maupun miskin. Jangan merasa besar- sombong, sok pintar-sok berani, senang menghasut orang lain dan jahat serta bersikap nista. Siang-malam hanya berbudi luhur penuh kasihlah yang dilakukan. Inilah mahkota kehidupan. Mencuri, berfoya-foya, apalagi berjudi, yaitu: domino, ceki, cap ji kya, gonggong pei dan keplek, dua satu dan dadu, klenthengan dan permainan kelereng, katak ular gelangan, slentikan botol, tembak- tembakan undar-undaran, itu semua bukan perbuatan yang utama, sebaiknya jauhilah! “Sudah, Mbok Ajeng, sudah.” Wanita: “Sekarang Pangkur, Dik.” Jupri: “Baik, Yu, baik. Ini lagu dari buku Wulang Sunu. Ehem! Ehem!” Hai anak-anakku, ingatlah nasihatku, simpanlah dalam kalbu, jangan sampai berceceran, siang malam harus Engkau ingat-ingat, lakukanlah dengan sungguh-sungguh, supaya kau selamat sejah- tera. Seperti batang janur, gelang kecil penghias jari, jalan bermarta- bat seluruhnya tiada lain adalah keutamaan, manusia itu seperti kayu yang diukir. Nak, carilah dengan tekun saat siang dan malam. Samak wulu tutup jogan (babut), bedhil alit mangka panjageng dhiri (gaman) . Yang disebut keutamaan yaitu, asih kepada teman. Damar gedhah tumanceb pinggir delanggung (dian), manusia dari Baweyan, kasih berasal dari semua kebaikan. Ibarat gunung-gunung menjulang ke angkasa, surat yang memuat banyak kabar, bahwa sungguh manusia yang tidak diberi cinta kasih, ia tidak diperhitungkan. Manusia selayaknya sebagai kekasih Yang Agung. Cinta kasih adalah mahkota kehidupan. Se- layaknya semua mengusahakannya. “Sudah, Yu, sudah.” Wanita: “Berapa totalnya, Dik?” Dari Hina Hingga Mulia T 61 Jupri: “Yang lain-lainnya dihitung apa tidakkah, Mbok Ajeng?” Wanita: “Lain-lainnya apa saja?” Jupri: “Kinanthi, lagu dari Wulang Kenya.” Wanita: “Itu ke mana arahnya?” Jupri: “Begini: yang perlu pintar itu bukan laki-laki saja, perem- puan juga perlu, karena kalau perempuan berumah tangga akan mendapat jabatan aneka tanggung jawab. Singkatnya ada dua yang besar, yaitu guru dan patih. Guru, sebagai guru anak-anaknya, wajib mengajarkan keutamaan dan ketekunan. Patih, menjadi patih dari suaminya. Kewajibannya mencari cara untuk kebaikan rumah dan semuanya. Kedua pekerjaan tersebut bukan pekerjaan yang mudah, tetapi sulit, yang bisa melakukan hanya orang-orang yang pintar saja. Tetapi karena hal itu sudah menjadi tanggung jawab semua perempuan, maka semua perempuan haruslah pintar. Agar pintar mereka harus bersekolah. Dahulu umumnya perempuan itu dianggap haram jika mere- ka bersekolah, tetapi zaman sekarang banyak yang sudah mema- hami bahwa pemikiran seperti itu keliru, dan banyak yang sudah tahu membedakan antara perempuan yang pintar dan perempuan yang bodoh, yaitu dari hasil pekerjaannya. Perempuan yang bodoh kalau mengingat-ingat apa pun. Menghitung beras misalnya, biasa- nya beras saberuk ditandai satu garis dengan injet di satu tiang, jika jumlah berasnya banyak garis injetnya juga banyak sampai memenuhi tiang. Perempuan yang pintar tidak mau melakukan itu, banyak maupun sedikit mereka pasti menandai dengan pensil, karena mereka mengerti pengingat dengan menggoreskan injet itu kurang baik, karena selain memenuhi tiang, juga mudah sekali keliru dan lagi mengotori tiang, tidak enak dipandang. Coba saya nyanyikan, ya?” Wanita: “Tidak usah, Dik, karena sudah paham tujuannya, kok.” Jupri: “Walah, celaka! Kemalingan tapi tidak sadar. Ah, ya sudah.” 62 T Dari Hina Hingga Mulia Wanita: “Semuanya jadi berapa, Dik?” Jupri: “Hitungannya berapa pada, Yu?” Wanita: “Saya tidak menghitung. Ya sudah ini se-kethip saja, rugi uang satak tetapi beruntung karena tambah saudara.” Jupri: “Terima kasih! Saya rela, Mbok Ajeng.” Wanita: “Kamu ini bagaimana, Dik, menyebut orang kadang “mbok ajeng: kadang kala “yu”, kok berubah-ubah?” Jupri: “Apa tidak pantaskah? Rela, Mbok Ajeng.” Wanita: “Ya, Dik, iya.” Jupri melanjutkan perjalanannya. Setiap kali Jupri mengamen di warung atau di tempat lain, pasti kemudian banyak orang yang datang menonton dan men- dengarkan, semua orang kelihatan senang mendengarkan nyanyi- an Jupri. Lagunya lembut, tinggi-rendahnya nada luwes, dan suaranya empuk nan enak, ditambah lagi Jupri memang dasarnya lucu, tapi tidak saru. Itulah sebabnya semua orang yang menon- ton dan yang mendengarkan merasa senang hatinya. Selama mengamen, Jupri tak henti-hentinya mencari Ciptadi, tetapi tanpa hasil. Jupri berada di kota Kediri selama dua bulan, dari sini ia meneruskan ke Tulungagung, tidak dengan naik kereta, tetapi dengan berjalan kaki saja sambil mengamen di sepanjang perjalan- an. Tidak semua orang bersimpati pada Jupri, ada satu dua orang yang tidak suka, anggapan mereka bahwa mengamen itu sangat tidak pantas untuk orang yang masih kuat dan sehat. Bahkan di suatu hari pernah terjadi, Jupri mampir ke salah satu rumah besar dan bagus, niatnya ingin mengamen, tetapi baru saja duduk di pinggir rumah sang empunya rumah bertanya dengan kasar, “Kamu orang mana?” Jupri menjawab dengan hati yang kurang enak: “Saya orang Wanadadi.” Yang empunya rumah: “Ke sini mau apa?” Jupri: “Mau mengamen.” Dari Hina Hingga Mulia T 63 Yang empunya rumah: “Heh, enak sekali ya, mau kenyang tidak mau susah.” Jupri: “Tapi kan tidak semua orang mau menjalani ini.” Yang punya rumah: “Kalau bukan orang malas ya pasti tidak mau.” Jupri: “Bisa juga begitu, tapi menurut saya berbeda sedikit. Banyak orang malas yang lebih suka mengemis daripada menga- men, karena mengamen masih agak sulit, sedangkan mengemis tidak, meskipun kedua jenis pekerjaan itu halangannya sama “. Yang punya rumah: “Halangannya apa?” Jupri: “Jika bertemu dengan orang pelit, ia tidak mau mene- rima pengemis atau pengamen, ditambah lagi mereka diusir-usir seperti anjing kudisan.” Yang punya rumah: “Apa kamu tidak punya pekerjaan?” Jupri: “Saat ini selain mengamen tidak punya.” Yang punya rumah: “Apa tidak mencari?” Jupri: “Syukur kalau Anda mau memberi pekerjaan.” Yang punya rumah: “Di sini bukan tempat untuk mencari pekerjaan.” Jupri: “Juga bukan tempat orang mengamen, ya?” Yang punya rumah: “Pasti.” Jupri: “Juga bukan tempat meminta tolong orang miskin, ya?” Yang punya rumah: “Benar.” Jupri: “Sekarang jelas, bahwa di sini bukan tempatnya orang yang...” Yang punya rumah: “Yang... yang apa? Jupri: “Tidak perlu saya jelaskan, karena menurut saya Anda sudah bisa memahami sendiri.” Yang punya rumah: “Aku tidak menduga perkataanmu bisa pintar seperti pengacara begitu. Sudah pergi sana, aku tidak mau memberi apa-apa.” Jupri: “Tidak apa-apa, saya juga tidak mengemis.” Jupri lalu pergi dari sana. 64 T Dari Hina Hingga Mulia Jupri memang sejak dulu berpikir bahwa mengamen itu yang tergolong pekerjaan rendahan, tetapi sekarang ia menjalani karena terpaksa, jika tidak terpaksa tentu ia tidak mau. Setelah sampai di Tulungagung Jupri tidak mau melanjutkan mengamen, ia kembali bekerja pada salah satu empu dan menda- pat hasil upah setimpal dengan pekerjaannya sebagai buruh . Kyai Empu kagum sekali pada keterampilan Jupri, apalagi hal meng- garap kayu, sudah tidak lagi mengajari lagi. Tidak mengherankan karena Jupri memang terbiasa dengan pekerjaan tersebut, sebab ia sudah lama belajar di pecinan. Sekarang Jupri sudah merasa bosan ke mana-mana, bahkan ia merasa kurang senang hidup sendirian terus. Itu sebabnya ia mengambil istri anak seorang janda miskin bernama Suminten. Gadis itu memang anaknya janda mis- kin tapi Jupri senang padanya, karena berbudi baik, tingkah laku- nya halus dan parasnya juga cantik. Setelah menikah dengan Suminten, Jupri berumah tangga sendiri, tapi pekerjaannya tetap dilanjutkan di rumah Kyai Empu tadi. Dari Hina Hingga Mulia T 65 Diceritakanlah Ciptadi sesampainya di Bandung langsung mencari pondokan. Ia dapat tapi hanya di sebuah warung saja. Keesokannya ia terus berkeliling mencari pekerjaan, sampai saat dhuhur juga masih belum dapat. Saat itu Ciptadi mampir ke salah satu warung untuk istirahat dan juga makan. Ketika sedang makan, pemilik warung bertanya pada Ciptadi, katanya, “Dari mana, Mas?” Ciptadi: “Saya dari Purwokerto, Kang.” Yang punya warung: “Dari Purwakarta?” Ciptadi: “Purwokerto, wilayah Banyumas.” Yang punya warung: “Jauh, ya. Ke sini ada perlu apa?” Ciptadi: “Mencari pekerjaan.” Yang punya warung: “Sudah dapat?” Ciptadi: “Belum, makanya saya sedih sekali.” Yang punya warung: “Apakah Adik sudah datang kepada Tuan Zeeman?” Ciptadi: “Rumahnya di mana?” Yang punya warung: “Tepat di timur stasiun.” Ciptadi: “Belum. Memangnya bagaimana?” Yang punya warung: “Saya mendengar dari seseorang yang dapat dipercaya, bahwa tuan itu membutuhkan seorang juru tulis, coba saja pergi ke sana, Dik.” Ciptadi: “Lha, pekerjaan orang Belanda itu apa?” Yang punya warung: “Tentang itu saya tidak bisa menjelaskan. Kalau tidak salah semacam yang menguasai perihal oerlelalnga.” V I Kaberuntungan dan kebahagiaan 66 T Dari Hina Hingga Mulia Ciptadi: “Apakah Vendumeester?” Yang punya warung: “Bisa juga.” Ciptadi: “Baik, nanti sore saja saya pergi ke sana.” Setelah makan Ciptadi berpamitan dan melanjutkan perjalan- an untuk melihat-lihat keadaan kota Bandung. Bandung, salah satu kota yang besar nan ramai, berada di pegunungan, hawanya sejuk dan enak, banyak gedung yang indah-indah, banyak pemandang- an yang asri enak dipandang mata. Kira-kira jam empat sore Ciptadi pergi ke tempat tinggal tuan yang diceritakan oleh pemilik warung tadi, untungnya bisa langsung bertemu. Singkat cerita Ciptadi di- terima sebagai juru tulis, dijanjikan gaji f 35,-- sebulan. Ciptadi senang sekali, pekerjaan dilakukan dengan hati-hati, itu sebabnya tuannya senang. Di Bandung, gaji sebesar f 35,-- itu bukanlah gaji yang terhitung besar, tapi kecil. Bagi orang yang suka jalan-jalan, suka jajan atau menonton sirkus, upah sebesar itu tidak akan bisa mencukupi. Ciptadi sendiri juga mengerti dan mengakui bahwa gajinya kecil sekali, kalau dipakai sewenang-wenang tentu kurang. Itu sebabnya ia memakai uangnya dengan sangat hati-hati, tidak sekali pun mau menggunakan uang jika tidak perlu. Pengeluarannya setiap bulan diperinci seperti berikut: yang f 20,-- untuk biaya makan, yang f 5,-- untuk uang setrykan, yang f 2,50 untuk membeli rokok, f 2,50 lagi untuk keperluan lain-lainnya, sedangkan sisanya ditabung di postspaarbank. Ciptadi sebagai juru tulis, sebagian besar pekerjaannya sebagai juru salin saja, tapi bagi Ciptadi pekerjaan ini terasa sangat berat, karena semua menggunakan bahasa Belanda padahal Ciptadi tidak punya sedikit pun pengetahuan tentang bahasa ini. Kalau mau belajar tidak ada gurunya, bisa juga belajar privat kepada salah seorang guru, tapi sudah pasti tidak kuat membayar. Ciptadi ber- harap sekali ada tempat belajar bahasa Belanda swasta yang biaya- nya agak murah, jika ada niatnya mau nekat memasukinya. Untung- nya harapannya terwujud, ia mendengar kabar bahwa ada se- Dari Hina Hingga Mulia T 67 orang guru Belanda yang menyelenggarakan kursus bahasa Belanda di malam hari, dari jam setengah delapan sampai jam sembilan, khusus orang dewasa, dan biayanya sebesar lima rupiah sebulan. Dengan izin dari tuannya, Ciptadi mengikuti kursus. Semua pelajaran dipelajarinya dengan sungguh-sungguh dan hati- hati, bahkan di tempat kerja tuannya sendiri tidak mempunyai waktu untuk membimbing, maka saat bicara juga dipaksa meng- gunakan bahasa tersebut. Itu sebabnya Ciptadi cepat bisa. Setelah belajar dua tahun dapat dikatakan ia sudah menguasai bahasa Belanda, kemudian Ciptadi ketika menempuh ujian K.E ia lulus tanpa kekurangan apa pun, membuat hatinya senang, tuannya pun ikut senang. Bahkan tuannya lalu menolongnya dengan mencarikan pekerjaan yang sesuai dan bisa memakai diplomanya. Lalu dapat pekerjaan di lingkungan S. S. Ia dijadikn juru tulis di stasiun Bandung, gajinya besar dan cukup. Sejak saat itu Ciptadi menyewa rumah sendiri yang cukup bagus, untuk makan masih ditanggung oleh tuannya yang dipondoki. Suatu hari Ciptadi menulis surat ditujukan kepada istrinya, yang sudah dua setengah tahun ditinggalkan di Purwokerto. Saat sudah selesai surat itu dikirim lewat pos, begini isinya: Salam dan doa kakanda kepada adinda Setyati di Purwokerto. Pembukaan, Dengan sarana surat ini kakanda kirim kabar kepada adinda. Sejak kepergian kakanda dari sini dahulu sampai saat ini kakanda masih diberi keselamatan, tidak kurang suatu apa pun. Bahkan di beberapa bulan lalu kakanda mengikuti ujian K.E. dan bisa lulus tanpa kekurangan apa pun, serta sejak saat itu kakanda ditunjuk menjadi juru tulis di stasiun Bandung. Sekarang bagaimana kabar adinda, apakah baik dan diberi keselamatan? Nanti kakanda punya keinginan ke sini mendatangi 68 T Dari Hina Hingga Mulia adinda, saat nanti itu semoga tidak ada halangan apa pun. Maka dari itu, setelah menerima surat ini kakanda harap adinda segera membalas. Sampaikan baktiku kepada bapak dan ibu serta semua saudara. Bandung, ............. Kakanda terkasih: CIPTADI Setelah seminggu sejak terkirimnya surat itu, kira-kira jam tujuh sore Ciptadi menerima balasan dari istrinya, begini isinya: Surat serta sembah pangabekti saya adinda Setyati, di Purwokerto, untuk kakanda Mas Ciptadi, yang bekerja sebagai juru tulis S. S. di Bandung. Setelah seperti tersebut di atas izinkanlah awal surat ini bahwa adinda tiada masalah apa pun, hanya adinda memberitahukan bahwa: pada tanggal .... adinda sudah menerima surat dari sini yang berasal dari Bandung ke ....., dan isi surat adinda mengerti semua. O! Kangmas! Surat kakanda itu benar-benar membuat hati bahagia adinda, bapak, ibu, serta saudara-saudara. Adinda tidak terpikir sedikit pun kakanda masih ingat pada adinda. Itu sebabnya adinda selalu merasa sedih. Makanya saat adinda menerima surat kakanda, kebahagiaan adinda bagai menemukan uang beribu-ribu rupiah banyaknya. Perkara kedatangan kakanda di Purwokerto memang adinda harap-harapkan sekali, maka sejak kedatangan surat ini tolong kakanda berikan keterangan: hari apa kakanda mau datang, lebih baik lagi kalau diberi keterangan jamnya sekalian, jadi semakin jelas. Akhirnya, hanya itu yang saya sampaikan. Purwokerto, .............. Adinda yang sangat mencintai: SETYATI Dari Hina Hingga Mulia T 69 Ciptadi merasa senang dan lega sekali saat menerima balasan surat dari istrinya itu, saking senangnya ia berkali-kali membaca surat itu. Kemudian ia masuk ke ruang tulis dan menulis surat lagi untuk dikirimkan kepada Setyati, yang menjelaskan bahwa besok tanggal lima belas bulan ini Ciptadi benar-benar akan datang ke Purwokerto. Setelah selesai, surat itu diamplopi dan ditempeli perangko lalu dimasukkan dalam kotak pos yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Kira-kira jam delapan lebih, ketika Ciptadi sedang duduk membaca surat kabar di pinggir depan rumahnya, ia terkejut men- dengar ada suara wanita “kula nuwun”. Ciptadi langsung berdiri, pikirnya, “Ada wanita datang ke sini, siapa itu? Apakah itu Setyati?” Wanita itu kula nuwun lagi. Sambil menaruh surat kabar di atas meja, Ciptadi menjawab lalu mempersilakan masuk wanita yang belum kelihatan wujud- nya tersebut, katanya, “Silakan masuk!” Wanita itu lalu masuk. Ciptadi menduga apakah ia Setyatikah? Bukan. Wanita itu... wanita sudah tua, kelihatan dari rambutnya yang sudah nyambel wijen (beruban). Tampak sangat rendah hati, saat masuk lalu ia bersimpuh di lantai. Berkali-kali Ciptadi me- mintanya untuk duduk di kursi tapi ia bersikeras tidak mau. Ciptadi bertanya, “Embok dari mana ?” Wanita : “Saya koki juru tulis, Tuan.” Ciptadi: “Juru tulis kantor pos?” Wanita : “Ya.” Ciptadi: “Malam-malam begini ada perlu apa?” Wanita : “Mencari pelipur lara. Saya berada di tanah Pasundan ini bisa dibilang hidup sendirian. Memang benar saya punya banyak teman di tempat bekerja, tapi semuanya orang Sunda, tidak ada satu pun yang orang Jawa. Itu sebabnya saya selalu merasa sedih. Saat ini saya perlu datang ke sini ingin membiasakan dengan Tuan, itu kalau Tuan bersedia.” 70 T Dari Hina Hingga Mulia Ciptadi: “Syukurlah, Mbok, syukurlah!! Saya senang kalau Mbok mau menganggap saya saudara. Hanya saja yang jadi pikiran saya, saya saat ini kebetulan sedang.... Wanita: “Sedang... apa?” Ciptadi: “Sedang... menduda.” Wanita: “Kalau sedang menduda saja tidak apa-apa. Ndara putri ada di mana?” Ciptadi: “Masih tinggal di Purwokerto.” Wanita: “Apakah ndara putri dari Purwokerto?” Ciptadi: “Ya.” Wanita: “Lahirnya apa di Purwokerto juga?” Ciptadi: “Tidak, Mbok. Saya ini dari daerah timur, dari dusun Wanadadi daerah Madiun.” Wanita itu berhenti sejenak, lalu bertanya lagi: “Siapa nama ayahanda?” Ciptadi: “Kartadipa.” Wanita: “Apakah masih sehat?” Ciptadi: “Kalau hal itu saya tidak tahu, karena sudah lama saya pisah dengan beliau. Kepergian saya memang dengan cara yang kurang baik, pergi tanpa pamit.” Wanita: “Apa alasannya?” Ciptadi: “Karena tidak betah, setiap hari saya disiksa terus, pekerjaan diberatkan, sandang pangan tidak dicukupi.” Wanita: “Kok aneh, apakah ayahanda ayah tiri?” Ciptadi: “ya. Ayah kandung saya sudah meninggal.” Wanita: “Kalau ibu masih sehat, kan?” Ciptadi: “Aduh, Mbok! Kalau masih sehat tentu saya tidak akan sengsara. Memang benar ibu saya belum meninggal, tapi bisa dibilang sudah tidak ada, karena kabarnya sudah menyebe- rang ke Deli.” Wanita: “Siapa namanya?” Ciptadi: “Sumarah.” Dari Hina Hingga Mulia T 71 Baru saja Ciptadi selesai mengucapkan nama itu, tiba-tiba wanita tersebut berdiri dan memeluk Ciptadi sambil menangis, katanya, “Aduh, Anakku! Beruntung sekali aku diizinkan bisa bertemu denganmu. Aku ini embokmu, aku Sumarah. Kamu ini benar Ciptadi kan? O, Ciptadi, Ciptadi! Aku sama sekali tidak mengira akan bisa bertemu denganmu.” Saking kagetnya Ciptadi tidak bisa menjawab apa-apa, lama hanya termangu saja. Emboknya bicara lagi, “Di mana istrimu, Cip? Kenapa tidak kamu bawa ke sini? Aku ingin tahu. Aku Sumarah, embokmu, kenapa kamu diam saja? Apa kamu malu mengakuiku sebagai embokmu?” Ciptadi: “Jangan begitu, Mbok! Sabar dulu, sabar!! Duduklah dulu, jangan seperti anak kecil.” Sumarah lalu duduk, tidak di lantai tapi di kursi, berhadap- hadapan dengan Ciptadi. Ciptadi bertanya, “Nanti dulu, Embok, sebenarnya Embok datang kemari itu apakah hanya untuk bertemu dengan saya?” Sumarah: “Ya.” Ciptadi: “Apakah Embok sudah tahu kalau saya ini Ciptadi?” Sumarah: “Tidak, tapi setiap kali pergi ke pasar hampir dipasti- kan bertemu denganmu, kalau tidak saat berangkat saat pulang- nya. Setiap kali aku melihatmu jantungku serasa berhenti, karena kuperhatikan wajahmu persis sekali dengan wajah ayahmu yang sudah tidak ada. Akhirnya aku mengira, bisa jadi kamu ini Ciptadi, itu sebabnya aku mau memastikan. Itu keperluanku datang malam- malam begini.” Ciptadi: “Ya, Embok, saya memang merasa sering sekali bertemu Embok.” Sumarah: “Kenapa kamu tidak bertanya?” Ciptadi: “Karena saya lupa wajah embok, saya tidak tahu bahwa itu adalah Embok.” Sumarah: “Ya tidak heran, karena kita berpisah sudah lama sekali, kira-kira sudah ada dua puluh tahunan?” 72 T Dari Hina Hingga Mulia Ciptadi: “Jika kurang hanya beberapa tahun. Sebentar Embok, kenapa Embok pergi dari Wanadadi? Apa alasannya?” Sumarah: “Kamu tahu sendiri, aku orang yang kaya raya di Wanadadi, setelah ayahmu meninggal dunia aku dinikahi Karta- dipa, yaitu ayah tirimu, ayah kandungmu namanya Martareja. Sejak awal aku tidak tahu bahwa Kartadipa menikahiku hanya untuk mengakali warisan ayahmu saja, buktinya: saat sudah menikahi aku dan kamu dipaksa menyerahkan semua warisan ayahmu ke tangannya. Nama Martareja dihilangkan diganti Kartadipa, itu semua dilakukan dengan mudah karena dibantu oleh lurah dan carik. Lalu ia mengambil istri lagi yang lebih cantik dan muda dibanding diriku, dan sejak saat itu aku diabaikan. Ketika itu aku baru mengerti kelicikan Kartadipa. Aku sangat sedih dan semakin lama semakin tambah sangat sedih. Akhirnya aku nekad pergi tanpa pamit, bekerja pada orang Belanda sampai saat ini. Kamu tidak kubawa karena kurasa kurang baik.” Ciptadi: “Jadi adanya kabar tentang Embok pergi ke Deli itu bohong.” Sumarah: “Sudah pasti kabar itu karangan Kartadipa, supaya orang yang kasihan padaku jangan sampai mencariku. Aku tahu, kalau aku terus berada di Wanadadi, Kartadipa tidak suka, kha- watir kalau aku meminta kembali seluruh harta ayahmu.” Ciptadi mengangguk-anggukkan kepala, sekarang Ciptadi sudah mengerti rahasia Kartadipa. Tidak lama kemudian Ciptadi bertanya lagi, “Apakah sejak pergi dari Wanadadi Embok berada di Bandung ini?” Sumarah: “Tidak, aku di sini belum lama. Sebelum ke sini aku sudah pergi ke mana-mana, Surabaya, Malang, Semarang, Cirebon, dan Betawi. Nah, sekarang kamu sampai pergi dari Wanadadi itu bagaimana ceritanya?” Ciptadi kemudian menceritakan seluruh perjalanannya, dari awal hingga akhir sampai selesai, Sumarah mendengarkan dengan saksama. Saat Ciptadi sudah selesai bercerita, Sumarah berkata, Dari Hina Hingga Mulia T 73 “Sekarang istrimu diperhatikan dulu... segera datangilah, untuk apa menunggu besok-besok?” Ciptadi: “Kalau tidak ada halangan besok tanggal lima belas.” Sumarah: “Syukurlah kalau begitu.” Karena sudah semakin malam Sumarah pamit pulang, tapi dihalangi oleh Ciptadi supaya tidur di tempatnya saja. Sumarah tidak mau karena belum izin pada majikannya. Sejak saat itu, ham- pir setiap hari Sumarah datang ke rumah Ciptadi, bahkan sering menginap di sana. Saat Ciptadi mau pergi ke Purwokerto untuk mendatangi istrinya, ia juga mengantarkan Ciptadi ke stasiun. Saat kereta mau berangkat, ... memberikan bungkusan sambil berkata, “Aku titip ini berikan pada istrimu, hati-hati jangan sampai hilang!” Ciptadi tahu yang ada di dalam bungkusan tersebut adalah barang berharga, itu sebabnya ibunya mengingatkan untuk berhati-hati. Ciptadi pun membawanya dengan sangat hati-hati. Kira-kira jam empat sore Ciptadi sampai di tempat tujuannya, bertemu dengan istri dan mertuanya dengan senang hati. Hanya saja saat itu istrinya kelihatan sangat kurus, Ciptadi bertanya apa sebabnya. Setyati, istrinya, menjawab sebabnya tidak lain karena sedih ditinggal sendirian tanpa keterangan yang jelas, baru merasa senang saat sudah menerima surat beberapa saat yang lalu. Men- dengar cerita Setyati, Ciptadi merasa hatinya pilu. Kemudian bung- kusan pemberian ibunya diberikan kepada Setyati sambil berkata, “Ini ada kiriman dari simbok untukmu, entah apa wujudnya aku tidak tahu.” Setyati menerima bungkusan itu sambil bertanya, “Embok siapa, Mas?” Ciptadi: “Ya embokku.” Setyati: “Katanya dahulu embok pergi ke Deli?” Ciptadi: “Kabarnya memang begitu, tapi ternyata tidak pergi- pergi dari Pulau Jawa. Aku bertemu dengannya belum lama ini, kira-kira baru dua mingguan.” Setyati: “Syukurlah kalau begitu.” 74 T Dari Hina Hingga Mulia Bungkusan itu dibuka, betapa kagetnya Setyati saat itu, ia tidak menduga bahwa bungkusan itu berisi barang yang bagus- bagus, yaitu: (1) dua lembar jarik batik buatan Solo, (2) dua helai pakaian sutera, yang satu berwarna ungu yang satu lagi berwarna hijau muda, (3) satu buah cincin emas bermata berlian, (4) satu buah susuk konde emas, dan (5) sepasang anting-anting emas bermata berlian. Barang berupa jarik dan pakaian itu belinya di Bandung, sedangkan barang-barang lainnya bawaan dari Wanadadi, suami- nya yang membelikan, harganya ... sekitar f 400,--. Setyati senang sekali, ia akan bisa bertemu dengan mertuanya yang ternyata masih hidup. Jam tujuh sore saudara-saudara datang menemui Ciptadi, sehingga rumah Kriyabangsa tiba-tiba ramai, sedikit-sedikit ter- dengar suara tawa, menandakan semua orang senang. Pada tang- gal dua puluh lima Ciptadi kembali ke Bandung, Setyati diajak serta. Sepanjang perjalanan mereka jadi tontonan orang banyak, karena kelihatan seperti pengantin baru. Sesampainya di rumah, embok Ciptadi menyambut, Setyati digandeng serta berkata, “Jangan selalu dipikirkan, Nak! Aku ini mertuamu, maafkanlah aku sebesar-besarnya karena aku tidak bisa memberi apa-apa pada- mu.” Setyati: “Sesungguhnya saya yang harus minta maaf, Bu, karena saya yang merepotkan Ibu.” Mereka bertiga kemudian duduk lalu bercakap-cakap sambil minum wedang. Selama duduk tidak henti-hentinya Sumarah me- mandangi Setyati, menantunya. Dalam hati ia merasa puas karena mendapat menantu seperti Setyati, wajahnya tidak mengecewa- kan, berbudi baik, bakti dan setia kepada suaminya, meskipun ditinggal dua tahun ia tidak mau ke lain hati, ia tabah dan tak Dari Hina Hingga Mulia T 75 tergoyahkan hatinya terhadap godaan-godaan yang lain.. Sejak saat itu Ciptadi merasakan hidup tenteram dan damai. Dalam berumah tangga mereka ditemani emboknya. Sekarang Ciptadi dan istrinya memanggil ibu terhadap emboknya. Pengubahan sebutan itu tidak sedikit pun membuat buruk bagi Ciptadi, justru sebaliknya ... malah menjadi kebaikannya. SELANJUTNYA, SILAKAN BACA JILID II. 76 T Dari Hina Hingga Mulia
12_Dari_Hina_Hingga_Mulia_Jilid_1
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Klepon Werna-Werni Klepon Warna-Warni Penulis Darwanto Penelaah Arif Subiyanto Penanggung Jawab Umi Kulsum Tim Penyunting Koordinator: Awaludin Rusiandi Khoiru Ummatin Dalwiningsih Amin Mulyanto Ilustrasi Isi & Sampul Alya Lintang F. Tata Letak FA Indonesia Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117 Telepon (031) 5925972 Cetakan pertama, Oktober 2023 E-ISBN: 978-623-112-940-6 Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR C erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak, khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila. Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur, seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai- nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan kayanya unsur-unsur lokal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi, penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya ini. Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Surabaya, 1 Oktober 2023 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Klepon Werna-Werni Klepon Warna-Warni Biodata Penulis Biodata Ilustrator iii iv 1 20 20 4 5 Penulis Darwanto, penulis kelahiran di Madiun yang kini menetap di Malang. Kegiatan sehari-harinya adalah belajar dan mengajar. Suka membaca serta menulis puisi maupun prosa. Tulisan-tulisannya tersiar di beberapa media lokal dan nasional, seperti Kompas, Jawa Pos, Koran Tempo, Media Indonesia, Suara Merdeka, Republika, dan lain-lain. Telah menulis beberapa buku, terutama fiksi. Salah satu novelnya, Sawitri dan Tujuh Pohon Kelahiran, Penerbit Alvabet. Salah satu buku kumpulan cerpennya Lumpur Tuhan, memenangkan Sayembara Sastra Dewan Kesenian Jawa Timur Kategori Prosa, 2017. Bisa disapa lewat facebook ataupun Instagram: Mashdar Zainal. Ilustrator Alya Lintang F atau lebih dikenal sebagai Tera adalah seorang ilustrator asal Madiun. Ia adalah lulusan DKV ITS dan memulai karir sebagai ilustrator pada awal tahun 2023. Tera memiliki minat yang tinggi terhadap dunia literasi dan visual anak. Temukan berbagai karya Tera di @teradsy di Instagram. BIONARASI
12_KLEPON_WARNA_WARNI
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Sri Winarti ii SEKATEN Penulis: Sri Winarti Penyunting: Ratun Untoro Ilustrator: Mukti Ali Penerbit: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224 Telepon: (024) 562070; Faksimile: (0274) 580667 Cetakan Pertama, November 2021 iv + 8 hlm., 15 x 23 cm. ISBN: 978-623-5677-35-4 Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi buku ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit. Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis. iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui warga dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah RI pun melaksanakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di seluruh provinsi di Indonesia dalam rangka untuk menekan penyebaran virus yang sangat mematikan itu. Kebijakan Pemerintah tersebut tentu memiliki dampak yang sangat signifikan di berbagai sektor. Karena kebahasaan dan kesastraan masuk dalam sektor nonesensial, praktis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebahasaan dan kesastraan tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya secara langsung, bersemuka. Namun, karena proses kreatif dan upaya pencerdasan bangsa melalui bahasa dan sastra harus tetap berlangsung, berbagai kegiatan itu pun dapat dilaksanakan secara daring. Meskipun hasilnya--mungkin--tidak maksimal, berbagai program dan kegiatan yang telah dirancang oleh Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat memenuhi target- target yang telah ditetapkan, termasuk target 42 karya sastra Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penerbitan hasil penerjemahan dari sastra Jawa ini--yang telah melewati proses panjang--merupakan bukti nyata bahwa situasi pandemi tidak menghalangi kami dalam memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa melalui kebahasaan dan kesastraan. Penerbitan hasil penerjemahan ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dalam program besar Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Pemerintah. Melalui penerbitan penerjemahan karya sastra Jawa ini pula diharapkan bisa menghilangkan kendala kebahasaan bagi masyarakat penutur nonbahasa Jawa untuk bisa menikmati dan mengambil manfaatnya. iv Hadirnya buku penerjemahan ini melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kata pengantar singkat ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada sastrawan/penulis (asli) dalam bahasa Jawa. Demikian pula kami mengucapkan terima kasih kepada penerjemah yang telah menerjemahkan karya sastra Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Penghargaan juga kami berikan kepada para penyunting yang telah menyelaraskan hasil terjemahan sesuai dengan kaidah baku bahasa Indonesia. Tentu saja, kepada panitia/tim terjemahan dan penerbit kami ucapkan terima kasih yang tiada bertepi. Semoga buku terjemahan ini bisa menjadi ajang dialog dan tegur sapa antarbudaya di Indonesia dan menambah kekayaan khazanah bahan bacaan literasi yang bermutu. Selamat membaca! Yogyakarta, 10 September 2021 Kepala, Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum. NIP 196605201991031004 1 SEKATEN S ore itu Rudi terlihat ceria. Dari dalam kamar mandi terdengar dia menyanyikan lagu dangdut “Bojoku Galak” yang menjadi lagu favoritnya. Selesai mandi dia memakai kaos warna biru dan celana jeans hitam yang paling disukainya. Tumben sore ini dia mandi lebih cepat, biasanya kalau sudah main bola ia lupa mandi. Sering kali ibunya kehabisan kata-kata, umtuk menyuruhnya mandi. Sejak umur tujuh tahun hingga sekarang kelas lima, Rudi masih mengikuti sekolah sepak bola di desanya. “Ayo, Kek, aku sudah siap lho…,” ajak Rudi tidak sabar. “Sebentar… sabar… kakek baru ganti baju.” Jawab kakek dari dalam kamar. “Makan dulu supaya kenyang, nanti di sana tidak usah jajan.” Kata ibu dari dapur. Rudi pura-pura tidak mendengar apa kata ibunya. Ia membersihkan jok motor dari bekas jejak kucing dengan kain basah. Tidak lama kemudian kakeknya keluar, kemudian memakai helm yang sudah tersedia di kursi teras depan rumah. “Ayo, Rud, helmnya dipakai.” Kakek mengingatkan. Rudi menunggu kakek di dekat motor sambil berkali-kali bercermin di spion. “Siap, Kek…!” Rudi menjawab dengan keras bergaya tentara hingga ayah dan ibunya tertawa. Oalah Rudi… bahagia sekali ia diajak kakeknya menonton Sekaten. Maklum, Rudi jarang jalan-jalan ke kota. Begitu tahu mau diajak ke kota, dia bahagia sekali. 2 3 Sepanjang perjalanan menuju ke Alun-Alun Keraton, kakek mengajak bicara Rudi agar tidak mengantuk. Saat itu lalu lintas sangat ramai. Jalan Monumen Jogja Kembali yang jalur ke arah selatan ini memang sering macet. Perjalanan ke alun-alun yang biasanya ditempuh dalam waktu 20 menit, kalau macet seperti ini bisa sampai 40 menit lebih. “Sudah sampai mana ini, Kek?” “Hampir sampai Tugu. Sebentar lagi sampai di Alun-Alun Keraton.” Tidak lama kemudian, sampailah mereka di Malioboro. Kakek Rudi mengendarai sepeda motor pelan-pelan. Selain karena lalu lintas ramai, juga supaya cucunya dapat menikmati suasana Malioboro di waktu sore. Rudi tidak berkedip menikmati indahnya suasana Malioboro. Pasti nanti di rumah Rudi bercerita kepada ayah dan ibunya. Rudi anaknya suka bercerita, apalagi kalau melihat sesuatu yang belum pernah dilihatnya. Sesampainya di pojok utara Alun-Alun Keraton Yogyakarta, kakek mengurangi kecepatan sepeda motornya. Terlihat dari kejauhan tukang parkir mengarahkan tempat parkir. Kakek memarkir sepeda motornya sesuai arahan tukang parkir. Kebetulan tempat parkirnya berdekatan dengan penjual wedang ronde. Turun dari sepeda motor, pandangan Rudi tertuju pada wedang ronde. Sebenarnya ia ingin dibelikan, tetapi tidak berani bilang pada kakek. Tidak berselang lama, terdengar azan Magrib. Kakek mengajak Rudi menuju Masjid Gede di sebelah barat alun-alun. Di kompleks masjid yang luas itu terdapat tiga bangunan utama, yaitu masjid dan dua bangunan di kanan dan kiri sebelum masjid. Di kedua bangunan itu terdapat seperangkat gamelan. “Kek….kok itu ada gamelan di kompleks masjid. Untuk apa, Kek?” “Itu namanya Gamelan Kyai Nagawilaga dan Kyai Guntur Madu milik Keraton Yogyakarta.” “Mengapa diletakkan di kompleks masjid?” Rudi tanya lagi “Untuk menandai bahwa Sekaten sudah dimulai. Gamelan itu akan dibunyikan selama satu minggu.” 4 5 “Kek, apa gamelan itu yang punya hanya Keraton Yogyakarta?” Rudi makin penasaran. “Gamelan Kyai Guntur Madu, di Keraton Surakarta juga ada. Kalau gamelan Kyai Nagawilaga hanya ada di Keraton Yogyakarta.” “Oh begitu ya, Kek….” “Iya, yuk masuk alun-alun, supaya nanti pulangnya tidak terlalu malam.” “Siap Kek…!” Rudi mengangkat telapak tangan di samping kening, seperti hormat kepada komandan. Rudi menggandeng kakeknya menuju alun-alun. Sampai di alun-alun, Rudi terkagum-kagum. Bahagia sekali. Hampir semua stand dimasuki. Rudi tidak merasa lelah. Semua dikelilingi. Pakaian, mainan, makanan, sandal, sepatu, semua dilihatnya. Sebenarnya ada yang ingin dibeli, tetapi tidak berani meminta pada kakek. Sementara itu, kakek sudah terlihat lelah. Berkali-kali menunduk memegangi lutut. “Kakek sudah lelah, Le…, kamu pilih salah satu apa yang kamu sukai, mau baju, sandal, atau sepatu terus pulang, ya.” Kakek rupanya sudah tidak tahan mengikuti Rudi yang masih asyik melihat-lihat suasana Sekaten. “Kek, aku dibelikan kaos gambar Bagas Bagus, ya. Biar Rudi hebat seperti dia,” kata Rudi sambil menunjuk kaos bergambar pemain sepak bola idolanya. “Oh ya, segera pilih saja mana yang disukai.” “Kek, setelah beli kaos, naik yang itu ya.” Rudi menunjuk wahana bermain bianglala. “Wah, kakek tidak berani, Le. Pusing kakek kalau naik bianglala, kamu naik sendiri saja, ya.” “Nggak mau, Kek…besok saja aku ke sini lagi sama kakak, biar bisa naik wahana berdua.” “Ya sudah… sekarang jajan sate terus pulang.” “Siap, Kek…,” Rudi setuju dengan ajakan kakeknya walaupun sedikit kecewa. Mereka berjalan menuju warung sate Cak Yanto di ujung timur alun-alun. Sampai di warung, kakek memesan dua porsi sate dan minuman. Selesai makan, kakek mengajak Rudi beli oleh- 6 7 oleh. Mereka membeli bakpia dan klepon kesukaan ibunya. Setelah membeli oleh-oleh, mereka menuju tempat parkir. Di sepanjang perjalanan, Rudi masih banyak bertanya kepada kakeknya. Banyak hal belum diketahuinya. “Kek, kok diadakan Sekaten itu untuk apa?” “Oh itu untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad S.A.W. Nanti, puncak acaranya ada yang namanya Garebeg. Masyarakat ramai-ramai menggerebeg atau memperebutkan gunungan, semacam tumpeng besar terbuat dari susunan berbagai hasil bumi. Gunungan itu sebagai simbol kemakmuran dan simbol sedekah keraton kepada rakyatnya. Masyarakat sangat senang hingga berebut mengambil hasil bumi yang disusun seperti gunung itu. Makanya disebut Garebeg atau Grebeg.” “Oh, gitu ya, Kek. Trus tempatnya di mana gunungan itu, Kek?” “Gunungan dibawa oleh prajurit dengan prosesi kirab dari Kori Kemandungan menuju halaman Masjid Gede, tempat kita salat Magrib tadi. Sampai di halaman Masjid Gede didoakan. Setelah selesai doa biasanya sontak diperebutkan masyarakat.” Kakek menjelaskan. Saking asyiknya ngobrol, tidak terasa sudah sampai rumah. Ayah dan ibu sudah menunggu di teras. Rudi tidak sabar ingin bercerita semua pengalamannya di Sekaten. 8 Sri Winarti Penulis berprofesi sebagai guru SMP di Sleman. Ia tinggal di Soka, Merdikorejo, Tempel, Sleman. HP 08112776737
12_sekaten
Nong Endi Emakisun? Di mana Ibuku? NONG ENDI EMAKISUN? DI MANA IBUKU? Penulis Andi Sep Kurniawan Penerjemah Rayhan Rizki Fadhillah Penelaah Antariksawan Jusuf Penyunting Khoiru Ummatin Ilustrator Kreativa Grafis Penata Letak Kreativa Grafis Diterbitkan pada tahun 2022 oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, 61252 Telepon/Faksimile (031) 8051752 Cetakan pertama, Oktober 2022 ISBN: 978-602-8334-87-7 Katalog dalam Terbitan (KDT) 899.222 3 DI DI MANA IBUKU?/ Andi Sep Kurniawan d — cet. 1 – Sidoarjo: Balai Bahasa Jawa Provinsi Timur, 2022 iv + 26 hlm; 22 x 28 cm Kata Pengantar Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur S alah satu kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur adalah cerita anak yang mengan­ dung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Kekayaan itu merupakan sebuah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia inter­ nasional sebagai bagian dari warisan budaya dunia. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur tidak hanya dapat diimplementasikan oleh masyarakat Jawa Timur, tetapi dapat pula dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan diterje­ mahkannya karya sastra Jawa Timur ke bahasa Indonesia, pembacanya dapat menikmati cerita, kemudian mengkaji nilai-nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-nilai positif sebagai pegangan hidup. Hasilnya adalah akan tercipta sebuah pemahaman antarbudaya yang akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Cerita-cerita yang terhimpun dalam terjemahan buku cerita anak untuk pembaca awal ini juga dapat bermanfaat sebagai salah satu sarana atau media pendidikan karakter. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEM, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika. Cerita dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Melalui penerjemahan cerita anak, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Kami berusaha untuk turut berperan aktif dalam program itu dengan. me­ nyediakan bahan bacaan bermutu bagi pembaca melalui penerjemahan cerita anak berbahasa daerah ke bahasa Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal. Kegiatan membaca diharapkan akan tumbuh dan berkembang menjadi keterampilan-keterampilan lanjutan sehingga akhirnya pembaca dapat mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keteram­ pilan literasi. Inovasi seperti itu perlu didukung agar dapat menumbuhkan budaya literasi dengan tetap berfokus pada upaya untuk menumbuhkan generasi yang memiliki kemampuan berpikir kritis, me­ mecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk terjemahan ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyam­ paikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis karya sastra berbahasa daerah, penerjemah, penelaah, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya terjemahan ini. Semoga buku ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Sidoarjo, 1 Oktober 2022 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. iii iv DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Nong Endi Emakisun? Di mana Ibuku? Biodata Penulis Biodata Penerjemah Biodata Ilustrator 01 iii iv 26 26 26 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Biodata Penulis Nama lengkapnya Andi Sep Kurniawan. Pria kelahiran Banyuwangi, 17 september 1997 tersebut menyukai dunia kepenulisan sejak sekolah dasar. Ia aktif menulis dalam pelestarian Basa Using sejak 2015 dan karya- karyanya di muat dalam Buku ‘Kembang Ronce’. Pria yang akrab di sapa Andi tersebut mempunyai 2 karya antologi puisi yang berjudul Terbangun dan Melangkah Menuju Terang. Pria lulusan Institut Agama Islam Ibrahimy Genteng Banyuwangi itu dapat dihubungi melalui kanal Instagram @_ andisepkurniawan. Biodata Penerjemah Rayhan Fadhillah, adalah lelaki yang lahir di ujung timur Pulau Jawa sekitar 19 tahun lalu. Saat ini, ia sedang mengenyam pendidikan di Kampus Cakrawala, Malang, Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Ia mempunyai hobi jalan-jalan dan melakukan banyak hal yang menurutnya menarik. Kalian bisa menyapanya pada akun Instagram @rayhan_fadh1. Biodata Ilustrator Kreativa Grafis bergerak dalam bidang ilustrasi, layout buku, disain majalah maupun cover buku sejak tahun 2020. Saat ini sedang bereksperimen dalam bidang disain web dan buku digital. Kreativa Grafis dapat dihubungi melalui No. Hp: 08560788766 atau posel: [email protected] 26
12_DI_MANA_IBUKU_NONG_NDI_EMAK_GABUNG
2 Level 3 Level Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Penulis: Sudeepta Rao Ilustrator: Esti Kurniawati Penerjemah: Faiz Akbar Leksananda Perasaanku Perasaanku Penulis : Sudeepta Rao Ilustrator : Esti Kurniawati Penerjemah : Faiz Akbar Leksananda Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Ayu Putu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. 2 Kadang-kadang aku merasa marah. Aku ingin berkata kasar dan berteriak kepada semua orang. Namun, marah tidak ada gunanya. Jika berkata kasar, aku hanya akan menyakiti hati orang lain dan tetap merasa kesal pada diriku sendiri. Sebagai gantinya, aku akan minum beberapa teguk air dan mulai menghitung dari satu sampai sepuluh. Aku hanya akan bicara ketika hatiku sudah merasa lebih tenang. 3 Kadang-kadang aku merasa bangga dengan diriku sendiri. Aku merasa bangga dengan apa yang kulakukan sehingga aku berharap orang lain bertepuk tangan dan bersorak untukku. Meskipun bangga pada diri sendiri itu perlu, sombong itu tidak boleh. Sombong adalah ketika kamu berpikir bahwa orang lain tidak dapat melakukan apa yang kaulakukan—hal itu tidak diperbolehkan. 4 Sebaliknya, aku akan tersenyum dan mengucap terima kasih kepada siapa pun yang melakukan kebaikan kepada­ ku. Yang kupikirkan hanyalah aku ingin membalas kebaikan yang telah mereka lakukan dengan sesuatu yang lebih baik di masa yang akan datang. 5 Kadang-kadang, aku merasa sedih. Ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan dan dadaku terasa berat. Aku hanya ingin menangis sepanjang hari. Merasa sedih itu boleh. Semua orang pasti akan merasakan se­ dih sekarang atau nanti. Namun, merasa sedih terus-menerus itu tidak baik. Semakin lama kamu larut dalam kesedihan, semakin buruk pula yang kaurasakan. 6 Ketika sedih, aku mencoba memikirkan hal-hal yang menyenangkan. Aku me­ mikirkan hal-hal yang kusukai seperti es krim dan film kartun! Lalu, hatiku berkata bahwa jika aku sedang sedih sekarang, esok atau lusa pasti sudah tidak sedih lagi. Lagi pula, aku tidak akan merasa sedih selamanya. 7 Kadang-kadang, aku merasa ingin tahu. Ketika sedang belajar hal baru, aku merasa takjub dan memiliki banyak pertanyaan. Aku merasa ragu dan banyak pertanyaan muncul di pikiranku seperti halnya gelembung yang muncul dari minuman bersoda! Rasa ingin tahu sebenarnya sangat bagus agar kita bersemangat untuk mempelajari hal baru. Namun, bagi orang lain, hal itu bisa berakibat kurang baik. Terlalu banyak pertanyaan terkadang membuat orang lain merasa jengkel. 8 Oleh sebab itu, aku mencatat semua pertanyaanku. Kemudian, aku menanyakan hal tersebut kepada orang lain ketika mereka sedang ada waktu Ketika orang tersebut sedang menjawab pertanyaanku, aku mendengarkan penjela­ san mereka dengan seksama. Aku akan menunggu sampai mereka selesai berbicara sebelum mengajukan pertanyaan lain. 9 Terkadang, aku menginginkan perhatian dari orang lain. Oleh karena itu, aku dengan sengaja bertingkah lucu atau melakukan hal yang menarik perhatian mereka. Aku ingin menjadi pusat perhatian. Namun, ternyata bukan begitu caranya. Aku perlu melihat dan mendengarkan terlebih dahulu, lalu memberi kesempatan orang lain untuk menjadi pusat perhatian. Dengan begitu, orang lain juga akan melihat dan mendengarkan kita di lain waktu! Sebagai gantinya, aku menutup mata sejenak dan berusaha menenangkan diri. Aku berkata pada diriku sendiri bahwa aku sebenarnya tidak butuh perhatian orang lain untuk menjadi terkenal. 10 Terkadang, aku merasa energiku sangat berlebih! Aku merasa ingin berlari-lari, berteriak-teriak, dan melompat-lompat, semua secara bersamaan! Perasaan tersebut memang terasa menyenangkan, tetapi kemudian, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan energi sebanyak itu. Aku menjadi gugup dan gelisah, lalu menjadi sulit untuk berkonsentrasi. Sebagai gantinya, aku akan menarik napas dalam-dalam. Lalu, di dalam hati, aku mendaftar semua kegiatan yang dapat kulaku­ kan tanpa bantuan orang lain. Aku mengerja­ kannya secara bergantian. Adapun aku meyak­ inkan diri untuk tidak terlalu panik jika sesuatu tidak berjalan mulus pada awalnya. 11 Terkadang, aku merasa bahagia. Aku merasa tubuhku sangat ringan dan dapat terbang tinggi seperti awan-awan di angkasa! Sangat penting bagi kita untuk bahagia. Orang lain akan ikut bahagia ketika kamu bahagia. Akan tetapi, untuk melakukan kegiatan yang membuat bahagia, kamu harus memastikan untuk tidak mencelakai diri sendiri dan orang lain. Yang terpenting, selalu ingat, perasaanmu sangat bermakna. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Para Pembuat Cerita Para Pembuat Cerita: Cerita My Feelings ditulis oleh Sudeepta Rao. © Sudeepta Rao, 2021. Be­ berapa Hak Cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Dit­ erbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id PERASAANKU Aku memiliki berbagai macam perasaan. Apakah kamu juga memilikinya?
120_Perasaanku
2 Level Penulis : Jacqui L’Ange Ilustrator: Esti Kurniawati Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Teman Berbulu Penulis: Jacqui L’Ange Ilustrator: Esti Kurniawati Penerjemah: Iona Stella Lumban Tobing Teman Berbulu Penulis : Jacqui L’Ange Ilustrator : Esti Kurniawati Penerjemah : Iona Stella Lumban Tobing Penelaah : 1. M. A. Rahartati Bambang Haryo 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Krenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. 2 Kami penguin raja. Kami tak terpisahkan. 3 Penguin tidak terbang. Kami berenang. Namun, kami terlalu kecil untuk berenang. Jadi, kami berjalan. 4 Suatu hari, kami berjalan jauh sekali. 5 Kami berjalan selama berjam-jam hingga melihat sesuatu yang belum pernah kami lihat. 6 “Oh, benda di atas kepalanya lucu sekali!” 7 “Kamu berubah!” 8 “Kamu juga!” 9 “Lumayan, ya.” 10 “Udaranya tidak terlalu dingin, ya.” “Siapa yang mau ajari kami berenang?” “Aku mau.” 11 12 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Para Pembuat Cerita Cerita: Amis À Plumes diterjemahkan oleh Sak Untala. © untuk terjemahan ini ada pada Sak Untala, 2018. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan cerita asli: Feathered Friends, oleh Jacqui L’Ange. © Book Dash, 2017. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id TEMAN BERBULU Para penguin raja berjalan-jalan dan menemukan sekumpulan penguin yang berbeda. Mereka berteman dan berubah total. Tumbuh besar dan berpetualang!
121_teman_berbulu
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Penulis: Penulis: Angesom Abadi Angesom Abadi Ilustrator: Ilustrator: M. Asadullah M. Asadullah 3 Level Penulis: Angesom Abadi Ilustrator: Muhammad Asadullah Penerjemah: Nurul Pratiwi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Tiga Kotak Harta Warisan Tiga Kotak Harta Warisan Penulis : Angesom Abadi Ilustrator : Muhammad Asadullah Penerjemah : Nurul Pratiwi Penelaah : 1. Dhita Hapsarani 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Krenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. 2 Dahulu kala, hiduplah seorang lelaki tua yang bernama Hagos. Ia tinggal bersama ketiga anak laki-lakinya. Hagos ingin anak-anaknya mewarisi hartanya ketika ia meninggal nanti. Ia menyiapkan tiga kotak harta warisan untuk ketiga anaknya. 3 Hagos lalu pergi ke rumah tetangganya, Haile, dan berkata, “Aku ingin anak-anakku kelak mewarisi hartaku. Aku sudah menyiapkan tiga kotak ini. Kuharap kamu bisa memberikannya pada mereka setelah aku meninggal nanti.” 4 Setelah Hagos wafat, Haile memanggil ketiga anak Hagos. Ia memberitahu mereka, “Ayahmu telah memberiku ketiga kotak ini sebelum ia meninggal. Setiap kotak sudah ada nama pemiliknya. Ambillah kotak kalian masing-masing.” 5 Ketiga anak laki-laki itu mengambil kotaknya, lalu membukanya. Kotak pertama berisi emas. Kotak kedua berisi tanah. Adapun kotak ketiga berisi kotoran hewan. 6 Anak yang mendapatkan emas tentu saja sangat bergembira. Sementara itu, dua saudaranya yang lain merasa sangat kecewa. 7 Mereka pun berusaha merebut kotak berisi emas milik saudaranya. 8 “He. Kalian ini bersaudara. Jangan bertengkar begini. Mari, ikuti aku. Aku akan mengantar kalian pada kakek tua yang bijak. Beliau akan memberi petunjuk pada kalian,” ujar Haile pada tiga bersaudara ini. Haile pun membawa mereka ke rumah seorang kakek tua yang bijak. 9 “Selamat pagi, Kakek! Kami ingin meminta petunjuk Anda soal harta warisan ini,” ucap Haile pada kakek itu. Haile pun bercerita pada si Kakek Tua tentang tiga kotak harta yang diwariskan Hagos untuk ketiga anaknya. “Sekarang mereka bertengkar karena hanya satu orang yang mendapat kotak berisi emas,” jelas Haile. 10 Si Kakek Tua yang bijak menerangkan, “Ayah kalian punya alasan mengapa ia memberi tiga kotak yang berbeda.” Ia pun melanjutkan, “Kotak saudara kalian ini berisi emas karena ayah kalian ingin dia menjadi saudagar. Lalu, kamu. Kotakmu berisi tanah karena ayahmu ingin kau menjadi petani. Nah, kalau dia ini, kotaknya berisi kotoran hewan. Itu karena ayah kalian ingin dia menjadi peternak. Jadi, ayah kalian memang berharap setiap anak bisa punya pekerjaan sendiri,” kakek tua itu menyimpulkan. 11 Setelah mereka mendengarkan nasihat kakek tua itu, tiga bersaudara itu pun setuju. Mereka bekerja sesuai bidangnya masing-masing dan hidup berbahagia selamanya. 12 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Para Pembuat Cerita Cerita: Three Box of Wealth ditulis oleh Angesom Abadi. Hak cipta ter­ jemahan ini ada pada African Storybook Initiative, 2018. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Naskah cerita Three Box of Wealth telah dipublikasikan di StoryWeaver oleh African Storybook Initiative. MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Seorang ayah meninggalkan harta warisan untuk ketiga anaknya. Warisan itu disesuaikan dengan bakat anaknya masing-masing. Tiga Kotak Harta Warisan
122_tiga_kotak_harta_warisan
Penulis: Parismita Ilustrator: Ayu Putri L 1 Level Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Raja yang Gemuk dan Anjing yang Kurus Penulis: Parismita Ilustrator: Ayu Putri L Penerjemah: Rizqi Handayani Raja yang Gemuk dan Anjing yang Kurus Penulis : Parismita Ilustrator : Ayu Putri L Penerjemah : Rizqi Handayani Penelaah : 1. Naifah 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. 2 Dia adalah raja yang gemuk. Raja yang gemuk itu memiliki seekor anjing yang kurus. 3 Suatu saat, dia pergi bersama anjingnya yang kurus untuk bertamasya. 4 Si Anjing melihat seekor burung. Lalu, anjing itu berlari ke arah burung. 5 Raja mulai berlari mengejar anjing itu. 6 Mereka berlari dan berlari. 7 8 Mereka berlari dan berlari selama beberapa hari. 9 Raja berhasil menangkap anjing itu. 10 11 Lalu, Raja menjadi kurus. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Para Pembuat Cerita Cerita Fat King Thin Dog diterjemahkan oleh Ali Ayoub, untuk terjemahan ini ada pada Ali Ayoub, 2016. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan Cerita Asli: فيحنلا بلكلاو نيمسلا كلملاoleh Parismita, © Pratham Books, 2007. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
123_Raja_yang_Gemuk_dan_Anjing_yang_Kurus
Ayam Pemarah Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 4 Level Penulis : Ursula Nafula Ilustrator : Rizky Dewi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Penulis: Ursula Nafula Ilustrator: Rizky Dewi Penerjemah: Dafros Leru Ayam Pemarah Ayam Pemarah Penulis : Winny Asara Ilustrator : Rizky Dewi Penerjemah : Era Realita Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. buruk dalam mengontrol emosinya. 2 Ayam dan Kaki Seribu adalah teman akrab. Keduanya memiliki kemiripan: sama- sama menyukai olah raga dan sangat kompetitif. Namun, ada yang membedakannya. Kaki Seribu humoris dan suka membuat teman-temannya tertawa. Kaki Seribu dapat melakukan banyak hal sekaligus dalam satu waktu dengan kakinya yang banyak. Ayam cenderung lebih serius. Ayam adalah pelindung yang hebat. Ia menjaga dan memberikan rasa aman bagi teman-temannya. Namun, Ayam juga Suatu hari Ayam dan Kaki Seribu bermain sepak bola bersama. Ayam adalah pelari yang andal dan penggiring bola yang lincah. Ayam juga punya tendangan yang kuat sehingga bisa mencetak gol dari kejauhan. Namun, Kaki Seribu punya sesuatu yang tidak dimiliki Ayam—ribuan kaki! Kaki Seribu berlari memutari Ayam yang lengah, mencetak gol demi gol. Ayam menjadi marah dan semakin marah. “Tunggu pembalasanku, Kaki Seribu!” 3 “Ayo, lakukan tendangan penalti,” Pinta Ayam dengan tujuan agar Kaki Seribu tidak dapat menggunakan kaki-kakinya untuk menggiring bola. “Boleh saja!” kata Kaki Seribu dengan percaya diri. Kaki Seribu yang pertama mendapat giliran menjadi kiper. Ayam hanya berhasil mencetak satu gol. Lalu, tiba giliran Ayam untuk menghadang bola. 4 Kaki Seribu menendang bola dan mencetak gol. Kaki Seribu memainkan bola dan mencetak gol. Kaki Seribu menyundul bola dan mencetak gol. Kaki Seribu menyepak bola dan mencetak gol. Kemarahan Ayam semakin memuncak. “Ini tidak adil,” pikirnya, “Seharusnya Kaki Seribu hanya boleh menggunakan dua kaki. Dia curang!” Ketika Ayam sibuk memprotes, diam-diam Kaki Seribu menggiring bola menuju gawang. Kaki Seribu berhasil mencetak lima gol! 5 bulat-bulat Kaki Seribu. “Kamu lihat sendiri, ‘kan?” kata Kaki Seribu. “Sepak bola sesungguhnya hanya tentang strategi. Kamu harus menggunakan otakmu dan membuat taktik.” “Apa kamu mau bilang kalau aku tidak punya otak?” Ayam bertambah geram. “Beraninya kamu!” Belum sempat Kaki Seribu menjawab, Ayam telah membuka paruhnya dan menelan Ayam sangat marah karena dia kalah. “Aku mau pertandingan ulang,” kata Ayam, “dan mulai sekarang kamu hanya boleh memakai dua kaki!” Kaki Seribu terpingkal karena temannya mengada-ada. “Kalah, ya, kalah!” ledek Kaki Seribu. “Kenapa tadi kamu tidak menggunakan sayapmu untuk memukul bola atau menggunakan bulu-bulumu untuk meniup bola melewatiku? Terima saja kekalahanmu, Teman!” 6 Dalam perjalanan pulang, Ayam berpapasan dengan ibu Kaki Seribu. Biasanya, Ayam senang bertemu ibu temannya itu. Ibu Kaki Seribu suka menceritakan kisah yang menarik dan membuat kue daun yang paling enak. Namun, hari ini Ayam lewat begitu saja. Ayam berharap bahwa ibu Kaki Seribu tidak melihatnya. “Halo, Nak,” sapa ibu Kaki Seribu. “Apa kamu melihat anakku?” Ayam diam seribu bahasa. Ibu Kaki Seribu mulai curiga. “Ayam bersikap sangat aneh!” gumamnya. 7 Lalu, ibu Kaki Seribu mendengar suara lirih. “Tolong aku, Ibu!” katanya. Ibu Kaki Seribu melihat sekeliling dan mendengarkan lagi dengan saksama. “Dari mana suara itu berasal?” tanyanya. “Apa kamu menyembunyikan seseorang di dalam perutmu, Ayam?” Ayam mengalihkan pandangannya. Ayam tidak tahu harus menjawab apa. “Siapa yang kaumakan?” tanya ibu Kaki Seribu. “Jangan bilang kamu telah memakan anakku!” 8 Ibu Kaki Seribu berteriak, “Pakai kekuatan ajaibmu, Nak!” Kaki Seribu dapat mengeluarkan bau busuk dan beracun. Ayam mulai merasa mual. “Aku merasa tidak enak badan,” keluhnya. “Aku harus segera pulang dan istirahat.” 9 Ayam berserdawa, tersedak, dan muntah, lalu bersin- bersin dan batuk. “Kaki Seribu rasanya menjijikkan!” Sementara itu, ibu Kaki Seribu berdiri menyaksikan sambil memberi semangat. “Kerja bagus, anakku!” Soraknya. “Terus gunakan kekuatan ajaib itu! Kamu akan segera keluar.” 10 Ayam terbatuk-batuk hingga Kaki Seribu akhirnya keluar. “Horee!” Sorak Kaki Seribu, “Aku bebas! Aku berhasil keluar!” Ibu Kaki Seribu merasa lega melihat anaknya selamat. “Cepat, kemari,” bisiknya. ibu Kaki Seribu dan anak kesayangannya memanjat dan terus memanjat hingga pucuk pohon yang tinggi untuk bersembunyi. Begitulah awal mula Ayam dan Kaki Seribu tidak pernah akur. 11 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. 偲潦楬⁌敭扡条 Para Pembuat Cerita Cerita The Chicken who Lost Her Temper diberikan level ulang oleh Right To Play. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. berdasarkan cerita asli: Chicken and Millipede, oleh WinnyAsara © African Storybook Initiative, 2014. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Ayam yang Kehilangan Kesabaran Ini merupakan kisah menghibur tentang awal mula Ayam dan Kaki Seribu menjadi bermusuhan.
124_Ayam_Pemarah
2 Level Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Penulis : Rukmini Banerji Ilustrator: Atik Hanifah Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Damaru Penulis : Rukmini Banerji Ilustrator : Atik Hanifah Penerjemah: Durroh Fuadin Kurniati Damaru Penulis : Rukmini Banerji Ilustrator : Atik Hanifah Penerjemah : Durroh Fuadin Kurniati Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. Suatu ketika, ada sebuah desa yang besar. Di desa itu ada banyak lapangan hijau. Di tengah salah satu lapangan hijau, ada sekolah kecil yang bercat putih. 2 Di sekolah kecil yang bercat putih ada taman bermain. Di taman bermain itu ada banyak anak. Mereka sedang duduk bersama dan membentuk lingkaran. 3 “Bagaimana kalau kita bermain?” tanya Didi. “Iya!” jawab anak-anak. Lingkaran pun mengecil. “Bagaimana kalau kita memainkan permainan yang menyenang- kan?” tanya Didi lagi. “Iya! Iya!” seru anak-anak. Lingkaran semakin mengecil. 4 “Bagaimana kalau kita memainkan permainan yang sangat menyenangkan?” tanya Didi. “Iya! Iya! Iya!” jawab anak-anak. Lingkaran menjadi sangat kecil sehingga anak-anak hampir berada di pangkuan Didi. 5 “Aku akan menyebutkan sebuah huruf,” kata Didi. “Kalian menebak kata yang diawali huruf itu. Jadi, jika aku berkata ‘k’ kalian akan menjawab ...?” Anak-anak mulai berpikir. “K adalah ... kakak!” “K adalah ... ketimun!” “K adalah ... karpet!” Kata-kata mereka berlompatan, saling bersahutan. 6 Hanya Mimi yang diam. “Ayo, Mimi,” kata Didi. “Ayo, bermain bersama kami. K adalah ...?” Mimi menatap Didi. Lalu dia menjawab, … “Damaru.” “Bukan, bukan,” seru anak-anak yang lain. “Kamu harus mengatakan kata yang diawali huruf k.” Namun, Mimi berkata, “Damaru.”1 ___________ 1 alat musik khas India 7 Kemudian, mereka beralih ke huruf yang lain. “T,” kata Didi. “T adalah tajin!” “T adalah tinggi!” “T adalah tali!” “T adalah tongkat!” 8 Didi melihat Mimi dan berkata, “T adalah ...?” Mimi menatap Didi. Mimi menatap semua orang. Lalu, dia berkata, “Damaru.” 9 “P adalah pepaya!” “P adalah papa!” “P adalah putih.” Semua orang menatap Mimi dan berkata, “Mimi, p adalah ...?” Mimi menatap semua orang dan semua orang menahan napasnya. Mimi kemudian berkata, “Damaru.” 10 Sekarang permainan menjadi semakin menarik. Semua anak sudah tahu permainan Didi. Semua anak juga sudah paham permainan Mimi. “Baiklah,” kata Didi. “D adalah ...?” Semua anak memandang Mimi dan berteriak, “D adalah Damaruuu!” Mimi tersenyum lebar seraya berkata, “D adalah dua rebana!” 11 Buku ini dipersembahkan untuk “Mimi” asli, semua teman-temannya, dan untuk semua anak yang suka bermain tebak kata. Cerita ini berdasarkan kejadian nyata di sebuah sekolah dasar negeri di Distrik Sitapur di Uttar Pradesh. Pengarang memainkan permainan ini bersama anak-anak Kelas 1 dan 2 dan semua orang bersenang-senang hari itu sehingga kemudian menjadi kisah ini. KISAH DI BALIK CERITA INI 12 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. 偲潦楬⁌敭扡条 Para Pembuat Cerita Kredit lainnya: Cerita: Dumroo ditulis oleh Rukmini Banerji. © Pratham Books, 2021. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0 Buku ini telah diterbitkan di StoryWeaver oleh Pratham Books. MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Damaru Suatu ketika ada sebuah desa besar. Di desa itu ada sebuah sekolah tempat anak-anak bermain. Semua anak bergabung kecuali Mimi. Bagaimana cara Didi mengajaknya ikut bersenang-senang?
125_Damaru
Penulis: Kathy Lo Ilustrator: Atik Hanifah Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Level 2 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Hidup saat Virus Merebak Penulis : Kathy Lo Ilustrator : Atik Hanifah Penerjemah: Dwita Rizki Nientyas Hidup saat Virus Merebak Penulis : Kathy Lo Ilustrator : Atik Hanifah Penerjemah : Dwita Rizki Nientyas Penelaah : 1. Lovelyta Panggabean 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan- bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. Belakangan ini ada yang aneh. Orang tua Lilian tidak pergi bekerja. Walau tidak bekerja, mereka tidak bermain dengan Lilian. Lilian jadi agak sedih. Apa salah Lilian? 2 Suatu malam saat waktu tidur menjelang, Ibu berbicara kepada Lilian. “Banyak orang yang tidak bisa keluar karena sakit. Mereka terinfeksi virus jenis baru.” 3 Satu pekan kemudian, Lilian dilarang bersekolah. Lilian kesal karena bosan hanya di rumah selama libur musim semi. Walau tidak bisa bertemu dengan teman- teman sekelas, pekerjaan rumah dan ujian daring tetap harus dilakukan. 4 Virus itu tidak terlihat karena ukurannya yang sangat kecil, tetapi sebenarnya ada di dalam barang- barang milik Lilian. Lilian belajar banyak tentang virus itu melalui televisi. Dia merasa agak takut karena virus itu bisa masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung, dan mata. 5 “Apa yang harus kulakukan kalau sampai virus itu masuk ke tubuh orang tuaku? Bisakah aku bertemu teman- temanku lagi?” “Virus itu mudah menyerang orang-orang yang kurang tidur dan tidak berolahraga.” Ibu jadi ingin melakukan sesuatu saat melihat kesedihan Lilian. Lilian ingin menggambar karena bosan ia hanya bisa berdiam diri di rumah setiap hari. 6 Virus itu berasal dari tubuh kelelawar. Kelelawar bisa melindungi diri dari virus itu. Para kelelawar itu selalu hidup di gua yang jauh dari manusia. Namun, ada orang-orang yang memasak kelelawar menjadi makanan hingga akhirnya memicu kejadian buruk. 7 Seandainya manusia tidak memakan hewan-hewan yang tinggal di hutan, hewan-hewan itu pasti bisa menjadi sahabat baik manusia. 8 Para dokter di televisi meminta Lilian untuk memberitahu orang tua apabila Lilian merasa tidak enak badan. Para orang tua tahu apa yang harus dilakukan. Para dokter juga akan datang untuk membantu. Oleh karena itu, jangan takut. 9 Minggu berikutnya, Lilian bangun pukul sembilan pagi untuk berolahraga. Dia membantu membersihkan rumah. Dulu Lilian tidak bisa bahasa Inggris, tetapi sekarang Ibu mengajarinya. 10 Lilian baik-baik saja di masa penuh kesulitan ini. Dia mencuci tangan beberapa kali dalam sehari agar tubuhnya tetap sehat. Lilian berharap virus ini cepat menghilang agar bisa berwisata ke Korea Selatan di liburan musim panas kali ini! 11 Tentang Penulis Namaku Kathy. Aku warga negara Taiwan yang sedang belajar di Amerika Serikat. Sekarang aku sedang menghabiskan liburan semester di Taiwan. Aku sangat suka menari dan mendengarkan musik. Jika ada waktu luang, aku suka mengobrol dengan teman-teman atau belajar di kedai kopi. Aku menulis buku ini untuk mengajarkan apa yang harus dilakukan ketika menghadapi virus kepada anak-anak. Selain itu, ini juga merupakan catatan keseharianku yang diceritakan dari sudut pandang anak-anak. 12 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Para Pembuat Cerita Cerita: 바이러스 동안 살아 있음 ditulis oleh Kathy Lo, © Kathy Lo, 2020. Beberapa Hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Hidup saat Virus Merebak Buku ini ditulis untuk mengajarkan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi virus kepada anak-anak. Selain itu, ini juga merupakan catatan keseharian penulis yang diceritakan dari sudut pandang anak-anak.
126_Hidup_saat_Virus_Merebak
2 Level Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Kisah tentang Hanoi Penulis: Hieu Tran Ilustrator: Ega Mildan R Penerjemah: Dwita Rizki Nientyas Kisah tentang Hanoi Penulis : Hieu Tran Ilustrator : Ega Mildan R Penerjemah : Dwita Rizki Nientyas Penelaah : 1. Lovelyta Panggabean 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. 2 Halo! Aku gadis berusia 15 tahun dari Hanoi, Vietnam. Orang Vietnam suka menggunakan nama hewan lucu sebagai julukan sehingga mereka memanggilku “Yang” yang berarti ‘domba’. Kisah ini menceritakan tentang kehidupan sederhana dan bahagia seorang gadis Hanoi. Keluargaku terdiri atas orang tua, aku, serta kakak dan adik perempuan. Kami tinggal di rumah susun biru yang berlantai empat di sebuah gang sempit di Hanoi. 3 Jalan di Hanoi dipadati oleh gang-gang kecil. Tentunya hal itu membuat pendatang kesulitan menemukan alamat jika belum lama tinggal di sana. Sebab, gang-gang tersebut tidak bisa dicari menggunakan internet. Rumahku terletak di salah satu gang seperti itu. 4 Selain itu, daerah rumahku dekat dengan tiga universitas besar sehingga harga barang di sini cukup terjangkau dan terkenal di kalangan mahasiswa. Walau padat dan ramai, aku senang tinggal di sini karena suasana yang mengasyikkan dan penuh semangat. 5 Sepak bola adalah olahraga yang paling disukai di Vietnam. Seisi gang pasti akan dipenuhi oleh sorai yang berisi dukungan setiap ada pertandingan sepak bola. 6 Ayah berulang tahun di tanggal 30 April. Ayah sangat bangga dengan tanggal ulang tahunnya karena bertepatan dengan hari kemerdekaan Vietnam. Semua rumah di Vietnam wajib mengibarkan bendera kebangsaan untuk merayakan hari kemerdekaan. Ayah mengatakan, seluruh bendera yang berkibar seakan sedang merayakan hari ulang tahunnya. Oleh karena itu, Ayah tidak menginginkan hadiah dan hanya berharap agar kami juga mengibarkan bendera di hari itu. 7 Makanan kesukaan ibuku adalah bun cha yang hanya bisa ditemukan di Hanoi. Saat masih kecil, aku sering memakan makanan ini di rumah makan bibi kandungku yang terkenal enak walau sempit dan ramai. 8 Bun cha disajikan dengan saus sedikit asam yang khas. Hidangan ini terdiri dari selada putih, kacang tanah, daging babi panggang, dan lumpia goreng khas Vietnam bernam Cha gio memiliki tekstur renyah dengan isi sayur dan daging yang melimpah. Daging babi panggangnya juga terasa manis dan sangat nikmat, terlebih berkat adanya aroma arang. Cobalah bun cha saat berkunjung ke Hanoi. 9 Di usia 15 tahun, aku mendapat nilai bagus dalam ujian masuk SMA dan berhasil masuk sekolah favorit. Aku ingin menjadi seperti nama sekolahku yang berbunyi “Naga yang Terbang Tinggi”. Oleh karena itu, aku sangat senang bisa masuk SMA itu. 10 Siswi di sekolahku diwajibkan mengenakan ao dai setiap hari Minggu. ao dai adalah pakaian tradisional perempuan Vietnam yang terlihat elegan dan cantik jika difoto. Para siswi biasanya mengikat ujung belahan di kanan kiri ao dai mereka di pinggang saat bersepeda dari rumah menuju sekolah. Aku masih punya banyak kisah menarik tentang Vietnam. Nantikan kelanjutannya, ya! 11 Tentang Penulis Apa kabar? Namaku Hieu, mahasiswi tahun kedua di Universitas Washington. Aku berasal dari Hanoi, ibu kota Vietnam. Hanoi masih memiliki bangunan- bangunan kuno yang indah dan megah sehingga dijuluki sebagai Kota Budaya. Aku menulis “Kisah Hanoi” karena sangat menyukai dan tertarik dengan budaya dan sejarah kota itu. Walau sering tidak bisa pulang kampung karena sedang belajar di Amerika, aku selalu merindukannya. Kalau ada waktu, cobalah untuk melihat-lihat foto atau film dari Hanoi. Seluruh ilustrasi di buku ini dikumpulkan dan digunakan bukan untuk tujuan komersial. Kredit ada pada tiap-tiap pencipta. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Para Pembuat Cerita Cerita: Kisah tentang 하노이의 이야기 ditulis oleh Hieu Tran, © Hieu Tran, 2020. Beberapa Hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Kisah tentang Hanoi Ini merupakan berbagai kisah pendek tentang Hanoi. Ini adalah proyek buku untuk Kelas Bahas Korea 102 di Universitas Washington.
127_Kisah_tentang_Hanoi
Penulis: Kavitha Mandana Ilustrator: Rizky Bagas 2 Level Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Matematika di Taman Hiburan Penulis: Kavitha Mandana Ilustrator: Rizky Bagas Penerjemah: Indra Gunawan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Matematika di Taman Hiburan Penulis : Kavitha Mandana Ilustrator : Rizky Bagas Penerjemah : Indra Gunawan Penelaah : 1. Naifah 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. Lilo dan teman-teman kelas empatnya sedang di taman hiburan. Semuanya berjumlah 36 orang. Pak Guru pun bertanya, “Siapa yang suka menaiki wahana permainan kereta, acungkan tangan!” Semua pun bersorak menjawab, “Aku, aku, Pak …!” 2 Pak guru pun mulai menghitung jumlah siswa yang mengangkat tangan. Sebelum hitungannya sampai pada 36, ternyata tempat duduk wahana kereta sudah penuh. Tak lama, peluit berbunyi dan kereta pun maju. Akibatnya, mereka harus menunggu giliran berikutnya. 3 Selanjutnya, waktunya menaiki bianglala raksasa. Tiap-tiap gondola yang menggantung di poros bianglala itu memiliki dua tempat duduk. Loli memperhatikan bahwa satu karcis cukup untuk dua orang. 4 Sebelum Pak guru mulai menghitung mereka satu persatu, Loli lebih dahulu menghitung teman-temannya secara berpasang-pasangan (kelipatan dua), “... 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, … 36.” Petugas karcis pun bertanya kepadanya, “Berapa karcis yang kauperlukan?” Loli menjawab, “Delapan belas karcis, Pak.” 5 Tiap kuda di wahana komedi putar muat ditumpangi tiga orang. Kali ini, Beto ingin menunjukkan betapa cerdas dan jeniusnya ia kepada teman-temannya. Ia pun mulai menghitung tiga-tiga. Petugas karcis lalu bertanya, “Berapa kuda yang akan kalian tumpangi?” Beto menjawab, “Dua belas kuda, Pak.” 6 Tibalah penghujung hari dan semua merasa lelah. Pak guru ingin memastikan tiap satu dari 36 muridnya telah kembali dengan selamat ke dalam bus. 7 Kali ini, seorang anak yang bernama Didu ingin menco- ba untuk menghitung. Ia memperhatikan bahwa tiap jok ditempati oleh empat orang. Ia pun mulai menghitung em- pat-empat dengan suara keras. “... 4, 8, 12, 24, 28, 32, ….” tiba-tiba ia berhenti sebelum mencapai angka 36. Didu sontak terkejut lalu berkata, “Pak Guru, dua orang lagi tidak ada!” Pak Wadio, seorang sopir bus, pun menghitung anak-anak yang sedang tertidur itu sekali lagi. Siapakah yang tidak ada? 8 Pak Sopir berteriak dari ujung bus, “Ahaaa! Ini dia, kemari lihatlah! Dia anak yang tidak ada tadi.” Pak sopir menemukan Monto sedang tertidur pulas sambil mendengkur di jok bus paling belakang. 9 Akan tetapi, jumlah anak-anak yang terkumpul barulah 35 orang. Pencarian anak hilang pun dilakukan sekali lagi. Seketika Didu berkata, “Pak Guru, kembalilah ke sini, Pak. Kami sudah menemukannya!” Pak Sopir bertanya, “Siapa anak yang membuat khawatir itu?” Didu menunjuk dirinya “Aku, Pak. Aku lupa menghitung diriku.” 10 Kamu tidak perlu pergi ke taman hiburan hanya untuk belajar berhitung kelipatan dua, tiga, atau empat. Segala sesuatu yang ada di sekitar kita adalah kesempatan untuk belajar berhitung bilangan himpunan. Coba hitung olehmu berapa jumlah kaki teman-temanmu menggunakan kelipatan dua. Berhitung itu Menyenangkan 11 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Para Pembuat Cerita Cerita: Maths au parc d’attraction diterjemahkan oleh Faten Ashour, © untuk terjemahan ini ada pada EAA, 2021. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan cerita asli: Maths at the Mela, oleh Kavitha Mandana © Pratham Books, 2018. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km. 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
128_Matematika_di_taman_hiburan
Pengumpul Data: Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk. KKLP Pengembangan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Seri Antologi Fabel Nusantara Kisah-Kisah Monyet dan Binatang Lainnya Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara pa­ling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana de­ngan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). Penerbit PT Elex Media Komputindo KKLP Pengembangan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Seri Antologi Fabel Nusantara Kisah-Kisah Monyet dan Binatang Lainnya Pengumpul Data: Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk. Kisah-Kisah Monyet dan Binatang Lainnya Seri Antologi Fabel Nusantara Kerja sama PT Elex Media Komputindo dan KKLP Pengembangan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi : Sastri Sunarti Leni Mainora Rosliani Binarti KusumaningtyasDDHIIMMHMYID DHIEMHUUDEMGIIIDIDDGMEDII Pengumpul data: Atisah, desi Nurul Anggraini, helmi Fuad, ibrahim Sembiring, irawan Syahdi, Leni mainora, muawal Panji handoko, Nurelide munthe, Nurhaida, Suyadi, Syahril, Riki Fernando, Tri Amanat, yuli Astuti Asnel, dan Zahriati ilustrasi dan desain Cover : Kautsar Nadhim Novaldi Layout : divia Permatasari hak Cipta Terjemahan indonesia ©2021 Penerbit PT elex media Komputindo hak Cipta dilindungi oleh undang-undang diterbitkan pertama kali oleh: Penerbit PT elex media Komputindo Kelompok gramedia-Jakarta Anggota iKAPi, Jakarta 523006909 iSBN: 978-623-00-3031-4 dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. dicetak oleh Percetakan PT gRAmediA, Jakarta isi di luar tanggung jawab percetakan Fahuwusa Bae Fauma Baewa (Persahabatan Monyet dengan Belut...............................2 Si Baguak dan Si Gadih............................................................10 Cerita Bakhu Tutung (Cerita Sepasang Kera)...............15 Kancil dengan Harimau...........................................................21 2 1 Diceritakan kembali oleh Faozisokhi Laia. Z aman dulu Monyet dan Belut sangat akrab. Apa­pun pekerjaan, mereka kerjakan ber­ sama-sama. Mereka selalu berbagi satu sama lain. Ada satu meja batu indah, tempat pertemuan mereka. Selain itu, meja batu itu juga mereka gunakan sebagai tempat bersantai, menghangatkan badan mereka berdua. Bahkan mereka jadikan sebagai tempat pertemuan untuk berbagi makanan satu sama lain. Contohnya, kalau Belut menemukan udang tidak pernah dimakan 3 4 sendiri selalu dibagikan untuk Monyet begitu juga sebaliknya kalau Monyet menemukan pisang juga selalu dibagikan untuk Belut. Suatu saat Belut mengalami sakit parah. Mo­nyet selalu setia menemani Belut. Dia berusaha men­ cari obat tetapi usahanya tidak berhasil karena penyakit Belut tidak sembuh-sembuh. Monyet terus bertanya-tanya dalam hatinya obat apa yang bisa menyembuhkan Belut ini sehingga dia mem­ beranikan diri menanyakan kepada Belut “Obat apa yang cocok menyembuhkan penyakitmu itu?” Belut menjawab, “Obat yang bisa menyem­buh­ kan penyakit saya ini adalah jantung buaya yang hidup di sungai.” 5 Mendengarkan itu Monyet sudah ketakutan hanya saja Monyet tidak memperlihatkannya di depan Belut. Tetapi di dalam hatinya, “Bagai­ mana bisa saya ambil jantung buaya, mendekat di sampingnya saya sudah dia makan,” sambil dia memanjat naik di atas pohon kelapa. Dari atas pohon kelapa dia lihat Buaya sungai sedang mencari makan. Monyet terus memutar otak supaya bisa meng­­ ambil jantung buaya untuk obat Belut. Ketika Monyet melihat buah kelapa muncul ide dalam pikir­annya, “Saya masuk di dalam buah kelapa ini.” Monyet mengikuti kata hatinya. Diambilnya pisau. Dia lobangi buah kelapa, lalu masuk ke dalamnya. Setelah dia masuk, dia goyangkan buah kelapa hingga lepas dan jatuh di tempat buaya yang sedang mencari makan. Lalu buaya lapar itu langsung menerkamnya. Monyet di dalam buah kelapa masuk ke perut buaya. Monyet pun keluar dari dalam batok kelapa, kemudian dia ambil jantung buaya dan buaya pun mati. Monyet memotong perut buaya dengan pisaunya sebagai jalan keluar dari dalam perut buaya. Setelah itu, dia langsung pergi membawa jantung buaya untuk obat Belut. 6 Di atas batu meja pertemuan mereka, Monyet memanggil Belut. “Hei, Belut ini obatmu,” kata Monyet. Belut bangun dari tempat tidurnya dan meng­ ambil jantung buaya dari tangan Monyet. Dia makan dan penyakitnya langsung sembuh. Persahabatan mereka berlanjut dan makanan mereka tetap dibagi satu sama lain. Tetapi, suatu hari Monyet jatuh sakit, Belut pun tetap setia menemani dan mengurus Monyet. Belut berusaha mencari obat supaya monyet cepat sembuh. Tetapi usaha Belut semua sia-sia karena Monyet tidak 7 sembuh-sembuh. Belut mulai menyerah karena usahanya mencari obat tidak membuahkan hasil maka Belut menanyakan kepada Monyet, “Apa obat yang bisa menyembuhkan penyakitmu ini?” Lalu Monyet menjawab, “Obat yang bisa me­ nyembuhkan penyakitku ini hanya telur ayam yang disimpan di dalam keranjang.” Mendengarkan itu Belut penuh keraguan bagai­ mana bisa mengambil telur yang ada di dalam keranjang karena tempatnya di air sementara telur ayam di keranjang ada di rumah orang. Ketika Belut sedang memikirkan cara mengambil telur itu dia lihat orang yang mengambil air di sumur pancuran dengan perian2. Belut tidak habis akal dengan cepat dia ikut di aliran air pancuran dan masuk di air yang ditampung di dalam perian. Akhirnya Belut ikut diangkut dengan air yang dibawa di rumah. Perian diletakkan di kamar dapur. Lalu Belut di dalam perian naik ke atas mulut perian. Ketika keadaan sekitar sudah hening, dia keluar dari perian dan mengambil telur di dalam keranjang. Lalu setelah berhasil dia kembali lagi ke dalam perian yang kosong agar bisa ikut dibawa orang ke sumur saat mengambil air di sumur pancuran. 2 Perian: tabung bambu tempat air. 8 Tidak lama setelah itu ada orang yang meng­ ambil air di sumur pancuran dan membawa pe­­ rian kosong yang di dalamnya ada Belut. Setelah sampai di sumur orang itu menampung air di pancuran. Lalu Belut keluar lari membawa telur ayam untuk obat Monyet. Di atas batu meja pertemuan Belut memanggil Monyet katanya, “Monyet kamu di mana?” “Ini saya,” jawab Monyet dari atas pohon. Monyet turun pelan-pelan menemui Belut di atas batu. Lalu Belut memberikan telur itu kepada Monyet. Lalu telur itu dimakan Monyet dan penyakit Monyet dalam sekejap saja sembuh. “Terima kasih Belut sudah membantu saya kalau tidak ada kamu saya mati, “ kata Monyet. Dari atas pohon, Musang melihat persahabatan Belut dan Monyet. Musang iri. Dia mencari cara supaya Monyet dan Belut bermusuhan. Dia per­ hatikan kapan Monyet dan Belut pergi mencari makanan mereka. Setelah dia lihat Monyet dan Belut pergi turun, Musang dari atas pohon naik ke atas batu pertemuan Monyet dan Belut. Kemudian dia menggosok-gosokkan pantatnya di atas batu itu. Setelah selesai Musang naik di atas pohon sambil memperhatikan bagaimana selanjutnya pertemuan Monyet dan Belut setelah menggosokkan pantatnya di atas batu itu. 9 Tidak lama setelah itu datang Monyet membawa satu sisir pisang untuk Belut. Monyet naik ke atas batu dan memanggil Belut. “Belut kamu di mana? Ini pisangmu, ” kata Monyet. Dari dalam air keluar Belut juga membawa udang buat Monyet. Monyet naik ke atas batu pertemuan mereka. Di saat Belut naik di atas batu itu, ia mencium bau busuk. Lalu dia ber­ tanya,  “Monyet apa yang bau itu kamu? ” “Saya tidak tahu, bau itu tercium setelah kamu datang,’’ jawab Monyet. Belut tersinggung. Katanya, “Bau itu tercium setelah saya naik di atas batu ini. Jangan-jangan kamu yang bau. Bukan saya yang bau.’’ Mereka bertengkar. Akhirnya mereka berpisah dan persahabatan mereka berakhir hanya gara- gara bau busuk gosokan pantat musang di atas batu pertemuan Monyet dan Belut. 10 3 Diceritakan kembali oleh Salman. D ahulu kala, di daerah Kampar hiduplah se­ ekor kera besar yang kuat dan pandai ber­ kelahi. Karena memiliki gondok, ia disapa penduduk setempat dengan nama si Baguak. Si Baguak adalah kera yang suka sekali mengintip perempuan mandi di sungai. Karena tingkah si Baguak yang sangat terkenal dengan kegenitannya maka orang-orang tua di kampung pun melarang anak-anak gadisnya mandi di sungai pada tengah hari. Si Baguak sering berada di sekitaran sungai pada waktu-waktu itu. Suatu hari, seorang gadis (gadih) yang tidak patuh terhadap larangan orang tuanya, ternyata tetap pergi ke sungai pada tengah hari. Ia ingin mandi di sana. Ia pikir bahwa ia tidak akan 11 bertemu dengan si Baguak siang itu. Namun, ia salah. Sesampainya di sungai, ia melihat si Baguak sedang berada di seberang. Si Gadih tiba-tiba ketakutan dan hendak berbalik pulang, tapi si Baguak memanggilnya. “Oi, Dih, apakah kau mau mandi di sungai ini? Mandilah, aku tidak akan mengganggu,” kata si Baguak. Si Gadih hanya diam. Ia ingin pergi, tapi ia butuh alasan. “Jika kau malu, aku akan pergi. Jadi, mandilah. Jangan khawatir,” kata si Baguak lagi. Ia pun pergi. Tapi, ia tidak benar-benar jauh dari sungai. Ia hanya beranjak ke tempat yang tersembunyi dan mengintip si Gadih dari balik belukar. Karena mendapat kesempatan, si Gadih per­ lahan-lahan mulai pergi dari sungai. Ia meman­ dang ke seberang untuk memastikan si Baguak tidak mengetahui kepergiannya. Setelah bebe­rapa meter, ia pun berlari menuju rumah. Di belakang­ nya, si Baguak diam-diam berusaha mengikutinya. Singkat cerita, si Baguak jatuh cinta pada si Gadih. Ia pun pergi melamar gadis itu. Tentu orang tua si Gadih tidak menginginkan si Baguak jadi menantunya. Sekalipun si Baguak adalah kera yang kuat dan pandai berkelahi. Semua orang takut dengannya. Maka, dicarilah siasat untuk 12 menggagalkan lamaran itu. “Oh, Tuan si Baguak, kenapa matamu sayu?” tanya orang tua si Gadih. “Ini karena menatap kitab siang dan malam,” jawabnya. “Oh, Tuan si Baguak, kenapa punggungmu bungkuk?” “Ini karena bekerja siang dan malam. Menjahit dan menyulam,” jawabnya. Setiap kali si Baguak ditanya oleh orang tua si Gadih, ia selalu bisa memberi jawaban dengan bijaksana. Karena tidak menemukan celah kele­ mahan si Baguak, orang tua si Ga­­dih meminta si Baguak untuk mem­ buk­ti­kan kepan­dai­­ an­nya membaca ki­­ tab, menjahit, dan lainnya. Dengan mu­ dah si Baguak ber­­ hasil melaku­kan­nya. Akhir­nya, lamaran si Baguak terpaksa diterima oleh orang tua si Gadih. Ia pun di­­suruh datang se­­ ming­gu lagi untuk membicarakan per­­ siapan per­nikahan. 13 Maka, si Baguak pun pulang dengan hati ber­ bunga-bunga. Dalam waktu seminggu itu, keluarga si Gadih berusaha mencari cara untuk menggagalkan ke­ inginan si Baguak menikahi si Gadih. Berbagai macam siasat pun dipikirkan. Suatu hari si Gadih berkata pada ibunya, “Mak, begini saja. Malam sebelum Tuan si Baguak datang, potonglah kambing. Nanti bungkus kambing itu dengan kafan. Bilang pada Tuan si Baguak bahwa saya sudah mati.” Si Gadih memang perempuan yang cerdas. Maka, rencana itu pun diterima. Seekor kambing dipersiapkan, lalu dipotong pada malam sebelum hari kedatangan si Baguak. Semua penduduk kam­­pung pun diajak bekerja sama untuk ber­pura- pura mengetahui kabar kematian si Gadih. Begitu­ lah, ketika si Baguak datang ke rumah si Gadih pada hari yang telah direncanakan, ia malah me­ nemukan kumpulan orang berwajah duka. Ibu si Gadih menangis terisak-isak di samping jenazah yang telah dibungkus kafan. “Oh, Tuan si Baguak,” seru Ibu si Gadih, “Telah tiada si Gadih yang Tuan cinta. Begitu tak terduga takdir Tuhan. Lihatlah, telah berbungkus kafan ia sekarang.” 14 Si Baguak yang membayangkan kebahagiaan dalam kedatangannya, tiba-tiba jadi terguncang. Ia menghampiri jenazah yang terbujur di lantai dengan kaku. Seketika, air matanya pun berlinang. “Oh, Dih, cepat sekali kau pergi. Belum lagi sempat kita menikah, kau sudah tinggalkan saya seperti ini. Sedih sekali hati saya, Dih. Tidak berjodoh kita rupanya.” Lama sekali si Baguak menangis di hadapan jenazah berbungkus kafan di hadapannya. Ketika si Baguak hanyut dalam duka lara, ia pun jatuh pingsan. Penduduk yang tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu segera menangkapnya. Tubuh si Baguak diikat berlilit-lilit. Setelah itu, si Baguak dibawa ke hutan yang sangat jauh dari kampung. Di sanalah ia kemudian ditinggalkan. 15 4 Diceritakan kembali oleh Erwin Wibowo M enurut cerita masyarakat Desa Bakhu, sekitar beratus-ratus tahun yang lalu terdapat sebuah desa yang bernama Desa Bakhu (berate kayu). Warga Bakhu saat itu terkenal dengan masyarakat yang ramah dan sangat menjaga silaturahmi de­ngan sesama warganya. Pada saat itu, masya­rakat Desa Bakhu sangat tergantung pada alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada saat itu warga Desa Bakhu pergi ke hutan untuk mencari makan. Apa saja diambilnya dari hutan, yang pen­ting untuk 16 menyambung hidup. Selain itu, warga Desa Bakhu juga melestarikan kayu (pohon) besar yang ada di hutan Bakhu. Setiap hari secara pergantian warga desa datang dan merawat kayu besar tersebut. Suatu hari, di saat warga sedang merawat kayu besar itu, warga dikejutkan dengan kedatangan dua makhluk aneh. Makhuk itu mirip sekali dengan kera. Betapa terkejutnya warga yang sedang berada di sana. Dengan rasa panik, warga berlarian ke segala penjuru. Pakaian yang dipakai oleh makhluk tersebut, terbuat dari kulit kayu. Setelah kemunculan dua makhluk tersebut, warga Desa Bakhu tidak pernah lagi pergi ke hutan untuk mencari makan dan merawat kayu besar itu (pohon besar). Dengan adanya dua makhluk aneh tersebut, warga sekitar hutan pun mulai kelaparan, dikarenakan tidak ada yang berani pergi ke hutan untuk mencari makan. Suatu ketika, karena kelaparan sudah men­capai puncaknya, beberapa orang pun memberani­ kan pergi ke hutan untuk mencari makan. Salah satunya pemuda bernama Hamid. Karena desakan ekonomi, Hamid memberanikan pergi ke hutan untuk mencari makan. Secara tidak sengaja, saat di hutan, Hamid melihat dua makhluk tersebut dari kejauhan. Alangkah terkejutnya Hamid dengan apa yang dilihatnya. Ia melihat dua makhluk ter­ 17 sebut sedang mengumpulkan kayu-kayu besar dan disusun rapi. Hampir setiap hari Hamid pergi ke hutan untuk mencari makanan dan kayu bakar, dan hampir setiap kali pula Hamid mengintip aktivitas yang dikerjakan dua makhluk tersebut. Ternyata dua makhluk tersebut berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, sepasang suami istri. Tidak sengaja Hamid mendengar percakapan mereka, sang suami menyuruh istrinya untuk terlebih dulu men­cari makan ke Gunung Pesagi, dan akan di­ susul olehnya jika pekerjaan menumpuk kayu sudah selesai. Permintaan itu dituruti oleh sang istri. Setelah selesai menyusun kayu, sang suami itu pun menyusul istrinya untuk mencari makan di Gunung Pesagi. Alangkah terkejutnya Hamid melihat keanehan yang terjadi. Makhluk aneh itu terbang secepat kilat. Dengan hati yang penasar­ an, Hamid menunggu kedua makhluk tersebut datang kembali. Setelah menunggu lama, kedua makhluk itu kembali ke hutan dan membawa banyak makanan yang mereka cari di Gunung Pesagi. Ada yang membuat Hamid terheran-heran kepada kedua makhluk tersebut. Kedua makhluk tersebut tidak mempunyai rumah dan tidur ber­ 18 19 alaskan tanah. Rumah mereka hanya tumpukan kayu-kayu besar yang dibuat berputar, tanpa atap di atasnya. Hampir setiap hari jika Hamid pergi ke hutan, dia menyempatkan untuk melihat aktivitas ke­ dua makhluk tersebut dari kejauhan. Lagi-lagi Hamid terheran-heran dengan tingkah laku kedua makhluk tersebut. Hamid terheran-heran karena makanan yang mereka cari dari Gunung Pesagi hanya ditumpuknya di lubang besar, dan tidak dimakan oleh mereka. Keesokan harinya, betapa terkejutnya Hamid kerena melihat telah berdiri sebuah rumah pohon yang besar. Hamid pun berujar, “Alangkah sakti­ nya kedua makhluk tersebut membuat rumah yang besar hanya dengan waktu satu hari.” Pada suatu hari sang Suami marah besar de­ ngan Istrinya. Mereka bertengkar dengan sangat hebatnya sehingga sang Istri tidak mau lagi ting­­ gal bersama suaminya. Dengan sekejap sang suami membuatkan satu lagi rumah di atas pohon yang sangat besar. Sejak pertengkaran ter­sebut hutan tempat mereka tinggal, tidak lagi tidak lagi rapih. Suatu malam dengan rasa penasaran Hamid pergi ke hutan untuk melihat aktivitas mereka. Hamid melihat sang Istri belum tidur, sedangkan 20 sang suami sudah tertidur lelap. Sang Istri pun sedang sibuk menumpuk kayu di bawah rumah kayu sang Suami, dan kemudian sang istri mem­­ bakar tumpukan kayu tersebut hingga membakar rumah kayu yang ditempati oleh sang Suami, hingga suami itu pun ikut terbakar. Tidak lama kemudian sang suami yang badan­­ nya sudah terbakar, bangkit dan berjalan menuju sang Istri. Kemudian dengan marah, menarik sang Istri ke dalam api yang berkobar sehingga mereka berdua ikut terbakar. Melihat kejadian itu, Hamid pun langsung lari menuju desa dan me­­ manggil warga desa. Keesokan harinya Hamid dan beberapa warga desa Bakhu datang ke tempat kedua mahkluk tersebut dan melihat apa yang terjadi di sana. Alangkah terkejutnya mereka me­­ lihat dua makhluk aneh tersebut sudah menjadi kayu besar yang berwarna hitam. Sejak itulah warga Bakhu menyebut peristiwa tersebut dengan nama Bakhu Tutung. 21 H arimau terkenal sebagai binatang yang gagah perkasa. Ditakuti oleh semua jenis binatang lain-lainnya. Kalau harimau berhasil menjadi raja, sebenarnya bukan karena dipilih tapi karena dia sendiri mengangkat dirinya. Sifat-sifat sosial tak ditemui sama sekali dalam diri raja hutan ini. Semua jenis binatang penghuni rimba raya takluk kepadanya, kecuali jenis kancil. Entah dewa mana yang berbuat sehingga kancil itu tak takut kepada harimau. Entah dewa mana pula yang berbuat sehingga kancil sangat cerdik. Inilah kisahnya, Suatu hari Kancil terlibat dalam perbincangan dengan beberapa ekor binatang. Binatang-bina­ 5 Thabran Kahar, Baharuddin Kasib, dan Nazir Anwar, Cerita Rakyat Daerah Jambi, Proyek Peneliti­an Dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Depdikbud,1981 22 tang lain itu asyik memperkatakan kegagahan Harimau. Kancil sangat kecewa kepada teman- temannya yang terlalu berlebih-lebihan men­ dewa-dewakan Harimau sebagai seekor binatang yang gagah perkasa. “Hei Badak! Badanmu besar, tetapi kenapa engkau takut kepada Harimau?” kata Kancil kepada Badak. “Aku walaupun kecil tak takut kepadanya.” “Aku, Ncil, benar-benar tak sanggup melawan Harimau itu. Ia sangat ganas,” jawab Badak. “Sekarang,” kata Kancil pula. “Beritahukan kepada harimau aku menantangnya mana yang lebih besar tangkapan dia atau aku.” Suatu hari Kancil pergi berjalan-jalan. Ber­ temu­lah dengan sarang tabuan yang amat besar, bentuknya seperti beduk. Kancil pun duduk di bawah­nya sambil beristirahat. Dalam pikiran kancil, sarang tabuhan itu dapat dipergunakan­ nya nanti untuk memperdayakan Harimau yang telah ditantangnya dulu. Benar saja, tak lama kemudian Harimau sudah muncul di tempat Kancil beristirahat. “Ha, ini hari baru bertemu denganmu Kancil,” kata Harimau tiba-tiba. “Kau kumakan beserta tahi-tahimu.” 23 “Tunggu! Berunding kita dahulu, “ jawab Kancil. “Aku ini apalah, takkan mengenyangkan perutmu. Coba, kalau engkau benar-benar lapar, tangkaplah Gajah.” Harimau termenung mendengar jawaban Kancil itu. Banyak sedikitnya apa yang dikatakan Kancil ada juga benarnya. “Jadi engkau sekarang ini sedang apa?” tanya Harimau kepada kancil. “Aku sedang menunggui gong nenek.” “Bolehkah aku nompang memukul gong nenekmu itu? Sekali saja pun jadilah!” pinta Harimau kepada Kancil. Mula-mula Kancil berpura-pura menolak per­ min­ta­an Harimau itu, padahal dalam hatinya sudah bersorak kegirangan. “Apa boleh buat, hendak kutegah tak tertegah, kehendakmu jua yang berlaku. Tapi tunggulah aku katakan kepada nenekku dulu!” Setelah jauh berjalan berserulah Kancil mem­ persilahkan Harimau. Harimau dengan sukacita­ nya memukul “gong” itu sekuat-kuat tenaganya. Tentu saja binatang tabuan itu terkejut dengan sangat marah. Dengan sangat ganas mereka menyengati seluruh bagian badan Harimau sehingga bengka-bengkak. Raungnya memenuhi seantero hutan belantara itu. Tak lupa Harimau 24 mengutuk Kancil yang telah memperdayakannya, dan dalam hati berjanji kalau bertemu dengan Kancil akan membunuhnya. Sedang asyik berjalan Kancil bertemu pula dengan ular besar sedang berjemur diri dipanas matahari di atas sebuah dahan kayu. Kancil duduk pula di bawahnya. Nanti belitlah pinggang Harimau, ya” kata Kancil kepada sang Ular. Harimau akhirnya berhasil juga menjumpai Kancil di sana. Nampaknya ia sangat galak dan dendam sangat kepada kancil. “Ha, rupanya engkau di sini. Engkau kumakan dengan tahi-tahimu!” kata Harimau sangat marah. “Kan sudah kukatakan,” jawab Kancil. “Bila hendak makan tangkaplah Gajah. Aku jangan kau ganggu. Aku sedang menunggu ikat pinggang ini kalau dililitkan ke pinggang khasiatnya dapat menyembuhkan sekalian rasa sakit.” “Kalau begitgu pinjamkan aku,” pinta Harimau yang bodoh itu. Kancil sangat gembira dan dalam hatinya timbul cemooh dan ingin agar Harimau kali itu akan mati. “Oi,” sorak Kancil sayup-sayup, “Lilitkanlah! Harimau mendengar suara Kancil itu cepat- cepat melilitkan ikat pinggang itu. Tapi sungguh 25 hebat khasiatnya, Harimau terkencing-kencing dan terberak-berak dibuatnya. Harimau sekarang sadar, bahwa kalau berhadapan dengan Kancil tak ada gunanya ngomong lagi. Begitu bertemu diterkam dan tamatkan sekali nyawanya. Lama-kelamaan berjalan dan tanpa disadari­­nya, Kancil terjatuh ke dalam sebuah lobang, perang­ kap nenek gergasi untuk menjebak binatang- binatang yang lewat di sana. Dicobanya memanjat dinding lobang itu tapi setiap dicoba melorot pula ke dasar lobang tersebut. Tapi Kancil tak berputus asa, malah ia tersenyum. Baginya persoalan itu gampang saja. Ia tahu benar binatang-binatang lain banyak berkeliaran di sekitar tempatnya itu. Kebetulan waktu itu guntur, perih, dan kilat, silih berganti. Dunia seperti akan kiamat layaknya. Buruk benar cuaca waktu itu. Dahan-dahan kayu meliuk-liuk dihantam badai, daun-daun berguguran. “Langit hendak runtuh! Langit hendak runtuh!” teriak Kancil dari dalam lobang. “Siapa ingin selamat dan mengharapkan supaya langit jangan runtuh, terjunlah ke bawah. Di sini kita dapat mengaji dan berdoa kepada dewa.” Guntur, petir, dan kilat belum juga reda. Binatang berlarian ke sana kemari. Kancil dalam lobang makin keras suara nyanyiannya. 26 “Lang ling kecipung ilang-ilang. Ada orang maling terjebur lalu himng,” demikian bunyi kajian Kancil. Kemudian dilanjutkan pula, “Tempurung bermata tiga orang terkurung hamba tiada”. Pada saat itu menjongak kepala Rusa. Dan ini­ lah binatang pertama yang berhasil diperdayakan kancil. Kancil setelah rusa masuk lobang melom­ pat ke atas punggungnya. Sekarang Kancil tak perlu cemas. Berturut-turut datang pula Babi, Menjangan, Gajah, dan banyak lagi binatang lain. Kemudian tanpa membuang waktu Kancil melompat dan selamatlah ia. Kancil setelah lama mengembara, bertemulah dengan Harimau yang dulu diperdayakannya. Tapi kali ini ia masih dapat melunakkan hati Harimau. Bahkan Harimau ditantangnya berlomba besaran tangkap. Kedua belah pihak setuju mengadakan perlombaan itu. Ditetapkanlah jangka waktu seminggu untuk kedua belah pihak menangkap mangsanya. Harimau baru saja tiga hari berburu telah berhasil menangkap Badak. Tangkapannya itu diberitahukannya kepada Kancil. “Amboi, besar benar tangkapmu!” kata Kancil kepada Harimau. “Tapi aku belum juga berhasil me­nemukan seekor binatang pun. Tunggulah beberapa hari lagi. Kan waktu seminggu belum habis.” 27 Akhirnya Kancil berjumpa dengan seekor Gajah. Kemana saja Gajah itu selalu diikutinya. Menjelang malam, dua ekor binatang itu, sampai di suatu tebing yang datar di atasnya. Atas bujukan Kancil, akhirnya mereka bermalam di sana. “Paman Gajah, lihatlah tinggi dan curamnya tebing ini, “kata Kancil kepada Gajah. “Tapi tempat di sini datar dan bagus. Baik kita tidur di sini. Aku biar berbaring di sebelah pinggirnya.” Malam itu, bermalamlah kedua binatang itu. Kancil seperti katanya tidur di bagian pinggir. Tengah malam Kancil segera mengatur siasatnya, ia berpindah ke bagian tengah. “Paman, angsur sedikit! Nanti aku terguling,” katanya kepada Gajah. Gajah yang sangat lelap tidurnya, mungkin karena siang tadi sudah sangat capai, tak me­ nyadari Kancil sudah berpindah tempat. Ia beringsut sedikit demi sedikit, sementara Kancil terus mendesaknya. Bergeser... sedikit, bergeser... terjatuhlah ia ke bawah, dan matilah Gajah itu. Pagi harinya Kancil dengan gembira menuruni tebing itu, dan sesampai di bawah digigitnya telinga Gajah itu, akan bukti nanti bila berhadapan dengan Harimau. Selesai itu ia segera mencari 28 Harimau yang tak lama kemudian bersua juga akhirnya. “Apa kabar, Tuanku?” kata Kancil bersopan- sopan setelah bertemu dengan Harimau. “Ai, aku memang sedang menunggu kedatang­ anmu,” jawab Harimau. “Kemana saja engkau selama ini? Ingat, kalau engkau kalah, engkau kubunuh!” “Amboi, galaknya Tuanku. Kalau mencari mangsa yang besar badannya, tak apa agak lama sedikit, Tuanku,” jawab Kancil pula sambil tersenyum. Kancil pun lalu mengajak Harimau melihat tang­kapannya. Sesampai di sana diperlihatkan­ nya bekas gigitannya pada telinga Gajah. Harimau diam-diam merasa kagum, dan terbayang dalam pikirannya alangkah berbisanya gigi Kancil itu. Mulai saat itu Harimau telah berjanji dalam hatinya untuk tidak lagi membayang-bayangi Kancil yang bergigi keramat itu.
12_Kisah_Kisah_Monyet_dan_Binatang_Lainnya_1
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Brambang, Ngilangke Racun Bawang Merah, Menghilangkan Racun Penulis Diah Shanti Utaminingtiyas Penelaah Arif Subiyanto Penanggung Jawab Umi Kulsum Tim Penyunting Koordinator: Awaludin Rusiandi Khoiru Ummatin Dalwiningsih Amin Mulyanto Ilustrasi Isi & Sampul Alya Lintang F. Tata Letak FA Indonesia Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117 Telepon (031) 5925972 Cetakan pertama, Oktober 2023 E-ISBN: 978-602-259-884-8 Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR C erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak, khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila. Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur, seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai- nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan kayanya unsur-unsur lokal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi, penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya ini. Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Surabaya, 1 Oktober 2023 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Brambang, Ngilangke Racun Bawang Merah, Menghilangkan Racun Biodata Penulis Biodata Ilustrator iii iv 1 20 20 4 5 Penulis Diah Shanti Utaminingtiyas adalah seorang penulis yang lahir di Nganjuk pada 10 Desember 1989. Dia tergabung dalam komunitas menulis FLP Wilayah Jatim dan Paberland (komunitas penulis cerita anak). Saat ini menjabat sebagai Ketua FLP Cabang Nganjuk 2023. Karya cerpen yang telah terbit “Bunga Anti Marah”, “Sepatu Baru, Sang Penyelamat”, “Stoples Cinta Warna-Warni”, “Aghnia Sahabat Teristimewa”, dan berbagai cerpen lainnya. Pembaca bisa menyapa melalui blog www. kompasiana. com/mamaaghnia dan instagram @mamaaghnia. Ilustrator Alya Lintang F atau lebih dikenal sebagai Tera adalah seorang ilustrator asal Madiun. Ia adalah lulusan DKV ITS dan memulai karir sebagai ilustrator pada awal tahun 2023. Tera memiliki minat yang tinggi terhadap dunia literasi dan visual anak. Temukan berbagai karya Tera di @teradsy di Instagram. BIONARASI
13_BRAMBANG_NGELANGKE_RACUUN
MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Usum Layangan Musim Layang-Layang Penulis Urip Limartono Aris Penerjemah Nur Holipah Penelaah Antariksawan Jusuf Penyunting Khoiru Ummatin Ilustrator Petik Std. Penata Isi dan Sampul Petik Std. Diterbitkan pada tahun 2022 oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, 61252 Telepon/Faksimile (031) 8051752 Cetakan pertama, November 2022 ISBN 978-602-8334-77-8 Katalog Dalam Terbitan (KDT) 899.222 3 MUS MUSIM LAYANG-LAYANG/Urip Limartono Aris M — cet.1 — Sidoarjo: Balai Bahasa Jawa Timur, 2022 iv + 24 hlm; 22 x 28 cm Kata Pengantar Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur SALAH SATU kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur adalah cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Kekayaan itu merupakan sebuah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional sebagai bagian dari warisan budaya dunia. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur tidak hanya dapat diimplementasikan oleh masyarakat Jawa Timur, tetapi dapat pula dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan diterjemahkannya karya sastra Jawa Timur ke bahasa Indonesia, pembacanya dapat menikmati cerita, kemudian mengkaji nilai-nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Hasilnya adalah akan tercipta sebuah pemahaman antarbudaya yang akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Cerita-cerita yang terhimpun dalam terjemahan buku cerita anak untuk pembaca awal ini juga dapat bermanfaat sebagai salah satu sarana atau media pendidikan karakter. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEM, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika. Cerita dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Melalui penerjemahan cerita anak, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Kami berusaha untuk turut berperan aktif dalam program itu dengan. menyediakan bahan bacaan bermutu bagi pembaca melalui penerjemahan cerita anak berbahasa daerah ke bahasa Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal. Kegiatan membaca diharapkan akan tumbuh dan berkembang menjadi keterampilan-keterampilan lanjutan sehingga akhirnya pembaca dapat mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Inovasi seperti itu perlu didukung agar dapat menumbuhkan budaya literasi dengan tetap berfokus pada upaya untuk menumbuhkan generasi yang memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk terjemahan ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis karya sastra berbahasa daerah, penerjemah, penelaah, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya terjemahan ini. Semoga buku ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Sidoarjo, 1 Oktober 2022 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. [ iii ] Daftar Isi Kata Pengantar.................................................................................................................................iii Usum Layangan...............................................................................................................................1 Musim Layang-Layang...................................................................................................................1 Biodata Penulis................................................................................................................................24 Biodata Penerjemah........................................................................................................................24 Biodata Ilustrator.............................................................................................................................24 Usum-usum usum layangan Bolak digelas dienggo bendhetan Aran ganjur dawa-dawaan Sangkrahe carang wit-witan Pung lampung nong awang-awang Pertandha pedhot aran layangan Ya hang ngadhang sepirang-pirang Lare-lare padha rebutan ... Musimnya sedang musim layang-layang Benang gelasan untuk aduan Galah-galah yang beradu panjang Pucuknya dihiasi ranting belukar Melambai dan mengambang di angkasa Tanda terputusnya layang-layang Begitu banyak para penghadang, siap mengejar Anak-anak berebut saling ingin mendapatkan .... 1 “Nip ... isun dadi kepingin weruh sapa hang duwe layangan kop- kopan sore. Isun kudu bisa ngalahaken layangan iku. Sore isun kalah merga kalah gedhe layangane,” jare Ahim. “Nip, aku penasaran siapa kira-kira pemilik layang-layang kop-kopan kemarin? Aku harus bisa mengalahkan layang- layang itu. Kemarin aku kalah karena layang-layang itu terlalu besar,” kata Ahim. 2 “Sira yara bisa nggawe layangan. Jeh Ahim si penerbang yak...” jare Anip. “Kamu kan bisa membuat layang-layang. Sembarangan saja, Ahim si penerbang gitu lhoh...” kata Anip. “Kadhung padha gedhene, hun yakin sira bisa menang,” jare Surip. “Kalau besar layang- layangnya sama, aku yakin kamu pasti menang,” ucap Surip sungguh-sungguh. 3 “Engko jajange hun tugeli setengah meteran. Nip, sira mecah dadi lonjoran cilik-cilik. Engko isun hang nyerut geningena sing kelemesen,” jare Ahim. “Nanti akan kupotong galahnya bambunya menjadi setengah meteran. Nip, kamu bisa membelah bilahnya menjadi lebih kecil ya. Nanti, aku yang meraut supaya tidak terlalu lentur,” perintah Ahim. 4 “Tukuwa kanji ambi kertas nong warunge Mbok Nah,” jare Ahim nong Surip. “Belilah kanji dan kertas layang-layang di warung Mbok Nah,” ujar Ahim pada Surip. 5 “Mbok Nah ... tuku kanjine sithik bain kanggo lem layangan. Kadhung ana ambi kertas layangane telu bain,” jare Surip. “Mbok Nah, beli kanjinya sedikit saja, sebagai lem layang- layang. Kalau ada, sekalian dengan kertas layang-layang, tiga saja,” ujar Surip. 6 “Guk ... guk ... guk...” “Guk ... guk ... guk...” “Alak emas, ana asu yak...” “Aduh, ada anjing...” 7 “Kadhung nyekel hang seken Rip, geningena sing ubah-ubah jajange. Kadhung ubah-ubah, engko sing kenceng gergajiyane,” jare Ahim. “Saat memegang harus kukuh Rip, agar tidak bergerak-gerak rangka bambunya. Kalau bergerak, nanti malah tidak lurus potongannya,” ujar Ahim. 8 “Wadhuh ...” “Waduh...” 9 “Kira-kira kandele sepira Him,” takon Anip. “Kira-kira, seberapa tebal Him?” tanya Anip. “Sak jenthikan kurang cilik sithik. Aja cilik seru, engko dhung diserut tambah lemes,” jare Ahim. “Seukuran kelingking, agak kecil sedikit lagi lah. Ya, jangan terlalu kecil, bisa-bisa saat diraut jadi semakin keluk,” jelas Ahim. 10 “Rip ambi Anip ... kadhung nyerut jajang, pokanghira kudu diuwani gombal. Geningena pokanghira sing kebeler jajang,” jare Ahim. “Rip, Anip, saat menyerut bambunya, pahamu harus diberi alas kain. Supaya tidak terluka,” kata Ahim, mengingatkan. 11 “Dhung abot selisih, layangan sing bisa muluk. Maning aja kelemesen ya aja kekakon. Dhung ragangan hang ngadek, mula kudu rada kaku,” jare Ahim maning. “Kalau berat sebelah, jelas layang-layang tak akan bisa naik. Jangan sampai terlalu keluk, jangan juga terlalu kaku. Kalau rangka yang berdiri, ya memang harus agak kaku,” jelas Ahim, lagi. 12 “Ya gedigi Nip ... sing kathikan dijaluk ngerti dhewek,” jare Surip. “Nah, gitu dong Nip. Bagus, tanpa diperintah,” puji Surip. 13 “Aja akeh-akeh Rip ... tiwas mbuwang engko,” jare Ahim maning. “Jangan terlalu banyak Rip, daripada nanti terbuang sia-sia,” kata Ahim lagi. 14 “Aja kari seru melengkungaken. Bucune jajang-jajang iki aju ditaleni ring bucune jajang sijine. Aju sampek dadi ragangan layangan,” jare Ahim. “Jangan terlalu kuat saat membengkokkan. Tiap sisi serutan bambu ini nanti harus diikat ke sisi bambu yang lain. Jadi deh, rangka layang-layang,” jelas Ahim. 15 “Bolak ring pinggiran ragangan, sakliyane kanggo muket jajang, kanggo ngelem kertas,” jare Ahim. “Benang di tepian rangka, selain untuk mengikat serutan bambunya, juga untuk mengelem kertas,” kata Ahim 16 “Kadhung digi yara apik Him ... ndane polosan bain,” jare Anip ambi mepe layangan. “Kalau begini kan bagus, masa polosan saja? Iya kan Him,” ujar Anip sambil menjemur layang-layangnya yang baru selesai dibuat. 17 “Engko ngulukaken ring lapangan bain. Dhung ring dalanan, engko keneng kabel listrik,” pesene Surip. “Nanti kita terbangkan di lapangan saja. Kalau di jalan, jelas akan mudah tersangkut kabel listrik,” pesan Surip. 18 “Him ... iko layangan kop-kopan sore. Ayo wis ditabluk bain,” jare Anip.` “Him, itu kan layang-layang kop-kopan kemarin. Ayo cepat kita serang!” perintah Anip. “Amening Rip. Arep sun juwut teka ndhuwur bain wis,” jare Ahim. “Hati-hati Rip. Aku akan menyerang dari arah atasnya,” kata Ahim. 19 “Kapok sira ... sing weruh ta hang ngulukaken layangan, Ahim si penerbang,” jare Surip. “Hahahaha, rasakan! Tidak tahu saja, yang menyerang ini kan Ahim si Penerbang,” kata Surip. 20 “Lalare ... sing ulih nakalan ... bolake wis keneng isun yak,” “Hey teman-teman, tidak boleh curang! Benangnya sudah aku dapatkan!” 21 “He ... perkara layangan bain pulet sak kancaan. Iko magih akeh layangan hang bendhetan. Engko yara ana hang pedhot maning,” jare Anip. “Hm, hanya karena layang- layang saja jadi berantem. Toh masih banyak layang- layang lain yang beradu. Nanti pasti akan ada yang terputus lagi,” ucap Anip. 22 ... Pedhote layangan sing dadi paran Taping aja sampek pedhot seduluran ... Putusnya layang-layang tak menjadi soal Asal jangan sampai putus tali persaudaraan. 23 24 URIP LIMARTONO ARIS, lahir di Banyuwangi 5 Maret 1966. Ia alumni Fakultas Sastra Universitas Jember. Sejak 1992 hingga 2015 aktif menjadi wartawan di beberapa media, baik lokal maupun nasional. Sejumlah puisinya pernah dimuat di Mingguan Banyuwangi Post, terangkum dalam Antologi Puisi Cadik (terbitan Kelompok Selasa, Maret 1998), Antologi Puisi Tiga Bahasa Banyuwangi (terbitan Jawa Pos Press, September 2004). Beberapa puisi dan cerpen Usingnya dimuat di belambangan.com. Tahun 2021 cerpen Usingnya yang berjudul “Tobat” berhasil meraih juara pertama kategori umum yang diselenggarakan oleh Sengker Kuwung Blambangan (SKB). Saat ini mengisi waktu dengan membuka toko kelontong kecil di depan rumahnya di Jalan Letjen Sutoyo, Gang Parkit No. 16 RT 02 RW 1 Stendo Tukangkayu, sambil terus aktif menulis karya-karya berbahasa Using. NUR HOLIPAH lahir di Banyuwangi, Desember 1995. Ia alumnus dari Universitas Negeri Malang. Pengalamannya menulis cerpen berbahasa Indonesia dan Using yang termuat di Malang Post, Radar Malang, sastra.riaurealita.com, matatimoer.or.id, Radar Banyuwangi, Tabloid Bisnis Banyuwangi, Majalah Pendidikan Media Jatim, Majalah Basa Using Lontar dan Tabloid Nova serta belambangan.com. Tahun 2016, ia menerima penghargaan Penulis Muda di Kabupaten Banyuwangi. Tahun 2021, ia juga menerjemahkan ‘Markas Ketelon’ dalam Penerjemahan Buku Karya Sastra Berbahasa Daerah oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur. PETIK STUDIO merupakan small creative studio yang bergerak sejak 2018 di Malang, dan kini berbasis di Jakarta Utara. Berfokus pada identitas visual, pemasaran, ilustrasi, dan publikasi, Petik Std. telah menangani +100 proyek yang tersebar di berbagai kota di Indonesia, juga Malaysia dan Singapore. Pekerja kami terdiri dari kolektif penggiat-perancang desain grafis di Jakarta, Makassar, dan Surabaya. Bisa disapa melalui www.behance.net/petikstudio. PROFIL PENULIS PROFIL PENERJEMAH PROFIL ILUSTRATOR
13_Final_Layout_Musim_Layang_Layang_MNTD
Penulis: Adithimanasa TS Ilustrator: Ayu Putri L 3 Level Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Penulis: Adithimanasa TS Ilustrator: Ayu Putri L Penerjemah: Suryo Waskito Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Selamatkan Pohon Kita! Selamatkan Pohon Kita! Penulis : Adithimanasa TS Ilustrator : Ayu Putri L Penerjemah : Suryo Waskito Penelaah : 1. Dhita Hapsarani 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. Siang itu jam pelajaran di sekolah hampir selesai dan murid-murid boleh pulang kalau bel sekolah berbunyi. Namun, Kumuda merasa khawatir. Pohon kesayangannya akan ditebang karena sekolah mau membangun taman bermain baru. 2 3 “Kalau pohon ini ditebang, di mana burung-burung itu akan membangun sarangnya?” pikir Kumuda. “Di mana binatang-binatang liar akan berlindung ketika hujan deras?” pikirnya saat berjalan kaki pulang ke rumah. Tak lama setelah ibunya pulang bekerja, Kumuda menceritakan semua hal yang terjadi di sekolahnya. Ibunya pun ikut prihatin dengan nasib pohon itu. Kumuda tidak bisa berbuat apa-apa dan mulai menangis semakin keras. Ibu Kumuda bertanya, “Kalau cuma menangis, apa pohonnya bisa selamat?” Sambil menangis Kumuda menjawab, “Tidak”. “Kalau begitu, kenapa membuang waktumu dengan menangis? Jangan khawatir, esok hari pasti kamu tahu harus melakukan apa.” 4 5 Keesokan paginya, saat Kumuda bersiap ke sekolah, ibunya memberi semangat, “Berangkatlah.Ceritakan kepada temanmu, gurumu, dan yakinkan mereka,” kata ibunya. Kumuda pun tersenyum mendengarnya. Setelah sarapan pagi, Kumuda berangkat ke sekolah dengan bersemangat. Dia siap menyelamatkan pohon kesayangannya. Dalam perjalanan ke sekolah, Kumuda bertemu teman-teman sekelasnya. Dia menceritakan betapa pentingnya pohon itu, bukan hanya untuk mereka, melainkan juga untuk burung, serangga, dan binatang lainnya. Teman- teman Kumuda setuju dan ikut menjalankan rencananya. 6 Kumuda dan teman-temannya membuat poster. Mereka menulis pengumuman yang mengajak murid-murid lainnya untuk bergabung dalam kampanye untuk menyelamatkan pohon itu. Poster dan pengumuman itu mereka pasang di papan pengumuman sekolah. 7 Mereka juga membicarakan rencana penyelamatan pohon itu dengan guru pelajaran IPS mereka. Untunglah Pak Guru dengan senang hati membantu. Dia mendorong murid-muridnya untuk menyebarluaskan rencana ini dan berjanji akan membantu mereka. Tugas selanjutnya adalah meyakinkan guru IPA yang dikenal galak. Murid-murid merasa enggan berbicara dengannya. Namun, setelah guru ini tersenyum saat mendengarkan permohonan mereka, murid-murid itu pun merasa lega. Dia menyarankan mereka untuk menyampaikan rencana penyelamatan pohon ini kepada kepala sekolah. Para guru tidak bisa berbuat apa-apa tanpa izinnya. 8 Kepala sekolah mendengarkan penjelasan Kumuda dengan sabar. Dia sangat bangga dengan perhatian Kumuda pada perlindungan alam. Kemudian, kepala sekolah meyakinkan Kumuda bahwa dia akan berdiskusi dengan manajemen sekolah dan memberi tahu Kumuda pada tanggal 26 November. 9 Akhirnya, tanggal 26 November, Kepala Sekolah mengumumkan bahwa hari itu adalah Hari Perlindungan Lingkungan. Beliau juga menyampaikan berita baik untuk Kumuda dan teman-temannya. “Pohon itu tidak akan ditebang dan akan dijadikan bagian dari taman bermain yang baru,” kata kepala sekolah. Semua murid bersorak-sorai dan kepala sekolah menepuk pundak Kumuda dengan bangga. 10 Kumuda kemudian mengucapkan terima kasih kepada teman- temannya. Mereka saling mengucapkan selamat. Beberapa temannya ada yang menari dan ada pula yang bernyanyi riang. Kumuda berdiri di bawah pohon kesayangannya. Dia melihat raut muka bahagia teman-teman yang mendukungnya untuk kebaikan. Benar-benar perayaan “Hari Perlindungan Lingkungan Dunia” yang indah! Kumuda tidak akan melupakan hari ini. 11 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Para Pembuat Cerita Cerita ini: Save Our Tree! ditulis oleh Adithimanasa TS © Adithimanasa TS, 2019. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan menggunakan izin CC BY 4.0. MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Selamatkan Pohon Kita! Apakah seorang gadis kecil yang bernama Kumuda dan kawan-kawannya berhasil menyelamatkan pohon favorit mereka yang akan ditebang untuk membangun taman bermain baru?
130_Selamatkan_Pohon_Kita
Penulis: Ursula Nafula Ilustrator: Ega Mildan R 4 Level Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Tikar Ajaib Milik Akai Penulis: Ursula Nafula Ilustrator: Ega Mildan R Penerjemah: Dafros Leru Tikar Ajaib Milik Akai Penulis : Ursula Nafula Ilustrator : Ega Mildan R Penerjemah : Dafros Leru Penelaah : 1. M. A. Rahartati Bambang zHaryo 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. 2 Ketika Akai masih kecil, oleh ibunya dia ditidurkan di atas sehelai tikar yang indah. Bibi Akai yang menganyam tikar itu dari daun palem. Warna tikarnya cerah: merah muda, biru, dan hijau, itu berbeda dari tikar-tikar lain yang pernah disimpan ibunya di pondok mereka. Tanah di sekitar rumah mereka kering, panas, dan berbatu. Di sana banyak ditemukan kalajengking dan ular, tetapi Akai selalu terhindar dari gigitan makhluk-makhluk itu. Ibu Akai berkata, “Tikar ajaib itulah yang melindungimu dari segala bahaya.” 3 1 Manyatta adalah rumah tradisional suku Masai yang berupa pondok dari ranting pohon dan diplester dengan kotoran sapi. Suku Masai hidup berkelompok dan tidak menetap. Mereka mendiami beberapa daerah di Kenya dan Tanzania. Akai seorang gadis cilik yang cerdik. Dia tahu letak sumur dangkal terdekat. Dia juga tahu jalan ke manyatta1, perkampungan tempat neneknya tinggal. Dia sering pergi ke sana sekadar untuk minum susu unta bersama neneknya. 4 Suatu hari keberuntungan tidak berpihak padanya. Dia berangkat menuju manyatta, tapi tak kunjung sampai. Dia tersesat di pegunungan dan sangat ketakutan. 5 Dia lalu duduk di bawah pohon rindang sambil berharap seseorang akan menolongnya. Tak lama kemudian, dia tertidur dan bermimpi. 6 Begini mimpinya. Dia berbaring di atas tikar ajaib miliknya. Lalu, datanglah neneknya membawa semangkuk susu unta sambil tersenyum. Ketika Akai mengulurkan tangannya untuk mengambil susu, dia terbangun. 7 Akai perlahan membuka matanya. Saat dia mendongakkan kepalanya, dilihatnya seekor burung biru yang hinggap di sebuah ranting, tepat di atasnya. 8 Ketika Akai berdiri, burung biru kecil itu mengepakkan sayapnya sebagai isyarat akan menunjukkan jalan kepadanya. Akai lalu mengikutinya. 9 10 Akhirnya, ketika Akai tiba di persimpangan jalan, burung biru itu menjatuhkan sehelai tikar yang mirip tikar kesayangannya. Ketika tikar diambil, terlihat jejak langkah kaki ibunya. Tak lama kemudian, dia melihat sumur tempat keluarganya biasa menimba air. 10 Keluarga Akai bernyanyi dan menari menyambut kedatangannya. Mereka menyembelih seekor kambing, memanggang dagingnya, dan merayakan kembalinya Akai. Akai duduk di atas tikar ajaib, lalu menyantap sepotong daging panggang. 11 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Para Pembuat Cerita Cerita: La Natte Spéciale D’Akai diterjemahkan oleh Meike Wernicke, © untuk terjemahan ini ada pada African Storybook Initiative, 2020. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan cerita asli: Akai’s Special Mat, oleh Ursula Nafula. © African Storybook Initiative, 2014. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Tikar Ajaib Milik Akai Akai mendapat sehelai tikar ajaib dari bibinya. Suatu hari dia tersesat. Apa yang akan terjadi selanjutnya?
131_Tikar_Ajaib_Milik_Akai
1 Level Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Penulis : Daniel Browde Ilustrator : Fadli Halim Nursaepudin Singa Selalu Pemberani Penulis : Daniel Browde Ilustrator : Fadli Halim Nursaepudin Penerjemah: Era Realita Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Singa Selalu Pemberani Penulis : Daniel Browde Ilustrator : Fadli Halim Nursaepudin Penerjemah : Era Realita Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Ayu Putu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia 2 Oh! Halo. Aku seekor singa. 3 Apa yang kauketahui tentang singa? Mau kuberitahu? Baiklah, akan aku beritahu. 4 Singa itu kuat. 5 Singa dapat berlari secepat kilat. 6 Singa memiliki tubuh selentur karet 7 dan, “em, grrr ... grrr ....” 8 … pemberani. Singa selalu pemberani! Singa tidak takut pada … 9 SEMUANYA ...! 10 “AUM!” 11 Catatan Catatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Cerita: Lions are Always Brave ditulis oleh Daniel Browde. © Book Dash, 2018. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Kredit Lainnya: Cerita Lions are Always Brave telah dipublikasikan oleh Book Dash pada StoryWeaver. Para Pembuat Cerita MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Singa Selalu Pemberani Singa kecil ini ingin kamu tahu bahwa singa itu kuat, cepat, dan pemberani. Namun, apakah yang di langit itu adalah awan badai? Ini merupakan sebuah cerita tentan siapakah diri kita dan bagaimana kita seharusnya menganggap diri kita.
132_Singa_Selalu_Pemberani_01
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2 Level Penulis : Amrita Dasgupta, Vittesh Kalambi Ilustrator: Sugiyanto Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Dari Pilar Hingga Istana Penulis : Amrita Dasgupta, Vittesh Kalambi Ilustrator : Sugiyanto Penerjemah: Era Realita Dari Pilar Hingga Istana Penulis : Amrita Dasgupta, Vittesh Kalambi Ilustrator : Sugiyanto Penerjemah: Era Realita Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Ayu Putu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. 2 Dheera menyukai seni arsitektur: pilar-pilar yang kokoh, menara yang menjulang, istana dari kayu, benteng dari tanah liat, bangunan-bangunan baru, dan bangunan-bangunan kuno. Dheera ingin mempelajari semuanya. Dheera ingin mengetahui bagaimana cara membangunnya. 3 Ibu dan Ayah membuat sebuah pesawat kecil untuk Dheera. Yang harus Dheera lakukan adalah membayangkan bangunan yang ingin dia lihat, membisikkan nama bangunan itu, dan TADAAA! Pesawat Dheera akan membawanya ke sana. 4 Pertama, Dheera ingin pergi ke … Iron Pillar di Mehrauli, Delhi. Dheera melihat sebuah pilar besi yang sangat besar. Selama 1.600 tahun, pilar besi itu tidak berkarat sama sekali! Pilar itu dihiasi lengkungan dan lingkaran yang unik. Dheera ingin memeluk pilar yang besar dan kuat itu. 5 Sekarang Dheera ingin pergi ke … Golden Fort di Rajasthan. Dheera tiba di tengah padang pasir yang luas. Di kejauhan terlihat sebuah benteng pasir yang berdiri kokoh di atas bukit. Ada banyak rumah di balik benteng itu. Dheera mengerjapkan matanya. Benteng itu berkilauan seperti emas. 6 Sekarang Dheera ingin pergi ke … Vittala Temple di Karnataka. Dheera berlari menuju sebuah aula luas. Ruangan itu dipenuhi pilar-pilar batu. Ada 56 pilar besar dan setiap pilar itu dikelilingi tujuh pilar-pilar kecil. Dheera menepuk pilar-pilar itu. Pilar-pilar itu bersenandung, “Sa re ga ma pa ….” 7 Sekarang Dheera ingin pergi ke … Padmanabhapuram Palace di Tamil Nadu. Dheera menginjakkan kaki ke dalam istana kayu. Pintu, balkon, dan jendela, semuanya terbuat dari kayu. Bahkan, tempat tidur raja terbuat dari 64 potongan kayu. Dheera seperti seorang ratu di istana ini. 8 Sekarang Dheera ingin pergi ke … Charminar di Telangana. Dheera menaiki anak tangga yang panjang dan berkelok. Dheera sampai di puncak menara yang terbuat dari batu granit. Ada empat menara di sekelilingnya. Dheera melihat ke bawah, terdapat halaman luas yang cocok untuk bermain. 9 Sekarang Dheera ingin pergi ke … Bishnupur Temples di Bengal Barat. Dheera berada di sebuah bangunan yang berbentuk kerucut. Bangunan itu terbuat dari batu bata merah. Dinding-dinding candi dihiasi bunga teratai yang berwarna terakota. 10 Dheera bersandar pada sebuah pilar di dekat tempat suci itu. Dheera sudah kelelahan. Lalu, dia berbisik, “Mari kita pulang.” 11 Aktivitas. Dheera mengunjungi beberapa bangunan yang terbuat dari bahan baku yang berbeda. Dapatkah kamu mencocokkan bangunan dengan bahan bakunya? 12 Material Kayu Batu bergema Batu pasir Batu bata Besi Granit Bangunan Pilar Besi di Mehrauli, Delhi.Istana Padmanabhapuram, Tamil Nadu. Kuil-kuil Bishnupur, Bengal Barat. Kuil Vittala, Karnataka. Charminar, Telangana. Benteng Emas, Rajasthan. Catatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Cerita From Pillars to Palaces ditulis oleh Amrita Dasgupta. © Pratham Books, 2019. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang- undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Kredit Lainnya: From Pillars to Palaces telah diterbitkan oleh Pratham Books. Pengembangan buku ini di dukung oleh CISCO. www.prathambooks.org. Para Pembuat Cerita MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Dari Pilar hingga Istana Dheera menyukai seni arsitektur. Ketika Ibu dan Ayah memberikan hadiah sebuah pesawat kecil, Dherra terbang untuk menjelajahi dan mempelajari bangunan- bangunan tersebut terbuat dari apa.
133_Dari_Pilar_hingga_Istana_01
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hujan Hujan Badai Badai Penulis : K. R. Vishrutha Ilustrator: Sugiyanto 4 Level Hujan Badai Penulis : K. R. Vishrutha Ilustrator : Sugiyanto Penerjemah: Durroh Fuadin Kurniati Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Hujan Badai Penulis : K. R. Vishrutha Ilustrator : Sugiyanto Penerjemah : Durroh Fuadin Kurniati Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Ayu Putu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia Angin mulai menggoyang rerumputan dengan nada menggertak, lalu melemah. 2 Dilemparnya ancaman pada bentala, juga pada angkasa. 3 Daun memisahkan diri dari pepohonan berpencaran. 4 Debu meraup diri seperti tangan dan menabur dirinya di jalanan. 5 Kereta dihela cepat. 6 Guntur datang melawan lambat. Petir berkilat laksana paruh kuning, kemudian merupa cakar amarah. 7 Burung-burung memasang palang di sarang. 8 Ternak berlarian masuk ke kandang. Datang setetes hujan raksasa. 9 ... dan seolah tangan yang menahan bendungan melepas genggamannya. Air menghancurkan angkasa. 10 Namun, mengabaikan rumah Bapa hanya menebang sebatang ara. 11 12 Catatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Cerita: A Thunderstorm ditulis oleh K.R. Vishruta. © K.R. Vishrutha, 2017. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Para Pembuat Cerita MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Hujan Badai Berkisah tentang kerusakan alam yang dapat ditimbulkan oleh alam it sendiri dan bagaimana cara mencari perlindungan sebelum badai. Tentu saja, secara umum, hal itu bisa menjadi metafora kehidupan.
134_Hujan_Badai_01
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Membuat Salad Sayur Membuat Salad Sayur Penulis : Anitha Selvanathan Ilustrator: Studio 16 2 Level Koki Meena Koki Meena Koki Meena Membuat Salad Sayur Penulis : Anitha Selvanathan Ilustrator : Studio 16 Penerjemah: Faiz Akbar Leksananda Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Koki Meena Membuat Salad Sayur Penulis : Anitha Selvanathan Ilustrator : Studio 16 Penerjemah : Faiz Akbar Leksananda Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Ayu Putu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia Koki Meena ingin membuat camilan sehat dan rendah lemak untuk anak-anaknya.  2 Ia memutuskan untuk membuat salad sayur yang penuh vitamin dan mineral tanpa minyak. 3 Ia membuka kulkas dan menimbang-nimbang sayur apa yang akan ia ambil untuk membuat salad. 4 “Hap,” Wolly si Wortel melompat. “Aku kaya vitamin A, bagus untuk mata,” kata Wolly si Wortel. Koki Meena pun mengambil dua buah wortel dari kulkas. 5 Tak lama kemudian, ia melihat Tomi si Tomat yang menggelinding ke arahnya. Tomi si Tomat mengedipkan matanya sambil berkata, “Aku penuh vitamin C yang berguna untuk membuang racun dari dalam tubuh,” Koki Meena tersenyum dan mengambil dua buah tomat. 6 Kumala si Kubis menari-nari dan melompat ke tangan si Koki. “Aku mengandung banyak vitamin B-1 untuk membantu menghasilkan energi dari makanan yang kamu konsumsi.  7 Bambang si Bawang Merah mengintip. Ia berkata, “Aku mengandung folat yang berfungsi menghasilkan sel darah merah untuk mencegah anemia.” 8 Brian si Brokoli tertawa dan berkata, “Aku punya lebih banyak protein dari sayuran lainnya untuk membantu pertumbuhan dan menjaga tubuh agar tetap sehat.” Jago si Jagung ikut meramaikan suasana dan berkata, “Aku mengandung banyak magnesium yang berfungsi menjaga kadar gula darah.” 9 Koki Meena pun mengambil bawang merah, kubis, brokoli, dan jagung dari dalam kulkas. Koki Meena kemudian mengiris dan merajang semua sayuran tersebut. Ia menambahkan garam, merica, daun ketumbar, dan perasan jeruk nipis, dan menghidangkan salad tersebut kepada anak-anaknya. 10 Mereka sangat senang dengan salad yang berwarna-warni dan menyehatkan tersebut. Mereka pun makan dengan lahap. 11 Catatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Cerita: Chef Meena Makes Vegetable Salad ditulis oleh Anitha Selvanathan. ©Anitha Selvanathan, 2020. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Para Pembuat Cerita MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Koki Meena Membuat Salad Sayur Koki Meena ingin membuat salad sayur dan ia membuka kulkas. Sayur-mayur di dalam kulkas memperkenalkan diri mereka. Sayuran apa saja yang dipilih Meena? Baca cerita ini untuk mencari tahu! Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
135_Koki_Meena_membuat_Salad_sayur_01
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Penulis : Anjali Nayar Ilustrator: Studio 16 M e m asa k M e m asa k A p a ? A p a ? 3 Level Memasak Apa Penulis : Anjali Nayar Ilustrator : Studio 16 Penerjemah: Era Realita Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Memasak Apa? Penulis: Anjali Nayar Ilustrator: Studio 16 Penerjemah: Era Realita Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Ayu Putu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia Mira sudah tidak sabar. Aroma lezat kheer dari dapur membuatnya sangat lapar. Kheer adalah makanan kesukaan Mira. 2 3 Ketika sudah hampir matang, Papa baru tahu kalau dia kehabisan kismis untuk campuran. “Aku harus ke pasar untuk membeli kismis,” kata Papa. “Jangan makan dulu kheer itu.” “Iya, Papa,” jawab Mira. 4 Namun, ketika Papa pulang ke rumah, dia melihat kuali kheer-nya kosong, bahkan tidak setetes pun yang tersisa. “Mira!” panggilnya. “Apa kamu yang makan kheer-nya?” “Tidak,” jawab Mira, “Aku tidak makan kheer-nya, Papa.” “Lalu, siapa?” tanya Papa. 5 “Kamu pasti tidak akan percaya apa yang telah terjadi!” kata Mira. “Setelah Papa pergi, aku melihat Kiku mencoba memakan kheer itu. Jadi, aku mencoba menyelamatkan kheer itu! Kemudian, Kiku marah.”  6 “Kiku berlari keluar rumah dan ke tengah jalan. Sebuah rickshaw mengerem mendadak. “Woooiii!” teriak si Sopir. Kemudian, sepeda motor mengerem mendadak di belakang rickshaw, dan tiba-tiba seorang pesepeda menabraknya, lalu sebuah truk membunyikan klakson. ‘Wooooii!’ teriak para pengendara bersamaan.” 7 “Karena ketakutan, Kiku berlari lagi dan aku mengejarnya hingga sampai di pasar sayur. Awalnya, aku tidak bisa menemukan Kiku.” “Kemudian, aku melihatnya dengan mulut dipenuhi bayam. ‘Huusss!’ usir penjual sayur, mengagetkan Kiku” 8 “Kiku, yang ketakutan, berlari dan terus berlari hingga aku kehilangan jejaknya!” “Kemudian, aku mendengar jeritan seseorang, ‘AAAAHH! Ada seekor kambing memakan bunga-bungaku!’ dan Kiku berlari secepat kilat ke jalanan karena ketakutan.” 9 “‘Kiku!’ aku memanggilnya dan dia berlari ke pelukanku. Lalu, aku menggendong dan membawanya pulang!” Mira menyelesaikan ceritanya. 10 Papa mulai tertawa. “Mira anakku,” kata Papa. “Kenapa kamu mengarang cerita?” “Ha? Tidak!” bantah Mira. “Jika kamu mencoba melarang Kiku makan kheer, lalu siapa yang memakannya?” tanya Papa. Hal itu tidak terlintas di benak Mira! Alisnya dinaikkan. “Aku tidak tahu,” jawab Mira, sambil menggaruk-garuk kepala.  11 Tidak lama kemudian, mereka melihat sekilas seekor monyet sebelum monyet itu melompat keluar jendela. Sekarang, alis Papa yang dinaikkan.  “Jadi, bisakah kita masak kheer lagi, Papa?” tanya Mira. Papa tertawa. “Iya, anakku. Ayo, masak kheer lagi!” * Kheer adalah sejenis bubur, makanan khas dari India. * Rickshaw adalah kereta atau kendaraan roda dua yang ditarik manusia. Catatan Catatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Cerita What’s Cooking? ditulis oleh Anjali Nayar. © Pratham Book, 2018. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Kredit Lainnya: What’s Cooking? telah diterbitkan pada StoryWeaver oleh Pratham Books. www.prathambooks.org; editor tamu: Maegan Dobson Sippy; penanggung jawab seni: Somesh Kumar. Para Pembuat Cerita MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Memasak Apa? Ketika ayah Mira pergi ke pasar untuk membeli kismis, kheer yang dimasaknya menghilang. Siapa yang memakan kheer itu saat dia pergi?
136_Memasak_Apa_01
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Penulis : Meera Tendolkar Ilustrator: Studio 16 Pergi Pergi ke Pasar ke Pasar 2 Level Pergi kePasar Penulis : Meera Tendolkar Ilustrator : Studio 16 Penerjemah: Era Realita Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Pergi ke Pasar Penulis : Meera Tendolkar Ilustrator : Studio 16 Penerjemah : Era Realita Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Ayu Putu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz 1 Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia Ibu mengajak aku pergi ke pasar. Ada banyak penjual dan pembeli di pasar. Beberapa orang asyik berbelanja. Ada juga yang sekadar melihat-lihat barang yang dijajakkan. Bagaimana dengan Ibu? 2 Pertama, aku dan Ibu menuju ke toko sembako. Ibu membeli gandum, beras, gula, dan dal. Aku dan Ibu tidak perlu bersusah payah menenteng tas-tas belanjaan. Penjaga tokolah yang akan mengirim belanjaan tadi ke rumahku. 3 Selanjutnya, aku dan Ibu sampai di toko sayuran. Lalu, aku bertanya, “Apakah Ibu akan membeli sayuran?” “Tidak,” jawab Ibu. Penjual menawarkan dagangannya, “Mari, dibeli. Sayur-mayurnya masih segar.” 4 Mengapa Ibu berhenti di toko ini? Oh, ini adalah depot minyak. Tempat ini dipenuhi dengan aroma minyak. Ibu protes pada penjual minyak, “Minyak ini harganya selangit.” Si penjual tampak kesal. 5 Aku dan Ibu melewati lapak penjual ikan. Beberapa orang tidak menyukai aroma tempat ini. Namun, aku suka ikan. Lihat, betapa uniknya pakaian nelayan perempuan itu. Apakah kamu melihat seekor kucing yang gemuk? Kucing itu hanya duduk di sana, makan sisa-sisa ikan, dan jadi gemuk. 6 7 Aku dan Ibu berhenti di toko susu. Ibu membeli mentega dan keju. Mengapa di toko susu tidak menjual es krim? Aku suka makan es krim. Apakah Ibu akan membelikan aku es krim? 7 8 “Ibu akan membeli kuali dan panci?” aku bertanya pada ibuku. Tidak ada satu pun orang di toko perabotan rumah. Orang-orang biasanya membeli kuali dan panci ketika ada sebuah pernikahan atau perayaan.  8 9 “Berhenti! Jangan masuk ke toko ini!” aku berteriak. Ibuku suka ke toko kain. Ibuku memegang-megang kain yang dijajakan. Penjaga toko kain menawarkan bermacam-macam saree. Akan tetapi, Ibu tidak jadi membeli satu kain pun. 9 “Ini yang aku tunggu-tunggu!” Toko mainan! Boneka beruang itu sangat BESAR! Aku memimpikan mengendarai skuter ini. Aku juga belum punya mobil-mobilan truk ini. 10 11 Namun, aku sudah berjanji pada Ibu. “Aku hanya akan melihat dan memegang mainan- mainan ini.” “Aku tidak akan minta dibelikan mainan hari ini.” Aku akan minta dibelikan mainan saat ulang tahunku. 11 Catatan Dal adalah bahan makanan pokok berupa kacang-kacangan kering di India.5 Saree adalah kain yang biasa dipakai oleh wanita India. Catatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Cerita Going to Market diterjemahkan oleh Madhay Chavan. © Terjemahan ini berada di bawah Pratham Books, 2004. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. berdasarkan cerita asli: ‘ ’ oleh Meera Tendolkar. © Pratham Books, 2004. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Kredit Lainnya: Going to Market telah diterbitkan pada StoryWeaver oleh Pratham Books. Pengembangan buku ini didukung oleh Dubai Creek Round Table, Dubai, U.A.E. www.prthambooks.org MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Ketika ayah Mira pergi ke pasar untuk membeli kismis, kheer yang dimasaknya menghilang. Siapa yang memakan kheer itu saat dia tinggal pergi?
137_Pergi_ke_Pasar_01
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Penulis : Sarvendra Vikram Ilustrator: Fadli Halim Nursaepudin 2 Level Semut & Kacang Hijau Penulis : Sarvendra Vikram Ilustrator : Fadli Halim Nursaepudin Penerjemah: Erawati Heru Wardhani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Semut dan Kacang Hijau Penulis : Sarvendra Vikram Ilustrator : Fadli Halim Nursaepudin Penerjemah : Erawati Heru Wardhani Penelaah : 1. M. A. Rahartati Bambang Haryo 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Ayu Putu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz 1 Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia 2 Alkisah, ada seekor semut yang sedang mencari makanan. Dia menemukan kecambah kacang hijau di dapur. 3 Akan ketika, dia mencoba mengambilnya, ternyata kacang hijau itu sangat berat. Kemudian, dia mulai menyeretnya untuk dibawa pulang. Namun, rumahnya sangat jauh. 4 Dalam perjalanan, ada orang yang membiarkan keran air terbuka. Air mengalir sangat deras, membuat semut kecil mengira bahwa itu sungai! Meskipun demikian, dia berhasil menyeberangi ombaknya. Rumahnya masih sangat jauh. 5 Kemudian, semut kecil itu melihat sebuah ember. Dia lalu meninggalkan kacang hijaunya dan mencoba naik ke atas ember. Meski telah mencoba sekuat tenaga, usahanya gagal karena ember itu terlalu licin. 6 Sesaat sesudahnya, seekor semut lain bergabung. Setelah berbincang-bincang, mereka mendekati ember sambil menyeret kacang hijau. 7 Tak jauh dari sana, ada seorang perempuan sedang menyapu lantai. Wuuus! Semut tersapu ke arah samping, sedangkan kacang hijau ke arah yang lain. Semut berlari mengejar kacang hijaunya. Rumahnya masih sangat jauh. 8 Kemudian, dia tiba di depan anjing yang sedang tidur. Dengkurannya sangat keras sehingga membuat kacang hijau menggelinding ke arah moncongnya. 9 9 Dengan hati-hati semut mendekati anjing itu. Ketika anjing membuka sebelah matanya dan menatapnya, semut buru-buru mengambil kacang hijaunya. Rumahnya masih sangat jauh. 10 Seekor anak ayam sedang mematuk biji-bijian di dekatnya. Ia melihat kacang hijau dan mencoba mematuknya. “Oh, kali ini tamatlah riwayat kacang hijauku!” kata semut dalam hatinya. Pada saat bersamaan, induk ayam yang tengah berada di pekarangan, di bawah pohon pepaya, memanggil anaknya. “Kur! Kur! Kur!” 11 Anak ayam meninggalkan kacang hijaunya, lalu bergegas menemui induknya. Semut mengambil kacang hijaunya lalu melanjutkan perjalanannya. 12 Rumahnya masih sangat .… Oh, ternyata dia sudah berada di depan rumahnya! 13 Kalian Tahu Kacang Hijau? Dalam kisah yang baru kalian baca, semut menemukan kecambah kacang hijau. Kecambah sangat bagus untuk kesehatan. Kita bisa membuat kecambah dari beberapa kacang polong seperti kacang merah, kacang buncis, kacang urd dan biji-bijian lainnya. Permainan dengan Kacang-Kacangan Coba cari tahu tentang Kacang-kacangan dengan memainkan game ini bersama teman-temanmu. Mintalah bantuan orang dewasa untuk menyiapkan beberapa jenis kacang-kacangan, seperti kacang buncis, kacang merah, kacang polong, kacang kedelai, kacang hijau. Coba ingat-ingat namanya!  Campur semua kacang-kacangan dalam sebuah wadah. Tutup mata salah satu peserta. Ia harus mengenali kacang-kacangan dengan meraba, lalu menyebutkan namanya. Kamu juga bisa meminta semua pemain untuk menutup mata. Lalu, coba pisahkan berbagai jenis kacang-kacangan tersebut. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Cerita: La Fourmi et Le Haricot Mungo diterjemahkan oleh Sak Untala. © untuk terjemahan ini terletak pada Sak Untala, 2018. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang- undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berasal dari: The Ant and the Green Mung Bean, oleh Aditi Sarawagi. © Pratham Books, 2016. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan cerita Asli: ‘ ’, oleh Sarvendra Vikram. © Pratham Books, 2016. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Cerita ini mungkin memiliki versi peralihan antara cerita akar dan cerita induk. Untuk melihat semua versi, silakan kunjungi tautan. MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km. 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Semut Kecil dan Kacang Hijau Seekor semut kecil menemukan sebutir kacang hijau besar. Dia ingin membawanya pulang. Namun dalam perjalanan ada banyak sekali rintangan! Apakah akhirnya dia berhasil membawa pulang? Temukan jawabannya dalam buku yang menarik ini.
138_Semut_dan_Kacang_Hijau_01
Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Penulis : Aruna Keerthi Gamage Ilustrator: Fadli Halim Nursaepudin 2 Level Tikus dan Tetikus Penulis : Aruna Keerthi Gamage Ilustrator : Fadli Halim Nursaepudin Penerjemah: Annissa Manystighosa Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Tikus dan Tetikus Penulis : Aruna Keerthi Gamage Ilustrator : Fadli Halim Nursaepudin Penerjemah : Annissa Manystighosa Penelaah : 1. Farah Rachmat 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Ayu Putu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak- anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia Suatu hari, seekor tikus kecil naik ke atas meja untuk mencari makanan. “Wah, sepertinya ini terlihat enak.” “Aduh! Aduh! Siapa yang menyakitiku?” ada suara yang berteriak. 2 “Siapa kau?” tanya Tikus. “Aku Tetikus,” jawabnya. “Namun, akulah Tikus.” “Iya, aku juga Tikus.” 3 Si Tikus tertawa terbahak-bahak. “Haha! Tikus macam apa kau? Apa yang bisa kaulakukan?” 4 Si Tikus berlari ke dapur dan membawa sepotong kue. “Ni, lihat! Seekor tikus seharusnya bisa melakukan ini. Seekor tikus sejati bisa makan kue. Kau kan tidak bisa.” 5 “Lihat dan perhatikan ini, tikus kecil,” jawab Tetikus. Dia lalu menampilkan gambar kue di layar komputer. 6 Si Tikus tetap tidak percaya. “Kau tetap tidak bisa melalukan hal yang dilakukan tikus sejati.” Dia mengambil pensil dari meja dan mengunyahnya. “Lihatlah yang bisa kulakukan pada pensil ini. Tikus sejati seharusnya bisa melakukan ini!” 7 Tetikus kemudian menampilkan gambar potongan kayu di layar. “Lihat! Aku bisa melakukan lebih dari itu.” 8 “Baik, tetapi apa kau bisa menari sepertiku?” tanya si Tikus. 9 Tiba-tiba datang seekor kucing rumah mendesis pada si Tikus. “OH, TIDAK! Tolong!” tikus berteriak ketakutan. 10 “Aku harus bagaimana? Aku harus lari ke mana?” si Tikus menangis sambil berusaha lari menjauh dari kucing. 11 Tetikus bertindak cepat dan menampilkan video anjing menggonggong di layar untuk menakut-nakuti kucing. “GUK! GUK! GUK!” 12 Tikus pun memeluk tetikus. “Terima kasih! Kau menyelamatkan nyawaku. Kau tikus yang baik, sama sepertiku.” 13 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Cerita: Two Mice diterjemahkan oleh Rose Larsen, © untuk terjemahan ini ada pada Room to Read, 2016. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan Cerita Asli: ‘ , oleh Aruna Keerthi Gamage, © Room to Read, 2016. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Tikus dan Tetikus Suatu hari, seekor tikus bertemu dengan tetikus. Tiba- tiba, seekor kucing mulai mengejar tikus dan mencoba menangkapnya. Apa yang terjadi selanjutnya?
139_Tikus_dan_Tetikus_01
KKLP Pengembangan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Pengumpul Data: Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk. Seri Antologi Fabel Nusantara Kisah Beruk dan Hewan Lainnya Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara pa­ling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana de­ngan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). Penerbit PT Elex Media Komputindo KKLP Pengembangan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Seri Antologi Fabel Nusantara Kisah Beruk dan Hewan Lainnya Pengumpul Data: Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk. Kisah Beruk dan Hewan Lainnya Seri Antologi Fabel Nusantara Kerja sama PT Elex Media Komputindo dan KKLP Pengembangan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi : Sastri Sunarti Leni Mainora Rosliani Farah Pengumpul Data: Atisah, Desi Nurul Anggraini, Helmi Fuad, Ibrahim Sembiring, Irawan Syahdi, Leni Mainora, Muawal Panji Handoko, Nurelide Munthe, Nurhaida, Suyadi, Syahril, Riki Fernando, Tri Amanat, Yuli Astuti Asnel, dan Zahriati Ilustrasi dan Desain Cover : Krisna Putra Layout : Divia PermatasariHIEMHUUDEMGIIIDIDDGMEDII hak Cipta Terjemahan indonesia ©2021 Penerbit PT elex media Komputindo hak Cipta dilindungi oleh undang-undang diterbitkan pertama kali oleh: Penerbit PT elex media Komputindo Kelompok gramedia-Jakarta Anggota iKAPi, Jakarta 523006910 iSBN: 978-623-00-3030-7 dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. dicetak oleh Percetakan PT gRAmediA, Jakarta isi di luar tanggung jawab percetakan Cerita Ratu Bagus Kuning Melawan Siluman Kera.........2 Cerita Beruk Besak Nyamar Jadi Wong Kayangan..........5 Cerita Kura-Kura dan Beruk Monyet.................................10 Cerita Beruk dan Kura-Kura..................................................13 Cerita Kura-Kura dan Beruk Mencuri Jahe Raja...........16 Cerita Si Beruk dan Si Siput Lomba Berlari....................19 Cerita Bencai Koros (Kera Kurus).......................................22 Cerita Asal-Muasal Kukang....................................................25 2 1 Diceritakan kembali oleh Vebri Al Lintani D i Palembang ada dua versi cerita terkait Ratu Bagus Kuning, yaitu versi sejarah dan dongeng. Ada versi Panglima Bagus Kuning dan ada Ratu Bagus Kuning. Dalam versi sejarah, Panglima Bagus Kuning merupakan adik se­ pupu Sunan Abdurahman, kesultanan Palembang Darus­­salam. Sedangkan dalam versi cerita do­ ngeng, yang di mana ini terdapat bekasnya atau makom bukti keberadaannya. Konon Bagus Kuning ini adalah utusan dari Wali Songo untuk menyebarkan agama Islam di Sumatera Selatan. Ia seorang pendekar perem­ puan yang kemudian menelusuri Sungai Batang­ 3 hari. Nama lain dari Sumatera bagian Selatan, sebagian Jambi, sebagian Lampung, Bengkulu. Wilayah Sumsel itu disebut budaya sungai, sampai ke ujung sungai semua namanya. Setiap nama sungai itu merupakan nama suku, Suku Lintang, Lematang, dan perbatasan-perbatasannya juga nama sungai, serta tempat-tempat juga nama sungai. Palembang ini Kota Bandar, paling tinggi Sungai Pasam di Lematang, selebihnya sudah deras dan arum jeram hingga ke Bengkulu, Sungai Musi. Nah, si Bagus Kuning dia masuk ke situ kabarnya menaklukan banyak pendekar. Dulu banyak orang sakti yang ditaklukan. Sete­ lah itu, ia pulang lagi ke Palembang. Di suatu tempat ia ingin beristirahat mau tidur malam dengan pengikut-pengikutnya. Nah tempat itulah yang disebut makomnya Bagus Kuning. Di malam hari ia diganggu oleh siluman Kera, “Hai Ratu, ini wilayah kami. Kamu tidak boleh tidur di sini.” Ratu lalu melawan dengan mengadu kesaktian. Dalam perkelahian itu dibuat perjanjian, apabila Ratu Bagus Kuning kalah, maka ia harus keluar dari situ, apabila siluman Kera itu kalah, maka ia harus mengabdi. Setelah berkelahi dengan mengeluarkan kehebatan masing-masing, akhir­ nya kemenangan ada di pihak Ratu Bagus Kuning. 4 Maka si Kera tersebut mengabdi kepada si Ratu Bagus Kuning. Sampai Ratu Bagus Kuning pergi hingga me­ ninggal di sana, dijagalah oleh kera-kera itu. Konon katanya kera-kera itu tidak bertambah atau­­­pun berkurang. Ada satu pemimpin yang di­ sebut dengan Beruk Kondor. Selalu ada peng­­­­ganti­ an. Konon padal 10 Muharram kera-kera itu pergi ke makamnya Sabo Kingking. Ratu Sinuhun itu adalah tokoh Kerajaan Palem­­bang yang terkenal. Tokoh istri dari Raja Sinuhun merupakan tokoh wanita populer. Kalau kita ke Ratu Bagus Kuning itu, kita tidak boleh menyebut kera, monyet, atau beruk namun menyebutnya dengan prajurit. Karena dalam cerita, kera ini merupakan hewan yang diangkat derajatnya oleh Ratu Bagus Kuning. 5 M emang ada beberapa tokoh hewan dalam fabel sebagaimana dalam rumpun Melayu terdapat kesamaan seperti kancil, cerita gajah, dan monyet atau beruk. Kalau di Palem­ bang lebih banyak cerita beruk, misalnya Bagus Kuning yang men­­ceritakan tentang pasukan beruk (monyet) dan ceritanya cukup fenomenal dan dipercaya sebagai tokoh hewan suci. Di dalam 2 Diceritakan kembali oleh Vebri Al Lintani 6 dataran tinggi/pedalaman yang paling utama adalah harimau (semam, palawang, rejang, busi). Orang Palawang menyebut harimau itu sebagai setuo terkadang puyang atau ninek. Secara ritual hewan tersebut dianggap bisa menjaga anak cucunya, dan hutan. Di daerah dataran rendah, buaya juga diyakini sama seperti harimau. Begitu sekiranya fabel/hewan yang ada di dalam dongeng/legenda di Sumatera Selatan. Dulu ada sebuah keluarga, malam-malam tengah duduk di dalam rumah, anak gadisnya ber­ bicara, “Mah, aku kalau kawin maunya sama Wong Kayangan, selain itu aku tidak mau. Sedangkan di kampung banyaknya tukang kayu. Gak mau sama tukang kayu, gak jadi wong kayangan.” Jadi di samping rumahnya ada batang (pohon) kayu besar. Di pucuk pohon ada Beruk Besar yang tengah mendengar pembicaraan si Gadis dengan ibunya. Lalu Beruk itu menyamar menjadi Wong Kayangan dan turun ke bawah menghadap kedua orang tersebut dan berkata, “Pidem pidem pelito kulo niki sakit mato” ‘padamkan lampu itu karena saya sakit mata.’ Akalnya supaya tidak dikenali. Ibu si gadis dan anaknya memeriksa, “Opo Wong Kayangan ini?” Namun lampunya langsung ditiup, gelap. Ibu Gadis itu meraba tubuhnya mulai dari kepala Wong Kayangan. Dia merasa kenapa Wong 8 kayangan ini berjambul-jambul. Beruk Besak ini memiliki akal lalu ngomong “Dedenyo jambul nge bibi topi rajo nge bibi.” ‘Ini bukan jambul tapi topi raja.’ Setelah itu, Ibu si Gadis melanjutkan penyelidikan, dia meraba matanya kenapa lekok? Lalu dijawab lagi oleh Beruk Besak “Dedenyo lekok nge bibi mato kulo lekok nge bibi puas bejago nge bibi” maksud­nya kenapa matanya lekok itu karena bergadang. Ibu si Gadis meraba kembali badan tamunya terasa berbulu-bulu. Lalu dijawab kembali oleh si Beruk Besar, “Dedenyo bulu nge bibi baju laken nge bibi” maksudnya, “ini bukan bulu tapi baju laken (jubah), baju panjang yang berbulu-bulu.” Selanjutnya, ibu si Gadis meraba tangan si Tamu, tetapi tangannya terasa lengket- lengket. Dijawab kembali oleh Beruk Besar bahwa, “Tangan kulo liket nge bibi nedo ketan nge bibi nano bebasuh.” Artinya, “tamunya itu habis makan ketan tidak cuci tangan makanya lengket.” Selanjutnya, ibu si Gadis meraba tubuh tamunya teraba ekornya. Langsung dilepas oleh si Gadis. Dijawab kembali, “Dedenyo buntut nge bibi tungkat ngajo nge bibi.” ‘Ini bukan ekor tapi tongkat raja.’ Jadi lengkap sudah Wong Kayangan ada topi, tongkat, dan baju laken. Pendek cerita jadilah calon mantu dan sementara sudah tidur di situ. Konon, si Beruk pagi-pagi pergi (maksudnya kerja), balik- 9 balik kalau sudah maghrib. Setiap siang Gadis ini mengantar nasi di tempat yang sudah ditentu­ kan. Beruk itu ada di atas pohon. Kalau malam di bawah, orang tua si Gadis tidak tahu bagaimana bentuk asli dari si calon mantu ini. Suatu saat, dilihat oleh tukang kayu. Dia pe­na­ saran “Gadis ini tiap kali mengantar nasi, untuk siapa?” Pas dilihat rantang nasinya sudah di dekat batang kayu saat Gadis pulang si Beruk Besak turun. Langsung dilempar Beruk itu dengan batu besar oleh si Tukang Kayu. Batu itu mengenai kepalanya dan ia langsung lari. Rantangnya di­ antarkan kembali oleh Tukang Kayu sore hari ke rumah si Gadis. Saat dikembalikan, si Gadis dan ibunya menganggap bahwa si Tukang Kayu adalah sosok dari Wong Kayangan tersebut. 10 S uatu hari, Sabai Kuya (kura-kura) mengajak Sabai Beruk (beruk monyet) memancing. Sabai atau ‘besan’ adalah panggilan khusus antara dua tokoh dalam cerita fabel Lampung, khususnya Tanggamus. “Hai Sabai Beruk, ayo kita memancing di sungai itu.” Kata Sabai Kuya. “Siapa kawan kita?” tanya Sabai Beruk. “Nanti ada Sabai Balang (belalang) dan Sabai Kamicang (katak).” “Baiklah. Saya siapkan dulu pancingannya,” ujar Sabai Beruk. Mereka memancing dari atas akik4. Setelah be­ be­rapa saat me­nunggu pancingan mereka belum 3 Diceritakan kembali oleh Hazizi 4 Rakit yang terbuat dari bambu 11 kun­jung men­da­patkan ikan. Sabai Kuya yang memang ber­watak usil dan suka menggoda mulai berpantun. “Icang-icang kapudang, beghuk mancing beghuk tuha.” 12 ‘jingkrak-jingkrak burung kapudang (seperti burung puyuh), monyet mancing monyet tua.’ “Diam dulu Sabai Kuya,” kata Sabai Beruk de­ ngan lembut. Setelah beberapa menit kemudian, Sabai Kuya kembali menggoda. “Icang-icang kapudang, beghuk mancing beghuk tuha.” Keadaan itu berlangsung sampai tiga kali. Hal ini membuat Sabai Beruk sulit menahan marah. “Diam dulu Sabai Kuya, atau nanti saya balikkan rakit ini,” ucap Sabai Beruk kesal. Ternyata permintaan Sabai Beruk tidak di­de­ ngar­kan oleh Sabai Kuya. Sabai Kuya terus meng­­ goda sehingga Sabai Beruk kehilangan kesabaran. “Icang-icang kapudang, beghuk mancing beghuk tuha.” “Oh, kurang ajar kamu, ya,” kata Sabai Beruk marah. Sabai Beruk sudah kehilangan kesabaran. Dia sangat marah dan mulai membalikkan rakit. Te­tapi hanya dia sendiri yang kelelop (tenggelam). Dia lupa kalau semua kawannya di rakit itu bisa selamat walaupun rakit dibalikkan. Belalang bisa terbang. Katak bisa melompat. Kura-kura bisa hidup di air. 13 5 Diceritakan kembali oleh Hazizi 6 Wadah dari bambu untuk meletakkan buah-buahan S uatu hari, Beruk mengajak Kura-kura men­ curi pisang. “Ayo kita ambil pisang itu,” kata Beruk yang sudah lama memperhatikan pohon pisang di sebuah hutan. “Kita bagi tugas. Saya bagian memetik pisang, kamu bagian mengawasi orang.” Tambah si Beruk. “Tidak bisa begitu. Saya yang memetik pisang, kamu yang mengawasi orang.” kata Kura-kura menawar. “Kamu kan tidak bisa memanjat,” kata Beruk. “Baiklah. Kalau begitu kamu cari dulu kecandang6,” jawab Kura-kura. Kura-kura tidak puas karena tidak diizinkan memetik pisang. Dia mencari akal agar pisang yang 15 diambil Beruk itu bisa diambil sebelum Beruk turun. Kura-kura cemas pisang akan dihabiskan Beruk. Kura-kura melubangi kencandang tempat pisang. Tidak puas sampai di situ, Kura-kura memakai suara perut dan menggoda Beruk. “Tlingkuk Sabai Kuya (ungkapan mengejek),” kata Kura-kura. “Siapa yang ngomong ini?” kata Beruk. “Tlingkup Sabai Kuya,” kata Kura-kura kembali bersuara. Suara Kura-kura terdengar seperti persis di bawah kolong Beruk. Beruk menyangka kelamin­ nya sendirilah yang tengah mengejeknya. “Diam kamu atau nanti kamu saya pecahkan.” Kata Beruk dengan nada kesal. Sekali lagi, Kura-kura kembali bersuara. Akhir­ nya Beruk terbakar emosi. Dia turun pohon pisang dan mengambil batu lalu menimpuk selang­ kangannya sendiri dengan batu itu. Akhirnya Beruk itu mati karena ulahnya sendiri. 16 S uatu siang, Kura-kura mengajak Beruk mencuri jahe raja. “Beruk ayo kita mencuri jahe raja. Sepertinya jahe raja sudah besar-besar dan akan dipanen.” ajak Kura-kura. “Ayo. Kapan?” jawab Beruk semangat. “Nanti malam. Nanti setelah semua prajurit raja tidur. Setelah tidak ada lagi prajurit yang menjaga jahe itu,” lanjut Kura-kura. “Apa yang harus kita siapkan sebelum ke sana?” Beruk makin semangat. “Kecandang8. Tetapi ada syaratnya. Jangan ma­ kan di tempat dan jangan berteriak atau berbicara keras-keras,” Kura-kura menjelaskan. 7 Dituturkan oleh Hazizi 8 Wadah dari anyaman bambu 18 Saat malam tiba, Kura-kura dan Beruk mulai mengawasi gerak-gerik prajurit Raja. Keduanya mengintip dari balik pohon di belakang kerajaan. Setelah sekian lama menunggu akhirnya satu persatu prajurit rajapun tidur. Kura-kura dan beruk langsung menuju kebun jahe raja. Kedua­ nya mulai menggali jahe. Betapa senang hati keduanya melihat jahe yang besar-besar itu. Setelah kecandang terisi separohnya, Beruk sudah tidak tahan. Dia lupa pesan Kura-kura dan langsung melahap jahe itu. Baru makan sedikit Beruk langsung berteriak. “Pedas, Kura-kura.” “Ssssttt…Jangan berteriak. Nanti kita tertang­ kap,” kata Kura-kura. “Iya, iya, maaf Kura-kura.” Beruk menyadari kesalahannya. Kemudian keduanya lanjut menggali. Ternyata Beruk kembali memakan jahe itu dan berteriak. “Pedas, Kura-kura.” Sampai tiga kali akhirnya prajurit raja ter­ bangun dan menyergap keduanya. Kura-kura bisa selamat karena berhasil mengelabui prajurit itu dengan cangkangnya. Jadi Beruk tertangkap karena ulahnya sendiri. 19 9 Diceritakan kembali oleh Yusminah Romli (71 tahun), Kelurah­ an Bandar Agung, OKU Selatan, Sumatera Selatan P ada suatu hari di pinggir Danau Ranau, ada seekor Beruk sedang melompat-lompat di antara pepohonan. Si Beruk kemudian berpa­­ pasan dengan seekor Siput di pinggir danau. Beruk kemudian bertanya, “Sedang apa sekarang?“. Siput menjawab, “Saya sedang melihat-lihat keindahan Danau Ranau dan Gunung Seminung”. “Dimana rumahmu?” Beruk bertanya lagi. “Di situ di pingir Danau Ranau,” kata Siput. Kemudian tiba-tiba Beruk yang sombong  meledek Siput, betapa lambannya jalannya si Siput, betapa tak bisa cepatnya si Siput berjalan. Si Beruk bicara kepada si Siput, “Siput, berani­ kah kau adu balap lari denganku?”  Dia tahu Siput 20 pasti menolak, karena tak mungkin bisa menang melawannya. Tetapi di luar dugaan si Beruk, Siput menerima tantangan itu. Keduanya pun membuat suatu per­ jan­jian dan menentukan hari dimana keduanya akan lomba balap lari. Si Beruk sangat menan­ti­kan datangnya hari perlombaan. Sebelum hari lomba lari tiba Siput membuat sebuah strategi, Siput meng­­ajak teman-teman Siput yang lainnya untuk ber­­kumpul dan menceritakan tentang tantang­an si Beruk kepada dirinya. Siput dan kawan-kawan siput yang lainnya sedang berdiskusi untuk bisa menang dengan cara di sepanjang tepian Danau Ranau siput- Siput berbaris rapi, dan jika Beruk memanggil, maka siput yang ada di depan beruk harus menjawab, “Kut,kut”, begitu terus sampai garis akhir. Akhirnya hari yang sangat dinantikan si Beruk pun tiba. Lomba lari diadakan di sepanjang aliran Danau Ranau. Seluruh penghuni hutan menyak­ sikan perlombaan tersebut sampai suasana­nya pun sangat ramai.  Beruk dan Siput  sudah ber­ siap-siap di garis awal. “Apa kalian sudah siap?” Tanya pemimpin adu lari kepada Beruk dan Siput. Keduanya pun mengangguk. “Mulai!” Keduanya langsung lari. Beruk langsung berlari dengan kecepatan penuh. Dan setelah beberapa 21 jauh, si Beruk mulai merasa lelah, nafasnya mulai terengah-engah. Si Beruk berhenti sejenak untuk istirahat sebentar, dia pun memanggil si Siput, “Put, Siput?” panggil Beruk kepada Siput. “Kut, kut,” sahut Siput, bergerak dengan lamban di depan Beruk. Si Beruk kaget karena Siput sudah berada di depannya, dia tidak jadi istirahat dan si Beruk pun langsung bergegas berlari kembali dengan sekuat tenaga. Beruk pun merasa sangat lelah, mulai kehausan, dan terengah-engah dengan nafas yang seperti hampir habis, beruk berhenti, dan kemudian memanggil si Siput kembali. Beruk mengira Siput berada di belakangnya, tetapi dugaan si Beruk salah, si Siput tetap menjawab di depan Kancil, karena itu memang strateginya Siput. Si Beruk berlari kembali, dan begitu seterusnya, sampai akhirnya si Beruk kelelahan dan menyerah kepada Siput. Penghuni-penghuni hutan pun ter­ kejut melihat Beruk menyerah balap lari dengan Siput. Ahirnya berkat strategi yang sukses si Siput menang dalam lomba larinya. Cerita ini mengajarkan anak untuk jangan men­ jadi orang yang sombong dengan menghina dan merendahkan makhluk hidup lainnya. Karena setiap makhluk hidup mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, seperti apa yang dikatakan oleh Siput.  22 10 Diceritakan kembali oleh Yaii Beck D ahulu kala di suatu daerah, hiduplah se­pa­ sang suami istri yang sudah lama menikah namun belum memiliki keturunan. Hari-hari susah, sedih, gundah gulana dalam kehidupannya mereka habiskan di kebun dan sawah. Hidup mereka terasa sangat sepi karena tidak ada suara tawa atau tangis anak di rumahnya. Suatu hari, kedua suami istri ini pergi ke kebun. Saat sedang asyik mencangkul, menanam buah- buahan, tanam-tanaman, menanam padi segala macamnya, mereka melihat seekor kera yang sangat kurus sedang berjalan. Kondisinya sangat memprihatinkan. Hanya tulang belulang yang terlihat saat kera itu berjalan. 23 11 Kera kurus “Kasihan kera itu ya, Pak. Kera itu kurus sekali barangkali kekurangan makanan. Coba kita ajak kera itu bersama kita,” kata istrinya. Karena kasihan, suami istri tersebut membawa kera itu pulang. Kera itu dirawat layaknya seorang anak manusia. Dia diberi makan dan disediakan tempat tidurnya. Keberadaan kera ini menjadikan kehidupan suami istri tersebut lebih baik. Rasa sepi mereka terobati oleh kera itu. Suatu ketika sang istri berkata. “Pak, bagaimana kalau kita punya anak seperti bencai koros11 ini?” “Mari kita memohon kepada Yang Mahakuasa agar kita diberikan keturunan yang dapat meng­ gairahkan kehidupan kita apapun bentuknya akan kita terima,” kata sang Suami. Akhirnya dengan kekuasaan Tuhan, sepasang suami istri ini memperoleh anak yang sama persis seperti Bencai Koros tadi. Mereka tetap memelihara Bencai ini dengan sepenuh hati. “Anak ini adalah pemberian Tuhan kepada kita. Kita harus menerimanya dengan lapang dada. Jangan kita mencaci maki pemberian Tuhan,” ucap suami kepada istrinya. 24 Suami istri ini merawat Bencai Koros sampai dia besar. Setelah besar dia belajar perihal agama dengan ulama-ulama. Akhirnya dengan keku­asa­ an Tuhan, si Bencai Koros ini menjadi manusia yang berguna yang membanggakan hati kedua orangtuanya. Ternyata si Bencai Koros yang dilahirkan tadi seorang pangeran yang tampan yang menjadi suri tauladan bagi lingkungannya dengan ilmu yang dia punya. Inilah rizki yang diberikan Tuhan kepada sepasang suami istri yang tabah dalam mengarungi kehidupan. Mereka diberi Allah rizki seorang anak yang hebat. 25 12 Diceritakan kembali oleh Hazizi D ahulu kala, hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari bapak, ibu, dan dua orang anak perempuan. Ibu mereka adalah ibu sambung atau ibu tiri. Setiap tengah hari, kedua anaknya ini ditugasi mengantarkan makanan untuk makan ayah dan ibunya di kebun. Jadi, bapak dan ibunya di kebun seharian dari pagi sampai sore. Suatu ketika, ibunya berpesan. ”Anakku, kalian masak beras ini tapi jangan dimakan. Kita makan sama-sama di kebun.” Suatu hari di tengah perjalanan mengantar nasi ke kebun, mereka melihat buah sekala. Buah sekala mentah itu mereka makan. Sisa-sisa buah sekala itu lengket di mulut keduanya menyerupai nasi yang dikunyah. Ketika sampai di kebun, ibunya 26 dongkol. Ibunya menyangka kedua anak ini makan nasi selama di perjalanan padahal sebenarnya buah sekala mentah. Keesokan hari, keduanya kembali mengantarkan nasi untuk orangtua mereka di kebun. Selama di perjalanan, kembali keduanya makan buah sekala. Ibunya memendam rasa jengkel. Sampai hari ketiga, kedua anak ini masih melakukan hal yang sama. Hal ini membuat ibunya tidak bisa lagi membendung marah. “Pergi kalian,” kata Ibunya dengan penuh emosi. “Bukankah saya sudah berpesan jangan kalian makan nasi itu sebelum sampai di kebun. Ini sudah ketiga kalinya kalian makan sebelum kami makan.” Setelah diusir Ibunya, kedua anak kecil tersebut pergi dengan hati sedih. Kemudian, di perjalanan, keduanya bersenandung, bernyanyi sedih. “Istirahatlah Ayah dan Ibu. Saya sama adek mau pergi. Disangkanya ibu nasi, padahal buah sekala mummi (mentah).” Nyanyian keduanya terdengar menggema ke setiap sudut kebun. Mereka berdua terus ber­ nyanyi sedih sampai terdengar oleh bapaknya. Bapak­nya yang tidak mengetahui kalau kedua anak itu telah diusir istrinya langsung memanggil- manggil dan mencari-cari suara anaknya tersebut. “Anakku, anakku….” 28 Sang Ayah terus mengejar dan berusaha mene­ mukan keberadaan anaknya. Betapa sedihnya hati si Ayah ini semakin dikejar kedua anaknya semakin menjauh. “Ke sini Anakku, ke sini Anakku.” Sampai mereka berhadap-hadapan, Anaknya naik ke atas pohon. Anaknya naik ke atas pohon, sambil terus bernyanyi sedih. Ayahnya sudah tidak kuasa menahan air mata. Lalu sang Ayah menebang satu pohon berharap anaknya mau turun pohon. Ternyata kedua anaknya lompat ke pohon yang lain. Begitu seterusnya, sampai akhirnya semua pohon habis ditebang dan kedua anak tersebut berubah menjadi kukang. Dua anak itu malu-malu dan terus mengintip-ngintip ayahnya dari kejauhan.
13_Kisah_Beruk_dan_Hewan_Lainnya
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Noviani Lestari ii MENYEMAI UANG Penulis: Noviani Lestari Penyunting: Ratun Untoro Ilustrator: Mukti Ali Penerbit: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224 Telepon: (024) 562070; Faksimile: (0274) 580667 Cetakan Pertama, November 2021 iv + 8 hlm., 15 x 23 cm. ISBN: 978-623-5677-23-1 Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi buku ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit. Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis. iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui warga dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah RI pun melaksanakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di seluruh provinsi di Indonesia dalam rangka untuk menekan penyebaran virus yang sangat mematikan itu. Kebijakan Pemerintah tersebut tentu memiliki dampak yang sangat signifikan di berbagai sektor. Karena kebahasaan dan kesastraan masuk dalam sektor nonesensial, praktis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebahasaan dan kesastraan tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya secara langsung, bersemuka. Namun, karena proses kreatif dan upaya pencerdasan bangsa melalui bahasa dan sastra harus tetap berlangsung, berbagai kegiatan itu pun dapat dilaksanakan secara daring. Meskipun hasilnya--mungkin--tidak maksimal, berbagai program dan kegiatan yang telah dirancang oleh Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat memenuhi target- target yang telah ditetapkan, termasuk target 42 karya sastra Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penerbitan hasil penerjemahan dari sastra Jawa ini--yang telah melewati proses panjang--merupakan bukti nyata bahwa situasi pandemi tidak menghalangi kami dalam memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa melalui kebahasaan dan kesastraan. Penerbitan hasil penerjemahan ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dalam program besar Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Pemerintah. Melalui penerbitan penerjemahan karya sastra Jawa ini pula diharapkan bisa menghilangkan kendala kebahasaan bagi masyarakat penutur nonbahasa Jawa untuk bisa menikmati dan mengambil manfaatnya. iv Hadirnya buku penerjemahan ini melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kata pengantar singkat ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada sastrawan/penulis (asli) dalam bahasa Jawa. Demikian pula kami mengucapkan terima kasih kepada penerjemah yang telah menerjemahkan karya sastra Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Penghargaan juga kami berikan kepada para penyunting yang telah menyelaraskan hasil terjemahan sesuai dengan kaidah baku bahasa Indonesia. Tentu saja, kepada panitia/tim terjemahan dan penerbit kami ucapkan terima kasih yang tiada bertepi. Semoga buku terjemahan ini bisa menjadi ajang dialog dan tegur sapa antarbudaya di Indonesia dan menambah kekayaan khazanah bahan bacaan literasi yang bermutu. Selamat membaca! Yogyakarta, 10 September 2021 Kepala, Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum. NIP 196605201991031004 1 Menyemai Uang T isa Pambayun, namanya. Usianya kurang lebih lima tahun. Tisa sedang mulai sekolah di TK kelas A sedang senang- senangnya belajar. Apa saja yang diajarkan oleh gurunya di sekolah pasti akan dipraktikkan ulang di rumah. Misalnya, tadi di sekolah diajari membuat perahu kertas oleh Bu Guru, sesampainya di rumah, Tisa langsung mencari kertas lipat dan membuat perahu kertas seperti yang diajarkan Bu Guru. Tidak peduli seragam hijau kuningnya belum diganti, tidak hirau perutnya keruyuk-keruyuk minta diisi. “Mbok ganti baju dan makan dulu ta, Ndhuk.” Mamaknya mengingatkan. “Sebentar ta, Mak. Tisa itu mau buat perahu seperti yang diajarkan Bu Guru di sekolah tadi,” jawab Tisa sambil tangannya sibuk melipat kertas. Mamak hanya tersenyum memandang anak sulungnya itu. Putrinya tumbuh menjadi gadis kecil yang cerdas sesuai harapannya. Mamak memberinya nama Pambayun, seperti nama putri sulung Panembahan Senapati dengan harapan agar putrinya menjadi secerdas dan setangguh Rara Pambayun. Putri sulung kesayangan Panembahan Senapati itu konon berhasil memenangkan peperangan dengan Ki Ageng Mangir tanpa pertumpahan darah dan tanpa ada yang merasa dikalahkan. Sesuai dengan pepatah Jawa yang berbunyi nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake, mendatangi musuh tanpa pasukan, menang tanpa mengalahkan. “Horeee, perahu kertasku jadi. Yes.” Tisa bersorak sambil mengacungkan perahu kertasnya. 2 3 Gegas dia berdiri dan akan berlari keluar. “Eh, eh, mau ke mana? Seragam hijau kuningnya besok masih dipakai loh. Ganti baju dulu.” Mamaknya menghadang di tengah pintu. Sambil agak memonyongkan bibir, Tisa berlari menuju kamar dan mengganti baju seragam hijau kuningnya. Setelah itu, dia langsung berlari menuju parit di tepi sawah. Perahu kertas hasil karyanya segera dihanyutkan di parit. Tisa berdiri di tepi parit sambil melambai-lambaikan tangannya. “Hati-hati ya, besok kamu akan sampai ke lautan luas,” demikian seruan Tisa ke perahu kertasnya. Perlahan perahu kertas melaju mengikuti aliran parit. Tisa mengikuti perahu kertas itu dengan pandangannya sampai perahu kertas hilang ditelan kelokan parit. *** Lain hari, Tisa dan teman sekelasnya belajar tentang tanaman. Bu Guru mengajak siswa-siswanya menyemai biji-bijian dalam polybag. Ada biji sawo, rambutan, salak, dan juga jeruk. “Anak-anak, ada yang tahu ini biji apa?” Bu Guru memberi pertanyaan sambil menunjukkan biji jeruk. “Jeruk, Bu Guruuu…,” jawab Tisa sambil tunjuk jari. “Yak, benar, Mbak Tisa. Ini biji jeruk. Nah, biji jeruk ini jika disemai akan tumbuh pohon jeruk. Pohon jeruk dirawat, disirami, dipupuk, kalau sudah besar akan berbuah. Berbuah apa, anak- anak?” “Jeruuuk, Bu Guruuu.” Siswa-siwa menjawab kompak. “Kalau ini biji apa, anak-anak?” Bu Guru kembali menunjukkan sebuah biji yang asing bagi para siswa. Biji itu terlihat berduri. Semuanya hening tampak berpikir. “Kedondong bukan, Bu Guru?” Baga tunjuk jari setelah beberapa saat berpikir. “Kalau ini apa?” tanya Bu Guru menunjukkan biji yang terlihat halus mengkilap. “Jelas itu salak.” Jawab Fania dengan mantap. 4 5 “Benar sekali, yang kasar ini biji kedondong yang ini salak. Ada lagunya ya, anak-anak. Ada yang tahu lagu Dhondhong Apa Salak? Yuk kita nyanyi bareng sambil memilih biji yang akan ditanam.” Dhondhong apa salak, duku cilik-cilik. Ngandhong apa mbecak-mlaku thimik-thimik. “Kalian pilih mana, mau jadi dondong yang luarnya halus tapi dalamnya kasar, atau jadi salak yang luarnya kasar tapi dalamnya halus?” tanya Bu Guru sambil membagikan biji-bijian. “Aku pilih seperti salak saja, Bu Guru. Walaupun di luar aku tampak galak, tapi sebenarnya hatiku baik,” jawab Yumna tersenyum menampakkan giginya yang gigis, sambil mengisi polybag dengan tanah. “Ngandhong apa mbecak, kok memilih mlaku thimik-thimik, Bu Guru? Padahal ada pilihan naik andong atau naik becak, kok malah memilih berjalan pelan-pelan, Bu?” Rizki bertanya penasaran. Dia sampai menggaruk kepalanya dengan tangan yang kotor penuh tanah. “Wah, pertanyaan bagus, Mas Rizki. Tapi ya nggak usah garuk-garuk kepala gitu dengan tangan kotor.” Bu Guru menyahut sambil tertawa. “Mlaku thimik-thimik, berjalan pelan dengan kaki kita sendiri. Maknanya, kita harus percaya dengan kekuatan kita sendiri. Harus berusaha sendiri dulu. Seperti saat ini, kalian berusaha mengisi polybag sendiri. Kalau ada kesulitan, baru minta tolong Bu Guru.” Bu Guru menjelaskan panjang lebar. Hari ini, seluruh siswa TK Tunas Pertiwi praktik menyemai biji. Ada yang menyemai biji jeruk, rambutan, dan salak. Ada juga yang menyemai biji tanaman bunga seperti pacar air dan bunga esok sore. Semua polybag hasil semaian para siswa ditata di teras sekolah. Tisa tersenyum. Dalam hatinya timbul gagasan menarik. Nanti sampai rumah dia juga akan menyemai sesuatu, bukan biji bunga atau buah. Menyemai apa? Menyemai uang. Benar, sampai rumah, Tisa langsung mencari uang koin lima ratus rupiah dan segera dia tanam di belakang rumah dekat kandang kambing. Bu Guru di sekolah tadi juga menjelaskan kalau kotoran kambing juga 6 7 termasuk pupuk yang bisa membuat tanaman subur. Setiap hari, persemaian uang itu disirami. Jika ada rumput-rumput liar yang mengganggu, ia cabuti. Tisa mebayangkan, jika uang itu tumbuh, semakin lama semakin besar pohonnya, pasti akan berbuah uang. Seperti pohon jeruk di sekolahnya, semakin lama semakin besar dan berbuah jeruk yang manis. Sehari, dua hari, tiga hari sampai seminggu. Tisa masih tekun merawat semaian uangnya. Namun dia curiga, kok tidak tumbuh-tumbuh ya? Apa coba ganti uang? Akhirnya, Tisa mencoba menyemai uang yang lain di samping semaian yang kemarin, koin seribuan. Perawatannya sama, setiap hari disirami, dipupuk dengan kotoran kambing, dan dibersihkan dari rumput-rumput pengganggu. Namun, sampai setengah bulan ditunggu, di situ juga belum tumbuh pohon uang. Agak penasaran, Tisa mengeruk tanah semaiannya. Lah, ternyata masih utuh berwujud uang, belum keluar akar atau bagaimana. Tisa termenung. Dia heran. Kok bisa ya? Tiba-tiba Mamak datang. “Kamu kenapa kok melamun, Ndhuk?” Mamak bertanya sambil mendekat. Tisa lalu menceritakan apa saja yang dia lakukan. Di sekolah dia belajar menyemai biji buah-buahan, lalu di rumah dia praktik menyemai uang supaya bisa berbuang uang yang banyak. Namun Tisa heran, semaian uangnya kok tidak tumbuh. Mamak tersenyum bijak. “Ndhuk, uang itu tidak akan bisa tumbuh. Karena apa? Karena uang itu benda mati, bukan makhluk hidup. Yang bisa tumbuh itu makhluk hidup, contohnya jeruk seperti yang kalian tanam di sekolah kemarin.” Mamak menjelaskan dengan bijak. “Jadi, jika menyemai uang tidak akan bisa tumbuh ya, Mak? Menyemai batu juga tidak bisa? Karena batu bukan makhluk hidup?” Tisa membuat simpulan. Mamak mengangguk sambil tersenyum. Tisa juga ikut mengangguk-angguk. Sekarang dia paham bahwa menyemai uang itu tidak akan bisa tumbuh. *** 8 Noviani Lestari Penulis saat ini bekerja di Dinas Kebuyaan (Kundha Kabudayan) DIY. Noviani Lestari bertempat tinggal di Jalan Cendana No. 11, Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta. HP 081339803982. Posel: [email protected]
14_Menyemai_Uang
MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Amaèn Ka Sabâ Bermain ke Sawah Penulis Baytil Qudsiyah Penerjemah Ainur Rahman Penelaah Mahwiyanto Penyunting Dwi Laily Sukmawati Ilustrator Petik Std. Penata Isi dan Sampul Petik Std. Diterbitkan pada tahun 2022 oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, 61252 Telepon/Faksimile (031) 8051752 Cetakan pertama, November 2022 ISBN 978-602-8334-88-4 Katalog Dalam Terbitan (KDT) 899.223 43 BER BERMAIN KE SAWAH/Baytil Qudsiyah B — cet.1 — Sidoarjo: Balai Bahasa Jawa Timur, 2022 iv + 22 hlm; 22 x 28 cm Kata Pengantar Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur SALAH SATU kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur adalah cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Kekayaan itu merupakan sebuah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional sebagai bagian dari warisan budaya dunia. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur tidak hanya dapat diimplementasikan oleh masyarakat Jawa Timur, tetapi dapat pula dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan diterjemahkannya karya sastra Jawa Timur ke bahasa Indonesia, pembacanya dapat menikmati cerita, kemudian mengkaji nilai-nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Hasilnya adalah akan tercipta sebuah pemahaman antarbudaya yang akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Cerita-cerita yang terhimpun dalam terjemahan buku cerita anak untuk pembaca awal ini juga dapat bermanfaat sebagai salah satu sarana atau media pendidikan karakter. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEM, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika. Cerita dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Melalui penerjemahan cerita anak, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Kami berusaha untuk turut berperan aktif dalam program itu dengan. menyediakan bahan bacaan bermutu bagi pembaca melalui penerjemahan cerita anak berbahasa daerah ke bahasa Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal. Kegiatan membaca diharapkan akan tumbuh dan berkembang menjadi keterampilan-keterampilan lanjutan sehingga akhirnya pembaca dapat mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Inovasi seperti itu perlu didukung agar dapat menumbuhkan budaya literasi dengan tetap berfokus pada upaya untuk menumbuhkan generasi yang memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk terjemahan ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis karya sastra berbahasa daerah, penerjemah, penelaah, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya terjemahan ini. Semoga buku ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Sidoarjo, 1 Oktober 2022 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. [ iii ] Daftar Isi Kata Pengantar........................................................................................................................................................... iii Amaèn Ka Sabâ..........................................................................................................................................................1 Bermain ke Sawah......................................................................................................................................................1 Biodata Penulis..........................................................................................................................................................21 Biodata Penerjemah..................................................................................................................................................21 Biodata Ilustrator.......................................................................................................................................................21 1 “Bhusen Dol, amaèn kalowar maju!” “Kamu bosan tidak Dol, ayo kita bermain di luar!” “Amaèna dhâ’ dimma Min?” “Kita mau main ke mana, Min?” 2 “Dâ’râmma mon amaèn ka sabâ?” “Bagaimana kalau kita main ke sawah?” “Ongghuwân? iyâ maju pas mangkat” “Yang bener? Iya ayo kita segera berangkat” 3 “Arowa sabâna, maju pas ajhâr nyaka’ ka tang eppa’” “Itu dia sawahnya, Min. Ayo kita ke sana sambil bermain kita juga belajar membajak sawah, itu di sana ada Bapak, kita belajar membajak sawah ke Bapak.” 4 “Oo.. eppa’na bâ’na nyaka’ ngangghuy sapè yâ Dol?” “Oh.. berarti Bapak kamu masih membajak sawah dengan menggunakan Sapi ya, Dol?” 5 “Adu.. tang soko nèddhâ’ calatthong.” “Aduh.. Dol, lihat kaki ku, menginjak kotoran Sapi.” “Hahaha..ollè rajhâkkè bâ’na ” “Hahaha.. itu tandanya kamu akan dapat rezeki, Min..” 6 “Adu kah, mè’ ta’ èbuwâng bhâi calatthong rèya” “Aduh.. kenapa sih, Dol, kok tidak dibuang ke tempat yang jauh saja kotoran sapi ini, malah ditaruh di sawah begini” “Abbâ.. arèya bisa aghuna kaangghuy malandhu tana.” “Nah.. begini Min, kotoran sapi ini berguna sebagai pupuk, jadi fungsinya bisa membuat tanah menjadi subur, kalau tanahnya sudah subur, maka tanaman akan tumbuh dengan baik.” 7 “Dâ’râmma carana calatthong bisa malandhu tana?” “Bagaimana bisa, kotoran Sapi membuat tanah menjadi subur?” “Maju dhuliyân, dâgghi’ latao dbibi’ bâ’na.” “Ya sudah.. ayo Min, mari kita pergi ke Bapak, nanti kamu akan tahu sendiri, bagaimana kotoran sapi itu bisa membuat tanah menjadi subur.” 8 “Maju addhuwân berka’, addhu jhung dâpa’an ka sabâ.” “Ayo kita lomba lari Min, siapa yang lebih dulu sampai ke Bapak di tengah sawah.” 9 “Abdhina nyoba’a nyotok nangghâlâ pa’” “Pak, boleh tidak, saya mencoba membajak seperti yang Bapak lakukan?” “Iyâ maju. Iya’ tâgghu’ nangghâlâna cong” “Ini kalau mau mencoba nak, ayo pegang Lukunya” Luku: alat pembajak yang biasanya ditarik oleh hewan sapi atau kerbau 10 “Oo.. arèya sè nyamana nangghâlâ” “Oh.. seperti ini yang namanya membajak sawah tradisional.” 11 Gedebukk.. Bruk.. Tiba-tiba Dolla terjatuh. “Dolalaaa Dolla.. bârâmma cong? Hahaha..La Dolla, maju târrossaghi .” “Aduh.. Gimana nak? Hahaha.. Ayo bangun, lanjutkan lagi membajaknya.” 12 Pajjâr lagghu’ arèna pon nyonara Bapa’ tani sètèdung pon jhâgâ’â Ngala’ arèk so landuk tor capènga Dolla dan Amin membajak sawah sambil bernyanyi lagu tradisional Madura, Pak Tani “Fajar sudah terbit, matahari mulai menampakkan sinarnya, Pak Tani pun terjaga dari tidurnya. Cangkul, arit dan topi caping sudah siap dipakai, sebagai pertanda akan pergi ke sawah.” 13 “Hahaha..Dolla, bâ’na padhâ ollè rajhâkkè nèddhâ calatthong.” “Hahaha.. Dolla pertanda kamu juga akan mendapatkan rejeki, itu kakimu menginjak kotoran Sapi, haha..” 14 “Ta’ rapa nèddhâ’ calatthong, ajiya la biasa mon ka engko’” “Tidak apa-apa Min, aku sudah biasa, kakiku menginjak kotoran Sapi, apalagi kalau di sawah, sudah tiap hari kakiku menginjak kotoran Sapi begini.” 15 “Bu, ngendikane ndamel sekul piramid? La pundi?” “Ibu tadi bilang akan buat nasi piramida? Di mana nasinya?” “Calatthong arèya èsabâ’ èdinna’ èjhâmmur ma’lè kârrèng.” “Kotoran Sapi ini, memang sengaja ditaruh di pinggiran sawah ini, Min, dijemur, supaya kering.” 16 “Ngene lo, Le!” “Begini lho, Nak!” “Èè.. sa’ongghu dhingdhing ma’ èjhâmmur.” “Oh.. ku kira dengdeng sapi, soalnya kan sama-sama dijemur, hehe.” 17 “Oo..arapa ma’ è pakârrèng Dol?” “Oya, Dol, omong-omong kenapa kotoran sapi itu mesti dikeringkan?” “Arapa yâ? pola ma’le lebbi bhâghus asèlla.” “Kenapa ya Min? mungkin biar lebih bagus kalau dijadikan pupuk.” “Iyâ bhender cong.” “Iya benar, Nak”, Ayah Dolla menyahut 18 “Calatthonga sapè rèya dâgghi’ `eallè ka bâbâna ata’ sampè’ rakèra dubulân.” “Kotoran sapi ini, akan dipindahkan ke tempat pembuangan kotoran sapi yang khusus, didiamkan di tempat itu kira-kira kurang lebih selama dua bulan.” “oo.. ajiya se ènyamaè bhutok iyâ Dol ? Kaangghuy malandhu tana bân mântamâna bhâgus hasèlla?” “Oh.. jadi itu yang dinamakan pupuk kandang ya Dol? yang berguna untuk menyuburkan tanah dan membuat tanaman bertumbuh dengan bagus?” 19 “Iyâ bhândhâr Min. Maju mole yâ, ya’ lamolaè panas.” “Nah.. betul, Min, itu yang mulai tadi kita bicarakan, ayok kita pulang, Min, hari sudah mulai panas nih.” 20 [ 21 ] BAYTIL QUDSIYAH, S.Pd lahir di Sampang 18 Maret 1983. Ia adalah seorang guru mata pelajaran Bahasa Inggris di SMPN 1 Torjun, Sampang, Madura. Penulis mulai mengajar sejak tahun 2005 sampai sekarang. Selain mengajar, penulis sering menulis dan menjadikannya buku (tunggal dan antologi). Diantara bukunya yaitu: Pelangi sang Guru, Meretas Mimpi Mengukir Wajah Anak Negeri, Kumpulan Essay Pendidikan. Sebagai seorang guru, selain gemar mengikuti berbagai kegiatan menulis, ia juga aktif dalam komunitas praktisi Pendidikan yang ada di daerahnya seperti MGMP, PGRI, dan IGI. AINUR RAHMAN, M.Pd., tetala; Sumenep, 06 Juli 1992, S1 ditempuh di Universitas Madura, dan S2 di Universitas Negeri Yogyakarta, beberapa tulisannya muncul di media lokal salah satunya koran Kabar Madura; Menyiapkan Mental Anak untuk Merdeka Belajar, Merdeka Belajar Merdeka untuk Pendidikan, selain menulis di media, juga aktif menulis di beberapa jurnal nasional dan internasional. Saat ini aktif mengajar sebagai Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Madura. PETIK STUDIO merupakan small creative studio yang bergerak sejak 2018 di Malang, dan kini berbasis di Jakarta Utara. Berfokus pada identitas visual, pemasaran, ilustrasi, dan publikasi, Petik Std. telah menangani +100 proyek yang tersebar di berbagai kota di Indonesia, juga Malaysia dan Singapore. Pekerja kami terdiri dari kolektif penggiat-perancang desain grafis di Jakarta, Makassar, dan Surabaya. Bisa disapa melalui www.behance.net/petikstudio. PROFIL PENULIS PROFIL PENERJEMAH PROFIL ILUSTRATOR
14_Final_Bermain_ke_Sawah_MNTD
i UNTUK PEMBACA LANCAR (10—12 TAHUN) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra ii i Keriting atau Lurus Semua Istimewa Penulis: Khulatul Mubarokah Ilustrator: Dhika Alexander Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI ii Keriting atau Lurus Semua Istimewa Penulis : Khulatul Mubarokah Ilustrator : Dhika Alexander Penyunting : Setyo Untoro Penata Letak : Hendriyanto Zaki Diterbitkan pada tahun 2020 oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta Timur. Buku ini merupakan bahan bacaan literasi yang bertujuan untuk menambah minat baca bagi pembaca lancar. Berikut adalah Tim Penyediaan Bahan Bacaan Literasi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Pelindung : Nadiem Anwar Makarim Pengarah 1 : E. Aminudin Aziz Pengarah 2 : Ovi Soviaty Rivay Penanggung Jawab : Muh. Abdul Khak Ketua Pelaksana : Tengku Syarfina Wakil Ketua : Muhamad Sanjaya Anggota : 1. Kity Karenisa 2. Wenny Oktavia 3. Dewi Nastiti Lestariningsih 4. Laveta Pamela Rianas 5. Febyasti Davela Ramadini 6. Wena Wiraksih 7. Mutiara 8. Dzulqornain Ramadiansyah Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. PB 398.209 598 MUB k Katalog Dalam Terbitan (KDT) Mubarokah, Khulatul Keriting atau Lurus Semua Istimewa/Khulatul Mubarokah; Penyunting: Setyo Untoro. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2020 vi; 30 hlm.; 29,7 cm. ISBN 978-623-307-028-7 1. CERITA ANAK-INDONESIA 2. LITERASI- BAHAN BACAAN iii iv Sekapur Sirih B erawal dari fenomena anak yang memanggil teman lain memakai ciri- ciri fisik dengan cemoohan, dari situlah ide buku ini lahir. Anak-anak yang mestinya tertawa bersama saat bermain bisa menjadi kelompok- kelompok yang memicu pertengkaran. Ada yang merasa lebih baik daripada yang lain, padahal masih banyak persamaan yang bisa menjadikan mereka saling menyayangi, mendukung, dan menghargai. Dengan demikian, terciptalah toleransi antara rambut lurus dengan rambut keriting. Tidak perlu berselisih, atau merasa paling baik. Sebab, fungsi rambut tetap sama. Semoga cerita dan isi buku ini bisa membangkitkan kesadaran anak- anak Indonesia tentang betapa perbedaan jenis rambut dan lainnya bukanlah suatu hal yang memalukan. Semua istimewa, memiliki kesempatan mewujudkan cita-cita yang sama. Perbedaan adalah anugerah dari Yang Maha Esa, bukan aib. Yogyakarta, 30 Juli 2020 Khulatul Mubarokah v Daftar Isi Sambutan................................................................................iii Sekapur Sirih...........................................................................iv Daftar Isi................................................................................v Bab 1 Ingin Rambut Lurus....................................................1 Bab 2 Cerita pada Sahabat...................................................5 Bab 3 Rambut yang Istimewa................................................9 Bab 4 Semua Rambut itu Cantik............................................13 Bab 5 Hadiah untuk Filiyana.................................................16 Bab 6 Bahagianya Bila Percaya Diri.......................................21 Biodata ..................................................................................25 vi vi Tanpa adanya kesadaran akan keberagaman, tanpa adanya sikap saling menghormati dan menghargai terhadap individu dan kelompok yang berbeda, konflik antarpribadi dan antarkelompok akan bermunculan. Masyarakat akan mudah dipecah belah dengan kebencian dan prasangka, hanya karena tidak mengenal dan memahami keberagaman yang dimiliki oleh bangsanya. (Literasi Budaya dan Kewargaan, Kemendikbud, 2017) 1 H ari ini, aku melihat banyak teman di Tanggaromi meluruskan rambut. Sebelumnya, mereka sama denganku, memiliki rambut keriting. Orang- orang pergi ke salon dan mengubah rambut keritingnya menjadi rambut berbeda. Rebonding, kata mereka, yaitu melakukan pelurusan rambut dengan alat yang diatur kadar panasnya. Rambut diletakkan di tengah alat, ditarik dengan pelan hingga rambut lurus sesuai dengan keinginan. Bab 1 Ingin Rambut Lurus 2 2 Orang-orang rela menunggu. Mereka bahkan mengantre ketika salon ramai pengunjung. Mereka juga rela mengulanginya di lain waktu, ketika rambut aslinya mulai tumbuh. Dengan biaya berapa pun, mereka rela demi rambut lurus. “Mace, aku mau lurusin rambut. Biar cantik. Biar enggak diledek terus!” “Mace belum punya uang, Yana,” jawab wanita yang dipanggil mace. Mace berarti ibu. Aku seorang anak kelas 5 SD. Karena hal ini, aku menggulung bibir. Mendung terasa memenuhi wajah. Aku duduk sambil menggoyang-goyangkan kursi kayu. Ada bunyi duk-duk-duk! dari dua kaki kursi belakang yang terangkat, ketika diturunkan beradu dengan lantai. Maceku sedang berdiri sambil memegang piring berisi papeda. Papeda adalah makanan bubur sagu khas Papua. Biasanya disajikan dengan ikan tongkol kuah kuning. Warna papeda putih, dengan tekstur lengket mirip lem. Rasanya tawar. Papeda tinggi serat, rendah kadar kolesterol, dan bernutrisi. Untuk membuat papeda memiliki rasa gurih, orang-orang menambahkan garam, kaldu ayam, dan bawang putih. Bawang putihnya dihaluskan. Semua dicampur dengan air dan tepung sagu, kemudian diaduk. Air direbus hingga mendidih. Saat sudah mendidih itulah orang-orang memasukkan cairan tepung sagu secara perlahan. Kalau sudah meletup-letup, artinya sudah matang. Biasanya, aku sangat bersemangat jika Ibu membuat papeda. Namun, hari ini sedang tidak biasa. Aku sedih. Mengapa hanya bilang mau meluruskan rambut, agar terlihat cantik, Mace belum juga mengiakan. Kata Mace, aku sudah sangat cantik. Apalagi jika rajin tersenyum. 3 Aku seperti anak-anak Papua lain. Memiliki kulit berwarna cokelat tua. Kata guru IPA, kulit itu memiliki kadar melanin yang tinggi. Fungsi dari melanin adalah menangkal radikal bebas dan sinar ultraviolet. Makin banyak kadar melanin, warna kulit makin gelap. Walaupun warna kulit berbeda, fungsinya sama. Kulit berfungsi melindungi tubuh, menyimpan lemak, dan membantu proses sintesis vitamin D (mengubah kolesterol yang mengandung provitamin D menjadi vitamin D). Kulit juga menjadi indra perasa. Menurut guru IPA juga, fungsi rambut keriting tetap sama dengan rambut lurus. Rambut bisa melindungi dari panas, atau melindungi apabila ada benda keras jatuh di kepala. Aku juga bisa membuatnya hangat, saat udara dingin. Aku turun dari kursi, melangkah pelan menghampiri Mace. Kedua tangan memegang lengan tangan kiri Mace. Aku menggerak-gerakkan lengannya. Mace baru saja meletakkan papeda hangat di atas meja. “Bisa, ya, Mace?” “Sekarang, Mace belum punya uang, Yana.” “Uh, Mace. Teman-teman sudah pada rebonding semua. Yana saja yang belum!” Aku berbicara dengan suara tinggi. Kedua mata juga mulai terasa panas. Ada air yang menggenang di pelupuk. Aku mengerjap, dan air mata turun di pipi. Aku sangat sedih mendengar jawaban Mace. Aku melepaskan lengan Mace. Aku berlari ke luar melalui pintu dapur. Suara Mace terdengar memanggil, “Yanaaa! Ayo makan dulu!” 4 4 Aku pura-pura tak mendengar. Rambut keritingku berguncang-guncang. Ingin aku berlari kencang. Kaki mulai terasa berat, napas tersengal- sengal. Sampai di bawah pohon matoa, aku duduk memeluk lutut. Aku sedang tidak senang melihat Mace. 5 “Y ana, kenapa sendirian?” tanya Pak Arfail, seorang perawat. Yana masih diam. “Filiyana?” Yana langsung berdiri, ketika Pak Arfail memanggil nama lengkapnya. “Kamu dapat salam, dari Awui,” kata Pak Arfail yang sekarang sudah jongkok. Bab 2 Cerita pada Sahabat 6 6 Mendengar nama Awui, Yana berdiri. Dia melangkah pelan, mendekati Pak Arfail. Awui adalah keponakan dari Bu Rares, istri Pak Arfail. “Ayo! Kamu bisa chatting lagi dengannya. Ikutlah denganku!” Pak Arfail berdiri dan menepuk pundak Yana. Kedua bola mata Yana yang bulat makin bulat. Dia mengangguk cepat. Pak Arfail melangkah bersama Yana menuju rumah Pak Arfail. Di belakang mereka, Mace berdiri. Wajahnya tampak lega karena Yana bersama Pak Arfail. Mace tahu, Yana sangat patuh pada tetangganya itu. Mereka pun sampai di rumah Pak Arfail. Bu Rares keluar dari pintu depan. “Wah, ada Yana. Sepertinya agak lama kamu enggak main, ya?” tanyanya. Yana hanya tersenyum simpul. Mata Yana langsung melihat ke ruang di dekat ruang tamu. Di sana ada dua komputer yang biasa dipakai anak-anak desa untuk belajar memakai komputer dan media sosial. Yana juga bisa memakai komputer karena belajar di sini. “Komputernya sudah on, Yana. Kamu bisa langsung masuk.” Bu Rares seperti sudah tahu apa yang ada dalam pikiran Yana. Apakah dia sedikit melupakan keinginannya untuk meluruskan rambut? Semoga nanti wajahnya makin ceria setelah mengobrol melalui kotak pesan di media sosialnya, dengan Awui. Eh, sepertinya dia belum lupa. Lihat! Yana sudah duduk dan terhubung dengan Awui melalui media sosial. Wajahnya seperti tertutup mendung. Kenapa lagi ya? Coba kita baca apa yang Yana ketik dan kirimkan ke Awui. [Aku ingin memiliki rambut lurus sepertimu, Awui.] Sedih, ya? Mengapa Yana belum juga bisa menerima rambut lebatnya? 7 Mengapa dia mengirim pesan tentang keinginannya juga kepada Awui? Rambut Awui diciptakan Tuhan. Semua rambut juga ciptaan Tuhan. Rambut Awui ada di kepalanya, rambut lain ada di kepala anak-anak lain. Coba bayangkan, apabila selebat rambut kepala ada di telapak kaki Yana. Dia pasti sangat repot ketika berjalan. Bagaimana caranya, coba, kalau mau pakai sepatu? Terus, bagaimana membersihkannya? Misalnya saja, rambut yang lebat dan keriting ini ada di punggung Yana. Dia pasti akan sulit tidur. Terganggu karena ada yang mengganjal, atau membuatnya geli. Rambut keriting ini sudah pas ada di kepalanya. Semua yang Tuhan ciptakan selalu ada manfaat, dan tidak membuat repot. Namun, Yana sedang membuat repot dirinya sendiri. Apa kalian juga ada yang seperti Yana? Mau meluruskan rambut, padahal sudah sangat cantik atau tampan. Bentuk dan model rambut tidak memengaruhi prestasi seseorang. Kesungguhan dan kegigihan yang mereka butuhkan. Mengapa tidak mencoba untuk menggali kelebihan? Misalnya, yang suka olahraga bulu tangkis, ya belajar bulu tangkis. Kan tetap bisa ya rambutnya lurus atau keriting? Jika menyukai berenang, tekunilah renang bersama pelatih. Kamu yang senang bela diri, bisa memperdalamnya. Selain menjadi sehat dan kuat, kamu bisa jadi atlet. Sampai ke luar negeri, dan mengharumkan nama Indonesia. Bacalah pesan terbaru Yana pada Awui! [Aku tidak cantik sepertimu.] Kalau rambut seperti manusia, mungkin dia akan menangis. Rambut sedih, karena menurut Yana, dia menjadi penyebab dirinya tidak cantik. 8 8 Rambut selalu menempel di kepala Yana. Kalau Yana kurang menghargainya, mungkin dia ingin turun dan lari. Dia bisa saja memberi pelajaran agar Yana merasakan tanpa adanya rambut. Ah, tetapi sepertinya rambut tidak jahat kepadanya. Dia patuh kepada Tuhan sehingga akan tetap melindungi kulit kepala Yana dari panas. 9 A ku sedang duduk menghadap ke laptop. Pikiran ini masih memikirkan apa yang Yana ucapkan melalui chat, kemarin. Mata ini juga masih bisa melihat bayangan wajah Yana yang murung, saat kemarin melakukan video call. Yana seperti bukan sahabat yang kukenal. Dahulu ceria, banyak cerita, tetapi kemarin seolah-olah hanya ada kesedihan. Bab 3 Rambut yang Istimewa 1010 Aku menempelkan telunjuk ke dagu dan mengetukkannya berulang-ulang. Aku sedang mencari ide untuk bisa membantu Yana menerima rambutnya. Aku langsung mengetik kata kunci di mesin pencarian internet. *** Inilah hal menarik dan istimewa yang kubaca tentang rambut! Bayi usia 14 sampai 15 minggu, dalam kandungan ibunya sudah tumbuh rambut. Pada usia 22 minggu, kepala bayi memiliki kurang lebih lima juta folikel rambut. Folikel rambut adalah kantong kecil yang ada di badan kita, tempat untuk tumbuh rambut. Folikel rambut ada di seluruh tubuh kita, kecuali telapak tangan, telapak kaki, dan bibir. Bentuk folikel rambut ternyata berbeda-beda. Hal inilah yang menyebabkan bentuk rambut beragam. Ada rambut lurus, ikal, dan keriting. Walaupun jenis rambut berbeda, fungsinya tetap sama. Demikian juga dengan fungsi folikel rambut. Di dalam folikel rambut terdapat sebasea atau kelenjar minyak. Sebasea ini menyediakan sebum atau zat minyak yang dapat melumasi rambut serta kulit kita. Makin banyak rambut, makin banyak juga kelenjar sebasea. Nah, Filiyana sudah lama tidak keramas. Mungkin di rambutnya sudah banyak menumpuk sebum, kotor, terus menjadi ketombe. Hiii...h! Aku perlu menyampaikan ini kepada Filiyana setelah membaca tulisan di internet tentang rambut. Biasanya Filiyana sangat bersemangat dengan informasi baru. Kupikir, ini adalah informasi baru yang belum dia tahu. Aku yakin bisa memberi penjelasan kepada sahabatku, tentang rambut yang sama- sama cantik. Rambut juga akan sama-sama kotor dan tidak sehat apabila kita tidak merawatnya. *** 11 11 Hal lainnya yang menarik dari rambut, adalah.... Rambut tumbuh sepanjang kira-kira 15 cm per tahun. Separuh dari penggaris yang panjangnya 30 cm. Namun, ini bukan ukuran yang sama untuk semua orang. Semua tergantung dari banyak hal yang memengaruhinya. Aku mengangguk-angguk. Sekarang, aku paham dengan tulisan di internet itu. Mamaku juga pernah bilang, kalau mau rambut tumbuh sehat dan bagus, sebaiknya makan makanan yang sehat. Agar rambut kita bagus dan kuat, kita bisa mengonsumsi makanan yang mengandung protein, zink, serta zat besi. Contohnya, daging sapi, ayam, telur, dan ikan laut. Kamu juga suka makanan ini, kan? Rambut kita mengalami tiga tahapan, yaitu anagen, katagen, dan telogen. Wah, apa sih ini? Aku jadi menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal. Hampir saja badanku jatuh, karena terdorong ke belakang. Aku memutar kursi setengah lingkaran, ke kanan-kiri, kemudian memutarnya penuh. Saat sedang begitu, Mama lewat di depan pintu. “Hati-hati, Awui!” Mama mengingatkan. Ups! Aku membekap mulut dengan kedua tangan, kemudian kembali membaca tulisan di layar datar laptopnya. Aku menarik napas panjang, untuk membaca penjelasan kata-kata baru tadi. Anagen adalah istilah untuk masa aktif pertumbuhan rambut, yaitu 2--8 tahun. Katagen berarti waktu rambut berhenti tumbuh selama 4--6 pekan. Telogen berarti masa rambut istirahat, waktunya 2--3 bulan pada saat rambut rontok. 1212 Aku menepuk-nepuk kedua pipi, menggembungkan, kemudian mengempiskannya. Kemudian aku menarik napas panjang dari hidung serta mengeluarkannya perlahan dari mulut. Sekarang, aku jadi tahu istilah baru, setelah membaca. Aku seharusnya berterima kasih kepada Yana yang sudah curhat. Gara-gara itu, aku bisa bertambah informasi. Aku mengernyitkan dahi, dan sedikit mendekatkan wajah ke laptop. Aku membaca paragraf lain yang memberi tahu bahwa rambut akan tumbuh cepat pada usia 15--30 tahun. Aku jadi membayangkan jika rambut ini akan cepat panjang, empat tahun lagi. Besok, setelah pulang dari gereja, aku akan bercerita kepada Yana tentang ini! Namun, hal lain apa ya, yang bisa menghiburnya dan membuatnya tetap percaya diri dengan rambut keritingnya? 13 13 A ku mulai merasa risih. Rambutku saling tempel, lengket, dan berbau tidak enak. Mace sudah berulang memintaku untuk mandi dan memakai sampo. Mace bilang, “Pasti harum dan segar kalau sudah memakai sampo, Sayang.” Hari ini, aku mengikuti anjuran Mace, tetapi aku tetap ingin rambut lurus. Aku baru saja pamit pada Mace. Aku mau menonton film bersama di rumah Pak Arfail. Bab 4 Semua Rambut itu Cantik 1414 Kepalaku terasa lebih segar dari kemarin. Kaki melangkah pelan, di sisi kiri jalan. Aku berjalan sendiri, tidak membarengi teman-teman lain. Aku berada di urutan paling belakang, saat sampai di halaman rumah Pak Arfail. Setelah masuk ruang komputer, aku memilih duduk di dekat pintu. Aku merasa agak sedikit lega, sebab angin bisa mengipasi rambutku yang masih agak basah. Anak-anak yang duduk di depan beralaskan karpet kain. Mereka yang di belakang duduk di kursi, termasuk aku. Angin sepoi membuat mataku agak terasa berat. Saat mau memejam, tiba-tiba terdengar sebuah suara, “Ayo dimakan pisangnya!” Aku menoleh, menerima pisang emas dari Bu Rares. Aku belum tertarik untuk memakannya. Pisang adalah buah hasil petani di Tanggaromi. Di tempat lain ada petani padi, jagung, atau gandum. Di sini, di Tanggaromi, ada petani pisang. “Ssst! Filmnya mulai!” tegur seorang anak kepada temannya yang berebut pisang emas. Aku melihat tingkah teman-teman, tanpa bicara. Aku lebih tertarik melihat ke layar komputer. Ada tokoh cerita berambut keriting sedang murung. Mendadak, aku merasa kami bernasib sama. Aku dan tokoh utama dalam cerita di komputer itu. Aku yang tadinya mengantuk jadi ingin melihat terus ke layar komputer. Rambut anak kecil di film itu sama seperti aku dan sebagian besar anak-anak Tanggaromi. Keriting dan lebat. 15 15 “Wah, ada juga di sini yang pingin seperti diaaa...,” kata anak laki-laki yang rambutnya seolah menempel semua seperti dilem di kepala. Dia memiliki rambut sepertiku, keriting, tetapi tidak pernah mempermasalahkannya. Dia membalikkan badan, dan melihat ke arahku. Aku pura-pura tidak melihatnya. Kutebak, dia sedang menyindirku. Anak perempuan berusia delapan tahun yang ada di film itu sangat ingin rambutnya lurus. Dia sering melihat penyanyi cilik, artis, dan semua anak di televisi yang banyak berambut lurus. Rambut lurus itu cantik. Sangat cantik, menurutnya. Fe, tokoh utama, anak perempuan dalam film itu, memiliki dua orang sahabat. Mereka selalu menghibur jika Fe sedih. Seperti hari itu, ketika sahabatnya menginginkan rambut lurus, seperti bintang iklan sampo. Dua sahabat Fe memakai wig keriting untuk menghibur sahabatnya. Fe tertawa melihat mereka yang memakai rambut keriting. Aslinya mereka memiliki rambut ikal dan lurus. Saat Fe tertawa, dua sahabatnya ikut tertawa. Mereka pun mengatakan kepada Fe agar mau menerima rambutnya yang sangat cantik. “Fe sangat cantik. Fe juga pintar menggambar dan mewarnai. Percaya diri selalu, ya, Fe!” kata sahabatnya. Benarkah apa yang mereka katakan, bahwa rambutku sangat cantik? Aku tidak sabar menunggu anak-anak di sini bubar. Aku ingin segera pulang, mau bercerita kepada Mace tentang film ini. Sepertinya, aku perlu meminta maaf kepada Mace karena sudah marah-marah, dari kemarin. 1616 “S ahabat yang baik akan sangat menghargai pemberian kita,” kata Mama kepadaku. Hari ini, kami baru pulang dari gereja. Mama memberi usul, agar aku membuat ikat rambut, untuk Filiyana. Walaupun rambut Filiyana belum panjang, dia sangat suka mengikat rambutnya. Besok, kami akan mengeposkannya untuk hadiah Filiyana. Mama berjanji akan membantu. Aku sangat senang dengan hal ini. “Kita makan pisang goreng sambal roa dulu, ya, Awui?” ajak Mama. Asisten rumah tangga di rumahku meletakkan nampan di atas meja makan. “Waaah. Aroma sambal roa ini sangat mengundang nafsu makan!” Aku membiarkan hidungku menikmati aroma khas sambal roa. Sambal roa adalah sambal khas Manado. Kamu bisa membuatnya di rumah, tanpa harus ke Manado lho. Orang-orang membuat sambal roa dari ikan roa, cabai, tomat, gula, dan garam. Kamu sudah pernah lihat ikan roa? Seperti gambar di bawah inilah ikan roa. Bab 5 Hadiah untuk Filiyana 17 17 Aku juga akan membagikan resep sambal roa untukmu, agar bisa membuatnya bersama ibumu, kapan saja. Resep Sambal Roa Bahan-bahan: 3 ekor ikan roa asap, ambil dagingnya saja; 15 buah cabai rawit (bisa kurang atau lebih); 2 buah cabai merah; 2 buah tomat merah; 10 siung bawang merah; 1 sdt garam; 1 sdt gula. Cara Membuat: Goreng ikan roa sebentar, kemudian haluskan dengan ulekan. Haluskan cabai. Iris tipis bawang merah dan tomat. Goreng bawang merah hingga kecokelatan, masukkan cabai dan tumis sebentar. Masukkan tomat, garam, dan gula, masak hingga matang. Masukkan ikan roa halus dan aduk rata dengan sambal. Bisa dimasak sampai kering, atau angkat saat masih basah. 1818 “Nah, sekarang sudah siap untuk membuat ikat rambut?” tanya Mama. “Sudah, Ma. Ini kainnya yang polos hijau halus banget deh.” “Itu namanya kain satin. Halus dan lembut. Yo, kita potong!” Mama menjelaskan nama kain yang akan kami pakai. Satu yang berwarna hijau ini kain satin. Terus yang motif bunga mawar ini kain katun. “Berapa ukuran kain polos yang akan kita potong ini, Ma?” “Sekitar 8 cm x 50 cm, Sayang.” Aku mengambil penggaris, mengukur, dan menandai ukurannya dengan pensil. Ini sangat mudah. Penggaris sudah ada angkanya. Lebar kainnya 8 cm, dan panjangnya 50 cm. Aku memakai penggaris berukuran 30 cm. Jadi, untuk mencapai panjang 50 cm, kamu tahu kan, aku harus menambahkan lagi berapa sentimeter? Aku memotong dengan sangat hati-hati. Guntingnya tajam. Kalau meleset sedikit, nanti bentuknya jadi kurang rapi. Setelah memotong dua helai kain hijau polos, aku penasaran dengan cara selanjutnya. Kalau melihat tutorial di Youtube sepertinya sangat mudah, tetapi jika praktik, kita akan merasakan tantangannya. “Sekarang lipat. Kita jahit bersama. Mama satu, Awui satu. Gimana?” Mama seolah tahu dengan rasa penasaranku, dan menjawabnya begitu. Mendadak aku jadi berdebar-debar. Aku sudah lama sekali tidak menjahit kain. Semoga saja aku masih bisa. Aku memasukkan benang ke dalam jarum. Lubang benang sangat kecil. Aku harus melihatnya dengan saksama, kemudian memasukkan ujung benang dengan hati-hati. 19 19 “Jahit kainnya terbalik dulu. Kita tekuk bagian luar kain. Nanti saat dibalik, bagian yang halus dan berwarna lebih terang akan ada di luar.” Mama memberi penjelasan lagi. Aku melihat dengan teliti, bagian dalam dan luar kain. Sekilas tidak ada bedanya. Warna yang sedikit buram adalah bagian dalam kain. Setelah yakin, aku menekuk kain satin itu. Kami pun mulai menjahit. Mama memanduku. Aku mengikuti apa yang beliau katakan. Misalnya, jarak antarjahitan sebaiknya memiliki ukuran sama. Kita bisa kira-kira, karena akan sangat rumit apabila harus mengukurnya juga dengan penggaris. “Di dua ujung kain, kita sisakan kira-kira empat sentimeter. Supaya mudah, saat membaliknya.” Aku manggut-manggut tanda mengerti. Pada saat mau membalikkan kain, aku belum bisa seperti Mama, hanya memakai tangan. Mama memberikan tusuk satai kepadaku. Beliau mengajari cara membalikkan kain dengan tusuk satai. Wah, ternyata jadi mudah. “Sekarang apa lagi, Ma?” “Kita satukan dua ujungnya. Kemudian masukkan karet elastik. Setelah itu, jahit rapat kedua ujungnya.” Sip deh. Aku sudah tahu cara memasukkan karet elastik ini ke tengah- tengah kain. Pakaikan peniti kecil di satu ujung karet elastik, kemudian peniti ini seolah menjadi kepala, untuk masuk lebih dulu ke dalam kain. Kami kemudian menyatukan dua ujung karet elastik dan menyimpulkannya. Setelah itu, kami menjahit kain menjadi rapat. Karena ukuran karet elastik lebih pendek daripada panjang kain, hasilnya jadi bagus. Ada kerutan-kerutan ikat rambutnya. 2020 “Begini saja juga sudah bisa dipakai, Awui. Namun, kita akan menambahkan pita bermotif bunga kesukaan sahabatmu.” Aku jadi tidak sabar untuk membuat pitanya. Kain motif bunga mawar ini khusus kami beli di toko kain. Kamu bisa membuatnya dari kain perca di rumah. Misalnya, kamu selesai menjahit baju, dan ada kain sisanya, bisa dipakai untuk membuat ini. Nanti baju dan ikat rambutmu akan serasi sekali. Apapun motifnya. “Kita ambil kain bermotif bunga mawar, dan potong kotak. Tekuk, dan masukkan busa angin. Busa angin ini sangat tipis. Kita bisa bertanya kepada pelayan toko kain jika belum tahu.” Penjelasan Mama panjang. Aku berusaha menyimak dengan baik. Ternyata setelah memasukkan busa angin, kita jahit semua bagian kain yang masih terbuka. Kemudian kita membentuknya menjadi pita, lalu ikat tengahnya dengan benang. Beri kain polos lagi, untuk menutupi ikatan benang. Satukan dua ujung kain di balik pita dengan lem tembak. “Sudah selesai ya, pitanya?” “Sudah, Ma.” “Terakhir, cukup tempelkan pita motif bunga mawar ini, pada ikat rambut hijau polos tadi.” Aku bisa melakukan ini! Taraaa! Selesaaai.... Besok kita paketkan! 21 21 U sai salat Asar, Filiyana mendapat paket dari Awui. Ikamah salat Asar di Desa Tanggaromi sudah berlalu dua puluh menit. Filiyana dan ibunya sedang melipat mukena ketika terdengar suara dari luar. Suara itu terdengar akrab, suara seorang bapak. “Ada paket untuk Filiyana,” katanya ketika Filiyana sudah berdiri di depan pintu. “Paket?” tanya Filiyana sambil mengernyitkan dahi. “Iya, dari Awui. Ini, ya....” Filiyana menerima paket berbungkus kertas merah. Ada pita merah muda yang melilitnya dengan cantik. Dia coba menebak, kado apakah ini? Jika ulang tahun, ini bukan bulan lahirnya. Filiyana berjalan menuju kursi di ruang tamunya. Dia duduk dan melihat empat sisi bungkusan kotak di tangannya. Tangannya mulai Bab 6 Bahagianya Bila Percaya Diri 2222 meraba-raba. Ada di sebelah mana ujung lem agar dia bisa membukanya tanpa menyobeknya. Tangan mungilnya menemukan ujung lem pembungkus paket. Dia menarik selotip pelan-pelan. Terdengar bunyi khas saat selotip terlepas dari pembungkus kado. “Wah, ada yang dapat hadiah sepertinya?” tanya ibunya sambil meletakkan pisang di atas meja. Filiyana menoleh sebentar, dan memberi senyum kepada ibunya. Dia melanjutkan membuka bungkus paket. Sekarang, semua kertas pembungkusnya sudah terlepas. Kotak warna merah muda ada tutupnya. Mirip dengan kotak sepatu, tetapi polos. Tangan Filiyana membuka tutup kotak. Wajahnya langsung berbinar melihat ke dalam isi kotak. Ada empat ikat rambut bermotif bunga kesukaannya. Ada kupu-kupunya juga sebagai pita di ikat rambut itu. Di bawah ikat rambut, ada dua lembar kertas tebal. Ada gambar yang membuat kedua mata Filiyana makin berbinar. “Bagus ya, Mace? Filiyana menata rambut begini?” tanyanya sambil menunjuk gambar seorang anak berambut keriting berbandana. “Ih, Mace kan sudah bilang, kalau Filiyana merawat rambut, pasti lebih sehat. Sehat itu cantik. Mau keriting atau lurus, tidak masalah,” jawab ibunya. Sekarang Filiyana mengangkat kertas kedua. Ada tulisan tangan di kertas itu. KERITING ATAU LURUS, SEMUA ISTIMEWA! Kedua mata Filiyana menghangat. Terbayang di pelupuknya semua tingkah yang pernah dia lakukan saat ingin rambut lurus. Dia marah-marah 23 23 kepada Macenya, berwajah mendung kepada semua orang, dan sangat sering menyendiri. Kedua mata Filiyana membaca tulisan lain di bawah kalimat yang baru saja dia baca. Kita sama-sama anak Indonesia yang kaya dengan keanekaragaman jenis rambut. Ada yang keriting, ikal, atau lurus. Warnanya juga berbeda-beda. Ada yang hitam legam, agak abu-abu, sedikit pirang karena tersengat panas matahari. Ada yang tebal dan ada yang tipis. Semuanya istimewa, jika.... Pemiliknya bersyukur kepada Tuhan atas karunia-Nya berupa rambut. Pemiliknya merawat dan menjaganya dengan baik. Pemiliknya selalu mau belajar dan pantang menyerah. Pemiliknya ramah terhadap semua orang. Pemiliknya tahu bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dia juga tahu kelebihan dirinya, dan siap untuk menggiati kesukaaannya, sehingga menjadi keahlian suatu hari saat dewasa nanti. Kita anak Indonesia, menerima keberagaman. Saling menyayangi dan menghormati, tanpa melihat apa jenis rambut atau warna kulitnya. Kedua mata Filiyana terasa panas. Dia meletakkan kertas di tangannya ke dalam kotak, kemudian berdiri. Dia melangkah mendekati Macenya yang baru saja meletakkan segelas air bening di dekat pisang. 2424 “Maafkan sa, ya, Mace? Sa tidak akan memaksa Mace untuk meluruskan rambut lagi.” Sa berarti ‘saya’. Orang-orang Tanggaromi biasa mengucapkan ini, yang seperti kata pendek untuk saya. “Eh, tapi Mace sudah mengumpulkan uang untuk Filiyana. Sudah bisa dipakai untuk rebonding itu. Bagaimana?” “Sa akan menabungnya saja, ya, Mace. Boleh?” “Kamu sangat hebat, Filiyana! Mace bangga padamu!” Filiyana memeluk ibunya sangat erat. Ada dua bulir air mata meluncur dari kedua mata, di atas pipinya. Dia membayangkan ibunya yang sudah berhemat sedemikian rupa sehingga bisa mengumpulkan uang. 24 25 Khulatul Mubarokah menekuni dunia kepenulisan sejak tahun 2013. Dia menulis berbagai genre, dan sejak tahun 2015 mencoba belajar menulis buku dan cerita untuk anak. Sekarang dia masih terus belajar, agar bisa lebih mendalami dan mengembangkan ide-idenya dalam kepenulisan buku anak. Biodata Penulis Dhika Alexander adalah lulusan Fakultas Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dia menggambar karena hobi dan untuk mengekspresikan diri. Dia membuat ilustrasi untuk buku dan logo sejak tahun 2013. Ilustrator Setyo Untoro lahir di Kendal, 23 Februari 1968. Saat ini ia tinggal di Bekasi bersama istri dan dua orang anak. Sebelum bekerja di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (sejak 2001), ia pernah magang sebagai reporter surat kabar di Jakarta (1994) dan menjadi pengajar tetap di sebuah perguruan tinggi swasta di Surabaya (1995—2001). Ia aktif dalam berbagai kegiatan kebahasaan seperti pengajaran, penyuluhan, penelitian, penerjemahan, dan penyuntingan. Selain itu, ia kerap terlibat sebagai ahli bahasa dalam penyusunan peraturan perundang-undangan serta menjadi saksi ahli bahasa dalam perkara tindak pidana ataupun perdata. Penyunting 26 28
14_Keriting_atau_Lurus_Semua_Istimewa_SJ
1 Level Penulis: Clare Verbeek, Thembani Dladla, Zanele Buthelezi Ilustrator: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Penulis: Clare Verbeek, Thembani Dladla, Zanele Buthelezi Ilustrator: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Tubuhku Penulis : Clare Verbeek, Thembani Dladla, Zanele Buthelezi Ilustrator : Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha Penerjemah : Tiara Putri Penelaah : 1. Hendarto Setiadi 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebuda­ ya­an, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerak­an ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. Dengan tubuhku, aku bisa berlari. 2 3 Dengan tubuhku, aku bisa meloncat tinggi. 4 5 Dengan tubuhku, aku bisa menari. 6 Dengan tubuhku, aku bisa berenang. 7 Dengan tubuhku, aku bisa ... ... melompat kecil. 8 Namun, dengan tubuhku, aku bisa menendang. 9 Dengan tubuhku, aku bisa melarikan diri. 10 Tetapi dengan tubuhku, ... 11 ... aku tidak akan pernah bisa terbang. 12 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Cerita Mein Körper diterjemahkan oleh Ute Limacher-Riebold. © untuk terjemahan ini terdapat pada Ute Limacher-Riebold, 2020. Beberapa Hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang- undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan Cerita Asli: My Body, oleh Clare Verbeek, Thembani Dladla, Zanele Buthelezi. © African Storybook Initiative, 2007. Beberapa Hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang- undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Para Pembuat Cerita MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Tubuh kita selalu aktif! Benar, kan?
140_Tubuhku_Tiara_Putri
I n d r a K i t a ! A y o , K e n a l i 1 Level Penulis: Carole Bloch Ilustrator: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 I n d r a K i t a ! A y o , K e n a l i Penulis: Carole Bloch Ilustrator: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha Penerjemah: Ranjy Ramadani Ayo, Kenali Indra Kita! Penulis : Carole Bloch Ilustrator : Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha Penerjemah : Ranjy Ramadani Penelaah : 1. Naifah 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebuda­ ya­an, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerak­an ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. Dengan hidungku, ... 2 ... aku bisa mencium bau kaus kaki kotor. Huh! 3 Aku juga bisa mencium aroma bunga-bunga. 4 Dengan mataku, aku melihat sebuah balon terbang. 5 Aku juga melihat seekor kucing yang bergembira. 6 Dengan lidahku, aku bisa merasakan asinnya air laut. 7 8 Aku juga bisa merasakan jeruk yang manis dan segar. 9 Dengan tanganku, ... 10 ... aku dapat menggenggam tanganmu. 11 12 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Cerita diterjemahkan oleh Maha AlAmri. © untuk terjemahan ini ada pada African Storybook Initiative, 2002. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan cerita asli: Let’s Go, oleh Carole Bloch. © African Storybook Initiative, 2002. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Para Pembuat Cerita MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Ayo, ujilah indra perasamu! Ayo, Kenali Indra Kita!
141_Ayo_Kenali_Indera_Kita_Ranjy_Ramadani
Penulis: Venkataraghavan Subha Srinivasan Ilustrator: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha D e n g a r k a n Suar a A y a h , Y u k ! Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 3 Level Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Penulis: Venkataraghavan Subha Srinivasan Ilustrator: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha D e n g a r k a n Suar a A y a h , Y u k ! Dengarkan Suara Ayah, Yuk! Penulis : Venkataraghavan Subha Srinivasan Ilustrator : Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha Penerjemah : Neysa Putri Ardianti Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai kete­rampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud­ristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Suuut. Kalian lihat sosok itu? Itu ayahku yang sedang tertidur. Agar bisa lebih mengenalnya, kalian harus menggunakan telinga kalian dengan baik. Dengarkan suara Ayah dengan saksama. Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. Z Z Z ZZ Z Z Z Z Ketika tidur, Ayah meniupkan napas pelan seperti angin meniup dedaunan. Aku bisa meniru suaranya dengan menangkupkan tangan ke mulut, lalu meniup-niup. “Huh-hah-huh-hah.” Kadang, Ayah mendengkur keras bagai guntur yang bergemuruh. Aku pun menirunya dengan mendengkur seperti babi, lalu mendengus seperti kuda. “Ngoook-sssh- ngoook-sssh.” 2 Ketika Ayah bangun, Ayah meregangkan tangan dan kakinya. Suaranya sama seperti suara kertas yang disobek-sobek. “Krek-srek-krek-srek.” Saat Ayah berdiri, terdengar bunyi gemeretak sendi dan tulangnya bagai kain yang dientak-entakkan. Suaranya mirip jari- jariku saat dijentikkan. “Ctik-ctak-ctik-ctak.” Ctik ctak ctak ctik Krek Srek Krek Srek 3 Waktu makan, Ayah mengunyah dengan mulut terbuka lebar dan mengecap keras. Suaranya mirip suara kakiku saat berlari di jalan becek. “Clak-plak-clak-plak.” Suara Ayah memakan kerupuk terdengar renyah seperti suara kakiku yang menginjak dedaunan kering yang berserakan di tanah. K ri u k - k r i u k - k r i u k . Clak plak clak plak “Kriuk-kriuk-kriuk-kriuk.” 4 Ketika Ayah minum, jakunnya terlihat bergerak naik dan turun. Sayup-sayup, terdengar suara air yang mengaliri pangkal tenggorokannya. Suaranya mirip suara yang kudengar ketika aku membenamkan kepala di air. “Blup-blup-blup.” 5 Selesai makan, Ayah bersendawa, tandanya ia puas menikmati makanan. Suara berserdawa Ayah mirip suara roda lori yang berjalan di jalan menanjak. “Groook!” 6 Jika Ayah berserdawa keras sambil buang angin, berarti perutnya sakit karena makan terlalu cepat. Aku bisa menirukan suara ini dengan menggembungkan pipi, lalu meniup sambil menutup mulut. “Preeet.” “ P r e e e t ! ” 7 Jika terdengar suara serot dari hidungnya, berarti Ayah sedang pilek. Ayah lalu mengembuskan napasnya keras-keras untuk membersihkan ingusnya. Suaranya mirip kaki kursi yang diseret di permukaan lantai. “Serooot!” Jika pileknya makin parah, hidung Ayah jadi tersumbat. Ia bernapas lewat mulutnya seperti aku saat terengah-engah. “Ngos-ngos-ngos-ngos.” 8 Suara Ayah sangat keras. Saat tertawa, suaranya bergaung hingga rumah tetangga seperti cekikikan monyet, tetapi selantang raungan harimau. “Ha ha ha!” “ H a h a h a! ” 9 Suara Ayah yang paling kusuka bukanlah suaranya sendiri. Suara yang kusuka adalah suara yang muncul saat bibirnya mengecup keningku. “Emmuah!” “ E m m u a h !” 10 Gelombang suara masuk melalui liang telinga menuju gendang telinga. Gendang telinga menghantarkan getaran suara ke telinga tengah dan berlanjut ke telinga dalam. Telinga dalam berbentuk seperti rumah siput yang disebut koklea. Di dalamnya terdapat ribuan sel rambut halus. Sel-sel rambut menangkap getaran suara, lalu meneruskannya ke otak agar kita dapat mengenalinya. Bagaimana Telinga Mendengar Suara? telinga luar daun telinga gendang telinga telinga tengah telinga dalam 11 Pada orang dengan gangguan pendengaran, sel-sel rambut di dalam koklea mengalami kerusakan. Hal itu bisa terjadi karena usia mereka yang sudah tua atau kecelakaan dan menderita sakit. Alat bantu dengar adalah perangkat elektronik yang dipasang di telinga untuk memperkuat pendengaran. 12 mikrofon pengeras suara (speaker) cetakan telinga (earmold) Seperti Apa Alat Bantu Dengar Itu? Alat bantu dengar berukuran sangat kecil sehingga bisa dimasukkan atau diselipkan di belakang telinga. Alat itu terdiri atas tiga bagian, yaitu mikrofon, penguat suara, dan pengeras suara. 1. Suara memasuki alat bantu dengar melalui mikrofon. 2. Mikrofon meneruskan suara ke amplifier yang berfungsi untuk memperkuat dan memperbesar sinyal suara. 3. Terakhir, pengeras suara menghantarkan sinyal suara dari amplifier menuju ke saluran telinga. pengait (ear hook) baterai penguat suara (amplifier) 13 Adakah kawan atau saudaramu yang memiliki gangguan pendengaran? Ajak mereka memeriksakan diri ke dokter spesialis THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan) di kotamu. 14 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Cerita My Appa and His Sounds ditulis oleh Venkataraghayan Subha Srinivasan, © Pratham Books, 2020. Beberapa Hak Cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Kredit Lainnya: My Appa and His Sounds telah dipublikasikan di StoryWeaver oleh Pratham Books. Penyusunan buku ini didukung oleh CISCO. www.prathambooks.org. Penata Artistik Tamu: Samidha Gunjal. Para Pembuat Cerita MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Aku senang mendengar suara-suara dari mulut Ayah. Ada satu yang paling kusuka! Bagaimana denganmu? Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id D e n g a r k a n Suar a A y a h , Y u k !
142_Dengarkan_Suara_Ayah_yuk_Neysa_Putri_Ardianti
Penulis: Joseph Sanchez Nadimo Ilustrator: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha 2 Level seram Hutan Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Penulis: Joseph Sanchez Nadimo Ilustrator: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha seram Hutan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Hutan Seram Penulis : Joseph Sanchez Nadimo Ilustrator : Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha Penerjemah : Khairina Eka Kurnia Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebuda­ ya­an, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerak­an ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. Ada banyak ular di sekitar desa Nyare. Ular paling besar bernama Lego. Ia mampu menelan utuh seekor kambing dan domba. 2 Suatu hari, Apiyo, Ajoh, dan Atieno hendak pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Nenek mengingatkan, “Hati-hati dengan Lego. Ambil kayu bakar saja.” Sayang, Ajoh tidak memperhatikannya. 3 Ketiga saudara itu membawa bekal makanan, tali, dan sebuah golok tajam. Apiyo berkata, “Aku yang paling tua jadi kalian harus mendengarkanku.” Mereka bercerita dan tertawa selama perjalanan. Tiba-tiba, Apiyo berkata, “Diam! Sekarang, kita berada di dekat sarang Lego.” 4 Atieno berkata, “Ini adalah gigi emas milik Lego. Ayo, kita bawa pulang!” Apiyo mengingatkan mereka, “Ingat pesan Nenek. Kita hanya boleh mengambil kayu bakar.” 5 “Nenek tidak akan tahu. Aku akan mengambil gigi emas itu,” kata Ajoh. Apiyo dan Atieno tidak senang mendengarnya. 6 Lego datang mencari gigi emasnya dan dia tidak menemukan giginya. Lego berkata, “Orang yang telah mengambil gigiku akan merasakan akibatnya.” ? ? ? ! ! 7 Dalam perjalanan pulang, tiga kakak- beradik itu mendengar suara, “Sssis!” Terlihat Lego menghadang dengan mulut terbuka lebar, siap menelan mereka. S s s i s 8 Lego bertanya, “Siapa yang mengambil gigi emasku?” Namun, tidak ada yang menjawab. Lego melanjutkan, “Orang yang tidak bersalah pasti bisa bernyanyi dengan baik. Sementara itu, pencuri tidak akan bisa.” 9 Apiyo bernyanyi, “Bukan aku! Bukan aku yang mengambil gigimu! Yang mencurinya ada di dekatku!” Atieno juga bernyanyi dengan baik. Namun, Ajoh bernyanyi dengan buruk dan liriknya tidak terdengar. Lego membentak, “Bernyanyilah seperti saudaramu!” Lego tahu Ajohlah yang mencuri gigi emasnya. 10 Lego pun menelan Ajoh. Kedua saudara Ajoh berlari ke rumah untuk menceritakan apa yang telah terjadi. Nenek berkata dengan sedih, “Aku sudah peringatkan, andai saja Ajoh mendengarkanku.” 11 12 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Cerita: The Evil Forest ditulis oleh Joseph Sanchez Nadimo, © African Storybook Initiative, 2015. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Kredit Lainnya: Buku ini telah dipublikasikan di StoryWeaver oleh African Storybook Initiative. Para Pembuat Cerita MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Tiga kakak-beradik pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar, tetapi hanya dua dari mereka yang pulang ke rumah. Apa yang terjadi dengan saudara ketiga? seram Hutan
143_Hutan_Seram_Khairina_Eka_Kurnia
Penulis: Ashish Kumar Trivedi Ilustrator: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha 2 Level KOKOKAN AYAM JAGO Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Penulis: Ashish Kumar Trivedi Ilustrator: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha KOKOKAN AYAM JAGO Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Kokokan Ayam Jago Penulis : Ashish Kumar Trivedi Ilustrator : Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha Penerjemah : Dessy Listyarini Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebuda­ ya­an, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerak­an ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. Dahulu, ada seorang petani yang memelihara seekor ayam jago. 1 Setiap pagi, dia bisa bangun karena suara kokok ayam peliharaannya. 2 Lalu, petani itu pergi bekerja di ladang. 3 Dia selalu bekerja keras. Tanaman yang ditanamnya pun selalu tumbuh subur. 4 Kali ini pun demikian. Dia menabur benih dengan teratur. 5 Keesokan harinya, petani itu berencana pergi ke ladang untuk menyirami benih-benih yang sudah ditanamnya. Namun, ternyata, ayam jago peliharaannya jatuh sakit. Dia tidak bisa berkokok. Petani itu pun bangun terlambat karena tak mendengar suara kokok ayamnya. 6 Ketika dia terbangun, hari sudah siang. 7 Petani itu segera beranjak dari tempat tidur dan pergi ke ladangnya. 8 Para petani lainnya menanyakan padanya mengapa dia terlambat. Lalu, petani itu menjawab, “Hari ini ayam jagoku tidak berkokok.” 9 Mendengar jawaban itu, para petani yang lain tertawa terbahak-bahak. “Jika ayam tidak berkokok, matahari tetap muncul, ‘kan?” 10 11 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Cerita: Chicken Bang Diterjemahkan oleh Vandita Sharma, © untuk terjemahan ini ada pada Vandita Sharma, 2021. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkandengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan Cerita Asli: ‘मुग_क_बांग,’ oleh Ashish Kumar Trivedi, © Ashish Kumar Trivedi, 2017. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Para Pembuat Cerita MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Kita harus lebih sadar diri dan mandiri. KOKOKAN AYAM JAGO
144_Kokokan_Ayam_Jago_Dessy_Listyarini
Itu Asyik Membaca Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Penulis: Hello English Ilustrator: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha 4 Level Membaca Itu Asyik Penulis: Hello English Ilustrator: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Membaca Itu Asyik Penulis : Hello English Ilustrator : Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha Penerjemah : Dessy Listyarini Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai kete­rampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud­ristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Stefani dan Liam mendapat kartu perpustakaan dari Kakek. Mereka bisa meminjam buku. Sayangnya, Stefani dan Liam belum pernah mengunjungi perpustakaan. Mereka akhirnya menemukan dunia yang penuh keajaiban dan petualangan yang baru pertama kalinya mereka alami. Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. Kosa Kata dan Cara Pengucapan – Sebelum Membaca menakjubkan me-nak-jub-kan Dunia bacaan adalah hal yang menakjubkan. mengagumi me-nga-gu-mi Mereka mengagumi cerita dalam buku itu. menarik me-na-rik Perpustakaan ini tampak menarik dan misterius. hati-hati ha-ti-ha-ti Mereka memilih buku dengan hati-hati. 2 “Kalian mengeluh karena tidak ada yang bisa dilakukan?” kata kakek. “Ambil ini.” “Apa itu, Kek?” tanya Stefani. “Kartu perpustakaan. Kalian dapat berkunjung ke perpustakaan dan meminjam buku di sana. Sekali datang, kalian bisa meminjam enam buah buku.” 3 “Membaca sangat baik untuk otak kalian. Apalagi membaca itu sebenarnya sangat menarik dan menyenangkan. Kalian akan menemukan sebuah dunia baru yang penuh dengan hal-hal yang menyenangkan.” 4 “Apakah Kakek melantur lagi?” tanya Liam pada Stefani. Liam adalah adik laki-laki Stefani. “Siapa yang mengatakan bahwa membaca buku adalah hal yang menyenangkan? Bagaimana dengan gim komputer atau bermain di taman hiburan? Itu jauh lebih menyenangkan.” “Aku tahu,” jawab Stefani. “Namun, mungkin Kakek benar. Membaca akan bermanfaat untuk kita.” 5 Mereka pergi ke kota. Kemudian, mereka langsung menuju perpustakaan. “Aku tidak yakin ingin masuk ke dalam,” gumam Liam, “Aku akan menunggumu di luar.” “Ayolah, di dalam pasti menyenangkan,” bujuk Stefani sambil menggandeng tangan Liam masuk ke dalam perpustakaan. 6 “Selamat datang di perpustakaan. Apakah ada yang bisa saya bantu?” sambut penjaga perpustakaan. “Ini adalah kali pertama kami ke perpustakaan,” jawab Liam. “Kalau begitu, kalian tidak perlu sungkan. Silakan masuk, aku akan membantu kalian untuk menemukan beberapa buku menarik untuk dibaca.” Stefani dan Liam akhirnya melangkah memasuki ruangan perpustakaan. 7 “Wah, buku ini tentang kartun dan perkembangannya dari tahun ke tahun,” ujar Liam. “Aku menemukan buku yang menjelaskan tentang mimpi,” kata Stefani, “Judulnya Antara Kesadaran dan Mimpi.” Judul buku itu terdengar menarik. “Buku-buku itu mungkin sedikit sulit untuk kalian pahami,” ujar penjaga perpustakaan. “Mari kutunjukkan buku- buku yang lebih mudah untuk kalian baca dan pahami.” 8 Stefani mengamati buku-buku yang ada di deretan rak buku di hadapannya. Ia berpindah dari satu rak ke rak lainnya, memilih setumpuk buku yang ingin dibaca. Liam duduk di pojok ruangan, mengamati koleksi buku di hadapannya dengan saksama sebelum akhirnya memilih buku-buku yang mau dia baca. “Sepertinya kalian akan menyukai buku-buku ini,” ujar penjaga perpustakaan sambil menunjukkan beberapa buku. “Ini adalah buku-buku petualangan untuk anak-anak seusia kalian.” “Lihatlah gambar-gambarnya, sangat mengagumkan!” seru Stefani. “Aku suka gambar-gambar pesawat ini,” kata Liam. 9 “Apa kamu suka membaca tentang burung?” tanya Liam kepada kakaknya. “Tidak,” jawab Stefani. “Apa kamu suka dongeng?” Stefani akhirnya membaca mitos tentang dewa-dewa dan roh-roh jahat, sementara Liam tenggelam dalam bacaan mengenai burung- burung kesukaannya. Mereka lalu bertukar buku, sehingga Liam akhirnya membaca tentang monster dan goblin, sedangkan Stefani membaca mengenai burung yang terbang paling cepat di dunia. Tanpa terasa waktu berjalan sangat cepat ketika mereka menikmati kegiatan membacanya. Kedua kakak beradik itu sama-sama tidak menyadari bahwa mereka telah menghabiskan waktu tiga jam di perpustakaan sebelum pada akhirnya Liam melihat jam tangannya. “Aku suka buku ini,” ujar Liam. “Aku juga suka buku tentang burung ini” seru Stefani. 11 “Ya ampun!” seru Liam. “Kita harus segera pulang sebelum Kakek kebingungan mencari kita.” “Baiklah, tapi kita harus segera memilih buku yang akan kita pinjam,” kata Stefani. Stefani dan Liam segera memilih buku yang ingin mereka pinjam, lalu menunjukkannya kepada penjaga perpustakaan yang memberikan stempel pada buku-buku tersebut. “Kalian boleh membawa buku-buku ini pulang. Waktu pengembaliannya adalah tiga minggu dari sekarang.” 12 Stefani dan Liam segera pulang, dan sesampainya di rumah, mereka lanjut membaca bukunya. Mereka juga minta maaf kepada Kakek karena terlambat pulang ke rumah. “Tidak apa-apa, anak-anak,” jawab Kakek. “Kakek justru bisa menghabiskan waktu lebih lama di perpustakaan.” 13 Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini setelah membaca cerita di atas. 1. Apa yang diberikan kakek kepada Stefani dan Liam? 2. Siapa yang menunjukkan kepada Stefani dan Liam buku-buku yang mungkin akan mereka sukai? 3. Jenis buku apa yang disukai Liam? 4. Jenis buku apa yang disukai Stefani? 5. Buku apa yang kalian sukai? 14 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Cerita Membaca The Wonderful World Of Reading oleh Hello English, © untuk terjemahan ini ada pada Hello English, 2019. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang- undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Para Pembuat Cerita MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Kakek Stefani dan Liam memperkenalkan dunia baru kepada mereka, yaitu membaca. Membaca Itu Asyik Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
145_Membaca_Itu_Asyik_Dessy_Listyarini
Penulis: Anuradha Sengupta Ilustrator: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha 2 Level Perjalanan Janice Pasar Pecinan ke Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Perjalanan Janice Pasar Pecinan ke Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Penulis: Anuradha Sengupta Ilustrator: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha Penerjemah: Ranjy Ramadani Perjalanan Janice ke Pasar Pecinan Penulis : Anuradha Sengupta Ilustrator : Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha Penerjemah : Ranjy Ramadani Penelaah : 1. Naifah 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebuda­ ya­an, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerak­an ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. “Bangunlah, Janice!” seru Nenek. Janice bangun dengan melompat dari atas ranjangnya. Hari ini adalah hari terakhir dia menginap di rumah Nenek Liu. 2 Janice berjanji kepada anggota keluarganya yang tinggal di Surabaya untuk membawakan oleh-oleh. Namun, hingga saat ini, ia belum membeli apa pun. Janice kemudian bertanya kepada neneknya, “Nenek Liu, maukah menemaniku ke pasar?” 3 Nenek Liu tinggal di daerah Singkawang, Kalimantan Barat. Daerah itu juga dikenal dengan sebutan kawasan pecinan. Janice dan neneknya berangkat untuk berkeliling di pasar pecinan. Delman yang membawa mereka bergerak tidak seimbang ke kiri dan ke kanan. Roda kayunya berdecit dan loncengnya berdering. Aroma makanan yang sedap memenuhi udara. 4 Tempat pemberhentian pertama adalah toko Paman Lee. “Paman Lee, aku akan kembali ke Surabaya besok. Kira-kira, oleh-oleh apa yang bisa kubawa ke sana?” tanya Janice. “Bagaimana dengan manisan buah plum ungu ini?” tanya Paman Lee. “Mmm! Manis dan asam! Kakakku pasti suka,” jawab Janice. 5 Tempat selanjutnya adalah toko Paman Chen. “Paman Chen, besok aku akan kembali ke Surabaya. Kira-kira, oleh-oleh apa yang bisa aku bawa ke sana?” tanya Janice. 6 “Bagaimana jika jamur hitam ini? Tambahkan ke dalam sup untuk menyembuhkan flu,” jawab Paman Chen. “Wow! Jamur ini tampak seperti telinga yang hitam dan besar! Ibu pasti akan sangat senang!” tutur Janice. 7 Sekarang waktunya pergi ke toko Paman Wong. 8 9 “Aku akan kembali ke Surabaya besok, Paman! Menurutmu oleh-oleh apa yang bisa kubawa?” tanya Janice. “Bagaimana dengan lampion ini?” tanya Paman Wong. “Warnanya seperti bunga pohon flamboyan, papaku pasti sangat suka,” kata Janice. Setelah selesai berbelanja, Janice pun merasa lapar. Nenek Liu kemudian membelikan Janice sup pangsit dan bakpao. Janice langsung menyantapnya, “Ini enak sekali.” 10 Setelah itu, Janice dan neneknya melewati sebuah kuil, wangi dupa menyebar dengan semerbak. “Ketika orang-orang meninggal, mereka akan menjadi arwah. Oleh karena itu, kita menyalakan dupa untuk mereka, meminta mereka untuk merestui perjalanan hidup kita,” kata Nenek Liu. 11 Di sana ada sebuah aula yang besar, di dalamnya tampak orang-orang sedang bermain mahyong. Permainan itu menyebabkan bunyi ‘klak-klik’!” di permukaan meja. “Batu permainan itu menunjukkan naga, angin, dan bunga,” kata Nenek. “Permainan itu jauh lebih menyenangkan daripada permainan engklek yang kumainkan,” ujar Janice. 12 Saat di perjalanan menuju rumah, Janice melihat seorang wanita yang sedang membaca koran. Janice sontak bertanya, “Apakah koran ini berbahasa Cina?” “Ya benar,” kata Nenek Liu. “Itu adalah satu- satunya koran berbahasa Cina di sini,” lanjutnya. 13 Ketika sampai rumah, Janice segera mengemasi oleh-olehnya. Nenek bertanya, “Janice, kamu telah membeli oleh-oleh untuk semua orang, tetapi apa yang akan kaubawa untuk dirimu sendiri saat pulang nanti?” “Aku akan membawa kenangan ini. Ini akan menjadi hadiah terindah bagiku!” jawab Janice. 14 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Cerita diterjemahkan oleh Alyaa Alhetmi. © untuk terjemahan ini ada pada EAA, 2017. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan cerita asli Janice Goes to Chinatown, oleh Anuradha Sengupta. © Pratham Books, 2017. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang- undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Para Pembuat Cerita MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Janice pergi ke kawasan Pecinan bersama neneknya. Ayo, ikuti perjalanannya. Perjalanan Janice Pasar Pecinan ke
146_Perjalanan_Janice_ke_Pasar_Pecinan_Ranjy_Ramadani
1 Level Penulis: Madhav Chavan Ilustrator: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Penulis: Madhav Chavan Ilustrator: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Senang dan Sedih (Serial Beri Tahu Aku Sekarang) Penulis : Madhav Chavan Ilustrator : Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha Penerjemah : Yuni Annisah Penelaah : 1. Lovelyta Panggabean 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai kete­rampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud­ristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. Mengapa bayi ini menangis? 2 Dia menangis karena lapar. 3 Mengapa anak laki-laki ini bersedih? 4 Sepertinya, dia bersedih karena sedang merindukan ayahnya. 5 Mengapa gadis ini bergembira? 6 Dia bergembira karena punya gaun baru. 7 Mengapa kakek tertawa? 8 Kakek tertawa karena membaca cerita yang menarik. 9 Mengapa bibi tersenyum? Bibi tersenyum karena anak- anak bibi sedang membaca buku dengan tenang. 11 Seperti apa perasaan bibi? 12 Menurutku, sepertinya bibi sedang malu-malu. 13 14 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Cerita: diterjemahkan oleh Mina Kim. © untuk terjemahan ini ada pada Mina Kim, 2017. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan Cerita Asli: Happy and Sad (Tell Me Now Series), oleh Madhav Chavan. © Pratham Books, 2004. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Para Pembuat Cerita MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Sering kali seorang anak yang penuh rasa ingin tahu menanyakan pertanyaan yang tak ada habisnya kepada orang tua. Serial "Beri Tahu Aku Sekarang" menjelaskan tentang betapa menariknya pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban akan hal itu. Buku ini bercerita mengenai perasaan dan emosi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
147_Senang_dan_Sedih_Yuni_Annisah
2 Level Penulis: Ashishkumar Trivedi Ilustrator: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha Tikus C e r d i k yang Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Tikus C e r d i k yang Penulis: Ashishkumar Trivedi Ilustrator: Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha Tikus yang Cerdik Penulis : Ashishkumar Trivedi Ilustrator : Agus Sofyan (Ketua), Didin Jahidin, Agung Purwanto, Riswan Widiarto, Hervianna Artha Penerjemah : Defiyan Saputra Simbolon Penelaah : 1. Farah Rachmat 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai kete­rampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud­ristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan LiterasiNnasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. Ada seekor kucing gembul dan seekor tikus kecil. 2 Si Kucing mengejar si Tikus. Namun, si Tikus yang lincah selalu lolos. 3 Hingga pada suatu hari, si Kucing berhasil memojokkan si Tikus. 4 Si Tikus pun gemetar ketakutan. 5 Lalu, tiba-tiba si Tikus menemukan jalan keluar. 6 Ia mulai melompat dan menyanyi. "Tante Kucing, Tante Kucing, Tante Kucingku sayang."” 7 Ketika melihat tingkah laku si Tikus, si Kucing pun merenung. Dia bertanya, "Sejak kapan aku menjadi tantemu?"” 8 Si Tikus menjawab, "Kau punya saudara perempuan, bukan?"” Si Kucing berpikir sejenak lalu mengiyakan. 9 Si Tikus berkata bahwa saudara perempuan si Kucing telah mengadopsinya. "Itu berarti, kau adalah tanteku."” 10 Ketika mendengar hal itu, si Kucing lalu memeluk si Tikus dan membelainya dengan penuh kasih sayang. 11 12 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Cerita Clever Mouse diterjemahkan oleh Sagar Prasad Yaday. © untuk terjemahan ini berada pada Sagar Prasad Yadav, 2021. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan Cerita Asli: oleh Ashishkumar Trivedi, © Ashishkumar Trivedi, 2017. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Para Pembuat Cerita Tikus C e r d i k yang MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Si Tikus berhasil menjadikan si Kucing sebagai tantenya. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
148_Tikus_yang_Cerdik_Defiyan_Saputra_Simbolon
Penulis: REFI IOE MOAHLOLI Ilustrator: VALENTINA KRIS UTAMI Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2 Level Penulis: REFI IOE MOAHLOLI Ilustrator: VALENTINA KRIS UTAMI Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Ada Alien di Rumahku Penulis : Refi Ioe Moahloli Ilustrator : Valentina Kris Utami Penerjemah : Era Realita Penata letak: M Rizal Abdi Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widar Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz “Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia” Ada alien di rumahku. Kami diserang! 2 Dinding-dinding rumah berganti warna. Ini pasti ulah alien. Udara jadi hangat. Ini pasti ulah alien. Orang-orang asing berdatangan. Ini pasti ulah alien. 3 Aku harus mencari perlindungan. Aku mendirikan sebuah benteng. Ibu dan Ayah biasanya bermain bersamaku, tetapi akhir-akhir ini aku jadi tembus pandang. Ini pasti ulah alien. 4 Aku sering mendengar suara-suara aneh di tengah malam. Kami diserang! Aku adalah tentara Ini pasti ulah alien 5 1 langkah, 2 langkah …. Aku adalah tentara. 3 langkah, 4 langkah …. Siap untuk bertempur. 5 langkah, 6 langkah …. Enyah kau, alien! 6 7 langkah, 8 langkah .… Aku mendekati sasaran. 9 langkah, 10 langkah …. Aku melihatnya denga mata kepalaku sendiri. 7 Wah! Aku melompat terkejut. Alien itu kecil dan … Terlihat mirip denganku?! 8 Bagaimana bisa?! Apakah makhluk mungil ini benar-benar alien? 9 Mungkin alien itu tidak berbahaya. Apakah alien itu bisa jadi temanku? 10 kami berdua sekarang adalah tentara 1 langkah, 2 langkah … 11 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Cerita There’s an Alien in My House ditulis oleh Refi Ioe Moahloli. © Book Dash, 2019. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Kredit Lainnya: Cerita ini There’s an Alien in My House telah diterbitkan pada StroyWeaver oleh BookDash. Para Pembuat Cerita Ada Alien di Rumahku! Apa yang akan kaulakukan jika ada alien di rumahmu? Bertarung atau menjadikannya teman? MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
149_Ada_Alien_di_Rumahku
.. .... • • • • , .   1 KKLP Pengembangan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Pengumpul Data: Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk. Seri Antologi Fabel Nusantara Kisah Petualangan Buaya dan Hewan Lainnya Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara pa­ling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana de­ngan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). Penerbit PT Elex Media Komputindo KKLP Pengembangan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Seri Antologi Fabel Nusantara Kisah Petualangan Buaya dan Hewan Lainnya Pengumpul Data: Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk. Kisah Petualangan Buaya dan Hewan Lainnya Seri Antologi Fabel Nusantara Kerja sama PT Elex Media Komputindo dan KKLP Pengembangan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi : Sastri Sunarti Leni Mainora Rosliani Farah Pengumpul Data: Atisah, Desi Nurul Anggraini, Helmi Fuad, Ibrahim Sembiring, Irawan Syahdi, Leni Mainora, Muawal Panji Handoko, Nurelide Munthe, Nurhaida, Suyadi, Syahril, Riki Fernando, Tri Amanat, Yuli Astuti Asnel, dan Zahriati Ilustrasi dan Desain Cover : Krisna Putra Layout : Divia PermatasariHIEMHUUDEMGIIIDIDDGMEDII hak Cipta Terjemahan indonesia ©2021 Penerbit PT elex media Komputindo hak Cipta dilindungi oleh undang-undang diterbitkan pertama kali oleh: Penerbit PT elex media Komputindo Kelompok gramedia-Jakarta Anggota iKAPi, Jakarta 523006911 iSBN: 978-623-00-3029-1 dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. dicetak oleh Percetakan PT gRAmediA, Jakarta isi di luar tanggung jawab percetakan Cerita Benawang (Sang Buaya Putih)...................................2 Cerita Benawang (Sang Buaya Putih) Versi Lain.............5 Ular Siganding Tua....................................................................15 Asal Mula Biawak Kehilangan Bisa.....................................21 2 D i Merakbatin, tepatnya di sekitar pemandian air panas Merakbatin, ada orang melahirkan. Dahulu itu tidak ada bidan, adanya dukun beranak. Dukun beranak yang menunggu lahir­ nya anak itu belum mengetahui ada cicak di pusar bayi. Ketika dia ingin memandikan bayi, dilihatnya ada cicak. Nah dikatakan nenek anak itulah, “Itu ada cicak di pusar bayinya.” Diambillah cicak itu. Ditaruhnya di baskom ukuran sedang yang diisi air. Berenang­lah cicak itu. Bayi itu dimandikannya. Mereka ingin melihat cicak itu bisa membesar atau tidak. Cicak itu dimasukkan ke dalam bak. Kemudian besoknya ia semakin membesar dan memenuhi baskom itu. 1 Diceritakan kembali oleh (Mertua Evi Maha Kastri), dituliskan Evi Maha Kastri. 3 Selanjutnya, ci­cak itu dibuatkan tem­ pat seperti biduk se­­­ pan­jang bak. Kata Atumu, dahulu itu pasu namanya. Pasu adalah kayu yang diberi lubang tengah diberi air. Di­masuk­ kan­nya di situ kemu­ dian ia ber­tambah besar seperti biduk. Masih saja tidak cukup cicak itu di­ buat­kan lagi bilik kolam supaya dia bere­nang di sana itu. Dia berenang dan semakin lama semakin bertambah dia besar. Kata buyut, “Sudah­lah lepaskan ini, bertambah besar ini. Ini Bena­wang ini.” Diberi tandalah di dahinya dengan me­makai koin ringgit. Tanda putih itu berbentuk bundar uang ring­git dipakukan me­re­ka di dahinya agar tidak hilang. “Kamu kunama­kan Benawang. Hal nenekmu jangan diganggu, ditolong boleh. Jangan diganggu-ganggu jika dia sudah me­ manggil namamu. Nenekku Benawang itu sudah nenekmu ya darah dagingmu,” kata nenek bayi itu. Jadi Benawang itu ya perempuan. Melimpah- 4 ruahlah dia. Sudah beranak-pinak entah di mana tempatnya. Jika dipanggil, mereka akan keluar juga di Tegineneng itu. Jika ada tanda putih di dahinya, ya pasti Benawang namanya. 5 D ahulu kala di Desa Merakbatin, tepatnya di sekitar kolam pemandian air panas Merak­ batin, ada seorang wanita yang ber­umur 30 tahunan yang bernama Rogayah, yang tengah akan melahirkan. Proses persalinannya dibantu oleh Nyaik Damin, seorang dukun beranak yang lumayan terkenal di desa itu. Sudah dua hari Nyaik Damin menunggui Rogayah, tetapi bayi yang ditunggu belum juga ingin dilahirkan. Malam ketiga, Nyaik Damin sudah merasa ke­­ walahan. Akan tetapi, malam itu Rogayah sudah semakin sering mengerang kesakitan. Tampaknya tidak lama lagi wanita ini akan melahirkan. Ibu 2 Diceritakan kembali oleh Evi Maha Kastri 6 dari Rogayah, ibu mertuanya, dan kakak iparnya yang ikut menemani di kamar itu terlihat tegang. Sementara sang suami duduk di ruang tengah dengan penuh gundah-gulana. Berkali-kali Roga­ yah berteriak dan terus mengejan. Berkali-kali pula Nyaik Damin mengingatkan agar wanita itu untuk tidak mengejan sebelum waktunya. Dengan sabar dan sambil berdoa dalam hati, Nyaik Damin memijat-mijat kepala Rogayah dan memerintahkan Rogayah agar tetap mengarah­ kan pandangan ke arah perut. Kemudian Nyaik Damin dengan sigap mengurut perut dengan mendorong ke arah bawah. Lantas Nyaik Damin berkata, “Ini dia sudah lahir. Laki-laki bayimu, Yah.” Terdengar tangisan bayi dengan sangat kencang. Tak lama kemudian, suaminya ikut masuk. Mendengar bayinya menangis kencang, Rogayah pun terlihat lega. Ketika bayi akan dimandikan, Nyaik Damin belum mengetahui ada cicak yang menempel di pusar bayi. Nah nenek dari sang bayi yang ikut menyaksikan persalinan anaknya berkata, “Lihat, itu ada cicak di pusar cucuku.” Dengan tenang Nyaik Damin mengambil cicak itu dan menaruhnya ke dalam baksom kecil yang telah diisi air. Berenanglah cicak itu. 8 Selanjutnya dimandikannyalah bayi itu. Setelah dimandikan dan dipakaikan baju, bayi dise­­ rahkan Nyaik kepada ayahnya, Derani, untuk dikumandangkan azan pada telinganya. Selanjut­ nya, Derani menyerahkan anaknya itu kepada istrinya untuk disusui. Nyaik Damin merasa lega karena tugasnya hampir selesai. Setelah membungkus ari-ari yang akan segera dikuburkan, Nyaik Damin tertegun sebentar dan masih menaruh curiga pada cicak yang me­­ reka temukan itu. “Lihatlah, mengapa cicak ini semakin memanjang dan membesar?” Bisik ibu Rogayah pada Nyaik Damin. Mereka tak ingin Rogayah mengetahui hal itu. Selanjutnya, sambil memindahkan cicak pada baskom kedua yang ukurannya lebih besar, Nyaik Damin berkata “Kita lihat besok pagi, ya. Cicak ini bisa membesar lagi atau tidak.” Dilihat mereka cicak itu bisa berenang dalam air. Karena malam semakin larut, Nyaik Damin berpamitan dan berpesan bahwa esok pagi ia akan datang lagi. Keesokan paginya, setelah salat subuh dan ketika kabut masih memutih, Nyaik Damin kem­ bali datang. Nyaik ini masih saja teringat pada cicak yang mereka tinggalkan semalam. Pintu diketuknya dan salam pun diucapkannya. Yang 9 membalas salam dan membukakan pintu adalah ibu dari Derani. “Apa kabar? Sehatkah cucumu?” tanya Nyaik Damin. “Alhamdulillah, sehat. Ibunya pun sehat. Tapi yang di baskom itu, membuat kita jadi kurang sehat,” lanjut ibu Derani. Mereka berdua pun bergegas menuju belakang rumah. Sekali lagi Nyaik terkaget-kaget. Cicak yang mereka tinggalkan selama enam jam itu sudah membesar tiga kali lipat dari ukurannya semula. Wadah air itu tidak lagi bisa menampung cicak. Ekornya pun sudah menjuntai ke luar pinggir baskom. Derani yang baru salat subuh pun ikut menyaksikan keanehan itu. “Mengapa bisa begini? Apa dosaku ya Allah?” tanyanya dalam hati. Sambil beristighfar ber­ ulang-ulang dengan matanya yang berkaca- kaca, Derani memindahkan cicak yang kira-kira beratnya hampir seberat beras sepuluh kilo itu ke dalam bak mandi mereka. Menyaksikan hal itu, kedua nenek dari sang bayi jadi bersedih. “Sudahlah Derani, hal ini tidak bisa disesali, uruslah dia seperti kau merawat saudara laki-lakinya,” nasihat ibu mertua kepada Derani. 10 Derani pun melanjutkan pekerjaannya di hala­­ man rumah. Ia memeriksa minyak lampu yang menerangi tempat di mana ari-ari bayinya diku­­ bur­kan. Sementara itu, Nyaik Damin memandu Rogayah untuk belajar memandikan bayi. Tanpa sengaja, Rogayah berjalan menuju kamar mandi belakang. Ia bermaksud mengambil air untuk me­ nambah air mandi untuk bayinya. Betapa kaget­ nya Rogayah dan ia pun berteriak. “Emak!! Tolong, ada buaya Mak!” Sang mertuanya pun mengajak Rogayah masuk ke dalam. Mertuanya pun memberi pengertian dan menjelaskan apa sesungguhnya yang terjadi. Rogayah bisa menerima kenyataan yang ada meskipun dengan berat hati. Selang beberapa jam kemudian cicak yang tadi­ nya berukuran setengah meter mendadak men­ jadi lebih besar dua kali lipat dari ukuran semula. Cicak hampir memenuhi bak mandi itu. Rogayah tak kuasa menahan tangisnya ketika menyaksikan hal itu. Sambil terisak ia berkata, “Tolonglah dia, kumohon buatkan tempat yang lebih nyaman baginya. Dia anakku, dia darah dagingku.” Selanjutnya, Derani dan adiknya membuat biduk dari batang pohon. Dahulu itu biduk itu di­ namakan pasu. Pasu itu adalah kayu yang diberi lubang tengah. Dalam waktu dua hari biduk itu 11 dapat terselesaikan. Setelah selesai, biduk diberi air. Dengan dibantu adiknya Derani mengangkat cicak untuk dimasukkan ke dalam biduk. Hari kedua, ternyata cicak itu bertambah besar dan panjangnya sudah hampir seperti panjang biduk. Tak kehabisan akal, Derani dan saudara- saudaranya bertekad membuat kolam. Karena ingin anaknya tetap bisa hidup nyaman, ayah sang bayi membuatkan kolam dekat rumah mereka. Mereka menggali tanah bersama-sama selama tiga hari. Kali ini usaha sangat maksimal. Kolam dibuat sepanjang empat meter dan lebarnya tiga meter. Setelah kolam selesai, cicak dipindahkan me­ reka ke kolam kecil itu. Cicak tampak lebih leluasa berenang di kolam itu. Hari berganti hari, cicak pun semakin membesar dan lebih membesar. Panjangnya sudah mencapai dua meter. Kulitnya pun sudah berubah menyerupai kulit buaya, tetapi cenderung berwarna putih. Derani sangat kalut. Dan ia memutuskan ber­ tukar pikiran dengan saudara-saudaranya. “Bagaimana ini? Mengapa ia semakin membesar dan kulitnya sudah serupa dengan kulit buaya?” tanya Derani pada kakaknya. “Iya, ternyata kolam yang kita buat masih saja tidak layak baginya,” sahut adiknya. 12 “Saya tahu sudah berkali-kali Derani memin­­ dahkan anaknya ke tempat yang lebih besar. Dan usaha terakhirnya adalah membuatkan kolam yang lebih luas supaya dia berenang di sana. Saya punya solusi bagaimana kalau kita lepaskan saja dia ke alam bebas?” usul kakak Derani. Derani sontak tercengang dan berseru, “Dia tidak mungkin kulepaskan. Dia anakku. Umurnya pun baru satu bulan.” Lalu kakak Derani menjawab, “Kamu harus meng­ikhlaskan anakmu untuk pergi. Tidak baik bagi­­nya jika selalu dikurung. Dia butuh kebebasan.” Lantas ibu Derani menimpali, “Sudahlah lepas­ kan saja dia. Dia pasti akan bertambah besar lagi. Ini Benawang, ini.” Kemudian, mereka memberi tanda di dahinya. Tanda putih itu adalah uang ringgit yang dipa­ ku­kan di dahinya agar Benawang gampang di­ke­ nali. “Kamu kunamakan Benawang. Perihal nenek moyang­mu tolong jangan diganggu-ganggu. Jika mereka minta pertolongan, tolonglah mereka. Jangan diganggu jika mereka sudah memanggil namamu,” kata nenek bayi itu. Akhirnya, orang tua sang bayi memutuskan untuk melepaskan Benawang ke habitat yang lebih luas. Sebelum dilepas, Nyaik Damin ber­ seru sambil mengusap dahi Benawang, “Namamu 13 14 Benawang, kamu akan dibebaskan. Jika bertemu dengan ahli familimu, tolong jangan diganggu- ganggu!” Dengan berat hati, keluarga Derani melepas­ kan Benawang ke Sungai Tegineneng. Ternyata Benawang itu adalah buaya betina. Semakin lama semakin banyaklah anak Benawang. Yang mem­­ bedakan keturunan Benawang dengan buaya- buaya lain adalah warna kulitnya yang putih keabuan dan ada tanda putih pada dahinya. Konon, Benawang Sang Buaya Putih sesekali menampakkan dirinya di Sungai Tegineneng. 15 Z aman dahulu kala, hiduplah seorang anak perempuan bernama Sope Mbelin. Dia terkenal sangat nakal di kampungnya. Orang-orang dibohongi, diganggu, barang orang lain dicurinya. Jadi semua orang-orang sudah merasa sakit hati karena ulahnya. Jadi anak anjing pun dibunuhnya. Akhirnya ia diusir orang kampung. Pergilah ia ke hutan belantara. Dengan perasaan senang dan sambil bermain-main di tengah hutan belantara, tak terasa perut sudah mulai lapar. Lalu berjumpalah ia dengan seekor harimau. “Wah cepat sekali kamu mendapatkan ma­ kan­an ya, cucu. Aku sudah lama belum makan. 3 Diceritakan kembali oleh M. Yahmin Sinulingga. Daerah asal: Desa Lingga, Kabupaten Karo. 16 Coba berikan dulu tanganmu biar aku lihat,” kata Harimau. Sope Mbelin memberikan tangannya untuk dilihat Harimau. “Ihh kamu manusia bukan untuk dimakan,” kata Harimau. “Kamu bukan untuk dimakan. Lebih tinggi tubuhmu dari aku. Kalau kamu kumakan aku akan mendapat sial tidak bisa makan lagi. Kalau begitu mari kita pergi bersama nanti kamu akan kuberi makan,” kata Harimau. Harimau pun pergi ke hutan untuk berburu. Dan dari hasil perburuannya, Harimau dapat seekor Rusa kemudian diberikan ke Sope Mbelin tadi. Rusa itu dimakannya mentah-mentah, tidak memedulikan sekelilingnya. Semua kera menatapnya, semua beruk menatapnya, semua mawas menatapnya. “Mengapa ada manusia di hutan belantara ini?” kata Mawas. “Kitapun takut jadinya,” celetuk Mawas. Kemudian datang semua babi melihat Sope Mbelin. Datang harimau bersama hewan-hewan tadi, diberikannya ke Sope Mbelin tadi. Dimakan­ nya mentah-mentah. Dia tidak perduli dengan sekelilingnya, semua kera memandangnya, semua beruk melihatnya dan semua Mawas melihat Sope Mbelin tadi. 17 “Mengapa ada manusia di tengah hutan belan­ tara ini? tanya Mawas. “Kita juga jadi takut me­ lihatnya,” imbuh Mawas. Kemudian semua babi datang melihat Sope Mbelin, harimau datang bersama hewan-hewan yang lain, “Kalian berilah dia makan. Kalian urus bagaimana supaya bagus.” Harimau berpesan kepada semua hewan yang hadir pada saat itu. Setelah beberapa hari berlalu, datanglah se­ orang raja tengah berburu di tengah hutan. Tak sengaja dia melihat Sope Mbelin sudah tumbuh remaja sangat cantik jelita. Wajahnya menguning bagaikan sinar matahari terbit. Kulitnya putih bersinar bagaikan bulan purnama. Tapi pikiran­ nya tidak secantik wajahnya. Raja bertanya kepada Mberu Sope Mbelin “Apakah kamu mau menjadi menantuku?” tanya Raja. Beru Sope Mbelin mengatakan bersedia men­ jadi menantu raja, “Asalkan buatkan aku tempat duduk dari emas.” Jawab Sope Mberu Mbelin. “Aku bisa membuat tempat dudukmu dari emas asalkan engkau bersedia menjadi menantuku,” sahut Raja. Akhirnya Raja membawa Sope Mbelin. Semua hewan yang ada di hutan ikut ke istana raja. Se­ sampainya di istana mereka disambut oleh Raja yang bernama Raja Beak Cinggalung. Acara pe­ 19 nyam­butan rombongan tersebut diketahui anak raja di kerajaan si Liang Kembang Kembung. Dia juga melihat kecantikan si Sope Mberu Mbelin dan me­rasa lebih baik untuk menikahi Sope Mbelin. Raja mengatakan semua hewan-hewan yang mendampingi Sope Mbelin sudah boleh pergi. “Gajah, Harimau, Kera, bagaimana kalau nanti kita dibodohinya, tapi kurasa sudah dibuat pestanya, kita tangkap kita bawa kembali ke hutan, biar kita tidak kena tipu lagi, kalau ditipu juga kita akan bunuh aku yang makan,” kata Harimau. Ketika pesta sudah diada­kan, datang suruhan Raja Beak Cinggalung menanya­kan apakah upah­ nya sama untuk Sope Mbelin. Ternyata Sope Mbelin membawa pemberian hadiah dari kedua raja tersebut. Kemudian Sope Mbelin melarikan diri ke hutan dengan membawa harta dari kedua raja dan bertemu Umang. “Apakah kamu tidak takut dengan dosa-dosa­ mu?” tanya Umang. Kamu bisa diampuni jika bertapa dalam gua ini. Sope Mbelin dibawa Umang untuk bertapa di gua, akhirnya kepala Sope Mbelin menjadi ular. Orang-orang mengatakan ular Sigandeng Tua. Karena kejadian ini dia bertobat dan berdoa supaya bisa kembali lagi, tapi sudah terlambat dia tidak bisa kembali lagi menjadi manusia. Lagi 20 pula dia jumpa dengan ular Siganding Tua lainnya. Tapi datang seorang anak laki-laki yang bernama Terbaba Mbelin yang masih kecil pergi ke hutan belantara untuk mencari ranting-ranting. Tak sengaja Terbaba Mbelin jumpa dengan ular Siganding Tua yang tidak bisa keluar dari gua sangking besarnya badan susah untuk bergerak. “Aku sudah tidak bisa keluar lagi,” kata Nipe Siganding Tua. “Apa boleh buat badan terlalu besar dan karena dosaku juga, badan tidak bisa bergerak lagi. Tapi tolong ambil cincin dari mulut­ ku, ya,” kata Nipe Siganding Tua. Menganga le­bar mulut ular itu, Terbaba Mbelin pun merasa ke­­­ ta­kut­­an. Dengan gemetar Terbaba Mbelin meng­­ ambil cincin yang langsung dipakainya. Cincin ini disebut cincin Si Pinta-Pinta. Suatu saat nanti, cincin Si Pinta-Pinta ini dapat dijadikan penawar atau obat untuk orang yang sakit kalau digunakan untuk kebaikan. Cerita ini mengingatkan kepada orang-orang kalau sudah kaya untuk jangan sombong jika tidak mau seperti Nipe Siganding Tua. Begitulah ce­rita rakyat ular Siganding Tua. 21 H angatnya matahari membahana tiada ampun. Daun kering semakin banyak berjatuhan dari ranting. Tanah kering, rumput layu, binatang banyak yang kelaparan. Air semakin sulit ditemukan. Inilah yang ditakutkan banyak penghuni hutan, saat musim kering. Untung masih ada rahmat dan nikmat yang diberikan tuhan. Air danau banyak yang tidak kering. Selain berita musim panas atau musim kemarau yang berkepanjangan. Ada juga berita yang lebih panas dan memerahkan daun telinga penghuni hutan. “Kau tahu? Semenjak saya bertemu dengan pendatang baru dari lereng gunung itu semakin sakit kepalaku melihatnya,” kata Katak hijau di tepi danau dengan muka tidak senang. 4 Diceritakan kembali oleh S. Metron Masdison (Seniman) 22 “Ya, benar sekali itu, Katak. Saya pun merasa hewan yang baru datang itu benar-benar sombong. Berjalan di depan kita tidak mau menyapa, malah dikeluar-keluarkannya lidah panjangnya itu,” dibalas Siput yang bersungut-sungut sambil memakan rumput di tepi danau. Matahari di atas kepala, panas dunia sedang di puncaknya. Begitu pula berita si pendatang baru ini. Seisi hutan sibuk membicarakan perangainya. Tersebutlah Biawak, binatang seperti Kijang yang badannya kira-kira sejengkal manusia dewasa. Semua penjuru negeri, semua makhluk tahu siapa pendatang baru yang punya bisa berbahaya. Tapi, bisa di lidahnya digunakan untuk pamer sepanjang jalan. Sehingga ia merasa paling hebat di muka bumi. “Menyingkir, Biawak lewat!” kata Katak hijau di tepi danau. “Diam, diam (pelan-pelan) nanti dia tahu kalau kita sedang membicarakannya.” Dengan gaya khasnya, Biawak menepi ke air danau. Dengan mulut yang terbuka lebar dia mulai minum air danau dengan rakus. “Apa yang kalian lihat? Kalian merasakan bisaku? Seperti itu sekali kalian melihatku. Gak senang kalian sama aku?” gertak Biawak sambil mengeluarkan lidahnya sehingga terlihat bisa- bisa yang bersarang dalam mulutnya si Biawak. 23 “Tidak Biawak. Bukannya saya tidak senang melihatmu. Saya hanya menyarankan tolong ubah perangaimu itu. Jangan berjalan seperti seorang jagoan. Tidak baik dilihat. Nanti kalau tersinggung binatang yang lebih berbisa dari kamu, bagaimana? Kan kamu juga yang merasakan. Saya memang benar seekor katak yang tidak berdaya. Tapi, apa yang saya katakan untuk menjaga kamu juga,” kata Katak dengan raut wajah yang paling bijaksana yang dimilikinya. “Betul apa yang dikatakan Katak. Saya pun merasa kamu kurang tata karma. Berjalan tak mau menyapa, malah mengeluarkan lidah sambil memamerkan bisa. Dada kau busungkan, jalan menyepak-nyepak, sementara kamu orang baru di hutan ini,” sambung Siput yang berusaha berbicara berani walau dengan keringat dingin. “Saya jangan kalian ajari dengan nasihat. Pantang bagi saya diajari mahkluk-mahkluk ren­ dahan dan lemah seperti kalian. Urus diri masing- masing. Hidup saya tak usah kalian usik,” balas Biawak dengan nada keras sambil berbelok meninggalkan danau. Hari berputar, musim berganti. Tapi perangai Biawak tidak berubah karena panas tidak lapuk karena hujan. Biawak tidak juga mengubah pe­ ra­ngainya. Bahkan semakin menjadi-jadi. Kini 24 Biawak sudah mulai menyemburkan bisanya di sembarang tempat. Bisanya diserak di batu, di batang kayu, di semak-semak, bahkan di tepi air. “Mengapa kok berserakan bisa kamu ini? Kalau bisa kamu mengenai saya mudaratnya sangat besar untuk saya. Saya tidak bisa kamu makan. Membuat masalah di air keruh dengan kamu ini,” kata Siput yang dari ke hari masih di danau. “Suka-suka saya lah. Kalau pun kamu kena bisa saya itu sudah nasibmu lah Siput. Asal kau tau aku menebar bisa untuk menjadi tanda bagi penghuni hutan ini di mana ada bisaku berarti itu daerah kekuasaanku. Tidak bisa penghuni lain masuk ke wilayah itu. Mengerti kau Siput?” dengan muka dan mulut terbuka lebar seperti biasa. Biawak berbalik arah melenting meninggalkan danau.  Karena tata krama si Biawak sudah berlebihan, berkumpullah beberapa penghuni di hutan itu. Di antaranya Siput, Katak, Ular, Lipan, Kalajengking dan beberapa Semut. “Selaku makhluk yang peduli dengan kese­­ lamatan isi hutan ini saya meminta saudara untuk memberikan jalan keluar dari perangai biawak yang semakin menjadi-jadi,” kata Katak Hijau 25 mulai berbicara memecah keheningan dengan wajah bijaksana di tepi danau. “Kalau kita biarkan saja perangai si Biawak, bisa-bisa kita terusir dari hutan kita sendiri. Apa­ kah saudara-saudara mau terusir dari kampung sendiri yang menjadi tempat lahir dan besar kita ini? Tidak, kan! Makanya kita harus ambil jalan keluar untuk menundukkan perangai Biawak yang telah membuat keselamatan penghuni hutan ini terancam. Saudara kan sudah melihat berapa banyak korban yang berjatuhan karena bisa si Biawak yang berserakan di mana-mana. Lihat berapa banyak semut yang sudah mati, berapa banyak Rangrang yang meninggal, bahkan anak rusa sudah sekarat dibuatnya,” sambung Siput yang berapi-api di atas batu. Setelah Siput berbicara hanya gemericik air danau yang terdengar, suasana hening sebentar. Bunyi angin menjadi teman berpikir makhluk- makhluk yang ada di tepi danau ketika itu. Sampai Kalajengking turun dari tempat duduknya berpindah ke batu yang lain. “Saya ada usul. Bagaimana kalau bisanya kita ambil? Jadi si Biawak kan mengulang menebar bisanya kembali.” kata si Kalajengking dengan semangat. 26 “Bagaimana cara mengumpulkan bisanya itu Kala?“ tanya Katak yang terlihat bingung sambil menggaruk-garuk kepalanya. “Tidak sulit caranya, Katak. Yang mengumpul bisanya itu kami yang punya bisa. Seperti saya, Ular, dengan Lipan. Saya percaya biarpun bisa kami lemah juga sedikit tapi bisa untuk ber­ tahan dari bisa si biawak,“ sambung Kalajengking dengan wajah berapi-api. “Benar sekali. Mana tahu bisa si Biawak itu bisa juga kami gunakan untuk memperkuat diri kami.” kata Ular dengan wajah semangat sambil melilit ranting yang ada di dekat danau. “Jadi, itu jalan keluar yang sangat bagus. Besok Ular, Lipan dengan Kalajengking bisa mengum­ pulkan bisa si Biawak,” tutup Siput sambil menepi ke air danau untuk minum.  Matahari baru mulai terbit pertanda hari masih pagi. Dinginnya pagi masih terasa di dalam tulang. Maklum, karena ini di dalam hutan yang tinggi dari permukaan laut. Ketika itu Ular, Kala, dan Lipan sudah memulai mengumpulkan bisa Biawak. Untungnya, bisa itu dapat diambil oleh Ular, Kala, dan Lipan untuk memperkuat bisa mereka. 27 “Sudah tahu kalian, kan. Kalau bisa si Biawak ini tidak mempan pada kita. Bahkan dapat memperkuat bisa kita,” kata ular dengan wajah yang sangat senang. “Beruntung sekali. Kalau seperti ini, bisa-bisa nanti bisa si Biawak habis tidak tersisa karena kita ambil,” sambung Kalajengking yang asyik mengambil bisa di semak-semak.  Matahari berjalan hingga senja pun tiba. Biawak rupanya mulai tahu kalau bisa yang dia tebar di segala tempat sudah hilang. Sehingga dia menyebarkan kembali bisanya ke segala tempat. Besok paginya bisa yang dia tebar hilang lagi. Biawak kembali menebar bisanya. Ulahnya itu diulang-ulang terus. Sampai suatu ketika ia marah tidak berkesudahan karena bisa yang ada di dalam mulutnya habis tidak tersisa. Ketika itu datang­lah Ular, Lipan, dan Kalajengking ke tempat Biawak sambil melihat bisa yang dite­ barkan Biawak yang sudah diambil mereka. Biawak terkejut tidak terkira. “Biawak, kok tidak ada lagi bisamu yang kau tebar di segala sudut hutan ini lagi?” kata Lipan sambil melihat bisa yang sudah tambah kuat 28 karena mengambil bisa yang ditebar Biawak. “Sudah habis bisamu?” sambung Ular sambil mem­perlihatkan pula bisanya. Biawak hanya diam tidak berkata sepatah kata pun sambil pelan-pelan membalikkan badan lalu berlari. Sejak kejadian itu Biawak tidak punya bisa sedikitpun. Di samping itu, Biawak yang biasa berjalan membusungkan dada sampil menyepak- nyepak kini sudah berjalan cepat dan tidak bersuara. Bahkan sejak itu Biawak sering berjalan sembunyi-sembunyi karena malu. Bisanya hilang karena ulahnya sendiri.
14_Kisah_Petualangan_Buaya_dan_Hewan_Lainnya
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Suwasti Ratri Eni Lestari ii SI PRUCUL Penulis: Suwasti Ratri Eni Lestari Penyunting: Umar Sidik Ilustrator: Mukti Ali Penerbit: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224 Telepon: (024) 562070; Faksimile: (0274) 580667 Cetakan Pertama, November 2021 iv + 8 hlm., 15 x 23 cm. ISBN: 978-623-5677-36-1 Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi buku ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit. Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis. iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui warga dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah RI pun melaksanakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di seluruh provinsi di Indonesia dalam rangka untuk menekan penyebaran virus yang sangat mematikan itu. Kebijakan Pemerintah tersebut tentu memiliki dampak yang sangat signifikan di berbagai sektor. Karena kebahasaan dan kesastraan masuk dalam sektor nonesensial, praktis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebahasaan dan kesastraan tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya secara langsung, bersemuka. Namun, karena proses kreatif dan upaya pencerdasan bangsa melalui bahasa dan sastra harus tetap berlangsung, berbagai kegiatan itu pun dapat dilaksanakan secara daring. Meskipun hasilnya--mungkin--tidak maksimal, berbagai program dan kegiatan yang telah dirancang oleh Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat memenuhi target- target yang telah ditetapkan, termasuk target 42 karya sastra Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penerbitan hasil penerjemahan dari sastra Jawa ini--yang telah melewati proses panjang--merupakan bukti nyata bahwa situasi pandemi tidak menghalangi kami dalam memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa melalui kebahasaan dan kesastraan. Penerbitan hasil penerjemahan ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dalam program besar Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Pemerintah. Melalui penerbitan penerjemahan karya sastra Jawa ini pula diharapkan bisa menghilangkan kendala kebahasaan bagi masyarakat penutur nonbahasa Jawa untuk bisa menikmati dan mengambil manfaatnya. iv Hadirnya buku penerjemahan ini melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kata pengantar singkat ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada sastrawan/penulis (asli) dalam bahasa Jawa. Demikian pula kami mengucapkan terima kasih kepada penerjemah yang telah menerjemahkan karya sastra Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Penghargaan juga kami berikan kepada para penyunting yang telah menyelaraskan hasil terjemahan sesuai dengan kaidah baku bahasa Indonesia. Tentu saja, kepada panitia/tim terjemahan dan penerbit kami ucapkan terima kasih yang tiada bertepi. Semoga buku terjemahan ini bisa menjadi ajang dialog dan tegur sapa antarbudaya di Indonesia dan menambah kekayaan khazanah bahan bacaan literasi yang bermutu. Selamat membaca! Yogyakarta, 10 September 2021 Kepala, Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum. NIP 196605201991031004 1 Si Prucul D i hutan lebat yang terletak di lereng Gunung Merapi terdapat seekor harimau bernama Sima. Harimau ini bersahabat dengan seekor kerbau bernama Munding. Pada suatu siang mereka berdua tiba di Hutan Wilis. Sima mendapatkan makanan yang sangat menyenangkan. Seekor anak sapi yang belum lama mati karena sakit. Sementara itu, Munding melahap rumput yang berada tak jauh dari tempat Sima menyantap mangsanya tadi. “Ma, mataku terasa berat. Sepertinya karena aku kekenyangan makan rumput. Aku tidur dulu, ya,” ujar Munding. “Iya, aku juga sudah mengantuk, nih. Ayo, kita merebahkan diri di bawah pohon itu,” tunjuk Sima ke arah pohon beringin besar. Munding membuntuti Sima. Tak lama kemudian, mereka berdua terlelap. Dari jauh seekor monyet mengawasi tingkah laku Sima dan Munding. Dia takjub menyaksikan keakraban kedua hewan yang biasanya bermusuhan itu. Kerbau sering menjadi mangsa harimau, tetapi sekarang kok bersahabat. Perlahan monyet itu mulai mendekati tempat Sima dan Munding terlelap. “Kalau bisa berkawan dengan binatang yang seharusnya ditakuti, alangkah senangnya. Pastinya aku juga ditakuti oleh binatang lain. Aku bisa memerintah sesuka hati. Aku tidak perlu sulit-sulit mencari makan sendiri. He he he!” monyet berkata dalam hati. *** 2 3 Saat matahari mulai tinggi, Sima dan Munding terbangun. Keduanya beranjak menuju telaga dekat tempat mereka tidur. Namun, tiba-tiba mereka dikagetkan oleh suara lompatan di atas pohon. Lalu, berkata kepada Sima. “He, Ma! Kamu itu jadi hewan kok bodohnya minta ampun,” celetuknya. “Kamu itu siapa? Tiba-tiba berkata yang tidak enak didengar?” Munding menjawab. “Hahaha! Dasar bodoh. Sampai tidak paham siapa aku. Jelas wujudku seekor monyet, kok masih tanya. Oh iya, namaku Juris,” jawab Juris si monyet sombong itu. “Heem, apa maumu kok menghinaku dan juga saudaraku ini?” tanya Sima. “Hahaha! Saudara dari mana? Sudah sangat jelas kalau wujud kalian berbeda, kok saudara. Tahukah kamu, Ma? Kerbau ini hanya mau untungnya,” Juris mulai melancarkan idenya. “Untung, bagaimana?” tanya Munding. “Ya, jelas nyari untung. Kerbau itu kan binatang yang terkenal bodoh, kemudian berteman dengan harimau. Semua binatang di hutan sudah tahu bahwa harimau itu binatang yang sakti, ditakuti oleh siapa pun,” pancing Juris. “Ditakuti siapa, Nyet?” Sima bertanya. “Ditakuti oleh semua binatang. Termasuk aku dan temanmu itu,” jawab Juris sambil menunjuk Munding. “Benar juga ucapanmu, Nyet. Aku adalah bintang yang ditakuti di hutan. Lalu, berteman dengan kerbau. Padahal, binatang lain tidak ada yang takut dengan kerbau,” Sima menjawab sambil mikir-mikir perkataan Juris. “Benar kan, Ma? Sudahlah, ikutlah denganku. Akan kutunjukkan tempat yang pantas untuk binatang sakti sepertimu,” Juris gembira berhasil menghasut Sima. Munding ditinggalkan begitu saja. Dia tampak sedih sekali. Tidak menyangka akan ditinggal oleh Sima. Munding berjalan tak tentu arah, tidak memedulikan perutnya yang lapar. *** 4 5 Prucul baru saja selesai minum air dari telaga. Dia mendengar suara tangisan seekor binatang. Perlahan Prucul mendekati suara itu. Ternyata Munding yang menangis. “Hei, kenapa kamu menangis di sini? Lapar atau bagaimana?” “Hu…hu…hu…aku sedang sedih. Hatiku rasanya hancur,” jawab Munding dalam tangisannya. “Maukah kamu menceritakan hal yang membuatmu sedih? Eh, namamu siapa? Oh iya, aku Prucul.” “Namaku Munding. Asalku dari hutan di lereng Gunung Merapi. Aku sampai di sini dengan sahabatku. Namanya Sima. Akan tetapi, aku ditinggalkan begitu saja.” “Lah, temanmu sekarang di mana? Sudah mencoba mencarinya?” “Aku cari pun percuma. Dia sudah tidak sudi berteman denganku,” wajah Munding lesu. “Kok bisa?” tanya Prucul. Munding lalu menceritakan semua peristiwa yang telah dialaminya. “Hem ..., Juris lagi! Bikin ulah lagi dia,” gerutu Prucul. “Bikin ulah bagaimana, Cul?” tanya Munding “Iya, dia belum lama ini berbuat curang kepada Penyu. Beruntung ketahuan olehku dan Gagak. Tanpa meminta maaf, dia lari meninggalkan kami,” Prucul geram. “Sudahlah, Nding. Tenanglah. Bangunlah sikap sawiji greget sengguh, ora mingkuh. Fokuslah, tetap semangat, bangun rasa percaya diri, dan tetaplah rendah hati. Jangan khawatir yang berlebihan. Siapkan diri menghadapi binatang licik semacam Juris. Duduklah dulu di sini,” Prucul panjang lebar menasihati Munding. Prucul beranjak meninggalkan Munding. Dia mencari beberapa helai daun jati. Lalu, Prucul mengunyah daun jati itu. Munding menatapnya dengan penuh keheranan, tetapi tidak ingin bertanya apa pun. Tidak lama kemudian, datanglah Sima dan Juris yang bermaksud akan minum air di telaga. Juris berlagak seolah raja. Tampak bangga dan sombong. 6 “Hahaha! Lihatlah Ma, ada dua ekor binatang bodoh sedang tiduran di sana,” Juris tertawa lebar. “Biarkan saja. Jangan campuri urusan binatang lain!” Jawab Sima tanpa menoleh sedikit pun ke arah Prucul dan Munding berada. “Eh sebentar, kalau mau minum, ini ekorku dan ekormu diikat dulu, Ma. Biar aku nggak jatuh,” Juris khawatir Sima akan kembali akrab dengan Munding. “Ya, ikatlah yang kuat,” Sima menjawab sambil mulai minum. Juris mengikatkan ekornya dengan kuat. 7 “Eh, Ma. Hari ini kamu belum makan daging hewan gemuk, kan? Itu, lihatlah ada dua hewan yang siap untuk dijadikan santapan,” Juris mulai menjalankan siasat liciknya. “Hem…sebenarnya aku memang sudah mulai lapar, Ris,” jawab Sima. “Heh, Mbing! Ngapain kamu tiduran di situ?” tanya Sima. “Istirahat. Kenyang banget. Barusan makan enak nih,” jawab Prucul dengan santai. Munding yang berada di sebelahnya, mulai paham dengan apa yang dilakukan teman barunya tadi. “Oh, jadi ini yang dimaksud Prucul untuk tetap sengguh itu tadi,” batinnya. “Wah kebetulan sekali kalau kamu sudah kenyang. Temanku ini bisa kenyang juga menyantap seekor kambing dan seekor kerbau di sebelahmu itu,” Juris bersemangat. “Hahaha…Apa? Mau makan aku? Mana mungkin dia berani memangsaku!” teriak Prucul. “Wah, menghina sekali Kau! Di mana pun kambing dan kerbau akan jadi makanan harimau!” teriak Juris tidak kalah kencang. “Kamu nggak percaya, kalau aku baru saja memangsa monyet dan harimau?” “Hah, mana mungkin kambing berani memangsa sebangsaku. Apalagi sebangsa harimau.” Juris tampak meremehkan. “Tidak percaya boleh saja, tetapi kamu lihat sendiri buktinya. Kalian lihatlah mulutku ini? Masih ada sisa darah, bukan? Dan lagi, ada bukti nyata sisa yang kumakan tadi. Ada di hadapan kalian berdua,” terang Prucul. “Mana buktinya? Sombong sekali Kau, ini!” Sima mulai marah, merasa dihina oleh Prucul. “Lihatlah ke dalam telaga. Masih ada sisa kepala harimau dan kepala monyet yang masih utuh. Sengaja aku sisakan, siapa tahu ada yang membutuhkan,” jawab Prucul dengan tenang sambil perlahan menghampiri dua binatang yang terpancing ceritanya tadi. Sima dan Juris menjulurkan kepala mereka ke dalam telaga. Astaga! Ternyata benar, di dalam telaga tampak kepala harimau dan kepala monyet yang masih utuh. Sima mulai berjaga, saat melihat Prucul makin mendekati tempatnya berdiri. 8 “Bagaimana? Masih belum percaya, Ma?” sambil membuka mulutnya lebar-lebar. Tampak menakutkan. Sima tidak sempat menjawab, dia berlari kencang tanpa memedulikan sekitarnya. Bahkan, lupa jika ekornya dan ekor Juris masih terikat. Sementara Juris yang belum sadar akan apa yang terjadi, terseret oleh Sima. Teriakannya tidak didengar oleh Sima yang sudah sangat ketakutan. Suwasti Ratri Eni Lestari Perempuan penulis yang sering menggunakan nama pena Asti Pradnya Ratri ini berprofesi sebagai guru SMP di Sleman. di Jetis, RT 04/32, Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. HP 085228660344
15_SI_PRUCUL
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Tumpeng Sewu Tumpeng Seribu Penulis Nur Aini Penelaah Antariksawan J. Penanggung Jawab Umi Kulsum Tim Penyunting Koordinator: Awaludin Rusiandi Khoiru Ummatin Dalwiningsih Amin Mulyanto Ilustrasi & Desain Sampul Andre Dwi Nur Fauzi Tata Letak FA Indonesia Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117 Telepon (031) 5925972 Cetakan pertama, Oktober 2023 E-ISBN: 978-623-112-836-2 Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR C erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak, khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila. Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur, seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai- nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan kayanya unsur-unsur lokal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi, penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya ini. Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Surabaya, 1 Oktober 2023 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. iv DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Tumpeng Sewu Tumpeng Seribu Biodata Penulis Biodata Ilustrator iii iv 1 20 20 1 Lilik lan Adhik kembare, Luluk, dina iki nulungi emak olah-olah. Lilik dan adik kembarnya, Luluk, hari ini membantu Ibu memasak. Sakli yane sega , em ak o lah pec el pit ik, la lap an lan sa mbe l. Selai n nasi , ibu mem asak pec el a ya m, lal ap an, dan sa mba l. 2 Lilik nulungi ngocahi terong ambi timun. Dene Luluk ngocahi gubis, kemangi lan kacang lanjaran. Lilik membantu ibu mencuci terung dan timun. Sebaliknya, Luluk mencuci kubis, kemangi, dan kacang panjang. 3 4 5 Emak hang nggawe pecel pitik uga sambel. Jare emak nggawe pecel pitik iku gampil. Kawitan, Emak mbakar pitik hang wis rijig, nganggo wawa. Aju Emak nyepakaken parudan kelapa enom. Ragine paran bain? Jare emak, sing ulih warah-warah. Ibu yang membuat pecel ayam dan juga sambal. Kata ibu membuat pecel ayam itu mudah. Pertama, Ibu membakar ayam yang sudah bersih menggunakan bara lalu Ibu menyiapkan kelapa muda yang sudah diparut. Bumbu pecel ayam apa saja? Kata Ibu, rahasia. 6 Lilik lan Luluk nyepakaken nyiru. Godhong gedhang ditata ning dhuwure, kanggo lemeke. Lilik dan Luluk menyiapkan tampah. Daun pisang ditata di atasnya sebagai alas. 7 Lilik lan Luluk dhemen nyithak sega dadi wujud kerucut. Hang kawitan, Lilik lan Luluk ngelebokaken sega ning njerone cithakan. Aju dipenek-penek sampek padhet. “Ayo cithakane dicoplok bareng.1.. 2.. 3.. Hore..!” Abane Lilik barengan ambi Luluk. Sega wujud kerucut wis kecithak ring dhuwure nyiru. Lilik dan Luluk suka mencetak nasi menjadi bentuk kerucut. Pertama, Lilik dan Luluk memasukkan nasi ke dalam cetakan. Kemudian, ditekan-tekan sampai padat. “Ayo cetakan diangkat bersama. 1.. 2.. 3.. Hore..!” Seru Lilik dan Luluk. Nasi berbentuk kerucut sudah tercetak di atas tampah. 8 Makene saya apik, Lilik lan Luluk nambahi lalapan. Terong lan gubis hang wis mateng, ditata jejer. Supaya semakin bagus, Lilik dan Luluk menambahkan lalapan. Terung dan kubis yang sudah matang ditata berjajar. 9 Ning jejerane maning, ana timun, kemangi lan kacang lanjaran. Kabeh ditata ngubengi sega. Hore… sega tumpenge wis dadi. Di sebelahnya, ada mentimun, kemangi, dan kacang panjang. Semua kami tata mengelilingi nasi. Hore… nasi tumpeng kami sudah jadi. 10 Daging pitik dibakar nganggo wawa. Aju disuwiri cilik-cilik, dicampur ambi parudan kelapa enom. Daging ayam dibakar dengan bara lalu disuwir kecil-kecil dicampur dengan parutan kelapa muda. Mmm… mmm, Lilik ambi Luluk wis sing kanti kepingin niliki. Mmmm… mmm, Lilik dan Luluk sudah tidak sabar untuk mencicipi. 11 Sega tump eng, l alap an, p ecel pit ik lan sa mb el w is c eme pak . Nasi t umpen g, say ur lal apan , pec el a ya m, d an sam bal sud ah t ersa ji. 12 13 Pegaweyan hang digarap bareng-bareng dadi gelis marek. Emak, Lilik lan Luluk seru senenge. Kabeh wis cemepak kanggo acara engko bengi. Pekerjaan yang dikerjakan bersama-sama jadi cepat selesai. Ibu, Lilik dan Luluk senang sekali. Semua sudah siap untuk acara nanti malam. 14 Bengine… Lilik dan Luluk nggelar kelasa ning ngarep umah. Aju Emak ndeleh tumpeng hang wis dikudhungi godhong. Malam harinya… Lilik dan Luluk menggelar tikar di depan rumah. Lalu Ibu meletakkan tumpeng yang sudah ditutup daun pisang. 15 Ring Desa Kemiren, saben umah ngetokaken tumpeng siji. Dadi, ana pirang tumpeng ya? Ring Desa Kemiren ana sewu keluwarga, mulane tumpenge ya ana sewu. Tradhisi iki dianakaken kanggo selametan tolak balak. Saben tradhisi iki mangkat, Desa Kemiren saya rame. Akeh turis hang teka. Di Desa Kemiren, setiap rumah mengeluarkan satu tumpeng. Jadi, ada berapa tumpeng ya? Di Desa Kemiren ada seribu kepala keluarga, maka tumpeng berjumlah seribu. Tradisi ini dilaksanakan sebagai selamatan tolak bala. Setiap tradisi ini digelar, Desa Kemiren jadi semakin ramai. Banyak wisatawan yang datang. Lilik, Luluk, Emak lan kabeh uwong padha lungguh jejer. Sesepuh maca donga teka masjid desa. Mugi luput teka kabeh penyakit lan mala. Lilik, Luluk, Ibu, dan semua duduk dengan rapi. Sesepuh memimpin doa dari masjid desa. Semoga terhindar dari seluruh penyakit dan malapetaka. 16 17 Sak wise donga , kabe h uwo ng ma ngan tum pen g b are ng- bar eng . Usai berd oa, se mua or ang m akan t umpe ng be rsam a. 18 19 20 Penulis Nur Aini biasa disapa Aini merupakan lulusan S-1 Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Malang. Dia senang menulis cerpen dan puisi. Beberapa puisinya pernah dimuat di Majalah Media Jawa Timur. Dia terlibat dalam Penutur Bahasa Using pada Program Pendokumentasian Sastra Suara Bahasa Nusantara yang diselenggarakan oleh Difalitera Sastra Suara Indonesia yang difasilitasi Direktorat Jenderal Kebudayaan. Aini dapat dihubungi melalui Instagram @ isunbain. Ilustrator Andre Dwi Nur Fauzi adalah ilustrator otodidak kelahiran 04 Maret 1999 di Probolinggo. Dia adalah lulusan SMK Negeri 2 Kota Probolinggo jurusan Teknik Gambar Bangunan tahun 2018. Selain mengerjakan karya digital, juga mengerjakan karya menual seperti mural atau melukis di berbagai media . Serta mengajar les privat menggambar untuk anak SD hingga SMP. Instagram : @andrew_nur_fauzi. BIONARASI
15_TUMPENG_SEWU
Nong Endi Emakisun? Di mana Ibuku? YANTO AMAЀN PЀ-SAPЀYAN YANTO, BERMAIN KARAPAN SAPI Penulis Zainal Abidin, S.Pd. Penerjemah Avan Fathurrahman Penelaah Mahwiyanto Penyunting Dwi Laily Sukmawati Ilustrator Marina Yulia Penata Letak Kreativa Grafis Diterbitkan pada tahun 2022 oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, 61252 Telepon/Faksimile (031) 8051752 Cetakan pertama, Oktober 2022 ISBN: 978-602-8334-89-1 Katalog dalam Terbitan (KDT) 899.222 3 YAN YANTO, BERMAIN KARAPAN SAPI / Zainal Abidin, S.Pd. y — cet. 1 – Sidoarjo: Balai Bahasa Jawa Provinsi Timur, 2022 iv + 26 hlm; 22 x 28 cm Kata Pengantar Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur S alah satu kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur adalah cerita anak yang mengan- dung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Kekayaan itu merupakan se- buah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia inter- nasional sebagai bagian dari warisan budaya dunia. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur tidak hanya dapat diimplementasikan oleh masyarakat Jawa Timur, tetapi dapat pula dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan diterje- mahkannya karya sastra Jawa Timur ke bahasa Indonesia, pembacanya dapat menikmati cerita, kemudian mengkaji nilai-nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-nilai positif sebagai pegangan hidup. Hasilnya adalah akan tercipta sebuah pemahaman antarbudaya yang akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Cerita-cerita yang terhimpun dalam terjemahan buku cerita anak untuk pembaca awal ini juga dapat bermanfaat sebagai salah satu sarana atau media pendidikan karakter. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEM, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika. Cerita dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Melalui penerjemahan cerita anak, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Kami berusaha untuk turut berperan aktif dalam program itu dengan. me- nyediakan bahan bacaan bermutu bagi pembaca melalui penerjemahan cerita anak berbahasa daerah ke bahasa Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal. Kegiatan membaca diharapkan akan tumbuh dan berkembang menjadi keterampilan-keterampilan lanjutan sehingga akhirnya pembaca dapat mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keteram- pilan literasi. Inovasi seperti itu perlu didukung agar dapat menumbuhkan budaya literasi dengan tetap berfokus pada upaya untuk menumbuhkan generasi yang memiliki kemampuan berpikir kritis, me- mecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk terjemahan ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyam- paikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis karya sastra berbahasa daerah, penerjemah, penelaah, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya terjemahan ini. Semoga buku ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Sidoarjo, 1 Oktober 2022 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. iii DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Yanto Amaѐn Pѐ-Sapѐyan Yanto, Bermain Karapan Sapi Biodata Penulis Biodata Penerjemah Biodata Ilustrator 25 01 iii iv 25 25 iv Ollѐ. Ollang... paraona alajȃrȃ. Ollѐ. Ollang. Alajȃrȃ ka Madhurȃ. Ollѐ,ollang. Perahunya hendak berlayar. Ollѐ, ollang. Hendak berlayar ke Madura 1 2 3 Maju mon amaѐna pѐ-sapѐyan? Ayo, kalau mau main karapan sapi? Bȃ’na nѐ’-binѐ’, ta’arapa mon amaѐn jiyȃ? Kamu perempuan. Memangnya, tidak apa-apa kalau main? Iyȃ ta’ rapa. Iya, tidak apa-apa. 4 Kѐng engko’ kaloppaѐ ḍȃ’rȃmma maѐnna. Tapi, aku lupa bagaimana cara mainnya. Bȃ’en dhȃddhi pangangka’ manḍirȃ yȃ! Kamu bagian mengangkat bendera ya! 5 6 Marѐ? Sudah? Marѐ! Sudah! SЀTTONG... ḌUWW Ȃ’.... OOO COO OOOL..! SATU... DUA.... IYAAK ...! 7 W o oo oooooi... W oo ooi……... 8 Man... Suliman..! Maju engko’ noro’ maѐna! Ya’ engko’ ngѐbȃ kanca. Man. Sulaiman! Ayo, aku ikut main! Ini aku bawa teman. 9 Iyȃ lѐbur mon bȃḍȃ bhȃrengnga. Iya. Menarik kalau ada temannya. 10 Maju siapaghi. Jhȃ’ sampѐ’ kala. Ayo, siapkan. Jangan sampai kalah. 11 Bȃ’na dhȃddhi panongko’en yȃ? Jhȃ’ maberrȃ’ mon bȃktona aberka’. Kamu jadi jokinya ya? Saat berlari, tubuhmu jangan sampai memberatkan. 12 Pab ȃng al lѐ’ ! Har us ber an i, Di k! 13 Dh uliy ȃn , C on g! Ce pat , C on g! 14 SIAP? SIAP? Sѐtton g...Ḍ uw w ȃ’ ... Oo ooc oooo ol... Satu … D ua …Y ak… 15 16 Braakkkk!!! Braakkkk! Aḍ u ! ! ! Aḍ u h ! 17 Hiyyaa!!! Hiyy aa !!! Hiya! Hiy a! 18 Hahaha... Hahaha... 19 Uuu... Uuu... 20 Aa...aa..a a... Aa...aa..a a... 21 Jhȃghȃ. Jhȃ’ nangѐs. Ghun ѐn-maѐnan. Bȃnnѐ ongghuwȃn sambina. Bangun. Jangan nangis. Ini cuma permainan. Bukan karapan sebenarnya. 22 Korla ta’ loka. Dhina maju molѐ. Para’ aḍȃna la ya’. Tako’ ѐghighiri Eppa’en mon ta’ molѐ. Asalkan tidak luka, tidak apa-apa. Ayo, pulang. Sudah hampir azan. Takut dimarahi bapakmu, kalau tidak pulang. 23 Addooo paya. Ѐghighiri Emma’ marѐna... Aduh, payah! Dimarahi ibu nanti. Eee. Ḍȃntos ghȃllu. Cora’ bȃḍȃ sѐ cѐccѐr! E, eh! Sebentar! Sepertinya ada yang tertinggal. 24 S s s s .. .. .s ss ... sss ... 25 Biodata Penulis Zainal Abidin lahir di Pamekasan pada 10 Maret 1995. Karya-karyan- ya yang berbahasa Indonesia dan Madura dimuat di berbagai media. Ia juga pemilik Sangkolan Bookstore, salah satu toko buku di Pamekasan. Buku perdananya yaitu kumpulan cerpen berbahasa Madura berjudul Èsarèpo Bèncong (Halaman Indonesia, 2017) dan Novela berbahasa Madura ber- judul Bâjing Tana (Halaman Indonesia, 2020). Penulis bisa dihubungi melalui instagram @zainala.hanafi atau email [email protected] Biodata Penerjemah Avan Fathurrahman, adalah seorang guru, penulis cerita anak, juru don- geng dan penyiar radio. Ia lahir dan tinggal di Kabupaten Sumenep Mad- ura Jawa Timur. Bukunya yang sudah terbit: Lampu yang Menyala, Anak Muslim Hebat, Rukun Islam dan Rukun Iman, Cerita Ibadah dan Fakta Unik Keajaiban Shalat, Petualangan Peri Zaira, Perempuan Pemahat Rindu, dll. Ia juga bergiat di Komunitas Rumah Cerita OKARA dan KPBA Sumenep serta aktif membacakan buku anak di YouTube: Kak Avan. IG: kak_avan Biodata Ilustrator Marina Yulia, atau lebih sering disapa Naa, besar dan tinggal di Kota Sura- baya. Perempuan kelahiran Semarang, 1990 ini, merupakan ibu dari dua orang anak. Kecintaannya terhadap dunia gambar sejak bangku sekolah dasar, membuat ia menjadi ilustrator lepas disela-sela kesibukan sebagai ibu rumah tangga dan asisten webtoonist. 26
15_YANTO_MAEN_PESAPEYAN_GABUNG_1
2 Level Penulis: PARINITA SHETTY Ilustrator: MUHAMMAD IQBAL M.N. Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Penulis: PARINITA SHETTY Ilustrator: MUHAMMAD IQBAL M.N. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Muhammad Dirgantara Esa Valentino Penerjemah: Penulis : Parinita Shetty Ilustrator : Muhammad Iqbal M.N. Penerjemah : Muhammad Dirgantara Esa Valentino Penata letak: Prescilla Oktimayati Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widar Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Babi dan Ekor yang Kabur Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. Pongal adalah babi yang suka tidur. Kadang dia tidur sepanjang hari! Tidak heran, ekornya pun bosan. 2 Suatu hari, ketika Pongal terbangun dari tidur siang, ekornya menghilang. Si Babi merasa aneh tanpa ekor di tubuhnya. Jadi, dia memutuskan untuk mencarinya Ekor itu pergi bertualang tanpa Pongal! 3 “Mengapa kamu tidak mencoba ekor jamur saja?” jawab Lutung. “Ha!“ kata Pongal. “Akan tetapi, aku ingin ekorku kembali!“ Pongal pun pergi dan mencarinya di tempat lain. “Krosak!” “Hutan ini sangat tidak teratur!” keluh Pongal. “Ngiiik!” Dia tersandung batang kayu. “Gedubrak!” Dia jatuh ke semak-semak. “Apakah ada yang melihat ekorku?” tanya Pongal. 4 “Nguuuuk!” “Kota ini terlalu berisik!” kata Pongal. “Telolet telolet!” Pongal menghindari becak motor yang berjalan zig-zag. “Mengapa kamu tidak mencoba ekor balon saja?” tanya Burung Gagak. “Arghh!“ jawab Pongal. “Akan tetapi, aku ingin ekorku kembali!” “Kring! Kring!” Pongal mencoba merangkak di bawah sepeda. “Apakah ada yang melihat ekorku?” tanya Pongal. Pongal pun pergi dan mencari di tempat lain. 5 “Groookk!” “Gua ini terlalu gelap!” kata Pongal. “Tuk tik tak!” Dengan hati-hati Pongal melangkah di atas lantai batu. “Gerdam!” Pongal jatuh ke dalam tumpukan batu. “Apakah ada yang melihat ekorku?” tanya Pongal. “Mengapa kamu tidak mencoba ekor stalaktit sebagai gantinya?” balas Kelelawar. “Nguik!” kata Pongal. “ Akan tetapi, aku ingin ekorku kembali!” Pongal pun pergi dan mencari di tempat lain. 6 Kecipak kecipak! “Di bawah laut sini terlalu basah!” kata Pongal. Cebar cebur! Beberapa ikan berwarna-warni ingin berdansa dengan Pongal. Wussss! Dia bersembunyi di balik karang. “Apakah ada yang melihat ekorku?” tanya Pongal. “Mengapa kamu tidak mencoba ekor rumput laut saja?” Kura-Kura menjawab. “Uuuhhh!” kata Pongal. “Akan tetapi, aku ingin ekorku kembali!” Pongal pun pergi dan mencari di tempat lain. 7 “Gedebuk!” “Gurun ini terlalu panas!” kata Pongal. “Nyoossss!” Dia tidak menyadari bahwa dia sedang duduk di tepi bukit pasir. “Gelundung, gelundung!” Dia berguling sampai ke bawah. “Apakah ada yang melihat ekorku?” tanya Pongal. “Mengapa kamu tidak mencoba ekor kaktus saja?” jawab Unta. “Aaaduhhh!” jerit Pongal. “Akan tetapi, aku ingin ekorku sendiri kembali!” Pongal pun pergi dan mencarinya di tempat lain. 8 “Brrrrrr!” “Puncak gunung ini terlalu dingin!” kata Pongal. “Dag dig dug!” Bagian bumi yang lain berada jauh di bawah. “Sloroot slorooot!” Pongal mundur sebelum merasa sangat pusing. “Apakah ada yang melihat ekorku?” tanya Pongal. “Mengapa kamu tidak mencoba ekor kaus kaki saja?“ jawab Yak. Pongal menatap ekor terbarunya. 9 “Ini sangat cantik,” kata Pongal. Pongal ingat semua ekor lain yang ia coba. “Grrrrroogghhh!” “Aku tidak akan pernah memakai kaktus lagi!” 10 Sebenarnya, memiliki begitu banyak ekor yang berbeda cukup menyenangkan. Pongal menyadari bahwa semua memiliki ekor yang sama selamanya. Pongal mengambil keputusan. Ekor dapat berjalan- jalan keliling dunia dan bertualang. Babi akan tinggal di rumah dan melakukan apa yang disukainya. 11 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembagai Para Pembuat Cerita Cerita The Pig and Runaway Tail ditulis oleh Parinita Shetty. © Pratham Books, 2019. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Kredit lainnya: The Pig and Runaway Tail telah diterbitkan di StoryWeaver oleh Pratham Books. MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Babi dan Ekor yang Kabur Pongal si babi menghadapi sedikit masalah. Ekornya terus berlari sendirian untuk bertualang! Bantu Pongal menemukan ekornya yang kabur di buku cari dan temukan ini.
150_Babi_dan_Ekor_yang_Kabur
i Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Penulis: AINDRI C Ilustrator: MUHAMMAD IQBAL M.N. 1 Level Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Penulis: AINDRI C Ilustrator: MUHAMMAD IQBAL M.N. Di Mana Rainette Bersembunyi? Penulis : Aindri C Ilustrator : Muhammad Iqbal M.N. Penerjemah : Yogas Ardiansyah Penata letak: M Rizal Abdi Penelaah : 1. M. A. Rahartati Bambang Haryo 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widar Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak- anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz “Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia” Apakah kau melihat Rainette? 2 Rainette adalah si katak kecil yang seluruh tubuhnya berwarna hijau dan sangat suka bersembunyi 3 Apakah dia bersembunyi di antara bunga teratai? 4 Atau mungkin di tengah Kembang rawa? 5 Atau di balik kaki kucing besar yang sedang terlelap? 6 Bisa jadi dia ada di dalam lumpur bersama kepiting merah? 7 Atau dia bersembunyi dalam hutan bakau? 8 Atau mungkin dalam air payau? 9 Apakah dia bersembunyi dalam sangkar burung manyar? 10 Ah, rupanya kau di situ, Rainette! “Oh, aku sungguh merindukanmu!” Ke mana saja kau? 11 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.i Profil Lembaga Cerita: Où est passée Rainette diterjemahkan oleh goofy. © untuk terjemahan ini ada pada goofy, 2019. Beberapa Hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan cerita asli: Have You Seen Sundari?, oleh Aindri C . © Pratham Books, 2019. Beberapa Hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Para Pembuat Cerita MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Dina sudah mencari Rainette sahabatnya ke mana-mana. Bisakah kau bantu Dina menemukannya? Di Mana Rainette Bersembunyi?
151_Di_mana_Rainette_Bersembunyi
Penulis: ANUSHKA RAVISHANKAR Ilustrator: AGHNI GHOFARUN AULIYA 2 Level Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Penulis: ANUSHKA RAVISHANKAR Ilustrator: AGHNI GHOFARUN AULIYA Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Ini Semua Salah si Kucing Penulis : Anushka Ravishankar Ilustrator : Aghni Ghofarun Auliya Penerjemah : Indrias Dwi Yuliasari Penata letak: M Rizal Abdi Penelaah : 1. M. A. Rahartati Bambang Haryo 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widar Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan- bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz 1 “Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia” 2 “Mengapa PRmu tidak kamu kerjakan?” “Ini semua salah si Kucing, Bu Guru.” 3 “Jika si Kucing tidak terjebak di atas pohon, saya tidak perlu memanjat tangga untuk membawanya turun,” 4 “Jika saya tidak memakai tangga, saya tidak perlu memperbaikinya. Jika saya tidak memperbaiki tangga, saya tidak akan membangunkan adik bayi dari tidurnya.” 5 “Jika saya tidak membangunkan adik bayi yang sedang tidur, Ibu tidak akan bergegas meninggalkan dapur. Jika Ibu tidak bergegas meninggalkan dapur, seekor monyet tidak akan masuk ke dapur.” 6 “Jika monyet tidak masuk ke dapur, dia tidak akan melahap semua makanan. 7 Jika monyet tidak melahap semua makanan, Ayah tidak akan membeli kari ayam dan daging panggang di kedai makanan.” 8 “Jika ayah tidak membeli kari ayam dan daging panggang di kedai makanan, anjing tidak akan mengikutinya sampai rumah.” 9 “Jika anjing tidak mengikutinya sampai rumah, dia tidak akan memakan buku PR saya.” 10 “Oh, baiklah saya mengerti sekarang, jadi maksud dari ceritamu adalah anjing telah memakan buku PRmu bukan?” 11 “Ya, Bu Guru. Itu semua salah si Kucing!” Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.i Profil Lembaga Cerita: C’est la faute du chat! Diterjemahkan oleh Sak Untala, © untuk terjemahan ini ada pada Sak Untala, 2018. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Berdasarkan Cerita Asli: It’s All the Cat’s Fault!, oleh Anushka Ravishankar, © StoryWeafer, 2015. Beberapa Hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Para Pembuat Cerita 18 MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Ini Semua Salah si Kucing! Dalam cerita ini, seorang anak laki-laki tidak mengerjakan PR karena tingkah lucu seekor kucing. Alasan itu terdengar konyol bukan? Nah, ayo cari tahu yang sebenarnya terjadi pada anak laki-laki itu, maka kamu akan mengerti bahwa sebuah kejadian dapat menjadi sebab kejadian lain, lalu kejadian lainnya , kemudian kejadian lainnya lagi…. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
152_Ini_Semua_Salah_si_Kucing
Penulis: ARANA SINKAR Ilustrator: AGHNI GHOFARUN 2 Level Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Penulis: ARANA SINKAR Ilustrator: AGHNI GHOFARUN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Kota Gula-Gula Penulis : Arana Sinkar Ilustrator : Aghni Ghofarun Aulia Penerjemah : Muhammad Dirgantara Esa Valentino Penata letak: Prescilla Oktimayati Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widar Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. Dahulu kala, terdapat kota bernama Kota Gula-Gula. Di kota itu, semua hal terbuat dari gula-gula, kue tar, kue bolu, cokelat, dan manisan. Bila penduduk kota itu kehabisan makanan, mereka hanya perlu memotong dan memakan dinding rumah mereka. Matahari di kota itu terbuat dari cokelat. Bunga terbuat dari fondan warna-warni. Binatang yang bersembunyi di balik semak pun terbuat dari gulali. 2 Di kota itu ada toko bernama Toko Ratna. Ratna nama pemilik toko itu. Ia tinggal bersama kucingnya yang bernama Cepi. 3 Suatu hari, tiba-tiba turun hujan. Namun, di kota itu hujan tidak terbuat dari air, tetapi terbuat dari cokelat, gula-gula, piza manis, dan hamburger cokelat. Semua penduduk kota bergembira saat hujan turun. 4 Tidak lama kemudian Ratna menyadari kucingnya hilang. Ia mencari kucingnya ke mana-mana. Saat ia melihat Cepi di bawah sebuah pohon, dua orang jahat sedang mencoba menangkap Cepi. 5 Ketika dua orang jahat itu menyadari kedatangan Ratna, mereka juga menangkapnya. Mereka membawa Ratna dan Cepi ke tempat persembunyian rahasia. Mereka mengikat Ratna dan Cepi menggunakan seutas tali sehingga keduanya tidak bisa bergerak. 6 Beberapa saat kemudian, seorang teman Ratna, Rara, menyadari Ratna menghilang. Awalnya Rara mencoba mencari ke toko. Ratna tidak di toko. Lalu, Rara melihat jejak kaki Ratna. Kebetulan Rara mempunyai seekor anjing. Jadi, Rara meminta anjingnya mengendus dan mengikuti jejak kaki Ratna. Ia berharap anjingnya bisa melacak lokasi Ratna. 7 Akhirnya, Rara sampai di tempat persembunyian orang jahat tadi. Rara mengintip melalui jendela dan melihat Ratna dan Cepi. Rara memutuskan masuk melalui jendela. Setelah di dalam, Rara segera mencari gunting. Tidak ada gunting. Namun, ia menemukan beberapa bongkah batu besar bersudut tajam. Ia menggesekkan batu itu di tali pengikat Ratna dan Cepi. Lama-kelamaan simpulnya melonggar dan akhirnya Ratna dan Cepi bisa bebas. 8 Mereka bergegas mencoba keluar dari tempat itu. Sayangnya, penjahat tadi lebih dahulu menyadari bahwa mereka sedang mencoba kabur. Ratna, Cepi, dan Rara ditangkap dan dikurung. 9 Kali ini, mereka mencoba meloloskan diri melalui jendela. Mereka menumpuk kotak yang ada di dalam ruangan menjadi tangga darurat. Mereka memanjat satu per satu dan melompat ke luar melalui jendela. Saat sudah di luar, mereka langsung berlari ke Toko Ratna. “Akhirnya sampai,” kata Ratna lega. Ketiganya merasa lelah. 10 Sekarang hujan sudah reda. Semua orang mulai menghias toko dan rumah mereka dengan kue mangkuk, kue tar, kue bolu cokelat, cokelat, dan gula-gula manis nan lezat. Semuanya sudah kembali seperti semula. Penduduk kota itu merasa gembira dan sangat menikmati waktu mereka. 11 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembagai Cerita: Candy Town ditulis oleh Arana Sinkar, © Arana Sinkar, 2020. Beberapa Hak Cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Para Pembuat Cerita Kota Gula-Gula Dua orang jahat menculik kucing seorang gadis. Bisakah ia menyelamatkan kucingnya? Ayo, baca buku ini untuk mencari tahu! MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
153_Kota_Gula_gula
Penulis: HELLO ENGLISH Ilustrator: MUHAMMAD IQBAL M.N. Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 3 Level Penulis: HELLO ENGLISH Ilustrator: MUHAMMAD IQBAL M.N. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Mencuci Pakaian Penulis : Hello English Ilustrator : Muhammad Ibal M.N. Penerjemah : Durroh Fuadin Kurniati Penata letak: M Rizal Abdi Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widar Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz “Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia” Kosakata dan Fonik Sebelum Membaca Periuk. Pe-ri-uk. Dia mengumpulkan kaleng dari dapur, juga periuk dan panci untuk memasak. Menghidu. Meng-hi-du. Aku suka berlarian sambil membawa handukku dan menghidu keharumannya. 2 3 Setiap hari, kami mencuci pakaian di luar. Kami menikmatinya karena bisa bermain kaleng dan menari di genangan air. Semua warga desa mencuci pakaian dengan cara ini. Bibi menjemur seprai dan karpet agar kering di udara hangat. Burung-burung senang hinggap di atap dan mengawasi pekerjaan bibi. Saat Bibi menunggu pakaian dan seprainya kering, tetangga bermain dengan anak laki-lakinya dan menyuapinya. Anak laki-laki ini sangat lincah dan selalu gembira, tersenyum, dan tertawa. Mama menggunakan sekalen air hangat dan sabun untuk mencuci pakaian kami. Sementara mama bekerja, Edi kucing kami, mengeong meminta perhatian. Dia suka mengganggu saat mama sibuk. 4 Adik perempuanku senang membantu mengambilkan benda-benda yang mama dan papa butuhkan saat mencuci. Dia mengumpulkan kaleng dari dapur, juga periuk dan panci untuk memasak. Aku bermain dengan adikku Liam. Yang di tengah itu aku, Sam. Adikku mencoba membersihkan wajahku dengan spons. Aku mencuci seprai sementara Bibi menjemur pakaian di jemuran 5 6 Ketika pekerjaan mencuci hampir selesai, para tetangga mengobrol dan kami melompat di sekitar mereka sambil bersenang-senang. Kadang-kadangkami menjatuhkan benda-benda seperti kaleng dan botol, lalu kami mendapatkan masalah. Sebagai sebuah keluarga, kami bekerja bersama- sama untuk menyelesaikan tugas mencuci. Papa membantu mama mengerjakan hal-hal sederhana. Dia tidak sebagus mama dalam hal mencuci, dan Mama sering kali mengingatkan papa untuk mengerjakannya dengan baik. Mama memberi tahu papa bagaimana cara menjahit. Papa ingin memperbaiki pakaiannya sendiri dan sangat bersemangat dengan keterampilan barunya itu. Papa selalu menunjukkan padaku dan Liam bagaimana cara menjahit kancing pada kemeja. 7 Orang tua teman kami selalu berbicara dan tertawa di jalan, khususnya saat mereka mencuci pakaian. Rumah mereka sedikit lebih kecil dari rumah kami, mereka tetap tampak gembira dengan apa yang mereka miliki. 8 Seorang perempuan di ujung jalan senang berkhayal sambil mencuci pakaian. Aku sering membayangkan apa yang ia pikirkan. Aku bertanya kepadanya dan ia memberitahuku bahwa dia mengkhayalkan mangga. Anjingnya juga sama, tetapi khayalannya adalah tentang memainkan mainan 9 Ketika kegiatan mencuci selesai dan cucian kering, segalanya beraroma harum dan segar! Aku suka berlarian sambil membawa handukku dan menghidu keharumannya. Seperti aroma bunga. Aku tidak tahu persis apa yang mama campurkan dalam cucian. Kemudian kami akan mencuci lagi dan lagi saat akhir pekan! 10 Pertanyaan Setelah Membaca • Di mana Sam dan keluarganya mencuci pakaian mereka? • Jelaskan lingkungan tempat tinggal Sam! • Siapa yang menjemur seprai dan karpetnya saat seekor burung mengawasi? • Mengapa Sam dan Liam terkadang mendapat masalah? • Apa keterampilan baru yang dipelajari ayah Sam? • Jelaskan bagaimana pakaianmu dicuci! 11 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembaga Cerita: Washing Our Clothes ditulis oleh Hello English. © Hello English, 2019. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Para Pembuat Cerita Mencuci Pakaian Sebuah gambaran kehidupan orang-orang yang tinggal bersama di lingkungan yang padat. Anak-anak bermain di jalan sementara orang dewasa mencuci pakaian. Semua orang mencoba yang terbaik untuk membantu. MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
154_Mencuci_Pakaian1
Penulis: ADITI DAS Ilustrator: AGHNI GHOFARUN Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 4 Level Penulis: ADITI DAS Ilustrator: AGHNI GHOFARUN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 ERA REALITA Penerjemah: Perjamuan Kerajaan Penulis : Aditi Das Ilustrator : Aghni Ghofarun Aulia Penerjemah : Era Realita Penata letak: Prescilla Oktimayati Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widar Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. Zaman dahulu kala ada sebuah kerajaan. Penduduknya hidup dengan damai dan sejahtera. Itu berkat raja yang mampu mengatur kerajaannya dengan adil dan bijaksana. 2 Suatu hari, Raja ingin mengundang seluruh rakyatnya untuk perjamuan agung di istana. Semua orang sangat bersemangat dan menanti-nantikan perjamuan agung itu. Itu tidak lain tidak bukan karena perjamuan kerajaan itu mengundang semua orang. 3 Di hari yang istimewa itu orang-orang mengenakan pakaian terbaik mereka untuk menuju ke istana. Hiasan-hiasan dekorasi dan air pancur yang indah sangat mengagumkan. Orang-orang menunggu Raja dan Ratu tiba. Raja dan Ratu masuk dengan anggun dan menyambut orang-orang. 4 5 Seorang pelayan menghampiri Ratu dan membisikkan sebuah kabar buruk. Koki kerajaan ternyata sedang sakit dan tidak bisa menyiapkan hidangan. Selagi para tamu menunggu, Ratu berlari ke dapur. Ratu menemukan bahwa tidak ada yang bisa dihidangkan. Ia punya sebuah ide. Ratu memanggil raja dan menceritakan kondisi di dapur kerajaan. “Yang mulia Raja, kita tidak punya apa pun untuk dihidangkan, tidak sedikit pun. Jadi, kita harus berpura-pura di perjamuan agung ini dan mengadakan perjamuan lainnya untuk membayar kekacauan ini,” usul ratu. Raja berpikir keras, tetapi tidak menemukan jalan keluar lain. Dia akhirnya menyetujui usul ratu. 6 Para pelayan berbaris keluar dengan membawa kendi- kendi air dan mengisi gelas-gelas tamu. Mereka diikuti para pelayan yang membawa kuali-kuali besar kosong dan menuang udara dengan sendok besar. Meja telah disiapkan. Piring, mangkuk, gelas semua telah ditata. Raja dan orang-orang duduk di kursi mereka, siap untuk perjamuan agung. “Mari, kita mulai perjamuan agungnya,” kata raja. 7 Selagi orang-orang kebingungan, Raja mulai makan. Dia berpura-pura sedang makan hidangan paling lezat. “Ahh …, enak sekali supnya.” … “Lembut sekali rotinya.” … “Kari domba yang luar biasa,” … Raja terus memuji sambil menjilati jari-jarinya. 8 Ratu mengatur para pelayan saat menghidangkan makanan. Semua orang mulai meniru apa yang Raja mereka lakukan. Jika Raja mengatakan dia menyukai supnya, semua orang juga harus suka. Semua orang berpura-pura bahagia di perjamuan agung karena takut menyinggung raja mereka dan membuatnya terlihat bodoh. Semua orang berpura- pura makan dan minum dengan lahap. 9 Perjamuan agung akhirnya selesai dan semua orang pulang ke rumah dengan menahan lapar karena hanya minum segelas air. Tidak satu pun yang berani mengolok-olok atau mempertanyakannya. Raja dan Ratu sangat sedih karena mereka gagal menyajikan hidangan untuk orang-orang seperti yang telah direncanakan. 10 Sebulan kemudian ketika koki istana telah sembuh dari penyakitnya, Raja mengadakan perjamuan lainnya dan kali ini, hidangan terbaik sedunialah yang dihidangkan. Semua orang berterima kasih kepada Raja untuk perjamuan agung yang sesungguhnya. 11 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembagai Cerita The Royal Feast ditulis oleh Aditi Das. © Aditi Das, 2020. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Para Pembuat Cerita Perjamuan Kerajaan Raja mengundang seluruh rakyatnya ke perjamuan agung. Namun, koki istana jatuh sakit. Apa yang terjadi jika tidak ada makanan untuk dihidangkan selama perjamuan agung? MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
155_Perjamuan_Kerajaan
Penulis: APARNA KAPUR, BIJAL VACHHARAJANI APARNA KAPUR, BIJAL VACHHARAJANI Ilustrator: VALENTINA KRIS UTAMI VALENTINA KRIS UTAMI Seni di Sekitar Kita Jauh, Dekat, dan dalam Berbagai Benda Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 3 Level Seni di Sekitar Kita Jauh, Dekat, dan dalam Berbagai Benda Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Penulis: APA PARNA KAPUR, BBIJAL VA VACHHARAJANI Ilustrator: VA VALENTINA KKRIS UUTA TAMII Penerjemah: NEYSA PUTRI ARDIANTI Seni di Sekitar Kita—Jauh, Dekat, dan dalam Berbagai Benda Penulis : Aparna Kapur, Bijal Vachharajani Ilustrator : Valentina Kris Utami Penerjemah : Neysa Putri Ardianti Penelaah : 1. Sonya Sondakh 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widar Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia Pak Kumis Cemberut. Pak Kumis cemberut, pikirannya kusut. Pak Kumis berpikir dengan wajah cemberut. Siapa Kami? Perhatikan ciri-ciri kami dan tebaklah dengan jitu! Paruh pipih seperti bebek, tak menggigit hanya mematuk. Ekor berat, tetapi pendek bagai berang-berang dengan kaki berselaput. Ya, kami platipus yang berenang sesuka hati! Wiiiii! 2 Uji Mikrofon. Di ujian kali ini aku ‘kan berdendang. Mendendangkan soal dan ‘ku takkan berpanjang-panjang. Pikirkan jawabanmu, tetaplah tenang. Waktumu habis, lonceng t’lah berdentang! 3 Tin-tiiin! Tin-tiiin, minggir semua! Beri aku jalan, motorku tak bisa melaju pelan. Oh, tidak! Jalanan padat, motorku harus melambat. Nyamuk Nakal. Nging ngiiiiing. Nguiiiing nguiiiiing ngeeeeng. Nging ngiiiiing. Nguiiiiing nguiiiiing ngeeeeng. Nging ngiiiiiiiiing … PLAK! 4 Sekolah di Bawah Laut. Guru kami, si ikan pari, ekornya menyapa riang. Mari bersekolah sambil berenang, semoga tak ada ikan paus menghadang. 5 Hujan Turun. Bibi datang, oh, Bibi datang! Membawa keranjang dan payung panjang. Hujan turun, oh, turun hujan! Payung gagal mengembang, oh, Bibi yang malang! 6 Dua Kepala, Apa Enaknya? Dua kepala bingung bukan kepalang. Yang kiri ingin ke kanan, yang kanan ingin ke kiri. Dua kepala berbenturan keras, “bletakkKK!” 7 Belalai yang Terkunci. Empat gajah mungil dari gembok kecil. Gembok terkunci, belalai pun sembunyi. Putar-putar, utak-atik, masukkan anak kunci … Berhasil! PREEEET! Gajah-gajah kecil ramai menerompet! Angsa Tralala. Dengarlah angsa bersuara indah, “tra la la la la” bagai penyanyi. Lalu, terdiam dan berjalan lincah, “keteplak keteplek” kakinya berbunyi. Ia menghunus lehernya yang bongsor, “crak crak crak crak” paruhnya menyosor! 8 Kaka Detektif Tua. Namanya Kaka, si Detektif Tua. Kasus nan pelik dihadapinya. Siapa gerangan pencuri kue wajik? Kucing, tikus, ataukah itik? Terlihat jejak berbentuk cakar. Tampaknya berakhir di depan pagar. Aha, suara kotek jelas terdengar. Pencurinya Tina, si Ayam Betina! 9 Mulut Tajam. Burung kiwi yang galak, si Tiwi namanya. Dari kenari hingga gagak, semua pernah dibentaknya. Datang kiwi bernama Atik, memberinya biji selasih. Tiwi yang galak pun tak berkutik, hanya bisa berterima kasih. 10 Pasukan Pembersih. Di sana ada sampah, di sini ada sampah. Di sana-sini sampah melimpah. Pekerjaan kami tidaklah ringan. Maka bantulah, jika kau berkenan. Nada yang Merdu. Pak Didi si Penyanyi Keroncong. Bernyanyi menghibur di siang bolong. Nada-nadanya terdengar merdu. Du du du, du du du du du du! 11 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.i Profil Lembaga Cerita: Art Is Everywhere - Here, There and in Everyday Objects. Ditulis oleh Aparna Kapur, Bijal Vachharajani. © Pratham Books, 2020. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Para Pembuat Cerita MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Kesenian hadir dalam berbagai rupa, tak hanya gambar atau lukisan saja. Ini adalah buku lanjutan dari seri Seni di Sekitar Kita. Kami mengajak anak-anak membayangkan macam- macam bentuk dan rupa dari benda sehari-hari. Setiap gambar dilengkapi sajak berima, agar imajinasi anak-anak semakin terasah. Seni di Sekitar Kita— Seni di Sekitar Kita— Jauh, Dekat, dan dalam Jauh, Dekat, dan dalam Berbagai Benda Berbagai Benda Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
156_Seni_di_Sekitar_Kita
Penulis: RAKESH KANNA Ilustrator: VALENTINA KRIS UTAMI Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 3 Level Penulis: RAKESH KANNA Ilustrator: VALENTINA KRIS UTAMI Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Tinggi Dua Kali Lipat Penulis : Rakesh Kanna Ilustrator : Valentina Kris Utami Penerjemah : Ni Putu Apsari Arumdani Sudewa Penata letak: Prescilla Oktimayati Penelaah : 1. DhitaHapsarani 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widar Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku hasil terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. “Kamu tumbuh cepat sekali, Muthulaksmi,” kata Suster. “Kalau sudah besar nanti, aku bakal jadi setinggi apa, ya?” tanyaku. Namaku Muthulaksmi P. dan tinggiku 1 meter pas. Tinggi 1 meter sama dengan 100 sentimeter. Aku bisa tahu karena hari ini aku berkunjung ke ruangan dokter dan suster mengukur tinggiku di dinding. “Entahlah,” kata suster. “Tunggu dan lihat saja nanti!” 2 Aku mulai berandai-andai: Bagaimana kalau tinggiku bertambah dua kali lipat? Bagaimana kalau aku tumbuh hingga 2 meter? Itu sama dengan 200 sentimeter. Aku akan jadi lebih tinggi dari suster. Aku juga akan jadi lebih tinggi dari Paman Suresh, orang paling tinggi di keluargaku. Bagaimana kalau tinggiku bertambah dua kali lipat LAGI? 3 Bagaimana kalau aku tumbuh hingga 4 meter? Aku akan bermain untuk tim basket putri India di olimpiade. Aku akan jadi orang tertinggi di muka bumi. Aku bisa jadi terkenal! Bagaimana kalau, LAGI-LAGI, tinggiku bertambah dua kali lipat? Bagaimana kalau aku tumbuh hingga 8 meter? Bayangkan seberapa besar pakaian yang harus kukenakan! Pastinya aku tidak akan bisa membeli pakaian di toko. Aku harus mencari penjahit yang andal. 4 Bagaimana kalau tinggiku bertambah dua kali lipatnya? Bayangkan saja, tinggiku akan jadi 16 meter! Aku akan bisa memetik buah kelapa tanpa harus memanjat pohonnya. 5 Kemudian, bagaimana kalau tinggiku bertambah dua kali lipatnya? Tinggiku akan jadi 64 meter! Aku akan jadi lebih tinggi dari Mercusuar Chennai. Aku akan berdiri di Pantai Marina dan melihat jauh ke tengah samudra. Lalu, bagaimana kalau tinggiku bertambah dua kali lipatnya? Tinggiku akan jadi 32 meter! Aku akan bisa mencapai puncak menara jam di Stasiun Pusat Chennai. 6 Tinggiku akan jadi 128 meter, hampir sama dengan menara tertinggi di Chennai. Bagaimana kalau tinggiku bertambah dua kali lipatnya? Tinggiku akan jadi 256 meter, lebih tinggi dari bangunan mana pun di Tamil Nadu! Saat badai petir, aku mesti berhati-hati jangan sampai tersambar petir. Aku akan membuat topi penangkal petir dan menghubungkannya ke tanah dengan kawat. Lantas, bagaimana kalau tinggiku bertambah dua kali lipatnya lagi? Aku akan membantu orang-orang yang tinggal di lantai atas mengangkut mebel ke dalam apartemen mereka. 7 Lalu, bagaimana kalau tinggiku bertambah dua kali lipatnya lagi? Tinggiku akan jadi 1.024 meter, lebih tinggi dari bangunan tertinggi di dunia! Bagaimana kalau tinggiku bertambah dua kali lipatnya lagi? Tinggiku 512 meter! Aku akan jadi objek wisata terkenal. Orang-orang dari seluruh dunia akan datang dan mencoba memanjat sampai ke puncak kepalaku. Mungkin aku bakal kesepian di tempat setinggi itu. Aku harus menggunakan teropong untuk melihat teman-teman dan keluargaku. 8 Dan lagi? 2.048+2.048=4.096 Dan lagi? 4.096+4.096=8.192 Dan lagi? 8.192+8.192=16.384 Bagaimana kalau tinggiku bertambah dua kali lipatnya lagi? 1.024+1.024=2.048 Aku akan jadi lebih tinggi dari Gunung Everest. Aku bisa berenang di bagian terdalam samudra dan kakiku tetap bisa menyentuh dasar lautan. 9 Dan bagaimana jika tinggiku bertambah dua kali lipatnya? Dan dua kali lipatnya? Dan dua kali lipatnya? Kepalaku bakal ada di luar angkasa! Aduh, tidak ada udara di sini! Awas, ada asteroid! Sejujurnya, aku tidak mau tumbuh setinggi itu. 16.384 16.384 + 32.768 32.768 32.768 + 65.536 65.536 65.536 + 131.072 10 Sekarang, aku sudah cukup bahagia dengan tinggi 1 meter. 11 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Profil Lembagai Cerita: Twice as Tall ditulis oleh Rakesh Kanna, ©️ Pratham Books, 2019. Beberapa hak cipta dilindungi dalam peraturan perundang-undangan. Diterbitkan dengan CC menggunakan izin 4.0. Kredit Lainnya: Twice as Tall telah dipublikasikan oleh StoryWeaver oleh Pratham Books. Pengembangan buku ini didukung oleh Oracle. www.prathambooks.org. Editor tamu: Mala Kumar, Penata artistik tamu: Snigdha Rao. Para Pembuat Cerita Tinggi Dua Kali Lipat Muthulaksmi P. sedang bertumbuh tinggi. Tak ada yang tahu akan jadi setinggi apa dia saat besar nanti. Namun, bagaimana kalau tingginya bertambah dua kali lipatnya? Lalu, bertambah dua kali lipatnya, lagi, dan lagi? MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id
157_Tinggi_Dua_Kali_Lipat
Ada Apa Saja di Pasar? Ada Apa Saja di Pasar? Penulis : Niloufer Wadia Ilustrator : Syifaa Hoerunnisaa 3 Level Penerjemahan buku ini diselenggarakan dan dibiayai oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Penulis : Niloufer Wadia Ilustrator : Syifaa Hoerunnisaa Penerjemah : Shafa Firda Nila Ada Apa Saja di Pasar? Penulis : Niloufer Wadia Ilustrator : Syifaa Hoerunnisaa Penerjemah : Shafa Firda Nila Penelaah : 1. Dhita Hapsarani 2. Emma L.M. Nababan 3. Theya Wulan Primasari Terjemahan ini diterbitkan pada tahun 2021 sebagai produk kegiatan Penerjemahan Buku Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengarah : E. Aminudin Aziz Muh. Abdul Khak Penanggung Jawab: Emma L.M. Nababan Ketua Pelaksana : Theya Wulan Primasari Tim Editorial : 1. Anitawati Bachtiar 2. Yolanda Putri Novytasari 3. Choris Wahyuni 4. Larasati 5. Putriasari 6. Ali Amril 7. Dzulqornain Ramadiansyah 8. Hardina Artating 9. Dyah Retno Murti 10. Vianinda Pratamasari 11. Chusna Amalia 12. Susani Muhamad Hatta 13. Raden Bambang Eko Sugihartadi 14. Kity Karenisa 15. Ni Putu Ayu Widari Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Upaya untuk membangun lingkungan yang sarat dengan budaya membaca tidak mungkin tercapai jika tiga prasyarat utama tidak terpenuhi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan. Kedua, bahan bacaan tersebut harus menarik calon pembaca. Ketiga, ada pihak yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan membaca. Budaya membaca ini perlu diciptakan dan kemudian dikembangkan. Melalui kegiatan membaca akan tumbuh dan berkembang keterampilan-keterampilan lainnya, mulai keterampilan mengenali, memahami, menganalisis, menyintesis, menilai, dan kemudian mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menjadi bagian dari sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini dimulai tahun 2016 dengan tujuan utama untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur. Penyediaan bahan-bahan bacaan bermutu dan disukai pembaca menjadi salah satu upaya yang kami lakukan untuk menopang pencapaian tujuan tersebut. Selain melalui penulisan bahan bacaan yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal, penambahan koleksi bacaan tersebut kami lakukan melalui penerjemahan. Melalui program penerjemahan, pada tahun 2021, telah dihasilkan 1.375 karya terjemahan dari lima bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab, dan Korea khusus untuk anak-anak usia PAUD dan SD. Di dalam setiap bahan bacaan, baik bersumber dari budaya lokal maupun budaya global, banyak sekali nilai kebaikan yang dapat ditemukan. Orang tua dan guru diharapkan bisa menjadi fasilitator kegiatan membaca anak-anak di rumah dan di sekolah. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa anak-anak menyukai isi cerita yang ada di dalam bahan bacaan ini, tumbuh kecintaannya untuk terus membaca, dan berkembang dalam lingkungan budi pekerti luhur. Jakarta, Oktober 2021 Salam kami, E. Aminudin Aziz Buku terjemahan ini ada di bawah lisensi CC by NC 4.0 dan telah diadaptasi serta dialih wahana berdasarkan kondisi dan budaya Indonesia. Hari ini adalah hari yang cerah di pasar desa. Ada banyak orang, beragam warna, dan berbagai kegiatan. 2 1. Sandal yang tertinggal. 2. Tiga ekor burung di tempat yang berbeda. Coba temukan hal-hal berikut ini! 3 3. Sebuah keranjang yang berisi pisang. 4. Dua orang pencuri kecil yang melarikan diri. Coba temukan hal-hal berikut ini! 4 5. Keranjang belanja warna-warni. 6. Dua orang wanita yang memakai bunga di rambutnya. Coba temukan hal-hal berikut ini! 5 7. Sebuah bingkisan besar yang dibungkus kertas berwarna cokelat. Coba temukan hal berikut ini! 6 8. Seekor kucing yang sedang mengejar tikus. Coba temukan hal berikut ini! 7 9. Empat kepala ikan. Coba temukan hal berikut ini! 8 9 Coba temukan hal berikut ini! 10. Seorang gadis yang sedang menikmati es krim. 11. Roda yang besar. Coba temukan hal berikut ini! 10 12. Lonceng kecil. Coba temukan hal berikut ini! 11 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah unit di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sejalan dengan kebijakan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, kami mendukung Gerakan Literasi Nasional sebagai salah satu program prioritas nasional melalui penerjemahan cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Para Pembuat Cerita C e r i t a : T h e M a r k e t p l a c e d i t u l i s o l e h N i l o u f e r W a d i a . © Niloufer Wadia, 2016. Beberapa hak cipta dilindungi dalam p e r a t u r a n p e r u n d a n g - u n d a n g a n . D i t e r b i t k a n d e n g a n C C menggunakan izin 4.0. MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Jalan Anyar Km 4, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810 Telepon (021) 29099245, 29099247 Laman: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id Pada suatu hari yang cerah di pasar sebuah desa, ada begitu banyak hal yang terjadi. Orang lalu-lalang, berbelanja, dan berjalan-jalan. Temukan beberapa hal menarik yang terjadi di sana! Ada Apa Saja di Pasar? Ada Apa Saja di Pasar?
158_Ada_Apa_Saja_di_Pasar
Direktorat Pembinaan SD Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Membaca Lancar Wiwin Alwiningsih Bencana di Pulau Seberang Bencana di Pulau Seberang Wiwin Alwiningsih Membaca Lancar Direktorat Pembinaan SD Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang Milik Negara Tidak Diperdagangkan Bencana di Pulau Seberang Penulis : Wiwin Alwiningsih Penyunting : Erminawati Penelaah : Christina Tulalessy Sigit Priyasmono Ilustrator : Tri Yuliana/Yudha Beni Desainer : Malikul Falah Pengatak : Malikul Falah Cetakan 1, 2019 KDT Diterbitkan Oleh: Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Gedung E Lantai 18 Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270 Telp: (021) 5725641, (021) 5725989 E-mail: [email protected] Buku ini bebas diperbanyak dan diterjemahkan baik sebagian maupun keseluruhannya, tetapi tidak dapat diperjualbelikan maupun digunakan untuk tujuan komersil. Kata Pengantar Dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dasar, Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar telah membuat program lomba penulisan buku bacaan di sekolah dasar. Lomba ini bertujuan untuk memotivasi semua pihak khususnya guru untuk mengembangkan kreatifitas dan imajinasinya dalam menuangkan ide-ide yang baik ke dalam buku bacaan yang akan di jadikan bahan bacaan di sekolah dasar. Tujuan lomba penulisan buku bacaan di sekolah dasar ini adalah untuk menambah ketersediaan bahan bacaan anak yang berkualitas dan sesuai dengan karakteristik anak, memberikan apresiasi dan motivasi kepada guru dalam menyusun cerita yang sesuai dengan usia anak; memberikan kesempatan bagi guru untuk berkreasi, berinovasi dan berimajinasi dalam menuangkan gagasan dalam bentuk buku bacaan sekolah dasar, mendorong semua pihak meningkatkan kepedulian terhadap pendidikan melalui penulisan buku bacaan, serta meningkatkan budaya gemar membaca dan menulis bagi guru. Buku cerita ini diharapkan bukan hanya memiliki kemampuan memahami informasi secara tertulis, tetapi juga iii kemampuan dalam memahami nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Buku cerita ini isinya syarat akan penguatan pendidikan karakter dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penghargaan sangat tinggi kami berikan kepada para penulis yang telah berkontribusi dan berpartisipasi aktif dalam menghasilkan karya tulis yang luar biasa, serta pihak- pihak yang telah membantu dalam menyukseskan penulisan buku cerita ini. Semoga kedepan akan banyak para penulis handal yang menulis buku-buku bacaan berkualitas lainnya. Selamat memaca dan salam literasi! Jakarta, 2019 Direktur Pembinaan Sekolah Dasar Dr. Khamim, M.Pd. NIP. 196608171988031002 iv Prakata Alhamdulillah, karena berkat karunia dari Allah SWT buku fiksi ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Bermula dari rasa prihatin pengarang terhadap rendahnya budaya membaca dan lemahnya karakter kepribadian anak-anak terutama siswa sekolah dasar yang akhir- akhir ini sangat mengkhawatirkan. Pengarang berinisiatif untuk mengikuti lomba membuat buku bacaan anak-anak yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Selain untuk mendukung Gerakan Literasi Nasional, pengarang juga berkeinginan dapat memberikan buku bacaan yang bermanfaat yang mampu memperkuat karakter kepribadian anak-anak terutama pada jenjang sekolah dasar. Pengarang memahami ada banyak kekurangan dalam buku ini. Sehingga kritik dan saran yang membangun, pengarang harapkan demi peningkatan kualitas karangan- karangan berikutnya. v Semoga buku ini dapat bermanfaat dan mampu memberikan kontribusi pada dunia pendidikan khususnya dalam hal pengembangan karakter kepribadian yang baik terutama rasa cinta terhadap negara, cinta lingkungan, dan gemar bergotong royong. Terimakasih pengarang ucapkan kepada Subdit Kurikulum, Direktorat pembinaan Sekolah Dasar atas kesempatan yang diberikan.Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah berkenan memberikan motivasi dan masukannya hingga buku ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis, Wiwin Alwiningsih vi Daftar Isi Kata Pengantar.......................................................... iii Prakata...................................................................... v Daftar Isi................................................................... vii 1. Negeri Bahari......................................................... 1 2. Pasir Hisab............................................................. 15 3. Bencana di Pulau Seberang..................................... 29 4. Musyawarah........................................................... 42 5. Bencana pun Berlalu............................................... 50 Daftar Istilah.............................................................. 65 Informasi Pelaku Perbukuan........................................ 68 vii viii 1. Negeri Bahari Libur panjang telah tiba. Dika menghabiskan liburannya dengan mengunjungi Paman dan Bibi. Mereka tinggal di desa pinggir pantai. Ada banyak rencana yang telah Dika siapkan. Ia akan mengajak Mahesa dan Ringin untuk bertualang. Mereka akan menyusuri pantai pasir putih yang menawan. Dika akan merekam segala hal yang menakjubkan dengan kamera kesayangannya. Mahesa dan Ringin adalah sepupu Dika, anak dari paman dan bibinya. Pagi itu, angin laut berhembus kencang memasuki celah- celah jendela rumah panggung yang terbuat dari kayu-kayu pilihan terbaik. Hingga membuat suhu udara di dalamnya menjadi lebih dingin. Deburan ombak yang menghantam bebatuan karang memecah keheningan Desa Pinggir Pantai. Burung-burung camar berhamburan dari sarangnya. Mereka sibuk berburu ikan untuk mengisi perut kosongnya. Di kejauhan, tampak beberapa kapal nelayan yang sedang bersandar. Kapal-kapal itu dipenuhi ikan hasil tangkapan dari laut semalaman suntuk. Mereka para nelayan tradisional yang pergi melaut malam hari dengan memanfaat-kan angin. 1 Mereka pulang keesokan paginya dengan memanfaatkan angin laut. Begitu setiap hari. Dika, Mahesa, dan Ringin menghampiri salah satu nelayan yang telah mereka kenal, Mang Uda ia adalah tetangga dekat paman dan bibi. Sudah lama ia berprofesi sebagai nelayan tradisional. Ikan-ikan tangkapannya selalu banyak, tetapi pagi itu tidak seperti biasanya. Ia mendapat ikan sedikit sekali. Wajah lelahnya tersenyum melihat kedatangan kami bertiga. “Assalamualaikum, Amang,” sapa Dika pada Mang Uda. “Wa‟alaikumsalam.” “Kami bantu ya, Amang.” “Terima kasih anak-anak,” jawab Mang Uda. Setelah kapal benar-benar menepi, istri dan anak perempuan Mang Uda cepat-cepat menghampiri. Mereka pun ikut sibuk menurunkan ikan-ikan untuk dibawa ke tempat pelelangan. Ringin tak mau kalah. Ia ikut membantu menurunkan ikan-ikan yang ukurannya lebih besar dari tangannya sendiri. “Kakak, lihat! Aku menemukan ikan pedang, lihat giginya, hiii serem!” 2 3 Sayup terdengar suara azan ashar dari masjid yang letaknya tidak jauh dari rumah paman. “Mari, kita salat, setelah itu, kita pergi menemui Amang Uda,” ajak Paman seraya beranjak ke sumur untuk berwudhu. Selesai salat ashar, paman mengeluarkan sepeda motornya, lalu memakai sepatu bot berwarna hitam. Dika dan Mahesa pun diminta untuk mengenakan sepatu bot yang telah paman siapkan. “Sepertinya kita mau pergi jauh!” seru Dika. “Jaraknya dua kilometer dari rumah. Jadi kalau jalan kaki, ya, capek. Kalian berdua pegangan erat-erat. Kita berangkat!” seloroh Paman sambil menghidupkan mesin motornya. Motor pun melaju kencang membelah udara. Selama di perjalanan, Dika melihat hamparan pasir putih yang berkilau diterpa sinar matahari sore. Air laut mulai pasang, matahari sudah makin merendah. Jaraknya dekat sekali dengan garis horizon. Sinarnya membuat air laut tampak berwarna keemasan. Sementara, angin bertiup ke arah pantai membuat pohon nyiur melambai-lambai. “Hei, lihat, ada lumba-lumba!” seru Mahesa mengagetkan lamunan Dika sambil menunjuk ke tengah laut. Tampak 20 21 beberapa ekor lumba-lumba muncul untuk menghirup oksigen. Tak lama kemudian, mereka pun sampai. Seorang lelaki setengah baya tengah menunggu kedatangan Paman. Ia kelihatan asyik menghirup kopi kentalnya sambil duduk di beranda sebuah gubuk. Gubuk itu tampak tua karena dibangun menggunakan material seadanya. Tak jauh dari gubuk, ada beberapa gubuk lain yang juga telah dipenuhi oleh warga. Mereka adalah teman-teman Paman dan Amang Uda. Mereka saling menyapa. Di samping kanan dan kiri gubuk, berjejer bibit tanaman bakau dalam pot-pot anyaman bambu yang mulai mengusang. Di antaranya ada yang sudah dimasukkan dalam keranjang-keranjang siap angkut. “Sudah lama, Mang?” tanya paman pada Amang Uda. “Belum lama, mungkin sekitar sepuluh menit yang lalu. Hei, kalian berdua ikut! Mari, silakan duduk, minum kopi dulu, setelah itu kita berangkat.” “Di sini ramai, ya, Ayah. Apa yang akan kita lakukan?” komentar Mahesa melihat keramaian di sekelilingnya. “Kita akan bergotong royong menyemai pohon-pohon bakau itu, Mahesa dan mulai menanami kembali pantai sebelah barat ini. Kami berencana akan menjadikannya 22 kawasan ekowisata hutan mangrove. Hal ini dilakukan supaya penduduk desa lebih sejahtera.” “Wah, keren sekali!” seru Dika. “Aku sudah tidak sabar!” “Ayo, kita mulai!” seru Amang Uda sambil memakai topi kerucutnya yang diikuti oleh warga desa lainnya. Sedikitnya ada 25 orang yang membantu paman dan Amang Uda menanam bibit bakau. Mereka saling tolong- menolong dan berbagi tugas. Ada yang terjun ke pantai sebagai juru tanam bibit bakau. Ada yang bertugas mengambil bibit pohon di daratan dan memberikannya pada yang bertugas di laut. Ada pula yang memotong batang-batang pohon bakau supaya memiliki tunas baru. Mereka semua tampak sibuk. Dika pun ikut membantu membawakan bibit-bibit tanaman dan menyerahkannya pada paman yang sudah menceburkan dirinya ke laut. Mahesa yang tak mau kalah, sibuk mengambil beberapa bibit pohon bakau untuk ditanamnya. “Mahesa nggak usah ikut menanam. Kamu bantu Dika saja mengambil bibit pohon bakau itu dan dekatkan kemari,” pinta Paman. “Tidak, Ayah, Aku mau menanam. Nggak seru kalau cuma ngambilin bibit.” 23 Mahesa tidak mau mendengarkan nasihat ayahnya. Ia terus berjalan menyusuri pantai yang sudah mulai pasang. Pelan-pelan, ia mulai menanam bibit-bibit itu agak jauh dari yang lainnya. Saat sedang menanam, ia merasakan kakinya melesak ke dalam pasir dasar pantai. Ia mencoba terus bergerak dan melangkahkan kakinya tapi, sia-sia. Makin ia bergerak, maka semakin cepat pasir itu mengisab tubuhnya. Ia mencoba mencari pegangan tapi tidak menemukan apa pun yang bisa diraih. “Tolong… tolong… !” teriak Mahesa. Warga yang mendengar suara teriakan menjadi panik. Mereka berusaha mencari asal suara itu. “Tolong, Ayah!” suara teriakan Mahesa kembali terdengar. “Paman, itu Mahesa. Dia di sebelah sana!” teriak Dika sambil menunjuk ke arah Mahesa yang tampak kesusahan. Beberapa orang kemudian berkumpul panik. Pak Dirman segera terjun ke laut. Ia berenang untuk menyelamatkan Mahesa yang sudah hampir tenggelam. Ternyata Pak Dirman pun tak mampu menyelamatkannya. Paman yang melihat kejadian itu pucat pasi. “Ada pasir hisap, jangan ada yang kemari!” seru Pak Dirman. 24 Perlahan tubuh Mahesa lenyap tinggal leher dan tangannya yang masih telihat. Ia berusaha sekuat tenaga agar air laut tidak memasuki lubang hidungnya dengan terus mengangkat kepala. Pak Dirman berusaha untuk meraih tangan Mahesa. Amang Uda berjalan mondar mandir mencari bilahan bambu atau apa saja yang bisa digunakan untuk menyelamat- kan mereka. “Pak Dirman tangkap ini!” teriak seorang warga sambil melemparkan ikatan kain sarung yang sudah dipotong- potong dan diikatkan menjadi satu. Ternyata sarungnya pun masih belum mampu menjangkau Pak Dirman dan Mahesa. “Beri pemberat diujung sarung itu dan tambah panjang- nya!” seru Amang Uda. “Tidak ada sarung lagi, Amang!” teriak yang lain. “Ada jaring di gubuk, gunakan itu!” Akhirnya, sarung dan jaring diikat menjadi satu kemudian dilemparkan ke arah Pak Dirman. Setelah berkali- kali mencoba meraih, Pak Dirman pun berhasil meraih ikatan jaring dan memberikannya pada Mahesa. “Ayo, kita tarik!” teriak warga. “Ayo! satu... dua... satu... dua!” 25 26 Mereka bersama-sama mengerahkan seluruh tenaganya. Pelan-pelan, tubuh Mahesa dan Pak Dirman semakin terlihat. Melihat jerih payahnya berhasil, lecutan semangat membanjiri warga. “Sebentar lagi. Ayo, teman-teman!” Akhirnya, Mahesa dan Pak Dirman berhasil diselamatkan. Mereka tampak sangat lemas. Paman segera menggotong Mahesa dan membawanya ke gubuk. Sementara, Amang Uda dan beberapa orang lain memapah Pak Dirman dan memberinya minum. “Maaf, Ayah. Aku tidak medengarkan nasihatmu,” kata Mahesa lirih. Ia benar-benar merasa menyesal. “Tidak apa-apa, nak. Lain kali jangan diulangi, ya,” pinta Paman. “Alhamdulillah, mereka berdua selamat dan baik-baik saja,” ucap warga dengan senyum yang mengembang. “Sebaiknya, pantai sebelah sana kita beri tanda. Supaya tidak ada lagi orang yang terperosok pasir hisap laut yang sangat berbahaya itu,” ucap Pak Kadir. “Iya, Pak, saya setuju!” seru seorang warga yang diikuti oleh warga lainnya. “Ayo, kita buat tanda!” ajaknya bersemangat. 27 Setelah kejadian itu, warga mengganti kegiatan sore itu dengan membuat tanda peringatan untuk menandai daerah pantai yang berbahaya. Sementara, Paman Yusuf dan Amang Uda berbagi tugas. Amang Uda mengantar Pak Dirman pulang, sementara paman membawa pulang Mahesa dan Dika. *** 28 3. Bencana di Pulau Seberang Setelah kejadian mengerikan itu, Mahesa menjadi takut untuk bermain di laut. Beberapa kali Ringin dan Dika mengajaknya, tapi ia selalu saja menolak. Akhirnya, mereka hanya bermain di beranda rumah dan sesekali berjalan di pinggiran pantai. Ketika mereka tengah asyik bermain, datanglah serobongan orang tak dikenal dengan membawa barang- barang yang biasa digunakan untuk bepergian jauh. Kepala rombongan itu menyapa dan berlalu pergi. Dika melihat beberapa kapal menepi tak jauh dari pantai tempat mereka bermain. Satu per satu kapal nelayan itu menurunkan rombongan yang menaikinya. Tidak lama kemudian, datanglah beberapa rombongan yang lain lagi. Merasa penasaran, akhirnya, Dika memberanikan diri untuk bertanya. “Maaf, Paman, ada yang bisa kami bantu?” “Oh, terima kasih nak. Kami hanya lewat saja.” “Hendak ke mana Paman akan pergi?” 29 “Kami semua akan merantau karena di desa kami tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk mempertahankan hidup,” ucapnya dengan raut wajah yang sedih. “Hati-hati, Paman!” seru Mahesa. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, Dika melihat Amang Uda sedang berbincang dengan beberapa orang dari rombongan yang tadi ia temui. Mereka saling berpelukan dan melambaikan tangan perpisahan satu sama lain. Melihat hal itu, Dika, Mahesa, dan Ringin yang masih penasaran, berlarian mendekati Amang Uda. “Amang, tadi itu siapa, sih? Dari mana asal mereka? Dari Pulau Seberang, bukan?” “Iya, mereka penduduk pulau terpencil di seberang sana. Mereka mau merantau ke kota dan bekerja di pabrik. Ayo, kita duduk di batang pohon yang tumbang itu!” ajak Amang. “Bukankah mereka nelayan?” tanya Ringin penasaran. “Bagaimana bisa bekerja di pabrik?” sambung Mahesa. “Entahlah, Amang tidak tahu, tapi yang pasti mereka semua nelayan.” “Katanya di desa mereka, tidak ada lagi yang bisa mereka kerjakan Amang. Jadi, mereka putuskan untuk merantau,” jelas Dika. 30 31 “Benarkah? Berarti dugaan Amang selama ini benar. Telah terjadi bencana di sana. Amang sudah pernah menasihati mereka, tapi tidak satu pun yang mendengarkan.” “Bencana apa, Amang?” “Amang Uda, Amang!” tiba-tiba terdengar suara teriakan seorang pemuda dari seberang. Sontak Amang Uda berdiri dan melambaikan tangannya. Amang Uda memeluknya dan memerkenalkan pemuda itu pada mereka bertiga. “Ini keponakan Amang, namanya Kak Faris” katanya. Dika, Mahesa, dan Ringin pun memberi salam pada Kak Faris. “Kau pun hendak merantau Ris?” Mendengar pertanyaan Amangnya, kak Faris terdiam. Ia menghela napas panjang, kemudian mulai bercerita. “Andai dulu penduduk di desaku mau mendengarkan nasihat Amang, mungkin bencana ini tidak akan terjadi. Sekarang, semuanya sudah rusak.” “Sudahlah, Ris, semua yang sudah terjadi tak perlu disesali. Sekarang, tugasmu memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi. Kampung Amang ini pun dulu begitu, tapi lihat sekarang, semuanya kembali pulih. Kampungmu pun bisa, 32 tapi kalau kamu ikut pergi merantau, lalu siapa yang akan memperbaikinya?” Mendengar nasihat Amangnya, Kak Faris terdiam. Ia mengernyitkan dahi tampak berpikir keras. “Bencana apa, sih Amang? Kok nggak ada beritanya di tv?” tanya Ringin yang sedari tadi pertanyaannya belum dijawab oleh Amang Uda. “Kalian ingin tahu bencana apa? Ayo Kita kesana!” seru Amang Uda. “Kau ikut, kan Faris?” “Iya, Amang, aku ikut.” “Yeayy!” seru anak-anak. Mahesa yang masih ragu untuk pergi ke laut, memberanikan diri. „Aku mau melihat bencana yang terjadi di Pulau Seberang. Apa yang membuat para penduduk sampai pergi meninggalkan desanya?‟ pikir Mahesa dalam hatinya. Setelah menemui Paman Yusuf dan menceritakan apa yang terjadi, Amang Uda memberanikan diri untuk meminjam perahu motor yang ada di kantor kelurahan tempat Paman Yusuf bekerja. Sebentar kemudian, Amang Uda dan yang lainnya sudah berada di atas perahu motor itu. Paman Yusuf segera 33 menghidupkan mesin, melajulah perahu motor membelah lautan. “Biarpun aku anak pantai, baru kali ini aku naik perahu motor membelah laut!” seru Mahesa yang kemudian diikuti tawa oleh yang lainnya. Setelah jauh menyeberang ke Pulau Seberang, ternyata di sana jalur lalu lintas laut sudah ramai. Perahu jenis feri terlihat melintas ke sana-sini. Namun, ada hal yang meng- ganggu pikiran Dika. Ia melihat laut itu sudah tidak berwarna biru lagi. “Paman, laut sudah tidak berwarna biru. Lihatlah air laut itu! Sebagian berwarna kecoklat-coklatan dan sebagian lagi berwarna kehitam-hitaman,” seru Dika. “Ya, hal ini benar-benar mejadi masalah serius. Laut di sini sudah banyak yang tercemar. Sisa gas dari kapal atau perahu motor mengotori lautan dan mengubah warnanya menjadi kehitaman-hitaman.” “Apakah hal itu bisa berakibat buruk bagi lingkungan laut, Ayah?” tanya Mahesa. “Sudah tentu, pencemaran air laut bisa merusak lingkung- an laut. Oleh karena itu, pencemaran ini harus dihindari agar lingkungan laut tidak rusak.” 34 “Aku tahu, jadi selama ini Amang Uda dan para nelayan yang ada di desa, tidak memakai perahu motor dan bertahan menjadi nelayan tradisional karena ini. Menjaga agar laut desa kita tidak tercemar. Begitukah, Amang?” tanya Ringin bersemangat. “Tepat sekali!” Semuanya tertawa. Tidak lama kemudian, perahu motor itu tiba di tempat tujuan. Para penumpangnya pun segera turun. Desa kak Faris sangat memprihatinkan. Lebar pantainya menjadi lebih sempit dari pantai yang ada di desa tempat tinggal paman. Tambak-tambak ikan milik warga banyak yang rusak tergerus gelombang laut. Pantai menjadi sangat kotor. Bahkan, beberapa perumahan warga menjadi sangat dekat dengan laut. Dika maupun Mahesa tidak lagi menemukan rerimbunan pohon bakau. Di sana, hanya tampak beberapa batang pohon bakau yang masih tersisa. Tidak hanya pohon bakau, penduduk di pulau ini pun sangat jarang, satu dua orang terlihat dan menyapa. “Astaghfirullah! Jika terus dibiarkan seperti ini, pulau ini bisa tenggelam!” seru Paman Yusuf. “Apa yang terjadi di sini, Paman?” tanya Dika. 35 “Erosi pantai yang mahadahsyat menyerang pulau ini, lihat garis pantainya sudah makin menyempit. Air laut makin naik ke daratan!” “Apa yang harus kita lakukan?” tanya Mahesa panik. “Saat ini, tidak ada yang bisa kita lakukan, Mahesa, tapi kita bisa menyisir seluruh pantai untuk memastikan tidak ada hal mengerikan lainnya selain abrasi ini!” seru Dika. Kak Faris terdiam melihat keadaan desanya. Rasa ber-salah tampak jelas di wajahnya. Ia pun terus berjalan mengikuti yang lainnya, seraya berdoa agar desanya masih bisa diselamatkan. Tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Tiba-tiba, muncul seekor penyu dari lautan. “Kakak, coba lihat, ada kura-kura, berwarna merah!” seru Ringin sambil berlari menghampiri penyu itu. “Penyu berwarna merah?” gumam Dika. Dika dan Mahesa pun berlari mengikuti Ringin. Tepat seperti dugaan mereka, ternyata penyu itu tersangkut kantung plastik berwarna merah yang menyebabkan seolah- olah ia berwarna merah. “Kasian sekali penyu ini.” 36 37 “Oh, iya perkenalkan ini teman-teman saya dari kota, Paman, yang hobi menyelam. Saya bawa ke sini untuk membantu kita membersihkan laut dari sampah-sampah plastik.” “Kebetulan mereka sedang mengadakan kegiatan sosial membersihkan sampah di lautan.” “Wah keren!” seru Dika. Setelah memperkenalkan teman-temannya yang berjumlah 28 orang, Kak Faris mengajak mereka untuk berkeliling pulau. Setelah itu, mereka mulai memakai perlengkapan menyelamnya. Kemudian, menaiki perahu- perahu milik warga. Dari atas perahu, mereka berloncatan ke air dan langsung menuju daerah yang banyak dicemari sampah-sampah plastik. Para penyelam tersebut mengambil sampah-sampah itu dan memasukkannya ke dalam keranjang yang mereka bawa. Setelah penuh, mereka pun bermunculan ke permukaan. “Ayo, ambil terus sampah-sampah itu!” teriak pimpinan kelompok memberi semangat. Mereka terus menyebar di sekitar pantai pulau kecil itu. Dika, Ringin, dan Mahesa yang melihat mereka menyelam 58 merasa takjub dan berkali-kali terpukau dengan kelihaian para penyelam itu. “Lihat, Kak, mereka semua seperti ikan!” seru Ringin. Sampah-sampah plastik yang ditemukan ternyata cukup banyak. Warga yang melihat sampah-sampah hasil buruan para penyelam itupun sampai terperangah. “Banyak sekali sampah di dalam laut sana, pantas saja ikan-ikan banyak yang mati,” celetuk salah seorang warga. Hari sudah semakin sore ketika para penyelam menyudahi kegiatannya. “Kita lanjutkan besok,” ujar ketua kelompok selam. “Baiklah!” seru yang lain. “Terima kasih atas perjuangan kalian hari ini, Nak. Terima kasih juga pada seluruh warga Desa Pinggir Pantai,” ucap tetua kampong Desa Pulau Seberang. “Kami tidak bisa membalas kebaikan hati kalian semuanya. Semoga Tuhan selalu memberikan keselamatan pada kita semua.” “Amin, Kek,” sahut warga desa. *** Membutukan waktu satu minggu untuk membersihkan sampah-sampah yang ada di seluruh pantai Desa Pulau Seberang. 59 Setelah pulau dan pesisir pantai bersih dari sampah- sampah plastik, selanjutnya warga mulai menanami dasar laut dengan terumbu karang yang baru. Warga Desa Pinggir Pantai bergiliran membantu warga Desa Pulau Seberang. Hal ini mereka lakukan supaya mereka tetap bisa melaut dan mencari ikan. Hingga waktu liburan sekolah Dika selesai. Kegiatan rehabilitasi Pulau Seberang belum juga selesai. “Mahesa, beri tahu aku, jika rehabilitasi sudah selesai, ya,” pinta Dika pada sepupunya itu di sela persiapannya kembali ke kota. “Tenang saja, saat kunjungan liburanmu berikutnya, Kita bisa ke sana untuk melihat perkembangannya, ok!” sahut Mahesa mantap. *** Beberapa tahun berlalu. Kini pulau kecil itu sudah terlepas dari bencana yang menimpanya. Rerimbunan pohon bakau sudah tampak di setiap sisi pantai-pantainya. Areal pertambak-kan warga kini tidak lagi sampai merusak si penjaga pantai itu. 60 61 Air laut yang tercemar oleh sampah kini sudah kembali bersih. Penyu dan ikan-ikan serta burung-burung laut pun semakin banyak. *** Dika, Ringin, dan Mahesa menyempatkan berkunjung disela-sela liburan mereka berikutnya. Sambil duduk memandang lautan, Ringin mengeluarkan secarik kertas yang berisi puisi. Ia bangkit berdiri dan mulai membacakannya. Suaranya terdengar lantang di hadapan Dika dan Mahesa. Deburan ombak lautan menjadi musik pengiring yang memikat. Negeri Bahari Negeriku, Negeri bahari Ribuan pulau berjajar rapi Bakau bakau berbaris pantaiku berseri-seri Tapi adakala Ia menangis Sebab ulah manusia yang tak tau diri Sampah mengotori Sisa bahan bakar pun mencemari Hingga lautku tak biru lagi 62 Pohon-pohon bakau ditebangi Terumbu karang mati Timbulkan bencana erosi Ikan-ikan mengungsi dan mati Tidak ada yang tersisa Saat manusia sadar Bersama mereka perbaharui Menyelamatkan yang tersisa Menjaganya setiap hari Demi generasi bangsa yang abadi Perlahan Lautku kembali berseri Bencanapun pergi Dan bahagia kini menghampiri Setelah mendengar Ringin membacakan puisinya. Dika dan Mahesa memberikan pujian dan tepukan tangan yang meriah. Mereka tidak menyangka bahwa Ringin mampu membuat sebuah puisi. Ringin merasa sangat senang atas pujian kakaknya. Ia segera berlari dan memeluk mereka. 63 Hari menjelang sore ketika mereka beranjak pulang. Saat mereka memandang lautan dari tepi pantainya, seakan bergumam bersama. ”Kini, bencana telah berlalu dan laut kita pun kembali biru!” TAMAT 64 Daftar Istilah Abrasi : pengikisan tepi pantai oleh gelombang laut karena ketiadaan pohon bakau. akar napas : akar tanaman bakau yang menjulang sampai di atas permukaan laut bahkan sejajar dengan batang pohonnya. batas landas kontinen : kelanjutan garis batas dari daratan suatu benua yang terendam sampai kedalaman 200 meter di bawah permukaan laut. buritan : bagian belakang kapal atau perahu. ekosistem : keanekaragaman suatu komunitas dalam lingkungan. ekowisata : tempat wisata yang objeknya adalah keanekaragaman hayati dalam suatu ekosistem lingkungan hidup. 65 garis horizon : berbatasan antara langit bagian bawah dengan permukaan bumi atau laut. illegal fishing : penangkapan ikan yang bertentangan dengan hukum. laut territorial : wilayah laut dengan batas 12 mil dari titik terluar pulau-pulau di Indonesia pada saat pasang surut kea rah laut. mangrove : bakau, tumbuhan berakar tinggi yang hidupdi tepi laut atau pantai. oksigen : zat ringan terdapat dalam atmosfer, tidakberwarna, tidak berbau, dan tidak memilikirasa yang diperlukan untuk segala bentukkehidupan. pasir hisab : butiran halus yang memiliki daya hisab tinggi terhadap sesuatu yang masuk ke dalamnya. perairan nusantara : wilayah perairan yang terletak pada sisi dalam dari garis pangkal yang terdiri atas laut, teluk, dan selat yang menghubungkan pulau 66 yang satu dengan pulau yang lain di Indonesia. pohon nyiur : pohon kelapa. pucat pasi : wajahnya sangat pucat. pukat harimau : semacam jarring yang berukuran yang sangat besar dan mampu menangkap ikanserta hewan- hewan yang berukuran kecil. rehabilitasi : pemulihan kembali. sepatu bot : sepatu yang membungkus kaki hingga di bawah lutut, terbuat dari karet, kulit, dan sebagainya. tsunami : gelombang laut dahsyat (gelombang pasang) yang terjadi karena gempa bumi atau letusan gunung api di dasar laut. 67 Informasi Pelaku Perbukuan Biodata Penulis Wiwin Alwiningsih, S.Pd., dilahirkan di Kota Metro pada 19 Juli 1991. Ia pernah mengenyam pendidikan di SD Negeri 9 Metro Pusat, kemudian melanjutkan di SMPT Negeri 2 Metro Pusat. Setelah menamatkan pendidikan jengjang SMP, ia melanjutkan ke SMA Negeri 3 Metro. Pendidikan Geografi menjadi program studi pilihannya saat Ia mengenyam pendidikan di perguruan tinggi negeri Universitas Lampung. Saat ini, Ia sebagai guru di SDIT Muhammadiyah Gunung Terang. Wanita berkerudung ini dapat dihubungi melalui email: wiwin_alwiningsih@yahoo. com 68 Biodata Penyunting Erminawati, S.Pt adalah penyunting buku di beberapa penerbitan terkemuka. Pada tahun 2015 ia mendapat penghargaan sebagai editor terbaik untuk kategori buku fiksi remaja di acara Indonesia Membumi KPK-IKAPI. Beberapa judul buku yang pernah ia sunting adalah Bisnis Tabulampot Tanpa Repot (Erzatama Karya Abadi, 2016), Meraup Rezeki dari Budidaya Ikan Kerapu (Erzatama Karya Abadi, 2016), Peluang Usaha Ikan Hias Air Tawar (Erzatama Karya Abadi, 2016), Usaha Ikan Lele di Lahan Sempit (Erzatama Karya Abadi, 2016), Cara Baru Beternak Lebah Madu (Erzatama Karya Abadi, 2016), Misteri Hutan Larangan (CV Erzatama Karya Abadi, 2016), Dari Rahim Ombak (Erzatama Karya Abadi, 2015), Pan Julungwangi (Erzatama Karya Abadi, 2015), Rio menangkap bintang (Mediantara Semesta, 2019), (Mediantara Semesta, 2019). Ia juga suka menulis buku anak. Ia dapat dihubungi via email: [email protected]. 69 Biodata Penelaah 1 Christina Tulalessy, lahir di Titawaai, sebuah desa kecil di Nusalaut, Maluku Tengah, pada tanggal 12 November 1963. Lulus dari IKIP Jakarta Jurusan Tata Busana. Sejak tamat tahun 1988, ibu yang memiliki seorang putri ini memulai kariernya sebagai PNS di Pusat Perbukuan. Di sinilah dia mulai belajar penyuntingan melalui berbagai pelatihan. Kemampuan berbahasa diwarisi dari ayahnya yang juga guru Bahasa Indonesia. Menyunting berbagai naskah buku teks pelajaran menjadi pekerjaan sehari-harinya. Pada saat yang bersamaan, juga menjadi penyunting pada beberapa penerbit. Keterampilan penyuntingan mengantarkannya menjadi pengajar mata kuliah Editing di Polimedia Kreatif sejak tahun 2009–2015. Menyelesaikan Pendidikan S2 dan S3 pada Jurusan Penelitian dan Evaluasi Pendidikan tidak menyurutkan kegemarannya terhadap dunia penyuntingan. Menjadi juri tingkat nasional untuk sejumlah lomba penulisan yang diselenggarakan oleh Kesharlindungdikmen Kemdikbud juga dilakukannya. Saat ini sebagai PNS pada Pusat Kurikulum dan Pembelajaran dan dapat dihubungi di nona_tula@yahoo. com. 70 Biodata Penelaah 2 Massigit Priyasmono, lahir di Kediri, 23 September 1954. Awalnya belajar secara otodidak (iqro’ dan Home Schooling). Kemudian tahun 1991 mengikuti Pelatihan Penulis, Ilustrator dan Desain Buku Anak-anak, yang diadakan oleh Depdikbud dan Komisi UNESCO di Jakarta. Masih tahun 1991 menjadi peserta Training Course Science Book for Ilustrator dan Design on Books Young People, Asian Culture Center for Unesco (ACCU) di Toko-Japan, dan menerima penghargaan The Most Scientific Price untuk karya Wildlife of Birds. Antara tahun 1996-1998 mengikuti bermacam-macam pelatihan dan lokakarya yang berhubungan dengan penulisan, editing, desain grafis komputer. Dari tahun 1989-2010 bekerja di Pusat Perbukuan Depdikbud sebagai Ilustrator dan Desainer Buku. Sementara itu juga freelance di beberapa Penerbit, Pabrik Otomotif, dan Konsultan Manajemen sebagai Desain Marketing dan Ilustrator. Tahun 1998-2004 sebagai Instruktur/Fasilitator dan Juri Pembuatan Buku Cerita Bergambar untuk anak-anak pada Kegiatan Peningkatan SDM Guru SD kelas rendah Dikdasmen- Depdiknas, di Jakarta. Kemudian tahun 2004-2006 sebagai Instruktur/Fasilitator Pembuatan Buku Cerita dan Alat Peraga untuk anak-anak TK dalam kegiatan Peningkatan SDM Kepala Sekolah dan Guru TK se-Indonesia Direktorat Pendidikan TK dan SD Depdiknas, di Jakarta. Penilai Aspek Grafika Buku Pelajaran yang diselenggarakan oleh BNSP, dan penilai Aspek Grafika Buku Nonteks Pelajaran yang diselenggarakan olah PPBNP di Jakarta. Moto dalam hidup ”Long Life Education- Just Do Its- Plan Living Hingh Thinking" 71 Biodata Desainer Malikul Falah adalah desainer buku di beberapa penerbitan terkemuka. Pada tahun 2015 ia mendapat penghargaan sebagai desainer terbaik untuk kategori buku fiksi remaja di acara Indonesia Membumi KPK-IKAPI. Ia dapat dihubungi via email: [email protected]. Biodata Ilustrator Tri Yuliana, S.Kom., dilahirkan di Provinsi Lampung pada 3 September 1993. Ia pernah mengenyam pendidikan di Perguruan Tinngi Negeri Universitas Lampung dan mengambil jurusan teknik informatika. Bidang keahlian yang dimilikinya adalah ilustrasi dan pengembang aplikasi. Saat ini, Ia sebagai pekerja lepas di bidang desain grafis dan pengembangan aplikasi. Ia dapat dihubungi melalui email: [email protected]. Yudha Beni, ilustrator lepas yang sangat suka menggambar. Lulusan SMSR Bandung ini banyak melahirkan karya ilustrasi buku anak. Beberapa karya ilustrasinya antara lain: Nelayan (SPKN, 2017), Putri Bunga (SPKN, 2017), Buah yang Kukenal (Kemendikbud, 2015),dan banyak karya lainnya. Yudha bisa dihubungi lewat email: [email protected]. 72 Milik Negara Tidak Diperdagangkan ISBN Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Gedung E Lantai 18 Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270 Telp: (021) 5725641, (021) 5725989 E-mail: [email protected] Cerita petualangan Dika dimulai saat ia pergi berlibur ke rumah paman dan bibinya di Desa Pinggir Pantai. Bersama Mahesa dan Ringin, Dika mengalami berbagai peristiwa menegangkan, seperti pengeboman kapal laut hingga tenggelamnya Mahesa dalam pasir hisab pantai. Dika juga sempat berkunjung ke sebuah pulau yang sangat memprihatinkan. Pulau itu hampir tenggelam! Mau tahu kelanjutan petualangan Dika, Mahesa, dan Ringin? Ayo, baca buku ini!
1595687149_Bencana_di_Pulau_Seberang_Full
Nusantara KKLP Pengembangan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Pengumpul Data: Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk. Seri Antologi Fabel Nusantara Kisah Seru Hewan di Sekitar Kita Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara pa­ling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana de­ngan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). Penerbit PT Elex Media Komputindo KKLP Pengembangan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Seri Antologi Fabel Nusantara Kisah Seru Hewan di Sekitar Kita Pengumpul Data: Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk. Kisah Seru Hewan di Sekitar Kita Seri Antologi Fabel Nusantara Kerja sama PT Elex Media Komputindo dan KKLP Pengembangan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi : Sastri Sunarti Leni Mainora Rosliani Farah Pengumpul Data: Atisah, Desi Nurul Anggraini, Helmi Fuad, Ibrahim Sembiring, Irawan Syahdi, Leni Mainora, Muawal Panji Handoko, Nurelide Munthe, Nurhaida, Suyadi, Syahril, Riki Fernando, Tri Amanat, Yuli Astuti Asnel, dan Zahriati Ilustrasi dan Desain Cover : Krisna Putra Layout : Divia PermatasariHIEMHUUDEMGIIIDIDDGMEDII hak Cipta Terjemahan indonesia ©2021 Penerbit PT elex media Komputindo hak Cipta dilindungi oleh undang-undang diterbitkan pertama kali oleh: Penerbit PT elex media Komputindo Kelompok gramedia-Jakarta Anggota iKAPi, Jakarta 523006912 iSBN: 978-623-00-3028-4 dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. dicetak oleh Percetakan PT gRAmediA, Jakarta isi di luar tanggung jawab percetakan Rapat Tikus......................................................................................2 Kepinding yang Malang..............................................................5 Tongkat Sakti..................................................................................9 Sahabat yang Hilang.................................................................13 Induk Berang-Berang Menuntut Keadilan......................18 Kisah Kerang Mutiara di Pantai Sejarah...........................25 2 1 Diceritakan kembali oleh Simpei Fusen Sinulingga. Asal daerah: Desa Lingga, Karo. A da sebuah rumput ilalang, dimana arah mata angin disitulah dia dan lubang tikus ini ada di ba­wahnya. Panglima Tikus keluar dari lu­bang dilihatnya ilalang itu ada yang bergerak, ia pun ketakutan dan mengadu kepada Raja Tikus. “Wahai baginda raja, di luar ada ilalang yang bergerak-gerak, aku takut keluar dan tidak bisa memberi makan anak-anakku,” Raja Tikus berkata,“Itu angin yang membawanya.” “Tapi aku ada masalah lain lagi,” kata Panglima Tikus. “Aku sangat takut pada kucing, sudah berapa banyak anakku dimakannya. Bagaimana caranya agar kucing ini bisa kita tangani?” 4 Lalu Raja Tikus memanggil dan mengumpulkan rakyat tikus untuk mengadakan rapat besar. Raja bertanya bagaimana caranya agar kucing tidak bisa memakan tikus lagi. Setelah rapat besar diadakan, muncul satu ke­­ putusan, “Bagaimana jika kita pasang kerincing yang bunyi-bunyi di leher kucing. Jadi, jika itu dipasang apabila dia bergerak pasti akan ter­­ dengar dan kita bisa pergi, kita juga tau kapan dia datang.” Semuanya pun setuju, keringcing yang dapat berbunyi-bunyi sudah dibuat, namun tidak ada satu pun yang berani memasang kerincing ke leher kucing. Sehingga sampai sekarang kucing pun masih mengejar dan sering bisa menangkap tikus. 5 2 Diceritakan kembali oleh Kadisman Desky dan M. Arsyadi Ridha (Penyun­ting), Cerita Rakyat Asahan, Majapahit Pub­ lishing, Yogya­karta, 2017. D i sebuah istana tinggallah sekeluarga Kepin­ ding yang terdiri dari suami, istri, dan be­­ berapa puluh anaknya yang kerjanya setiap malam berpesta pora, mengisap darah Raja. Mereka tinggal di pojok tempat tidur Raja. Pada suatu malam, “nging…ng…ng!” Terbanglah se­ ekor nyamuk ke kamar Raja lalu berkata, “Wow.... betapa mewahnya kamar raja ini.” Mendengar perkataan sang nyamuk, induk kepinding berkata, “Hai siapa kau, dari mana asalmu, kau tak boleh di situ, itu tempat tidur Raja, ayo pergi!” 6 Mendengar perkataan induk Kepinding, nyamuk langsung menjawabnya, “Ooh... Ibu, bukan begitu membalas kepada sesama makh­ luk. Saya adalah nyamuk pengembara. Dalam pe­ ngem­­bara­an saya telah mencicipi darah manusia, tapi kalau darah Raja pasti amat lezat rasanya,” jawabnya. “Seperti air anggur yang dicampur dengan madu, maka izinkanlah saya untuk men­ cicipi darah Raja.” Tapi betapa terkejutnya sang Nyamuk men­de­ ngar perkataan sang Ibu Kepinding dengan ber­­ kata, “Oh... tidak. Tak boleh mengisap darah Raja. Kalau kau hisap darah Raja, ia nanti terbangun dan membunuh kami semua.” Mendengar itu sang Nyamuk tidak menyerah, dia mencari akal untuk diizinkan mencicipi darah Raja. Dia mengambil hati Induk Kepinding de­ ngan cara merunduk dan jongkok sambil berkata, “Ooh.... betapa malangnya nasibku ini.” Melihat wajah sedih sang Nyamuk, induk ke­ pin­ding pun terenyuh hatinya dan mengizin­­kan nyamuk untuk mencicipi darah Raja itu. “Tapi, kamu harus mengambil waktu yang tepat.” “Kapan?” kata si Nyamuk. Setelah malam tiba Nyamuk pun bersiap-siap menantikan Raja yang sedang tertidur pulas di peraduannya. Nyamuk langsung melekat ke leher 8 Raja dan menghisap darah dengan penuh nafsu. Raja menjerit, “Oooh sakitttt... lalu memanggil sang pelayan. “Pelayan... pelayan.... ayo kemari,” Pelayan pun datang. “Ada apa, Tuan?” Raja menjawab, “Ada nyamuk menggigitku. Ayo cari dan usir dia.” Pelayan pun bergegas mencari nyamuk dan membongkar tempat tidur Raja. Mereka me­ne­­ mukan keluarga kepinding dan langsung mem­­­ basmi, sedangkan nyamuk telah terbang keluar dari istana. Pesan yang dapat diambil dari cerita di atas ada­lah kita tidak boleh memercayai orang yang belum dikenal begitu saja, kita harus berhati-hati dan waspada dalam setiap tindakan yang akan dilakukan. 9 3 Kadisman Desky dan M. Arsyadi Ridha (Penyunting), Cerita Rakyat Asahan, Majapahit Publishing, Yogyakarta, 2017. S hero adalah sebuah tongkat sakti. Baru saja ia menyihir anak capung menjadi anak kura- kura. Kejadian ini membuat resah hati bagi Peri tongkat. “Wah..wah...wah...! Rupanya Shero berbuat ru­ suh lagi. Shero memang sebuah tongkat sakti. Banyak hal ajaib yang bisa dilakukannya.” Shero memang pernah menggelembungkan se­­ekor kambing jadi bulat seperti bola. Shero juga pernah mengubah telaga menjadi lumpur. “Aduhh….” Peri Tongkat mengeluh sambil meng­­ geleng-gelengkan kepala. 11 Shero menjadi sombong dan angkuh karena banyak manusia yang memperebutkannya. Ke­sak­ tian Shero menyebabkan ia sering berganti tuan. Mulai dari Penyihir Usil, Raja, pejabat serakah dan sekarang Shero menjadi milik anak nakal. Anak nakal itu menyuruh Shero untuk berbuat kekacauan. Ia suka menyihir hewan-hewan dan menjahili teman-temannya. “Shero ini harus diberi pelajaran.” “Wusss... kesaktian Shero dilenyapkan. Huh se­ karang kau cuma anak tongkat yang tak berguna lagi.” Kata si anak nakal sambil melempar Shero sejauh-jauhnya. “Tring... plup.... Shero menimpa seekor kambing. Kambing itu mengeluh, “Mbek... mbek... ini tongkat yang dulu pernah menggelembungkan perutku,” si kambing geram dan menyepak Shero dengan kakinya sekencang-kencangnya. “Twing plup...!” Shero jatuh ke tepi hutan. “Huh.... sekarang aku menjadi tongkat yang tidak berguna lagi. Tak ada lagi yang mau menjadi tuanku,” isak tangis Shero sambil kesakitan. Tiba-tiba “Dukk...!” Seorang nenek tua jatuh tersandung ke tubuh Shero. “Wah...wah...wah... pasti dia marah lagi, karena ia membuat Nenek tua itu terjatuh, pasti aku bakal dilemparnya sejauh-jauhnya,” gumam Shero 12 sedih dan pasrah. Tetapi ternyata Nenek tua itu dengan lembut meraih tubuh Shero serta berkata, “Apa ini? Wah sebuah tongkat kayu yang bagus untuk menuntunku berjalan.” Akhirnya oleh si Nenek tua itu Shero dijadikan tongkat penuntun jalan. Shero senang sekali dia merasa sangat berguna. Peri Tongkat pun tersenyum padanya, dan berkata, “Betul kan, Shero tetap bisa berguna tanpa kesaktianmu!” Pesan moral yang bisa diambil dari dongeng ini adalah siapa yang sombong akhirnya tak disenangi semua orang, hendaklah kita hidup dengan rendah hati. 13 4 Kadisman Desky dan M. Arsyadi Ridha (Penyun­ting), Cerita Rakyat Asahan, Majapahit Publishing, Yogya­kar­ta, 2017. D i tengah hutan rimba hewan-hewan sedang berbincang. Mereka hendak pergi ke Desa Seberang untuk mencari sahabat mereka yang hilang. “Teman-teman dengar ya aku bicara,” kata Kak Kancil. “Besok pagi-pagi sekali kita semua akan berangkat ke Desa Seberang!” “Aku tidak ikut ya. Aku tidak kuat berjalan jauh,” kata Kak Bebek. “Dengar... dengar kataku. Aku tidak peduli yang penting kita harus mencari si Putih! Bagaimana 14 caranya? Si Putih anak kelinci yang berumur satu bulan itu tidak pulang dari kemarin. “Bek... ikut saja denganku!” kata, Kak Bangau, “Aku kan bisa terbang, kau mau kan?” “Asyiiik....” kata si Bebek. Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali hewan- hewan itu berkumpul. Hanya Kak Bebek yang tidak kelihatan. Hewan-hewan itu merasa heran. “Mana ya Bebek, kok belum kelihatan ya?” Tiba-tiba dari semak-semak keluarlah seekor Kambing. “Teman-teman, aku membawa berita. Tadi ku­ lihat si Bebek tenang-tenang saja di kandang. Lalu kuhampiri. Katanya ia lagi tak enak badan jadi ia mengurungkan niatnya untuk ikut.” “Aahh..... mana bisa begitu. Mungkin ia hanya berpura-pura,” kata hewan-hewan itu berbisik. “Baiklah teman-teman kita jangan patah semangat, meskipun Bebek tidak jadi ikut, kita harus tetap mencari si Putih. Ikutlah saranku. Kita harus berpencar-pencar. Kita bagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama pergi ke arah Selatan dan kelompok kedua pergi ke arah Utara. Kalau bisa sebelum matahari terbenam kita harus berada di tempat ini. Mengerti?” “Mengerti...,” kata hewan-hewan serempak. 16 Setelah kelompok dibagi menjadi dua, yaitu kelompok pertama pergi ke arah Selatan dan kelompok kedua pergi ke arah Utara, maka sepilah hutan itu. Semua hewan mencari si Putih, hanya Kak Bebeklah yang tinggal di tempat. Setelah matahari tinggi, panas terik menyinari hutan itu. Tiba-tiba dari kejauhan terdengarlah suara tangisan. “Huh...uh... Ibu, Ibu, Aku takut. Kau dimana, Bu?” suara si Putih ketakutan. Mendengar suara itu Kak Bebek bergegas ke­ luar. Dicarinya asal suara itu. Ternyata ia adalah anak kelinci yang tak pulang dari kemarin. “Putih, putih, kau di mana? Kami sangat khawatir.” “Saya di mana? kok tempat ini sepi sekali?” ocehan si Putih. “Oooh, begini, Ibumu dan teman-teman yang lain mencarimu di Desa Seberang. Syukurlah kau telah kembali sekarang. Kau berada di kam­ pungmu sendiri. Kemarilah, Nak,” kata Bebek sambil merangkul Kelinci itu. Setelah matahari terbenam, semua hewan- hewan itu pulang tanpa membawa hasil. Mereka kelihatan sangat lelah. Kaki mereka tidak kuat lagi untuk berjalan, tiba-tiba mereka melihat si Putih dalam gendongan Kak Bebek. Hewan- 17 hewan itu bersorak kegirangan. Hewan-hewan itu berloncatan mendekati si Putih. Ibu si Putih langsung merangkul anaknya. “Uh uh... kau dari mana saja anakku? Ibu sangat cemas. Kami semua pergi mencarimu. Rupanya kau sudah pulang. Syukurlah, Nak. Ibu sangat bersyukur kepada Allah Swt., dan berterima kasih kepada teman- teman semua dan terutama kepada Kak Bebek. Kalau Kak Bebek tak ada di sini, mungkin anak­ku akan pergi lebih jauh lagi,” kata Ibu Kelinci sambil menangis. Setelah Anak dan Ibu itu ber­kumpul maka legalah hati hewan-hewan itu. Hilang­lah rasa prasangka hewan-hewan itu pada Kak Bebek. Merekapun bergembira dan berpesta pora. 18 5 Diceritakan kembali oleh Mhd. Isa P ada zaman dahulu, semua binatang bisa berbicara. Ketika itu hiduplah seekor Berang- berang di tepi sungai. Ia punya sarang di bawah batang pohon besar yang sudah tumbang. Suatu waktu lewatlah seekor Kijang di sekitar sana. Ia mencari makanan di dekat rumah Berang- Berang. Sementara di tempat lain, Burung Pe­la­­tuk sedang berjaga-jaga di atas sebatang pohon besar. Ia memantau keadaan hutan dengan sak­sama. Ketika memandang ke arah sungai, ia terperanjat. Ia melihat di sana Ikan Baung banyak hilir mudik membawa senjata. Karena takut terjadi keru­suh­an, Burung Pelatuk pun menabuh genderang perang. Mendengar genderang perang ditabuh, Kijang 19 terkejut dan menginjak Anak Berang-berang secara tak sengaja. Anak Berang-berang pun mati. Karena tak terima dengan perlakuan Kijang, Induk Berang- Berang pun menuntut keadilan. “Bukan aku yang salah,” kata Kijang, “Itu gara- gara Burung Pelatuk menabuh genderang perang.” Karena tetap tak bisa menerima alasan Kijang, Induk Berang-Berang akhirnya pergi menghadap Raja Hutan. Ia pun menjelaskan segala duduk perkara yang telah terjadi di rumahnya. “Wahai Tuanku,” adu Induk Berang-Berang, “Saya datang ke sini untuk melaporkan perbuatan Si Kijang terhadap anak saya. Ia telah menginjak anak saya hingga mati. Saya tidak rela, Tuanku. Saya ingin keadilan ditegakkan. Karena Singa adalah raja yang bijak, ia pun memanggil Kijang dan bertanya, “Hai Kijang, kenapa kamu injak-injak anak si Berang-Berang ini? Sampai-sampai anak itu mati karena kamu.” “Maaf, Tuanku,” jawab Kijang, “Bukan maksud saya hendak menginjak Anak si Berang-Berang hingga mati. Itu karena saya terperanjat oleh genderang perang yang ditabuh Burung Pelatuk. Padahal situasi di hutan tampak aman-aman saja. Jadi bukan saya yang salah, Tuanku. Burung Pelatuk itu yang salah.” 21 Karena Raja ingin tahu pangkal balanya, Burung Pelatuk pun dipanggil menghadap Raja. “Hai Burung Pelatuk, dalam keadaan aman tentram begini, kenapa kamu membunyikan genderang perang? Lihatlah, Kijang pun jadi ketakutan karenamu, dan ia pun jadi menginjak anak Berang-Berang hingga mati.” “Wahai Tuanku,” kata Burung Pelatuk, “Saya membunyikan genderang perang karena saya lihat Ikan Baung ramai-ramai membawa tombak hilir mudik. Tombaknya pun ada tiga sekali bawa. Bagaimana saya tidak takut, Tuanku. Saya kira mereka akan berperang di bawah sana.” “Oooh, begitu?” “Benar, Tuanku. Jadi, bukan saya yang salah. Ikan Baung itulah yang salah.” Ikan Baung pun dipanggil menghadap Raja, lalu ditanya, “Hai Ikan Baung, kenapa kamu hilir mudik di sungai membawa senjata? Gara-gara kamu membawa senjata, Burung Pelatuk jadi mem­bunyikan genderang perang.” “Maaf, Tuanku,” jawab Ikan Baung. “Saya mem­­ bawa senjata karena saya curiga melihat kepi­ting. Kepiting itu berjalan miring sambil mengendap- ngendap. Lagaknya seperti mata-mata musuh, Tuanku. Karena itulah kami berjaga-jaga. Jadi, bukan kami yang salah, Tuanku. Kepiting itulah yang salah.” 22 Maka, Kepiting pun ikut dipanggil menghadap Raja. “Hai Kepiting, kenapa kamu berjalan miring sambil mengendap-endap? Apa yang ingin kamu tengok? Apakah kamu telah menjadi mata-mata bagi musuh?” “Wahai Tuanku Raja,” jelas Kepiting. “Saya ber­ jalan miring begini karena saya penasaran dengan Siput. Saya lihat ia ke mana-mana selalu membawa rumahnya. Walaupun berat, ia tetap membawa rumahnya. Jadi, bukan saya yang salah, Tuanku. Siput itulah yang salah.” Siput pun dipanggil pula menghadap Raja. “Hai Siput, kenapa kamu ke mana-mana selalu membawa rumah? Bukankah rumahmu itu berat?” “Maaf, Tuanku,” kata Siput, “Saya selalu mem­ bawa rumah saya karena saya takut dengan Kunang-Kunang. Ia selalu membawa api ke mana- mana. Jadi, daripada rumah saya kebakaran ketika saya tinggal, lebih baik saya bawa terus ke mana saya pergi. Begitulah, Tuanku. Saya tidak salah. Kunang-kunang itulah yang salah.” Maka, kunang-kunang pun dipanggil meng­ hadap Raja. “Hei Kunang-Kunang,” kata Raja Hutan. 23 “Ke­napa kalian selalu membawa api ke mana- mana? Lihatlah, Siput jadi takut rumahnya kebakaran. Dan kini masalahnya jadi berbuntut panjang.” “Wahai Tuanku,” jawab Kunang-Kunang. “Kami ke mana-mana membawa api karena kami takut pada Laba-Laba. Laba-laba itu suka sekali mem­ buat jaring di sembarang tempat. Mata kami rabun. Jadi, kami sengaja membawa api supaya terang jalan kami, Tuanku. Jadi, bukan karena salah kami masalah ini. Laba-laba itulah yang salah.” Laba-laba pun dipanggil menghadap Raja. “Hai Laba-Laba, kenapa kalian membuat jaring di mana-mana? Lihatlah, Kunang-Kunang selalu membawa api karena takut terkena jaring kalian.” “Maaf, Tuanku,” kata Laba-Laba, “Kami dari dulu diajarkan oleh orang tua kami untuk men­ cari makan menggunakan jaring itu. Tubuh kami lembek. Kami mengharapkan makanan dari binatang-binatang kecil yang terperangkap jaring kami. Kalau jaring itu tidak kami buat, kami tidak makan, Tuanku. Kami tidak bisa hidup tanpa jaring-jaring itu.” Mendengar penjelasan tersebut, Raja Hutan pun jadi maklum. Ia tidak bisa menyalahkan Laba- Laba. Maka, kasus itu pun ditutup. Keadilan yang dituntut oleh Induk Berang-Berang tidak ber­ 24 hasil ia dapatkan. Raja Hutan meminta kerelaan hati Induk Berang-Berang untuk mengikhlaskan kematian anaknya. Raja juga meminta binatang- binatang di hutan untuk tidak lagi saling me­ nyalahkan, sehingga mereka bisa tetap hidup dengan damai setelahnya. 25 6 Kadisman Desky dan M. Arsyadi Ridha (Penyun­ting), Cerita Rakyat Asahan, Majapahit Publishing, Yogya­karta, 2017. D i suatu pantai yang sangat indah, angin ber­ embus sepoi-sepoi, debur mengempas be­ ba­tuan, kicau burung bernyanyi menam­ bah suasana pantai semakin indah tatkala air laut surut. Di pinggiran pantai hiduplah seekor Anak Ke­rang dan seekor Ibu Kerang. Suatu ke­ tika seekor Anak Kerang datang kepada Ibunya sambil menangis. Agaknya ia menahan sakit yang berkepanjangan, sang Ibu tampak bingung. “Mengapa engkau menangis, Nak? Ada apa dengan tubuhmu?” Sang Ibu tampak ketakutan. 26 Si Kerang kecil kembali menangis dengan suara yang semakin kuat. “Ibu..... Tubuhku dimasuki sebutir pasir, rasanya saakiiit sekaliii,” ujar sang Anak Kerang. Namun sang Ibu Kerang tidak dapat mengeluarkan pasir tersebut dari tubuh anaknya. “Tolonglah Bu, tolong bukalah cangkangku, aku tak mampu membukanya rasanya sakit sekali,” tangis sang Anak Kerang. Sayang sekali, rupanya sang Ibu tidak dapat memenuhi permintaan sang Anak. Berhari-hari lamanya si Kerang kecil me­­ nahan sakit, setiap saat dan setiap hari pula ia ber­doa agar bisa terlepas dari derita ini berharap se­kali agar pasir itu dapat dikeluarkan dan terang­ kat dari dalam tubuhnya. Berbulan-bulan bah­ kan bertahun-tahun si kerang kecil itu menangis, namun cangkang­­nya itu tidak pernah terbuka. Pasir yang bersemayam semakin mengeras dan mem­besar menjadi sebuah batu yang mengkristal. Suatu hari, tiba-tiba datanglah seorang penye­ lam. Ia lalu mengambil kerang itu dari gumpalan karang dan membawanya ke permukaan. “Hai lihat, aku telah menemukan kerang mutiara di sini,” teriaknya kepada temannya yang berada di sampan. Kedua orang itu merapat dan salah seorang di antaranya mengambil pisau kemudian membuka 27 sebelah cangkangnya. Tampak cahaya berkilau dari dalam rupanya sebutir mutiara bersemayam di sana. Begitu indah membuat penyelam itu ter­ senyum kegirangan. “Terima kasih, ya Allah atas berkah ini,” kata sang Penyelam. 28 “Ah... lega rasanya, akhirnya aku terbebas dari rasa sakit yang berkepanjangan,” senyum si Kerang kecil. Maka masa penantian kerang kecil pun berakhir. Pasir yang mulanya begitu menyakitkan kini berubah menjadi benda yang sangat berharga, yaitu mutiara yang begitu indah. Lalu kedua kerang pun berpelukan sampai ke dasar laut. Dari peristiwa tersebut kita dapat memper­oleh suatu pelajaran bahwa untuk mencapai keagung­ an dan mencapai orang besar itu memerlukan waktu dan kesabaran. Untuk menjadi hiasan para raja dan bangsawan, sang Kerang perlu menangis dan berdoa siang dan malam. Dengan demikian, manakah yang kelak menjadi pilihan hidup kita, apakah menjadi Kerang mu­ tiara yang mahal harganya atau cukup menjadi Ikan Sotong yang dijual murah. Memang tak ada yang mengetahui, kapan pasir yang menjadi cobaan itu akan menjadi Mutiara kelak. Namun hanyalah mereka yang gigih dan bersabar yang kelak akan memetik jawabannya, seperti kisah Kerang mutiara di pantai sejarah.
15_Kisah_Seru_Hewan_di_Sekitar_Kita
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Pletek! Pletek! Pletek! Pletek! Penulis Eka Purnama Mustikaningtyas Penelaah Arif Subiyanto Penanggung Jawab Umi Kulsum Tim Penyunting Koordinator: Awaludin Rusiandi Khoiru Ummatin Dalwiningsih Amin Mulyanto Ilustrasi & Desain Sampul Andre Dwi Nur Fauzi Tata Letak FA Indonesia Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117 Telepon (031) 5925972 Cetakan pertama, Oktober 2023 E-ISBN: 978-623-112-783-9 Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR C erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak, khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila. Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur, seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai- nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan kayanya unsur-unsur lokal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi, penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya ini. Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Surabaya, 1 Oktober 2023 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. iv DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Pletek! Pletek! Pletek! Pletek! Biodata Penulis Biodata Ilustrator iii iv 1 20 20 1 Angg a nga jak D imas ngg olek w iji ne ke mb ang ple tek an. Angga men gajak Dim as m enc ari biji bun ga p lete kan. Angg a bin gung , bu nga pl et ek an itu bunga apa. Angg a bing ung k emb an g p le te kan kuwi kemban g apa. 2 3 Ooo …. Tibake kembang kencana wungu. Ooo …. Ternyata bunga kencana ungu. Wah, ake h ke mba ng pl ete kan . Wah, ada b anya k bu ng a pl ete kan. 4 Dima s lan Angg a me tiki pol on ge ken can a w ung u. Dimas dan Angg a me meti k p olo ng ken can a u ngu . 5 6 Wa h, Di ma s l an A ngga oleh akeh po lo n g e . Wa h, D im as da n An gga mendapat b any ak po lo n g . 7 Luwih akeh duweke sapa? Eh, luwih akeh sing digawa Angga. Lebih banyak punya siapa? Eh, lebih banyak punya Angga. Dima s ng ajak An gga n gg ole k b any u. Dima s me ngaj ak A ngg a men car i ai r. 8 9 Dima s njal uk tu lung An gg a n gisi ba nyu . Dimas mem inta t olong An gga me nim ba a ir. 10 11 An gga ng ele bo kn e polong nang ban yu . An gga me ma su kk an p olong ke dalam air . 12 A w a a a s ! A w a a a s ! 13 Dima s lan Angg a n gg uyu ke kel . Dimas dan Angg a ter taw a t erb aha k-b aha k. Adu h, le mut e a ke h. Aduh , ba nya k n ya muk . 14 15 Le ng en e A ng ga gatel kabeh. Le ng an A n g g a gatal-gatal. Dimas nggawekne obat oles gawe Angga. Dimas membuat obat oles untuk Angga. 16 17 Dim as ng oles o bat na ng len gene Angg a. Dima s men golesk an oba t ke le ngan Angga . 18 19 Angg a sen eng, saiki or a g ate l m ane h. Angg a ngo mong mat urn uw un me nya ng Dim as. Angga sena ng, se kara ng tid ak g ata l lag i. Dimas meng ucapk an te rim a k asih pa da Ang ga. Penulis Eka Purnama Mustikaningtyas lahir di Probolinggo 38 tahun silam. Ibu rumah tangga ini seorang penulis multigenre, freelance illustrator, dan freelance editor. Pada tahun 2022, penulis terpilih sebagai tim penulis buku teks Pusat Perbukuan Kemdikbudristek. Karyanya antara lain adalah Eduscience Kamuflase dan Mimikri (Visi Mandiri, 2022), eduscience Simbiosis (Visi Mandiri, 2022), eduscience Hewan Predator (Visi Mandiri, 2022), seri Ihsan: Ihsan Kepada Allah (Ziyad, 2022), seri Ihsan: Ihsan Kepada Diri Sendiri (Ziyad, 2022), seri Ihsan: Ihsan Kepada Manusia (Ziyad, 2022), seri Ihsan: Ihsan Kepada Lingkungan (Ziyad, 2022), Keajaiban Dunia Hewan: Animal Architecs (Visi Mandiri, 2022), Cerdas Mengenal Angka dan Bentuk (Elex Kids, 2021), Fabel Motivasi : Kisah Kebaikan (Elex Kids, 2021), dan lainnya. Jejak penulis dapat dilihat di akun media sosial facebook Eka Purnama M, Instagram @ekapurnama603 atau Pos-El : [email protected]. Ilustrator Andre Dwi Nur Fauzi adalah ilustrator otodidak kelahiran 04 Maret 1999 di Probolinggo. Lulusan SMK Negeri 2 Kota Probolinggo jurusan Teknik Gambar Bangunan tahun 2018. selain mengerjakan karya digital, dia juga mengerjakan karya menual seperti mural atau melukis di berbagai media serta mengajar les privat menggambar untuk anak SD hingga SMP. Instagram : @andrew_nur_fauzi. BIONARASI 20
16_PLETEK_PLETEK
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Suwarsidi, S.Pd. ii SAYEMBARA ANGIN Penulis: Suwarsidi, S.Pd. Penyunting: Edi Setiyanto Ilustrator: Mukti Ali Penerbit: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224 Telepon: (024) 562070; Faksimile: (0274) 580667 Cetakan Pertama, November 2021 iv + 8 hlm., 15 x 23 cm. ISBN: 978-623-5677-34-7 Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi buku ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit. Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis. iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui warga dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah RI pun melaksanakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di seluruh provinsi di Indonesia dalam rangka untuk menekan penyebaran virus yang sangat mematikan itu. Kebijakan Pemerintah tersebut tentu memiliki dampak yang sangat signifikan di berbagai sektor. Karena kebahasaan dan kesastraan masuk dalam sektor nonesensial, praktis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebahasaan dan kesastraan tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya secara langsung, bersemuka. Namun, karena proses kreatif dan upaya pencerdasan bangsa melalui bahasa dan sastra harus tetap berlangsung, berbagai kegiatan itu pun dapat dilaksanakan secara daring. Meskipun hasilnya--mungkin--tidak maksimal, berbagai program dan kegiatan yang telah dirancang oleh Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat memenuhi target- target yang telah ditetapkan, termasuk target 42 karya sastra Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penerbitan hasil penerjemahan dari sastra Jawa ini--yang telah melewati proses panjang--merupakan bukti nyata bahwa situasi pandemi tidak menghalangi kami dalam memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa melalui kebahasaan dan kesastraan. Penerbitan hasil penerjemahan ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dalam program besar Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Pemerintah. Melalui penerbitan penerjemahan karya sastra Jawa ini pula diharapkan bisa menghilangkan kendala kebahasaan bagi masyarakat penutur nonbahasa Jawa untuk bisa menikmati dan mengambil manfaatnya. iv Hadirnya buku penerjemahan ini melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kata pengantar singkat ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada sastrawan/penulis (asli) dalam bahasa Jawa. Demikian pula kami mengucapkan terima kasih kepada penerjemah yang telah menerjemahkan karya sastra Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Penghargaan juga kami berikan kepada para penyunting yang telah menyelaraskan hasil terjemahan sesuai dengan kaidah baku bahasa Indonesia. Tentu saja, kepada panitia/tim terjemahan dan penerbit kami ucapkan terima kasih yang tiada bertepi. Semoga buku terjemahan ini bisa menjadi ajang dialog dan tegur sapa antarbudaya di Indonesia dan menambah kekayaan khazanah bahan bacaan literasi yang bermutu. Selamat membaca! Yogyakarta, 10 September 2021 Kepala, Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum. NIP 196605201991031004 1 Sayembara Angin P ada suatu hari, Lesus sedang enak-enak duduk di atas sarangnya. Ia sedang beristirahat. Ia lelah. Ia baru saja selesai bekerja keras memorakporandakan kampung- kampung. Rumah-rumah penduduk ambruk. Pepohonan tumbang. Manusia ketakutan. Mereka menangis; menyesali harta bendanya yang hancur diterjang Lesus. Mereka juga bersedih hati karena ada anggota keluarganya yang terluka. Bahkan, ada juga yang tewas karena diterpa benda-benda yang beterbangan oleh tiupan Lesus. Tiupan Lesus saat itu sungguh luar biasa kencang dan besarnya. Sementara itu, dari jauh tampak Cleret Tahun sedang bertengger di pucuk gunung. Ia pun sedang beristirahat. Ia juga merasa terlalu lelah. Ia baru saja meluluhlantakkan tempat lain. Ia berhasil membuat sebuah kota kalang-kabut. Hal itu membuatnya begitu bangga. Apalagi, ia berhasil merobohkan banyak menara- menara. Ya, menara-menara yang terbuat dari besi. Menara- menara yang diyakini manusia sebagai benda-benda yang kuat. Yang lebih membanggakannya lagi, ia juga berhasil menerbangkan genting-genting dari banyak gedung bertingkat. Genting-genting itu terpental, tersebar, dan terserak di jalan-jalan. Banyak kendaraan rusak karena tertimpa genting-genting yang terbuat dari semen tersebut. Mobil-mobil juga banyak yang rusak berat tertimpa genting-genting. Cleret Tahun melihat Lesus yang sedang beristirahat itu. Ia lalu berbicara lantang kepadanya sambil berdiri tegak berkacak pinggang. Sikap Cleret Tahun tampak begitu angkuh. “Hai Lesus, kau tampak begitu lelah. Apakah kamu sudah berhasil membuat kerusakan di tempat yang dihuni manusia?” Menanggapi pertanyaan Cleret Tahun, Lesus bangkit dengan juga berkacak pinggang. Ia juga menampakkan kepongahannya. Ia lalu menceritakan pekerjaan hebat yang telah dilakukannya. “Ha, ha, ha, hatiku sangat puas. Aku telah berhasil merobohkan rumah manusia dalam jumlah begitu banyak. Ratusan! Ketahuilah, aku pun berhasil mematahkan ratusan pohon kelapa. 2 3 Pepohonan yang lain juga hancur lebur! Apalagi, jika pohon pisang. Jadi tepung ia! Ha, ha, ha ....” Cleret Tahun yang juga memiliki watak angkuh, tidak mau kalah dari kehebatan yang diceritakan Lesus. “Oh, Lesus, Lesus. Kalau hanya seperti itu, kecil! Ketahuilah. Belum lama ini, aku berhasil membuat berantakan kota di sisi selatan daerah ini. Menara baja yang begitu tinggi, roboh dan patah-patah hanya dengan tiupan kecilku. Genting-genting di ribuan gedung yang terbuat dari semen yang berat-berat menurut manusia pun, kubuat beterbangan dengan tiupan kecilku.” Cleret Tahun lalu bercerita panjang lebar tentang kehebatan-kehebatan kerjanya. Untuk lebih memperhebat cerita, ia pun mengaku punya saudara-saudara yang sungguh luar biasa hebatnya. Saudara-saudaranya itu berada di mancanegara. “Ketahuilah, Lesus. Aku ini keturunan bangsa angin yang hebat-hebat. Tahukah kamu yang namanya angin Tornado? Nah, itu angin yang ada di Amerika. Beliau termasuk suku bangsaku. Kakek nenekku, termasuk keturunan angin hebat yang berhasil menimbulkan tsunami di mana-mana!” kata Cleret Tahun dengan congkaknya. “Huh, begitu saja dibangga-banggakan. Ketahuilah Cleret Tahun, Aku ini masih keturunan ketujuh Dewa Bayu, dewanya seluruh angin di dunia!” “Ha, ha, ha. Meskipun keturunan Dewa Bayu, nyatanya, mana pekerjaanmu yang paling membuat ngeri manusia? Paling-paling hanya bisa menerbangkan daun-daun atau jerami-jerami kering. Pekerjaan itu begitu sepele, kecil! Tidak sebanding dengan hasil pekerjaanku. Kamu boleh tahu. Kakek buyutku, Tornado, sampai detik ini adalah angina yang paling luar biasa, paling hebat! Beliau berhasil meruntuhkan gunung es!” Dihina oleh Cleret Tahun, Lesus pun amat murka. Lesus dan Cleret Tahun lalu terlibat dalam pertarungan. Perselisihan dua angin itu pun membuat keadaan kacau balau. Pepohonan roboh, rumah-rumah hancur berantakan. Tercipta gelombang raksasa di lautan. Manusia lari lintang pukang ketakutan. Orang-orang berlari tak tentu arah. Mereka mencari keselamatan masing-masing. 4 Setelah berkelahi hebat, keduanya sangat keletihan. Mereka ambruk tak berdaya. Untuk berbicara pun mereka tak bisa. Keduanya terduduk di sarang masing-masing. Sementara itu, dari jauh tampak si Sumilir berjalan dengan santainya. Sumilir berhenti ketika melihat Cleret Tahun dan Lesus yang sedang duduk-duduk. “Hai saudara-saudaraku. Mengapa kalian tampak begitu lelah?” tanya Sumilir. 5 “Ya, Sumilir. Kami baru selesai berkelahi. Kami kehabisan tenaga!” jawab Lesus dengan wajah pucat. “Oh, oh, sejak dulu kalian tidak pernah akur. Kalau bertemu, tidak ada hal lain yang kalian dikerjakan selain bertengkar dan saling menghina. Baiknya, kalian itu hidup rukun. Apa ruginya saling hormat dan saling menyayangi? Kalian itu belum yang terhebat. Masih banyak yang lebih hebat daripada kalian. Tahu tidak? Kehebatan itu tidak harus berupa tenaga yang kuat seperti yang kalian miliki. Kehebatan itu bisa ditunjukkan dalam wujud yang lain. Ada bangsa angin yang tidak sekuat kalian, tapi datangnya dirindukan orang. Justru banyak yang akan kecewa jika ia tidak datang. Ia selalu membuat hewan bernapas lega, pepohonan menari-nari gembira, dan manusia senang karena dapat beristirahat dengan nyaman.” Sumilir berbicara banyak seperti menggurui tapi sesungguhnya tidak. Ia hanya ingin mengingatkan Cleret Tahun dan Lesus yang selalu menunjukkan sikap sombong dan congkak. Dinasihati begitu, Cleret Tahun dan Lesus tidak berterima kasih. Justru mereka amat marah kepada Sumilir. “Jangan banyak bicara! Apakah kamu yang terhebat itu?” Cleret Tahun dan Lesus berteriak bersama-sama tanpa aba-aba. “Aku tidak hebat, tetapi barangkali tidak kalah jika bertanding dengan kalian!” jawab Sumilir dengan amat tenang. Hal itu membuat Cleret Tahun dan Lesus makin naik pitam. “Cukup! Sekarang bagaimana maumu? Tunjukkan kehebatanmu kepada kami!” Sumilir menuding ke arah pucuk cemara. Di sana ada seekor monyet yang sedang bergelantungan mencari pucuk cemara untuk dimakannya. Kata Sumilir, ”Ayo, sekarang kita berlomba. Siapa yang bisa meniup monyet itu hingga terjatuh, dialah pemenangnya! Dialah yang hebat!” Cleret Tahun dan Lesus menyanggupi sayembara itu. Mereka yakin akan bisa menjatuhkan monyet tersebut dengan amat mudahnya. Cleret Tahun meniup udara sekuat tenaga ke arah pohon cemara. Pohon cemara itu bergoyang-goyang hebat dan berputar-putar dengan pucuk yang hampir menyentuh tanah. 6 7 Namun, monyet berpegangan pada pokok pohon cemara dengan begitu kuat sehinga tidak jatuh. Setelah lelah, Cleret Tahun menghentikan pekerjaannya. Pohon cemara kembali berdiri tegak. Monyet kembali bertengger di sana dengan santainya. Tibalah giliran Lesus. Ia melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh Cleret tahun sampai tenaganya habis. Namun, monyet juga tidak berhasil dijatuhkannya. Kini giliran Sumilir. Ia meniup pucuk cemara dengan amat lembut. Sesekali memperbesar tiupan kemudian kembali meniup dengan amat lembut. Daun-daun cemara bergesekan. Timbul suara desau yang begitu merdu dan indah. Hal itu membuat monyet terbawa rasa nyaman. Ia sangat menikmati suasana itu. Lama-lama timbul rasa kantuk yang hebat pada diri monyet. Akhirnya monyet tertidur. Makin lelap, makin lelap. Pegangan monyet pun terlepas. Tiba-tiba, gedubrak! Monyet jatuh dari pohon cemara. Beruntung, badannya tertahan oleh tumpukan jerami di bawah pohon cemara. Jadi, ia tidak cedera sedikit pun. Sumilir pun berlari menolong monyet. Monyet mengucapkan terima kasih. Cleret Tahun dan Lesusu terkagum-kagum akan kehebatan Sumilir. “Wow, kamu memang sungguh hebat, Sumilir!” kata Cleret Tahun sambil mengacungkan ibu jarinya. “Ya, kamu luar biasa!” Lesus menambahkan. Ia juga mengakui kehebatan Sumilir. Sejak saat itu, Cleret Tahun dan Lesus tidak sombong lagi. Sumilir, Cleret Tahun, dan Lesus selanjutnya bersahabat, rukun, dan tidak saling menghina satu dengan lainnya. • Diterjemahkan dari Cerita anak “Sayembarane Angin” karya eSWe Sidi dalam majalah bahasa Jawa Djaka Lodang nomor 25 tahun 2013 8 Suwarsidi, S.Pd Penulis dengan nama pena eSWe Sidi ini bekerja sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara) di Bantul. Saat ini ia menetap di Koweni I, RT 001, Timbulharjo, Sewon, Bantul, HP 085292622107
16_SAYEMBARA_ANGIN
Addhuwân Pal-kapalan Dhâlubâng Balapan Pesawat Kertas ADDHUWÂN PAL-KAPALAN DHÂLUBÂNG BALAPAN PESAWAT KERTAS Penulis Salamet Herianto Penerjemah Dwi Laily Sukmawati Penelaah Mahwiyanto Penyunting Awaludin Rusiandi Ilustrator Alfin Nur Syahbana Penata Letak Kreativa Grafis Diterbitkan pada tahun 2022 oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, 61252 Telepon/Faksimile (031) 8051752 Cetakan pertama, Oktober 2022 ISBN: 978-602-8334-76-1 Katalog dalam Terbitan (KDT) 899.222 3 BAL BALAPAN PESAWAT KERTAS / Salamet Herianto b — cet. 1 – Sidoarjo: Balai Bahasa Jawa Provinsi Timur, 2022 iv + 22 hlm; 22 x 28 cm Kata Pengantar Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur S alah satu kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur adalah cerita anak yang mengandung kea­ rifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Kekayaan itu merupakan sebuah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional sebagai bagian dari warisan budaya dunia. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur tidak hanya dapat diimplementasikan oleh masyarakat Jawa Timur, tetapi dapat pula dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan diterjemahkannya karya sastra Jawa Timur ke bahasa Indo­ nesia, pembacanya dapat menikmati cerita, kemudian mengkaji nilai-nilainya, bahkan dapat menge­ tahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-nilai positif sebagai pegangan hidup. Hasilnya adalah akan tercipta sebuah pemahaman antarbudaya yang akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Cerita-cerita yang terhimpun dalam terjemahan buku cerita anak untuk pembaca awal ini juga dapat bermanfaat sebagai salah satu sarana atau media pendidikan karakter. Tema yang diusung da­ lam buku ini adalah STEM, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika. Cerita dalam buku ini dihara­ pkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Melalui penerjemahan cerita anak, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Te­ knologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Kami berusaha untuk turut berperan aktif dalam program itu dengan. menyediakan bahan bacaan bermutu bagi pembaca melalui penerjemahan cerita anak berbahasa daerah ke ba­ hasa Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal. Kegiatan membaca diharapkan akan tumbuh dan berkembang menjadi keterampilan-keterampilan lanjutan sehingga akhirnya pembaca dapat mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Inovasi seperti itu perlu didukung agar dapat menumbuhkan budaya literasi dengan tetap berfokus pada upaya untuk menumbuhkan generasi yang memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan ma­ salah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk terjemahan ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penera­ pan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pem­ binaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis karya sastra berbahasa daerah, penerjemah, penelaah, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya terjemahan ini. Semoga buku ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Sidoarjo, 1 Oktober 2022 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. iii DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Addhuwân Pal-kapalan Dhâlubâng Balapan Pesawat Kertas Biodata Penulis Biodata Penerjemah Biodata Ilustrator iv 01 iv iii “ W u u u s h ! ” “ W u u u s h ! ” 21 21 21 1 Pareppa’na arè Sennin Hari Senin, Ahmad dan teman-temannya tampak asyik saling menunjukkan dan menerbangkan pesawat kertas yang dibuat di hari Sabtu. È arè Sattona, Ahmad bân kancana agâbây pal-kapalan. Dua hari yang lalu, tepat pada hari Sabtu, Ahmad dan teman-temannya membuat pesawat mainan dari kertas 2 T e r b a n g. .. .. t e r b ang.... "Hayo, adu... pesawat siapa yang lebih tinggi dan lama di udara," teriak Ahmad. 3 Bâriyâ kèya bilâ bâktona laot, ebâbâna accem, Ahmad bân kancana agâbây pal-kapalan pas addhuwân. Jam istirahat tiba. Ahmad dan teman-temannya berteriak riang. Mereka berlari ke bawah pohon beringin. Dengan riang tak kepalang, mereka melanjutkan permainannya melipat kertas dan menjadikannya pesawat terbang. 4 Taneyanna sakola’an rombu kèya kalabân pal-kapalan dhâlubâng. Ahmad elaporagi moso Pak Kebunna sakola’an ka Pak Guru Badrul. Halaman sekolah kotor dengan sobekan- sobekan pesawat kertas. Ahmad dilaporkan oleh Pak Kebun kepada Pak Guru Badrul. 5 Samarèna èlaporaghi Pak Kebun, Ahmad èlaporagi kèya so Bu Sitti, Bu Mina, Pak Pa’ong bân guru laènna amarghâ abu-rombu. Pak Kebun juga melaporkan Ahmad dan teman- temannya kepada Bu Siti, Bu Mina, Pak Pa'ong, dan guru lainnya. 6 Pak Guru Badrul aromasa nemmo cara, pas ngomommagi ḍâ’ na’ kana’ jhâ’ bakal baḍâ lomba Addhuwân pal-kapalan dhâlubâng. Sèmennang ollè hadiah “Horè!” Kellas empa’ agâriung. Mendengar laporan Pak Kebun, Pak Badrul mendapat ide bagus. Beliau membikin lomba dadakan, lomba menerbangkan pesawat kertas. "Pemenangnya akan mendapat hadiah," kata Pak Badrul “Hore...” Ahmad dan teman-temannya bersorak riang. 7 Agâbây pal-kapalan dhâlubâng lèbur bân masenneng atè. Sambi agâbây bân amaèn pal-kapalan, sambi ajhâr hal garis, sudut bân segitiga. Membuat pesawat mainan kertas sangat menarik dan menyenangkan. Saat membuat kapal, kita bisa sambil belajar tentang garis, sudut, dan segitiga. 8 Bâktona addhuwân pal-kapalan dhâlubâng sè kapèng sèttong gâbâyânna ḍibi’. Saallana marè ekagâbây, pas addhuwân è tanèyan. Hasèlla taḍâ’ sè pas jhâu. Taḍâ’ sè pas lomok. Balapan pertama tiba. Anak-anak melipat sendiri pesawat kertasnya. Setelah pesawat kertas sudah jadi, mereka mulai balapan di halaman. Namun, tidak ada satu pun yang bisa terbang jauh. Tidak ada pesawat kertas yang terbang dengan baik. 9 Addhuwân pal-kapalan sè kapèng ḍuwa’, Pak Guru Badrul abherri' rahasiana maollè pal-kapalan sè èkagâbây lomok ngabbherrâ, Noccer lebbi jau. Menjelang balapan kedua, Pak Badrul membocorkan sebuah rahasia. Beliau mengajari cara membuat pesawat kertas agar bisa terbang tinggi dan jauh. 10 Molaè agâbây pal-kapalan ḍâri milè dhâlubâng sampè’ ka cara aleppèd dhâlubâng bân cara negghu’na 11 Rahasianya dimulai dari cara memilih kertas. Lalu, cara melipat dan cara memegang pesawat kertas. 12 Saipul bân Tayyib bagiyan nyarè jalanna angèn. Ghilina angèn ka Lao’ Saipul dan Tayyib bertugas memperthatikan arah mata angin. Angin bertiup ke selatan. 13 Pal-kapalan ngangghuy cara sè kapeng ḍuwâ’ cè’ lomogghâ bân cè’ jâuna kosè noccer. Pesawat kertas yang dibuat dengan cara kedua berhasil terbang tinggi dan jauh. “ W u u u s h ! ” “ W u u u s h ! ” 14 Baktona addhuwân mangabber pal-kapalanna sè kapèng ḍuwâ’. Sèngatur acara addhuwân pagghun Ahmad. Saatnya menerbangkan pesawat kertas pada balapan kedua. Pengatur acara tetap Ahmad. “Sètt ong, ḍ u w â’, c o o o l! ” “Satu , du a, ti g a, m ul ai ! ” 15 Ghân lalèma’ kancana majhu abhâris bân masiyap pal- kapalanna è tanang. Setiap 5 orang maju dan berbaris di depan. Mereka menyiapkan pesawat kertas di tangan. 16 Sè pal-kapalanna palèng jhâu bân lomok, iyyâ arèya ghâbâyân bân anḍi’na Ahmad, Tayyib, bân Patima. Sèkatello ca’-lonca’an amarghâ ghumbira. Pesawat kertas yang berhasil terbang paling tinggi dan jauh milik Ahmad, Tayyib, dan Fatimah. Ketiganya meloncat kegirangan. Sè katello ollè hadiah bâng-sèbângnga sèttong buku carèta. Ketiganya mendapatkan hadiah. Setiap orang mendapat satu buku cerita. 17 Marèna addhuwân, Pak Guru Badrul nyoro na’-kana’ abersè’è rombuna pal-kapalan dhâlubâng. Sè pal-kapalanna gi’ èkaparlo èsoro èparèngkes èpamaso’ ka ḍâlem bângku. Seusai balapan, Pak Badrul menyuruh murid-murid untuk membersihkan sampah pesawat kertas. Pesawat yang masih dipakai dimasukkan ke dalam bangku. 18 Na’-kana’ ollè èlmo agâbây pal-kapalan sè lomok, nemmo garis, sudut, persegi panjang ban segitiga tor bhâjheng asè- bhersè. Kellas pas ètotop kalabân ḍu’a. Murid-murid mendapatkan pengetahuan bagaimana cara membuat pesawat kertas yang bisa terbang tinggi. Mereka juga bisa belajar tentang garis, sudut, persegi panjang, dan segitiga. Mereka juga mulai rajin bersih-bersih. Pelajaran ditutup dengan doa bersama. È akhèr molang: “Apa na’-kana’ senneng?” “Senneng Pak Guru!” Di akhir pelajaran. “Apakah kalian senang?” “Senang, Pak Guru!” 19 Bâktona molè, kellas bersè ḍâri bu-rombu. Saat jam pulang, kelas sudah bersih dari sampah. 20 È parjhâlânan molè, pal-kapalanna sè katello èaddhu. Sè katello pas apèsa molè ka bengkona bâng-sèbâng. Dalam perjalanan pulang, pesawat kertas milik Ahmad dan kedua temannya kembali diterbangkan untuk balapan. Ketiganya lalu berpisah. Mereka pulang ke rumah masing- masing. 21 Biodata Penulis S. Herianto, kelahiran Sumenep, 7 Maret 1974. Ia aktif sebagai pendidik, penulis buku, dan editor (BNSP). Ia juga menulis sejak 1993. Buku cerita anak Iva & Pinky dan 12 Cerita Imajinatif adalah contoh buku fiksi karyanya. Per­ adaban Kerajaan Fauna adalah contoh buku yang lolos seleksi buku penga­ yaan Puskurbuk 2019. Komunitas KATA BINTANG adalah tempatnya belajar dan berbagi kepenulisan. Nomor yang bisa dihubungi 081934989152. Biodata Penerjemah Dwi Laily Sukmawati, lahir di Sampang 10 Oktober 1982. Tahun 2011— Mei 2022, wanita berlatar belakang pendidikan bahasa Jerman ini bekerja di Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur sebagai penerjemah di bawah Sekre­ tariat Kabinet. Namun sejak 1 Juni 2022, wanita lulusan Magister Lingusitik UNAIR 2017 ini berpindah tugas menjadi Kepala Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu. Wanita berdarah Madura ini telah menerjemahkan Buku Antologi Cerpen Berbahasa Madura TORA ke dalam Bahasa Indonesia; menerjemahkan lema kamus berbahasa Indonesia-Madura; menyunting karya sastra berbahasa Madura-Indonesia dan berbahasa Jerman-Indonesia; menerjemahkan berita berbahasa Indonesia—Madura; dan menerjemahkan artikel dalam majalah berbahasa Madura “Jokotole”. Ia didapuk sebagai penerjemah lisan di ke­ polisian dan KPK serta dihadirkan sebagai ahli bahasa (Madura) di persi­ dangan. Media sosial: Instagram: lely7594; Facebook: Lely Sukma; Pos-el: [email protected], dan nomor ponsel/HP: 081332138188 Biodata Ilustrator Alfin Nur Syahbana yang akrab dipanggil Alfin, “Igniti” ilustrator otodidak kelahiran februari 1994. Telah mengerjakan beberapa projek seperti ilus­ trasi buku, cover album, lirik, mural lukisan dan karya rupa lainnya mengelo­ la akun Instagram @igni_ti, ignite, inhale, inspire
16_BALAPAN_PESAWAT_GABUNG
Ki s ah Ikan dan Teman-Temannya Seri Antologi Fabel Nusantara KKLP Pengembangan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Pengumpul Data: Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk. Si apa yang mengi ra ayam dan i kan t ongkol pernah punya ceri t a. Lal u adakah hubungannya bul u ayam yang j adi umpan unt uk menangkap i kan? Seri Antologi Fabel Nusantara Kisah Ikan dan Teman-Temannya Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara pa­ling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana de­ngan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). Penerbit PT Elex Media Komputindo KKLP Pengembangan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Seri Antologi Fabel Nusantara Kisah Ikan dan Teman-Temannya Pengumpul Data: Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk. Kisah Ikan dan Teman-Temannya Seri Antologi Fabel Nusantara Kerja sama PT Elex Media Komputindo dan KKLP Pengembangan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi : Sastri Sunarti Leni Mainora Rosliani Farah Pengumpul Data: Atisah, Desi Nurul Anggraini, Helmi Fuad, Ibrahim Sembiring, Irawan Syahdi, Leni Mainora, Muawal Panji Handoko, Nurelide Munthe, Nurhaida, Suyadi, Syahril, Riki Fernando, Tri Amanat, Yuli Astuti Asnel, dan Zahriati Ilustrasi : Marsha Desain Cover : Veronica Layout : DiviaHIEMHUUDEMGIIIDIDDGMEDII hak Cipta Terjemahan indonesia ©2021 Penerbit PT elex media Komputindo hak Cipta dilindungi oleh undang-undang diterbitkan pertama kali oleh: Penerbit PT elex media Komputindo Kelompok gramedia-Jakarta Anggota iKAPi, Jakarta 523006913 iSBN: 978-623-00-3027-7 dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. dicetak oleh Percetakan PT gRAmediA, Jakarta isi di luar tanggung jawab percetakan Ayam dan Ikan Tongkol..............................................................2 Asal-Usul Ikan Patin..................................................................12 Cerita Teri Nasi Tulangbawang............................................21 Oyo Ba Susua...............................................................................25 2 1 Diceritakan kembali oleh Khairunnisa. Cerita ini berasal dari Kepri, ketika Riau dan Kepri masih bergabung menjadi satu provinsi. Ini termasuk warisan budaya Provinsi Riau. Cerita ini sering diangkat dan di­bawakan. Narasumber pernah mem­ bawakan cerita ini dan mendapat juara satu. Keberadaan kedua fauna ini ayam dan ikan tongkol masih banyak terdapat di Provinsi Riau. Jenis ayam yang ada dalam cerita ini tidak khusus ditujukan untuk ayam tertentu seperti ayam hutan, ayam jago atau ayam peliharaan. Dengan Bismillah permulaan kalam Dengarkan cerita kisah yang bagus Ayam dan Ikan Tongkol judulnya Kuuuuuuuuuuk D i pagi hari ada seekor ayam yang sedang bertengger di atas ran­ting-ranting pepo­hon­­ an. Ayam itu berkokok senyaring-nyaring­ 3 nya. Ayam berkokok tiga kali sambil mengepak- ngepakkan sayapnya. Pok pok pok. “Kuuk.. Kuuk.. Kuuk.” Orang-orang belum bangun dari tidurnya, tetapi ayam terus berkokok berkali-kali. Tidak lama kemudian ayam berkokok sudah berhenti disambung dengan suara azan dari kejauhan. Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar. Penduduk pun mendengar suara azan. Mereka bangun, berkemas-kemas, mandi, dan Salat Subuh. Ayam pun turun dari peraduannya untuk mencari makan. “Kuk kuk kuk.” “Aku lapar. Pagi- pagi aku lapar sekali. Aku mau cari makan dulu,” Ayam pun berjalan mencari makan dan tidak jauh dari tempat itu ada pantai. Ayam berjalan dan mengais-ngais mencari apa yang ada untuk dimakan, ketika Ayam mengais-ngais untuk di­ makan, ada Raja Ikan tongkol berenang-renang ke sana kemari, “Ciliyuk celekung. Ciliyuk celekung.” Rupanya si Ayam itu adalah raja dari Ayam-Ayam di daerahnya. Sementara ada Ikan Tongkol, Ikan Tongkol ini Raja dari ikan-ikan yang ada di dalam lautan. Maka mereka bertemulah berdua. Mereka bicara, mengajak satu sama lain. “Kokok, hai Ikan Tongkol, apa kabarmu?” “Hi, aku baik-baik saja. Kamu apa kabar Ayam?” 4 “Aku, aku kokok kokok, aku baik-baik saja.” Si Ayam dan si Ikan Tongkol tadi sama-sama raja penguasa di darat dan di laut. Mereka bicara sama-sama. Kata si Raja Ayam, “Hei, Raja Tongkol, aku mendengar bahwa di desa ini akan ada pesta yang besar sekali. Ada pesta perkawinan anak tumenggung yang ada di desa ini.” “Oh, kalau gitu, aku mau ikut juga.” Mereka berunding, bermufakat untuk pergi ke pesta anak pejabat setempat di daerah itu. Setelah mereka berunding, si Raja Ayam pulang ke rumahnya dan si Raja Ikan Tongkol berenang memberitahu kepada anak buahnya. Pada saat itu si Raja Ikan Tongkol amatlah senang sekali. Hatinya gembira. “Aih, hai prajurit-prajuritku, ke sini! Ke sini!” Ikan Tongkol yang ada di lautan berkumpul dan menghadap si Ikan Tongkol. Ia berkata. “Hai rakyatku, di desa ini, di sana di daratan akan ada pesta besar-besaran, ada bardah, ada joget dangkung-dangkung, ada bernyanyi, ada menari. Kita akan berpesta semalaman suntuk,” kata Raja Ikan Tongkol. Maka anak-anak buahnya, Anak Tongkol yang lain bersenang hati. “Hore, hore, kami juga ikut. Hore, hore.” 5 Keesokan harinya sebelum matahari terbit, Ikan Tongkol pun tidur di peraduannya masing- masing di lautan karena kalau hari sudah Subuh air itu akan surut ke laut. Mereka akan bisa naik ke daratan. Mereka memanfaatkan waktu malam untuk tidur senyenyak-nyenyaknya. Pagi pun tiba lagi, Ayam Jantan, Ayam Jago, Rajanya Ayam tadi berkokok. “Kuuuuk kuuuuk,” Raja Ayam memanggil ayam-ayam yang ada di seluruh hutan itu. Ayam-ayam yang ada di hutan, ayam kecil, ayam besar, ayam hutan, ayam betina, ayam yang baru beranak, semuanya berkumpul dekat Raja Ayam. Ada seekor ayam beranak kecil. “Kekok kekok. Apakah kami bisa ikut juga ke pesta itu hai Raja Ayam?” “Kokok, kokok, bisa. Kita semuanya harus berpesta pora nanti di dalam acara pernikahan anak demang di kampung ini,” kata si Raja Ayam. Dia memberitahukan kepada kawanan ayam- ayam yang ada di hutan. “Kita akan makan besar. Kita akan makan juadah yang ada. Kita akan berpesta pora, menari, menyanyi, berjoget. Kita akan berzanzi, membacakan bardah kepada kawan-kawan kita,” kata si Raja Ayam. Raja Ayam pun membubarkan rakyatnya, mem­ bubarkan ayam-ayam yang ada. “Kokok Kokok, sekarang kalian boleh bubar dan pulang ke rumah 6 masing-masing, tetapi ingat tempat yang sudah disiapkan.” Pulanglah ayam-ayam yang lain itu ke tempat masing-masing untuk bersiap-siap ke tempat nanti malam. Si ayam pun pergi ke tepi pantai. Hari sudah menunjukkan pukul sepuluh. Ayam berjalan. Kokok kokok kokok, sambil ia mengais mencari makan dan ia berteriak kepada Raja Ikan Tongkol. “Hoi, Raja Ikan Tongkol. Aku sudah di tepi pantai. Dimanakah kamu? Ke sinilah! Ke sinilah!” Akan tetapi, si Raja Ikan Tongkol tidak mengetahui bahwa Raja Ayam Jago itu memanggil dia sampai letih rasanya si Raja Ayam tadi dan ia duduk sambil bernyanyi. “Oh letih rasa kakiku mengais-ngais. Oh, letih tenggorokanku memanggil Ikan Tongkol.” Sedang bernyanyi-nyanyi rupanya dari bela­ kang muncul Ikan Tongkol di belakang Raja Ayam, digigitnya kaki Raja Ayam. “Hep, hep,” si Raja Ayam terkejut karena kaki­ nya digigit oleh si Ikan Tongkol. “Siapa yang menggigit aku? Kokok Kokok. Siapa yang menggigit aku? Siapa yang menggigit aku?” “Hihihi, kasihan, aku yang mengigit kakimu hai Raja Ayam,” kata si Ikan Tongkol. Lalu si Ikan Tongkol berbicara, 7 “Aku dengar kamu memanggil aku, tetapi aku biarkan saja kamu biar capek lebih dahulu. Sekarang kita sudah bertemu.” Raja Ayam dan Raja Ikan Tongkol, mereka mengadakan perundingan untuk acara nanti malam. Berkata si Raja Ayam kepada si Raja Ikan Tongkol. “Kokok, kokok. Kokok, kokok. Hai, Ikan Tongkol, ingat nanti malam kita ada pesta. Jangan lupa bawa sebanyak-banyaknya gerombolanmu, bawa sebanyak-banyaknya rakyatmu yang ada di laut.” “Baiklah, nanti ma­ lam akan aku bawa rakyat-rakyatku akan berpesta pora makan makanan yang enak. Aku akan berjoget, ber­nyanyi.” Sementara pesta di­­- siapkan, pesta besar- besar­an untuk masya­­ rakat yang ada di desa itu. Seluruh masya­­ rakat yang ada di desa itu turun dan keluar untuk berpesta pora. Lalu yang punya hajat ber­ kata, 8 “Hai saudara-saudaraku, malam nanti kita akan mengadakan pesta pernikahan untuk anak hamba. Keluarkanlah segala juadah, segala makanan yang ada. Hidangkanlah untuk semuanya. Beta tidak mau akan kekurangan makanan rakyat Beta.” Orang-orang pun menyiapan makanan, juadah yang enak-enak. Hari sudah bergeser tengah hari bergeser senja sampai hampir malam dan ikan tongkol pun membawa rombongannya ke dalam pesta itu. Ayam juga membawa rombongannya ke dalam pesta itu, “Kuuuk kuuuk,” Ayam dengan senang hati duduk dan melihat terlebih dahulu. Ikan Tongkol bersusun dan berjajar banyak sekali. “Eh, Ayam jangan kamu berkokok terlebih dahulu! Nanti orang-orang mendengar akan ke­ beradaan kita,” kata Ikan Tongkol. “Eh, tidak apa-apa, aku akan berkokok, kuu­ uuuuuk,” akan tetapi, sebelum acara dimulai, Ikan Tongkol mengadakan perjanjian bersama ayam. Ia meminta tolong dan mengingatkan Ayam. “Kita berjoget sepanjang malam, kita ber­­­­pantun sepanjang malam, harus ingat.” “Hai Ayam, ingatkan ya kalau sudah waktu subuh kamu berkokoklah! Nanti kalau kamu tidak berkokok, air akan surut ke dalam laut dan kami tidak bisa pulang dan berenang-berenang. Kami akan terkaparlah di pantai ini nanti.” 9 “Hah, itu hal mudah. Hahaha. Nanti aku akan berkokok sebelum fajar menyingsing.” Si Ayam pun berjanji kepada si Ikan Tongkol bahwa dia akan berkokok sebelum fajar tiba. Di malam itu mereka berpesta, berjoget, berdakung, bernyanyi. “Hoi, sedapnya malam ini, kita berjoget, bertandak bersama,” si Ikan tongkol bernyanyi. Ayam juga bernyanyi. “Aku juga sedang berjoget, bernyanyi, makan juadah sedap. Ayo kawan-kawan semua patuh- patuh makanlah apa yang disuka! Ambillah semuanya!” Ayam bergembira hatinya. Ternyata hari sudah tengah malam, hampir subuh lagi, tetapi sangking kan capeknya, letih, lelah badan bernyanyi, ber­ joget, bertandak, semuanya tertidur pulas. Ayam semuanya tertidur pulas. Ikan Tongkol tertidur pulas. Orang-orang semua tertidur pulas. Apa yang terjadi? Sekali terbangun, matahari sudah menyinari bumi, sudah menyinari pantai. Ter­ dengar suara orang-orang banyak. Orang-orang berkata, “Hah, mengapa banyak ikan tongkol ya di tepi pantai ini? Hei, saya ambil banyaklah, saya ambil nak banyak-banyak. Saya nak ambil satu keranjang. Saya nak ambil satu bakul. Tidak tidak, saya nak ambil satu kain sarung.” 10 Banyak ikan tongkol yang bergelimpangan tidak bisa pulang. Ada yang pulang melalui celah- celah batu yang ada airnya sedangkan yang lainnya tidak bisa pulang. Air sudah surut ke laut. Raja Ikan Tongkol berkata. “Hai Ayam, mengapa kau tidak memenuhi persyaratan yang aku beri? Mengapa kau tidak amanah dengan apa yang aku beri? Woi Ayam, prajuritku banyak mati, ditangkap orang-orang untuk disantap.” Apa kata si Ayam Jago? “Maamaaaafkan aku ya. Maafkan aku ya, Ikan Tongkol. Aku tertidur pulas tadi malam. Aku tidak sadar. Aku tidak bisa berkokok di pagi hari.” Si Ikan Tongol dengan hati yang sedih, dengan hati yang marah, si Ikan Tongkol berkata, “Aku tidak percaya dengan segala macam Ayam jantan. Aku tidak suka dengan Ayam jantan. Aku tidak suka dengan tingkah laku, perkataan ayam jantan itu. Kamu adalah pembohong, tidak amanah.” Ikan Tongkol menangis karena rakyatnya sudah banyak diambil oleh orang-orang. Semenjak hari itu si Ikan Tongkol bersumpah, “Siapa pun ayam yang turun ke laut, kami akan serbu, kami akan makan ayam-ayam terutama ayam-ayam jago.” 11 Itulah sumpah dari si Ikan Tongkol. Itulah makanya nelayan-nelayan dari Kepulauan Riau itu, kalau hendak turun nak memancing ikan atau mereka nak menangkap ikan, mereka memakai umpan bulu ayam jago. Intisari yang bisa kita ambil adalah, kalau kita berucap, membuat perjanjian, harus kita tepati. 12 Wahai Ananda dengarkan cerita Ibu kabarkan untuk didengar Jangan lupa kepada kita untuk bersama dengar­ kan cerita A lkisah di sebuah negeri bernama Negeri Indra­giri Hilir. Kehidupan di masa itu, di sana sangatlah tenang, sangatlah nyaman. Pen­duduk­nya ahli, penduduknya bergotong royong. Pada suatu ketika ada seorang nelayan yang mau pergi ke sungai untuk menangkap ikan konsumsi makanan lauk sehari-hari. Orang ini turun ke sungai dan memancing ikan. Ia ber­­siul- siul. Ia bernyanyi-nyanyi dengan duduk di atas sungai. 2 Diceritakan kembali oleh Khairunnisa 13 “Phuuuiiip phuuiiip phuuuiiip phuuuiiip phu­ uuiiip,” Si Awang Gading duduk di atas sungai “Ya Allah, mudah-mudahan pada hari ini hen­ daknya aku mendapat ikan yang banyak untuk kubawa pulang untuk kubuat gulai.” Si Awang Gading memasang kailnya dengan umpan. Ia pancing lagi. Ia pancing lagi. Ia termenung. Hanya ada ikan kecil-kecil yang berlari ke sana berenang ke sana sambil melihat Awang. Ia mengambil lagi pancingnya, ditariknya lagi. Setelah lama ia duduk sekitar setengah hari, Awang Gading duduk di batu. Ia merasa lelah. Ia merasa letih. “Oh, aku hari ini tidak dapat ikan seekor pun. Seekor pun aku tak dapat ikan. Ya Allah, apalah nak aku bawa balik nanti ni? Apalah nak aku makan nanti? Seekor ikan pun tak dapat.” Setelah itu Awang Gading pun duduk berme­ nung di atas batu. “Ya Allah, Ya Rabbi, Ya Karim, apalah nasib hari ni? Seekor ikan pun tak dapat. Kemanalah nak dicari lagi?” Ia beralih ke tempat lain yang sepi sambil berjalan. Keyok keyok. “Hmm, aku duduk dekat sini sajalah. Mudah- mudahan adalah ikan dekat dengan aku ni. Bis­ millahirrahmanirrahim.” 14 Dicampakannya kailnya ke dalam sungai, tetapi ikan tidak juga terpancing. Setelah itu ia memulai membaca mantra. Ia memulai bernyanyi ria. “Oh, air pasang telan ke insang. Air surut telan ke perut. Renggutlah…! Biar putus jangan direbut.” Itulah mantra yang didendangkan Awang Gading. Setelah ia duduk lama, hari pun mulai petang, matahari sudah mulai condong. Namun, tak satu ikan pun yang diperolehnya. Awang Gading pun bergegas pulang. Dari kejauhan terdengar suara sayup-sayup. “Oek, oek, oek.” Awang Gading pun terkejut. “Heh, petang-petang macam gini, ada suara budak bayi, budak kecik, siapa agaknya yang meninggalkan anaknya di tengah-tengah sungai ni?” Si Awang berjalan menuju ke tempat asal suara. Alangkah terkejut ketika ia melihatnya. “Masya Allah, Subhanallah, ada bayi perem­­­ puan, cantik yang ditinggalkan oleh maknya. Siapa­lah mak bapaknya ni sampai hati meninggal­ kan anaknya ni?” Si Awang Gading pun mengambil bayi perem­ puan itu dan membawanya keluar. Sebelum dibawa pulang ke rumah, Awang ini pergi ke rumah kepala desa dan berkata, 15 “Hai kepala desa. Aku tadi berjumpa dengan bayi kecik ni. Dia menangis di atas batu, tetapi aku tidak tahu entah siapa mak bapaknya. Aku sungguh kasihan betul hai Pak Kepala desa,” Bapak kepala desa itu berkata. “Wahai Awang Gading, ini bukan sembarang manusia. Ini adalah keturunan ikan patin yang ditinggalkan untuk engkau karena engkau tidak punya anak. Maka inilah hadiah buat engkau. Jagalah baik-baik bayi ini untuk engkau. Anggaplah ia seperti anak kandung engkau wahai Awang Gading.” “Baik, Bapak Kepala Desa,” kata Awang Gading. Awang Gading pulang ke rumah. Ia memper­ siapkan perlengkapan untuk bayinya. Bayinya menangis dikasihnya air didih nasi atau air tajin. Bayinya menangis malam, didendangkannya. “Tidur, tidur, anakku tidur, pejam, pejamkan mata, ayah mengantuk. Ayolah kita tidur, tidur!” Si Awang pun tertidur bersama anaknya. Saking letihnya ia tidak sadar tidur sampai pagi. Setelah pagi ia mendengar suara, kuuuuuuk. Ia membuat makanan untuk bayinya tadi. “Masya Allah, aku terlambat bangun. Aduh, anakku.” Anaknya diberi nama Dayang Kumunah. Bayi­ nya bernama Dayang Kumunah. 16 “Wahai anakku Dayang Kumunah, ayah masak nasimu dulu, nak ambil air didih nasi ya, Nak! Nanti Kau minum pakai didih nasi ya, Nak!” Awang pun memasak nasi, mengambil air didih nasi, diberilah kepadanya. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, Dayang Kumunah tumbuh menjadi anak remaja, menjadi dewasa. Dayang Kumunah mengerjakan pekerjaan rumah untuk ayahnya, mencuci, memasak, membereskan rumah. Dayang Kumunah sangat rajin dan ia sangat cantik sekali. Ia mempersiapkan makanan setiap ayahnya pulang. “Ayah, Dayang Kumunah sudah menyiapkan makanan Ayah. Ayah makan dulu, ya! Nanti kalau sudah Ayah makan, Ayah Salat Zuhur.” “Iya, ya Dayang Kumunah. Ayah nak salat dululah baru makan.” Hari berganti hari, ia rajin bekerja dan orang- orang melihat Dayang Kumunah, senang betul hatinya. Dia memelihara ayahnya dengan baik. Ayahnya sayang dengan dia. Mereka hidup bersama. Ia tolong menolong dengan ayahnya. Suatu hari, Dayang Kumunah ini sedang men­ jemur kain sambil bersenandung, tetapi Dayang Kumunah ini tidak membuka mulutnya. Dayang Kumunah ini tidak pernah senyum dan tidak pernah tertawa, tetapi dia rajin. Sambil dia bekerja 17 dia cuma senyum saja, tetapi dia tidak pernah tertawa. Walaupun menjemur pakaian, menjemur pakaian sambil bersenandung. “Heeheem, heeheem, heeheem,” Dayang Kumu­ nah bersenandung sambil menjemur pakaian- pakaian yang sudah dicuci. Dayang Kumunah pun masuk ke dalam rumah. Ada seorang pemuda yang melihat ketika Dayang Kumunah sedang menjemur kain. Pemuda itu sangat tertarik dengan Dayang Kumunah. “Alamak, cantiknya perempuan itu, anak siapa­ kah dia ini, ya?” Keesokan harinya si pemuda itu berjalan lagi ke depan rumah Dayang Kumunah dan dia melihat lagi Dayang Kumunah sedang mencuci piring. Rasa hatinya tidak tertahan hendak berjumpa dengan Dayang Kumunah. Petang harinya pemuda itu berjumpa dengah ayah Dayang Kumunah dan berkatalah pemuda itu. “Hai, Pakcik, apakah boleh saya berkenalan dengan anak Pakcik? Siapakah nama anak Pakcik?” “Nama anak saya Dayang Kumunah. Ada apa­kah gerangan?” Kata Ayah Dayang Kumunah kepada pemuda itu. Dengan malu-malu dia berkata. “Begini, saya nak melamar Dayang Kumunah untuk saya jadikan istri saya, Pakcik.” 18 “Oh, begitu,” kata Ayah Dayang Kumunah. Akhirnya lamarannya diterima oleh Ayah Dayang Kumunah. Maka mereka menikah, dipes­ta­kan­lah. Sepanjang mereka menikah, Dayang Ku­munah ini tidak pernah senyum dan tidak pernah tertawa. Tetapi sebelum Dayang Kumunah dan pemuda ini menikah, ia berkata kepada calon suaminya. “Aku menerima lamaran Engkau wahai Awang, tetapi jangan Engkau memaksa aku untuk ter­ tawa, memaksa aku untuk tertawa, memaksa aku untuk tertawa,” sampai tiga kali Dayang Kumunah berkata. “Baiklah, kalau itu persyaratan yang kau minta, akan Abang terima.” Maka diterimalah lamaran, menikah, berumah tangga. Mereka dikaruniai anak, anaknya ada enam. Pada suatu sore ketika berkumpul, ketika anak bungsunya belum pandai berjalan, anak bayinya yang paling lucu ini, tetapi Dayang Ku­ munah tetap saja tidak mau tertawa. Suaminya berkata, “Hai Adindaku, marilah tertawa melihat kelu­ cu­an anak kita sedang berjalan, sedang lucu-lucu­ nya.” Dayang Kumunah dipaksa tertawa oleh suami­­­ nya, tetapi Dayang Kumunah tidak kuasa me­nahan permintaan suaminya. 20 Akhirnya Dayang Kumunah tertawa. Setelah tertawa, ia melihat dalam mulutnya, ada insang di dalam mulutnya. Bukan gigi, tetapi insang. Semenjak hari itu ia tertawa menampakkan insang di mulutnya. Dayang Kumunah tidak mau lagi makan. Ia tidak mau lagi tinggal di rumah itu. Dayang Kumunah ber­lari sekencang-kencangnya untuk menuju sungai. Dayang Kumunah masuk ke dalam sungai, “Wahai Kakanda, engkau tidak menepati janji­ mu. Kan aku bilang dulu sebelum kita menikah, jangan paksa aku tertawa! Makanya aku balik ke asalku. Aku adalah manusia ikan yang dibesar­ kan oleh Ayahandaku. Aku tidak pernah tertawa karena aku manusia ikan karena ada insang di mulutku. Sekarang jaga, ya Kanda anak-anak kita! Aku akan pergi ke dunia luar.” Dayang Kumunah pergi menyusuri sungai- sungai, berenang. Suaminya bilang, “Dayang Ku­ mu­­nah, ampunilah Abang. Abang salah, Abang khilaf, ampuni Abang.” “Mak, Mak balik Mak! Kami rindu Mak. Mak tak boleh jauh,” anak-anaknya menangis. Suami­ nya menangis. Orang-orang terdekatnya semua menangis, tapi apalah daya, Dayang Kumunah sudah kembali ke asalnya menjadi seekor ikan patin. 21 C erita berawal dari tersiarnya kabar tentang adanya acara pesta muda-mudi Canget Bara di daerah Keratuan Balau. Acara ini merupakan ajang silaturahmi muli mekhanai antarmarga dan buai. Saat acara berlangsung, banyaklah pemuda-pemudi yang datang ke Balau untuk ikut acara Canget Bara tersebut. Pemuda- pemudi yang datang itu di antaranya dari Riau, Palembang, juga ada Portugis dari Malaka yg kebetulan masih berkunjung ke Palembang. Pada acara itu, terjadi keributan. Pasukan dari Palembang bertikai adu mulut dengan pihak masyarakat dari Tulangbawang yang dipimpin oleh Minak Patiprajurit. Akibatnya, tempat acara canget tersebut seketika berubah menjadi ajang 3 Diceritakan kembali oleh Andi Wijaya 22 23 peperangan. Dalam keadaan itu, sulit melihat mana lawan mana kawan. Semua bertarung hingga meluas ke lapangan dan tiyuh (pemukiman warga). Singkat cerita, kampung terbakar, masyarakat mengungsi hingga ke Waisulan (Lampung Selatan sekarang). Dalam peperangan tersebut, Minak Patiprajurit berhasil menyelamatkan Putri Balau anak Raja Balau. Putri Balau dibawa ke Kesultanan Banten. Setelah keadaan aman, mereka kembali ke Balau dan Minak Patiprajurit menikahi Putri Balau. Setelah menikah, Putri Balau langsung diboyong ke Tiyuh Pagara Dewa (tempat tinggal Minak Pati prajurit). Sebelum pergi untuk ikut suaminya, Putri Balau diberi sebuah bokor emas oleh ayahnya, Rajabalau. Ayah Putri Balau berpesan nanti sesampainya di Wai Tulangbawang, bokor yang berisi nasi tersebut dibuka dan nasi itu ditebarkan di sungai itu. Sesampainya di Wai Tulangbawang, Putri Balau teringat dengan pesan ayahnya. Dia membuka bokornya dan menebarkan nasi itu di sepanjang sungai. Tidak lama kemudian, dengan kuasa Tuhan, nasi yang ditebar tadi berubah menjadi ikan kecil, seukuran ikan teri laut (teri nasi). 24 Setelah itu, Putri dan rombongannya kembali meneruskan perjalanan mereka ke Pagardewa. Ikan teri kecil yang seharusnya hidup di laut itu berkembang biak menjadi sangat banyak di sungai itu. Saat ini, masih kita bisa menjumpai ikan tersebut bila air sungai meluap/pasang. Saat air sungai pasang, kita akan menemui banyak sekali ikan kecil, dan warga sekitar banyak yang mengambilnya untuk dijadikan lauk atau dijual ke pasar. Sampai sekarang ikan teri di sungai itu dikenal dengan nama Sesan Putri Balau. 25 4 Diceritakan kembali oleh Desnatalyani Laoli P ada zaman dahulu terdapat satu mata air di kaki Gunung Lὃlὃmatua. Pada mata air itu tumbuh sebatang pohon besar bernama E’oyo. Pada mata air di bawah pokok kayu e’oyo terdapat dua ekor anak belut, jantan dan betina. Belut jantan ber­nama Susua dan belut betina bernama Oyo. Setelah sekian lama tinggal di bawah pokok kayu E’oyo, kedua belut tersebut bertambah besar hingga mencapai 15 meter panjangnya, dan mereka tidak muat lagi untuk tetap tinggal di bawah pokok kayu tersebut. Lubang di bawah pokok kayu tidak bisa bertambah besar lagi karena dihimpit oleh batu- 26 batu besar. Kedua Belut tersebut mulai berpikir tentang kehidupan mereka ke depan karena mereka tidak bisa terus melanjutkan kehidupan mereka di tempat itu. Kedua Belut tersebut mulai terjepit di bawah pokok kayu karena makin hari tubuh mereka semakin besar ditambah lagi kebutuhan makan mereka sehari-hari mulai susah dicari seperti ikan kecil, sudah mulai habis. Kedua Belut ter­ sebut tidak mengetahui bahwa ada sungai dan lautan yang luas di luar sana yang bisa untuk mereka tinggali dan banyak ikan kecil yang bisa mereka jadikan untuk makanan. Pada suatu malam bulan purnama, kedua Belut tersebut makan seadanya. Mereka hanya makan anak udang yang kecil dan mereka tidak kenyang, bahkan tidak cukup untuk mengganjal perut. Malam itu mereka tidak bisa tidur dan mereka tetap menunggu barangkali akan ada ikan kecil maupun udang yang keluar dari lubang tempat mereka berada yang bisa untuk mereka santap. Selagi menunggu, mereka berbincang me­­ nge­nai kehidupan mereka esok hari. Mereka menyadari bahwa tubuh mereka sudah sangat besar dan mereka baru kenyang bila menyantap 20 sampai 60 ekor udang setiap hari. Di tengah- tengah perbincangan mereka, tiba tiba muncul 28 seekor ikan kecil yang besarnya sangat tanggung untuk mereka makan berdua. Ikan kecil itu berenang ketakutan sambil terengah-engah. Susua dan Oyo menyapa ikan kecil tersebut dengan iba dan bertanya kenapa dia berenang ketakutan dengan terengah-engah dan meminta pertolongan. “Tolong kasihani aku, Belut raksasa. Tolong aku Oyo dan Susua, jangan makan aku,” pinta ikan kecil tersebut. Oyo dan Susua menyahut, “Baiklah, kami tidak akan memakanmu jika engkau berkenan men­­- ceritakan apa yang membuatmu berenang ke­ takutan?” Ikan kecil itu menjawab, “Baiklah, akan ku­ ceritakan. Selama ini kami tinggal di muara dekat laut. Pada suatu waktu datang sekumpulan ikan besar yang memangsa kami semua. Ikan-ikan tersebut memakan semua induk kami. Untungnya saya dapat melarikan diri melalui lubang kecil sehingga mereka tidak bisa menyusulku karena mereka tidak bisa melewati lubang yang kulalui. Aku berhasil selamat hingga sampai di tempat ini.” Setelah Oya dan Susua mendengar cerita ikan kecil itu mereka saling berpandangan. Mereka sangat tertarik dengan cerita ikan kecil itu. Kemudian mereka bertanya apakah laut itu luas 29 dan apakah terdapat banyak ikan-ikan besar yang memangsa ikan-ikan kecil? Ikan kecil itu berkata bahwa terdapat banyak sekali jenis ikan di lautan baik ikan yang besar maupun ikan yang kecil, tak terhitung banyaknya. Setelah mendengar pernyataan ikan kecil itu lagi, Oyo dan Susua berdiskusi mengenai cara supaya bisa pergi ke laut. Jika mereka melubangi tanah tempat mereka berada tidak akan bisa karena dikelilingi oleh batu-batu besar. Susua ber­tanya kepada ikan kecil itu bagaimana caranya agar sampai di laut. Ikan kecil tersebut menjawab, “Jika sebesar kalian Tuan, maka tidak bisa karena air di muara sangat dangkal.” Susua kemudian berpikir, dan menemukan bahwa hanya ada satu cara agar sampai di laut, yaitu mereka harus meminta hujan lebat sampai datang banjir besar kemudian mereka bisa leluasa untuk berenang, bersama dengan arus banjir besar. Mereka sepakat untuk meminta hujan lebat selama tiga hari tiga malam. Dimulai pada malam bulan purnama ke-12 sampai malam bulan purnama ke-15. Pada saat bulan purnama, turun­ lah hujan yang sangat deras dan menimbul­kan banjir besar yang melewati pucuk-pucuk pohon 30 sehingga kedua Belut itu tidak akan tersangkut kalau berenang. Susua dan Oyo sepakat untuk berangkat pada pukul 4 dini hari. Mereka saling berjanji dan bersumpah, siapa yang duluan terbangun harus membangunkan temannya yang masih tertidur. Dan jika nanti banjir yang sangat besar sudah datang maka Susua akan menuju ke Timur dan Oyo akan menuju ke Barat. Lalu kemudian mereka akan bertemu di laut. Mereka saling bersumpah dan berjanji, barang­­ siapa nanti yang ingkar janji dia baru sampai di laut 9 tahun. Kemudian mereka menunggu pukul 4 dini hari tiba. Pada pukul 3 dini hari, Oyo terbangun, kemudian dia melihat bahwa air sudah menutupi daratan dan menutupi puncak Gunung Lolomatua. Susua masih tertidur, dan Oyo mengingkari janji, dia tidak membangunkan Susua dan pergi terlebih dahulu secara diam-diam. Satu jam kemudian, Susua terbangun, dia ber­ teriak memanggil Oyo namun tidak ada sahutan. Susua kemudian menyadari bahwa Oyo telah pergi terlebih dahulu dan telah mengingkari janjinya. Susua lalu mengutuk Oyo bahwa 9 tahun nanti Oyo baru sampai di laut. Meskipun demikian, Susua berharap supaya Oyo sampai di laut dan selamat dalam perjalanan. 31 Air banjir mulai surut, cahaya bulan purnama menyinari sekeliling. Susua segera bergegas untuk berenang selagi air banjir masih ada. Susua mulai berenang dan menentukan pedoman jalan yang harus dilaluinya supaya lebih cepat sampai di laut. Dan hanya sembilan kali Susua mengibaskan ekornya dia sudah sampai di laut, membelah gunung-gunung besar. Lain halnya dengan Oyo karena telah mengingkari janjinya dia baru sampai 9 tahun kemudian dan jalannya berkelok-kelok. Demikian cerita mengenai Hikayat Sungai Susua dan Oyo yang diceritakan orang tua pada zaman dahulu.
16_Kisah_Ikan_dan_Teman_Temannya
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Sendok kang Pinter Sendok yang Cerdas Penulis Eka Sugeng Ariadi Penelaah Arif Subiyanto Penanggung Jawab Umi Kulsum Tim Penyunting Koordinator: Awaludin Rusiandi Khoiru Ummatin Dalwiningsih Amin Mulyanto Ilustrasi & Desain Sampul Apri Setiawan Tata Letak FA Indonesia Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117 Telepon (031) 5925972 Cetakan pertama, Oktober 2023 E-ISBN: 978-623-112-781-5 Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR C erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak, khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila. Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur, seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai- nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan kayanya unsur-unsur lokal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi, penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya ini. Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Surabaya, 1 Oktober 2023 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. iv DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Sendok kang Pinter Sendok yang Cerdas Biodata Penulis Biodata Ilustrator iii iv 1 20 20 1 Saben esuk, sendok krasa sedhih. Kaya biasane, akeh turahan sing nemplek ing awak. Awak dadi mambu. Tiap pagi, sendok merasa sedih. Seperti biasa, banyak sisa makanan menempel di tubuh mereka. Tubuh mereka pun menjadi bau. Bap ake , G ela s, me re ng ut . Aya h G ela s, k eli ha ta n ke sa l. Tan sah an a b an yu ng o mb e tu ra h. Sela lu s aja ad a s isa a ir mi nu m. 2 Ibu ne, P irin g, n gra sak ake b ab s in g pa dh a. Ibu Pir ing, m era sa kan h al ya ng s am a. 3 4 Pirin g ng lip ur a na ke su pa ya s ab ar. Pirin g ng and ika iku pa nce n p ak ul in an T ua n R um ah. Pirin g m eng hibu r a nak -an ak ny a ag ar b ers ab ar. Pirin g me ngat aka n it u m em an g k eb ia sa an T ua n Ru ma h. 5 Krungu warta saka televisi babagan sampah panganan. Pranyata negara iki wes kalebu darurat sampah panganan. Terdengar suara berita dari televisi tentang sampah sisa makanan. Negeri ini ternyata sudah darurat sampah sisa makanan. 6 Kabare negara iki ngasilake sampah panganan paling gedhe nomer loro ing donya. Saben warga ngasilake 300 kg sampah panganan saben taun. Ing omah iki ana 5 wong, tegese ana 1.500 kg sampah panganan saben taun. Menurut berita, negeri ini penghasil sampah sisa makanan terbesar kedua di dunia. Tiap penduduk menghasilkan sampah sisa makanan sebanyak 300 kg per tahun. Di rumah ini ada 5 orang, artinya ada 1.500 kg sampah sisa makanan per tahun. 7 Gelas ngendika mbah-mbahe biyen nglarang ninggalake panganan. Piring uga ngandhani crita sing padha. Gelas menjelaskan kalau kakek neneknya dulu melarang menyisakan makanan. Piring pun menceritakan hal yang sama. 8 Gelas ora ngerti kudu kepriye arep ngelingake Tuan Rumah. Gelas tidak tahu harus berbuat apa untuk mengingatkan Tuan Rumah. 9 Piring malah nyerah amarga rumangsa mung piranti dhahar. Piring pun pasrah karena mereka hanyalah alat makan. 10 “Ahaa... aku duwe angen-angen. Sesuk bengi ngecet 5 piring gambare wong keluwen utawa rebutan panganan,” ujare Sendok. Garpu setuju karo angen-angen sedulure. “Ahaa... aku punya ide. Besok malam kita melukis 5 piring dengan gambar orang-orang yang kelaparan atau berebut makanan,” ujar Sendok. Garpu sepakat dengan ide saudaranya itu. 11 Esuke, Sendok ngaturake angen-angen kasebut marang wong tuwane. Bapak lan ibu uga setuju. Esok hari, Sendok menyampaikan ide itu ke orang tua mereka. Ayah dan ibu mereka juga setuju. 12 Sawise Tuan Rumah wis rampung mangan, Sendok lan Garpu miwiti nggambar piring-piring. Setelah Tuan Rumah selesai makan, mulailah Sendok dan Garpu menggambar piring-piring. 13 Bapake ngancani dheweke lan seneng mirsani anak-anake duwe kabisan nglukis. Ayahnya menemani mereka dan senang melihat anak-anaknya memiliki kemampuan melukis. 14 “Hore! Aku wis rampung nglukis piring iki,” bengoke Sendok bungah. Garpu uga kanthi bungah nuduhake asil lukisan piring. “Hore! aku selesai melukis piring ini,” teriak Sendok kegirangan. Garpu pun menunjukkan hasil lukisannya di piring dengan riang. 15 Esuke, ana swasana sing beda. Tuan Rumah wis ora nyisake panganan maneh. Alat maem katon luwih resik tinimbang sadurunge. Keesokan harinya, suasana tampak berbeda. Tuan Rumah tidak lagi menyisakan makanan. Perlengkapan makan terlihat lebih bersih daripada hari-hari sebelumnya. 16 17 Keluarga piranti dhahar dadi seneng. Hore! Garpu seneng. Dheweke ora mambu maneh saiki. Keluarga perlengkapan makan menjadi senang dan bahagia. Hore! Garpu senang. Badannya tak bau lagi sekarang. 18 Saben dina, Tuan Rumah tansah mangan lan ngombe nganti resik. Ora ana maneh sampah panganan ing omah kasebut. Setiap hari, Tuan Rumah selalu menghabiskan makan dan minumnya. Tak ada lagi sampah makanan di rumah itu. 19 “Muga owah-owahan iki bakal dadi budaya tuan rumah kita,” ujare Piring. “Aku pengin kabeh kulawarga kaya ngene,” ujare Sendok. “Semoga perubahan ini menjadi budaya tuan rumah kita,” ujar Piring. “Aku berharap semua keluarga di luar sana juga begitu,” sahut Sendok. BIONARASI 20 Penulis Eka Sugeng Ariadi, seorang pendidik di MAN 1 Pasuruan. Selain menjalankan rutinitas mengajar di kelas dan membimbing peserta didik dalam pelbagai lomba atau kompetisi, di sela waktu luangnya berusaha untuk belajar menulis fiksi (puisi dan cerita pendek berbahasa Indonesia dan bahasa Jawa) dan nonfiksi –seperti esai, opini, artikel, dan lain-lain. Beberapa karya tulisnya telah dipublikasikan dan bisa diakses melalui akun Instagram; Eka Sugeng Ariadi. Ilustrator Apri Setiawan yang sering dipanggil Apri, merupakan seorang ilustrator asal Banyuwangi, Jawa Timur. Sebagai lulusan S-1 Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Malang yang memiliki minat dalam bidang ilustrasi dan desain tematik mulai masa kanak-kanak. Karena apresiasi sekitar yang begitu suportif dan positif pada karya yang telah dibuat, menjadikan proses pengembangan minat tersebut berjalan hingga sekarang. Pengembangan minat diantaranya dengan berperan aktif pada berbagai pameran, kompetisi, maupun proyek dari tahun ke tahun baik skala regional hingga internasional. IG: @apriciation, E-mail: [email protected].
17_SENDOK_YANG_CERDAS
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Suwandi ii SINDEN KECIL Penulis: Suwandi Penyunting: Edi Setiyanto Ilustrator: Mukti Ali Penerbit: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224 Telepon: (024) 562070; Faksimile: (0274) 580667 Cetakan Pertama, November 2021 iv + 8 hlm., 15 x 23 cm. ISBN: 978-623-5677-29-3 Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi buku ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit. Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis. iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui warga dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah RI pun melaksanakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di seluruh provinsi di Indonesia dalam rangka untuk menekan penyebaran virus yang sangat mematikan itu. Kebijakan Pemerintah tersebut tentu memiliki dampak yang sangat signifikan di berbagai sektor. Karena kebahasaan dan kesastraan masuk dalam sektor nonesensial, praktis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebahasaan dan kesastraan tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya secara langsung, bersemuka. Namun, karena proses kreatif dan upaya pencerdasan bangsa melalui bahasa dan sastra harus tetap berlangsung, berbagai kegiatan itu pun dapat dilaksanakan secara daring. Meskipun hasilnya--mungkin--tidak maksimal, berbagai program dan kegiatan yang telah dirancang oleh Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat memenuhi target- target yang telah ditetapkan, termasuk target 42 karya sastra Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penerbitan hasil penerjemahan dari sastra Jawa ini--yang telah melewati proses panjang--merupakan bukti nyata bahwa situasi pandemi tidak menghalangi kami dalam memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa melalui kebahasaan dan kesastraan. Penerbitan hasil penerjemahan ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dalam program besar Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Pemerintah. Melalui penerbitan penerjemahan karya sastra Jawa ini pula diharapkan bisa menghilangkan kendala kebahasaan bagi masyarakat penutur nonbahasa Jawa untuk bisa menikmati dan mengambil manfaatnya. iv Hadirnya buku penerjemahan ini melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kata pengantar singkat ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada sastrawan/penulis (asli) dalam bahasa Jawa. Demikian pula kami mengucapkan terima kasih kepada penerjemah yang telah menerjemahkan karya sastra Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Penghargaan juga kami berikan kepada para penyunting yang telah menyelaraskan hasil terjemahan sesuai dengan kaidah baku bahasa Indonesia. Tentu saja, kepada panitia/tim terjemahan dan penerbit kami ucapkan terima kasih yang tiada bertepi. Semoga buku terjemahan ini bisa menjadi ajang dialog dan tegur sapa antarbudaya di Indonesia dan menambah kekayaan khazanah bahan bacaan literasi yang bermutu. Selamat membaca! Yogyakarta, 10 September 2021 Kepala, Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum. NIP 196605201991031004 1 Sinden Kecil S aat sedang duduk santai di teras depan rumah sambil membaca majalah Jayabaya edisi baru, dari jalan terdengar suara motor matik yang berhenti di depan pagar. Sebentar saya amati, ternyata cucuku, Ratih, yang diboncengkan oleh gurunya. Bergegas tampak ia turun dari boncengan. Saya sendiri belum kenal dengan guru cucuku yang mengantarkannya itu. Tapi, umurnya sekitar 30 tahunan. Seusia anak laki-lakiku, Irfan Wicaksono. Guru Ratih yang memakai jilbab warna merah jambu itu terlihat menuntun Ratih, cucu sulungku, yang sekarang sudah kelas 4 SD di sebuah sekolah dasar di kota ini. “Asalaamualaikum, selamat siang, Bu. Apakah benar ini rumah Bapak Irfan Wicaksono?” tanya guru Ratih setelah tiba di depan teras. Ratih sendiri segera masuk rumah setelah menyalami aku dengan wajah yang agak masam. “Waalaikumsalam, selamat siang. Benar Bu Guru. Silakan duduk dulu,” jawabku seraya mempersilakan guru Ratih untuk berkenan duduk di teras. Tidak berapa lama kami lalu berkenalan saling berbagi kabar. Saya juga lalu memberitahukan bahwa saya ialah neneknya Ratih, yang kebetulan menunggu rumah ini karena kedua orang tua Ratih bekerja. Saya juga memberanikan untuk bertanya kepada Bu Guru, mengapa ketika belum saatnya pulang, Ratih sudah kembali, bahkan dengan diantar oleh gurunya. “Tumben Bu, mengapa Ratih diantar pulang. Apakah dia sakit?” tanyaku. 2 “Sebelumnya saya mohon maaf ya Bu Winarsih,” begitu dia menyapa setelah tahu namaku, “Ratih terpaksa saya antarkan pulang, karena selama di sekolah dia menangis terus. Sebenarnya saya sudah mencoba menasihati agar tetap mengikuti pelajaran hingga selesai. Tetapi, dia tidak mau dan tetap ingin pulang. Sebetulnya udah saya tanyakan, apakah dia sakit. Tetapi, dia hanya menggelengkan kepala.” Demikian Bu Guru memberikan penjelasan kepada saya. 3 “Ooo, begitu ya. Baiklah nanti biar saya tanya dia.” Usai memberikan penjelasan, Bu Guru pamit kembali ke sekolah untuk mengajar lagi karena tidak ada guru pengganti. Usai Bu Guru kembali ke sekolah, saya segera menuju ke kamar Ratih. Saya lihat dia masih tersedu-sedu sambil memeluk bantal. Ia masih memakai kaos kaki sekolahnya. Setelah saya duduk di kasur, Ratih segera merangkul pinggangku. “Kenapa to, Nok? Tidak biasanya kamu pakai ngambek segala. Apakah ada yang menjahilimu?” Ratih terus menggelengkan kepala. Namun, terlihat masih ada hal yang mengganjal hatinya. Setelah terus kupandangi, akhirnya ia mau berterus terang. “Saya tidak mau sekolah lagi, Nek!” jawabnya ketus sambil mengusap-usapkan wajah ke pinggangku. Pundaknya saya pegang lalu saya dorong agar wajahnya bisa saya pandang. “Lho, kenapa tidak mau sekolah?” “Pokoknya gak mau, ya gak mau!” jawabnya ketus. “Lho kalau tidak mau sekolah itu pasti ada sebabnya. Ngomong ke nenek, nanti semua masalah pasti bisa diselesaikan. Terus kalau tidak mau sekolah, mau jadi apa, coba?” rayuku lembut kepadanya. “Lha teman-temanku semua nakal kok, Nek.” “Lho nakal bagaimana? Jika mereka menakalimu, cucuku yang paling cantik, biarlah nenek besok yang melapor kepada gurumu agar mereka dinasihati. Siapa nama mereka yang telah menakali kamu?” “Banyak, Nek. Ada Dani, Riska, Siti. Hampir sekelas, Nek. Semua mengejek saya, Nek.” “Diejek gimana?” “Masak saya disebut sinden kecil. Siapa tidak jengkel, Nek?” sesekali dia protes kepada saya. Saya tersenyum mendengar keluhan cucuku. Sambil menahan tawa, lalu saya bertanya kepadanya, “Lho kok bisa diejek, dikatakan sinden kecil? Itu awal mulanya bagaimana?” Ratih kemudian bercerita. Selama ini dia sering diikutkan lomba seni macapat. Bahkan, sering menjadi juara. Dua minggu 4 lagi, ia juga akan diikutkan lomba macapat di tingkat Kabupaten Bantul. Makanya, dia sering diminta gurunya untuk latihan di sekolah. Bahkan, kadang berlatihnya di depan kelas. Karena semua itu, teman-teman lalu mengejeknya sebagai sinden kecil. Memang Ratih terkenal memiliki suara merdu saat melantunkan tembang macapat. Saya sendiri mengakui kelebihannya itu. Terus terang, kadang saya sendiri yang melatih dia untuk nembang macapat di rumah. Tidak mengira, ternyata dia mempunyai bakat nembang macapat. Dengan peristiwa itu, akhirnya Ratih terus saya beri semangat agar memiliki mental baja dan supaya tidak patah semangat jika dihina oleh teman-temannya. 5 “Lho kalau cuma dihina seperti itu, jangan dihiraukan to, Nok?” “Tapi saya risih, Nek. Masak karena pintar nembang macapat saja, dikatakan sinden kecil. Apakah profesi sinden itu jelek, Nek?” “Mentalmu harus kuat. Tantangan bagi orang yang akan sukses ialah punya keahlian, tahan banting menghadapi segala cobaan, termasuk hinaan dari teman-temanmu. Bisa jadi, teman- temanmu menghina karena mereka tidak bisa nembang macapat. Lalu, mereka merasa iri atas kelebihanmu. Dulu, saat masih sekolah, nenek juga sering dihina. Tetapi nenek tidak pernah menghiraukan ejekan itu sehingga Nenek bisa maju dan sering menjadi juara pula. Itu lihat! Jika kamu pergi ke rumah Nenek, banyak terpampang piala di almari. Itu sebagai bukti, bahwa Nenek tidak mudah patah semangat. Bahkan, kalau perlu bisa menjadi cambuk agar kita semakin rajin berlatih. Ratih hanya mengangguk ketika saya nasihati. Namun, dia terkesan semakin bersemangat dan tergugah hatinya. Air matanya sudah tidak tampak lagi. Saya meneruskan menasihatinya. “Kata siapa kalau profesi sinden itu hina? Saya beri tahu ya, Nok! Profesi sinden itu termasuk pekerjaan yang mulia. Setidaknya profesi sinden itu sebagai bagian untuk melestarikan kebudayaan daerah kita. Bahkan, sekarang profesi sinden di daerah kita itu sangat dihargai oleh pemerintah, sebagai profesi yang mulia. Ketahuliah juga bahwa banyak warga negara asing yang belajar sinden di daerah kita. Mereka menganggap bahwa profesi sinden itu sebagai suatu profesi pilihan. Paham kamu, Ratih?” Ratih terus mengangguk-anggukkan kepala dan semakin tergugah hatinya. Wajahnya terlihat semakin berseri-seri mendengar nasihatku pagi itu. Dia lalu berjanji akan semakin rajin berlatih tembang macapat. Apalagi, 2 minggu lagi akan mengikuti lomba macapat di tingkat kabupaten untuk mewakili sekolahnya. Dia juga berjanji tidak akan menghiraukan ejekan teman-temannya. Dia mulai yakin bahwa teman-temannya itu mengejeknya karena mereka tidak mempunyai kemampuan menembang seperti dirinya. Esok harinya, ketika ia kembali bersekolah dan masih diejek oleh teman-temannya, semua itu tak lagi dihiraukannya. Teman- 6 temannya justru ditantang oleh Ratih agar bisa menembang dengan lebih baik jika ingin mengalahkan dia. Namun, tidak ada satu pun teman Ratih yang berani menerima tantangannya. Ternyata teman- temannya hanya berani menggertak. Mereka tidak mempunyai nyali. Ratih sudah berhasil mengalahkan mental teman-temannya. Ketika ia telah kembali berlatih dengan gurunya, Ratih sudah tidak ada beban lagi. Dia sudah tidak malu diejek oleh teman- temannya. Gurunya semakin senang mengetahui perubahan sikap muridnya tersebut. “Ratih, akhir-akhir ini saya lihat latihanmu semakin bagus, bersemangat, dan tanpa beban. Berbeda dengan waktu-waktu lalu, Nak?” tanya gurunya tampak heran. “Benar Bu. Sekarang saya akan fokus berlatih. Sudah tidak peduli dengan ejekan teman-teman.” Jawab Ratih. “Lho jadi selama ini kamu sering diejek oleh teman-temanmu? Kenapa kamu tidak pernah cerita sama Bu Guru?” “Saya takut Bu.” “Lho kenapa takut? Bilang saja, kemarin kamu diejek bagaimana oleh teman-temanmu?” tanya gurunya. “Saya sering diejek dan dikatakan sinden kecil, Bu.” “Woo, begitu ya. Biar nanti teman-temanmu itu saya nasihati. Orang kok bisanya hanya mengejek.” Jawab gurunya memberi semangat. “Tidak usah Bu. Saya sudah dinasihati oleh nenekku agar saya kuat iman dan tidak mudah terpengaruh dengan ejekan teman- teman.” Jawab Ratih. “Ooh ya sudah kalau begitu. Memang benar nasihat nenekmu. Kita, kalau ingin maju dan pandai, harus tegar dan tidak mudah menyerah jika diejek oleh teman. Itu termasuk cobaan.” Selama 2 minggu, Ratih semakin rajin berlatih tembang macapat. Tidak hanya di sekolah, tetapi juga di rumah. Saat hari perlombaan, Ratih diantar gurunya mengikuti lomba di tingkat Kabupaten Bantul. Lomba dilaksanakan di Pendopo Paramasya Bantul. Peserta tidak kurang dari 30 orang yang mewakili 17 kecamatan. Ratih mendapat giliran maju nomer lima. Semua juri terpesona dengan suara merdu Ratih ketika menembangkan 7 tembang Dhandhanggula dan Pangkur. Penampilannya tidak mengecewakan sama sekali. Dirinya tidak merasa minder sedikit pun. Usai tampil, Ratih dan gurunya tidak menunggui hingga selesai karena waktu lomba yang masih berlangsung lama. Mereka segera kembali ke sekolah. Kebetulan gurunya ada rapat di siang itu. Ratih sudah tidak memikirkan lagi apakah dia akan menjadi juara atau tidak. Ia sudah merasa senang bisa mewakili sekolahnya. Tiba di rumah, ia ditanya oleh neneknya. “Bagaimana, Nok, saat ikut lomba macapat tadi?” tanya neneknya. “Ya, lancar kok, Nek.” “Dapat juara tidak?” “Tidak tahu.” “Lho kok tidak tahu, bagaimana?” Ratih kemudian bercerita kepada neneknya. Sesudah tampil, ia langsung diajak gurunya kembali ke sekolah karena gurunya ada rapat. Jadi, tidak menunggu hingga perlombaan selesai. Hari Senin, saat sekolah Ratih mengadakan upacara bendera, diumumkan bahwa dalam lomba macapat yang berlangsung pada Minggu kemarin, Juara I diraih oleh Ratih Kusumawati Wicaksono dari SD Randu Alas. Mendengar pengumuman dari Kepala Sekolah tadi, Ratih merasasangat senang. Tidak lupa ia memanjatkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena bisa meraih juara. Kepala Sekolah memanggil Ratih untuk maju ke depan. Ia diberi tahu oleh Kepala Sekolah bahwa pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional besok, Ratih diundang oleh Bupati Bantul untuk menerima piala, setifikat, dan uang pembinaan. Pada kesempatan itu juga, setelah mendapat masukan dari para guru, Kepala Sekolah mengumumkan bahwa Ratih Kusumawati Wicaksono diberi julukan Sinden Kecil. Murid-murid yang ikut upacara di sekolah itu senang mendengarnya. Mereka memberikan tepuk tangan yang sangat meriah. Sementara itu, Ratih sendiri sudah tidak malu lagi mendapat ejekan sebagai Sinden Kecil. Sekarang dia justru merasa bangga. Semua itu karena nasihat dan dukungan dari nenek serta semua gurunya. (*) 8 Suwandi Penulis bekerja di Tembi Rumah Budaya, Bantul. Suwandi tinggal di Sewon RT.4, Timbulharjo, Sewon, Bantul. HP 081284697683. Posel: [email protected] Keterangan istilah khusus: • Nok: berasal kata dari Dhenok (bhs Jawa), artinya sapaan untuk anak perempuan Jawa. • Tembang macapat: karya sastra Jawa sejenis puisi terikat yang dilantunkan. Jenisnya ada 11, seperti Dhandhanggula, Pangkur, Sinom, dan lain-lain. • Sinden: penyanyi wanita Jawa yang melantunkan lagu-lagu tradisional dalam pertunjukan wayang kulit, karawitan, dan sejenisnya.
17_SINDEN_KECIL
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Mulyantara ii BURUNG MANYAR DAN GAJAH Penulis: Mulyantara Penyunting: Restu Sukesti Ilustrator: Mulyantara Penerbit: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224 Telepon: (024) 562070; Faksimile: (0274) 580667 Cetakan Pertama, November 2021 iv + 8 hlm., 15 x 23 cm. ISBN: 978-623-5677-19-4 Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi buku ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit. Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis. iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui warga dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah RI pun melaksanakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di seluruh provinsi di Indonesia dalam rangka untuk menekan penyebaran virus yang sangat mematikan itu. Kebijakan Pemerintah tersebut tentu memiliki dampak yang sangat signifikan di berbagai sektor. Karena kebahasaan dan kesastraan masuk dalam sektor nonesensial, praktis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebahasaan dan kesastraan tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya secara langsung, bersemuka. Namun, karena proses kreatif dan upaya pencerdasan bangsa melalui bahasa dan sastra harus tetap berlangsung, berbagai kegiatan itu pun dapat dilaksanakan secara daring. Meskipun hasilnya--mungkin--tidak maksimal, berbagai program dan kegiatan yang telah dirancang oleh Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat memenuhi target- target yang telah ditetapkan, termasuk target 42 karya sastra Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penerbitan hasil penerjemahan dari sastra Jawa ini--yang telah melewati proses panjang--merupakan bukti nyata bahwa situasi pandemi tidak menghalangi kami dalam memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa melalui kebahasaan dan kesastraan. Penerbitan hasil penerjemahan ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dalam program besar Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Pemerintah. Melalui penerbitan penerjemahan karya sastra Jawa ini pula diharapkan bisa menghilangkan kendala kebahasaan bagi masyarakat penutur nonbahasa Jawa untuk bisa menikmati dan mengambil manfaatnya. iv Hadirnya buku penerjemahan ini melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kata pengantar singkat ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada sastrawan/penulis (asli) dalam bahasa Jawa. Demikian pula kami mengucapkan terima kasih kepada penerjemah yang telah menerjemahkan karya sastra Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Penghargaan juga kami berikan kepada para penyunting yang telah menyelaraskan hasil terjemahan sesuai dengan kaidah baku bahasa Indonesia. Tentu saja, kepada panitia/tim terjemahan dan penerbit kami ucapkan terima kasih yang tiada bertepi. Semoga buku terjemahan ini bisa menjadi ajang dialog dan tegur sapa antarbudaya di Indonesia dan menambah kekayaan khazanah bahan bacaan literasi yang bermutu. Selamat membaca! Yogyakarta, 10 September 2021 Kepala, Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum. NIP 196605201991031004 1 Burung Manyar dan Gajah P agi hari. Di sebuah hutan belantara, terjadilah kegaduhan. Seekor gajah besar sedang mengamuk. Menumbangkan pohon-pohon besar. Menyebabkan seluruh hewan penghuni hutan berlarian, ketakutan. “Hai, seluruh isi hutan. Lihatlah kekuatanku ini!” teriak gajah sambil menjebol pohon besar dengan belalainya. “Mengapa kalian memilih harimau yang bodoh itu sebagai raja kalian? Mengapa tidak memilih aku? Tidak pantaskah aku menjadi raja kalian? Apakah kalian tidak tahu, kalau aku memiliki kekuatan super? Kekuatan mahadahsyat, melebihi kekuatan harimau. Lihatlah ini! Pohon besar ini dengan mudahnya kujebol seakar-akarnya. Jadi, kalau kalian tidak memilih aku sebagai raja kalian di hutan ini, sungguh sangat keliru.” Tidak ada jawaban. Si gajah makin geram. Pohon-pohon besar dirusaknya. Dirobohkan dengan belalainya. Sebagai pelampiasan hatinya yang kecewa karena tidak terpilih menjadi raja hutan. Ada sepasang burung manyar yang tinggal di tepi hutan. Mereka membangun sarang pada cabang pohon yang tinggi. Sarang buatan burung manyar jantan sangat unik. Terbuat dari rumput kecil yang dijalin dan dianyam sangat indah. Karena bentuk sarangnya unik, burung manyar dikenal sebagai burung penganyam. Ketika si gajah menumbangkan pohon besar, batang pohon itu menimpa cabang pohon yang ada sarang burung manyar. Sarang 2 burung manyar yang berbentuk seperti corong dan menggelantung pada cabang pohon itu jatuh. “Sarang apa ini? Jelek dan tanpa keindahan,” kata gajah sambil membolak-balikkan sarang burung manyar dengan belalainya. “Ampun, Jah. Jangan kau rusak. Itu tempat tinggal kami,” kata burung manyar betina. Akan tetapi, gajah tidak memedulikan ucapan burung manyar betina. Sarang burung manyar itu ditendang berkali-kali hingga rusak. Setelah itu, gajah pergi tanpa rasa bersalah. Betapa sedih burung manyar betina itu. Rumah satu-satunya sebagai tempat bernaung, kini telah rusak parah. Hatinya sakit sekali. Burung manyar betina itu kemudian pergi mencari suaminya. Saat itu burung manyar jantan tengah mencari makan. Makanan burung manyar, yaitu biji-bijian, didapatkan di lahan pertanian luas. 3 Setelah bertemu suaminya, burung manyar betina segera menceritakan peristiwa yang baru saja dialaminya. “Rumah kita rusak. Dihancurkan oleh gajah yang kecewa hatinya karena tidak terpilih sebagai raja hutan.” Mendengar cerita istrinya, burung manyar jantan sangat marah. Namun, ia masih dapat mengendapkan emosinya. “Sudahlah, berhentilah menangis istriku. Persoalan ini tidak akan selesai hanya dengan ditangisi. Kita kehilangan tempat tinggal karena perbuatan gajah yang sombong. Pantaslah, tidak ada satu pun yang memilihnya sebagai raja hutan karena dia sombong dan sewenang-wenang. Kita harus membalas perbuatan si gajah itu.” “Dengan cara apa kita harus membalas, suamiku? Tubuh gajah itu sangat besar, dan kekuatannya luar biasa, sedangkan tubuh kita hanya kecil. Kalau kita nekad melawan si gajah, itu berarti hanya akan menyerahkan nyawa,” kata burung manyar betina. “Kita harus menggunakan akal, bukan okol atau kekuatan. Meskipun tubuh kita kecil, kalau kita mau bersatu pasti akan menjadi satu kekuatan yang dahsyat. Teman kita banyak. Lebih dari enam ratus burung manyar. Aku akan mengumpulkan teman- teman, lalu kumohon bantuannya. Mereka akan kuajak mendatangi dan mengusir si gajah dari hutan ini,” kata burung manyar jantan. Sebelum melaksanakan rencananya, burung manyar jantan pergi ke tempat harimau. Ia menceritakan kesewenang-wenangan gajah yang telah merusak sarang tempat tinggalnya. Sekaligus mohon izin mengusir si gajah dari hutan ini. Harimau tidak menyetujui, ”Kalau kalian akan berbuat seperti itu, artinya kalian tidak lebih baik dari si gajah. Akan tetapi, kalau kalian bisa memaafkan perbuatannya, berarti kalian adalah makhluk yang luar biasa. Memang berat, tetapi kalau kalian bisa melakukan, kalian akan menjadi makhluk yang terpuji. Aku yakin, suatu saat nanti si gajah akan insaf. Itulah sebabnya aku selalu berdoa untuk kebaikan dia, dan tidak pernah menanggapi 4 hinaan serta cercaannya. Bukan berarti aku takut. Aku lebih suka ketenteraman dan kerukunan. Kalau hinaan dan cercaannya kubalas, pasti suasana hutan ini tidak akan damai.” Kedua burung manyar itu diam. Tampak merenungkan ucapan rajanya. “Aku yakin, kalian bisa membuat rumah baru dengan cepat. Selama ini kalian kukenal sebagai burung pekerja keras, yang memiliki sifat gotong royong tinggi. Terutama pada saat membangun sarang di pohon, pada cabang pohon yang tinggi,” kata harimau. Siang itu, burung manyar jantan segera mengumpulkan teman-temannya. Ada seratusan burung manyar telah berkumpul. Dia menceritakan peristiwa yang dialaminya. Kemudian memohon bantuan teman-temannya untuk bergotong royong membuat sarang. 5 Teman-temannya bersedia membantu. Tanpa banyak bicara mereka segera bekerja secara gotong royong. Dalam waktu setengah hari, sarang telah tampak wujudnya. Siap ditempati. Keesokan harinya, ketika burung manyar jantan terbang mencari makan, ia mendengar suara gajah (ngempret) mohon pertolongan. Gajah itu terperosok ke dalam sebuah lubang yang dalam di tepi hutan. Burung manyar mendekatinya, “Mengapa Kau di situ?” “Aku terperosok ke dalam lubang seukuran tubuhku ini. Tolonglah aku,” kata gajah. “Bukankan Kau memiliki kekuatan super? Mengapa tidak Kau gunakan? Segera himpun tenagamu, lalu loncatlah dari dalam lubang ini,” kata burung manyar. “Sudah kucoba, tetapi tidak bisa. Ternyata kekuatanku tidak bisa menolongku. Lubang ini terlalu sempit bagiku. Maju tidak bisa, mundur pun tidak bisa. Tolonglah aku!” pinta gajah. 6 “Baiklah. Tetapi tubuhku terlalu kecil. Aku harus mengajak kawan. Tunggulah sebentar!”. Burung manyar segera terbang ke tempat harimau. Ia mengabarkan kalau gajah terperosok ke dalam lubang dan memerlukan pertolongan. Harimau pun segera mengaum sebagai isyarat mengumpulkan seluruh rakyatnya. “Wahai rakyatku, pagi ini si gajah memerlukan bantuan kita. Ia terperosok ke dalam lubang yang cukup dalam. Mari kita tolong bersama-sama!” ajak harimau. Kemudian berangkatlah harimau dan segenap rakyatnya mengikuti burung manyar. Pergi ke tempat gajah terperosok. Lama mereka memikirkan cara menolong. Akhirnya harimau berkata, “Sekeliling lubang ini harus digali. Dengan begitu, gajah bisa keluar dari lubang yang mengurungnya.” Penggalian lubang dikerjakan secara gotong royong di bawah pimpinan landak dan tikus. Benar juga kata harimau. 7 Setelah sekeliling lubang landai, gajah bisa keluar dari lubang yang mengurungnya. “Terima kasih harimau, burung manyar, dan seluruh warga hutan, yang telah sudi menolongku. Maafkanlah kesalahanku tempo hari. Hanya karena menuruti emosi dan rasa iri dengki, sampai aku merusak hutan, serta mengusik ketenteraman kalian. Khususnya kepada burung manyar yang telah kurusakkan sarangnya, aku mohon maaf yang sebesar-besarnya. Juga kepada sang raja yang bijaksana, maafkanlah kesalahanku,” kata gajah. “Sebelum kau meminta maaf, aku telah memaafkanmu. Sekarang, marilah kita bangun kerukunan dan kegotongroyongan. Saling membantu dan tepa salira. Dengan demikian, akan tercapai kedamaian dan ketenteraman di hutan ini,” kata harimau. “Ya, gajah. Aku pun telah memaafkanmu,” kata burung manyar jantan. Sejak saat itu, gajah tidak sombong lagi. *** 8 Mulyantara Selain sebagai penulis, Mulyantara juga berprofesi sebagai ilustrator. Penulis tinggal di Ngabean Kulon, RT 04/RW 35, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman. HP 087839023639.
18_BURUNG_MANYAR_DAN_GAJAH
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Ruwen Kelangan Totol Ruwen Kehilangan Totol Penulis Elisa D.S. Penelaah FX. Dono Sunardi Penanggung Jawab Umi Kulsum Tim Penyunting Koordinator: Awaludin Rusiandi Khoiru Ummatin Dalwiningsih Amin Mulyanto Ilustrasi & Desain Sampul Apri Setiawan Tata Letak FA Indonesia Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117 Telepon (031) 5925972 Cetakan pertama, Oktober 2023 E-ISBN: 978-623-112-779-2 Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR C erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak, khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila. Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur, seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai- nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan kayanya unsur-unsur lokal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi, penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya ini. Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Surabaya, 1 Oktober 2023 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. iv DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Ruwen Kelangan Totol Ruwen Kehilangan Totol Biodata Penulis Biodata Ilustrator iii iv 1 20 20 1 Ing alas Bawean, ana kidang arane Ruwen. Dheweke asring dolan ijenan, ora gelem srawung karo kanca-kancane. Saban dina, Ruwen turon sinambi ngitungi cacahe totole. Di hutan Bawean, ada rusa bernama Ruwen. Dia sering bermain sendirian, tidak mau bergabung dengan teman-temannya. Setiap hari, Ruwen tidur-tiduran sambil menghitung jumlah totolnya. 2 Atin e Ru wen m on gko g. Ing k ene, mung dhe weke sin g n du we ni tot ol pal ing ak eh. Ruwe n me ras a b ang ga. Di sin i, han ya di a yan g me mili ki tot ol pali ng ban yak. 3 4 Weru, kancane sing paling pinter, ngejak Ruwen dolan bareng. Ruwen wegah. Totol kidang-kidang liyane luwih sethithik dibandingke dhuweke. Ruwen nganggep, asring panasan marakake totol ilang. Weru, temannya yang paling pintar, mengajak Ruwen bermain bersama. Ruwen menolak. Totol rusa-rusa lain lebih sedikit dibandingkan miliknya. Ruwen menganggap, sering berjemur bisa membuat totolnya hilang. 5 Pirang-pirangane dina iki, Ruwen turon tanpa ngitung totole. Awan iki, hawane sumuk banget. Ruwen ngombe, banjur ndeleng ayang-ayange ing banyu. Hah, akeh totol sing ilang! Beberapa hari ini, Ruwen tidur-tiduran tanpa menghitung totolnya. Siang ini, udara gerah sekali. Ruwen minum lalu melihat bayangannya di air. Hah, banyak totol yang hilang! 6 Ruwen banjur nggoleki totole. Weru sing lagi liwat, aluk-aluk marang Ruwen. Nanging, Ruwen ora nggape Weru. Dheweke tetep nerusake laku. Ruwen pun mencari totolnya. Weru yang sedang melintas menyapa Ruwen. Namun, Ruwen mengabaikan Weru. Dia tetap meneruskan pencariannya. 7 Ruwen bungah nalika kepethuk kodhok gedhe. Dheweke crita yen totole ilang. Ruwen banjur njaluk totole kodhok. Ruwen senang ketika bertemu seekor katak besar. Dia bercerita jika totolnya hilang. Ruwen kemudian meminta totol si katak. 8 Kodhok ngidini. Nanging, piye carane? Ruwen uga ora weruh. Kodhok ngongkon Ruwen takon marang Weru. Katak mengizinkan. Namun, bagaimana caranya? Ruwen juga tidak tahu. Katak menyuruh Ruwen bertanya pada Weru. 9 Takon marang Weru? Ah, wegah. Ruwen isin. Totole ilang karepe dhewe, dudu amarga dolan bareng. Bertanya pada Weru? Ah, tidak mau. Ruwen malu. Totolnya hilang dengan sendirinya, bukan karena bermain bersama. 10 Ruwen nerusake laku lan kepethuk jerapah. Ruwen crita yen totole ilang, banjur njaluk totole jerapah. Ruwen melanjutkan pencarian dan bertemu jerapah. Ruwen bercerita jika totolnya hilang, kemudian meminta totol jerapah. 11 Jerapah ngidini. Nanging, piye carane? Ruwen uga ora weruh. Jerapah ngongkon Ruwen takon marang Weru. Jerapah mengizinkan. Namun, bagaimana caranya? Ruwen juga tidak tahu. Jerapah menyuruh Ruwen bertanya pada Weru. 12 Takon marang Weru? Ah, wegah. Ruwen isin. Totole ilang karepe dhewe, dudu amarga dolan bareng. Bertanya pada Weru? Ah, tidak mau. Ruwen malu. Totolnya hilang dengan sendirinya, bukan karena bermain bersama. 13 Ruwen nerusake laku. Let sedhela, dheweke mandheg. Ruwen banjur nggambar totol-totol ing gegere nganggo lemah kapur. Ruwen melanjutkan pencarian. Sebentar kemudian, dia berhenti. Ruwen lalu menggambar totol-totol di punggungnya dengan kapur. 14 Ruw en r uma ngs a b un ga h. Gege re ke bak tot ol ma ne h. Ruwe n me ras a s ena ng. Pung gun gnya pe nu h to tol la gi. 15 Dumadakan, angin tumiyup banter. Sanalika, udan deres. Ruwen teles kebes. Dheweke gage-gage ngiyup. Tiba-tiba, angin bertiup kencang. Seketika itu, hujan deras. Ruwen basah kuyup. Dia buru-buru berteduh. Ora let suwe, udane leren. Waduh, akeh totol sing ilang! Ruwen nangis nggero-nggero. Tak lama kemudian, hujan pun reda. Aduh, banyak totol yang hilang! Ruwen menangis tersedu-sedu. 16 Weru takon nyapo Ruwen nangis. Ruwen nyritakake babagan totole sing ilang. Weru kandha, totol ilang amarga kidang sansaya gedhe. Dheweke lan kidang liyane wis padha ngalami ngunu kuwi. Weru bertanya mengapa Ruwen menangis. Ruwen menceritakan perihal totolnya yang hilang.Weru menjelaskan bahwa totol bisa hilang karena rusa bertambah besar. Dia dan rusa lainnya sudah mengalami hal tersebut. Kuri dan Kuro merasa senang 17 18 Ruwen manthuk-manthuk. Pranyata, akeh ilmu sing dheweke ora weruh. Ruwen mengangguk-angguk. Ternyata, banyak ilmu yang dia tidak tahu. Sakwi se ke dade an ka sebu t, R uw en gel em sra wun g. Dhew eke s enen g do lan b ar eng ka nca -ka nca ne. Setela h keja dian t erseb ut, Ruw en mau ber gaul . Dia ja di suk a ber main bers am a t em an-t ema nny a. 19 Penulis Elisa D.S. adalah nama pena dari Elisa Dwi Susanti, seorang penulis sekaligus mentor cerita anak yang berdomisili di Gresik. Sejumlah penghargaan di bidang literasi pernah diraihnya sejak tahun 2016 hingga sekarang, yang terbaru adalah naskah cernaknya terpilih dalam Seleksi Penulisan Cerita Anak Dwibahasa Balai Bahasa Jawa Timur, Maret 2023. Puluhan antologi dan dua buku solonya telah terbit. Tulisannya berupa cerpen, cerita anak berbahasa Indonesia dan Jawa, cerita misteri berbahasa Jawa, cerita humor, resensi, serta artikel Islami tersebar di berbagai media cetak dan daring, baik nasional maupun lokal. Penulis bisa dihubungi di nomor Whatsapp 085257573359, akun Facebook Elisa Dwi Susanti, dan Instagram @elisa_ds_20. Ilustrator Apri Setiawan yang sering dipanggil Apri, merupakan seorang ilustrator asal Banyuwangi, Jawa Timur. Sebagai lulusan S-1 Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Malang yang memiliki minat dalam bidang ilustrasi dan desain tematik mulai masa kanak-kanak. Karena apresiasi sekitar yang begitu suportif dan positif pada karya yang telah dibuat, menjadikan proses pengembangan minat tersebut berjalan hingga sekarang. Pengembangan minat diantaranya adalah dengan berperan aktif pada berbagai pameran, kompetisi, maupun proyek dari tahun ke tahun, baik skala regional hingga internasional. IG: @apriciation, Pos-El: [email protected]. BIONARASI 20
18_RUWEN_KELANGAN_TOTOL
Ki s ah Keraj aan Pas mah Bagi an 1 Seri Antologi Fabel Nusantara KKLP Pengembangan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Pengumpul Data: Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk. Si apakah Capi nt ah? Dan apa hubungannya dengan Keraj aan Pasmah? I kut i perj al annya dal am buku i ni . Seri Antologi Fabel Nusantara Kisah Kerajaan Pasmah Bagian 1 Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara pa­ling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana de­ngan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). Penerbit PT Elex Media Komputindo KKLP Pengembangan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Seri Antologi Fabel Nusantara Kisah Kerajaan Pasmah Bagian 1 Pengumpul Data: Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk. Kisah KerajaanPasmah Bagian 1 Seri Antologi Fabel Nusantara Kerja sama PT Elex Media Komputindo dan KKLP Pengembangan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi : Sastri Sunarti Leni Mainora Rosliani Farah Pengumpul Data: Atisah, Desi Nurul Anggraini, Helmi Fuad, Ibrahim Sembiring, Irawan Syahdi, Leni Mainora, Muawal Panji Handoko, Nurelide Munthe, Nurhaida, Suyadi, Syahril, Riki Fernando, Tri Amanat, Yuli Astuti Asnel, dan Zahriati Ilustrasi : Shafiranisa Putri Gunawan Desain Cover : Veronica Layout : Nadya Junita Hak Cipta Terjemahan Indonesia ©2021 Penerbit PT Elex Media Komputindo Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Diterbitkan pertama kali oleh: Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia-Jakarta Anggota IKAPI, Jakarta Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. Dicetak oleh Percetakan PT GRAMEDIA, Jakarta Isi di luar tanggung jawab percetakan Jilid Lengkap 978-623-00-3054-3 523006915 ISBN: 978-623-00-3055-0 Cerita Kerajaan Pasmah.............................................................2 Cerita Pasmah Tinggi (Pulau Tengah)..................................5 Cerita Capintah Diculik oleh Hulubalang Pasmah Rendah....................................................................11 Cerita Capintah Diasuh oleh Hulubalang.........................15 Cerita Capintah Kawin dengan Anak Hulubalang........19 Cerita Capintah Pulang Ke Pasmah Tinggi......................21 Cerita Capintah Tiba di Pasmah Tinggi............................25 2 K erajaan Pasmah ada dua, yaitu Pasmah Rendah dan Pasmah Tinggi. Kerajaan Pasmah Rendah adalah Kerajaan Harimau, ke­rajaan Pasmah Tinggi adalah Pulau Tengah. Yang memberi nama ini adalah Kerajaan Pasmah Rendah (Harimau). Pulau Tengah dinamakannya Pasmah Tinggi karena dia menganggap manusia biasa lebih tinggi derajatnya daripada Harimau atau Pasmah Rendah. Ditambah lagi dia menganggap letak Pulau Tengah atau Pasmah Tinggi sangatlah strategis, kolam renangnya yang indah yaitu Danau Kerinci serta taman pemandiannya yang cantik sekali di Gunung Raya yaitu Pancuran Aro dan Pancuran Gading. 1 Diceritakan kembali oleh Ali Surakhman 3 Dikisahkan tentang kerajaan Pasmah Rendah, yaitu negeri Harimau. Di sana, makhluk Harimau hidup seperti manusia biasa, berlainan sedikit dengan manusia biasa dari segi bentuknya, bentuk orang di sana sangat mengerikan, jarang ada berbentuk kita manusia biasa. Pokoknya kalau manusia biasa melihatnya sangatlah mena­ kut­­kan, wajahnya beragam bentuk seram sekali. Kerajaan Pasmah Rendah dikepalai oleh seorang raja yang selalu duduk di singgasana, dia tidak bisa berpindah tempat, makan minum diantar oleh dayang-dayang. Dia tidak bisa berpindah tempat karena tali pusarnya ditanam di bumi. Kalau 4 tidak demikian dia akan merajalela menghantam apa saja keinginannya. Jauh atau dekat orang berbicara, baik atau buruk didengarnya, walau sang raja demikian halnya namun rakyatnya sa­ ngat­lah patuh. Penghidupan di sana sangatlah sejahtera. Mata pencahariannya adalah bertani, ber­buru merupakan mata pencaharian yang per­­tama, kalau sang raja murka seisi penduduk Pasmah Rendah tidak dapat mengeluarkan suara, semuanya tunduk, apalagi sang Raja memekik murka, suara pekikannya penuh serimba bertalu kesegenap Pasmah Rendah. Pada suatu hari sang Raja sangatlah berselera untuk ingin menyantap hati jantung manusia, maka Sang Raja memerintahkan hulubalang­ nya pergi ke Pasmah Tinggi mencari hati jantung manusia. Hulubalang sangatlah patuh kepada raja­­nya. 5 D i Pasmah Tinggi ini rakyat rukun damai berkat pemimpinnya orang arif bijaksana, hasil sawah ladang hidup ternak menjadi sumber kehidupan. Ketika memandang ke Gunung Semembang dan Gunung Raya, tampak lahan per­ tanian yang sangat luas. Di kaki gunung tanah yang dibuka cukup luas pula, sumber pengairan sangat banyak yang bersumber dari mata air gunung, memandang jauh ke bawah terbentang Danau Kerinci, tempat rakyat berusaha menangkap ikan dan begitu pula di sungai-sungai ikan-ikan masih jinak. Sungai jernih berbatu berkerikil serta pa­ sir­nya yang berkilauan bak butir intan mutiara ditaburkan yang kuasa di sana. Pintar sekali nenek moyang Pulau Tengah mencari tempat hidup anak cucunya mendatang. 7 Di negeri ini dikisahkan pula seorang bocah laki-laki yang sangat cekatan, tumbuh badannya subur serta bentuk badannya besar tinggi, nama bocah ini adalah Capintah. Capintah sangatlah lasak, saban hari asik saja bermain dengan ke­ sukaannya sendiri, pendidikan pada masa ini belumlah ada. Kalau di sawah Capintah asik saja mengejar belalang sampai waktu senja, sampai lupa pula dia dengan makan. Pada suatu hari Capintah mengikuti ayah dan ibunya ke lokasi penerukaan sawah yang ber­ tempat di Talang Kabu sebelah Barat Daya Desa Pulau Tengah sekarang. Setiba di areal peneru­ kaan tersebut, ayah dan ibunya sibuk bekerja menerukan sawah, Capintah sibuk pula dengan pekerjaannya mengejar belalang hilir mudik, sampai waktu senja. Berkali-kali ayah dan ibunya memanggil dia agar berhenti mengejar belalang, tapi ajakan ayah dan ibunya tidak dipedulikannya. Hari sudah senja Capintah belum juga kembali ke gubuk penginapan mereka di Talang Kabu. Ayah dan ibunya memanggil Capintah lagi karena hari sudah mulai gelap, tapi Capintah tidak ada, sudah jauh sekali dia bermain rupanya. Sampai malam ayah dan ibunya mencari dia. Capintah tidak ada, Capintah sudah hilang. 9 Esok harinya dilaporkan kepada seluruh keluarga minta tolong mencari Capintah, setelah dicari sehari suntuk, ternyata Capintah tidak diketemukan. Dilaporkan lagi kepada pemerin­ tahan desa untuk mencarinya, tabuh-tabuh larangan gegap gempita dibunyikan oleh hulu­ balang kampong, tak lupa gong terguang dibunyi­ kan pula. Seluruh isi kampung semua keluar bergotong-royong mencari orang hilang. Orang yang hilang sudah dicari sampai tiga hari dan tak juga didapat, bahkan orang yang mencari pun sudah kepayahan, maka putuslah mufakat pencaharian orang hilang dihentikan. Capintah hilang tak tentu arah, orang tuanya menyatakan anaknya sudah mati dimakan binatang buas. Orang tuanya menyedekahkannya sampai tiga malam, mendoakan agar anaknya selamat di alam barzah. Mereka berdoa dengan cara berdoa yang sesuai dengan waktu itu atau sebelum lslam masuk ke Pulau Tengah. 11 H ulubalang Pasmah Rendah memutuskan hasratnya buat memenuhi selera rajanya untuk pergi ke Pasmah Tinggi, sungguh jauh perjalanan ke Pasmah Tinggi, tetapi demi ke­ patuhannya memenuhi perintah rajanya, ia tak terasa payah dan letih menempuh perjalanan jauh itu. Pada waktu senja, ia sampai di Pasmah Tinggi. Secara kebetulan Pasmah Tinggi yang ia tuju adalah areal penerukaan sawah Ayah Capintah di Talang Kabu. Bocah laki-laki itu ditemui dalam keadaan telanjang bulat hilir mudik mengejar belalang. Dengan tangkas, Hulubalang itu menangkap bocah itu. Capintah langsung dibawa pergi tanpa memikir rintangan apapun di perjalanan. Hulubalang gembira sekali, karena perintah Raja­ nya dapat dipenuhi. Kalau si Bocah itu lapar di 12 perjalanan, dicarinya buah-buahan hutan untuk diberikan kepada bocah itu. Di tengah perjalanan dia beristirahat, sambil melihat kepada Bocah itu, ganteng sekali bentuk tubuhnya kata hati si Hulubalang itu. Timbullah rasa kasihan si Hulubalang itu kepada si Bocah, lebih baik bocah ini saya pelihara, rugi kalau bocah ini menjadi santapan enak raja. Timbul akalnya untuk menyelamatkan Bocah itu, “Lebih baik hati jantung manusia saya ganti saja. Saya tukar dengan jantung pisang hutan, yaitu jantung pisang elang, biar raja kepahitan memakannya.” Jantung pisang elang sudah didapatinya, di­ bungkusnya dengan dedaunan untuk disuguhnya kepada rajanya. Sudah dekat Hulubalang yang membawa bocah Capintah itu ke negeri Pasmah Rendah, sudah kedengaran suara hiruk pikuk suara orang Pasmah Rendah bersiap menanti kedatangan si Hulubalang itu. Hulubalang itu memutuskan untuk menyembunyikan si Bocah Capintah itu di rumahnya sendiri dengan melewati jalan sembunyi. Setelah si Bocah disembunyikan di rumahnya yang dijaga baik oleh istrinya, Hulubalang pergi lagi membawa hati jantung manusia palsu itu dengan melewati pintu gerbang Pasmah Rendah. Rakyat Pasmah Rendah berjejer menyambut kedatangan Hulubalang membawa hati jantung 14 manusia itu, disertai sorak sorai sambil berkata, “Harum sekali hati jantung manusia.” Bahkan ada di antara mereka yang meleleh air liurnya, menahan selera mencium bawaan Hulubalang itu. Raja yang menunggu di kursi singgasana tak tahan lagi menahan seleranya ingin segera menyantap bawaan Hulubalang itu. Badan sang raja bersimbah peluh, air liurnya leleh tak terkata. Raja tertawa terbahak-bahak, “Harum sekali hati jantung manusia, beri segera kepadaku.” Setibanya Hulubalang di hadapan Raja, hati jan­ tung manusia palsu itu dipersembahkan kepada Raja. Dengan selera yang meluap, ia menyantap bawaan hulubalang itu. Apa yang terjadi, si Raja itu muntah-muntah dan berkeringat dingin kepahit­ an menyantap hati jantung manusia palsu. Karena kepahitan, Raja berteriak dengan suara keras dengan berkata, “Hati jantung manusia sangat pahit, harumnya bukan main tapi rasanya pahit. Jangan dimakan! Hati jantung manusia itu tidak enak.” Pekikan sang Raja itu didengar oleh seluruh rakyatnya. Mendengar pekikan keluhan Raja itu, semua orang lari meninggalkan istana Rajanya itu. Tadi halaman istana Raja ramai dipenuhi oleh rakyatnya, sekarang kebalikannya halaman istana sepi mereka takut dengan murka Rajanya. 15 T ipu muslihat si Hulubalang menipu Rajanya berhasil dengan baik serta sangat rahasia demi membela si Bocah Capintah dari kor­ ban keganasan selera rajanya. Setelah peristiwa memakan hati jantung manusia palsu dari hulu balang itu kesehatan badannya mulai menurun. Dia sudah bersumpah tidak mau lagi memakan hati jantung manusia, kini roda pemerintahan Pasmah Rendah dipegang oleh Hulubalang yang sangat disegani serta ditakuti oleh rakyat Pasmah Rendah. Bertahun pula Capintah dipingitnya tidak boleh kemana-mana, bermain saja dengan Put­ ri Hulubalang yang kebetulan sebaya dengan 16 Capintah. Capintah tiada lagi teringat kepada ayah dan ibunya di Pasmah Tinggi, makan minumnya sudah cocok dengan orang Pasmah Rendah. pokoknya dia sudah beradaptasi dengan lingkungan di sana. Rakyat Pasmah Rendah menjadi ragu mengapa anak Hulubalang tidak pernah nampak lagi keluar ru­mah bermain-main, apakah sudah mati atau di mana. Sering pula mereka mendengar suara asing di rumah Hulubalang itu, jika anaknya sudah mati mengapa ada kedengaran seorang Anak ber­­main di rumah. Rakyat Pasmah rendah takut bersuara. Mereka takut si Hulubalang itu lebih galak daripada Rajanya yang pemarah. Kalau Raja marah mereka tidak begitu takut, meski marah, Raja hanya di tempat saja karena dia tidak dapat berpidah tempat. Akan tapi kalau Hulubalang marah, ia tidak pandang bulu. Siapa saja tetap ditindaknya dengan kekerasan. Itulah sebabnya penduduk Pasmah Rendah sangat takut sekali kepada si Hulubalang itu. Bertahun-tahun Capintah dikurung di rumah akhirnya lepas juga, kini Capintah sudah mulai keluar rumah. Rakyat Pasmah Rendah hanya melihat saja. Rakyat Pasmah Rendah semuanya heran melihat Capintah, bentuk tubuhnya yang sempurna, bagus lagi ganteng. Dalam hati rakyat 17 Pasmah Rendah, Hulubalang memelihara anak manusia, tapi mau dikata oleh mereka, lihat saja bagaimana kesudahannya. Bentuk tubuh Capintah jauh berbeda dengan bentuk tubuh orang di sana. Di sinilah Capintah melihat penduduk di­ sana berbagai ragam bentuk wajahnya bentuk wajahnya tiada yang sempurna. Walau demikian penglihatan Capintah melihat bentuk-bentuk mereka, Capintah tidak takut, karena sudah ter­ lampau lama dia hidup di sana, dari kecil sampai dewasa. 19 C apintah sekarang sudah bujang, putri Hulu­balang sudah gadis pula, tentulah pe­ ra­­­saan hatinya semakin berubah pula. Pe­ rasaan cinta sudah tertanam pada kedua remaja itu, semakin hari semakin menjadi. Maksud Hulu­ balang memelihara Capintah itu tak lain dan tak bukan untuk dijadikan menantu. Pergaulan mereka berdua sudah berubah menjadi pergaulan muda-mudi, mereka pun sudah memasuki usia pantas untuk menikah. Situasi kedua remaja ini sudah diketahui oleh Hulubalang dan istrinya, putuslah sudah mu­pakat kedua remaja ini akan dikawinkan oleh hulu­ balang. Semua rakyat di negeri Pasmah Rendah pun diberi tahu. Acara perkawinan dise­leng­ga­ 20 rakan dengan semeriah mungkin menurut tradisi di sana. Selama acara perkawinan puteri hulu balang itu, semu rakyat berkumpul di rumah hulubalang. Masing-masing mereka bagi tenaga. Mereka semua sibuk dengan tugasnya masing- masing apa sesuai dengan yang telah ditentukan. Kaum pemuda yang tangkas berburu, pergi berburu mencari lauk pauknya. Acara pesta sudah usai, masing-masing rakyat sudah kembali ke tempat mereka. Pengantin kini sudah mulai giat berusaha mencari nafkah untuk kebutuhan hidupnya dan kebutuhan masa depannya. Sehari dua hari berbilang minggu terhitung pula dari bulan ke bulan masa per­ kawinan Capintah dengan Putri Hulubalang itu, sekarang sudah lima bulan pula kehamilan istri Capintah itu. Kira-kira beberapa bulan lagi Capintah akan menjadi Ayah Uhabao (bapak orang), tapi Ayah dan Bundanya di Pasmah Tinggi tidak tahu dengan keadaan ini. Jelasnya Ayah dan Bundanya di Pasmah Tinggi akan menjadi seorang Nenek bercucu keturunan harimau. 21 U sia kehamilan istri Capintah sudah genap lima bulan, keadaan Capintah mulai beru­ bah. Dia sudah banyak termenung. Mengapa dia banyak termenung? Dia sudah teringat kam­pung halamannya, teringat dengan kedua ibu bapaknya yang sudah lama ditinggalkan­ nya, entah masih hidup atau sudah mati. Sudah belasan tahun dia menghilang dari pangkuan ayah bundanya di Pasmah Tinggi, sudah terbayang olehnya kesedihan ayah bundanya kehilangan dia. Pendek kata, keinginannya untuk pulang ke Pasmah Tinggi tidak dapat ditahannya lagi, setinggi-tinggi terbang bangau pasti dia teringat dengan kubangan, selera makan minumnya sudah menurun. 22 Keadaan Capintah ini diketahui oleh mer­ tuanya, mertuanya memberanikan diri menanya­ kan menantunya. Ditebak langsung saja oleh mertuanya dengan pertanyaan, “Kami lihat Capintah tidak gembira lagi, selalu banyak ter­ menung. Selera makan minum sudah menurun tampaknya. Apakah Capintah sudah teringat dengan ayah bunda di Pasmah Tinggi?” Capintah menjawab pertanyaan mertuanya tanpa malu. Capintah menjawab “Ya”. Pertanyaan mer­tua­nya tepat sekali. “Saya pun maklum dengan keadaan ini. Me­nurut rencana saya, setelah anakmu lahir, saya akan antar engkau tiga beranak mengunjungi orang­ tuamu. Sekarang rupanya keinginan­mu sudah tidak tahan lagi. Rencana saya, saya batal­­kan, terpaksa saya izinkan engkau ke Pasmah Tinggi, tetapi engkau sendiri saja tidak perlu membawa istrimu. Biar saya saja yang mengantarmu. Tetapi ada syaratnya, engkau harus kembali ke Pasmah Rendah sebelum istri engkau melahirkan. kalau tidak tepat pada waktunya engkau akan didenda menurut adat yang berlaku di sini. Pokoknya engkau harus mematuhi peraturan ini, kalau engkau melanggar, baik dan buruknya ditanggung oleh dirimu dan seluruh Pasmah Tinggi. 23 Capintah menerima peraturan yang disampai­ kan oleh mertuanya, putuslah sudah mufakat Capintah akan kembali ke Pasmah Tinggi hanya sekadar beberapa bulan menjelang istrinya mela­ hir­kan. Istrinya pun mengizinkan dengan hati tulus ikhlas. Tepat pada waktu yang ditentukan, Ca­pin­tah kembali ke Pasmah Tinggi diantar oleh mertuanya. Namun, mertuanya mengantar Capintah hingga sampai pintu pagar saja. 25 D alam perjalanan pulang banyaklah penga­ laman yang dilihat dan dirasakan oleh Capin­ tah. Waktu dibawa dulu, tak jelas apa yang dilihat dan didengarnya. Maklumlah, pertama dia masih kecil. Kedua, dia diculik dan penglihatan dan pendengarannya sengaja ditutup. Soal makan di perjalanan pun Capintah tak menghiraukan, karena sudah terbiasa hidup di negeri lain dari yang lain itu. Di tengah perjalanan, bertemulah mereka dengan sungai, sungai yang bermuara bercabang tiga. Di sini mertuanya mengajak Capintah ber­ henti. Dalam masa istirahat ini mertuanya bercerita, “Wahai Capintah, kalau bagi kami makhluk Pasmah Rendah kalau ingin menyerupai manusia biasa haruslah melayangi ibu sungai ini. Tetapi 26 kalau ingin menyerupai Harimau, layangilah ketiga anak sungai itu. Sebaliknya kalau ingin kembali ke Pasmah Rendah, wajib melayangi ibu sungai ini supaya tetap seperti orang di Pasmah Rendah itu. Kalau pulang ke Pasmah Rendah tapi tidak mengubah badan menjadi manusia, dia didenda menurut peraturan di Pasmah Rendah. Bagi penduduk di Pasmah Tinggi tak masalah jika tidak ada perubahan. Nah! Ini berlaku bagi anak keturunanmu yang pasti sebagai manusia penduduk Pasmah Rendah. Hanya saja bagi penduduk Pasmah Rendah atau Pasmah Tinggi setelah melayangi sungai ini sebentar saja, dalam perjalanan sudah sampai ke tempat tujuan. Inilah yang dapat saya sampaikan. Marilah kita segera berjalan, karena hari sudah mulai malam.” Sebentar saja rasanya Capintah dan mertuanya berjalan, mertuanya memberitahu kalau mereka sudah sampai. “Saya di sini saja menemanimu, itu rumah ayah dan ibumu, aku akan pulang ke Pasmah Rendah. Jangan beritahu kepada siapa saja aku mengantarmu. lngat pesan terakhirku, pegang teguh perjanjian, jangan dilanggar. Kalau engkau langgar, engkau akan terutang sesuai dengan adat Pasmah Rendah. 28 Sampai di depan rumah ayah dan ibunya di Talang Kabu, ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia yakin bahwa tak salah lagi, inilah rumah ayah dan ibunya.
18_Kisah_Kerajaan_Pasmah_Bagian_1
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Ajar Gawe Anyaman Belajar Menganyam Penulis Endang Saptarina Penelaah FX. Dono Sunardi Penanggung Jawab Umi Kulsum Tim Penyunting Koordinator: Awaludin Rusiandi Khoiru Ummatin Dalwiningsih Amin Mulyanto Ilustrasi & Desain Sampul Apri Setiawan Tata Letak FA Indonesia Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117 Telepon (031) 5925972 Cetakan pertama, Oktober 2023 ISBN: 978-623-112-777-8 Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR C erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak, khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila. Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur, seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai- nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan kayanya unsur-unsur lokal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi, penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya ini. Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Surabaya, 1 Oktober 2023 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. iv DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Ajar Gawe Anyaman Belajar Menganyam Biodata Penulis Biodata Ilustrator iii iv 1 20 20 1 Esuk kuwi, Sheila lan Dika menyang daleme eyange. Bocah sakloron diterne Pak Yadi, sopire. Pagi itu, Sheila dan Dika pergi ke rumah kakek. Keduanya diantar Pak Yadi, sopir mereka. “Assalamualaikum, Uti, Akung.” “Waalaikumsalam. Alhamdulillah. Putuku wis tekan kene kanthi slamet” “Assalamualaikum, Nek, Kek.” “Waalaikumsalam. Alhamdulillah. Cucuku sudah sampai dengan selamat.” 2 “Niku napa ta, Uti? Kok kathah sanget. Kenging napa disalap mriki?” “Apa itu, Nek? Kok banyak sekali. Mengapa ditaruh di sini?” 3 4 “Oh, iki kabeh kanggo sulapan.Saka wilahan pring iki mengko disulap. Prok…prok…prok dadi apa?” “Oh, ini semua untuk sulap. Bilah-bilah bambu ini nanti kita sulap. Prok…prok…prok jadi apa?” 5 Akung lan Uti nerusake ngesok kangene marang putune sakloron. Sabanjure, Eyang Uti ngejak putune mlebu omah kareben ngaso. Kakek dan Nenek meneruskan melepas rindu pada kedua cucu mereka. Selanjutnya, Nenek mengajak cucunya masuk rumah untuk istirahat 6 Wayah sore, ing daleme Eyang akeh bocah padha nganyam wilahan pring. Sheila lan Dika gumun nyawang kabeh mau. Sore harinya, di rumah Kakek banyak anak menganyam bilah bambu. Sheila dan Dika heran melihat semua itu. 7 Dika lan Sheila banjur kenalan karo bocah-bocah kuwi. Toni, bocah paling gedhe nyalami Dika lan Sheila. Bocah-bocah liyane uga gentenan nyalami Dika lan Sheila. Dika dan Sheila lalu berkenalan dengan anak-anak itu. Toni, anak yang paling besar menyalami Dika dan Sheila. Anak-anak yang lain juga bergantian menyalami Dika dan Sheila. 8 “Lha, iki sing diarani sulapan mau, Dika. Bocah- bocah iki pinter banget nyulap.Wilahan pring isa disulap dadi maneka warna barang.” “Wow, elok tenan niki, Kung. Kula lan Sheila purun diwarahi, Kung.” “Nah, ini yang dimaksud dengan sulap tadi, Dika. Anak-anak ini pandai sekali main sulap. Bilah bambu bisa disulap menjadi aneka ragam benda.” “Wow, luar biasa, Kek. Mau dong saya dan Sheila diajari.” 9 “Kene takwarahi. Kanggo sepisanan nggawe sing gampang dhisik, ya, Dik Dika. Nggawe tepas wae” “Iya, Mas Toni. Aku warahana sing gampang- gampang dhisik.” “Sini aku ajari. Pemula membuat yang mudah dulu, ya, Dik Dika. Buat kipas saja.” “Iya, Mas Toni. Ajari aku yang mudah-mudah dulu.” 10 Toni kanthi sabar ngajari Dika lan Sheila nggawe tepas. Dika lan Sheila kanthi tenanan nggatekna pituduh saka Toni. Toni dengan sabar mengajari Dika dan Sheila membuat kipas. Dika dan Sheila memperhatikan petunjuk dari Toni dengan sungguh-sungguh. 11 “Hore, aku kasil nggawe tepas! Matur nuwun, Mas Toni.” “Padha. Aku ya isa. Matu nuwun, Mas Toni.” “Hore, aku berhasil membuat kipas! Terima kasih, Mas Toni.” “Sama. Aku juga bisa. Terima kasih, Mas Toni.” 12 Wayahe wis meh maghrib. Toni lan bocah-bocah liyane pamit arep mulih. Bocah-bocah kuwi janji sesuk-sesuk arep mrene maneh. Waktu sudah menjelang maghrib. Toni dan anak-anak lain pamit mau pulang. Mereka berjanji akan ke sini lagi. 13 Liya dina, Dika karo Sheila diwarahi nggawe besek. Besek kuwi wadhah panganan saka anyaman pring. Esok harinya, Dika dan Sheila diajari membuat besek. Besek adalah wadah makanan dari anyaman bilah bambu. 14 “Bocah-bocah, nggawea besek sing akeh, ya. Gawe wadhah berkat. Sesuk sore Uti arep bancakan.” “O, inggih, Uti.” “Anak-anak, buat besek yang banyak, ya untuk wadah makanan. Besok sore Nenek mau mengadakan kenduri.” “O, iya, Nek.” 15 Sesuk sorene, bocah-bocah Desa Kebomlati diulemi bancakan. Sakwise didongani, berkate dipangan bebarengan. Besok sorenya, anak-anak Desa Kebomlati diundang menghadiri kenduri. Setelah berdoa bersama, nasi kenduri dimakan bersama-sama. 16 “Wah, berkat sing diwadhahi besek rasane luwih sedep. Beda rasane karo yen diwadhah plastik.” “Wah, nasi kenduri yang diwadahi besek terasa lebih sedap. Beda rasanya dengan yang diwadahi plastik.” 17 “Ora mung kuwi, Shel. Besek iki uga gampang ajur nang njero lemah. Beda karo plastik sing awet ora bisa ajur.” “Oh, mula kuwi larahan plasti iki isa gawe rusaking bumi, ya, Mas Toni.” “Tidak hanya itu saja, Shel. Besek ini juga gampang diurai di dalam tanah. Besek berbeda dengan plastik yang awet sehingga tidak bisa diurai.” “Oh, makanya sampah plastik bisa merusak bumi, ya, Mas Toni.” 18 “Bener banget. Mula larahan plastik kudu disuda. Supaya bumine ora rusak. Ben bumine tetep subur. Bisa kanggo panguripan saklawase.” “Betul sekali. Oleh karena itu, sampah plastik harus dikurangi. Supaya bumi kita tidak rusak. Biar bumi tetap subur. Bisa untuk kehidupan selamanya.” 19 Sheila lan Dika janji ing njero ati. Janji bakal melu nylametake bumi. Carane kanthi nyuda nggunakake barang saka plastik. Sheila dan Dika berjanji dalam hati. Janji akan ikut menyelamatkan bumi. Caranya adalah dengan mengurangi penggunaan barang dari plastik. Penulis Endang Saptarina, lahir di Tuban, 28 November 1967. Ibu berputra satu ini telah menerbitkan 10 buku, yaitu 2 buku karya sendiri dan 8 buku antologi. Buku bacaan untuk anak usia Sekolah Dasar dan sederajat yang pernah diterbitkan, antara lain: Buku bacaan pengayaan (non fiksi) berjudul Kemangi Obat Mujarab Rasa Sedap (2019) dan buku kumpulan cerpen (fiksi) Melukis Bianglala Siswa (2020). Buku antologi yang pernah diterbitkan: antologi kisah sebagai guru berjudul Pelangi Sukses PBG (2019), antologi cerpen Lelakon Atmajaya (2020), antologi puisi Kerakap Tumbuh di Batu-Batu (2021), antologi cerpen dan puisi karya guru dan murid SDN Sokosari I Tuban Membidik Prestasi Melalui Literasi (2020), antologi esai Hari Ibu Perempuan-Perempuan Pemintal Benang Kehidupan (2021), antologi geguritan Gita ing Pesisir Kutha Tuwa (2021), antologi cerpen Bahasa Jawa Gelang Tali Lawe (2021), antologi kisah resolusi Membidik Waktu Menapak Jalan (2022). Prestasi: juara I tingkat Provinsi Jawa Timur sayembara menulis buku pengayaan (2005). Fb: Endang Saptarina. Ilustrator Apri Setiawan yang sering dipanggil Apri, merupakan seorang ilustrator asal Banyuwangi, Jawa Timur. Dia adalah lulusan S-1 Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Malang yang memiliki minat dalam bidang ilustrasi dan desain tematik mulai masa kanak-kanak. Karena apresiasi sekitar yang begitu suportif dan positif pada karya yang telah dibuat, menjadikan proses pengembangan minat tersebut berjalan hingga sekarang. Pengembangan minat diantaranya adalah dengan berperan aktif pada berbagai pameran, kompetisi, maupun proyek dari tahun ke tahun, baik skala regional hingga internasional. IG: @apriciation, E-mail: [email protected]. BIONARASI 20
19_AJAR_GAWE_ANYAMAN
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021 Wiyana ii TANGIS BURUNG EMPRIT JAWA Penulis: Drs. Wiyana, M.Pd. Penyunting: Riani Ilustrator: Mulyantara Penerbit: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224 Telepon: (024) 562070; Faksimile: (0274) 580667 Cetakan Pertama, November 2021 iv + 8 hlm., 15 x 23 cm. ISBN: 978-623-5677-30-9 Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi buku ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit. Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis. iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui warga dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah RI pun melaksanakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di seluruh provinsi di Indonesia dalam rangka untuk menekan penyebaran virus yang sangat mematikan itu. Kebijakan Pemerintah tersebut tentu memiliki dampak yang sangat signifikan di berbagai sektor. Karena kebahasaan dan kesastraan masuk dalam sektor nonesensial, praktis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebahasaan dan kesastraan tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya secara langsung, bersemuka. Namun, karena proses kreatif dan upaya pencerdasan bangsa melalui bahasa dan sastra harus tetap berlangsung, berbagai kegiatan itu pun dapat dilaksanakan secara daring. Meskipun hasilnya--mungkin--tidak maksimal, berbagai program dan kegiatan yang telah dirancang oleh Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat memenuhi target- target yang telah ditetapkan, termasuk target 42 karya sastra Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penerbitan hasil penerjemahan dari sastra Jawa ini--yang telah melewati proses panjang--merupakan bukti nyata bahwa situasi pandemi tidak menghalangi kami dalam memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa melalui kebahasaan dan kesastraan. Penerbitan hasil penerjemahan ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dalam program besar Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Pemerintah. Melalui penerbitan penerjemahan karya sastra Jawa ini pula diharapkan bisa menghilangkan kendala kebahasaan bagi masyarakat penutur nonbahasa Jawa untuk bisa menikmati dan mengambil manfaatnya. iv Hadirnya buku penerjemahan ini melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kata pengantar singkat ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada sastrawan/penulis (asli) dalam bahasa Jawa. Demikian pula kami mengucapkan terima kasih kepada penerjemah yang telah menerjemahkan karya sastra Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Penghargaan juga kami berikan kepada para penyunting yang telah menyelaraskan hasil terjemahan sesuai dengan kaidah baku bahasa Indonesia. Tentu saja, kepada panitia/tim terjemahan dan penerbit kami ucapkan terima kasih yang tiada bertepi. Semoga buku terjemahan ini bisa menjadi ajang dialog dan tegur sapa antarbudaya di Indonesia dan menambah kekayaan khazanah bahan bacaan literasi yang bermutu. Selamat membaca! Yogyakarta, 10 September 2021 Kepala, Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum. NIP 196605201991031004 1 Tangis Burung Emprit Jawa P ak Jayadi membeli sebidang tanah seluas 500 meter di depan rumahnya. Kemudian, di tanah tersebut didirikan bangunan rumah bertingkat. Rumah itu berlantai dua, bentuknya menyerupai huruf “U” menghadap ke barat. Dari dahulu hingga sekarang Yogyakarta terkenal dengan berbagai julukan. Apa saja julukannya? Yogyakarta terkenal dengan julukan kota pelajar, kota budaya, kota gudeg, dan kota sepeda. Pak Jayadi dan Bu Tiwi, istrinya, sepakat untuk mendukung julukan Yogyakarta sebagai kota pelajar. Oleh karena itu, Pak Jayadi didukung istrinya membangun rumah berkamar-kamar di sebelah utara Jogja Ekspo Center. Bangunan digunakan sebagai tempat indekos atau pemondokan para mahasiswa yang datang dari berbagai penjuru Nusantara. Pada lantai satu terdapat dua belas kamar, pada lantai dua juga terdapat dua belas kamar. Jadi, seluruhnya berjumlah dua puluh empat kamar. “Mas, bagaimana kalau di halaman tengah itu ditanami pohon perindang?” kata Bu Tiwi kepada Pak Jayadi yang sedang duduk di teras sambil memandang bangunan baru itu. “Ide yang bagus, oke-oke! Tanaman apa sebaiknya?” tanya Pak Jayadi penuh semangat. “Bagaimana kalau pohon beringin?” tawar Bu Tiwi. “Pohon beringin seperti di Alun Alun Selatan yang menjadi tujuan wisatawan!” Pak Jayadi menegaskan. “Ya, ya, betul!” Bu Tiwi menyahut sambil tertawa. 2 3 Pada hari Minggu pagi yang cerah Pak Marjan, tetangga yang biasa membantu, membeli tanaman beringin di pusat tanaman dekat kebun binatang Gembiraloka dan menanamnya. Hari berganti hari, semakin tampak pertumbuhan pohon beringin hingga mulai tinggi bercabang, beranting, dan rimbun. Tentu saja, pertumbuhan pohon beringin pesat karena sebelum ditanami dalam lubang sudah diberi media yang dapat menyuburkan tanaman. Suatu siang ada sepasang burung emprit jawa beterbangan mengitari pohon beringin itu. Tak berapa lama kemudian, mereka hinggap di dahan. Sepertinya, burung itu melakukan pengamatan untuk memastikan pantas tidaknya pohon itu menjadi tempat tinggalnya. Pada hari kedua, pagi-pagi sekali sepasang emprit jawa itu datang kembali dengan membawa rumput kering di paruhnya. Mereka masuk di kerimbunan dahan, lalu terbang lagi. Mereka datang lagi membawa rumput kering lagi, begitu seterusnya. Ternyata, emprit jawa itu membuat sarang. Sedikit demi sedikit akan menjadi bukit. Demikian pula rumput kering yang disusun sedemikian rupa, lama kelamaan menjadi sarang berbentuk bundar seperti lampion. Walaupun tinggi pohon beringin itu baru lima meter, burung emprit jawa itu berani memilih tempat untuk sarangnya, yaitu tepat dua meter di atas pintu pagar indekos. Mereka tidak takut dengan lalu-lalang, keluar-masuk, para mahasiswa berbagai perguruan tinggi yang mulai banyak menghuni tempat itu. Emprit jawa tidak takut dan khawatir kalau-kalau diganggu keberadaannya. Tak lama berselang, si emprit jawa betina mulailah bertelur. “Cuit...cuit...cuit...cuit...” riuh suara anak-anak emprit jawa yang telah menetas. Mereka meminta jatah makan dan minum dari ibu dan bapaknya. Kian hari suara cicit cuit, cicit cuit makin terdengar lantang yang menandakan anak-anak emprit jawa makin beranjak besar. Pada suatu hari mereka mulai dilatih untuk terbang di sekitar pohon 4 beringin. Pada hari kedua, keenam anaknya terbang tinggi ke arah timur mengikuti induknya. Emprit jawa terbang menuju persawahan yang padinya sedang menguning. Persawahan itu tidak jauh dari pohon beringin tempat mereka tinggal. Suasana di kompleks indekos makin asri, teduh, sejuk, segar, damai, dan tenang karena pohon beringin kian rimbun dan rindang. Tentu saja, suasana ini didukung hiasan suara cicit cuitnya emprit jawa yang tiada henti. Suaranya bagaikan paduan suara diiringi orkestra, terutama kala pagi dan sore. Emprit jawa pada awalnya hanya sepasang dan sekarang sudah bertambah enam. Kini, mereka makin beranak-pinak mencapai tiga puluhan ekor. Cicit cuit mereka makin riuh pada pagi hari sebagai pertanda bagi mahasiswa yang tinggal di sana untuk segera bangun dan menyambut hari baru dengan semangat baru. Emprit jawa dan para mahasiswa hidup berdampingan dengan suasana aman dan damai, tidak ada yang mengganggu dan terganggu. Sungguh nyaman dan tenteram suasana di sana. 5 Pada hari Sabtu siang, bulan April, muncullah mendung tebal di atas langit. Yogyakarta pun tampak gelap. Tidak berselang lama, hujan turun dengan derasnya dan disertai badai sangat kencang. Para mahasiswa yang sedang belajar atau tiduran segera beranjak. Mereka lalu berdiri mengamati dari pintu kamar masing-masing. Mereka berjaga-jaga untuk kemungkinan bila terjadi suatu bahaya yang diakibatkan oleh hujan dan badai tersebut. Dahan dan ranting beringin bergelayutan seperti penari menari meliuk-liuk, sangat mengkhawatirkan. Di sarang terdengar cuit-cuit anak-anak emprit jawa menjerit-jerit minta tolong. Hujan deras dan angin kencang terus berlangsung. Kekhawatiran emprit jawa dan penghuni indekos makin menjadi-jadi. “Ya, Allah, berikan kepada kami keselamatan, jangan sampai pohon beringin merobohi bangunan ini, hamba-Mu baru saja melunasi sewa indekos,” demikian doa permohonan Amron, mahasiswa jurusan Agama. “Aduh-aduh bagaimana ini... sangat menakutkan!” teriak Yanto, mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia. 6 “Bakoh-kukuh, bakoh-kukuh, bakoh-kukuh... aja ambruk!” teriak Wisnu, mahasiswa jurusan olahraga asal Kulon Progo, sambil memeluk pohon beringin agar tidak roboh. “Prekutuk-prekutuk...bruk!” bunyi dahan dan ranting berjatuhan. Hujan dan badai berhenti setelah berlangsung dua puluh menit. Semua penghuni indekos dan warga sekitar aman. Pohon beringin tetap kokoh berdiri. Namun, banyak dahan dan ranting patah. Sarang berpenghuni anak-anak emprit jawa berserakan di halaman indekos. Telur-telur pecah dan anak-anak emprit yang masih bayi mati karena jatuh dan terguyur hujan yang sangat deras. Setelah keadaan aman, Pak Jayadi meminta Pak Marjan untuk memotongi dahan dan ranting yang patah dengan gergaji. Sore menjelang gelap, biasanya terdengar suara riuh cuit- cuit emprit jawa, tetapi kali ini sepi. Tidak dapat diketahui di mana keberadaan emprit jawa dewasa. Malam itu tidak ada emprit jawa yang kembali tidur di pohon beringin. Mungkin mereka mengungsi di tempat lain yang aman. 7 Minggu pagi, pagi-pagi sekali tiga puluhan ekor emprit jawa terbang rendah mengitari pohon beringin yang kini hampir tak berdahan dan beranting. Suara cuit-cuit tidak menggambarkan sukacita. Akan tetapi, suara itu berbunyi seperti dukacita karena telur-telur mereka pecah dan anak-anaknya mati. Segerombolan emprit jawa seakan mengucapkan selamat tinggal kepada pohon beringin yang tak lagi rindang. Suasana di indekos menjadi sangat sepi tanpa suara emprit jawa. Emprit jawa terbang tinggi ke arah selatan menuju Gunungkidul untuk memulai kehidupan baru setelah dikoyak hujan badai. Ketika Pak Jayadi dan Bu Tiwi berkeliling di tempat indekos, seorang mahasiswa memberanikan diri untuk menyampaikan keluh kesah kepada beliau. “Pak, setelah pohon beringin tinggal batangnya saja, kami kegerahan. Kami tidak nyaman untuk terus tinggal di sini,” kata Amron yang ditemani Yanto dan Wisnu. “Memang ini kejadian alam dan kita tidak dapat menolaknya. Akan tetapi, kita beruntung masih dalam lindungan-Nya,” jawab Pak Jayadi. “Mas semuanya tetaplah tinggal di sini. Soal kegerahan, nanti kami akan memasang AC di setiap kamar,” janji Bu Tiwi. Selang tiga hari setelah perbincangan itu, tim dari sebuah toko elektronika datang. Mereka membawa AC dan peralatannya dan segera memasangnya pada setiap kamar. [Wiyana] 8 Wiyana Penulis berprofesi sebagai guru SMA Bahasa Indonesia di SMA N 1 Semanu, Gunungkidul dan menjadi ketua Sanggar Sastra Jawa Gunungkidul Presaja. Wiyana tinggal di Semanu Selatan RT.07, RW.42, Semanu, Gunungkidul. HP 081226457475. Posel: [email protected]
19_TANGIS_BURUNG_EMPRIT_JAWA
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Cokelat saka Lempung Cokelat dari Tanah Liat Penulis Alief Irfan Choiri Penelaah Arif Subiyanto Penanggung Jawab Umi Kulsum Tim Penyunting Koordinator: Awaludin Rusiandi Khoiru Ummatin Dalwiningsih Amin Mulyanto Ilustrasi & Desain Sampul Aisyah Mar’ie Tata Letak FA Indonesia Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117 Telepon (031) 5925972 Cetakan pertama, Oktober 2023 E-ISBN: 978-623-112-767-9 Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR C erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak, khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila. Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur, seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai- nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan kayanya unsur-unsur lokal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi, penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya ini. Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Surabaya, 1 Oktober 2023 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. iv DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Cokelat saka Lempung Cokelat dari Tanah Liat Biodata Penulis Biodata Ilustrator iii iv 1 20 20 1 CO KE LA T S A K A L E M P U N G Co ke la t da ri T a n a h L i a t Jaka nangis ing njero mobil wayah perjalanan nang omahe Si Mbahe Tuban. Tiba-tiba Jaka menangis di dalam mobil di tengah-tengah perjalanan ke rumah Nenek di Tuban. 2 “ H u u .. .. Uu u ... Huu... U u u . . . ” “ H u u ... . Uu u ... Huu... U u u .. . ” “Loh, Jaka ana apa kok nangis?” Pitakone Ayah marang Jaka. “Loh, Jaka ada apa kok menangis?” Tanya Ayah ke Jaka. 3 “Cokelate Jaka keri, Yaaah ... Huuu ....” “Cokelat Jaka ketinggalan, Yaaaah ... Huuu ....” “Nggih pun, ngko tumbas meneh yen wes tekan omahe Si Mbahe, nggeh?” “Iya, tidak apa-apa. Nanti kita beli lagi kalau sudah sampai di rumah Nenek, ya?” 4 Ayah nyetater mesin mobile maneh, nerusake perjalanan nang omahe Si Mbah. Ayah menyalakan lagi mesin mobil dan melanjutkan perjalanan ke rumah Nenek. B r e m m .. . B rem m ... B re m m . . . . B re m m ... Br emm ... Br em m .. .. 5 6 Jaka ngetuk lawang omahe Si Mbah. Jaka mengetuk pintu rumah Nenek. “ T h ok , t hok, t h o k . . . ” “ T h ok , t hok, t h o k . . . ” 7 “Waah, putuku wis tekan. Ayo mlebu! Mbah lagi wae bar masak.” “Wah, cucuku sudah datang. Ayo masuk! Nenek baru saja selesai memasak.” 8 Jaka ndeloki gulungan cokelat nang toples dhuwur meja. “Wiii, Mbahe ghadah cokelat. Uenak pol niki.” Jaka melihat ada gulungan cokelat di toples di atas meja “Wii, Nenek punya cokelat. Enak banget ini.” 9 “Mba h, nik i cok elat tum bas ten p und i?” Pit ako ne Jak a “Mba h coke lat it u bel i di ma na? ” T any a Ja ka. 10 “Ini Ne nek me mbuat sen dir i, J aka.” “Be na ra n, Ne k?” Jaka tid ak p erca ya. “Niki M ba he nggawe dhe we , Jak a.” “Tenan an , Mb ah ?” Jaka mb ot en ngande l. 11 “Tenanan iki sing nggawe Si Mbah, ayo tak dudohne cara gawene.” “Sungguh ini yang membuat Nenek, ayo Nenek perlihatkan cara membuatnya.” 12 “Kawitan, jupuk lemah sawah sing gak ana krikile” “Pertama, ambil tanah liat di sawah yang tidak ada kerikilnya” “Loh, kok ndamel lemah, Mbah?” “Loh, kok pakai tanah, Nek?” “Nggih, Jaka. Cokelat gaweane Mbahe iku saka lempung.” “Iya, Jaka. Cokelat buatan Nenek dari tanah liat.” 13 Terus diule ni, di cam puri ba nyu ko sit hik . Lalu di aduk d icamp ur de nga n a ir s edik it-s edik it. 14 Diwadahi nang kresek gedhe, utowo karung sing resik, kanggo gawe ngulet. Banjur didheplok! “Diwadahi di kantong plastik besar atau karung yang bersih agar bisa dibuat menguleni. Lalu ditumbuk!” B l u g ... Blug .. . B l u g . . . B l u g ... Blug .. . B l u g . . . 15 “Nak wis ngene, dikeruk gawe ‘seseh’ (gaman saka pring). Nganti dadi gulungan kaya ngene.” “Kalau sudah begini lalu diambil menggunakan ‘seseh’ (alat yang dibuat dari bambu berbentuk pisau). Sampai menjadi gulungan seperti ini.” 16 “Terus, dipanggang nganti garing. Dadi, cokelat asli gaweane Mbahe!” “Lalu, dipanggang sampai kering. Jadilah cokelat ala Nenek! “Ayo diicipi!” “Ayo dicoba!” 17 Hahaha .... Ayah, Ibu, lan Mbahe guyu Jaka sing lagi gaber-gaber mangan cokelate Mbah. Hahaha .... Ayah, Ibu, dan Nenek tertawa melihat Jaka meludahkan cokelat bikinan Nenek. 18 “Jaka, iki jenenge ampo, panganan khas Tuban. Ya iki cokelat jaman biyen. Senengane Mbahe” “Jaka, ini namanya ampo, makanan khas Tuban. Ini cokelat zaman dulu, kesukaan Nenek.” “ J a k a g a k se neng, M b a h . ” “J ak a ti da k su ka, Nek .” 19 “Mb oten nap a-n apa , ni ki c oke la t t en an an ka ng go Jak a.” “Tid ak a pa-a pa, i ni c oke lat b en ar an u nt uk Jak a.” Penulis Alief Irfan menangis pertama kali pada Subuh tanggal 28 Agustus. Dia dibesarkan di bantaran Bengawan Solo di salah satu desa di Kabupaten Bojonegoro. Beranjak remaja mengembara ke barat mencari kitab suci dan menetap di Pondok Pesantren Manbail Huda Kaliuntu, Kecamatan Jenu - Tuban. Dia juga seorang mahasiswa semester akhir Pascasarjana UNKAFA Gresik yang kebetulan suka membaca apa saja dan menulis apa saja. Ilustrator Aisyah Mar’ie merupakan ilustrator yang berfokus pada dunia ilustrasi buku anak dan berasal dari Malang, Jawa Timur. Ia telah menggemari kesenian sejak dini, khususnya pada kegiatan menggambar. Untuk melihat karya-karyanya dapat berkunjung pada profil Instagram @aisyahmarieee. BIONARASI 20
2_COKELAT_SAKA_LEMPUNG
| | Yunida Evasusanti Kantor Bahasa Provinsi Lampung Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2022 MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN | Cerita Anak dari Lampung (Terjemahan Bahasa Lampung—Bahasa Indonesia) Buku Sumber : Ulah Nyiwi Penanggung Jawab : Desi Ari Pressanti Ketua Pelaksana : Ramlan Andi Penulis : Yunida Evasusanti Penyunting Bahasa Lampung : Badar Rohim Penyunting Bahasa Indonesia : Kiki Zakiah Nur Desain Sampul : Didin Jahidin Penata Letak : Ari Oktavian Diterbitkan oleh Kantor Bahasa Provinsi Lampung, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Tahun 2022 ISBN 978-623-5682-18-1 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. | KATA PENGANTAR Penerbitan cerita anak dari Provinsi Lampung dalam bentuk digital ini dimaksudkan sebagai bahan bacaan bagi siswa SD dan untuk menambah pengayaan bahan literasi. Melalui buku cerita digital, anak-anak diajak untuk mengasah keterampilan berpikir, berimajinasi, dan mengembangkan kreativitas dengan cara menyenangkan. Buku ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama adalah teks cerita dalam bahasa asli, bahasa Lampung, dan bagian kedua adalah terjemahan dalam bahasa Indonesia. Buku ini merupakan hasil sayembara penulisan dan penerjemahan yang diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Provinsi Lampung dengan beberapa proses tahapan, antara lain: penjaringan naskah, penilaian, penyusunan, penyuntingan bahasa Lampung dan bahasa Indonesia, serta pengilustrasian. Kantor Bahasa Provinsi Lampung mengucapkan terima kasih kepada penulis, penyunting, dan pengilustrasi buku cerita anak dari Provinsi Lampung ini. Semoga bacaan ini bermanfaat bagi khalayak, khususnya siswa SD. Selamat membaca dan berliterasi. Bandarlampung, September 2022 Desi Ari Pressanti Kepala Kantor Bahasa Provinsi Lampung | DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI IV V Cerita Berbahasa Lampung 1. Minyak Aini 1 2. Sepelok Mahaf 9 3. Dang Dijuk Kendur 16 Cerita Berbahasa Indonesia 1. Minyak Aini 27 2. Sepotong Maaf 38 3. Jangan Kasih Kendur 49 Glosarium Biodata Penulis Biodata Penyunting Bahasa Indonesia Biodata Penyunting Bahasa Daerah Biodata Ilustrator | | 1 Minyak Aini ntri! Payu, antri!‖ bunyi Pak Singa mecohko keritukan tiyan sai ngemumut. ―Antri sai benor! Rulus!‖ sambungni berwibawa, ― Dang lupa makai masker rik ngusung kupon!‖ Kalimat sina laju nyiutko lakkahku. Ah, nyak lupa ngusung kupon rik mak makai masker. Nyak laju larat haguk mahhan sai rangni di gang lunik, mak jawoh anjak pok antrian. Nyak laju ngeridip kuruk mahhan, ngusahako mawat nginjakko mak. Mataku ngejelajahi unyin ruangan, ngusahako nyepok barang tujuanku. Mak munni, mataku ngenah selembar keretas lunik sai teselip di rerangani Mak. ―Pasti hiji kupon.‖ Lom hatiku cawa jama pungu kananku hati-hati ngakukni anjak celah reranga Mak barong jama punguku sai barih ngakuk masker sai kak disiapko di unggak mija. Nyak laju geluk luwah jak mahhan rik larat haguk padangan ―Dang ngedorong-dorong, kidah!‖ Zahro, si napuh lunik nekerik. Tundunni kenahan katan kena tukkah Baron, jawi ragah sai wat di juyuni. Antrian alun-alun mulai nijang mit pingger ranglaya, Nyak munih nutuk di barisan kaban bubai sai badanni gemuk rik belalai tijangni. Nyak kejepit di ―A | hantara Uwak Maryam jama anakni, Kak Saroh. Tiyan iyulah tetanggaku sai rani iji gegoh mak kenal. Waktu mata sikam mak sengaja setontongan, ku sambuk tiyan jama ngerimut pudak wayaku, kidang hal sina tebalos sorotan tajom rik kuisan belalaini tiyan. Nyak laju ngelupako kejadian jenno rik focus gawoh jama antrian. Mak terasa, nyak kak makin ridik jama posisi paling hadap. Tebayang tabohni tempe sai teguring garing rik rapuh makai minyak kelapa sawit laju digeprek langsung di rapak sambol dilan. Ngebayangkonni gawoh radu ngeguwai wai iluiku mentiyak cutik. Tiba-tiba, Uwak Maryam ngeramut kupon anjak punguku makai belalaini sai kak tejulor. ―Niku, kan, kera. Jadi, niku mak perlu minyak, cukup putti setandan guwai seminggu,‖ cawani sinis. ―Dang, Wak!‖ Timbalku ngelemoh suwa ngedakok kukut balakni. Uwak Maryam mak gijot. Ya malah mudah temon nyikkirko badan rayangku sai ngedakok kukutni. Angkah ngeguyangko kasar kukutni, nyak laju tehayar. Uttung gawoh nyak tehayar haguk jejukukan sai ranggal, hingga badanku mak sepira sakik. Anjak jarak sai mak jawoh ga, nyak ngenah Uwak Maryam kak massa jatah minyakku rik di dekop nemon jama Kak Saroh makai belalaini. Tiyan laju ninggalko nyak sai tepejong miwang di bah batang suwa ngebatui nasib. Radu bela haropan mengan debingi suwa tempe guring geprek kedemonan sikam semiyanak. Api sai haga kucawako jama Mak? Mak mungkin nyak cerita jujor kelakuan Uwak Maryam rani iji. Nyak mak haga Mak sai | lagi biyak badan jadi nyepirot, munih kakak rik Bapakku dapok marah atawa rituk jama tetangga ulih sakkan minyak. ―Ah, mawat, cawa gawoh minyakni bela.‖ Tekad lom hatiku mettop, guwai nguser rasa jengkel rik sedih sai begejolak di hatiku. *** ―Assalamualaikum,‖ salamku alun. ―Waalaikumsalam, Nak,‖ timbal Mak. ―Mahaf, minyakni bela, Mak,‖ timbalku alun suwa pudak sungguk. rasa suya kenahan nihan di pudak pucakni Mak, kidang tetop wat senyum sai nenangko nyak. ―Mak api-api, Sayang. Ram guwai sayan gawoh minyakni,‖ hani Mak busemangat. Nyak nyakakko alis, bingung. ―Anjak api, Mak?‖ ―Anjak buah nyiwi,‖ timbalni Mak suwa lapah mit dapor. Nyak nutukko Mak mit dapor. Mataku ngeliyak wat puluh butir buah nyiwi sai tehampok di bah mija kompor. Begeluk Mak mulai ngubak babak nyiwi najin keliakan kesusahan ulah betong balakni. Nyak munih begeluk nulung rik ngelepasko gerak nyiwi makai ipon bajaku. Punguku munih laju begeluk ngelepasko undom nyiwi rik geluk marutni. Seradu sina, Mak ngayun nyak guwai meres nyiwi sai kak diparut rik ngakuk satten kittolni. Sementara sina, Mak mulai ningguk apui di juyu mahhan. Asok anjak putting nyerbakko aroma khas sai nginjakko semangatku. | Belanga balak ganta kak penuh satten. Rik semangat, nyak terus ngegaluni. Alun kidang pasti, satten sina mulai nyusut rik nyanik guppalan alus. Mak munni anjak san, muccul gegoh wai nyerilap di Lambung satten sai ngeguppal. Nyak laju sorak. ―Mak, minyakni kenahan, Mak‖ nyak nekerik gering. ―Alhamdulillah!‖ Mak nutuk kegeringan. Cutik demi cutik, minyak kelapa merum sina pindah mit delom makkuk. Kidang, suka hati sina mak betahan munni. Pandai- pandai tenda pok sikam masak satten terasa beguyang. Bunyi jimpang biyak kedengi ngeridik rik begeluk-geluk. ―Wah, merum temon, kuti lagi ngeguwai api?‖ lulih Uwak Maryam mangah-mangah. ―Minyak kelapa, Wak!‖ Timbal Mak semangat temon. ―Hah, rettini nyiwi dapok diguwai jadi minyak, yu?‖ lulih Uwak Maryam hiran jama penasaran. ―Sikam kilu, yuu,‖ ia ngilu rik pudak sebik. Deg. Rasa kesol sai jenno ketimbun dilom hatiku ganta muloh nimbul. Nyak menong, kebayang kelakuan jahalni diNyak pepira jam sai likut. Laju ganta? Sehagani ia ngilu-kilu mak ngedok liyom. Kidang Mak tantuni mak pandai kejadian jenno, beliau nyunggok santai. ―Dapok.‖ | ―Tunggu serebok, yu, Wak. Ki kak radu, sekalian natti sikam keni appas memis tahi minyakni,‖ timbal Mak ramah. Ngebayangko tiyan ngedapokko sai kak sikam guwai rasani ngesolko temon. Kidang, nyak tetop mak haga Mak sampai pandai kejadian jenno laju nutuk marah rik akhirni dapok ngeganggu kondisi kehamilanni. Nyak munih laju nguser rasa kesol jama nyirokko sayan. *** Dibi sai ngerayap jadi manom diiringko kumandang azan magrib, nyusutko jim jimpang guwai tetop di delom mahhan. Debingi laju nyakak begeluk. ―Tok-tok-tok!‖ Rangok diketok kuat nihan, mecohko hiyonni bingi. Nyak jama Mak senahan, ngira-kira sapa sai ratong ulih biasani ki bapak sai ngetok mak sekeccong sina. ―Assalamualaikum!‖ bunyi biyak sai ku kenal nihan ngiringi ketokan rangok. ―Waalaikumsalam!‖ Nyak jama Mak nimbal pujama, nyak laju minjak guwai ngebukakko rangok. Segina rangok kebukak, belalai sai tijang nyambukku, belalai sina tejulor mapah panjang ngisi bebuwak sai lagi beasok. Uwak Maryam temegi di hadop rangok suwa ngerimut liyom. Nyak ngebalos ngerimut kidang terpaksa cutik. Najin kak beusaha mak ngingokko kejadian jeno dawah, sejujurni pagun nyisako rasa kesol jama ya. ―Hiji bebuwak geguduh putti cappor tahi minyak guwai kuti sanga miyanak,‖ hani Uwak Maryam. | Nyak nyunggok, laju nimbal, ―Nerima kasih, Wak.‖ Serebok hiyon disikam rua. Gegohni wat hal sai haga ditigohko Uwak Maryam, kidang induh api sai ngeguwaini tegi ragu. ―Mmm, gehiji, Nak Aini. Uwak haga ngilu mahaf hal sai jeno dawah, Uwak kak sehagani ngakuk kuponmu, ngeremehkonmu, rik nyakikko hatimu. Padahal Uwak kak tuha gehiji, kidang lelakun malah nyali temon jama sanak ngugha gegoh niku, temon-temon mak nyipatko hulun dewasa. Nyak nyesol nihan rik liyom.‖hani Uwak Maryam alun. ―Nerima kasih, Wak, radu ngelepas ego rik haga ngilu ngalimpura jama kera lunik gegoh sikam ji. Nengisni, hati sikam jawoh lebih tenang.‖ Sikam rua lalang waya, mak sadar bahwa bapak kak mulang kereja rik ganta temegi di juyu Uwak Maryam. ―Nerima kasih bebuwakni, kacca. Memuga anakmu geluk mansa judu.‖ hani bapak suwa ngakuk bebuwak geguduh putti, semakkung pungu bapak megung bebuwak sina, mak tesadari pungu Mak kak nguisko alun pungu Bapak rik ngingokko guwai ngebasuh pungu pai. Uwak Maryam munih Lalang lunik, ―Aamiin!‖ ―O, iyu, Aini. Jemoh ram ngeguwai minyak luwot yuu,‖ Kilu Uwak Maryam jama nyak. ‖Dapok nihan!‖ timbalku semangat temon. Anjak delom mahhan, bapak sai kak ngebasuh pungu rik ganta lagi nganik bebuwak pengejuk Uwak Maryam nimbal munih, ―Jemoh semakkung lapah kereja, Bapak haga ngakuk buah nyiwi sai nayah.‖ | Nyak ngerimut waya ngedengi janji bapak. ―Ngumung-ngumung, bebuwak hiji bangik, api geralni?‖ lulih Bapak. ―Geralni geguduh mix bloncron,‖ timbalku geluk. ―Retini?‖ timbal Mak anjak lom mahhan. ―Geguduh putti dicappor tahi minyak zaman Omicron!‖ timbalku penuh semangat. Laju, seunyinni lalang waya. Bingi kak nambah relom, Uwak Maryam permisi mulang. Rasa kedugok rik Bahagia ngeguwai sikam munih geluk tesilop di pulau kapuk. *** Azan subuh nginjakko nyak. Bunyi ngedendum barang_barang tiyak ngemaksaku guwai luwah mahhan. ―Wah, lamon temon nyiwini, Pak!‖ cawaku jama sai liman gemuk, mengiyan Uwak Maryam. ―Iyu, bapakmu nalom milih nyiwi sai tuha,‖ hani Pak Darsa. Belalaini tejulor dunggak nulung ngakat nyiwi. ―Pelepahni bulung nyiwi sina guwai api, Pak?‖ lulihku jama Bapak sai ampai regoh anjak batang nyiwi. ―Guwai disanik sapu, sejar dijual guwai tambahan duit belanjamu.‖ timbal Bapak, laju ngelanjukko, ―Batang nyiwi sai kak keranggalan munih haga dibelah-belah guwai papan tesanik pok ngejamukko bahan kanikan. *** | Kabar hal produksi minyak nyiwi sai diasalko ulih sikam sanga miyanak rik ditulung Uwak Maryam sanga miyanak rupani kak nyebar mit seunyin Pullan. Bahkan, sesepuh pullan munih ngeratongi mahhanku guwai nawarko negiko bisnis minyak nyiwi sai nattini dapok nulung nyakakko perekonomian pullan siji. Seradu nyelesaiko tugas sekulaku, Nyak munih geluk niti jambat lapah mit Kebun Impian, pok sikam nanom batang nyiwi sai tattuni ngedapokko suplai modal anjak sesepuh. ―Aini, dija!‖ Kenahan Saroh, Baron, Zahro ngelambaiko punguni. Mak jawoh anjak san, ―Nyak jama Zahro penasaran jama produksi minyak kelapa sai jak bijo jadi balahan handop, akhirni sikam mutusko guwai nutuk nulung niku.‖ Cawa Baron si jawi sai mak lekot laga jama napuh sai gatta temegi di kebelahni. ―Sikam munih siap nulung guwai nyanik sapu sai cawa Pak Darsa haga niku jual munih!‖ tambah Zahro si napuh. ―Ah, nerima kasih.‖ Nyak terenyuh, hatiku ngerasa handop rik teharu nihan.Rupani, segina nayah kacca betik diridikku. Dawah sina rasani lebih bucahaya rik wewah, ngangonko hasil hiting sayan. Indahni. *** | 2 Sepelok Mahaf abung kedok diiringi angin kecong ngeguwai sebatang nyiwi tuha rubuh. ―Krak! Bruk!‖ Batang sina nettos mahhan penguasa nyapah. ―Auuummm! A, aduh! Auummm! Tulung!‖ ―Aummm! T, tulung!‖ bunyi sina kedengi luwot, kidang bunyini lebih kedengi parau rik terasa nyakikko. Iqbal, sai gemul madu balak, begeluk ngeratongi sumber bunyi. Iya ngedapokko Burhan si singa penguasa nyapah lagi nyirit kukutni sai penuh rah rik tegini patoh. Singa sai biasani selalu gagah sina gatta besusah payah luah anjak reruntuhan mahhan jama pudak si nyangi kesakikan. ―Tulung,‖ suara Burhan nambah parau rik lemoh. Singa sina akhirni tebuling rik pingsan. ―Tulung!‖ gettian Iqbal sai nekerik ngilu battuan, iya mak dapok ngegindung singa sina pesayan turun jak nyapahh haguk rumah sakit sai ridik. Pepira binatang munih begeluk ngeridiki tiyan, temasuk sai kuda poni rik asu sai berprofesi kedau Delman Express ghik dokter munih. Si asu pittor sai profesini jadi dokter sina begeluk ngelakuko penolongan pertama guwai ngeraduko pendarahan. Sedongko, kuda poni munih geluk nyiapko kendaraan. *** L | Suasana di pullan lunik mehayu sina jadi gugam. Mahhan raja Pullan, Burhan, haccor ketetos batang nyiwi. rik kukut singa sai gagah perkasa sina patoh. Si kedau kebun, Ibnu,kera sai kedau kebun ngerasa betanggung jawab. Iya di tulung Pak Darsa, liman sai buwibawa rik binatang barihni beusaha nyaniko mahhan Burhan. Tiyan laju ngebelah-belah batang nyiwi guwai disanik papan jadi gatti sesai mahhan sai haccor. Diantara unyin binatang sai lagi siwok sakai- sambayan, kenahan Ibnu si kera sai kedau kebun lang- uloh gisai. ―wat api, Pak?‖ lulih Baron, si jawi ragah. ―Mak api-api, water gawoh,‖ timbal Ibnu alun. Iya laju ngelajuko, ―Setemonni, Ikam rabai Pak Burhan marah balak ulih batang nyiwi Ikam netos mahanni. ‖Ki nengis kabar anjak Pak Iqbal, tigoh ganta Pak Burhan makkung nginongan.‖ Hani Baron. ―Ya, Allah! Repa hiji?‖ Ibnu nambah rabai. ―Sehelauni Bapak geluk ngilu mahaf, enah munih beliau waktu maring di rumah sakit.‖ Saran Baron ngati- ati. ―Iyu, ikam sangun buniat ngilu mahaf lamun iya kak nginongan. Kidang ikam rabai nihan ngadopi amarahni.‖ Ibnu ngembusko hengasnini rik biyak. *** Di rumah sakit, Burhan mulai nginongan. | ―Siapa sai kedau batang nyiwi sina?‖ lulihni suwa ngegeritok. ―Beranini iya ngeguwai nyak ngerasako sakik hiji rik ngaccorko mahhanku.‖ ―I, Ibnu,‖ timbal Iqbal rabai. ―Kurang ajarrrr! Di dipa ya gatta?‖ ngeritok Burhan. Iya munih ngelajuko cawa rik pudak sai gegoh lagi merunggak, ―haga kupatohko galahni!‖ Iqbal si gemul laju ngehamma, iya rabai situasi nambah mak tekendali. ―Di dipa iya? Aummmm!‖ Burhan ngaum bupakking, ngeguwai ranjang rumah sakit munih nutuk gegor nahan gerak mak beatoran Burhan. Delom situasi panas sina, Ibnu sai mak pandai api- api masalah Burhan sai lagi ngamuk kak tigoh munih di hadop rangok ruang rawat inap rumah sakit. ―Assalamualaikum!‖ sapa Ibnu ramah. Ibnu laju mak jadi nerimut kekala ngenah ekspresi Burhan sai kenahan marah nihan. ―Aummm! Dija niku!‖ Burhan ngurauni kasar suwa nyuba temegi rik punguni munih ngedapokko megung badan lunik Ibnu. ―Haga kupatiko rik kubahhom badan rayangmu hiji makai iponku! Dasar kera!‖ Jama tanggaini sai tajom rik balak-balak, Burhan haga nyagai kera rayang sina. Kidang, ulih kondisi badan Burhan sai makkung munni nginongan jak sengelop rik rasa sakik sai buasal anjak kukutni, Burhan laju linglung | rik keseimbanganni jadi guyah. Semakkung tiyak, kukuni mak sengaja ngatanko pungu Ibnu. ―Arghh! Aummmm!‖ bunyi Burhan gemetur, kidang bunyi sina lebih kedengi gegoh lolongan sai ngemiluko. Singa perkasa sina laju sengelop luwot. Petugas rumah sakit begeluk ngilu Ibnu guwai luwah kenyin geluk teubati rik begeluk ngejukko Tindakan khusus jama Burhan. *** Kabar ngamukni Burhan di rumah sakit jadi topik handop rani iji. Kejadian sai terjadi di ruang rawat inap sina ngeguwai rasa rabai, khususni di hati Ibnu sai jadi target kemarahan Burhan. Iya ngerasa besalah temon ulih musibah sai terjadi, najin setemonni unyin sina radu kehendak anjak alam semesta. Iya sangun sai kedau kebun sina, tapi layin iya sai ngerubuhko batang nyiwi rik ngeguwai situasi jadi kusuk memmuk gegoh iji. Mulang anjak rumah sakit, Iqbal nguppulko bubidang suku pullan lunik guwai mupakat ngatasi masalah sai terjadi jama mak lupa makai masker rik ngejaga jarak ulih pandemic makkung seunyinni lebon. Sebagai wakil penanggung jawab renovasi mahhan, Darsa ngelaporko bahwa sai di saniko kak tigoh 60% rik haga dilanjukko jemoh. Selanjutni, mupakat bepusat jama repa upaya sai tepat guwai ngeredako kemarahan si penguasa pullan nyapah. Sai kucing belang telu pun maju nyappaiko usulanni. ―Sikam ji psikolog, ikam haga nyuba guwai nenangko Pak Burhan.‖hani buwibawa. | ―Silahko, Pak. Memuga buhasil.‖ Iqbal ngejuk dukungan. Bingi nambah relom, mengan debingi laju dihidangko guwai unyin sai himpun jama menu utama gulai taboh kabing nyiwi. sunyinni tiyan geluk nganik hidangan sai bangik sina, kidang mak Lalang waya gegoh biasani. Rupani, tiyan gegoh sanga badan, sakik sai disandang ulih sai jelma, nutuk dirasako jama unyin badan. *** Azan subuh kak ketengisan, nguser kedugok di mata sai tekapuk. Jamaah musala pullan lunik laju barong nadahko pungu, ngilu kemunyayan guwai Burhan rik buharop ketenangan luwot dilom keurikan pullan lunik sina. ngusung lapah percaya diri, Baba si kucing belang telu kuruk mit ruang rawat inap Burhan rik ngusung sarapan istimewa, iwa puppul. Hambauni ngeguwai kerimut dipudak pucak si pasien. ―Nerima kasih, Baba. Iwa puppulni bangik temon,‖ hani Burhan suwa ya nganyolko kaniakanni. ―Alhamdulillah, Pak. Ngumung-ngumung, sina kiriman anjak Aini, anak Pak Ibnu,‖ hani Baba ngeghimut. Sang penguasa nyapahh pullan sina laju menong, induh kegelikan energi marah atawa dirini semawatni trenyuh cutik jama perlakuan sai dikeniko anjak miyanak Ibnu ampai sa. Suasana mehiyon sina dimanfaatko Baba guwai ngurukko nasihat tagan Burhan mak lagi nyalahko Ibnu | ulih musibah iji. Bunyi Bahasa Baba sai berwibawa ditutuki pijikan lemoh anjak kucing belang telu sina lak alun nenangko Burhan, ya nyunggot tanda setuju jama umungan sai dicawako Baba. Najin, sejujorni hati lunikni pagun ngerasa kesol, apilagi lamun ngenah kukutni sai jadi lemoh mak bedaya ulih sempet patoh. *** Seminggu kak liwat, Burhan tegini kak munyayan guwai mulang anjak rumah sakit. Najin kukutni pagun kaluk rik mak dapok lagi ngerjako kerjaan sai biyak, semawatni iya dacok makai kukutni luwot guwai aktivitas serani-rani. Penguasa nyapah pullan sina sempet tekanjat ngenah mahhanni sai kenahan baru rik lebih helau seradu direnovasi. Semunni di ranglaya mulang, Baba kak ngejuk pandai bahwa mahhanni sai direnovasi iyulah ide rik bettuk tanggung jawab anjak Ibnu ulih musibah sai netosni. Ngingokko hal sina, Burhan ngerasa tekanjat. Rasa busalah ngebanjiri dirini, apilagi ngingok iya lekot ngatanko kera sina jama cawaan rik kelakuanni. ―Puk!‖ Wat sai nepuk tengahni alun. Burhan ngerilong, rupani wat kera ragah sai jak jenno kak menuhi pikeranni. ―I, Ibnu,‖ cawa Burhan ragu. Mak gegoh badanni sai gagah, gatta iji singa sina kenahan ragu. ―Mak api-api. Ikam gering sekam kak muloh anjak rumah sakit rik dapok beraktivitas luwot.‖ Timbal Ibnu suwa Lalang waya. | Burhan menong. Gatta iji, rasani liyom temon, Piilni sai selalu ranggal sina gatta nyiut rik rasa busalah nyepirot menuhi seunyin badanni. ―Mahaf.‖ Akhirni cawa sina luwah anjak bangukni. Burhan ngelajuko suwa sungguk, ―Mahaf kak guwai katan niku padahal niku kak betanggung jawab nyaniko mahhanku, niku bahkan mak ngerasa kesol seradu api sai kak ku guwai jama niku.‖ Ngerimut Ibnu laju jadi Lalang waya. ―Mak api-api, nyaniko mahhanmu sina tugasku. Ikam munih kilu mahaf ulih kak ngatanko kukutmu, kacca. Seharusni ikam geluk maccang lamun wat batang nyiwi sai kak ranggal temon sehingga kejadian iji mak terjadi.‖ Tiyan serakokan. Kabar hal penguasa nyapah pullan sai kak budamai jama kera si kedau kebun segeluk kilak nyebar. Kabar sina ngeratongko rasa Bahagia sai ngukkung seunyin binatang sai wat di pullan lunik sina. Ah, sepelok mahaf segina mappu nautko luwot rua hati sai tebelah, ngedendangko perdamaian guwai jiwa sai katan. *** | 3 Dang Dijuk Kindur ermisi, wat uloman!‖ reriangan kedengian urauan anjak tengebah mahhan. ―Iyu, serebok!‖ Timbal Laila si Liman sikop suwa ngebukakko rangok. ―Aaa, minggu hadop Saroh nikah!‖ nekerik Laila seradu nyubuk geral kebayan sai wat di kertas uloman. Iya laju besiop dilom hati,‖Ah, tantu munih Nyak harus tappil special rik pattun lagu kenangan di pesta Saroh.‖ Iya geluk ngebok rangok suwa ngedekop uloman anjak kacca rakotni sina. Kidang, semakkung rangok temon-temon tetutup, ketengis ucapan salam sai laju ngeguwai buradu gerak belalaini guwai nutup rangok. ―Iji uloman himpun panitia guwai acara gerok Baron, kak Laila diharopko ratong natti bingi,‖ hani perwakilan miyanak Baron. Mata Laila nambah berinang seradu ngedengi kabar bahwa Baron munih haga nikah ―Alhamdulillah! Akhirni, kak tigoh judu Baron.‖ Hani Laila suwa ngerimut Lalang. Seradu mulang sai ngattako uloman, Laila laju mit kamar rik ngebukak lemari kawaini guwai nyiapko kawai sai cocok dipakai waktu natti ngehadiri rua gerok nikahan kacca-kacca rakotni. ―P | ―Sebagai panitia di gerok nikahan Baron, sehelauni nyak makai sinjang tapis rik kebaya warna suluh ngura iji gawoh,‖ ribol Laila suwa milah-pilah koleksi kawai pesta jakni. ―Sedongko guwai gerok nikahan Saroh, nyak meretok makai kawai biru iji, gegohni dapok ngeguwai nyak kenahan imut.‖ *** Suasana damai rik Bahagia kenahan tepaccar anjak pudak seunyin tetangga sai nutuk ngebattu persiapan gerok nikahan Baron dilaksanako di rani sabtu. Lalang waya ngiringi giyok gumai masakan sai dikerjako di dapor juyu. Jama diselingi mengan pujama sai menuni seruit, tempuyak, iwa puppul, rik lalapan hujau, acara nyiapko gerok nikahan selalu terasa spesial. Rani bahagia sina munih kak tigoh. Maju besanding jama pudak wewah di kutamara sai megah bubentuk siger. Sebagai salah sai panitia penerima temui, Laila risok nyedakopko belalaini di dada rik nyunggokko huluni sebagai gatti salaman. Ulih pandemi sai kak belangsung happir genop rua tahun, tiap rasan nikahan sai diadako munih musti selalu nutuki protocol Kesehatan. ―Minak muari sai bubahagia, suara helau selanjutni haga ngejamai ram nganik seunyin hidangan sai tesedia iyulah sai kedau suara emas, Laila!‖ urau pemandu acara, nambah ngeguai meriah gerok nikahan sina. Laila ngerimut. Akhirni kesempatanni guwai tappil kak tigoh. Ngerasa haga hangngak lamun ngegunako | masker suwa pattun, Laila laju ngebuka maskerni semakkung musik mulai ngiringi penampilanni. Lagu ―Sang Bumi ruwa Jurai‖ rik ―Tanoh Lado‖ kedengisan helau temon selama pepira menit rik sukses ngehibur maju jama seunyin selang uloman. Mak terasa, waktu ngalir segina geluk. Gatta, dibi ngiringi tetamu muloh mulang mit mahhan masing- masing, mak terkecuali Laila sai begeluk mulang munih mit mahhan jama kondisi badan sai palai rik hulu sakik temon. Biasani pedom iyulah cara sai betik guai ngelebonko palai rik sakik hulu, kidang mawat sekali iji. Rasa sakik hulu Laila gatta nambah ngejadi, belalaini munih lemoh rik seunyin persendianni terasa sakik. ―Nginum iji, Laila,‖ hani Mak ni Laila suwa nyodorko segelas way handop rik ubat sakik hulu. ―Memuga sikam dapok geluk munyayan yu, Mak, jemohkan musti dak gerokni Saroh,‖ hani Laila penuh harop, bunyini gemetor rik kenahan lemoh. Mak nyunggok geluk. ―Pasti Sayang, gatta pah pedom tagan geluk Munyai,‖ timbal Mak ni Laila penuh perhatian. Pujama pusauan alun anjak Mak ni, Laila laju lak alun pedom. *** | Rani iji nikahan Saroh, kidang sayangni Laila pagun maring, liman sina ngerikkol lemoh di unggak kasor. ―Agui, badanmu demam, Laila.‖ Ibu cawa suwa musau kedak rik badan Laila sai gelegosan. Ibu Laila laju geluk nyiapko ubat guwai nurunko panas rik ngompres kedak anakni. ―Ibu pusok yu, mangi Laila dacok geluk nginum ubat,‖ hani Mak alun suwa musokko sanga sesut bubor handop rik bangik. Kidang, hanekan sai sedop sina terasa tawar di ma Laila. Pengaruh nginum ubat ngeguwai Laila tepedom serebok. Iya nginongan ghik nahan rasa sakik di hulu rik seunyin badanni, Laila nyuba minjak anjak ranjangni rik lak alun makai kawai biru sai kak tegattung sikop di baling rangok. Seradu besitok cutik, Laila laju geluk lapah mit gerok nikahan Saroh mak nangguh lagi jama Mak ni. Laila yakin, Mak ni mak ngizinkonni lapah ki iya ngejuk pandai Mak ni. ―Agui, mulai luwah hiting bayu,‖ ribol Laila suwa musau kedakni sai penuh hiting. Iya laju ngeribol,‖ Nyak harus kuat, Nyak mak haga ngecewako Saroh ulih mak ratong di nikanni.‖ Tigoh di gerok Saroh, Laila beusaha kenahan waya rik mak kenahan maring. ―Laila, ram pattun pah!‖ ajak Saroh, si maju. ―Ayuk!‖ Laila nimbal, kidang hatini ragu cutik. Sejujorni, rasa sakik mak beradu kerasa di hulu rik unyin | badanni, kidang iya munih mak tega guwai nulak ajakan kacca rakotni. Mulailah tiyan bupattun, megung mik sai kak bepindah-pindah pungu rik tantuni bagian unggakni kak kena banguk ulun nayah sai makaini selama bebulan- bulan, bahkan betahun-tahun munnini mak tebersihko. Kidang, Laila mak sadar hal sina, iya angkah ngerasa bupattun makai masker dapok ngeguwaini jadi hitingan rik sesok. Mak tigoh rua menit, dada Laila nambah sesok rik hengasni jadi cengap-cengip. Iya ngerasa mak dapok behengas, mak munni badanni laju rubuh di unggak panggung. Laila tepattos rik sengelop. ―Aaaa, tolong! Wat sai sengelop!‖ Unyin rituk, gerok nikahan sai awalni damai jadi rituk. Sebagian mit arah panggung guwai nulung Laila atawa sejar haga pandai api si terjadi, Sebagian lagi besiyop-siyop rituk. Begeluk, Ruslan si gemul rik ditulung panitia barihni begeluk nurunko Laila anjak panggung. Tiyang naban Laila rik ngepikkoni sementara di unggak pepira keresi temui sai tijejerko. ―Tulung laju diusung mit rumah sakit, Pak.‖ Hani Saroh suwa miwang ngebisok-bisok. ―Hubungi Pak Kuda poni, geluk!‖ timbal sai barih rik nada water. Tigoh di rumah sakit, Laila geluk dilaratko mit UGD. Gehina ngenah kondisini, pihak rumah sakit laju ngerasa perlu ngelakuko SWAB guwai mastiko penyakik | sai dirasa pasien. Mak munni, hasil SWAB Laila laju luwah rik nyatako liman temeranjak sina kak positif kena Covid-19 varian Omicron rik laju diusung mit ruang isolasi. Kabar duka tentang Laila sai positif Omicron rik gatta wat di ruang isolasi munih geluk nyebar di rani sina munih. Mak ni Laila sai yakin anakni pagun istirahat dilom kamar, laju nekerik rik laju larat mit rumah sakit segina nengis kabar sina. Bunyi jimpang kukutni ngeguai jerinjing, ngeguccang hati unyin bunda Pullan. *** Di ruang isolasi, Laila lak alun nginongan. Suwa biyak, matani ngebuka rik ngicop alun. ―Nyak di dipa?‖ lulih Laila bingung rik bunyi parau rik lemoh. ―Niku di ruang isolasi rumah sakit.‖ Timbal perawat sai kenahan makai protocol Kesehatan lengkap. ―Isolasi? Kan, ikam Cuma panas ngison biasa, ulah api ikam musti wat di ruang isolasi?‖ Laila ngerutko kedakni. Hasil SWAB nyatako niku positif Omicron rik gejala sai niku rasa sesuai jama ciri-ciri penderita virus Omicron, yakni panas ngison, sakik hulu, mehiyok, bittok, sendini sakik, rik hengas sesok .‖ Perawat sina ngejelasko tijang nihan. Laila tehanjong. Delom hati, iya ngiyuko unyin ciri- ciri sai sangun kak iya rasa selama iji. Kidang, iya pagun mak neduh bahwa dirini kak kena virus Omicron. | ―Gatta nginum jus jakkul handak, yuu.‖ Ajak perawat suwa ngebattu Laila mejong. Semakkung turui luwot, Laila beusaha ngingok- ingok kejadian api sai ngemukkinko dapok jadi pemicu utama dirini tepalik virus Omicron. Iya ngerasa selama iji kak naati protokol Kesehatan jama rajin makai masker, ngebasuh belalai semakkung mengan, rik ngebatosi diri jama jarang lelapahan, nguppul, rik ngemumut. Kecuali pepira rani ini waktu iya ngebattu jadi panitia di nikahan Baron rik tappil bupattun di unggak panggung. ―Aah, mik.‖ ribol Laila jama mata kebukak balak, keingok jama barang sai dipakaini selama bupattun mak makai masker. Laila nepuk dirini alun, ngerasa gunjor. Iya lalai rik mak ngingok bahwa mik sina kak dipakai nayah ulun rik suwa santaini iya ngelepas masker selama ngegunako mik sina. Ditambah, iya gegohni lagi dilom kondisi sai mak cukup sehat di nikahan Baron hinggani lebih mudah teserang virus. ―Iji wat kiriman buah anjak miyanak Baron rik parsel ruti anjak miyanak Saroh.‖ Perawat mutukko lamunan Laila. ―Nerima kasih, suster.‖ Hani Laila terharu ngenah sekeranjang macom-macom buah seger rik parsel sai ngisi pepira macom ruti kegeringanni. *** Di luah kuta kawak rumah sakit, kak nunggu pepira miyanak pasien isolasi. Pudak Bahagia cappor water | bejamuk di baling masker rapot tiyan. Sai-sai pasien isolasi nuju ruang kebukak pok bekerang pasien sekaligus ruang kunjungan jarak jawoh guwai miyanak pasien. Miyanak Laila jadi salah sai miyanak pasien sai ratong bekunjung di rani sina. Di antara anggota miyanak Laila sai ratong, rupani wat Aini si kera sikop, salah sai kacca rakotni nutuk ratong. Kenahan jak kejawohan, hulun tuha rik kakak Laila ngelambai-lambaiko belalaini nyapa ya. Tiyan ngusung nayah nyiwi ngura guwai seunyin penghuni ruang isolasi. Sai kucing, salah sai perawat di rumah sakit sina, ratong ngeridiki ya jama ngusung sai nyiwi ngura sai kak dibelah rik dikeni sedotan. Laila laju nyerilang sunyin pasien di ridikni sai gatta lagi nikmati nyiwi sina. Laila nginum nyiwi sina, kidang ma ni ngerasako hal sai aneh. Mak gegoh rasa buah nyiwi sai biasani. ―cak, rasani sumang, Sus?‖ lulih Laila heran. ―Iyu, sumang ulih dicappor jama limau lemon rik uyah cutik.‖ Perawat sina ngejelasko. ―Iji salah sai ubat ngemunyaiko yu, Sus?‖ lulih Laila mastiko. ―Temon nihan. Semangat, yu, patuhi unyin atoran Kesehatan gehina munih kanikan rik inuman tagan geluk Munyai.‖ Cawa perawat sina alun. ―Asiyapp!‖ Timbal Laila semangat. Suwa bekerang, Laila mutorko matani ngeliyak taman mini pok iya jama pasien barihni bekerang. Iya tesadar, Tiyan iyulah tetanggani rik pepira jelema sai wat | di gerok Baron rik Saroh. Ah, mukkinkah tiyan munih tepalik Omicron gegoh dirini? Jama jarak sai saling bejawohan, tiyan saling nyapa najin angkah jama nyunggok, lambaian pungu, rik Bahasa isyarat badan sai barih. Laila laju nutuk ngelambaiko belalaini jama tiyan. Gajah sina buharop, dirini jama tetangga-tetanggani geluk Munyai anjak virus Omicron, iya temon mak haga munni-munni wat di rumah sakit. *** Seradu pak belas rani dirawat di rumah sakit, Laila akhirni dinyatako Munyai rik dacok mulang luwot mit mahhanni jama catatan tetop musti matuhi atoran Kesehatan. ―Dang dijuk Kindur!‖ hani dokter begurau. ―Musti waspada rik lawan terus, ram mak dijuk lingah jama segala virus sai nambah nganak metak.‖ Timbal perawat sai nutuk ngingokko jama nada begurau. ―Iyu, siap!‖ timbal unyin pasien bebarongan. ―Dang muloh mit dija lagi, yu?‖ hani satpam begurau suwa ngebukak rangok kaca rumah sakit. Laila laju luwah anjak rumah sakit jama perasaan lega. Laila jadi keingok jama umungan Bima Badak satpam rumah sakit.Badak sina nyawako,‖ selama wat keurikan, mula virus sina tetop ngedok. Iya terus beinovasi rik jadi lebih kuat. Kidang ram mak perlu water, ram angkah perlu patuhi rik dang lekot abaiko protocol Kesehatan. Sumang jak disan harus konsumsi kanikan sai begizi seimbang, ram munih perlu nyeimbangko jatah | waktu ram guwai kereja, istirahat, rik olahraga.‖Laila geluk nyunggok rik ngeribol. ―Yup! Insyaallah virus mak dacok bekuasa rik dunia munih dacok terus ngumbang.‖ *** -TAMAT- | | 1 Minyak Aini ntre! Ayo, antre!‖ suara Pak Singa memecah hiruk pikuk kerumunan. ―Antre yang benar, ya? Lurus!‖ sambungnya berwibawa, ―Jangan lupa memakai masker dan membawa kupon!‖ Kalimat itu sontak menyiutkan langkahku. Ah, aku lupa membawa kupon dan tidak memakai masker. Aku segera berlari menuju rumah yang terletak di gang kecil, tidak jauh dari tempat antrean. Aku memasuki rumah dengan langkah perlahan, berusaha tidak membangunkan ibu. Mataku menjelajahi isi ruangan. Aku berusaha mencari barang tujuanku. Tak lama, mataku menangkap selembar kertas kecil yang terselip di jari ibu. ―Pasti ini kupon,‖ batinku berucap. Dengan hati- hati tangan kananku bergerak mengambilnya dari celah jari-jari ibu. Bersamaan dengan itu, tangan kiriku menyambar masker yang terletak di meja. Setelah itu, aku segera keluar rumah dan berlari kembali ke alun-alun. ―Jangan dorong-dorong, dong!‖ Zahro, si kelinci kecil, berteriak histeris. Punggungnya tampak lecet karena terkena tanduk Baron, sapi jantan yang berada di belakangnya. ―A | Antrean perlahan-lahan mulai mengular ke pinggir jalan. Aku ikut di barisan ibu-ibu yang bertubuh gempal dan berbelalai panjang. Aku terjepit di antara Uwak Maryam dan anaknya, Saroh. Mereka adalah tetanggaku yang hari ini terasa seperti asing. Saat mata kami tidak sengaja berpandangan, aku sambut mereka dengan senyum termanisku. Akan tetapi, senyuman itu hanya dibalas dengan sorotan tajam dan kibasan belalai mereka. Aku pun melupakan kejadian itu dan hanya berfokus pada antrean. Tak terasa, aku sudah semakin dekat dengan posisi paling depan. Terbayang gurihnya tempe digoreng renyah dengan menggunakan minyak kelapa sawit dan digeprek langsung pada cobek yang berisi sambal terasi. Membayangkannya saja sudah membuat air liurku sedikit menetes. Tiba-tiba Uwak Maryam menyambar kupon dari tanganku dengan menggunakan belalainya yang sudah terulur. ―Kamu, kan, monyet. Jadi, kamu tidak butuh minyak. Cukup pisang setandan untuk seminggu,‖ ujarnya sinis. ―Jangan, Wak!‖ sahutku memelas sambil memeluk kaki besarnya. Uwak Maryam bergeming. Dia dengan mudah menyingkirkan tubuh ringkihku yang memeluk kakinya. Bahkan, hanya terkena goyangan kasar kakinya, aku pun sudah terpental. | Untung saja aku terpental ke rerumputan tinggi sehingga badanku tidak terlalu sakit. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, aku melihat Uwak Maryam sudah mendapatkan jatah minyakku. Saroh kemudian mendekapnya dengan menggunakan belalainya. (Rencana lembar ilustrasi) masker 1 | Mereka pun meninggalkanku yang terguguk di bawah pohon meratapi nasib. Pupus sudah harapanku untuk makan malam dengan lauk tempe goreng geprek kegemaran kami sekeluarga. Apa yang harus kusampaikan kepada ibu? Tak mungkin aku bercerita dengan jujur tentang perlakuan Uwak Maryam hari ini. Aku tak ingin ibu yang sedang hamil besar menjadi sedih. Aku juga tak ingin kakak dan bapakku menjadi marah atau ribut dengan tetangga hanya karena minyak. ―Ah, tidak. Aku bilang saja minyaknya habis,‖ tekad batinku mantap. Aku berusaha mengusir rasa jengkel dan sedih yang bergejolak di hatiku. *** ―Assalamualaikum,‖ salamku lirih. ―Waalaikumsalam, Nak,‖ sahut ibu. ―Maaf, minyaknya habis, Bu,‖ ujarku lirih dengan wajah tertunduk. Rasa kecewa jelas tampak di wajah pucat ibu, tetapi tetap ada senyum yang menenangkanku. ―Tidak apa-apa, Sayang. Kita buat sendiri saja minyaknya,‖ ucap ibu bersemangat. Aku menaikkan alis, bingung, ―Dari apa, Bu?‖ ―Dari buah kelapa,‖ jawab ibu. Aku mengikuti ibu ke dapur. Mataku menemukan sekitar sepuluh butir kelapa yang | tergeletak di bawah meja kompor. Dengan cekatan, ibu mulai mengupas kulit kelapa meskipun terlihat sedikit susah payah karena perut besarnya. Aku pun segera membantunya dengan melepaskan serabut kelapa dengan menggunakan gigi bajaku. Tanganku pun dengan cekatan melepaskan batok kelapa dan segera memarutnya. Ibu lalu menyuruhku untuk memeras kelapa parut dan mengambil santan kentalnya. Sementara itu, ibu mulai menyalakan tungku di belakang rumah. Asap dari kayu bakar menyerbakkan aroma khas, aroma yang membangkitkan semangatku. Kuali besar kini sudah dipenuhi santan. Dengan semangat, aku terus mengaduknya. Perlahan tapi pasti, santan tersebut mulai menyusut dan membentuk gumpalan halus. Beberapa saat kemudian muncul genangan mengkilat di atas permukaan santan yang menggumpal. ―Bu, minyaknya terlihat, Bu!‖ teriakku senang. ―Alhamdulillah!‖ ibu ikut berseru girang. Sedikit demi sedikit, minyak kelapa beraroma harum itu berpindah ke dalam mangkuk. Namun, kesenangan itu tak bertahan lama. Tiba- tiba tenda tempat kami memasak santan terasa bergoyang. Derap langkah berat terdengar mendekat dengan tergesa-gesa. ―Wah, wangi sekali. Kalian sedang membuat apa?‖ tanya Uwak Maryam terengah-engah. | ―Minyak kelapa, Wak!‖ jawab ibu dengan bersemangat. ―Hah, ternyata kelapa bisa dibuat menjadi minyak, ya?‖ tanya Uwak Maryam heran sekaligus penasaran. ―Aku minta, ya?‖ pintanya dengan raut memelas. Deg. Gulatan kesal yang tadi tertimbun dalam hatiku kini kembali bergejolak. Aku terdiam. Terbayang perlakuan buruknya padaku beberapa jam yang lalu. Akan tetapi, kini? Seenaknya dia meminta- minta tanpa merasa malu. Namun, ibu tentu tidak tahu kejadian tadi. Beliau mengangguk santai. ―Boleh,‖ jawabnya. ―Tunggu sebentar, ya, Wak. Kalau sudah selesai, sekalian nanti aku beri ampas manis blondo-nya,‖ ujar ibu ramah. Rasanya sangat menjengkelkan saat aku membayangkan mereka mendapatkan yang telah kami buat. Namun, aku tetap tidak mau ibu mengetahui kejadian tadi. Aku khawatir ibu naik pitam dan akhirnya dapat memengaruhi kondisi kehamilannya. Aku pun hanya mengusir kekesalan dengan meredamnya seorang diri. *** Senja yang merayap menjadi gelap diiringi kumandang azan magrib dan menyusutkan | langkah untuk tetap di dalam rumah. Malam pun merambat dengan cepat. ―Tok-tok-tok!‖ Pintu diketuk dengan keras, memecah keheningan malam. Aku dan ibu berpandangan, memperkirakan siapa yang datang. Biasanya, jika bapak yang mengetuk, suaranya tidak akan sekeras itu. ―Assalamualaikum!‖ suara berat yang sangat kukenal mengiringi ketukan pintu. ―Waalaikumsalam!‖jawab aku dan ibu bersamaan. Aku beranjak membuka pintu. Belalai panjang yang terulur sambil membawa piring berisi kue yang mengepul menyambutku. Uwak Maryam berdiri di depan pintu dengan senyum yang sedikit kikuk. Aku membalas senyumnya dengan sedikit terpaksa. Walaupun aku sudah berusaha melupakan kejadian tadi siang, sejujurnya masih tersisa rasa kesal padanya. ―Ini kue godo pisang campur blondo minyak untuk kalian sekeluarga,‖ ucap Uwak Maryam. Aku mengangguk, lalu menyahut, ―terima kasih, Wak!‖ Sejenak hening menyelimuti kami berdua. Sepertinya Uwak Maryam ingin menyampaikan | sesuatu, tetapi entah apa yang membuatnya tampak ragu. ―Mmm, begini, Nak Aini. Uwak ingin minta maaf terkait kejadian tadi siang, Uwak dengan seenaknya mengambil kuponmu, meremehkanmu, dan menyakiti perasaanmu. Padahal, Uwak sudah tua begini. Akan tetapi, kelakuan Uwak malah buruk sekali kepada anak muda sepertimu. Sikap Uwak benar-benar tidak mencerminkan orang dewasa. Uwak sangat menyesal dan malu.‖ ucap Uwak Maryam pelan. ―Terima kasih, Wak! Uwak sudah melepas ego dan mau meminta maaf pada monyet kecil sepertiku. Mendengarnya, hatiku menjadi lebih tenang.‖ Kami pun saling tersenyum tanpa menyadari kehadiran bapak yang sudah pulang kerja dan kini berdiri di belakang Uwak Maryam. ―Terima kasih kuenya, kawan. Semoga anakmu lekas mendapat jodoh,‖ kata bapak sambil mencomot kue godo pisang. Namun, sebelum bapak menyentuh kue itu, tanpa disadari tangan ibu sudah menepis pelan tangan bapak dan mengingatkan untuk mencuci tangan terlebih dahulu. Uwak Maryam pun tertawa kecil. ―Aamiin!‖ ucapnya. ―O, iya, Aini. Besok kita buat minyak lagi, ya?‖ pinta Uwak Maryam kepadaku. ―Boleh, Uwak!‖ ucapku bersemangat. | Dari dalam rumah, bapak yang telah mencuci tangan dan kini sedang mengunyah kue pemberian Uwak Maryam pun menyeletuk, ―Besok sebelum berangkat kerja, Bapak akan mengambil buah kelapa yang banyak.‖ Aku tersenyum sumringah mendengar janji bapak. ―Omong-omong, kue ini enak. Apa namanya?‖ tanya bapak. ―Namanya godo mix bloncron,‖ cetusku cepat. ―Artinya?‖ tanya ibu dari dalam rumah. ―Godo pisang dicampur blondo minyak zaman Omicron!‖ jawabku penuh semangat. Sontak saja semua tertawa riang. Uwak Maryam pamit pulang. Rasa kantuk dan bahagia membuat kami cepat terlelap di pulau kapuk. *** Azan subuh membangunkanku. Suara dentuman benda jatuh bertubi-tubi memaksaku untuk keluar rumah. ―Wah, banyak sekali kelapanya, Pak!‖ kataku kepada seekor gajah tambun, suami Uwak Maryam. ―Iya, bapakmu pintar memilih kelapa tua,‖ ujar Pak Darsa. Belalainya terjulur ke atas untuk membantu bapak memanjat kelapa. | ―Pelepah daun kelapa itu untuk apa, Pak?‖ tanyaku kepada bapak yang baru turun dari pohon kelapa. ―Untuk dibuat sapu. Lumayan kalau dijual biar uang jajanmu bertambah,‖ jawab bapak. ―Batang kelapa yang sudah terlalu tinggi juga bisa ditebang dan dibelah, lalu papannya bisa dibuat tempat menyimpan makanan,‖ lanjutnya. Aku mengangguk senang. Namun, aku merasa malu karena selama ini tidak menyadari banyaknya karunia Allah di sekitarku yang belum dimanfaatkan secara maksimal. *** Kabar mengenai produksi minyak kelapa yang digawangi oleh keluargaku dan dibantu keluarga Uwak Maryam rupanya sudah menyebar ke seantero hutan. Bahkan, sesepuh hutan mendatangi rumahku. Beliau menawari kami untuk mendirikan bisnis minyak kelapa yang nantinya bisa membantu menaikkan perekonomian warga di hutan ini. Setelah menyelesaikan tugas sekolahku, aku pun lekas meniti jembatan menuju kebun impian. Di kebun inilah kami menanam pohon kelapa. ―Aini, sini!‖ teriak Saroh, Baron, dan Zahro bersamaan. Mereka melambaikan tangan ke arahku. Tak jauh dari sana, Uwak Maryam tersenyum sambil mengaduk panci besar yang berisi santan. | ―Aku dan Zahro merasa penasaran dengan produksi minyak kelapa yang dari kemarin menjadi topik hangat. Akhirnya, kami memutuskan untuk ikut membantu kamu,‖ ucap Baron, si sapi yang pernah bertengkar dengan kelinci yang kini berdiri di sampingnya. ―Kami juga siap membantu untuk membuat sapu yang kata Pak Darsa akan kamu jual juga,‖ tambah Zahro, si kelinci. ―Ah, terima kasih!‖ Aku terenyuh. Hatiku merasa hangat dan amat terharu. Rupanya begitu banyak teman baik di sekitarku. Siang itu rasanya lebih bercahaya dan cerah. Aku membayangkan rupiah hasil keringat sendiri. Indahnya. *** | 2 Sepotong Maaf ujan lebat disertai angin kencang memaksa satu batang pohon kelapa tua tumbang. ―Krak! Bruk!‖ Pohon itu menimpa rumah penguasa lembah. ―Auuummm, Aduh! Auummm, Tolong!‖ ―Aummm! Tolong!‖ suara itu terdengar lagi. Akan tetapi, suaranya terdengar lebih parau dan terasa menyakitkan. Iqbal, seekor beruang madu besar, tergopoh- gopoh mendatangi sumber suara. Ia mendapati Burhan, si singa penguasa lembah, sedang menyeret kakinya yang bersimbah darah dan tampaknya patah. Singa yang biasanya selalu gagah itu kini bersusah payah keluar dari reruntuhan rumah dengan wajah meringis kesakitan. ―Tolong,‖ suara Burhan kian parau dan lemah. Singa itu pun akhirnya terjatuh dan pingsan. ―Tolong!‖ teriak Iqbal meminta bantuan. Dia tidak bisa menggotong singa itu sendirian untuk menuruni lembah menuju rumah sakit terdekat. Beberapa hewan pun tergesa-gesa menghampiri mereka, termasuk seekor kuda poni dan anjing yang H | berprofesi sebagai pemilik Delman Express. Turut pula anjing pintar yang berprofesi sebagai dokter. Anjing pintar tersebut bergegas melakukan pertolongan pertama untuk menghentikan pendarahan, sedangkan si Kuda Poni segera menyiapkan kendaraan. *** Suasana di hutan kecil sekitar lembah pagi itu menjadi heboh. Rumah raja hutan, Burhan, hancur tertimpa pohon kelapa dan kaki singa yang gagah perkasa itu patah. Ibnu, monyet pemilik kebun kelapa, merasa bertanggung jawab. Ia dibantu Pak Darsa, gajah yang berwibawa, dan hewan lainnya berusaha memperbaiki rumah Burhan. Mereka membelah pohon kelapa untuk dijadikan papan pengganti dinding rumah yang hancur. Di antara semua hewan yang tengah sibuk bergotong-royong, tampak Ibnu, si monyet pemilik kebun, mondar-mandir dengan gelisah. ―Ada apa, Pak?‖ tanya Baron, si sapi jantan. ―Tidak apa-apa. Saya hanya khawatir,‖ jawab Ibnu lirih. Dia pun melanjutkan, ―Sebenarnya saya takut Burhan marah besar karena pohon kelapa saya menimpa rumahnya.‖ ―Kalau mendengar kabar dari Iqbal, sampai saat ini Burhan belum siuman,‖ ujar Baron. | (Rencana lembar ilustrasi) pelukan 2 | ―Ya, Allah! Bagaimana ini?‖ Ibnu kian panik. ―Sebaiknya Bapak lekas meminta maaf. Bapak jenguk juga beliau yang saat ini terbaring di rumah sakit,‖ saran Baron berhati-hati. ―Iya, saya memang berniat meminta maaf setelah dia siuman. Hanya saja, saya terlalu takut menghadapi amarahnya.‖ Ibnu mengembuskan napasnya dengan berat. *** Di rumah sakit, Burhan mulai tersadar. ―Siapa pemilik pohon kelapa itu?‖ tanya Burhan menahan geram. ―Beraninya dia membuatku menderita rasa sakit ini dan menghancurkan rumahku.‖ ―I, Ibnu,‖ jawab Iqbal takut. ―Kurang ajar! Di mana dia sekarang?‖ geram Burhan. Dia pun melanjutkan dengan wajah yang seperti sedang mendidih, ―Akan kupatahkan lehernya!‖ Iqbal, si beruang, pun membisu. Dia takut situasi semakin tak terkendali. ―Di mana dia? Aummm!‖ Burhan mengaum kencang. Ranjang rumah sakit pun ikut bergetar menahan gerak tak beraturan Burhan. Dalam situasi panas itu, Ibnu yang tidak tahu- menahu mengenai Burhan yang sedang naik pitam | telah tiba di depan pintu ruang rawat inap rumah sakit. ―Assalamualaikum!‖ sapa Ibnu ramah. Senyum Ibnu sekejap menghilang tatkala melihat ekspresi Burhan yang tampak sangat marah. ―Aummm! Ke sini, kamu!‖ Burhan memanggilnya dengan kasar sambil berusaha berdiri. Tangannya berhasil menggapai tubuh kecil Ibnu. ―Akan kubunuh dan kukoyak tubuh ringkihmu ini dengan gigiku! Dasar monyet!‖ Dengan kukunya yang tajam dan besar-besar, Burhan hendak mencakar monyet ringkih itu. Namun, karena kondisi tubuhnya yang belum lama terbangun dari pingsan dan rasa sakit yang berasal dari kakinya, Burhan pun linglung. Keseimbangannya menjadi goyah. Sebelum dia terjatuh, kukunya sempat menggores lengan Ibnu. ―Arghh! Aummmm!‖ suara Burhan menggelegar, tetapi suara itu lebih terdengar seperti lolongan yang memilukan. Singa perkasa itu pun kembali pingsan. Petugas rumah sakit segera meminta Ibnu untuk keluar. Dia lekas mengobati Burhan untuk memberikan tindakan khusus pada singa itu. *** | (Rencana lembar ilustrasi) dugan 3 | Berita mengamuknya Burhan di rumah sakit menjadi topik hangat hari ini. Kejadian di ruang rawat inap itu menghadirkan rasa ngeri, khususnya di hati Ibnu yang menjadi target kemarahan Burhan. Ia merasa sangat bersalah atas musibah yang terjadi walaupun sesungguhnya itu semua sudah kehendak dari alam semesta. Dia memang pemilik kebun itu, tetapi bukan dia yang merobohkan pohon kelapa dan membuat situasi menjadi pelik seperti ini. Setelah pulang dari rumah sakit, Iqbal mengumpulkan warga hutan kecil untuk bermusyawarah mengatasi masalah yang terjadi. Mereka tidak lupa memakai masker dan menjaga jarak karena pandemi belum sepenuhnya mereda. Sebagai wakil penanggung jawab renovasi rumah, Darsa melaporkan bahwa perbaikan sudah mencapai enam puluh persen. Mereka akan melanjutkannya besok. Musyawarah berpusat pada upaya yang tepat untuk meredakan kemarahan si penguasa hutan lembah. Seekor kucing belang tiga pun maju untuk menyampaikan usulannya. ―Saya psikolog. Saya akan mencoba untuk menenangkan Pak Burhan.‖ Ucapannya tampak berwibawa. ―Silakan, Pak! Semoga berhasil,‖ Iqbal memberi dukungan. Malam kian larut. Makan malam pun dihidangkan untuk para peserta rapat dengan menu | utama gulai taboh kabing nyiwi. Semua peserta rapat segera menikmati hidangan lezat itu, tetapi tanpa canda tawa seperti biasanya. Rupanya mereka ibarat satu tubuh. Sakit yang dialami oleh satu organ, ikut dirasakan oleh seluruh tubuh. *** Azan subuh berkumandang, menghalau kantuk di netra yang terpejam. Jamaah musala hutan kecil serentak menadahkan tangan. Mereka memohon kesembuhan untuk Burhan dan berharap ketenangan kembali menyelimuti hutan kecil tersebut. Dengan langkah percaya diri, Baba, si kucing belang tiga, memasuki ruang rawat inap Burhan dengan menenteng sarapan istimewa, yaitu ikan bakar. Aromanya membangkitkan senyum di wajah pucat pasien. ―Terima kasih, Baba! Ikan bakarnya sangat lezat,‖ ucap Burhan di sela-sela kegiatan mengunyahnya. ―Alhamdulillah, Pak! Omong-omong, itu kiriman dari Aini, anak Pak Ibnu,‖ sahut Baba sambil tersenyum. Sang penguasa lembah hutan itu terdiam. Entah kehabisan energi marah atau dirinya sedikit terenyuh dengan perlakuan yang baru saja diterimanya dari keluarga Ibnu. Kevakuman suara itu dimanfaatkan Baba untuk memasukkan nasihat supaya Burhan tidak lagi | menyalahkan Ibnu atas musibah ini. Suara Baba yang berwibawa disertai pijatan lembut dari kucing belang tiga itu perlahan menenangkan Burhan. Ia mengangguk sebagai persetujuan atas kalimat yang diucapkan Baba meskipun sejujurnya hati kecilnya masih merasa kesal. Terlebih lagi saat ia melihat kakinya yang menjadi lemah tak berdaya karena sempat patah. *** Seminggu berlalu, Burhan telah cukup sehat untuk pulang dari rumah sakit. Walaupun kakinya masih pincang dan ia tidak bisa lagi melakukan pekerjaan berat, setidaknya dia bisa menggunakan kakinya kembali untuk beraktivitas sehari-hari. Penguasa hutan lembah itu sempat terpukau melihat rumahnya yang tampak baru dan lebih indah setelah direnovasi. Selama perjalanan pulang, Baba sempat memberi tahu bahwa renovasi rumahnya adalah ide dan bentuk tanggung jawab dari Ibnu atas musibah yang menimpanya. Ketika mengingat hal itu, Burhan merasa tercekat. Rasa bersalah membanjiri dirinya. Apalagi, dia sempat melukai monyet itu dengan perkataan dan tindakannya. ―Puk!‖ Ada yang menepuk pinggangnya pelan. Burhan menoleh. Rupanya seekor monyet jantan yang sejak tadi menjadi sosok yang memenuhi pikirannya. | ―I, Ibnu!‖ ucap Burhan ragu. Saat ini singa itu terlihat ragu, tidak seperti biasanya yang selalu tampak gagah. ―Tidak apa-apa. Aku senang kamu sudah kembali dari rumah sakit dan bisa beraktivitas lagi,‖ sahut Ibnu dengan senyum mengembang. Burhan terdiam. Saat ini rasanya ia begitu malu. Harga dirinya yang selalu tinggi itu kini menciut. Rasa bersalah menjalar memenuhi sekujur tubuhnya. ―Maaf.‖ Akhirnya kata itu keluar dari mulutnya. Burhan melanjutkannya sambil menunduk, ―Maaf, saya sudah mencelakaimu, padahal kamu sudah bertanggung jawab memperbaiki rumahku. Kamu bahkan tidak merasa kesal setelah apa yang aku perbuat padamu.‖ Senyum Ibnu semakin mengembang. ―Tidak apa- apa. Memperbaiki rumahmu itu tugasku. Aku juga meminta maaf karena telah melukai kakimu, Kawan! Seharusnya aku segera menebang setiap pohon kelapa yang sudah sangat tinggi sehingga peristiwa ini tidak terjadi.‖ Mereka berpelukan. Berita tentang penguasa hutan lembah yang telah berdamai dengan monyet, si pemilik kebun, secepat kilat menyebar. Kabar itu menghadirkan rasa bahagia yang menyelimuti seluruh hewan yang tinggal di hutan kecil tersebut. | Ah, sepotong maaf begitu mampu menautkan kembali dua hati yang terbelah, mendendangkan perdamaian untuk jiwa yang terluka. *** | 3 Jangan Kasih Kendur ermisi, ada undangan!‖ sayup-sayup terdengar seruan dari pekarangan rumah. ―Iya, sebentar,‖ sahut Laila, si gajah cantik, sembari membuka pintu. ―Aaa, minggu depan Saroh menikah!‖ seru Laila usai mengintip nama mempelai yang tertera di kertas undangan. Dia pun berbisik dalam hati, ―Ah, tentu saja aku harus tampil spesial dan menyanyikan lagu kenangan di pesta Saroh.‖ Dia lekas menutup pintu sembari mendekap undangan dari sahabatnya itu. Namun, sebelum pintu benar-benar tertutup, terdengar ucapan salam yang sontak menghentikan gerak belalainya untuk menutup pintu. ―Ini undangan pembentukan panitia untuk acara pernikahan Baron. Kak Laila diharapkan hadir nanti malam,‖ ucap perwakilan keluarga Baron. Mata Laila semakin berbinar usai mendengar kabar bahwa Baron juga akan menikah. ―Alhamdulillah! Akhirnya, sudah sampai jodoh Baron,‖ ujar Laila dengan senyum mengembang. ―P | Setelah pengirim undangan pergi, Laila langsung menuju kamar. Dia membuka lemari bajunya untuk mempersiapkan pakaian yang cocok dipakai pada saat menghadiri pesta pernikahan dua sahabatnya. ―Sebagai panitia di pernikahan Baron, sebaiknya aku menggunakan kain tapis dan kebaya merah muda ini saja,‖ gumam Laila sambil memilah-milah koleksi baju pesta miliknya. ―Nah, di pernikahan Saroh, aku ingin memakai gaun biru ini. Tampaknya akan membuatku terlihat lebih imut.‖ *** Suasana damai dan bahagia tampak terpancar dari wajah semua tetangga yang ikut membantu mempersiapkan pernikahan Baron yang akan dilaksanakan pada Sabtu. Canda tawa mengiringi kegiatan memasak yang dilakukan di dapur belakang. Dengan diselingi makan bersama yang bermenukan seruit, tempoyak, ikan bakar, dan lalap hijau, acara persiapan pernikahan selalu terasa spesial. Hari bahagia itu pun telah tiba. Pengantin bersanding dengan wajah sumringah di pelaminan yang megah berbentuk siger. Sebagai salah satu panitia penerima tamu, Laila kerap menangkupkan belalainya di dada dan menunduk sebagai pengganti bersalaman. Karena pandemi yang telah berlangsung hampir genap dua tahun, setiap kegiatan pernikahan yang diadakan pun harus selalu mengikuti protokol kesehatan. | ―Hadirin yang berbahagia, suara indah selanjutnya yang akan menemani kita mencicipi segala hidangan yang tersedia adalah suara si pemilik suara emas, Laila!‖ seru pemandu acara yang semakin memeriahkan pesta pernikahan tersebut. Laila tersenyum. Akhirnya, kesempatannya untuk tampil telah tiba. Karena merasa akan pengap jika menggunakan masker sambil bernyanyi, Laila pun membuka maskernya sebelum musik mulai mengiringi penampilannya. Lagu ‖Sang Bumi Ghuwa Jurai‖ dan ―Tanah Lado‖ mengalun dengan merdu selama beberapa menit dan sukses menghibur mempelai beserta para tamu undangan. Tak terasa, waktu berputar dengan begitu cepat. Kini, senja mengiringi para tamu kembali ke rumah masing-masing. Tak terkecuali Laila. Ia juga segera kembali ke rumah dengan kondisi tubuh yang sangat lelah dan kepala terasa sakit. Biasanya tidur adalah cara terbaik bagi Laila untuk mengusir penat dan sakit kepala. Akan tetapi, itu tidak berlaku untuk kali ini. Rasa sakit kepala Laila kini kian menjadi. Belalainya pun lunglai dan seluruh persendiannya terasa sakit. ―Minum ini, Laila,‖ ucap ibu Laila sambil menyodorkan segelas air hangat dan obat sakit kepala. ―Semoga aku bisa segera sembuh, ya, Bu. Besok, kan, aku harus ke pesta pernikahan Saroh,‖ ujar Laila penuh harap. Suaranya bergetar dan terdengar lemah. | Ibu mengangguk cepat. ―Pasti, Sayang. Sekarang, ayo, tidur biar cepat sembuh,‖ sahut ibu Laila penuh perhatian. Bersama usapan lembut dari ibunya, Laila pun perlahan tertidur. *** Hari ini pernikahan Saroh. Akan tetapi, sayangnya, Laila masih sakit. Gajah itu meringkuk lemah di atas kasur. ―Aduh, badanmu demam, Laila,‖ Ibu berkata sambil meraba kening dan tubuh Laila yang menggigil. Ibu Laila pun lekas menyiapkan obat penurun panas dan mengompres kening anaknya. ―Ibu suapin, ya, biar Laila bisa segera minum obat,‖ ucap ibu lembut sembari menyodorkan sesendok bubur hangat dan lezat. Akan tetapi, rasanya hambar di lidah Laila. Pengaruh obat membuat Laila tertidur beberapa saat. Tidak lama dia pun terbangun. Dengan menahan rasa sakit di kepala dan sekujur tubuhnya, Laila berusaha bangun dari ranjangnya. Ia perlahan memakai gaun biru yang telah tergantung dengan cantik di belakang pintu kamar. Setelah berdandan tipis, Laila pun segera berangkat menuju ke pernikahan Saroh tanpa berpamitan dengan ibunya. Laila yakin bahwa ibunya tidak akan mengizinkannya pergi jika mengetahuinya. | ―Aduh, mulai keringat dingin,‖ gumam Laila sambil meraba keningnya. Dia pun berbisik, ―aku harus kuat. Aku tidak ingin mengecewakan Saroh karena tidak hadir di pernikahannya.‖ *** Sesampainya di pesta Saroh, Laila berusaha tampak ceria dan tidak terlihat sakit. ―Laila, kita nyanyi, ya!‖ ajak Saroh, sang pengantin. ―Ayo!‖ Laila menjawab, tetapi hatinya sedikit ragu. Sejujurnya, rasa sakit tak henti berpendar di kepala dan sekujur tubuhnya. Namun, dia pun tak tega untuk menolak ajakan sahabatnya. Mulailah mereka bernyanyi sambil memegang pelantang suara yang sudah berpindah-pindah tangan. Tentu bagian atas pelantang itu telah mengenai mulut banyak orang yang memakainya selama berbulan- bulan. Bahkan, bertahun-tahun lamanya pelantang itu tak dibersihkan. Namun, Laila tidak menyadari hal itu. Dia hanya merasa bahwa bernyanyi dengan mengenakan masker akan membuatnya kian berkeringat dan sesak. Tak sampai dua menit, dada Laila semakin sesak. Napasnya pun menjadi tersengal-sengal. Dia merasa sangat sulit bernapas. Seketika tubuhnya pun ambruk di atas panggung. Laila terjatuh dan pingsan. ―Aaa, tolong! Ada yang pingsan!‖ | (Rencana lembar ilustrasi) pesta 4 | Semua panik. Pesta pernikahan yang pada awalnya tenang tiba-tiba menjadi ricuh. Sebagian tamu menuju ke arah panggung untuk menolong Laila atau sekadar ingin tahu apa yang terjadi. Sebagian lagi berbisik-bisik riuh. Dengan sigap, Ruslan, si beruang, dengan dibantu panitia lainnya bergegas menurunkan Laila dari panggung. Mereka membopong Laila dan menempatkannya sementara di atas beberapa kursi tamu yang dijejerkan. ―Laila langsung dibawa ke rumah sakit saja, Pak!‖ ucap Saroh sambil menangis sesenggukan. ―Hubungi Pak Poni Kuda! Cepat!‖ sambung yang lain dengan khawatir. Sesampainya di rumah sakit, Laila segera dilarikan ke UGD. Begitu melihat kondisinya, pihak rumah sakit pun merasa perlu melakukan SWAB untuk memastikan penyakit yang diderita Laila. Tak lama, hasil SWAB pun keluar dan menyatakan bahwa gajah remaja itu telah positif terkena Covid-19 varian Omicron. Laila pun langsung dibawa ke ruang isolasi. Berita duka tentang Laila yang positif terpapar virus Omicron dan kini berada di ruang isolasi pun segera menyebar pada hari itu juga. Ibu Laila yang merasa yakin bahwa anaknya masih beristirahat di dalam kamar seketika berteriak histeris. Dia langsung berlari menuju rumah sakit begitu mendengar kabar | tersebut. Derap langkahnya menebar duka, mengguncang hati para bunda di hutan itu. *** Di ruang isolasi, Laila perlahan siuman. Dengan berat, matanya membuka dan mengerjap pelan. ―Aku di mana?‖ tanya Laila bingung. Suaranya terdengar parau dan lemah. ―Kamu di ruang isolasi rumah sakit,‖ jawab perawat yang tampak menggunakan protokol kesehatan lengkap. ―Isolasi? Bukankah aku hanya demam biasa? Mengapa aku harus berada di ruang isolasi?‖ Laila mengernyitkan keningnya. ―Hasil SWAB menyatakan bahwa kamu positif terpapar virus Omicron. Gejala yang kamu alami pun sesuai dengan ciri-ciri penderita virus Omicron, yaitu demam, sakit kepala, batuk, pilek, persendian sakit, dan sesak napas.‖ Perawat itu menjelaskannya dengan detil. Laila tertegun. Dalam hati, dia mengiyakan semua ciri-ciri yang memang telah dialaminya selama ini. Namun, dia masih tidak menyangka bahwa dirinya telah terkena virus Omicron. ―Sekarang minum jus bawang putih, ya?‖ ajak perawat sambil membantu Laila duduk. Sebelum berbaring kembali, Laila berusaha mengingat-ingat peristiwa apa yang kemungkinan | dapat menjadi pemicu utama dirinya terpapar virus Omicron. Dia merasa selama ini telah menaati protokol kesehatan dengan rajin memakai masker, mencuci belalai sebelum makan, serta membatasi diri dengan jarang bepergian, berkumpul, dan berkerumun. Namun, memang beberapa hari ini dia membantu menjadi panitia di pernikahan Baron. Dia juga tampil menyanyi di atas panggung. ―Ah, pelantang suara,‖ gumam Laila dengan mata terbuka lebar. Ia teringat dengan benda yang digunakannya selama bernyanyi tanpa memakai masker. Laila menepuk dirinya pelan. Ia merasa bodoh. Dia lalai dan tidak sadar bahwa pelantang itu sudah dipakai banyak orang. Bahkan, dengan santainya dia melepas masker selama menggunakan pelantang tersebut. Selain itu, dia tampaknya sedang dalam kondisi yang tidak cukup sehat sejak di pernikahan Baron. Akibatnya, dia lebih mudah terserang virus. ―Ini kiriman buah dari keluarga Baron dan parsel roti dari keluarga Saroh.‖ Perawat memutus lamunan Laila. ―Terima kasih, Suster!‖ ucap Laila terharu. Ia menatap sekeranjang aneka buah segar dan parsel yang berisi beberapa jenis roti kesukaannya. *** | Di luar pagar kawat rumah sakit sudah menunggu beberapa keluarga pasien yang diisolasi. Wajah bahagia bercampur cemas tersembunyi di balik masker rapat mereka. Satu per satu pasien tersebut menuju ke ruang terbuka tempat berjemur pasien sekaligus ruang kunjungan jarak jauh bagi keluarga pasien. Keluarga Laila menjadi salah satu keluarga pasien yang datang berkunjung pada hari itu. Di antara anggota keluarga Laila yang datang, rupanya ada Aini, si monyet. Salah satu sahabatnya itu ikut hadir. Tampak dari kejauhan, orangtua dan kakak Laila melambai-lambaikan belalai mereka untuk menyapanya. Mereka membawa banyak kelapa muda untuk seluruh penghuni ruang isolasi. Seekor kucing, salah satu perawat di rumah sakit itu, datang menghampirinya sambil membawa sebuah kelapa muda yang telah dibelah dan diberi sedotan. Laila pun melirik para pasien di sekitarnya yang kini sedang menikmati kelapa tersebut. Laila menyeruput air kelapa tersebut, tetapi lidahnya merasakan hal yang aneh. Rasa air kelapa itu tidak seperti rasa air kelapa pada umumnya. ―Kok, rasanya berbeda, Sus?‖ tanya Laila heran. ―Iya, tentu berbeda. Air kelapa itu sudah dicampur dengan jeruk lemon dan sedikit garam.‖ Perawat tersebut menjelaskan. | ―Ini salah satu obatnya, ya, Sus?‖ tanya Laila memastikan. ―Benar sekali. Semangat, ya? Patuhi semua peraturan kesehatan, termasuk mengonsumsi makanan dan minuman biar kamu cepat sembuh!‖ ucap perawat itu lembut. ―Asiyapp!‖ sahut Laila bersemangat. Sambil berjemur, Laila memendarkan matanya menelusuri taman mini tempat dia dan pasien lainnya berjemur. Dia tersadar bahwa mereka adalah tetangganya dan beberapa orang yang berada di pesta Baron dan Saroh. Ah, mungkinkah mereka juga terpapar virus Omicron seperti dirinya? Dengan jarak yang saling berjauhan, mereka saling menyapa walau hanya dengan anggukan, lambaian tangan, dan bahasa isyarat tubuh yang lain. Laila pun ikut melambaikan belalainya kepada mereka. Gajah itu berharap bahwa dirinya dan tetangga-tetangganya segera terbebas dari virus Omicron. Dia sungguh tak ingin berlama-lama berada di rumah sakit. *** Setelah empat belas hari dirawat di rumah sakit, Laila akhirnya dinyatakan sembuh. Ia diperbolehkan kembali ke rumahnya dengan catatan tetap harus mematuhi aturan kesehatan. | ―Jangan kasih kendur!‖ ucap dokter bercanda. ―Harus waspada dan lawan terus. Kita tidak boleh lengah dengan segala virus yang kian beranak- pinak,‖ sahut perawat yang ikut mengingatkan dengan nada bercanda. ―Iya, siap!‖ seru para pasien. ―Jangan kembali ke sini lagi!‖ celetuk satpam bercanda sambil membuka pintu kaca rumah sakit. Laila pun keluar dari rumah sakit dengan perasaan lega. Ia jadi teringat dengan ucapan Bima, si badak, satpam rumah sakit. Badak tersebut mengatakan, ―Selama masih ada kehidupan, maka virus pun akan tetap ada. Dia akan terus berinovasi dan menjadi lebih kuat. Namun, kita tidak perlu panik. Kita hanya perlu patuh dan jangan pernah abaikan protokol kesehatan. Selain harus mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, kita perlu menyeimbangkan jatah waktu kita untuk bekerja, beristirahat, dan berolahraga.‖ Laila mengangguk cepat dan berbisik, ―Yap! Dengan begitu, insyaallah virus takkan berkuasa dan dunia pun akan terus berbunga.‖ -TAMAT- | Glosarium Godok pisang : Masakan khas Sumatera Barat yang terbuat dari pisang dicampur dengan terigu dan daging buah kelapa yang telah diparut. Blondo : Hasil samping dari pengolahan minyak kelapa murni atau biasa disebut Virgin Coconut Oil (VCO). Gulai taboh : Gulai santan khas Lampung yang penyajiannya dilengkapi dengan ikan gabus atau ikan nila. Kabing nyiwi : Bagian batang kelapa paling muda yang rasanya manis dan bisa disayur Covid-19 : Penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, penyebab pandemi Corona sejak tahun 2020. Omicron : Varian baru dari SARS-CoV-2 atau biasa disebut dengan keturunan Covid-19. | Nama : Yunida Evasusanti, S.Pd., M.M. Tempat, Tanggal Lahir : Sariguna, 4 April 1974 Nomor Ponsel (WA) : 089665742854 Alamat Posel : [email protected] Alamat Kantor : Branti Raya, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan Alamat Rumah : Jalan Serbajadi Gg.Merdeka No. 87 Pemanggilan Natar, Kabupaten Lampung Selatan Pendidikan : S-1 Bahasa Indonesia, Universitas Lampung : S-2 Magister Managament, Universitas Bandar Lampung (UBL), Provinsi Lampung Riwayat Pekerjaan :  Guru Bahasa Indonesia di SMPN 4 Natar Lampung Selatan (sampai sekarang)  Guru Bahsa Indonesia di SMP YBL Natar Lampung Selatan (sampai sekarang)  Guru Bahasa Indonesia di SMA Life skils Kesuma Bangsa Natar Lampung Selatan (sampai sekarang) Karya :  Antologi Cerpen Mana PIN-ku (Media Guru 2021)  Antologi puisi Seribu Bait Cinta Sang Guru (Pustaka Literasi Indonesia 2021)  Antologi opini Guru Limited Edition (Pustaka Literasi Indonesia 2021)  Cerita anak Cantiknya Laut Indonesiaku (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa 2021)  Antologi puisi Sekotak Cinta Ibu (Goresan Pena –KRP 2022)  Antologi puisi Tak Seindah Rayuan Romeo (Goresan Pena- KRP 2022)  Antologi Jangan Lagi (Goresan Pena-KRP 2022) Biodata Penulis | Nama : Kiki Zakiah Nur, S.S. Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 8 Oktober 1974 Nomor Ponsel (WA) : 082181110674 Alamat Posel : [email protected] Alamat Kantor : Jalan Beringin II, No.40, Kompleks Gubernuran, Telukbetung, Bandarlampung Alamat Rumah : Jalan Beringin II, Lingkungan III, No. 24, Rt 04, Kelurahan Talang, Telukbetung, Bandarlampung Pendidikan : S-1 Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Padjadjaran, Bandung Riwayat Pekerjaan :  Mengajar Di SMP Islam Irsyadul Athfal, Depok  Mengajar Di SMP Islam Arridho, Depok  Mengajar Di Bimbingan Belajar Nurul Fikri, Jakarta dan Lampung  Bekerja Di Kantor Bahasa Provinsi Lampung Karya Penyuntingan :  Enaknya Makan Buak Tat (Penulis: Destiani)  Misteri Pohon Bernyanyi (Penulis: Sustin Nunik)  Legenda Mahat Menggala (Novita Sari Idham)  Bandar Negeri Semuong dan Mantra Teluk Semaka (Penulis: Asarpin Aslami) Biodata Penyunting Bahasa Indonesia | Nama : Badar Rohim, S.Pd. Tempat, Tanggal Lahir : Maja, 13 Agustus 1993 Nomor Ponsel (WA) : 082269972775 Alamat Posel : [email protected] Alamat Kantor : Jalan Penyandingan, Desa Penyandingan, Kecamatan Margapunduh, Kabupaten Pesawaran Alamat Rumah : Dusun 1 Maja Induk, Desa Maja, Kec. Margapunduh, Kab. Pesawaran Pendidikan : S-1 PGSD Riwayat Pekerjaan :  Guru SDN 6 Marga Punduh, Pesawaran Biodata Penyunting Bahasa Lampung | Nama : Didin Jahidin Nomor Ponsel (WA) : 085715056676 Alamat Posel : [email protected] Pendidikan : SD 02 Kadugede, 1986 MTsN Kadugede, 1989 SMKN 02 Kuningan 1992 Riwayat Pekerjaan dan Karya:  PT Bintang Jenaka Cartoon Film, 1992—1996 (Dogaman/Inbetweener)  PPFN, 1996—1997 (Key Animator, mengerjakan proyek film animasi layar lebar Malaysia ―Silat Legenda‖)  Asiana Wang Animation, 1997—2003 (Layout, 1997—2001) (Key Animator, 2001—2003)  Pustaka Lebah, 2003—2014 (Ilustrator dan Pimpinan Proyek Animasi 2D, dan Koordinator Team Visual)  Binar Cahaya Semesta, 2014 (Ilustrator dan Koordinator Team Visual) Biodata Ilustrator | SAMPUL BELAKANG
2_Gara_Gara_Kelapa_ISBN3
Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Tahun 2023 Penulis dan Penerjemah : Nur Anita Syamsi Safitri Ilustrator : Suhardi Syam Paklungang poro Ammakku Bantal untuk Ibu Penulis dan Penerjemah: Nur Anita Syamsi Safitri Ilustrator: Suhardi Syam Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia 2023 MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Paklungang poro Ammakku Bantal untuk Ibu Penulis : Nur Anita Syamsi Safitri Penerjemah: Nur Anita Syamsi Safitri Ilustrator : Suhardi Syam Penyunting : Rahmatiah Mira Pasolong Diterbitkan pada tahun 2023 oleh Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan Jalan Sultan Alauddin Km 7 Tala Salapang, Makassar Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Katalog Dalam Terbitan (KDT) Nur Anita Syamsi Safitri Paklungang poro Ammakku (Bantal untuk Ibu) /Nur Anita Syamsi Safitri;Penerjemah: Nur Anita Syamsi Safitri : Ilustrator Suhardi Syam ; Penyunting: Rahmatiah, Mira Pasolong.;Makassar: Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan, 2023. Iv, 36 hlm.; 14.8x21 cm.ISBN 1. CERITA ANAK DWIBAHASA SULAWESI SELATAN-INDONESIA 2. CERITA BERGAMBAR KATA PENGANTAR MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI BUKU LITERASI BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA Literasi tidak dapat dipisahkan dari sejarah kelahiran serta perkembangan bangsa dan negara Indonesia. Perjuangan dalam menyusun teks Proklamasi Kemerdekaan sampai akhirnya dibacakan oleh Bung Karno merupakan bukti bahwa negara ini terlahir dari kata-kata. Bergerak menuju abad ke-21 saat ini, literasi menjadi kecakapan hidup yang harus dimiliki semua orang. Literasi bukan hanya kemampuan membaca dan menulis, melainkan juga kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas. Sebagaimana kemampuan literasi telah menjadi faktor penentu kualitas hidup manusia dan pertumbuhan negara, upaya untuk meningkatkan kemampuan literasi masyarakat Indonesia harus terus digencarkan. Berkenaan dengan hal tersebut, pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menginisiasi sebuah gerakan yang ditujukan untuk meningkatkan budaya literasi di Indonesia, yakni Gerakan Literasi Nasional. Gerakan tersebut hadir untuk mendorong masyarakat Indonesia terus aktif meningkatkan kemampuan literasi guna mewujudkan cita-cita Merdeka Belajar, yakni terciptanya pendidikan yang memerdekakan dan mencerdaskan. Sebagai salah satu unit utama di lingkungan Kemendikbudristek, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa berperan aktif dalam upaya peningkatan kemampuan literasi dengan menyediakan bahan bacaan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembaca. Bahan bacaan ini merupakan sumber pustaka pengayaan kegiatan literasi yang diharapkan akan menjadi daya tarik bagi masyarakat Indonesia untuk terus melatih dan mengembangkan keterampilan literasi. Mengingat pentingnya kehadiran buku ini, ucapan terima kasih dan apresiasi saya sampaikan kepada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa serta para penulis bahan bacaan literasi ini. Saya berharap buku ini Ii akan memberikan manfaat bagi anak-anak Indonesia, para penggerak literasi, pelaku perbukuan, serta masyarakat luas. Mari, bergotong royong mencerdaskan bangsa Indonesia dengan meningkatkan kemampuan literasi serta bergerak serentak mewujudkan Merdeka Belajar. KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI SULAWESI SELATAN Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) melaksanakan program penerjemahan buku cerita anak untuk mendukung Gerakan Literasi Nasional (GLN). Pada tahun 2022, Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan (BBP Sulsel) sebagai UPT Badan Bahasa juga telah menerbitkan sepuluh judul buku cerita anak dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia melalui program penerjemahan buku cerita anak dwibahasa (bahasa daerah-bahasa Indonesia) untuk mendukung GLN. Pada tahun 2023, BBP Sulsel menerbitkan 46 judul buku cerita anak dwibahasa yang diperuntukkan anak usia 4—6 tahun (jenjang B-1, tingkat PAUD/TK) dan anak usia 7—9 tahun (jenjang B-2, tingkat SD awal). Cerita-cerita anak itu memuat tema “Pemajuan Budaya Lokal” dan bersubstansi STEAM (science, technology, engineering, art, math). Buku cerita anak berupa buku bergambar (picture book) ini berbicara perihal (1) alam dan lingkungan, (2) ekonomi kreatif, (3) cerita rakyat, (4) matematika, (5) pengembangan diri, (6) sains, (7) seni dan budaya, serta (8) tokoh. Buku cerita anak yang diterbitkan BBP Sulsel tentunya telah melalui tahapan kurasi karya, pembimbingan kepada penulis, dan penilaian karya dari para narasumber yang terdiri atas sastrawan, guru, dosen, dan akademisi. Kami berharap dengan adanya proses tersebut buku cerita anak yang kami terbitkan menjadi bahan bacaan bermutu yang layak baca dan memiliki tingkat keterbacaan yang baik untuk anak-anak. Buku-buku hasil program penerjemahan buku cerita anak dwibahasa (bahasa daerah—bahasa Indonesia) itu dapat d i a k s e s b e r s a m a b a h a n b a c a a n l i t e r a s i l a i n n y a d i l a m a n https://penerjemahan.kemdikbud.go.id/ dan https://budi.kemdikbud.go.id/. Penerbitan sebuah buku tidak akan bermakna tanpa apresiasi dan saran yang bijak dari pembaca. Tak ada gading yang tak retak, begitu kata pepatah. Demikian juga dengan buku cerita anak yang ada di tangan Anda ini, tentu masih banyak kekurangan. Tegur sapa dan saran sangat kami harapkan. Selamat membaca dan salam literasi. Makassar, Agustus 2023 Ganjar Harimansyah Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan Iii Iiii Penulis mengucapkan terima kasih kepada Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan yang telah memprakarsai terbitnya buku ini melalui seleksi Penulisan dan Penerjemahan Buku Dwibahasa tingkat Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat tahun 2023. Terima kasih juga saya sampaikan kepada orangtua, suami, dan Peliita Pangkep yang mendukung saya untuk terus berliterasi. Buku ini adalah tanda cinta dan kepedulian penulis kepada anak bangsa, juga kepada anak dalam kandungan saya. Buku ini menceritakan tentang seorang anak bernama Nayyara yang begitu mencintai Ibunya. Sebagai tanda cinta, Nayyara ingin membelikan bantal untuk Ibunya yang sedang hamil. Namun, uangnya belum cukup. Meskipun Nayyara menemukan uang di kelasnya namun Nayyara tidak mengambilnya. Nayyara tetap sabar menabung uangnya. Kejujuran, kesabaran, dan kepedulian adalah bentuk cinta Nayyara kepada Ibunya. Ada banyak bentuk perlakuan tanda cinta dari seorang anak kepada Ibu. Bagaimana caramu menunjukkannya? Pangkajene dan Kepulauan, Juni 2023 Nur Anita Syamsi Safitri Sekapur Sirih Penulis tergugah dengan kalimat yang pernah ia dengarkan bahwa cerita anak adalah hadiah terindah untuk buah hati. Berceritalah dari hati dan jangan pernah berhenti! Oleh karena itu, penulis menjadikan buku ini sebagai hadiah terindah untuk buah hati yang masih di dalam kandungan, yang ikut menemani Ibunya berproses. Daftar Isi Kata Pengantar...................................................................................i Sekapur Sirih...................................................................................................iii Daftar Isi ..........................................................................................................iv Paklungang poro Ammakku ........................................................................1 Glosarium......................................................................................................25 Biodata Penulis.............................................................................................26 Biodata Ilustrator.........................................................................................27 Iiv 1 Nayyara ambangungi tannga banngi. Naciniki ammakna tena nakullei attinro. Nayyara terbangun tengah malam. Dia melihat Ibunya yang susah tidur. 2 Lebbakmi balek kanang. Balek kairi sengi. Ibu balik kanan. Lalu, balik kiri. 3 Ammakna anngallei paklungang. Naboliki ri bokona dongkokna. Ibu mengambil bantal. Lalu dia simpan di belakang punggung. 4 Nayyara nakammaseangi ammakna. Nayyara kasihan melihat Ibu. 5 Ammuko kammanjo, tena nassikola Nayyara. Nipapinawangi mae appasarak ri Nenekna. Besoknya, Nayyara libur. Nenek mengajaknya ke pasar. 6 Ammakna tena namminawang nasabak tianangi. Ibu tidak ikut karena dia hamil. 7 Appalak kanami Nayyara ri Ammakna. Nayyara pamit pada Ibu. 8 Ri pasaraka, acciniki Nayyara pakbaluk paklungang. Akrupa-rupai paklungangna. Di pasar, Nayyara melihat penjual bantal. Banyak sekali jenis bantal. 9 Nayyara akboyai paklungang poro ammakna. Paklungang tau tianang. Nayyara mencari bantal untuk Ibu. Bantal ibu hamil. 10 Nayyara eroki naballi anjo paklunganga. Nakutaknangi ballinna. Nayyara ingin membeli bantal itu. Ia menanyakan harganya. 11 Tuju pulo sabbu ballinna. Harganya tujuh puluh ribu. 12 I Nayyara napaksaremi doekna mange ri nenek. Nakana I Nenek tenapa naganna. Nayyara memberikan uangnya kepada nenek. Nenek berkata uangnya belum cukup. 13 Tena naissengi Nayyara siapapi. Doekna nampai sampulo sabbu. Ballinna anjo paklunganga tuju pulo sabbu. Nayyara tidak tahu uangnya kurang berapa. Uang Nayyara baru Sepuluh ribu. Harga bantalnya tujuh puluh ribu. 14 Punna tuju nikurangi sekre, siapapi? Sekre, rua, tallu, appak, lima, annang. Oh…annangpi. Tujuh dikurangi satu berapa, ya? Satu, dua, tiga, empat, lima, enam. Oh…enam. 15 Kurang annampulopi sabbu. Uang Nayyara kurang enam puluh ribu. Nenek nasarei Nayyara doi ruampulo sabbu. Siapami anjo dik doekna Nayyara? Sekre doek sampulo sabbu. Sekre doek ruampulo sabbu. Sekre, rua, tallu. Oh…tallumpulomi sabbu. 16 Nenek memberikan Nayyara uang dua puluh ribu. Berapa ya jumlah uang Nayyara sekarang? Satu uang sepuluh ribu. Satu uang dua puluh ribu. Satu, dua, tiga. Oh…tiga puluh ribu. 17 Siapapi injo kurangna nampa ganna tuju? Tuju nikurangi tallu. Sekre, rua, tallu, appak. Oh…Appakpi. Kurang berapa lagi ya? Tujuh dikurang tiga. Satu, dua, tiga, empat. Oh…Empat puluh ribu lagi. 18 Rannu-rannui atinna I Nenek. Caraddekmi anrekeng cucunna. Nenek sangat senang. Cucunya sudah pintar menghitung. 19 Allo-allomi acceleng Nayyara. Niakmo limampulo sabbu doekna. Nakana I nenek sekre mami doek sangkamma anne. Nayyara menabung setiap hari. Uangnya sudah lima puluh ribu. Nenek berkata butuh satu lagi uang seperti ini. 20 Sekre wattu ri sikolayya Anggappai doek Nayyara. Tappa naukrangi apa nakana nenekna. Suatu hari di sekolah Nayyara mendapat uang. Dia jadi ingat perkataan nenek. 21 Sikammapinjo doek naboya. Mingka teai doekna. Nakutaknangi aganna. Mingka teai tong doekna. Sebenarnya Nayyara butuh uang itu. Namun, itu bukan uangnya. Nayyara bertanya kepada temannya. Bukan pula uang temannya. 22 Naerangmi anjo doeka mange ri gurunna. Nampa ammoterekmi. Nayyara memberikan uang itu kepada gurunya. Lalu, dia pulang. 23 Battuna Nayyara ri kamarakna. Antamai nenekna. Nieranngangi amplo battu ri purinanna. Horeee… Gannakmi doekku. Saat Nayyara sampai di kamar. Nenek masuk. Nenek membawa amplop dari pamannya Nayyara. Horeeee… Uangnya sudah cukup 24 Ammuko kammanjo, battumi Nayyara ammalli paklungang. Napassareangmi paklunganga mange ri ammakna. Sannaki rannuna ammakna. Esoknya, Nayyara membeli bantal. Dia memberikan bantal itu kepada Ibu. Ibu sangat bahagia. 25 GLOSARIUM Ammak : panggilan untuk seorang Ibu dalam bahasa Makassar Purina : panggilan untuk tante atau paman Pakbaluk : Penjual Paklungang : Bantal Paklungang tau tianang : Bantal khusus untuk Ibu hamil 26 Nur Anita Syamsi Safitri berasal dari Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Penulis adalah alumnus S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Makassar. Saat ini, penulis menempuh S2 Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, dengan beasiswa LPDP. Ini adalah buku anak pertama yang diterbitkan, sebagai hadiah terindah untuk buah hati pertamanya yang masih di dalam kandungan saat proses penulisan. Penulis dapat dihubungi melalui Instagram @nitasyamsafitri. Biodata Penulis Suhardi Syam, lahir di Ujung Pandang, 29 Desember 1989. Bekerja sebagai tenaga Pendidik di Prodi Pendidikan Seni Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar juga sebagai Guru Seni Budaya di SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar. Alumni Pendidikan Seni Rupa Unismuh Makassar Angkatan Pertama tahun 2008. Aktif sebagai Ketua Ikatan alumni Seni Rupa (IKASERA) dan juga sebagai pengurus Himpunan Pegiat Literasi dan Budaya (HPLB) SulSelBar. Biodata Ilustrator 27 Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Tahun 2023 Nayyara nakammaseangi ammakna sessa attinro. Banngi- banngina lussa akboja tannang bajika. Niaki ri atingna Nayyara ero amballiangi ammakna paklungang tau tianang mingka tena naganna doekna. Sekre wattu ri sikolayya, annguppai doek ri kelasna. Naapai anjo doeka Nayyara dik? Nayyara kasihan melihat Ibu yang susah tidur. Setiap malam Ibunya selalu gelisah mencari posisi tidur yang nyaman. Nayyara ingin membelikan bantal hamil untuk Ibu tetapi uangnya tidak cukup. Ketika di sekolah, Nayyara menemukan uang di lantai kelas. Kira- kira apa yang akan dilakukan Nayyara, ya?
2_NUR_ANITA_SYAMSI_DAFITRI_PAKLUNGANG_PORO_AMMAKKU
Bahan Bacaan untuk Pembaca Awal | Seri Terjemahan Ula dan Uli, si Ulat Kembar Ula lan Uli, si Uler Kembar Penulis: Darwanto Penerjemah: Lilik Iswanti Ilustrator: Sandro MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Ula dan Uli, si Ulat Kembar Ula lan Uli, si Uler Kembar © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang, 2022 Penulis Darwanto Penerjemah Lilik Iswanti Penelaah Wawan Eko Yulianto Penyunting Dalwiningsih Ilustrator Sandro Penata Letak Alra Ramadhan Diterbitkan oleh BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, 61252 Telepon/Faksimile (031) 8051752 Cetakan Pertama, November 2022 ISBN: 978-602-8334-79-2 Katalog Dalam Terbitan (KDT) 899.222 3 ULA ULA DAN ULI, SI ULAT KEMBAR/Darwanto U — cet.1 — Sidoarjo: Balai Bahasa Jawa Timur, 2022 iv + 26 hlm; 22 x 28 cm iii Kata Pengantar Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Salah satu kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur adalah cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Kekayaan itu merupakan sebuah aset nasional yang sa- ngat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional sebagai bagian dari warisan bu- daya dunia. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur tidak hanya dapat diimplemen- tasikan oleh masyarakat Jawa Timur, tetapi dapat pula dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan diterjemahkannya karya sastra Jawa Timur ke bahasa Indonesia, pem- bacanya dapat menikmati cerita, kemudian mengkaji nilai-nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai-nilai positif sebagai pegangan hidup. Hasil- nya adalah akan tercipta sebuah pemahaman antarbudaya yang akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Cerita-cerita yang terhimpun dalam terjemahan buku cerita anak untuk pembaca awal ini juga dapat bermanfaat sebagai salah satu sarana atau media pendidikan karakter. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEM, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika. Cerita dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Melalui penerjemahan cerita anak, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Tek- nologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Kami berusaha untuk turut berperan aktif dalam program itu dengan. menyediakan bahan bacaan bermutu bagi pembaca melalui penerjemahan cerita anak berbahasa daerah ke ba- hasa Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal. Kegiatan membaca diharapkan akan tumbuh dan berkembang menjadi keterampilan-keterampilan lanjutan sehingga akhirnya pembaca dapat mencipta karya. Keterampilan inilah yang menjadi hakikat dari keterampilan literasi. Inovasi seperti itu perlu didukung agar dapat menumbuhkan budaya literasi dengan tetap ber- fokus pada upaya untuk menumbuhkan generasi yang memiliki kemampuan berpikir kritis, me- mecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk terjemahan ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, di- gital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis karya sastra berbahasa daerah, penerjemah, penelaah, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya terjemahan ini. Semoga buku ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Sidoarjo, 1 Oktober 2022 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. iv Kata Pengantar iii Daftar Isi iv Ula lan Uli, si Uler Kembar Ula dan Uli, si Ulat Kembar 1 Penulis 25 Penerjemah 25 Ilustrator 25 Daftar Isi 1 Ula dan Uli, si Ulat Kembar Ula lan Uli, si Uler Kembar Penulis: Darwanto Penerjemah: Lilik Iswanti Ilustrator: Sandro Ibu kupu-kupu nyelehake endoge ing ndhuwur godhong gedhang. Seekor induk kupu-kupu meletakkan telurnya di atas daun pisang. 2 Saka endog loro kuwi netes uler kembar, Ula lan Uli. Ula mangane gasik. Uli mangane lelet, pilih-pilih. Dari kedua telur tersebut menetas ulat kembar, bernama Ula dan Uli. Ula makan dengan lahap. Sedangkan Uli makan dengan lambat dan pilih-pilih. “Godhong iki enak tenan.” “Daun ini enak sekali.” “Aku ra pati doyan.” “Aku tidak begitu suka.” 3 Ula lan Uli mlaku golek godhong- godhongan. Ula godhong apa wae dipangan. Uli pilih-pilih panganan. Ula dan Uli berjalan mencari dedaunan. Ula memakan daun apa saja. Namun, Uli memilih-milih makanan. 4 “Enak godhong iki!.” “Enak sekali daun ini!” “Tapi aku ra sudi!” “Tapi aku tidak mau!” 5 6 Ing ndhuwur ana apel. Buahe seger-seger. Uli dadi ngiler. “Aku pingin mangan apel.” Di atas ada buah apel. Buah itu nampak segar. Uli jadi ngiler. “Aku harus makan apel itu.” Ula nuturi, ati-ati akeh manuk miber ing ndhuwur wit apel. Ula memperingatkan kepada Uli agar Uli berhati-hati karena banyak burung terbang di atas pohon apel. 7 8 Uli ora peduli. Deweke kudu bisa mangan apel. Uli tidak peduli. Ia harus berhasil memakan apel. Awas! Ana manuk! Awas! Ada burung! 9 10 Tuluuung! Tolooong! 11 12 Uli mlayu sipat kuping. Ndelik njepiping. Uli berlari dengan kencang. Bersembunyi ketakutan. 13 Uli anteng melungker, nunggu manuke lunga miber. Uli diam meringkuk sambil menunggu burung itu terbang. 14 Ula lan Uli mlaku alon-alon. Nerusake lakon. Golek panggonan sing luwih lega. Kanggo nindakake pasa sing dawa. Ula dan Uli berjalan perlahan. Mereka melanjutkan perjalanan. Mencari tempat yang lebih tenang, untuk menjalankan puasa yang panjang. 15 16 Ula lan Uli sampe ing wit apukat sing rembuyung. Ula dan Uli sampai di pohon alpukat yang rindang. 17 Ula lan Uli penekan, golek panggonan. Jejeran. Ula dan Uli naik ke pohon dan mencari tempat yang berdekatan. 18 Wayahe teka. Nindakake pasa. Kini telah tiba saatnya untuk berpuasa. Ula lan Uli gumantung. Dadi enthung. Ula dan Uli menggantung menjadi kepompong. 19 20 Kira-kira lima las dina Ula lan Uli nindakake pasa. Wengi lan rina. Lima belas hari lamanya Ula dan Uli berpuasa. Siang dan malam tiada jeda. 21 Ketekan wektu. Kekarone metu awujud kupu-kupu. Tibalah saatnya, kedua ulat ini keluar dalam wujud kupu-kupu. 22 Klabak-klabak. Uli ngepakake sewiwine sing amba. Klabak-klabak! Ula ngepakake sewiwine sing luwih amba. Kepak-kepak. Uli mengepakkan sayapnya yang lebar. Kepak-kepak. Begitu pula Ula mengepakkan sayapnya yang lebih lebar. 23 24 Ula lan Uli miber bebarengan. Bebungah, dolanan ing taman. Ula dan Uli terbang bersama. Bermain di taman riang gembira. 25 Darwanto lahir di Madiun 5 Juni 1984. Ia aktif menulis sejak tahun 2010. Beberpa kali cerpennya masuk dalam buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas. Salah satu buku manuskrip Kumpulan Cerpennya yang berjudul Lumpur Tuhan memperoleh penghargaan sebagai pemenang dalam Sayembara Sastra Dewan Kesenian Jawa Timur 2017, kategori Prosa. Tulisan-tulisannya telah tersiar di beberapa media seperti Kompas, Jawa Pos, Koran Tempo, Media Indonesia, Republika, Majalah Horison, dll. Ia ber- mukim di Malang. Sehari-hari ia aktif mengajar Ia bisa disapa via email [email protected], atau boleh juga via Facebook Mashdar Zainal, atau IG Mashdar Zainal Penulis Penerjemah Ilustrator Lilik Iswanti, lahir di Kabupaten Madiun pada 06 April. Cerita Ula dan Uli ini merupakan karya kedua yang ia ter- jemahkan dengan arahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur. Pada 2021 ia telah merampungkan novel Ranting- Ranting Kering yang ia terjemahkan dari Bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia dalam naungan instansi yang sama. Lahir di bumi Mataraman menjadikannya memiliki rasa kencintaan mendalam pada kebudayaan Jawa, ditambah dengan keluarga yang kental nguri-nguri Kabudayan Jawi. Sandro aktif berteater dan kegiatan kreatif lainnya. Ke- senangannya menggambar digunakan untuk mengobati stres. Baginya, goresan dapat melepaskan stres. Lahir di Pacitan, 2 Juni 1993, dan menamatkan pendidikan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Malang, saat ini bercita- cita mementaskan cerita Na Willa dalam bentuk drama musikal.
2_Ula_dan_Uli
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Sawangen! Sawangen! Lihatlah! Lihatlah! Penulis Eni Wulansari Penelaah FX. Dono Sunardi Penanggung Jawab Umi Kulsum Tim Penyunting Koordinator: Awaludin Rusiandi Khoiru Ummatin Dalwiningsih Amin Mulyanto Ilustrasi & Desain Sampul Cecylia Cahyani Tata Letak FA Indonesia Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117 Telepon (031) 5925972 Cetakan pertama, Oktober 2023 E-ISBN: 978-623-112-902-4 Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR C erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak, khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila. Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur, seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai- nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan kayanya unsur-unsur lokal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi, penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya ini. Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Surabaya, 1 Oktober 2023 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Sawangen! Sawangen! Lihatlah! Lihatlah! Biodata Penulis Biodata Ilustrator iii iv 1 20 20 iv Aku sen eng m an gs a r end heng . Aku su ka m u si m huj an. 1 Mang sa re ndh eng nj al ar i k ahan an dad i gayen g. Musim huja n m em bu at s uasa na ja di ri ang. 2 Kana-k ene a keh tet uw uhan. Di sana- sini tu mbu ha n b ers emi. Ara-ara g aring d adi ij o,s eg er y en disaw ang. Padang gersan g jadi kehij auan, s ejuk sa at dipandang. 3 Bapak nyepakne dele, jagung, buncis, lan kacang. Bapak menyiapkan kedelai, jagung, buncis, dan kacang. 4 Winih -win ih ik u di gaw a me ny ang te gal an. Benih -beni h tan ama n itu di baw a k e la dan g 5 Ora kabeh tanduran ditandur isine. Ana uga sing ditandur uwite. Tidak semua tumbuhan ditanam bijinya. Ada juga yang ditanam batangnya. 6 Contone pohong. Cara nandure bonggole dikethoki, banjur ditancepke siji mbaka siji. Misalnya singkong. Cara menanamnya, yaitu batang dipotong-potong lalu ditancapkan sepotong demi sepotong. 7 Panc en b eda tan dura n b ed a c ara na ndu re. Mema ng be da ta nama n, be da jug a c ara me nan am nya. 8 Manis ah la n k am bil Labu s iam dan ke la pa diutuh -utu hne n an d ure. ditanam utuh -utu h d ar i bu ahnya. 9 Ana m aneh cara liyan e, G edh ang si ng dit and ur tuw uha ne. Ada la gi cara mena nam l ainny a. Pis ang , y ang dit ana m a dala h tu nasn ya. 10 Bawan g lan br am ba ng s in g d ita ndur siung e. Bawang merah dan baw ang p uti h, y an g d itan am ad alah siu ngnya. 11 Yen aku seneng nandur kembang. Ana kembang ajaib ing tamanku. Arane tiba urip. Kalau aku suka menanam bunga. Ada bunga ajaib di tamanku. Namanya tiba urip, artinya jatuh hidup. 12 Cara nandure ajaib, diceblokne wae saklembar godhonge. Mengko iso tuwuh dewe. Cara menanamnya ajaib, jatuhkan saja selembar daunnya. Nanti bisa tumbuh sendiri tunasnya. 13 Apa m aneh sin g g ay en g in g ma ngs a ren dheng? Apa la gi ya ng m eny en a n gk an di musi m huja n? 14 Dolanan rambut jagung. Dikuciri kaya putri-putri. Diklabang diwenehi kembang-kembang. Bermain rambut jagung. Diikat rambutnya seperti para putri. Dikepang-kepang, diberi bunga sebagai hiasan. 15 Dina genti dina, tanduran urip subur. Hari berganti hari, tanaman terus bersemi. 16 Buncis lan kacang dilanjari. Suket-suket diwatuni. Buncis dan kacang dilanjarkan. Rumput-rumput liar disiangi. 17 A y o s a w a n g e n ! A y o s a w a n g e n ! A y o p a n d a n g l a h ! A y o p a n d a n g l a h ! Man gsa re nd he n g sing gayen g. Musi m h uja n y an g ri ang. 18 Apa kowe ya sene ng ma ngs a r end hen g? Apa k amu juga suk a mu sim hu jan ? 19 BIONARASI Penulis Eni Wulansari, di beberapa karyanya memakai nama pena Shabrina Ws. Dia lahir dari keluarga petani. Menikmati masa kanak-kanak di lahan pertanian. Buku-buku bacaan anak karyanya yang sudah terbit, diantaranya: Pelari Cilik, Petualangan Ciki Kelinci, Lesus, Sakti dan Sapi Rebo, Dongeng Binatang, Kisah Indah dari Padang Rumput, Kue Kesukaan Tama, Kenduri Blang, Gonggongan Mengki, Surat dari Kobror, Payung Siapa Itu dan Laron Byar. Bisa disapa di IG @shabrina.ws. Ilustrator Cecylia Cahyani, seorang lulusan matematika yang jatuh cinta dengan dunia seni dan kepenulisan. Impian masa kecilnya menjadi seorang penulis dan ilustrator hebat yang sempat terkubur kini perlahan ingin diraihnya kembali. Cecylia telah menulis belasan buku teks pelajaran dan mengilustrasikan beberapa buku. Kalian dapat mengintip perjalanan hidupnya melalui akun instagram @cecyliacahyani. 20
20_SAWANGEN_SAWANGEN
Pengumpul Data: Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk. KKLP Pengembangan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Seri Antologi Fabel Nusantara Petualangan Binatang dan Kisah Lainnya Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara pa­ling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana de­ngan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). Penerbit PT Elex Media Komputindo KKLP Pengembangan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Seri Antologi Fabel Nusantara Petualangan Binatang dan Kisah Lainnya Pengumpul Data: Atisah, Desi Nurul Anggraini dkk. Petualangan Binatang dan Kisah Lainnya Seri Antologi Fabel Nusantara Kerja sama PT Elex Media Komputindo dan KKLP Pengembangan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi : Sastri Sunarti Leni Mainora Rosliani Farah Pengumpul Data: Atisah, Desi Nurul Anggraini, Helmi Fuad, Ibrahim Sembiring, Irawan Syahdi, Leni Mainora, Muawal Panji Handoko, Nurelide Munthe, Nurhaida, Suyadi, Syahril, Riki Fernando, Tri Amanat, Yuli Astuti Asnel, dan Zahriati Ilustrasi dan Desain Cover : Irene Layout : DiviaHIEMHUUDEMGIIIDIDDGMEDII hak Cipta Terjemahan indonesia ©2021 Penerbit PT elex media Komputindo hak Cipta dilindungi oleh undang-undang diterbitkan pertama kali oleh: Penerbit PT elex media Komputindo Kelompok gramedia-Jakarta Anggota iKAPi, Jakarta 523006917 iSBN: 978-623-00-3025-3 dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. dicetak oleh Percetakan PT gRAmediA, Jakarta isi di luar tanggung jawab percetakan Asal Mula Nama Pulau Angso Duo.........................................2 Musyawarah Binatang di Tepi Danau Maninjau...........10 Niat Baik Sang Kadal.................................................................17 Harimau dan Kambing.............................................................22 Pangeran Mudo dan Beruk yang Bodoh...........................25 Beruk yang Cerdik.....................................................................29 2 1 Asal Mula Nama Pulau Angso Duo Diceritakan kembali oleh Niki Martoyo D i suatu desa yang terletak di pinggir pantai yang penuh dengan hutan bakau, tinggallah seorang pemuda yang sangat tampan dan mempunyai rumah yang indah. Pemuda itu adalah Rajo Datuak Batuah. Selain berwajah tampan, ia juga sangat ramah dan penyayang. Rajo sangat senang memelihara hewan ternak, dan di antara binatang ternak peliharaannya itu terdapat dua ekor bebek angsa. Kedua hewan ini sangat dekat dengan Rajo. Rajo memanggil angsa ini dengan sebutan Angso. Si Angso senang bermain dan memakan udang kecil yang ada di antara akar pohon bakau. 3 Pada suatu pagi, Rajo pergi ke pantai melihat keadaan hutan bakau. Kedua bebek angsa meng­­ ikuti Rajo. Rajo sangat senang melihat hutan bakau itu dalam keadaan baik-baik saja. Sementara itu, kedua Angso itu meminta izin kepada Rajo untuk bermain dan mencari makan pada akar pohon bakau. Angso berkata kepada Rajo, “Izinkan kami ber­­­ main di bawah pohon bakau.” Rajo pun men­­jawab, “Baiklah Angso bermainlah, tetapi setelah sore kalian harus pulang.” “Terima kasih Rajo, sebelum matahari ter­ benam kami sudah sampai di rumah kembali,” kata mereka berbarengan. Sementara Rajo menikmati keindahan hutan bakau, kedua angsa ini asyik melompat dan bermain kegirangan. Mereka terus berjalan dan memakan udang-udang kecil yang mereka temui. Tanpa disadari keduanya, mereka telah sampai ke tepi muara dan melihat kapal kecil yang sedang berlabuh di muara itu. Mereka pun mendekati kapal itu dan berkata, “Hai saudaraku, apakah gerangan yang ada dalam kapal itu?’ tanya Angso. “Aku tidak mengetahuinya, Saudaraku,” jawab Angso satunya. “Saudaraku, bagaimana kalau kita lihat ke sana?”tanya Angso pertama penasaran. 4 “Ide yang bagus saudaraku, mari kita lihat,” jawab Angso satunya. Dengan hati riang gembira dan rasa ingin tahu naiklah kedua angsa tersebut ke atas kapal kecil itu. Semantara itu sang pemilik kapal meng­ hidupkan mesin dan segera berangkat ke tengah laut untuk menangkap ikan. Kedua angsa saling berpandangan. “Saudaraku, kita akan dibawa kemana?” tanya Angso yang pertama. “Aku juga tidak tahu saudaraku,” jawab Angso kedua. “Lihatlah saudaraku, kita ada ditengah laut,” kata Angso satu, khawatir. “Benar kata kamu, saudaraku,” sahut sauda­r­a­ annya. Tak lama kemudian, kedua angsa melihat se­­­ buah pulau, merekapun saling berpandangan. Ternyata kapal kecil itu berhenti di sana, lalu kedua angsa itu pun turun dipulau itu. “Saudaraku, dimana kita berada sekarang? Sepertinya aku belum pernah ke sini,” kata Angso pertama. “Di sini pun tidak ada penghuninya,” jawab Angso kedua. “Saudaraku, ayo kita mencari makan,” ajak Angso pertama. 5 “Baiklah saudaraku,” jawab Angso kedua. Kedua angsa itu berjalan mencari makan, ber­ istirahat, dan tertidur karena lelah. Matahari mulai turun hari pun senja. Di rumah, Rajo memeriksa semua binatang ter­ naknya. Sampai di kandang angsa, kedua bebek angsa kesayangannya tidak ditemuinya. Rajo pun bertanya dalam hatinya, “Ke manakah gerangan kedua bebek angsaku.” Setelah melaksanakan salat magrib, Rajo pun pergi ke hutan bakau mencari kedua bebek angsa tersebut. Akan tetapi apa yang ditemui Rajo di hutan bakau itu? Rajo melihat seekor ikan paus yang terdampar dan mengeluh kesakitan, Rajo pun menghampirinya dan berkata, “Apa gerangan yang terjadi denganmu hai ikan paus?” “Aku mencari makan sampai ke pinggir pantai dan tubuhku luka terkena akar bakau.” “Boleh aku melihatnya ikan paus?” kata Rajo menawarkan bantuan. “Dengan senang hati, Rajo,” jawab si Ikan Paus. Rajo melihat luka yang ada di tubuh Ikan Paus, dia mencari obat dan segera mengobati Ikan Paus tersebut. Setelah selesai mengobati ikan paus Rajo mendorong Ikan Paus ketempat yang banyak air dan lebih dalam agar Ikan Paus dapat berenang kembali. 6 Keesokan harinya, pada pagi dan sore hari Rajo kembali menemui Ikan Paus untuk memberinya obat dan makanan agar Ikan Paus segera sembuh. Selang beberapa hari kemudian, Ikan Paus ber­ kata kepada Rajo, “Rajo, aku mengucapkan banyak terima kasih padamu.” “Untuk apa itu, Ikan Paus?” tanya Rajo. “Rajo, aku merasakan hari ini tubuhku sangat segar,” ujar si Ikan Paus. “Itu artinya tubuhmu yang luka sudah sembuh,” kata Rajo. “Benar sekali Rajo, dan aku sudah dapat bere­ nang kembali ke tengah lautan lepas,” jawab si Ikan Paus senang. “Baiklah Ikan Paus, pergilah dan berhati-hati­ lah,” pesan Rajo. Ikan Paus pun pergi ke tengah laut dan bertemu lagi dengan kawanannya. Tiga bulan berlalu, Rajo teringat akan kedua bebek angsanya. Dia pun pergi ke hutan bakau dan mancari kedua angsa itu. Karena terus berjalan, Rajo kelelahan dan terduduk di tepi muara sehingga Rajo tertidur dengan lelapnya. Dari kejauhan karena penglihatannya yang tajam, Ikan Paus melihat Rajo. Perlahan-lahan ikan paus mendekati Rajo yang sedang tertidur dan me­manggil namanya. 7 “Rajo, apa yang engkau lakukan di sini?” tanya si ikan paus. Mendengar suara ikan paus, Rajo terbangun dari tidurnya. “Kamu datang ikan paus?” tanya Rajo. “Ya... begitulah Rajo, ceritakan apa yang terjadi padamu, Rajo?”tanya si Ikan Paus. “Aku teringat akan kedua Angsaku yang telah lama menghilang, dan aku pun mencarinya di hutan bakau ini. Karena terakhir kalinya mereka minta izin padaku untuk bermain di hutan bakau ini.” Ikan Paus melihat ke arah laut dengan peng­ lihatannya yang tajam itu, lalu berkata, “Rajo, aku melihat kedua Angsamu itu ada di pulau sana, apakah Rajo ingin ke sana?” “Ikan Paus, sekarang hari sudah malam dan tidak ada kapal kecil yang bisa aku tumpangi ke sana,” kata Rajo khawatir. “Kamu tidak perlu menunggu kapal kecil untuk ke sana Rajo, aku akan segera mengantarmu ke sana, bersiaplah.” “Benarkah?” kata Rajo sambil bersiap dan naik ke punggung ikan paus. Tidak berapa lama, sampailah Ikan Paus dan Rajo ketempat yang dituju, maka turunlah Rajo sambil mengucapkan terima kasih kepada Ikan Paus. 9 Rajo kemudian berjalan mendekati kedua bebek angsanya yang sedang tertidur, perlahan Rajo berkata, “Hai Angsoku, aku datang untuk men­jemput kalian.” Angso terbangun dan terkejut melihat Rajo ada di dekat mereka, sambil menundukkan kepala kedua bebek angsanya meminta maaf dan menyeritakan apa yang terjadi pada mereka. Angso pun melanjutkan kembali pembicara­ annya, “Rajo, biarkanlah kami tinggal di sini dan menghuni pulau ini.” Sambil berpikir Rajo pun berkata, “Baiklah, kalau itu merupakan keinginan kalian.” Angso sangat bahagia dan berterima kasih pada Rajo. Mereka asyik bercerita hingga pagi men­ jelang. Sebuah kapal kecil beristirahat di pulau itu, dan kemudian Rajo pun menumpang untuk kembali ke rumahnya. Sampai di pantai, Rajo menceritakan kepada masyarakat tentang pulau dan kedua angso ter­ sebut, tanpa disadari masyarakat Pantai Paria­man pun menyebut pulau tersebut “Pulau Angso Duo” 10 P ada suatu hari semua binatang berkumpul di tepi Danau Maninjau. Mereka mengadakan pertemuan besar untuk melawan kekejaman manusia yang suka memburu binatang. Sesampai di tepi danau, semua binatang men­ diri­kan bivak dan kemah masing-masing. Sebagi­ an mereka membuat api dan membakar unggun. Tepian Danau Maninjau ramai sekali! Pimpinan pertemuan seekor harimau muda yang ganteng. Ia membuat peraturan bahwa tidak ada yang boleh ngompol di malam hari. “Siapa yang ngompol, dia akan dihukum mati!” “Tapi tak mungkin kita tidak pipis,” pelanduk memprotes. “Kalau kita pipis dihukum mati? Wah! Itu melanggar hak asasi!” “Aku bilang tadi ngompol, bukan? Siapa yang ngompol itu yang dihukum!” Harimau berkata. 11 “Kalian mengerti semua?” Semua binatang yang hadir berteriak menga­ takan bahwa mereka mengerti. “Yang tidak aku mengerti,” kata ular daun, “Mengapa persoalan pipis itu sampai dibawa di forum ini?” “Nah,” kata Harimau. “Itulah persoalannya. Harus kita ketahui semuanya.” “Jadi apa?” rusa juga ingin tahu. “Kalau malam saja sudah ngompol, bagaimana kalau sudah menghadapi manusia?” kata Harimau. “Belum sempat berbuat apa-apa, tapi sudah terkencing-kencing!” Semua binatang bersuara, “Oooo,” karena baru mereka mengerti. Karena sudah malam, mereka memasuki bivak dan kemah masing-masing. Mereka pun tidur dengan lelap. Besok pagi-pagi sekali Harimau sudah ribut. Lalu macan dahan. Babi, Rusa, dan Ular Tedung. Dengan malu-malu mereka mengatakan bahwa celana mereka basah. Mereka ngompol. Lalu menjangan juga begitu, Burung Kuwau, Burung Enggang. Bahkan Trenggeling dan Bulus. Mereka kedapatan ngompol. Hampir semua bina­ tang merasa celana mereka basah. Mereka masing-masing menggerutu. “Tak mungkin,” kata Elang. “Selama ini aku tak pernah ngompol. Kok malam tadi celanaku basah?” 12 Kera juga berkata begitu. Lalu Lutung dan Serigala merasa ragu. Mereka selama ini tak pernah ngompol. “Tapi celanaku basah,” kata Lutung. “Aku juga,” kata Serigala. “Aneh, ya?” Harimau memutuskan akan menyelidiki pe­ nye­bab binatang-binatang itu ngompol. “Tak mung­kin kita menghukum semua binatang,” kata Harimau. “Belum sempat kita melawan manusia, kita semua sudah habis mati karena hukuman yang kita buat sendiri.” Mereka semua tak ada yang tahu kalau yang membuat celana mereka basah adalah Kura-Kura. Binatang itu memang suka pipis dan buang air malam-malam. Namun, ia pura-pura tak bersalah. Diam saja. Ia tak mau ikut bicara. Tapi ia tetap berada di tengah-tengah binatang lainnya. Seolah- olah bukan dia pembuat ulah. Harimau secara diam-diam membentuk satuan tugas untuk mengintip siapa yang berbuat ulah. Ia meminta Elang Bondol, Burung Hantu, Kelelawar, Ular Sanca, Pelanduk, Landak, dan Penyu untuk berjaga-jaga. “Siapa saja yang berulah mencurigakan, lang­­sung sergap,” perintah Harimau. “Kita adili bersama- sama.” 13 14 Saat malam sudah larut dan semua sudah tertidur lelap, Kura-Kura tiba-tiba mau pipis. Ia berusaha menahan. Tapi tak tertahankan. Ia juga ingin membuang air besar. Karena lama menahan pipisnya, perutnya jadi sakit. Kura-Kura merangkak ke kemah Burung Ka­ suari. Lalu ke kemah Ular Sawah. Ia sudah me­ mutar di dalam gelap. Ke luar masuk ke bivak dan ke­mah berbagai binatang. Namun nasibnya bertemu ke­sial­an, katika ke luar dari kemah Trenggiling. Ia kepergok Kelelawar. “Nah,” kata Kelelawar. “Kau Kura-kura rupanya yang berbuat ulah.” Kura-Kura tak bisa mengelak. Ia pun ditahan di kemah Harimau. Pagi-pagi semua binatang hadir di tepi Danau Maninjau. “Pagi ini kita akan mengadili Kura- Kura,” kata Harimau. “Sesuai dengan pengumuan, siapa yang bersalah akan dihukum mati!” “Ya. Hukum mati!” teriak kawanan binatang. “Hukum pancung!” Ada yang menggerutu. Ada yang tertawa. Ada yang tak peduli. Ada yang memprotes bahwa hukuman itu tidak adil. Tapi ada yang justru meminta hukuman lebih diperberat lagi. Ada yang minta divonis dulu, baru dihukum gantung. Tapi ada juga yang sedih dan menitikkan air mata. 15 Merasa kasihan kepada Kura-Kura yang segera dihukum. “Sekarang aku memutuskan,” kata Harimau. “Karena Kura-kura kedapatan bersalah, ia akan segera dibuang ke dalam danau!” Semua binatang diam. Sepi. “Kura-Kura akan mati di dalam danau!” lanjut Harimau. Saat Harimau akan membuangnya, Kura-kura menangis dan meraung keras-keras. “Kasihani­­lah aku!” katanya. “Kasihanilah aku! Kasihanilah aku!” “Hukum harus ditegakkan,” kata Harimau. “Hu­ kum harus ditegakkan!” Dengan sekuat tenaga dilemparkannya Kura- kura ke tengah Danau Maninjau. “Nah,” kata Harimau. “Kura-kura telah mati. Seka­rang kita buat strategi untuk melawan ma­­ nusia.” Baru habis kalimat Harimau, tiba-tiba ke­ru­ mun­an binatang itu terkejut. Kura-Kura justru yang bersuara. “Selamat berjuang melawan manusia. Sekarang aku juga berjuang untuk melanjutkan hidupku. Terima kasih Harimau telah mengembalikan aku ke dalam rumahku sendiri!” Kura-kura pun tenggelam ke dalam air danau. 16 Saat pertemuan besar itu—bersamaan dengan tenggelamnya Kura-Kura ke dalam air danau— tiba-tiba mereka mendengar ada salakan Anjing. Para binatang itu masing-masing menajamkan pedengaran. Kuping mereka naik melebar. Benar ada salakan Anjing. Rupanya Tuo Buru dan anjingnya pagi-pagi sudah berburu ke tepi Danau Maninjau karena melihat banyak sekali bekas tapak kaki binatang di tepi danau itu. Salakan Anjing makin keras. Kontan saja semua binatang bubar. Melarikan diri ke dalam hutan rimba. Sebagian terjun ke dalam sungai dan danau. Sebagian lagi terbang ke pucuk pohon- pohon yang tinggi. Akhirnya, musyawarah binatang untuk me­­ lawan manusia itu tak pernah terlaksana! Itu sebab­nya hingga kini tak pernah ada pasukan binatang yang menyerang manusia! 17 2 Diceritakan kembali oleh Zulfitra P ada suatu masa, ketika kemarau melanda, musim kekeringan terasa sangat panjang. Di sebuah kaki gunung, beberapa binatang mulai gelisah. Persoalannya adalah kedatangan mahkluk baru di pemukiman mereka, yaitu seekor kadal. Seekor binatang melata yang suka menjulurkan lidah tanpa peduli binatang lain akan tersinggung. “Sombong sekali si Kadal itu, lidahnya selalu mencibir ke arah kita,” ujar Katak Hijau dengan wajah yang kesal. “Iya, aku juga merasa begitu,” tukas Siput seraya beringsut ke tepi sungai untuk mencari air. Binatang yang lain mengamini perkataan katak hijau dan siput tersebut. Kalajengking, Ular, Semut rang-rang, Lipan dan lain-lain juga merasa 18 kedatangan Kadal tersebut telah mengusik ke­ tentraman mereka. Sedangkan si Kadal terus berkeliling-keliling wilayah itu dengan menjulurkan lidah seraya mengeluarkan bisanya. Bisa si Kadal berserak- serak di atas batu, di semak-semak, di jalan kecil, di pokok pohon dan sebagainya. Para binatang yang gelisah tadi semakin kesal terhadap kelakuan kadal tersebut. “Kalau terus begini, lama-lama ia akan me­ nguasai wilayah kita, dan kita akan terusir dari tempat ini,” ujar Lipan menahan sakit hati. “Itu yang kumaksud,” tukas Siput. “Kadal itu ingin menguasai kita dan menakuti-nakuti kita dengan bisanya.” “Lalu kita harus bagaimana?” tanya Katak Hijau serya melompat ke atas daun. “Hati-hati!” teriak seekor Semut. “Bisa Kadal juga bertaburan di sana!” Begitulah. Kadal terus mengitari tempat itu dengan menjulurkan lidah dan menyerakkkan bisanya di berbagai tempat. Hal itulah yang mem­ buat binatang lain yang sudah lama bermukim di sana menjadi gelisah dan juga ketakutan. Pada suatu hari berkumpulah mereka. Semut, Lipan, Ular, Kalajengking, Siput, Katak Hijau, dan banyak lagi. 19 “Kita harus melakukan sesuatu kalau kita tidak ingin terusir dari wilayah sendiri,” kata Katak Hijau memulai. “Dari dulu aku sudah sepakat. Tapi apa yang akan kita lakukan?” tanya Siput beringsut. “Aku punya akal,” kata Kalajengking. “Bagai­ mana kalau kita yang juga memiliki bisa mencoba mengumpulkan bisa yang diserakkan oleh Kadal itu? Sudah banyak semut dan binatang lain yang mati karena bisa si Kadal itu. Mungkin sebentar lagi korban akan bertambah. Jadi kita yang punya bisa mengumpulkan seluruh bisa yang bertabur­ an. Aku yakin, karena kita juga binatang berbisa maka bisa si Kadal tidak akan mampu meracuni kita. Dengan bisa si Kadal yang kita kumpulkan, tentu kekuatan bisa kita akan bertambah, dan si Kadal akan kita kalahkan,” urai Kalajengkin sangat panjang dan bersemangat sekali. “Setuju!” “Setuju!” “Setuju!” Semuanya bersorak bersemangat. Seolah-olah mereka akan berangkat perang. Maka bina­tang- binatang yang berbisa mulai bergerak mengum­ pulkan bisa si Kadal yang bertaburan di mana- mana. 20 Si Kadal yang merasa bisanya telah diambil oleh binatang lain, mencoba kembali untuk me­ naburkan bisanya. Ia susuri kembali batu-batu, daun-daun, pokok pohon, semak, jalan kecil dan lain-lain. Perlahan-lahan ia ulang kembali menaburkan bisa. Akan tetapi para binatang lain kembali pula mengumpulkan bisa si Kadal. Mereka melakukan terus-menerus. Tak lelah- lelah. Hingga akhirnya si Kadal kehabisan bisa. Tak ada lagi yang dapat dikeluarkan dari mulut­­ nya. Dengan pasrah dan tidak berdaya akhirnya si Kadal berkata lemah kepada para binatang tersebut. “Kalian sungguh bodoh. Aku telah mencoba untuk membantu kalian. Tapi kalian malah meng­halangi niat baikku,” kata Kadal dengan mata redup. “Kemarau sangat panjang. Di atas gunung tidak tersedia lagi makanan. Sebentar lagi para binatang akan turun ke sini. Mereka akan memakan kalian atau mengusir kalian dari tempat ini. Untuk itulah aku menaburkan bisaku sebagai batas wilayah agar mereka tidak berani masuk ke wilayah ini, akan tetapi kalian malah mengambil bisaku sehingga tidak ada lagi batas wilayah ini. Kalian tunggu sajalah! Sebentar lagi binatang- binatang buas itu akan sampai di sini, dan kalian akan terusir dari wilayah kalian sendiri,” katanya 21 seraya pergi ke dalam semak seraya menjulurkan lidah yang tak lagi berbisa. Semua binatang tersebut terperangah. Mereka saling lihat dengan wajah ketakutan. Dengan raut muka penuh penyesalan. Mereka baru sadar bahwa si Kadal menaburkan bisa adalah untuk melindungi mereka, akan tetapi mereka terlalu cepat curiga terhadap niat baik si Kadal. Semua binatang itu diam. Mengukur-ukur kesalahan. 22 P ada saat musim kering dan tengah hari yang terik lagi panas, para hewan mulai berdatangan ke tepi sungai untuk melepaskan dahaga mereka. Di tepi sungai itu terlihat seekor anak kambing sedang minum air. Pada saat anak kambing itu sedang minum, datanglah ke tempatnya seekor harimau yang sedang kelapar­ an, lalu ia berkata, “Mengapa kamu begitu jahatnya mengotori air yang akan saya minum ini?” Jawab Anak Kambing itu, “Jangan marah, Tuan­ ku, sekali-kali bukan saya yang mengotori air yang akan Tuanku minum. Lagi pula tempat saya minum agak ke hilir daripada tempat Tuanku.” 3 Sumber buku: Cerita Rakyat Minangkabau: Dongeng Jenaka, Dongeng Berisi Nasehat, Serta Dongeng Berisi Pendidikan Moral dan Budaya (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, 2001) 23 24 Kata Harimau pula, “Memang kamu yang me­­ ngotori air tempat saya minum ini. Tahun-tahun yang lalu kamu jelek-jelekkan pula saya.”. Jawab Anak Kambing itu, “Ampun Patik Tuan­­­ku mana mungkin tahun lalu saya menjelek-jelekkan Tuanku padahal saya belum lahir.” Harimau tersebut makin marah dan terus ber­usaha memfitnah Anak Kambing tersebut dan makin berselera ia hendak menerkam Anak Kambing itu. “Kalau bukan kamu tentu saudara kamu yang menjelek-jelekkan saya.” Anak kambing pun men­ jawab, “Maaf Tuanku, saya tidak mempunyai saudara.” Akhirnya, Harimau itu tidak lagi dapat mena­ han rasa laparnya dan iapun berakata kepada Anak Kambing yang malang itu. “Kalau begitu, tentu salah seorang teman kamu yang menjelek- jelekkan saya karena saya tahu semua bangsa kamu berprasangka buruk kepada saya. Sekarang juga saya balaskan dendam saya kepada kamu.” Seketika itu juga Anak Kambing tersebut di­ terkam oleh Harimau yang sedang kelaparan itu dan membawa lari Anak Kambing yang malang tersebut ke dalam hutan. Sang Harimau­ pun menikmati makan siangnya dengan tenang tanpa hewan lain yang mengganggunya. 25 P ada masa lalu tersebutlah kisah seorang raja yang memerintah di sebuah negeri di pedalaman Minangkabau. Raja itu hendak membuang anaknya kerana mengikuti bisikan tukang nujum yang dengki kepadanya dan menyuruh raja itu membuang putra satu-satunya. Jika putra raja tidak dibuang maka raja dan kerajaannya akan mendapat musibah. Adapun musibah yang akan menimpa sang raja dan kerajaannya adalah kalah dalam peperangan saat diserang oleh musuh yang akan datang. Sebagaimana disampaikan oleh tukang Nujum saat menghadap sang raja tersebut. “Ya, Tuanku, berdasarkan hasil penujuman hamba, baiknya segera Tuanku buang ke dalam 27 hutan agar negeri ini selamat dari bencana yang sebentar lagi akan melanda negeri dan tahta Tuanku ini. Pangeran Mudo sungguh tidak elok dipertahankan di dalam kerajaan kita ini” Raja yang terlalu sayang pada tahta dan ter­­ lalu mempercayai si Tukang Nujum segera meme­­ rintahkan pengawal istana untuk membuang Pangera Mudo ke dalam hutan. Tentu saja tanpa sepengetahuan sang Permaisuri dan penasihat kerajaan lainnya. Pengawal istana yang masih sayang kepada Pangeran Mudo tidak jadi membuang Putra Raja ke dalam hutan. Ia kemudian meninggalkan Pangeran Mudo di sebuah ladang yang sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya. Tuan pemilik ladang itu telah meninggalkan ladangnya itu karana kalah berperang dengan beruk. Di ladang itu masih banyak ayam-ayam miliknya. Ayam- ayam itu dijaga oleh seekor beruk besar. Pangeran Mudo sepeninggal dubalang raja pun mulai merasa kelaparan. Kerana tidak ada makanan yang dibekalkan untuknya semasa ia dibuang, Anak Raja itu mencari telur-telur ayam di waktu malam untuk dimakan. Pagi harinya, beruk yang menjaga ayam-ayam itu telah heboh kehilangan telur ayam. 28 Pada malam berikutnya Anak Raja itu mencuri telur ayam lagi. Kali ini, kelompang (kulit) telur itu disarungkannya pada kemaluan Beruk itu semasa beruk itu sedang tidur. Apabila Beruk itu bangun, dilihatnya pada kemaluannya ada kelompang telur. Disangkanya kemaluannyalah yang mencuri telur-telur yang hilang itu. Kerana terlalu marah, beruk pun mengambil sepotong kayu dan dipukulnya kemaluan miliknya sendiri. Ia pun mati oleh tangannya sendiri. 29 D i rimba belantara yang dibelah oleh sebuah sungai yang cukup lebar, musim buah- buahan hadir bagaikan siraman air yang sejuk. Binatang-bintang pemakan buah-buahan seolah mendapatkan sebuah rezeki besar dan menikmatinya sebagai sebuah pesta musiman. Gerombolan beruk berlompatan dari pohon ke pohon, dari batang ke batang, bergelayutan dari ranting ke ranting. Suara mereka bersahut- sahutan seolah saling memberi kabar. Suasana yang sangat riang. Rimba itu seolah hidup berdampingan damai dengan para binatang. Tiba-tiba dalam keriangan tersebut, seekor beruk jatuh dari sebuah pohon ke dalam sungai. Beruk itu tidak bisa berenang. Ia berupaya 4 Diceritakan kembali oleh Zulfitra 30 menggapai-gapai. Raut wajahnya terlihat sangat ketakutan sekali. Dengan segala upaya akhirnya ia bisa sampai ke tepi. Tapi sayangnya, ia sampai ke tepi di seberang, sehingga ia terpisah dari gerombolannya. Beruk itu mulai berpikir, bagaimana cara agar ia kembali ke tempatnya semula. Ke seberang sungai. Ketempat gerombolannya sedang ber­ pesta dengan buah-buahan. Ia coba berteriak- teriak, tapi seolah-olah tidak ada temannya yang mendengar. Untuk berenang tentu saja ia tidak berani. Ia kalut, wajahnya terlihat semakin takut. Dalam situasi itu, tiba-tiba dari sungai ter­ dengar suara membelah, dan sebuah lubang besar menganga mengarah kepada Beruk. Sang Beruk terkejut, mundur dari tepi sungai dan berlari. Tidak jauh dari tempat tersebut ia coba melihat ada apa gerangan. Rupanya seekor buaya besar tengah membuka mulutnya. Untung saja ia cepat bergerak lari. Kalau tidak, tentu ia sudah dimakan oleh buaya itu. Dalam kepanikan itu, ia dengar suara buaya yang sangat keras. “Hai, Beruk. Sedang apa kau di sini. Apakah kau tahu, ini adalah wilayah kekuasaanku. Apa­­kah kau mau menyerahkan nyawamu. Haha, kebetul­­an 31 sekali aku sedang lapar. Ke sinilah, biar kumakan habis dirimu!” kata Buaya dengan marah. Si Beruk kian ketakutan. Ia menggigil. Tapi ia terus berpikir, apa yang harus ia lakukan? “Hai Beruk. Kau dengar aku bicara?” kata Buaya lagi kian marah. “Ini wilayah kekuasaanku. Kalau kau mau selamat silahkan pergi dari sini.” “Jangan terlalu sombong, Buaya,” jawab Beruk mulai berani berbicara. “Dari dahulu kala rimba ini adalah tempat kami gerombolan Beruk. “Tempat kalian di rimba sebelah sana,” kata Buaya. “Sejak kapan kau berpikiran seperti itu, Buaya?” balik berkata Beruk sengaja memancing kemarah­ an Buaya. Buaya semakin marah. Ekornya digoyang-go­­ yang­kannya, dan mulai berjalan ke arah Beruk. Si beruk mundur. “Berhenti di situ, buaya. Kalau kau terus ber­jalan ke sini, semua gerombolan Beruk akan datang ke sini untuk membunuhmu!” gertak si Beruk. Si Buaya tertawa terpingkal-pingkal. “Mana mungkin Beruk. Aku tahu kau hanya sendiri di situ. Coba kau buktikan, atau panggilah semua gerombolanmu itu.” “Percuma saja, Buaya. Kami sangat banyak sekali. Mungkin lebih baik kau pergi dan biarkan 32 aku di sini gerombolanku semuanya datang ke sini.” “Aku tidak takut, Beruk. Kami juga banyak di sungai ini,” jawab Buaya. “Baiklah, Beruk. Coba kau kumpulkan semua gerombolanmu, aku juga akan kumpulkan semua Buaya yang ada di sungai ini. Kau tak akan mampu melawan kami,” kata Buaya dengan angkuhnya. “Baiklah, Buaya. Karena hari hampir malam, dan aku harus menjemput gerombolanku ke tengah rimba, bagaimana kalau besok pagi kita bertemu di sini. Aku kumpulkan gerombolan Beruk, dan kau kumpulkan semua Buaya yang ada di sungai ini. Siapa di antara kita yang lebih banyak, ialah yang berkuasa di rimba dan tepi sungai ini,” kata si Beruk mencari akal. “Setuju,” kata Buaya cepat. “Besok pagi kita bertemu di sini!” Setelah Buaya mencebur ke dalam sungai si Beruk terdiam cukup lama. Ia berpikir, apa yang harus dilakukannya. Yang jelas ia sendiri saja di tepi sungai tersebut, dan gerombolan yang di­­ sebutkannya kepada buaya hanya akal-akalannya saja. Apa yang harus dilakukannya untuk mem­ buktikan kepada Buaya, dan yang paling penting adalah bagaimana caranya agar ia bisa kembali ke rimba seberang. 33 34 Perlahan-lahan matahari turun. Hari pun mulai beranjak malam. Melihat hamparan pasir di tepi sungai sehabis air surut, tiba-tiba si beruk mendapatkan ide untuk melakukan sesuatu. Ia berjalan mondar-mandir di atas pasir tersebut. Berulang-ulang, berkali-kali. Terus-menerus. Se­ hingga terlihat jejak kaki si beruk yang sangat banyak sekali. Merasa belum cukup, si Beruk ber­ jalan kembali. Ia terus mondar-mandir sehingga pasir di tepi sungai tersebut penuh oleh jejak beruk. Merasa sudah cukup si Beruk berhenti. Di sebuah pohon tepi sungai itu ia beristirahat dan tertidur. Esok paginya Beruk sengaja cepat bangun agar ia lebih dulu datang ke tepi sungai. “Buaya, Buaya!” panggilnya penuh percaya diri. Seolah-olah ia tidak takut sama sekali. Mendengar suara Beruk, satu-persatu buaya ber­munculan dari dalam sungai. “Mana teman-temanmu yang banyak itu?” tanya beruk. “Gerombolanku tadi sudah ke sini semua, tapi kalian tidak ada,” katanya. “Berapa banyak kalian semua?” tanya Buaya menantang. “Kau bisa lihat jejak kami di pasir itu, Buaya. Dan itu belum semuanya,” jawab Beruk tenang. “Sekarang, mana temanmu yang banyak itu?” 35 “Panggil seluruh gerombolanmu itu ke sini, biar kita hitung siapa yang lebih banyak?” jawab Buaya. “Begini saja,” kata Beruk. “Biar kuhitung kalian dulu, setelah itu baru kupanggil gerombolanku untuk menghitungnya. Siapa yang lebih banyak merekalah yang akan berkuasa di rimba dan tepi sungai ini. Bila kami kalah, kau boleh berkuasa dan memakan kami satu-persatu,” pancing Beruk menantang. Si Buaya terpancing dan merasa tertantang. Terbayang olehnya akan menghabisi si beruk yang sangat menjengkelkan itu. “Baiklah,” kata Buaya. “Apa yang harus kulaku­ kan agar kau bisa menghitung?” “Berbarislah kalian dari tepi sungai sebelah sini sampai ke tepi sungai sebelah sana, aku akan melompat di punggungmu seraya menghitung satu-persatu,” jawab Beruk. Maka berbarislah buaya satu-persatu. Sangat rapi. Lalu beruk mulai menghitung. Melompat di punggung buaya yang satu ke buaya berikutnya. Sampai pada hitungan ke lima belas, ternyata si Beruk sudah sampai di tepi rimba seberang. “Lima belas!” sorak si Beruk, dan ia berlari menuju rimba tempat asalnya seraya berteriak, “Terima kasih, Buaya. Badanmu saja yang besar, 36 otakmu ternyata sangat bodoh,” teriak Beruk sambil terus tertawa-tawa. Buaya sangat sakit hatinya. Ia telah tertipu oleh Beruk yang kecil itu.
20_Petualangan_Binatang_dan_Kisah_Lainnya_1
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Apa sing Dienteni Seto Apa yang Ditunggu Seto Penulis Eni Wulansari Penelaah FX. Dono Sunardi Penanggung Jawab Umi Kulsum Tim Penyunting Koordinator: Awaludin Rusiandi Khoiru Ummatin Dalwiningsih Amin Mulyanto Ilustrasi & Desain Sampul Cecylia Cahyani Tata Letak FA Indonesia Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117 Telepon (031) 5925972 Cetakan pertama, Oktober 2023 E-ISBN: 978-623-112-904-8 Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR C erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak, khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila. Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur, seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai- nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan kayanya unsur-unsur lokal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi, penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya ini. Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Surabaya, 1 Oktober 2023 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Apa sing Dienteni Seto Apa yang Ditunggu Seto Biodata Penulis Biodata Ilustrator iii iv 1 20 20 iv Ana s ing d iente ni Se to, n alik a ma ngs a k etig a te ka. Ada y ang d itung gu S eto k eti ka k em ara u ti ba. 1 Melu bap ake ngg aw e b ata . Dia i kut Bapa k me mb ua t b atu ba ta. 2 Ngeduk lemah lempung, Ngusungi merang, Ngileake banyu Dia mengeruk tanah liat, dia membawa, dan dia mengalirkan air. 3 Kabeh mau diadhuk nganti dadi adonan. Apa iku sing dienteni Seto? Udu. Ngadhuk bakal bata gawe kesel lan luwe. Semuanya diaduk hingga jadi adonan. Apa itu yang ditunggu Seto? Bukan. Mengaduk bahan batu bata membuat lelah dan lapar 4 Dina sesuke, wayahe nyithak bata. Seto wis apal tugase nyawisi cetakan. Hari selanjutnya adalah waktu mencetak batu bata. Seto sudah hafal, tugasnya menyiapkan cetakan 5 Pangg onan nyith ak k udhu rat a, s up aya ba tan e te tep tem ata. Temp at me nceta k har usla h rat a a gar ba tu bat a te tep tert ata. Ditab uri p asir supa ya se ger a k erin g. Disaw uri w edhi, sup aya ba tan e g eli s g arin g. 6 Cithakan diiseni adonan. Yen wis padhet, cithakane banjur diangkat. Ngono sateruse, nganti entek adonane. Cetakan diisi adonan. Kalau sudah padat, cetakan lalu diangkat. Begitu seterusnya hingga adonan habis. 7 Bata wis se teng ah gar in g. N ge nten i sedina man eh s up ay a gar ing sri ng . Batu b ata h amp ir k eri ng . H aru s ditu nggu sehari lag i a ga r m ak in k erin g. 8 Dina ta mb ah d in a, tum pukan bata s ay a du w ur . Hari ber gan ti h ar i, tu mpuk an batu bata s em ak in t in gg i. 9 Sadhela maneh! Sadhela maneh! Sebentar lagi! Sebentar lagi! 10 Kata Bapak besok waktu membakar batu bata. Apa itu yang ditunggu Seto? Ngendikane Bapak, sesuk wayahe ngobong bata Apa iku sing dienteni Seto? 11 Bat a- ba t a di ta ta. Ditam bahi mer ang in g g an g- ga nge tump ukan. Bat u b at a di ta ta. Ditamb ahka n se kam di r o ng ga -ro ngg a tum pukan. 12 Ngen dikan e Ba pak sup ay a p ana se r ata . Kata Bapa k, su paya p ana s m era ta. 13 Saiki wayahe bancakan lan ndonga. Supaya ngobong batane lancar lan ora ono sing kepyar. Sekarang waktu berdoa bersama. Ber- doa supaya pembakaran batu bata lancar. 14 Iki sing dienteni Seto. Rampung donga, banjur maem bareng kanca-kanca. Sego uduk, iwak pitik panggang lan jadah ketan. Ini yang ditunggu Seto. Selesai berdoa kemudian makan bersama teman-teman. Ada nasi uduk, ayam panggang, dan jadah ketan. 15 Ngobong bata butuh wektu rong dina. Kancane Seto melu nginap ing tenda. Membakar batu bata butuh waktu dua hari. Teman-teman Seto ikut menginap di tenda. 16 Bapak njaga urupe geni. Bapak menjaga nyala api. Kala-kala kayune ditambahi, aja nganti mati. Sesekali kayu ditambahkan agar nyala api jangan sampai padam. 17 Sakwise diademke, saiki wayahe mbongkar batane. Seto melu degdegan. Apa batane mateng lan abang? Apa ireng lan kepyar? Setelah batu bata didinginkan, tiba waktunya membongkar. Seto ikut berdebar. Apa semua batu batanya merah dan matang? Atau hancur dan hitam? 18 Hore, batane mateng kabeh. Bata-bata siap didol nyang toko bangunan. Bata-bata siap nggo bangun omah, krethek, pager, lan liya-liyane. Hore, batu bata matang semua. Batu bata siap dijual ke toko bangunan. Batu bata siap digunakan membangun rumah, jembatan, pagar, dan lain-lain. 19 BIONARASI Penulis Eni Wulansari di beberapa karyanya memakai nama pena Shabrina Ws. Dia lahir dari keluarga petani. Dia menikmati masa kanak-kanak di lahan pertanian. Buku-buku bacaan anak karyanya yang sudah terbit, antara lain: Pelari Cilik, Petualangan Ciki Kelinci, Lesus, Sakti dan Sapi Rebo, Dongeng Binatang, Kisah Indah dari Padang Rumput, Kue Kesukaan Tama, Kenduri Blang, Gonggongan Mengki, Surat dari Kobror, Payung Siapa Itu dan Laron Byar. Bisa disapa di IG @shabrina.ws. Ilustrator Cecylia Cahyani seorang lulusan matematika yang jatuh cinta dengan dunia seni dan kepenulisan. Impian masa kecilnya menjadi seorang penulis dan ilustrator hebat yang sempat terkubur kini perlahan ingin diraihnya kembali. Cecylia telah menulis belasan buku teks pelajaran dan mengilustrasikan beberapa buku. Kalian dapat mengintip perjalanan hidupnya melalui akun Instagram @cecyliacahyani. 20
21_APA_SING_DIENTENI_SETO
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Waduh...Mati Lampu Aduh… Mati Lampu Penulis Enny Diana Penelaah FX. Dono Sunardi Penanggung Jawab Umi Kulsum Tim Penyunting Koordinator: Awaludin Rusiandi Khoiru Ummatin Dalwiningsih Amin Mulyanto Ilustrasi & Desain Sampul Cecylia Cahyani Tata Letak FA Indonesia Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117 Telepon (031) 5925972 Cetakan pertama, Oktober 2023 E-ISBN: 978-623-112-900-0 Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR C erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak, khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila. Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur, seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai- nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan kayanya unsur-unsur lokal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi, penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya ini. Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Surabaya, 1 Oktober 2023 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Waduh...Mati Lampu Aduh... Mati Lampu Biodata Penulis Biodata Ilustrator iii iv 1 20 20 iv Dala nan mac et. Mo bil p ati ng gr em et. Jala nan mac et. Mob il pa da t m era yap 1 Dimas bola -bali ngu thek HP. N ang ing or a a na siny ale. Dimas berka li-kal i men gope rasik an HP . N am un, tid ak a da s inya l. 2 Dim as m e c u cu wae . Dim as l al u c em ber ut 3 Sawise pata ng j am , r om b o ng an te kan pangg onan. Setela h em pat ja m, m er ek a s amp ai tuj uan. 4 Kabeh padha salim, Ibu lan Simbah rangkulan. Semua bersalaman kemudian Ibu dan Simbah berpelukan. 5 Mleb u om ah, Dim as l ang sung nggoleki TV. Mema suki r umah , Di mas lang sung me ncari TV. 6 Sim ba h ka n dha lamp u n e m ati . Simb ah b erk at a kal au sedan g m at i l am pu . 7 Ngru ngu ik u, Di mas tamb a h m ec uc u. Mend eng ar it u, D ima s sema ki n ce m ber ut. 8 Kab eh pa d h a n ggu yu. Se mu a te r ta wa. 9 Bapak ngre wan gi M bah pu tri . D im as diti mba li. Bapa k me mban tu S imb ah . D ima s d ipa ngg il. 10 Dim as s um rin ga h, ng erti cara ne n ja g a ge ni. Dimas g embir a, ta hu ca ra me njaga api a ga r t et ap meny ala 11 Bapa k lan Mb ah gu muj en g. Prau pane Di mas p ad ha ire ng. Bapa k da n Si mba h t ert aw a. Waja h Di mas hita m s em ua. 12 Ndele ng Di mas patin g jel iten g. Me tu usi le Mba k A jen g. Meliha t waj ah Di mas y ang bele pot an, M bak Aj eng jad i us il. 13 Bo ca h loro gegojegan. Ibu ni mb a ngan ti kecipra ta n. Ke du any a bercanda. Ibu y ang sed an g m enim ba sampai t er cip ra t a ir. 14 Soren e, Ba pak nyu met la mp u. Soren ya, B apak men yal aka n la mpu . 15 Dimas ngikik. Ana lampu cilik arane “ublik”. Dimas cekikikan. Ada lampu kecil bernama “ublik”. 16 Mbak Ajeng nggawe bayangan saka lampu. Dimas melu-melu. Mbak Ajeng membuat bayang- bayang dari lampu dan Dimas ikut-ikutan. 17 Dum ada ka n la m p u pa dh an g. Tiba- tiba la m pu m e n ya la te ran g. 18 Di m as ma lah mecucu. Dim as ju stru cemberu t. Ka be h pa dha ngguy u Se mu a ora ng tertawa . 19 Penulis Enny Diana, Lahir di Lamongan pada 13 April 1987 dan sekarang berdomisili di Sidoarjo. Penulis adalah ibu dua anak salihah. Penulis juga mengajar di salah satu SD di Kota Surabaya. Ini adalah karya perdana penulis berbentuk cerita anak bergambar dalam dwibahasa. Sebelumnya karya-karya penulis adalah buku yang berhubungan dengan materi pembelajaran di jenjang sekolah dasar. Ilustrator Cecylia Cahyani, seorang lulusan matematika yang jatuh cinta dengan dunia seni dan kepenulisan. Impian masa kecilnya menjadi seorang penulis dan ilustrator hebat yang sempat terkubur kini perlahan ingin diraihnya kembali. Cecylia telah menulis belasan buku teks pelajaran dan mengilustrasikan beberapa buku. Kalian dapat mengintip perjalanan hidupnya melalui akun Instagram @cecyliacahyani. BIONARASI 20
22_WADUH_MATI_LAMPU
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Kuri lan Kuro Kuri dan Kuro Penulis Tulus S Penelaah FX. Dono Sunardi Penanggung Jawab Umi Kulsum Tim Penyunting Koordinator: Awaludin Rusiandi Khoiru Ummatin Dalwiningsih Amin Mulyanto Ilustrasi & Desain Sampul Cecylia Cahyani Tata Letak FA Indonesia Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117 Telepon (031) 5925972 Cetakan pertama, Oktober 2023 E-ISBN: 978-623-112-892-8 Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR C erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak, khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila. Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur, seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai- nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan kayanya unsur-unsur lokal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi, penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya ini. Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Surabaya, 1 Oktober 2023 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. iv DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Kuri lan Kuro Kuri dan Kuro Biodata Penulis Biodata Ilustrator iii iv 1 20 20 1 C i y e k … c i y e k C i y e k … c i y e k 2 Kuri lan Ku ro la gi ng e t ut ake babo ne. Kuri dan Kur o s eda ng m e n giku ti ind uk me reka. 3 Duma daka n an a pi tik ja go sin g t eka . Tiba- tiba ada ayam jan ta n y an g d ata ng. L u n g a ! P e r g i ! 4 Babo n piti k duw e ka rep supa ya an ak- an ake bi sa man gan . Induk ayam berh arap agar an ak- ana k b isa mak an. 5 Kuri penasaran marang jago. Kuri penasaran pada jago. 6 7 Kuro banju r nak onak e ge ga yut an jag o k uwi . Kuro k emudi an m enan yak an ten tan g ja go i tu. 8 Kuri lan Kuro moyoki. Kuri dan Kuro meledek. 9 Mimi njlen treh ake me na wa ku wi j ago . Mimi memb erita hu ba hwa itu ad alah jag o. 10 Kuri nggu mun m arang wuju de jag o. Kuri hera n pada bentu k tubu h jago . 11 Jago luwi h dh uwu r ti ni mb an g b abo n. Jago lebih tingg i dar ipa da aya m b etin a. 12 Babon buntute cendhek. Uga ora duwe jalu lan cengger. Ayam betina berekor pendek. Ayam betina tidak punya taji dan cengger. 13 Mimi kan dha kuwi jen en ge ana tom i. Mimi menj elask an ba hw a it ula h a nat omi . 14 15 Anatomi kuwi ilmu kang nggambarake papan lan gegayutane karo perangane awak. Anatomi adalah ilmu yang menerang- kan letak serta bagian-bagian tubuh. 16 Kuri dan Kuro merasa senang. Kuri lan Kuro seneng banget. 17 Mim i men ehi se mang at ma rang anak -ana ke. Mimi mem berikan sema ngat p ada an ak-an ak. 18 19 Penulis Tulus S merupakan penulis asal Madiun yang karya-karyanya sudah menyebar di nusantara dan luar negeri. Dunia anak sungguh menyenangkan, oleh sebab itu dituangkanlah dalam cerita anak. Ilustrator Cecylia Cahyani adalah seorang lulusan matematika yang jatuh cinta dengan dunia seni dan kepenulisan. Impian masa kecilnya menjadi seorang penulis dan ilustrator hebat yang sempat terkubur, kini perlahan ingin diraihnya kembali. Cecylia telah menulis belasan buku teks pelajaran dan mengilustrasikan beberapa buku. Kalian dapat mengintip perjalanan hidupnya melalui akun Instagram @cecyliacahyani. BIONARASI 20
23_KURI_LAN_KURO
Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Penafian: Buku ini disiapkan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini diterjemahkan dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan setelah mendapatkan izin dari pemegang lisensi. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Memedi Sawah Orang-Orangan Sawah Penulis Evi Wahyu Lestari Penelaah FX. Dono Sunardi Penanggung Jawab Umi Kulsum Tim Penyunting Koordinator: Awaludin Rusiandi Khoiru Ummatin Dalwiningsih Amin Mulyanto Ilustrasi & Desain Sampul Dini Happy Rose Mery Tata Letak FA Indonesia Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dikeluarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Jalan Gebang Putih Nomor 10, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60117 Telepon (031) 5925972 Cetakan pertama, Oktober 2023 Isi buku ini menggunakan huruf Andika New Basic 12-16 pt iv, 20 hlm.: 21x29,7 cm E-ISBN: 978-623-112-874-4 iii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI JAWA TIMUR C erita anak adalah salah satu elemen pembangun karakter bangsa pada anak-anak, khususnya usia dini. Pembangunan karakter pada anak-anak menjadi amanat dalam pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak, bermoral, dan beretika. Kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur tecermin dalam cerita anak yang mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakat Jawa Timur. Cerita anak dengan muatan budaya Jawa Timur adalah aset nasional yang sangat berharga sehingga dapat dipromosikan ke dunia internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020—2022 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terpelajar dan ber-Pancasila. Anak-anak adalah adalah tunas bahasa ibu yang memiliki kewajiban turut menjaga keberadaan bahasa daerah dalam kerangka kebinekaan yang sekaligus turut mendaulatkan bahasa Indonesia, di dalam dan di luar negeri. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak Jawa Timur dapat diimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dengan adanya cerita anak dwibahasa dari Jawa Timur, seluruh pembaca tidak hanya menikmati ceritanya saja, tetapi bisa juga mengkaji nilai- nilainya, bahkan dapat mengetahui pola pikir masyarakat Jawa Timur untuk mengambil nilai- nilai positif sebagai pegangan hidup. Pemahaman antarbudaya yang muncul setelah produk cerita anak dwibahasa ini hadir di tengah masyarakat akan memperkaya khazanah dunia dan mengarah pada toleransi dan perdamaian antarmanusia. Tema yang diusung dalam buku ini adalah STEAM, yaitu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Pesan dalam buku ini diharapkan mampu membangun imajinasi dan kompetensi berpikir kritis serta mengembangkan kreativitas. Anak-anak sebagai tunas bangsa setelah membaca buku ini dapat bersaing secara global dengan tema STEAM yang terkandung di dalamnya. Mereka juga tidak akan lupa dengan jati dirinya dan justru semakin bangga dengan kayanya unsur-unsur lokal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut serta dalam sebuah program prioritas nasional yang disebut dengan Gerakan Literasi nasional (GLN). Penyediaan cerita anak dwibahasa dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah sebuah upaya mendaulatkan kekayaan bahasa di Indonesia yang gagasannya bersumber dari kearifan lokal menuju persaingan global. Tunas-tunas yang nantinya tumbuh akan berkembang dan memiliki keterampilan-keterampilan lanjutan hingga akhirnya dapat mencipta karya. Generasi penerus harus memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dengan kreatif, mampu berkolaborasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kami berharap produk ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pembacanya sehingga penerapan enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, literasi sains, finansial, digital, serta literasi budaya dan kewargaan dapat terwujud. Kami menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi dukungan secara penuh. Selain itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penulis sekaligus penerjemah, penyeleksi, penelaah, ilustrator, dan anggota KKLP Penerjemahan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur yang turut andil mewujudkan karya ini. Semoga buku cerita ini dapat membuat kita lebih bermartabat dan bermanfaat. Surabaya, 1 Oktober 2023 Dr. Umi Kulsum, M.Hum. iv DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Memedi Sawah Orang-Orangan Sawah Biodata Penulis Biodata Ilustrator iii iv 1 20 20 1 Parine wis kuning. Manuk-manuk padha bungah. Nanging, aku wedhi yen parine Bapak dientekna manuk. Padi sudah menguning. Burung-burung bersuka ria. Namun, aku takut padi Bapak akan dihabiskan burung. 2 Wayahe masang jala. Saatnya memasang jaring. 3 Ternyata, jaringnya k ura ng le ba r. M asih ad a p ad i ya ng belum ter tutup. Tibake, jalane kura ng am ba . I sih ana p ar i s ing o ra katutupan. 4 Wah , ma nuk e is ih b is a ml eb u i ki! Wah, buru ng-b urun g m asih bi sa ma su k n ih! 5 Piye yen dipasang memedi sawah wae? Kaya gambar iki. Bagaimana jika dipasang orang-orangan sawah saja? Seperti gambar ini. 6 Aku banjur njupuk gambar memedi sawah kuwi. Aku mengambil gambar orang- orangan sawah itu. 7 Aku mengajak Ba pa k m emb uat ora ng -o ran gan sawa h. Aku ngaja k B ap ak ng gawe m em ed i sawa h. 8 Pirantine wis cemepak. Ana sapu sing wis ora kanggo, kaos tilase Bapak, bal plastik lan kayu. Tangane digawe saka sapu sing ora kanggo. Bahan-bahan sudah siap. Ada sapu yang tidak terpakai, kaus bekas Bapak, bola plastik, dan kayu. Tangannya terbuat dari sapu bekas. 9 Aduh tanga ne pu tung . Je bul e s apu ne wis gap uk. Aduh, tanga nnya pata h. Ter nya ta sap uny a su dah lapu k. 10 Aku golek gantine. Ing mburi omah ana pang jambu. Aku mencari penggantinya. Di belakang rumah ada cabang pohon jambu. 11 Aku n dudu hna pang jam bu ik u m ara ng B apa k. Aku m enunj ukkan kayu jam bu itu pad a Ba pak. 12 Pang jambu bisa ngijoli sapu sing wis gabuk. Kayu jambu bisa menggantikan sapu yang lapuk. 13 Memedi sawah wis rampung. Bapak banjur nglambeni memedi sawah iku. Orang-orangan sawah sudah jadi. Bapak memakaikan kaos bekas pada orang-orangan sawah itu. 14 Aku mlayu mlebu omah. Ana kain pipeh sisane Ibu njahit. Aku berlari masuk rumah. Ada kain sisa Ibu menjahit. 15 Aku nyuwun marang supaya Bapak masangna kain pipeh ing mburine memedi sawah. Kaya swiwi. Bapak memasang kain itu dibelakang orang- orangan sawah, mirip sayap. 16 Memedi sawah wis dipasang. Orang-orangan sawah sudah siap dipasang 17 Unine rame yen ditarik. Suaranya ramai saat ditarik. Klonta ng … .. kl on tang … … kl ont ang Klon ta ng …. .k lon tang…… klo nt an g 18 Kanca-kancaku padha mara. Kabeh seneng dolanan memedi sawah. Teman-temanku mulai berdatangan. Semua senang bermain orang-orangan sawah. 19 Kain pipeh sing ana mburine memedi sawah kena angin. Kathone kaya pahlawan super sing lagi mabur. Kain yang terikat di orang-orang sawah itu tertiup angin. Terlihat seperti pahlawan super yang sedang terbang. 20 Evi Wahyu Lestari adalah seorang guru TK yang tertarik dengan dunia tulis menulis. Penulis tinggal di kota Tuban. Ia memiliki hobi mengkoleksi buku anak sejak masih belia hingga kini menjadi ibu dari tiga anak. Hobi menulis cerita semakin besar mulai tahun 2010. Beberapa naskah karya pernah dimuat di Jawa Pos, Panjebar Semangat, Kompas Gramedia, dan lain sebagainya. Beberapa antologi cerita anaknya juga sudah banyak mewarnai dunia perbukuan. Penulis juga telah memiliki beberapa buku anak baik novel maupun buku cerita bergambar. Jika ingin berkenalan lebih dekat bisa berkunjung di FB: evi wahyu lestari, Instagram: lestarieviwahyu, atau pos-el: [email protected]. Happy Rose adalah seorang penulis dan ilustrator lepas kelahiran Surabaya. Saat ini menetap di kota Malang, Jawa Timur. Telah mengilustrasi beberapa buku anak di dalam dan luar negeri. Di antaranya Serangan Semut, Mili Keliling Kota, Daun-daun Istimewa, Letters to The Stars, If You Still Feeling Blue, Buku Emosi Pertamaku, Kancing Siapa Ini?, dll. Saat senggang Happy Rose suka menghabiskan waktu bersama keluarga dan kucing kecilnya yang bernama Cipa, atau berlama-lama di sebuah toko buku, atau perpustakaan. Happy Rose dapat dihubungi melalui pos-el khatarose99@ gmail.com. Karya ilustrasi dan aktivitas literasi dapat diintip di akun Instagram @happyrosedraws.
24_MEMEDI_SAWAH